PENDAHULUAN Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN Latar Belakang"

Transkripsi

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara tropis di dunia menyimpan sejuta keindahan alam dengan tingkat kelembaban udara yang cukup tinggi yang menjadi pemicu berkembang biaknya nyamuk seperti nyamuk Aedes Aegypti dan jenis lainnya. Musim panas/kemarau dan musim hujan yang datang bergantian menjadi salah satu penyebab suburnya perkembangbiakan nyamuk terutama pada musim hujan. Nyamuk bagi masyarakat Indonesia adalah serangga yang selalu ada dalam kehidupan sehari-hari. Gigitan nyamuk yang dapat menimbulkan rasa gatal mendorong manusia untuk memberantas nyamuk dewasa dan menghindarkan diri dari gigitannya. Manusia biasanya melakukan upaya pemberantasan nyamuk seperti melakukan penyemprotan dengan obat nyamuk maupun dengan obat nyamuk bakar, bahkan ada upaya dari masyarakat khususnya produsen obat dengan menciptakan obat penolak nyamuk dalam bentuk cair yang dapat dioleskan ke tangan dan kaki. Upaya pemberantasan nyamuk oleh masyarakat seharusnya tidak hanya pada nyamuk dewasa saja tetapi juga pada jentik-jentik nyamuk. Jentik-jentik nyamuk yang berkembang biak secara subur di sekeliling rumah merupakan salah satu akibat dari rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan sanitasi. Banyak dari masyarakat yang tidak menyadari bahwa kaleng-kaleng bekas, ban bekas, vas bunga, talang air yang tidak berfungsi dengan baik, tempat penampungan air di lemari pendingin (kulkas dan dispenser) dapat menjadi tempat berkembangbiaknya jentik-jentik nyamuk. Dampak berkembangbiaknya jentik-jentik nyamuk menjadi nyamuk dewasa terutama nyamuk jenis Aedes-aegypti menyebabkan berjangkitnya penyakit demam berdarah, yang menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Seluruh wilayah di Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkit penyakit demam berdarah, sebab baik virus penyebab maupun nyamuk penularnya sudah tersebar luas di perumahan penduduk maupun fasilitas umum di seluruh Indonesia. Penyakit menular demam berdarah sejak lima dasawarsa

2 terakhir ini telah menjadi momok yang menakutkan bagi negara-negara di daerah tropis. Hingga 2 Maret 2006, menurut Departemen Kesehatan angka kasus demam berdarah secara nasional mencapai penderita dalam kurun waktu dua bulan terakhir. Dari total jumlah kasus yang ada, 88 korban diantaranya meninggal dunia karena terlambat mendapat penanganan medis. Kasus demam berdarah mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir ini. Pada tahun 2004, dari Januari hingga Mei, kejadian luar biasa (KLB) nasional terjadi di 16 provinsi, diantaranya Nanggroe Aceh Darussalam, dan seluruh provinsi di Pulau Jawa, terjadi kasus dan 689 orang meninggal. Sementara sepanjang tahun 2005, terjadi kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah dengan pola berbeda dibandingkan dengan tahun 2004, yakni terjadi tiga puncak peningkatan kasus di bulan Januari sampai Maret, Agustus dan Desember. Peningkatan kasus ini terjadi di sepuluh provinsi, antara lain DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, bali, dan Sulawesi Selatan. Berjangkitnya virus demam berdarah sangat dipengaruhi oleh iklim dan kelembaban udara. Pada suhu yang panas (28-32 derajat Celcius), sementara kelembaban tinggi, nyamuk Aedes mampu bertahan hidup dalam jangka waktu lama. Demam berdarah hanya ditularkan melalui nyamuk (Aedes-aegypti) yang berkembang biak didalam genangan air jernih di dalam maupun di sekitar rumah, bukan di got/comberan. Membunuh nyamuknya saja belumlah cukup selama jentik-jentiknya masih dibiarkan Faktor lain yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus demam berdarah sangat bermacam-macam, yaitu: pemukiman yang padat, urbanisasi yang tidak terencana & tidak terkendali, tidak adanya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis, dan peningkatan sarana transportasi. Pemerintah berusaha untuk menyampaikan pesan tentang pemberantasan sarang nyamuk guna mencegah perkembangbiakan jentik-jentik nyamuk terutama nyamuk penyebab demam berdarah (Aedes Aegypti). Kampanye penanggulangan wabah demam berdarah sebagai salah satu usaha untuk penanggulangan penyakit demam berdarah telah banyak direkomendasikan dan dilakukan baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Media yang dapat dipergunakan untuk kampanye

3 penanggulangan wabah demam berdarah dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) meliputi media cetak dan elektronika. Kampanye ini dilakukan secara terus menerus dalam upaya untuk mengingatkan masyarakat dan meningkatkan pengetahuan masyarakat akan bahaya demam berdarah sehingga dapat merubah perilaku masyarakat menjadi peduli terhadap usaha pembarantasan sarang nyamuk. Hal ini dikarenakan kasus yang sama selalu terjadi setiap tahunnya terutama pada musim penghujan. Pesan-pesan kesehatan yang disampaikan oleh pemerintah dalam upaya pemberantasan jentik nyamuk dan nyamuk dewasa adalah melalui 3 M (menguras, menutup, dan mengubur), pemberian bubuk abate, pengasapan, serta cara lainnya. Himbauan pemerintah dilakukan melalui semua saluran komunikasi agar dapat menggerakkan masyarakat untuk memberantas sarang nyamuk secara bersamasama. Departemen Kesehatan terus meningkatkan upaya pencegahan terjadinya wabah demam berdarah. Salah satunya, kegiatan pemantauan kasus demam berdarah dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di setiap daerah, terutama wilayah endemis demam berdarah. Akan tetapi kegiatan ini terhambat oleh kurangnya jumlah petugas dibandingkan dengan pertambahan kasus demam berdarah. Partisipasi masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk akan sangat membantu untuk menurunkan angka kasus demam berdarah. Program pemberantasan sarang nyamuk dapat menjadi salah satu pekerjaan rutin yang dilakukan oleh setiap keluarga. Rumusan Masalah Kasus demam berdarah selalu berulang di Indonesia setiap tahunnya. Masyarakat perlu selalu diingatkan tentang bahaya penyakit demam berdarah dan pencegahannya. Pemanfaatan media yang tepat dapat memudahkan penyampaian pesan tentang demam berdarah kepada masyarakat. Himbauan pemerintah berisi pesan tentang bahaya demam berdarah dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) berusaha disampaikan oleh pemerintah melalui berbagai macam format dan saluran komunikasi. Format pesan untuk media cetak seperti folder, poster, iklan layanan masyarakat di surat kabar

4 biasanya lebih mengarah pada sajian yang informatif dan ajakan untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk sebagai upaya pencegahan penyebaran kasus demam berdarah. Format pesan untuk media elektronika biasanya lebih singkat dibandingkan untuk media cetak dengan menampilkan tokoh/artis yang sudah dikenal oleh masyarakat dengan baik sehingga dapat menjadi daya tarik tersendiri dalam penyampaian pesan. Sedangkan format pesan untuk saluran komunikasi interpersonal dan kelompok biasanya dikemas dengan gaya yang informal. Hal tersebut disebabkan proses penyampaian pesan banyak disampaikan dari mulut ke mulut. Pelaksanaan kampanye pemberantasan sarang nyamuk dilaksanakan secara massal dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat. Hasil pelaksanaan kampanye tidak seluruhnya berhasil karena masih ada saja daerah yang terjangkit kasus demam berdarah dengan angka korban yang cukup tinggi. Daerah-daerah yang melaksanakan kampanye pemberantasan sarang nyamuk dengan baik memiliki kasus demam berdarah yang lebih rendah. Berdasarkan kondisi tersebut maka timbul beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Berapa besar tingkat terpaan pesan pencegahan bahaya demam berdarah berdasarkan karakteristik responden? 2. Berapa besar nilai sikap pencegahan bahaya demam berdarah berdasarkan karakteristik responden? 3. Bagaimanakah hubungan antara terpaan pesan tentang pencegahan bahaya demam berdarah dengan sikap ibu-ibu rumah tangga? Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah penelitian yang telah diuraikan, maka tujuan umum dari penelitian ini adalah mencari saluran komunikasi yang sesuai dengan karakteristik responden dalam menyampaikan pesan yang bersifat himbauan seperti pesan bahaya demam berdarah dan pemberantasan sarang

5 nyamuk. Tujuan umum ini dapat dicapai melalui beberapa tujuan khusus sebagai berikut: 1. mendeskripsikan tingkat terpaan pesan pencegahan bahaya demam berdarah berdasarkan karakteristik responden; 2. mendeskripsikan sikap pencegahan bahaya demam berdarah berdasarkan karakteristik responden 3. menguji dan mendeskripsikan hubungan antara terpaan pesan tentang pencegahan bahaya demam berdarah dengan sikap ibu-ibu rumah tangga. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai: 1. bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan tentang jenis dan saluran komunikasi yang paling efektif dapat dipergunakan dalam rangka menyampaikan pesan tentang bahaya penyakit demam berdarah dan pemberantasan sarang nyamuk. 2. bahan masukan bagi peneliti komunikasi lebih lanjut yang berkaitan dengan penelitian terpaan pesan terhadap perubahan sikap masyarakat. TINJAUAN PUSTAKA Hakekat, Definisi, dan Konteks Komunikasi Komunikasi adalah suatu topik yang sangat sering dibicarakan, bukan hanya di kalangan ilmuwan komunikasi, melainkan juga dikalangan awam, sehingga kata komunikasi itu sendiri memiliki banyak arti yang berlainan. Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris menurut Echols dan

6 Shadily (1995) berarti hubungan, kabar. De Vito (1997) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. Terdapat dua bentuk umum tindakan yang dilakukan orang yang terlibat dalam komunikasi, yatiu penciptaan pesan dan penafsiran pesan. Pesan di sini tidak harus berupa kata-kata, namun bisa juga merupakan pertunjukkan (display) atau yang lazim disebut pesan nonverbal. Meskipun komunikasi menyangkut perilaku manusia, tidak semua perilaku manusia itu adalah komunikasi. Komunikasi sebagai semua kegiatan yang secara sengaja dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respons orang lain. Dalam konteks ini, komunikasi dianggap suatu tindakan yang disengaja (intentional act) untuk menyampaikan pesan demi memenuhi kebutuhan komunikator, seperti menjelaskan sesuatu kepada orang lain atau membujuknya untuk melakukan sesuatu. Lasswell menggambarkan komunikasi dengan pertanyaan-pertanyaan berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? Berdasarkan definisi Lasswell dapat diturunkan lima komponen atau unsur penting dalam komunikasi yang hrus diperhatikan. Kelima unsur tersebut adalah pengirim pesan (sender), pesan yang dikirimkan (message), bagaimana pesan tersebut dikirimkan (communication channel), penerima pesan (receiver), dan umpan balik (feedback). Pertama, pengirim pesan atau sumber (sender) adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi, atau bahkan suatu negara. Kedua, pesan, yatiu hal-hal yang dikomunikasikan oleh sumber kepada si penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan/atau non verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber tadi. Pesan mempunyai tiga komponen: makna, simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna, dan bentuk atau organisaasi pesan. Ketiga, saluran atau media, yakni alat atau wahana yang digunakan sumebr untuk menyampaikan pesannya kepada si penerima pesan. Saluran dapat merujuk pada bentuk pesan yang disampaikan kepada

7 penerima, yaitu saluran verbal dan non verbal. Saluran juga merujuk pada cara penyajian pesan yaitu tatap muka langsung ataupun lewat media. Pemilihan saluran bergantung pada situasi, tujuan yang hendak dicapai dan jumlah penerima pesan yang dihadapi. Keempat, penerima (receiver), yakni orang yang menerima pesan dari sumber. Dalam proses komunikasi si penerima pesan bedasarkan pengalaman masa lalu, pengetahuan, rujukan nilai, persepsi, pola pikir dan perasaan akan menafsirkan seperangkat simbol baik verbal maupun non vebal menjadi gagasan yang dapat dipahami oleh si penerima pean. Kelima, efek, yaitu hal yang terjadi pada si penerima pesan setelh ia menerima pesan tersebut, misalnya penambahan pengetahuan, perubahan sikap, dan sebagainya. Komunikasi tidak berlangsung dalam suatu ruang hampa sosial, melainkan dalam suatu konteks atau situasi tertentu. Secara luas konteks di sini berarti semua faktor di luar orang-orang yang berkomunikasi, yang terdiri dari: pertama, aspek bersifat fisik seperti iklim, cuaca, suhu udara, bentuk ruangan, warna dinding, penataan tempat duduk, jumlah peserta komunikasi, dan alat yang tersedia untuk menyampaikan pesan; kedua, aspek psikologis, seperti: sikap, kecenderungan, prasangka, dan emosi para peserta komunikasi; ketiga, aspek sosial, seperti: norma kelompok, nilai sosial, dan karakteristik budaya; dan keempat, aspek waktu, yakni kapan berkomunikasi (hari apa, jam berapa). Indikator paling umum untuk mengklasifikasikan kemampuan berdasarkan konteksnya atau tingkatnya adalah jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi, sehingga terbentuklah komunikasi intrapribadi, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok (kecil), komunikasi publik (pidato), komunikasi organisasi, dan komunikasi massa. Salah satu pendekatan situasional yang dikemukakan oleh Miller kemudian dikutip oleh Mulyana (2001) seperti terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kategori yang digunakan dengan pendekatan situasional Kategori Jumlah komunikator Derajat kedekatan fisik Saluran indrawi yang tersedia Kesegeraan umpan balik Banyak Rendah Minimal Paling Tertunda Komunikasi Massa

8 Komunikasi organisasi Komunikasi publik Komunikasi kelompok Komunikasi antarpribadi Komunikasi intrapribadi Satu Tinggi Maksimal Paling segera Sebagaimana tampak pada Tabel 1, jumlah komunikator otomatis mempengaruhi dimensi-dimensi lain transaksi komunikasi. Ketika melihat acara bincang-bincang yang kerap disaksikan di layar televisi, kita menyaksikan dua tingkat komunikasi: komunikasi antarpribadi dan komunikasi massa. Komunikasi massa melibatkan banyak komunikator, berlangsung melalui sistem bermedia dengan jarak fisik yang rendah (artinya jauh), memungkinkan penggunaan satu atau dua saluran indrawi (penglihatan, pendengaran), dan biasanya tidak memungkinkan umpan balik segera. Sebaliknya, komunikasi antarpribadi melibatkan sejumlah komunikator yang relatif kecil, berlangsung dengan jarak fisik yang dekat, bertatap muka, memungkinkan jumlah maksimum saluran indrawi, dan memungkinkan umpan balik segera. Tentu saja pandangan situasional terhadap konteks-konteks komunikasi tersebut adalah penyederhanaan dan terkesan statis. Dalam kenyataannya, komunikasi begitu dinamis; begitu banyak variasi komuniksi yang dapat kita temukan dengan nuansa yang berlainan. Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa berinteraksi dengan manusia lain. Cara yang dipergunakan adalah dengan berkomunikasi baik secara verbal maupun non verbal. Mulyana (2003) membahas tentang fungsi komunikasi berdasarkan kerangka yang dikemukakan oleh Gorden sebagai berikut: (1) komunikasi sosial, (2) komunikasi ekspresif, (3) komunikasi ritual, dan (4) komunikasi instrumental. Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi kerja sama

9 dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok masyarakat, perguruan tinggi, RT, RW, desa, kota, dan Negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama. Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia, bisa dipastikan tersesat, karena ia tidak berkesempatan menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial. Komunikasi lah yang memungkinkan individu membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai panduan untuk menafsirkan situasi apapun yang dihadapi. Komuniksi pula yang memungkinkannya mempelajari dan menerapkan strategi-strategi adaptif untuk mengatasi situasi-situasi problematik. Erat kaitannya dengan komunikasi sosial adalah komunikasi ekspresif yang dapat dilakukan baik sendirian ataupun dalam kelompok. Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrument untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal. Perasaan sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata, namun terutama lewat perilaku nonverbal. Erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif adalah komunikasi ritual, yang biasanya dlakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para antopolog sebagai rites of passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan, siraman, pernikahan, ulang tahun perkawinan, hingga upacara kematian. Dalam acara-acara itu orang mengucapkan kata-kata atau menampilkan perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa, Negara, ideologi, atau agama mereka. Komunikasi ritual sering juga bersifat ekspresif, menyatakan perasaan terdalam seseorang. Sebagai respon kita terhadap (lambang) cinta, keluarga, Negara dan agama untuk menyebut beberapa hal saja yang terpenting dalam kehidupan kita mungkin tidak kita sadari. Respons manusia dalam menanggapi lambing-lambang ini tidak jarang bersifat ekstrem dan tidak masuk akal bagi

10 kebanyakan orang. Kegiatan ritual memungkinkan para pesertanya berbagi komitmen emosional dan menjadi perekat bagi kepaduan mereka, juga sebagai pengabdian kepada kelompok. Bukanlah substansi kegiatan ritual itu sendiri yang terpenting, melainkan perasaan senasib sepenanggungan yang menyertainya, perasaan bahwa kita terikat oleh sesuatu yang lebih besar daripada diri kita sendiri, yang bersifat abadi, dan bahwa kita diakui dan diterima dalam kelompok kita. Fungsi keempat dari komunikasi adalah komunikasi instrumental. Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan, dan juga untuk menghibur. Bila diringkas, maka kesemua tujuan tersebut dapat disebut membujuk (bersifat persuasif). Komunikasi yang berfungsi memberitahukan atau menerangkan (to inform) mengandung muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi yang disampaikannya akurat dan layak untuk diketahui. Sebagai instrumen, komunikasi tidak saja kita gunakan untuk menciptakan dan membangun hubungan, namun juga untuk menghancurkan hubungan tersebut. Studi komunikasi membuat kita peka terhadap berbagai strategi yang dapat kita gunakan dalam komunikasi kita untuk bekerja lebih baik dengan orang lain demi keuntungan bersama. Komunikasi berfungsi sebagai instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek ataupun jangka panjang. Tujuan jangka pendek misalnya untuk mperoleh pujian, menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh simpati, empati, keuntungan material, ekonomi, dan politik, yang antara lain dapat diperoleh lewat pengelolaan kesan (impression management), yakni taktik-taktik verbal dan nonverbal, seperti bicara sopan, mengobaral janji, mengenakan pakaian necis, dan sebagainya yang pada dasarnya untuk menunjukkan kepada orang lain siapa diri kita seperti yang kita inginkan. Sementara itu, tujuan jangka panjang dapat diraih lewat keahlian komunikasi, misalnya keahlian berpidato, berunding, berbahasa asing ataupun keahlian menulis. Kedua tujuan itu tentu saja berkaitan dalam arti bahwa berbagai

11 pengelolaan kesan itu secara kumulatif dapat digunakan untuk mencapai tujuan jangka panjang berupa keberhasilan dalam karier. Prinsip/hukum dasar yang harus diperhatikan dalam berkomunikasi agar efektif menurut Stephen Covey yang disadur oleh Sentoso (2003) adalah REACH (Respect, Empathy, Audible, Clarity, Humble). Hukum pertama dalam berkomunikasi adalah respect, yang merupakan sikap hormat dan sikap menghargai terhadap lawan bicara. Setiap individu harus memiliki sikap (attitude) menghormati dan menghargai lawan bicara karena pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Hukum kedua adalah empati, yaitu kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Rasa empati akan membuat kita mampu menyampaikan pesan (message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver) menerimanya. Jadi sebelum kita membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu mengerti dan memahami dengan empati calon penerima pesan. Sehingga nantinya pesan akan dapat tesampaikan tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari penerima. Emapati bias juga berarti kemampuan untuk mendengarkan dan bersikap perspeptif atau siap menerima masukan atau pun umpan balik dengan siakp yang positif. Esensi dari komunikasi adalah aliran dua arah. Komunikasi satu arah tidak akan efektif manakala tidak ada umpan balik (feedback) yang merupakan arus balik dari penerima pesan. Hukum ketiga adalah audible, yang maknanya dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Kunci utama untuk dapat menerapkan hokum ini dalam mengirimkan pesan adalah: pesan yang mudah dimengerti, fokus pada informasi yang penting, menggunakan ilustrasi untuk membantu memperjelas isi dari pesan tersebut, memperhatikan fasilitas yang ada dan lingkungan disekitar kita, antisipasi kemungkinan masalah yang akan muncul, selalu mempersiapkan rencana atau pesan cadangan (back up). Hukum keempat adalah kejelasan dari pesan yang disampaikan (clarity). Pesan yang ingin disampaikan harus jelas sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Clarity juga sangat tergantung pada kualitas suara dan bahasa yang dipergunakan. Penggunaan bahasa yang tidak dimengerti akan membuat isi pesan tidak dapat mencapai tujuannya.

12 Seringkali orang menganggap clarity bukan hal yang penting sehingga tidak menaruh perhatian pada suara (voice) dan kata-kata yang dipilih untuk digunakan. Beberapa cara untuk mempersiapkan pesan agar jelas yaitu: menentukan tujuan yang jelas, meluangkan waktu untuk mengorganisasikan ide pesan, memenuhi tuntutan kebutuhan format bahasa yang dipergunakan, membuat pesan dengan jelas, tepat dan meyakinkan, pesan yang disampaikan harus fleksibel. Hukum kelima dalam komunikasi adalah sikap rendah hati (humble). Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati. Kerendahan hati juga dapat berarti tidak sombong dan menganggap penting diri kita pada saat berbicara.justru dengan kerendahan hati inilah kita dapat menangkap perhatian dan respon yang positif dari si penerima pesan. Komunikasi Publik Komunikasi publik (public communication) adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak), yang tidak bisa dikenali satu persatu. Komunikasi demikian sering juga disebut pidato, ceramah, kuliah umum. Komunikasi publik biasanya berlangsung lebih formal dan lebih sulit daripada komunikasi antarpribadi atau komunikasi kelompok, karena komunikasi publik menuntut persiapan pesan yang cermat, keberanian dan kemampuan menghadapi sejumlah besar orang. Daya tarik fisik pembicara bahkan sering merupakan publik penting yang menentukan efektivitas pesan, selain keahlian dan kejujuran yang dimiliki pembicara. Tidak seperti komunikasi antarpribadi yang melibatkan pihak-pihak yang sama-sama aktif, satu pihak (pendengar) dalam komunikasi publik cenderung pasif. Umpan balik yang mereka berikan terbatas, terutama umpan balik bersifat verbal. Umpan balik nonverbal lebih jelas diberikan orang-orang yang duduk di jajaran depan, karena merekalah yang paling jelas terlihat. Sesekali pembicara menerima umpan balik bersifat serempak, seperti tertawa atau tepuk tangan. Ciri-ciri komunikasi publik adalah: terjadi di tempat umum (publik), misalnya di auditorium, kelas, tempat ibadah (masjid, gereja) atau tempat lainnya yang dihadiri sejumlah besar orang; merupakan peristiwa sosial yang biasanya telah direncanakan alih-alih peristiwa

13 relatif informal yang tidak terstruktur; terdapat agenda; beberpa orang ditunjuk untuk menjalankan fungsi khusus, seperti memperkenalkan pembicara, dan sebagainya; acara-acara lain mungkin direncanakan sebelum dan/atau sesudah ceramah disampaikan pembicara. Komunikasi publik sering bertujuan memberikan penerangan, menghibur, memberikan penghormatan, atau membujuk. Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi merupakan aspek yang sangat penting dalam teori komunikasi. Para ahli komunikasi mendefinisikan komunikasi antarpribadi secara berbeda-beda. Miller (1990), menyatakan bahwa definisi komunikasi antarpribadi dapat dibahas berdasarkan tiga ancangan utama yaitu: (1) definisi berdasarkan komponen, definisi ini menjelaskan komunikasi antarpribadi dengan mengamati komponen-komponen utamanya dalam hal ini, penyampaian pesan oleh satu orang dan penerima pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera; (2) definisi berdasarkan hubungan diadik, yaitu komunikasi antarpribadi sebagai komunikasi yang berlangsung di antara dua orag yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas dan hamper tidak dapat dihindarkan serta selalu ada hubungan tertentu antara dua orang; (3) definisi berdasarkan pengembangan, dalam ancangan pengembangan, komunikasi antarpribadi dilihat sebagai akhir dari perkembangan komunikasi yang bersifat tidak pribadi (impersonal) pada satu ekstrim menjadi komunikasi pribadi atau intim pada ekstrim yang lain. Berdasarkan ketiga ancangan tersebut maka komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) dapat didefinisikan sebagai berikut: komunikasi antar orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal. Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi ini adalah komunikasi diadik (dyadic communication) yang melibatkan hanya dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru murid, dan sebagainya. Ciri-ciri komunikasi diadik adalah: pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat; pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan

14 secara simultan dan spontan, baik secara verbal ataupun nonverbal. Keberhasilan komunikasi menjadi tanggung jawab para peserta komunikasi. Kedekatan hubungan pihak-pihak yang berkomunikasi akan tercermin pada jenis-jenis pesan atau respons nonverbal mereka, seperti sentuhan, tatapan mata yang ekspresif, dan jarak fisik yang sangat dekat. Meskipun setiap pembicaraan, kenyataannya komunikasi antarpribadi bisa saja didominasi oleh suatu pihak. Misalnya, komunikasi suami istri didominasi oleh suami, komunikasi bidan-pasien didominasi oleh bidan. Komunikasi antarpribadi dibedakan dari jenis komunikasi yang lain karena (1) prediksi lebih didasarkan atas data psikologis ketimbang data sosiologis; (2) prediksi didasarkan atas pengetahuan yang menjelaskan (explanatory knowledge) tentang satu sama lain; (3) perilaku didasarkan pada aturan-aturan yang ditetapkan secara pribadi. Kita biasanya menganggap pendengaran dan penglihatan sebagai indra primer, padal sentuhan dan penciuman juga sama pentingnya dalam menyampainkan pesan-pesan bersifat intim. Jelas sekali, bahwa komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima alat indra tadi untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang dikomunikasikan. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi perperan penting hingga kapan pun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar dan televisi atau lewat teknologi komunikasi tercanggih sekalipun seperti telepon genggam, , atau telekonferensi, yang membuat manusia merasa terasing. Hubungan antarpribadi yang terjalin antar dua orang kebanyakan, mungkin semua, berkembang melalui tahap-tahap menurut De Vito (1997) seperti dalam Gambar 1 Kontak Keluar

15 Keterlibatan Keluar Keakraban Keluar Perusakan Keluar Pemutusan Gambar 1. Model Hubungan Lima Tahap Keluar Pada tahap pertama kita membuat kontak. Pada tahap inilah penampilan fisik begitu penting, karena dimensi fisik paling terbuka untuk diamati secara mudah. Namun demikian, kualitas-kualitas lain seperti sikap bersahabat, kehangatan, keterbukaan, dan dinamisme juga terungkap pada tahap ini. Jika kita menyukai orang ini dan ingin melanjutkan hubungan, kita beranjak ke tahap kedua.tahap keterlibatan adalah tahap pengenalan lebih jauh, ketika kita mengikatkan diri kita untuk lebih mengenal orang lain dan juga mengungkapkan diri kita. Pada tahap keakraban, kita mengikatkan diri lebih jauh pada orang ini. Tahap ini hanya disediakan untuk sedikit orang saja kadang-kadang hanya satu orang, kadang-kadang dua, tiga atau empat orang saja. Jarang sekali orang mempunyai lebih dari empat orang sahabat akrab, kecuali, tentu saja, dalam keluarga. Pada tahap perusakan, kita mulai merasa bahwa hubungan ini mungkin tidaklah sepenting yang kita pikirkan sebelumnya. Kita menjadi semakin jauh. Makin sedikit waktu senggang yang dilalui bersama, dan bila bertemu akan saling diam, tidak lagi banyak mengungkapkan diri. Dan tahap yang terakhir yaitu tahap pemutusan dimana terjadi pemutusan ikatan yang mempertalikan kedua pihak. Gambar 1 mengandung tiga macam panah. Panah keluar menunjukkan bahwa setiap tahap menawarkan kesempatan untuk keluar dari hubungan. Panah vertical atau perpindahan yang menuju ke tahap selanjutnya dan sebaliknya menggambarkan kemampuan untuk berpindah ke tahap lain. Panah self-

16 reflexive kembali ke awal dari tingkat atau tahap yang sama. Ini menggambarkan bahwa setiap hubungan dapat menjadi stabil pada sembarang titik. Hubungan dalam komunikasi antarpribadi dapat dikembangkan dengan baik, salah satu variabel yang laing penting dan paling banyak ditelaah adalah daya tarik (attraction). Riset dan teori telah mengidentifikasi lima faktor utama yang mempengaruhi daya tarik ini yaitu sebagai berikut: (1) Daya tarik fisik, kebanyakan kita lebih menyukai orang yang secara fisik menarik ketimbang orang yang secara fisik tidak menarik, dan kita lebih menyukai orang yang memiliki kepribadian menyenangkan ketimbang yang tidak. Umumnya, kita melekatkan karakteristik (citra) positif kepada orang yang menurut kita menarik dan karakteristik (citra) negatif kepada orang yang kita anggap tidak menarik. (2) Kedekatan, jika kita mengamati orang yang menurut kita menarik, mungkin kita menjumpai bahwa mereka adalah orang-orang yang tinggal atau bekerja di dekat kita. Jarak fisik paling penting pada tahap-tahap awal interaksi. Pengaruh kedekatan ini berkurang (tetapi selalu tetap penting) dengan meningkatnya peluang untuk berinteraksi dengan mereka yang berjarak lebih jauh. (3) Pengukuhan, kita menyukai orang yang menghargai atau mengukuhkan kita. Penghargaan atau pengukuhan dapat bersifat sosial (misalnya, komplimen atau pujian) atau bersifat material (misalnya, hadiah atau promosi). Tetapi penghargaan dapat berakibat sebaliknya. Bila berlebihan, penghargaan kehilangan efektivitasnya dan dapat menimbulkan reaksi negatif. Kita juga menjadi tertarik kepada orang yang kita hargai. Kita menjadi suka kepada orang yang kita bantu. Kita memberikan penghargaan kepada seseorang karena kita menyukainya. (4) Kesamaan, kita umumnya menyukai orang yang sama dengan kita dalam hal kebangsaan, suku bangsa, kemampuan, karakteristik fisik, kecerdasan, dan khususnya sikap dan selera. Hipotesis kecocokan menjelaskan bahwa orangorang akan bergaul dan membina hubungan dengan orang-orang yang mirip dengan mereka sendiri dalam hal daya tarik. Meskipun pada kenyataannya tidaklah selalu demikian. Status kekayaan, kecerdasan, kekuasaan, dan

17 berbagai karakteristik kepribadian lain merupakan contoh nyata kualitas yang dapat mengimbangi kekurangan daya tarik fisik. (5) Sifat saling melengkapi, walaupun banyak orang berpendapat bahwa orangorang yang mempunyai kepentingan yang sama akan bersatu ada pula orang lain yang berpendapat bahwa kutub yang berlawanan saling tarik menarik. Ancangan ini mengikuti prinsip saling melengkapi. Prinsip saling melengkapi meramalkan bahwa orang akan tertarik pada orang lain yang tidak serupa dengannya. Orang tertarik kepada orang lain yang tidak serupa hanya dalam situasi-situasi tertentu. Pada komunikasi antarpribadi, yang menjadi saluran maupun sumber komunikasi adalah pemrakarsa komunikasi. Arus pesan yang terjadi pada komunikasi antarpribadi cenderung dua arah dalam konteks komunikasi tatap muka, meskipun saat ini banyak yang memanfaatkan alat bantu dalam berkomunikasi sehingga umpan baliknya tinggi sebagai akibat dari pesan diterima oleh komunikan. Hal yang sering terjadi pada komunikasi antarpribadi, si penerima pesan mampu mengatasi tingkat selektivitas terutama terpaan selektif (selective exposure). Kecepatan jangkauan pesan terhadap khalayak jika mempergunakan komunikasi antarpribadi relatif lambat. Efek yang mungkin terjadi jika mempergunakan komunikasi antarpribadi adalah perubahan sikap. Komunikasi Kelompok Salah satu komponen penting dalam membangun sebuah kelompok yang baik adalah adanya komunikasi yang efektif dalam kelompok tersebut. Komunikasi dapat memperkuat ataupun memperlemah bahkan menghancurkan sebuah kelompok. Kelompok merupakan sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Sedangkan De Vito (1997) menyatakan pendapatnya tentang kelompok lebih mengarah pada kelompok kecil. Kelompok kecil adalah sekumpulan perorangan yang relatif kecil dan masing-masing dihubungkan oleh beberapa tujuan yang sama dan mempunyai derajat organisasi tertentu di antara mereka.

18 Setiap karakteristik ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1. kelompok kecil adalah sekumpulan perorangan, jumlahnya cukup kecil sehingga semua anggota bisa berkomunikasi dengan mudah sebagai pengirim maupun penerima. 2. para anggota kelompok harus dihubungkan satu sama lain dengan beberapa cara. Didalam kelompok kecil, perilaku seorang anggota menjadi nyata bagi semua anggota lainnya. 3. diantara anggota kelompok harus ada beberapa tujuan yang sama. Kelompok ini misalnya adalah keluarga, tetangga, kawan-kawan terdekat; kelompok diskusi; kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah rapat untuk mengambil suatu keputusan. Dengan demikian, komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan kelompok kecil tersebut (small-group communication). Komunikasi kelompok dengan sendirinya melibatkan juga komunikasi antarpribadi, karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok. Proses komunikasi dalam kelompok biasanya bisa berjalan dengan baik jika masing-masing anggota memahami masing-masing perannya. Pendapat Benne dan Sheats yang disadur De Vito (1997) menyatakan bahwa peran anggota dalam komunikasi kelompok kecil terbagi dalam tiga kelas umum, yaitu peran tugas kelompok, dimana peran ini yang membuat kelompok mampu untuk memfokuskan secara lebih spesifik dalam mencapai tujuan kelompok. Dalam menjalankan peran ini, anggota tidak berbuat sebagai individu yang terpisah, tetapi sebagai bagian dari keseluruhan yang lebih besar. Peran yang kedua, peran membina dan mempertahankan kelompok sangat diperlukan karena kelompok merupakan satu unit yang para anggotanya memiliki hubungan interpersonal yang beragam sehingga kelompok dan para anggotanya memerlukan dukungan interpersonal yang sama dan sesuai yang dibutuhkan anggotanya. Sedangkan peran yang ketiga, peran individual, dimana peran ini lebih mengarah pada peran yang kontra-produktif. Peran tersebut dapat menghambat kelompok dalam mencapai tujuannya dan lebih berorientasi pada individu ketimbang kelompok. Peran semacam ini sering diistilahkan dengan malfungsi, yang menghambat efektivitas kelompok baik dalam hal produktivitas maupun kepuasan pribadi.

19 Pada umumnya kelompok mengembangkan norma, atau peraturan mengenai perilaku yang diinginkan. Norma atau peraturan ini berlaku bagi anggota perorangan maupun kelompok secara keseluruhan, dan tentunya akan berbeda dari satu kelompok dengan kelompok lainnya. Pada akhirnya proses komunikasi dalam suatu kelompok sangat bergantung pada komunikasi interpersonal dari masing-masing anggota maupun pemimpin kelompok, tujuan dan perannya di dalam kelompok serta norma-norma yang berlaku. Antara komunikasi kelompok dengan komunikasi antarpribadi sebenarnya tidak perlu ditarik suatu garis pemisah, hal ini disampaikan oleh Golberg dan Larson (1985), kedua bidang tersebut bertumpang tindih dan banyak situasi tatap muka dapat diungkapkan dalam berbagai cara sesuai dengan perhatian dan tujuan si pengamat. Kesamaannya: komunikasi kelompok dan komunikasi antarpribadi melibatkan dua atau lebih individu yang secara fisik berdekatan dan yang menyampaikan serta menjawab pesan-pesan baik secara verbal maupun non verbal. Akan tetapi komunikasi antarpribadi biasanya dikaitkan dengan pertemuan antara dua, tiga, atau mungkin empat orang yang terjadi secara sangat spontan dan tidak berstruktur, sedangkan komunikasi kelompok terjadi dalam suasana yang lebih berstruktur dimana para pesertanya lebih cenderung dilakukan secara sengaja dibandingkan dengan komunikasi antarpribadi, dan umumnya para pesertanya lebih sadar akan peranan dan tanggung jawab mereka masing-masing. Meskipun komunikasi kelompok dapat dan memang terjadi dalam suatu kelompok. Dengan demikian kriteria pokok dalam membedakan komunikasi antarpribadi dengan komunikasi kelompok adalah kadar spontanitas, strukturalisasi, kesadaran dan sasaran kelompok, ukuran kelompok, relativitas sifat permanen, sifat permanen dari kelompok serta identitas diri. Komunikasi Massa Komunikasi telah mencapai suatu tingkat di mana orang mampu berbicara dengan jutaan manusia secara serempak dan dalam waktu yang bersamaan. Teknologi komunikasi yang canggih telah menciptakan suatu alat/saluran

20 komunikasi yang mendukung proses komunikasi secara cepat. Cara seperti ini sangat mendukung keberhasilan komunikasi massa. Studi tentang komunikasi massa termasuk dalam bidang ilmu pengetahuan yang lebih luas berkenaan dengan komunikasi manusia. Mc Quail (1994) menyatakan bahwa pengertian komunikasi massa hanya merupakan salah satu proses komunikasi yang berlangsung pada peringkat masyarakat luas, yang identifikasinya ditentukan oleh ciri khas institusionalnya (gabungan antara tujuan, organisasi, dan kegiatan yang sebenarnya). Mulyana ( 2001) menyatakan bahwa komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa. Media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik). Komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi organisasi berlangsung juga dalam proses untuk mempersiapkan pesan yang disampaikan media massa ini. Proses lain yang kedudukannya hampir sama dalam pengertian ruang lingkup dan keberadaannya yang muncul dimana-mana adalah pemerintahan, pendidikan, dan agama. Masingmasing memiliki jaringan institusional tersendiri yang kadangkala sangat banyak berkaitan dalam proses transmisi atau tukar menukar informasi dan gagasan. Permasalahan komunikasi massa bersifat komprehensif karena komunikasi massa melibatkan gagasan yang berkenaan dengan setiap proses peringkat bawah seperti dalam Gambar 2 Peringkat Proses Komunikasi: Masyarakat luas (misalnya komunikasi massa) Institusi/organisasi (misalnya system politik/badan usaha) Antar kelompok/asosiasi (misalnya komunitas setempat) Dalam kelompok (intragroup) (misalnya keluarga) Antarpribadi (interpersonal) (misalnya dua orang, pasangan) Dalam pribadi (intrapersonal) Sedikit terjadi

21 (misalnya proses informasi) Gambar 2. Proses Komunikasi dalam masyarakat Banyak terjadi Media Televisi dan Efeknya Pada Masyarakat Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia memang menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi yang bersifat massa. Globalisasi informasi dan komunikasi setiap media massa jelas melahirkan satu efek sosial yang bermuatan perubahan nilai-nilai social dan budaya manusia. Televisi ternyata memberikan nilai yang sangat spektakuler dalam sisi-sisi pergaulan hidup manusia saat ini. Kemampuan televisi dalam menarik perhatian massa menunjukkan bahwa media tersebut telah menguasai jarak secara geografis dan sosiologis Data tarik media televisi sedemikian besar sehingga pola-pola kehidupan rutinitas manusia berubah total. Media televisi menjadi panutan baru bagi kehidupan manusia. Media televisi menjadi alat atau sarana untuk mencapai tujuan hidup manusia, baik untuk kepentingan politik maupun perdagangan, bahkan melakukan perubahan ideologi serta tatanan nilai budaya manusia yang sudah ada sejak lama. Media televisi mempunyai banyak kelebihan disamping beberapa kelemahan. Kekuatan media televisi ialah menguasai jarak dan ruang karena teknologi televisi telah menggunakan elektromagnetik, kabel dan fiber yang dipancarkan (transmisi) melalui satelit. Sasaran yang dicapai untuk menjangkau massa cukup besar. Nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan sangat cepat. Daya rangsang seseorang terhadap media televisi cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh kekuatan suara dan gambarnya yang bergerak (ekspresif). Satu hal yang paling berpengaruh dari daya tarik televisi ialah bahwa informasi atau berita-berita yang disampaikan lebih singkat, jelas dan sistematis, sehingga pemirsa tidak perlu lagi mempelajari isi pesan dalam menangkap siaran televisi. Menurut Malik (2006) bahwa rangsangan yang ditimbulkan oleh televisi melalui program-programnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan media cetak. Karena, pada televisi gambar-gambarnya bersifat moving, sedangkan media cetak bersifat statis. Secara psikologis, gambar yang bergerak dapat tertanam dalam benak

22 manusia dalam tempo yang lama sekali. Makin besar daya pikatnya atau rangsangan yang ditimbulkannya, makin dalam pula dampak yang ditimbulkannya. Kelemahan atau kekurangan dari media televisi adalah, karena bersifat transitory maka isi pesannya tidak dapat di simpan di dalam memori pemirsa kecuali pesan tersebut dilakukan secara berulang-ulang dan dalam jangka waktu yang cukup lama (lain halnya dengan media cetak, informasi dapat disimpan dalam bentuk kliping koran). Media televisi terikat oleh waktu tontonan, sedangkan media cetak dapat dibaca kapan dan dimana saja. Televisi tidak bisa melakukan kritik sosial dan pengawasan sosial secara langsung seperti halnya pada media cetak. Hal ini terjadi karena faktor penyebaran siaran televisi yang begitu luas kepada massa yang heterogen (status sosial ekonominya). Namun di kalangan para ahli, masih terjadi perdebatan panjang tentang pengaruh media massa, khususnya televisi, terhadap perilaku masyarakat. Setidaknya ada tiga tahapan penelitian yang bisa dijadikan rujukan bagi masyarakat dalam menilai dampak media massa. Anto (2007) membandingkan ketiga tahapan penelitian tersebut, yaitu penelitian pertama mengikuti rentang waktu dari awal abad ke-19 hingga akhir tahun 1930-an. Pada kurun ini, hasil penelitian menunjukkan bahwa media massa yang berkembang dengan baik mengembangkan pengaruh yang cukup signifikan untuk membentuk opini dan keyakinan serta mengubah kebiasaan hidup masyarakat. Secara aktif media juga membentuk perilaku yang kurang lebih sesuai dengan keinginan orang-orang yang dapat mengendalikan media massa dan isinya. Tahap kedua dimulai dengan serangkaian studi Payne Fund di Amerika Serikat pada awal tahun 1930-an berlanjut hingga awal tahun 1960-an. Menurut Josepth Klapper yang disadur oleh Anto (2007) bahwa komunikasi massa biasanya tidak menjadi penyebab yang pasti dan memadai atas efek yang muncul pada khalayak, namun komunikasi massa lebih berfungsi diantara dan melalui hubungan dengan faktor-faktor dan pengaruh-pengaruh yang dimediasinya. Sedangkan tahap ketiga, menurut Denis Mc Quail yang dikutip oleh Anto (2007) merupakan tahap dimana dampak dan kemungkinan dampak masih sedang ditelaah, tanpa menolak kesimpulan penelitian sebelumnya, tetapi didasarkan atas perbaikan konsepsi tentang proses

23 sosial dan media yang mungkin terlibat. Hasil-hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa media massa memang memiliki potensi untuk mempengaruhi dan memperkuat perilaku seseorang. Dahulu orang menganggap media massa memiliki kekuatan yang sangat besar. Media bisa mempunyai efek yang sangat kuat terhadap masyarakat Indonesia. Namun sekarang nampaknya hal ini sudah tidak terhadi lagi di dalam masyarakat kita. Masyarakat dalam perkembangannya menjadi khalayak aktif yang memiliki posisi tawar yang lebih kuat. Media kini berkembang dengan pesat hamper semua orang tahu tentang hal tersebut. Reformasi memang memiliki peran yang tidak sedikit dalam memberi kesempatan terhadap pertumbuhan dan perkembanagn media. Perkembangan media yang pesat seperti juga hal lain media memiliki dampak positif maupun negatif. Wahyudi (1991) menyatakan bahwa komunikasi massa melalui media televisi ialah proses komunikasi antara komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana yaitu televisi. Komunikasi massa melalui media televisi bersifat periodik. Dalam komuniksi massa media tersebut, lembaga penyelenggara komunikasi bukan secara perorangan, melainkan melibatkan banyak orang dengan organisasi yang kompleks serta pembiayaan yang besar. Karena media televisi bersifat transitory (hanya meneruskan) maka pesan-pesan yang disampaikan melalui komunikasi massa media tersebut, hanya dapat didengar dan dilihat secara sekilas. Pesan-pesan di televisi bukan hanya didengar, tetapi juga dapat dilihat dalam gambar yang bergerak (audiovisual). Paradigma Lasswell yang dikutip oleh Jahi (1988) tentang proses komunikasi yang berbunyi Who says what, to whom, in which channel, and with what effect?, secara langsung menggambarkan bahwa proses komunikasi seseorang memerlukan media. Memasukkan paradigma Lasswell dalam komunikasi massa media televisi secara tegas memperlihatkan bahwa dalam setiap pesan yang disampaiakan televisi tentu saja mempunyai tujuan khalayak sasaran serta akan mengakibatkan umpan balik baik secara langsung maupun tidak langsung. Tujuan akhir dari penyampaian pesan media televisi bisa menghibur, mendidik, unsur-unsur, menghubungkan atau sebagai bahan informasi.

24 Menurut Ray,M.L dalam bukunya The marketing Communication and The Hierarchy of Effect yang dikutip oleh Rosady Ruslan (2006) menjelaskan bahwa dari peninjauan dan perbandingan mengenai teori efek komunikasi, maka terdapat tiga model dasar perbedaan hierarki efek (effect hierarchy) atau serangkaian efek yang tergantung dari tahapan-tahapan dalam proses komunikasi, sebagai berikut: 1. The Learning Hierarchy (Hierarki Pembelajaran) Cognitive (Kognitif) Affective (Afektif) Behavioural (Perilaku) Model hierarki pembelajaran secara klasik dimana subjek (publik) tertentu yang diekspos dalam suatu kegiatan proses kampanye persuasif, berkaitan dengan posisi yang jelas hendak dicapai, atau pilihan tepat antara perbedaan alternatif yang ada. Khalayak sasaran tertentu yang diperkirakan akan dimotivasi untuk tertarik ke dalam proses hierarki pembelajaran mengenai suatu ide, gagasan atau inovasi tertentu, dan proses pengembangan sikap yang lebih menguntungkan melalui adaptasi perilaku publik (khalayak sasaran) yang diharapkan terjadi perubahan melalui proses tahapan hierarki pembelajaran, mulai dari aspek-aspek (1) kognisi, dari transfer informasi pngetahuan tertentu akan mengubah dari tidak tahu menjadi tahu, (2) afektif, mengubah dari tidak senang menjadi senang, dan (3) perilaku, yaitu terdapat perubahan dari hal negative menjadi perilaku yang lebih positif. Model Hierarki Pembelajaran dipergunakan sebagai dasar penelitian ini. 2. The Dissonance-Atribution Hierarchy (Hierarki Atribut dan Ketidakcocokan) Behavioural (Perilaku) Affective (Afektif) Cognitive (Kognitif) Model Hierarki Atribut dan Ketidakcocokan, merupakan model kebalikan dari rangkaian efek hierarki pembelajaran. Berkaitan dengan perubahan perilaku yang baru atau pengalaman tertentu, seperti konsumen (publik sasaran) ingin mencoba suatu produk baru atau sebelumnya yang telah diekspos melalui rangsangan pesan-pesan yang menarik perhatian. Biasanya, proses tahap pertama adalah terlebih dahulu merangsang perubahan suatu perilaku (behavioural) tertentu, dan

25 dapat juga terjadi respon melalui aspek afeksi (segi emosional), maka tahapan selanjutnya adalah proses pembelajaran (kognitif). 3. The Low-Involvement Hierarchi (Hirarki Keterlibatan Rendah) Cognitive (Kognitif) Behavioural (Perilaku) Affective (Afektif) Model The Low-Involvement Hierarchi dikembangkan oleh Krugman dan berkaitan dengan suatu proses yang bertujuan terhadap penawaran tidak kentara melalui pesan-pesan atau perubahan diskriminatif terhadap penerima (receiver) yang memiliki ketertarikan dan perhatian sangat rendah terhadap pesan-pesan yang disampaikan.khalayak mengambil informasi mengenai sesuatu hal, ingin mencoba (aspek perilaku) dan penyesuaian sikapnya dengan pertimbangan terhadap pengalaman-pengalaman sebelumnya. Pengiriman isi pesan melalui komunikasi massa media televisi harus benar-benar menguasai sifat-sifat fisik dan massa dari media massa itu sendiri. Dengan memahami sifat medium yang dipakai maka proses komunikasi akan berjalan dengan efisien dan efektif, sehingga kemungkinan pesan itu sampai kepada massa pun akan semakin besar. Isi pesan media televisi berasal dari sumber resmi tentang sesuatu isu yang terjadi di masyarakat. Pendapat sumber resmi ini apabila sudah ditayangkan akan menimbulkan pendapat umum. Sifat komunikasi massa media televisi yang transitory maka mengharuskan: (1) isi pesan yang akan disampaikannya harus singkat dan jelas; (2) cara penyampaian kata per kata harus benar; (3) intonasi suara dan artikulasi harus tepat dan baik. Kesemuanya itu tentu saja menekankan unsur isi pesan yang komunikatif agar pemirsa dapat mengerti secara tepat tanpa harus menyimpang dari pemberitaan yang sebenarnya (interpretasi berbeda). Media massa mempunyai agenda settingnya sendiri dalam mempengaruhi dan membentuk selera konsumennya. Termasuk membentuk nilai-nilai masyarakat agar sesuai dengan nilai-nilai yang ada di benak para pembuat keputusan di media. Anto (2007) mengutip pendapat Daniel Hallin, ada tiga peta ideologis atau nilai yang dianut orang-orang media, dalam konteks fungsi agenda setting. Pertama, yang disebutnilai penyimpangan (sphere of deviance). Dalam

HUBUNGAN TERPAAN PESAN PENCEGAHAN BAHAYA DEMAM BERDARAH DENGAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA (KASUS: KELURAHAN RANGKAPAN JAYA BARU, KOTA DEPOK) KUSUMAJANTI

HUBUNGAN TERPAAN PESAN PENCEGAHAN BAHAYA DEMAM BERDARAH DENGAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA (KASUS: KELURAHAN RANGKAPAN JAYA BARU, KOTA DEPOK) KUSUMAJANTI HUBUNGAN TERPAAN PESAN PENCEGAHAN BAHAYA DEMAM BERDARAH DENGAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA (KASUS: KELURAHAN RANGKAPAN JAYA BARU, KOTA DEPOK) KUSUMAJANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Frekwensi Berdasarkan Karakteristik Responden

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Frekwensi Berdasarkan Karakteristik Responden HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Karakteristik responden yang diteliti adalah usia, tingkat pendidikan, dan pekerjaan. Masing-masing karakteristik dikelompokkan dalam 4 (empat) kelompok. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi disebut juga dengan komunikasi interpersonal (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal,

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Komunikasi

Pengantar Ilmu Komunikasi MODUL PERKULIAHAN Pengantar Ilmu Komunikasi Ruang Lingkup Komunikasi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh FIKOM Marcomm 03 85001 Deskripsi Pokok bahasan pengantar ilmu komunikasi membahas

Lebih terperinci

Tipe-tipe komunikasi. Puri Kusuma D.P

Tipe-tipe komunikasi. Puri Kusuma D.P Tipe-tipe komunikasi Puri Kusuma D.P a)komunikasi kesehatan b)komunikasi politik c) Komunikasi bisnis d)komunikasi keluarga e) dll Konteks-konteks komunikasi Komunikasi tidak berlangsung dalam ruang hampa-sosial,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Komunikasi Massa 2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa Hakikat komunikasi adalah proses penyampaian pernyataan antar manusia, yang dinyatakan itu adalah pikiran atau

Lebih terperinci

KBBI, Effendy James A. F. Stoner Prof. Drs. H. A. W. Widjaya

KBBI, Effendy James A. F. Stoner Prof. Drs. H. A. W. Widjaya DEFINISI KBBI, Pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami Effendy, proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada

Lebih terperinci

Materi Minggu 1. Komunikasi

Materi Minggu 1. Komunikasi T e o r i O r g a n i s a s i U m u m 2 1 Materi Minggu 1 Komunikasi 1.1. Pengertian dan Arti Penting Komunikasi Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pengetahuan Komunikasi Notoatmodjo (2012) mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

Lebih terperinci

Komunikasi Bisnis Kelompok 7 1

Komunikasi Bisnis Kelompok 7 1 1.1 Pengertian Komunikasi bisnis adalah komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis ynag mencakup berbagai macam bentuk komunikasi baik komunikasi verbal maupun non verbal. Berikut ini merupakan beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi Pengertian komunikasi secara umum (Uchjana, 1992:3) dapat dilihat dari dua sebagai: 1. Pengertian komunikasi secara etimologis Komunikasi berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.2 Batasan Masalah. Makalah ini hanya membahas prinsip komunikasi dan komunikasi sebagai. proses.

BAB I PENDAHULUAN. I.2 Batasan Masalah. Makalah ini hanya membahas prinsip komunikasi dan komunikasi sebagai. proses. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut lexicographer (ahli kamus bahasa), komunikasi adalah upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Jika dua orang berkomunikasi maka pemahaman yang

Lebih terperinci

KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

KOMUNIKASI YANG EFEKTIF KOMUNIKASI YANG EFEKTIF Oleh: Muslikhah Dwihartanti Disampaikan pada kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun 2004 Penyuluhan tentang Komunikasi yang Efektif bagi Guru TK di Kecamatan Panjatan A. Pendahuluan

Lebih terperinci

Komunikasi. Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan, informasi dari seseorang ke orang lain (Handoko, 2002 : 30).

Komunikasi. Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan, informasi dari seseorang ke orang lain (Handoko, 2002 : 30). Komunikasi I. PENGERTIAN Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna bagi kedua pihak, dalam situasi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mengenai Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Secara estimologis istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin yakni Communicare. Artinya berbicara, menyampaikan pesan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant 1. Definisi Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant Komunikasi interpersonal (interpersonal communication)

Lebih terperinci

2.1 Strategi Komunikasi Pemasaran

2.1 Strategi Komunikasi Pemasaran BAB II KERANGKA KONSEP DAN TEORI Teori adalah sebuah sistem konsep abstrak yang mengindikasikan adanya hubungan diantara konsep konsep yang membantu kita memahami sebuah fenomena. Suatu teori adalah suatu

Lebih terperinci

Unsur-unsur, sifat, dan fungsi komunikasi

Unsur-unsur, sifat, dan fungsi komunikasi Unsur-unsur, sifat, dan fungsi komunikasi Tiga konseptualisasi komunikasi 1. Komunikasi sebagai tindakah satu-arah Penyampaian pesan Co: Seseorang bercerita mengenai suatu masalah. Menurut Michael Burgoon

Lebih terperinci

Proses dan efek Media

Proses dan efek Media Proses dan efek Media McQuail Buku.2 bab.17 Kita di pengaruhi oleh media, tetapi mekanismenya seperti apa masih belum jelas. Penduduk empat musim berpakaian berdasarkan ramalan cuaca, membeli sesuatu berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan bermasyarakat. Komunikasi memegang peran penting dalam kehidupan bersosial dan bermasyarakat. Tanpa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Definisi Komunikasi Ada banyak definisi tentang komunikasi yang diungkapkan oleh para ahli dan praktisi komunikasi. Akan tetapi, jika dilihat dari asal katanya,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Komunikasi

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Komunikasi 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Komunikasi Pengertian komunikasi menurut Himstreet and Baty dalam Purwanto (2003), komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi antar individu melalui suatu

Lebih terperinci

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui 1 BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (Dengue Hemorrhagic Fever) atau lazimnya disebut dengan DBD / DHF merupakan suatu jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontak antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontak antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 1. Definisi Komunikasi Komunikasi pada umumnya diartikan sebagai hubungan atau kegiatankegiatan yang berkaitan dengan masalah hubungan, atau diartikan pula sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan dasar manusia. Sejak lahir dan selama proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan komunikasi. Tindakan

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN. Ayu Maiza Faradiba. Universitas Paramadina

PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN. Ayu Maiza Faradiba. Universitas Paramadina PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN Ayu Maiza Faradiba Universitas Paramadina ABSTRAK Tujuan Penelitian: untuk mengetahui sejauh mana persepsi mahasiswa Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Antarbudaya Dalam ilmu sosial, individu merupakan bagian terkecil dalam sebuah masyarakat yang di dalamnya terkandung identitas masing-masing. Identitas tersebut yang

Lebih terperinci

PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI BENTUK DAN JENIS-JENIS KOMUNIKASI

PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI BENTUK DAN JENIS-JENIS KOMUNIKASI Bahan ajar Pertemuan 7 & 8 PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI BENTUK DAN JENIS-JENIS KOMUNIKASI A.BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI 1. Komunikasi Intrapersonal Komunikasi intrapersonal merupakan komunikasi intrapribadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama hampir dua abad, penyakit Demam Berdarah Dengue dianggap sebagai penyakit penyesuaian diri seseorang terhadap iklim tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Komunikasi kelompok Proses komunikasi kelompok tidak bisa terlepas dari hubungan dengan orang lain. Sekumpulan orang yang melakukan suatu proses komunikasi tentunya memiliki

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 4 POKOK BAHASAN

PERTEMUAN KE 4 POKOK BAHASAN PERTEMUAN KE 4 POKOK BAHASAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai sebagai berikut: 1. Mahasiswa dapat memahami tentang arti interaksi, kontak dan komunikasi. 2. Mahasiswa

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini merupakan Penelitian Kuantitatif. Penelitian kuantitatif, adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif

Lebih terperinci

Bahan Bacaan Komunikasi Efektif. Pengertian Komunikasi Efektif

Bahan Bacaan Komunikasi Efektif. Pengertian Komunikasi Efektif Bahan Bacaan Komunikasi Efektif Pengertian Komunikasi Efektif Semua orang dapat berkomunikasi dengan caranya masing-masing, tetapi tidak semuanya mampu berkomunikasi secara efektif. Lalu apa itu komunikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Kelompok Menurut beberapa ahli, terdapat beberapa definisi komunikasi. Menurut Mulyana (2002: 54) mengatakan bahwa komunikasi sebagai situasi-situasi yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB I. dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut

BAB I. dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui berbagai media. Penyakit jenis ini merupakan masalah kesehatan yang besar di hampir semua negara berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertemu dalam waktu yang cukup lama. Long Distance Relationship yang kini

BAB I PENDAHULUAN. bertemu dalam waktu yang cukup lama. Long Distance Relationship yang kini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Long Distance Relationship adalah suatu hubungan dimana para pasangan yang menjalaninya dipisahkan oleh jarak yang membuat mereka tidak dapat saling bertemu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 : 37) memberikan definisi pemasaran

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 : 37) memberikan definisi pemasaran BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pengertian pemasaran mengandung pengertian yang lebih luas dari sekedar penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 :

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Diantara kota di Indonesia, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah

I. PENDAHULUAN. Diantara kota di Indonesia, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dangue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty. Diantara kota di

Lebih terperinci

KOMUNIKASI EFEKTIF DISAMPAIKAN PADA MATA KULIAH ETIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA Asrori,MA. Modul ke: Fakultas FASILKOM

KOMUNIKASI EFEKTIF DISAMPAIKAN PADA MATA KULIAH ETIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA Asrori,MA. Modul ke: Fakultas FASILKOM Modul ke: KOMUNIKASI EFEKTIF DISAMPAIKAN PADA MATA KULIAH ETIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2015 Fakultas FASILKOM Asrori,MA Program Studi Teknik Informatika http://www.mercubuana.ac.id Bagian Isi Secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian komunikasi antar pribadi Komunikasi antar pribadi merupakan proses sosial dimana individu-individu yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo,

Lebih terperinci

Modul Perkuliahan I Komunikasi Massa

Modul Perkuliahan I Komunikasi Massa Modul ke: 1 Modul Perkuliahan I Komunikasi Massa Pengertian Komunikasi Fakultas ILMU KOMUNIKASI Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm., Ph.D Program Studi Broadcasting Judul Sub Bahasan Pengertian Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang berkembang pesat ini, dunia pekerjaan dituntut menciptakan kinerja para pegawai yang baik

Lebih terperinci

KOMUNIKASI MASSA. Pengertian Komunikasi Massa. Radityo Muhamad, MA. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi ILMU KOMUNIKASI

KOMUNIKASI MASSA. Pengertian Komunikasi Massa. Radityo Muhamad, MA. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi ILMU KOMUNIKASI Modul ke: KOMUNIKASI MASSA Pengertian Komunikasi Massa Fakultas FIKOM Radityo Muhamad, MA Program Studi ILMU KOMUNIKASI Pengertian Komunikasi KOMUNIKASI Istilah komunikasi yang dalam bahasa Inggris dikenal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini terbagi atas empat sub bab. Sub bab pertama membahas mengenai komunikasi sebagai media pertukaran informasi antara dua orang atau lebih. Sub bab kedua membahas mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kelompok maupun suatu kelompok dengan kelompok lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kelompok maupun suatu kelompok dengan kelompok lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial, dimana satu sama lain saling menumbuhkan yang didalamnya akan terbentuk dan terjalin suatu interaksi atau hubungan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radio merupakan salah satu media informasi sebagai unsur dari proses

BAB I PENDAHULUAN. Radio merupakan salah satu media informasi sebagai unsur dari proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Radio merupakan salah satu media informasi sebagai unsur dari proses komunikasi, dalam hal ini sebagai media massa. Radio mempunyai sifat khas yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka hampir dipastikan semua sektor akan berdampak kemacetan, oleh sebab itu

BAB I PENDAHULUAN. maka hampir dipastikan semua sektor akan berdampak kemacetan, oleh sebab itu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelayanan publik merupakan salah satu tugas penting yang tidak dapat diabaikan oleh pemerintah daerah sebab jika komponen pelayanan terjadi stagnasi maka hampir

Lebih terperinci

BAB 2 STUDI PUSTAKA. 2.1 Teori teori umum Definisi Komunikasi. Definisi komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini,

BAB 2 STUDI PUSTAKA. 2.1 Teori teori umum Definisi Komunikasi. Definisi komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini, BAB 2 STUDI PUSTAKA 2.1 Teori teori umum 2.1.1 Definisi Komunikasi Definisi komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini, berdasarkan definisi komunikasi yang dikutip oleh Deddy Mulyana (2008: 68-69)

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi SOSIOLOGI KOMUNIKASI SOSIOLOGI KOMUNIKASI DAN KOMUNIKASI MASSA Feni Fasta, M.Si Eka Perwitasari Fauzi, M.Ed Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id Sejumlah upaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Judi Perjudian adalah permainan di mana pemain bertaruh untuk memilih satu pilihan di antara beberapa pilihan dimana hanya satu pilihan saja yang benar dan menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pengertian pemasaran mengandung pengertian yang lebih luas dari sekedar penjualan dan periklanan. Tjiptono (2002) memberikan definisi

Lebih terperinci

Manusia sebagai Makhluk Sosial

Manusia sebagai Makhluk Sosial persoalan makna menjadi sangat penting ditafsirkan oleh seseorang yang mendapat informasi (pemberitaan) karena makna yang dikirim oleh komunikator (receiver) dan penerima informasi (audience) menjadi sangat

Lebih terperinci

MODUL EMPAT KOMUNIKASI MASSA DAN OPINI PUBLIK

MODUL EMPAT KOMUNIKASI MASSA DAN OPINI PUBLIK MODUL EMPAT KOMUNIKASI MASSA DAN OPINI PUBLIK Komunikasi didefinisikan sebagai suatu proses, misalnya seorang komunikator menyampaikan pesan berupa lambang-lambang yang mengandung arti, lewat saluran tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Komunikasi merupakan aktivitas makhluk sosial. Menurut Carl I. Hovland (dalam Effendy, 2006: 10) komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain. Dalam praktik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang ditandai dengan tumbuh kembangnya organisasi atau perusahaan. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang ditandai dengan tumbuh kembangnya organisasi atau perusahaan. Adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21, banyak dijumpai perubahan maupun perkembangan di bidang usaha yang ditandai dengan tumbuh kembangnya organisasi atau perusahaan. Adanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Berdasarkan peneitian terdahulu yang dilakukan oleh Indah Wahyu (2005) dengan judul Pengaruh Komunikasi Terhadap Kepuasan Kerja pada CV. Jaya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi telah menyentuh ke setiap lini kehidupan seiring dengan perkembangan media massa sebagai salah satu sarana penyebaran informasi. Komunikasi melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Definisi dan pengertian komunikasi juga banyak dijelaskan oleh beberapa ahli komunikasi. Komunikasi mengandung makna bersama sama (common). Istilah komunikasi berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa

Lebih terperinci

Pengertian Komunikasi Efektif

Pengertian Komunikasi Efektif Komunikasi Efektif Pengertian Komunikasi Efektif Apa itu komunikasi efektif? Komunikasi efektif adalah tersampaikannya gagasan, pesan dan perasaan dengan cara yang baik dalam kontak sosial yang baik pula.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Pada dasarnya komunikasi interpersonal digunakan pada keseharian umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat berkomunikasi di sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar belakang masalah Proses komunikasi pada hakekatnya adalah suatu proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Secara umum,

Lebih terperinci

05FIKOM. Pengantar Ilmu Komunikasi. Prinsip-prinsip Atau Dalil Dalam Komunikasi. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Modul ke: Fakultas

05FIKOM. Pengantar Ilmu Komunikasi. Prinsip-prinsip Atau Dalil Dalam Komunikasi. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Modul ke: Fakultas Modul ke: Pengantar Ilmu Komunikasi Prinsip-prinsip Atau Dalil Dalam Komunikasi Fakultas 05FIKOM Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM 1. PROSES KOMUNIKASI Salah satu prinsip komunikasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. data sekunder yang telah dikumpulkan oleh peneliti melalui proses. wawancara dan observasi secara langsung di lokasi penelitian.

BAB IV ANALISA DATA. data sekunder yang telah dikumpulkan oleh peneliti melalui proses. wawancara dan observasi secara langsung di lokasi penelitian. BAB IV ANALISA DATA A. Temuan Penelitian Bab ini adalah bagian dari sebuah tahapan penelitian kualitatif yang akan memberikan pemaparan mengenai beberapa temuan dari semua data yang ada. Data yang diperoleh

Lebih terperinci

Proses Komunikasi Di Perpustakaan

Proses Komunikasi Di Perpustakaan Proses Komunikasi Di Perpustakaan Pengertian Perpustakaan Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat mempengaruhi aktivitas kehidupan manusia. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 KonteksMasalah Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang pertama kali kita masuki dimana didalamnya kita mendapatkan pembelajaran mengenai norma-norma, agama maupun proses sosial

Lebih terperinci

HAMBATAN, EFEK dan TEORI EFEK KOMUNIKASI MASSA dalam SOSIOLOGI KOMUNIKASI

HAMBATAN, EFEK dan TEORI EFEK KOMUNIKASI MASSA dalam SOSIOLOGI KOMUNIKASI HAMBATAN, EFEK dan TEORI EFEK KOMUNIKASI MASSA dalam SOSIOLOGI KOMUNIKASI Hambatan dalam kegiatan komunikasi Efektivitas proses komunikasi Beberapa Hambatan dalam Komunikasi Massa Hambatan Psikologis Hambatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium,

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa pada prinsipnya merupakan alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium, merupakan makhuk yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan Banyak sekali penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai etnografi komunikasi. Untuk mendukung penelitian ini, penelitian yang sudah

Lebih terperinci

3. PERILAKU KELOMPOK DAN INTERPERSONAL

3. PERILAKU KELOMPOK DAN INTERPERSONAL 3. PERILAKU KELOMPOK DAN INTERPERSONAL PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI KELOMPOK Pengertian Beberapa Jenis Kelompok 1. Kelompok Kelompok adalah dua individu atau lebih yang berinteraksi dan saling bergantung,

Lebih terperinci

Materi Bahan Ajar Mata Diklat Etika Publik (Diklat PraJabatan) KOMUNIKASI: ANTARA ETIKA DAN ESTETIKA Oleh: Wardjito Soeharso

Materi Bahan Ajar Mata Diklat Etika Publik (Diklat PraJabatan) KOMUNIKASI: ANTARA ETIKA DAN ESTETIKA Oleh: Wardjito Soeharso Materi Bahan Ajar Mata Diklat Etika Publik (Diklat PraJabatan) KOMUNIKASI: ANTARA ETIKA DAN ESTETIKA Oleh: Wardjito Soeharso Dalam ilmu komunikasi dikenal ada lima paradigma model, atau bentuk, yaitu:

Lebih terperinci

MERANCANG DAN MENGELOLA KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU MANAJEMEN PEMASARAN LANJUTAN

MERANCANG DAN MENGELOLA KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU MANAJEMEN PEMASARAN LANJUTAN MERANCANG DAN MENGELOLA KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU MANAJEMEN PEMASARAN LANJUTAN KOMUNIKASI PEMASARAN. Komunikasi pemasaran adlh sarana yg digunakan perush dlm upaya utk menginformasikn, membujuk, & mengingatkn

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kita sebagai suatu kebutuhan, dari hanya sekedar untuk tahu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kita sebagai suatu kebutuhan, dari hanya sekedar untuk tahu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa berkembang pesat di era teknologi saat ini dimana media massa digunakan untuk penyampaian informasi. Informasi saat ini dinilai oleh masyarakat kita sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era persaingan baik secara nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era persaingan baik secara nasional maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menghadapi era persaingan baik secara nasional maupun internasional yang semakin ketat, pihak pesaing akan selalu berusaha dengan sekuat tenaga untuk

Lebih terperinci

DASAR DASAR KOMUNIKASI ORGANISASI

DASAR DASAR KOMUNIKASI ORGANISASI DASAR DASAR KOMUNIKASI ORGANISASI Modul ke: 01 Fakultas Ilmu Komunikasi Pokok Bahasan 1. Konsep Dasar Komunikasi 2. Konsep Dasar Organisasi Dr. Inge Hutagalung Program Studi Public Relations KONSEP DASAR

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari sutu pihak ke pihak lain. Pada umumnya komunikasi dilakukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Aedes,misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Aedes,misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat 129 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus

Lebih terperinci

Pengertian Komunikasi

Pengertian Komunikasi Pengertian Komunikasi Komunikasi berasal dari kata Latin Communicare atau Communis yang berarti sama atau menjadi milik bersama. Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Komunikasi Dalam bukunya, Effendy (2007) mengutip perkataan Lasswell bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah dengan menjelaskan pertanyaan : who says what in

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF) merupakan penyakit akut bersifat endemik yang di sebabkan oleh virus dengue yang masuk ke peredaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Kasoos. Untuk itu, di bawah ini akan dijelaskan secara singkat tentang apa

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Kasoos. Untuk itu, di bawah ini akan dijelaskan secara singkat tentang apa BAB II TINJAUAN TEORITIS Tinjauan teoritis merupakan pendekatan teori yang akan digunakan untuk menjelaskan persoalan penelitian. Dalam bab II ini akan membahas pengertian mengenai komunikasi, interaksi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1 Proses Komunikasi 2.1.1 Pengertian Proses Komunikasi Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya sehingga dapat menciptakan suatu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menghasilkan begitu banyak media komunikasi yang dapat digunakan untuk mendiseminasikan informasi kepada masyarakat.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan 13 BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Pernikahan 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang hampir tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Namun kalau ditanyakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen adalah bekerja untuk orang lain untuk menyelesaikan tugas tugas yang membantu pencapaian sasaran organisasi seefisien mungkin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi antar umat manusia satu sama lain. Komunikasi begitu sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi antar umat manusia satu sama lain. Komunikasi begitu sangat penting 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan kehidupan manusia di dunia tidak terlepas dari proses komunikasi, dimulai sejak perolehan bahasa dan tulisan yang digunakan sebagai alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diuraikan mengenai: (1) latar belakang; (2)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diuraikan mengenai: (1) latar belakang; (2) BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan diuraikan mengenai: (1) latar belakang; (2) fokus masalah; (3) rumusan masalah; (4) tujuan penelitian; (5) manfaat penelitian; dan (6) definisi operasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah bangsa besar adalah bangsa yang memiliki masyarakat yang berilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan bisa diperoleh dari berbagai sumber, misalnya lembaga

Lebih terperinci

2016 PERSEPSI PEMIRSA TENTANG OBJEKTIVITAS BERITA DI KOMPAS TV

2016 PERSEPSI PEMIRSA TENTANG OBJEKTIVITAS BERITA DI KOMPAS TV BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu karakteristik komunikasi massa adalah feedback yang tertunda atau delayed, sehingga komunikator membutuhkan waktu untuk mengetahui tanggapan atau

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA. Landasan teori merupakan bagian yang membahas uraian pemecahan

BAB II STUDI PUSTAKA. Landasan teori merupakan bagian yang membahas uraian pemecahan BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Landasan teori merupakan bagian yang membahas uraian pemecahan masalah. Teori ini adalah teori yang sudah dipahami banyak orang dan digunakan untuk menganalisa suatu

Lebih terperinci

Luas Lingkup Komunikasi. Drs. Alex Sobur, M.Si. Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

Luas Lingkup Komunikasi. Drs. Alex Sobur, M.Si. Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Luas Lingkup Komunikasi Drs. Alex Sobur, M.Si. Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Untuk Apa Kita Berkomunikasi? (Berbagai Kekeliruan dalam Memahami Komunikasi) Tidak ada yang sukar tentang komunikasi. Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal.

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan sebuah layanan bimbingan konseling. Komunikasi konseling berkaitan erat

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan sebuah layanan bimbingan konseling. Komunikasi konseling berkaitan erat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi konseling merupakan jembatan dalam sebuah proses layanan bimbingan konseling. Komuniasi konseling berperan penting dalam kelancaran serta sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Khalayak pada zaman modern ini mendapat informasi dan hiburan di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Khalayak pada zaman modern ini mendapat informasi dan hiburan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Khalayak pada zaman modern ini mendapat informasi dan hiburan di dalam kehidupan sehari harinya melalui media massa ( surat kabar, majalah, film, radio, dan TV ), untuk

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. manusia, salah satunya adalah komunikasi massa. Konsep komunikasi massa itu

BAB II URAIAN TEORITIS. manusia, salah satunya adalah komunikasi massa. Konsep komunikasi massa itu BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi Massa Dari berbagai macam cara komunikasi dilaksanakan dalam masyarakat manusia, salah satunya adalah komunikasi massa. Konsep komunikasi massa itu sendiri pada satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia lain. Proses interaksi tersebut terjadi karena adanya komunikasi antar anggota masyarakat.

Lebih terperinci