Wijiyono, Suparno Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Wijiyono, Suparno Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN"

Transkripsi

1 PENGUKURAN RADIOAKTIVIT AS BETA TOTAL TUMBUHAN DI SEKIT AR GUNUNG MERAPI PASCA ERUPSI TAHUN 2006 Wijiyono, Suparno - BATAN ABSTRAK PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS BETA TOTAL TUMBUHAN DI SEKITAR GUNUNG MERAPI PASCA ERUPSI TAHUN 2006 Telah dilakukan pengukuran beta total tumbuhan di sekitar gunung Merapi pasca erupsi Sampling dilakukan dengan metode acak. Setiap rumput, ubijalar dan kentang diambil 5 x ulangan secara acak sebanyak ± 200 gram di sekitar gunung Merapi. Tumbuhan (ubijalar, rumput dan kentang) dibersihkan, kemudian dikeringkan lalu diabukan dengan Furnace pada suhu C selama 24 jam. Pencacahan radioaktivitas f3 total tumbuhan menggunakan Low Background Counter selama 20 menit. Hasil pengukuran radioaktivitas beta total tumbuhan berkisar antara ± Bq/g sid 3.23 :t Bq/g Data tertinggi jenis rumput.(t-5) sejauh 1 km dari gunung Merapi. Sebesar 3.23 :t O Bq/g dan yang terendah jenis Ubijalar (T-1) sejauh 3 km dari kawasan Merapi. ABSTRACT THE MEASUREMENT OF GROSS P RADIOACTIVITY 2006 OF THE PLANT SAMPLES IN THE SURROUNDING OF MERAPI VOLCANO AFTER ERUPTION. The measurement of gross p radioactivity of the plants samples La. grass, cassava and potato in the surrounding of the Merapi volcano after eruption in 2006 have been done. Each plant samples, about 200 g, collected from some point stations area with 5 replicates. The plant samples were dried and ashed in furnace on 25(f C as long as 24 hours. Each ash samples were weight 1 g and filled into aluminium planchet. Each samples counted during 20 minutes by GM detector in Ortec!LBC system. It was found that the gross pradioactivity of the plants samples variation from 1.42 ± Bq/g to 3,23 ± 0,1996 Bq/g. Tthe highest of gross p radioactivity was grass sample (T-5) 3.23 ± Bq/g, about 1 km from Merapi volcano. Whereas the lowest of gross p radioactivity was sweet potato sample (T-1) 1.42 ± Bq/g about 3 km from Merapi volcano. PENDAHULUAN Adanya berapi semburan biasanya lahar diikuti akibat oleh aktivitassemburan gunung material, debu dan beberapa batuan(4) Dari masingmasing elemen itu sebenamya mengandung radioaktif. Seperti batuan misalnya, jika batuan itu melapuk dan dianalisis, pasti didalamnya terkandung bahan radioaktif. Secara visual memang tidak tampak. Hal ini disebabkan oleh sifat dan ciri radioaktif yang tidak bisa dilihat dan dirasakan langsung(2) Oleh sebab itu kandungan radioaktif hanya dapat dibuktikan melalui analisis sampel tanaman disekitar kawasan letusan gunung berapi yakni dengan mengambil sample dan menganalisis menggunakan bantuan alat LBC(I) Dengan begitu dapat memantau besamya aktivitas radioaktif disana. Sumber pencemaran dapat berupa logam atau zat radioaktif yang dapat terjadi melalui udara dan air. Air merupakan sumber kehidupan yang sangat dibutuhkan oleh mahluk hidup. Jika terjadi pencemaran pada air maka akibatnya akan sampai pada mahluk hidup yang menggunakannya. Secara tidak langsung manusia dapat mengalami keracunan akibat adanya air yang tercemar melalui tanaman, dalam hal ini berupa sayuran dan buah-buahan serta hewan yang menjadi sumber makanan. Sedang secara langsung keracunan diakibatkan oleh air yang tercemar yang dikonsumsi oleh manusia. Pencemaran melalui udara dapat mengakibatkan hal yang sarna. Udara merupakan komponen penting Wijiyono, dkk. ISSN

2 bagi manusia untuk bemafas dan menjadi bahan fotosintesis bagi tanaman. Bahan pencemar yang terdapat dalam udara akan terakumulasi dalam tanaman dan akhimya sampai pada hewan dan manusia yang mengkonsumsinya. Dalam jangka waktu yang panjang zat-zat anorganik yang dapat berupa, misalnya timbal, kalsium dan besi terakumulasi dalam jaringan dan menyebabkan keracunan karena lambat dieliminasi(5) Pencemaran zat radioaktif baik melalui udara maupun air dapat merugikan mahluk hidup. Radioaktivitas dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu radioaktivitas buatan dan radioaktivitas lingkungan. Radioaktivitas buatan berasal dari hasil reaksi pembelahan yang dibuat oleh manusia, dari debudebu radioaktif dan ledakan born nuklir. Sedangkan radioaktivitas lingkungan merupakan bagian dari alam misalnya batuan dari tanah yang mengandung sejumlah kecil elemen radioaktif uranium dan thorium serta hasil turunannya(1) Radionuklida yang dibuang ke alam seringkali un sur ini tersebar dan terlarut, tetapi dapat pula tertimbun dalam organisme hidup dan selama pertukaran rantai makanan dengan berbagai jalan. Senyawa radionuklida dapat pula terkumpul di dalam air, tanah, endapan, atau udara bila masukannya melebihi batas kecepatan penguraian radioaktif dalam jumlah yang amat tinggi dan alam akan mengembalikannya kepada kita sebagai paket yang mematikan. Zat radioaktif pada akhimya akan sampai pada manusia melalui jalur rantai makanan, maupun terhirup langsung melalui pemafasan: Oleh karena itu diperlukan pengaturan dan pengawasan radioaktivitas lingkungan dengan baik. Selain itu perlu diketahui jalur kritis sebaran radioaktivitas di lingkungan, sehingga dengan memperhatikan jalur lorimordial 4,5 7,1x108tahun 4,7 Uranium-235 (Deret Kalium-40 1,28 Rubidium-87 Uranium-238 xx109tahun 1010 Aktinium) Uranium) & t1l2 tersebut dapat dilakukan pengambilan contohcontoh lingkungan untuk ditentukan dan dianalisa radioaktivitasnya. Jalur penyebaran radionuklida dilingkungan dapat dilihat pada gambar 1(3) terbentuknya bumi (alam semesta ini seperti radiasi Primordial adalah radiasi alam yang berasal dari dalam bumi. Jenis radiasi ini sering juga disebut dengan radiasi terrestrial. Adapun jenis radiasi yang berasal dari mineral-mineral yang ada dalam batubatuan dan dari dalam tanah. antara lain sederet nuklida hasil peluruhan alam yang terdiri dari deret Uranium, Actinium dan Thorium(3) Sedangkan akibat Erupsi Merapi diperkirakan akan melepaskan mineral-mineral yang mengandung radionuklida primordial kelingkangan. Adapun mineral-mineral yang mengandung radionuklida primordial seperti pada tabel I. Sehingga tidak menutup kemungkinan terjadi pencemaran radioaktif alam yang terdapat pada tanaman yang tumbuh disekitar gunung berapi Maka perlu diteliti dan diawasi dengan eara melakukan pengukuran radioaktivitas alam tersebut pada tanaman. Dari data yang diperoleh dapat diketahui kemungkinan ada tidaknya pencemaran zat radioaktif ke lingkungan, selanjutnya dari analisis data yang diperoleh akan dapat ditentukan langkah dan tindakan yang diperlukan demi kelangsungan hidup manusia(4) Mengingat daya dukung alam sangat menentukan bagi kelangsungan hidup manusia, maka kemampuan daya dukung alam tersebut hams dijaga agar tidak rusak dan berakibat buruk bagi manusia(2) Sedangkan tujuan dari pemantauan ini untuk mengetahui pengaruh radioaktif ke tanaman yang ditimbulkan dari sinar beta dan memperoleh data dukung pemantauan radioaktif lingkungan Tabel 1. Contoh mineral yang mengandung radionuklida primordial. Radionuklida TZirkonTimbal-207 Muscovite Biotite87 (oasir ZirkonTimbal-206 erdapat Argon-40 Nuklida Strontium- turunannva dan pad batuan) a mineral Biofite Uraninite Pitchblende Lepidolite Glauconite metamorfosis Hornblende Sanidine berapi Microcline Semua batuan gunung Gambar I. Daur Penyebaran Radioaktivitas Lingkungan Radiasi alam adalah yang tidak dapat dibuat oleh manusia dan sudah ada sejak 204 ISSN Wijiyono, dkk

3 METODOLOGI Bahan Bahan analisis yang digunakan dalam pengukuran radioaktivitas ini adalah sam pel tanaman yang diambil di sekitar kawasan erupsi Gunung Merapi Pengambilan sampel tanaman dilakukan pada 24 Juli Lokasi TI-T5 dapat di ilustrasikan seperti berikut ini : Gambar 2. Skema lokasi pengambilan sampel Tanaman I (T 1) Desa :Tunggul Arum (PukuI9.15WlB) Kelurahan :W onokerto Kecamatan :Turi, Sleman Yogyakarta Letak :07 35 ' 43 S : ' 19 M Elevasi :672 mdpl :Ubi ialar, pohon salak, pisang Landuse :Tegalan :Cerah : 1,5 km dari Merapi (daerah bahaya 1) Keterangan :Banyak masyarakat menanam ubi jalar untuk dikonsumsi Tanaman 2 (T 2) Desa :Ngepring, Pakem Binangun (Pukul 10.08WlB) Letak :07 36 ' 56 S :110 24' 28 M Elevasi Landuse :700 mdpl :Ubi ialar, pohon salak, nangka ;Tegalan :Sangat eerah : 1 km dari Merapi (daerah bahaya 1 ) Keterangan :Banyak masyarakat menanam ubi jalar untuk dikonsumsi Tanaman 3 (T 3) Desa :Grogol, Umbulharjo 10AOWIB) Letak :07 37 ' 25 S : ' 44 M Elevasi :676 mdpl (Pukul Landuse Keterangan Elevasi Landuse :Kentang, pisang, ketela :Sawah :Cerah : 1,5 km dari Merapi (daerah bahaya I) :masyarakat tanaman kentang membudidayakan Tanaman 4 (T 4) Desa :Kali adem, Umbulharjo (Pukul 11.34WIB) Letak :07 35 ' 22 S :110 26' 41 M :1012 mdpl :rumput, eemara, sengon :Sawah :Cerah : 1 km dari Merapi (daerah bahaya 1) Keterangan :daerah ini letaknya dekat dengan erupsi gunung berapi sehingga tanaman jenis sayuran tidak dapat tumbuh didaerah ini. Tanaman 5 (T 5) Desa :Gendol (Pukul 12.29WIB) Letak :07 35 ' 04 S :110 26' 55 M Elevasi :I090 mdpl :rumput :Cerah : 1 km dari Merapi (daerah bahaya 1) Keterangan :daerah ini letaknya dekat dengan erupsi gunung berapi sehingga tanaman jenis sayuran tidak dapat tumbuh didaerah ini Alat Alat-alat yang digunakan antara lain : Gelas ukur dan pipet, timbangan sartorius, planset aluminium, penumbuk mortir dan alat eaeah Low Background Counter (LBC), GPS, peta, kantong plastik, alat tulis. Cara kerja 1. Pengambilan Sampel Tanaman Sampel tanaman diambil di sekitar daerah pasea erupsi Gunung Merapi Sam pel tanaman diambil ± 100g kemudian dimasukkan ke dalam plastik, diberi label dan ditutup rapat. Tanaman yang diambil berupa daun dari tanaman ketela dan ken tang. Adapun sam pel tanaman yang diambil berupa alang-alang, hal ini disebabkan tidak ada vegetasi tanaman lain didaerah itu. Tanaman diambil dan dipotong kira-kira 2-5 em dari tanah pada luasan 1m2 Cara penentuan titik pengambilan Wijiyono, dkk. ISSN

4 Pusat Teknologi Akselerator don Proses Bahan sample dilapangan adalah dengan system random sampling. Cara penentuan titik pengambilan sample dilapangan adalah dengan sistem random sampling. Data diambil dari beberapa titik pengambilan cuplikan (5 lokasi dimana setiap lokasi akan diambil 5 titik sample), kemudian ditentukan sebagai data radioaktivitas tanaman. Efisiensi yang digunakan dalam pencacahan tanaman sebesar 8,45 %. Masing-masing titik diambil 5 ulangan secara acak dan diketahui koordinat posisi dengan GPS. diatas hotplate baru kemudian sam pel itu siap untuk dianalisis (dicacah). Pencacahan radioaktivitas gross fj dilakukan dengan alat cacah fj Ortec/ LBC (Low Background Counter) dengan tegangan kerja 1150 volt dan waktu cacah 20 menit. Efisiensi alat cacah fj dicari dengan menggunakan radionuklida baku K-40 dalam KCL. Didapatkan nilai efisiensi alat cacah : 8,45 % 4. Perhitungan total radioaktivitas gross fj Total radioaktivitas gross fj dapat dihitung dengan persamaan sbb : Cx100 =--Bq/gram (1) E C = cacah cuplikan-cacah latar (cpm) E = efisiensi alat 8, II % dengan standar K-40 dari KCL) HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 3. Sistem random sampling. Keterangan TI :Tanaman I(Ubijalar) 1'2 : Tanaman 2 (Ubi jalar) T3 : Tanaman 3 (Kentang) T4 : Tanaman 4 (Rumput) T5 : Tanaman 5 (Rumput) 2. Preparasi Cuplikan Tujuan preparasi cuplikan dilakukan adalah untuk menghindari cuplikan tidak terkontaminasi oleh bahan yang tidak diperlukan atau peralatan selama proses preparasi, cuplikan agar siap untuk dianalisis. Tahapan yang harus dilakukan : a. Pengeringan yaitu dikeringkan-anginkan di udara terbuka dan dibersihkan dari kotoran, akar tumbuhan dan lain-lain. Untuk penentuan kadar radioaktivitas cuplikan daun dikeringkan sampai bobot air minimal. b. Pengabuan. Sampel tanaman yang tadinya dikeringkan harus dibakar dahulu agar kadar air yang terkandung didalamnya benar-benar hilang. Untuk penentuan radioaktivitas cuplikan diambil seluruh bagian, ditimbang dan dibakar dengan tungku pemanas sampai menjadi arang. Arang kemudian diabukan dengan fonuce pada suhu C selama 24 jam. 3. Pencacahan Sampel Cuplikan abu halus diambil I g ditaruh kedalam planset alumunium kemudian diberi air suling sedikit demi sedikit sampai bercampur homogen. Sampel didalam planset dikeringkan Gunung Merapi memuntahkan material piroklastik yang mengakibatkan terjadinya luncuran awan panas disepanjang Kali Gendol sejauh lebih kurang 7,5 Km dan terjadi penumpukan material sebanyak 5 juta m3 matei'ial gunungapi yang terendapkan setelah erupsi, belum terkonsolidasi, terdiri dari material-material lepas, memiliki viskositas tinggi, mengalir oleh adanya media air dengan material kerakal- bongkah (5cm- > Imeter) lebih dari 60% menghasilkan aliran rombakan (debris-flow) dan aliran lumpur (mud-flow) (Wacana,2006). Tiap jenis tanaman yang berada disekitar kawasan letusan gunung berapi pada umumnya mengandung radioaktif. Baik tanaman besar dan tinggi (pohon nangka, sawo, mangga), semak maupun tanaman sayuran (kentang, ubi jalar. cabe). Hal ini berhubungan dengan siklus hidup tanaman yang membutuhkan air dan udara untuk proses hidupnya. Adanya aktivitas merapi yang mengandung radioaktif tentu saja akan mencemari air dan udara disekitar kawasan itu. Padahal seperti kita ketahui tanaman membutuhkan air untuk fotosintesis. Tentu saja air yang tercemar akan mencemari tanaman. Sedangkan udara juga dibutuhkan tanaman untuk berespirasi. Dari data yang diperoleh dapat diketahui kemungkinan ada tidaknya pencemaran zat radioaktif ke lingkungan, selanjutnya dari analisis data yang diperoleh dapat ditentukan langkah dan tindakan yang diperlukan demi kelangsungan hidup manusia. Hasil data yang diperoleh dari radioaktif ~ total sampel tanaman dapat ditunjukkan pada Tabel I. 206 ISSN Wijiyono, dkk

5 (gross)-p Radioaktivitas gross-p sampel tanaman di sekitar pasca erupsi Gunung Merapi menunjukkan bahwa untuk lokasi pengambilan sampel Tl sebesar 1.42 ± Bq/g untuk lokasi pengambilan sampel 1'2 sebesar 2.59 ± Bq/g untuk lokasi pengambilan sampel T3 sebesar 2.33 ± Bq/g untuk lokasi pengambilan sampel T4 sebesar 3.07 ± Bq/g untuk lokasi pengambilan sampel T5 sebesar 3.23 ± Bq/g. 3.5 mi 2 3 Ci tr 2.5 f! 1: 1.5 /I) ~ o 1 "' 0.5 o T1 T2 T3 T4 T5 Sampel Tanaman Gambar 4. Radioaktivitas p total pada sampel tanaman Keterangan Tl :Tanaman I(Ubijalar) 1'2 : Tanaman 2 (Ubi jalar) T3 : Tanaman 3 (Kentang) T4 : Tanaman 4 (Rumput) T5 : Tanaman 5 (Rumput) Dari grafik dapat dilihat radioaktivitas gross P total tanaman sampel tanaman ditiap daerah berbeda-beda. Kandungan gross beta total tertinggi ditunjukkan oleh jenis sam pel T 5 yakni dengan konsentrasi sebesar 3.23 ± Bq/g. Hal ini dimungkinkan letak sampel tanaman yang berdekatan dengan sumber letusan gunung berapi, sehingga kemungkinan kandungan radionuklidanya juga lebih besar. Jenis sampel tanaman yang terletak didaerah ini berupa tanaman alang-alang atau rumput. Untuk daerah yang dekat dengan letusan gunung berapi biasanya didominasi oleh rerumputan. Tanaman jenis sayur-sayuran tidak dapat hidup didekat daerah itu mengingat faktor lingkungan yang tidak memenuhi. Sedangkan kandungan gross beta terendah ditunjukkan oleh jenis sampel T 1 yakni dengan konsentrasi sebesar 1.42 ± Bq/g. Pada umumnya, radioaktivitas yang ada di lingkungan berasal dari debu jatuhan radioaktif, hasil pelapukan dari batuan yang mengandung radionuklida alam atau berasal dari material hasil erupsi gunung berapi. Efisiensi yang digunakan untuk tan am an adalah sebesar 8.45%. Dengan ketelitian alat sebesar 8,45% kandungan radioaktivitas p total sampel tanaman dapat diketahui. Peluruhan disini adalah banyaknya waktu yang digunakan untuk meluruh permenitnya. Pada umumnya peluruhan makin lama akan semakin menurun hingga mencapai titik non aktif. Oleh sebab itu sam pel tanaman yang akan dicacah tidak boleh dibiarkan terlalu lama karena unsur radionuklidanya dapat hilanglmeluruh. Adanya radioaktivitas gross-p pada beberapa tanaman sekitar Gunung Merapi ini kemungkinan dapat disebabkan oleh adanya radionuklida alam seperti 226Ra yang terdapat didalam tanah atau batuan, 232Th, 4 K, 214Pb ataupun radionuklida alam pemancar p lainnya. Yang terakumulasi dalam tananman. Radioaktivitas jenis gross-p belum dapat menunjukkan daerah ini tercemar atau tidak karena belum memiliki nilai am bang batas yang disyahkan dalam Peraturan Pemerintah sehingga kondisi kualitas lingkungan pada daerah tersebut belum dapat dikategorikan tercemar. Data radioaktivitas yang diperoleh disetiap daerah berfluktuasi. Data yang berfluktuasi kemungkinan dipengaruhi oleh cuaca dan angin. Unsur radioaktif yang berada di udara lingkungan tidak dapat dikendalikan. Pada waktu musim kemarau, unsur radioaktif tersebut akan terbawa oleh angin, terdistribusi dan mengendap pada tempat yang sesuai dengan arah dan kecepatan angin,misal mengendap pada permukaan tanah, tanaman, dan meresap dalam air, sehingga dapat memberikan kontribusi radioaktivitas ke tempat mengendap. yang baru dan mengurangi radioaktivitas tempat yang ditinggalkan. Selain itu hujan juga dapat mengendapkan unsur radioaktif di udara ke permukaan tanah. Hujan dapat membuat lapisan permukaan tanah berubah, sehingga unsur radioaktif yang berada pada lapisan permukaan tanah juga berubah. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat simpulkan sbb : I. Semakin dekat pengambilan sampel tanaman dengan kawasan erupsi gunung berapi maka aktivitas radioaktivitas p totalnya semakin tinggi. Wijiyono, dkk. ISSN

6 PENELITIAN PROSIDING SEMINAR DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator don Proses Bahan 2. Radioaktivitas tertinggi ditunjukkan oleh jenis sampel tanaman 5 berkisar sebesar 3.23 ± Bq/g, dimana kawasan tersebut jaraknya ± I km dari kawasan pasca erupsi gunung berapi, sedangkan terendahnya ditunjukkan pada jenis sam pel tanaman I berkisar sebesar 1.42 ± Bq/g yang diambil ± 3 km dari kawasan gunung berapi. 3. Data yang berfluktuasi kemungkinan dipengaruhi oleh cuaca, angin atau lingkungan sekitar kawasan gunung berapi. DAFT AR PUST AKA I. SURA TMAN Pengukuran Radioaktivitas Beta. Yogyakarta : P3TM-BA TAN. (1997). 2. THOYIB. Radionuk/ida Pencemaran Lingkungan Dan Ekologinya. Yogyakarta : Penerbit Pusat Dosimetri dan Standarisasi BATAN. (1985). 3. W ARDANA. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta : Penerbit Andi Offset. (200 I). 4. ANONIM,. Pengetahuan Dasar Gunungapi Indonesia. Vulcanological Survey of Indonesia. Pu:;at Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Gcologi. < Diakses tanggal 1 Juli (2006) 5. DAKLAN, A. Kajian Terhadap Kadar Pb, Ca, Fe dan Tingkat Radioaktivitas Beta Total Dalam 3 Jenis Sayuran Yang Yang Dihasilkan oleh Petani. Diterbitkan oleh Pusat Dosimetri Dan Standararisai Badan Tenaga atom Nasional. (2002) Gambar Daun ketela Gambar Rumput LAMPIRAN : Cara Mengeringkan Gambar Daun kentang Gambar Pengarangan 208 ISSN Wijiyono, dkk

7 Sampel tanaman yang akan dicacah Gambar Oven Gambar Alat Pencacah Gambar LBC Wijiyono, dkk. ISSN

EVALUASI HASIL PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS BETA TOTAL PADA RUMPUT DI SEKITAR REAKTOR KARTINI TAHUN 2009

EVALUASI HASIL PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS BETA TOTAL PADA RUMPUT DI SEKITAR REAKTOR KARTINI TAHUN 2009 EVALUASI HASIL PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS BETA TOTAL PADA RUMPUT DI SEKITAR REAKTOR KARTINI TAHUN 2009 Sri Artiningsih,Wijiyono BATAN, Babarsari Yogyakarta, 55281 E-mail :ptapb@batan.go.id ABSTRAK EVALUASI

Lebih terperinci

ANALISIS RADIONUKLIDA PEMANCAR PADA SAMPEL TUMBUHAN

ANALISIS RADIONUKLIDA PEMANCAR PADA SAMPEL TUMBUHAN Yogyakarta, 6 September 01 ANALISIS RADIONUKLIDA PEMANCAR PADA SAMPEL TUMBUHAN Sri Artiningsih, Wijiyono -BATAN-Yogyakarta Jl Babarsari Nomor 1, Kotak pos 6101 Ykbb 5581 e-mail : ptapb@batan.go.id ABSTRAK

Lebih terperinci

PRO SIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKA T NUKLffi. Pusat Teknologi Akselerator Dan Proses Bahan Yogyakarta, 28 Agustus 2008

PRO SIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKA T NUKLffi. Pusat Teknologi Akselerator Dan Proses Bahan Yogyakarta, 28 Agustus 2008 PRO SIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKA T NUKLffi PENENTUAN TINGKAT RADIOAKTIVITAS BETA TOTAL SAMPEL ABU VULKANIK, TANAH, SEDIMEN DAN PASm DISEKITAR GUNUNG MERAPI ERUPSIT~2006 Wijiyono,

Lebih terperinci

ANALISIS RADIONUKLIDA PEMANCAR PADA SAMPEL TANAH PASCA PENGATUSAN DAKHIL DI KAWASAN REAKTOR KARTINI

ANALISIS RADIONUKLIDA PEMANCAR PADA SAMPEL TANAH PASCA PENGATUSAN DAKHIL DI KAWASAN REAKTOR KARTINI Yogyakarta, 6 September 01 ANALISIS RADIONUKLIDA PEMANCAR PADA SAMPEL TANAH PASCA PENGATUSAN DAKHIL DI KAWASAN REAKTOR KARTINI Siswanti, Wijiyono -BATAN-Yogyakarta Jl Babarsari Nomor 1, Kotak pos 6101

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang dilewai oleh jalur rangkaian api Indonesia atau disebut juga dengan jalur Cincin Api Pasifik (The Pasific Ring of Fire) dimana

Lebih terperinci

PENGARUH CURAH HUJAN TERHADAP RADIOAKTIVITAS GROSS BETA PADA SAMPEL JATUHAN (FALL OUT)

PENGARUH CURAH HUJAN TERHADAP RADIOAKTIVITAS GROSS BETA PADA SAMPEL JATUHAN (FALL OUT) PENGARUH CURAH HUJAN TERHADAP RADIOAKTIVITAS GROSS BETA PADA SAMPEL JATUHAN (FALL OUT) SISWANTI, GEDE SUTRENA W Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan-BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 1008, DIY 55010

Lebih terperinci

PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS BETA TOTAL PADA SAMPEL TANAH DI KAWASAN REAKTOR KARTINI TAHUN 2010

PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS BETA TOTAL PADA SAMPEL TANAH DI KAWASAN REAKTOR KARTINI TAHUN 2010 PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS BETA TOTAL PADA SAMPEL TANAH DI KAWASAN REAKTOR KARTINI TAHUN 2010 Sri Wahyuningsih, Siswanti, Sri Artiningsih BATAN, Babarsari Yogyakarta 55281 E-mail: ptapb@batan.go.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seperti yang telah kita ketahui pada dasarnya setiap benda yang ada di alam semesta ini memiliki paparan radiasi, akan tetapi setiap benda tersebut memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada saat gunungapi meletus mengeluarkan tiga jenis bahan yaitu berupa padatan, cair, dan gas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia yang merupakan daerah katulistiwa mempunyai letak geografis pada 8 0 LU dan 11 0 LS, dimana hanya mempunyai dua musim saja yaitu musim hujan dan musim kemarau.

Lebih terperinci

RINGKASAN. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor; Program St~di Pengeloiaan Sumberdaya

RINGKASAN. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor; Program St~di Pengeloiaan Sumberdaya RINGKASAN Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor; Program St~di Pengeloiaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Penulis : Pande Made Udiyani; Judul : Identifikasi Radionuklida Air di Luar Kawasan PUSPIPTEK

Lebih terperinci

ANALISIS RADIOAKTIVITAS GROSS α, β DAN IDENTI- FIKASI RADIONUKLIDA PEMANCAR γ DARI AIR DAN SEDIMEN SUNGAI CODE YOGYAKARTA

ANALISIS RADIOAKTIVITAS GROSS α, β DAN IDENTI- FIKASI RADIONUKLIDA PEMANCAR γ DARI AIR DAN SEDIMEN SUNGAI CODE YOGYAKARTA Elin Nuraini, dkk. ISSN 0216-3128 383 ANALISIS RADIOAKTIVITAS GROSS α, β DAN IDENTI- FIKASI RADIONUKLIDA PEMANCAR γ DARI AIR DAN SEDIMEN SUNGAI CODE YOGYAKARTA Elin Nuraini, Sunardi, Bambang Irianto PTAPB-BATAN

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR. Pusat Teknologi Akselerator Dan Proses Bahan Yogyakarta, 28 Agustus 2008

PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR. Pusat Teknologi Akselerator Dan Proses Bahan Yogyakarta, 28 Agustus 2008 IDENTIFIKASI RADIONUKLIDA PEMANCAR GAMMA PADA SAMPEL ABU VULKANIK, SEDIMEN, TANAH DAN PASIR DI SEKITAR GUNUNG MERAPI PASCA ERUPSI 2006 Sri Artiningsih, Wijiyono Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAN EVALUASI RADIOAKTIVITAS AIR TANGKI REAKTOR (ATR) DI PTAPB-BATAN YOGYAKARTA

PENGUKURAN DAN EVALUASI RADIOAKTIVITAS AIR TANGKI REAKTOR (ATR) DI PTAPB-BATAN YOGYAKARTA PENGUKURAN DAN EVALUASI RADIOAKTIVITAS AIR TANGKI REAKTOR (ATR) DI PTAPB-BATAN YOGYAKARTA Suparno, Mahrus Salam -BATAN, Yogyakarta Email : ptapb@batan.go.id ABSTRAK PENGUKURAN DAN EVALUASI RADIOAKTIVITAS

Lebih terperinci

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS BETA TOTAL SAMPEL AIR LINGKUNGAN DI SEKITAR REAKTOR KARTINI TAHUN 2011

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS BETA TOTAL SAMPEL AIR LINGKUNGAN DI SEKITAR REAKTOR KARTINI TAHUN 2011 Yogyakarta, Rabu, 11 September 2013 PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS BETA TOTAL SAMPEL AIR LINGKUNGAN DI SEKITAR REAKTOR KARTINI TAHUN 2011 Siswanti, A.Aris Munandar PTAPB-BATAN Yogyakarta siswanti@batan.go.id

Lebih terperinci

PENGARUH KUAT ARUS PADA ANALISIS LIMBAH CAIR URANIUM MENGGUNAKAN METODA ELEKTRODEPOSISI

PENGARUH KUAT ARUS PADA ANALISIS LIMBAH CAIR URANIUM MENGGUNAKAN METODA ELEKTRODEPOSISI ISSN 1979-2409 PENGARUH KUAT ARUS PADA ANALISIS LIMBAH CAIR URANIUM MENGGUNAKAN METODA ELEKTRODEPOSISI Noviarty, Darma Adiantoro, Endang Sukesi, Sudaryati Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

24 November 2013 : 2780/45/BGL.V/2013

24 November 2013 : 2780/45/BGL.V/2013 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424, 021-5228371

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki gunung merapi cukup banyak yang tersebar di seluruh penjuru nusantara meliputi Sumatera, Jawa, dan Irian Jaya. Di Sumatera

Lebih terperinci

EVALUASI PENGARUH POLA ALIR UDARA TERHADAP TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI DAERAH KERJA IRM

EVALUASI PENGARUH POLA ALIR UDARA TERHADAP TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI DAERAH KERJA IRM No. 12/ Tahun VI. Oktober 2013 ISSN 1979-2409 EVALUASI PENGARUH POLA ALIR UDARA TERHADAP TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI DAERAH KERJA IRM Endang Sukesi I dan Suliyanto Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir -BATAN

Lebih terperinci

ANALISIS KANDVNGAN PENGOTOR DALAM PELET VOz SINTER

ANALISIS KANDVNGAN PENGOTOR DALAM PELET VOz SINTER Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 ISSN 0854-5561 ANALISIS KANDVNGAN PENGOTOR DALAM PELET VOz SINTER Asminar ABSTRAK ANALISIS KANDUNGAN PENGOTOR DALAM PELET U02 SINTER. Telah dilakukan analisis pengotor

Lebih terperinci

RADIOAKTIVITAS BEBERAPA SPESIES BIOTA DI DAERAH PEMANTAUAN SEKITAR REAKTOR KARTINI

RADIOAKTIVITAS BEBERAPA SPESIES BIOTA DI DAERAH PEMANTAUAN SEKITAR REAKTOR KARTINI Wijiyono, dkk. ISSN 0216-3128 83 RADIOAKTIVITAS BEBERAPA SPESIES BIOTA DI DAERAH PEMANTAUAN SEKITAR REAKTOR KARTINI Wijiyono, H.Muryono Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN ABSTRAK RADIOAKTIVITAS

Lebih terperinci

KAJIAN RADIOAKTIVITAS AIR LINGKUNGAN DI SEKITAR REAKTOR KARTINI PASCA GEMPA 27 MEI 2006

KAJIAN RADIOAKTIVITAS AIR LINGKUNGAN DI SEKITAR REAKTOR KARTINI PASCA GEMPA 27 MEI 2006 KAJIAN RADIOAKTIVITAS AIR LINGKUNGAN DI SEKITAR REAKTOR KARTINI PASCA GEMPA 7 MEI 006 GEDE SUTRESNA WIJAYA, SISWANTI Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan-BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 1008, DIY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik material

Lebih terperinci

PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS PB-210, PB-212 DAN PB-214 DALAM CUPLIKAN DEBU VULKANIK PASCA GUNUNG MERAPI MELETUS

PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS PB-210, PB-212 DAN PB-214 DALAM CUPLIKAN DEBU VULKANIK PASCA GUNUNG MERAPI MELETUS PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS PB-210, PB-212 DAN PB-214 DALAM CUPLIKAN DEBU VULKANIK PASCA GUNUNG MERAPI MELETUS Iswantoro, Muljono, Sihono, Sutanto W.W. Suhardi -BATAN Yogyakarta Jl Babarsari Nomor 21, Kotak

Lebih terperinci

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan... Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2 Pokok Permasalahan... 2 1.3 Lingkup Pembahasan... 3 1.4 Maksud Dan Tujuan... 3 1.5 Lokasi... 4 1.6 Sistematika Penulisan... 4 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

LAPORAN EVALUASI AWAL BENCANA TANAH LONGSOR DESA BANARAN, KECAMATAN PULUNG, KABUPATEN PONOROGO

LAPORAN EVALUASI AWAL BENCANA TANAH LONGSOR DESA BANARAN, KECAMATAN PULUNG, KABUPATEN PONOROGO LAPORAN EVALUASI AWAL BENCANA TANAH LONGSOR DESA BANARAN, KECAMATAN PULUNG, KABUPATEN PONOROGO 1. Gambaran Umum a) Secara geografi Desa Banaran, Kecamatan Pulung terletak di lereng Gunung Wilis sebelah

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NOMOR 57 BANDUNG 40122 JALAN JENDERAL GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 TELEPON: 022-7215297/021-5228371 FAKSIMILE:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Proses pengambilan sampel dilakukan di Perairan Pulau Panggang, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta pada tiga

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru)

Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru) Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru) Disusun oleh: Anita Megawati 3307 100 082 Dosen Pembimbing: Ir. Eddy S. Soedjono.,Dipl.SE.,MSc.,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Sampah dapat didefinisikan sebagai semua buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah tidak berguna atau diperlukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan batubara sebagai sumber energi pada unit tabung pembakaran (boiler) pada industri akhir-akhir ini menjadi pilihan yang paling diminati oleh para pengusaha

Lebih terperinci

FORMAT DAN ISI LAPORAN SURVEI RADIOLOGI AKHIR

FORMAT DAN ISI LAPORAN SURVEI RADIOLOGI AKHIR LAMPIRAN IV PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2011... TENTANG DEKOMISIONING INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR FORMAT DAN ISI LAPORAN SURVEI RADIOLOGI AKHIR A. Kerangka Format Laporan

Lebih terperinci

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat Polusi Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER I KTSP & K-13 A. PROSES PEMBENTUKAN TANAH

geografi Kelas X PEDOSFER I KTSP & K-13 A. PROSES PEMBENTUKAN TANAH KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami proses dan faktor pembentukan tanah. 2. Memahami profil,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara dengan gunung berapi terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah gunung berapi yang masih aktif

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. -Beaker Marinelli

BAB 3 METODE PENELITIAN. -Beaker Marinelli BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat Penelitian Alat yang digunakan untuk pengukuran radionuklida alam dalam sampel adalah yang sesuai dengan standar acuan IAEA (International Atomic

Lebih terperinci

Morfologi dan Litologi Batuan Daerah Gunung Ungaran

Morfologi dan Litologi Batuan Daerah Gunung Ungaran Morfologi dan Litologi Batuan Daerah Gunung Ungaran Morfologi Gunung Ungaran Survei geologi di daerah Ungaran telah dilakukan pada hari minggu 15 Desember 2013. Studi lapangan dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

PENGUKURAN KONSENTRASI RADON DALAM TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF. Untara, M. Cecep CH, Mahmudin, Sudiyati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

PENGUKURAN KONSENTRASI RADON DALAM TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF. Untara, M. Cecep CH, Mahmudin, Sudiyati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif PENGUKURAN KONSENTRASI RADON DALAM TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF Untara, M. Cecep CH, Mahmudin, Sudiyati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK PENGUKURAN KONSENTRASI RADON DALAM TEMPAT PENYIMPANAN

Lebih terperinci

VERIFIKASI METODA GRAVIMETRI UNTUK PENENTUAN THORIUM

VERIFIKASI METODA GRAVIMETRI UNTUK PENENTUAN THORIUM VERIFIKASI METODA GRAVIMETRI UNTUK PENENTUAN THORIUM Syamsul Fatimah, Rahmiati, Yoskasih Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK VERIFIKASI METODA GRAVIMETRI UNTUK PENENTUAN THORIUM. Telah dilakukan

Lebih terperinci

PENENTUAN KANDUNGAN LOGAM Pb DAN Cr PADA AIR DAN SEDIMEN DI SUNGAI AO DESA SAM SAM KABUPATEN TABANAN

PENENTUAN KANDUNGAN LOGAM Pb DAN Cr PADA AIR DAN SEDIMEN DI SUNGAI AO DESA SAM SAM KABUPATEN TABANAN PENENTUAN KANDUNGAN LOGAM Pb DAN Cr PADA AIR DAN SEDIMEN DI SUNGAI AO DESA SAM SAM KABUPATEN TABANAN NI PUTU DIANTARIANI DAN K.G. DHARMA PUTRA Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana. ABSTRAK Telah diteliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia yang merupakan daerah katulistiwa mempunyai letak geografis pada 80 LU dan 110 LS, dimana hanya mempunyai dua musim saja yaitu musim hujan dan musim kemarau.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Material Vulkanik Merapi. gunung api yang berupa padatan dapat disebut sebagai bahan piroklastik (pyro = api,

TINJAUAN PUSTAKA. A. Material Vulkanik Merapi. gunung api yang berupa padatan dapat disebut sebagai bahan piroklastik (pyro = api, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Material Vulkanik Merapi Abu vulkanik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan dan dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan bahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Soemarto (1999) infiltrasi adalah peristiwa masuknya air ke dalam tanah, umumnya (tetapi tidak pasti), melalui permukaan dan secara vertikal. Setelah beberapa waktu kemudian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gayatri Anggi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gayatri Anggi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sayuran dalam kehidupan manusia sangat berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan peningkatan gizi, karena sayuran merupakan salah satu sumber mineral dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Di Indonesia banyak sekali terdapat gunung berapi, baik yang masih aktif maupun yang sudah tidak aktif. Gunung berapi teraktif di Indonesia sekarang ini adalah Gunung

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di III. TATA LAKSANA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di laboratorium fakultas pertanian UMY. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah dan

Lebih terperinci

7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara

7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara 7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara G. Kie Besi dilihat dari arah utara, 2009 KETERANGAN UMUM Nama Lain : Wakiong Nama Kawah : Lokasi a. Geografi b. : 0 o 19' LU dan 127 o 24 BT Administrasi : Pulau Makian,

Lebih terperinci

Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Indonesia

Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Indonesia ANALISIS LOGAM ARSENIK (AS) DAN KADMIUM (CD) PADA SAYUR BAYAM HIJAU (AMARANTHUS TRICOLOR) TERHADAP BAYAM MERAH (BLITUM RUBRUM) DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA) Muhammad Ridwan Harahap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Kimia Abu Terbang PLTU Suralaya Abu terbang segar yang baru diambil dari ESP (Electrostatic Precipitator) memiliki karakteristik berbeda dibandingkan dengan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan pesisir merupakan daerah peralihan antara daratan dan laut. Dalam suatu wilayah pesisir terdapat bermacam ekosistem dan sumber daya pesisir. Ekosistem pesisir

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Metode penelitian secara umum yakni tentang analisis penyebaran logam berat tembaga pada air tanah dan aliran sungai di sekitar industri kerajinan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan yang digunakan adalah daun kacang panjang, alkohol 70%, HCl 0,7%, NaOH 1N, ZnSO 4 5%, Ba(OH)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut (Soemarto,1999). Infiltrasi adalah peristiwa masuknya air ke dalam tanah, umumnya (tetapi tidak pasti), melalui permukaan dan secara vertikal. Setelah beberapa waktu kemudian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Memilih masalah. Studi pustaka. Merumuskan masalah. Merumuskan hipotesa. Memilih pendekatan -># Menentukan instrumen

BAB III METODE PENELITIAN. Memilih masalah. Studi pustaka. Merumuskan masalah. Merumuskan hipotesa. Memilih pendekatan -># Menentukan instrumen BAB III METODE PENELITIAN Prosedur Penelitian Memilih masalah Studi pustaka Merumuskan masalah Merumuskan hipotesa Memilih pendekatan N^( cfl /an vaiiabel #&* -># Menentukan instrumen Menentukan sumber

Lebih terperinci

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Kompos Cacing Tanah (CASTING) Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan

Lebih terperinci

ISSN PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS GAMMA, BETA DAN IDENTIFIKASI RADIONUKLIDA DALAM SEDIMEN DAN AIR SUNGAI

ISSN PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS GAMMA, BETA DAN IDENTIFIKASI RADIONUKLIDA DALAM SEDIMEN DAN AIR SUNGAI 7"D Sukirno don Sudarmadji. ISSN 0216-3128 257 PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS GAMMA, BETA DAN IDENTIFIKASI RADIONUKLIDA DALAM SEDIMEN DAN AIR SUNGAI Sukirno dad Sudarmadji Puslitbang Teknologi Maju Batan, Yogyakarta.

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV.49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424 021-5228371

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan wilayah yang mempunyai keunikan dan keistimewaan yang khas di dunia. Dengan jumlah pulau lebih dari 17.000

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan kepulauan Indonesia merupakan daerah pertemuan lempeng bumi dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan curah hujan yang relatif

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DAN B3 DI IRM. Sunardi

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DAN B3 DI IRM. Sunardi PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DAN B3 DI IRM Sunardi ABSTRAK PENGELOLAAN LlMBAH RAOIOAKTIF DAN B3 01 IRM. Telah dilakukan pengelolaan Limbah radioaktif dan B3 di Instalasi Radiometalurgi (IRM). Limbah radioaktif

Lebih terperinci

KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 1 JALAN JEND GATOT SUBROTO KAV. 9 JAKARTA 195 Telepon: -713, 5,1-5371 Faksimile: -71, 1-537 E-mail:

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan

PENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan PENDAHULUAN Latar Belakang Aktivitas kehidupan manusia yang sangat tinggi telah menimbulkan banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan pembangunan, terutama di sektor industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di negeri kita yang tercinta ini, sampah menjadi masalah yang serius.

BAB I PENDAHULUAN. Di negeri kita yang tercinta ini, sampah menjadi masalah yang serius. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di negeri kita yang tercinta ini, sampah menjadi masalah yang serius. Bahkan di wilayah yang seharusnya belum menjadi masalah telah menjadi masalah. Yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laut dan kehidupan di dalamnya merupakan bagian apa yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. Laut dan kehidupan di dalamnya merupakan bagian apa yang disebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laut dan kehidupan di dalamnya merupakan bagian apa yang disebut Ekosistem yaitu suatu lingkungan tempat berlangsungnya reaksi timbal balik antara makhluk dan faktor-faktor

Lebih terperinci

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424, 021-5228371

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah timbangan analitik, tabung reaksi, higrometer, altimeter, pipet berskala, labu ukur, oven, spektrofotometer, gunting, plastik, alat

Lebih terperinci

PRO SIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLffi. Pusat Teknologi Akselerator Dan Proses Bahan Yogyakarta, 28 Agustus 2008

PRO SIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLffi. Pusat Teknologi Akselerator Dan Proses Bahan Yogyakarta, 28 Agustus 2008 PRO SIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLffi EVALUASI HASIL PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA DI RUANG REAKTORKARTINIPTAPB-BATANYOGYAKARTA Supamo, Elisabeth Supriyatoi - BATAN ABSTRAK

Lebih terperinci

3. ARUS ENERGI DAN DAUR MATERI DALAM EKOSISTEM

3. ARUS ENERGI DAN DAUR MATERI DALAM EKOSISTEM 3. ARUS ENERGI DAN DAUR MATERI DALAM EKOSISTEM 3.1. PENGERTIAN ARUS ENERGI DAN DAUR MATERI Semua organisme memerlukan energi untuk tumbuh, berkembang biak, bergerak dan melaksanakan fungsi-fungsi tubuhnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gunungapi Merapi merupakan gunung yang aktif, memiliki bentuk tipe stripe strato yang erupsinya telah mengalami perbedaan jenis erupsi, yaitu erupsi letusan dan leleran

Lebih terperinci

PENENTUAN WAKTU SAMPLING UDARA UNTUK MENGUKUR KONTAMINAN RADIOAKTIF BETA DI UDARA DALAM LABORATORIUM AKTIVITAS SEDANG

PENENTUAN WAKTU SAMPLING UDARA UNTUK MENGUKUR KONTAMINAN RADIOAKTIF BETA DI UDARA DALAM LABORATORIUM AKTIVITAS SEDANG ISSN 852-4777 PENENTUAN WAKTU SAMPLING UDARA UNTUK MENGUKUR KONTAMINAN RADIOAKTIF BETA DI UDARA DALAM LABORATORIUM AKTIVITAS SEDANG Sri Wahyunigsih (1) dan Yusuf Nampira (1) 1. Pusat Teknologi Bahan Bakar

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan

Lebih terperinci

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd TANAH / PEDOSFER OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd 1.Definisi Tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral organic, air, udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan eksplorasi minyak dan gas sebagaimana dilakukan oleh PT Lapindo Brantas, Inc. merupakan kegiatan survey seismic dan eksplorasi. Kegiatan tersebut merupakan

Lebih terperinci

EVALUASI RADIOAKTIVITAS GROSS BETA DAN IDENTIFIKASI RADIONUKLIDA PEMANCAR GAMMA DALAM BUAH-BUAHAN IMPOR DAN LOKAL

EVALUASI RADIOAKTIVITAS GROSS BETA DAN IDENTIFIKASI RADIONUKLIDA PEMANCAR GAMMA DALAM BUAH-BUAHAN IMPOR DAN LOKAL ISSN 0216 3128 75 EVALUASI RADIOAKTIVITAS GROSS BETA DAN IDENTIFIKASI RADIONUKLIDA PEMANCAR GAMMA DALAM BUAH-BUAHAN IMPOR DAN LOKAL P3TM BATAN ABSTRAK EVALUASI RADIOAKTIVITAS GROSS BETA DAN IDENTIFIKASI

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan 19 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada November

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di ring of fire (Rokhis, 2014). Hal ini berpengaruh terhadap aspek geografis, geologis dan klimatologis. Indonesia

Lebih terperinci

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3. Preparasi Sampel Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3 siti_marwati@uny.ac.id Penarikan Sampel (Sampling) Tujuan sampling : mengambil sampel yang representatif untuk penyelidikan

Lebih terperinci

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar POLUSI Standart Kompetensi : Memahami polusi dan dampaknya pada manusia dan lingkungan Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi jenis polusi pada lingkungan kerja 2. Polusi Air Polusi Air Terjadinya polusi

Lebih terperinci

PREDIKSI KAPASITAS TAMPUNG SEDIMEN KALI GENDOL TERHADAP MATERIAL ERUPSI GUNUNG MERAPI 2006

PREDIKSI KAPASITAS TAMPUNG SEDIMEN KALI GENDOL TERHADAP MATERIAL ERUPSI GUNUNG MERAPI 2006 PREDIKSI KAPASITAS TAMPUNG SEDIMEN KALI GENDOL TERHADAP MATERIAL ERUPSI GUNUNG MERAPI 2006 Tiny Mananoma tmananoma@yahoo.com Mahasiswa S3 - Program Studi Teknik Sipil - Sekolah Pascasarjana - Fakultas

Lebih terperinci

JAWABAN PERTANYAAN EVOLUSI TUGAS

JAWABAN PERTANYAAN EVOLUSI TUGAS JAWABAN PERTANYAAN EVOLUSI TUGAS disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Evolusi Oleh: Kelompok 10 Pendidikan Biologi A 2014 Ane Yuliani 1400537 Hanifa Ahsanu A. 1403883 Meilinda Alfiana 1403318

Lebih terperinci

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA RUANG KERJA DI IRM TAHUN 2009

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA RUANG KERJA DI IRM TAHUN 2009 PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA RUANG KERJA DI IRM TAHUN 2009 Endang Sukesi Ismojowati, Sudaryati ABSTRAK PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA RUANG KERJA DI IRM TAHUN 2009. Telah dilakukan pemantauan kontaminasi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Pemberian dan Terhadap Sifat sifat Kimia Tanah Penelitian ini mengevaluasi pengaruh pemberian amelioran bahan humat dan abu terbang terhadap kandungan hara tanah

Lebih terperinci

Oleh: ANA KUSUMAWATI

Oleh: ANA KUSUMAWATI Oleh: ANA KUSUMAWATI PETA KONSEP Pencemaran lingkungan Pencemaran air Pencemaran tanah Pencemaran udara Pencemaran suara Polutannya Dampaknya Peran manusia Manusia mempunyai peranan dalam pembentukan dan

Lebih terperinci

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA RUANGAN KERJA IEBE SAAT SISTEM VENTILASI UDARA TIDAK BEROPERASI

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA RUANGAN KERJA IEBE SAAT SISTEM VENTILASI UDARA TIDAK BEROPERASI PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA RUANGAN KERJA IEBE SAAT SISTEM VENTILASI UDARA TIDAK BEROPERASI MURADI, SRI WAHYUNINGSIH, SJAFRUDDIN PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR-BATAN Serpong Abstrak PEMANTAUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik

BAB I PENDAHULUAN. Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik di darat, perairan maupun udara. Logam berat yang sering mencemari lingkungan terutama adalah merkuri

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis 33 KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Lokasi Geografis Daerah penelitian terletak di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Kecamatan Imogiri berada di sebelah Tenggara dari Ibukota Kabupaten Bantul.

Lebih terperinci

SINTESA DAN UJI BIODEGRADASI POLIMER ALAMI

SINTESA DAN UJI BIODEGRADASI POLIMER ALAMI SINTESA DAN UJI BIODEGRADASI POLIMER ALAMI Suryani Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh Medan Buketrata - Lhokseumawe Email : suryani_amroel@yahoo.com Abstrak Pati (khususnya

Lebih terperinci

PERUBAHAN KONDISI FISIK PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN 2010 DI DESA GLAGAHARJO PROVINSI DIY

PERUBAHAN KONDISI FISIK PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN 2010 DI DESA GLAGAHARJO PROVINSI DIY ISSN 0126-8138 15 PERUBAHAN KONDISI FISIK PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN 2010 DI DESA GLAGAHARJO PROVINSI DIY Oleh I Putu Ananda Citra Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Ganesha ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berada di dalam wilayah Ring of Fire. Ring

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berada di dalam wilayah Ring of Fire. Ring BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berada di dalam wilayah Ring of Fire. Ring of Fire atau disebut juga dengan Cincin Api Pasifik atau Lingkaran Api Pasifik daerah yang

Lebih terperinci

TENTANG KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI MERAPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

TENTANG KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI MERAPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI MERAPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa salah satu upaya penyelamatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Kota Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Kota Gorontalo. 1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1.1 Lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN Pengambilan sampel dilakukan di TPA Tanjung Kramat, selanjutnya pemeriksaan dan analisis sampel dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebakaran Hutan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Definisi dan Tipe Kebakaran Hutan dan Lahan Kebakaran hutan adalah sebuah kejadian terbakarnya bahan bakar di hutan oleh api dan terjadi secara luas tidak

Lebih terperinci

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS ALPHA PADA BAK PENAMPUNG AIR PENDINGIN ACCUTOM PASCA PEMOTONGAN LOGAM U-Zr

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS ALPHA PADA BAK PENAMPUNG AIR PENDINGIN ACCUTOM PASCA PEMOTONGAN LOGAM U-Zr PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS ALPHA PADA BAK PENAMPUNG AIR PENDINGIN ACCUTOM PASCA PEMOTONGAN LOGAM U-Zr Akhmad Saogi Latif Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS ALPHA

Lebih terperinci

EVALUASI DOSIS RADIASI INTERNAL PEKERJA RADIASI PT-BATAN TEKNOLOGI DENGAN METODE IN-VITRO

EVALUASI DOSIS RADIASI INTERNAL PEKERJA RADIASI PT-BATAN TEKNOLOGI DENGAN METODE IN-VITRO EVALUASI DOSIS RADIASI INTERNAL PEKERJA RADIASI PT-BATAN TEKNOLOGI DENGAN METODE IN-VITRO Ruminta Ginting, Ratih Kusuma Putri Pusat Teknologi Limbah Radioaktif - BATAN ABSTRAK EVALUASI DOSIS RADIASI INTERNAL

Lebih terperinci