BAB II MOTIVASI DAN ORANG TUA. motivasi dapat didefinisikan sebagai kondisi internal yang memunculkan, mengarahkan, dan menjaga sebuah perilaku.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II MOTIVASI DAN ORANG TUA. motivasi dapat didefinisikan sebagai kondisi internal yang memunculkan, mengarahkan, dan menjaga sebuah perilaku."

Transkripsi

1 BAB II MOTIVASI DAN ORANG TUA A. Motivasi 1. Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari kata Latin moveers yang berarti menggerakan. Kata motivasi lalu diartikan sebagai usaha menggerakan. Secara istilah motivasi dapat didefinisikan sebagai kondisi internal yang memunculkan, mengarahkan, dan menjaga sebuah perilaku. 1 Motivasi merupakan dorongan psikis dari dalam diri seseorang yang menyebabkan ia berlaku secara tertentu, terutama di dalam suatu lingkungan. 2 Motivasi dapat juga dikatakan suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. 3 Abdul Rahman Shaleh menjelaskan bahwa motivasi dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan. Pada titik ini, motivasi menjadi daya penggerak perilaku sekaligus menjadi 1 Esa Nur Wahyuni, Motivasi Dalam Pembelajaran (Malang: UIN-Malang Press, 2010), hlm Dwi Indrianti, Masalah Bina Diknakes (Jakarta: PT. Wahana Multiguna Mandiri, 2003), hlm.22 hlm Chatidjah Hasan, Dimensi-dimensi Psikologi Pendidikan (Surabaya: Al-Ikhlas, 1994), 16

2 penentu perilaku. Motivasi juga dapat dikatakan sebagai suatu konstruk teoritis mengenai terjadinya perilaku meliputi pengaturan, pengarahan, dan tujuan dari perilaku. 4 Oemar Hamalik menjelaskan bahwa dalam motivasi terdapat tiga unsur yang saling terkait, yaitu: Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi, Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan. Mulamula merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan suatu emosi. Suasana emosi ini menimbulkan kelakuan yang bermotif, dan Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang bermotivasi mengadakan respon-respon yang tertuju kearah suatu tujuan Fungsi Motivasi Beberapa pendapat dari para ahli tentang fungsi motivasi diantaranya menurut Syaeful Bahri Djamarah menjelaskan ada tiga fungsi motivasi: 1) Motivasi sebagai pendorong perbuatan. Motivasi berfungsi sebagai pendorong untuk mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik ambil dalam rangka belajar. 2) Motivasi sebagai penggerak perbuatan. Dorongan psikologis melahirkan sikap terhadap anak didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung,yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik. 4 Abdul Rahman Shaleh, Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam (Jakarta: Kencana, 2009), hlm Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Bumi Aksara, 2001), hlm

3 3) Motivasi sebagai pengarah perbuatan. Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan. 6 Menurut Ngalim Purwanto, dalam bukunya Psikologi Pendidikan, menjelaskan bahwa ada tiga fungsi motivasi: 1) Motivasi mengarahkan dan mengatur tingkah laku manusia. Motivasi sering diasumsikan sebagai pembimbing, pengarah, dan berorientasi pada tujuan, sehingga tingkah laku yang termotivasi akan bergerak dalam suatu arah secara spesifik. Tingkah laku tersebut memiliki maksud, ketekunan, dan kegigihan. 2) Motivasi sebagai penyeleksi tingkah laku. Dengan adanya motivasi, maka tingkah laku individu mempunyai arah kepada tujuan yang dipilih oleh individu itu sendiri. 3) Motivasi memberi energi dan menahan tingkah laku. Motivasi sebagai alasan perbuatan, berarti menjadi tenaga pendorong dan peningkatan tenaga sehingga terjadilah perbuatan yang tampak pada organisme. Motivasi juga berfungsi untuk mempertahankan agar perbuatan (minat) dapat berlangsung terus (lebiih lama) Tujuan Motivasi Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta:Rineka Cipta, 2002) hlm. 7 Esa Nur Wahyuni, Op Cit., hlm

4 atau tujuan tertentu. Bagi seorang guru, tujuan motivasi adalah untuk menggerakan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan di dalam kurikulum sekolah. Tindakan memotivasi akan lebih dapat berhasil jika tujuannya jelas dan didasari oleh yang dimotivasi serta sesuai dengan kebutuhan orang yang dimotivasi Teori Motivasi a. Teori Hedonisme Hedone adalah bahasa Yunani yang berarti kesukaan, kesenangan, atau kenikmatan. Hedonisme adalah suatu aliran di dalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan yang bersifat duniawi. Menurut pandangan Hedonisme, manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang mementingkan kehidupan yang penuh kesenangan dan kenikmatan. Oleh karena itu setiap menghadapi persoalan, manusia lebih memilih menyelesaikannya dengan sesuatu yang dapat mendatangkan kesenangan. Implikasi dari teori ini adalah adanya anggapan bahwa semua orang akan cenderung menghindari hal-hal yang sulit dan hlm M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997), 19

5 menyusahkan, atau yang mengandung resiko berat, dan lebih suka melakukan sesuatu yang mendatangkan kesenangan baginya. 9 b. Teori Naluri Naluri merupakan suatu kekuatan biologis bawaan, yang memengaruhi anggota tubuh untuk berlaku dengan cara tertentu dalam keadaan tepat. Sehingga semua pemikiran dan perilaku manusia merupakan hasil dari naluri yang diwariskan dan tidak ada hubungannya dengan akal. Menurut teori ini, seseorang tidak memilih tujuan dan perbuatan, akan tetapi dikuasai oleh kekuatan-kekuatan bawaan, yang menentukan tujuan dan perbuatan yang akan dilakukan. 10 M. Ngalim Purwanto menjelaskan bahwa pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok yang disebut juga naluri, yaitu, (1) Naluri mempertahankan diri (2) Naluri mengembangkan diri, dan (3) Naluri mengembangkan atau mempertahankan jenis. Kebiasaankebiasaan ataupun tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia yang diperbuatnya sehari-hari mendapat dorongan atau digerakkan oleh ketiga naluri tersebut. c. Teori Reaksi yang Dipelajari Teori ini beranggapan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak berdasarkan naluri-naluri, tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. Orang belajar paling banyak dari lingkungan kebudayaan di tempat ia hidup 9 Ibid., hlm Abdul Rahman Shaleh, Op Cit., hlm

6 dan dibesarkan. Oleh karena itu, teori ini disebut juga teori lingkungan kebudayaan. d. Teori Daya Pendorong Teori ini merupakan perpaduan antara teori naluri dan teori reaksi yang dipelajari. Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Misalnya, suatu daya pendorong pada jenis kelamin yang lain, semua orang dalam semua kebudayaan mempunyai daya pendrong pada jenis kelamin yang lain. Namun, cara-cara yang digunakan dalam mengejar kepuasan terhadap daya pendorong tersebut berlain-lainan bagi tiap individu menurut latar belakng kebudayaan masing-masing. 11 e. Teori Kebutuhan Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun psikis. Menurut Maslow, manusia memiliki lima tingkat kebutuhan, yaitu: 1) Kebutuhan fisiologis, kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar, yang bersifat primer dan vital, yang menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar dari organisme manusia seperti kebutuhan akan pangan, sandang dan papan, dan sebagainya. 11 M. Ngalim Purwanto, Op Cit., hlm

7 2) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (safety and security) seperti terjamin keamanannya, terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit, perang, kemiskinan, perlakuan tidak adil, dan sebagainya. 3) Kebutuhan sosial (social needs) yang meliputi antara lain kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan dan kerja sama. 4) Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs) termasuk kebutuhan dihargai karena prestasi, kemampuan, kedudukan atau status, pangkat, dan sebagainya. 5) Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization) antara lain seperti kebutuhan mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara maksimum, kreatifitas, dan ekspresi diri. 12 f. Teori Atribusi Atribusi ialah suatu hal atau keadaan yang dikaitkan dengan (dijadikan alasan terhadap) kesuksesan atau kegagalan dalam suatu aktivitas. Perilaku seseorang ditentukan oleh bagaimana ia menafsirkan atau berusaha mengerti apa yang melatar belakangi peristiwa-peristiwa yang terjadi disekitarnya. 13 g. Teori Psikoanalitik Teori ini berpendapat bahwa setiap tindakan manusia berkaitan dengan unsur-unsur kejiwaan yang ada pada diri manusia. Bahwa setiap 12 Ibid., hlm Abdul Rahman Shaleh, Op Cit., hlm

8 tindakan manusia karena adanya unsur pribadi manusia yakni id dan ego. Tokoh dari teori ini adalah Freud Macam-macam Motivasi Pendapat mengenai klasifikasi motivasi itu ada bermacam-macam. Seperti halnya menurut Chaplin, motivasi dapat di bagi menjadi dua, yaitu physiological drive dan social motives. Physiological motives ialah dorongan-dorongan yang bersifat fisik, seperti lapar, haus, seks, dan sebagainya. Social motives adalah dorongan-dorongan yang berhubungan dengan orang lain, seperti estetis, dorongan ingin selalu berbuat baik, dan etis. 15 Motivasi juga dibedakan dari beberapa sudut pandang, diantaranya: a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya 1) Motif-motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, motifmotif ini sering diisyaratkan secara biologis. 2) Motif-motif yang dipelajari, maksudnya yaitu motif-motif yang timbul karena dipelajari. b. Motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis 1) Motif atau kebutuhan organis, misalnya seperti kebutuhan untuk makan, minum, bernafas dan sebagainya. 2) Motif-motif darurat, misalnya dorongan untuk menyelamatkan diri, membalas, dan sebagainya. 14 Sardiman A. M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 15 Abdul Rahman Shaleh, Op Cit., hlm

9 3) Motif-motif objektif, motif-motif ini muncul karena adanya dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif. 16 c. Motivasi Jasmaniah dan Rohaniah Motivasi menurut beberapa ahli ada yang menggolongkan jenis motivasi menjadi dua jenis yakni motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah. Yang termasuk motivasi jasmaniah seperti misalnya: reflek, instink otomatis. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah adalah kemauan. 17 d. Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik 1) Motivasi Intrinsik, adalah motivasi yang berasal dari diri seseorang itu sendiri tanpa dirangsang dari luar. 2) Motivasi Ekstrinsik, adalah motivasi yang datang karena adanya rangsangan dari luar. 18 B. Orang Tua 1. Pengertian Orang tua Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, orang tua diartikan sebagai Ayah dan Ibu. 19 Menurut Kartini Kartono, orang tua adalah persekutuan hidup primer dan dialami di antara seorang pria dan wanita yang diikat oleh tali perkawinan atau cinta kasih yang di dalamnya terdapat unsur hlm Syaeful Bahri Djamaroh, Psikologi Belajar (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hlm Hamzah B. Uno, Teori Motivasi & Pengukurannya (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), 18 Ibid. hlm Departemen Pendidikan Nasional, Op Cit., hlm

10 hakiki yang sama, yaitu saling ketergantungan, membutuhkan, melengkapi sesuai dengan kodratnya masing-masing. 20 Sukirin menerangkan bahwa, orang tua adalah ayah dan ibu yang merupakan pusat kehidupan rohaniyah dan sebagai penyebab berkembangnya dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya dikemudian hari berpengaruh oleh sikapnya terhadap orang tuanya di permulaan hidupnya dulu. 21 Menurut Hery Nur Aly orang tua adalah orang dewasa yang pertama memikul tanggung jawab pendidikan sebab secara alamiah anak pada masa-masa awal kehidupannya berada di tengah-tengah ayah dan ibunya, dari merekalah anak mengenal pendidikan. Dasar-dasar pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup banyak tertanam sejak anak berada di tengah-tengah orang tuanya. Orang tua dapat mengenalkan kepada anaknya segala hal yang mereka ingin beritahukan kepada anak atau anak sendiri yang ingin mengetahuinya. 22 Orang tua adalah pendidik bagi anak-anaknya, karena secara kodrati bapak dan ibu diberi anugrah oleh tuhan berupa naluri orang tua. Karena naluri ini timbul rasa kasih sayang dan merasa bertanggung jawab untuk memelihara, mengawasi, dan melindungi serta mengawasi anak-anak mereka Kartini kartono, Tinjauan Politik Mengenai Sistem Pendidikan Nasional, Beberapa Kritik dan sugesti, Cet.1, (Jakarta: Paramita, 1997), hlm Sukirin, Pokok-pokok Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: FIP IKIP, 1979), hal Hery Nur Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), hal Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal

11 2. Peran dan Tanggung Jawab Orang Tua a. Peran orang tua Kehidupan anak tak lepas dari keluarga karena sebagian banyak waktu yang dilalui anak ada dalam keluarga. Karenanya orang tua memiliki peran penting. 1) Peran Ibu Pada kebanyakan keluarga, ibu yang memegang peran penting terhadap anaknya. Ada beberapa peran ibu yaitu: Sumber dan pemberi rasa kasih sayang. Pengasuh dan pemelihara. Tempat mencurahkan isi hati. Pengatur kehidupan dalam rumah tangga. Pembimbing hubungan pribadi. Pendidik dari segi-segi emosional. 2) Peran ayah Ayah juga memegang peran penting dalam keluarga. Anak memandang ayahnya sebagai orang yang tinggi prestasinya. Kegiatan ayah terhadap pekerjaanya sehari-hari sungguh besar pengaruhnya kepada anak. Ada beberapa peran ayah, yaitu: Sumber kekuasaan di dalam keluarga. Penghubung intern keluarga dengannmasyarakat atau dunia luar. Pemberi perasaan aman bagi seluruh anggota keluarga. Pelindung terhadap ancaman dari luar. 26

12 Hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan. Pendidik dalam segi-segi rasional. 24 b. Tanggung Jawab Orang Tua Faktor yang sangat penting dalam mendidik anak terletak pada pundak orang tua. Anak dilahirkan ke dunia dalam keadaan fitrah, seorang anak sewaktu dilahirkan belum bisa mengetahui baik dan buruk suatu tingkah laku, sedangkan yang membina anak untuk menentukan anak menjadi baik dan buruk di masa remaja adalah orang tuanya. Orang tua adalah orang yang pertama kali bertanggung jawab kepada anak-anaknya, yaitu bertanggung jawab secara material, spiritual dan psikologis. Orang tua adalah pembinaan pribadi yang pertama dalam hidup anak. Anak merupakan amanat Allah bagi kedua orang tuanya, ia mempunyai jiwa yang suci dan cemerlang. Bila ia sejak kecil dibiasakan dengan baik, ia tumbuh dan berkembang menjadi baik pula, dan sebaliknya apabila ia di biasakan buruk maka anak akan berbuat buruk pula. Orang tua mempunyai banyak tanggung jawab kepada anak, diantaranya: 1) Tanggung Jawab Masalah Ekonomi Kebutuhan anak terdiri dari kebutuhan jasmani dan rohani. Karena anak belum bisa memenuhi kebutuhannya sendiri, maka orang tua harus memenuhi segala kebutuhannya. Kebutuhan jasmani 24 M.Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2000), hal

13 anak seperti tempat tinggal, makan, dan pakaian. Kebutuhan jasmani anak diatur dari kandungan ibu agar anak selalu sehat dengan cara memberi makan yang sehat, bergizi dan halal. 2) Tanggung Jawab Masalah Pendidikan Tanggung jawab orang tua pada anaknya yang menjadi perhatian utama adalah masalah pendidikan, salah satu kewajiban orang tua kepada ankanya termasuk mendidik budi pekerti yang baik. Orang tua harus bertanggung jawab atas pendidikan anaknya, karena bahagia atau celakanya seorang anak terletak ditangan orang tuanya. Sebagaimana pendapat Zakiyah Daradjat, pendidikan banyak menentukan kehidupan seseorang, apakah ia akan menderita ataukah ia akan menjadi orang yang baik. Pendidikan yang akan menentukan apakah anak akan menjadi orang yang cinta pada bangsa dan tanah air ataukah akan menjadi penghianat bangsa dan negara. Demikian pula kepercayaan kepada Tuhan dan ketekunan beragama ditentukan pula oleh pendidikan yang dilaluinya sejak kecil. 25 3) Orang Tua Sebagai Penolong dan Pemelihara Orang tua sebagai pemelihara keluarga berarti orang tua harus memelihara keselamatan dan kehidupan keluarga baik moril atau materil yang dibutuhkan oleh keluarga. Dengan jalan memberikan 25 Zakiyah Daradjat, Kesehatan Mental (Jakarta: Gunung Agung, 1988), hal

14 bantuan berupa mencari nafkah, memberikan perlindungan dari berbagai macam ancaman baik yang datang dari luar atau dari dalam keluarga yang akan merugikan kehidupan anggota keluarga. Kewajiban orang tua lainya yang harus dipenuhi dengan sungguhsungguh adalah memenuhi hak anak. Hak-hak anak sangat banyak diantaranya adalah: 1) Hak Nasab Nasab adalah hubungan darah antara seorang anak dengan ayah dan ibu, karena sebab-sebab yang sah menurut syara, yaitu jika si anak dilahirkan atas dasar perkawinan dan dalam kandungan tertentu yang oleh syara diakui keabsahannya. Dengan demikian, setiap anak yang lahir langsung dinasabkan kepada ayahnya untuk lebih menguatkan perkawinan kedua orang tuanya. Salah satu contoh dari hak nasab ini adalah hak penyusuan di mana setiap bayi yang lahir berhak atas susuan pada periode tertentu dalam kehidupan, yaitu periode pertama ketika ia hidup. Adalah suatu fitrah bahwa ketika bayi dilahirkan ia membutuhkan makanan yang paling cocok dan paling baik untuknya, yaitu air susu ibu. 2) Hak Pemeliharaan Anak berhak mendapatkan asuhan, yaitu memperoleh pendidikan dan pemeliharaan untuk mengurus makan, minum, pakaian dan kebersihannya pada periode kehidupan pertama (sebelum ia dewasa). Yang dimaksud pemeliharaan di sini dapat 29

15 berupa pengawasan dan penjagaan terhadap keselamatan jasmani dan rohani anak dari segala macam bahaya yang mungkin dapat menimpanya agar tumbuh secara wajar. Anak juga membutuhkan pelayanan yang penuuh kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan tempat tinggal dan pakaian. Oleh karena itu, pada usia balita seorang anak belum mempunyai kemampuan, sehingga kehidupan mereka sangat tergantung pada ayah dan ibunya. Hak asuh bagi anak adalah agar dirawat dengan penuuh kasih sayang, diperhatikan dan dipilihkan makanan dan minuman yang baik serta dilindungi dari berbagai penyakit demi kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan hidupnya. Dengan kasih sayang, anak akan tumbuh dengan kepribadian yang sempurna dan sehat sehingga menghasilkan orang-orang yang baik. Dengan memperhatikan makanan, minuman, dan kesehatannya berarti akan menciptakan orang-orang yang sehat, kuat jasmani dan rohaninya. 3) Hak mendapatkan nafkah Anak berhak mendapatkan nafkah, yaitu pemenuhan kebutuhan pokok. Nafkah terhadap anak adalah untuk kelangsungan hidup dan pemeliharaan kesejahteraanya. Dengan demikian anak terhindar dari kesengsaraan hidup di dunia karena mendapatkan kasih sayang orang tuanya melalui pemberian nafkah tersebut. Hak mendapatkan nafkah merupakan akibat dari nasab, yaitu nasab 30

16 seorang anak terhadap ayahnya menjadikan anak berhak mendapatkan nafkah dari ayahnya. 4) Hak Mendapatkan Pendidikan Orang tua memiliki kewajiban untuk memenuhi hak pendidikan atas anaknya. Dengan pendidikan, anak dapat mengembangkan potensi-potensi dan bakat yang ada pada dirinya. Sehingga ia akan menjadi generasi-generasi yang kuat, kuat dari faktor psikologis maupun fisiologis. Seprang anak merupakan generasi penerus dari generasi sebelumnya. Setiap generasi ke generasi akan memiliki pengaruh yang ditimbulkan dari generasi sebelumnya, generasi yang lemah akan mewariskan kelemahan kepada generasi berikutnya begitu juga dengan generasi yang kuat akan mewariskan kekuatan kepada generasi sesudahnya. Dengan memenuhi hak anak atas pendidikan diharapkan akan menjadi generasi yang kuat yang dapat mewariskan kekuatan pada generasi berikutnya. Dalam pendidikan ilmiah, orang tua memiliki fungsi sebagai guru pertama sebelum sang anak dilepas kepada guru disekolahnya. Orang tua terlebih dahulu harus membekali mereka dengan pemahaman yang benar, memberikan semangat dalam belajar, dan menuntut ilmu, mengarahkan kepada ilmu-ilmu syariat yang bermanfaat. Orang tua tidak boleh mengarahkan anaknya hanya untuk mempelajari ilmu dunia, melainkan orang tua seharusnya 31

17 harus mengarahkan anaknya untuk mempelajari ilmu yang bersifat keduniawian dan juga ilmu agama yang lebih mendekatkan kepada Allah dan kecintaan kepada kehidupan akhiratnya Astrida. peran dan fungsi orang tua dalam mengembangkan kecerdasan emosional anak. &ved=0ceqqfjah&url=http%3a%2f%2fsumsel.kemenag.go.id%2ffile%2ffile%2fbanyua SIN%2Fpfyl pdf&ei=UIhBVeDMJI6MuASVpoCwAg&usg=AFQjCNENuQkRjTqTd HEquGvjpVCFYXvE9g&bvm=bv ,d.c2E. Diakses, 5 April

BAB II KAJIAN TEORI. A. Motivasi Belajar IPS. 1. Pengertian Motivasi Belajar IPS. Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Motivasi Belajar IPS. 1. Pengertian Motivasi Belajar IPS. Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Motivasi Belajar IPS 1. Pengertian Motivasi Belajar IPS Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan sebagai usaha penguasaan materi ilmu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai daya yang penggerak dari dalam

BAB II KAJIAN TEORITIS. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai daya yang penggerak dari dalam BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1.Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai daya yang penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Definisi Dukungan keluarga adalah persepsi seseorang bahwa dirinya menjadi bagian dari jaringan sosial yang didalamnya tiap anggotanya saling mendukung (

Lebih terperinci

GEJALA KONASI--MOTIVASI. PERTEMUAN KE 10

GEJALA KONASI--MOTIVASI. PERTEMUAN KE 10 GEJALA KONASI--MOTIVASI PERTEMUAN KE 10 aprilia_tinalidyasari@uny.ac.id MOTIVASI Motivasi adalah sesuatu daya yang menjadi pendorong seseorang bertindak, dimana rumusan motivasi menjadi sebuah kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laku. Mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa sampai tua manusia

BAB I PENDAHULUAN. laku. Mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa sampai tua manusia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas adalah dunia pendidikan. Pendidikan memiliki tujuan untuk mencerdaskan, meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 17 BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Profesional guru 1. Pengertian Kompetensi Profesional Menurut UU No.14 Th. 2005 tentang Guru dan Dosen, dinyatakan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB II PERHATIAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR

BAB II PERHATIAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR BAB II PERHATIAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR A. Perhatian Orang Tua 1. Pengertian Perhatian Orang Tua Setiap orang memiliki naluri untuk diperhatikan, dengan adanya perhatian yang diberikan oleh orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di antaranya adalah masalah belajar. Permasalahan belajar dapat dipengaruhi oleh dua faktor,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Frekuensi Kunjungan Posyandu 1. Pengertian Posyandu Posyandu merupakan suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pembangkit tenaga munculnya satu tingkah laku tertentu 8. motivation dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin motivum yang

BAB II KAJIAN TEORI. pembangkit tenaga munculnya satu tingkah laku tertentu 8. motivation dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin motivum yang BAB II KAJIAN TEORI A. Motivasi Belajar 1. Definisi Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PPKn OLEH:

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PPKn OLEH: PENGARUH MOTIVASI INTRINSIK DAN MOTIVASI EKSTRINSIK TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS VII DI SMPN 1 BANYAKAN KEDIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan. Motivasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan. Motivasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Motivasi Perawat 1. Definisi Sarwono (2000) dalam Sunaryo (2004) mengemukakan, motivasi menunjuk pada proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong yang timbul dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sutau proses mendidik, membina, mengendalikan, mengawasi, memengaruhi, dan mentransmisikan ilmu pengetahuan yang dilaksanakan oleh para

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS

BAB II KERANGKA TEORETIS 9 BAB II KERANGKA TEORETIS A. Konsep Teoretis 1. Pengertian Apersepsi Apersepsi adalah suatu gejala jiwa yang kita alami apabila suatu kesan baru masuk dalam kesadaran kita dan berassosiasi/bertautan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT) BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT) 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT) Strategi pembelajaran increasing the capacity

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, hlm.5

BAB I PENDAHULUAN. Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, hlm.5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berusaha mengembangkan potensi individu agar mampu berdiri sendiri. Untuk itu individu perlu diberi berbagai kemampuan dalam pengembangan berbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. diantara berbagai alternatif pemakaian atas alat-alat pemuas kebutuhan. yang ketersediaannya relatif terbatas.

BAB II KAJIAN TEORI. diantara berbagai alternatif pemakaian atas alat-alat pemuas kebutuhan. yang ketersediaannya relatif terbatas. BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Tingkat Ekonomi Menurut Soediyono Reksoprayitno, ekonomi adalah usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dengan mengadakan pemilihan diantara berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dia pimpin memiliki tugas yang tidak ringan. Sebab baik buruknya lembaga. tersebut tidak lepas dari pengawasan kepala sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. dia pimpin memiliki tugas yang tidak ringan. Sebab baik buruknya lembaga. tersebut tidak lepas dari pengawasan kepala sekolah. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kepala sekolah sebagai penanggung jawab dalam lembaga pendidikan yang dia pimpin memiliki tugas yang tidak ringan. Sebab baik buruknya lembaga tersebut tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting terutama bagi generasi muda agar dapat menghadapi masa depan yang penuh tantangan. Pada setiap jenjang pendidikan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah motivasi (menggerakkan) berasal dari bahasa latin yakni movere, yang berarti menggerakkan (to move) (Winardi, 2001).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah motivasi (menggerakkan) berasal dari bahasa latin yakni movere, yang berarti menggerakkan (to move) (Winardi, 2001). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Motivasi Istilah motivasi (menggerakkan) berasal dari bahasa latin yakni movere, yang berarti menggerakkan (to move) (Winardi, 2001). Menurut Mc.Donald, di dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap, tindakan penerimaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap, tindakan penerimaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dukungan Keluarga 2.1.1 Definisi Dukungan Keluarga Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang melindungi seseorang dari efek stress yang buruk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri BAB II KAJIAN TEORI A. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan dan reaksi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia sebagai salah satu negara berkembang telah didera oleh berbagai keterpurukan, yang diantara penyebab keterpurukan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi 1. Pengertian Kata motivasi berasal dari bahasa latin yaitu movere, yang berarti bergerak ( move ). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI SMPN 4 KOTA JAMBI

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI SMPN 4 KOTA JAMBI ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI SMPN 4 KOTA JAMBI Oleh: NONONG WAZIR NIM: ERA 1D 010116 PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang mereka lahirkan. Dalam kelompok ini, arus kehidupan di kemudikan oleh

I. PENDAHULUAN. yang mereka lahirkan. Dalam kelompok ini, arus kehidupan di kemudikan oleh I. PENDAHULUAN A..Latar Belakang Keluarga sebagai kelompok masyarakat terkecil terbentuk oleh ikatan dua orang dewasa yang berlainan jenis kelamin, wanita dan pria serta anak-anak yang mereka lahirkan.

Lebih terperinci

Gambar 4.1 : Struktur Kepemimpinan wilayah RT 23 RW 2.80

Gambar 4.1 : Struktur Kepemimpinan wilayah RT 23 RW 2.80 Gambar 4.1 : Struktur Kepemimpinan wilayah RT 23 RW 2.80 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan dipahami secara luas dan umum sebagai usaha sadar yang dilakukan pendidik melalui bimbingan, pengajaran,

Lebih terperinci

BAB II MOTIVASI BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR

BAB II MOTIVASI BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR BAB II MOTIVASI BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR A. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam dari sumber utamanya yaitu Al-Qur an dan Hadits, melalui kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Islam dari sumber utamanya yaitu Al-Qur an dan Hadits, melalui kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar. 1. memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman

BAB II KAJIAN TEORI. kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar. 1. memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis dan Hipotesis Tindakan 1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unik. Koswara Sjarkawi menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. unik. Koswara Sjarkawi menjelaskan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepribadian seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dimunculkan dalam kehidupan sehari-hari di dalam berbuat. Kepribadian yang dimiliki seseorang berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah dan masyarakat dalam rangka melahirkan manusia beriman dan bertaqwa kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari diri manusia mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa kemudian tua. Manusia mengalami proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi, yang mempunyai tujuan lebih tinggi dari sekedar untuk hidup, sehingga manusia lebih terhormat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mampu dicapai oleh setiap individu (http://www.google.com/artikel, teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mampu dicapai oleh setiap individu (http://www.google.com/artikel, teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebutuhan Dasar Manusia Teori kebutuhan Maslow merupakan konsep aktualisasi diri yang merupakan keinginan untuk mewujudkan kemampuan diri atau keinginan untuk menjadi apapun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak (baik yang dilahirkan ataupun diadopsi). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa, karena pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan dan mengembangkan

Lebih terperinci

DEFINISIKEPRIBADIANEPRIBADIAN

DEFINISIKEPRIBADIANEPRIBADIAN MANUSIA DAN KEPRIBADIAN DEFINISIKEPRIBADIANEPRIBADIAN Susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia tersebut. Ciri-ciri watak seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad saw (Q.S Al Anbiya: 107), tetapi kebanyakan manusia masih. Rahmat yang diberikan Allah swt kepada manusia bermacam-macam

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad saw (Q.S Al Anbiya: 107), tetapi kebanyakan manusia masih. Rahmat yang diberikan Allah swt kepada manusia bermacam-macam BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Allah swt telah memberikan rahmat kepada seluruh umat manusia, baik yang langsung atau tidak langsung dari agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw (Q.S Al Anbiya:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudanya untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. mudanya untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidup secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai proses dimana sebuah bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli

BAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis moneter yang berkepanjangan di negara kita telah banyak menyebabkan orang tua dan keluarga mengalami keterpurukan ekonomi akibat pemutusan hubungan kerja atau

Lebih terperinci

Motif Ekstrinsik. Motif yang timbul dari rangsangan luar. Contoh : pemberian hadiah jika seseorang dapat menyelesaikan tugas dengan baik.

Motif Ekstrinsik. Motif yang timbul dari rangsangan luar. Contoh : pemberian hadiah jika seseorang dapat menyelesaikan tugas dengan baik. M o t i f Motive motion Gerakan; sesuatu yang bergerak; menunjuk pada gerakan manusia sebagai tingkah laku. Rangsangan pembangkit tenaga bagi terjadinya tingkah laku. Keadaan dalam diri subyek yang mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Offset, 2014, hlm Ibid, hlm Helmawati, Pendidikan Keluarga Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya

BAB I PENDAHULUAN. Offset, 2014, hlm Ibid, hlm Helmawati, Pendidikan Keluarga Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kegiatan yang sangat esensial dalam kehidupan manusia untuk membentuk insane yang dapat memecahkan permaslahan dalam kehidupannya. Tiga tempat pendidikan

Lebih terperinci

Pengaruh Kinerja Guru dan Peran Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Siswa SMP Negeri 3 Natar Lampung Selatan Nirva Diana

Pengaruh Kinerja Guru dan Peran Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Siswa SMP Negeri 3 Natar Lampung Selatan Nirva Diana Abstrak Pengaruh Kinerja Guru dan Peran Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Siswa SMP Negeri 3 Natar Lampung Selatan Nirva Diana Banyaknya upaya yang dilakukan guru, orang tua maupun para siswa itu sendiri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang universal dan berlaku untuk semua umat manusia dan semua zaman. Nilai-nilai dan aturan yang terkandung dalam ajaran Islam dijadikan pedoman

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA Berdasarkan data yang telah disajikan berkenaan dengan gambaran motivasi belajar mahasiswa berprestasi dalam organisasi Dema Fakultas Ushuluddin dan Humaniora, berikut penulis memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari guru, guru merupakan sebagai pendidik atau pelaksana dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari guru, guru merupakan sebagai pendidik atau pelaksana dalam dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor untuk menciptakan sumber daya manusia. Dengan adanya sistem pendidikan yang baik dapat mengembangkan potensi yang ada pada diri

Lebih terperinci

Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow Abraham Maslow membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam lima tingkat berikut: 1. Kebutuhan fisiologis

Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow Abraham Maslow membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam lima tingkat berikut: 1. Kebutuhan fisiologis Abraham Maslow membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam lima tingkat berikut: 1. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar, antara lain pemenuhan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kedisiplinan merupakan hal penting dalam suatu pendidikan. Kedisiplinan dalam proses pendidikan sangat diperlukan karena bukan hanya untuk menjaga kondisi suasana belajar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. belajar inilah yang disebut dengan motivasi. 8. maksimal tanpa adanya motivasi atau dorongan pada masing-masing

BAB II LANDASAN TEORI. belajar inilah yang disebut dengan motivasi. 8. maksimal tanpa adanya motivasi atau dorongan pada masing-masing 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar Seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hukum pertama

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS. Akhlak Islami: Integrasi Struktur Jasmani, Nafsani, dan Ruhani

BAB V ANALISIS. Akhlak Islami: Integrasi Struktur Jasmani, Nafsani, dan Ruhani 79 BAB V ANALISIS Akhlak Islami: Integrasi Struktur Jasmani, Nafsani, dan Ruhani Akhlak adalah budi pekerti, watak, kesusilaan (kesadaran etik dan moral), yaitu kelakuan baik terhadap Khaliqnya dan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bawaan dari lahir tetapi berkembang dari beribu-ribu pengalaman secara

BAB I PENDAHULUAN. bawaan dari lahir tetapi berkembang dari beribu-ribu pengalaman secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang unik dan berkembang menjadi organisme yang segar dan siap untuk belajar mengenal dirinya sendiri. Mengenal diri yang di maksud adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut harus bekerja. Kerja dan bekerja merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut harus bekerja. Kerja dan bekerja merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerja dan bekerja merupakan hakekat manusia. Selama manusia hidup, maka manusia tersebut harus bekerja. Kerja dan bekerja merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan

Lebih terperinci

BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR

BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR Makalah yang disampaikan dalam Sarasehan Pendidikan Membentuk Siswa yang Rajin Belajar dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Balai Dukuh Mulo Wonosari, 14 Juli 2013. BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki tujuan untuk menyiapkan peserta didik yang beriman, bertakwa, kreatif dan inovatif serta berwawasan keilmuan

Lebih terperinci

Konsep Manusia Diajukan untuk Memenuhi Tugas Konsep Dasar Keperawatan (KDK)

Konsep Manusia Diajukan untuk Memenuhi Tugas Konsep Dasar Keperawatan (KDK) Konsep Manusia Diajukan untuk Memenuhi Tugas Konsep Dasar Keperawatan (KDK) Disusun Oleh: Belly Meinoty Iip Syaeful Mawar Novia Odelia BR Tarigan Wenny Lestari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santo Borromeus

Lebih terperinci

2016 MOTIVASI KETERLIBATAN SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DI SMA LABORATORIUM PERCONTOHAN UPI BANDUNG

2016 MOTIVASI KETERLIBATAN SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DI SMA LABORATORIUM PERCONTOHAN UPI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan olahraga yang dilakukan dengan benar sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, olahraga tidak hanya dijadikan sebagai salah satu kegiatan untuk menyalurkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah sebuah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia

Lebih terperinci

UPAYA MENUMBUHKAN MOTIVASI BERKREASI MELALUI PEMBELAJARAN OLAHRAGA FUTSAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 NANGA PINOH

UPAYA MENUMBUHKAN MOTIVASI BERKREASI MELALUI PEMBELAJARAN OLAHRAGA FUTSAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 NANGA PINOH UPAYA MENUMBUHKAN MOTIVASI BERKREASI MELALUI PEMBELAJARAN OLAHRAGA FUTSAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 NANGA PINOH Dwinanto¹, Rif at Hamdy², Zuhermandi³ ¹Mahasiswa Program Studi Penjaskesrek Tahun

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Sains, Teknologi, Ekonomi, Sosial dan Budaya Vol. 2 No. 2 Mei 2018

Jurnal Ilmiah Sains, Teknologi, Ekonomi, Sosial dan Budaya Vol. 2 No. 2 Mei 2018 IMPLIMENTASI PENDEKATAN PSIKOLOGI DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI MAN JANGKA Mulyadi Zakaria Institut Agama Islam Almuslim Aceh ABSTRAK Psikologi pembelajaran merupakan ilmu yang mempelajari tentang tingkah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1979 TENTANG KESEJAHTERAAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1979 TENTANG KESEJAHTERAAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1979 TENTANG KESEJAHTERAAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, enimbang: a. bahwa anak adalah potensi serta penerus cita-cita

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL MENITI LANGKAH KARYA SUTRI YANINGSIH MANIK DAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL MENITI LANGKAH KARYA SUTRI YANINGSIH MANIK DAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL MENITI LANGKAH KARYA SUTRI YANINGSIH MANIK DAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Endang WidyasTuty Pratiwi Program Studi Pendidikan bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

PSIKOLOGI BELAJAR DAPAT MEMBANTU PARA GURU MEMBANGUN MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR SISWA Oleh Drs. Rusli, M.Si. Abstrak

PSIKOLOGI BELAJAR DAPAT MEMBANTU PARA GURU MEMBANGUN MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR SISWA Oleh Drs. Rusli, M.Si. Abstrak PSIKOLOGI BELAJAR DAPAT MEMBANTU PARA GURU MEMBANGUN MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR SISWA Oleh Drs. Rusli, M.Si Abstrak Tulisan ini menjelaskan tentang peran sekaligus posisi psikologi belajar dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penulisan Dalam kehidupan yang modern seperti sekarang ini tanggung jawab semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang dititipkan oleh Allah SWT.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai kebutuhan sangat dirasakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai kebutuhan sangat dirasakan 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Motivasi Belajar Berawal dari kata motif, maka motivasi dapat di artikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu,

Lebih terperinci

BAB II PENDIDIKAN ORANG TUA DAN MOTIVASI MELANJUTKAN PENDIDIKAN

BAB II PENDIDIKAN ORANG TUA DAN MOTIVASI MELANJUTKAN PENDIDIKAN BAB II PENDIDIKAN ORANG TUA DAN MOTIVASI MELANJUTKAN PENDIDIKAN A. PENDIDIKAN ORANG TUA 1. Pengertian Pedidikan Beberapa definisi mengenai pendidikan dapat dikemukakan dibawah ini: a. Menurut M.J.Langeveld

Lebih terperinci

PROPOSAL PENELITIAN PENGARUH MOTIVASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI SEKECAMATAN BANTUL

PROPOSAL PENELITIAN PENGARUH MOTIVASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI SEKECAMATAN BANTUL PROPOSAL PENELITIAN PENGARUH MOTIVASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI SEKECAMATAN BANTUL PROPOSAL PENELITIAN PENGARUH MOTIVASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses interaksi yang memiliki tujuan. Interaksi terjadi antara guru dengan siswa, yang bertujuan meningkatkan perkembangan mental sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam konteks nasional, kebijakan perubahan kurikulum merupakan politik pendidikan yang berkaitan dengan kepentingan berbagai pihak, bahkan dalam pelaksanaannya seringkali

Lebih terperinci

TEORI TEORI BELAJAR. Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN

TEORI TEORI BELAJAR. Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN TEORI TEORI BELAJAR Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memperoleh sebagaian besar dari kemampuannya melalui belajar. Belajar adalah suatu peristiwa yang terjadi didalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak berhubungan dengan para siswa jika dibandingkan dengan personal

BAB I PENDAHULUAN. banyak berhubungan dengan para siswa jika dibandingkan dengan personal BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pada dasarnya guru merupakan kunci utama dalam pengajaran. Guru secara langsung berupaya mempengaruhi, mengarahkan dan mengembangkan kemampuan siswa didalam proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. suatu maksud atau tujuan tertentu. Maka strategi identik dengan teknik, siasat

BAB II KAJIAN TEORI. suatu maksud atau tujuan tertentu. Maka strategi identik dengan teknik, siasat BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Strategi Berikan Uangnya Bambang warsita menjelaskan strategi adalah; a) ilmu siasat perang; b) siasat perang; c) bahasa pembicaraan akal (tipu muslihat) untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan tentang Perhatian Orang Tua

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan tentang Perhatian Orang Tua BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Tinjauan tentang Perhatian Orang Tua Perhatian merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Wasty Soemanto (2003: 34), mengartikan perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan manusia kebutuhan konsumen merupakan dasar bagi semua pemasaran modern. Kebutuhan merupakan intisari dari konsep pemasaran. Kunci bagi kelangsungan hidup perusahaan,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ny. Y. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Untuk Membimbing, (Penerbit PT.BPK Gunung

DAFTAR PUSTAKA. Ny. Y. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Untuk Membimbing, (Penerbit PT.BPK Gunung DAFTAR PUSTAKA Ny. Y. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Untuk Membimbing, (Penerbit PT.BPK Gunung Mulia, Jakarta 987) Kartini Kartono, Peranan Keluarga Memandu Anak, (CV Rajawali, Jakarta, 989) Sardiaman A.M,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. 1. Pelaksanaan penerapan pendidikan agama Islam dalam keluarga dan. Umbulmartani tergolong sedang.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. 1. Pelaksanaan penerapan pendidikan agama Islam dalam keluarga dan. Umbulmartani tergolong sedang. BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan tersebut di atas dapat disimpulkan: 1. Pelaksanaan penerapan pendidikan agama Islam dalam keluarga dan prestasi belajar PKn siswa

Lebih terperinci

BAB II MOTIVASI DAN ORANG TUA

BAB II MOTIVASI DAN ORANG TUA BAB II MOTIVASI DAN ORANG TUA A. Motivasi 1. Pengertian Motivasi Istilah motivasi barasal dari kata motif. Motif dalam bahasa latin movere yang berarti bergerak atau to move. Dalam buku pengantar Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asing bisa masuk ke negara Indonesia dengan bebas dan menempati sector-sektor

BAB I PENDAHULUAN. asing bisa masuk ke negara Indonesia dengan bebas dan menempati sector-sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memasuki era globalisasi ini membawa Indonesia dalam tantangan yang berat, khususnya dalam sektor tenaga kerja. Sebab pada era globalisasi ini tenaga kerja asing bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS 16 BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Konsep Belajar 2.1.1. Pengertian Belajar Slameto (2010, h. 1) mengatakan, Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

Pokok Bahasan : Motivasi Sub Pokok Bahasan : Pengertian, Teori Motivasi,Bentuk Motivasi, Jenis Motivasi, Tantangan dan Alat2 Motivasi

Pokok Bahasan : Motivasi Sub Pokok Bahasan : Pengertian, Teori Motivasi,Bentuk Motivasi, Jenis Motivasi, Tantangan dan Alat2 Motivasi Pengantar Manajemen Umum Pokok Bahasan : Motivasi Sub Pokok Bahasan : Pengertian, Teori Motivasi,Bentuk Motivasi, Jenis Motivasi, Tantangan dan Alat2 Motivasi By Erma Sulistyo Rini Asumsi dasar Mengenai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi Belajar Siswa Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Siswa 1. Pengertian siswa Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses di dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualiatas

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI TEKNIK-TEKNIK MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 33 BANDA ACEH. ImraatusShalihah, Mahmud, M.

IMPLEMENTASI TEKNIK-TEKNIK MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 33 BANDA ACEH. ImraatusShalihah, Mahmud, M. IMPLEMENTASI TEKNIK-TEKNIK MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 33 BANDA ACEH ImraatusShalihah, Mahmud, M.NasirYusuf Miraatus201@gmail.com ABSTRAK Dalam konteks pembelajaran dikelas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah banyak pernyataan yang dikemukakan bahwa Indonesia sekarang krisis keteladanan. Krisis keteladanan maksudnya tidak ada lagi tokoh yang pantas menjadi idola,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT mengisi dunia ini dengan berbagai macam ciptaannya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT mengisi dunia ini dengan berbagai macam ciptaannya, sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah SWT mengisi dunia ini dengan berbagai macam ciptaannya, sehingga tampaklah keindahan yang tercipta di hamparan bumi ini. Namun Allah SWT menciptakan berbagai macam

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kajian Teori 1. Reward a. Pengertian Reward Pengertian reward diambil dari bahasa Inggris yang berarti ganjaran atau penghargaan. Ganjaran adalah alat pendidikan represif yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1979 TENTANG KESEJAHTERAAN ANAK DENGANRAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDENREPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1979 TENTANG KESEJAHTERAAN ANAK DENGANRAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDENREPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1979 TENTANG KESEJAHTERAAN ANAK DENGANRAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDENREPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa anak dalah potensi serta penerus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. publik terhadap kehidupan anak anak semakin meningkat. Semakin tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. publik terhadap kehidupan anak anak semakin meningkat. Semakin tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir ini perhatian pemerintah dan publik terhadap kehidupan anak anak semakin meningkat. Semakin tumbuh dan berkembangnya organisasi

Lebih terperinci

BAB II MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA HAKIKAT MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA

BAB II MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA HAKIKAT MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA BAB II MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA HAKIKAT MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA B. HAKEKAT MANUSIA SEBAGAI MAKLUK BUDAYA Manusia adalah salah satu makhluk Tuhan di dunia. Makhluk Tuhan di alam ini dapat dibagi

Lebih terperinci

Lingkungan Mahasiswa

Lingkungan Mahasiswa Lingkungan Mahasiswa Pernikahan Apa Hubungannya ya Lingkungan Mahasiswa dengan Pernikahan????? Pernikahan Dini Pernikahan yang dilakukan oleh mereka yang masih muda, seperti mahasiswa atau mahasiswi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hlm Endang Poerwanti, dkk, Perkembangan Peserta didik, Malang: UMM Press, 2002, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hlm Endang Poerwanti, dkk, Perkembangan Peserta didik, Malang: UMM Press, 2002, hlm. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pengertian UU SISDIKNAS NO 20

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melindungi manusia dari pengaruh alam, sementara pendapatan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melindungi manusia dari pengaruh alam, sementara pendapatan merupakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sosial Ekonomi Masyarakat Kehidupan sosial ekonomi adalah hal-hal yang didasarkan atas kriteria tempat tinggal dan pendapatan. Tempat tinggal yang dimaksud adalah

Lebih terperinci

DORONGAN FISIOLOGIS, PSIKIS DAN SPIRITUAL DALAM AL QUR AN. Imron

DORONGAN FISIOLOGIS, PSIKIS DAN SPIRITUAL DALAM AL QUR AN. Imron DORONGAN FISIOLOGIS, PSIKIS DAN SPIRITUAL DALAM AL QUR AN Imron ABSTRAK Psikologi adalah adalah Ilmu pengetahuan tentang tingkah laku dan kehidupan psikis manusia. Psikologi berusaha mempelajari gejala-gejala

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pembelajaran kepada siswa (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pembelajaran kepada siswa (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam pengertian yang lebih luas dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran kepada siswa (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan mendewasakan siswa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelekatan. melekat pada diri individu meskipun figur lekatnya itu tidak tampak secara fisik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelekatan. melekat pada diri individu meskipun figur lekatnya itu tidak tampak secara fisik. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelekatan 1. Defenisi Kelekatan (attachment) Menurut Bashori (2006) kelekatan adalah ikatan kasih sayang antara anak dengan pengasuhnya. Ikatan ini bersifat afeksional, maka

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah

Lebih terperinci