DESAIN PENAMBATAN STRUKTUR TERAPUNG (MOORING DESIGN FOR FLOATING STRUCTURE)
|
|
- Devi Susman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 DESAIN PENAMBATAN STRUKTUR TERAPUNG (MOORING DESIGN FOR FLOATING STRUCTURE) 18/1/21 Issued for Information RIK NOF IWH Rev Date Description By Chk d Apv d Document No. : ---RE-1-A4 Revision:
2 Page 2 of 2 Revision Number Tabulation Sheet Revision Number Sheet Revision Number 1 X 2 X 3 X 4 X 5 X 6 X 7 X 8 X 9 X 1 X 11 X 12 X 13 X 14 X 15 X 16 X 17 X 18 X 19 X 2 X weekly presentation Presentasi ---RE-1 Rev.doc ---RE-1
3 Page 3 of 2 DAFTAR ISI 1. UMUM PENDAHULUAN FPSO MOORING SYTEMS (SISTEM PENAMBATAN) ANCHORING TYPE MOORING LINES CONFIGURATION PERTIMBANGAN LAIN CALCULATION METHOD TAMBAHAN... 2 weekly presentation Presentasi ---RE-1 Rev.doc ---RE-1
4 Page 4 of 2 1. UMUM Laporan ini adalah penulisan singkat dari presentasi mingguan tiap bidang ilmu yang dibawakan di Divisi Perencanaan dan Engineering PGN. Presentasi dibawakan pada Senin tanggal 4 Januari 21 berdasar presentasi yang terdapat di link: sublink: 27-28/FPSO Mooring System. Presentasi tersebut dibuat oleh kelompok mahasiswa termasuk presenter di tahun 27 untuk keperluan tugas mata kuliah Offshore Mooring di Technische Universiteit Delft. 2. PENDAHULUAN Penjelasan dalam desain penambatan untuk struktur terapung ini berdasar struktur FPSO (FloatingProduction Storage and Offloading) dengan case study berlokasi di laut utara UK (north sea, UK region, UK Block 21/24) di Guillemot North-West. Gambar 1. Contoh FPSO yang sedang beroperasi. Pada studi kasus ini terdapat tiga bagian utama yaitu: struktur terapungnya, mooring system dan anchoring system. weekly presentation Presentasi ---RE-1 Rev.doc ---RE-1
5 Page 5 of 2 3. FPSO FPSO adalah struktur terapung di perairan lepas yang berbentuk kapal dan mempunyai kemampuan untuk menyimpan hasil produksi terutama untuk jenis minyak mentah. Keuntungan lain dari FPSO adalah mempunyai penampang yang luas sehingga kegiatan eksplorasi atau produksi bisa dilakukan ditempat yang sama. Gambar 2. Bagian utama dari FPSO untuk eksplorasi minyak mentah. Penggunaan FPSO untuk studi case ini karena hal sebagai berikut: 1. FPSO cocok untuk kegiatan yang memerlukan storage (penyimpanan); 2. FPSO bisa dipasang dimana saja baik laut dangkal (kedalaman 13 meter di Nigeria) atau laut dalam (18 meter di Brazil); dan 3. FPSO bisa dipindahkan terutama jika kondisi lingkungan mendadak menjadi tidak bersahabat. weekly presentation Presentasi ---RE-1 Rev.doc ---RE-1
6 Page 6 of 2 FPSO bisa dibuat baru atau konversi dari tanker yang dimodifikasi. Tipe khusus dari pembuatannya bisa berupa hanya Storage dan offloading maka disebut FSO atau bisa juga untuk keperluan regasifikasi gas (FSRU, Floating Storage and Regasification Unit). Untuk acuan tentang design floating structure secara umum bisa mengacu ke UKOOA Design Guidance Notes, bisa didapat di: 4. MOORING SYTEMS (SISTEM PENAMBATAN) Setiap struktur terapung memerlukan system penambatan yang cukup kaku dan kuat untuk membatasi pergerakan dari struktur terhadap gaya luar baik dari angin, arus, ombak atau lainnya seperti pergerakan es jika ada disaat musim dingin. Ada banyak system penambatan baik berupa temporary/sementara atau permanen. Pembagian jenis penambatan bisa juga berupa penambatan dari bagian dalam atau luar. Pada dasarnya, jenis penambatan ada beberapa pengelompokan sebagai berikut: 1. Attached Mooring System Pada dasarnya penambatan dilakukan dengan cara menambatkan suatu bagian khusus dari mooring line ke bagian struktur terapung. Penambahan bisa berupa turret yang diletakan dibagian dalam (dipasang didalam suatu bagian ujung) atau luar (dipasang dengan penambahan stuktur dibagian ujung). weekly presentation Presentasi ---RE-1 Rev.doc ---RE-1
7 Page 7 of 2 Gambar 3. Internal dan eksternal turret. Konseksi internal dan eksternal turret mempergunakan bagian struktur khusus bernama swivel yang membuat struktur bisa berputar (weathervaning) untuk mengurangi efek beban dari luar berupa angin, arus atau ombak. Swivel memungkinkan terjaganya koneksi secara terus menerus untuk aliran power, hasil produksi atau sinyal instrumentasi dari lower dari/ke upper structure. weekly presentation Presentasi ---RE-1 Rev.doc ---RE-1
8 Page 8 of 2 Gambar 4. Contoh swivel stack dari Anasuria FPSO. 2. Disconnectable Mooring System Tipe mooring ini adalah tipe yang bisa dilepas dan dipasang dengan relative cepat terutama untuk keperluan keamanan terhadap perubahan cuaca. FPSO bisa tahan terhadap cuaca yang keras. Kemampuan untuk menghadapi cuaca ini dipergunakan untuk menyimpan hasil produksi minyak selama musim dingin. Dalam design FPSO, kemampuan storage dari FPSO diperhitungkan sehingga storage capacity dari FPSO diperhitungkan untuk mengantisipasi jika site tidak bisa didatangi tanker carrier selama masa tersebut. weekly presentation Presentasi ---RE-1 Rev.doc ---RE-1
9 Page 9 of 2 Jika cuaca diperkirakan lebih buruk misal dengan adanya badai seperti hurricane, maka FPSO dilepas dan ditarik oleh tug boat ke lokasi aman jika mempergunakan disconectable system. Kelebihan lain dari jenis pemasangan sistem ini adalah untuk percepatan operasional. Struktur terapung dan riser/pipeline system bisa commissioning terpisah sehingga untuk selanjutnya hanya tinggal disambungkan dan kegiatan operasional bisa dimulai. Gambar 5. Contoh Disconnectable Mooring System 3. Spread Mooring System Tipe ini menambatkan struktur terapung dengan tetap dengan arah heading tetap. Dalam konfigurasi ini tidak diperlukan komponen swivel. Konfigurasi ini hanya cocok untuk suatu lokasi yang relatif tenang dan mempunyai perubahan arah pembebanan yang cenderung konstan/tidak besar. Secara umum lokasi seperti di selat Malaka atau pesisir pantai laut Jawa mungkin cocok untuk konfigurasi ini. weekly presentation Presentasi ---RE-1 Rev.doc ---RE-1
10 Page 1 of 2 Gambar 6. Contoh Spread Mooring System 4. Turret Mooring System Sistem dengan turret adalah tipe yang sangat cocok untuk kondisi lingkungan yang sangat keras. Swivel dan komponen yang bisa berputar sangat cocok untuk ditambahkan pada hubungan antara mooring system dan struktur terapung. External turret dipasangkan dengan struktur tambahan dibagian ujung. Tipe ini biasanya untuk ladang yang produksinya kecil dan di kedalaman yang cenderung dangkal. Untuk internal turret, biasanya dipasang didekat bagian ujung dari struktur dengan pembuatan moon pool. Internal turret terutama untuk keperluan riser yang berjumlah banyak yang dengan sendirinya memerlukan waktu dan biaya yang lebih besar daripada external turret. weekly presentation Presentasi ---RE-1 Rev.doc ---RE-1
11 Page 11 of 2 Gambar 7. Contoh External turret. Gambar 8. Contoh Internal turret 5. ANCHORING TYPE Definisi dari anchor (jangkar) adalah suatu objek berat biasanya terbuat dari logam yang dipakai untuk membatasi pergerakan benda terapung yang terhubung dengan dasar laut. Pemilihan dari jenis jangkar tergantung dari: 1. Tipe tanah; 2. Pertimbangan biaya; dan 3. Permintaan dari kemampuan penahanan beban. weekly presentation Presentasi ---RE-1 Rev.doc ---RE-1
12 Page 12 of 2 Pemilihan jenis anchor diperlukan terutama jika mooring system ingin dipasang secara permanen, untuk pemasangan secara sementara biasanya anchor atau jangkar bawaan di kapal bisa dirasa cukup. Gambar 8. Tipe anchor. Jangkar tipe bawaan biasanya lebih kecil dari jangkar untuk tipe permanen, suatu Drag embedded anchor tipe vryhof anchor bisa mempunyai berat sekitar 65 kg. weekly presentation Presentasi ---RE-1 Rev.doc ---RE-1
13 Page 13 of 2 Secara umum anchor/jangkar terdiri dari berbagai macam seperti berikut: 1. Pile/Piling Piling adalah sistem pondasi dengan mempergunakan pile (pipa berongga kosong dibagian tengah) yang dipasang bisa dengan cara digetarkan atau ditumbuk dengan hammer secara mekanik atau hidrolik. Gambar 9. Contoh pemasangan pile dengan hammer. Dalam design pile yang perlu dikaji adalah bearing capacity (daya dukung) berupa gaya gesek bagian luar sepanjang pile dan daya tahan tanah (soil resistence). Kelebihan piling yaitu mampu menahan gaya vertikal dan horizontal, sedang kelemahannya yaitu memerlukan waktu yang panjang dan biaya yang relatif paling mahal dibanding dua metode lain. Secara umum, pile terpasang lebih dalam dibanding dengan metode pondasi lainnya. weekly presentation Presentasi ---RE-1 Rev.doc ---RE-1
14 Page 14 of 2 2. Suction Pile suction pile seperti juga pile untuk piling mempunyai bagian berongga yang kosong dibagian tengah pipa. Perbedaan secara fisik terutama karena diameternya yang lebih besar secara umum. Pada saat instalasi, biasanya suction pile terbenam sebagian dari panjangnya, pompa dibagian atas yang terhubung ke rongga kosong di bagian tengah pipa dipompa sehingga meimbulkan perbedaan tekanan, sewaktu perbedaan tekanan ini pipa akan terhisap untuk tenggelam lebih dalam. Hisapan dari pompa akan dilakukan hingga mencapai design yang diperlukan. Pompa kemudian dilepas dari atas pile. Seperti juga piling, suction pile bisa bertahan untuk beban vertical dan horizontal. Suction pile bisa disebut sebagai pilihan tepat untuk keperluan deep sea foundation karena kecepatan dan kemudahan untuk pemasangannya. Gambar 9. Contoh suction pile. Sesudah masa layan dari struktur habis, suction pile bisa dilepas dengan cara terbalik dari pemasangannya. Pertama, pompa dipasangkan dibagian atas dari pile, kemudian pompa memberikan tekanan dengan menginjeksi air kedalam bagian berongga, lama kelamaan dengan membesarnya tekanan, pile akan terangkat secara perlahan sesuai dengan tekanan yang masuk hingga pile bisa dilepas secara menyeluruh. weekly presentation Presentasi ---RE-1 Rev.doc ---RE-1
15 Page 15 of 2 Theory perhitungan suction pile bisa didapatkan di: a) Pada pasir: b) Pada tanah liat: 3. Drag embedded anchor Drag embedment anchor saat ini di design dengan kemampuan untuk menembus kedalaman lebih dalam dalam penetrasi tanah sewaktu instalasi awal. Penetrasi bisa secara menyeluruh atau sebagian. Daya tahan dari jangkar/pondasi jenis ini adalah dari ketahanan tanah yang terdapat dibagian depan anchor. Bisa disebut bahwa untuk pembebanan horizontal, pondasi jenis ini termasuk kuat, tetapi untuk suatu besaran pembebanan vertical tidak disarankan mempergunakan pondasi/anchoring tipe ini. Gambar 1. Contoh Vrijhof Anchor. Untuk design anchor jenis ini, bisa didapat di: %2in%2sand].pdf. weekly presentation Presentasi ---RE-1 Rev.doc ---RE-1
16 Page 16 of 2 6. MOORING LINES CONFIGURATION Konfigurasi mooring line secara umum terdiri dari dua konsep sebagai berikut: 1. Catenary mooring system; 2. Taut wire mooring system. Konfigurasi mooring line sangat tergantung kepada kedalaman dimana struktur dipasang. Catenary configuration biasanya dengan sendirinya akan terbentuk untuk pemasangan laut dalam. Pada catenary jenis wire biasanya terbuat dari logam. Taut wire dipasang dengan mempergunakan bahan sintetik yang memiliki berat jenis dan elastisitas tertentu sesuai dengan keperluan design. Pada kedua jenis konfigurasi mooring line system, berat jenis bahan dan keadaan lokasi setempat harus dipertimbangkan. secara umum sebagai berikut. Design catenary line system bisa mengacu ke link berikut dan WaghoKtb52P&item=WRxBpolreNue&layout=printer. Secara umum untuk keperluan design morring system bisa merujuk ke: 1. API RP 2P RP Recommended Practice for the Analysis of Spread Mooring Systems for Floating Drilling Units. Standard tersebut dipakai untuk analisis pada kasus ini dan bisa didapat di: f%2spread%2mooring%2sys%2for%2floating.pdf; 2. API Recommended Practise 2SK Third Edition, Design and Analysis of Stationkeeping Systems for Floating Structures, bisa didapat di: RP 2SK.pdf. weekly presentation Presentasi ---RE-1 Rev.doc ---RE-1
17 Page 17 of 2 Perbedaan konfigurasi mooring bisa dilihat pada gambar berikut. Gambar 11. Catenary mooring system. Gambar 12. Tautleg mooring system. weekly presentation Presentasi ---RE-1 Rev.doc ---RE-1
18 Page 18 of 2 7. PERTIMBANGAN LAIN Ada banyak system penambatan baik berupa temporary/sementara atau permanen. Pembagian jenis penambatan bisa juga berupa penambatan dari bagian dalam atau luar. Beberapa pertimabangan lainnya dalam penentuan system penambatan adalah: Khusus untuk kapal drilling, Dynamic Positioning perlu dipertimbangakan untuk keperluan heading dan positioning; Ketentuan hull design; Flag requirements termasuk Perijinan di Negara setempat; Ship Assesment terutama jika kapal adalah hasil refurbish; Kondisi geografis termasuk meliputi kedalaman, pengaruh lalu lintas, existing structures seperti subsea facilities, kabel laut etc; Batas pergerakan seperti sloshing terutama untuk muatan seperti LNG bisa jadi memerlukan breakwater jika diperlukan untuk suatu sistem pelabuhan khusus jika environment load masih lebih besar dari kondisi batas; Beberapa standar lainnya untuk keperluan design mooring bisa didapat sebagai berikut: API RECOMMENDED PRACTICE 2FPS FIRST EDITION, MARCH 21 Recommended Practice for Planning, Designing, and Constructing Floating Production Systems: %2Planning%2Designing%2and%2Constructing%2Floating%2Production%2Systems. pdf API Recommended Practise 2SK Third Edition Design and Analysis of Stationkeeping Systems for Floating Structures OFFSHORE STANDARD DET NORSKE VERITAS DNV-OS-E31 POSITION MOORING OCTOBER 24 RECOMMENDED PRACTICE DNV-RP-E33 GEOTECHNICAL DESIGN AND INSTALLATION OF SUCTION ANCHORS IN CLAY OCTOBER 25 weekly presentation Presentasi ---RE-1 Rev.doc ---RE-1
19 Page 19 of 2 GoM Offshore Structures Design Criteria, by DNV 25 ABS Rules for Building and Classing Single Point Moorings ABS Guide for Certification of Offshore Mooring Chain ABS Guidance Notes: The Application of Synthetic Ropes for Offshore Moorings Design and integrity management of mobile installation moorings by Noble Denton 8. CALCULATION METHOD Metode perhitungan secara detail bisa didapatkan di link: a.htm. Setiap struktur terapung memerlukan system penambatan yang cukup kaku dan kuat untuk membatasi pergerakan dari struktur terhadap gaya luar baik dari angin, arus, ombak atau lainnya seperti pergerakan es jika ada disaat musim dingin. Langkah skematik untuk keperluan perhitungan: 1. Input (FPSO specification, RAO, Environment data); 2. Steady State Calculations (Estimating Forces of Wave, Wind, Current); 3. Stiffness Calculation; 4. Vessel Motion Calculation (Mooring Line System); 5. Chain and/or Rope Design, Anchor Design; dan 6. Conclusion weekly presentation Presentasi ---RE-1 Rev.doc ---RE-1
20 Page 2 of 2 9. TAMBAHAN Secara umum sebagai tambahan perlu dicatat beberapa hal sebagai berikut: 1. Input dari bahan perhitungan sebaiknya aktual dari site dan floating structure (data fisik termasuk RAO dari percobaan di lab menggunakan miniaturnya) untuk menjamin hasil perhitungan; 2. Metode analisis menggunakan asumsi keadaan aktual dari peralan/struktur baik itu keadaan masih baru, seperti baru atau bekas dimana hal ini akan mempengaruhi masa layan fatiguenya; 3. Pemeliharaan dan inspeksi yang seksama dan priodik diperlukan mengingat lingkungan laut sangat korosif baik secara kimiawi/biologis dan sangat dinamik respon alamnya; 4. Design procedur untuk pemilihan winch, bouy atau perangkat tambahan lainnya yang diperlukan dalam instalasi mooring system harus ditelaah dengan seksama; 5. Pemilihan, pemasangan dari mooring line harus dianalisis dengan seksama dengan banyak pertimbangan baik dalam positioning, penelahaan basis design (termasuk metocean data) dengan memepertimbangkan Maximum Environmental Condition, Maximum Design Condition, Maximum Operating Condition, Maximum Connected Condition; dan 6. Penambahan mooring dan peralatan tambahan (DP system, winch, etc) perlu dipertimbangkan jika memang diperlukan. Selain hal diatas, penggunaan software akan sangat membantu terutama untuk pembanding dan untuk perhitungan sistem yang lebih rumit seperti untuk coupled analysis dan kombinasi beban lingkungan. weekly presentation Presentasi ---RE-1 Rev.doc ---RE-1
RESPON DINAMIK SISTEM CONVENTIONAL BUOY MOORING DI SEKITAR PULAU PANJANG, BANTEN, JAWA BARAT
RESPON DINAMIK SISTEM CONVENTIONAL BUOY MOORING DI SEKITAR PULAU PANJANG, BANTEN, JAWA BARAT Aninda Miftahdhiyar 1) dan Krisnaldi Idris, Ph.D 2) Program Studi Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan
Lebih terperinciSistem Offloading Antara FPSO dan Tanker
Sistem Offloading Antara FPSO dan Tanker Aditya Hasmi Nurreza 4312100075 1. PENDAHULUAN Floating Production Storage & Offloading (FPSO) didefinisikan sebagai kapal apung yang digunakan oleh industri lepas
Lebih terperinciAnalisis Perilaku FPSO (Floating Production Storage and Offloading) Terhadap Internal Turret Mooring System Berbasis Simulasi Time Domain
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No.2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) G-162 Analisis Perilaku FPSO (Floating Production Storage and Offloading) Terhadap Internal Turret Mooring System Berbasis
Lebih terperinciJurusan Teknik Kelautan FTK ITS
Analisa Kekuatan Sisa Chain Line Single Point Mooring Pada Utility Support Vessel Oleh : Nautika Nesha Eriyanti NRP. 4308100005 Dosen Pembimbing : Ir. Mas Murtedjo, M.Eng NIP. 194912151978031001 Yoyok
Lebih terperinciANALISIS RISER INTERFERENCE KONFIGURASI STEEL CATENARY RISER AKIBAT PENGARUH GELOMBANG ACAK
ANALISIS RISER INTERFERENCE KONFIGURASI STEEL CATENARY RISER AKIBAT PENGARUH GELOMBANG ACAK Muhammad Aldi Wicaksono 1) Pembimbing : Krisnaldi Idris, Ph.D 2) Program Studi Teknik Kelautan Fakultas Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Maleo, 40 km sebelah tenggara Pulau Madura dan ±25 km sebelah selatan Pulau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maleo Producer Platform (MPP) ditempatkan pada September 2006 di blok Maleo, 40 km sebelah tenggara Pulau Madura dan ±25 km sebelah selatan Pulau Puteran, terletak
Lebih terperinciANALISIS NUMERIK CATENARY MOORING TUNGGAL
ANALISIS NUMERIK CATENARY MOORING TUNGGAL Kenindra Pranidya 1 dan Muslim Muin 2 Program Studi Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Jl Ganesha 10 Bandung 40132
Lebih terperinciANALISA STOKASTIK BEBAN-BEBAN ULTIMATE PADA SISTEM TAMBAT FPSO SEVAN STABILIZED PLATFORM
PRESENTATION FINAL PROJECT ANALISA STOKASTIK BEBAN-BEBAN ULTIMATE PADA SISTEM TAMBAT FPSO SEVAN STABILIZED PLATFORM Oleh : Fajri Al Fath 4305 100 074 Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Eko Budi Djatmiko, M.Sc.
Lebih terperinciANALISIS RESPON DINAMIK TEMPORARY TANDEM MOORING BARGE PADA FPU
ANALISIS RESPON DINAMIK TEMPORARY TANDEM MOORING BARGE PADA FPU Bagus Paramanandana 1 Rildova 2 Program Studi Magister Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum
BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Indonesia adalah salah satu negara penghasil minyak bumi. Eksplorasi minyak bumi yang dilakukan di Indonesia berada di daratan, pantai dan lepas pantai. Eksplorasi ini terkadang
Lebih terperinciPREDIKSI NUMERIK KETIDAKSTABILAN FPSO TERTAMBAT PADA MULTI BUOY AKIBAT KEGAGALAN PADA MOORING LINE
PREDIKSI NUMERIK KETIDAKSTABILAN FPSO TERTAMBAT PADA MULTI BUOY AKIBAT KEGAGALAN PADA MOORING LINE Arifin [1] Indonesian Hydrodynamic Laboratory - BPPT Email: arifinsah03@gmail.com [1] ABSTRACT An offshore
Lebih terperinciTOWER YOKE MOORING SYSTEM (TYMS) PADA FLOATING STORAGE REGASIFICATION UNIT (FSRU) LAMPUNG
NOMOR 46 TOWER YOKE MOORING SYSTEM (TYMS) PENGANTAR Tentang Proyek Floating Storage Receiving Terminal (RFSU) Floating Storage Receiving Terminal (FSRU) Lampung beroperasi menyalurkan gas ke Lampung atau
Lebih terperinciAnalisa Seakeping FPSO Dengan Sistem Tambat Turret Mooring
Analisa Seakeping FPSO Dengan Sistem Tambat Turret Mooring Berlian Arswendo Adietya ), Wisnu Wardhana 2), Aries Sulisetyono 3) Mahasiswa Program Master Pascasarjana FTK ITS() Pengajar pada Jurusan Teknik
Lebih terperinciKAJIAN NUMERIK KETIDAKSTABILAN FPSO TERTAMBAT DALAM KONDISI ALAMI KERUSAKAN PADA KONDISI MOORING LINE YANG BERBEDA
Kajian Numerik Ketidakstabilan FPSO Tertambat Dalam Kondisi Alami Kerusakan Pada Kondisi Mooring Line Yang Berbeda ( Arifin ) KAJIAN NUMERIK KETIDAKSTABILAN FPSO TERTAMBAT DALAM KONDISI ALAMI KERUSAKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber energi utama dunia yang dibentuk dari proses geologi yang sama. Sehingga, minyak dan gas bumi sering ditemukan pada
Lebih terperinciAnalisa Tegangan Lokal dan Umur Kelelahan Konstruksi Bolder pada FSO Ladinda Akibat Pengaruh Side By Side Offloading Process
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Analisa Tegangan Lokal dan Umur Kelelahan Konstruksi Bolder pada FSO Ladinda Akibat Pengaruh Side By Side Offloading Process
Lebih terperinciANALISIS RISER INTERFERENCE KONFIGURASI STEEL CATENARY RISER PADA LAUT DALAM
ANALISIS RISER INTERFERENCE KONFIGURASI STEEL CATENARY RISER PADA LAUT DALAM Gilang Muhammad Gemilang dan Krisnaldi Idris, Ph.D Program Studi Sarjana Teknik Kelautan, FTSL, ITB gmg_veteran@yahoo.com Kata
Lebih terperinciPerancangan Buoy Mooring System Untuk Loading Unloading Aframax Tanker Di Terminal Kilang Minyak Balongan
JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No. 1, (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Print) 1 Perancangan Buoy Mooring System Untuk Loading Unloading Aframax Tanker Di Terminal Kilang Minyak Balongan Rezha Afriyansyah dan
Lebih terperinci1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Bab 1
Bab 1 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam mineral di Indonesia memilik potensi yang cukup besar untuk dieksplorasi, terutama untuk jenis minyak dan gas bumi. Sumber mineral di Indonesia sebagian
Lebih terperinciDESAIN DAN ANALISIS TEGANGAN PADA SISTEM OFFSHORE PIPELINE
DESAIN DAN ANALISIS TEGANGAN PADA SISTEM OFFSHORE PIPELINE AKIBAT PENGARUH BEBAN ARUS DAN GELOMBANG LAUT DI PT. PERTAMINA (PERSERO) UNIT PENGOLAHAN VI BALONGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA *Felix Wahyu
Lebih terperinciBAB III METODE DAN ANALISIS INSTALASI
BAB III METODE DAN ANALISIS INSTALASI 3.1 UMUM Metode instalasi pipeline bawah laut telah dikembangkan dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan pada saat proses instalasi berlangsung, ketersediaan dan
Lebih terperinciKajian Buoyancy Tank Untuk Stabilitas Fixed Offshore Structure Sebagai Antisipasi Penambahan Beban Akibat Deck Extension
Kajian Buoyancy Tank Untuk Stabilitas Fixed Offshore Structure Sebagai Antisipasi Penambahan Beban Akibat Deck Extension 1 Muflih Mustabiqul Khoir, Wisnu Wardhana dan Rudi Walujo Prastianto Jurusan Teknik
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Analisis Pengaruh Variasi Jarak Horisontal antara FSRU dan LNGC saat Side by Side Offloading terhadap Perilaku Gerak Kapal
Lebih terperinciANALISA STABILITAS SUBSEA CROSSING GAS PIPELINE DENGAN SUPPORT PIPA BERUPA CONCRETE MATTRESS DAN SLEEPER
ANALISA STABILITAS SUBSEA CROSSING GAS PIPELINE DENGAN SUPPORT PIPA BERUPA CONCRETE MATTRESS DAN SLEEPER (Studi Kasus Crossing Pipa South Sumatera West Java (SSWJ) milik PT.Perusahaan Gas Negara (Persero)
Lebih terperinciRahayu Istika Dewi (1), Jusuf Sutomo (2), Murdjito (3) 1 Mahasiswa Teknik Kelautan, 2,3 Staf Pengajar Teknik Kelautan
ANALISA PERILAKU SINGLE POINT MOORING BUOY (SPM)#6 AKIBAT PERUBAHAN KONFIGURASI TALI TAMBAT DAN DAERAH OPERASI DARI PERAIRAN LAUT JAWA KE PERAIRAN PANGKALAN SUSU MILIK PT. PERTAMINA E.P. REGION SUMATERA
Lebih terperinciANALISA KEKUATAN SPREAD MOORING PADA SISTEM TAMBAT FDPSO BERBENTUK SILINDER DI PERAIRAN LEPAS PANTAI BARAT NATUNA-INDONESIA MENGGUNAKAN FEM
ANALISA KEKUATAN SPREAD MOORING PADA SISTEM TAMBAT FDPSO BERBENTUK SILINDER DI PERAIRAN LEPAS PANTAI BARAT NATUNA-INDONESIA MENGGUNAKAN FEM Ahmad Fauzan 1), Hartono Yudo 1), Muhammad Iqbal 1) 1) Program
Lebih terperinciAnalisa Resiko pada Mooring Line Point Mooring) Akibat Beban Kelelahan
Tugas Akhir Analisa Resiko pada Mooring Line SPM (Single( Point Mooring) Akibat Beban Kelelahan Oleh : Henny Triastuti Kusumawardhani (4306100018) Dosen Pembimbing : 1. Prof. Ir. Daniel M.Rosyid,Ph.D 2.
Lebih terperinciDESAIN DAN ANALISA STRUKTUR YOKE MOORING TOWER UNTUK FLOATING STORAGE OFFLOADING (FSO)
DESAIN DAN ANALISA STRUKTUR YOKE MOORING TOWER UNTUK FLOATING STORAGE OFFLOADING (FSO) Amalia Adhani, Iwan R. Soedigdo Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia ABSTRAK Floating Storage Offloading
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) G-249
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-249 Analisis On-Bottom Stability dan Local Buckling: Studi Kasus Pipa Bawah Laut dari Platform Ula Menuju Platform Uw Clinton
Lebih terperinciBAB 3 DESKRIPSI KASUS
BAB 3 DESKRIPSI KASUS 3.1 UMUM Anjungan lepas pantai yang ditinjau berada di Laut Jawa, daerah Kepulauan Seribu, yang terletak di sebelah Utara kota Jakarta. Kedalaman laut rata-rata adalah 89 ft. Anjungan
Lebih terperinciPROSEDUR PENGKAJIAN TEKNOLOGI BARU PADA SPM (SINGLE POINT MOORING) MENGGUNAKAN METODE TECHNOLOGY QUALIFICATION
THESIS PROSEDUR PENGKAJIAN TEKNOLOGI BARU PADA SPM (SINGLE POINT MOORING) MENGGUNAKAN METODE TECHNOLOGY QUALIFICATION DANU UTAMA NRP. 4114203002 DOSEN PEMBIMBING Ir. Wasis Dwi Aryawan, M. Sc., Ph. D. PROGRAM
Lebih terperinciANALISIS MID-POINT TIE-IN PADA PIPA BAWAH LAUT
ANALISIS MID-POINT TIE-IN PADA PIPA BAWAH LAUT Mulyadi Maslan Hamzah (mmhamzah@gmail.com) Program Studi Magister Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Jl Ganesha
Lebih terperinciPresentasi Tugas Akhir Surabaya, 25 Januari 2012 Jurusan Teknik Kelautan FTK - ITS
Oleh : Ahmad Agus Salim Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Daniel M. Rosyid, Ph.D., MRINA Prof. Ir. Mukhtasor,M.Eng.,Ph.D Presentasi Tugas Akhir Surabaya, 25 Januari 2012 Jurusan Teknik Kelautan FTK - ITS 1
Lebih terperinciAnalisa Concrete Block Anchor Pada Floating Breakwater
Analisa Concrete Block Anchor Pada Floating Breakwater Risandi Dwirama Putra *, Sujantoko 1, Haryo Dwito Armono 1 * Mahasiswa Teknik Kelautan, 1 Staf Pengajar Teknik Kelautan Jurusan Teknik Kelautan -
Lebih terperinciPengaruh Arah Datang Arus terhadap Beban yang Ditimbulkannya pada Tali Tambat Terminal FSO (Kajian Experimental)
Pengaruh Arah Datang Arus terhadap Beban yang Ditimbulkannya pada Tali Tambat Terminal FSO (Kajian Experimental) Wibowo HN 1, Arifin 2 1 Marine Structural Monitoring / Hydroelasticity Group 2 Ship Motion
Lebih terperinciStudi Analisis Lifting dan design padeye. Pada Jacket Wellhead Tripod Platform
Studi Analisis Lifting dan design padeye BY RIZAL Pada Jacket Wellhead Tripod Platform Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Handayanu, M.sc. Ir.J.J. Soedjono, M.Sc. Pendahuluan Perumusan masalah & tujuan Batasan
Lebih terperinci1.1 LATAR BELAKANG BAB
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam (SDA). Sebagian besar dari wilayah kepulauan Indonesia memiliki banyak cadangan minyak bumi dan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya angkat keatas. Pondasi tiang juga digunakan untuk mendukung
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Dasar Pondasi Tiang digunakan untuk mendukung bangunan yang lapisan tanah kuatnya terletak sangat dalam, dapat juga digunakan untuk mendukung bangunan yang menahan gaya angkat
Lebih terperinciAnalisis Dampak Scouring Pada Integritas Jacket Structure dengan Pendekatan Statis Berbasis Keandalan
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-191 Analisis Dampak Scouring Pada Integritas Jacket Structure dengan Pendekatan Statis Berbasis Keandalan Edit Hasta Prihantika,
Lebih terperinciAnjungan Lepas-pantai untuk Perairan Dangkal (Shallow water platform)
Jika kita terbang melintasi perairan laut Utara Jawa atau perairan sekitar Balikpapan, maka kita dapat menyaksikan beberapa bangunan yang berdiri di tengah lautan. Dan jika kita coba amati lebih cermat,
Lebih terperinciPengaruh Kedalaman Air terhadap Beban Gelombang pada Tali Tambat Terminal Tanker Floating Storage Offloading (FSO)
Pengaruh Kedalaman Air terhadap Beban Gelombang pada Tali Tambat Terminal Tanker Floating Storage Offloading (FSO) Wibowo HN Marine Structural Monitoring / Hydroelasticity Group UPT - Balai Pengkajian
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil pada studi untuk mendapatkan konfigurasi kabel yang paling efektif pada struktur SFT dan juga setelah dilakukan analisa perencanaan
Lebih terperinciPerancangan Buoy Mooring System Untuk Loading Unloading Aframax Tanker Di Terminal Kilang Minyak Balongan
Perancangan Buoy Mooring System Untuk Loading Unloading Aframax Tanker Di Terminal Kilang Minyak Balongan OLEH: REZHA AFRIYANSYAH 4109100018 DOSEN PEMBIMBING IR. WASIS DWI ARYAWAN, M.SC., PH.D. NAVAL ARCHITECTURE
Lebih terperinciBAB. 1.1 Umum ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Umum Minyak bumi, gas alam, logam merupakan beberapa contoh sumberdaya mineral yang sangat penting dan dibutuhkan bagi manusia. Dan seperti yang kita ketahui, negara Indonesia merupakan
Lebih terperinciANALISIS STRUKTUR PADEYE PADA PROSES LIFTING JACKET EMPAT KAKI DENGAN PENDEKATAN DINAMIK
ANALISIS STRUKTUR PADEYE PADA PROSES LIFTING JACKET EMPAT KAKI DENGAN PENDEKATAN DINAMIK OLEH: HENNY GUSTI PRAMITA 4309 100 007 DOSEN PEMBIMBING: Ir. Handayanu, M.Sc, Ph.D Yoyok Setyo Hadiwidodo, S.T.,
Lebih terperinciANALISA DESAIN SISTEM SS IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION (ICCP) PADA OFFSHORE PIPELINE MILIK JOB PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA
ANALISA DESAIN SISTEM SS IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION (ICCP) PADA OFFSHORE PIPELINE MILIK JOB PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA OLEH : Rizky Ayu Trisnaningtyas 4306100092 DOSEN PEMBIMBING : 1. Ir.
Lebih terperinciJumlah Anoda (N) Tahanan Kabel (R2) Tahanan Total (Rt) = Ic / Io = 21,62 / 7 = 3,1. R2 = R1 + α (T2 T1) = 0, ,00393 (30-24) = 0,02426 ohm/m
Jumlah Anoda (N) N = Ic / Io = 21,62 / 7 = 3,1 Tahanan Kabel (R2) R2 = R1 + α (T2 T1) = 0,00068 + 0,00393 (30-24) = 0,02426 ohm/m Tahanan Total (Rt) Rt = Tahanan Anoda Rectifier + Tahanan Anoda = 1,02
Lebih terperinciDosen Pembimbing: Dr.Ir. Wisnu Wardhana, SE, M.Sc. Prof.Ir.Soegiono
Presentasi Tugas Akhir Analisis Fatigue pada Konfigurasi Pipa Penyalur dengan Berbagai Variasi Sudut Kemiringan Akibat Pengaruh Vortex Induced Vibration Moh.Hafid 4305100080 Dosen Pembimbing: Dr.Ir. Wisnu
Lebih terperinciDESAIN DAN ANALISIS FREE SPAN PIPELINE
DESAIN DAN ANALISIS FREE SPAN PIPELINE Nur Khusnul Hapsari 1 dan Rildova 2 Program Studi Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesha 10 Bandung 40132
Lebih terperinciPENGKAJIAN TEKNOLOGI BARU BENTUK LAMBUNG OCTAGONAL SPM (SINGLE POINT MOORING) DENGAN PROSEDUR TECHNOLOGY QUALIFICATION
PENGKAJIAN TEKNOLOGI BARU BENTUK LAMBUNG OCTAGONAL SPM (SINGLE POINT MOORING) DENGAN PROSEDUR TECHNOLOGY QUALIFICATION Danu Utama 1, Wasis Dwi Aryawan 2 1) Program Pascasarjana Teknologi Kelautan, FTK,
Lebih terperinciPENGINAPAN TERAPUNG WADUK BATUJAI SEBAGAI FASILITAS PENUNJANG KEGIATAN WISATA DI PULAU LOMBOK
PENGINAPAN TERAPUNG WADUK BATUJAI SEBAGAI FASILITAS PENUNJANG KEGIATAN WISATA DI PULAU LOMBOK Fachruddin Muchsin, Edi Hari Purwono, Chairil B. Amiuza Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Lebih terperinciStudi Pengaruh Gerak CALM Buoy Pada Sistem Tambat FPSO Brotojoyo Dengan Variasi Pre-tension Mooring Lines Terhadap Kemanan Lazy-S Riser
1 Studi Pengaruh Gerak CALM Buoy Pada Sistem Tambat FPSO Brotojoyo Dengan Variasi Pre-tension Mooring Lines Terhadap Kemanan Lazy-S Riser Ganang Ajie Pramudyo, Eko B. Djatmiko, dan Murdjito Jurusan Teknik
Lebih terperinciSensitivity Analysis Struktur Anjungan Lepas Pantai Terhadap Penurunan Dasar Laut BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber daya alam laut di Indonesia, khususnya minyak dan gas, memiliki potensi bagi Indonesia. Dalam usaha mengoptimalkan potensi tersebut perlu dilakukan pemanfaatan
Lebih terperinciANALISA PERILAKU DINAMIS STRUKTUR FLOATING WIND TURBINE (FWT) DENGAN KONDISI LINGKUNGAN DI PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU
ANALISA PERILAKU DINAMIS STRUKTUR FLOATING WIND TURBINE (FWT) DENGAN KONDISI LINGKUNGAN DI PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU Rofi uddin 1, Paulus Indiyono, Afian Kasharjanto 3, Yeyes Mulyadi 1 Mahasiswa Jurusan
Lebih terperinciPengaruh Interaksi Gelombang Arus untuk Perencanaan Beban pada Tali Tambat Terminal Tanker FSO (Sebuah Kajian Experimental)
Pengaruh Interaksi Gelombang Arus untuk Perencanaan Beban pada Tali Tambat Terminal Tanker FSO (Sebuah Kajian Experimental) Wibowo HN, Samudro Marine Structural Monitoring / Hydroelasticity Group UPT -
Lebih terperinciAnalisis Penambatan dan Gerakan Dok Apung Akibat Gaya-Gaya Luar dengan Variasi Konfigurasi Pengikatan pada Perairan Dangkal Terbatas
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-224 Analisis Penambatan dan Gerakan Dok Apung Akibat Gaya-Gaya Luar dengan Variasi Konfigurasi Pengikatan pada Perairan Dangkal
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pondasi Dalam Pondasi dalam adalah pondasi yang dipakai pada bangunan di atas tanah yang lembek. Pondasi ini umumnya dipakai pada bangunan dengan bentangan yang cukup lebar, salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu struktur yang mampu menahan beban impact dari kapal yang akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT Bhakti Energy Persada (BEP) merupakan sebuah perusahaan tambang batu bara yang berlokasi di Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan
Lebih terperinciStudi Analisis Lifting dan Design Padeye pada pengangkatan Deck Jacket Wellhead Tripod Platform menggunakan Floating Crane Barge
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Studi Analisis Lifting dan Design Padeye pada pengangkatan Deck Jacket Wellhead Tripod Platform menggunakan Floating Crane Barge Rizal, Handayanu, dan J.J.
Lebih terperinciANALISIS STRUKTUR PENYANGGA SISTEM TERAPUNG UNTUK TURBIN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ARUS PASANG SURUT
ANALISIS STRUKTUR PENYANGGA SISTEM TERAPUNG UNTUK TURBIN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ARUS PASANG SURUT Michael Binsar Lubis Pembimbing : Krisnaldi Idris, Ph.D 2 Program Studi Teknik Kelautan Fakultas Teknik
Lebih terperinciAnalisis Fatigue Top Side Support Structure Silindris Seastar Tension Leg Platform (TLP) Akibat Beban Lingkungan North Sea
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 G-207 Analisis Fatigue Top Side Support Structure Silindris Seastar Tension Leg Platform (TLP) Akibat Beban Lingkungan North Sea Mirba H. Dwi
Lebih terperinciAnalisa Tegangan pada Vertical Subsea Gas Pipeline Akibat Pengaruh Arus dan Gelombang Laut dengan Metode Elemen Hingga
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-15 Analisa Tegangan pada Vertical Subsea Gas Pipeline Akibat Pengaruh Arus dan Gelombang Laut dengan Metode Elemen Hingga Rafli
Lebih terperinciAnalisa Perbandingan Teknis dan Ekonomis Penggunaan Belt dan Roda Gigi pada Kapal Keruk 30 m
Analisa Perbandingan Teknis dan Ekonomis Penggunaan Belt dan Roda Gigi pada Kapal Keruk 30 m Oleh : Wanda Astri Riandini 4211 105 001 Dosen Pembimbing 1 : Ir. Agoes Santoso, M.Sc, M.Phil, C.Eng Jurusan
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 G-340 Analisa Pengaruh Variasi Tanggem Pada Pengelasan Pipa Carbon Steel Dengan Metode Pengelasan SMAW dan FCAW Terhadap Deformasi dan Tegangan
Lebih terperinciAnalisis Risiko Pemuatan LNG Pada FSRU Dan Jalur Pipa Gas Menuju ORF
Analisis Risiko Pemuatan LNG Pada FSRU Dan Jalur Pipa Gas Menuju ORF I Made Bayu Sukma Firmanjaya, Ketut Buda Artana, A.A.B Dinariyana DP Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan,
Lebih terperinciAnalisis Tegangan Lokal Konstruksi Windlass pada Bow FSO Akibat Pengaruh Modifikasi Sistem Offloading
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) 1-6 1 Analisis Tegangan Lokal Konstruksi Windlass pada Bow FSO Akibat Pengaruh Modifikasi Sistem Offloading Irawati, Mas Murtedjo, dan Yoyok Setyo H Jurusan Teknik
Lebih terperinciPENGARUH DIMENSI, KEDALAMAN, DAN RASIO KELANGSINGAN TERHADAP KAPASITAS DUKUNG LATERAL DAN DEFLEKSI PADA TIANG PANCANG SPUN PILE ABSTRAK
PENGARUH DIMENSI, KEDALAMAN, DAN RASIO KELANGSINGAN TERHADAP KAPASITAS DUKUNG LATERAL DAN DEFLEKSI PADA TIANG PANCANG SPUN PILE Endang Elisa Hutajulu NRP: 1221074 Pembimbing: Ir. Herianto Wibowo, M.Sc.
Lebih terperinciBAB VIII PENUTUP Kesimpulan
213 BAB VIII PENUTUP 8.1. Kesimpulan Dari analisa Perencanaan Struktur Baja Dermaga Batu Bara Meulaboh Aceh Barat provinsi DI Aceh, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari analisa penetapan
Lebih terperinciPIPELINE STRESS ANALYSIS PADA ONSHORE DESIGN JALUR PIPA BARU DARI CENTRAL PROCESSING AREA(CPA) JOB -PPEJ KE PALANG STATION DENGAN PENDEKATAN CAESAR
P3 PIPELINE STRESS ANALYSIS PADA ONSHORE DESIGN JALUR PIPA BARU DARI CENTRAL PROCESSING AREA(CPA) JOB -PPEJ KE PALANG STATION DENGAN PENDEKATAN CAESAR II P3 PIPELINE STRESS ANALYSIS ON THE ONSHORE DESIGN
Lebih terperinciDESAIN DAN ANALISIS TEGANGAN PADA SISTEM PERPIPAAN LEPAS PANTAI UNTUK SPM 250,000 DWT
Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi DESAIN DAN ANALISIS TEGANGAN PADA SISTEM PERPIPAAN LEPAS PANTAI UNTUK SPM 250,000 DWT *Toni Prahasto a, Djoeli Satrijo a, I Nyoman
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II A. Konsep Pemilihan Jenis Struktur Pemilihan jenis struktur atas (upper structure) mempunyai hubungan yang erat dengan sistem fungsional gedung. Dalam proses desain struktur perlu dicari kedekatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di perairan laut Utara Jawa atau perairan sekitar Balikpapan, terdapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di perairan laut Utara Jawa atau perairan sekitar Balikpapan, terdapat beberapa bangunan yang berdiri di tengah lautan, dengan bentuk derek-derek ataupun bangunan
Lebih terperinciMainas Ziyan Aghnia ( ) Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Eko Budi Djatmiko, M.Sc., Ph.D. Ir. Murdjito, M.Sc.Eng. Company. Click to add subtitle
Proposal Tugas Akhir Analisis Operabilitas FSRU PGN Akibat Beban Lingkungan Mainas Ziyan Aghnia (4309.100.071) Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Eko Budi Djatmiko, M.Sc., Ph.D. Ir. Murdjito, M.Sc.Eng Company
Lebih terperinciPERENCANAAN FIXED TRIPOD STEEL STRUCTURE JACKET PADA LINGKUNGAN MONSOON EKSTRIM
PERENCANAAN FIXED TRIPOD STEEL STRUCTURE JACKET PADA LINGKUNGAN MONSOON EKSTRIM Edwin Dwi Chandra, Mudji Irmawan dan Murdjito Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi
Lebih terperinciSTUDI SELEKSI KONFIGURASI MULTI BUOY MOORING DENGAN KONDISI EKSTREM BERBASIS KEANDALAN
STUDI SELEKSI KONFIGURASI MULTI BUOY MOORING DENGAN KONDISI EKSTREM BERBASIS KEANDALAN Ahmad Komarudin (1), Daniel M. Rosyid (2), J.J. Soedjono (2) 1 Mahasiswa Teknik Kelautan, 2 Staf Pengajar Teknik kelautan
Lebih terperinciKajian Buoyancy Tank Untuk Stabilitas Fixed Offshore Structure Tipe Tripod Platform saat Kinerja Pondasi Pile Menurun
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Kajian Buoyancy Tank Untuk Stabilitas Fixed Offshore Structure Tipe Tripod Platform saat Kinerja Pondasi Menurun Herdanto Praja Utama, Wisnu Wardana dan
Lebih terperinciPERBANDINGAN DAYA DUKUNG AKSIAL TIANG PANCANG TUNGGAL BERDASARKAN DATA SONDIR DAN DATA STANDARD PENETRATION TEST
PERBANDINGAN DAYA DUKUNG AKSIAL TIANG PANCANG TUNGGAL BERDASARKAN DATA SONDIR DAN DATA STANDARD PENETRATION TEST Oleh: Immanuel Panusunan Tua Panggabean 1) 1) Universitas Quality, Jl.Ring Road No.18 Ngumban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alternatif ruas jalan dengan melakukan pembukaan jalan lingkar luar (outer ring road).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai Program Pemerintah untuk meluaskan suatu daerah serta memberikan alternatif ruas jalan dengan melakukan pembukaan jalan lingkar luar (outer ring road). Dan dengan
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR BETON DOCK GALI ( GRAVING DOCK ) PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG
TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR BETON DOCK GALI ( GRAVING DOCK ) PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Strata 1 ( S 1 ) Pada
Lebih terperinciTIPE DERMAGA. Dari bentuk bangunannya, dermaga dibagi menjadi dua, yaitu
DERMAGA Peranan Demaga sangat penting, karena harus dapat memenuhi semua aktifitas-aktifitas distribusi fisik di Pelabuhan, antara lain : 1. menaik turunkan penumpang dengan lancar, 2. mengangkut dan membongkar
Lebih terperinciDosen Pembimbing: Prof. Ir. Eko Budi Djatmiko, M. Sc. Ph. D. NIP dan NIP
PRESENTASI TUGAS AKHIR (P3) oleh: lh Augene Mahdarreza (4305 100 009) Dosen Pembimbing: Prof. Ir. Eko Budi Djatmiko, M. Sc. Ph. D. NIP. 195812261984031002 dan Ir. Joswan Jusuf Soedjono, M. Sc. NIP. 130
Lebih terperinciPerancangan Dermaga Pelabuhan
Perancangan Dermaga Pelabuhan PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kompetensi mahasiswa program sarjana Teknik Kelautan dalam perancangan dermaga pelabuhan Permasalahan konkret tentang aspek desain dan analisis
Lebih terperinciEVALUASI DAYA DUKUNG TIANG PANCANG BERDASARKAN METODE DINAMIK
EVALUASI DAYA DUKUNG TIANG PANCANG BERDASARKAN METODE DINAMIK Harnedi Maizir 1, Hendra Jingga 2, dan Nopember Toni 3 1 Jurusan Teknik Sipil Sekolah Tinggi Teknologi Pekanbaru 2 dan 3 Jurusan Teknik Sipil,
Lebih terperinciSTUDI PERBANDINGAN PERANCANGAN PONDASI DANGKAL DENGAN MENGGUNAKAN EUROCODE 7 TERHADAP NAVFAC ABSTRAK
STUDI PERBANDINGAN PERANCANGAN PONDASI DANGKAL DENGAN MENGGUNAKAN EUROCODE 7 TERHADAP NAVFAC Sartika Yuni Saputri 0821029 Pembimbing: Ibrahim Surya, Ir., M. Eng. ABSTRAK Beberapa peraturan pondasi dangkal
Lebih terperinciPerancangan Struktur Jacket dantopside Anjungan Lepas Pantai Ditinjau dari Analisis Inplace
Reka Racana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Sipil Itenas No.x Vol. Xx Agustus 2015 Perancangan Struktur Jacket dantopside Anjungan Lepas Pantai Ditinjau dari Analisis Inplace YUNIZAR PUTRA
Lebih terperinciJurnal Teknik Perkapalan - Vol. 4, No. 3 Juli
ANALISA KEKUATAN KONSTRUKSI JACKET PLATFORM TERHADAP BEBAN GRAVITASI DAN INTERFERENSI LINGKUNGAN DI PERAIRAN MADURA MENGGUNAKAN FEM Veriyanto, Hartono Yudo, Berlian Arswendo A. Program Studi S1 Teknik
Lebih terperinciIr. Imam Rochani, M,Sc. Prof. Ir. Soegiono
Analisa Integritas Pipa milik Joint Operation Body Pertamina- Petrochina East Java saat Instalasi Oleh Alfariec Samudra Yudhanagara 4310 100 073 Dosen Pembimbing Ir. Imam Rochani, M,Sc. Prof. Ir. Soegiono
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) G-189
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-189 Analisis On-Bottom Stability Offshore Pipeline pada Kondisi Operasi: Studi Kasus Platform SP menuju Platform B1C/B2c PT.
Lebih terperinciANALISIS KEKUATAN PIPA BAWAH LAUT TERHADAP KEMUNGKINAN KECELAKAAN AKIBAT TARIKAN JANGKAR KAPAL
1 ANALISIS KEKUATAN PIPA BAWAH LAUT TERHADAP KEMUNGKINAN KECELAKAAN AKIBAT TARIKAN JANGKAR KAPAL Muhammad R. Prasetyo, Wisnu Wardhana, Handayanu Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut
Lebih terperinciANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR BAGIAN BAWAH DERMAGA PONTON DI BABO PAPUA BARAT
ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR BAGIAN BAWAH DERMAGA PONTON DI BABO PAPUA BARAT Ilman Kurniadi 1 dan Muslim Muin Program Studi Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung,
Lebih terperinciBAB VII TINJAUAN KHUSUS AXIAL LOADING TEST DAN PILE DRIVING ANALYZER
BAB VII TINJAUAN KHUSUS AXIAL LOADING TEST DAN PILE DRIVING ANALYZER 7.1 Axial Loading Test Pengujian pada pondasi Bored Pile dilakukan untuk memastikan Bored Pile yang sudah dikerjakan menurut desain
Lebih terperinciPROPOSAL TUGAS AKHIR. d. Jumlah SKS yang telah lulus e. IPK rata-rata :
PROPOSAL TUGAS AKHIR I. RINGKASAN 1. PENGUSUL a. Nama Mahasiswa : Rizki Kresna Wibowo b. NRP : 431200057 c. Batas Waktu Studi : 8 Semester d. Jumlah SKS yang telah lulus : 135 e. IPK rata-rata : 3.18 2.
Lebih terperinciPerancangan Konstruksi Turbin Angin di Atas Hybrid Energi Gelombang Laut
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-168 Perancangan Konstruksi Turbin Angin di Atas Hybrid Energi Gelombang Laut Musfirotul Ula, Irfan Syarief Arief, Tony Bambang
Lebih terperinciDAFTAR NOTASI. F wv. ( ω) ε i a i. D ij M jk A jk B jk C jk F j T p H s S R. m o. = amplitudo gelombang
DAFTAR NOTASI F wv (1) (t) F wv (1) (ω) ε i a i S(ω) D ij M jk A jk B jk C jk F j T p H s S(ω) γ τ S R S(ω) m o η η ( ω) = gaya gelombang first order tergantung waktu = gaya exciting gelombang first order
Lebih terperinciPEMILIHAN JENIS DAN SPESIFIKASI PONDASI (STUDI KASUS: FLYOVER PETERONGAN, JOMBANG, JAWA TIMUR) Abstrak
PEMILIHAN JENIS DAN SPESIFIKASI PONDASI (STUDI KASUS: FLYOVER PETERONGAN, JOMBANG, JAWA TIMUR) Hendriawan Kurniadi, Tommy Ilyas Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Univeritas Indonesia Abstrak
Lebih terperinci4.1. DEFINISI DASAR 4.2. FASILITAS UTAMA DAN FASILITAS DASAR PERAIRAN
BAB 4. FASILITAS PELABUHAN 4.1. DEFINISI DASAR Secara umum yang dimaksud sebagai fasilitas dasar atau infrastruktur pelabuhan adalah struktur konstruksi bangunan yang menunjang kegiatan pelabuhan yang
Lebih terperinciNama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir
Tugas Akhir PERENCANAAN JEMBATAN BRANTAS KEDIRI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM BUSUR BAJA Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : 3109100096 Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung
Lebih terperinciJURUSAN TEKNIK PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011
KAJIAN A AWAL A DESAIN BUCKET WHEEL DREDGER R Nurasikin NRP 4107100016 Dosen Pembimbing : Ir. Wasis Dwi Aryawan, M.Sc, Ph.D 19640210 198903 1 001 JURUSAN TEKNIK PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT
Lebih terperinciBAB IV DASAR TEORI 4.1 Sistem Pengkondisian Udara
24 BAB IV DASAR TEORI 4.1 Sistem Pengkondisian Udara Sistem pengkondisian udara adalah usaha untuk mengatur temperatur dan kelembaban udara agar menghasilkan kenyamanan termal (thermal comfort) bagimanusia.
Lebih terperinciStudi Perancangan Sistem Konstruksi Kapal Liquified Natural Gas (LNG) CBM
Studi Perancangan Sistem Konstruksi Kapal Liquified Natural Gas (LNG) 30.000 CBM Zamzamil Huda Abstrak Sering kali dalam perancangan dan pembuatan kapal baru mengalami kelebihan dan pengurangan berat konstruksi
Lebih terperinci