BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ajar Diknas 2004 (Prastowo, 2012 : 203), lembar kegiatan siswa (student

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ajar Diknas 2004 (Prastowo, 2012 : 203), lembar kegiatan siswa (student"

Transkripsi

1 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Lembar Kerja Siswa (LKS) a. Pengertian LKS Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu bentuk bahan ajar cetak (printed). Menurut Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar Diknas 2004 (Prastowo, 2012 : 203), lembar kegiatan siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Surachman yang dikutip oleh Widjajanti (2008 : 1), LKS merupakan jenis hand out yang dimaksudkan untuk membantu siswa belajar secara terarah. Hal ini diperkuat oleh Slamet (Widjajanti, 2004 : 15) bahwa pembelajaran dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal berupa kemampuan awal siswa dan faktor eksternal berupa pendekatan pembelajaran. Prastowo (2009 : 204) menerangkan lebih rinci bahwa LKS adalah suatu bahan ajar cetak yang berupa lembar - lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk - petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai. Hidayah menerangkan bahwa LKS merupakan salah satu jenis alat bantu pembelajaran (Majid, 2013 : 371). 8

2 9 LKS bertujuan untuk memudahkan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Majid (2013 : 371) menerangkan bahwa lembar kerja (LK) atau lembar tugas (LT) dimaksudkan untuk memicu dan membantu siswa melakukan kegiatan belajar dalam rangka menguasai suatu pemahaman, keterampilan, dan / atau sikap. Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa LKS merupakan alat bantu pembelajaran berupa lembaran-lembaran tugas. LKS bertujuan untuk memudahkan siswa dalam belajar dan memahami konsep suatu materi. Penyusunan LKS harus sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai, sehingga dapat memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran. b. Komponen LKS Penyusunan LKS mempunyai beberapa komponen yang perlu dicermati. Komponen komponen LKS harus sesuai dengan kriteria LKS yang baik. Majid (2013 : 371) menjelaskan bahwa komponen Lembar Kerja atau Lembar Tugas yaitu : 1) Informasi Informasi hendaknya menginspirasi siswa utuk menjawab / mengerjakan tugas. Informasi dapat diganti dengan gambar, teks, tabel, dan benda konkret. 2) Pernyataan Masalah Pernyataan masalah hendaknya menuntut siswa untuk menemukan strategi/ cara memecahkan masalah.

3 10 3) Pertanyaan/ Perintah Pertanyaan/ perintah hendaknya merangsang siswa untuk menyelidiki, menemukan, memecahkan masalah dan/atau berimajinasi/ mengkreasi. 4) Pertanyaan dapat bersifat terbuka atau membimbing (guide). c. Fungsi dan Tujuan LKS Lembar kerja Siswa (LKS) harus disusun sesuai fungsi dan tujuan yang jelas. Prastowo (2012 : 205) menjelaskan pentingnya LKS bagi kegiatan pembelajaran, maka tidak bisa lepas dari pengkajian tentang fungsi, tujuan, dan kegunaan LKS itu sendiri. Penjabaran dari masingmasing kajian tersebut, sebagai berikut : 1) Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun lebih mengaktifkan peserta didik; 2) Sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk memahami materi yang diberikan; 3) Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih; serta 4) Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik. LKS yang disusun dengan baik dapat digunakan secara optimal dalam kegiatan pembelajaran. Penyusunan LKS (Sumiati, 2011 : 172) mempunyai tujuan sebagai berikut : a) Menyiapkan kondisi siswa untuk siap belajar sebelum pelaksanaan kegiatan pembelajaran. b) Membimbing siswa untuk memproses hasil belajarnya (menemukan

4 11 atau membuktikan konsep yang dipelajarinya). c) Memotivasi siswa untuk belajar mandiri. d) Memperkaya konsep yang telah siswa pelajari (perolehan hasil belajar) untuk diterapkan di dalam kehidupan nyata. d. Karakteristik LKS Penyusunan LKS perlu memperhatikan beberapa karakteristik yang baik. Karakteristik yang dimiliki sebuah LKS menurut Rustaman (Majid, 2013 : 374) adalah: 1) Memuat semua petunjuk yang diperlukan siswa; 2) Petunjuk ditulis dalam bentuk sederhana dengan kalimat singkat dan kosa kata yang sesuai dengan umur dan kemampuan pengguna; 3) Berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus diisi oleh siswa; 4) Adanya ruang kosong untuk menulis jawaban serta penemuan siswa; 5) Memberikan catatan yang jelas bagi siswa atas apa yang telah mereka lakukan. 6) Memuat gambar yang sederhana dan jelas. e. Langkah-Langkah Aplikatif Membuat LKS LKS sebagai alat bantu pembelajaran terdiri dari judul, tujuan kegiatan, alat dan bahan yang digunakan, langkah kerja, dan beberapa pertanyaan yang harus dikerjakan oleh peserta didik. LKS harus

5 12 mempunyai sistematika yang baik. Langkah-langkah penyusunan LKS menurut Diknas 2014 (Prastowo, 2012 : 212) sebagai berikut : 1) Melakukan Analisis Kurikulum Analisis kurikulum merupakan langkah pertama dalam penyusunan LKS. Tujuan analisis adalah untuk menentukan kompetensi - kompetensi yang memerlukan bahan ajar LKS. Langkah analisis dilakukan dengan mempelajari materi pokok, pengalaman belajar, materi ajar, dan indikator yang harus dimiliki oleh peserta didik. 2) Menyusun Peta Kebutuhan LKS Peta kebutuhan LKS sangat penting untuk mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis dengan mempertimbangkan sekuensi atau urutan LKS. 3) Menentukan Judul-Judul LKS Judul LKS ditentukan berdasarkan kompetensi dasar, materi pokok, atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum. 4) Penulisan LKS Langkah - langkah yang sistematis dalam penulisan LKS sebagai berikut : a) Merumuskan kompetensi dasar Perumusan KD pada suatu LKS diambil dari rumusan dalam kurikulum yang mengacu pada Permendiknas No.22 tahun 2006.

6 13 b) Menentukan alat penilaian Penilaian dapat dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja peserta didik. Mulyasa (2010 : 205) menerangkan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan penilaian yaitu : 1) Penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi; 2) Mengggunakan acuan kriteria; 3) Menggunakan sistem penilaian berkelanjutan; 4) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut; 5) Sesuai dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam kegiatan pembelajaran. c) Menyusun materi Materi LKS sangat bergantung terhadap kompetensi dasar yang ingin dicapai. d) Memperhatikan struktur LKS. Struktur LKS terdiri dari enam komponen, yaitu judul, petunjuk belajar (petunjuk siswa, kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas dan langkah-langkah kerja, serta penilaian. Bagan langkah-langkah penulisan LKS sebagai berikut :

7 14 Analisis Kurikulum Menyusun Peta Kebutuhan LKS Menentukan Judul-Judul LKS Menulis LKS Merumuskan KD Menentukan Alat Menyusun Materi Memperhatikan Struktur Bahan Ajar Gambar 2.1 Alur Penyusunan LKS (Trianto, 2009 : 190) f. Cara Menggunakan LKS Pendekatan media LKS harus dapat dilakukan dengan baik dalam proses pembelajaran. Sumiati (2011 : 173) menjelaskan cara menggunakan LKS, yaitu : 1) Sebelum proses pembelajaran, guru perlu menetapkan bahwa LKS dapat dikerjakan secara individu, berpasangan atau berkelompok. 2) Guru memberikan arahan siswa, untuk mengerjakan sesuai dengan pokok bahasan/ sub pokok bahasan yang akan dipelajari. 3) Guru memberikan bimbingan dan tuntunan (bukan menunjukkan) kepada siswa untuk menemukan konsep hasil belajar secara mandiri.

8 15 4) Guru bersama siswa membahas hasil pengerjaan LKS pada akhir proses pembelajaran. 5) Guru memberi komentar atau tanggapan yang positif terhadap LKS, agar pengerjaan LKS lebih bermakna. g. Kriteria LKS yang Baik Penyusunan LKS dapat membantu peserta didik menemukan suatu konsep, memberikan arah pembelajaran, dan penguatan dalam kegiatan belajar. Hendro (Widjajanti, 2008 : 2-5) menjelaskan bahwa LKS yang digunakan harus memenuhi kriteria bahan ajar yang baik, antara lain : 1) Syarat Didaktik LKS yang berkualitas harus memenuhi syarat - syarat didaktik yang dapat dijabarkan, sebagai berikut : a) Mengajak siswa aktif dalam proses pembelajaran. b) Memberi penekanan pada proses untuk menemukan konsep. c) Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa sesuai dengan ciri KTSP. d) Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri siswa. e) Pengalaman belajar ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi. 2) Syarat Konstruksi Syarat konstruksi berhubungan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan dalam LKS. Syarat - syarat konstruksi tersebut, yaitu :

9 16 a) Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan anak. b) Menggunakan struktur kalimat yang jelas. Hal - hal yang perlu diperhatikan, yaitu : 1) Hindarkan kalimat kompleks. 2) Hindarkan kata-kata tak jelas, misalnya mungkin, kira-kira. 3) Hindarkan kalimat negatif, apalagi kalimat negatif ganda. 4) Menggunakan kalimat positif lebih jelas daripada kalimat negatif. c) Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan anak. d) Hindari pertanyaan yang terlalu terbuka. Pertanyaan dianjurkan merupakan isian atau jawaban yang didapat dari hasil pengolahan informasi, bukan mengambil dari perbendaharaan pengetahuan yang tak terbatas. e) Tidak mengacu pada buku sumber yang di luar kemampuan keterbacaan siswa. f) Menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keleluasaan pada siswa untuk menulis maupun menggambarkan pada LKS. g) Menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek. h) Gunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata. i) Dapat digunakan oleh anak-anak, baik yang lamban maupun yang cepat.

10 17 j) Memiliki tujuan yang jelas serta bermanfaat sebagai sumber motivasi. k) Mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya meliputi kelas, mata pelajaran, topik, nama atau nama-nama anggota kelompok, tanggal dan sebagainya. 3) Syarat Teknis a. Tulisan 1) Gunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin atau romawi. 2) Gunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan huruf biasa yang diberi garis bawah. 3) Gunakan kalimat pendek, tidak boleh lebih dari 10 kata dalam satu baris. 4) Gunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban siswa. 5) Usahakan agar perbandingan ukuran huruf dengan ukuran gambar serasi. b. Gambar Gambar yang baik untuk LKS adalah gambar yang dapat menyampaikan pesan/ isi dari gambar tersebut secara efektif kepada pengguna LKS.

11 18 c. Penampilan Penampilan sangat penting dalam LKS. Anak pertama-tama akan tertarik pada penampilan bukan pada isi LKS. 2. Matematika Departemen Pendidikan Nasional (2009 : 1) menerangkan bahwa matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang dipelajari di setiap jenjang sekolah mulai sekolah dasar, sekolah menengah, sampai perguruan tinggi. Salah satu ciri khas dari matematika adalah berpola pikir deduktif, konsisten, dan memiliki materi yang bersifat spiral hierarkhis. Pembelajaran materi matematika harus diikuti tahap demi tahap, karena materi saling terkait dan bertingkat. Penguasaan materi pelajaran matematika dibagi menjadi 4 tahap aktivitas menurut Departemen Pendidikan Nasional (2009 : 1), yaitu : a. Tahap penanaman konsep merupakan tahap pengenalan awal tentang konsep yang akan dipelajari siswa. Tahap ini perlu penggunaan benda konkret sebagai alat peraga. b. Tahap pemahaman konsep adalah tahap lanjutan setelah konsep ditanamkan. Penggunaaan alat peraga dikurangi dan bentuknya semi konkrit sampai pada akhirnya tidak diperlukan lagi. c. Tahap pembinaan keterampilan yaitu tahap yang tidak boleh dilupakan dalam rangka membina pengetahuan siap bagi siswa. Tahap pengajaran ini menggunakan latihan-latihan dan tidak memerlukan alat peraga.

12 19 d. Tahap penerapan konsep merupakan penerapan konsep yang sudah dipelajari ke dalam bentuk soal-soal terapan (cerita) yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Karakteristik pembelajaran matematika di sekolah berdasarkan Suherman (Departemen Pendidikan Nasional, 2007 : 7) sebagai berikut: 1) Pembelajaran matematika berjenjang (bertahap). Materi pembelajaran diajarkan secara berjenjang atau bertahap, yaitu dari hal konkrit ke abstrak, hal yang sederhana ke kompleks, atau konsep mudah kekonsep yang lebih sukar. 2) Pembelajaran matematika mengikuti metoda spiral. Setiap mempelajari konsep baru perlu memperhatikan konsep atau bahan yang telah dipelajari sebelumnya. Bahan yang baru selalu dikaitkan dengan bahan yang telah dipelajari. Pengulangan konsep dalam bahan ajar dengan cara memperluas dan memperdalam adalah perlu dalam pembelajaran matematika (spiral melebar dan menaik). 3) Pembelajaran matematika menekankan pola pikir deduktif. Matematika adalah deduktif, matematika tersusun secara deduktif aksiomatik. Menentukan pendekatan pembelajaran harus yang sesuai dengan kondisi siswa. Pembelajaran belum sepenuhnya menggunakan pendekatan deduktif, tetapi masih campur dengan deduktif.

13 20 4) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi. Kebenaran-kebenaran dalam matematika merupakan kebenaran konsistensi, tidak bertentangan antara kebenaran suatu konsep dengan yang lain. Peraturan Mendiknas No.23 Tahun 2006, Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk mata pelajaran Matematika SD/MI (Departemen Pendidikan Nasional, 2009 : 7), sebagai berikut : a) Memahami konsep bilangan bulat dan pecahan, operasi hitung dan sifatsifatnya, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari. b) Memahami bangun datar dan bangun ruang sederhana, unsur-unsur dan sifat-sifatnya, serta menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari. c) Memahami konsep ukuran dan pengukuran berat, panjang, luas, volume, sudut, waktu, kecepatan, debit, serta mengaplikasikannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari. d) Memahami konsep koordinat untuk menentukan letak benda dan menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari. e) Memahami konsep pengumpulan data, penyajian data dengan tabel, gambar dan grafik (diagram), mengurutkan data, rentangan data, rerata hitung, modus, serta menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari.

14 21 f) Memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan. g) Memiliki kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif. 3. Model Pembelajaran Quantum a. Pengertian Model Pembelajaran Quantum Salah satu model pembelajaran yang mengembangkan potensi anak dengan menyediakan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan adalah pembelajaran quantum. Hal ini diperkuat oleh pendapat Huda (2014 : 192) menyatakan bahwa quantum learning merupakan model pembelajaran yang membiasakan belajar menyenangkan. Penerapan model ini diharapkan dapat meningkatkan minat, sehingga siswa dapat meningkatkan hasil belajar secara menyeluruh. Quantum adalah interaksi mengubah energi menjadi cahaya. Interaksi - interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar mencakup unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi tersebut mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain.quantum Teaching meliputi petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar (De Porter, 2003 : 4-5). Berdasarkan beberapa pendapat ahli, dapat disimpulkan bahwa Quantum Learning menyediakan bermacam-macam interaksi yang

15 22 mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif dan dapat mempengaruhi kesuksesan siswa. Model Pembelajaran Quantum menekankan pada interaksi di lingkungan kelas dengan memaksimalkan momen belajar. Siswa dituntut untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan suasana belajar yang menyenangkan. b. Asas Utama Model Pembelajaran Quantum Penerapan model pembelajaran Quantum harus sesuai asas dan prinsip yang jelas. De Porter (2003 : 6) menyatakan bahwa asas dari Quantum Teaching adalah Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka. Maksud asas tersebut adalah segala sesuatu yang ada di dalam diri seorang guru harus mampu membawa siswa untuk dapat memahami, mencoba dan menerapkan dalam kehidupan. Langkah utama untuk menerapkan asas tersebut adalah memasuki dunia siswa, sehingga dapat mempermudah penerapan berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan. Penerapan asas tersebut diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. c. Prinsip Model Pembelajaran Quantum Model Pembelajaran Quantum mempunyai lima prinsip atau kebenaran tetap yang mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran. De Porter (2003 : 7) menguraikan prinsip model pembelajaran quantum, sebagai berikut :

16 23 1) Segalanya Berbicara Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh guru mengirim pesan tentang belajar yang akan disampaikan pada pembelajaran tersebut. Semua anggota tubuh dapat dijadikan alat untuk pembelajaran yang sedang dilaksanakan. 2) Segalanya Bertujuan Semua yang terjadi dalam proses pembelajaran mempunyai tujuan. Guru perlu membuat perencanaan pembelajaran agar proses belajar mempunyai tujuan dan batasan yang jelas. 3) Pengalaman sebelum Pemberian Nama. Proses pembelajaran yang baik yaitu siswa telah mengalami informasi sebelum memperoleh nama materi yang dipelajari. Partisipasi siswa secara langsung dalam pembelajaran dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna. 4) Akui Setiap Usaha. Belajar mengandung resiko. Belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan. Siswa patut mendapat pengakuan atas kepercayaan dan kepercayaan diri mereka. 5) Jika Layak Dipelajari, maka Layak Pula Dirayakan. Perayaan merupakan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar.

17 24 d. Kerangka Rancangan Model Pembelajaran Quantum Prinsip-prinsip dalam pembelajaran Quantum yang dinyatakan dengan kerangka TANDUR (De Porter, 2003 : 88) yaitu : 1) Tumbuhkan Seorang guru harus mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan meriah. Pembelajaran yang menyenangkan dapat menumbuhkan minat siswa untuk mengikuti pelajaran dan memanfaatkan pengalaman mereka agar proses belajar mengajar berjalan dengan baik. Strategi yang dilakukan dapat menggunakan pertanyaan, pantomim, lakon pendek dan lucu, drama, video, cerita (De Porter, 2003 : 89). 2) Alami Unsur ini memberi pengalaman kepada siswa, dan memanfaatkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Pembelajaran akan lebih mudah dengan memanfaatkan pengetahuan dan rasa ingin tahu siswa. Strategi pada tahap ini menggunakan jembatan keledai, permainan, dan simulasi. Proses belajar dapat dilakukan secara kelompok dan menyediakan kegiatanyang dapat mengingat kembali pengetahuan yang sudah dimiliki siswa (De Porter, 2003 : 90). 3) Namai De Porter (2003 : 91) menerangkan penamaan adalah tahap pembelajaran quantum untuk mengajarkan konsep, keterampilan

18 25 berpikir, dan strategi belajar. Penamaan merupakan informasi, fakta, rumus, pemikiran, tempat, dan sebagainya. 4) Demonstrasi Strategi pembelajaran quantum pada tahap ini adalah memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengaitkan pengalaman dengan data baru, sehingga siswa dapat menghayati sebagai pengalaman pribadi. 5) Ulangi Guru harus dapat memastikan bahwa siswa tersebut sudah menguasai materi. Siswa dapat diminta untuk mengulangi konsep materi dengan cara memeriksa kembali hasil kegiatan yang telah dikerjakan untuk memperkuat pemahaman dalam bentuk latihan. Pengulangan perlu dilakukan untuk memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa pemahaman terhadap pembelajaran yang dialami siswa. 6) Rayakan Siswa perlu mendapat pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan. Perayaan memberikan rasa puas telah menyelesaikan dengan menghargai usaha, ketekunan, kesuksesan, dengan mengakui setiap orang atas prestasi mereka. Strategi yang digunakan untuk merayakan tersebut dengan pujian, bernyanyi bersama, pamer pada pengunjung dan pemberian hadiah.

19 26 Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan kerangka rancangan model pembelajaran quantum sesuai gambar berikut : Tumbuhkan Alami Namai Demonstrasikan Ulangi Rayakan Gambar 2.2 Kerangka Rancangan Model Pembelajaran Quantum 4. Bilangan Bulat a. Kelas/ Semester : IV/ II b. Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit c. Standar Kompetensi : 5. Menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat d. Kompetensi Dasar : 5.2 Menjumlahkan bilangan bulat. e. Indikator : Menjumlahkan bilangan bulat positif dengan positif Menjumlahkan bilangan bulat positif dengan negatif Menjumlahkan bilangan bulat negatif dengan positif Menjumlahkan bilangan bulat negatif dengan negatif.

20 27 f. Tujuan Pembelajaran: 1) Siswa dapat menjumlahkan bilangan bulat positif dengan positif. 2) Siswa dapat menjumlahkan bilangan bulat positif dengan negatif 3) Siswa dapat menjumlahkan bilangan bulat negatif dengan positif 4) Siswa dapat menjumlahkan bilangan bulat negatif dengan negatif. g. Materi Ajar : Daerah terdingin di permukaan bumi adalah kutub utara dan kutub selatan. Suhu di kedua tempat tersebut dapat mencapai angka di bawah 0 0 C (diberi tanda atau negatif). {..., -3, -2, -1} adalah himpunan bilangan bulat negatif, sedangkan {1, 2, 3, 4, 5,...} adalah himpunan bilangan bulat positif.{0, 1, 2, 3, 4, 5,...} merupakan himpunan bilangangan-bilangan bulat tidak negatif atau himpunan bilanganbilangan cacah. Selanjutnya {1, 2, 3,...} dinamakan himpunan bilanganbilangan bulat positif, dan {..., -3, -2, -1} dinamakan himpunan bilanganbilangan bulat negatif, dan {..., -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3,..} dinamakan himpunan bilangan- bilangan bulat. Contoh penggunaan bilangan bulat : a) Tinggi helikopter sekitar 30 meter di atas permukaan laut. b) Bilangan bulat terdapat pada skala termometer. Penjumlahan bilangan bulat dapat diperagakan menggunakan Manik Bintar. Aturan yang harus diperhatikan yaitu : 1) Nilai dari setiap manik bintar, sebagai berikut : = manik positif = +1 = 1 = manik negatif = (-1) = (-1)

21 28 = manik berpasangan = 0 (nol) 2) Setiap bilangan bulat mempunyai lawan. Pengurangan sama dengan penjumlahan dengan lawan dari bilangan pengurangan. a + b = a (-b) a - b = a + (-b) Macam-macam operasi penjumlahan bilangan bulat, sebagai berikut : a) Penjumlahan bilangan bulat positif dengan positif. Contoh : =... Langkah penyelesaian : 1) Letakkan manik-manik positif sejumlah 4 buah di papan Manik Bintar. 2) Letakkan manik-manik positif yang berjumlah 3 buah secara berurutan. 3) Hitung manik yang tidak berpasangan. 4) Karena semua manik tidak berpasangan, maka jumlah seluruh manik yang bernilai positif adalah... 5) Jadi =... b) Penjumlahan bilangan bulat positif dengan negatif. Contoh : 7 + (-9) =...

22 29 1) Letakkan manik-manik positif sejumlah 7 buah di papan Manik Bintar. 2) Manik-manik tidak sejenis yang terdiri dari 7 manik positif dan 9 manik negatif, sehingga letakkan secara berpasangan manik-manik negatif secara berpasangan. Masukkan manik negatif sebanyak 9 buah. 3) Setelah semua manik-manik berpasangan, lalu hitung manik-manik yang tersisa atau manik-manik yang tidak mempunyai pasangan. Jika manik berpasangan, maka bernilai nol. 4) Jumlah manik yang tidak berpasangan adalah... buah manik negatif. Sisa manik merupakan hasil penjumlahan. Jadi 7 + (-9) =... c) Penjumlahan bilangan bulat negatif dengan positif. Contoh : =... 1) Letakkan manik-manik negatif berjumlah 6 buah di papan Manik Bintar. 2) Karena manik-manik tidak sejenis, maka pasangkan manik positif sejumlah 8 buah.

23 30 3) Manik yang berpasangan bernilai nol. Hitung sisa manik yang tidak mempunyai pasangan. Sisa manik tersebut adalah hasil penjumlahan. 4) Jumlah yang tidak berpasangan adalah... buah manik positif. 5) Jadi =... d) Penjumlahan bilangan bulat negatif dengan negatif. Contoh : -1 + (-3) =... Langkah penyelesaian : 1) Tempelkan 1 buah manik negatif di papan tulis Manik Bintar. 2) Karena jenis manik sama yaitu manik negatif, maka letakkan 3 buah manik negatif pada papan tulis secara berurutan. 3) Manik-manik tidak ada yang berpasangan, hitung semua manik di papan tulis. 4) Jumlah semua manik yang ada di papan Manik Bintar adalah... 5) Jadi -1 + (-3) =... Berdasarkan contoh-contoh operasi penjumlahan bilangan bulat tersebut, diperoleh aturan tanda :

24 31 Tabel 2.1 Aturan Tanda Operasi Penjumlahan Bilangan Bulat No Operasi Penjumlahan Aturan Tanda 1 a + b Hasil positif (+) 2 Hasil tergantung nilai a dan b, a + (-b) a > b maka hasil positif (+) a < b maka hasil negatif (-) 3 Hasil tergantung nilai a dan b, -a + b a > b maka hasil positif (-) a < b maka hasil negatif (+) 4 -a + (-b) Hasil negatif (-) B. Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha yang bernama Susiani, dkk dalam jurnal pendidikan dasar volume 3 tahun 2013 berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Quantum terhadap Kecerdasan Sosio Emosional dan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V SD di Banyuning. Hasil penelitian tersebut, yaitu : (1) terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran quantum terhadap prestasi belajar IPA, (2) ada peningkatan kecerdasan sosio-emosional yang cukup signifikan pada kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran Quantum, (3) ada perbedaan kecerdasan sosio-emosional dan prestasi belajar yang signifikan antara siswa yang mengikuti model pembelajaran quantum dengan siswa yang mengikuti pembelajaran secara konvensional. Langkahlangkah pembelajaran Tandur membuat siswa belajar dengan cara mereka sendiri. Kajian lain yang relevan yaitu penelitian mahasiswa Program Guru dalam Jabatan Universitas Tadulako pada Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 2 No.3 ISSN X yang berjudul Meningkatkan Hasil Belajar IPA

25 32 Khususnya Melalui Pembelajaran Quantum Teaching di Kelas V SD N Inpres Matamaling. Hasil penelitian memberikan masukan kepada penyelenggara pendidikan bahwa pembelajaran quantum yang telah dilaksanakan di SD N Inpres Matamaling dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan mendorong semangat belajar siswa untuk memacu prestasi belajar. Pembelajaran quantum dapat meningkatkan hasil belajar IPA khususnya materi energi dan perubahannya. Perbedaan kedua penelitian tersebut yaitu penelitian yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Quantum terhadap Kecerdasan Sosio Emosional dan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V SD di Banyuning merupakan jenis penelitian eksperimen yang memberikan masukan bahwa pembelajaran quantum sangat efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Penelitian yang berjudul Meningkatkan Hasil Belajar IPA Khususnya Melalui Pembelajaran Quantum Teaching di Kelas V SD N Inpres Matamaling merupakan jenis penelitian tindakan kelas. Hasil temuan pada penelitian tersebut terdapat peningkatan hasil belajar IPA di kelas V SD N Inpres Matamaling. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa model pembelajaran Quantum dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar siswa. Model pembelajaran Quantum merupakan model pembelajaran yang membiasakan siswa untuk belajar secara menyenangkan. Siswa yang telah melakukan treatment sudah terbiasa untuk aktif berinteraksi dengan siswa maupun guru.

26 33 Oleh karena itu, peneliti mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS) matematika materi bilangan bulat berbasis model pembelajaran quantum di kelas IV sekolah dasar. Produk pengembangan ini menekankan pembelajaran yang menyenangkan melalui model pembelajaran quantum. Kerangka praktis proses pembelajaran yaitu strategi TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Lembar kerja menekankan siswa aktif untuk menemukan konsep penjumlahan bilangan bulat dengan cara bermain Manik Bintar (Bilangan Bulat Pintar). C. Kerangka Berpikir Proses pembelajaran perlu sarana atau media pendukung yang baik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Proses belajar mengajar matematika menjadi titik awal bagi siswa untuk memahami konsep materi matematika. Tidak semua materi matematika mudah dipahami siswa, sehingga perlu lembar kerja yang membantu siswa dalam belajar. Kesulitan belajar siswa dalam memahami konsep materi bilangan bulat dapat mempengaruhi pencapaian prestasi belajar siswa. Keberadaan LKS dan media pembelajaran merupakan komponen penting yang mendukung kegiatan belajar mengajar. Pengembangan LKS sebagai salah satu bahan ajar menjadi suatu tuntutan dan kebutuhan. Peneliti mengembangkan LKS matematika berbasis model pembelajaran quantum materi bilangan bulat sebagai salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut.

27 34 Penelitian pengembangan ini menggunakan model pembelajaran quantum dengan pendekatan TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan). Produk penelitian ini melalui tahap pengujian produk sebelum digunakan. Jika produk telah dinyatakan valid, maka LKS dapat digunakan secara optimal. Penggunaan LKS matematika materi bilangan bulat berbasis model pembelajaran quantum materi bilangan bulat di kelas IV sekolah dasardiharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. LKS dan media pembelajaran merupakan komponen penting yang mendukung kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan wawancara, observasi, dan analisis terhadap LKS Matematika di kelas IV SD menunjukkan bahwa LKS Matematika yang menjadi acuan belajar tersebut termasuk pada kriteria cukup baik dan kurang baik. Pengembangan LKS Matematika Materi Bilangan Bulat Kelas IV SD Model Pembelajaran Quantum diharapkan dapat mendukung proses pembelajaran sehingga dapat berpengaruh terhadap prestasi beajar siswa. LKS Matematika Materi Bilangan Bulat Berbasis Model Pembelajaran Quantum Kelas IV SD telah valid. Penerapan LKS Matematika Materi Bilangan Bulat Berbasis Model Pembelajaran Quantum Gambar 2.3 Kerangka Berpikir

28 35 D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan latar belakang, kajian pustaka, dan kerangka berpikir di atas, maka rumusan hipotesis sebagai berikut : 1. Kondisi faktual penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) di kelas IV sekolah dasar ada kekurangan. 2. Mengetahui pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) matematika materi bilangan bulat berbasis model pembelajaran quantum di kelas IV sekolah dasar. 3. Lembar Kerja Siswa (LKS) matematika berbasis pembelajaran quantum materi bilangan bulat di kelas IV sekolah dasar dinyatakan valid. 4. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) matematika materi bilangan bulat berbasis model pembelajaran quantum efektif digunakan di kelas IV sekolah dasar. 5. Penilaian guru terhadap penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) matematika materi bilangan bulat berbasis model pembelajaran quantum di kelas IV sekolah dasar dinyatakan baik. 6. Respon siswa terhadap penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) matematika materi bilangan bulat berbasis model pembelajaran quantum di kelas IV sekolah dasar dinyatakan baik.

29 36 E. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan Produk yang dihasilkan dalam penelitian yaitu LKS matematika materi bilangan bulat model pembelajaran quantum di kelas IV SD. LKS memuat beberapa langkah-langkah yaitu: (1) Halaman Judul (Cover); (2) Kata Pengantar; (3) Daftar Isi; (4) Petunjuk Penggunaan LKS; (5) Peta Konsep; (6) Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator, dan Tujuan Pembelajaran; (7) Petunjuk Khusus Pengerjaan LKS; (8) Bagian Inti (Materi Bilangan Bulat dengan menerapkan pembelajaran quantum); (9) Daftar Pustaka.

II. TINJAUAN PUSTAKA. apa yang sedang dipelajarinya dalam proses pembelajaran. LKS juga

II. TINJAUAN PUSTAKA. apa yang sedang dipelajarinya dalam proses pembelajaran. LKS juga II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa (LKS) LKS merupakan lembaran tempat siswa mengerjakan sesuatu terkait dengan apa yang sedang dipelajarinya dalam proses pembelajaran. LKS juga merupakan bagian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. penting yang dikembangkan oleh guru untuk siswa. Pemanfaatan bahan ajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. penting yang dikembangkan oleh guru untuk siswa. Pemanfaatan bahan ajar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Proses pembelajaran membutuhkan bahan ajar sebagai salah satu komponen penting yang dikembangkan oleh guru untuk siswa. Pemanfaatan bahan ajar seharusnya

Lebih terperinci

BAB II. dengan menggunakan media. Karena media adalah salah satu sumber belajar. dalam menyampaikan pesan kepada siswa.

BAB II. dengan menggunakan media. Karena media adalah salah satu sumber belajar. dalam menyampaikan pesan kepada siswa. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Media Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Menurut Gagne (Sadiman,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1. Pengertian Lembar Kerja Siswa (Student Work Sheet) adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Model Quantum Teaching Quantum memiliki arti interaksi yang mengubah energi cahaya. Quantum Teaching adalah penggubahan bermacam-macam interaksi yang ada di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1. Pengertian LKS Menurut Dinas Pendidikan Nasional (Prastowo, 2012) Lembar Kerja Siswa (Student Work Sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara alamiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik Ilmu Kimia Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia mempunyai karakteristik sama dengan IPA. Karakteristik tersebut adalah objek ilmu

Lebih terperinci

PENYUSUNAN DAN KEGUNAAN LKS DALAM PROSES PEMBELAJARAN

PENYUSUNAN DAN KEGUNAAN LKS DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENYUSUNAN DAN KEGUNAAN LKS DALAM PROSES PEMBELAJARAN Das Salirawati, M.Si PENDAHULUAN Pendidikan merupakan sarana pokok suatu bangsa dalam peningkatan kualitas masyarakatnya dan penyesuaian diri terhadap

Lebih terperinci

PENILAIAN LEMBAR KERJA SISWA *) Oleh: Regina Tutik Padmaningrum, MSi**)

PENILAIAN LEMBAR KERJA SISWA *) Oleh: Regina Tutik Padmaningrum, MSi**) PENILAIAN LEMBAR KERJA SISWA *) Oleh: Regina Tutik Padmaningrum, MSi**) regina_tutikp@uny.ac.id Pengertian Lembar Kerja Siswa (LKS) LKS adalah media pembelajaran yang digunakan sebagai media belajar alternatif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanty Tiarareja, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanty Tiarareja, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Somatowa (2009:3) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan kelak. Ini berakibat poses pembelajaran matematika harus

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan kelak. Ini berakibat poses pembelajaran matematika harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, matematika memiliki peranan penting dalam mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Matematika merupakan salah

Lebih terperinci

Efektivitas Penerapan Quantum Teaching Terhadap Hasil Belajar Matematika Sekolah Dasar

Efektivitas Penerapan Quantum Teaching Terhadap Hasil Belajar Matematika Sekolah Dasar JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME NOMOR, JULI 0 Efektivitas Penerapan Quantum Teaching Terhadap Hasil Belajar Matematika Sekolah Dasar H. Muchtar Ibrahim dan Andi Mifthahul Janna Murti (Lektor Kepala

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas belajar melalui praktik atau penerapan hasil-hasil belajar untuk mencapai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas belajar melalui praktik atau penerapan hasil-hasil belajar untuk mencapai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar Lembar Kerja Siswa (LKS) Dahar (1996: 29) menyatakan LKS adalah lembar kerja yang berisikan informasi dan interaksi dari guru kepada siswa agar dapat mengerjakan sendiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa yaitu tahap sensorimotor, pra

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa yaitu tahap sensorimotor, pra BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Piaget Menurut Jean Piaget, seorang anak maju melalui empat tahap perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa yaitu tahap sensorimotor, pra operasional, opersional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah hal paling penting dalam kehidupan yang merupakan salah satu kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan, serta sikap dan perilaku positif

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. oleh siswa. Lembar kerja biasanya berupa petunjuk atau langkah-langkah. untuk menyelesaikan tugas.

TINJAUAN PUSTAKA. oleh siswa. Lembar kerja biasanya berupa petunjuk atau langkah-langkah. untuk menyelesaikan tugas. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1. Pengertian Lembar Kerja Siswa (LKS) Menurut Diknas (Prastowo, 2011) Lembar Kerja Siswa (Student Work Sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas

Lebih terperinci

: Sehat Itu Penting : Pentingnya Kesehatan Diri dan Lingkungan. Nama Guru :... NIP/NIK :... Sekolah :... KURIKULUM 2013

: Sehat Itu Penting : Pentingnya Kesehatan Diri dan Lingkungan. Nama Guru :... NIP/NIK :... Sekolah :... KURIKULUM 2013 PERANGKAT PEMBELAJARAN RPP KURIKULUM 2013 Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester Tema Subtema :TEMATIK : SD/MI : V / 1 (SATU) : Sehat Itu Penting : Pentingnya Kesehatan Diri dan Lingkungan Nama

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan aturan lama dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan aturan lama dan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konstruktivisme Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia. Menurut Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007 Standar

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia. Menurut Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007 Standar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun 2005 menjelaskan bahwa standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini menyajikan tentang hasil penelitian dan pembahasannya. Adapun hasil penelitian ini dijabarkan dalam pelaksanaan tindakan. 4.1 Pelaksanaan Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembentukkan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembentukkan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LKS (Lembar Kerja Siswa) Lembar Kegiatan Siswa (LKS) memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. pembinaan sumber daya manusia yang berkualitas, oleh karena itu pendidikan

PENDAHULUAN. pembinaan sumber daya manusia yang berkualitas, oleh karena itu pendidikan PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan di bidang pendidikan merupakan sarana dan wadah dalam pembinaan sumber daya manusia yang berkualitas, oleh karena itu pendidikan perlu mendapatkan perhatian khusus

Lebih terperinci

PENGARUH METODE QUANTUM LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DASAR II PADA MAHASISWA SEMESTER II T.A GENAP 2008/2009 PRODI FISIKA UNIB

PENGARUH METODE QUANTUM LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DASAR II PADA MAHASISWA SEMESTER II T.A GENAP 2008/2009 PRODI FISIKA UNIB 1 PENGARUH METODE QUANTUM LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DASAR II PADA MAHASISWA SEMESTER II T.A GENAP 2008/2009 PRODI FISIKA UNIB Oleh: Desy Hanisa Putri Dosen P.Fisika PMIPA Universitas Bengkulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai empat keterampilan berbahasa yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Bahasa

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) Oleh: Laila Katriani, M.Si. Laila_katriani@uny.ac.id Jurusan Pendidikan FISIKA FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Makalah disampaikan dalam PPM Pelatihan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Learning Obstacle pada Konsep Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Learning Obstacle pada Konsep Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Learning Obstacle pada Konsep Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Setelah melakukan uji instrumen pada beberapa jenjang pendidikan, ditemukan beberapa learning

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING Pedagogy Volume 2 Nomor 1 ISSN 252-382 PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING Irfawandi Samad 1 Progam Studi Pendidikan Matematika 1, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Waktu Pengembangan Perangkat Pembelajaran

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Waktu Pengembangan Perangkat Pembelajaran 77 BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Waktu Pengembangan Perangkat Pembelajaran Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

Lebih terperinci

PEMANFAATAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH SEBAGAI KONSEKUENSI LOGIS OTONOMI DAERAH BIDANG PENDIDIKAN

PEMANFAATAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH SEBAGAI KONSEKUENSI LOGIS OTONOMI DAERAH BIDANG PENDIDIKAN JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, 146-155, Desember 2002, ISSN : 1410-8518 PEMANFAATAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH SEBAGAI KONSEKUENSI LOGIS OTONOMI DAERAH BIDANG PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Padaan 02 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Semester II Tahun 2013/2014. Subjek penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam rangka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam rangka mengembangkan potensi setiap anak. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Lebih terperinci

Pada isi pernyataan SKL yang kedua, memahami unsur-unsur dan sifatsifat bangun datar merupakan materi yang harus dikuasai siswa terlebih dahulu

Pada isi pernyataan SKL yang kedua, memahami unsur-unsur dan sifatsifat bangun datar merupakan materi yang harus dikuasai siswa terlebih dahulu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan suatu rencana tertulis yang disusun guna memperlancar proses pembelajaran. Kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini adalah Kurikulum

Lebih terperinci

MENGAPA PERLU PEMBELAJARAN TEMATIK?

MENGAPA PERLU PEMBELAJARAN TEMATIK? MAKALAH PPM Pelatihan Penerapan Kecerdasan Majemuk melalui Model Pembelajaran Tematik Di SDN Kiyaran I dan II Cangkringan Sleman Oleh: Woro Sri Hastuti/ PGSD FIP UNY woro_uny@yahoo.com MENGAPA PERLU PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Benyamin S. Bloom (dalam Siti, 2008 : 9) siswa dikatakan memahami

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Benyamin S. Bloom (dalam Siti, 2008 : 9) siswa dikatakan memahami 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pemahaman Konsep Menurut Benyamin S. Bloom (dalam Siti, 2008 : 9) siswa dikatakan memahami sesuatu apabila siswa tersebut mengerti tentang sesuatu itu tetapi tahap mengertinya

Lebih terperinci

Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Supardjo MODEL Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) MATEMATIKA 24B Gemar Berhitung untuk Kelas IV SD dan MI Semester Berdasarkan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Permendiknas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMA mencakup beberapa prosedur pengembangan. Langkah-langkah. pengembangan bahan ajar adalah sebagai berikut:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMA mencakup beberapa prosedur pengembangan. Langkah-langkah. pengembangan bahan ajar adalah sebagai berikut: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Cara Pengembangan Penelitian pengembangan modul Hidrosfer sebagai Sumber Kehidupan dengan pendekatan saintifik untuk pembelajaran geografi

Lebih terperinci

UNIT 5 MERANCANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA

UNIT 5 MERANCANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNIT 5 MERANCANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA PENDAHULUAN Kesuksesan pelaksanaan pembelajaran karena adanya rancangan pembelajaran yang dilakukan dengan baik. Hal ini menjadi kewajiban bagi para guru termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Tematik merupakan implementasi dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam peradaban manusia, sehingga matematika merupakan bidang studi yang selalu diajarkan di

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) Pasal 37 ditegaskan bahwa mata pelajaran matematika merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan 1 BAB I PENDAHULUAN peserta didik agar dapat mengenali siapa dirinya, lingkungannya, budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan perasaannya. Penggunaan bahan ajar yang jelas, cermat

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun Oleh :

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun Oleh : PENERAPAN METODE QUANTUM TEACHING SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA BANGUN DATAR LINGKARAN SISWA KELAS VIII (D) DI SMP NEGERI 3 KARTASURA TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa di Kelas IV SD Inpres Pedanda

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa di Kelas IV SD Inpres Pedanda Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa di Kelas IV SD Inpres Pedanda Lisna Selfi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

Paket 2 BILANGAN BULAT DAN OPERASINYA

Paket 2 BILANGAN BULAT DAN OPERASINYA Pendahuluan Paket 2 BILANGAN BULAT DAN OPERASINYA Pada Paket 2 ini, topik yang dibahas adalah bilangan bulat dan operasinya. Pembahasan meliputi operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Matematika a. Pengertian Matematika Matematika secara umum didefinisikan sebagai bidang ilmu yang mempelajari pola struktur, perubahan dan ruang (Hariwijaya,2009:29).

Lebih terperinci

MENERAPKAN PRINSIP PEMBELAJARAN QUANTUM (QUANTUM TEACHING) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA. Nurhasanah 2

MENERAPKAN PRINSIP PEMBELAJARAN QUANTUM (QUANTUM TEACHING) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA. Nurhasanah 2 MENERAPKAN PRINSIP PEMBELAJARAN QUANTUM (QUANTUM TEACHING) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA Nurhasanah 2 Abstrak. Telah dilakukan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk mengetahui ada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia 1. Pengertian Keterampilan Menulis. Menulis adalah salah satu standar kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMA Mata Pelajaran : Fisika Kelas/ Semester : XI/2 Materi Pokok : OPTIK GEOMETRI Alokasi Waktu : 1 x 3 Jam Pelajaran A. Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD Kegiatan Belajar 3 PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD A. Pengantar Seorang guru SD atau calon guru SD perlu mengetahui beberapa karakteristik pembelajaran matematika di SD. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya,

Lebih terperinci

Fis-3.4/4.4/1/4-4. Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM) Fantasi Gerak Lurus. Untuk Kelas X SMAN 5 MATARAM

Fis-3.4/4.4/1/4-4. Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM) Fantasi Gerak Lurus. Untuk Kelas X SMAN 5 MATARAM Fis-3.4/4.4/1/4-4 Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM) Fantasi Gerak Lurus Untuk Kelas X SMAN 5 MATARAM Fis-3.4/4.4/1/4-4 1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : Fisika b. Semester : I c. Kompetensi Dasar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bahan Ajar 2.1.1 Pengertian Bahan Ajar Hamdani (2011:218) mengemukakan beberapa pengertian tentang bahan ajar, yaitu sebagai berikut: a. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber. Perkembangan teknologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Matematika berperan sebagai induk dari semua mata pelajaran dan merupakan

I. PENDAHULUAN. Matematika berperan sebagai induk dari semua mata pelajaran dan merupakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika berperan sebagai induk dari semua mata pelajaran dan merupakan ilmu pengetahuan yang universal mempunyai arti penting dalam mendasari perkembangan teknologi

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DISKUSI BERBANTUAN MEDIA BAGAN PECAHAN DI KELAS III SDN KALISARI

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DISKUSI BERBANTUAN MEDIA BAGAN PECAHAN DI KELAS III SDN KALISARI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DISKUSI BERBANTUAN MEDIA BAGAN PECAHAN DI KELAS III SDN KALISARI 1 Oleh: Sri Mulyati SDN Kalisari 1 Kecamatan Sayung Kabuapaten Demak ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Lembar Keja Siswa (LKS) LKS merupakan materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa

BAB II KAJIAN TEORI. A. Lembar Keja Siswa (LKS) LKS merupakan materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa BAB II KAJIAN TEORI A. Lembar Keja Siswa (LKS) LKS merupakan materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa sehingga digunakan untuk melakukan kegiatan pemecahan masalah yang dapat memaksimalkan pemahamannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah matematika berasal dari kata Yunani mathein atau manthenein

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah matematika berasal dari kata Yunani mathein atau manthenein 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran Matematika Istilah matematika berasal dari kata Yunani mathein atau manthenein yang artinya mempelajari. Mungkin juga kata itu erat hubungannya dengan kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan pikirannya secara ilmiah dalam komunikasi ilmiah. Sarana yang digunakan dalam pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kajian Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kajian Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika 59 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kajian Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika Penelitian pengembangan modul pembelajaran Fisika berbasis scientific approach yang dilakukan meliputi tahapan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan informasi yang cepat berubah saat ini membutuhkan manusia yang siap dan tanggap. Salah satu cara untuk menghasilkan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratna Dewi Nurhajariah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratna Dewi Nurhajariah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tantangan dan perkembangan pendidikan pada masa yang akan datang akan semakin besar dan kompleks. Hal ini disebabkan oleh berbagai tuntutan terhadap kualitas

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan kunci yang nantinya akan membuka pintu ke arah modernisasi dan kemajuan suatu bangsa. Tujuan pendidikan nasional Indonesia terdapat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap satuan pendidikan diharapkan membuat Kurikulum Tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap satuan pendidikan diharapkan membuat Kurikulum Tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Republik Indonesia, nomor: 20 tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 (PP. 19/2005)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang berada

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang berada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang berada pada rentang usia lahir sampai 6 tahun. Masa ini merupakan masa peka bagi anak dalam merespon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan mata pelajaran yang dipelajari di setiap jenjang

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan mata pelajaran yang dipelajari di setiap jenjang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan mata pelajaran yang dipelajari di setiap jenjang pendidikan. Ada yang berpendapat bahwa pembelajaran matematika selalu berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I. PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia. Berdasarkan Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Bab 1, menyatakan bahwa pendidikan adalah

Lebih terperinci

Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Supardjo MODEL Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) MATEMATIKA Gemar Berhitung untuk Kelas VI SD dan MI Semester 2 6B Berdasarkan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan siswa diharapkan memiliki kecakapan baik intelektual,

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Disusun oleh: YUSUF SANGAJI 13108241022 PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016 RENCANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan pada satu satuan pendidikan, pengembangan kurikulum mutlak diperlukan, oleh karena itu Badan Nasional Standar Pendidikan

Lebih terperinci

, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan kemajuan zaman, bidang pendidikan terus diperbaiki dengan berbagai inovasi didalamnya. Hal ini dilakukan supaya negara dapat mencetak Sumber

Lebih terperinci

Validitas Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Penemuan Terbimbing

Validitas Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Penemuan Terbimbing Suska Journal of Mathematics Education (p-issn: 2477-4758 e-issn: 2540-9670) Vol. 3, No. 1, 2017, Hal. 15 26 Validitas Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Penemuan Terbimbing Rena Revita Program

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab I yaitu seberapa baik penggunaan pendekatan saintifik dalam rencana

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab I yaitu seberapa baik penggunaan pendekatan saintifik dalam rencana BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas tentang hasil penelitian yang telah diperoleh sekaligus pembahasannya. Hasil penelitian ini menjawab masalah penelitian pada Bab I yaitu seberapa baik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengalaman/pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengalaman/pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pembelajaran Matematika di SMA Belajar merupakan suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman/pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika a. Pembelajaran Matematika di SD Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Kelas/Semester : X/Ganjil Mata Pelajaran : Matematika-Wajib Topik : Definisi Matriks, Jenis-jenis matriks, Transpos Matriks, Kesamaan dua

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMA Mata Pelajaran : Fisika Kelas/ Semester : XI/2 Materi Pokok : OPTIK GEOMETRI Alokasi Waktu : 1 x 3 Jam Pelajaran A. Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati

Lebih terperinci

PENGARUH QUANTUM TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DAN RETENSI SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI SD SW. BETANIA MEDAN

PENGARUH QUANTUM TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DAN RETENSI SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI SD SW. BETANIA MEDAN PENGARUH QUANTUM TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR DAN RETENSI SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI SD SW. BETANIA MEDAN Lidia Simanihuruk Surel : meifleur@yahoo.com ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1. Pengertian LKS. Untuk memahami maksud LKS, terlebih dahulu diuraikan mengenai

BAB II KAJIAN TEORI. A. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1. Pengertian LKS. Untuk memahami maksud LKS, terlebih dahulu diuraikan mengenai BAB II KAJIAN TEORI A. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1. Pengertian LKS Untuk memahami maksud LKS, terlebih dahulu diuraikan mengenai bahan ajar. Dalam Prastowo (2015: 17), bahan ajar merupakan segala bahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Produk yang dikembangkan adalah perangkat pembelajaran berupa LKS berbasis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Produk yang dikembangkan adalah perangkat pembelajaran berupa LKS berbasis BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian pengembangan. Produk yang dikembangkan adalah perangkat pembelajaran berupa LKS berbasis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. 61 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1. Pengertian LKS Sebagai guru, kita tentu sudah tidak asing lagi dengan bahan ajar cetak yang satu ini. Lembar Kerja Siswa atau biasa disingkat LKS

Lebih terperinci

08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan 08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir

Lebih terperinci

Kata Kunci: Keaktifan, Model Pembelajaran Kontekstual Dengan Strategi TANDUR

Kata Kunci: Keaktifan, Model Pembelajaran Kontekstual Dengan Strategi TANDUR PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERBANDINGAN UNTUK PEMECAHAN MASALAH MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN STRATEGI TANDUR Sudaryo, S.Pd. Guru Matematika SMP Negeri 2 Binangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

PERAGA BENDA KONKRIT SEMESTER I TAHUN 2010/2011

PERAGA BENDA KONKRIT SEMESTER I TAHUN 2010/2011 Contoh PTK Matematika Kelas III SD: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SD NEGERI 2 JAPANAN KECAMATAN CAWAS, KAB.KLATEN MATERI PECAHAN MELALUI BANTUAN ALAT PERAGA BENDA KONKRIT

Lebih terperinci

PENINGKATAN BAHASA ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DI TK ABA 30 MEDAN

PENINGKATAN BAHASA ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DI TK ABA 30 MEDAN PENINGKATAN BAHASA ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DI TK ABA 30 MEDAN Rismauli Syarifah Saragih Guru TK ABA 30 Medan Surel : rismaulisyarifah@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.2 Pengertian Matematika Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Oleh sebab

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini tergolong penelitian pengembangan modul pembelajaran pada pokok bahasan segi empat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam arti luas adalah segala pengalaman (belajar) di berbagai lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi perkembangan

Lebih terperinci

Model Quantum Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pecahan. Wiji Astutik. SDN Patungrejo Kutorejo Mojokerto

Model Quantum Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pecahan. Wiji Astutik. SDN Patungrejo Kutorejo Mojokerto Model Quantum Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pecahan Wiji Astutik SDN Patungrejo Kutorejo Mojokerto Email: astutikwiji498@gmail.com Tersedia Online di http://www.jurnal.unublitar.ac.id/ index.php/briliant

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran merupakan proses interaksi antara siswa dengan guru dalam lingkungan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran serta membantu siswa dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. 2.1 Pembelajaran Membandingkan Teks Laporan Hasil Observasi dengan

BAB II KAJIAN TEORITIS. 2.1 Pembelajaran Membandingkan Teks Laporan Hasil Observasi dengan BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pembelajaran Membandingkan Teks Laporan Hasil Observasi dengan Teks Prosedur Kompleks Menggunakan Model Pair Checks, pada siswa kelas X, berdasarkan kurikulum 2013 2.1.1 Kopetensi

Lebih terperinci