BAB I PENDAHULUAN. Proses pendidikan, tentunya pembelajaran merupakan bagian yang tidak dapat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Proses pendidikan, tentunya pembelajaran merupakan bagian yang tidak dapat"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Proses pendidikan, tentunya pembelajaran merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan darinya. Belajar dan pembelajaran memang tidak dapat disamakan, namun keduanya memiliki dimensi yang sama. Bila dalam pembelajaran, sang pengajar mencoba untuk melakukan transformasi pengetahuan (kognisi) kepada siswa (receiver). Sedangkan dalam belajar sang pembelajar melakukan eksplorasi pengetahuan secara mandiri. Belajar yaitu perubahan murid dalam bidang material, formal serta fungsional pada umumnya dan bidang intelektual pada khususnya. Jadi belajar merupakan hal yang pokok. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan harus merupakan akhir dari pada periode yang cukup panjang. Berapa lama waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaklah merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari- hari, berminggu-minggu, berbulan- bulan atau bertahun- tahun. Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi pada diri seseorang yang sedang mengalami belajar. Jadi yang dimaksud dengan belajar bukan tingkah laku yang nampak, tetapi proses terjadi secara internal di dalam diri indvidu dalam mengusahakan memperoleh hubungan- hubungan baru. 1

2 Belajar merupakan aktivitas atau usaha perubahan tingkah laku yang terjadi pada dirinya atau diri individu. Perubahan tingkah laku tersebut merupakan pengalaman- pengalaman baru. Dengan belajar individu mendapatkan pengalaman- pengalaman baru. Perubahan dalam kepribadian yang menyatakan sebagai suatu pola baru dan pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian baru dengan jalan mengalami atau latihan. Siswa memerlukan layanan pendidikan yang layak, termasuk juga anak yang berkebutuhan khusus (ABK) dengan segala keterbatasan kemampuannya baik dari segi fisik, mental, intelektual, sosial dan sebagainya. Oleh karena itu Pemerintah memberikan perhatian yang semakin besar terhadap layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Hal tersebut tertuang dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 ayat 2 yang menyatakan bahwa : Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Pasal tersebut menjelaskan bahwa pemerintahan pun menyediakan layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus sesuai dengan kebutuhan atau kelainannya (Undang- Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 ayat 2) Sekolah merupakan salah satu bentuk lembaga pendidikan yang bersifat formal sebagai tempat kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar ini melibatkan dua pihak yang paling penting, yaitu guru sebagai tenaga pengajar dan siswa sebagai pelajar. Kedua pihak ini harus dapat berinteraksi secara positif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. 2

3 Terdapat banyak hal penunjang diantara kedua belah pihak tersebut dalam kegiatan dalam belajar mengajar. Salah satunya yang paling penting adalah motivasi siswa untuk belajar. Motivasi belajar merupakan hal yang mendorong siswa untuk dapat mengikuti kegiatan dalam belajar mengajar. Seperti dikemukakan: Tidaklah disebut belajar tanpa ada perubahan, tidak ada perubahan tanpa aktivitas, dan tidak ada aktivitas tanpa ada motivasi (Sukmara, 2003:47). Berdasarkan pernyataan tersebut, motivasi memegang peranan yang mendasar guna terciptanya aktivitas yang pada akhirnya terjadi perubahan yang merupakan tujuan dari pembelajaran. Motivasi dapat bersifat intrinsik, yaitu berasal dari dalam diri siswa dan dapat pula bersifat ekstrinsik, yaitu berasal dari luar diri siswa, misalnya suasana belajar yang kondusif, menantang, dan menarik serta cara guru menyampaikan materi pelajaran yang menyenangkan. Dalam hal inilah, peran guru sangat dibutuhkan oleh siswa. Guru dituntut mampu melakukan tindakan-tindakan positif sebagai usaha untuk dapat merangsang timbulnya motivasi agar siswa dapat melakukan aktivitas belajar dengan baik. Guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif dari menarik bagi siswa sehingga mereka tertantang untuk melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Kerja sama yang baik seperti itu,akan berdampak positif dalam mencapai hasil belajar yang optimal.pada umumnya masyarakat penyandang masalah sosial tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam masyarakat, misalnya saja penyandang tunanetra. Dengan segala keterbatasan yang mereka miliki mereka harus menggunakan suatu cara untuk dapat membaca. 3

4 Buku merupakan gudang ilmu, tidak terkecuali bagi tunanetra dan karena keterbatasan visualnya maka tunanetra tidak biasa menggunakan buku dengan tuliasan huruf biasa untuk orang awas pada umumnya. Akhirnya pemerintah menetapkan huruf braille sebagai huruf resmi yang bisa dipergunakan untuk anak tunanetra. Ditetapkannya huruf Braille sebagai huruf resmi yang bisa dipergunakan oleh tunanetra diharapkan dapat lebih membantu mengurangi masalah yang sering timbul pada orang yang memiliki kekurangan pengindraan dalam hal ini cacat netra. Untuk mempelajari metode tersebut tentunya diperlukan adanya suatu sistem belajar mengajar yang baik dan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan individu. Proses transformasi tersebut tentunya berlangsung antara pengajar yang memiliki kemampuan dalam sistem pengajaran. Di dalam pengajaran huruf Braille ada program-program tertentu yang dikhususkan untuk para tunanetra yang memang belum pernah sekolah dan yang belum paham sama sekali mengenai baca dan menulis Braille. Hal menarik di sini adalah bagaimana belajar mengajar tersebut berlangsung dan dengan menggunakan metode seperti apa dan menggunakan teknik perabaan serta berbagai hambatan atau kesuliatan dari pengajar. Apa yang menjadi tujuan akhir dari semua program itu, sehingga nantinya bisa diterima dan berguna bagi perkembangan dan pemberdayaan para penyandang cacat netra di lingkungan sosialnya. Di sini pengajar atau pendidik memiliki kedudukan yang sangat penting terutama sebagai supportive activity atau pementor. Pada awal pembelajaran Braille 4

5 terhadap penyandang tunanetra, harus adanya pendekatan yang dapat merangsang indera mereka. Penerapan ini hendaknya dapat dilaksanakan secara perlahan tapi harus bersifat rutin agar tingkat kepahamannya dapat tercapai. Dalam pengajaran huruf braille ini para tunanetra dituntut untuk rajin dalam melatih sensitivitas perabaannya, karena indra perabaan merupakan alat pembacaan huruf-huruf braille tersebut sehingga pemaknaan terjadi didalam proses belajar. Teknik perabaan ini dituntut kerajinan para tunanetra untuk lebih melatih sensitivitas tangannya, karena didalam proses pengajaran ini ada yang lamban dan ada juga yang cepat, tergantung konsentrasi para tunanetra tersebut. Oleh karena itu, seperti yang dikatakan bahwa: Pengajar harus seseorang yang berkepribadian baik dan harus diteladani sehingga nantinya dapat memanusiakan manusia, untuk itu pengajar juga harus melakukan kegiatan bimbingan, yaitu menuntun anak didik dan memberikan lingkungan yang sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan yang dicita-citakan (Sardiman, 1992:158). Adapun beberapa tahap awal pengenalan huruf braille yang harus dilakukan oleh pengajar adalah : 1 Pengenalan alat tulis braille, yaitu regglate, paku tulis dan penghapus. Para pengajar mengajarkan bagaimana cara penggunaaan alat-alat tulis tersebut. 2 Mengajarkan bagaimana cara memasang kertas kedalam alat tulis, agar bisa ditulis dengan huruf braille. 5

6 3 Para pengajar mengajarkan posisi titik-titik huruf braille yang terdiri dari 6 titik. 4 Pengajar mengenalkan huruf braille dari A sampai Z dan juga tandatanda baca yang wajib diketahui. Huruf Braille merupakan suatu pesan yang harus dapat dimengerti dan dipahami oleh para tunanetra. Di sini pesan harus disampaikan dan dikembangkan berdasarkan struktur, isi, dan juga perlakuan yang diterapkan untuk tunanetra, dan juga dapat disesuaikan dengan kemampuan mereka. Instruksi (pelajaran) di sini para tunanetra harus dituntun secara individual atau kerjasama secara berkelompok. Para pengajar harus memberikan instruksi secara jelas, dan pada saat kegiatan belajar mereka harus di tunggu dan diperhatikan sedetil mungkin untuk menghindari kesalahan mereka dalam memasang dan menggunakan alat tulis, kesalahan mereka terhadap posisi titik-titik braille, dan kesalahan mereka dalam pengenalan huruf. Umumnya pembelajaran Braille erat hubungannya dengan anak tunanetra, baik yang buta maupun yang kurang lihat. Dalam pendidikan untuk anak-anak tunanetra, baik yang diselenggarakan di SLB bagian A maupun melalaui program pendidikan terpadu, para guru berkewajiban untuk memberi kesempatan seluas-luasnya kepada anak didik mereka. untuk mendapatkan pengalaman yang beraneka ragam, termasuk didalamnya pembelajaran Braille. 6

7 Masalah umum yang dimiliki tunetra dalam hal Braille sangatlah tampak dari ketidakbisaanya anak tunanetra low vision terhadap Braille, dan dari banyaknya teknologi sehingga dalam pembelajarn jarang menggunakan tulisan Braille, namun dalam hal anak tunanetra Braille merupakan hal yang pokok untuk dipahami dan digunakan dalam setiap pembelajaran. Ada anak tunanetra kelas 1 SD masih belum mampu dalam menggunakaan Braille, jadi dalam setiap pembelajarannya anak tidak mengenal yang namanya menulis karena menurut gurunya pembelajaran menulis Braille dasar sudah harus menguasai karena sudah diajarkan pada kelas persiapan, dalam hal ini guru tidak memberikan solusi untuk penggunaan Braillenya tapi mengfokuskan pada pembelajaran dikelas sebagai pengampaian materi dengan mengenyampingkan kratifitas anak yang bisa dilalui dengan menulis. Kondisi seperti inilah yang peneliti temukan di lapangan pada diri seorang anak tunanetra yang bersekolah di SLB Muhamadiyah Banjarsari Ciamis. Anak hanya mampu mendengar pelajaran tanpa mampu mencatat dengan tepat. Kondisi ini sangat memprihatinkan mengingat Braille merupaka sarana pembelajaran yang pokok bagi anak tunanetra, Dalam hal demikian, diperlukan suatu kreativitas khususnya bagi guru dan orang tua untuk menciptakan suasana yang menarik dalam pembelajaran bahasa yang diawali dengan menggunakan kata-kata ujaran. Dari aspek pembelajaran braille khususnya pada anak tunanetra yang mempunyai hambatan dalam berbicara, guru tengah menggunakan segala upaya dalam memberikan layanan untuk melatih berbahasa anak dengan berbicara mengucapkan kata-kata ujaran tersebut. 7

8 B. FOKUS PENELITIAN Fokus penelitian yang jelas tentang permasalahan yang akan diteliti serta tidak meluas dan lebih terfokus pada inti permasalahan, maka penulis perlu memfokuskan masalah penelitiannya. Adapun fokus dalam penelitian ini adalah Bagaimana pembelajaran Braille di SLB Muhammadiyah Banjarsari Ciamis. C. RUMUSAN MASALAH Bertitik tolak dari latar belakang serta fokus masalah yang telah dikemukanan di atas, maka penulis menagjukan pertanyaan sebagai berikut: 1 Bagaimana guru menyusun rencana dalam pembelajaran Braille di SLB Muhammadiyah Banjarsari? 2 Bagaimana proses pembelajaran Braille di SLB Muhammadiyah Banjarsari Ciamis? 3 Kendala apa saja yang dihadapi oleh guru dan anak tunanetra dalam proses pembelajaran Braille tersebut? 4 Upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam pembelajaran Braille di SLB Muhammadiyah Banjarsari? D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1 Utuk mengetahui cara guru menyusun rencana dalam pembelajaran Braille untuk anak tunanetra di SLB Muhammadiyah Banjarsari. 8

9 2 Untuk mengetahui proses pembelajaran Braille untuk anak tunanetra di SLB Muhammadiyah Banjarsari. 3 Untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh guru dan anak tunanetra dalam mengikuti pembelajaran Braille di SLB Muhammadiyah Banjarsari. 4 Untuk mengetahui upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam pembelajaran Braille di SLB Muhammadiyah Banjarsari. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, seperti diantaranya : 1. Manfaat Ilmiah Dengan mengetahui berbagai masalah pembelajaran bahasa ujaran pada anak autistik, maka dapat ditarik suatu kesimpulan akhir. Dari kesimpulan akhir tersebut dapat dibuat suatu teori atau rumusan konsep, sebagai alternatif pemecahan masalah dari berbagai masalah pembelajaran. 2. Manfaat Praktis Dengan mengacu pada alternatif pemecahan masalah yang dihasilkan dari penelitian ini, diharapkan berbagai masalah pembelajaran Braille pada anak tunanetra dapat di atasi atau setidaknya dikurangi. Alternatif pemecahan masalah yang dihasilkan dari penelitian ini juga bisa menjadi bahan rekomendasi bagi berbagai pihak yang terkait, sehingga layanan bagi yang diberikan oleh berbagai pihak terkait dapat lebih optimal. 9

10 E. PENJELASAN ISTILAH 1. Pembelajaran Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan makhluk hadup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapa yang disebabkan oleh pengalaman (KBBI, 1996: 14). Sependapat dengan pernyataan tersebut, Sutomo (1993: 68) mengemukakan bahwa : Pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu proses yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-lain ( Soetomo,1993: 120). Pasal I Undang- undang No. 20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu. 2. Braille Kamus Umum Bahasa Indonesia, braille adalah sistem tulisan dan catatan untuk orang buta dan berupa kode. (Yandianto, 2002:604). Huruf braille pada awalnya merupakan tulisan latin yang dicetak timbul (relief), kemudian berubah menjadi tulisan titik-titik timbul yang dapat dibaca dengan jalan meraba. Sekarang 10

11 sistem braille ini menjadi 6 titik saja. Pada saat ini sistem tulisan braille dipergunakan secara luas dan umum sebagai tulisan resmi orang tunanetra. Pada tanggal 4 Januari 1809 disebuah desa Coupvray + 40 km dari kota Paris lahirlah bayi laki-laki yang diberi nama Louis Braille. Anak laki-laki yang lincah ini pada umur 3 tahun menjadi tunanetra disebabkan sebelah matanya tertusuk pisau yang mengakibatkan kedua matanya menjadi rusak kerena terkena infeksi. Kejadian itu sudah tentu dirasakan oleh Louis Braille dan kedua orang tuanya sebagai suatu kemalangan yang sangat besar. Pada hakekatnya kejadian itu merupakan suatu yang mengahantarkan Louis Braille kepada kemashuran sebagai pahlawan kemanusiaan yang abadi sepanjang zaman. Tahun 1819 yaitu ketika berumur 10 tahun, Louis Braille mulai bersekolah pada L eccle des Yeunes Avangles di Kota Paris, suatu sekolah tunanetra pertama yang didirikan oleh Valentine Hauy pada tahun Disekolah Louis Braille memperlihatkan bakat serta kemauan yang keras, sehingga ia tergolong anak yang pandai. Sesungguhnya sebagai akibat ketunanetraannya itu Louis Braille tergolong anak yang berfisik lemah dan sakit-sakitan. Setelah menamatkan pelajarannya Louis Braille bekerja pada sekolah tersebut selaku pembantu guru (repertitor). Pada waktu itu tulisan yang dipergunakan adalah tulisan latin yang dicetak timbul (relief). Sezaman dengan Louis Braille, seoarng opsir Tentara Berkuda Perancis bernama Charles Barbier menciptakan tulisan titik-titik timbul yang dapat dibaca dengan jalan meraba. Sistem tulisan Charles Berbier itu terdiri dari 12 buah titik dan 11

12 diciptakan untuk keperluan militer. Dengan perantaraan temannya Louise Braille berkenalan dengan tulisan titik-titik dari Barbier itu. Louise Braille sangat tertarik akan penemuan Barbier itu dan segera ia berkesimpulan bahwa sistem titik-titik timbul lebih baik bagi perabaan dari pada relieif latin. Louise Braille menyusun kembali sistem titik-titik ini menjadi 6 titik saja, yang kemudian dikenal sebagai sebagai tulisan braille. Ia ciptakan sistem tulisannya itu untuk keperluan bahasa, berhitung dan musik. Juga diciptakannya alat tulisnya yang diberi nama reglette. Pada tahun 1836 lengkaplah sistem tulisan braille itu dan sejak itu perjuangan Louis Braille diarahkan keluar, yaitu agar sistem tulisan braille dipergunakan secara luas dan umum sebagai tulisan resmi orang-orang tunanetra. (Pedoman Menulis Huruf Braille, SERI: II/A-BUKU 1) 3. Tunanetra Batasan tunanetra banyak dirumuskan oleh beberapa pakar, dan penekanan ndari rumusan yang ada tergantung dari sudut pandang, misalnya batasan tunanetra dari sudut pandang medis, dikemukakan oleh Connor (1975 : 240), sebagai berikut : A person shall be considered blind whose central visual acuity does not exceed 20/200, in the better eye with correcting lenses or whose visual acuity,if better than 20/200 has a limit in the central field of vision to such a degree that its widest diameter subtends an angle of no greater than twenty degrees. Rumusan di atas menunjukan bahwa seseorang dikatakan tunanetra apabila ketajaman penglihatannya tidak lebih dari 20/200 meskipun dengan kacamata pembesar, atau kalaupun ketajamannya diatas 20/200 tetapi bidang penglihatannya 12

13 tidak melebihi sudut pandang sebesar 20 derajat. Singkatnya, batasan tunanetra dari kacamata medis mempersyaratkan pada dua pertimbangan berikut: 1. Ketajaman penglihatannya tidak lebih dari 20/200 feet atau 6/60 meter. 2. Bidang penglihatannya tidak lebih luas dari sudut 20 derajat, meskipun memiliki ketajaman penglihatan yang normal atau diatas 20/200 feet atau 6/60 meter. Batasan tunanetra dari kacamata pendidikan, lebih memfokuskan pada urgensi fungsi penglihatan terhadap proses pendidikan dalam setting pendidikan untuk anak melihat. Misalnya Barraga (1983: 25), merumuskan pengertian tunanetra sebagai berikut : A visually handicapped child as one whose visual infairment interferes with his optimal learning and achievement, unless adaptations are made in the methods of presenting learning experiences, the nature of the materials used, and/or in the learning environment. Menunjuk peda batasan tunanetra yang dikemukakan oleh Barraga di atas, seseorang dikatakan tunanetra adalah individu yang mengalami gangguan fungsi penglihatan untuk mengikuti belajar dan mencapai prestasi secara maksimal, tidak dapat menyesuaikan dengan metode, materi pelajaran, dan lingkungan belajar yang umumnya digunakan oleh orang melihat. Tentunya batasan tersebut tidak bersifat fatalistic, melainkan menegaskan adanya beberapa keterbatasan yang dimiliki tunanetra sebagai akibat dari ketidak berfungsian indra penglihatan, kecuali dilakukan penyesuaian atau desain pembelajaran yang akomodatif terhadap kondisi ketunanetraan. 13

14 Selain rumusan di atas Kirk (1986) yang dikutif oleh Amin dan Yusuf (1990:14), merumuskan batasan tunanetra sebagai berikut: Seorang anak yang cacat penglihatannya adalah yang cacat penglihatannya mengganggu prestasi belajarnya secara optimal kecuali jika dilakukan penyesuaian dalam metode pembelajaran, penyajian pengalaman belajar, sifatsifat bahan yang digunakan dan atau lingjungan belajar. Kedua batasan tersebut terdapat hal yang sangat esensial dalam memahami tunanetra dari perspektif pendidikan, yakni penting adanya desain pembelajaran dengan m,engakomodasi kondisi dari ketunanetraan. Kondisi ketunanetraan tidak hanya melihat sisi handicapped nya saja ( keterbatasan ), tetapi melihat pada sisi lainnya, yakni potensi atau kemungkinan apa yang dapat dikembangkan pada diri tunanetra melalui pendidikan dan atau intervensi lingkungan sosialnya. F. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang berupaya memecahkan masalah atau menjawab berbagai pertanyaan dari masalah yang sedang dihadapi tersebut pada masa sekarang. Seorang ahli mengatakan bahwa: Pendekatan kualitatif bertujuan untuk memahami fenomena sosial dari perspektif para partisipan melalui pelibatan ke dalam kehidupan aktor-aktor yang terlibat (Musthafa dalam Alwasilah, 2002:27). Menurut ahli lain dikatakan: Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. (Moleong, 2006:6). 14

15 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di penelitian ini dilakukan di SLB Muhammadiyah Banjarsari. Yang berada di Desa Banjarsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis 2. Informan Informan adalah pihak-pihak yang bersedia memberikan informasi-informasi berisi keterangan dan data penting yang dibutuhkan dalam penelitian ini kepada peneliti. Informan disini adalah siswa tunanetra dan guru kelas satu di SLB Muhamadiyah Banjarsari Ciamis. 3. Tekhnik Pengumpulan Data Tekhnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik pengumpulan data primer dan tekhnik pengumpulan data sekunder yang meliputi : a. Wawancara Wawancara dilakukan dengan guru dan siswa, guru wali kelas dari anak tunanetra tersebut, dan kepala sekolah SLB Muhamadiyah Banajarsari Ciamis sebagai informan dalam penelitian b. Observasi langsung Observasi langsung dilakukan untuk mengetahui bagaimana gambaran keadaan pembelajaran Braille untuk anak tunanetra di SLB Muhammadiyah Banjarsari. Pengamatan dilakukan di lakukan di sekola SLB Muhammadiyah Banjarsari. 15

16 4. Tekhnik Analisis Data Menurut pendapat ahli dikemukakan bahwa: Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian besar (Patton dalam Moleong, 1993:103). Adapun teknik analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan cara : a. Reduksi data, yaitu dengan menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan akhir dapat ditarik dan diverifikasi. b. Penyajian data, berupa sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan, berbentuk teks naratif c. Menarik kesimpulan dan verifikasi. 5. Tekhnik Pemeriksaan Keabsahan Data Pemeriksaan keabsahan data digunakan untuk mengetahui dan mengukur tingkat kepercayaan atau kredibilitas dari data yang diperoleh. a. Ketekunan Pengamatan. Seorang ahli menjelaskan bahwa: Ketekunan Pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan kata lain melalui ketekunan pengamatan akan memunculkan kedalaman data yang diperoleh (Moleong, 1993:175). 16

17 b. Triangulasi. Dijelaskan bahwa: Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 1993:178). c. Pengecekan Sejawat Melalui Diskusi. Dijelaskan pula bahwa: Pengecekan sejawat melalui diskusi merupakan teknik yang dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat (Moleong, 1993:179). 17

BAB I PENDAHULUAN. Para pendidik mempunyai tanggung jawab besar untuk membantu siswa

BAB I PENDAHULUAN. Para pendidik mempunyai tanggung jawab besar untuk membantu siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Para pendidik mempunyai tanggung jawab besar untuk membantu siswa menjadi manusia yang berkembang secara utuh. Salah satu bantuan yang diberikan kepada mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa, karena kegiatan membaca merupakan prasyarat dalam menguasai. berbagai ilmu pengetahuan. Berbagai ilmu pengetahuan memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. siswa, karena kegiatan membaca merupakan prasyarat dalam menguasai. berbagai ilmu pengetahuan. Berbagai ilmu pengetahuan memerlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan suatu kebutuhan yang fundamental bagi seorang siswa, karena kegiatan membaca merupakan prasyarat dalam menguasai berbagai ilmu pengetahuan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap anak memiliki kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan yang bermutu. Dengan karakteristik anak yang beragam penyelenggaraan pendidikan harus mampu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 16 BAB III METODE PENELITIAN Setiap kegiatan penelitian sejak awal harus ditentukan dengan jelas pendekatan apa yang akan diterapkan, hal ini dimaksudkan agar penelitian tersebut dapat benar-benar mempunyai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan, sesuai dengan masalah dan pendekatan penelitiannya. Unsurunsur

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan, sesuai dengan masalah dan pendekatan penelitiannya. Unsurunsur BAB III METODE PENELITIAN Pada bagian ini peneliti atau penulis menguraikan metode penelitian yang digunakan, sesuai dengan masalah dan pendekatan penelitiannya. Unsurunsur metode penelitian yang diuraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan membaca yang diperoleh pada tahap membaca permulaan akan

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan membaca yang diperoleh pada tahap membaca permulaan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan membaca yang diperoleh pada tahap membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut. Kemampuan membaca permulaan mendasari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Iskandar (2009), penelitian kualitatif digunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Iskandar (2009), penelitian kualitatif digunakan untuk 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Penelitian Kualitatif Menurut Iskandar (2009), penelitian kualitatif digunakan untuk mengetahui makna yang tersembunyi, memahami interaksi sosial, mengembangkan teori, memastikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam melaksanakan tugas belajar yang dilakukan oleh siswa sehingga menjadi kebiasaan. Dalam pendidikan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pemilihan metode yang tepat yang digunakan dalam suatu penelitian. Metode yang

BAB III METODE PENELITIAN. pemilihan metode yang tepat yang digunakan dalam suatu penelitian. Metode yang 31 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam suatu penelitian dibutuhkan pemilihan metode yang tepat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain sebagai penelitian yang bertipe deskriptif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain sebagai penelitian yang bertipe deskriptif, dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini didesain sebagai penelitian yang bertipe deskriptif, dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif merupakan sebagai prosedur pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Putri Shalsa Novita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Putri Shalsa Novita, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan rancangan kegiatan yang paling banyak berpengaruh terhadap perubahan perilaku seseorang dan masyarakat luas. Menurut UU Sisdiknas tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. anak autistik ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan desain

BAB III METODE PENELITIAN. anak autistik ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan desain 44 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian mengenai problematika pembelajaran bahasa ujaran pada anak autistik ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan desain strategi studi kasus. Metode tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metodologi penelitian adalah serangkaian hukum, aturan dan tata cara tertentu yang diatur dan ditentukan berdasarkan kaidah ilmiah dalam menyelenggarakan suatu penelitian dalam

Lebih terperinci

POLA INTERAKSI GURU DAN SISWA TUNANETRA SMPLB A BINA INSANI BANDAR LAMPUNG

POLA INTERAKSI GURU DAN SISWA TUNANETRA SMPLB A BINA INSANI BANDAR LAMPUNG POLA INTERAKSI URU DAN SISWA TUNANETRA SMPLB A BINA INSANI BANDAR LAMPUN Rany Widyastuti IAIN Raden Intan, Lampung, Indonesia Email: rany_2302@yahoo.com Abstrak Siswa tunanetra merupakan siswa yang memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Latar atau tempat penelitian ini berlokasi di desa Limehe Timur

BAB III METODE PENELITIAN. Latar atau tempat penelitian ini berlokasi di desa Limehe Timur 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskriptid Obyek Penelitian 3.1.1 Latar penelitian Latar atau tempat penelitian ini berlokasi di desa Limehe Timur Kecamatan Tabongo. Desa Limehe Timur dipilih karena minimnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian studi deskriptif yaitu memaparkan

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian studi deskriptif yaitu memaparkan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian studi deskriptif yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN Feed Back BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Produk Kerajinan kriya anyam bahan lidi memiliki beragam varian, produkproduk tersebut memiliki nilai fungsi dan estetis yang menarik,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Sampel Penelitian Lokasi penelitian adalah tempat melakukan penelitian guna memperoleh data yang berasal dari responden. Lokasi penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rika Saptaningrum, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rika Saptaningrum, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada seluruh anak untuk memperoleh layanan pendidikan tanpa adanya diskriminasi, yaitu pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat faktual secara sistematis dan akurat. Sebagaimana dinyatakan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat faktual secara sistematis dan akurat. Sebagaimana dinyatakan oleh BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif artinya bahwa penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu situasi yang bersifat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Kualitatif Pendekatan kualitatif berasumsi bahwa manusia adalah makhluk yang aktif, yang mempunyai kebebasan kemauan, yang perilakunya hanya dapat dipahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dibekali kemampuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Potensi merupakan kemampuan seseorang untuk menghasilkan ide-ide atau informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Gilang Angga Gumelar, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Gilang Angga Gumelar, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Proses pendidikan dapat berlangsung dalam berbagai lingkungan, baik lembaga formal maupun lembaga informal. Pendidikan di sekolah mengarahkan belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tentunya memerlukan pendidikan sebaik dan setinggi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tentunya memerlukan pendidikan sebaik dan setinggi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu sebagai salah satu sumber daya yang sangat penting dalam rangka pembangunan nasional tentunya memerlukan pendidikan sebaik dan setinggi mungkin agar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Kualitatif Memilih dan menggunakan metode yang tepat dalam sebuah penelitian adalah salah satu bagian penting dalam sebuah penelitian. Hal ini dilakukan agar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian yang bersifat kualitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian yang bersifat kualitatif. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian yang bersifat kualitatif. Alasan peneliti memilih menggunakan metode kualitatif adalah karena metode

Lebih terperinci

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM DESAIN GAMBAR BRAILLE SEBAGAI UPAYA MENGENALKAN OBJEK BINATANG SECARA VISUAL PADA ANAK PENDERITA TUNA NETRA BIDANG KEGIATAN: PKM - KC Diusulkan oleh:

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. lazim dipakai dalam penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenoligis.

METODE PENELITIAN. lazim dipakai dalam penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenoligis. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian 3.1.1 Pendekatan Pada penelitian ini penulis menggunakan penelitian kualitatif. Oleh karena itu tehnik pengumpulan data banyak menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Sukabumi yang berlokasi di Jalan Pramuka No 04 Kota Sukabumi. Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Sukabumi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Luar Biasa Negeri A Kota Bandung yang beralamat di jalan Pajajaran No. 50 Kota Bandung. Sekolah Luar Biasa Negeri Bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan. Pendidikan sangat dibutuhkan dalam rangka peningkatan sumber daya manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Artinya data yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Artinya data yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai 31 BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Untuk dapat memberikan gambaran serta bentuk regulasi emosi pada pecandu game online, maka penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif. Bogdan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata, gambar, bukan angka-angka. 1 Menurut Bogdan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS UU No.20 Thn.2003 Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 Ayat (2) : Warga Negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan atau sosial berhak memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disability (kekhususan) merupakan konsekuensi fungsional dari kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. Disability (kekhususan) merupakan konsekuensi fungsional dari kerusakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Disability (kekhususan) merupakan konsekuensi fungsional dari kerusakan bagian tubuh, atau kondisi yang menggambarkan adanya disfungsi atau berkurangnya suatu fungsi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. 34 III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Tipe Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Sutopo (2010:1) penelitian kualitatif adalah suatu penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah berkewajiban memenuhi dan melindungi hak asasi tersebut dengan memberikan kesempatan

Lebih terperinci

2014 MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA

2014 MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Menurut Syahidin (2009, hlm. 19) manusia yang terlahir diciptakan oleh Allāh yang salah satu tujuannya adalah untuk dijadikan sebagai khalīfaħ di muka bumi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bandarlampung sebagai tempat penelitian ini karena sekolah ini merupakan salah

BAB III METODE PENELITIAN. Bandarlampung sebagai tempat penelitian ini karena sekolah ini merupakan salah BAB III METODE PENELITIAN A. Latar Penelitian Peneliti menentukan Sekolah Luar Biasa Dharma Bhakti Dharma Pertiwi Bandarlampung sebagai tempat penelitian ini karena sekolah ini merupakan salah satu sekolah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai jika didekati dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai jika didekati dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna kematian orangtua bagi remaja. Kematian merupakan fenomena yang pasti terjadi pada setiap individu dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata,

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata, 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Berdasarkan pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian, maka pendekatan yang tepat untuk penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Deskriptif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang mendeskripsikan segala sesuatu yang berhubungan dengan proses

Lebih terperinci

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara yang sudah merdeka sudah sepatutnya negara tersebut mampu untuk membangun dan memperkuat kekuatan sendiri tanpa harus bergantung pada negara lain. Maka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa SPBU di atas adalah SPBU yang

BAB III METODE PENELITIAN. tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa SPBU di atas adalah SPBU yang BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di beberapa SPBU di Daerah Kabupaten Sleman tepatnya di SPBU Jl.Seturan, SPBU Kalasan, SPBU Jl. Magelang km 5, SPBU Jl. Monjali,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Lexy J. Moleong (2005), 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Lexy J. Moleong (2005), 1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan berdasarkan subjek penelitan, data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ita Witasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Ita Witasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan ialah salah satu hal penting bagi manusia, karena dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan potensinya melalui pembelajaran. Melalui pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. langkah-langkah yang antara lain : pendekatan penelitan, penentuan objek

BAB III METODE PENELITIAN. langkah-langkah yang antara lain : pendekatan penelitan, penentuan objek BAB III METODE PENELITIAN Dalam suatu penelitian dituntut adanya teknik tertentu untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan. Sehingga dapat berhasil dengan baik untuk memahami dan memecahkan masalah penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian Penelitian tentang implementasi pendidikan multikultural pada anak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian Penelitian tentang implementasi pendidikan multikultural pada anak BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian tentang implementasi pendidikan multikultural pada anak melalui permainan tradisional ini dilakukan di Kampoeng Dolanan Nusantara. Kampoeng

Lebih terperinci

1. Mengidentifikasi kasus untuk suatu studi.

1. Mengidentifikasi kasus untuk suatu studi. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan tipe penelitian dengan pendekatan kualitatif dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan tipe penelitian dengan pendekatan kualitatif dengan 33 III. METODE PENELITIAN A. Tipe dan Pendekatan Penelitian Penelitian menggunakan tipe penelitian dengan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode Deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laporan keuanga di BWI dan untuk mengetahui persepsi nadzir terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. laporan keuanga di BWI dan untuk mengetahui persepsi nadzir terhadap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis akuntabilitas dan transparansi laporan keuanga di BWI dan untuk mengetahui persepsi nadzir terhadap akuntabilitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan yang paling sesuai untuk digunakan (Poerwandari, 2001). Dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan yang paling sesuai untuk digunakan (Poerwandari, 2001). Dalam 44 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Kualitatif Untuk mendapatkan pemahaman mendalam dan khusus atas suatu fenomena serta untuk memahami manusia dalam segala kompleksitasnya sebagai makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak pada umumnya adalah suatu anugerah Tuhan yang sangat berharga dan harus dijaga dengan baik agar mampu melewati setiap fase tumbuh kembang dalam kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode, berasal dari Bahasa Yunani Methodos yang berarti cara atau

BAB III METODE PENELITIAN. Metode, berasal dari Bahasa Yunani Methodos yang berarti cara atau BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan Penelitian Metode, berasal dari Bahasa Yunani Methodos yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita. Pendidikan adalah suatu kegiatan yang pada dasarnya merupakan suatu proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian merupakan tempat berlangsungnya proses studi yang digunakan untuk memperoleh pemecahan masalah penelitian. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Apabila ditinjau dari data-datanya, maka pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu jenis

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu jenis BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu jenis penelitian yang berupaya menggambarkan suatu fenomena atau

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. metode yang digunakan sebagai alat yang digunakan untuk meneliti. Menurut

III. METODE PENELITIAN. metode yang digunakan sebagai alat yang digunakan untuk meneliti. Menurut 40 III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Tipe Penelitian Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Melakukan sebuah penelitian, peneliti harus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan

BAB III METODE PENELITIAN. perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan BAB III METODE PENELITIAN A. BENTUK PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE BELAJAR AKTIF UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR

PENERAPAN METODE BELAJAR AKTIF UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENERAPAN METODE BELAJAR AKTIF UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR Disampaikan dalam kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Bagi guru SD di wilayah Cabang Dinas P & K Yogyakarta Barat Tanggal 2 Agustus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini rancangan yang digunakan adalah Metodologi

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini rancangan yang digunakan adalah Metodologi 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini rancangan yang digunakan adalah Metodologi dengan pendekatan kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Bogdan dan taylor (dalam Moleong, 2009) mendefinisikan metode

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Bogdan dan taylor (dalam Moleong, 2009) mendefinisikan metode 44 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Bogdan dan taylor (dalam Moleong, 2009) mendefinisikan metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian kualitatif digunakan untuk memahami fenomena yang dialami

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pemuda Hijau Indonesia) regional Yogyakarta ini menggunakan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Pemuda Hijau Indonesia) regional Yogyakarta ini menggunakan metode BAB III METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian Penelitian tentang volunterisme pemuda kota dalam KOPHI (Koalisi Pemuda Hijau Indonesia) regional Yogyakarta ini menggunakan metode penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu sistem yang telah diatur dalam undang-undang. Tujuan pendidikan nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu sistem yang telah diatur dalam undang-undang. Tujuan pendidikan nasional BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu usaha yang memiliki tujuan, maka pelaksanaannya harus berada dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku, dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan peneliti adalah penelitian kualitatif. Secara harfiah, penelitian kualitatif adalah jenis penelitian

Lebih terperinci

Bagaimana? Apa? Mengapa?

Bagaimana? Apa? Mengapa? ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ( A B K ) Bagaimana? Apa? Mengapa? PENGERTIAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ( A B K ) Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan pelayanan yang spesifik,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan 76 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini, manusia adalah sebagai sumber data utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia unggul dan kompetitif dalam upaya menghadapi tantangan perubahan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata rata. Tuna

BAB I PENDAHULUAN. anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata rata. Tuna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuna grahita Ringan adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata rata. Tuna grahita adalah kata lain

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan pada studi ini adalah pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Fenomena gagal Ujian Nasional merupakan sebuah realitas sosial yang terjadi di dunia pendidikan kita. Fenomena yang terjadi dalam seting nyata ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tindakan. Di sini subjek dipandang secara holistik (menyeluruh) dengan cara

BAB III METODE PENELITIAN. tindakan. Di sini subjek dipandang secara holistik (menyeluruh) dengan cara BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena, tentang apa yang dialami

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, terdapat beberapa hal yang perlu dijelaskan dalam kaitannya dengan metodologi dan prosedur yang digunakan dalam penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan

Lebih terperinci

KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA TUNARUNGU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DIDASARKAN PADA TEORI SCHOENFELD

KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA TUNARUNGU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DIDASARKAN PADA TEORI SCHOENFELD KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA TUNARUNGU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DIDASARKAN PADA TEORI SCHOENFELD DI SMALB DHARMA BAKTI DHARMA PERTIWI BANDAR LAMPUNG MUJIB Pendidikan Matematika, IAIN Raden Intan Lampung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang mandiri... (UURI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pola penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Pola penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Pola dan Pendekatan Penelitian Pola penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Seperti yang didefinisikan oleh Bogdan dan Taylor

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian

III. METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian 32 III. METODE PENELITIAN A. Tipe dan Pendekatan Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor (Moleong,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan masing-masing perbedaan, baik fisik maupun mental.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan masing-masing perbedaan, baik fisik maupun mental. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkkan dari kehidupan. Pada dasarnya hakekat pendidikan tidak akan terlepas dari hakekat manusia, sebab urusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang diteliti yang rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistic dan

BAB III METODE PENELITIAN. yang diteliti yang rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistic dan 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah tipe kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan proses penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian ini berupaya menggambarkan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S 1 Program Pendidikan Akuntansi

NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S 1 Program Pendidikan Akuntansi PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (EKONOMI) KELAS VIIIA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS LANDASAN YURIDIS UU No.20 Thn.2003 Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 Ayat (2) : Warga Negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Michael menjelaskan penelitian deskriptif adalah melukiskan secara fakta atau

BAB III METODE PENELITIAN. Michael menjelaskan penelitian deskriptif adalah melukiskan secara fakta atau BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Isaac dan Michael menjelaskan penelitian deskriptif adalah melukiskan secara fakta atau karakteristik

Lebih terperinci

2. Kelas reguler dengan tambahan bimbingan dalam kelas (cluster): Anak. lain (normal) di kelas reguler namun dalam waktu-waktu tertentu ditarik

2. Kelas reguler dengan tambahan bimbingan dalam kelas (cluster): Anak. lain (normal) di kelas reguler namun dalam waktu-waktu tertentu ditarik 38 2. Kelas reguler dengan tambahan bimbingan dalam kelas (cluster): Anak berkelainan belajar bersama anak lain (normal) di kelas reguler dalam kelompok khusus. 3. Kelas reguler dengan pull out: Anak berkelainan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan maka peneliti ingin mengetahui secara mendalam mengenai dampak Badan Usaha Milik Desa ( BUMDES) bagi kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kualitatif. Data yang dikumpulkan dalam penelitian bukan berupa angkaangka, melainkan data

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2012 dan selesai pada bulan Mei Dengan waktu tersebut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2012 dan selesai pada bulan Mei Dengan waktu tersebut 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian 1. Waktu Penelitian Waktu yang digunakan dalam penelitian ini mulai bulan Januari tahun 2012 dan selesai pada bulan Mei 2012. Dengan waktu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Tunas Harapan Bandung, Jalan Cijerah no. 114 Bandung. Alasan peneliti memilih sekolah ini karena SD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Direktorat Jendral Managamen Pendidikan Dasar dan Menengah, yang

BAB I PENDAHULUAN. Direktorat Jendral Managamen Pendidikan Dasar dan Menengah, yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Direktorat Jendral Managamen Pendidikan Dasar dan Menengah, yang membawahi Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, pelaksanaan ditingkat provinsi khususnya di Provinsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode dalam sebuah penelitian sangatlah berpengaruh terhadap hasil penelitian. Dalam hal ini, penulis menggunakan pendekatan dan beberapa metode yang relevan untuk mendukung

Lebih terperinci