BAB X SAFETY, HEALTH, AND ENVIRONMENT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB X SAFETY, HEALTH, AND ENVIRONMENT"

Transkripsi

1 BAB X SAFETY, HEALTH, AND ENVIRONMENT A. DESKRIPSI SHE PABRIK Dalam perancangan sebuah industri kimia, seorang chemical engineer dituntut untuk memperhatikan aspek safety, health, and environment (SHE), atau biasa disebut juga dengan aspek Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L). Hal ini dikarenakan sebuah industri kimia tidak pernah lepas dari adanya potensi resiko (hazard) yang cukup tinggi. Hazard merupakan sifat dasar yang tidak dapat diubah yang dimiliki oleh setiap industri kimia. Hazard yang tidak dikelola dengan baik akan memunculkan resiko terjadinya hal-hal tidak diinginkan yang disebut dengan konsekuensi. Konsekuensi tersebut meliputi aspek keselamatan dan kesehatan pekerja, serta dampak terhadap lingkungan. Sebaiknya, adanya pengelolaan hazard yang baik akan meminimalisir tingkat resiko terjadinya konsekuensi yang tidak diinginkan. Salah satu strategi pengelolaan hazard untuk mencegah terjadinya konsekuensi adalah dengan menerapkan budaya safety. Sejak awal berdirinya pabrik, budaya safety harus diterapkan, yaitu dengan melakukan identifikasi hazard terhadap bahan dan alat proses yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap keselamatan kerja dan keselamatan lingkungan. Setiap saat selama berlangsungnya operasi pabrik, budaya safety juga harus ditanamkan, di antaranya dengan menerapkan berbagai ketentuan safety. Beberapa kemungkinan bahaya yang timbul dalam suatu industri kimia beserta penanganannya antara lain: 1. Paparan bahan kimia Bahan kimia yang digunakan dalam proses dapat menimbulkan bahaya baik secara langsung maupun tidak langsung. Bahaya langsung adalah bahaya yang langsung terlihat dampaknya, misalnya munculnya iritasi, luka, sesak nafas, atau kerusakan pada bagian tubuh yang mengalami kontak dengan bahan kimia tersebut. Sedangkan bahaya tidak langsung tidak terlihat efeknya seketika. Bahaya tidak langsung baru akan dirasakan akibatnya setelah bahan kimia terakumulasi dalam tubuh selama beberapa lama dan menimbulkan suatu penyakit. Mitigasi yang perlu dilakukan untuk menghindari paparan bahan kimia antara lain: Safety, Health, and Environment 122

2 a. Memberikan pelatihan kepada pekerja mengenai bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh proses dan bahan kimia yang digunakan. b. Memberi label secara jelas pada setiap bahan kimia yang digunakan. c. Melengkapi pekerja dengan alat pelindung diri (APD), di antaranya safety goggles, masker, sarung tangan, wear pack, vapor respirator, helm, earplug, dan boots. d. Melakukan medical check-up secara berkala untuk mengetahui kondisi kesehatan pekerja. Mitigasi yang perlu dilakukan bila terjadi paparan bahan kimia antara lain: a. Membersihkan diri dari bahan-bahan kimia yang mengalami kontak. b. Memanggil tim medis untuk menanggulangi hal-hal yang mungkin terjadi terkait 2. Kebocoran dengan kesehatan. Terjadinya kebocoran akan menyebabkan lepasnya bahan-bahan kimia berbahayaa ke lingkungan. Bocornya bahan-bahan kimia berbahaya bagi pekerja dan juga bagi lingkungan. Mitigasi yang perlu dilakukan untuk menghindari kebocoran antara lain: a. Pengecekan rutin terhadap tangki-tangki penyimpanan. b. Pembangunan tanggul-tanggul dan alat-alat safety lainnya pada alat. 3. Kebakaran Kebakaran dapat terjadi apabila adanya ketiga unsur penting dari the fire triangle (segitiga api) terpenuhi, yaitu udara (oksigen), bahan bakar, dan nyala api. Pencegahan kebakaran dapat dilakukan dengan mencegah bertemunya ketiga unsur tersebut. Mitigasi yang perlu dilakukan untuk menghindari kebakaran antara lain: a. Menetapkan Standard Operating Procedure (SOP). b. Memberi label bahaya pada unit yang berpotensi terbakar. c. Menyimpan bahan kimia flammable sesuai prosedur standar dengan memperhatikan flammability limitnya dan menjauhkan dari sumber nyala api. d. Melengkapi unit-unit yang berpotensi menimbulkan kebakaran dengan alat safety dan alat kontrol. e. Memberikan pelatihan safety kepada pekerja. f. Memberikan sarana pemadam kebakaran (hydrant dan alat pemadam api ringan) di titik-titik yang rawan kebakaran. 123

3 Mitigasi yang perlu dilakukan apabila terjadi kebakaran antara lain: a. Mematikan peralatan, aliran bahan kimia, dan sumber listrik yang masih memungkinkan untuk dimatikan untuk menghindari terjadinya kebakaran lebih lanjut. b. Mengevakuasi seluruh pekerja di daerah kebakaran ke zona yang lebih aman. c. Memadamkan kebakaran. 4. Ledakan Mitigasi yang perlu dilakukan untuk menghindari ledakan antara lain: a. Memberi label pada unit-unit yang berpotensi meledak. b. Melengkapi unit-unit yang berpotensi meledak dengan alat-alat safety dan kontrol, misalnya Pressure and Temperature Indicator Control Alarm. c. Memberikan pelatihan kepada operator. Mitigasi yang perlu dilakukan apabila terjadi ledakan antara lain: a. Mematikan aliran bahan kimia dan panas di sekitar unit yang meledak. b. Mengevakuasi pekerja ke zona yang lebih aman. Dalam mendirikan dan menjalankan suatu pabrik tidak akan pernah lepas dari persoalan penanganan dan pengolahan limbah. Limbah yang dihasilkan suatu pabrik diusahakan semaksimal mungkin untuk tidak mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan warga serta pekerja yang ada di sekitar pabrik. Limbah yang dibuang ke lingkungan harus memenuhi syarat baku mutu yang kini telah banyak ditetapkan oleh pemerintah daerah, nasional maupun internasional. Adapun beberapa peraturan pemerintah yang berkaitan dengan penanganan dan pengolahan limbah yang sudah pasti wajib untuk ditaati dan diperhatikan oleh suatu pabrik antara lain : 1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. 3. PerMen LH Nomor 08 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri Petrokimia Hulu. 4. KepMen LH Nomor 115 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. 5. KepMen LH Nomor 03 Tahun 1998 Tentang Baku Mutu Limbah Bagi Kawasan Industri. 124

4 6. KepMen LH Nomor 51 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri. 7. KepMen LH Nomor 48 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan. 8. KepMen LH Nomor 49 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Getaran. 9. KepMen LH Nomor 50 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Kebauan. 10. KepMen LH Nomor 51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut. 11. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. 12. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Limbah hasil dari pabrik benzaldehyde ini adalah limbah cair, gas, dan padat. Ketiganya harus diolah terlebih dahulu ke unit pengolahan limbah sebelum dibuang ke lingkungan. 125

5 explosive flammable toxic corrosive irritant oxidizing radioactive Prarancangan Pabrik Benzaldehyde dari Kulit Kayu Manis B. IDENTIFIKASI HAZARD BAHAN Hazard Jenis Bahan Keterangan Pengelolaan a. Bahan Baku - Ruang penyimpangan harus dijaga agar tetap kering dan memiliki sirkulasi udara yang baik agar kualitas padatan kayu manis tetap terjaga. - Ruang penyimpanan harus terhindar dari 1. Padatan Kayu Manis Solid - Combustible aktivitas yang menggunakan nyala api seperti merokok, dan kegiatan yang menggunakan api lainnya serta kegiatan yang menggunakan panas. Ruangan harus dilengkapi dengan sistem pemadam kebakaran yang memadai seperti alarm kebakaran dan alat penyiram air otomatis. 126

6 explosive Flammable Toxic corrosive irritant oxidizing Radioactive Prarancangan Pabrik Benzaldehyde dari Kulit Kayu Manis Jenis Bahan Keterangan Pengelolaan 2. NaOH Solid - Basa - Higroskopis - Panas pelarutan negatif - Alat-alat yang berkontak dengan NaOH harus terbuat dari bahan yang tidak bereaksi dengan NaOH seperti stainless steel dan dijaga agar suhu sekitarnya berada dalam kisaran suhu ruang. Serta diberi label potensi hazardnya. - Tangki penyimpanan NaOH padat juga harus dijauhkan dari tangki penyimpanan acetaldehyde. - Tangki penyimpanan harus tertutup dengan rapat dan disegel dengan baik agar tidak menyerap uap air dari udara. - Operator harus menggunakan personal protector seperti splash goggles, vapor respirator, baju tertutup dan gloves. 127

7 explosive Flammable Toxic corrosive irritant oxidizing Radioactive b. Produk Prarancangan Pabrik Benzaldehyde dari Kulit Kayu Manis Jenis Bahan Keterangan Pengelolaan 1. Benzaldehyde Liquid - Combustible - Alat-alat yang berkontak dengan benzaldehyde harus terhindar jauh dari sumber panas atau nyala api dan diberi label potensi hazard-nya. - Operator harus menggunakan personal protector seperti vapor respirator, splash goggles, baju tertutup, dan gloves. - Tangki penyimpanan harus tertutup rapat, dan terhindar dari sumber panas dan nyala api. Serta dijaga agar suhunya tetap berada dalam kisaran suhu ruangan. 128

8 c. Hasil Samping 1. Acetaldehyde Liquid - Bereaksi dengan basa kuat - Alat-alat yang bersinggungan dengan acetaldehyde harus terhindar jauh dari sumber panas atau nyala api dan diberi label potensi hazardnya. - Tangki penyimpanan harus tertutup rapat, dan terhindar dari sumber panas juga nyala api. Tangki penyimpanan harus berada di dalam kondisi yang sejuk dan memiliki sistem ventilasi yang baik. Tangki dilengkapi dengan sistem relieve valve untuk melepaskan uap acetaldehyde yang berlebihan agar tekanannya tetap. Selain itu, tangki juga dilengkapi dengan sistem pendingin dengan menggunakan active jacket untuk menjaga agar acetaldehyde tetap berada dalam kondisi liquid. - Dilakukan grounding. - Operator harus menggunakan personal protector seperti vapor respirator khusus, splash goggles, baju tertutup, dan gloves. 129

9 explosive Flammable Toxic corrosive irritant oxidizing Radioactive Prarancangan Pabrik Benzaldehyde dari Kulit Kayu Manis d. Bahan Penunjang Jenis Bahan Keterangan Pengelolaan 1. 2-Hydroxipropylβ-Cyclodextrin Ethyl Acetate Solid, serbuk - Larut dalam air - Cairan - Larut dalam air - Uapnya bercampur dengan air dapat membentuk campuran yang explosive - Volatile - Tangki penyimpanan harus berada di tempat yang sejuk, kering, dan memiliki sirkulasi udara yang baik. - Operator harus melengkapi dirinya dengan alat perlindungan diri seperti splash goggles, gloves, masker, dan baju tertutup saat menangani material ini. - Tangki penyimpanan harus berada di tempat yang sejuk, kering, dan memiliki sirkulasi udara yang baik. - Operator harus melengkapi dirinya dengan alat perlindungan diri seperti splash goggles, gloves, masker, dan baju tertutup saat menangani material ini. - Harus dijauhkan dari sumber panas dan nyala api. 130

10 explosive Flammable Toxic corrosive irritant oxidizing Radioactive Prarancangan Pabrik Benzaldehyde dari Kulit Kayu Manis Jenis Bahan Keterangan Pengelolaan 2. HCl 37% Liquid - Reacts with water - Alat-alat yang berkontak dengan dengan asam klorida harus diberi label hazard-nya. - Tangki penyimpanan harus tertutup rapat, disegel dengan baik, dijaga tetap dingin, dan dilengkapi dengan safety valve (pressure relieve valve) untuk mengantisipasi tekanan uap yang berlebihan. - Melakukan grounding pada tangki. - Operator harus menggunakan personal protector seperti vapor respirator, splash goggles, baju tertutup, gloves. 131

11 Toksik Pemanasan Global Pembentukan SMOG Pengikisan Ozon Hujan Asam Kerusakan Ekologi Prarancangan Pabrik Benzaldehyde dari Kulit Kayu Manis C. IDENTIFIKASI HAZARD LIMBAH 1. Identifikasi Hazard Emisi Gas Hasil Proses Hazard EMISI SUMBER Keterangan Pengelolaan 1. CO 2, SO 2, dan gas hasil pembakaran lainnya Boiler Bahan berupa gas. bakar natural Efisiensi bahan bakar dengan pengaturan flow udara dan insulasi yang baik 132

12 Meracuni manusia Meracuni biota air Mencemari Sumber Air Mendegradasi kualitas air Merusak ekologi Prarancangan Pabrik Benzaldehyde dari Kulit Kayu Manis 2. Identifikasi Hazard Limbah Cair Hasil Proses Hazard Limbah Cair Sumber Keterangan Pengelolaan 1. Benzaldehyde Dekanter - T = 50 o C 2. Cinnamaldehyde Dekanter - T = 50 o C 3. HCl Unit Demineralisasi 4. NaOH Unit Demineralisasi dan Dekanter Diadsorbsi dalam unit pengolahan limbah Diadsorbsi dalam unit pengolahan limbah Dinetralisasi dalam unit pengolahan limbah. Dinetralisasi dalam unit pengolahan limbah Hydroxipropilβ-Cyclodextrin Dekanter - Diserahkan ke pabrik pengolah limbah. 133

13 Toxic Merusak Ekologi Mencemari Sumber Air Radioaktif Lain-lain Prarancangan Pabrik Benzaldehyde dari Kulit Kayu Manis 3. Identifikasi Hazard Limbah Padat Hasil Proses Hazard Limbah Padat Sumber Keterangan Pengelolaan Padatan Kayu Manis Steam Distillation Mengandung air dan sedikit cynnamaldehyde Dikeringkan dalam dryer kemudian disimpan untuk dijual 134

14 4. Material Safety Data Bahan 1. Padatan Kayu Manis Peruntukkan : - Bahan Baku - Limbah Diamond Hazard : (Diadopsi dari selulosa) - Health = 1 - Fire = 1 - Reactivity = 0 Data Properti : Physical State : Solid Berat Molekul : - Specific Gravity : 0,6 Deskripsi : Padatan kayu manis merupakan material yang combustible jika terkena suhu tinggi ataupun nyala api dan tidak dapat meleleh. Di dalam kulit kayu manis terdapat berbagai macam minyak atsiri yang didominasi oleh cinnamaladehyde. Untuk menanganinya, operator cukup menggunakan baju tertutup, sarung tangan yang memadai dan masker untuk menghindari debu yang berasal dari kulit kayu manis. Dari segi dampaknya kepada lingkungan, kulit kayu manis tidak memberi dampak yang signifikan terhadap lingkungan kecuali hanya menambah limbah padatan. Untuk pengelolaannya, padatan kulit kayu manis dikeringkan dan dijual untuk dibentuk briket atau triplek. 2. Cinnamaladehyde Peruntukkan : - Bahan Baku - Limbah 135

15 Diamond Hazard : - Health = 2 - Fire = 2 - Reactivity = 0 Data Properti : Physical State : Liquid (Oily Liquid) Berat Molekul : 132,15 g/mol Titik Didih : 252 o C Titik Leleh : -7,5 o C Specific Gravity : 1,05 Vapor Pressure : - Vapor Density : 4,6 Auto-Ignition Temperature : - Flash Point : CLOSE CUP = 71 o C Flammability Limit : - Solubility in Water : Larut dalam methanol, diethyl ether. Sedikit larut dalam air dingin. Deskripsi : Cinnamaladehyde merupakan komponen minyak atsiri utama yang terkandung dalam kulit kayu manis. Zat ini tergolong dalam combustible material sehingga dalam penanganannya harus dijauhkan dari panas dan nyala api. Zat ini tergolong very hazardous jika tertelan dan hazardous jika terkena kulit atau jika terhirup. Untuk menanganinya, operator diharuskan memakai alat perlindungan diri lengkap seperti splash goggles, gloves, baju tertutup, serta vapor respirator. Dari segi dampaknya terhadap lingkungan, zat ini bersifat tidak larut dalam air sehingga akan mengganggu kehidupan perairan sehingga dalam penanganannya, harus diolah terlebih dahulu agar tidak mencemari lingkungan. 3. Natrium Hidroksida Peruntukkan : - Bahan Baku 136

16 - Unit Demineralisasi - Limbah Diamond Hazard : - Health = 3 - Fire = 0 - Reactivity = 1 Data Properti : Physical State : Solid Berat Molekul : 40 g/mole Titik Didih : o C Titik Leleh : 323 o C Suhu Kritis : - Specific Gravity : 2,13 Vapor Pressure : - Vapor Density : - Auto-Ignition Temperature : - Flash Point : - Flammability Limit : - Solubility in Water : Sangat mudah larut dalam air. Reactivity : Reaktif dengan air, logam, cinnamaladehyde. Deskripsi : Natrium hidroksida adalah material pada yang mudah larut dalam air dan bersifat basa. Selain itu natrium hidroksida bersifat higroskopis sehingga dalam penyimpanannya perlu diperhatikan baik-baik agar tidak menyerap air. Natrium hidroksida bersifat reaktif terhadap air, logam, dan material organik lainnya termasuk cinnamaladehyde dan acetaldehyde. Zat ini tergolong extremely hazardous jika terhirup dan very hazardous jika terkena kulit, mata, dan jika tertelah. Natrium hidroksida tergolong zat yang bersifat korosif sehingga dalam penangannya dibutuhkan alat perlindungan diri yang memadai seperti splash goggles, gloves, dan vapor respirator. 137

17 Dari segi dampak terhadap lingkungan, natrium hidroksida dapat mencemari tanah dan air sehingga merubah ph awal menjadi basa. Keadaan yang terlalu basa ini tidak baik bagi makhluk hidup di sekitarnya, sehingga natrium hidroksida perlu dinetralkan terlebih dahulu sebelum dilepas ke alam bebas Hydroxipropyl-β-Cyclodextrin Peruntukkan : - Katalis - Limbah Diamond Hazard : - Health = - - Fire = - - Reactivity = - Data Properti : Physical State : Solid (powder) Berat Molekul : ~1.460 g/mole Titik Didih : - Titik Leleh : o C Suhu Kritis : - Specific Gravity : - Vapor Pressure : - Vapor Density : - Auto-Ignition Temperature : - Flash Point : - Flammability Limit : - Solubility in Water : Mudah larut dalam air. Deskripsi : Material ini adalah material organik yang mudah larut dalam air. Zat ini tergolong zat yang tidak berbahaya. Untuk penanganannya, operator harus menggunakan alat perlindungan diri seperti splash goggles, dust respirator, baju tertutup, dan gloves. 138

18 Dari segi dampaknnya terhadap lingkungan, katalis ini dapat meracuni ekosistem air sehingga dalam penanganannya, ia harus diolah secara khusus. 5. Benzaldehyde Peruntukkan : - Produk Utama - Limbah Diamond Hazard : - Health = 2 - Fire = 2 - Reactivity = 0 Data Properti : Physical State : Liquid Berat Molekul : 106,13 g/mole Titik Didih : 179 o C Titik Leleh : -26 o C Specific Gravity : 1,04 Vapor Pressure : 0,1 kpa (@ 20 o C) Vapor Density : 3,66 Auto-Ignition Temperature : 192 o C Flash Point : CLOSE CUP = 64,4 o C; OPEN CUP = 73,9 o C Flammability Limit : LOWER = 1,4% Solubility in Water : sedikit terlarut dalam air dingin Deskripsi : Benzaldehyde merupakan material yang dapat terbakar (combustible). Selain itu dari segi toxicity, benzaldehyde termasuk dalam kategori slightly toxic. Benzaldehyde tergolong very hazardous jika tertelan, hazardous jika terhirup, bersifat iritan, serta slightly hazardous jika terkena kulit. Dalam penanganannya, operator harus mengenakan alat perlindungan diri berupa gloves, baju tertutup, splash goggles, dan vapor respirator. 139

19 Dari segi dampak lingkungan, benzaldehyde tergolong dapat merusak ecology dan mencemari air. Sehingga limbah harus diolah terlebih dahulu untuk meminimasi dampak lingkungan yang disebabkan oleh benzaldehyde. 6. Acetaldehyde Peruntukkan : - Produk Samping Diamond Hazard : - Health = 3 - Fire = 4 - Reactivity = 2 Data Properti : Physical State : Liquid Berat Molekul : 44,05 g/mole Titik Didih : 21 o C Titik Leleh : -123,5 o C Suhu Kritis : 188 o C Specific Gravity : 0,78 Vapor Pressure : 101,3 kpa (@ 20 o C) Vapor Density : 1,52 Auto-Ignition Temperature : 175 o C Flash Point : CLOSE CUP = -38 o C; OPEN CUP = -40 o C Flammability Limit : LOWER = 4%; UPPER: 55% Solubility in Water : 1000 o C Reactivity : Reaktif dengan logam, asam, basa, oxidizing agents, dan organic material. Deskripsi : Acetaldehyde merupakan material yang mudah menguap dan mudah menyala dengan flammability limit berkisar antara 4 55%. Selain itu, dilihat dari data LD50- nya, maka acetaldehyde termasuk material yang slightly toxic. Beberapa data juga 140

20 menyebutkan bahwa acetaldehyde adalah termasuk salah satu bahan yang dapat menyebabkan kanker. Acetaldehyde sangat reaktif dengan asam, basa, dan logam. Dari sisi kesehatan, acetaldehyde bersifat hazardous jika tertelan dan terhirup, serta slightly hazardous jika berkontak dengan kulit. Untuk penanganannya, operator harus mengenakan alat perlindungan diri seperti gloves, goggles, baju tertutup, dan untuk sistem pernapasan diharapkan mengenakan vapor respirator karena materialnya yang mudah menguap. Dari segi dampak terhadap lingkungan, disarankan untuk tidak membuang acetaldehyde ke dalam saluran air agar tidak mencemari air tanah. 7. Asam Khlorida 37% Peruntukkan : - Unit Demineralisasi - Limbah Diamond Hazard : - Health = 3 - Fire = 0 - Reactivity = 1 Data Properti : Physical State : Liquid Berat Molekul : - Titik Didih : 50,5 o C Titik Leleh : -25,4 o C (39,17% HCl dalam air) Suhu Kritis : - Specific Gravity : 1,19 Vapor Pressure : 16 kpa (@ 20 o C) Vapor Density : 1,267 Auto-Ignition Temperature : - Flash Point : - Flammability Limit : - Reactivity : Bereaksi dengan air dan logam. Reaktif terhadap oxidizing 141

21 agents, materi organik, dan basa. Deskripsi : Asam klorida merupakan asam kuat yang berifat korosif terhadap metal seperti alumunium, tembaga, stainless steel. Selain korosif, asam klorida juga mudah menguap sehingga mampu membentuk uap yang bersifat korosif. Selain itu, asam klorida juga tergolong toxic. Ia tergolong very hazardous jika terkena kulit atau jika tertelan, juga hazardous jika terkena mata atau jika terhirup. Untuk penanganannya, operator disarankan memakai alat perlindungan diri lengkap seperti splash goggles, baju tertutup, gloves, juga respirator. Disarankan menggunakan vapor respirator yang berkualitas baik untuk menghindari kerusakan paru-paru karena menghirup uap asam klorida. Dari segi dampaknya terhadap lingkungan, asam klorida tergolong salah satu zat yang mampu merusak ekologi. Ia dapat merubah ph tanah dan air menjadi asam sehingga makhluk hidup di sekitarnya tidak akan mampu bertahan. Sehingga asam klorida harus dinetralkan terlebih dahulu sebelum dibuang ke alam. 142

22 D. IDENTIFIKASI HAZARD ALAT PROSES 1. What-If Analysis REAKTOR What-If Consequences Action Apa yang terjadi jika suhu reaktor terlalu tinggi? Konversi reaksi yang diperoleh tidak sesuai dengan seharusnya sehingga dapat Pemasangan temperature controller yang dapat mengubah-ubah kecepatan pemanas mengganggu kestabilan proses Apa yang terjadi jika suhu reaktor terlalu rendah? Reaksi akan berjalan lambat sehingga konversi yang diinginkan tidak terapai dan Pemasangan temperature controller yang dapat mengubah-ubah kecepatan pemanas menyebabkan kerugian pada pabrik Apa yang terjadi jika level cairan dalam reaktor terlalu tinggi? Terjadi overflow Pemasangan level controller yang dapat mengubah-ubah kecepatan arus keluar reaktor Apa yang terjadi jika level cairan dalam reaktor terlalu rendah? Terjadi kavitasi pada pompa yang mengalirkan produk keluar reaktor Pemasangan level controller yang dapat mengubah-ubah kecepatan arus keluar reaktor Apayang terjadi jika rasio umpan reaktor tidak memenuhi spesifikasi? Konversi keluar reaktor tidak sesuai dengan yang diinginkan Pemasangan ratio controller yang dapat mengubah-ubah kecepatan umpan masuk reaktor Apa yang terjadi jika tekanan dalam reaktor terlalu tinggi? Potensi terjadi overpressure yang dapat mengakibatkan reaktor pecah Pemasangan pressure controller yang dapat mengubah-ubah kecepatan acetaldehyde (gas) keluar reaktor 143

23 What-If Consequences Action Apa yang terjadi jika reaktor mengalami kebocoran? Apa yang terjadi jika reaktor pecah? Apa yang terjadi jika reaktor mengalami korosi internal dan eksternal? Terjadi pelepasan bahan-bahan kimia ke lingkungan Terjadi pelepasan bahan-bahan kimia ke lingkungan Terjadi penurunan kekuatan bahan reaktor sehingga berpotensi terjadi kebocoran dan pecah Pemasangan alarm tanda bahaya dan water sprinkle Pemasangan alarm tanda bahaya dan water sprinkle Perawatan reaktor secara berkala EVAPORATOR What If Consequences Action Apa yang terjadi jika suhu evaporator terlalu tinggi? Terlalu banyak air yang menguap sehingga produk keluar evaporator terlalu pekat Pemasangan temperature controller yang dapat mengubah-ubah kecepatan pemanas Apa yang terjadi jika suhu evaporator terlalu rendah? Air yang menguap kurang dari seharusnya sehingga produk keluar evaporator terlalu Pemasangan temperature controller yang dapat mengubah-ubah kecepatan pemanas encer Apa yang terjadi jika evaporator mengalami kebocoran? Terjadi pelepasan bahan-bahan kimia ke lingkungan Pemasangan alarm tanda bahaya dan water sprinkle Apa yang terjadi jika evaporator pecah? Terjadi pelepasan bahan-bahan kimia ke lingkungan Pemasangan alarm tanda bahaya dan water sprinkle 144

24 What-If Consequences Action Apa yang terjadi jika evaporator mengalami korosi internal dan eksternal? Terjadi penurunan kekuatan bahan evaporator sehingga berpotensi terjadi kebocoran dan pecah Perawatan evaporator secara berkala MIXER What-If Consequences Action Apa yang terjadi jika level cairan dalam mixer terlalu tinggi? Terjadi overflow Pemasangan level controller yang dapat mengubah-ubah kecepatan arus keluar mixer Apa yang terjadi jika level cairan dalam mixer terlalu rendah? Terjadi kavitasi pada pompa Pemasangan level controller yang dapat mengubah-ubah kecepatan arus keluar mixer CONDENSER What-If Consequences Action Apa yang terjadi jika suhu fluida keluar condenser terlalu tinggi? Tingginya suhu dapat mengganggu proses selanjutnya Pemasangan temperature controller yang dapat mengubah-ubah kecepatan pendingin Apa yang terjadi jika suhu fluida keluar condenser terlalu rendah? Rendahnya suhu dapat mengganggu proses selanjutnya Pemasangan temperature controller yang dapat mengubah-ubah kecepatan pendingin 145

25 HEAT EXCHANGER What-If Consequences Action Apa yang terjadi jika suhu fluida keluar heat exchanger terlalu tinggi? Apa yang terjadi jika suhu fluida keluar heat exchanger terlalu rendah? Tingginya suhu dapat mengganggu proses selanjutnya Rendahnya suhu dapat mengganggu proses selanjutnya Pemasangan temperature controller yang dapat mengubah-ubah kecepatan pendingin/pemanas Pemasangan temperature controller yang dapat mengubah-ubah kecepatan pendingin/pemanas 146

26 2. Pengelolaan Hazard Hazard Peralatan Tekanan Suhu Putaran Tinggi Elevasi Komposisi Kuantitas Bahan Keterangan Pengelolaan - Instalasi temperature controller untuk mengontrol suhu dalam reaktor dengan mengatur laju pemanas menggunakan valve. - Instalasi pressure controller untuk mengontrol tekanan 1. Reaktor (R) V V T = 50 o C P = 1 atm dalam reaktor dengan mengatur laju keluar produk samping berupa acetaldehyde (gas) menggunakan valve. - Instalasi level controller untuk mengontrol level cairan dalam reaktor dengan mengatur laju arus produk keluar menggunakan valve. 147

27 2. Evaporator (E) V V 3. Decanter-01 (D- 01) V T = 100,5 o C P = 1 atm T = 30 o C P = 1 atm - Instalasi ratio controller untuk mengontrol rasio bahan baku dengan mengatur laju arus masuk reaktor menggunakan valve. - Melakukan grounding pada reaktor. - Instalasi temperature controller untuk mengontrol suhu produk keluar evaporator dengan mengatur laju steam pemanas menggunakan valve. - Pemasangan isolasi panas pada evaporator. - Melakukan grounding pada evaporator. - Instalasi level controller untuk mengontrol level cairan dalam decanter dengan mengatur laju arus 148

28 keluar menggunakan valve. - Instalasi level controller 4. Decanter-02 (D- 02) V T = 30 o C P = 1 atm untuk mengontrol level cairan dalam decanter dengan mengatur laju arus keluar menggunakan valve. - Instalasi level controller 5. Decanter-03 (D- 03) V T = 30 o C P = 1 atm untuk mengontrol level cairan dalam decanter dengan mengatur laju arus keluar menggunakan valve. - Instalasi level controller 6. Decanter-04 (D- 04) V V T = 50 o C P = 1 atm untuk mengontrol level cairan dalam decanter dengan mengatur laju arus keluar menggunakan valve. - Pemasangan isolasi panas 7. Flash Drum-01 (FD-01) V T = 100 o C P = 1 atm pada flash drum. - Instalasi level controller untuk mengontrol level cairan dalam flash drum 149

29 dengan mengatur laju arus keluar menggunakan valve. - Pemasangan isolasi panas pada flash drum. 8. Flash Drum-02 (FD-02) V T = 140 o C P = 1 atm - Instalasi level controller untuk mengontrol level cairan dalam flash drum dengan mengatur laju arus keluar menggunakan valve. - Pemasangan isolasi panas pada flash drum. 9. Flash Drum-03 (FD-03) V T = 243 o C P = 1 atm - Instalasi level controller untuk mengontrol level cairan dalam flash drum dengan mengatur laju arus keluar menggunakan valve. - Pemasangan isolasi panas 10. Flash Drum-04 (FD-04) V T = 110 o C P = 1 atm pada flash drum. - Instalasi level controller untuk mengontrol level cairan dalam flash drum 150

30 11. Mixer-04 (M-04) V 12. Steam Distillator (ST) 13. Crusher (C) 14. Belt Conveyor (BC) 15. Condenser-01 (C-01) V V T = 50 o C P = 1 atm T = 100 o C P = 1 atm T = 30 o C P = 1 atm T = 30 o C P = 1 atm T maks = 100 o C dengan mengatur laju arus keluar menggunakan valve. - Instalasi level controller untuk mengontrol level cairan dalam mixer dengan mengatur laju arus produk keluar menggunakan valve. - Melakukan grounding. - Pemasangan isolasi panas pada alat. - Melakukan grounding pada alat. - Melakukan grounding pada belt conveyor. - Instalasi temperature controller untuk mengontrol suhu kondensat keluar kondenser dengan mengatur laju fluida pendingin menggunakan valve - Pemasangan isolasi panas 151

31 16. Condenser-02 (C-02) 17. Condenser-03 V (C-03) 18. Condenser-04 V - Instalasi temperature controller untuk mengontrol suhu kondensat keluar kondenser dengan mengatur laju fluida pendingin menggunakan valve - Instalasi temperature controller untuk mengontrol suhu kondensat keluar kondenser dengan mengatur laju fluida pendingin menggunakan valve - Pemasangan isolasi panas. - Instalasi temperature controller untuk mengontrol suhu kondensat keluar kondenser dengan mengatur laju fluida pendingin menggunakan valve - Pemasangan isolasi panas. 152

32 19. Condenser-05 V 20. Condenser-06 V 21. Heat Exchanger- 01 (HE-01) V - Instalasi temperature controller untuk mengontrol suhu kondensat keluar kondenser dengan mengatur laju fluida pendingin menggunakan valve - Pemasangan isolasi panas. - Instalasi temperature controller untuk mengontrol suhu kondensat keluar kondenser dengan mengatur laju fluida pendingin menggunakan valve - Pemasangan isolasi panas. - Instalasi temperature controller untuk mengontrol suhu fluida proses keluar heat exchanger dengan mengatur laju fluida pendingin menggunakan valve. 153

33 22. Heat Exchanger- 02 (HE-02) 23. Heat Exchanger- 03 (HE-03) 24. Heat Exchanger- 04 (HE-04) V V V - Pemasangan isolasi panas. - Instalasi temperature controller untuk mengontrol suhu fluida proses keluar heat exchanger dengan mengatur laju fluida pemanas menggunakan valve. - Pemasangan isolasi panas. - Instalasi temperature controller untuk mengontrol suhu fluida proses keluar heat exchanger dengan mengatur laju fluida pemanas menggunakan valve. - Pemasangan isolasi panas. - Instalasi temperature controller untuk mengontrol suhu fluida proses keluar heat exchanger dengan 154

34 25. Heat Exchanger- 05 (HE-05) 26. Heat Exchanger- 06 (HE-06) V V mengatur laju fluida pemanas menggunakan valve. - Pemasangan isolasi panas. - Instalasi temperature controller untuk mengontrol suhu fluida proses keluar heat exchanger dengan mengatur laju fluida pemanas menggunakan valve. - Pemasangan isolasi panas. - Instalasi temperature controller untuk mengontrol suhu fluida proses keluar heat exchanger dengan mengatur laju fluida pemanas menggunakan valve. - Pemasangan isolasi panas. 155

35 - Instalasi temperature controller untuk mengontrol suhu dalam tangki dengan mengatur laju fluida pendingin menggunakan valve. - Instalasi pressure indicator untuk mengetahui tekanan dalam tangki. 27. Tangki Penyimpanan-01 (TP-01) V T = 30 o C P = 2 atm - Instalasi breathe valve untuk menjaga tekanan dalam tangki konstan selama proses loading dan unloading. - Instalasi relief valve untuk mengantisipasi terjadinya overpressure. - Instalasi level indicator untuk mengetahui level cairan dalam tangki. - Pemasangan water sprinkle, 156

36 28. Tangki Penyimpanan-02 (TP-02) alarm tanda bahaya, dan alat pemadam kebakaran. - Tangki harus disegel dengan baik agar tekanan dalam tangki dapat terjaga. - Melakukan grounding pada tangki. - Instalasi level indicator untuk mengetahui level cairan dalam tangki. 157

37 Hazard Item Ledakan Kebakaran Pelepasan Bahan Operability and Keterangan Pengelolaan Berbahaya Maintainability Gedung kantor harus dibangun 1. Jarak area proses dengan gedung kantor V V V dengan jarak yang cukup dari area proses, minimal sejauh 500 m. Hal ini dilakukan agar ada cukup waktu untuk evakuasi apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan di area proses. Area proses harus dibangun jauh dari 2. Jarak area proses dengan jalan raya V V V jalan raya, minimal sejauh 2 km. Hal ini dilakukan agar jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan di area proses, aktivitas jalan raya tidak terganggu dan tidak terkena bahaya. 3. Jarak area proses dengan pemukiman penduduk V V V Area proses harus dibangun jauh dari rumah penduduk, minimal sejauh 5 km. Hal ini dilakukan agar jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan di area proses tidak akan membahayakan 158

38 penduduk dan cukup waktu untuk evakuasi. Hazard Item Ledakan Kebakaran Pelepasan Bahan Operability and Keterangan Pengelolaan Berbahaya Maintainability - Konstruksi alat dan bangunan 4. Kondisi dibuat tahan dengan gempa 5 skala geografis area richter. pabrik - Alat dan bangunan dibangun di (Gempa, petir, V V V V bawah batas maksimum elevasi banjir, dan yang diijinkan. bencana alam - Untuk alat yang memiliki lainnya) ketinggian di atas 18 m, dipasang penangkal petir. 159

39 E. IDENTIFIKASI HAZARD LENGKAP (TANGKI PENYIMPANAN ACETALDEHYDE) KONDISI P = 2 atm T = 30 o C MSDS Acetaldehyde Diamond Hazard: Fire = 4 Health = 3 Reactivity = 2 Gambar 1. Tangki Penyimpanan Acetaldehyde Tangki penyimpanan acetaldehyde digunakan untuk menyimpan acetaldehyde yang terbentuk sebagai hasil samping pada reaktor. Acetaldehyde pada suhu ruangan dan tekanan atmosferis berbentuk uap, sehingga sebelum disimpan, acetaldehyde dari reaktor harus dikondensasikan terlebih dahulu, kemudian ditekan, sehingga kondisi akhir pada penyimpanan adalah suhu 30 o C dan tekanan 2 atm. Pada kondisi penyimpanan tersebut, acetaldehyde berbentuk cair. Acetaldehyde merupakan komponen yang bersifat flammable dengan flammability limit 4% (Lower Flammability Limit) dan 55% (Upper Flammability Limit). Acetaldehyde juga berpotensi menjadi eksplosif apabila terjadi kontak dengan asam, basa, dan panas. Dari 160

40 sisi kesehatan, acetaldehyde bersifat hazardous bila terjadi kontak dengan mata, terhirup, dan tertelan, serta bersifat slightly hazardous bila terjadi kontak dengan kulit. Sedangkan dilihat dari nilai LD50nya, acetaldehyde bersifat non-toxic. ANALISIS HAZARD Analisis hazard pada alat ini dilakukan dengan metode what-if analysis sebagaimana ditampilkan dalam tabel berikut: What-If Question Consequences Action Apa yang akan terjadi apabila suhu dalam tangki naik? Acetaldehyde akan menguap dan menyebabkan naiknya tekanan di dalam tangki Pemasangan temperature controller yang dapat mengatur laju pendingin untuk menurunkan suhu tangki Apa yang akan terjadi Acetaldehyde akan menguap Pemasangan relief valve apabila temperature controller gagal? sehingga tekanan tangki naik dan berpotensi mengakibatkan overpressure Apa yang akan terjadi apabila relief valve gagal? Akan terjadi overpressure yang dapat menyebabkan Pemasangan relief valve cadangan tangki pecah Apa yang akan terjadi apabila acetaldehyde lepas ke Acetaldehyde dapat membahayakan lingkungan Pemasangan water sprinkle dan alarm tanda bahaya lingkungan melalui relief valve? dan kesehatan Apa yang akan terjadi apabila tangki pecah? Terjadi pelepasan acetaldehyde yang dapat Pemasangan water sprinkle dan alarm tanda bahaya membahayakan lingkungan dan kesehatan Apa yang akan terjadi apabila tekanan dalam tangki turun saat unloading? Acetaldehyde di dalam tangki akan menguap Pemasangan breather valve untuk menaikkan tekanan tangki saat unloading Apa yang akan terjadi apabila tekanan dalam tangki Naiknya tekanan akan berpotensi menyebabkan Pemasangan breather valve untuk menurunkan tekanan 161

41 naik saat loading? overpressure tangki saat loading What-If Question Consequences Action Apa yang akan terjadi apabila level cairan dalam tangki terlalu tinggi? Apa yang akan terjadi apabila level cairan dalam tangki terlalu rendah? Apa yang akan terjadi apabila tangki mengalami korosi internal dan eksternal? Akan terjadi overflow pada alat Akan terjadi kavitasi pada pompa yang mengalirkan arus keluar tangki Terjadi penurunan kekuatan bahan tangki sehingga berpotensi mengakibatkan kebocoran dan pecahnya tangki Pemasangan level controller yang dapat mengatur laju keluar produk Pemasangan level controller yang dapat mengatur laju keluar produk Perawatan tangki secara berkala PEMASANGAN SAFETY GUARD Berdasarkan identifikasi hazard menggunakan metode what-if analysis yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa safety guard yang harus dipasang pada tangki penyimpanan acetaldehyde antara lain: 1. Temperature Control Tangki penyimpanan acetaldehyde beroperasi pada suhu 30 o C dan tekanan 2 atm. Pada kondisi tersebut, acetaldehyde dapat disimpan dalam bentuk cair. Naiknya suhu dapat menyebabkan acetaldehyde menguap. Menguapnya acetaldehyde dapat menaikkan tekanan tangki yang apabila tidak segera diatasi, berpotensi menyebabkan overpressure. Untuk mengantisipasi hal tersebut, pada tangki penyimpanan acetaldehyde ini dipasang temperature controller yang dapat mengatur laju pendingin. Pada kondisi normal, tidak diperlukan pendingin untuk menyimpan acetaldehyde, namun apabila terjadi kenaikan suhu cairan dalam tangki, temperature controller akan membuka valve untuk mengalirkan pendingin agar suhu cairan dalam tangki kembali normal. 2. Pressure Control Tekanan dalam tangki harus dijaga tetap konstan sebesar 2 atm. Naiknya tekanan dapat mengakibatkan potensi overpressure, sedangkan turunnya tekanan akan mengakibatkan acetaldehyde menguap. Tekanan dapat mengalami perubahan saat loading dan unloading acetaldehyde. Saat loading, tekanan cenderung naik, sedangkan 162

42 saat unloading, tekanan akan turun. Untuk mengantisipasi hal ini, dipasang pressure indicator untuk mengukur tekanan dalam tangki serta breather valve untuk menyesuaikan tekanan tangki. Selain akibat loading dan unloading, tekanan tangki dapat naik secara drastis dalam waktu singkat apabila terjadi kenaikan suhu cairan yang menyebabkan menguapnya acetaldehyde, diikuti dengan gagalnya sistem temperature controller untuk mengalirkan pendingin. Apabila hal ini terjadi, acetaldehyde dapat menguap dalam jumlah besar dan menyebabkan overpressure pada tangki. Untuk mengantisipasi hal ini, pada tangki dipasang pula relief valve untuk mengeluarkan uap acetaldehyde agar tangki terhindar dari overpressure. Relief valve cadangan juga perlu dipasang untuk mengantisipasi gagalnya relief valve utama. 3. Level Control Level cairan dalam tangki penyimpanan harus dijaga agar tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Level cairan yang terlalu tinggi akan menyebabkan terjadinya overflow, sedangkan level cairan yang terlalu rendah akan menyebabkan kurangnya volume cairan yang mengalir ke pompa sehingga dapat mengakibatkan kavitasi pada pompa. Untuk mengantisipasi hal ini, pada tangki penyimpanan dipasang level controller yang dapat mengatur laju arus keluar tangki. 4. Lain-lain Untuk mengantisipasi lepasnya acetaldehyde ke lingkungan, baik melalui relief valve maupun akibat kebocoran dan pecahnya tangki, dipasang water sprinkle. Acetaldehyde merupakan bahan yang sangat larut dalam air, sehingga apabila terjadi pelepasan acetaldehyde keluar tangki, acetaldehyde dapat dilarutkan dengan air dari water sprinkle. Selain itu juga dipasang alarm tanda bahaya dan alat pemadam kebakaran. Untuk menjaga agar kondisi tangki tetap baik, dilakukan pemeriksaan tangki secara berkala. 163

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4. LIMBAH Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.B3 PENGERTIAN Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/1999 Jo.PP 85/1999

Lebih terperinci

AlCl₃ (Aluminium Klorida) Ishmar Balda Fauzan ( ) Widya Fiqra ( ) Yulia Endah Permata ( )

AlCl₃ (Aluminium Klorida) Ishmar Balda Fauzan ( ) Widya Fiqra ( ) Yulia Endah Permata ( ) AlCl₃ (Aluminium Klorida) Ishmar Balda Fauzan (121411048) Widya Fiqra (121411061) Yulia Endah Permata (121411062) Pengertian Reaksi Terhadap Zat Lain AlCl₃ Kegunaan dan Manfaat MSDS Proses Pembuatan KARAKTERISTIK

Lebih terperinci

Nama : Irritant. Lambang : Xi. Contoh : NaOH, C 6 H 5 OH, Cl 2. Nama : Harmful. Lambang : Xn

Nama : Irritant. Lambang : Xi. Contoh : NaOH, C 6 H 5 OH, Cl 2. Nama : Harmful. Lambang : Xn Seperti yang telah kita ketahui, bahan-bahan kimia yang biasa terdapat di laboratorium kimia banyak yang bersifat berbahaya bagi manusia maupun bagi lingkungan sekitar. Ada yang bersifat mudah terbakar,

Lebih terperinci

KPS DIR Instruksi Kerja Lab Teknik Elektro: Kesehatan dan Keselamatan Kerja di TFME

KPS DIR Instruksi Kerja Lab Teknik Elektro: Kesehatan dan Keselamatan Kerja di TFME 1/7 1. Tujuan a. Agar tercapai keadaan yang aman dan nyaman bagi karyawan/mahasiswa, serta tidak berbahaya bagi lingkungan. b. Karyawan / mahasiswa dapat memahami tentang tindakan pencegahan & penanggulangan

Lebih terperinci

Pemantauan Limbah Cair, Gas dan Padat

Pemantauan Limbah Cair, Gas dan Padat Pemantauan Limbah Cair, Gas dan Padat Paryanto, Ir.,MS Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Sebelas Maret Bimbingan Teknis Pengendalian B3 Pusat Pelatihan

Lebih terperinci

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran. LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN Pencegahan Kebakaran

Lebih terperinci

Pengenalan Bahan Kimia

Pengenalan Bahan Kimia Pengenalan Bahan Kimia RANKING DAN SIMBOL BAHAYA BAHAN KIMIA MENURUT NEPA-USA NO BAHAYA KESEHATAN (HEALTH) BAHAYA KEBAKARAN (FIRE) BAHAYA REAKTIVITAS (REACTIVITY) 4 Penyebab kematian, cedera fatal, meskipun

Lebih terperinci

KPS DIR Instruksi Kerja Lab Teknik Elektro: Penanganan Bahan Kimia di TFME

KPS DIR Instruksi Kerja Lab Teknik Elektro: Penanganan Bahan Kimia di TFME 1/8 1. Tujuan Untuk memberi petunjuk tatacara penyimpanan, pemakaian dan penyediaan bahan kimia. 2. Ruang Lingkup Bahan kimia yang ada di TFME Politeknik Negeri Batam. 3. Istilah/Singkatan/Definisi TFME

Lebih terperinci

Keselamatan Kerja di Laboratorium

Keselamatan Kerja di Laboratorium Keselamatan Kerja di Laboratorium Perhatikan PetunjuKeselamatan kerja Berkaitan dengan keamanan, kenyamanan kerja, dan kepentingan kesehatan, Keselamatan kerja sangat penting di perhatikan dalam bekerja

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan BAB I PENGANTAR Metil salisilat merupakan turunan dari asam salisat yang paling penting secara komersial, disamping

Lebih terperinci

BAHAN KIMIA BERBAHAYA ALDI KURNIA TAMA

BAHAN KIMIA BERBAHAYA ALDI KURNIA TAMA BAHAN KIMIA BERBAHAYA ALDI KURNIA TAMA 1417031006 Tabel Bahan Kimia Berbahaya No Nama Bahan Kimia Simbol Keterangan 1 Natrium Peroxide Oksidasi Korosif 2 Acrylamide 3 Sodium Hidroxide Korosif 4 Napthalene

Lebih terperinci

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA TUJUAN Memelihara lingkungan kerja yang sehat. Mencegah, dan mengobati kecelakaan yang disebabkan akibat pekerjaan sewaktu bekerja. Mencegah dan mengobati

Lebih terperinci

Material Safety Data Sheet

Material Safety Data Sheet 0 1 0 Health 1 Fire 0 Reactivity 0 Nama: Calcium sulfate Rumus Kimia: BaSO4 Material Safety Data Sheet Calcium Sulfate MSDS Bagian 1: Identifikasi Produk Personal Protection E Bagian 2: Identifikasi Bahaya

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3 1 dari 7 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal terbit Ditetapkan, Direktur RS. Dedy Jaya Brebes PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR dr. Irma Yurita 1. Identifikasi bahaya B3 (Bahan Berbahaya dan

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBERIAN SIMBOL DAN LABEL BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

TATA CARA PEMBERIAN SIMBOL DAN LABEL BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN Lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 03 Tahun 2008 Tanggal : 5 Maret 2008 TATA CARA PEMBERIAN SIMBOL DAN LABEL BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN I. PENDAHULUAN Pengelolaan B3 yang mencakup

Lebih terperinci

K3 KEBAKARAN. Pelatihan AK3 Umum

K3 KEBAKARAN. Pelatihan AK3 Umum K3 KEBAKARAN Pelatihan AK3 Umum Kebakaran Hotel di Kelapa Gading 7 Agustus 2016 K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN FENOMENA DAN TEORI API SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN FENOMENA & TEORI API Apakah...? Suatu proses

Lebih terperinci

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM Unit pendukung proses (utilitas) merupakan bagian penting penunjang proses produksi. Utilitas yang tersedia di pabrik metil tersier butil eter adalah unit

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 1. Cara aman membawa alat gelas adalah dengan... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 Satu tangan Dua tangan Dua jari Lima jari Kunci Jawaban : B Alat-alat

Lebih terperinci

MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN

MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN III.1.

Lebih terperinci

4.1 INDENTIFIKASI SISTEM

4.1 INDENTIFIKASI SISTEM BAB IV ANALISIS 4.1 INDENTIFIKASI SISTEM. 4.1.1 Identifikasi Pipa Pipa gas merupakan pipa baja API 5L Grade B Schedule 40. Pipa jenis ini merupakan pipa baja dengan kadar karbon maksimal 0,28 % [15]. Pipa

Lebih terperinci

BAB II DISKRIPSI PROSES

BAB II DISKRIPSI PROSES 14 BAB II DISKRIPSI PROSES 2.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1. Spesifikasi bahan baku a. CPO (Minyak Sawit) Untuk membuat biodiesel dengan kualitas baik, maka bahan baku utama trigliserida yang

Lebih terperinci

PT. BINA KARYA KUSUMA

PT. BINA KARYA KUSUMA PT. BINA KARYA KUSUMA www.bkk.id Informasi Teknis NEUTRALIZER 25 05 Januari 2015 1. Pengantar NEUTRALIZER 25 adalah produk yang berbentuk bubuk (powder), produk ini secara khusus diformulasikan sebagai

Lebih terperinci

Material Safety Data Sheet (MSDS)

Material Safety Data Sheet (MSDS) Material Safety Data Sheet (MSDS) Bagian 1 IDENTITAS BAHAN DAN PERUSAHAAN (Chemical Product and Company Identification) NAMA PRODUK / NAMA DAGANG PEST SOLUT-ION (Bahan Adjuvant) SINONIM PEST SOLUT-ION

Lebih terperinci

Ag2SO4 SIFAT FISIKA. Warna dan bentuk: serbuk putih BM: Titik leleh (derajat C) : tidak ada. Titik didih: 1085 C. Tekanan uap: tidak berlaku

Ag2SO4 SIFAT FISIKA. Warna dan bentuk: serbuk putih BM: Titik leleh (derajat C) : tidak ada. Titik didih: 1085 C. Tekanan uap: tidak berlaku Ag2SO4 Warna dan bentuk: serbuk putih BM: 311.8 Titik leleh (derajat C) : tidak ada Titik didih: 1085 C Tekanan uap: tidak berlaku Specific gravity: 5.45 Kelarutan dalam air: 0.57g/100 cc (0 C) Bahaya

Lebih terperinci

PT. BINA KARYA KUSUMA

PT. BINA KARYA KUSUMA PT. BINA KARYA KUSUMA www.bkk.id Informasi Teknis PAINT REMOVER 40 05 Januari 2015 1. Pengantar PAINT REMOVER 40 adalah bahan kimia yang bersifat asam yang sangat efektif untuk menghilangkan cat 2. Penggunaan

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap

Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap perubahan/kondisi lingkungan yang dengan sifatnya tersebut dapat

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Alumunium Sulfat dari Asam Sulfat dan Kaolin Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Alumunium Sulfat dari Asam Sulfat dan Kaolin Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Perkembangan industri kimia di indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dengan hal itu kebutuhan bahan baku dan bahan penunjang dalam industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam percobaan ini mengunakan metoda spektrometri yang pengukuran secara kuantitatif. Namun percobaan ini tidak jauh berbeda dengan percobaan sebelumnya karena percobaan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA & BERACUN (B3)

TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA & BERACUN (B3) TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA & BERACUN (B3) Definisi Limbah B3 (PP no.18/1999) Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya da/atau beracun yang karena

Lebih terperinci

BAB II PERANCANGAN PRODUK

BAB II PERANCANGAN PRODUK BAB II PERANCANGAN PRODUK 2.1 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1 Tabel Spesifikasi Bahan Baku dan Produk Sifat Tabel 2.1 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk Acrylonitrile Produk Air Bahan Baku Ethylene

Lebih terperinci

BUKU PEDOMAN KESELAMATAN KERJA PRAKTEK MAHASISWA

BUKU PEDOMAN KESELAMATAN KERJA PRAKTEK MAHASISWA BUKU PEDOMAN KESELAMATAN KERJA PRAKTEK MAHASISWA PROGRAM STUDI DIPLOMA III AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016 KATA PENGANTAR Sesuai dengan Undang-Undang No. 1 tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Magnesium klorida Salah satu kegunaan yang paling penting dari MgCl 2, selain dalam pembuatan logam magnesium, adalah pembuatan semen magnesium oksiklorida, dimana dibuat melalui

Lebih terperinci

PABRIK GLISEROL DARI COTTON SEED OIL DENGAN PROSES HIDROLISA KONTINYU

PABRIK GLISEROL DARI COTTON SEED OIL DENGAN PROSES HIDROLISA KONTINYU PABRIK GLISEROL DARI COTTON SEED OIL DENGAN PROSES HIDROLISA KONTINYU Penyusun : Riyo Eko Prasetyo 2307030067 Wicaksono Ardi Nugroho 2307030078 Dosen Pembimbing : Ir. Elly Agustiani, M. Eng 19580819 198503

Lebih terperinci

PENGENALAN BAHAN-BAHAN Kimia

PENGENALAN BAHAN-BAHAN Kimia 2012 PENGENALAN BAHAN-BAHAN Kimia NUR RATNA SARI DIII ANALIS KIMIA 9/29/2012 I. Tujuan : PENGENALAN BAHAN KIMIA Untuk dapat menjelaskan tentang jenis, sifat serta simbol-simbol bahaya bahan kimia. II.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan salah satu unsur atau zat yang sangat penting setelah air. Seluruh makhluk hidup membutuhkan udara sebagai oksigen demi kelangsungan hidupnya di muka

Lebih terperinci

Material Safety Data Sheet. : Resin Pinus Oleo

Material Safety Data Sheet. : Resin Pinus Oleo Material Safety Data Sheet Resin Pinus Oleo Bagian 1: Produk Kimia dan Identifikasi Perusahaan Nama Produk : Resin Pinus Oleo Sinonim : Pinus Resin Turpentin Identifikasi Perusahaan : Tradeasia International

Lebih terperinci

PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT

PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT PRODU KSI A SAM SU LFAT BAB III PROSES PROSES PRODUKSI ASAM SULFAT 3.1 Flow Chart Proses Produksi Untuk mempermudah pembahasan dan urutan dalam menguraikan proses produksi, penulis merangkum dalam bentuk

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN SIMBOL DAN LABEL BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN SIMBOL DAN LABEL BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN SIMBOL DAN LABEL BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

SIMBOL BAHAYA DAN KLASIFIKASI BAHAN- BAHAN KIMIA MENURUT EROPA (EUROPEAN ECONOMIC COMMUNITY-EEC)

SIMBOL BAHAYA DAN KLASIFIKASI BAHAN- BAHAN KIMIA MENURUT EROPA (EUROPEAN ECONOMIC COMMUNITY-EEC) SIMBOL BAHAYA DAN KLASIFIKASI BAHAN- BAHAN KIMIA MENURUT EROPA (EUROPEAN ECONOMIC COMMUNITY-EEC) KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN HUKUM KETENAGAKERJAAN OLEH : Kelompok 2 (I KC) 1. Julian Irawan (NIM 061430401226)

Lebih terperinci

Pra Perancangan Pabrik Kimia Propylene Glycol Kapasitas ton/tahun

Pra Perancangan Pabrik Kimia Propylene Glycol Kapasitas ton/tahun BAB II PERANCANGAN PRODUK Untuk memperoleh kualitas produk yang bagus dan sesuai dengan target yang didinginkan dengan kadar kemurnian 97 % maka perancangan produk dirancang berdasarkan variabel utama

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Nitrogliserin dari Gliserin dan Asam Nitrat dengan Proses Biazzi Kapasitas Ton/ Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES

Prarancangan Pabrik Nitrogliserin dari Gliserin dan Asam Nitrat dengan Proses Biazzi Kapasitas Ton/ Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1 Bahan Baku 1. Gliserin (C3H8O3) Titik didih (1 atm) : 290 C Bentuk : cair Spesific gravity (25 o C, 1atm) : 1,261 Kemurnian : 99,5 %

Lebih terperinci

Keselamatan Penanganan Bahan Kimia. Kuliah 9

Keselamatan Penanganan Bahan Kimia. Kuliah 9 Keselamatan Penanganan Bahan Kimia Kuliah 9 Bahan Kimia & Kesehatan Mengetahui apakah suatu gangguan kesehatan berkaitan dengan pekerjaan tidaklah selalu mudah. Jangan mengabaikan pusing-pusing, flu dan

Lebih terperinci

Pasal 9 ayat (3),mengatur kewajiban pengurus menyelenggarakan latihan penanggulangan kebakaran

Pasal 9 ayat (3),mengatur kewajiban pengurus menyelenggarakan latihan penanggulangan kebakaran PENANGGULANGAN KEBAKARAN PENDAHULUAN DATA KASUS KEBAKARAN Tahun 1990-1996 Jumlah kejadian : 2033 kasus 80% kasus di tempat kerja 20% kasus bukan di tempat kerja Tahun 1997-2001 Jumlah kejadian : 1121 kasus

Lebih terperinci

BAB KE 7 INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA. Bab ke 7,Instrumentasi dan keselamatan kerja

BAB KE 7 INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA. Bab ke 7,Instrumentasi dan keselamatan kerja BAB KE 7 INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA Untuk mendapatka kualitas dan kuantitas produk yang diinginkan serta keselamatan baik karyawan maupun alat proses, maka instrumentasi dan keselamatan kerja

Lebih terperinci

Material Safety Data Sheet. : Stearin Sawit RBD Terhidrogenasi

Material Safety Data Sheet. : Stearin Sawit RBD Terhidrogenasi Material Safety Data Sheet Stearin Sawit RBD Terhidrogenasi Bagian 1: Produk Kimia dan Identifikasi Perusahaan Nama Produk : Stearin Sawit RBD Terhidrogenasi Identifikasi Perusahaan : Tradeasia International

Lebih terperinci

PEDOMAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN AKIBAT KECELAKAAN B3 DAN LIMBAH B3

PEDOMAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN AKIBAT KECELAKAAN B3 DAN LIMBAH B3 PEDOMAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN AKIBAT KECELAKAAN B3 DAN LIMBAH B3 Disampaikan pada tanggal 23 November 2017 DIREKTORAT PEMULIHAN KONTAMINASI DAN TANGGAP DARURAT LIMBAH B3 DIRJEN PENGELOLAAN SAMPAH,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Phthalic Acid Anhydride (1,2-benzenedicarboxylic anhydride) Phthalic acid anhydride pertama kali ditemukan oleh Laurent pada tahun 1836 dengan reaksi oksidasi katalitis ortho

Lebih terperinci

PT. BINA KARYA KUSUMA

PT. BINA KARYA KUSUMA PT. BINA KARYA KUSUMA www.bkk.id Informasi Teknis PRECOAT 5 Juni 2015 1. Pengantar PRECOAT adalah bahan kimia hexavalent yang tidak mengandung chromate diformulasikan khusus untuk permukaan alumunium,

Lebih terperinci

PT. TRIDOMAIN CHEMICALS Jl. Raya Merak Km. 117 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Banten 42438, INDONESIA Telp. (0254) , Fax.

PT. TRIDOMAIN CHEMICALS Jl. Raya Merak Km. 117 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Banten 42438, INDONESIA Telp. (0254) , Fax. Jl. Raya Merak Km. 7 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Telp. (0254) 570-42, Fax. (0254) 57-458 0 April 2007 7 November 204 PAGE OF 6 BAGIAN- : IDENTIFIKASI PERUSAHAAN DAN PRODUK KIMIA Nama produk Kimia :

Lebih terperinci

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Indonesia merupakan suatu negara yang sangat subur dan kaya akan hasil pertanian serta perikanannya, selain hal tersebut Indonesia memiliki aset

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Tempat Kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dimetil Eter Dimetil Eter (DME) adalah senyawa eter yang paling sederhana dengan rumus kimia CH 3 OCH 3. Dikenal juga sebagai methyl ether atau wood ether. Jika DME dioksidasi

Lebih terperinci

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM 52 BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM Unit pendukung proses (utilitas) merupakan bagian penting penunjang proses produksi. Utilitas yang tersedia di pabrik PEA adalah unit pengadaan air, unit

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN UMUM Meningkatnya kegiatan pembangunan di Indonesia dapat mendorong peningkatan

Lebih terperinci

PT. BINA KARYA KUSUMA

PT. BINA KARYA KUSUMA PT. BINA KARYA KUSUMA www.bkk.id Informasi Teknis RUST PREVENTIVE OIL 05 Januari 2015 1. Pengantar RUST PREVENTIVE OIL adalah bahan kimia yang diformulasikan khusus sebagai anti karat yang bersifat mudah

Lebih terperinci

SANITASI DAN KEAMANAN

SANITASI DAN KEAMANAN SANITASI DAN KEAMANAN Sanitasi adalah.. pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah,

Lebih terperinci

SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN

SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN LAMPIRAN II PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Selulosa asetat merupakan ester asam organik dari selulosa yang telah lama dikenal di dunia. Produksi selulosa asetat adalah yang terbesar dari semua turunan selulosa.

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Isobutil palmitat dari Asam palmitat dan Isobutanol Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Isobutil palmitat dari Asam palmitat dan Isobutanol Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia khususnya industri kimia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Kebutuhan bahan kimia dalam negeri masih banyak didatangkan

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN SISTEM HARMONISASI GLOBAL KLASIFIKASI DAN LABEL PADA BAHAN KIMIA

DAFTAR LAMPIRAN SISTEM HARMONISASI GLOBAL KLASIFIKASI DAN LABEL PADA BAHAN KIMIA 10 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/M-IND/PER/4/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN NOMOR 87/M-IND/PER/9/2009 TENTANG SISTEM HARMONISASI GLOBAL

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN menurut Peraturan (UE) No. 1907/2006

LEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN menurut Peraturan (UE) No. 1907/2006 BAGIAN 1: Identitas Bahan dan Perusahaan 1.1 Pengidentifikasi produk Nomor produk 111412 Nama produk No-CAS 118-56-9 1.2 Penggunaan yang relevan dari bahan atau campuran yang diidentifikasi dan penggunaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Nitrometana Nitrometana merupakan senyawa organik yang memiliki rumus molekul CH 3 NO 2. Nitrometana memiliki nama lain Nitrokarbol. Nitrometana ini merupakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NO.KEP. 187/MEN/1999 TENTANG PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA R.I.

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NO.KEP. 187/MEN/1999 TENTANG PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA R.I. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NO.KEP. 187/MEN/1999 TENTANG PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA R.I. Menimbang a. bahwa kegiatan industri yang mengolah, menyimpan,

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sumber daya manusia adalah asset yang sangat berharga dimana harus terus dijaga dan diperdayakan. Pemberdayaan dan perhatian terhadap sumber daya manusia yang tinggi

Lebih terperinci

PT. TRIDOMAIN CHEMICALS Jl. Raya Merak Km. 117 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Banten 42438, INDONESIA Telp. (0254) , Fax.

PT. TRIDOMAIN CHEMICALS Jl. Raya Merak Km. 117 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Banten 42438, INDONESIA Telp. (0254) , Fax. Jl. Raya Merak Km. 7 Desa Gerem Kec. Grogol Cilegon Telp. (0254) 570-42, Fax. (0254) 57-458 0 April 2007 7 November 204 PAGE OF 6 BAGIAN- : IDENTIFIKASI PERUSAHAAN DAN PRODUK KIMIA Nama produk Kimia :

Lebih terperinci

I. INHERENTLY SAFER DESIGN ( perancanagn berbasiskan keselamatan )

I. INHERENTLY SAFER DESIGN ( perancanagn berbasiskan keselamatan ) I. INHERENTLY SAFER DESIGN ( perancanagn berbasiskan keselamatan ) I.1 Resposibilities Perancangan Sebagai seorang insinyur / ahli teknik dengan lingkup pekerjaan sebagai perancang alat, atau dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Asetaldehida Asetaldehida atau disebut juga etanal (CH 3 CHO) merupakan suatu senyawa alifatik yang berupa cairan tidak berwarna, mudah terbakar, dan dapat bercampur dengan air

Lebih terperinci

MSDS NaCl (natrium klorida)

MSDS NaCl (natrium klorida) MSDS NaCl (natrium klorida) Sifat fisika dan sifat kimia - Keadaan fisik : Bubuk kristal padat - Bau : sedikit - Rasanya : garam/asin - Berat molekul : 58,33 g/mol - Warna : putih - Titik didih : 1413

Lebih terperinci

BAB II DISKRIPSI PROSES. 2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung dan Produk. Isobutanol 0,1% mol

BAB II DISKRIPSI PROSES. 2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung dan Produk. Isobutanol 0,1% mol BAB II DISKRIPSI PROSES 2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung dan Produk 2.1.1. Spesifikasi bahan baku tert-butyl alkohol (TBA) Wujud Warna Kemurnian Impuritas : cair : jernih : 99,5% mol : H 2 O

Lebih terperinci

Lembar Data Keselamatan Bahan (MSDS)

Lembar Data Keselamatan Bahan (MSDS) asia, asia panel, pr omat, eterpan, intumex, asia pacific, chi na, fire protec tion, fiber c ement, panel, mor tar, eter nit, eterni t asia panel, Promat, Promatech, Pr omatect Fax: Diterbitkan Tanggal:

Lebih terperinci

BAB II PERANCANGAN PRODUK

BAB II PERANCANGAN PRODUK BAB II PERANCANGAN PRODUK 2.1 Spesifikasi Bahan Baku 2.1.1 Butanol (C 4 H 9 OH) Wujud : cair (30 o C, 1 atm) Kenampakan : bening Berat molekul : 74,12 Titik didih : 117,7 0 C Titik beku : -89,3 0 C Titik

Lebih terperinci

PT. BINA KARYA KUSUMA

PT. BINA KARYA KUSUMA PT. BINA KARYA KUSUMA www.bkk.id Informasi Teknis DERUSTER 250 N 05 Januari 2015 1. Pengantar DERUSTER 250 N adalah pembersih metal dan penghilang karat bersifat asam yang mengandung phosphoric acid-solvent-detergent

Lebih terperinci

PROSEDUR PENANGANAN BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA. Pengertian. Tujuan. 1. Bahan Beracun dan Berbahaya

PROSEDUR PENANGANAN BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA. Pengertian. Tujuan. 1. Bahan Beracun dan Berbahaya Pengertian 1. Bahan Beracun dan Berbahaya Adalah semua bahan kimia yang mempunyai efek mengakibatkan kerugian terhadap orang dan lingkungan sekitarnya seperti: korosif, oksidasi, bersifat racun, meledak

Lebih terperinci

SOLUSI SUPLAI AIR PENDINGIN UNTUK KOMPLEK INDUSTRI PADAT DI TEPI PANTAI Oleh: Muchlis Nugroho Pasaman&Soeparman Chemical Engineer, PT

SOLUSI SUPLAI AIR PENDINGIN UNTUK KOMPLEK INDUSTRI PADAT DI TEPI PANTAI Oleh: Muchlis Nugroho Pasaman&Soeparman Chemical Engineer, PT SOLUSI SUPLAI AIR PENDINGIN UNTUK KOMPLEK INDUSTRI PADAT DI TEPI PANTAI Oleh: Muchlis Nugroho Pasaman&Soeparman Chemical Engineer, PT Latar Belakang Lokasi pabrik PT. Kaltim Parna Industri (produsen ammonia)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil BAB II LANDASAN TEORI II.1 Teori Dasar Ketel Uap Ketel uap adalah pesawat atau bejana yang disusun untuk mengubah air menjadi uap dengan jalan pemanasan, dimana energi kimia diubah menjadi energi panas.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH LIMBAH B3

BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH LIMBAH B3 45 BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH LIMBAH B3 A. Pengertian Limbah Di dalam pasal 1 butir 20 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki hasil perkebunan yang cukup banyak, salah satunya hasil perkebunan ubi kayu yang mencapai 26.421.770 ton/tahun (BPS, 2014). Pemanfaatan

Lebih terperinci

LEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN menurut Peraturan (UE) No. 1907/2006

LEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN menurut Peraturan (UE) No. 1907/2006 BAGIAN 1: Identitas Bahan dan Perusahaan 1.1 Pengidentifikasi produk Nomor produk 140919 Nama produk 1.2 Penggunaan yang relevan dari bahan atau campuran yang diidentifikasi dan penggunaan yang disarankan

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan I. Pendahuluan A. Latar Belakang Dalam dunia industri terdapat bermacam-macam alat ataupun proses kimiawi yang terjadi. Dan begitu pula pada hasil produk yang keluar yang berada di sela-sela kebutuhan

Lebih terperinci

PENGENALAN DAN PENANGANAN BAHAN-BAHAN KIMIA

PENGENALAN DAN PENANGANAN BAHAN-BAHAN KIMIA PENGENALAN DAN PENANGANAN BAHAN-BAHAN KIMIA I. PENDAHULUAN Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu tentang kehidupan secara sistematis, sehingga Biologi bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang

Lebih terperinci

Lembaran Data Keselamatan Bahan

Lembaran Data Keselamatan Bahan Lembaran Data Keselamatan Bahan Halaman: 1/5 1. Zat/bahan olahan dan nama perusahaan Covi-ox T-50 C Penggunaan: antioksidan, dietary supplement, bahan kosmetik Perusahaan: PT BASF Indonesia Plaza GRI,

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN UMUM Meningkatnya kegiatan pembangunan di Indonesia dapat mendorong peningkatan

Lebih terperinci

KEBAKARAN DAN ALAT PEMADAM API. Regina Tutik Padmaningrum Jurdik Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta

KEBAKARAN DAN ALAT PEMADAM API. Regina Tutik Padmaningrum   Jurdik Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta KEBAKARAN DAN ALAT PEMADAM API Regina Tutik Padmaningrum e-mail: regina_tutikp@uny.ac.id Jurdik Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta Alat Pemadam Api adalah semua jenis alat ataupun bahan pemadam

Lebih terperinci

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai Air yang digunakan meliputi : 1. Air pendingin, digunakan untuk mendinginkan alat penukar panas. 2. Air Proses,

Lebih terperinci

Material Safety Data Sheet (MSDS)

Material Safety Data Sheet (MSDS) Material Safety Data Sheet (MSDS) NAMA PRODUK / NAMA DAGANG Weed SOLUT-ION (Bahan Adjuvant) SOLUT-ION ini merupakan bahan SINONIM adjuvant atau trigger atau pembawa bahan aktif herbisida yang dibuat dari

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES. Kode M-01 M-02 M-03 Fungsi Mencampur NaOH 98% dengan air menjadi larutan NaOH 15%

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES. Kode M-01 M-02 M-03 Fungsi Mencampur NaOH 98% dengan air menjadi larutan NaOH 15% III.1 Spesifikasi Alat Utama BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES Alat-alat utama di pabrik ini meliputi mixer, reaktor, netralizer, evaporator, centrifuge, dekanter. Spesifikasi yang ditunjukkan adalah fungsi,

Lebih terperinci

CH 3 -O-CH 3. Pabrik Dimethyl Ether (DME) dari Styrofoam bekas dengan Proses Direct Synthesis. Dosen Pembimbing: Dr.Ir. Niniek Fajar Puspita, M.

CH 3 -O-CH 3. Pabrik Dimethyl Ether (DME) dari Styrofoam bekas dengan Proses Direct Synthesis. Dosen Pembimbing: Dr.Ir. Niniek Fajar Puspita, M. Pabrik Dimethyl Ether (DME) dari Styrofoam bekas dengan Proses Direct Synthesis CH 3 -O-CH 3 Dosen Pembimbing: Dr.Ir. Niniek Fajar Puspita, M.Eng 1. Agistira Regia Valakis 2310 030 009 2. Sigit Priyanto

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

MATERIAL SAFETY DATA SHEET ANILINE 99%

MATERIAL SAFETY DATA SHEET ANILINE 99% MATERIAL SAFETY DATA SHEET ANILINE 99% Bagian 1: Identifikasi Zat Nama Produk : aniline Sinonim : aminobenzena; Benzenamine; Aminophen Nama Kimia : aniline Formula kimia : C 6 H 5 NH 2 Bagian 2: Identifikasi

Lebih terperinci

VII. TATA LETAK PABRIK

VII. TATA LETAK PABRIK VII. TATA LETAK PABRIK A. Lokasi Pabrik Lokasi pabrik perlu ditentukan dengan tepat agar dapat memberikan keuntungan, baik secara teknis maupun ekonomis. Adapun faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN Setiap melakukan penelitian dan pengujian harus melalui beberapa tahapan-tahapan yang ditujukan agar hasil penelitian dan pengujian tersebut sesuai dengan standar yang ada. Caranya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penurunan kualitas lingkungan hidup dewasa ini salah satunya disebabkan oleh aktifitas kendaran bermotor yang menjadi sumber pencemaran udara. Gas-gas beracun penyebab

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang Nama Kimia : Fipronil 50 g/l : Ken-Pronil 50 SC : 5-amino-1-(2, 6-dichloro-4-(trifluoromethyl)phenyl)-4-

Lebih terperinci

LEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN menurut Peraturan (UE) No. 1907/2006

LEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN menurut Peraturan (UE) No. 1907/2006 Created on: 30.08.2010 1. Identitas Bahan dan Perusahaan Informasi Produk Penggunaan Bahan / Preparat Penggunaan khusus Perusahaan: Merck KGaA * 64271 Darmstadt * Germany * Phone:+49 6151 72-0 Nomor telepon

Lebih terperinci

Materi 6. Oleh : Agus Triyono, M.Kes. td&penc. kebakaran/agust.doc 1

Materi 6. Oleh : Agus Triyono, M.Kes. td&penc. kebakaran/agust.doc 1 Materi 6 Oleh : Agus Triyono, M.Kes td&penc. kebakaran/agust.doc 1 TETRA HEDRON KESELAMATAN MENGENALI MENGHINDARI BAHAYA PELATIHAN KESEHATAN FISIK PERLENGKAPAN PELINDUNG TUBUH td&penc. kebakaran/agust.doc

Lebih terperinci

PT. BINA KARYA KUSUMA

PT. BINA KARYA KUSUMA PT. BINA KARYA KUSUMA www.bkk.id Informasi Teknis ZINC PHOSPHATE 5 Juni 2015 1. Pengantar Zinc Phosphate adalah bahan kimia yang di formulasikan untuk merawat/melapisi permukaan besi dan/atau berlapis

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Proses pembuatan natrium nitrat dengan menggunakan bahan baku natrium klorida dan asam nitrat telah peroleh dari dengan cara studi pustaka dan melalui pertimbangan

Lebih terperinci