Minggu Ke V ASURANSI PENGANGKUTAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Minggu Ke V ASURANSI PENGANGKUTAN"

Transkripsi

1 Minggu Ke V ASURANSI PENGANGKUTAN Saat ini pengangkutan barang dari satu daerah ke daerah lain memegang peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan perekonomian. Terlebih dengan begitu pesatnya perkembangan bidang industri yang tersebar hampir di seluruh wilayah tanah air. Mengingat begitu besarnya arus perpindahan barang dari satu daerah ke daerah lain, maka perlu adanya suatu jaminan terhadap risiko-risiko yang mungkin terjadi. Ada beberapa macam jenis asuransi yang termasuk dalam asuransi pengangkutan, yaitu asransi pengangkutan darat, asuransi pengangkutan laut, asuransi pengangkutan terpadu, dan asuransi aviasi, yang kesemuanya bertujuan untuk memberikan jaminan terhadap risiko atas segala kemungkinan yang terjadi dalam pengangkutan laut. Tapi untuk lebih praktisnya penyampaiannya dibahas lebih dahulu asuransi pengangkutan darat. A. ASURASI PENGANGKUTAN DARAT Beberapa karakteristik asuransi pengangkutan darat, mulai dari obyek pertanggungan, bahaya-bahaya dalam pengangkutan darat, jaminan keselamatan penumpang, sampai dengan asuransi pengangkutan barang. 1. Obyek Pertanggungan Obyek pertanggungan dalam asuransi pengangkutan darat adalah kendaraan pengangkut darat beserta muatannya terhadap berbagai macam bahaya yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian pada kendaraan pengangkut maupun pada muatannya. Asuransi pengangkutan darat meliputi 3 macam asuransi yaitu : 1.1. Asuransi Atas Keselamatan Penumpang 1.2. Asuransi Atas Barang yang Diangkut 1.3. Asuransi Atas Kendaraan Pengangkut 2. Risiko (bahaya) Dalam Pengangkutan Darat 2.1. Angin topan, angin rebut, gempa bumi, letusan gunung berapi, dan banjir. SURAJIMAN: Hukum Asuransi- Tidak dipublikasikan hal 57

2 2.2. Tabrakan atau senggolan antara sesama kendaraan pengangkut, menabrak benda keras, tergelincir keluar dari jalan atau rel, jatuh ke sungai atau jurang Penahanan atau penyitaan oleh yang berwajib atau penduduk Peperangan, sabotase, pembajakan, perampasan Kerusuhan, kekacauan, pemogokan, demonstrasi, kebakaran, pencurian, kehilangan, dan sebagainya. 3. Jaminan Keselamatan Penumpang Jaminan atas keselamatan penumpang kendaraan darat ditutup asuransinya oleh pengangkut kepada perusahaan asuransi kerugian. Di Indonesia, jaminan diberikan oleh perusahan asuransi kerugian PT. Jasaraharja (akan dibahas pada asuransi sosial). 4. Asuransi Pengangkutan Barang Barang yang diangkut lewat darat, asuransinya ditutup oleh perusahaan asuransi kerugian dengan menggunakan polis perjalanan darat. Dalam garis besarnya, isi polis pengangkutan lewat darat (merujuk Pasal 256 dan 686 KUHDagang) adalah sebagai berikut : 4.1. Nama, alamat tertanggung, dan pialang (apabila asuransi ditutup dengan perantaraan pialang) Bahaya atau risiko yang ditanggung atau (kondisi) standar pertanggungan Saat bahaya mulai ditanggung dan saat bahaya terakhir ditanggung, atau saat polis mulai berlaku dan berakhirnya polis Keterangan dan data barang yang ditanggung sepanjang yang diketahui oleh tertanggung (dan broker = pialang) Perjanjian yang telah diadakan oleh tertanggung kepada pihak ketiga (bila ada) mengenai barang yang ditanggung Tanggal diadakan perjanjian asuransi Apabila dalam surat angkutan (surat muatan) disebutkan lamanya perjalanan darat, disebutkan pula dalam polis Apakah perjalanan darat dilakukan langsung, terputus atau singgah 4.9. Nama dan alamat pengangkut atau ekspeditur yang menerima pengangkutan Jumlah harga pertanggungan dan prosedur menentukan harga pertanggungan (real value, insered value, agreed value). SURAJIMAN: Hukum Asuransi- Tidak dipublikasikan hal 58

3 4.11. Nama tempat tujuan barang Tarif premi (1%) dan jumlah pertanggungan. Pasal 688 KUHDagang menetapkan bahwa jaminan dari penanggung (butir 4.3 di atas) mulai berlaku sejak barang telah sampai ke kendaraan yang akan mengangkutnya ke tempat tujuan atau sejak barang sampai di kantor atau ke tempat lain yang diterima oleh pengangkut. Jaminan berakhir sejak barang telah diserahkan oleh pengangkut ke dalam kendaraan tertanggung atau orang-orang yang dikuasakannya. Ketentuan Pasal 688 KUHDagang di atas oleh para pihak dapat dikesampingkan yaitu dengan membuat ketentuan dalam polis bahwa jaminan mulai berlaku dari suatu tempat tertentu dan berakhir pada tempat tertentu pula. 5. Pengangkutan Berganti-ganti Melalui Darat dan Air Pasal 691 KUHDagang menetapkan bahwa dalam pertanggungan barang yang diangkut berganti-ganti melalui darat dan air, jaminan dari penanggung tetap berlaku sekalipun selama perjalanan, barang yang ditanggung dipindahkan ke dalam kendaraan pengangkut lain atau kapal lain. Akan tetapi perjalan yang berganti-ganti melalui darat dan air harus dilakukan melalui jalan atau rute yang lazim digunakan untuk kendaraan pengangkut yang demikian. Kecuali dalam keadaan terpaksa, tidak boleh dialkukan penyimpangan perjalanan. Apabila dilakukan, maka jaminan dari penaggung berakhir sejak penyimpangan itu, kecuali dalam polis pertanggungan barang dimasukan syarat diperkenankan penyimpangan perjalanan, yang diminta oleh tertanggung ketika menutup asuransi dengan membayar premi tambahan. 6. Asuransi Kendaraan Pengangkut Darat Kendaraan pengangkut darat ditutup asuransinya kepada perusahaan asuransi kerugian. Polis yang digunakan dapat berupa polis perjalanan darat atau polis waktu. Apabila digunakan polis perjalanan, maka jaminan dari penanggung hanya berlaku untuk satu kali perjalanan dimulai dari tempat pemberangkatan sampai di tempat tujuan. Namun umumnya digunakan adalah polis waktu (1 tahun, 1/2 tahun, 3 bulan, 1 bulan), tidak menjadi persoalan apakah kendaraan dijalankan atau tidak. Khusus untuk kendaraan bermotor Dewan Asuransi Indonesia (DAI) telah mengeluarkan Kondisi Standar Asuransi Kendaraan Bermotor (hal ini akan dibahas pada bab-bab berikutnya). SURAJIMAN: Hukum Asuransi- Tidak dipublikasikan hal 59

4 B. ASURANSI PENGANGKUTAN LAUT (Ocean Marine Insurance) Di Indonesia Asuransi laut diganti dengan istilah Asuransi Pengangkutan. Adapun karakteristik dari asuransi pengangkutan laut adalah : 1. Kepentingan (obyek yang dijamin) Asuransi pengangkutan laut itu menjamin kehilangan atau kerusakan akibat adanya bahaya laut. Yang dijamin ada 3, yaitu : 1.1. Rangka Kapal (Hull) Pertanggungan jenis ini menjamin lambung dan mesin kapal terhadap risiko bahaya laut, misalnya cuaca buruk, kandas, tubrukan, kebakaran, dan sebagainya Barang Muatan (cargo) Pertanggungan ini menjamin barang-barang ekspor atau impor ke atau dari berbagai penjuru dunia, yang dijamin terhadap bahaya laut, risiko pemindahan muatan, dan risiko bahaya perang Uang Tambang (Freight) Di sini tertanggung dijamin tidak kehilangan uang angkutan atau uang tambang, terutama uang angkutan pada konsumen. Perlu diingat bahwa kerugfian atau kehilangan barang muatan berarti kerugian pada uang angkutan. 2. Polis yang Digunakan Polis yang umumnya digunakan dalam asuransi pengangkutan laut adalah : 2.1. Polis dengan jangka waktu 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan atau lebih. Yang umumnya digunakan adalah jangka waktu 12 bulan Polis perjalanan untuk satu perjalanan atau bolak-balik. Masa berlakunya polis ini biasanya ditentukan dengan syarat at and from atau from saja. Saat mulai dan berakhirnya pertanggungan dalam asuransi pengangkutan laut ditentukan sebagai berikut : " Sejak barang meninggalkan gudang atau tempat penyimpanan di tempat yang disebut dalam polis, kemudian dilanjutkan dalam perjalanan, dan berakhir : pada waktu penyerahan kepada si penerima atau gudang terakhir atau tempat penyimpanan di tempat tujuan yang disebutkan pada polis. SURAJIMAN: Hukum Asuransi- Tidak dipublikasikan hal 60

5 pada waktu penyerahan kepada gudang lain atau tempat penyimpanan, baik disebut atau tidak disebut dalam polis, yang dipilih tertanggung : untuk penyimpanan selain untuk transit untuk lokasi atau distribusi, atau dalam waktu 60 hari setelah barang tiba lengkap dari kapal di pelabuhan tujuan. Yang mana saja yang terjadi lebih dahulu '. 3. Macam-macam Penutupan Asuransi Pengangkutan Laut Ada 3 macam cara yang ditempuh dalam melakukan penutupan asuransi pengangkutan laut. Ketiga macam cara tersebut adalah secara fakultatif, dengan floating policy, dan dengan open cover Secara fakultatif, yaitu mempertanggungkan pengangkutan barang setiap terjadinya pengiriman Dengan floating policy, yaitu mengasuransikan untuk beberapa kali pengangkutan yang telah direncanakan sekaligus Dengan open cover, yaitu pada dasarnya hampir sama dengan floating policy, hanya dalam floating policy sudah merupakan polis, sedangkan pada open cover merupakan kontrak antara calon tertanggung dengan penanggung untuk jangka waktu tertentu. 4. Premi Besar kecilnya premi yang harus dibayar oleh tertanggung dalam asuransi pengangkutan laut tergantung pada kesepakatan kedua belah pihak. Setiap perusahaan asuransi belum tentu sama, tergantung pada pertimbangan masing-masing. Dasar pertimbangan tersebut tergantung pada : 4.1. Jenis barang yang diangkut, apakah mudah pecah, mudah terbakar, dan sebaliknya Pengepakannya, apakah secara baik, kuat atau tidak, dan apakah diangkat dengan kontainer atau tidak Umur kapal dan besar kapal, perlu diteliti apakah kapalnya sudah tua (biasanya dibatasi sampai umur 15 tahun yang terdapat pada buku registrasi kapal), apabila sudah SURAJIMAN: Hukum Asuransi- Tidak dipublikasikan hal 61

6 diatas 15 tahun dipertimbangkan oleh perusahaan asuransi apakah premi dinaikan atau pertanggungannya bahkan ditolak Rute kapal, apabila kapal melewati daerah perang atau kenegara-negara yang masih belum maju, mungkin preminya dinaikan atau pertanggungannya ditolak Kondisi asuransi yang diminta, kondisi asuransi yang diminta adalah suatu hal yang paling menentukan besar kecilnya premi, karena luasnya jaminan yang harus dipikul oleh perusahaan asuransi. 5. Bahaya (risiko) yang dijamin Bahaya yang dijamin dapat digolongkan menjadi bahaya maritim (maritime perils) dan bahaya non maritime. Bahaya maritim dapat dipisah ke dalam bahaya dari laut (perils of the sea) dan bahaya di laut (perils on the sea). Bahaya dari laut merupakan bahaya yang disebabkan langsung oleh peristiwa yang secara kebetulan terjadi atau tidak menentu seperti angin topan, angin rebut, cuaca buruk, gempa bumi, gunung berapi meletus, halilintar dan bahaya lain yang berasal dari lautan. Sedangkan bahaya di laut merupakan bahaya yang bukan disebabkan langsung oleh bahaya ganas dari lautan, tetapi disebabkan oleh peristiwa-peristiwa tertentu. Peristiwaperistiwa tersebut antara lain : 5.1. Kapal tabrakan dengan kapal atau menabrak kapal lain atau tongkang atau perahu, atau ditabrak oleh kapal lain 5.2. Kapal menabrak benda terapung di lautan (misalnya gunung es) atau menabrak benda terapung di pelabuhan atau menabrak dam atau dermaga atau benda permanen lainnya di pelabuhan Kebakaran di kapal sekalipun kebakaran disebabkan oleh kelalaian atau kebakaran di kapal disebabkan oleh sambaran halilintar (petir) 5.4. Banjir, yaitu air masuk secara besar-besaran ke dalam kapal karena bocor atau karena sebab-sebab lain 5.5. Pembajakan 5.6. Barratry (perbuatan tercela atau perbuatan melanggar hukum dari nakhoda dan atau anak buah kapal yang menimbulkan kerugian pada kapal) Bahaya non-maritim merupakan risiko yang dihadapi kapal, yang disebabkan oleh : 5.7. Peperangan, perang sipil, revolusi, pemberontakan, perlawanan, atau kegaduhan sipil yang ditimbulkannya SURAJIMAN: Hukum Asuransi- Tidak dipublikasikan hal 62

7 5.8. Penangkapan, penahanan, perampasan, penyitaan ataupun akibat-akibatnya atau setiap perbuatan untuk tujuan yang demikian 5.9. Ranjau, torpedo, bom, atau senjata-senjata perang yang terlontar Pemogokan, kerusuhan buruh, huru-hara, kegaduhan sipil, penutupan perusahaan atau pencegahan buruh-buruh dengan paksa melakukan pekerjaannya, dan lain-lain yang senada Perbuatan teroris atau perbuatan-perbuatan yang bermotif politik Menurut paham asuransi laut, yang dijamin oleh asuransi adalah bahaya maritim, akan tetapi dapat juga ditutup asuransi untuk bahaya non maritime. 6. Macam Kapal yang Ditanggung Pada prinsipnya, macam kapal yang ditanggung adalah semua jenis kapal laut, kapal sungai, dan kapal danau yang terbuat dari baja atau kayu, dan digunakan secara legal, kecuali : 6.1. kapal perang, kapal selam, dan kapal apapun yang digunakan untuk keperluan perang termasuk kapal logistik perang, dan 6.2. kapal yang digunakan untuk tujuan yang dilarang oleh undang-undnag, misalnya kapal yang digunakan untuk penyelundupan, perampokan, pembajakan, dan tujuantujuan terlarang lainnya Menurut hukum yang berlaku di Indonesia, persyaratan agar kapal boleh diasuransikan adalah sebagai berikut : 6.3. berbendera Indonesia 6.4.berbendera negara lain, tapi kapal yang bersangkutan dimiliki, atau di bawah pengawasan manajemen Indonesia 6.5.sedang memiliki ijin berlayar dari instansi yang berwenang (Dirjen Perhubungan Laut) 6.6.tidak dalam status tahanan, baik tahanan yuridis, maupun tahanan politis C. ASURANSI PENGANGKUTAN TERPADU Adapun karakteristik dari asuransi pengangkutan terpadu, yaitu : 1. Asuransi Pengangkutan Kepulauan Asuransi pengangkutan barang yang disusun oleh Dewan Asuransi Indonesia, disesuaikan dengan yang dibutuhkan oleh suatu kepulauan seperti Indonesia, yaitu SURAJIMAN: Hukum Asuransi- Tidak dipublikasikan hal 63

8 dipadukan antara asuransi pengangkutan barang melalui laut, melalui darat, dan udara dengan menggunakan satu polis. Apabila sejumlah barang diangkut dengan kapal laut dari Menado ke Surabaya dan seterusnya diangkut ke Kediri dengan Kereta api, maka asuransinya dapat ditutup satu kali untuk pengangkutan Menado- Surabaya- Kediri dengan kondisi pertanggungan dipilih salah satu dari Risiko I, Risiko II, dan Risiko III. 2. Risiko yang Ditanggung Risiko dalam pengangkutan kepulauan dibedakan menjadi 3, yaitu : risiko I, risiko II, dan risiko III. Adapun cirri-ciri dari masing-masing risiko tersebut adalah sebagai berikut: 2.1. Risiko I Menjamin smua risiko yang menimbulkan kerugian atau kerusakan pada barang yang ditanggung, kecuali disebabkan oleh risiko-risiko yang tidak ditanggung (yang disebutkan di bawah) 2.2. Risiko II Menjamin kerugian atau kerusakan atau biaya atas barang yang ditanggung, yang timbul dari risiko-risiko di bawah ini, kecuali disebabkan oleh risiko-risiko yang tidak ditanggung (yang disebutkan di bawah) Akibat dari alat pengangkutan mengalami : kebakaran atau peledakan terdampar, terkandas, terbalik, tenggelam, tergelincir keluar rel atau jalur, tabrakan, terjatuh, tersungkur, pendaratan darurat Pembongkaran di pelabuhan darurat Gempa bumi, letusan gunung berapi, sambaran petir Disebabkan oleh : pengorbanan kerugian umum pembuangan barang kelaut terlemparnya barang ke laut air laut, air sungai, air danau, air hujan atau air tawar masuk ke dalam alat pengangkut termasuk tempat penimbun barang Kerugian akibat bongkar muat Tanggung jawab akibat tabrakan kapal 2.3. Risiko III SURAJIMAN: Hukum Asuransi- Tidak dipublikasikan hal 64

9 Menjamin kerugian atau kerusakan keseluruhan atas barang yang ditanggung, yang timbul dari risiko-risiko tersebut di bawah ini, kecuali disebabkan oleh risiko-risiko yang tidak disebut Akibat dari alat pengangkutan mengalami : kebakaran atau peledakan terdampar, terkandas, terbalik, tenggelam, tergelincir keluar rel atau jalur, tabrakan, terjatuh, tersungkur, pendaratan darurat Pembongkaran di pelabuhan darurat Yang disebabkan oleh : pengorbanan kerugian umum pembuangan barang ke laut Kerugian akibat dari : bongkar muat, dan terlemparnya barang ke laut karena cuaca buruk Risiko yang dikecualikan Selain risiko yang ditanggung oleh perusahaan asuransi, juga terdapat risiko yang tidak ditanggung, yang biasanya disebut dengan risiko yang dikecualikan adalah sebagai berikut : Kesalahan atau kelalaian tertanggung asuransi ini tidak menjamin : kerugian atau kerusakan barang yang disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan tertanggung, pegawai-pegawai tertanggung atau orang-orang yang bekerja pada tertanggung dan agen tertanggung kerugian atau kerusakan barang dan biaya-biaya yang timbul akibat dari pembungkus yang kurang baik, termasuk penimbunan atau penyusunan barang di dalam kontainer, tetapi hanya bila penyusunan barang dilakukan oleh orangorang yang berada di bawah pengawasan tertanggung kerugian atau kerusakan yang disengaja pada barang yang ditanggung atau bagian dari barang yang ditanggung karena tindakan salah oleh seorang atau orang-orang lain. Ketentuan ini tidak berlaku untuk risiko I Sifat Pembawaan Barang Asuransi ini tidak menjamin : kebocoran atau susut atau keausan yang wajar dari barang-barang yang ditanggung SURAJIMAN: Hukum Asuransi- Tidak dipublikasikan hal 65

10 kerugian atau kerusakan barang atau biaya-biaya yang timbul akibat dari sifat barang yang ditanggung Karena alamiahnya barang-barang tertentu dapat mengalami proses pembusukan sendiri (sayur-mayur, buah-buahan, makanan, dan lain-lain), demikian pula ada jenis barang yang dapat terbakar sendiri, misalnya kopra dapat terbakar sendiri di dalam palka bila udara sangat panas Kelambatan pengiriman barang Asuransi ini tidak menjamin kerugian atau kerusakan barang atau biaya-biaya yang timbul yang diakibatkan langsung oleh kelambatan walaupun kelambatan yang disebabkan oleh risiko-risiko yang dijamin. Kelambatan yang dialami oleh alat pengangkut, misalnya karena kesalahan navigasi, dapat menimbulkan pada barang yang diangkutnya. Kerugian yang demikian tidak termasuk risiko asuransi pengangkutan, tapi merupakan tanggung jawab pengangkut. Berarti kerugian yang demikian tidak dijamin oleh asuransi kelambatan penyerahan barang kepada penerima barang di tempat tujuan, juga dapat menimbulkan kerugian pada barang, yang dikenal dengan istilah liquidity damage. Kerugian yang demikian merupakan tanggung jawab yang demikian tidak dijamin oleh asuransi pengangkutan. Kelambatan barang tiba di tempat tujuan disebabkan oleh kapal melakukan deviasi ydiperbolehkan menurut hukum atau kapal menghadapi bahaya laut sehingga terpaksa menyingkir atau mengungsi, tidak terpaksa dalam pengertian kelambatan ini Keadaan keuangan yang buruk Asuransi tidak menjamin kerugian atau kerusakan barang atau biaya-biaya yang timbul dari keadaan keuangan yang buruk dari pemilik kapal atau pengusaha atau pencharter kapal atau operator kapal. Keadaan yang buruk untukmembiayai operasi kapal dapat menimbulkan gangguan terhadap jadwal pelayaran sehingga dapat menimbulkan kerugian pada barang yang diangkut. Hal yang demikian dapat juga terjadi terhadap alat pengangkut udara dan darat. Kerugian yang demikian merupakan tanggung jawab pengangkut terhadap pemilik barang. Berarti tidak dijamin oleh asuransi yang menjamin barang yang bersangkutan Risiko senjata perang Asuransi tidak menjamin kerugian atau kerusakan barang atau biaya-biaya yang timbul akibat penggunaan senjata perang, senjata atom atau nuklir atau reaksi radioaktif. SURAJIMAN: Hukum Asuransi- Tidak dipublikasikan hal 66

11 Yang dimaksud di sini adalah penggunaan senjata-senjata perang atau senjata atom atau nuklir atau radio aktif yang bukan untuk tujuan perang, diatur dalam bahaya perang Risiko perang Asuransi tidak menjamin kerugian atau kerusakan barang-barang yang disebabkan oleh : peperangan, perang saudara, revolusi, pemberontakan atau kerusakan di kalangan masyarakat yang timbul dari kejadian-kejadian tersebut atau tindakan-tindakan yang bersifat permusuhan oleh atau terhadap pihak yang terlibat perang penyitaan, penangkapan, pembatasan kebebasan atau penahanan pembajakan (dikecualikan) serta akibatnya atau percobaan untuk melakukan hal-hal tersebut ranjau, torpedo, dan lain-lain yang tidak diurus lagi Risiko pemogokan Asuransi ini tidak menjamin kerugian atau kerusakan barang atau biaya-biaya yang timbul atau disebabkan oleh pemogokan, pemecatan buruh, atau orang-orang yang ikut serta dalam kerusuhan, huru-hara dalam masyarakat; akibat dari pemogokan, pemecatan buruh dan huru-hara dalam masyarakat oleh teroris atau tindakan seseorang dengan latar belakang poitik Ketidaklayakan alat pengangkut Asuransi ini tidak menjamin kerugian atau kerusakan barang atau biaya-biaya yang timbul dari tidal layaknya kapal atau tongkang atau ketidaklayakan alat pengangkut darat maupun udara, kecuali bila tertanggung atau orang-orang yang bekerja padanya tidak mengetahui ketidaklayakan alat pengangkut tersebut. Persyaratan kelayakan kapal harus dilihat dari 3 komponen yang saling berkaitan satu sama lain. Ketiga komponen tersebut sebagai berikut : Rangka kapal dan mesin kapal berada dalam keadaan baik dan mampu berlayar di laut. Kondisi kapal dalam keadaan baik dan mampu berlayar di laut diproyeksikan dari kebenaran material dari seluruh sertifikat kapal yang direkomendasikan oleh Biro Klasifikasi yang mengawasi operasi kapal Kemampuyan anak buah kapal bernavigasi yang diproyeksikan dari ijazah dan pengalaman anak buah kapal sesuai dengan besarnya ukuran kapal dan luasnya jaringan operasi kapal. SURAJIMAN: Hukum Asuransi- Tidak dipublikasikan hal 67

12 Kapal selalu dibekali dengan perbekalan dan peralatan yang cukup (bahan bakar, peta laut, baringan, kompas, radio atau teleks, dan lain-lain). Ketiga macam persyaratan kelayakan tersebut juga harus dipenuhi oleh alat pengangkut udara agar dapat dikategorikan layak udara. Sedangkan alat pengangkutan darat yang lazim digunakan untuk mengangkut barang seperti truk dan trailer, dapat dikategorikan layak darat bila telah dites dan dikir oleh instansi yang berwenang (DLLJR) dan sertifikat kir masih berlaku. 4. Mulai dan Berakhirnya Risiko Dalam polis asuransi biasanya disebutkan kapan mulai dan berakhirnya risiko. Kapan mulai dan berakhirnya risiko pertanggungan dapat dipaparkan sebagai berikut : 4.1. Risiko yang dijamin oleh asuransi dimulai sejak barang bergerak meninggalkan gudang pengiriman untuk diangkut ke tempat tujuan, dan berakhir pada saat barang diserahterimakan : di gudang tujuan disebutkan dalam polis, atau di gudang lain yang ditunjuk oleh tertanggung, atau lewat waktu 15 hari untuk pengangkutan melalui air; lewat 4 hari untuk pengangkutan melalui darat; lewat 7 hari untuk pengangkutan melalui udara, yang mana saja yang lebih dahulu terjadi. Ketentuan ini merupakan syarat dari gudang ke gudang, tetapi lamanya jaminan di tempat tujuan dibatasi 15 hari terhitung sejak barang-barang selesai dibongkar dari alat pengangkut air. Apabila waktu 15 hari ini dilewati, jaminan berakhir walaupun barang-barang belum selesai diserahkan ke dalam gudang. Tapi bila penyerahan lebih cepat dari 15 hari, maka jaminan berakhir ketika barang-barang selesai diserahkan ke dalam gudang Apabila di luar kekuasaan atau kemampuan tertanggung, kontrak pengangkutan berakhir sebelum barang tiba di tempat tujuan yang disebutkan dalam polis, maka jaminan diatur sebagaimana diatur dalam ayat (4.1) di atas, kecuali ditentukan atau disetujui lain oleh penanggung dengan atau tanpa penambahan premi, maka : jaminan berakhir sebagaimana diatur dalam ayat (4.1.1) di atas bila barang diteruskan ke tempat tujuan yang disebutkan dalam polis. SURAJIMAN: Hukum Asuransi- Tidak dipublikasikan hal 68

13 jaminan berakhir bila barang terjual di tempat pengakhiran kontrak pengangkutan atau lewat 7 hari terhitung sejak barang dibongkar dari alat pengangkut, yang mana saja yang lebih dahulu terjadi. D. ASURANSI AVIASI Asuransi Aviasi merupakan salah satu jenis asuransi pengangkutan. Asuransi ini terdiri dari asuransi muatan udara, asuransi cargo udara, dan asuransi pesawat udara. 1. Asuransi Muatan Udara Karakteristik dari asuransi muatan udara adalah : 1.1. Obyek pertanggungan Obyek pertanggungan dalam asuransi pengangkutan udara dan muatannya (barang dan penumpang) terhadap kemungkinan bahaya yang menimpanya, yang terjadi di Bandar udara (ground risk) atau dalam penerbangan (flight risk) Jaminan keselamatan penumpang Dalam pengangkutan udara, pengangkut diwajibkan oleh undang-undnag untuk menutup asuransi atau tanggung jawabnya terhadap penumpang, yaitu : Tanggung jawab atas keselamatan penumpang ketika menaiki pesawat udara selama dalam pesawat udara, dan ketika turun dari pesawat udara dengan ketentuan bahwa jaminan keselamatan hanya diberikan kepada penumpang yang memiliki karcis penumpang yang sah. Di Indonesia, keselamatan penumpang dijamin oleh PT. Jasa Raharja Tanggung jawab atas kerugian bagasi penumpang (hilang, rusak, terbakar), kecuali bagasi yang dibawa sendiri oleh penumpang. Jaminan atas kemungkinan kerugian atas bagasi penumpang diasuransikan kepada perusahaan asuransi kerugian oleh pengangkut. 2. Asuransi Cargo Udara Adalah asuransi atas barang-barang (bukan bagasi penumpang)yang diangkut oleh pesawat udara untuk melindungi pemilik barang terhadap kemungkinan bahaya yang SURAJIMAN: Hukum Asuransi- Tidak dipublikasikan hal 69

14 menimbulkan kerugian atau kerusakan yang dialami oleh barang yang disebabkan oleh pesawat udara yang mengangkutnya ditimpa bahaya. 3. Asuransi Pesawat Udara Adapun karakteristik dari asuransi pesawat udara adalah : 3.1. Obyek pertanggungan Obyek pertanggungan dalam asuransi pesawat udara itu sendiri, yang meliputi kerangka dan mesin pesawat, baling-baling, motor, dan semua peralatan yang merupakan bagian dari pesawat udara, termasuk perlengkapan yang dapat dilepaskan dari pesawat udara itu seperti kompas, radio, perlengkapan kabin, dan lain-lain Risiko yang dijamin Jaminan dari polis gabungan pesawat udara meliputi hal-hal sebagai berikut : Tanggung jawab terhadap pihak ketiga, tidak termasuk tanggung jawab terhadap penumpang, misalnya pesawat jatuh di pemukiman penduduk. Peristiwa ini menyebabkan tertanggung dibebani tanggung jawab untuk membayar kerugian atas kecelakaan tersebut, dalam hal ini perusahaan asuransi akan mengganti kerugian tersebut Tanggung jawab terhadap penumpang atau keselamatan penumpang ketika : menaiki pesawat udara selama berada di dalam pesawat udara, dan ketika turun dari pesawat udara dengan ketentuan bahwa penumpang yang bersangkutan memiliki karcis yang sah Tanggung jawab atas kerugian atau kerusakan bagasi penumpang, kecuali bagasi sendiri yang dibawa oleh penumpang Kehilangan atau kerusakan pesawat udara ketika berada di udara, bergerak di landasan, di darat, dan di permukaan air. Kehilangan atau kerusakan pesawat udara disebabkan oleh berbagai bahaya seperti topan badai, pesawat udara jatuh atau tersungkur, melakukan pendaratan darurat, tabrakan di udara, menabrak benda permanen di bandar udara, kebakaran dan sebagainya Luas risiko dan lama pertanggungan Semakin luas risiko yang dijamin semakin luas pula bahaya yang ditanggung, maka preminya pun semakin besar. Lamanya pertanggungan juga SURAJIMAN: Hukum Asuransi- Tidak dipublikasikan hal 70

15 berpengaruh terhadap besar kecilnya premi asuransi. Dalam perbandingannya, premi untuk jangka panjang lebih kecil daripada premi untuk jangka pendek. SURAJIMAN: Hukum Asuransi- Tidak dipublikasikan hal 71

ASURANSI INTER ISLAND - MARINE CARGO No. Pencatatan Produk OJK : S-2319/NB.11/2013. I. Nama Produk : Asuransi Inter Island - Marine Cargo

ASURANSI INTER ISLAND - MARINE CARGO No. Pencatatan Produk OJK : S-2319/NB.11/2013. I. Nama Produk : Asuransi Inter Island - Marine Cargo ASURANSI INTER ISLAND - MARINE CARGO No. Pencatatan Produk OJK : S-2319/NB.11/2013 I. Nama Produk : Asuransi Inter Island - Marine Cargo II. Jenis Produk : Asuransi Marine Cargo III. Nama Penerbit : IV.

Lebih terperinci

RINGKASAN PRODUK ASURANSI PENGANGKUTAN ( MARINE CARGO )

RINGKASAN PRODUK ASURANSI PENGANGKUTAN ( MARINE CARGO ) RINGKASAN PRODUK ASURANSI PENGANGKUTAN ( MARINE CARGO ) Asuransi Raksa Pratikara didirikan pada tahun 1975 dan menjalankan usahanya berdasarkan semboyan "BIJAKSANA DAN TEPERCAYA. Kami siap memberikan layanan

Lebih terperinci

POLIS STANDAR ASURANSI PENGANGKUTAN BARANG INDONESIA

POLIS STANDAR ASURANSI PENGANGKUTAN BARANG INDONESIA POLIS STANDAR ASURANSI PENGANGKUTAN BARANG INDONESIA (Berlaku untuk pengangkutan laut antar pulau dan atau pengangkutan darat di Indonesia ) Bahwa Tertanggung telah mengajukan suatu permohonan tertulis

Lebih terperinci

POLIS STANDAR ASURANSI PENGANGKUTAN BARANG INDONESIA (Berlaku untuk pengangkutan laut antar pulau dan atau pengangkutan darat di Indonesia )

POLIS STANDAR ASURANSI PENGANGKUTAN BARANG INDONESIA (Berlaku untuk pengangkutan laut antar pulau dan atau pengangkutan darat di Indonesia ) POLIS STANDAR ASURANSI PENGANGKUTAN BARANG INDONESIA (Berlaku untuk pengangkutan laut antar pulau dan atau pengangkutan darat di Indonesia ) Bahwa Tertanggung telah mengajukan suatu permohonan tertulis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Asuransi Kerugian Dalam perkembangan dunia usaha tidak seorang pun yang dapat meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang secara tepat, setiap ramalan

Lebih terperinci

MOTOR VEHICLE INSURANCE No. Pencatatan Produk OJK : S-932/NB.11/2013

MOTOR VEHICLE INSURANCE No. Pencatatan Produk OJK : S-932/NB.11/2013 MOTOR VEHICLE INSURANCE No. Pencatatan Produk OJK : S-932/NB.11/2013 I. Nama Produk : Motor Vehicle Insurance II. Jenis Produk : Asuransi Kendaraan Bermotor III. Nama Penerbit : IV. Data Ringkas Asuransi

Lebih terperinci

LAMPIRAN SK NO. 422/AAUI/06

LAMPIRAN SK NO. 422/AAUI/06 KLAUSUL KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DAN ATAU RODA TIGA Dengan ini dicatat dan disepakati, bahwa : 1. Menyimpang dari definisi kendaraan bermotor yang dicantumkan dalam Polis, kata kendaraan bermotor harus

Lebih terperinci

RINGKASAN INFORMASI PRODUK

RINGKASAN INFORMASI PRODUK RINGKASAN INFORMASI PRODUK a Nama dan Jenis Produk Asuransi b Nama Penerbit (Perusahaan Asuransi) c Data Ringkas : Polis Standar Asuransi Kebakaran Indonesia : PT. KSK Insurance Indonesia : PT. KSK Insurance

Lebih terperinci

MARINE CARGO INSURANCE

MARINE CARGO INSURANCE MARINE CARGO INSURANCE Asuransi Pengangkutan Barang Perlindungan menyeluruh terhadap risiko kerugian atau kerusakan barang dalam perjalanan laut, udara dan darat MARINE CARGO INSURANCE ASURANSI PENGANGKUTAN

Lebih terperinci

BAB IX ASURANSI ANEKA

BAB IX ASURANSI ANEKA BAB IX ASURANSI ANEKA Jika di depan telah dipaparkan tentang asuransi jiwa dan asuransi kerugian secara panjang lebar, berikut ini akan dipaparkan asuransi aneka. Uraian-uraian berikut ini mencakup macam-macam

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 5.1 Peranan Asuransi Dalam Pengembangan Pengangkutan Udara Nasional

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 5.1 Peranan Asuransi Dalam Pengembangan Pengangkutan Udara Nasional BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Peranan Asuransi Dalam Pengembangan Pengangkutan Udara Nasional Dengan kemajuan teknik pada masa kini, kecelakaan-kecelakaan pesawat udara relatif jarang terjadi.

Lebih terperinci

Nama Githa Maharani Sembiring NPM : Mata kuliah : hukum asuransi ASURANSI KEBAKARAN. Menurut Undang-Undang No.2 Tahun 1992 Pasal 1 :

Nama Githa Maharani Sembiring NPM : Mata kuliah : hukum asuransi ASURANSI KEBAKARAN. Menurut Undang-Undang No.2 Tahun 1992 Pasal 1 : Nama Githa Maharani Sembiring NPM : 093112330050065 Mata kuliah : hukum asuransi ASURANSI KEBAKARAN Menurut Undang-Undang No.2 Tahun 1992 Pasal 1 : Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara

Lebih terperinci

2013, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negar

2013, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negar LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.156, 2013 TRANSPORTASI. Darat. Laut. Udara. Kecelakaan. Investigasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5448) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

RINGKASAN INFORMASI PRODUK RaksaEarthquake Insurance Asuransi Gempa Bumi

RINGKASAN INFORMASI PRODUK RaksaEarthquake Insurance Asuransi Gempa Bumi RINGKASAN INFORMASI PRODUK RaksaEarthquake Insurance Asuransi Gempa Bumi Nama Produk : RaksaEarthquake Insurance / Asuransi Gempa Bumi Jenis Produk : Asuransi Harta Benda Nama Penerbit : PT. Asuransi Raksa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1975 TENTANG PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1975 TENTANG PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1975 TENTANG PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa zat radioaktif mengandung bahaya radiasi, baik terhadap

Lebih terperinci

Tanggung Jawab Pengangkut di Beberapa Moda Transportasi

Tanggung Jawab Pengangkut di Beberapa Moda Transportasi Perkeretaapian UU No.23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian Pasal 157 (1) Penyelenggara Sarana Perkeretaapian bertanggung jawab terhadap pengguna jasa yang mengalami kerugian, lukaluka, atau meninggal dunia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN [LN 1992/98, TLN 3493]

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN [LN 1992/98, TLN 3493] UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN [LN 1992/98, TLN 3493] BAB XIII KETENTUAN PIDANA Pasal 100 (1) Barangsiapa dengan sengaja merusak atau melakukan tindakan apapun yang mengakibatkan tidak

Lebih terperinci

MANFAAT. Asuransi Alat Berat memberikan ganti rugi atas kerusakan / kecelakaan yang disebabkan antara lain oleh : PENGECUALIAN

MANFAAT. Asuransi Alat Berat memberikan ganti rugi atas kerusakan / kecelakaan yang disebabkan antara lain oleh : PENGECUALIAN Raksa Pratikara Asuransi Alat Berat ( Heavy Equipment ) Asuransi Raksa Pratikara didirikan pada tahun 1975 dan menjalankan usahanya berdasarkan semboyan "BIJAKSANA DAN TEPERCAYA. Asuransi Raksa Pratikara

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. LIG Insurance Indonesia merupakan perusahaan asuransi yang berbasis di Korea yang bergerak khusus di bidang asuransi non-jiwa. Berawal pada tahun

Lebih terperinci

BAB X ASURANSI A. DEFINISI ASURANSI

BAB X ASURANSI A. DEFINISI ASURANSI BAB X ASURANSI Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) pada saat ini sangat memberikan manfaat dan kemudahan bagi kehidupan manusia, dampak positif yang ada sangat mendukung manusia modern

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN [LN 2009/1, TLN 4956] Pasal 402

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN [LN 2009/1, TLN 4956] Pasal 402 UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN [LN 2009/1, TLN 4956] BAB XXII KETENTUAN PIDANA Pasal 401 Setiap orang yang mengoperasikan pesawat udara Indonesia atau pesawat udara asing yang memasuki

Lebih terperinci

PERUSAHAAN ASURANSI ATA 2014/2015 M6/IT /NICKY/

PERUSAHAAN ASURANSI ATA 2014/2015 M6/IT /NICKY/ PERUSAHAAN ASURANSI 1. PENGERTIAN USAHA DAN KARAKTERISTIK ASURANSI Definisi (UU no. 2 tahun 1992) Perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan nama penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. badan usaha, tentulah diikuti dengan risiko. Apabila risiko tesebut datang

BAB I PENDAHULUAN. badan usaha, tentulah diikuti dengan risiko. Apabila risiko tesebut datang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap usaha yang dijalankan baik itu perorangan maupun dalam bentuk badan usaha, tentulah diikuti dengan risiko. Apabila risiko tesebut datang menghadapi mereka, tentulah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

No Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 369 Undang- Undang Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan, dan Undang- Undang Nomor 22

No Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 369 Undang- Undang Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan, dan Undang- Undang Nomor 22 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5448 TRANSPORTASI. Darat. Laut. Udara. Kecelakaan. Investigasi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 156) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PENGERTIAN KAPAL SEBAGAI BARANG DALAM PENEGAKAN HUKUM OLEH PEJABAT DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

PENGERTIAN KAPAL SEBAGAI BARANG DALAM PENEGAKAN HUKUM OLEH PEJABAT DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PENGERTIAN KAPAL SEBAGAI BARANG DALAM PENEGAKAN HUKUM OLEH PEJABAT DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI Oleh : Bambang Semedi (Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai) Pendahuluan Dengan semakin majunya dunia

Lebih terperinci

BAB VI ASURANSI ANGKUTAN LAUT DAN UDARA

BAB VI ASURANSI ANGKUTAN LAUT DAN UDARA BAB VI ASURANSI ANGKUTAN LAUT DAN UDARA Tujuan Instruksional Khusus: Setelah menyelesaikan perkuliahan dengan Pokok Bahasan, mahasiswa akan dapat menjelaskan peranan asuransi dalam pengiriman barang ke

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN. menyelenggarakan pengangkutan barang semua atau sebagian secara time charter

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN. menyelenggarakan pengangkutan barang semua atau sebagian secara time charter BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN 2.1. Pengangkut 2.1.1. Pengertian pengangkut. Orang yang melakukan pengangkutan disebut pengangkut. Menurut Pasal 466 KUHD, pengangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. risiko yang ditanggung oleh pelaku ekspor-impor. Pelaku perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. risiko yang ditanggung oleh pelaku ekspor-impor. Pelaku perdagangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaksanaan perdagangan internasonal tidak lepas dari ancaman risiko yang ditanggung oleh pelaku ekspor-impor. Pelaku perdagangan internasional harus memikirkan tentang

Lebih terperinci

BAB III JENIS ASURANSI

BAB III JENIS ASURANSI BAB III JENIS ASURANSI A. Objek dan Jenis Asuransi Objek Asuransi: Benda dan jasa, jiwa dan raga kesehatan manusia, tanggung jawab hukum, serta semua kepentingan yang dapat hilang, rusak, rugi dan atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dunia usaha di Indonesia. Asuransi merupakan sarana finansial dalam tata

I. PENDAHULUAN. dunia usaha di Indonesia. Asuransi merupakan sarana finansial dalam tata I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan jasa asuransi kini makin dirasakan,baik oleh perorangan maupun dunia usaha di Indonesia. Asuransi merupakan sarana finansial dalam tata kehidupan

Lebih terperinci

POLIS STANDAR KENDARAAN BERMOTOR INDONESIA

POLIS STANDAR KENDARAAN BERMOTOR INDONESIA POLIS STANDAR KENDARAAN BERMOTOR INDONESIA Penanggung yang bertanda tangan pada Polis ini, berdasarkan permintaan pertanggungan secara tertulis dari Tertanggung melalui Surat Permohonan Pertanggungan Kendaraan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa angkutan di perairan selain mempunyai peranan yang strategis dalam

Lebih terperinci

BAB II JENIS-JENIS KEADAAN DARURAT

BAB II JENIS-JENIS KEADAAN DARURAT BAB II JENIS-JENIS KEADAAN DARURAT Kapal laut sebagai bangunan terapung yang bergerak dengan daya dorong pada kecepatan yang bervariasi melintasi berbagai daerah pelayaran dalam kurun waktu tertentu, akan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa angkutan di perairan selain mempunyai peranan yang strategis dalam

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENULISAN. Objek penulisan Laporan Akhir ini melakukan PKL atau magang di PT. Asuransi

III. METODELOGI PENULISAN. Objek penulisan Laporan Akhir ini melakukan PKL atau magang di PT. Asuransi III. METODELOGI PENULISAN 3.I Objek Objek penulisan Laporan Akhir ini melakukan PKL atau magang di PT. Asuransi Parolamas Lampung yang terletak di jalan W.R. Monginsidi No 122 Bandar Lampung. Penulis melakukan

Lebih terperinci

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API I. UMUM Perkeretaapian merupakan salah satu moda transportasi yang memiliki

Lebih terperinci

SYARAT-SYARAT UMUM POLIS ASURANSI JIWA 5000. Pasal 1 ARTI BEBERAPA ISTILAH

SYARAT-SYARAT UMUM POLIS ASURANSI JIWA 5000. Pasal 1 ARTI BEBERAPA ISTILAH SYARAT-SYARAT UMUM POLIS ASURANSI JIWA 5000 Pasal 1 ARTI BEBERAPA ISTILAH Dalam Syarat-syarat Umum Polis Asuransi Jiwa Perorangan ini yang dimaksud dengan : 1. Asuransi : adalah Asuransi Jiwa 5000. 2.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjadi informasi keuangan. Proses akuntansi meliputi kegiatan mengidentifikasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjadi informasi keuangan. Proses akuntansi meliputi kegiatan mengidentifikasi, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Samryn (2014 : 3) berpendapat bahwa secara umum akuntansi merupakan suatu sistem informasi yang digunakan untuk mengubah data dari transaksi menjadi informasi

Lebih terperinci

BAB II. Regulasi penerbangan yang lama yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun. itu harus mendasarkan pada ketentuan Pasal 102 ayat (1) KUHAP yang

BAB II. Regulasi penerbangan yang lama yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun. itu harus mendasarkan pada ketentuan Pasal 102 ayat (1) KUHAP yang BAB II PERBUATAN-PERBUATAN YANG TERMASUK LINGKUP TINDAK PIDANA DI BIDANG PENERBANGAN DALAM PERSPEKTIF UNDANG UNDANG RI NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN C. Perbandingan Undang-Undang Nomor 15 Tahun

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1975 Tentang : Pengangkutan Zat Radioaktip

Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1975 Tentang : Pengangkutan Zat Radioaktip Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1975 Tentang : Pengangkutan Zat Radioaktip Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 13 TAHUN 1975 (13/1975) Tanggal : 16 APRIL 1975 (JAKARTA) Sumber : LN 1975/17; TLN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG INVESTIGASI KECELAKAAN TRANSPORTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG INVESTIGASI KECELAKAAN TRANSPORTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG INVESTIGASI KECELAKAAN TRANSPORTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ASURANSI. Inhouse Training Jakarta, 10 November 2015

DASAR-DASAR ASURANSI. Inhouse Training Jakarta, 10 November 2015 DASAR-DASAR ASURANSI Inhouse Training Jakarta, 10 November 2015 RESIKO & PERIL Resiko adalah : Sesuatu yang datangnya tidak terduga dan berdampak pada timbulnya suatu kerugian. Peril adalah : Penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dilakukan baik menggunakan sarana pengangkutan laut maupun melalui

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dilakukan baik menggunakan sarana pengangkutan laut maupun melalui 11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri atas beragam suku bangsa dan terdiri dari beribu ribu pulau. Untuk memudahkan hubungan atau interaksi antar

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN [LN 2008/64, TLN 4846]

UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN [LN 2008/64, TLN 4846] UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN [LN 2008/64, TLN 4846] BAB XIX KETENTUAN PIDANA Pasal 284 Setiap orang yang mengoperasikan kapal asing untuk mengangkut penumpang dan/atau barang antarpulau

Lebih terperinci

ASURANSI. Prepared by Ari Raharjo

ASURANSI. Prepared by Ari Raharjo ASURANSI Prepared by Ari Raharjo Email: ariraharjo2013@gmail.com Definisi Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada

Lebih terperinci

RINGKASAN INFORMASI PRODUK RaksaAutoCare Insurance Asuransi Kendaraan Bermotor

RINGKASAN INFORMASI PRODUK RaksaAutoCare Insurance Asuransi Kendaraan Bermotor RINGKASAN INFORMASI PRODUK RaksaAutoCare Insurance Asuransi Kendaraan Bermotor Nama Produk : RaksaAutoCare Insurance / Asuransi Kendaraan Bermotor Jenis Produk : Asuransi Kendaraan Bermotor Nama Penerbit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Risiko ini dapat timbul dalam berbagai bentuk, seperti kerusakan alat-alat,

BAB I PENDAHULUAN. Risiko ini dapat timbul dalam berbagai bentuk, seperti kerusakan alat-alat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin meningkat dan diikuti oleh majunya pemikiran masyarakat dalam usaha perniagaan membuat maraknya usaha asuransi akhir-akhir

Lebih terperinci

III.GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

III.GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 15 III.GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1.1.Sejarah PT Asuransi Parolamas PT.Asuransi Parolamas adalah perusahaan yang bergerak dibidang jasa asuransi umum yang bergerak dibidang jasa asuransi umum yang memberikan

Lebih terperinci

Informasi Produk Asuransi Allianz

Informasi Produk Asuransi Allianz Informasi Produk Asuransi Allianz Nama Produk Permata Proteksi Ku Permata Proteksi Plus Permata KTA Proteksi Jenis Produk Asuransi jiwa berjangka untuk perlindungan tagihan kartu kredit Asuransi jiwa berjangka

Lebih terperinci

FREQUENTLY ASKED QUESTION Product E Commerce

FREQUENTLY ASKED QUESTION Product E Commerce FREQUENTLY ASKED QUESTION Product E Commerce 1. Bagaimana keamanan transaksi e commerce Asuransi Bintang? Sangat aman, karena Bintang telah bekerja sama dengan Acquiring Bank, Payment Gateway dan di support

Lebih terperinci

Pada hari rabu, tanggal Empat Januari Dua Ribu Tujuh Belas, kami yang bertanda tangan di Bawah ini :

Pada hari rabu, tanggal Empat Januari Dua Ribu Tujuh Belas, kami yang bertanda tangan di Bawah ini : Pada hari rabu, tanggal Empat Januari Dua Ribu Tujuh Belas, kami yang bertanda tangan di Bawah ini : Nama : Roso Jabatan : Pengangkut sampah Perusahaan : TPST KSM Permata Jaya Alamat : Peramata Pamulang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 04 TAHUN 2005

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 04 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 04 TAHUN 2005 TENTANG PENERBITAN SURAT-SURAT KAPAL, SURAT KETERANGAN KECAKAPAN, DISPENSASI PENUMPANG DAN SURAT IZIN BERLAYAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar mengenai orang sakit

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar mengenai orang sakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar mengenai orang sakit atau terluka atau bahkan meninggal dunia karena suatu kecelakaan. Bangunan atau pabrik yang

Lebih terperinci

BAB 11 KONTRAK BERJANGKA CRUDE PALM OIL CPOTU

BAB 11 KONTRAK BERJANGKA CRUDE PALM OIL CPOTU BAB 11 KONTRAK BERJANGKA CRUDE PALM OIL (CPOTU) 1101. DEFINISI Kecuali konteksnya menunjukkan makna yang lain, istilah-istilah yang ditulis dalam huruf capital dalam Kontrak Berjangka ini akan mengandung

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG INVESTIGASI KECELAKAAN TRANSPORTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG INVESTIGASI KECELAKAAN TRANSPORTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG INVESTIGASI KECELAKAAN TRANSPORTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PENGANGKUTAN BARANG TERTENTU DALAM DAERAH PABEAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PENGANGKUTAN BARANG TERTENTU DALAM DAERAH PABEAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PENGANGKUTAN BARANG TERTENTU DALAM DAERAH PABEAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

2 P a g e ( )

2 P a g e ( ) Pendahuluan Pesatnya perekonomian Indonesia saat ini mendukung ekspansi bisnis. Sebagai pimpinan perusahaan, mempekerjakan dan mempertahankan orang-orang terbaik merupakan tugas yang penting. Karyawan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan manusia, alat transportasi terdiri dari berbagai macam yaitu alat transportasi darat,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Asuransi dan Pengaturan Asuransi. sehingga kerugian itu tidak akan pernah terjadi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Asuransi dan Pengaturan Asuransi. sehingga kerugian itu tidak akan pernah terjadi. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Asuransi dan Pengaturan Asuransi 1. Pengertian Asuransi Apabila seseorang menginginkan supaya sebuah resiko tidak terjadi, maka seharusnyalah orang tersebut mengusahakan

Lebih terperinci

2018, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Wilayah Udara adalah wilayah kedaulatan udara di a

2018, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Wilayah Udara adalah wilayah kedaulatan udara di a No.12, 2018 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERTAHANAN. RI. Wilayah Udara. Pengamanan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6181) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Asuransi Jiwa

Asuransi Jiwa Bab 1: Pengantar Asuransi Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Asuransi Jiwa Asuransi Jiwa Asuransi adalah salah satu bentuk pengendalian risiko yang berupa perjanjian antara nasabah asuransi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1995 TENTANG ANGKUTAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1995 TENTANG ANGKUTAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1995 TENTANG ANGKUTAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa undang-undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan telah mengatur

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 16 Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan dan kesatuan serta mempengaruhi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.118, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Penyelenggaraan. Pengusahaan. Angkutan Multimoda. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 8 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagai suatunegara kepulauan, sektor maritim merupakan sektor yang signifikan bagi Indonesia, oleh sebab itu transportasi laut merupakan satu hal yang penting. Untuk mengantisipasi

Lebih terperinci

BUPATI PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI PESISIR SELATAN NOMOR 60 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI PESISIR SELATAN NOMOR 60 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI PESISIR SELATAN NOMOR 60 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN PERLINDUNGAN KESELAMATAN PENUMPANG UMUM KAPAL WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

POLIS ASURANSI KREDIT MULTIGUNA

POLIS ASURANSI KREDIT MULTIGUNA POLIS ASURANSI KREDIT MULTIGUNA Bahwa Tertanggung melalui Pemegang Polis yang disebutkan dalam ikhtisar polis ini telah mengajukan kepada Penanggung suatu permohonan tertulis yang dilengkapi dengan keterangan

Lebih terperinci

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG I. UMUM ANGKUTAN MULTIMODA Angkutan multimoda (Multimodal Transport) adalah angkutan barang dengan menggunakan

Lebih terperinci

Tentang TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ANGKUTAN UDARA. Oktober 2011

Tentang TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ANGKUTAN UDARA. Oktober 2011 Tentang TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ANGKUTAN UDARA Oktober 2011 1 LATAR BELAKANG Memberikan pemahaman kepada penyedia dan pengguna jasa angkutan udara tentang arti sebuah tiket, surat muatan udara dan claim

Lebih terperinci

Ringkasan Informasi Produk AVA ipro Kreditku

Ringkasan Informasi Produk AVA ipro Kreditku I. Penjelasan Produk 1. AVA ipro KreditKu Terproteksi adalah Asuransi jiwa kredit kumpulan dengan premi berkala yang memberikan perlindungan asuransi terhadap risiko meninggal dunia, Ketidakmampuan Total

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia-nya Buku Informasi Transportasi Kementerian Perhubungan 2012 ini dapat tersusun sesuai rencana. Buku Informasi Transportasi

Lebih terperinci

2 Sebagai pelaksanaan amanat Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran telah diberlakukan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2002 te

2 Sebagai pelaksanaan amanat Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran telah diberlakukan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2002 te TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI LINGKUNGAN HIDUP. Keselamatan. Keamanan. Zat Radio Aktif. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 185). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

III. KEADAAN DARURAT 1. TEMPERATUR MESIN TERLALU PANAS (OVERHEATING)

III. KEADAAN DARURAT 1. TEMPERATUR MESIN TERLALU PANAS (OVERHEATING) III. KEADAAN DARURAT Emergency Assistant 24 Jam: Solution Center : 500-369 www.assarent.co.id 1. TEMPERATUR MESIN TERLALU PANAS (OVERHEATING) Untuk mengetahui temperatur mesin perhatikan jarum petunjuk

Lebih terperinci

RISIKO KERUSAKAN PROPERTY & KEWAJIBAN (LIABILITY)

RISIKO KERUSAKAN PROPERTY & KEWAJIBAN (LIABILITY) RISIKO KERUSAKAN PROPERTY & KEWAJIBAN (LIABILITY) Mata Kuliah : Manajemen Risiko Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Unikom Tahun Akademik 2009-2010 Ilustrasi : Pada hari minggu 26 Desember 2004 jam

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2012 NOMOR 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2012 NOMOR 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2012 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN TANAH LAUT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Laut Dan Perairan Darat, (Jakarta: Djambatan, 1989), hal 120. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Laut Dan Perairan Darat, (Jakarta: Djambatan, 1989), hal 120. Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan (archipelagic state) yang terbesar di dunia dengan memiliki luas wilayah laut yang sangat luas Oleh karena itu, kapal merupakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG SERTIFIKASI DAN REGISTRASI KENDARAAN DI ATAS AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA

Lebih terperinci

KEPPRES 10/1997, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN YORDANIA HASHIMIAH MENGENAI PELAYARAN

KEPPRES 10/1997, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN YORDANIA HASHIMIAH MENGENAI PELAYARAN Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 10/1997, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN YORDANIA HASHIMIAH MENGENAI PELAYARAN *46909 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari penjualan polis atau penerimaan premi dapat ditanamkan sebagai investasi yang

I. PENDAHULUAN. dari penjualan polis atau penerimaan premi dapat ditanamkan sebagai investasi yang I. PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Asuransi sebagai lembaga Keuangan non bank mempunyai peranan penting dalam ikut membantu pertumbuhan perekonomian Indonesia. Lembaga asuransi sebagai salah satu penghimpun

Lebih terperinci

BIDANG PERHUBUNGAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN KABUPATEN 1. Perhubungan Darat. 1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ)

BIDANG PERHUBUNGAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN KABUPATEN 1. Perhubungan Darat. 1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) - 35-7. BIDANG PERHUBUNGAN 1. Perhubungan Darat 1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) 1. Penyusunan dan penetapan rencana umum jaringan transportasi jalan kabupaten 2. Pemberian izin penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

(dibuat diatas kertas kop perusahaan) Lampiran : Perihal : Permohonan Persetujuan

(dibuat diatas kertas kop perusahaan) Lampiran : Perihal : Permohonan Persetujuan (dibuat diatas kertas kop perusahaan) FORMULIR NOMOR III.PRO.24.A Nomor :, Lampiran : Perihal : Permohonan Persetujuan Kepada Yth, sebagai Penyelenggara Sistem Perdagangan Alternatif. Kepala Badan Pengawas

Lebih terperinci

Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara

Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara Pasal 104 Makar dengan maksud untuk membunuh, atau merampas kemerdekaan, atau meniadakan kemampuan Presiden atau Wakil Presiden memerintah, diancam dengan pidana

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 68, 1995 ( Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3610) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa transportasi mempunyai peranan penting dan strategis

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepulauan (Archipelagic State) memiliki lebih kurang 17.500 pulau, dengan total panjang garis pantai mencapai 95.181 km

Lebih terperinci

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri Hubungi Kami (021) 3193 0108 (021) 3193 0109 (021) 3193 0070 (021) 3193 0102 marketing@cdmione.com www.cdmione.com A ngkutan barang memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan suatu

Lebih terperinci

KEAMANAN DAN KESELAMATAN PENERBANGAN Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 200 Tanggal 15 Februari 2001 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEAMANAN DAN KESELAMATAN PENERBANGAN Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 200 Tanggal 15 Februari 2001 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEAMANAN DAN KESELAMATAN PENERBANGAN Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 200 Tanggal 15 Februari 2001 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun

Lebih terperinci

PENETAPAN TARIF PREMI PADA LINI USAHA ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2014

PENETAPAN TARIF PREMI PADA LINI USAHA ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2014 PENETAPAN TARIF PREMI PADA LINI USAHA ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2014 I. KETENTUAN UMUM 1. Otoritas Jasa Keuangan yang selanjutnya disingkat OJK adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur

Lebih terperinci

2015, No Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4956); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2012 tentang Pembangunan dan Pelestar

2015, No Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4956); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2012 tentang Pembangunan dan Pelestar BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1289, 2015 KEMENHUB. Perjanjian Tingkat Layanan. Jasa Bandar Udara. Penyusunan Pedoman. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 129 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 160, 2000 Perhubungan.Kelautan.Pelayaran.Kapal.Kenavigasian. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran No.913, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Jasa Pengurusan Transportasi. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 49 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGUSAHAAN JASA

Lebih terperinci

Plan Asuransi Penerbangan

Plan Asuransi Penerbangan Plan Asuransi Penerbangan Basic Plan Berlaku untuk maskapai bertarif rendah atau low cost carrier (LCC) seperti AirAsia, Jetstar, TigerAir, Citilink, dll. Kapan saja, bepergian pasti lebih aman! Premium

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan telah diatur ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2000 TENTANG KENAVIGASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2000 TENTANG KENAVIGASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2000 TENTANG KENAVIGASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan mengenai kenavigasian sebagaimana diatur

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 16 Undang-undang Nomor

Lebih terperinci