PERBANDINGAN DAYA SERAP TENAGA KERJA PADA PERUSAHAAN PERUSAHAAN PMA DAN PMDN DI JAWA TIMUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBANDINGAN DAYA SERAP TENAGA KERJA PADA PERUSAHAAN PERUSAHAAN PMA DAN PMDN DI JAWA TIMUR"

Transkripsi

1 EKUITAS ISSN Akreditasi No.395/DIKTI/Kep/2000 PERBANDINGAN DAYA SERAP TENAGA KERJA PADA PERUSAHAAN PERUSAHAAN PMA DAN PMDN DI JAWA TIMUR Budiyanto *) ABSTRAK Kesempatan dan kemudahan kemudahan bagi penanam modal, baik modal domestik maupun modal asing antara lain bertujuan untuk memperluas kesempatan kerja. Sehubungan dengan tujuan untuk memperluas kesempatan kerja, sampai saat ini masih adanya anggapan bahwa penanaman modal asing secara garis besar akan lebih bersifat padat modal, sedangkan penanaman modal dalam negeri secara garis besar akan lebih bersifat padat karya. Dengan demikian dari sudut pandangan tersebut dapatlah diduga bahwa ada perbedaan daya serap tenaga kerja antara penanaman modal dalam rangka kemudahan Penanaman Modal Asing (PMA) dengan penanaman modal dalam rangka kemudahan Penanam an Modal Dalam Negeri (PMDN). Artikel ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan apakah dalam kenyataannya perbedaan tersebut ada. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN Didalam Garis Garis Besar Haluan Negara telah dinyatakan bahwa Pembangunan Nasional dilaksanakan di dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Dari pernyataan tersebut jelaslah bahwa pembangunan nasional tidak hanya bermaksud untuk membangun segala sesuatu yang bersifat lahiriah tetapi juga yang bersifat batiniah, bahkan hendak dicapai keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara keduanya. Secara singkat tujuan Pembangunan Nasional adalah masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Untuk mencapai tujuan tersebut tentunya suatu hal yang tidak mudah lebih lebih seperti dalam situasi ekonomi sekarang ini, untuk mencapainya haruslah dikerahkan segala apa yang ada dan dimiliki oleh bangsa Indonesia, baik yang berupa sumber daya alam, teknologi, sumber daya modal dan terlebih sumber daya manusia. *) Drs. Budiyanto, MS adalah dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya 410 Ekuitas Vol.5 No.4 Desember 2001

2 Sebagai bagian dari pemanfaatan sumber daya modal untuk ikut berperan serta dalam proses pembangunan yang berkesinambungan, sejak dikeluarkannya Undang Undang No. 1 tahun 1967 dan Undang Undang No. 6 tahun 1968 hingga sekarang, terlebih lagi dalam rangka otonomi daerah, pemerintah telah memberikan kesempatan dan kemudahan kemudahan bagi penanam modal, baik modal domestik maupun modal asing yang bertujuan antara lain untuk memperluas kesempatan kerja. Sehubungan dengan tujuan untuk memperluas kesempatan kerja seperti diatas, dari sudut pandangan orang awam dapatlah diduga bahwa ada perbedaan daya serap tenaga kerja antara penanaman modal dalam rangka kemudahan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dengan penanaman modal dalam rangka kemudahan Penanaman Modal Asing (PMA). Dugaan tersebut muncul, mungkin karena masih adanya anggapan bahwa penanaman modal asing secara garis besar akan lebih bersifat padat modal, sedangkan penanaman modal dalam negeri secara garis besar akan bersifat padat karya. Apakah dalam kenyataannya perbedaan tersebut ada? Pertanyaan inilah yang melatar belakangi penelitian ini dilakukan. Tujuan dan Hipotesis Penelitian Penelitian ini dikembangkan dari penelitian Wibisono Hardjopranoto (1985) dengan tujuan untuk mengetahui berapa besar daya serap tenaga kerja di Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) tersebut. Lebih khusus lagi, ingin diketahui apakah ada perbedaan daya serap tenaga kerja untuk penanaman modal dalam bentuk PMDN dengan penanaman modal dalam bentuk PMA dari perusahaan perusahaan yang tercatat di Badan Penanaman Modal (BPM) Jawa Timur tahun Hasil penelitian ini bermanfaat bagi para pengambil keputusan sebagai pertimbangan untuk meninjau kembali kebijakan kebijakan yang telah ditetapkan dalam rangka pemberian kemudahan Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) khususnya dalam lingkup wilayah Jawa Timur. Manfaat lain penelitian ini adalah untuk memperluas bahan pendidikan manajemen investasi khususnya tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang dilaksanakan di Jawa Timur. Sementara itu, telah dijelaskan bahwa dari sudut pandangan orang awam dapatlah diduga bahwa ada perbedaan daya serap tenaga kerja antara penanaman modal dalam rangka kemudahan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dengan penanaman modal dalam rangka kemudahan Penanaman Modal Asing (PMA). Dugaan tersebut muncul, mungkin karena masih adanya anggapan bahwa penanaman modal asing secara garis besar akan lebih bersifat padat modal, sedangkan penanaman modal dalam negeri secara garis besar Perbandingan Daya Serap Tenaga Kerja Perusahaan PMA dan PMDN (Budiyanto) 411

3 akan bersifat padat karya. Atas dasar itu maka hipotesis yang diuji dalam penelitian ini pertama, ada perbedaan rata rata daya serap tenaga kerja perusahaan perusahaan PMDN dengan perusahaan perusahaan PMA. Kedua, ada perbedaan dari dua variance rasio modal tenaga kerja perusahaan perusahaan PMDN dengan rasio modal tenaga kerja perusahaan perusahaan PMA. 2. METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasionalnya. Menurut Moch. Nazir (1985 : ) yang dimaksud dengan variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam macam nilai. Sedangkan definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberi suatu arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah : (1) Jumlah Investasi Jumlah investasi masing masing perusahaan secara individual pada tahun Jumlah investasi perusahaan perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) dihitung dalam suatu mata uang Dollar Amerika (US $) ; sedangkan untuk perusahaan perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dihitung dalam nilai uang Rupiah (Rp). Setelah diadakan perhitungan terhadap rata rata rasio modal tenaga kerja dan standard deviasinya, untuk keperluan perbandingan nilai nilai dollar tersebut dikonversi kedalam nilai rupiah dengan menggunakan kurs tertentu. (2) Jumlah Tenaga Kerja Jumlah Tenaga Kerja (Indonesia dan Asing) yang diperlukan bagi masing masing perusahaan secara individual pada tahun (3) Rasio Modal per Tenaga Kerja Rasio Modal Tenaga Kerja dihitung dengan rumus sebagai berikut : Rasio Modal per Tenaga Kerja (Capital labor ratio) = jumlah investasi jumlah tenaga kerja 412 Ekuitas Vol.5 No.4 Desember 2001

4 Hasil perhitungan ini akan berbentuk nilai uang yang akan berbentuk dollar Amerika untuk Penanaman Modal Asing (PMA) dan rupiah untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Prosedur Pengumpulan Data Data diperoleh dengan cara menghubungi langsung Badan Penanaman Modal (BPM) Tingkat I Jawa Timur untuk mendapatkan data yang diperlukan. Dengan demikian data yang diperoleh merupakan data sekunder yang telah tersusun secara baik. Disamping itu juga dilakukan wawancara dengan bagian data guna menyempurnakan data sekunder tersebut. Teknik Pengambilan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah proyek yang didirikan dalam rangka Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan proyek yang didirikan dalam rangka Penanaman Modal Asing (PMA) pada tahun 2000, yang masing masing berjumlah 23 proyek Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan 43 proyek Penanaman Modal Asing (PMA). Kemudian dengan cara random sampling dari 23 proyek Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) akan diambil sampel sebanyak 19 proyek dan dari 43 proyek Penanaman Modal Asing (PMA) akan diambil sampel sebanyak 36 proyek (Sugiyono, 1997 : 62). Teknik Analisis Dalam penelitian ini akan diuji apakah ada perbedaan antara rata rata data serap tenaga kerja (yang diukur dengan besarnya rasio modal tenaga kerja) perusahaan perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dengan perusahaan perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA). Dari hasil perhitungan rasio modal tenaga kerja tersebut, kemudian dihitung rata rata berikut standard deviasinya. Untuk mengadakan pengujian hipotesis dari kedua rata rata dihitung selisih rata rata diantara keduanya, dengan rumus : Selisih rata rata = X 1 X 2 Rata rata dari sampling distribution selisih rata rata sampel dapat dirumuskan : µ x 1 - x 2 = µ 1 - µ 2 dan mempunyai standard error selisih antara kedua rata rata : σ 1 2 σ 1 2 σ x 1 - x 2 = n 1 + n 2 Perbandingan Daya Serap Tenaga Kerja Perusahaan PMA dan PMDN (Budiyanto) 413

5 Jika standard deviasi populasi tidak diketahui, kesalahan standard rata rata dapat digunakan pendekatan standard deviasi sampel, dengan rumus : 2 S 1 2 S 1 σ x 1 - x 2 = n 1 + n 2 dari pendekatan ini, dapat dirumuskan hipotesis statistiknya sebagai berikut : H 0 : µ 1 = µ 2, artinya tidak ada perbedaan antara rata rata daya serap tenaga kerja perusahaan perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dengan perusahaan perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA). H 1 : µ 1 µ 2, artinya ada perbedaan antara rata rata daya serap tenaga kerja perusahaan perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dengan perusahaan perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA). Teknik pengujian hipotesis diatas dilakukan dengan pertama tama menetapkan besarnya tingkat keyakinan (the confidence level) lebih dahulu, k emudian tingkat keyakinan tersebut dihubungkan dengan nilai Z untuk mendapatkan nilai penyimpangan yang dapat digunakan untuk menentukan batas batas yang membagi daerah penerimaan dengan daerah penolakan. Dengan demikian dapatlah ditentukan apakah obyek yang diestimasikan berada didalam atau diluar daerah penerimaan hipotesis, bila obyek yang diestimasikan berada didalam daerah penerimaan, hipotesis dapat diterima, sedangkan bila obyek yang diestimasikan berada diluar daerah penerimaan, hipotesis harus ditolak. Teknik pengujian hipotesis yang kedua, memusatkan perhatiannya bukan pada rata rata tetapi pada variance. Berdasarkan teknik kedua ini, perumusan hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut : H 0 : σ 1 2 = σ 2 2 H 1 : σ 1 2 σ 2 2 Untuk melakukan pengujian hipotesis berdasarkan teknik ini, bila σ 2 1 tidak diketahui dapat diestimasi dengan S 12 ; sedangkan σ 2 2 dapat diestimasi dengan S 22. Bila hipotesis alternatif yang diterima, diharapkan S 12 akan lebih kecil dari pada S 22. Untuk menjawab ini harus diketahui bagaimana distribusi dari S 12 / S 22, dengan asumsi bahwa kedua populasi merupakan distribusi normal, maka rasio F akan sama besar S 22 / S 12, mempunyai distribusi F dengan n 2 1 degree of fredom pada pembilang dan n 1 1 degree of fredom pada penyebutnya (Haryono Subiyakto, 1995 : 123) 414 Ekuitas Vol.5 No.4 Desember 2001

6 3. PEMBAHASAN DAN ANALISIS Gambaran Penanaman Modal Asing (PMA) di Jawa Timur Sejak saat diundangkannya Undang Undang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Undang Undang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), di Jawa Timur sampai dengan tahun 2000 telah terinvestasi dalam bentuk Penanaman Modal Asing (PMA) sebanyak 683 proyek dengan jumlah investasi sebesar US $ 31,028,761, sedangkan sampai dengan tahun 1999 jumlah proyek Penanaman Modal Asing (PMA) dalam unitnya sudah mencapai 640 proyek dengan jumlah investasi sebesar US $ 30,750,945, ; dengan demikian berarti pada tahun 2000 terdapat pendirian proyek baru dalam rangka Penanaman Modal Asing (PMA) seban yak 43 proyek dengan nilai investasi sebesar US $ 277,816, Ditinjau dari lokasi, investasi terbesar berada di daerah Probolinggo dengan jumlah 15 proyek dari investasi sebesar US $ 8,173,381, Tabel 1 PROYEK PMA YANG DISETUJUI 1967 S/D DESEMBER 2000 MENURUT LOKASI (dalam ribuan US$) NO. LOKASI S/D TAHUN 1999 SELAMA TAHUN 2000 S/D DESEMBER 2000 PROYEK INVESTASI PROYEK INVESTASI PROYEK INVESTASI 1 Surabaya 213 2,710, , ,729,090 2 Gresik 83 4,048, , ,084,478 3 Sidoarjo , , ,096,104 4 Mojokerto , ,901 5 Jombang 4 120, ,051 6 Malang , ,688 7 Pasuruan 88 1,878, , ,922,813 8 Probolinggo 14 8,173, ,173,381 9 Lumajang Bojonegoro Lamongan Tuban 13 4,108, ,108, Bondowoso Jember 4 1, , Banyuwangi 7 17, , Situbondo 3 7,696, ,696, Kediri 5 33, , Tulungagung Blitar Nganjuk Trenggalek Perbandingan Daya Serap Tenaga Kerja Perusahaan PMA dan PMDN (Budiyanto) 415

7 22 Madiun 40 26, , Ngawi Magetan Ponorogo Pacitan Pamekasan Bangkalan 1 1, , Sampang Sumenep 3 48, , B. Daerah 12 99, ,128 Jumlah ,750, , ,028,761 Sumber : BPM Jawa Timur Ditinjau dari bidang kegiatan usaha, investasi terbesar di bidang Industri Kimia dengan proyek sejumlah 111 dan investasi sebesar US $ 18,683,653, Tabel 2 PROYEK PMA YANG DISETUJUI 1967 S/D DESEMBER 2000 MENURUT BIDANG USAHA (dalam ribuan US$) NO. BIDANG USAHA S/D TAHUN 1999 SELAMA TAHUN 2000 S/D DESEMBER 2000 PROYEK INVESTASI PROYEK INVESTASI PROYEK INVESTASI 1 Tanaman Pangan 5 60, ,379 2 Perkebunan 4 3, ,410 3 Peternakan 1 37, ,202 4 Kehutanan Perikanan 1 4, ,774 6 Pertambangan Ind. Makanan 78 1,931, , ,988,957 8 Ind. Tekstil , , ,057 9 Ind. Kayu , , , Ind. Kertas 10 55, , Ind. Pharmasi 7 51, , , Ind. Kimia ,669, , ,683, Ind. M.Non Logam , , , Ind. Logam Dasar , , , Ind. Barang Logam 112 1,986, , ,998, Ind. Lainnya 10 46, , Listrik dan Air 5 4,996, ,996, Bangunan 8 24, , Perdagangan 38 24, , , Hotel & 416 Ekuitas Vol.5 No.4 Desember 2001

8 Restoran , , Pengangkutan , , Perumahan 9 280, , Perkantoran 5 214, , Jasa Lainnya , ,559 Jumlah ,750, , ,028,761 Sumber : BPM Jawa Timur Ditinjau dari Negara Asal Modal, investasi terbesar berasal dari Inggris dengan jumlah 30 proyek dan investasi sebesar US $ 7,879,780, Tabel 3 PROYEK PMA YANG DISETUJUI 1967 S/D DESEMBER 2000 MENURUT NEGARA ASAL RANKING MENURUT NILAI INVESTASI NO. NEGARA ASAL JUMLAH PROYEK INVESTASI (Ribu US$) TENAGA KERJA INDONESIA ASING 1 Inggris 30 7,879,780 12, Hongkong 51 5,087,330 21, Australia 26 1,918,605 10, Jepang 107 1,751,213 44,700 1,121 5 Singapura 64 1,278,822 26, Amerika Serikat 41 1,039,906 17, Korea Selatan 56 1,024,626 23, Belanda ,209 14, Taiwan ,033 61,410 1, Malaysia ,885 4, Switserland 8 220,372 3, Brasilia 1 62, Jerman 14 58,573 5, India 5 56,902 2, Belgia 2 46, Denmark 3 29, Perancis 5 21, Italia 7 17,440 3, Selandia Baru 1 10, Srilanka 3 10, Republik Rakyat Cina 17 33,869 6, Perbandingan Daya Serap Tenaga Kerja Perusahaan PMA dan PMDN (Budiyanto) 417

9 22 Kanada 1 6, Turki 1 6, Philipina 3 3,994 1, Panama 2 3, Thailand 1 3, Luxemburg 1 1, Beberapa Negara 41 8,935,359 24, Jumlah ,028, ,840 7,222 Sumber : BPM Jawa Timur Tabel 4 PROYEK PMA YANG DISETUJUI 1967 S/D DESEMBER 2000 MENURUT NEGARA ASAL RANKING MENURUT JUMLAH PROYEK NO. NEGARA ASAL JUMLAH PROYEK INVESTASI (Ribu US$) TENAGA KERJA INDONESIA ASING 1 Taiwan ,033 61,410 1,540 2 Jepang 107 1,751,213 44,700 1,121 3 Singapura 64 1,278,822 26, Korea Selatan 56 1,024,626 23, Hongkong 51 5,087,330 21, Amerika Serikat 41 1,039,906 17, Belanda ,209 14, Inggris 30 7,879,780 12, Australia 26 1,918,605 10, Republik Rakyat Cina 17 33,869 6, Jerman 14 58,573 5, Malaysia ,885 4, Switserland 8 220,372 3, Italia 7 17,440 3, India 5 56,902 2, Perancis 5 21, Denmark 3 29, Srilangka 3 10, Philipina 3 3,994 1, Belgia 2 46, Panama 2 3, Brasilia 1 62, Selandia Baru 1 10, Ekuitas Vol.5 No.4 Desember 2001

10 24 Kanada 1 6, Turki 1 6, Thailand 1 3, Luxemburg 1 1, Beberapa Negara 41 8,935,359 24, Jumlah ,028, ,840 7,222 Sumber : BPM Jawa Timur Agar lebih jelas, perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) di Jawa Timur dari tahun 1967 s/d 2000 dapat dilihat dalam Tabel 5 di bawah ini : Tabel 5 PERKEMBANGAN PROYEK PMA DI JAWA TIMUR TAHUN 1967 S/D DESEMBER 2000 TAHUN JUMLAH PROYEK INVESTASI (Ribuan US$) TENAGA KERJA INDONESIA (Orang) ASING (Orang) ,440, ,710, ,837, ,886, , , Januari Desember , Jumlah s/d Desember ,028, Sumber : BPM Jawa Timur Gambaran Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Jawa Timur Sejak saat diundangkannya Undang Undang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Undang Undang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), di daerah Jawa Timur sampai dengan tahun 2000 terdapat proyek Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dengan jumlah investasi sebesar Rp ,-, sedangkan sampai dengan tahun 1999 jumlah proyek dalam rangka Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dalam unitnya sudah mencapai proyek dengan jumlah investasi sebesar Rp ,- ; dengan demikian berarti pada tahun 2000 terdapat pendirian proyek baru dalam bentuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sejumlah 23 proyek dengan jumlah investasi sebesar Rp ,-. Perbandingan Daya Serap Tenaga Kerja Perusahaan PMA dan PMDN (Budiyanto) 419

11 Ditinjau dari lokasi proyek, investasi terbesar berada di Surabaya dengan proyek berjumlah 384 proyek dan investasi sebesar Rp ,- TABEL 6 PROYEK PMDN YANG DISETUJUI 1968 S/D DESEMBER 2000 MENURUT LOKASI (dalam Rp) S/D TAHUN 1999 SELAMA TAHUN 2000 S/D DESEMBER 2000 PROYEK INVESTASI PROYEK INVESTASI PROYEK INVESTASI NO. BIDANG USAHA 1 Surabaya ,891, , ,162,976 2 Gresik ,946, , ,132,902 3 Sidoarjo ,160, , ,754,633 4 Mojokerto 47 1,514, ,514,282 5 Jombang , ,909 6 Malang 67 1,940, ,940,190 7 Pasuruan 178 2,816, , ,076,665 8 Probolinggo 22 1,154, ,154,136 9 Lumajang 3 15, , Bojonegoro 2 12, , Lamongan 7 490, , Tuban 11 4,613, , ,645, Bondowoso 1 6, , Jember 14 90, , Banyuwangi , , Situbondo 9 35, , Kediri , , , Tulungagung 7 125, , Blitar 3 150, , Nganjuk 6 247, , Trenggalek Madiun 8 71, , Ngawi Magetan 1 1, , Ponorogo 6 231, , Pacitan 1 21, , Pamekasan Bangkalan 5 633, , Sampang 2 40, , Sumenep 3 41, , Some Region 37 2,397, ,397,470 Jumlah 1,305 66,476, ,353,302 1,328 67,829,604 Sumber : BPM Jawa Timur Ditinjau dari bidang kegiatan usaha, investasi terbesar berada di bidang Industri Kimia dengan proyek berjumlah 209 dan investasi sebesar Rp , Ekuitas Vol.5 No.4 Desember 2001

12 TABEL 7 PROYEK PMDN YANG DISETUJUI 1968 S/D DESEMBER 2000 MENURUT BIDANG USAHA (dalam Rp) NO. BIDANG USAHA S/D TAHUN 1999 SELAMA TAHUN 2000 S/D DESEMBER 2000 PROYEK INVESTASI PROYEK INVESTASI PROYEK INVESTASI 1 Tanaman Pangan 7 34, , ,099 2 Perkebunan , ,725 3 Peternakan , ,881 4 Kehutanan Perikanan , ,899 6 Pertambangan 4 79, ,690 7 Ind. Makanan 196 6,054, , ,408,878 8 Ind. Tekstil 96 1,522, , ,636,840 9 Ind. Kayu 146 1,530, , ,575, Ind. Kertas 69 11,345, , ,409, Ind. Pharmasi , , Ind. Kimia ,846, , ,108, Ind. M.Non Logam 73 8,026, , ,195, Ind. Logam Dasar 48 6,994, ,994, Ind. Barang Logam 146 3,157, , ,376, Ind. Lainnya , , Listrik dan Air 1 1,124, ,124, Bangunan 6 269, , Perdagangan 3 35, , , Hotel & Restoran 42 3,230, ,230, Pengangkutan 60 1,707, , ,743, Perumahan 53 4,383, ,383, Perkantoran 8 623, , Jasa Lainnya 51 2,559, , ,628,205 Jumlah 1,305 66,476, ,353,302 1,328 67,829,604 Sumber : BPM Jawa Timur Agar lebih jelas, perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Jawa Timur dapat dilihat pada Tabel 8 di bawah ini : Tabel 8 PERKEMBANGAN PROYEK PMDN DI JAWA TIMUR TAHUN 1968 S/D DESEMBER 2000 TAHUN JUMLAH PROYEK INVESTASI (Rp. Juta) TENAGA KERJA INDONESIA (Orang) ASING (Orang) Perbandingan Daya Serap Tenaga Kerja Perusahaan PMA dan PMDN (Budiyanto) 421

13 Januari Desember Jumlah s/d Desember Sumber : BPM Jawa Timur Gambaran Rasio Modal Tenaga Kerja Analisis ini dimulai dengan melakukan pengukuran pengukuran terhadap rasio modal tenaga kerja dari perusahaan perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) dan perusahaan perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Gambaran rasio modal tenaga kerja perusahaan perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) dan perusahaan perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dapat dilihat pada tabel 9 dan tabel 10 di bawah ini : Tabel 9 RATA RATA STANDARD DEVIASI RASIO MODAL TENAGA KERJA PMA DI JAWA TIMUR ( n = 36 ) ni JUMLAH INVESTASI (US $ ribu) JUMLAH TENAGA KERJA (Orang) Rasio Modal Tenaga Kerja , , , , , , , , , , , , , , , Ekuitas Vol.5 No.4 Desember 2001

14 , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,774 Perhitungan Rata Rata dan Standard Deviasi (berdasarkan calculator Casio fx 3600 P ) diperoleh : 1. Rata Rata (X) = US $ 5, = Rp ,16 = Rp ,- (dibulatkan) 2. Standard Deviasi (S) = US $ 3, = Rp ,69 = Rp ,- (dibulatkan) Tabel 10 RATA RATA STANDARD DEVIASI RASIO MODAL TENAGA KERJA PMDN DI JAWA TIMUR ( n = 19 ) ni JUMLAH INVESTASI (Rp.1.000,-) JUMLAH TENAGA KERJA (Orang) Rasio Modal Tenaga Kerja , , , ,500 Perbandingan Daya Serap Tenaga Kerja Perusahaan PMA dan PMDN (Budiyanto) 423

15 , , , , , , , , , , , , , , ,924 Perhitungan Rata Rata dan Standard Deviasi (berdasarkan calculator Casio fx 3600 P ) diperoleh : 1. Rata Rata (X) = Rp ,56795,- 2. Standard Deviasi (S) = Rp ,83726 Ringkasan gambaran rasio modal tenaga kerja tersebut adalah sebagai berikut : Jenis Kemudahan Investasi Rata rata Rasio Modal Tenaga Kerja Standard Deviasi Jumlah Sampel PMA Rp ,- Rp ,- 36 PMDN Rp ,- Rp ,- 19 Dari perusahaan perusahaan Penanaman Modal Asing (PM A) rata rata rasio modal tenaga kerja berjumlah US $ 5,481, dengan standard deviasi US $ 3,222, dan dengan mempergunakan kurs konversi (US $ 1.00 = Rp , -), jumlah rata rata rasio modal tenaga kerja perusahaan perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) tersebut dalam nilai rupiah adalah Rp ,- dan standard deviasi sebesar Rp ,- ; sedangkan untuk perusahaan perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) menghasilkan rasio modal tenaga kerja sebesar Rp ,- dengan standard deviasi Rp , Ekuitas Vol.5 No.4 Desember 2001

16 Dari hasil pengukuran tersebut diatas, dapatlah dilihat bahwa rata rata rasio modal tenaga kerja perusahaan perusahaan Penanaman Modal Asing (Rp ,-) nilainya jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan rata rata rasio modal tenaga kerja perusahaan perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (Rp , -). Dari kedua nilai tersebut rupanya dapatlah ditarik kesimpulan bahwa ada perbedaan rata rata rasio modal tenaga kerja kedua jenis penanaman modal tersebut. Apakah perbedaan ini secara statistik cukup signifikan, tentunya pertanyaan tersebut akan dijawab dalam pengujian hipotesis. 4. Analisis Pengujian Hipotesis Hipotesis yang akan diuji dalam analisis ini adalah sebagai berikut : H 0 : µ 1 = µ 2, artinya tidak ada perbedaan rata rata daya serap tenaga kerja dari kedua jenis penanaman modal. H 1 : µ 1 µ 2, artinya ada perbedaan rata rata daya serap tenaga kerja dari kedua jenis penanaman modal. Karena H 1 menggunakan tanda berarti pengujian hipotesisnya menggunakan pengujian dua sisi. Bila digunakan significance level 5%, berdasarkan tabel Z diperoleh angka Z = ±1,96. Sehingga H 0 akan ditolah bila Z hitung > 1,96 atau Z hitung < - 1,96. Nilai Z Hitung : S 1 2 S 1 2 σ x1 - x 2 = n 1 + n 2 (30.609) 2 (44.408) 2 = = ,79149 Z = X 1 X 2 σ x1 - x 2 = = - 0,97 Perbandingan Daya Serap Tenaga Kerja Perusahaan PMA dan PMDN (Budiyanto) 425

17 Oleh karena nilai Z Hitung = - 0,97 berada didaerah penerimaan H 0, berarti H 0 tidak ditolak. Jadi secara statistik menunjukkan tidak ada perbedaan rata rata daya serap tenaga kerja perusahaan perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) dengan perusahaan perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Disamping itu pengujian hipotesis dilakukan dengan tidak melihat selisih dari kedua rata rata, tetapi melihat selisih pada kedua variance. Dengan asumsi distribusi tersebut bersifat normal, dapat dihitung statistik F sebagai berikut : (44.408) F = = (30.609) = 2,10 Dengan menggunakan tingkat keyakinan 0,01 nilai dapat ditetapkan dengan n 2 1 sebagai pembilang dan n 1 1 sebagai penyebut. Pada n 2 1 sebanyak 18 dan n 1 1 sebanyak 35, diperoleh nilai F tabel = 2,52. Karena nilai F hitung = 2,10 lebih kecil dari pada nilai F tabel = 2,52 berarti H 0 tidak ditolak. Jadi tidak ada perbedaan dua variance rasio modal tenaga kerja perusahaan perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) dengan perusahaan perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). 5. Bahasan Analisis Dari hasil analisis pengujian hipotesis dapat dilihat bahwa dengan teknik yang digunakan mengharuskan tidak menolak hipotesis nol (H 0), meskipun jika dilihat dari nilai riil rata rata daya serap tenaga kerja pada perusahaan perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) lebih kecil dari rata rata daya serap tenaga kerja pada perusahaan perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Bila dibandingkan dengan hasil penelitian Wibisono Hardjopranoto (1985), dari hasil analisis pengujian hipotesis dapat terlihat bahwa secara keseluruhan dengan teknik manapun mengharuskan penerimaan hipotesis nol (H 0). Jadi, walaupun dari nilai riil rata rata daya serap tenaga kerja pada perusahaan perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) lebih besar dari rata rata daya serap tenaga kerja pada perusahaan perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), namun bila dilihat dari keseluruhan populasi ternyata rata rata daya serap tenaga kerja keduanya tidak berbeda secara signifikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa gejala yang terjadi pada tahun 1985 tidak berubah pada tahun Ekuitas Vol.5 No.4 Desember 2001

18 4. SIMPULAN 1. Berdasarkan hasil analisis pengujian hipotesis, baik yang ditujukan kepada selisih rata rata rasio modal tenaga kerja maupun variance rasio modal tenaga kerja, keduanya tidak menolak hipotesis nol yang dikemukakan. 2. Tidak menolak hipotesis nol berarti tidak ada perbedaan rata rata daya serap tenaga kerja pada perusahaan perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) dengan perusahaan perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) ; sehingga pandangan bahwa investasi Penanaman Modal Asing (PMA) lebih bersifat padat modal dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) lebih bersifat padat karya ternyata tidak dapat diterima. 5. DAFTAR PUSTAKA Bronson, William H, 1979, Macroeconomie Theory and Policy, Herper International Edition, 2nd edition. Deregulasi Investasi, 1993, Badan Koordinasi Penanaman, Jakarta , 1994, Jaminan Sosial Tenaga Kerja. (Undang Undang Nomor 3 Tahun 1992), Sinar Grafika, Jakarta. Komaruddin, 1981, Analisa Manajemen Permodalan Modern, Alumni, Bandung. Karta Sapoetra, dkk, 1985, Manajemen Penanaman Modal Asing, Bina Aksara, Jakarta. Moch. Nazir, 1983, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta. Sutopo Yuwono, 1985, Produktivitas dan Tenaga Kerja Indonesia, Lembaga Sarana Usaha dan Produktivitas. Sugiyono, 1999, Statistika untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung. Perbandingan Daya Serap Tenaga Kerja Perusahaan PMA dan PMDN (Budiyanto) 427

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota TAHUN LAKI-LAKI KOMPOSISI PENDUDUK PEREMPUAN JML TOTAL JIWA % 1 2005 17,639,401

Lebih terperinci

P E N U T U P P E N U T U P

P E N U T U P P E N U T U P P E N U T U P 160 Masterplan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura P E N U T U P 4.1. Kesimpulan Dasar pengembangan kawasan di Jawa Timur adalah besarnya potensi sumberdaya alam dan potensi

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur merupakan salah satu unit pelaksana induk dibawah PT PLN (Persero) yang merupakan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN EVALUASI/FEEDBACK PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN MALANG, 1 JUNI 2016 APLIKASI KOMUNIKASI DATA PRIORITAS FEEDBACK KETERISIAN DATA PADA APLIKASI PRIORITAS 3 OVERVIEW KOMUNIKASI DATA

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017 \ PERATURAN NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya

Lebih terperinci

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur TOTAL SKOR INPUT 14.802 8.3268.059 7.0847.0216.8916.755 6.5516.258 5.9535.7085.572 5.4675.3035.2425.2185.1375.080 4.7284.4974.3274.318 4.228 3.7823.6313.5613.5553.4883.4733.3813.3733.367

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat dari tahun ketahun. Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU KEPADA PROVINSI JAWA TIMUR DAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012

PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012 PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012 OLEH : Drs. MUDJIB AFAN, MARS KEPALA BADAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN PROVINSI JAWA TIMUR DEFINISI : Dalam sistem pemerintahan di Indonesia

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU KEPADA PROVINSI JAWA TIMUR DAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 Menimbang: a. Bahwa dalam upaya meningkatkan kersejahteraan rakyat khususnya

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG TIM PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA INVESTASI NON PMDN / PMA PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 2006 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH

KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH Hitapriya Suprayitno 1) dan Ria Asih Aryani Soemitro 2) 1) Staf Pengajar, Jurusan Teknik Sipil ITS, suprayitno.hita@gmail.com

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka tercapainya kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Program dari kegiatan masing-masing Pemerintah daerah tentunya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Program dari kegiatan masing-masing Pemerintah daerah tentunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia telah menerapkan penyelenggaraan Pemerintah daerah yang berdasarkan asas otonomi daerah. Pemerintah daerah memiliki hak untuk membuat kebijakannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi cukup tinggi. Selain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur menempati posisi tertinggi

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 61/09/35/Tahun XI, 2 September 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI JAWA TIMUR (ANGKA SEMENTARA) JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 SEBANYAK

Lebih terperinci

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000)

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000) Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000) Kabupaten/Kota DAU 2010 PAD 2010 Belanja Daerah 2010 Kab Bangkalan 497.594.900

Lebih terperinci

RENCANA DAN REALISASI INVESTASI DAN TENAGA KERJA PMDN MENURUT SEKTOR EKONOMI DI NTB TAHUN 2013

RENCANA DAN REALISASI INVESTASI DAN TENAGA KERJA PMDN MENURUT SEKTOR EKONOMI DI NTB TAHUN 2013 RENCANA DAN REALISASI INVESTASI DAN TENAGA KERJA PMDN MENURUT SEKTOR EKONOMI DI NTB TAHUN 2013 No Sektor Ekonomi (Ribu Rp ) Kerja (Org) (Ribu Rp ) Kerja (Org) 1 Petanian Tanaman Pangan 1 40.000.000 200

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut. BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut. 1. Berdasarkan Tipologi Klassen periode 1984-2012, maka ada 8 (delapan) daerah yang termasuk

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur I. PEMOHON Hj. Khofifah Indar Parawansa dan Mudjiono, selanjutnya disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena global. Permasalahan ketimpangan bukan lagi menjadi persoalan pada negara dunia ketiga saja. Kesenjangan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016 No. 010/06/3574/Th. IX, 14 Juni 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016 IPM Kota Probolinggo Tahun 2016 Pembangunan manusia di Kota Probolinggo pada tahun 2016 terus mengalami

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 40/06/35/Th. XIV, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015 IPM Jawa Timur Tahun 2015 Pembangunan manusia di Jawa Timur pada tahun 2015 terus mengalami

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 57 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN DEFINITIF BAGIAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DALAM NEGERI (PASAL 25/29) DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL

Lebih terperinci

Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sidang Tugas Akhir Surabaya, 15 Juni 2012 Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Wenthy Oktavin Mayasari

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 25/04/35/Th. XV, 17 April 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2016 IPM Jawa Timur Tahun 2016 Pembangunan manusia di Jawa Timur pada

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN SEMENTARA BAGIAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DALAM NEGERI PASAL 25/29 DAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN BADAN KOORDINASI WILAYAH PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 6 BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Berdirinya PT PLN (Persero) Pada akhir abad ke-19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014 Invest in remarkable indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in indonesia Invest

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah Persentase (Juta) ,10 15,97 13,60 6,00 102,10 45,20. Jumlah Persentase (Juta)

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah Persentase (Juta) ,10 15,97 13,60 6,00 102,10 45,20. Jumlah Persentase (Juta) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena kemiskinan telah berlangsung sejak lama, walaupun telah dilakukan berbagai upaya dalam menanggulanginya, namun sampai saat ini masih terdapat lebih dari 1,2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu menunjukkan ketidak berhasilan dan adanya disparitas maupun terjadinya kesenjangan pendapatan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik 6 BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Berdirinya PT PLN (Persero) Pada abad ke-19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Berikut dijelaskan tentang tugas pokok dan fungsi, profil, visi misi, dan keorganisasian Badan Ketahanan Pangan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA CABANG DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN

Lebih terperinci

DANA PERIMBANGAN. Lampiran 1. Data Dana Perimbangan

DANA PERIMBANGAN. Lampiran 1. Data Dana Perimbangan Lampiran. Data Dana Perimbangan DANA PERIMBANGAN (Dalam Ribuan) No Daerah 2009 200 20 202 203 Kab. Bangkalan 628,028 64,037 738,324 870,077,004,255 2 Kab. Banyuwangi 897,07 908,07 954,894,70,038,299,958

Lebih terperinci

RINGKASAN DATA DAN INFORMASI PENANAMAN MODAL PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017 KONDISI S.D. 30 JUNI 2017

RINGKASAN DATA DAN INFORMASI PENANAMAN MODAL PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017 KONDISI S.D. 30 JUNI 2017 RINGKASAN DATA DAN INFORMASI PENANAMAN MODAL PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017 KONDISI S.D. 30 JUNI 2017 I. RENCANA INVESTASI PMDN/ PMA Tabel 1. Perkembangan PMDN & PMA Satuan nilai rencana investasi

Lebih terperinci

RESUME PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 IHPS I TAHUN 2016

RESUME PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 IHPS I TAHUN 2016 RESUME PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 IHPS I TAHUN 2016 A. PEMERIKSAAN KEUANGAN Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) TA 2015 adalah pemeriksaan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG HARGA ECERAN TERTINGGI (NET) MINYAK TANAH Dl PANGKALAN MINYAK TANAH Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

per km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 )

per km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 ) LAMPIRAN 1 LUAS WILAYAH,, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH RUMAH JIWA / RUMAH PENDUDUK DESA KELURAHAN DESA+KEL. PENDUDUK (km 2 ) TANGGA

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH IX (GEDUNG KEUANGAN NEGARA II)

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH IX (GEDUNG KEUANGAN NEGARA II) DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH IX (GEDUNG KEUANGAN NEGARA II) Jalan Dinoyo No.11 Telepon : (031) 561 5364 Lantai V-VI (031) 561 5385 Kotak Pos 804 Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN. mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah pusat memberikan kebijakan kepada pemerintah daerah untuk mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai suatu proses yang saling

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai suatu proses yang saling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Profil Eks Karesidenan Madiun Karesidenan merupakan pembagian administratif menjadi kedalam sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut

Lebih terperinci

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH I. UMUM Bahwa bumi air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan

Lebih terperinci

EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016

EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016 EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016 Realisasi belanja APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota se-provinsi Jawa Timur Oktober 2016 PROVINSI KABUPATEN/KOTA Provinsi Gorontalo Provinsi

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN LAMONGAN PROFIL KEMISKINAN DI LAMONGAN MARET 2016 No. 02/06/3524/Th. II, 14 Juni 2017 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan

Lebih terperinci

Gambar 1. Analisa medan angin (streamlines) (Sumber :

Gambar 1. Analisa medan angin (streamlines) (Sumber : BMKG BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS I JUANDA SURABAYA Alamat : Bandar Udara Juanda Surabaya, Telp. 031 8667540 Pes. 104, Fax. 031-8673119 E-mail : meteojuanda@bmg.go.id

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 110 TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 110 TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 110 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA

Lebih terperinci

RILIS HASIL LISTING SENSUS EKONOMI 2016 PROVINSI JAWA TIMUR TEGUH PRAMONO

RILIS HASIL LISTING SENSUS EKONOMI 2016 PROVINSI JAWA TIMUR TEGUH PRAMONO RILIS HASIL LISTING SENSUS EKONOMI 2016 PROVINSI JAWA TIMUR TEGUH PRAMONO 2 Penjelasan Umum Sensus Ekonomi 2016 Sensus Ekonomi merupakan kegiatan pendataan lengkap atas seluruh unit usaha/perusahaan (kecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan pendekatan regional dalam menganalisis karakteristik daerah yang berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan,

Lebih terperinci

VISITASI KE SEKOLAH/MADRASAH BADAN AKREDITASI NASIONAL SEKOLAH/MADRASAH

VISITASI KE SEKOLAH/MADRASAH BADAN AKREDITASI NASIONAL SEKOLAH/MADRASAH Perhatian! 1. Format Kartu Kendali Validasi Proses Visitasi di bawah ini, mohon di print oleh asesor sebanyak 16 set (sesuai kebutuhan/jumlah sasaran visitasi). Selanjutnya tiap-tiap sekolah/ madrasah

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 159 TAHUN 1980

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 159 TAHUN 1980 GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 159 TAHUN 1980 TENTANG PEMBENTUKAN, TUGAS POKOK, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA CABANG

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Rasio Konsumsi Normatif Rasio konsumsi normatif adalah perbandingan antara total konsumsi dan produksi yang menunjukkan tingkat ketersediaan pangan di suatu wilayah. Rasio konsumsi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder selama enam tahun pengamatan (2001-2006). Pemilihan komoditas yang akan diteliti adalah sebanyak lima komoditas

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2016

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2016 Invest in remarkable indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in indonesia Invest

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus konomi 2016 No. 35/05/35/Th. XV, 24 Mei 2017 BRTA RSM STATSTK BADAN PUSAT STATSTK PROVNS JAWA TMUR Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 114 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEKERJAAN UMUM BINA

Lebih terperinci

Data. dinamis TRIWULAN I BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2017

Data. dinamis TRIWULAN I BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2017 data dinamis provinsi jawa timur triwulan I - 2017 data dinamis provinsi jawa timur triwulan i - 2017 Data dinamis PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN I - 2017 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA Triwulan I Tahun 2018 Jakarta, 30 April 2018 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) - RI DAFTAR ISI I. TRIWULAN I 2018: Dibanding Tahun 2017 II. TRIWULAN I 2018: Sektor,

Lebih terperinci

LUAS AREAL DAN PRODUKSI / PRODUKTIVITAS PERKEBUNAN RAKYAT MENURUT KABUPATEN TAHUN 2010. Jumlah Komoditi TBM TM TT/TR ( Ton ) (Kg/Ha/Thn)

LUAS AREAL DAN PRODUKSI / PRODUKTIVITAS PERKEBUNAN RAKYAT MENURUT KABUPATEN TAHUN 2010. Jumlah Komoditi TBM TM TT/TR ( Ton ) (Kg/Ha/Thn) Hal : 35 KAB. GRESIK 1 Tebu 0 1,680 0 1,680 8,625 5,134 2 Kelapa 468 2,834 47 3,349 3,762 1,327 3 Kopi Robusta 12 231 32 275 173 749 4 Jambu mete 33 101 32 166 75 744 5 Kapok Randu 11 168 2 181 92 548

Lebih terperinci

PROFIL PEMBANGUNAN JAWA TIMUR

PROFIL PEMBANGUNAN JAWA TIMUR 1 PROFIL PEMBANGUNAN JAWA TIMUR A. GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI WILAYAH Provinsi Jawa Timur mempunyai 229 pulau dengan luas wilayah daratan sebesar 47.130,15 Km2 dan lautan seluas 110.764,28 Km2. Wilayah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITAN. Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur.

BAB III METODE PENELITAN. Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur. BAB III METODE PENELITAN A. Lokasi Penelitian Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur. Pemilihan lokasi ini salah satunya karena Provinsi Jawa Timur menepati urutan pertama

Lebih terperinci

TABEL II.A.1. LUAS LAHAN KRITIS DI LUAR KAWASAN HUTAN JAWA TIMUR TAHUN

TABEL II.A.1. LUAS LAHAN KRITIS DI LUAR KAWASAN HUTAN JAWA TIMUR TAHUN TABEL II.A.1. LUAS LAHAN KRITIS DI LUAR KAWASAN HUTAN JAWA TIMUR TAHUN 2008-2012 PADA MASING-MASING DAS (BRANTAS, SOLO DAN SAMPEAN) No Kabupaten Luas Wilayah Lahan Kritis Luar Kawasan Hutan (Ha) Ket. (Ha)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi penelitian Adapun lokasi penelitian ini adalah di provinsi Jawa Timur yang terdiri dari 38 kota dan kabupaten yaitu 29 kabupaten dan 9 kota dengan mengambil 25 (Dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pusat dan pemerintah daerah, yang mana otonomi daerah merupakan isu strategis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pusat dan pemerintah daerah, yang mana otonomi daerah merupakan isu strategis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diberlakukannya UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Lebih terperinci

Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Berdasarkan Data Susenas 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Nomor Publikasi : 35522.1402

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 406 TAHUN 1991 TENTANG

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 406 TAHUN 1991 TENTANG GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 406 TAHUN 1991 TENTANG KOORDINATOR WILAYAH PENGAIRAN PADA DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN DAERAH PROPINSI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu tanaman yang menjadi komoditas utama di Indonesia. Bagian yang dimanfaatkan pada tanaman kedelai adalah bijinya. Berdasarkan Sastrahidajat

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATAKERJA BADAN KOORDINASI WILAYAH PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 DATA UMUM 4.1.1 Keadaan Demografi Provinsi Jawa Timur (Statistik Daerah Provinsi Jawa Timur 2015) Berdasarkan hasil estimasi penduduk, penduduk Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Efferin, Darmadji dan Tan (2008:47) pendekatan kuantitatif disebut juga pendekatan

Lebih terperinci

PERKIRAAN BIAYA (Rp) PENUNJUKAN LANGSUNG/ PEMBELIAN SECARA ELEKTRONIK PENGADAAN LANGSUNG

PERKIRAAN BIAYA (Rp) PENUNJUKAN LANGSUNG/ PEMBELIAN SECARA ELEKTRONIK PENGADAAN LANGSUNG PENGUMUMAN RENCANA UMUM BARANG/JASA PEMERINTAH DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR : 027/1388/114.5/2013 TANGGAL : 1 April 2013 ALAMAT : JL. GAYUNG KEBONSARI NO. 171 SURABAYA NO NAMA PAKET 1 059114

Lebih terperinci

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun 1.1. UMUM 1.1.1. DASAR Balai Pemantapan Kawasan Hutan adalah Unit Pelaksana Teknis Badan Planologi Kehutanan yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 6188/Kpts-II/2002, Tanggal 10

Lebih terperinci

KABUPATEN / NO ORGANISASI PERANGKAT DAERAH ALAMAT KANTOR KOTA. Dinas PMD Kab. Trenggalek

KABUPATEN / NO ORGANISASI PERANGKAT DAERAH ALAMAT KANTOR KOTA. Dinas PMD Kab. Trenggalek NO BAKORWIL MADIUN ALAMAT DINAS PMD KABUPATEN/ SE JAWA TIMUR 1 MADIUN - - 2 MADIUN Dinas PMD Kab. Madiun Jl. Mayjen Soengkono No. 42 Madiun Telp. (0351) 462270, 463577 3 MAGETAN Dinas PMD Kab. Magetan

Lebih terperinci

Segmentasi Pasar Penduduk Jawa Timur

Segmentasi Pasar Penduduk Jawa Timur Segmentasi Pasar Penduduk Jawa Timur Sebelum melakukan segmentasi, kita membutuhkan data-data tentang jawa timur sebagaiuntuk dijadikan acuan. Berikut data-data yang dapat dijadikan sebagai acuan. Segmentasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan

BAB 3 METODE PENELITIAN. disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Objek Wilayah Provinsi Jawa Timur meliputi 29 kabupaten dan 9 kota. Peta wilayah disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2017

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2017 Invest in remarkable indonesia indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in Invest

Lebih terperinci

TESIS ANALISIS LOCATION QUOTIENT DALAM PENENTUAN KOMODITAS IKAN UNGGULAN PERIKANAN BUDIDAYA DI PROVINSI JAWA TIMUR

TESIS ANALISIS LOCATION QUOTIENT DALAM PENENTUAN KOMODITAS IKAN UNGGULAN PERIKANAN BUDIDAYA DI PROVINSI JAWA TIMUR ANALISIS LOCATION QUOTIENT DALAM PENENTUAN KOMODITAS IKAN UNGGULAN PERIKANAN BUDIDAYA DI PROVINSI JAWA TIMUR TESIS Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Agribisnis oleh : BUDI SETYONO NIM. 201210390211011

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PERHUBUNGAN DAN LALU LINTAS ANGKUTAN JALAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Provinsi yang memiliki jumlah tenaga kerja yang tinggi.

BAB III METODE PENELITIAN. Provinsi yang memiliki jumlah tenaga kerja yang tinggi. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Ruang Lingkup Penelitian Lokasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Provinsi Jawa Timur. Secara administratif, Provinsi Jawa Timur terdiri dari

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis dan Iklim Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang terletak di Pulau Jawa selain Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta), Banten,

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR 16 JANUARI Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari Pembimbing : Prof.Dr.Drs. I Nyoman Budiantara, M.

SEMINAR TUGAS AKHIR 16 JANUARI Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari Pembimbing : Prof.Dr.Drs. I Nyoman Budiantara, M. 16 JANUARI ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDUDUK MISKIN DAN PENGELUARAN PERKAPITA MAKANAN DI JAWA TIMUR DENGAN METODE REGRESI NONPARAMETRIK BIRESPON SPLINE Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM KKBPK DATA MARET 2017 PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI JAWA TIMUR,

EVALUASI PROGRAM KKBPK DATA MARET 2017 PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI JAWA TIMUR, EVALUASI PROGRAM KKBPK DATA MARET 2017 PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI JAWA TIMUR, 2017 1 INDIKATOR KKP 2 INDIKATOR PROGRAM TAHUN 2017 NO INDIKATOR PROGRAM 2017 SASARAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

Kata Kunci : Analisis Lokasi, Analisis Kontribusi, Tipologi Klassen, koridor Jawa Timur

Kata Kunci : Analisis Lokasi, Analisis Kontribusi, Tipologi Klassen, koridor Jawa Timur ANALISIS POTENSI EKONOMI SEKTORAL KORIDOR UTARA SELATAN PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 2005 2009 Oleh: M. Sofyan Andiatma Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang ABSTRACT The research analyzes

Lebih terperinci

Universitas Negeri Malang Kata Kunci: cluster, single linkage, complete linkage, silhouette, pembangunan manusia.

Universitas Negeri Malang   Kata Kunci: cluster, single linkage, complete linkage, silhouette, pembangunan manusia. 1 PERBANDINGAN JUMLAH KELOMPOK OPTIMAL PADA METODE SINGLE LINKAGE DAN COMPLETE LINKAGE DENGAN INDEKS VALIDITAS SILHOUETTE: Studi Kasus pada Data Pembangunan Manusia Jawa Timur Yuli Novita Indriani 1, Abadyo

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kinerja perekonomian di suatu wilayah dapat diketahui dari perkembangan

I. PENDAHULUAN. Kinerja perekonomian di suatu wilayah dapat diketahui dari perkembangan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kinerja perekonomian di suatu wilayah dapat diketahui dari perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB), inflasi, dan tingkat pengangguran. Sasaran yang ingin dicapai adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode statistik. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif yang

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode statistik. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Dalam penelitian kali ini, penulis menggunakan jenis pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang menguji hubungan signifikan dengan cara

Lebih terperinci