BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS"

Transkripsi

1 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Kemampuan Life Science Anak Usia Dini a. Pengertian Kemampuan Setiap manusia yang terlahir di dunia memiliki akal dan kemampuan yang berbeda satu sama lain. Kemampuan yang di miliki manusia dijadikan sebagai sumber daya untuk melaksanakan tugas dalam hidupnya. Hal ini sesuai dengan penjelasan, Ability (kemampuan, kecakapan) adalah suatu istilah umum yang berkenaan dengan potensi untuk menguasai keterampilan (Desmita, 2006). Robbins (2014) mendefinisikan kemampuan (ability) berarti, Kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan keseluruhan seorang individu pada dasarnya terdiri atas dua kelompok faktor intelektual dan fisik. Kemampuan intelektual (intelectual ability) adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas mental berpikir, menalar dan memecahkan masalah. Kemampuan fisik (physical abilities) adalah kemampuan melakukan tugastugas yang menuntut stamina, keterampilan, kekuatan dan karakteristik serupa. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan seseorang untuk melakukan tugas, yang meliputi kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. b. Pengertian Sains Alam sekitar selalu menarik untuk dipelajari oleh manusia, tidak terkecuali anak usia dini. Pengetahuan alam sekitar bagi anak usia dini di sekolah didapatkan dari pengenalan sains selama proses pembelajaran. Abruscato (1996) mendefinisikan sains sebagai ilmu pengetahuan yangdikumpulkan melalui sekelompok proses yang digunakan orang secara sistematis untuk memperoleh penemuan tentang alam. Pengetahuan 8

2 9 ini ditandai dengan adanya nilai-nilai dan sikap ilmiah dari orang-orang yang menggunakan proses ini. Amien mendefinisikan sains sebagai bidang ilmu alamiah, dengan ruang lingkup zat dan energi, baik yang terdapat pada mahluk hidup maupun tak hidup, lebih banyak mendiskusikan tentang alam (natural science) seperti fisika, kimia dan biologi (Nugraha, 2008). Sedangkan Fisher mengartikan sains sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang berdasarkan pada pengamatan dengan penuh ketelitian (Nugraha, 2008). Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sains adalah ilmu pengetahuan alam yang meliputi ilmu biologi, ilmu bumi dan ilmu tentang fisika dan kimia, yang didapatkan dengan proses pengamatan yang teliti. c. Pengertian Life Science Ruang lingkup pembelajaran sains menurut Abruscato (1996) ada tiga, studi tentang ilmu bumi (earth and space science) meliputi pengetahuan tentang bintang, matahari dan planet, kajian tentang tanah, batuan dan pegunungan serta kajian tentang cuaca atau musim. Selanjutnya studi tentang ilmu hayati (life science) meliputi studi tentang tumbuhan, hewan, hubungan hewan dan tumbuhan serta hubungan makhluk hidup dengan lingkungan. Lingkup ketiga adalah ilmu tentang fisika (physical science) meliputi studi tentang daya, energi, rangkaian dan reaksi kimiawi. Biologi adalah ilmu tentang keadaan dan sifat makhluk hidup (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan) dan biasa disebut Ilmu hayati atau ilmu yang mengungkap tentang kehidupan dari organisme hidup (Nugraha, 2008). Studi tentang ilmu hayati (life science) sendiri menurut Trundle, dkk (2015) adalah bidang ilmu yang luas yang dapat di eksplorasi oleh anak, didalamnya memiliki beberapa konsep, seperti perbedaan antara makhluk hidup dan benda mati, pertumbuhan dan perkembangan

3 10 organisme termasuk pertumbuhan manusia, kuman dan perbedaan antara tumbuhan dan binatang. Auffredou, dkk (2005) menjelaskan bahwa life science adalah ilmu tentang keragaman, kontinuitas, interaksi dan keseimbangan organisme dan lingkungan dengan menggunakan kemampuan, proses dan sikap ilmiah, anak memperluas pengetahuan makhluk hidup dan lingkungan. Sumber lain tentang life science, The National Science Education Standards (Charlesworth dan Lind, 2010) menjelaskan bahwa sains meliputi fakta, konsep, prinsip, teori dan model yang penting untuk diketahui, dimengerti dan diterapkan anak. Life science pada anak TK diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan anak tentang karakteristik organisme dan lingkungan. Life science penting untuk anak TK melalui pengamatan sederhana, eksplorasi dan pengklasifikasian tanaman, binatang dan lingkungan. Untuk anak yang lebih tinggi kelasnya, seharusnya mendapatkan pengalaman untuk mengerti masalah lingkungan dan mencari solusi dari masalah lingkungan yang ada. Berdasarkan beberapa sumber diatas, dapat disimpulkan bahwa life science adalah bidang ilmu yang meliputi perbedaan antara makhluk hidup dan benda mati, pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup dan perbedaan antara tumbuhan dan binatang. d. Tujuan Pembelajaran Sains pada Anak Usia Dini Anak usia dini adalah anak yang berada pada usia emas atau golden age yang setiap pengalaman-pengalaman yang didapatkan anak akan berpengaruh selama hidupnya. Kemampuan sains anak penting untuk dikembangkan karena membantu mereka memahami dunia sekitar mereka dan menciptakan jawaban atas pertanyaan mereka tentang dunia sekitar. Trundle, dkk (2015) menjelaskan bahwa anak-anak mengembangkan pemahaman mereka melalui pengalaman dan pembelajaran yang tepat dapat mendorong kemampuan untuk mempertimbangkan ide-ide dan keyakinan, dan keinginan mereka untuk

4 11 belajar, memiliki banyak potensi untuk membantu mereka meningkatkan pemahaman mereka tentang konsep-konsep sains.

5 12 Pengenalan sains untuk TK dan RA menurut Suyanto (Yulianti, 2010) dilakukan untuk mengembangkan kemampuan anak meliputi eksplorasi dan investigasi, yaitu kegiatan untuk mengamati dan menyelidiki objek dan fenomena alam. Mengembangkan keterampilan proses sains dasar, seperti melakukan pengamatan, mengukur, mengkomunikasikan hasil pengamatan dan sebagainya. Mengembangkan rasa ingin tahu, rasa senang dan mau melakukan kegiatan inkuiri atu penemuan. Memahami pengetahuan tentang berbagai benda, baik ciri, struktur maupun fungsinya. Tujuan pendidikan sains adalah mengembangkan anak secara utuh baik pikirannya, hatinya maupun jasmaninya, atau mengembangkan intelektual, emosional. Pendapat lain tentang tujuan pembelajaran sains dikemukanan oleh Leeper (Nugraha, 2008) sebagai berikut: 1) Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini yang pertama ditujukan agar anak-anak memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapinya melalui penggunaan metode sains, sehingga anakanak terbantu dan menjadi terampil dalam menyelesaikan berbagai hal yang dihadapinya. 2) Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini yang ditujukan agar anak-anak memiliki sikap-sikap ilmiah, misalnya tidak cepatcepat dalam mengambil keputusan, dapat melihat segala sesuatu dari berbagai sudut pandang, berhati-hati terhadap informasi-informasi yang diterimanya serta bersifat terbuka. 3) Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini yang ditujukan agar anak-anak mendapatkan pengetahuan dan informasi ilmiah (yang lebih dipercaya dan baik), maksudnya adalah segala informasi yang diperoleh anak berdasarkan pada standar keilmuan yang semestinya, karena informasi yang disajikan merupakan hasil temuan dan rumusan yang obyektif serta sesuai kaidah-kaidah keilmuan yang menaunginya.

6 13 4) Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini yang ditujukan agar anak-anak menjadi lebih berminat dan tertarik untuk menghayati sains yang berada dan ditemukan di lingkungan dan alam sekitarnya. Selanjutnya, tujuan pembelajaran sains pada anak usia dini dapat dijabarkan kedalam tiga dimensi seperti yang dinyatakan oleh Nugraha (2008), yaitu dimensi produk, proses dan sikap. Pembelajaran sains dalam dimensi produk meliputi penguasaan fakta, konsep, prinsip, teori maupun aspek lain yang terkait dengan temuan yang dihasilkan dalam bidang sains tersebut. Dimensi sains proses yang bertujuan pada penguasaan keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk menggali dan mengenal sains, seperti mengamati, menggolongkan, mengukur, menguraikan, menjelaskan, mengajukan pertanyaan, merumuskan masalah dan sebagainya. Dimensi sains sikap yang berarti pembelajaran sains diarahkan pada suatu pembentukan pribadi atau karakter. Sikap yang diharapkan meningkat adalah sikap jujur, kritis, kreatif, positif terhadap kegagalan, kerendahan hati, mudah putus asa, keterbukaan untuk kritik dan diuji, menghargai dan menerima masukan, berpedoman pada fakta dan data yang memadai, hasrat ingin tahu yang tinggi dan sebagainya. Uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran sains anak usia dini adalah untuk memberi pengetahuan tentang alam sekitar, memiliki keterampilan untuk menggali sains serta memiliki kepribadian dan sikap ilmiah. Setelah mengetahui tujuan pembelajaran sains bagi anak usia dini, maka hendaknya pendidik melaksanakan pembelajaran sains sesuai dengan karakteristik anak. Berikut terdapat rambu-rambu yang dapat menjadi acuan dalam pembelajaran sains seperti yang dinyatakan oleh Ragil (2013) sebagai berikut: 1) Bersifat konkrit, pendidik hendaknya tidak menyediakan konsep secara abstrak tetapi menggunakan benda yang bersifat konkrit agar anak dapat memahami konsep yang dipelajari dengan baik.

7 14 2) Menghubungkan sebab akibat terlihat secara langsung. Anak usia 5-6 tahun belum dapat menghubungkan sebab-akibat yang tidak terlihat secara langsung, sehingga anak perlu diberikan gambaran sebab-akibat secara langsung. 3) Memungkinan anak melakukan eksplorasi. Anak hendaknya diajak untuk menggunakan semua panca inderanya untuk melalukan eksplorasi atau penyelidikan dengan dihadirkan objek nyata. 4) Memungkinkan anak mengkontruksi pengetahuan sendiri. Sains tidak cukup hanya dengan pemberian definisi saja, tetapi sebaiknya memungkinkan anak untuk berinteraksi langsung dengan objek nyata. 5) Memungkinkan anak menjawab persoalan apa daripada mengapa. Anak hanya cukup ditanya tentang pertanyaan apa karena kemampuan anak untuk menjawab mengapa harus menggunakan kemampuan berpikir sebab. 6) Lebih menekankan proses daripada produk. Biarkan anak secara alami menemukan berbagai pengertian dari interaksinya bermain dengan berbagai benda. 7) Memungkinkan anak mengunakan bahasa dan matematika. Pengenalan sains hendaknya terpadu dengan disiplin ilmu yang lain, seperti bahasa, matematika, seni dan budi pekerti. Kedelapan, menyajikan kegiatan yang menarik. Sains dapat disajikan dengan berbagai kegiatan yang menarik melalui percobaan. e. Ruang Lingkup Pembelajaran Life Science Anak Usia Dini Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bahwa indikator pencapaian perkembangan anak usia 5-6 tahun dalam lingkup sains khususnya life science adalah mengenal benda-benda disekitarnya (nama, warna, bentuk, ukuran, pola, sifat, suara, tekstur, fungsi dan ciri-ciri lainnya) serta mengenal lingkungan alam (hewan, tanaman, cuaca, tanah, air, batubatuan dan lain-lain).

8 Ruang lingkup sains dilihat dari isi bahan kajian meliputi materi atau disiplin yang terkait dengan bumi dan jagat raya (ilmu bumi), ilmuilmu hayati (biologi), serta bidang kajian fisika dan kimia (Abruscato, 1996). Selanjutnya, Balantic, dkk (2005) menyebutkan ruang lingkup life science anak TK adalah keturunan dan adaptasi yang meliputi perbedaan makhluk hidup dan benda mati. Auffredou, dkk (2005) menyebutkan lingkup pembelajaran life science pada anak TK adalah mendeskripsikan karakteristik makhluk hidup, mengetahui perbedaan tanaman sekitar dan mengetahui perbedaan binatang sekitar. Sejalan dengan pendapat di atas, Trundle, dkk (2015) menyebutkan lingkup pembelajaran life science pada anak meliputi perbedaan antara makhluk hidup dan benda mati, pertumbuhan dan perkembangan organisme (termasuk pembangunan manusia), kuman dan penyakit menular, dan tumbuhan dan hewan. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, peneliti merangkum lingkup life science anak usia dini sebagai berikut, membedakan makhluk hidup dan benda mati (menyebutkan perbedaan makhluk hidup dan benda mati dan mengelompokkan makhluk hidup dan benda mati), membedakan binatang (menyebutkan perbedaan binatang sesuai cara perkembangbiakannya dan menggelompokkan binatang sesuai cara perkembangbiakannya) dan mengetahui karakteristik tanaman (menyebutkan bagian-bagian tanaman dan fungsinya, menyebutkan halhal yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh, mengurutkan proses pertumbuhan tanaman). 2. Hakikat Model Pembelajaran Quantum Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Pengertian model adalah, Suatu kerangka berpikir yang dipakai sebagai panduan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan tertentu (Anitah, 2009). Pembelajaran menurut Robbins (2014) adalah, Setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil pengalaman.

9 16 Pendapat lain dari Sanjaya (2008) menyatakan pembelajaran adalah, Proses kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi minat, bakat dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di luar diri siswa seperti lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan tertentu. Beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, model pembelajaran merupakan panduan yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki untuk memberikan pengalaman sehingga dapat mencapai tujuan tertentu. b. Pengertian Model Quantum Learning Quantum learning berawal dari SuperCamp yang melaksanakan kurikulum yang dikembangkan dari falsafah bahwa belajar dapat dan harus menyenangkan. Di SuperCamp semua kurikulum secara harmonis merupakan kombinasi dari tiga unsur, keterampilan akademis, prestasi fisik dan keterampilan dalam hidup. Quantum learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov yang bereksperimen dengan suggestology atau suggestopedia. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan sedetail apapun memberikan sugesti positif ataupun negatif. Deporter & Hernacki (2006) mendefinisikan quantum learning sebagai interaksiinteraksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Semua kehidupan adalah energi, tubuh kita adalah materi. Sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya, interaksi, hubungan inspirasi agar menghasilkan energi cahaya. Manfaat yang didapatkan melalui model pembelajaran quantum learning sebagai berikut: 1) Meningkatkan sikap positif 2) Meningkatkan motivasi 3) Memberikan keterampilan belajar seumur hidup 4) Meningkatkan kepercayaan diri

10 17 5) Memberikan motivasi sukses c. Asas Utama dan Prinsip Quantum Learning Deporter & Hernacki (2006) menyatakan asas utama dari quantum learning adalah, Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Maksudnya adalah dalam memberikan pembelajaran, kita harus memasuki dunia anak dengan melibatkan semua aspek kepribadian manusia meliputi, pikiran, perasaan dan bahasa tubuh. Caranya dengan mengaitkan materi pembelajaran dengan sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, atletik, musik, seni, rekreasi atau akademis mereka. Sehingga, anak dapat mendapat pemahaman baru ke dalam dunia mereka dan menerapkannya pada situasi baru. Deporter, Reardon, & Singer (2007) menyebutkan bahwa quantum learning memiliki lima prinsip yaitu segalanya berbicara, segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh anda, dari kertas yang anda bagikan hingga rancangan pelajaran anda, semuanya mengirim pesan tentang belajar. Segalanya bertujuan, semua yang terjadi dalam pengubahan anda mempunyai tujuan. Pengalaman sebelum pemberian nama, otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks, yang akan menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi ketika anak telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari. Akui setiap usaha, belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan. Pada saat siswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapat pengakuan atas kemampuan dan kepercayaan diri mereka. Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan, perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar, selain itu juga dapat dilakukan dengan pemberian kata positif. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar anak. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa prinsip quantum learning adalah menekankan bahwa segala sesuatu yang berada

11 18 dikelas maupun yang kita sampaikan, semua dapat mempengaruhi sugesti siswa dalam belajar. Selain itu, guru hendaknya mengakui setiap usaha anak apapun hasilnya dengan memberikan perayaan melalui kata-kata positif maupun hadiah. d. Penerapan Quantum Learning dalam Pembelajaran Deporter & Hernacki (2006) menjabarkan langkah-langkah penerapan model quantum learning dalam pembelajaran sebagai berikut: 1) Kekuatan Ambak (Apa Manfaatnya Bagi Ku). Ambak adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental antara manfaat dan akibat-akibat suatu keputusan. Motivasi dapat meningkatkan keinginan belajar anak. 2) Menata lingkungan belajar yang tepat. Lingkungan belajar yang tepat adalah lingkungan yang dapat memberikan kesan nyaman selama proses pembelajaran serta memperhatikan pencahayaan ruangan, adanya sarana visual seperti poster, gambar dan papan untuk menonjolkan informasi yang disampaikan serta penataan peralatan didalam ruangan. Lingkungan belajar yang ditata dengan tepat dapat menjadi sarana dalam membangun dan mempertahanakan sikap positif anak. 3) Memupuk sikap juara. Memupuk sikap juara sangat penting dilakukan oleh guru. Guru harus selalu memotivasi anak dan menanamkan dalam diri anak, bahwa mereka mampu untuk melakukan tugas yang ada. Setiap anak adalah juara dan harus yakin dengan kemampuan yang mereka miliki. Dengan adanya motivasi dari guru akan meningkatkan kepercayaan diri anak. 4) Bebaskan gaya belajar anak. Setiap orang memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Gaya belajar adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, disekolah, dan dalam situasi-situasi antar pribadi. Gaya belajar ada tiga, visual, auditorial dan kinestetik. Guru hendaknya membebaskan gaya

12 19 belajar anak dan memberikan model pembelajaran tersebut dengan berbagai media. 5) Membiasakan mencatat. Mencatat dapat meningkatkan daya ingat dalam mengingat pembelajaran yang dipelajarai. Mencatat tidak hanya tulisan tetapi dapat berupa simbol dan gambar yang mudah diingat oleh anak. 6) Membiasakan membaca. Manfaat membaca dapat meningkatkan pemahaman dan daya ingat serta menambah perbendaharaan kata anak. Guru dapat memotivasi anak untuk membaca dimulai dari buku-buku yang menyenangkan bagi anak seperti buku dongeng bergambar. 7) Membiasakan berpikir logis, berpikir kreatif. Guru menanamkan kepada anak bahwa seorang kreatif adalah orang yang selalu mempunyai rasa ingin tahu, ingin mencoba-coba, bertualang, suka bermain-main, setiap anak berpotensi untuk menjadi orang kreatif. 8) Melatih kekuatan memori anak. Belajar harus menjadi pengalaman yang positif, pembelajaran dapat dilakukan dengan pengulangan agar dapat melatih kekuatan memori anak. Dapat dilihat bahwa penerapan quantum learning dalam pembelajaran meliputi, motivasi manfaat yang akan diperoleh anak, lingkungan belajar yang tepat, pentingnya menanamkan sikap juara, memberi kebebasan kepada anak sesuai gaya belajarnya, membiasakan anak untuk mencatat dengan tulisan maupun simbol dan gambar, membiasakan anak untuk senang membaca, meningkatkan kemampuan berpikir anak serta melatih kemampuan memori anak untuk mengetahui sejauh mana pemahaman anak. e. Konsep Perencanaan Quantum Learning Deporter, Reardon, & Singer (2007) menyebutkan bahwa TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan) adalah kerangka dalam pembelajaran quantum yang meliputi:

13 20 1) Tumbuhkan. Tumbuhkan minat dengan memuaskan apakah manfaatnya bagiku (AMBAK) pada saat kegiatan apersepsi. 2) Alami. Ciptakan atau datangkan pengalaman nyata yang dapat dimengerti semua anak. 3) Namai. Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi dan metode lainnya. 4) Demonstrasikan. Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk menunjukkan bahwa mereka tahu. 5) Ulangi. Tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan, aku tahu bahwa aku memang tahu ini. 6) Rayakan. Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan. f. Kelebihan dan Kelemahan Model Quantum Learning Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa quantum learning dapat meningkatkan motivasi belajar anak dan hasil belajar anak seperti penelitian yang dilakukan oleh Acat & AY (2014) yang mengungkapkan bahwa quantum learning terbukti tidak hanya dapat meningkatkan kemampuan sains anak tetapi juga dapat meningkatkan memori anak dan sikap positif karena model quantum memberikan pembelajaran yang menyenangkan melalui pemberian iringan musik, penempelan poster yang memudahkan anak mendapat informasi, pemberian model nyata dan pengakuan usaha anak sehingga anak merasa dihargai. Model quantum learning juga sudah dibuktikan oleh Davis (2012) dalam penelitiannya yang membandingkan sekolah yang menerapkan quantum learning dan sekolah yang tidak menerapkan quantum learning yang hasilnya, sekolah yang menerapkan quantum learning lebih banyak anak yang mendapatkan nilai lebih tinggi daripada sekolah yang tidak menerapkan quantum learning. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Khasanah & Setyowati (2014) yang menunjukkan bahwa quantum learning berpengaruh secara signifikan terhadap

14 21 kemampuan mengenal lambang bilangan anak kelompok A di TK Bina Putra Warga Surabaya. Uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kelebihan quantum learning adalah anak belajar dalam suasana menyenangkan, anak merasa dihargai sehingga motivasi belajar meningkat, pemberian poster dapat menonjolkan informasi. Model quantum learning juga memiliki kelemahan yaitu guru harus menyiapkan media pembelajaran yang besar sehingga membutuhkan biaya yang banyak, selain itu membutuhkan waktu yang lebih lama untuk perancangan dan persiapan yang matang. g. Langkah-Langkah Penerapan Model Quantum Learning Dalam Pembelajaran Life Science Anak TK Penerapan quantum learning dengan kerangka TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan) dalam pembelajaran life science anak TK yang meliputi: 1) Tumbuhkan Tumbuhkan minat dengan memuaskan apakah manfaatnya bagiku (AMBAK). Hal ini dapat dilakukan dengan menfokuskan perhatian anak dengan tepuk semangat kemudian menarik perhatian anak dengan menunjukkan gambar dan mengajukan pertanyaan mengenai tema yang akan dipelajari. Guru kemudian menjelaskan lebih lanjut tema yang akan dipelajari yaitu makhluk hidup dan benda mati, mengetahui binatang bertelur dan binatang melahirkan dan mengetahui karakteristik tanaman. 2) Alami Ciptakan atau datangkan pengalaman nyata yang dapat dimengerti semua anak. Guru menampilkan video tentang makhluk hidup dan benda mati, video binatang bertelur dan binatang melahirkan dan video pertumbuhan tanaman, kemudian menunjukkan ayam untuk contoh makhluk hidup dan batu untuk contoh benda mati, menunjukkan tanaman mentimun dan

15 22 meminta anak untuk mengamati. Setelah itu, guru memberi pertanyaan pada anak. 3) Namai Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi dan metode lainnya. Guru bersama anak menyebut beberapa kata kunci mengenai tema yang dipelajari. Untuk ciri makhluk hidup seperti bergerak, membutuhkan makanan, menanggapi rangsangan juga dapat dijelaskan guru dengan mengajak anak untuk mempraktekkannya misalnya untuk ciri makhluk hidup makan, anak-anak diajak untuk mempraktekkan gerakan makan. 4) Demonstrasikan Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk menunjukkan bahwa mereka tahu. Hal ini dapat dilakukan dengan meminta anak untuk mempraktekan dan menjelaskan materi yang baru saja dipelajari sesuai kemampuan anak untuk memupuk sikap berani dan percaya diri. Guru meminta anak untuk mengambil dua gambar dan menempelkannya pada papan tulis dan menjelaskan masing-masing ciri gambar tersebut, makhluk hidup atau benda mati, binatang bertelur atau melahirkan dan bagian atau fungsi tanaman. 5) Ulangi Tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan, aku tahu bahwa aku memang tahu ini. Guru dapat memberikan tugas individu kepada anak berupa LKA yang terdiri dari kolom dan beberapa gambar, anak diminta menempelkan gambar sesuai kolom makhluk hidup atau kolom benda mati, binatang melahirkan atau bertelur dan bagian tanaman. 6) Rayakan Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan. Pengakuan guru atas usaha

16 23 anak sangat penting dilakukan, hal ini dapat meningkatkan motivasi belajar anak karena anak merasa usahanya dihargai. Pengakuan dilakukan guru dengan memberikan gambar bintang dan pujian setelah anak selesai mengerjakan tugas. A. Kerangka Berpikir Model pembelajaran quantum learning adalah model pembelajaran yang akan diteliti terhadap kemampuan life science anak. Guru selama ini, cenderung menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran sains, sehingga kemampuan life science belum berkembang optimal. Anak tidak terlibat aktif dalam pembelajaran dan hanya diberikan penjelasan guru. Dalam pembelajaran sains, anak perlu diberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan mendorong anak untuk mendapatkan pengalaman langsung yang dapat dilakukan melalui model quantum learning karena model ini dapat meningkatkan partisipasi aktif anak dalam pembelajaran, menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, menghargai setiap usaha anak sehingga anak merasa percaya diri dan memudahkan anak dalam memperoleh informasi melalui gambar dan pengalaman langsung dengan benda nyata.

17 24 Berdasarkan pemikiran tersebut, diharapkan model pembelajaran yang menyenangkan dapat memberikan dampak positif terhadap kemampuan life science anak. Gambar 2.1 Kerangka Berpikir B. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah adanya efek penerapan model pembelajaran quantum learning terhadap kemampuan life science anak usia 5-6 Tahun TK BA Aisyiyah, Polokarto, Sukoharjo.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah bagian dari manusia yang selalu tumbuh dan berkembang bahkan lebih pesat pada awal kehidupannya. Santrock (2002) mendefinisikan, Masa

Lebih terperinci

EFEK QUANTUM LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN LIFE SCIENCE ANAK USIA 5-6 TAHUN TK BA AISYIYAH POLOKARTO SUKOHARJO

EFEK QUANTUM LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN LIFE SCIENCE ANAK USIA 5-6 TAHUN TK BA AISYIYAH POLOKARTO SUKOHARJO EFEK QUANTUM LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN LIFE SCIENCE ANAK USIA 5-6 TAHUN TK BA AISYIYAH POLOKARTO SUKOHARJO Asih Mukharoh 1, Siti Wahyuningsih 1, Yudianto Sujana 1 1 Program Studi PG PAUD, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa yaitu tahap sensorimotor, pra

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa yaitu tahap sensorimotor, pra BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Piaget Menurut Jean Piaget, seorang anak maju melalui empat tahap perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa yaitu tahap sensorimotor, pra operasional, opersional

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Model Quantum Teaching Quantum memiliki arti interaksi yang mengubah energi cahaya. Quantum Teaching adalah penggubahan bermacam-macam interaksi yang ada di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1. Pengertian Lembar Kerja Siswa (Student Work Sheet) adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori 2.1.1 Hakikat IPA IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING Pedagogy Volume 2 Nomor 1 ISSN 252-382 PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING Irfawandi Samad 1 Progam Studi Pendidikan Matematika 1, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini sangat perlu, hal ini dikarenakan pada usia itu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini sangat perlu, hal ini dikarenakan pada usia itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini sangat perlu, hal ini dikarenakan pada usia itu anak berada pada posisi keemasan (golden age). Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa ini merupakan masa kritis dimana anak membutuhkan rangsanganrangsangan yang tepat untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Model Quantum Teaching Terhadap Motivasi Belajar Siswa

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Model Quantum Teaching Terhadap Motivasi Belajar Siswa 101 BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan maka dapat dikaji pembahasan sebagai berikut: A. Pengaruh Model Quantum Teaching Terhadap Motivasi Belajar Siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan anak yang aktif dan sangat imajinatif serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan anak yang aktif dan sangat imajinatif serta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan anak yang aktif dan sangat imajinatif serta memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Pada saat usia dini ini anak memiliki tingkat kecerdasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai pendidikan yang. diselenggarakan sebelum pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai pendidikan yang. diselenggarakan sebelum pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai pendidikan yang diselenggarakan sebelum pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak usia 0 6 tahun yang sering

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan kunci yang nantinya akan membuka pintu ke arah modernisasi dan kemajuan suatu bangsa. Tujuan pendidikan nasional Indonesia terdapat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara makro menurut Sumaatmadja (1997:56) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara makro menurut Sumaatmadja (1997:56) merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan secara makro menurut Sumaatmadja (1997:56) merupakan proses yang dialami oleh tiap orang mulai dari masa anak-anak sampai menjadi dewasa. Pendidikan

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN SAINS UNTUK ANAK PRASEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR AWAL

STRATEGI PEMBELAJARAN SAINS UNTUK ANAK PRASEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR AWAL STRATEGI PEMBELAJARAN SAINS UNTUK ANAK PRASEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR AWAL Eny Nur Aisyah PG-PAUD/KSDP/FIP Universitas Negeri Malang Abstrak Anak merupakan pembelajar aktif yang membangun pengetahuannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh. Sebagai bagian dari pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara teoritis, hakikat pendidikan merupakan belajar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara teoritis, hakikat pendidikan merupakan belajar yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara teoritis, hakikat pendidikan merupakan belajar yang berlangsung sepanjang hayat (life long learning). Oleh karena itu, pendidikan harus dilakukan sejak usia dini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian merupakan kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara

TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian merupakan kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Pengembangan Penelitian merupakan kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara alamiah dalam bidang tertentu untuk mendapatkan suatu informasi yang datanya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Konstruktivisme Menurut Depdiknas (2004), model merupakan suatu konsep untuk mengajar suatu materi dalam mencapai tujuan tertentu. Joyce & Weil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang khas, dikatakan memiliki karakteristik yang khas dikarenakan mempunyai rasa ingin tahu yang

Lebih terperinci

PEMANFAATAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH SEBAGAI KONSEKUENSI LOGIS OTONOMI DAERAH BIDANG PENDIDIKAN

PEMANFAATAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH SEBAGAI KONSEKUENSI LOGIS OTONOMI DAERAH BIDANG PENDIDIKAN JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, 146-155, Desember 2002, ISSN : 1410-8518 PEMANFAATAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH SEBAGAI KONSEKUENSI LOGIS OTONOMI DAERAH BIDANG PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Model Quantum Teaching. Quantum Teaching adalah pengubahan suasana belajar yang

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Model Quantum Teaching. Quantum Teaching adalah pengubahan suasana belajar yang 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Model Quantum Teaching Quantum Teaching adalah pengubahan suasana belajar yang meriah dengan segala nuansanya, serta menyertakan segala kaitan, interaksi

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN SAINS DENGAN QUANTUM TEACHING M.Gade*

PENERAPAN PEMBELAJARAN SAINS DENGAN QUANTUM TEACHING M.Gade* PENERAPAN PEMBELAJARAN SAINS DENGAN QUANTUM TEACHING M.Gade* Abstrak Kegiatan pembelajaran quantum teaching dapat mewujudkan pembelajaran yang bervariasi terpusat pada peserta didik dan dapat dimaksimalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Learning Cycle 5E (LC 5E) Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada pebelajar (student centered). LC merupakan rangkaian tahap-tahap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan siswa setelah melaksanakan pengalaman belajar. 1

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan siswa setelah melaksanakan pengalaman belajar. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dan pengajaran adalah suatu proses yang sadar tujuan. Tujuan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memberikan rumusan hasil yang diharapkan siswa setelah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. HASIL 1. Hasil Kesesuaian antar Panelis Kehandalan data dari masing-masing panelis diuji menggunakan uji

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. HASIL 1. Hasil Kesesuaian antar Panelis Kehandalan data dari masing-masing panelis diuji menggunakan uji BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Hasil Kesesuaian antar Panelis Kehandalan data dari masing-masing panelis diuji menggunakan uji kehandalan data menurut Krippendorf dengan menghitung koefisien alpha

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ajar Diknas 2004 (Prastowo, 2012 : 203), lembar kegiatan siswa (student

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ajar Diknas 2004 (Prastowo, 2012 : 203), lembar kegiatan siswa (student 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Lembar Kerja Siswa (LKS) a. Pengertian LKS Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu bentuk bahan ajar cetak (printed). Menurut Pedoman Umum Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menentukan perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha atau kegiatan yang disengaja untuk membantu, membina, dan mengarahkan manusia mengembangkan segala kemampuannya yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sepanjang hayat (Long Life Education), merupakan kalimat yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sepanjang hayat (Long Life Education), merupakan kalimat yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sepanjang hayat (Long Life Education), merupakan kalimat yang telah sejak lama dikenal sejak dahulu sampai saat ini. Pentingnya pendidikan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya kemampuan bahasa bagi kehidupan manusia, tidak terkecuali bagi

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya kemampuan bahasa bagi kehidupan manusia, tidak terkecuali bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya tidak terlepas dari bahasa. Manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Dengan bahasa, manusia akan mudah dalam bergaul dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Menurut Thursan Hakim (2005: 21) belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas

Lebih terperinci

Keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa Mengembangkan pengetahuan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mengembangkan rasa ingin tahu dan sifat

Keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa Mengembangkan pengetahuan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mengembangkan rasa ingin tahu dan sifat Ida Kaniawati Keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa Mengembangkan pengetahuan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mengembangkan rasa ingin tahu dan sifat positif. Mengembangkan keterampilan proses

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Quantum Teaching 1. Defenisi Quantum Teaching Menurut Mark Reardon (dalam Ari Nilandri 2001), Quantum Teaching merupakan orkestrasi bermacam macam interaksi yang ada di sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut. pengembangan kemampuan siswa dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut. pengembangan kemampuan siswa dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut pengembangan kemampuan siswa dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam termasuk fisika. Kemampuan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia. Pendidikan merupakan suatu usaha yang disengaja, teratur, dan terencana sebaik mungkin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Pendidikan anak usia dini merupakan upaya yang terencana secara sistematis untuk mengoptimalisasi perkembangan anak. Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI 1 PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI Pendahuluan Guru-guru pendidikan jasmani (penjas) sudah mengetahui dan menyadari sepenuhnya bahwa aktivitas jasmani di samping mengembangkan aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak usia dini (AUD) adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya,

Lebih terperinci

ALTERNATIF PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SD/MI TERHADAP MATERI MEMBANDINGKAN PECAHAN SEDERHANA

ALTERNATIF PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SD/MI TERHADAP MATERI MEMBANDINGKAN PECAHAN SEDERHANA ALTERNATIF PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SD/MI TERHADAP MATERI MEMBANDINGKAN PECAHAN SEDERHANA WARTA RIANA IRAWATI PGSD UPI Kampus Sumedang Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

PENGARUH METODE QUANTUM LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DASAR II PADA MAHASISWA SEMESTER II T.A GENAP 2008/2009 PRODI FISIKA UNIB

PENGARUH METODE QUANTUM LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DASAR II PADA MAHASISWA SEMESTER II T.A GENAP 2008/2009 PRODI FISIKA UNIB 1 PENGARUH METODE QUANTUM LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DASAR II PADA MAHASISWA SEMESTER II T.A GENAP 2008/2009 PRODI FISIKA UNIB Oleh: Desy Hanisa Putri Dosen P.Fisika PMIPA Universitas Bengkulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat menumbuhkan kemampuan penalaran siswa dan berfungsi sebagai dasar pengembangan sains dan teknologi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai pihak yaitu pemerintah, masyarakat, dan steakholder yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai pihak yaitu pemerintah, masyarakat, dan steakholder yang terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha yang dilakukan keluarga, masyarakat, pemerintah, melalui binbingan, pengajaran, dan latihan yang berlangsung di sekolah sepanjang hayat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan saluran atau media (Sardiman A.M., 2001: 7). Multimedia interaktif

BAB II LANDASAN TEORI. dan saluran atau media (Sardiman A.M., 2001: 7). Multimedia interaktif BAB II LANDASAN TEORI Interaksi berkaitan erat dengan istilah komunikasi. Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yang terlibat di dalamnya, yaitu komunikator, komunikan, pesan dan saluran atau media (Sardiman

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK A. Analisis Aspek-Aspek yang Diteliti Antara Pembelajaran Tutor Sebaya dan Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah 9 BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Pemecahan masalah menurut Turmadi (008) adalah proses melibatkan suatu tugas yang metode pemecahannya belum diketahui lebih

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari kata bahasa latin scientia yang berarti saya tahu. Science terdiri. pengetahuan alam. (Trianto, 2011 : 136)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari kata bahasa latin scientia yang berarti saya tahu. Science terdiri. pengetahuan alam. (Trianto, 2011 : 136) BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Sains Anak Usia Dini 1. Pengertian Sains Sains berasal dari bahasa Inggris science. Science sendiri berasal dari kata bahasa latin scientia yang berarti saya tahu. Science

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan bangsa karena pendidikan sebagai akar pembangunan bangsa dan salah satu aset masa depan yang menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu semakin pesat. Perkembangan ini tidak terlepas dari peranan dunia pendidikan, karena melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Metode pembelajaran Qantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgi

I. PENDAHULUAN. Metode pembelajaran Qantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Metode pembelajaran Qantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov, Quantum Learning itu sendiri adalah proses belajar yang nyaman dan menyenangkan, Quantum Learning

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha untuk memanusiakan manusia itu sendiri, yaitu membudayakan manusia. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam

Lebih terperinci

BAB II MODEL PEMBELAJARAN TANDUR DAN HASIL BELAJAR. berbagai falsafah dan metodologi pembelajaran yang dipandang baru

BAB II MODEL PEMBELAJARAN TANDUR DAN HASIL BELAJAR. berbagai falsafah dan metodologi pembelajaran yang dipandang baru BAB II MODEL PEMBELAJARAN TANDUR DAN HASIL BELAJAR A. Quantum Teaching Dalam beberapa tahun terakhir ini di Indonesia telah bermunculan berbagai falsafah dan metodologi pembelajaran yang dipandang baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting yang harus dikuasai oleh peserta didik. Selain digunakan

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting yang harus dikuasai oleh peserta didik. Selain digunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting yang harus dikuasai oleh peserta didik. Selain digunakan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan sikap dan keterampilan yang merupakan hasil aktivitas belajar

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun Oleh :

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun Oleh : PENERAPAN METODE QUANTUM TEACHING SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA BANGUN DATAR LINGKARAN SISWA KELAS VIII (D) DI SMP NEGERI 3 KARTASURA TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

Lebih terperinci

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI JENJANG PENDIDIKAN DASAR MATA PELAJARAN SAINS. 4 Pilar Pendidikan UNESCO

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI JENJANG PENDIDIKAN DASAR MATA PELAJARAN SAINS. 4 Pilar Pendidikan UNESCO KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI JENJANG PENDIDIKAN DASAR MATA PELAJARAN SAINS Oleh : Drs.Saeful Karim,M.Si Disampaikan pada Acara Pengabdian Pada Masyarakat untuk Guru-Guru IPA SD Se-Kecamatan Lembang Kabupaten

Lebih terperinci

Model Quantum Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pecahan. Wiji Astutik. SDN Patungrejo Kutorejo Mojokerto

Model Quantum Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pecahan. Wiji Astutik. SDN Patungrejo Kutorejo Mojokerto Model Quantum Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pecahan Wiji Astutik SDN Patungrejo Kutorejo Mojokerto Email: astutikwiji498@gmail.com Tersedia Online di http://www.jurnal.unublitar.ac.id/ index.php/briliant

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat, baik fisik maupun mental. Tepatlah bila dikatakan bahwa usia dini adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA 2.1.1.1 Hakikat IPA IPA tidak hanya merupakan kumpulan-kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi merupakan cara kerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir hingga berusia kurang lebih delapan (0-8) tahun. Dalam kelompok ini dicakup bayi hingga anak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belum diketahui serta memaksimalkan potensi yang dimiliki seseorang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belum diketahui serta memaksimalkan potensi yang dimiliki seseorang. 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar Belajar adalah suatu kegiatan memahami dan menemukan sesuatu yang belum diketahui serta memaksimalkan potensi yang dimiliki seseorang. Belajar adalah proses perubahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah aset yang sangat berharga, tidak hanya bagi orang tua, keluarga, masyarakatnya tetapi juga bagi keberlangsungan sebuah peradaban, sehingga anak juga disebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Oleh karena itu setiap warga negara harus dan wajib mengikuti jenjang pendidikan, baik

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA. Hidayah Ansori, Rezqy Amalia

PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA. Hidayah Ansori, Rezqy Amalia PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Hidayah Ansori, Rezqy Amalia Pendidikan Matematika FKIP Universitas Lambung Mangkurat, Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan peka terhadap stimulasi yang berasal dari lingkungan di sekitarnya. Orang

BAB I PENDAHULUAN. dan peka terhadap stimulasi yang berasal dari lingkungan di sekitarnya. Orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak adalah seorang makhluk sosial, sama halnya dengan orang dewasa yang membutuhkan orang lain untuk membantu mengembangkan kemampuan yang dimilikinya,

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 2 HAKIKAT ANAK DIDIK

Kegiatan Belajar 2 HAKIKAT ANAK DIDIK Kegiatan Belajar 2 HAKIKAT ANAK DIDIK A. Pengantar Kita mengetahui bahwa dalam perkembangannya seorang anak berbeda dengan orang dewasa. Hal ini dapat kita lihat dengan jelas baik itu dalam bentuk fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang mendukung kemajuan bangsa dan Negara sebagaimana tercantum di

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. II. PEMBELAJARAN PENGAYAAN A. Pembelajaran Menurut SNP... B. Hakikat Pembelajaran Pengayaan... C. Jenis Pembelajaran Pengayaan...

DAFTAR ISI. II. PEMBELAJARAN PENGAYAAN A. Pembelajaran Menurut SNP... B. Hakikat Pembelajaran Pengayaan... C. Jenis Pembelajaran Pengayaan... DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... B. ujuan...... C. Ruang Lingkup... II. PEMBELAJARAN PENGAYAAN A. Pembelajaran Menurut SNP... B. Hakikat Pembelajaran Pengayaan... C. Jenis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak sebagai individu yang unik memiliki karakteristik yang berbedabeda. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari sejak lahir. Masa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Gaya Belajar adalah cara atau pendekatan yang berbeda yang dilakukan oleh seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia pendidikan, istilah gaya

Lebih terperinci

memenuhi tuntutan sosial, kultural, dam religius dalam lingkungan kehidupannya. Pendidikan anak usia dini pada hakekatnya adalah pendidikan yang

memenuhi tuntutan sosial, kultural, dam religius dalam lingkungan kehidupannya. Pendidikan anak usia dini pada hakekatnya adalah pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dipandang suatu proses pemberdayaan dan pembudayaan individu agar ia mampu memenuhi kebutuhan perkembangannya dan sekaligus memenuhi tuntutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang pesat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang pesat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai Model, pendekatan, strategi, pembelajaran dan media pembelajaran Bahasa Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan

Lebih terperinci

Jurnal Pesona PAUD Vol.I No 1 Page 1

Jurnal Pesona PAUD Vol.I No 1 Page 1 Jurnal Pesona PAUD Vol.I No 1 Page 1 PENINGKATAN KOGNITIF ANAK MELALUI PERMAINAN CONGKLAK WADAH TELUR DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH VII KOTA PADANG RUSFITA MEDIA Abstrak Masalah penelitian ini adalah banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap satuan pendidikan diharapkan membuat Kurikulum Tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap satuan pendidikan diharapkan membuat Kurikulum Tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Republik Indonesia, nomor: 20 tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 (PP. 19/2005)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Audio-Visual Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 2.1 Hakikat Sains 2.1.1 Pengertian Sains Pada dasarnya setiap anak dilahirkan dengan bakat untuk menjadi ilmuwan, ia dilahirkan dengan membawa sesuatu keajaiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kemajuan suatu bangsa banyak ditentukan oleh kualitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.I

BAB II KAJIAN TEORI 2.I BAB II KAJIAN TEORI 2.I Kemampuan Mengenal Warna 2.1.1 Pengertian Kemampuan Didalam Kamus Bahasa Indonesia (1997:605) kemampuan berasal dari kata Mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut. (Pasal 1 ayat 14 menurut UU No. 20 Tahun 2003)

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut. (Pasal 1 ayat 14 menurut UU No. 20 Tahun 2003) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kajian Pembelajaran Langsung a. Pengertian Pembelajaran Langsung Menurut Arends (1997) model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini mempunyai peranan penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang

Lebih terperinci

MENGAPA PERLU PEMBELAJARAN TEMATIK?

MENGAPA PERLU PEMBELAJARAN TEMATIK? MAKALAH PPM Pelatihan Penerapan Kecerdasan Majemuk melalui Model Pembelajaran Tematik Di SDN Kiyaran I dan II Cangkringan Sleman Oleh: Woro Sri Hastuti/ PGSD FIP UNY woro_uny@yahoo.com MENGAPA PERLU PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Pendidikan IPS bertujuan membentuk manusia yang memiliki pengetahuan dalam bidang sosial, terampil dalam

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Pendidikan IPS bertujuan membentuk manusia yang memiliki pengetahuan dalam bidang sosial, terampil dalam BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Pendidikan IPS bertujuan membentuk manusia yang memiliki pengetahuan dalam bidang sosial, terampil dalam memecahkan masalah sosial, serta berpegang teguh terhadap nilai-nilai

Lebih terperinci

PADA KURIKULUM (Mulida Hadrina Harjanti) Abstrak

PADA KURIKULUM (Mulida Hadrina Harjanti) Abstrak PEMBELAJARAN BERMAKNA (MEANINGFUL LEARNING) PADA KURIKULUM 2013 (Mulida Hadrina Harjanti) Abstrak Tujuan penulisan artikel ini adalah pentingnya menerapkan pembelajaran bermakna di kelas. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran menurut Asmani (2012:17) merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan. Sedangkan menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode usia dini ini adalah tahuntahun berharga bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam rangka. manusia suatu bangsa tidak akan dapat membangun negaranya.

BAB I PENDAHULUAN. setiap bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam rangka. manusia suatu bangsa tidak akan dapat membangun negaranya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah modal bagi suatu bangsa untuk menciptakan generasi muda yang mampu bersaing dengan bangsa lain di era globalsasi. Globalisasi menuntut setiap

Lebih terperinci