2014 MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2014 MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA"

Transkripsi

1 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Menurut Syahidin (2009, hlm. 19) manusia yang terlahir diciptakan oleh Allāh yang salah satu tujuannya adalah untuk dijadikan sebagai khalīfaħ di muka bumi ini, hal tersebut seperti apa yang dijelaskan dalam surat Al- Baqaraħ ayat 30 sebagai berikut: Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalīfaħ di muka bumi : Mereka berkata: mengapa Engkau hendak menjadikan khalīfaħ di muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui (Q.S. Al-Baqaraħ [2]:30). 1 * Ayat tersebut memberikan gambaran bahwa manusia dipercaya oleh Allāh untuk mengemban tugas sebagai khalīfaħ di muka bumi ini, untuk menjadi seorang khalīfaħ tentu manusia memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Dengan demikian terdapat perbedaan antara manusia dengan makhluk lainnya, yaitu manusia dianugerahi akal oleh Allāh SWT. Hal * Seluruh teks ayat al-qur`ān dan terjemahannya dalam skripsi ini dikutip dari software al-qur`ān in word versi 1.3 oleh Mohamad Taufiq yang disesuaikan dengan Al-Qur`ān dan Terjemahnya yang diterjemahkan oleh Yayasan Penyelenggara penerjemah/penafsir al-qur`ān Departemen Agama RI yang didistribusikan oleh CV. Karya Utama Surabaya tahun 2000.

2 2 tersebut seperti apa yang diungkapkan oleh Sauri (2006, hlm. 21) sebagai berikut: Manusia adalah satu-satunya makhluk yang memiliki kemampuan rasional, karena ia memiliki akal. Akal adalah daya yang memberikan kemampuan bagi manusia untuk berpikir. Para ahli ilmu fisik menghubungkan akal dengan menunjuk kepada fungsi otak. Manusia memiliki otak yang lebih besar dibandingkan dengan binatang. Otak besar yang disebut dengan otak rasional karena memiliki kemampuan pada untuk berpikir, mempersepsi, memproses informasi, dsb. Agar potensi yang dimiliki oleh manusia bisa berkembang kepada tujuan yang benar, maka manusia memerlukan perawatan dan bimbingan dan salah satu cara untuk mengembangkan potensi manusia kearah yang positif yaitu melalui suatu upaya yang disebut al-tarbiyaħ, al-ta`dīb, al-ta līm, atau yang kita kenal dengan istilah pendidikan (Syahidin, 2009, hlm. 20). Hal inilah yang menjadikan alasan mengapa Islam mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu sebagaimana yang diungkapkan oleh Al-Majdi (2011) yang terdapat dalam surat Al-Taubaħ ayat 122 sebagai berikut: Artinya: Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagaian dari setiap golongan diantara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya (Q.S. Al-Taubaħ [9] :122). Kewajiban untuk menuntut ilmu tidak hanya dijelaskan dalam al-qur`ān tetapi juga dalam al-ḥadīṡ seperti yang diungkapkan oleh Sumarna (2009, hlm. 21) sebagai berikut:

3 3 Artinya: Dari Abdullāh bin Mas ūd, berkata: Rasūlullāh SAW bersabda: Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim (HR. Ṭabrānī). Pendidikan seperti yang diungkapkan oleh Kurniasih dan Tatang Syarifudin (Sub Koordinator MKDP Landasan Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 2010, hlm.87) adalah sebagai berikut: pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara hal tersebut terdapat dalam Pasal 1 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Menurut Kesuma dan Hendriyani (Sub Koordinator MKDP Landasan Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 2010, hlm. 219) di Indonesia sendiri sudah terdapat Undang-Undang yang mengatur mengenai masalah pendidikan secara lengkap diantaranya ialah Pasal 31 Undang-Undang dasar 1945, Ayat 1: Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, Ayat 2: Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Berkenaan dengan hal di atas, sudah jelas bahwa setiap warga negara Indonesia berhak untuk mendapatkan pendidikan tanpa terkecuali. Pendidikan diberikan kepada anak bangsa yang sehat jasmani dan rohani serta sehat fisik dan mental bahkan bagi anak yang memiliki kebutuhan khusus. Dalam kajian ini peneliti mengkhususkan pada anak berkebutuhan khusus (ABK) tunanetra. Menurut Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (2008, hlm. 1502) tunanetra adalah tidak dapat melihat atau buta. Jumlah penyandang tunanetra merupakan jumlah penduduk berkebutuhan khusus yang paling banyak terdapat di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian yang

4 4 dilakukan oleh Lynch (Mahmud, 2003, hlm. 16) menyimpulkan bahwa jumlah anak-anak berkebutuhan khusus sulit untuk dihitung secara pasti khususnya di Asia, hal ini disebabkan karena belum adanya tes yang baku untuk mendiagnosa dan mencari indikator-indikator kelainan, kurang lengkapnya dalam kajian kependudukan, serta kurangnya kekuasaan pemerintah yang melaporkan jumlah anak. Meskipun terjadi simpang siur mengenai jumlah penduduk di Indonesia yang memiliki kebutuhan khusus, di bawah ini akan dijelaskan mengenai data jumlah populasi penduduk yang memiliki kebutuhan khusus di Indonesia yang di ambil dari beberapa situs sebagai berikut: Jumlah populasi penduduk yang memiliki kebutuhan khusus yang diungkapkan oleh Wibisono (2014)adalah sebagai berikut: Menurut Pusat Data Informasi Nasional (PUSDATIN) dari kementrian sosial pada tahun 2010, menyebutkan bahwa jumlah penyandang disabilitas di Indonesia berjumlah sebesar orang dengan rincian orang adalah tunanetra, orang adalah tunadaksa, orang adalah tunarungu, orang adalah tunagrahita, dan orang adalah penyandang disabilitas kronis. Penyandang disabilitas diperkirakan sekitar 4,8% penduduk Indonesia. Data lain mengenai jumlah penduduk yang memiliki kebutuhan khusus diungkapkan oleh Aravena (2013) adalah sebagai berikut: Menurut data dari Kementrian Republik Indonesia pada tahun 2011 jumlah penyandang disabilitas di Indonesia mencapai 3,11% atau sebesar 6,7 juta jiwa. Data terbaru tahun 2012 jumlah penyandang disabilitas di Indonesia adalah tunanetra berjumlah jiwa, tunarungu/wicara berjumlah jiwa, tunadaksa berjumlah jiwa, dan tunagrahita berjumlah jiwa. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, jumlah populasi penyandang disabilitas laki-laki lebih banyak sekitar 57,96%. Berdasarkan data yang diperoleh di atas jumlah populasi anak berkebutuhan khusus di Indonesia tergolong cukup banyak. Pada kenyataannya anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus di Indonesia masih

5 5 sangat sedikit yang bisa mendapatkan pendidikan. Hal tersebut berdasarkan data yang diungkapkan oleh Nugroho (2012) sebagai berikut: Berdasarkan data yang dilansir Pusdatin Kemensos tahun 2010 jumlah penyandang disabilitas mencapai angka orang. Dari jumlah tersebut penyandang tunanetra menempati angka terbanyak yaitu orang, sedangkan tunadaksa orang, tunarungu , cacat mental mencapai , dan cacat kronis sejumlah orang. Jumlah penyandang disabilitas mencapai 1,5 juta anak sedangkan hanya tersedia SLB, dengan demikian sekitar anak tidak terlayani pendidikannya. Pendapat senada mengenai sedikitnya anak yang memiliki kebutuhan khusus yang masih sedikit yang mendapatkan pendidikan diungkapkan oleh Wahman (2012) sebagai berikut: Berdasarkan survey yang dilakukan Departemen Sosial di 24 provinsi tercatat sebanyak penyandang disabilitas, yang terdiri dari penyandang disabilitas laki-laki dan penyandang disabilitas perempuan. Sebagian besar dari mereka hanya berpendidikan tidak sekolah/tidak tamat SD sebesar 59,9%, berpendidikan SD 28,1%. Hal yang memprihatinkan sekitar 89% tidak memiliki keterampilan, sehingga membuat mereka sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Menurut Kesuma dan Hendriyani (Sub Koordinator MKDP Landasan Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 2010, hlm. 219) disebutkan dalam Pasal 5 UU RI No. 20 Tahun 2003 ayat 2 yang menjelaskan bahwa warga negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Mengenai pelaksanaan pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah Pasal 5 ayat 2 s.d ayat 4 dan UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 32. Meskipun secara perundang-undangan sudah diatur secara jelas mengenai kesempatan mendapatkan pendidikan bagi seluruh Warga Negara Indonesia (WNI), namun pada kenyataannya anak yang memiliki kebutuhan khusus masih kesulitan mengakses pendidikan yang layak dan setara. Hal tersebut

6 6 disebabkan oleh beberapa faktor seperti yang diungkapkan oleh Wibisono (2014) sebagai berikut: Beberapa faktor yang menyebabkan anak berkebutuhan khusus mengalami kesulitan untuk mengakses pendidikan yang layak dan setara diantaranya sekolah memberikan kriteria kesehatan yang sejatinya membedakan anak yang memiliki kebutuhan khusus seperti kesehatan fisik. Sebagian besar pula menganggap bahwa anak berkebutuhan khusus tidak membutuhkan pendidikan formal. Selain itu juga dikarenakan kondisi ekonomi anak berkebutuhan khusus. Terlebih jika seseorang yang memiliki keterbatasan tersebut merupakan seorang muslim maka pendidikan agama Islam pun perlu untuk diberikan. Hal tersebut sudah sangat jelas terdapat dalam Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Pasal 37 ayat 1 dijelaskan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Pendidikan Agama (Sub Koordinator MKDP Landasan Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 2010, hlm. 226). Permasalahan lainnya adalah anak yang memiliki kebutuhan khusus mempunyai cara belajar yang berbeda dari anak yang lainnya. Fenomena yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa guru di sekolah tidak dipersiapkan untuk menjadi seorang konselor terlebih lagi konselor bagi anak berkebutuhan khusus, dengan demikian pengetahuan guru tentang bimbingan dan konseling relative sedikit, demikian pula program yang khusus dirancang bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah belum tersedia (Mahmud, 2003, hlm. 4). Berdasarkan fenomena yang terjadi dapat diketahui bahwa seorang guru harus mempunyai keterampilan khusus untuk bisa menangani anak berkebutuhan khusus agar tidak terjadi kesulitan dalam melaksanakan proses pembelajaran. Menurut Johnsen dan Skjorten (Mahmud, 2003, hlm ) mengemukakan syarat minimal kemampuan atau keterampilan yang harus dimiliki oleh guru spesialis adalah: memahami pendidikan luar biasa ditinjau dari segi filosofis, historis, maupun peraturan-peraturan resmi yang mendasarinya, karakteristikkarakteristik siswa, asesmen, diagnosis dan evaluasi, materi dan proses belajar mengajar, perencanaan dan pengelolaan lingkungan belajar mengajar, keterampilan dalam perilaku siswa dan interaksi social,

7 7 komunikasi, kerjasama dan kolaborasi, dan profesionalisme serta etika pelaksanaannya. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sulihandari (2013, hlm ) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa permasalahan mengenai pembelajaran PAI untuk siswa tunanetra diantaranya: Tidak adanya pelatihan khusus bagi guru untuk menangani anak berkebutuhan khusus dan tidak adanya pelatihan untuk belajar membaca huruf braille, hal tersebut mengakibatkan kurangnya keterampilan guru dalam mengajar anak berkebutuhan khusus, keterbatasan waktu apabila pembelajaran dilakukan di luar kelas, keterbatasan media yang dimiliki sekolah dan belum tersedianya buku PAI dalam bentuk braille, serta perlu adanya sikap hati-hati dalam menyampaikan materi pelajaran untuk menjaga perasaan tunanetra. Intelegensi anak tunanetra secara umum tidak mengalami hambatan yang berarti. Hal tersebut dikarenakan anak tunanetra memiliki kemampuan diri untuk melakukan eksplorasi melalui indra peraba, sehingga secara mental mereka dapat menghubung-hubungkan bagian-bagian yang terpisah dari suatu objek atau benda menjadi suatu konsep utuh, akan tetapi apabila seorang guru tidak memiliki keterampilan untuk menangani anak berkebutuhan khusus akan mengakibatkan terjadinya kesulitan yang dialami oleh guru dalam melaksanakan proses pembelajaran (Delphie, 2009, hlm. 144). Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengetahui dan memperoleh informasi lebih mengenai pembelajaran PAI bagi siswa tunanetra. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul mengenai MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA (Studi Deskriptif Tentang Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Siswa Tunanetra di SMPLBN-A Kota ). B. Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: belum tersedianya program yang dirancang secara khusus bagi anak berkebutuhan khusus, kesulitan guru dalam pengelolaan

8 8 pembelajaran untuk menyampaikan materi PAI yang bersifat konkrit dan pemahaman kepada siswa tunanetra dikarenakan memiliki keterbatasan dalam hal penglihatan, dan belum adanya alat tes yang baku untuk mendiagnosa kemampuan intelegensi anak berkebutuhan khusus terkhusus bagi siswa tunanetra. Sehingga siswa tunanetra memerlukan pembelajaran secara khusus. C. Rumusan Masalah Adapun secara khusus dan operasional, masalah-masalah tersebut yang menjadi fokus dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaanpertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung? 2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung? 3. Bagaimanakah evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung? D. Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunanetra. Adapun secara khusus dan operasional, penelitian ini bertujuan sebagai berikut: 1. Mengetahui perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung. 2. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung. 3. Mengetahui evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa tunanetra di SMPLBN-A Kota Bandung. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

9 9 Secara teoritis skripsi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif, berupa gambaran model pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) pada siswa tunanetra, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai kepada evaluasi pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa tunanetra. 2. Manfaat Praktis Penyusun berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak terutama orang-orang yang berhubungan dengan dunia pendidikan seperti: a. Bagi civitas akademika Universitas Pendidikan Indonesia, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk para calon guru pendidikan agama Islam khususnya, dan umum bagi seluruhnya. b. Bagi mahasiswa Program Ilmu Pendidikan Agama Islam, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber literatur untuk penelitian selanjutnya yang masih terkait dengan tema skripsi ini. c. Bagi lembaga yang diteliti dapat memberi masukan bagi penyelenggara pendidikan atau sekolah, guru-guru pendidikan agama Islam dan pembuat kebijakan dalam penyusunan kurikulum pendidikan agama Islam dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak berkebutuhan khusus. d. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan rujukan dalam memahami proses pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak berkebutuhan khusus. e. Bagi Penulis, penelitian ini sebagai acuan untuk memperluas pemikiran dan pengalaman penulisan karya ilmiah sekaligus menjadi acuan dan refleksi untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialami oleh anak berkebutuhan khusus.

10 10 F. Struktur Organisasi Skripsi Agar pembahasan dalam penelitian ini mengarah kepada maksud yang sesuai dengan judul, maka pembahasan ini penulis menyusun menjadi lima bab dengan rincian sebagai berikut: 1. BAB I membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. 2. BAB II membahas tentang tinjauan teoretis mengenai model pembelajaran, konsep pendidikan agama Islam, dan teori yang berhubungan dengan model pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak berkebutuhan khusus dan siswa tunanetra. 3. BAB III membahas lokasi dan subjek penelitian, pendekatan yang digunakan, metode penelitian, teknik pengumpulan data, analisa data, dan uji keabsahan data. 4. BAB IV membahas hasil penelitian yaitu perencanaan pendidikan agama Islam, pelaksanaan pendidikan agama Islam, dan evaluasi pendidikan agama Islam di SMPLBN-A Kota Bandung tahun ajaran BAB V membahas kesimpulan dan rekomendasi dari seluruh aspek pendidikan agama Islam yang dilaksanakan di SMPLBN-A Kota Bandung tahun ajaran

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan dan perubahan suatu bangsa. Pendidikan yang mampu memfasilitasi perubahan adalah pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ai Nuraeni, 2014 Pembelajaran PAI Untuk Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Ai Nuraeni, 2014 Pembelajaran PAI Untuk Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik dalam hal perkembangan potensinya dalam semua aspek. Sejalan dengan perkataan A.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara. Pendidikan di Indonesia telah memasuki tahap pembaruan dimana pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang universal dan berlaku untuk semua umat manusia dan semua zaman. Nilai-nilai dan aturan yang terkandung dalam ajaran Islam dijadikan pedoman

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Penelitian

A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada hakikatnya, pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan, karena dengan adanya pendidikan, diharapkan akan melahirkan generasi penerus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki perilaku, sikap dan mengkokohkan kepribadian. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki perilaku, sikap dan mengkokohkan kepribadian. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan aktivitas wajib dilakukan setiap manusia, sebagai proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki perilaku, sikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan Undang- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam kehidupan, baik dalam kehidupan keluarga ataupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pendidikan dan yang ditegaskan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pendidikan dan yang ditegaskan dalam Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pendidikan bertujuan membentuk manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan UndangUndang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga Negara dengan negaranya begitu juga sebaliknya. Hak dan kewajiban ini diatur dalam undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 SLB Golongan A di Jimbaran. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 SLB Golongan A di Jimbaran. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan berdasarkan bab III ayat 5 dinyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Putri Shalsa Novita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Putri Shalsa Novita, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan rancangan kegiatan yang paling banyak berpengaruh terhadap perubahan perilaku seseorang dan masyarakat luas. Menurut UU Sisdiknas tahun

Lebih terperinci

2015 PEMBELAJARAN PAI PADA PROGRAM AKSELERASI DI SD AR-RAFI BALEENDAH

2015 PEMBELAJARAN PAI PADA PROGRAM AKSELERASI DI SD AR-RAFI BALEENDAH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia. Pendidikan menjadi kebutuhan pokok bagi manusia, karena disaat manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam melaksanakan tugas belajar yang dilakukan oleh siswa sehingga menjadi kebiasaan. Dalam pendidikan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Manusia diutus oleh Allāh ke muka bumi ini adalah untuk menjadi khalīfaħ, hal ini ditegaskan oleh Allāh SWT dalam surat Al-Baqaraħ ayat 30 sebagai berikut : Artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sangat dibutuhkan oleh manusia dalam menjalani kehidupannya, sebagai pembimbing dalam memecahkan setiap persoalan yang ada. Sehingga dengan pendidikan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia baik itu pendidikan formal maupun non formal. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia baik itu pendidikan formal maupun non formal. Begitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia akhir-akhir ini sangat terbilang pesat, seiring dengan perkembangan dunia kebutuhan akan pendidikanpun semakin meningkat. Pendidikan akan selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan kodrat kemanusiaannya.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan kodrat kemanusiaannya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembukaan, alinea 4 Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa tujuan dibentuknya negara Indonesia di antaranya adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya menunjukkan hukum alam yang telah menunjukkan kepastian.

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya menunjukkan hukum alam yang telah menunjukkan kepastian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Di perjalanan kehidupan suatu Bangsa selalu terjadi proses regenerasi yang pada dasarnya menunjukkan hukum alam yang telah menunjukkan kepastian. Dengan kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sejak dilahirkan mempunyai fitrah sebagai makhluk yang. berguna bagi agama, berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sejak dilahirkan mempunyai fitrah sebagai makhluk yang. berguna bagi agama, berbangsa dan bernegara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sejak dilahirkan mempunyai fitrah sebagai makhluk yang memiliki kemampuan untuk berfikir, berkreasi dan juga beragam serta beradaptasi dengan lingkungannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan hak warga negara sebagai sumber daya insani yang sepatutnya mendapat perhatian terus menerus dalam upaya peningkatan mutunya. Peningkatan mutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak pada umumnya adalah suatu anugerah Tuhan yang sangat berharga dan harus dijaga dengan baik agar mampu melewati setiap fase tumbuh kembang dalam kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendefinisian manusia dinyatakan Allah Swt. dalam Al-Qur an dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendefinisian manusia dinyatakan Allah Swt. dalam Al-Qur an dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendefinisian manusia dinyatakan Allah Swt. dalam Al-Qur an dengan menyebut manusia dengan istilah al-basyr, al-insan, dan al-nas. Allah memberikan gambaran

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH LUAR BIASA TUNARUNGU (SLB/B) MELALUI ALAT PERAGA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

METODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH LUAR BIASA TUNARUNGU (SLB/B) MELALUI ALAT PERAGA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA METODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH LUAR BIASA TUNARUNGU (SLB/B) MELALUI ALAT PERAGA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi kasus di Kelas VIII SMPLB-B Yayasan Rehabilitasi Tuna Rungu Wicara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional betujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional betujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional betujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. dari anak kebanyakan lainnya. Setiap anak yang lahir di dunia dilengkapi dengan

BAB I LATAR BELAKANG. dari anak kebanyakan lainnya. Setiap anak yang lahir di dunia dilengkapi dengan BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Masa kanak-kanak adalah masa yang terindah dalam hidup dimana semua terasa menyenangkan serta tiada beban. Namun tidak semua anak dapat memiliki kesempatan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diciptakan oleh Tuhan yang memiliki kekurangsempurnaan baik dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. yang diciptakan oleh Tuhan yang memiliki kekurangsempurnaan baik dalam segi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia telah diciptakan Alloh SWT sebagai makhluk yang sempurna dalam segala hal dibanding dengan makhluk yang lain. Kesempurnaan manusia dari segi fisik memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia memiliki kewajiban pada warga negaranya untuk memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu kepada warga negara lainnya tanpa terkecuali termasuk

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2014 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5500); 3. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2015 tentang Kement

2017, No Tahun 2014 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5500); 3. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2015 tentang Kement BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.926, 2017 KEMENRISTEK-DIKTI. Pendidikan Khusus. Pendidikan Layanan Khusus. PT. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang normal saja, tetapi juga untuk anak yang berkebutuhan khusus. Oleh karena itu pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Pendidikan diberikan kepada seorang anak

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG PENDAHULUAN

BAB I LATAR BELAKANG PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Secara etimologi Alqurān berasal dari kata qara-a yaqra-u ( قرا - يقرا ) yang berarti membaca. Sedangkan Alqurān sendiri adalah bentuk maṣdar dari qara-a yang berarti bacaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan memajukan pendidikan di Indonesia telah dilakukan antara lain

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan memajukan pendidikan di Indonesia telah dilakukan antara lain 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak bisa dipungkiri kemajuan suatu bangsa amat bergantung pada kualitas sumber daya manusianya. Demikian pula dalam upaya mewujudkan masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana yang paling penting untuk seorang anak merubah dan mengembangkan kemampuannya. Salah satu lembaga pendidikan yang efektif untuk seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan semua zaman. Di dalamnya terkandung nilai-nilai dan aturan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan semua zaman. Di dalamnya terkandung nilai-nilai dan aturan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang universal dan berlaku untuk semua umat manusia dan semua zaman. Di dalamnya terkandung nilai-nilai dan aturan yang dijadikan pedoman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyadarkan manusia akan potensi-potensi yang dimilikinya untuk dikembangkan.

BAB I PENDAHULUAN. menyadarkan manusia akan potensi-potensi yang dimilikinya untuk dikembangkan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pendidikan merupakan suatu sistem yang mempunyai peranan penting dalam membangun kecerdasan atau pengembangan kepribadian manusia, baik jasmani maupun rohani.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan ditingkat sekolah dasar merupakan pendidikan formal yang paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian, moral,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap anak yang dilahirkan di dunia ini tidak selalu tumbuh dan berkembang secara normal. Ada diantara anak-anak tersebut yang mengalami hambatan, kelambatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di segala bidang telah mengalami banyak perkembangan, majunya ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut juga dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Erlangga, 2010), terj. Eka Widayati, hlm Jenny Thompson, Memahami Anak Berkebutuhan Khusus, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Erlangga, 2010), terj. Eka Widayati, hlm Jenny Thompson, Memahami Anak Berkebutuhan Khusus, (Jakarta: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap peserta didik yang lahir ke dunia ini telah membawa karakter dan wataknya masing-masing. Hal itu dirangsang mulai dari pembelajaran sejak dalam kandungan, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakat. Pendidikan juga merupakan usaha sadar untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakat. Pendidikan juga merupakan usaha sadar untuk menyiapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan Bab I Pendahuluan 1.1. Latar belakang 1.1.1 Judul Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan Karakteristik Pengguna 1.1.2 Definisi dan Pemahaman Judul Perancangan : Berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan fisik dan juga kelainan fisik yang sering disebut tunadaksa.

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan fisik dan juga kelainan fisik yang sering disebut tunadaksa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya manusia terlahir di dunia dengan keadaan normal dan sempurna. Namun pada kenyataannya hal tersebut tidak dialami oleh semua orang. Beberapa orang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. selalu berhubungan dengan tema tema kemanusiaan, artinya pendidikan

I. PENDAHULUAN. selalu berhubungan dengan tema tema kemanusiaan, artinya pendidikan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dan kemanusiaan adalah dua entitas yang saling berkaitan, pendidikan selalu berhubungan dengan tema tema kemanusiaan, artinya pendidikan diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, pada saat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, pada saat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, pada saat dilahirkan manusia tidak mengetahui suatu apapun, namun manusia memiliki potensi dasar yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia jumlah penyandang disabilitas atau sering kali disebut difabel tergolong sangat banyak. Berdasarkan hasil pendataan atau survey Pusdatin Depsos

Lebih terperinci

...tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam Al-Kitab (Q.S. Al An ām [6] : 38) 1

...tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam Al-Kitab (Q.S. Al An ām [6] : 38) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islām merupakan agama yang universal dan akan berlaku di setiap zaman. Keuniversalan Islām telah terbukti sepanjang sejarah, di mana setiap permasalahan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia unggul dan kompetitif dalam upaya menghadapi tantangan perubahan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu memikul beban tugas dan tanggung jawab serta berpartisipasi

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu memikul beban tugas dan tanggung jawab serta berpartisipasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak dikatakan sebagai cikal bakal lahirnya suatu generasi baru, dimana anak menjadi generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa yang diharapkan mampu memikul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Pendidikan yang dilaksanakan secara komprehensif dan berkualitas akan menghasilkan pendidikan

Lebih terperinci

, 2015 MODEL PENDIDIKAN ISLAM BAGI LANSIA DI DAARUT TAUHIID BANDUNG

, 2015 MODEL PENDIDIKAN ISLAM BAGI LANSIA DI DAARUT TAUHIID BANDUNG A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Manusia adalah makhluk Allah yang diciptakan dalam bentuk sebaikbaiknya. Ia diberi akal untuk senantiasa berfikir dan mengembangkan potensinya. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mendapat pendidikan yang sama merupakan hak setiap individu yang menempati suatu negara tanpa terkecuali pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK). Hal

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan penting bagi setiap manusia, negara maupun pemerintah, maka pendidikan harus selalu ditumbuhkembangkan secara sistematis oleh para pengambil

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS LANDASAN YURIDIS UU No.20 Thn.2003 Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 Ayat (2) : Warga Negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah program. Program melibatkan sejumlah komponen yang bekerja sama dalam sebuah proses untuk mencapai tujuan yang diprogramkan. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dalam proses perkembangannya, setiap individu terkadang mengalami suatu hambatan. Hambatan yang terjadi pada suatu individu beragam jenisnya. Beberapa jenis

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. A. Latar Belakang Masalah BAB I A. Latar Belakang Masalah Pendidikan harus mendapatkan dukungan untuk menjalankan fungsi penyelenggaraannya bagi masyarakat dengan sebaik-baiknya. Fungsi pendidikan baik bersifat formal maupun non

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam. perkembangan individu yang berlangsung sepanjang hayat.

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam. perkembangan individu yang berlangsung sepanjang hayat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses bantuan yang diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam Djumhur mengartikan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS UU No.20 Thn.2003 Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 Ayat (2) : Warga Negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan atau sosial berhak memperoleh

Lebih terperinci

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara yang sudah merdeka sudah sepatutnya negara tersebut mampu untuk membangun dan memperkuat kekuatan sendiri tanpa harus bergantung pada negara lain. Maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membantu perkembangan anak supaya lebih progresif, baik dalam perkembangan akademik maupun emosi sehingga mereka dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN !"#$%&'

BAB I PENDAHULUAN !#$%&' BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan anugerah terindah yang diberikan oleh Allah SWT, dan kelahirannya selalu ditunggu-tunggu bagi orang tua. Kehadirannya merupakan kebahagiaan tiada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses pembelajaran yang dilaksanakan secara sadar untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pendidikan menjadi sesuatu hal yang sangat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana

PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha yang dilakukan oleh manusia untuk membina kepribadiannya dengan nilai-nilai kebaikan. Dalam perkembangannya,

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan karakteristiknya. Namun terkait

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan karakteristiknya. Namun terkait 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan pendidikan tentu dirasakan oleh semua orang, termasuk anak berkebutuhan khusus. Keterbatasan yang dialami menjadikan anak berkebutuhan khusus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Jakarta, 2003, hlm Hamzah B Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses belajar Megajar yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Jakarta, 2003, hlm Hamzah B Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses belajar Megajar yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tentang sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kementrian Agama RI, Modul Bahan Ajar Pendidikan Dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) Guru Kelas RA, Jakarta, 2014, hlm. 112.

BAB I PENDAHULUAN. Kementrian Agama RI, Modul Bahan Ajar Pendidikan Dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) Guru Kelas RA, Jakarta, 2014, hlm. 112. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan Anak Usia Dini merupakan bagian integral dalam sistem pendidikan nasional yang saat ini mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah. PAUD dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Kneller memiliki arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi perkembangan

Lebih terperinci

warga negara yang memiliki kekhususan dalam pemenuhan kebutuhan pendidikannya. Salah satu usaha yang tepat dalam upaya pemenuhan kebutuhan khusus

warga negara yang memiliki kekhususan dalam pemenuhan kebutuhan pendidikannya. Salah satu usaha yang tepat dalam upaya pemenuhan kebutuhan khusus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan di segala bidang, salah satu komponen kehidupan yang harus dipenuhi manusia adalah pendidikan. Pendidikan dalam hal ini adalah konsep

Lebih terperinci

Seminar Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

Seminar Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang permasalahan yang menjadi acuan dari penulisan laporan ini. Dari latar belakang permasalahan tersebut maka dapat diuraikan pokok-pokok

Lebih terperinci

SLB TUNAGRAHITA KOTA CILEGON BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SLB TUNAGRAHITA KOTA CILEGON BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kunci penting dalam menentukan masa depan suatu bangsa. Pengertian pendidikan sendiri ialah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan nama benda-benda tersebut (Al-Baqarah : 31) lainnya adalah penekanannya terhadap masalah pendidikan (mencari ilmu).

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan nama benda-benda tersebut (Al-Baqarah : 31) lainnya adalah penekanannya terhadap masalah pendidikan (mencari ilmu). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang universal tidak hanya berbicara ekonomi, sosial, budaya, dan tidak hanya berbicara urusan akhirat saja tetapi berbicara dunia khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Manusia merupakan mahluk individu karena secara kodrat manusia

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Manusia merupakan mahluk individu karena secara kodrat manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia tercipta sebagai mahluk indvidu dan juga sebagai mahluk sosial. Manusia merupakan mahluk individu karena secara kodrat manusia memiliki keunikan dan karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan penting dalam usaha menciptakan masyarakat yang beriman, berakhlak mulia, berilmu serta demokratis dan bertanggungjawab. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan luar biasa merupakan pendidikan bagi peserta didik yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan luar biasa merupakan pendidikan bagi peserta didik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu kenyataan dalam kehidupan bahwa semua manusia yang lahir perlu mendapatkan pendidikan, karena pendidikan merupakan langkah yang tepat dalam rangka memupuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan membaca yang diperoleh pada tahap membaca permulaan akan

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan membaca yang diperoleh pada tahap membaca permulaan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan membaca yang diperoleh pada tahap membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut. Kemampuan membaca permulaan mendasari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan kebutuhan pokok bagi manusia untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, karena manusia pada saat dilahirkan tidak mengetahui apapun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hak untuk memperoleh pendidikan merupakan hak semua warga negara, tidak terkecuali anak berkebutuhan khusus. Hal ini telah ditegaskan dalam UUD 1945 pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Belajar dalam lingkup pendidikan identik dengan adanya proses kegiatan siswa di sekolah atau madrasah. Belajar merupakan hal yang umum, dari sisi siswa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 (Amandemen 4) bahwa setiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 (Amandemen 4) bahwa setiap warga negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak bagi setiap warga negara, sebagaimana yang tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 (Amandemen 4) bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Ingatan atau memori merupakan salah satu aspek dalam kognisi yang melibatkan otak dalam proses pengambilan informasinya. Saat melakukan aktivitas sehari-hari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap anak memiliki kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan yang bermutu. Dengan karakteristik anak yang beragam penyelenggaraan pendidikan harus mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan. Pendidikan sangat dibutuhkan dalam rangka peningkatan sumber daya manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian Pusat Pendidikan dan Terapi Anak Autis di Sukoharjo dengan Pendekatan Behaviour Architecture, perlu diketahui tentang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara adil dan makmur, maka diperlukan suatu pendidikan. Hal ini. ditegaskan pada pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. secara adil dan makmur, maka diperlukan suatu pendidikan. Hal ini. ditegaskan pada pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guna mewujudkan cita-cita kehidupan berbangsa seluruh Indonesia secara adil dan makmur, maka diperlukan suatu pendidikan. Hal ini ditegaskan pada pembukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 2000, hlm Agus Mahfud, Ilmu Pendidikan Islam Pemikiran Gus Dur, Nadi Pustaka, Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 2000, hlm Agus Mahfud, Ilmu Pendidikan Islam Pemikiran Gus Dur, Nadi Pustaka, Yogyakarta, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha pendidikan di sekolah, merupakan kelanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Sekolah ini merupakan lembaga dimana terjadi proses sosialisasi yang kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya sadar untuk mengembangkan kemampuan peserta didik baik di dalam maupun di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Melalui pernyataan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam memandang pendidikan dan pengajaran adalah sebuah perintah yang sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah pengikutnya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Gilang Angga Gumelar, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Gilang Angga Gumelar, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Proses pendidikan dapat berlangsung dalam berbagai lingkungan, baik lembaga formal maupun lembaga informal. Pendidikan di sekolah mengarahkan belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas, cakupan dari disabilitas terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas, cakupan dari disabilitas terdiri dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Disabilitas adalah evolving process yang didukung oleh proses interaksi antara lingkungan, masyarakat serta kebijakan yang menghambat penyandang disabilitas tidak mampu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merealisasikan hak-hak asasi manusia lainnya. Pendidikan mempunyai peranan

BAB 1 PENDAHULUAN. merealisasikan hak-hak asasi manusia lainnya. Pendidikan mempunyai peranan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah hak asasi sekaligus sebuah sarana untuk merealisasikan hak-hak asasi manusia lainnya. Pendidikan mempunyai peranan sangat strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam lini kehidupan. Semua orang membutuhkan pendidikan untuk memberikan gambaran dan bimbingan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi siswa di sekolah. Istilah belajar sebenarnya telah dikenal oleh masyarakat umum, namun barangkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Ia hanya hidup, berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Ia hanya hidup, berkembang, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Ia hanya hidup, berkembang, dan berperan sebagai manusia dengan berhubungan dan bekerja sama dengan manusia lain. Salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelahiran seorang anak di dunia ini adalah kebanggaan tersendiri bagi keluarga, manusia tidak dapat meminta anaknya berwajah cantik atau tampan sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ita Witasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Ita Witasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan ialah salah satu hal penting bagi manusia, karena dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan potensinya melalui pembelajaran. Melalui pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eni Suratmi Ningsih, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eni Suratmi Ningsih, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk Allah yang paling sempurna dan ciptaan yang terbaik. Ia dilengkapi dengan akal pikiran, yang membedakannya dengan makhluk lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat untuk sesama, untuk lingkungan disekitarnya dan juga untuk

BAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat untuk sesama, untuk lingkungan disekitarnya dan juga untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan ilmu pengetahuan kepada umat manusia bagi yang mau belajar, sehingga umat manusia dapat memberikan manfaat

Lebih terperinci