SKEmA BARU PENDANAAN BIoDIESEL BERBASIS SAWIT,
|
|
- Sri Santoso
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 SKEmA BARU PENDANAAN BIoDIESEL BERBASIS SAWIT, menuju KEmANDIRIAN ENERgI DI TENgAh melemahnya harga minyak DUNIA yunita Ariyani, muhammad Ferian, Dadan Kusdiana, Bayu Krisnamurthi Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) SARI Perkembangan industri biodiesel yang terus menunjukkan tren positif sejak 2006, telah menempatkan biodiesel sebagai salah satu komoditas energi terbarukan yang diandalkan dapat memenuhi target pada bauran energi nasional sesuai amanat Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional. Pada Mei 2015, pemerintah meluncurkan skema baru pendanaan biodiesel berbasis sawit. Kebijakan ini dibuat sebagai upaya meningkatkan realisasi pemanfaatan biodiesel sekaligus mendorong industri sawit yang berkelanjutan sebagai bahan baku utama biodiesel. Kata Kunci: Biodiesel, sawit, dana perkebunan sawit, energi 1. PENDAhULUAN Kebijakan Energi Nasional sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2014 mengamanatkan persentase pemanfaatan energi terbarukan dalam bauran energi nasional minimal sebesar 23% pada 2025 dan menjadi 31% pada Penetapan target ini tentunya didasari kondisi keenergian indonesia saat ini yang sangat bergantung pada energi fosil. Sebanyak 96% dari suplai energi primer masih didominasi oleh bahan bakar berbasis fosil yang jumlahnya terbatas. Di sisi lain, indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang demikian besar namun belum dimanfaatkan secara optimal. Dalam upaya mendorong pemenuhan kebutuhan energi secara mandiri sekaligus meningkatkan persentase energi terbarukan pada bauran energi nasional, pemerintah telah mengambil langkah penting melalui penyu sun an kebijakan terkait energi terbarukan, salah satunya yaitu regulasi terkait bahan bakar nabati (biofuel). Biofuel diyakini sebagai salah satu solusi permasalahan defisit energi khususnya di sektor transportasi, industri, dan pembangkit listrik berbasis minyak diesel. Di sisi lain, keberadaan biofuel juga mendukung rencana jangka panjang pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan berbasis green energy. Kebijakan Bahan Bakar Nabati (BBN) mulai populer dan diimplementasikan di indonesia pada Namun dalam perjalanannya, baru BBN jenis biodiesel yang mampu berkembang secara komersial hingga saat ini. Dilihat dari aspek kebijakan dan teknologi, industri biodiesel dapat dikatakan telah siap. Namun demikian, aspek ekonomi masih menjadi pertimbangan beberapa pihak dalam pelaksanaan mandatori mengingat nilai keekonomian biodiesel yang masih berada di atas harga mi nyak solar, ditambah kondisi harga minyak dunia yang meng alami penurunan selama periode satu tahun terakhir. Sejak dicanangkan pertama kali hingga 2014, pemerintah menggulirkan dana subsidi untuk biodiesel yang dicampurkan ke dalam BBM 61
2 PSO (Public Service Obligation) atau saat ini dikenal dengan istilah Jenis BBM Tertentu (JBT). Dana ini bersumber dari apbn yang diberikan dalam rangka mendorong pemanfaatan biodiesel. Pada dasarnya subsidi ini ditujukan kepada masyarakat untuk menutup disparitas harga antara biodiesel dan minyak solar. Namun pada 2015 pemerintah mengubah kebijakan, yaitu subsidi BBN tidak lagi dianggarkan di dalam apbn. Maka pada akhir agustus 2015, dimulai fase baru bagi industri biodiesel. Pemerintah menerapkan kebijakan dukungan pembiayaan biodiesel yang semu la bersumber dari dana apbn beralih menjadi bersumber dari dana perkebunan kelapa sawit. Sawit adalah bahan baku utama biodiesel dan merupakan komoditas utama perkebunan yang telah memberikan kontribusi besar bagi negeri ini. Pada 2014, industri sawit mampu menyumbang devisa negara dengan nilai ekspor mencapai 175 triliun rupiah. Sebagai bentuk komitmen pemerintah dalam menjamin pengembangan industri sawit, maka diluncurkanlah strategi nasional pengembangan kelapa sawit yang berkelanjutan melalui pembentukan Dana Perkebunan Kelapa Sawit. Skemanya dapat dilihat pada Gambar 1. Pemerintah menetapkan biodiesel sebagai salah satu objek pendanaan Dana Perkebunan Sawit. Kebijakan ini diharapkan dapat membuka pasar baru yang dapat menyerap suplai CPO domestik. Selain itu, tentunya dimaksudkan untuk penyediaan pendanaan biodiesel yang lebih stabil sehingga dapat meningkatkan konsumsi biodiesel dan pada akhirnya dapat mendukung kemandirian energi. 2. review Implementasi Biodiesel a. Dukungan Regulasi dan Realisasi Pemanfaatan Kebijakan terkait BBN diawali dengan diterbitkannya instruksi Presiden Nomor 1 Tahun Sejak 2009, Pemerintah telah memberlakukan kebijakan mandatori pemanfaatan BBN pada sektor transportasi, industri dan pembangkit listrik melalui Peraturan Menteri ESDM Nomor 32 Tahun 2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan, dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain sebagaimana yang telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun Berkat dukungan regulasi mandatori ini, indonesia mengalami lompatan kemajuan dalam industri biodiesel, mulai dari pencampuran sebesar 2,5% pada 2006 melesat 8 (delapan) kali lipat menjadi 20% pada 2016 seperti dapat dilihat pada Gambar 2. Target gambar 1. Peranan Dana Perkebunan Sawit dalam Mendukung Program Mandatori Biodiesel 62
3 gambar 2. Historis Perkembangan Biodiesel yang disusun pemerintah dalam penetapan mandatori mencerminkan optimisme bahwa pengembangan biodiesel akan terus berlanjut, bahkan pada 2020 pencampuran biodiesel ditargetkan sebesar 30% (B30). Biodiesel merupakan salah satu komoditas strate gis yang diharapkan terus berkembang untuk menyokong ketahanan energi. Data kapa sitas terpasang biodiesel sejak 2009 sampai 2015 menunjukkan tren yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Saat ini, kapasitas industri biodiesel telah mencapai 7,3 juta kl/tahun dari 17 produsen biodiesel yang aktif berproduksi (Gambar 3). Pemanfaatan biodiesel domestik juga terus meningkat setiap tahunnya, sebesar 669 ribu gambar 3. Sebaran industri Biodiesel, Sumber: Ditjen EBTKE, KESDM Tahun
4 gambar 4. Perkembangan Konsumsi Domestik Biodiesel KL pada 2012 meningkat menjadi 1,05 juta KL pada 2013, kemudian pada 2014 menjadi 1,85 juta KL atau meningkat sebesar 76% dibandingkan tahun sebelumnya. Hanya pada 2015 selama periode Januari hingga agustus terjadi anomali penurunan konsumsi domestik akibat turunnya harga minyak dunia secara drastis sehingga menyebabkan melebarnya disparitas harga antara solar dan biodiesel, ditambah dengan tidak adanya alokasi subsidi khusus BBN pada apbnp 2015 (Gambar 4). b. harga Indeks Pasar Biodiesel Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, implementasi biodiesel di indonesia sebagian besar dipengaruhi oleh isu ekonomi yakni harga jual biodiesel itu sendiri. Dalam pengaturan harga biodiesel, pemerintah menyusun regulasi terkait Harga indeks Pasar (HiP) biodiesel yang dicampurkan ke dalam Jenis BBM Tertentu/PSO. Sedangkan untuk biodiesel yang dicampurkan ke dalam BBM Non PSO, harga biodiesel mengikuti harga keekonomiannya melalui mekanisme business to business (B to B) antara Badan Usaha BBN dengan Badan Usaha BBM. Namun demikian, HiP BBN yang ditetapkan pemerintah setiap bulan ini umumnya menjadi referensi harga di kalangan pelaku industri. Pada perkembangannya, HiP biodiesel mengalami beberapa kali perubahan seperti dapat dilihat pada Gambar 5. Hal ini sebagai salah satu bentuk pendekatan yang dilakukan pemerintah agar bisnis ini dapat berjalan. Sejak 2015, formula HiP biodiesel mulai didasarkan pada harga bahan bakunya yakni CPO. Formula harga ini diharapkan dapat mendorong pen- gambar 5. Historis Harga indeks Pasar Biodiesel 64
5 Tabel 1. Besaran Pungutan Ekspor CPO dan Produk Turunannya Prinsip objek pendanaan biodiesel dari dana perkebunan sawit pada dasarnya sama dengan subsidi biodiesel dari apbn yakni dibericiptaan pasar karena mencerminkan kondisi riil industri biodiesel, yaitu 80% struktur biaya produksinya dipengaruhi oleh harga bahan baku. Pada Juni 2015, HiP biodiesel diubah dengan pertimbangan efisiensi dan tambahan komponen ongkos angkut untuk mengakomodir jangkauan penyaluran agar dapat merata di seluruh wilayah indonesia. 3. SKEmA PENDANAAN BIoDIESEL DARI DANA PERKEBUNAN SAWIT Merosotnya konsumsi domestik biodiesel pada awal 2015 akibat turunnya harga minyak mentah dan belum adanya kebijakan untuk menutup disparitas harga biodiesel dengan solar ternyata cukup memberikan dampak pada industri hulu yakni CPO sebagai bahan baku utama biodiesel. Respon pasar CPO terhadap pelaksanaan implementasi biodiesel di dalam negeri demikian besar mengingat indonesia merupakan produsen sekaligus eksportir sawit terbesar di dunia. Tidak berjalannya mandatori biodiesel sebagai salah satu industri hilir sawit mengakibatkan over supply CPO yang diyakini sebagai salah satu penyebab turunnya harga CPO. Sebagai langkah konkret, pemerintah bersama stakeholder terkait bekerjasama merancang kebijakan yang mampu melejitkan kembali kedua industri strategis ini sekaligus, baik biodiesel maupun CPO. Pada Mei 2015, terbit kebijakan terkait Dana Perkebunan Kelapa Sawit melalui Peraturan Pemerintah Nomor 24/2015 dan Peraturan Presiden Nomor 61/2015 yang pelaksanaannya diserahkan kepada Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). BPDPKS bertugas mengumpulkan dan mengelola pungutan ekspor CPO dan produk turunannya yang besarannya berkisar antara USD/ton. Dana pungutan ekspor ini akan digunakan untuk sejumlah program, salah satunya untuk pendanaan biodiesel. Dana pembiayaan biodiesel ditujukan untuk menjembatani kesenjangan antara harga biodiesel dan solar dengan jalan menutup disparitas harganya. Dengan adanya tambahan dana on-top dari dana subsidi pemerintah, diharapkan sasaran pemanfaatan biodiesel dapat tercapai dan juga memberikan implikasi yang signifikan bagi industri sawit. gambar 6. Mekanisme Penyaluran Dana Pembiayaan Biodiesel melalui Dukungan Dana Perkebunan Sawit 65
6 Realisasi penyaluran biodiesel melalui dukungan dana perkebunan sawit pada agustus Desember 2015 tercatat sebesar 428 ribu KL dengan total kebutuhan dana sebesar 852 miliar rupiah. implementasi mandatori biodiesel 20% (B20) yang telah berjalan selama 2 bugambar 7. Model Pembiayaan Biodiesel dari Dana Perkebunan Sawit kan kepada masyarakat sehingga harga jual solar yang telah dicampurkan dengan biodiesel tetap sama dengan harga jual solar murni. Perbedaannya terdapat pada mekanisme penyaluran dana. Pada subsidi yang bersumber dari apbn, dana diberikan lewat Badan Penyalur Jenis BBM Tertentu yang ditunjuk oleh pemerintah (Pertamina/aKR). Sedangkan untuk dana pembiayaan biodiesel dari dukungan dana perkebunan sawit, dana disalurkan langsung kepada Badan Usaha BBN yang berkontrak dengan BU BBM Penyalur JBT. Selanjutnya BU BBM Penyalur JBT akan membeli biodiesel seharga HiP minyak solar. adapun besaran dana yang diberikan adalah sebesar selisih harga antara HiP minyak solar/mops dengan HiP biodiesel dengan formula saat ini yakni CPO+125 USD/ton+ ongkos angkut (Gambar 6 dan 7). lan terakhir juga menunjukkan angka realisasi yang baik dengan volume rata-rata per bulan sebesar 200 ribu KL. Pada 2016, pemerintah merencanakan perluasan objek pendanaan biodiesel ke sektor pembangkit listrik sehingga total target penyaluran menjadi sebesar 3,7 juta KL dengan proyeksi kebutuhan dana sekitar 9-13 triliun rupiah, tergantung pada selisih harga antara biodiesel dan solar. Dana perkebunan sawit yang diperoleh melalui pungutan ekspor produk CPO dan turunannya juga diproyeksikan cukup untuk mendukung pembiayaan implementasi B20. Tabel 2. Realisasi Mandatori Biodiesel 66
7 Di samping pendanaan biodiesel, BPDPKS juga mendukung program mandatori biodiesel melalui pendanaan riset di bidang biofuel dan promosi. Untuk rencana jangka panjang, du kungan dari sisi riset mutlak diperlukan baik untuk meningkatkan efisiensi produksi; persiap an mandatori biodiesel 30% (B30); studi penerapan biofuel generasi ketiga, dan kebutuhan lainnya yang terus berkembang. Sementara promosi biofuel dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemanfaatan biofuel untuk menyokong kemandirian energi. 4. PERSPEKTIF mandatori BIoDIESEL, mengapa TETAP harus BERJALAN DI TENgAh melemahnya harga mi- NyAK DUNIA Konsumsi energi final di Indonesia meningkat dari 931 juta BOE pada 2013 menjadi 983 juta BOE pada 2014 atau tumbuh sebesar 6% per tahun. Kebutuhan energi nasional akan terus meningkat sesuai dengan perekonomian yang terus berkembang. Dengan kenyataan kondisi lifting minyak yang terus menurun, maka hanya ada dua pilihan bagi indonesia, bergantung pada negara lain dengan mengimpor sumber daya energi secara terus menerus, atau mandiri dengan mulai memberikan porsi lebih pada pengembangan energi terbarukan. Dari kedua pilihan tersebut, tentunya pilihan untuk mendukung pengembangan energi terbarukan lebih layak untuk dipilih. Sangat berisiko bagi sebuah negara yang bercita-cita mencapai pertumbuhan ekonomi yang baik namun menggantungkan sumber energinya pada negara lain. Di lain sisi, indonesia memiliki potensi bahan baku untuk memproduksi biofuel dalam jumlah besar. Sangat disayangkan bila potensi ini tidak dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk mencapai kemandirian energi. Pemanfaatan biodiesel terbukti telah mampu menekan angka impor solar yang secara langsung akan memberikan penghematan pada devisa negara. Tahun 2014 tercatat pemanfaatan biodiesel memberikan dampak positif terhadap penghematan devisa negara sebesar 1,23 miliar USD. Pelaksanaan B20 tahun 2016 ditargetkan mampu mengurangi gambar 8. Grafik Perkembangan Harga CPO Domestik 67
8 impor BBM hingga 6,9 juta KL yang setara dengan penghematan devisa 2 miliar USD. Jauh lebih penting bahwa penerapan B20 biodiesel akan membe rikan manfaat pada peningkatan diversifikasi energi untuk peningkatan ketahanan energi. Perpres No. 61 Tahun 2011 tentang Rencana aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RaN GRK) mengamanatkan pelaksanaan pembangunan yang berwawasan lingkungan. impelementasi mandatori biodie sel akan memberikan dampak positf terhadap pe ngurangan emisi CO 2 e dibandingkan penggunaan fossil-fuel. Emisi CO 2 e yang bisa dikur angi jika diterapkan B20 mencapai 9-18 juta ton CO 2 e per tahun. Skema pendanaan biodiesel melalui dukungan dana perkebunan sawit didasari semangat untuk menciptakan industri sawit yang berkelanjutan. Pelaksanaan pencampuran biodiesel tidak hanya bermanfaat bagi sektor energi, namun juga industri sawit sebagai bahan baku utamanya. Berjalannya mandatori biodie sel akan meningkatkan permintaan CPO yang dapat menstabilkan harga CPO. Hal ini telah dibuktikan pada pelaksanaan penyaluran dana yang telah dimulai sejak agustus 2015 hingga saat ini memberikan pengaruh positif pada kestabilan harga CPO (Gambar 8). Di samping itu, pemanfaatan CPO menjadi biodiesel dapat meningkatkan nilai tambah produk CPO sebesar Rp 9 triliun serta menambah lapangan kerja on-farm maupun off-farm sebanyak 830 ribu orang. Dengan banyaknya manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan mandatori biodiesel, sesungguhnya tidak ada alasan untuk melemahkan program ini meskipun di tengah menurunnya harga minyak dunia. Kondisi saat ini merupakan tantangan yang harus dilalui untuk mencapai kemandirian energi. Jika sudah berhasil pada tingkat harga minyak yang rendah, maka kedepan biodiesel seharusnya dapat bertahan pada kondisi harga minyak dunia yang lebih baik. 5. optimisme masa DEPAN DAN LANg- KAh STRATEgIS yang DIBUTUhKAN Sebuah fakta bahwa saat ini indonesia adalah produsen sawit terbesar di dunia dengan luas area perkebunan mencapai 11.4 juta Ha dan produksi CPO sebesar 31 juta ton. Dari total produksi tersebut, konsumsi domestik hanya berada pada kisaran 8 juta ton sedangkan sisanya diekspor. Tersedia ruang yang sangat besar untuk memanfaatkan produksi CPO tersebut. Bahkan untuk mencapai target B30 pada tahun 2020, indonesia diproyeksikan hanya membutuhkan 26% dari total produksi CPO yang ada (Tabel 3). Tabel 3. Proyeksi Kebutuhan Biodiesel dan CPO sebagai Bahan Baku 68
9 Geliat industri biodiesel kembali terlihat sejak diluncurkannya kebijakan pendanaan biodiesel berbasis sawit. Data Kementerian ESDM mencatat saat ini terdapat 2,92 juta KL rencana pembangunan pabrik baru dan penambahan kapasitas pabrik eksisting. Peningkatan kapasitas terpasang, sumber bahan baku yang berlimpah, dan teknologi yang sudah mature adalah modal yang cukup bagi indonesia menuju B30. Pelaksanaan mandatori biodiesel masih didominasi oleh sektor PSO. Pengawasan dan penerapan sanksi pada sektor Non PSO menjadi kunci utama keberhasilan program mandatori ini. industri biodiesel di tahun mendatang harus memainkan peran yang lebih besar terhadap porsi baur an energi nasio nal. Untuk itu, perlu upaya yang intensif untuk terus mendorong industri ini. Efisiensi produksi, peningkatan infrastruktur blending dan tangki penyimpanan, serta pemera taan pembangunan pabrik baru yang mampu menjangkau ketersediaan di seluruh wilayah, terutama untuk indonesia Bagian Timur membutuhkan kerjasama semua pihak baik pemerintah, BUMN maupun pihak swasta. Lebih jauh, pemerintah juga perlu mendorong penciptaan industri metanol di dalam negeri yang merupakan bahan baku pendukung biodiesel. Peningkatan produksi biodiesel tentunya akan meningkatkan kebutuhan akan metanol yang saat ini 90% masih diimpor dari negara lain. 6. PENUTUP Peran biodiesel menyentuh hampir semua aspek pendorong ekonomi berkelanjutan sesuai amanat undang-undang, baik itu aspek ekonomi, sosial, maupun lingkungan. Dukungan terhadap biodiesel merupakan dukungan terhadap energi yang berkelanjutan, diversifikasi energi, dan ketahanan energi. gambar 9. Kerjasama Pemerintah dan Swasta pada Pelaksanaan Dana Perkebunan Sawit 69
10 Biodiesel telah berjalan dengan baik melalui skema dukungan dana perkebunan sawit. indonesia akan menikmati keuntungan ganda pemanfaatan biodiesel yakni untuk mensubtitusi solar dan menciptakan pasar baru bagi industri sawit yang dapat meningkatkan nilai ekonomi. implementasi dana perkebunan sawit merupakan salah satu bentuk sinergi kerjasama antara pemerintah dan pihak swasta (public-private partnership) untuk mewujudkan pengembangan industri biodiesel dan sawit yang berkelanjutan (Gambar 9). DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Perkebunan, 2014, Statistik Perkebunan Indonesia , Direktorat Jenderal Perkebunan, Jakarta. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2015, Handbook of Energy & Economic Statistics of Indonesia, Kementerian Ener gi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta. PT. Kharisma Pemasaran Bersama, 2016, Pusat Teknologi Pengembangan Sumber Daya Energi, 2015, Outlook Energi Indonesia 2015, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta. The Business Watch indonesia, Biofuel Industry In Indonesia: Some Critical Issues Wright Thom; arif Rahmanulloh, 2015, Indonesia Biofuels Annual Report 2015, USDa Foreign agricultural Service. indonesia Commodity & Derivatives Exchange, 2016, quotes?product=cpotr 70
Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009
INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2009 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2009 adalah salah satu publikasi tahunan
Lebih terperinciPENELAAHAN BESARAN SUBSIDI BIODIESEL. Agus Nurhudoyo
PENELAAHAN BESARAN SUBSIDI BIODIESEL Agus Nurhudoyo Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi agusn@p3tkebt.esdm.go.id, agusnurhudoyo@ymail.com
Lebih terperinciOptimalisasi Pemanfaatan Biodiesel untuk Sektor Transportasi- OEI 2013
Optimalisasi Pemanfaatan Biodiesel untuk Sektor Transportasi- OEI 213 Ira Fitriana 1 1 Perencanaan Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi E-mail: fitriana.ira@gmail.com, irafit_24@yahoo.com Abstract
Lebih terperinciV. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG
V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA 2015-2019 DAN PELUANG MEMANFAATKAN FORUM G20 Siwi Nugraheni Abstrak Sektor energi Indonesia mengahadapi beberapa tantangan utama, yaitu kebutuhan yang lebih besar daripada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri strategis sektor pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis seperti
Lebih terperinciSUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN
SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN Abstrak Dalam kurun waktu tahun 2009-2014, rata-rata alokasi belanja non mandatory spending terhadap total belanja negara sebesar 43,7% dan dari alokasi
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2015 SUMBER DAYA ALAM. Perkebunan. Kelapa Sawit. Dana. Penghimpunan. Penggunaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinci2015, No Biodiesel Dalam Kerangka Pembiayaan Oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 200
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1217, 2015 KEMEN ESDM. Bahan Bakar Nabati Pembiayaan Badan Pengelola. Kelapa Sawit. Pemanfaatan. Penyediaan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK
Lebih terperinciKementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Oleh: Drs. Sudjoko Harsono Adi, M.M. Direktur Bioenergi Disampaikan pada: Seminar Ilmiah dan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.
Lebih terperinciSub Sektor Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA Sub Sektor Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Jakarta, 05 Agustus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia masih belum dapat mencapai target pembangunan di bidang energi hingga pada tahun 2015, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri masih ditopang oleh impor
Lebih terperinciCopyright BPH Migas 2014, All Rights Reserved
2 A. KUOTA JENIS BBM TERTENTU TAHUN 2014 Kuota Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu (JBT) sesuai dengan APBN Tahun 2014 sebesar 48,00 Juta KL, dan Kuota Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu (JBT) sesuai dengan
Lebih terperinciHarga Minyak Mentah Dunia 1. PENDAHULUAN
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini Indonesia mulai mengalami perubahan, dari yang semula sebagai negara pengekspor bahan bakar minyak (BBM) menjadi negara pengimpor minyak.
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.51, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SUMBER DAYA ALAM. Perkebunan. Kelapa Sawit. Dana. Penghimpunan. Penggunaan.Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan krisis Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia sudah mencapai tingkat yang sangat memprihatinkan. Di satu sisi konsumsi masyarakat (demand) terus meningkat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah energi yang dimiliki Indonesia pada umumnya dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan energi di sektor industri (47,9%), transportasi (40,6%), dan rumah tangga (11,4%)
Lebih terperinciDEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014
OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014 23 DESEMBER 2014 METODOLOGI 1 ASUMSI DASAR Periode proyeksi 2013 2050 dimana tahun 2013 digunakan sebagai tahun dasar. Target pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata sebesar
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertamina sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan visi menjadi perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia
Lebih terperinci1 UNIVERSITAS INDONESIA Rancangan strategi..., R. Agung Wijono, FT UI, 2010.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sebagai Negara penghasil minyak bumi yang cukup besar, masa keemasan ekspor minyak Indonesia telah lewat. Dilihat dari kebutuhan bahan bakar minyak (BBM)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Peningkatan kebutuhan akan energi di Indonesia terus meningkat karena makin bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kegiatan serta pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan minyak bumi dan gas alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan,
Lebih terperinci2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI SUMBER DAYA ENERGI. Nasional. Energi. Kebijakan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 300) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBoks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model
Boks 1 Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model I. Latar Belakang Perkembangan ekonomi Riau selama beberapa kurun waktu terakhir telah mengalami transformasi.
Lebih terperinciDisampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan Direktorat
Lebih terperinciMEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA MEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL Oleh: Kardaya Warnika Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008
RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2008 disusun untuk menggambarkan kecenderungan situasi permintaan dan penyediaan energi Indonesia hingga 2030 dengan mempertimbangkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Analisis Ekonomi dan Kebijakan Bisnis Pemanfaatan Gas Bumi di Indonesia dilatarbelakangi oleh rencana Pemerintah merealokasi pemanfaatan produksi gas bumi yang lebih
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki cadangan gas yang cukup besar dan diperkirakan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi hingga 59 tahun mendatang (ESDM, 2014). Menurut Kompas
Lebih terperinciTatang H. Soerawidaja
Tatang H. Soerawidaja!!! " # $ % &!" #$ ' % ( ) * # $ % & Ada 2 macam energi final yang dibutuhkan masyarakat : Listrik, dan Bahan-bahan bakar bermutu tinggi atau high quality fuels (untuk transportasi,
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 16/PUU-XIV/2016 Subsidi Energi (BBM) dan Subsidi Listrik dalam UU APBN
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 16/PUU-XIV/2016 Subsidi Energi (BBM) dan Subsidi Listrik dalam UU APBN I. PEMOHON Mohamad Sabar Musman II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 47
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pertumbuhan penduduk di suatu negara yang terus meningkat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan salah satu kebutuhan mendasar manusia. Pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk di suatu negara yang terus meningkat berbanding lurus dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tentang Minyak dan Gas Bumi, industri migas terdiri dari usaha inti (core business)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi, industri migas terdiri dari usaha inti (core business) minyak dan gas serta
Lebih terperinciBAB I 1. PENDAHULUAN
BAB I 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi bauran energi primer Indonesia pada tahun 2010 masih didominasi oleh energi dari bahan bakar fosil khususnya minyak bumi seperti diberikan pada Tabel 1.1
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam pengembangan sektor pertanian sehingga sektor pertanian memiliki fungsi strategis dalam penyediaan pangan
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT
V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, energi mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis untuk pencapaian tujuan sosial, ekonomi dan lingkungan dalam pembangunan
Lebih terperinciAnalisis Kebutuhan dan Penyediaan Energi Di Sektor Industri - OEI 2012
Analisis Kebutuhan dan Penyediaan Energi Di Sektor Industri - OEI 2012 Ira Fitriana 1 1 Perencanaan Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi E-mail: irafit_2004@yahoo.com Abstract The industrial
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda
Lebih terperinciINSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI
MENUJU KEDAULATAN ENERGI DR. A. SONNY KERAF KOMISI VII DPR RI SEMINAR RENEWABLE ENERGY & SUSTAINABLE DEVELOPMENT IN INDONESIA : PAST EXPERIENCE FUTURE CHALLENGES JAKARTA, 19-20 JANUARI 2009 OUTLINE PRESENTASI
Lebih terperinciII. TINJAUAN UMUM MINYAK NABATI DUNIA DAN MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA
II. TINJAUAN UMUM MINYAK NABATI DUNIA DAN MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA 2.1. Tinjauan Umum Minyak Nabati Dunia Minyak nabati (vegetable oils) dan minyak hewani (oil and fats) merupakan bagian dari minyak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perkebunan menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2004 tentang Perkebunan, adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau
Lebih terperinciPEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM
REPUBLIK INDONESIA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM Bahan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Pada Acara Mandiri Investment Forum (MIF) 2015- Infrastructure: Executing The Plan KEMENTERIAN ENERGI
Lebih terperinciESDM untuk Kesejahteraan Rakyat
1. INDIKATOR MAKRO 2010 2011 2012 No Indikator Makro Satuan Realisasi Realisasi Realisasi Rencana / Realisasi % terhadap % terhadap APBN - P Target 2012 1 Harga Minyak Bumi US$/bbl 78,07 111,80 112,73
Lebih terperinciPIDATO UTAMA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA
PIDATO UTAMA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA The Business and Investment Forum for Downstream Palm Oil Industry Rotterdam, Belanda, 4 September 2015 Bismillahirrohmanirrahim 1. Yang Terhormat
Lebih terperinciMENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,
MENTERi ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN BAHAN BAKAR NABATI JENIS
Lebih terperinciANALISIS INDUSTRI GAS NASIONAL
ANALISIS INDUSTRI GAS NASIONAL Biro Riset BUMN Center LM FEUI Meningkatnya beban subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) belakangan ini membuat pemerintah berupaya menekan subsidi melalui penggunaan energi alternatif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mencapai pola pengelolaan energi diperlukan perubahan manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini telah diketahui bahwa permintaan
Lebih terperinciPOTENSI BISNIS ENERGI BARU TERBARUKAN
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI POTENSI BISNIS ENERGI BARU TERBARUKAN Maritje Hutapea Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan
Lebih terperinciDEWAN ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL
RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL Dasar Hukum RUEN UU No. 30/2007 Energi UU No.22/2001 Minyak dan Gas Bumi UU No.30/2009 Ketenagalistrikan PP No. 79/2014 Kebijakan Energi Nasional Perbaikan bauran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat. Kenaikan konsumsi tersebut terjadi karena salah satu faktornya yaitu semakin meningkatnya jumlah
Lebih terperinciKomUNIKASI SINgKAT: BAgAImANA NASIB ENERgI TERBARUKAN DI INDoNESIA PASCA TURUNNyA harga minyak DUNIA?
KomUNIKASI SINgKAT: BAgAImANA NASIB ENERgI TERBARUKAN DI INDoNESIA PASCA TURUNNyA harga minyak DUNIA? verina J. Wargadalam Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran strategis dalam menunjang perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia bahan pangan, pakan ternak, sumber bahan baku
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan sumberdaya alam. Akan tetapi, sumberdaya alam yang melimpah ini belum termanfaatkan secara optimal. Salah satu sumberdaya
Lebih terperinciKONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040
KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040 Ana Rossika (15413034) Nayaka Angger (15413085) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi
Lebih terperinciInsentif fiskal dan Instrument Pembiayaan untuk Pengembangan Energi Terbarukan dan Pengembangan Listrik Perdesaan
Focus Group Discussion Pendanaan Energi Berkelanjutan Di Indonesia Jakarta, 20 Juni 2013 Insentif fiskal dan Instrument Pembiayaan untuk Pengembangan Energi Terbarukan dan Pengembangan Listrik Perdesaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Semakin meningkatnya kebutuhan minyak sedangkan penyediaan minyak semakin terbatas, sehingga untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri Indonesia harus mengimpor
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMERINTAH PADA KEGIATAN USAHA HILIR MIGAS
KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA KEGIATAN USAHA HILIR MIGAS Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi DASAR HUKUM UU No. 22/2001 PP 36 / 2004 Permen 0007/2005 PELAKSANAAN UU NO. 22 / 2001 Pemisahan yang jelas antara
Lebih terperinciKEBIJAKAN KONSERVASI ENERGI NASIONAL
KEBIJAKAN KONSERVASI ENERGI NASIONAL Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Sosialisasi Program ICCTF 2010-2011 Kementerian Perindustrian
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciVersi 27 Februari 2017
TARGET INDIKATOR KETERANGAN 7.1 Pada tahun 2030, menjamin akses universal 7.1.1* Rasio elektrifikasi Indikator nasional yang sesuai dengan indikator layanan energi yang global (Ada di dalam terjangkau,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Estimasi Produksi Komoditas Indonesia Tahun Produksi / Cadangan Indonesia
BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang penelitian, posisi penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan-batasan serta sistematika penulisan laporan yang digunakan dalam penelitian.
Lebih terperinciINDONESIAN 2050 PATHWAYS CALCULATOR SEKTOR PASOKAN ENERGI: PRODUKSI BATUBARA, MINYAK DAN GAS BUMI. Sekretariat Badan Litbang ESDM 2
INDONESIAN 2050 PATHWAYS CALCULATOR SEKTOR PASOKAN ENERGI: PRODUKSI BATUBARA, MINYAK DAN GAS BUMI Andriani Rahayu 1 dan Maria Sri Pangestuti 2 1 Sekretariat Badan Litbang ESDM 2 Indonesian Institute for
Lebih terperinciSOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK
SOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK OLEH : SATYA W YUDHA Anggota komisi VII DPR RI LANDASAN PEMIKIRAN REVISI UU MIGAS Landasan filosofis: Minyak dan Gas Bumi sebagai sumber daya alam
Lebih terperinciPanduan Pengguna Untuk Sektor Pertanian, Konstruksi dan Pertambangan. Indonesia 2050 Pathway Calculator
Panduan Pengguna Untuk Sektor Pertanian, Konstruksi dan Pertambangan Indonesia Pathway Calculator Daftar Isi 1. Ikhtisar Sektor Pertanian, Konstruksi dan Pertambangan... 3 2. Metodologi... 6 3. Hasil Pemodelan...
Lebih terperinciSISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA
9 LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH
Lebih terperinciVI. SIMPULAN DAN SARAN
VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan
Lebih terperinciLINGKUNGAN BISNIS PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA
LINGKUNGAN BISNIS PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA Nama : Budiati Nur Prastiwi NIM : 11.11.4880 Jurusan Kelas : Teknik Informatika : 11-S1TI-04 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 Abstrack Kelapa Sawit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi mempunyai peranan yang sangat penting bagi sebuah bangsa. Beberapa peranan strategis energi antara lain sumber penerimaan negara, bahan bakar dan bahan baku
Lebih terperinciEFISIENSI ENERGI DI SEKTOR TRANSPORTASI
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA EFISIENSI ENERGI DI SEKTOR TRANSPORTASI oleh : Maryam Ayuni Direktorat Disampaikan
Lebih terperinciPendahuluan. Rakornas Bidang Pangan Kadin 2008
Pendahuluan Amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan, menyebutkan bahwa Ketahanan Pangan sebagai : Kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya
Lebih terperinciPP NO. 70/2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DAN MANAGER/AUDITOR ENERGI
Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral PP NO. 70/2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DAN MANAGER/AUDITOR ENERGI Oleh : Kunaefi, ST, MSE
Lebih terperinciKEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI Disampaikan pada Dialog Energi Tahun 2017 Jakarta, 2 Maret 2017 1 Outline paparan I. Potensi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
1.tE,"P...F.3...1!..7. INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF PERTEMUAN TAHUNAN PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL 2010
RINGKASAN EKSEKUTIF PERTEMUAN TAHUNAN PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL 2010 Pertemuan Tahunan Pengelolaan Energi Nasional merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh Pusat Data dan Informasi Energi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berasal dari fosil hewan dan tumbuhan yang telah terkubur selama jutaan tahun.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahan bakar minyak yang biasa digunakan pada kendaraan bermotor adalah bensin dan solar. Bahan bakar minyak itu diambil dari dalam tanah dan berasal dari fosil
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS ENERGI DAN MITIGASI PERUBAHAN IKLIM SEMINAR NASIONAL: OPTIMALISASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA ENERGI UNTUK KETAHANAN ENERGI
Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya MIneral RENCANA STRATEGIS ENERGI DAN MITIGASI PERUBAHAN IKLIM SEMINAR NASIONAL: OPTIMALISASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA ENERGI UNTUK KETAHANAN ENERGI
Lebih terperinciBAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik
BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring
Lebih terperinciPT AUSTINDO NUSANTARA JAYA Tbk. TANYA JAWAB PUBLIC EXPOSE Senin, 14 Mei Bagaimana target produksi dan penjualan Perseroan pada tahun 2018?
PT AUSTINDO NUSANTARA JAYA Tbk. TANYA JAWAB PUBLIC EXPOSE Senin, 14 Mei 2018 1. Bagaimana target produksi dan penjualan Perseroan pada tahun 2018? Target produksi Perseroan untuk tahun 2018 adalah 219.000
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. energi fosil. Jumlah konsumsi energi fosil tidak sebanding dengan penemuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin menipisnya cadangan energi fosil menjadi perhatian serius di tingkat nasional dan internasional. Bisa dikatakan dunia sudah menghadapi krisis energi fosil. Jumlah
Lebih terperinciKetahanan Energi: Konsep, Kebijakan dan Tantangan bagi Indonesia
Ketahanan Energi: Konsep, Kebijakan dan Tantangan bagi Indonesia Oleh: Riza Azmi dan Hidayat Amir Ketahanan energi kembali menjadi topik pembicaraan yang hangat. Belum lama ini Pemerintah mengabarkan stok
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia bukanlah negara pengekspor besar untuk minyak bumi. Cadangan dan produksi minyak bumi Indonesia tidak besar, apalagi bila dibagi dengan jumlah penduduk. Rasio
Lebih terperinciKebijakan PSO/Subsidi Pupuk dan Sistem Distribusi. I. Pendahuluan
6 Bab V. Analisis Kebijakan Kapital, Sumberdaya Lahan dan Air Kebijakan PSO/Subsidi Pupuk dan Sistem Distribusi I. Pendahuluan Dalam rangka pencapaian ketahanan pangan nasional, Pemerintah terus berupaya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian tersebut dalam perekonomian nasional sebagaimana
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013
KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013 I. SUBSIDI BBM TAHUN 2013 a. Subsidi BBM Dalam Undang-undang No.19 Tahun tentang APBN 2013, anggaran subsidi BBM dialokasikan sebesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan minyak bumi yang semakin menipis mempengaruhi aktivitas penduduk di dunia yang diakibatkan oleh sumber daya alam ini tidak dapat diperbaharui dan juga
Lebih terperinciSIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
273 VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi, dan simulasi peramalan dampak kebijakan subsidi harga BBM terhadap kinerja perekonomian, kemiskinan,
Lebih terperinci2 Sumber Daya Mineral Nomor 32 Tahun 2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan, dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain; Mengi
No. 913, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Bahan Bakar Nabati (Biofuel). Tata Niaga. Pemanfaatan. Penyediaan. Perubahan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics
IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Harga Minyak Bumi Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi dunia. Oleh karenanya harga minyak bumi merupakan salah satu faktor penentu kinerja ekonomi global.
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODEL INDONESIA 2050 PATHWAY CALCULATOR (I2050PC) SISI PENYEDIAAN DAN PERMINTAAN ENERGI BARU TERBARUKAN. Nurcahyanto
PENGEMBANGAN MODEL INDONESIA 2050 PATHWAY CALCULATOR (I2050PC) SISI PENYEDIAAN DAN PERMINTAAN ENERGI BARU TERBARUKAN Nurcahyanto Direktorat Konservasi Energi - Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, Energi
Lebih terperinciMuhammad Evri. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
Muhammad Evri Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Dipresentasikan pada Workshop Evaluasi Program Insentif PKPP-RISTEK, 3 Oktober 2012 Terjadi peningkatan kebutuhan domestik (4.5 5 juta ton)
Lebih terperinci... Hubungi Kami : Studi Potensi Bisnis dan Pelaku Utama Industri BIODIESEL di Indonesia, Mohon Kirimkan. eksemplar.
Hubungi Kami 021 31930 108 021 31930 109 021 31930 070 marketing@cdmione.com S etelah lama menyandang predikat sebagai produsen CPO terbesar di dunia, Indonesia juga berpeluang menjadi raja biodisel dunia
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Peraturan Presiden No 32 Tahun 2011 tentang MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) merupakan sebuah langkah besar permerintah dalam mencapai
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1314, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI. BBM Jenis Tertentu. Perkebunan. Pertambangan. Pengendalian. PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah konsumsi minyak bumi Indonesia sekitar 1,4 juta BOPD (Barrel Oil Per Day), sedangkan produksinya hanya sekitar 810 ribu BOPD (Barrel Oil Per Day). Kesenjangan konsumsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak
Lebih terperinci