BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tanaman Sambiloto (Andrographis Paniculata (Burm.f.) Nees)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tanaman Sambiloto (Andrographis Paniculata (Burm.f.) Nees)"

Transkripsi

1 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Sambiloto (Andrographis Paniculata (Burm.f.) Nees) Klasifikasi Berikut klasifikasi tanaman A.paniculata menurut Hutapea (1994): Divisi Sub Divisi Kelas Bangsa Famili Marga Jenis : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledoneae : Personales : Acantaceae : Andrographis : Andrographis paniculata (Burm.f.)Nees) Nama Umum : Sambiloto Deskripsi Sambiloto tubuh liar di tempat terbuka, seperti kebun, tepi sungai, tanah kosong yang agak lembab, atau di pekarangan. Tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 700 m (Dalimartha, 1999). Herba sambiloto merupakan tanaman tahunan yang semua bagiannya rasanya sangat pahit. Tanaman ini dapat tumbuh mencapai kira-kira cm pada daerah yang tropis dengan bunga yang berwarna putih yang berisi bercak ungu pada kelopaknya. Batangnya berwarna hijau gelap, tingginya kira-kira 0,3-1 m, dan berdiameter 2-6 mm, segiempat memanjang serta memiliki banyak 5

2 6 cabang. Daunnya tungal saling berhadapan, panjang hampir kira-kira 8 cm dan lebar 2,5 cm, berbentuk lanset (pedang), bertepi rata dan tulangnya menyirip. Bunganya kecil berwarna putih dengan bercak ungu, bunganya terletak jarang-jarang dan menyebar pada bagian aksial maupun terminal, berbentuk jorong memanjang kirakira berbentuk 1,9 x 0,3 cm dengan pangkal dan ujungnya lancip. Bijinya berwarna coklat kekuningan. Tanaman ini tumbuh banyak di asia tenggara seperti di India, Sri Lanka, Pakistan, Malaysia dan Indonesia, dan dibudidayakan secara luas di India, Cina dan Tailand (Jarukamjorn dan Nemoto, 2008). Tanaman A.paniculata ditampilkan pada gambar Gambar 2.1 Tanaman A.paniculata (1), Bunga Herba sambiloto (2), Benang sari A.paniculata (3), Buah A.paniculata (4), Biji A.paniculata (5) (Kumar, 2012) 6

3 Khasiat dan Bioaktivitas Sambiloto (A.paniculata) merupakan tanaman obat yang paling banyak ditemukan di daerah Asia Tenggara. Herba ini memiliki rasa pahit. Berdasarkan pengobatan empiris daun dari tanaman A.paniculata memiliki khasiat sebagai obat antibakteri, antiradang, mengontrol reaksi imunitas (imunomodulator), penghilang nyeri, pereda demam, menghilangkan panas dalam, penawar racun (Dalimartha 1999). Banyak penelitian telah dilakukan untuk mengetahui efek farmakologi dari A.paniculata. Andrografolid merupakan komponen mayor dan utama dari A.paniculata yang telah dilaporkan memiliki beragam efek farmakologi seperti antipiretik (Pongnaratorn et al., 2007), anti inflamasi (Wan Chao et al., 2009), anti alergi (Xia et al., 2004), anti agregasi platelet (Amroyan et al., 1999), antiviral (Wiart et al., 2005), aktivitas antidiabetes (Reyes-Balaguer et al., 2005; Yu et al., 2008), imunostimulan (Xu et al., 2007), hepatoprotektif (Singha et al., 2007), aktivitas antikanker dengan menghambat siklus hidup (Shi et al., 2008), aktivitas proteksi sel beta dengan bekerja sebagai antioksidan dan menghambat aktivitas NF-κB ( Zhang et al., 2009). Zang, dkk (1996) melaporkan bahwa kandungan ekstrak air sambiloto memiliki aktivitas sebagai penurun tekanan darah sistolik pada tikus sehingga berperan sebagai antihipertensi. Selain itu, Li dan Li (2011) melaporkan bahwa andrografolid secara molekuler mampu menghambat aktivitas ERK1/2, p38mapk dan NK- K B akibat terjadinya oksidasi LDL pada sel busa makrofag yang dilakukan secara in vitro. 7

4 Andrografolid A.paniculata mengandung diterpen dan flavonoid. Flavonoid banyak terdapat pada akar tapi dapat juga diisolasi dari daun. Herba sambiloto mengandung alkana, keton dan aldehid. Komponen bioaktif utama dan paling banyak terkandung dari tanaman obat A.paniculata adalah Andrografolid (Prapanza dan Marito, 2003). Komponen ini dapat ditemukan di semua bagian tanaman, terutama pada bagian daun. Di dalam daun, kadar senyawa andrografolid sebesar 2,5-4,8% dari berat keringnya (Prapanza dan Marito, 2003). Andrografolid (C 20 H 36 O 5 ) adalah diterpenoid lakton biosiklik, berupa kristal tak berwarna dan mempunyai rasa yang sangat pahit (Chao dan Lin, 2010). Gambar strukturnya adalah sebagai berikut : Gambar 2.2. Struktur kimia andrografolid (Jayakumar et a.l, 2013) Terdapat empat jenis senyawa diterpenoid lain pada Andrographis paniculata yaitu deoxyandrografolid, neoandrografolid, 14-deoxy-11,12-didehydroandrografolid dan isoandrografolid (Wan Chao dan Fong lin, 2010) Andrografolid bersifat mudah larut dalam metanol, etanol, pyridine, asam asetat, dan aseton, tetapi sedikit larut 8

5 9 dalam ether dan air. Secara fisika, andrografolid memiliki titik leleh º C (Kumoro dan Hasan, 2007). Spektrum ultraviolet Andrographis paniculata (Burm.f.)Nees dalam metanol dengan panjang gelombang maksimal 230 nm (Depkes RI, 2010). Andrografolid dalam bentuk kristalnya akan terdekomposisi apabila disimpan pada suhu 70 C dengan kelembaban relatif sebesar 75% selama 3 bulan (Lomlim et al., 2003). Isolasi andrografolid dapat dilakukan dengan Kromatografi Lapis Tipis, Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dan Kristalisasi (Wongkittipong et al., 2000; Rajani et al., 2000). Rf andrografolid fase gerak kloroform : metanol (9:1) adalah 0,31 (Depkes RI, 2008). Gambar 2.3 Spektrum KLT-Spektrofotodensitometri dari andrografolid pada panjang gelombang 235 nm (Pawar, 2010) 9

6 Ekstraksi dan Isolasi Metabolit Sekunder dari Bahan Alam Ekstraksi merupakan metode untuk memisahkan senyawa tertentu dari matriks seluler. Prosesnya dimulai sejak pelarut kontak dengan dinding sel tumbuhan. Kemudian pelarut tersebut berpenetrasi ke dalam sel tumbuhan dan melarutkan senyawa tertentu di dalam sel tumbuhan. Setelah itu terjadi proses difusi zat aktif keluar sel dan pengumpulan zat aktif terekstraksi yang disebut sebagai ekstrak (Crowley, 2006). Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai metode sesuai dengan senyawa tertentu yang diinginkan. Perlu diperhatikan kemudahan, kemurahan, dan efisensi dalam pemilihan metode ekstraksi tersebut. Metode konvensional yang dapat digunakan diantaranya maserasi, perkolasi, digesti, infusa, dekokta, dan sokletasi (Sticher, 2008). Maserasi merupakan metode ekstraksi dengan cara merendam serbuk simplisia dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Perendaman dilakukan di dalam wadah tertutup di suhu ruangan dalam jangka waktu 3 hari. Proses ekstraksi dipercepat melalui pengadukan beberapa kali. Proses ekstraksi akan selesai apabila keseimbangan antara konsentrasi metabolit di dalam pelarut dan serbuk simplisia sudah tercapai. Metode ini banyak digunakan karena memiliki kemudahan dalam hal pengadaan alat dan pengerjaanya (Handa et al., 2008; Seidel, 2008) Dalam mengisolasi senyawa kimia dari bahan alam dibutuhkan sebuah usaha untuk memisahkan senyawa yang bercampur sehingga dapat memisahkan senyawa tunggal murni. Adapun beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mengisolasi 10

7 11 metabolit sekunder dari bahan alam seperti kristalisasi dan rekristalisasi, kolom kromatografi, kromatografi planar, ion-exchange, KLT preparatif (Channel, 1998). Teknik permurnian seperti kristalisasi dan rekristalisasi adalah padatan-padatan organik yang mempunyai kecenderungan membentuk kisi-kisi kristal yang dilakukan dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut yang sesuai. Prinsip umum yang berlaku dalam proses kristalisasi adalah penurunan temperatur yang akan menyebabkan perbedaan kelarutan antara zat yang dimurnikan dengan zat pencemarnya dan hanya molekul-molekul yang sama yang mudah mengkristal, sedangkan molekul-molekul lain atau pengotor tetap di dalam larutan atau berada di luar kristalnya (Hostettmann et al, 1995). 2.3 Pembuluh Darah Diantara berbagai organ tubuh, pembuluh darah mungkin merupakan salah satu organ yang mempunyai peranan penting dan sistemnya sangat kompleks. Dikenal dua sistem sirkulasi yaitu: sistem sirkulasi sistemik dan sistem sirkulasi paru-paru (Guyton, 2002). Aorta adalah pembuluh darah besar bagian dari sistem sirkulasi sitemik, yang keluar dari jantung yang penuh berisi oksigen ke pembuluh arteri. Dari pembuluh aorta yang besar kemudian bercabang menjadi beberapa pembuluh arteri yang ukurannya lebih kecil dan membawa darah dari percabangan aorta keseluruh tubuh kecuali arteri paru-paru yang berfungsi sebaliknya. Dinding pembuluh darah terdiri dari 3 (tiga) lapisan yaiti: lapisan terdalam yang disebut sebagai tunika intima, yang ditengah disebut sebagai tunika media dan yang terluar disebut sebagai tunika 11

8 12 adventisia. Tunika intima terdiri dari selapis sel endotel yang bersentuhan langsung dengn darah yang mengalir dalam lumen, dan selapis jaringan elastin yang berporipori yang disebut membran basalis. Tunika media terdiri dari sel-sel otot polos, jaringan elastin, proteoglikan, glikoprotein, dan jaringan kolagen (Guyton, 2000). Gambar 2.4 Struktur Pembuluh Darah (Chertow, 2004) Sel endotel terdiri dari selapis sel, yang memanjang dan melapisi lumen dari pembuluh darah. Struktur dan fungsi dari sel endotel ini merupakan bagian penting untuk menjaga keberlangsungan homeostasis dinding pembuluh darah dan fungsi sirkulasi yang normal. Sel endotel mengeluarkan Oksida Nitrit (NO) yang berperan sangat penting dalam mempertahankan tonus pembuluh darah khususnya untuk proses relaksasi pembuluh darah. NO merupakan hasil dari proses perubahan L- Arginine menjadi sitrulin yang dikatalisis oleh enzym Nitric Oxyde Syntase (NOS) yang termasuk dalam kelompok sitokrom P-450 (Schoen, 2005). 12

9 Profil Lipid Kilomikron Kilomikron terbentuk di mukosa usus selama absorbsi produk-produk pencernaan lemak. Senyawa ini merupakan kompleks lipoprotein yang sangat besar masuk ke dalam peredaran pembuluh limfe (Ganong, 2005). Kilomikron membawa trigliserida dari makanan ke jaringan lemak dan otot rangka, kemudian membawa kolesterol makanan ke hati. Kilomikron membentuk lapisan krim di atas plasma (Gunawan dkk., 2011) Lipoprotein Density Sangat Rendah/ Very Low Density Lipoprotein (VLDL) Lipoprotein ini terdiri dari 60% trigliserida dan 10-15% kolesterol. Lipoprotein dibentuk dihati dari asam lemak bebas. Asam lemak bebas dan gliserol dapat disintesis dari karbohidrat sehingga makanan kaya karbohidrat akan meningkatkan jumah VLDL (Ganong, 2005; Gunawan dkk., 2011) Lipoprotein Densitas Sedang/ Intermediate Density Lipoprotein (IDL) IDL mengandung 30% trigliserida, 20% kolesterol dan lebih banyak mengandung apolipoprotein B dan E. IDL merupakan zat perantar yang terjadi saat VLDL dikatabolisme menjadi LDL. Sejumlah IDL diendositosis secara langsung di hati (Gunawan dkk., 2011). 13

10 Lipoprotein Densitas Rendah/ Low Density Lipoprotein (LDL) LDL terdiri dari trigliserida sebanyak 10% dan kolesterol 50%. LDL merupakan metabolit VLDL yang berfungsi mengangkut kolesterol ke jaringan perifer untuk sintesis membrane plasma dan hormon steroid. Kadar LDL plasma tergantung dari banyak faktor termasuk kolesterol dalam makanan, asupan lemak jenuh, kecepatan produksi, dan eleminasi LDL dan VLDL (Gunawan dkk., 2011) Lipoprotein Densitas Tinggi/ High Density Lipoprotein (HDL) Komponen HDL meliputi 13% kolesterol, kurang dari 5% trigliserida, dan 50% protein. HDL berfungsi mengangkut kolesterol dari jaringan perifer ke hati sehingga penimbunan kolesterol di perifer berkurang, serta untuk transport dan metabolisme ester kolesterol dalam plasma (Gunawan dkk., 2011). Apolipoprotein HDL disekresikan di hati dan usus kecil. Sebagian besar lipid di dalam HDL berasal dari permukaan lapisan tunggal kilomikron dan VLDL selama lipolisis (Katzung, 2002). Klasifikasi Kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida pada tikus dapat dilihat pada tabel 2.1 Tabel 2.1 Klasifikasi profil lipid pada tikus Lipid Darah Keterangan Kolesterol Total Normal mg/dl LDL Normal 17-27,2 mg/dl HDL Normal 35 mg/dl Trigliserida Normal mg/dl (Ratnayanti, 2011; Schaerfer dan McNamara, 1997). 14

11 Aterosklerosis Aterosklerosis adalah penyakit akibat respon peradangan pada pembuluh darah (arteri besar dan sedang). Bersifat progesif, yang ditandai dengan deposit massa kolagen, lemak, produk buangan sel dan kalsium, disertai poliferasi miosit yang menimbulkan penebalan dan pengerasan dinding arteri, sehingga mengakibatkan kekauan dan kerapuhan arteri (Ross, 1999). Aterosklerosis juga ditandai dengan adanya lesi pada intima yang disebut ateroma, yang memasuki dan menyumbat lumen pembuluh darah. Mekanisme terjadinya aterosklerosis addalah ditandai dengan adanya lapisan lemak, lapisan lemak ini terdiri dari sel busa. Lapisan lemak dimulai dengan adanya lapisan kuning, bercak datar yang berukuran kurang dari 1 mm diameternya yang kemudian memanjang dapat mencapai 1 cm atau lebih panjang lagi. Lapisan ini mengandung T limfosit dan lemak ekstraseluler (Schoen, 2005). Lapisan lemak kemudian berkembang menjadi plak aterosklerosis, setelah itu proses utama terjadinya aterosklerosis ini ialah penebalan lapisan intima dan akumulasi lipid. Suatu ateroma terjadi melalui plak aterosklerosis yang membesar perlah an lahan berasal dari intima yang memiliki konsistensi kenyal berwarna kuning dan memiliki inti lipid yang luarnya dilapisi oleh jaringan ikat putih berbentuk kapsul, Plak ini memiliki diameter awal ±0,3-1,5 cm namun dapat juga lebih besar (Schoen, 2005). Plak aterosklerosis memiliki 3 komponen penting yaitu: 1. Sel, termasuk didalamnya adalah sel otot polos, makrofag, dan leukosit. 15

12 16 2. Matriks ekstraseluler, termasuk diantaranya ialah kolagen, serat elastik, dan proteoglikan. 3. Lemak intraseluler dan lemak ekstraseluler. Plak aterosklerosis kemudian dapat membesar secara progesif melalui kematian sel dan degenerasi, sintesis dan degenerasi dari matriks ekstraseluler. Dislipidemia merupakan faktor utama terjadinya aterosklerosis. Peningkatan nilai serum kolesterol meningkatkan rangsangan untuk timbulnya lesi lemak. Kompoen utama dari serum kolesterol dapat meningkatkan resiko terjadinya aterosklerosis ini ialah akibat peningkatan kadar LDL kolesterol, yang memiliki peran penting dalam pengangkutan kolesterol ke dalam jaringan perifer. Sebaliknya, HDL memiliki peran mengangkut kolesterol dari jaringan perifer sehingga tidak berkembang dan menjadi ateroma dan mengangkut kolesterol dari jaringan perifer ini menuju hati, sehingga HDL ini disebut juga dengan kolesterol baik. Sehingga semakin tinggi kadar HDL, semakin rendah resiko untuk terjadinya aterosklerosis (Schoen, 2005). Dislipidemia kronis dapat menyebabkan kerusakan fungsi sel endotel melalui peningkatan produksi radikal bebas yang menonaktifkan NO 2 sebagai vasodilator utama dalam pembuluh darah. Kemudian akumulasi lipoprotein terutama LDL dalam lapisan intima, yang memiliki kadar kolesterol tinggi pada dinding pembuluh darah dapat meningkatkan permeabilitas sel endotel. Akibat akumulasi lipid pada dinding arteri menimbulkan peningkatan makrofag dan disfungsi endotel sehingga menghasilkan suatu Oxidized LDL. Adanya modifikasi dari lipoprotein tersebut melalui proses oksidasi sehingga terjadi penempelan dari monosit darah kedalam 16

13 17 endothelium, diikuti dengan migrasi ke dalam lapisan intima dan perubahannya menjadi makrofag dan sel busa. Oxidized LDL ini kemudian ditelan oleh makrofag melalui reseptor seperti CD36 dan SR-A menyebabkan terjadinya penempelan yang terjadi secara terus menerus sehingga terjadi agregrasi platelet dan mengaktivasi faktor platelet, makrofag, atau sel vaskular yang menyebabkan migrasi dari sel otot polos dari media kedalam lapisan intima. Proliferasi dari sel otot polos kedalam intima sehingga terjadi perluasan dari matriks ekstraseluler dan akumulasi kolagen dan proteoglikan (Schoen, 2005) Beberapa penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan antara NF- K B dengan aterosklerosis. NF- K B tersebar ada sel-sel otot polos, sel endothelial dan makrofag mononuclear pada bagian lesi aterosklerosis. Sehingga NF- K B sebagai target aksi obat antiaterosklerosis (Brand dkk, 1996). 2.6 Metode Penetapan Kadar Lipid Darah Penetapan Kadar Trigliserida Penetapan kadar trigliserida menggunakan metode GPO-PAP. Kadar trigliserida ditetapkan setelah mengalami hidrolisis secara enzimatik dengan lipase. Indikator yang digunakan yaitu quinonimin yang terbentuk dari hydrogen peroksida, 4-aaminoantipirin dan 4-klorofenol dengan adanya pengaruh katalis peroksidase. Reaksi yang terjadi yaitu : Trigliserida Lipase gliserol + asam lemak Gliserol +ATP Gliserol kinase gliserol-3-fosfat + ADP 17

14 18 Gliserol-3-fosfat + O 2 Gliserol-3-P oksidasi Dihidroyaseton +H 2 O 2 2H 2 O aminoantipirin + 4-klorofenol peroksidase quinonimin + HCL + H 2 O (Dachriyanus dkk., 2007; Prasanth et al., 2012) Penetapan Kadar Kolesterol Total Penetapan kadar kolesterol total menggunakan metode CHOD-PAP. Kadar kolesterol ditetapkan setelah terjadi hidrolisis dan oksidasi secara enzimatik. Indikator yang digunakan yaitu quinonimin yang terbentuk dari hidrogen peroksida dan 4-aminofenazon dengan adanya fenol dan peroksidase. Reaksi yang terjadi : Ester kolesterol + H 2 O Kolesterol esterase kolesterol + asam lemak Kolesterol + O 2 kolesterol oksidase kolesten-3-on + H 2 O Kolesten-3-on + O 2 Gliserol-3-P oksidasi Dihidroyaseton +H 2 O 2 H 2 O aminofenazon + fenol peroksidase quinonimin + 4H 2 O (Dachriyanus dkk, 2007; Prasanth et al., 2012) Penetapan Kadar HDL Pengukuran kadar HDL dilakukan dengan metode enzimatik CHOD-POD. Serum yang diperoleh diendapkan dengan asam fosfotungestik dan magnesium. Setelah disentrifugasi, HDL dalam supernatan ditambahkan dengan reagen kolesterol (Dachriyanus dkk., 2007; Prasanth et al.,2012). 18

15 Hewan Uji Sejak tahun 1992 hewan uji tikus telah menjadi model yang sangat baik untuk penelitian aterosklerosis (Jawien et al., 2004). Tikus (Rattus norvegicus, L.) sering digunakan dalam penelitian sebagai hewan coba karena memiliki keuntungan yaitu mudah dipelihara, relatif sehat dan juga memiliki kemiripan dengan manusia dalam hal fisiologi, anatomi, nutrisi dan metabolisme. Tikus dengan jenis kelamin jantan lebih sering digunakan karena berbagai alasan seperti sedikit terpengaruh oleh perubahan hormonal, misalnya seperti hormon estrogen yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol darah, tikus jantan mempunyai kecepatan metabolisme obat yang lebih cepat serta kondisi biologis lebih stabil dibandingkan tikus betina. Selain itu juga dikaitkan dengan kondisi pada manusia dimana risiko aterosklerosis lebih tinggi pada pria dibandingkan pada wanita (Cahyono, 2008). Tikus putih terdiri dari galur Wistar dan galur Sprague-dawley. Tikus galur wistar lebih besar dapat mencapai ukuran 40 cm yang diukur dari hidung sampai ujung ekor dan beratnya sekitar gram (Harini dan Astirin, 2009; Kusumawati, 2004). Tikus putih memiliki kapasitas lambung sebesar 5 ml (Ngatidjan, 1991). Mukosa lambung merupakan lapisan paling dalam dari lambung dan merupakan bagian terbesar dan terluas dari dinding lambung. Bagian dalam mukosa lambung dilapisi oleh sel epitel kolumner selapis dengan inti sel yang jelas. Sebagian besar mukosa lambung dipenuhi oleh kelenjar lambung yang terletak dipermukaan luminal epitel. Bagian basal kelenjar ini terdiri dari sel chief atau sel zimogen dan kadang-kadang 19

16 20 terdapat sel parietal, sedangkan bagian leher kelenjar terdiri dari sel leher mukosa dan sel parietal (Khattab, 2007). 2.8 Metode Induksi Aterosklerosis pada Hewan Uji Sejak tahun 1992 tikus telah menjadi model yang sangat baik untuk penelitian aterosklerosis. Model yang sering digunakan adalah model induksi diet tinggi lemak yang dapat dilakukan dengan menggunakan telur yang dikombinasi dengan lemak babi atau lemak sapi (Jawien et al., 2004). Lemak babi mengandung lemak jenuh yang lebih tinggi yaitu 25% dibandingkan lemak sapi yaitu 1,2% (Hermanto et al., 2008). Penelitian yang dilakukan oleh kabichi (2010) menyatakan bahwa pemberian diet tinggi kolesterol selama 45 hari dengan penambahan kalsium dan vitamin D2 berhasil menginduksi peningkatan kadar LDL oksidasi, VLDL dan kolesterol pada tikus jantan galur wistar yang dapat mempercepat terjadinya aterosklerosis. Induksi aterosklerosis pada hewan uji rata-rata membutuhkan waktu selama 60 hari. Induksi menggunakan diet tinggi lemak jenuh dan kolesterol disertai penambahan kalsium dan vitamin D3 menunjukan telah terjadi kalsifikasi plak pada aorta tikus putih jantan galur wistar (Srinivas et al., 2008) 2.9. Obat Aterosklerosis Aterosklerosis sangat erat kaitannya dengan kadar kolesterol terutama ester kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) di dinding arteri, maka untuk mengurangi risiko aterosklerosis adalah dengan menyeimbangkan kadar kolesterol dalam darah 20

17 21 (Kovala, 2005). Terdapat beberapa golongan obat anti kolesterol diantaranya adalah golongan fibrat, resin, nikotinat dan statin. Golongan obat anti kolesterol yang paling sering diresepkan untuk terapi dislipidemia adalah golongan statin karena mekanisme kerjanya yang dapat menurunkan kadar LDL darah, serta memiliki efikasi dan keamanan yang paling baik dibandingkan obat kolesterol lainnya. Statin memiliki dua fungsi yaitu sebagai penyeimbang kadar kolesterol dalam darah serta berfungsi menstabilkan plak aterosklerosis (Rohman, 2007). Golongan statin dalam menyeimbangkan kadar kolesterol dalam darah dapat menurunkan kolesterol LDL hingga 18%-55% dan meningkatkan HDL 5%-15% (Cahyono, 2008). Statin menghambat 3-hidroksi-3-metilglutaril koenzim A (HMG- CoA) reduktase, mengganggu konversi HMG-CoA reduktase menjadi asam mevalonat (Sukandar et al., 2009). Asam mevalonat merupakan prekursor kolesterol pada sintesis kolesterol. Ketika proses ini dihambat, maka terjadi peningkatkan regulasi reseptor LDL dan menurunkan kolesterol bebas (Thornton dan Holt, 2000). Efek statin dalam menstabilkan plak aterosklerosis adalah dengan mengurangi reaksi inflamasi serta mengurangi proliferasi otot polos. Statin dapat menstabilkan plak karena dapat menghambat penetrasi monosit ke sel endotel, menghambat oksidasi LDL dan menghambat produksi protein matriks metalloproteinase (MMP) yang dihasilkan oleh makrofag (Rohman, 2007). Atorvastatin merupakan molekul garam kalsium trihidrat, sebuah molekul kalsium atorvastatin yang mengikat tiga molekul air. Atorvastatin merupakan salah satu zat aktif penurun kolesterol darah golongan statin atau penghambat HMG-CoA 21

18 22 reduktase, yaitu senyawa yang dapat menghambat konversi enzim HMG-CoA reduktase menjadi mevalonat sehingga menghambat pembentukan kolesterol endogen. Untuk monoterapi atorvastatin untuk hiperkolesterolemia primer dan dislipidemia campuran pada orang dewasa adalah 10 atau 20 mg/hari. Dosis awal yang direkomendasikan untuk anak laki-laki atau perempuan postmenarchal berusia 10 tahun atau lebih dengan hiperkolesterolemia familial heterozigot adalah 10 mg/hari, maksimum 20 mg/hari. Khasiat dan keamanan dosis diatas 20 mg/hari belum dievaluasi pada kelompok pasien ini, dosis penggunaan atorvastatin melebihi 20 mg/hari memerlukan penilaian klinis yang tepat untuk menjamin bahwa dosis efektif terendahnya tepat, karena adanya peningkatan resiko myopatipada pasien (AHFS, 2008). Pada studi 1 tahun yang dilakukan untuk membandingkan khasiat dan keamanan atorvastatin dibandingkan dengan lovastatin, diketahui bahwa atorvastatin mengurangi LDL-kolesterol, kolesterol total, trigliserida dan apo B secara signifikan lebih baik dibandingkan lovastatin dengan profil keamanan yang sama. Dengan atorvastatin 10 atau 20 mg memungkinkan pasien dalam kelompok resiko penyakit jantung koroner dapat mencapai kadar LDL-kolesterol yang sesuai (Davidson, 1997) 22

19 23 23

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolesterol dan lemak dibutuhkan tubuh sebagai penyusun struktur membran sel dan bahan dasar pembuatan hormon steroid seperti progesteron, estrogen dan tetosteron. Kolesterol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit dengan angka kematian terbesar

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit dengan angka kematian terbesar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit dengan angka kematian terbesar di dunia. WHO mencatat hingga tahun 2008 sebanyak 17,3 juta orang telah meninggal akibat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tanaman Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas (L.) Poir.) Klasifikasi Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas (L.) Poir.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tanaman Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas (L.) Poir.) Klasifikasi Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas (L.) Poir. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas (L.) Poir.) 2.1.1 Klasifikasi Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas (L.) Poir.) Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid plasma darah. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah sebuah gangguan metabolisme lipoprotein yang ditunjunkkan dengan adanya peningkatan kolesterol total, low-density lipoprotein (LDL) kolesterol,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) sampai saat ini masih menjadi suatu masalah, baik di negara maju maupun negara berkembang dan merupakan penyebab kematian nomor satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Data WHO (1995) mencatat bahwa di seluruh dunia terdapat 50 juta kematian tiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Data WHO (1995) mencatat bahwa di seluruh dunia terdapat 50 juta kematian tiap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian terbesar di dunia. Data WHO (1995) mencatat bahwa di seluruh dunia terdapat 50 juta kematian tiap tahun, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat telah banyak dilakukan. Perkembangan ilmu dan teknologi, khususnya teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan ini menyebabkan peningkatan kadar total

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat perkotaan banyak mengalami perubahan di era globalisasi ini, terutama dalam pola konsumsi makanan yang mengandung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees) 2.1.1. Klasifikasi Tanaman Kingdom Superdivisi Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermathopyta

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging puyuh merupakan produk yang sedang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Meskipun populasinya belum terlalu besar, akan tetapi banyak peternakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dislipidemia Hiperlipidemia merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kadar kolesterol dengan atau tanpa peningkatan kadar trigliserida dalam darah. Hiperlipidemia

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang World Health Organization (WHO) pada tahun 2013 mengumumkan 4 penyakit tidak menular (PTM) termasuk penyakit kardiovaskular (48%), kanker (21%), pernapasan kronis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang

BAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anti Aging Medicine (AAM) adalah ilmu yang berupaya memperlambat proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang akan terjadi pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma (Anwar, 2004). Banyak penelitian hingga saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lemak plasma. Beberapa kelainan fraksi lemak yang utama adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perubahan gaya hidup masyarakat mulai banyak terjadi sejalan dengan kemajuan teknologi. Gaya hidup yang kurang aktivitas fisik mulai banyak ditemukan, bahkan sudah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obat herbal telah lama dipraktikkan di seluruh dunia. Diperkirakan sebanyak 75 80 % masyarakat di negara berkembang dan 25 % di negara maju menggunakan obat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam tumbuhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam tumbuhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lemak Lemak adalah salah satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia, lemaktidak larut dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pesatnya kemajuan teknologi telah banyak membawa perubahan pada pola hidup masyarakat secara global termasuk dalam hal pola makan. Seiring dengan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di seluruh dunia penyakit kardiovaskuler (PKV) merupakan penyebab utama kematian, menurut estimasi para ahli badan kesehatan dunia (WHO), setiap tahun sekitar 50% penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hiperlipidemia merupakan keadaan yang terjadi akibat kadar kolesterol dan/atau trigliserida meningkat melebihi batas normal (Price & Wilson, 2006). Parameter

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees) Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees) dikenal dengan sebutan King of Bitters yang merupakan tanaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees) 2.1.1. Taksonomi Tanaman Sambiloto Secara taksonomi menurut Sivananthan dan Elamaran (2013), sambiloto dapat diklasifikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular akibat aterosklerosis dan trombosis merupakan penyebab utama kematian di dunia. Aterosklerosis dapat menyebabkan penyakit jantung koroner. Penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bawang putih (Allium sativum) adalah nama tanaman dari genus Allium

BAB I PENDAHULUAN. Bawang putih (Allium sativum) adalah nama tanaman dari genus Allium 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bawang putih (Allium sativum) adalah nama tanaman dari genus Allium sekaligus nama dari umbi yang dihasilkan. Senyawa sulfida merupakan senyawa yang banyak jumlahnya

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. darah, mereduksi kadar kolesterol, trigliserida, gula darah, menyeimbangkan

BAB 6 PEMBAHASAN. darah, mereduksi kadar kolesterol, trigliserida, gula darah, menyeimbangkan BAB 6 PEMBAHASAN Pare (Momordica charantia) mempunyai efek menurunkan kadar gula darah, mereduksi kadar kolesterol, trigliserida, gula darah, menyeimbangkan kadar glukosa, sebagai anti inflamasi dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid, ditandai oleh peningkatan dan/atau penurunan fraksi lipid plasma darah. Kelainan fraksi lipid yang dijumpai yaitu peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarang Semut (Mymercodia pendens) a. Klasifikasi tanaman Divisi : Tracheophyta Kelas : Magnoliopsida Subkelas : Lamiidae Ordo : Rubiales Famili : Rubiaceae Genus : Mymercodia

Lebih terperinci

Kolesterol selain diperoleh dari makanan, juga diproduksi di hati dari lemak jenuh. Jadi, penurunan kadar kolesterol serum dapat dicapai dengan

Kolesterol selain diperoleh dari makanan, juga diproduksi di hati dari lemak jenuh. Jadi, penurunan kadar kolesterol serum dapat dicapai dengan BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat dewasa ini, membuat masyarakat terbiasa dengan segala sesuatu yang serba instant, terutama dalam hal makanan. Hal ini terlukiskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat saat ini cenderung memiliki kebiasaan gaya hidup yang tidak sehat, seperti kurang aktivitas fisik, kurang olah raga, kebiasaan merokok dan pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lemak merupakan salah satu zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Lemak ini mencakup kurang lebih 15% berat badan dan dibagi menjadi empat kelas yaitu trigliserida,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kelebihan kolesterol menjadi yang ditakuti sebagai penyebab penyempitan pembuluh darah yang disebut aterosklerosis yaitu proses pengapuran dan pengerasan pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data WHO di dalam mortality country fact sheet menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data WHO di dalam mortality country fact sheet menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan data WHO di dalam mortality country fact sheet menunjukkan bahwa 30% kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler dengan jumlah 17 juta kematian pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol terdapat dalam jaringan dan dalam plasma baik sebagai kolesterol bebas atau dikombinasikan dengan asam lemak rantai panjang seperti cholesteryl ester. Kolesterol

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Buah Pinang (Areca catechu) adalah semacam tumbuhan palem

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Buah Pinang (Areca catechu) adalah semacam tumbuhan palem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah Pinang (Areca catechu) adalah semacam tumbuhan palem yang tumbuh di daerah Asia, dan Afrika bagian timur, Pasific. Di Indonesia sendiri, Buah pinang banyak terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pilihan bagi masyarakat moderen karena lebih praktis dan bergengsi.

BAB I PENDAHULUAN. pilihan bagi masyarakat moderen karena lebih praktis dan bergengsi. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup dengan memilih makan yang siap saji menjadi pilihan bagi masyarakat moderen karena lebih praktis dan bergengsi. Masyarakat kita, umumnya diperkotaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom Metabolik adalah sekumpulan gangguan metabolik dengan memiliki sedikitnya 3 kriteria berikut: obesitas abdominal (lingkar pinggang > 88 cm untuk wanita dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini di seluruh dunia termasuk Indonesia kecenderungan penyakit mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya globalisasi dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lipid 2.1.1 Pengertian lipid Lipid adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa organik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol Low Density

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol Low Density BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Dislipidemia Dislipidemia adalah suatu keadaan terganggunya metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL),

Lebih terperinci

BAB 2 KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. yang disebut arteri karotid kanan. Arteri karotid kanan merupakan cabang dari

BAB 2 KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. yang disebut arteri karotid kanan. Arteri karotid kanan merupakan cabang dari BAB 2 KALSIFIKASI ARTERI KAROTID Arteri karotid merupakan bagian dari sistem sirkulasi darah yang terdapat pada ke dua sisi leher yaitu sisi kiri yang disebut arteri karotid kiri dan sisi kanan yang disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat zaman modern ini, setiap individu sibuk dengan kegiatan masingmasing, sehingga cenderung kurang memperhatikan pola makan. Gaya hidup sedentari cenderung

Lebih terperinci

1.1 Pengertian 1.2 Etiologi dan Faktor Resiko 1.3 Patofisiologi Jalur transport lipid dan tempat kerja obat

1.1 Pengertian 1.2 Etiologi dan Faktor Resiko 1.3 Patofisiologi Jalur transport lipid dan tempat kerja obat 1.1 Pengertian Hiperkolesterolemia adalah salah satu gangguan kadar lemak dalam darah (dislipidemia) yaitu kadar kolesterol dalam darah lebih dari 240 mg/dl. Hiperkolesterolemia berhubungan erat dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana kadar kolesterol serum

I. PENDAHULUAN. Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana kadar kolesterol serum I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana kadar kolesterol serum meningkat terutama kadar Low Density Lipoprotein (LDL) yang melebihi batas normal. Low density lipoprotein

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyakit jantung koroner (Rahayu, 2005). Hiperkolesterolemia adalah suatu

I. PENDAHULUAN. penyakit jantung koroner (Rahayu, 2005). Hiperkolesterolemia adalah suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolesterol merupakan unsur penting dalam tubuh yang diperlukan untuk mengatur proses kimiawi di dalam tubuh, tetapi kolesterol dalam jumlah tinggi bisa menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular saat ini merupakan salah satu penyebab utama kematian di negara berkembang. Di Indonesia, penyakit kardiovaskular merupakan penyebab pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler semakin menjadi perhatian karena dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan penyakit kardiovaskuler telah meningkat dari urutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kolesterol terbentuk secara alamiah. Dari segi ilmu kimia, kolesterol merupakan senyawa kompleks yang dihasilkan oleh tubuh bermacammacam fungsi, lain untuk membuat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dislipidemia A.1. Definisi Dislipidemia ialah suatu kelainan salah satu atau keseluruhan metabolisme lipid yang dapat berupa peningkatan ataupun penurunan profil lipid, meliputi

Lebih terperinci

METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Ekstrak Teh Hijau Hewan coba

METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Ekstrak Teh Hijau Hewan coba 13 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama bulan Pebruari 2008 sampai dengan Mei 2008 di Laboratorium Hewan SEAFAST IPB dan Laboratorium Anatomi Fisiologi dan Farmakologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh adanya gangguan pada jantung dan pembuluh darah. Data World Heart Organization menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah gangguan metabolisme lipoprotein, termasuk produksi lipoprotein berlebih maupun defisiensi lipoprotein. Dislipidemia bermanifestasi klinis sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit jantung koroner merupakan penyebab. kematian terbanyak di dunia, dengan 7,4 juta kematian

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit jantung koroner merupakan penyebab. kematian terbanyak di dunia, dengan 7,4 juta kematian BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia, dengan 7,4 juta kematian pada tahun 2012. Angka mortalitas ini mengalami peningkatan apabila

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. volume darah dan elastisitas pembuluh darah (Gunawan,Lany, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. volume darah dan elastisitas pembuluh darah (Gunawan,Lany, 2007). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Pengertian Hipertensi Hipertensi adalah kondisi tekanan darah tinggi. Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap pembuluh darah. Tekanan darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa dekade terakhir, Penyakit Jantung Koroner (PJK) masih menjadi epidemik dalam dunia kesehatan. Cara hidup modern memicu faktor risiko PJK. PJK merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegemukan atau obesitas telah menjadi hal yang dikhawatirkan banyak orang sejak dahulu. Hal ini tak lepas dari berbagai penyakit yang dapat diakibatkan oleh obesitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel yang terdiri atas LDL

BAB I PENDAHULUAN. Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel yang terdiri atas LDL BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel yang terdiri atas LDL (low density lipoprotein), HDL (high density lipoprotein), total kolesterol dan trigliserida.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian pengaruh pemberian berbagai level tepung limbah jeruk manis (Citrus sinensis) terhadap kadar kolesterol dan trigliserida darah pada domba Padjadjaran jantan telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman seledri sebagai berikut (Mursito, 2002) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman seledri sebagai berikut (Mursito, 2002) : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika Tanaman Seledri Sistematika tanaman seledri sebagai berikut (Mursito, 2002) : Divisi Subdivisi Kelas Bangsa Suku Marga Jenis : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledoneae

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyukai makanan siap saji yang memiliki kandungan gizi yang tidak seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. menyukai makanan siap saji yang memiliki kandungan gizi yang tidak seimbang. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Banyak penduduk Indonesia memiliki pola makan yang salah, cenderung menyukai makanan siap saji yang memiliki kandungan gizi yang tidak seimbang. Pada umumnya, makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama lipoprotein plasma adalah low density lipoprotein (LDL). 1 LDL berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. utama lipoprotein plasma adalah low density lipoprotein (LDL). 1 LDL berfungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lipoprotein merupakan gabungan dari lipid nonpolar (triasilgliserol dan ester kolesteril) dengan lipid amfipatik (fosfolipid dan kolesterol) serta protein yang berfungsi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Alat-alat dan Bahan Metode

BAHAN DAN METODE Alat-alat dan Bahan Metode BAHAN DAN METODE Alat-alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah peralatan gelas, neraca analitik, pembakar Bunsen, rangkaian alat distilasi uap, kolom kromatografi, pipa kapiler, GC-MS, alat bedah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat adanya penimbunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat adanya penimbunan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat adanya penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Setiap orang sebenarnya memerlukan sejumlah lemak bagi tubuhnya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2001 serta Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, telah terjadi transisi epidemiologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan yang berhubungan dengan kesehatan manusia dapat terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan yang berhubungan dengan kesehatan manusia dapat terjadi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan era globalisasi yang terjadi saat ini membawa perubahan-perubahan dalam kehidupan. Perubahan tersebut terjadi karena derasnya arus informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat modern cenderung hidup dengan tingkat stres tinggi karena kesibukan dan tuntutan menciptakan kinerja prima agar dapat bersaing di era globalisasi, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai oleh peningkatan atau penurunan fraksi lemak dalam plasma. Kelainan fraksi lemak yang utama adalah kenaikan

Lebih terperinci

EFEK INFUS DAUN SELEDRI (Apium graviolens L.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL

EFEK INFUS DAUN SELEDRI (Apium graviolens L.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL EFEK INFUS DAUN SELEDRI (Apium graviolens L.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL Edy Suwarso 1, dan Dewi Nur Anggraeni 2 1) Departemen Farmakologi, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan 2) Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kadar HDL dalam darah (Linn et al., 2009). Dislipidemia sebagian besar (hingga

BAB I PENDAHULUAN. kadar HDL dalam darah (Linn et al., 2009). Dislipidemia sebagian besar (hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia merupakan suatu kondisi yang menunjukkan adanya abnormalitas kadar lipid yang ditandai dengan peningkatan salah satu atau kombinasi dari kadar kolesterol

Lebih terperinci

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita 12 Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita hiperkolesterolemia yang menderita penyakit jantung koroner, tetapi

Lebih terperinci

Dislipidemia. Ema Rachmawati

Dislipidemia. Ema Rachmawati Dislipidemia Ema Rachmawati Kolesterol dan metabolisme lipoprotein Kolesterol Merupakan prekursor garam empedu dan hormon Dapat diperoleh dari makanan (eksogen) maupun sintesis de novo di hati (endogen)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Broiler merupakan ternak yang dapat menghasilkan daging dalam waktu singkat serta dapat mengkonversi ransum yang dikonsumsi untuk memproduksi satu kilogram bobot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Inflamasi adalah reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator dibanding respons imun yang didapat. Inflamasi dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2014). Penyakit metabolik dan degeneratif saat ini tidak hanya menyerang usia lanjut,

BAB I PENDAHULUAN. 2014). Penyakit metabolik dan degeneratif saat ini tidak hanya menyerang usia lanjut, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola penyakit penyebab kematian dan kesakitan pada masyarakat saat ini telah mengalami pergeseran yaitu dari penyakit infeksi (penyakit menular) menjadi penyakit metabolik

Lebih terperinci

BAB 2. Universitas Sumatera Utara

BAB 2. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TI JAUA PUSTAKA 2.1 Obesitas 2.1.1 Definisi Fauci, et al. (2009) menyatakan obesitas sebagai kondisi dimana massa sel lemak berlebihan dan tidak hanya didefinisikan dengan berat badan saja karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan sekumpulan penyakit jantung dan pembuluh darah arteri pada jantung, otak, dan jaringan perifer. Penyakit ini terdiri dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) sudah menjadi masalah kesehatan yang cukup serius di negara maju. Di Amerika Serikat (USA) dan negara-negara Eropa, 33,3% -50% kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan cara penggorengan. Minyak kelapa sawit merupakan jenis minyak utama yang digunakan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pasca Menopause Wanita mempunyai masa kehidupan seksual dimana banyak folikel primodial tumbuh menjadi folikel vesicular setiap siklus seksual, dan akhirnya hampir semua ovum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kolesterol tidak hanya menjadi masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat di negara maju tetapi juga di negara berkembang. Kolesterol merupakan salah satu penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan satu atau lebih fraksi lipid dalam darah. Beberapa kelainan fraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi akibat urbanisasi dan modernisasi terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab meningkatnya prevalensi

Lebih terperinci

Negara Indonesia yang kaya akan berbagai macam jenis tanaman, oleh karena itu harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan pelayanan

Negara Indonesia yang kaya akan berbagai macam jenis tanaman, oleh karena itu harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan pelayanan BAB 1 PENDAHULUAN Negara Indonesia merupakan negara berkembang, banyak sekali insiden penyakit jantung koroner yang semakin meningkat. Hal ini sangat berkaitan dengan pola hidup dan kebiasaan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembunuh utama di negara-negara industri. Sebagian besar penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembunuh utama di negara-negara industri. Sebagian besar penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit degeneratif yang menjadi pembunuh utama di negara-negara industri. Sebagian besar penyakit kardiovaskuler seperti penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari kolesterol total, trigliserida (TG), Low Density Lipoprotein (LDL) dan

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari kolesterol total, trigliserida (TG), Low Density Lipoprotein (LDL) dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia merupakan perubahan-perubahan dalam profil lipid yang terdiri dari kolesterol total, trigliserida (TG), Low Density Lipoprotein (LDL) dan High Density

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu kelainan endokrin yang sekarang banyak dijumpai (Adeghate, et al., 2006). Setiap tahun jumlah penderita DM semakin meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah hiperlipidemia menyatakan peningkatan kolesterol atau trigliserida serum di atas batas normal (Sylvia & Wilson, 2005). Patofisiologi hiperlipidemia yaitu

Lebih terperinci

PERBAIKAN KADAR LIPID DARAH PADA MENCIT

PERBAIKAN KADAR LIPID DARAH PADA MENCIT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu dampak negatif dari perkembangan zaman yang begitu pesat saat ini adalah adanya pergeseran pola makan, dari pola makan yang seimbang dan alami

Lebih terperinci

MONASTEROL OBAT PENURUN KOLESTEROL DENGAN BAHAN ALAMI

MONASTEROL OBAT PENURUN KOLESTEROL DENGAN BAHAN ALAMI MONASTEROL OBAT PENURUN KOLESTEROL DENGAN BAHAN ALAMI Diproduksi Oleh: PJ. Sinar Sehat, Tasikmalaya Dibawah pengawasan Puslit Bioteknologi-LIPI Dipasarkan oleh: PT. Trubus Mitra Swadaya MONASTEROL Monascus

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Distribusi jenis kelamin pada penelitian ini laki-laki lebih banyak daripada

BAB VI PEMBAHASAN. Distribusi jenis kelamin pada penelitian ini laki-laki lebih banyak daripada BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Data umum Distribusi jenis kelamin pada penelitian ini laki-laki lebih banyak daripada perempuan, laki-laki sebanyak 53,3%, perempuan 46,7% dengan rerata usia lakilaki 55,38 tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang kaya akan sumber daya alamnya, sehingga menjadi negara yang sangat potensial dalam bahan baku obat, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia sedang berkembang menuju masyarakat industri yang membawa kecenderungan baru dalam pola penyakit dalam masyarakat. Perubahan ini memberi peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, penyakit jantung menjadi penyakit pembunuh

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, penyakit jantung menjadi penyakit pembunuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini, penyakit jantung menjadi penyakit pembunuh nomor satu di dunia (WHO, 2009). Hal tersebut tidak hanya semata-mata akibat usia lanjut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia menduduki peringkat keempat di dunia dan prevalensinya akan terus bertambah hingga mencapai 21,3 juta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut klasifikasi tanaman katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr): : Sauropus androgynus (L.) Merr

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut klasifikasi tanaman katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr): : Sauropus androgynus (L.) Merr 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr) 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Berikut klasifikasi tanaman katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr): Divisi Sub divisi Kelas Bangsa Suku Marga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Menurut Badan Kesehatan Dunia, 60 % dari seluruh penyebab kematian akibat penyakit jantung adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, kemajuan teknologi dan sistem informasi memungkinan orang dengan mudah mencapai tujuannya, antara lain adanya fasilitas layanan makanan

Lebih terperinci

Pendahuluan kebutuhan energi basal bertahan hidup Lemak sumber energi tertinggi asam lemak esensial Makanan mengandung lemak Pencernaan

Pendahuluan kebutuhan energi basal bertahan hidup Lemak sumber energi tertinggi asam lemak esensial Makanan mengandung lemak Pencernaan Metabolisme lemak Dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Lektor mata kuliah ilmu biomedik Departemen Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Unila Pendahuluan Manusia memiliki kebutuhan energi

Lebih terperinci