BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tanaman Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas (L.) Poir.) Klasifikasi Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas (L.) Poir.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tanaman Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas (L.) Poir.) Klasifikasi Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas (L.) Poir."

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas (L.) Poir.) Klasifikasi Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas (L.) Poir.) Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledoneae : Polemoniales : Convolvulaceae : Ipomoea : Ipomoea batatas (L.) Poir. (Lawrence, 1964) Deskripsi Tanaman Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas (L.) Poir.) Ubi jalar ungu dapat tumbuh dengan baik di daerah beriklim panas dan lembab dengan suhu optimal 27ºC serta lama penyinaran sekitar jam per hari. Tanaman ini dapat tumbuh di dataran dengan ketinggian sampai meter dari permukaan laut. Bentuk ubi jalar ungu biasanya bulat sampai lonjong dengan permukaan rata hingga tidak rata. Kulit ubi jalar ungu berwarna ungu kemerahan, dan daging umbi berwarna keunguan (Rukmana, 1997). Umbi ubi jalar ungu dapat dilihat pada gambar

2 7 Gambar 2.1. Umbi Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas (L.) Poir.) (Jusuf et al., 2008) Kandungan Kimia Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas (L.) Poir.) Ubi jalar sebagai bahan pangan memiliki mutu yang baik ditinjau dari kandungan gizinya, yaitu mengandung karbohidrat, mineral, dan vitamin. Vitamin yang terkandung dalam ubi jalar adalah vitamin A, B1, B6, niasin, dan vitamin C. Kandungan kalium, fosfor, kalsium, natrium, dan magnesium pada ubi jalar juga tinggi. Pada ubi jalar ungu, kandungan antosianin dan senyawa fenol cukup tinggi. Ubi jalar ungu memiliki kandungan antosianin yang paling tinggi dibandingkan dengan jenis ubi jalar lainnya, yaitu sebesar 110,51 mg/100 g (Ginting et al., 2011) Khasiat Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas (L.) Poir.) Umbi ubi jalar ungu merupakan salah satu sumber antosianin yang cukup tinggi. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa umbi ubi jalar ungu memiliki aktivitas antioksidan, antidiabetes, antihipertensi dan lain-lain. Pada penelitian yang dilakukan Jawi et al (2006), pemberian ekstrak air umbi ubi jalar ungu pada mencit dengan dosis 0,5 ml/ekor selama 7 hari telah terbukti memiliki aktivitas antioksidan pada darah, hati, jantung, dan usus mencit yang mengalami stres oksidatif setelah pemberian beban aktivitas fisik maksimal. Penelitian Jawi et

3 8 al (2012) juga membuktikan bahwa pemberian ekstrak air umbi ubi jalar ungu 3 ml/hari pada tikus selama 60 hari dapat menurunkan kadar glukosa darah dan MDA serta meningkatkan kadar antioksidan total dalam darah tikus diabetes yang diinduksi streptozotocin. Pada penelitian Jawi dan Yasa (2012), ekstrak air umbi ubi jalar ungu juga dapat menurunkan tekanan darah sistolik tikus putih hipertensi yang diinduksi NaCl dosis tinggi dengan pemberian dosis 4 ml/ekor selama 14 hari. 2.2 Ekstraksi Sonikasi Metode ekstraksi dengan sonikasi memanfaatkan gelombang suara dengan frekuensi yang lebih tinggi dari 20 khz. Tidak seperti gelombang elektromagnetik, gelombang suara harus melewati suatu medium dan pergerakan dari gelombang tersebut menyebabkan siklus ekspansi dan kompresi dalam medium. Pada siklus ekspansi, molekul akan bergerak secara terpisah, sedangkan pada siklus kompresi molekul akan bergerak bersamaan (Wang and Weller, 2006). Penetapan teknik ekstraksi sonikasi dengan menggunakan gelombang ultrasonik mampu mengekstrak senyawa fitokimia seperti alkaloid, flavonoid, polisakarida, protein, dan minyak esensial dari berbagai bagian tanaman dan bibit tanaman (Firdaus et al., 2010). Ekstraksi sonikasi dengan gelombang ultrasonik dapat menyebabkan gangguan fisik baik pada dinding maupun membran sel biologis serta penurunan ukuran partikel. Efek tersebut berdampak pada penetrasi pelarut yang lebih baik terhadap material sel yang pada akhirnya akan

4 9 meningkatkan laju perpindahan massa pada jaringan serta memfasilitasi perpindahan senyawa aktif dari sel ke pelarut (Novak et al., 2008). 2.3 Skrining Fitokimia Skrining fitokimia adalah pemeriksaan kimia secara kualitatif terhadap senyawa-senyawa aktif biologis yang terdapat dalam simplisia tumbuhan yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai golongan senyawa yang terkandung dalam tanaman yang diteliti. Skrining fitokimia sebagian besar dapat dilakukan dengan reaksi pengujian warna dengan suatu pereaksi warna. Skrining fitokimia dapat membantu langkah-langkah fitofarmakologi yaitu melalui seleksi awal dari pemeriksaan tumbuhan tersebut untuk membuktikan ada tidaknya senyawa kimia tertentu dalam tumbuhan tersebut yang dapat dikaitkan dengan aktivitas biologinya (Farnsworth, 1966). 2.4 Lipid Lipid plasma merupakan suatu senyawa yang bersifat hidrofobik yang tidak larut dalam air dan dapat diangkut ke dalam peredaran darah dengan mengikat protein yang larut dalam air (Murray et al., 2003). Lipid plasma yang utama terdiri dari kolesterol, trigliserida dan fosfolipid (Ganiswarna et al., 2004) Kolesterol Kolesterol memiliki sifat sangat larut dalam lemak, tetapi hanya sedikit larut dalam air dan mampu membentuk ester dengan asam lemak. Sekitar 70% kolesterol plasma berada dalam bentuk ester kolesterolnya (Guyton, 1995).

5 10 Kolesterol berasal dari dua sumber yaitu dari makanan (eksogen) dan kolesterol endogen yang disintesis oleh tubuh. Kolesterol berfungsi untuk regulasi cairan tubuh, unsur dari myelin dalam jaringan saraf, bahan baku untuk penyusun beberapa jenis biomolekul seperti hormon steroid, asam empedu, dan vitamin D (Boyer, 2002; Linn et al., 2009) Trigliserida Trigliserida terutama digunakan dalam tubuh untuk menyediakan energi bagi berbagai proses metabolisme. Sebagian besar proses sintesis trigliserida pada manusia terjadi di dalam hati, tetapi sejumlah kecil juga dibentuk di dalam jaringan adiposa. Trigliserida yang dibentuk di dalam hati ditranspor oleh lipoprotein dengan densitas yang sangat rendah ke jaringan adiposa. Kadar trigliserida dalam darah dapat meningkat seiring dengan konsumsi makanan yang mengandung lemak secara berlebihan (Guyton, 1995) Fosfolipid Fosfolipid adalah unsur pokok dari membran sel, dimana strukturnya mirip dengan trigliserida. Pada bagian kepala molekul terdapat nitrogen yang bersifat hidrofilik. Pada bagian ujung ekor terdapat asam lemak yaitu asam lemak jenuh dan tak jenuh yang bersifat hidrofobik (Sloane, 2004). Jenis fosfolipid yang utama yaitu lesitin, sefalin, dan sfingomielin. Fosfolipid sebagian besar dibentuk dalam sel hati (Guyton, 1995) Lipoprotein Lipoprotein merupakan modifikasi bentuk kompleks makromolekul dari lipid plasma agar bersifat larut dalam air sehingga dapat ditransportasikan dalam

6 11 sirkulasi. Lipoprotein plasma terdiri atas sebagian besar fosfolipid, kolesterol bebas dan protein, sedangkan pada intinya tersusun oleh sebagian besar trigliserida dan kolesterol ester. Dengan elektroforesis, lipoprotein dibedakan menjadi 5 golongan besar yaitu kilomikron, VLDL, LDL, IDL, dan HDL (Ganiswarna et al., 2004; Dipiro et al., 2008). A. Kilomikron Kilomikron merupakan lipoprotein dengan berat molekul terbesar, dimana lebih dari 80% komponennya merupakan trigliserida yang berasal dari makanan dan kurang dari 5% berasal dari kolesterol ester. Kilomikron berperan dalam mengangkut trigliserida dari makanan ke jaringan lemak dan otot rangka kemudian membawa kolesterol ke hati (Katzung, 2002; Ganiswarna et al., 2004). B. Lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL, very low density lipoprotein) VLDL terdiri dari 60% trigliserida dan 10-15% kolesterol, lipoprotein ini dibentuk di hati dari asam lemak bebas. Asam lemak bebas dan gliserol dapat disintesis dari karbohidrat sehingga makanan kaya karbohidrat akan meningkatkan jumlah VLDL. VLDL membawa kolesterol dari hati dan membawa sebagian besar trigliserida dalam darah. Pada proses selanjutnya, sebagian VLDL berubah menjadi LDL (Ganiswarna et al., 2004; Sloane, 2004). C. Lipoprotein densitas rendah (LDL, low density lipoprotein) LDL adalah lipoprotein pengangkut kolesterol terbesar pada manusia yaitu sekitar 70%. LDL terdiri dari 10% trigliserida dan 50% kolesterol. LDL merupakan metabolit VLDL yang berfungsi untuk mengangkut kolesterol ke

7 12 jaringan perifer untuk sintesis membran plasma dan hormon steroid. (Ganiswarna et al., 2004). D. Lipoprotein densitas sedang (IDL, intermediet density lipoprotein) IDL adalah zat perantara yang terjadi saat VLDL dikatabolisme menjadi LDL. IDL terdiri atas 30% trigliserida, 20% kolesterol dan relatif lebih banyak mengandung apolipoprotein B dan E. (Ganiswarna et al., 2004). E. Lipoprotein densitas tinggi (HDL, high density lipoprotein) HDL terdiri dari 13% kolesterol, kurang dari 5% trigliserida, dan 50% protein. HDL berperan dalam pengangkutan kolesterol dari jaringan perifer ke hati, sehingga penimbunan kolesterol di perifer berkurang (Ganiswarna et al., 2004). 2.5 Dislipidemia Dislipidemia merupakan ketidaknormalan kadar lipid di dalam darah yang ditandai dengan salah satu atau kombinasi dari peningkatan kadar kolesterol total, trigliserida, LDL, atau menurunnya kadar HDL. (Linn et al., 2009). Dislipidemia bukan merupakan penyakit, lebih tepat disebut sebagai kekacauan metabolik akibat dari beberapa macam penyakit dan kemudian akan berdampak pada terjadinya aterosklerosis dan selanjutnya akan menyebabkan penyakit kardiovaskular (Gordon, 2003). Dislipidemia dapat dibagi menjadi dislipidemia primer dan dislipidemia sekunder. Dislipidemia primer disebabkan oleh faktor keturunan seperti berkurangnya reseptor LDL atau apoprotein B yang terlibat dalam mengikat

8 13 partikel LDL dengan reseptor LDL. Sebagian besar dari kasus dislipidemia termasuk dislipidemia sekunder dan sebagian kecil kasus yang terjadi adalah dislipidemia primer. Dislipidemia sekunder terjadi akibat obesitas, asupan lemak tinggi, kurangnya aktivitas fisik, dan merokok (Pesek et al., 2011). Kadar kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida pada tikus dapat dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.1. Klasifikasi kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida pada tikus Keterangan: Lipid Darah Kadar Normal Kolesterol Total mg/dl 1 LDL 7-27,2 mg/dl 2 HDL 35mg/dL 2 Trigliserida mg/dl 3 ( 1 Smith dan Mangkoewidjojo, 1988; 2 Schaerfer and McNamara, 1997; 3 Nichols, 2003) 2.6 Terapi Dislipidemia Tatalaksana terapi dislipidemia dibagi menjadi dua, yaitu terapi nonfarmakologis dan terapi farmakologis Terapi Nonfarmakologis (Therapeutic Lifestyle Change) Komponen-komponen Therapeutic Lifestyle Change (TLC) meliputi pengurangan asupan kolesterol dan asam lemak jenuh, pemilihan makanan yang berhubungan dengan aturan makan untuk mengurangi LDL seperti stanol dan sterol serta peningkatan masukan serat yang dapat larut, penurunan berat badan, dan peningkatan aktivitas fisik. Terapi nonfarmakologis ini hendaknya menjadi terapi utama untuk dislipidemia, kecuali untuk pasien dengan hiperkolesterolemia bawaan atau hiperlipidemia gabungan yang bersifat familial, penanganan

9 14 terapinya dengan pengaturan makanan dan terapi obat dapat dimulai secara bersamaan (Grundy, 2006) Terapi Farmakologis Obat antidislipidemia adalah obat yang ditujukan untuk memperbaiki kadar lipid dalam darah. Pemberian obat antidislipidemia dapat diberikan dalam menangani kasus dislipidemia apabila dengan terapi diet dan olahraga kondisi pasien tidak merespon (Illingworth, 2007). Bila terapi nonfarmakologis tidak berhasil, maka kita dapat diberikan bermacam-macam obat antidislipidemia tergantung dari jenis dislipidemianya. Terdapat 6 golongan obat antidislipidemia, yaitu: A. Statin Statin bermanfaat untuk menurunkan kolesterol, trigliserida, LDL, VLDL, dan meningkatkan sedikit HDL dengan cara penghambatan enzim HMG Ko-A (hidroksilmetilglutaril-koenzim A) reduktase yang berperan di dalam hati untuk mengubah HMG Ko-A menjadi asam mevalonat sehingga sintesis kolesterol dalam hati berkurang. Hal ini mengakibatkan jumlah reseptor LDL meningkat. LDL akan lebih banyak masuk ke dalam hati yang kemudian diekskresikan melalui empedu. Contoh obat golongan statin adalah fluvastatin, lovastatin, simvastatin, pravastatin, dan atorvastatin (NCEP, 2002). B. Fibrat Obat golongan asam fibrat dan turunannya efektif dalam menurunkan kadar trigliserida sehingga produksi VLDL dalam hati menurun. Golongan fibrat dapat ditoleransi baik, namun dapat menyebabkan miopati dan rhabdomyolisis apabila

10 15 digunakan bersama statin. Contoh obat golongan fibrat antara lain: Fenofibrat, Clofibrat, dan Gemfibrozil (Ganiswarna et al., 2004; Linn et al., 2009). C. Asam nikotinat Asam nikotinat (Niasin) adalah salah satu dari komponen vitamin B kompleks yang digunakan sebagai obat pilihan pertama untuk hipertrigliseridemia. Niasin menurunkan sintesis VLDL sehingga kadar IDL dan LDL akan menurun. Penurunan VLDL ini belum diketahui pasti, namun mungkin berhubungan dengan penghambatan lipolisis pada jaringan lemak sehingga asam lemak bebas yang diperlukan untuk sintesis VLDL di hati menurun (Ganiswarna et al., 2004; Wells et al., 2006). D. Resin pengikat asam empedu Obat golongan resin memiliki kemampuan dalam menurunkan kadar kolesterol dengan mekanisme kerja mengikat asam empedu yang mengandung banyak kolesterol sehingga kolesterol tidak diserap usus. Selain itu, sirkulasi enterohepatik juga diganggu, sehingga kolesterol yang diabsorpsi lewat saluran cerna akan terhambat dan keluar bersama tinja. Hal ini akan menyebabkan penurunan kolesterol di dalam hati. Contoh obat golongan resin antara lain: Kolestiramin, Kolestipol, dan Kolesevelam (Ganiswarna et al., 2004; Linn et al., 2009). E. Inhibitor absorbsi kolesterol Ezetimibe merupakan obat selektif inhibitor absorbsi kolesterol. Ezetimibe menghambat absorbsi intestinal kolesterol yang berasal dari jalur eksogen maupun endogen. Ezetimibe menurunkan transportasi kolesterol intestinal ke hati dan

11 16 meningkatkan klirens kolesterol dari sirkulasi. Ezetimibe digunakan sebagai monoterapi atau kombinasi dengan golongan statin. Ezetimibe sebagai monoterapi dapat menurunkan LDL sebesar 18%, dan dengan kombinasi dapat menurunkan LDL sebesar 12-20% (Wells et al., 2006; Linn et al., 2009). F. Minyak ikan Minyak ikan mengandung asam lemak penting, seperti docosahexaenoic acid (DHA) dan eicosapentaenoic acid (EPA) dengan jumlah tinggi. Kandungan ini juga dikenal sebagai omega-3. Omega-3 digunakan untuk terapi hipertrigliseridemia. Pemberian dosis tinggi minyak ikan dapat mengurangi produksi VLDL yang berpengaruh terhadap kadar trigliserida. Efek samping yang muncul yaitu dispepsia (Wells et al., 2006; Robert and Brian, 2007; Linn et al., 2009). 2.7 Hewan Uji Hewan uji yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih galur Wistar (Rattus norvegicus L). Tikus galur wistar memiliki ukuran tubuh lebih besar daripada famili tikus pada umumnya. Tikus galur wistar memiliki berat berkisar 140 gram gram dan dapat mencapai ukuran 40 cm yang diukur dari hidung sampai ujung ekor. Penggunaan tikus putih dalam percobaan memiliki beberapa keuntungan yaitu mudah dipelihara, relatif sehat, cocok untuk berbagai macam penelitian, mempunyai kemiripan dengan manusia dalam hal fisiologi, anatomi, nutrisi, patologi, metabolisme serta umum digunakan untuk penelitian mengenai kadar lipid darah. Tikus galur Wistar yang digunakan

12 17 memiliki jenis kelamin jantan dimana tikus jantan memiliki sedikit hormon estrogen sehingga tidak mempengaruhi kadar lipid darah (Harini dan Astirin, 2009; Manurung et al., 2012; Suwandi, 2012). 2.8 Metode Induksi Dislipidemia Metode induksi dengan makanan diet tinggi lemak yaitu pemberian diet kuning telur bebek (5%) dan lemak babi (15%) selama 50 hari berhasil menginduksi peningkatan kadar LDL, trigliserida, kolesterol darah, dan berat badan pada tikus (Nugroho et al., 2012). Lemak babi mengandung asam lemak jenuh ganda yang relatif lebih besar (25%) dibandingkan dengan lemak ayam (18%) dan lemak sapi (1,2%) (Hermanto et al., 2008). Dalam kuning telur terdapat kolesterol sebesar 20 mg/g dan sekitar 95% dari kolesterol kuning telur terdapat dalam lipoprotein-lipoprotein yang kaya trigliserida (Widyaningsih, 2011). 2.9 Metode Penetapan Kadar Lipid Pengukuran Kadar Kolesterol Total Pengukuran kadar kolesterol total dilakukan dengan tes kalorimetrik enzimatik menggunakan metode CHOD-PAP. Kadar kolesterol ditetapkan setelah terjadi hidrolisis dan oksidasi secara enzimatik. Indikator yang digunakan yaitu quinonimin yang terbentuk dari hidrogen peroksida dan 4-aminofenazon dengan adanya fenol dan peroksidase. Reaksi yang terjadi dapat dilihat pada gambar 2.2. Absorbansi sampel diukur pada panjang gelombang 500 nm. Perhitungan kadar

13 18 kolesterol total dalam sampel dihitung dengan membandingkan absorbansi sampel dengan standar (Dachriyanus et al., 2007; Prasanth et al., 2012). Ester kolesterol + H 2O kolesterol esterase Kolesterol + asam lemak Kolesterol + O 2 kolesterol oksidase 4-kolesten-3-on + H 2O 2 2H 2O aminofenazon + fenol peroksidase Quinonimin + 4 H 2O Gambar 2.2. Reaksi hidrolisis dan oksidasi kolesterol total secara enzimatik (Prasanth et al., 2012) Pengukuran Kadar Trigliserida Pengukuran kadar trigliserida menggunakan metode GPO-PAP, yaitu kadar trigliserida ditetapkan setelah mengalami hidrolisis secara enzimatik oleh enzim lipase. Indikator yang digunakan adalah quinonimin yang terbentuk dari hidrogen peroksida, 4-aminoantipirin, dan 4-klorofenol dengan adanya pengaruh katalis peroksidase. Reaksi yang terjadi dapat dilihat pada gambar 2.3. Absorbansi sampel diukur pada panjang gelombang 500 nm. Perhitungan kadar trigliserida dalam sampel dihitung dengan membandingkan absorbansi sampel dengan standar (Dachriyanus et al., 2007; Prasanth et al., 2012). Trigliserida + H 2O lipoprotein lipase Gliserol + ATP gliserokinase Gliserol + asam lemak Gliserol 3-fosfat + ADP Gliserol 3-fosfat + O 2 gliserol-3fosfat-oksidase Dihidroksi aseton fosfat + H 2O 2 H 2O aminoantipirin + p-klorofenol peroksidase Quinonimin + HCl + 4 H 2O Gambar 2.3. Reaksi hidrolisis dan oksidasi trigliserida secara enzimatik (Prasanth et al., 2012) Pengukuran Kadar High Density Lipoprotein (HDL) Pengukuran kadar HDL dilakukan dengan tes kalorimetrik enzimatik menggunakan metode CHOD-PAP. Serum darah ditambahkan larutan pengendap kolesterol yang mengandung asam fosfotungestik dan ion magnesium untuk

14 19 mengendapkan kilomikron, VLDL, dan LDL dalam serum. Setelah sentrifugasi, HDL yang berada pada supernatan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 500 nm. Perhitungan kadar HDL dalam sampel dihitung dengan membandingkan absorbansi sampel dengan standar (Dachriyanus et al., 2007; Prasanth et al., 2012) Pengukuran Kadar Low Density Lipoprotein (LDL) Penetapan kadar LDL dapat dilakukan setelah diperoleh kadar kolesterol total, trigliserida, dan HDL. LDL dapat dihitung dengan persamaan berikut: (Dachriyanus et al., 2007; Prasanth et al., 2012).

BAB I PENDAHULUAN. kadar HDL dalam darah (Linn et al., 2009). Dislipidemia sebagian besar (hingga

BAB I PENDAHULUAN. kadar HDL dalam darah (Linn et al., 2009). Dislipidemia sebagian besar (hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia merupakan suatu kondisi yang menunjukkan adanya abnormalitas kadar lipid yang ditandai dengan peningkatan salah satu atau kombinasi dari kadar kolesterol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hiperlipidemia merupakan keadaan yang terjadi akibat kadar kolesterol dan/atau trigliserida meningkat melebihi batas normal (Price & Wilson, 2006). Parameter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah sebuah gangguan metabolisme lipoprotein yang ditunjunkkan dengan adanya peningkatan kolesterol total, low-density lipoprotein (LDL) kolesterol,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat saat ini cenderung memiliki kebiasaan gaya hidup yang tidak sehat, seperti kurang aktivitas fisik, kurang olah raga, kebiasaan merokok dan pola

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging puyuh merupakan produk yang sedang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Meskipun populasinya belum terlalu besar, akan tetapi banyak peternakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam tumbuhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam tumbuhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lemak Lemak adalah salah satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia, lemaktidak larut dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lemak plasma. Beberapa kelainan fraksi lemak yang utama adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom Metabolik adalah sekumpulan gangguan metabolik dengan memiliki sedikitnya 3 kriteria berikut: obesitas abdominal (lingkar pinggang > 88 cm untuk wanita dan

Lebih terperinci

1.1 Pengertian 1.2 Etiologi dan Faktor Resiko 1.3 Patofisiologi Jalur transport lipid dan tempat kerja obat

1.1 Pengertian 1.2 Etiologi dan Faktor Resiko 1.3 Patofisiologi Jalur transport lipid dan tempat kerja obat 1.1 Pengertian Hiperkolesterolemia adalah salah satu gangguan kadar lemak dalam darah (dislipidemia) yaitu kadar kolesterol dalam darah lebih dari 240 mg/dl. Hiperkolesterolemia berhubungan erat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pesatnya kemajuan teknologi telah banyak membawa perubahan pada pola hidup masyarakat secara global termasuk dalam hal pola makan. Seiring dengan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dislipidemia Hiperlipidemia merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kadar kolesterol dengan atau tanpa peningkatan kadar trigliserida dalam darah. Hiperlipidemia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid plasma darah. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol Low Density

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol Low Density BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Dislipidemia Dislipidemia adalah suatu keadaan terganggunya metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kolesterol tidak hanya menjadi masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat di negara maju tetapi juga di negara berkembang. Kolesterol merupakan salah satu penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat perkotaan banyak mengalami perubahan di era globalisasi ini, terutama dalam pola konsumsi makanan yang mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, kemajuan teknologi dan sistem informasi memungkinan orang dengan mudah mencapai tujuannya, antara lain adanya fasilitas layanan makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular akibat aterosklerosis dan trombosis merupakan penyebab utama kematian di dunia. Aterosklerosis dapat menyebabkan penyakit jantung koroner. Penyebab

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma (Anwar, 2004). Banyak penelitian hingga saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan cara penggorengan. Minyak kelapa sawit merupakan jenis minyak utama yang digunakan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lipid 2.1.1 Pengertian lipid Lipid adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa organik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat telah banyak dilakukan. Perkembangan ilmu dan teknologi, khususnya teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kelebihan kolesterol menjadi yang ditakuti sebagai penyebab penyempitan pembuluh darah yang disebut aterosklerosis yaitu proses pengapuran dan pengerasan pada

Lebih terperinci

ANTIHIPERLIPIDEMIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT

ANTIHIPERLIPIDEMIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT ANTIHIPERLIPIDEMIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT Pendahuluan Kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid merupakan lipid utama di tubuh Trigliserida didistribusikan ke dalam otot sebagai sumber energi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) sampai saat ini masih menjadi suatu masalah, baik di negara maju maupun negara berkembang dan merupakan penyebab kematian nomor satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2001 serta Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, telah terjadi transisi epidemiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat zaman modern ini, setiap individu sibuk dengan kegiatan masingmasing, sehingga cenderung kurang memperhatikan pola makan. Gaya hidup sedentari cenderung

Lebih terperinci

Kolesterol selain diperoleh dari makanan, juga diproduksi di hati dari lemak jenuh. Jadi, penurunan kadar kolesterol serum dapat dicapai dengan

Kolesterol selain diperoleh dari makanan, juga diproduksi di hati dari lemak jenuh. Jadi, penurunan kadar kolesterol serum dapat dicapai dengan BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat dewasa ini, membuat masyarakat terbiasa dengan segala sesuatu yang serba instant, terutama dalam hal makanan. Hal ini terlukiskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolesterol dan lemak dibutuhkan tubuh sebagai penyusun struktur membran sel dan bahan dasar pembuatan hormon steroid seperti progesteron, estrogen dan tetosteron. Kolesterol

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Broiler merupakan ternak yang dapat menghasilkan daging dalam waktu singkat serta dapat mengkonversi ransum yang dikonsumsi untuk memproduksi satu kilogram bobot

Lebih terperinci

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita 12 Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita hiperkolesterolemia yang menderita penyakit jantung koroner, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan ini menyebabkan peningkatan kadar total

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman seledri sebagai berikut (Mursito, 2002) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman seledri sebagai berikut (Mursito, 2002) : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika Tanaman Seledri Sistematika tanaman seledri sebagai berikut (Mursito, 2002) : Divisi Subdivisi Kelas Bangsa Suku Marga Jenis : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledoneae

Lebih terperinci

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009 BAB V KOLESTEROL TINGGI Kolesterol selalu menjadi topik perbincangan hangat mengingat jumlah penderitanya semakin tinggi di Indonesia. Kebiasaan dan jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari berperan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat di zaman modern ini erat hubungannya dengan perubahan kadar lemak darah. Masyarakat dengan kesibukan tinggi cenderung mengkonsumsi makanan tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah hiperlipidemia menyatakan peningkatan kolesterol atau trigliserida serum di atas batas normal (Sylvia & Wilson, 2005). Patofisiologi hiperlipidemia yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol terdapat dalam jaringan dan dalam plasma baik sebagai kolesterol bebas atau dikombinasikan dengan asam lemak rantai panjang seperti cholesteryl ester. Kolesterol

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat adanya penimbunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat adanya penimbunan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat adanya penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Setiap orang sebenarnya memerlukan sejumlah lemak bagi tubuhnya untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kolesterol 1. Definisi kolesterol Kolesterol ditinjau dari sudut kimiawi dapat diklasifikasikan dalam golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obat herbal telah lama dipraktikkan di seluruh dunia. Diperkirakan sebanyak 75 80 % masyarakat di negara berkembang dan 25 % di negara maju menggunakan obat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2014). Penyakit metabolik dan degeneratif saat ini tidak hanya menyerang usia lanjut,

BAB I PENDAHULUAN. 2014). Penyakit metabolik dan degeneratif saat ini tidak hanya menyerang usia lanjut, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola penyakit penyebab kematian dan kesakitan pada masyarakat saat ini telah mengalami pergeseran yaitu dari penyakit infeksi (penyakit menular) menjadi penyakit metabolik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid, ditandai oleh peningkatan dan/atau penurunan fraksi lipid plasma darah. Kelainan fraksi lipid yang dijumpai yaitu peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal dasar dalam kehidupan untuk menunjang semua aktivitas mahkluk hidup. Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. hal dasar dalam kehidupan untuk menunjang semua aktivitas mahkluk hidup. Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hal dasar dalam kehidupan manusia. Dengan kondisi yang sehat dan tubuh yang prima, manusia dapat melaksanakan proses kehidupan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarang Semut (Mymercodia pendens) a. Klasifikasi tanaman Divisi : Tracheophyta Kelas : Magnoliopsida Subkelas : Lamiidae Ordo : Rubiales Famili : Rubiaceae Genus : Mymercodia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa dekade terakhir, Penyakit Jantung Koroner (PJK) masih menjadi epidemik dalam dunia kesehatan. Cara hidup modern memicu faktor risiko PJK. PJK merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perubahan pola hidup masyarakat, angka kematian akibat penyakit kardiovaskular di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Saat ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut klasifikasi tanaman katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr): : Sauropus androgynus (L.) Merr

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut klasifikasi tanaman katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr): : Sauropus androgynus (L.) Merr 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr) 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Berikut klasifikasi tanaman katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr): Divisi Sub divisi Kelas Bangsa Suku Marga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyukai makanan siap saji yang memiliki kandungan gizi yang tidak seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. menyukai makanan siap saji yang memiliki kandungan gizi yang tidak seimbang. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Banyak penduduk Indonesia memiliki pola makan yang salah, cenderung menyukai makanan siap saji yang memiliki kandungan gizi yang tidak seimbang. Pada umumnya, makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai oleh peningkatan atau penurunan fraksi lemak dalam plasma. Kelainan fraksi lemak yang utama adalah kenaikan

Lebih terperinci

Marianne, S.Si., M.Si., Apt.

Marianne, S.Si., M.Si., Apt. Marianne, S.Si., M.Si., Apt. HMG Co-A Reduktase Inhibitor (statin) Resin Pengikat Asam Empedu Derivat Asam Fibrat Penghambat Absorpsi Kolesterol Niasin Penggolongan Obat Simvastatin, Pravastatin, Lovastatin

Lebih terperinci

Dislipidemia. Ema Rachmawati

Dislipidemia. Ema Rachmawati Dislipidemia Ema Rachmawati Kolesterol dan metabolisme lipoprotein Kolesterol Merupakan prekursor garam empedu dan hormon Dapat diperoleh dari makanan (eksogen) maupun sintesis de novo di hati (endogen)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di seluruh dunia penyakit kardiovaskuler (PKV) merupakan penyebab utama kematian, menurut estimasi para ahli badan kesehatan dunia (WHO), setiap tahun sekitar 50% penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpendapat usia setiap manusia sudah ditentukan oleh Tuhan, sampai usia. tertentu, yang tidak sama pada setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. berpendapat usia setiap manusia sudah ditentukan oleh Tuhan, sampai usia. tertentu, yang tidak sama pada setiap manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan atau aging process adalah suatu proses bertambah tua atau adanya tanda-tanda penuaan setelah mencapai usia dewasa. Secara alamiah seluruh komponen tubuh pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat di era modern ini terutama di daerah perkotaan di Indonesia umumnya mempunyai gaya hidup kurang baik, terutama pada pola makan. Masyarakat perkotaan umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak. yang ditandai peningkatan salah satu atau lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak. yang ditandai peningkatan salah satu atau lebih dari BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai peningkatan salah satu atau lebih dari fraksi lemak di dalam darah, seperti kolesterol, kolesterol ester,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Menurut Badan Kesehatan Dunia, 60 % dari seluruh penyebab kematian akibat penyakit jantung adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel yang terdiri atas LDL

BAB I PENDAHULUAN. Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel yang terdiri atas LDL BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel yang terdiri atas LDL (low density lipoprotein), HDL (high density lipoprotein), total kolesterol dan trigliserida.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian pengaruh pemberian berbagai level tepung limbah jeruk manis (Citrus sinensis) terhadap kadar kolesterol dan trigliserida darah pada domba Padjadjaran jantan telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 2.1 Fast food BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Definisi fast food Fast food atau dalam bahasa Indonesia disebut makanan cepat saji merupakan makanan yang pertama sekali diciptakan di Amerika. 12 Menurut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyakit jantung koroner (Rahayu, 2005). Hiperkolesterolemia adalah suatu

I. PENDAHULUAN. penyakit jantung koroner (Rahayu, 2005). Hiperkolesterolemia adalah suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolesterol merupakan unsur penting dalam tubuh yang diperlukan untuk mengatur proses kimiawi di dalam tubuh, tetapi kolesterol dalam jumlah tinggi bisa menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian R. Mia Ersa Puspa Endah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian R. Mia Ersa Puspa Endah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Energi dibutuhkan oleh manusia dalam melakukan aktiftasnya. Energi didapatkan dari makanan sehari-hari yang dikonsumsi. Sebagai sumber energi, lemak memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan sekumpulan penyakit jantung dan pembuluh darah arteri pada jantung, otak, dan jaringan perifer. Penyakit ini terdiri dari

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pemeriksaan Tumbuhan 5.1.1. Determinasi Tumbuhan Determinasi tumbuhan dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas dari tumbuhan biji bunga matahari (Helianthus annusl.).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hiperlipidemia merupakan penyebab utama aterosklerosis dan penyakit yang berkaitan dengan aterosklerosis, penyakit serebrovaskular iskemia, dan penyakit pembuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan satu atau lebih fraksi lipid dalam darah. Beberapa kelainan fraksi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. jantan maupun betina muda berumur 6-8 minggu yang dipelihara secara intensif,

TINJAUAN PUSTAKA. jantan maupun betina muda berumur 6-8 minggu yang dipelihara secara intensif, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Ayam Pedaging Amrullah (2003) menyatakan bahwa ayam pedaging adalah jenis ayam jantan maupun betina muda berumur 6-8 minggu yang dipelihara secara intensif, guna

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang World Health Organization (WHO) pada tahun 2013 mengumumkan 4 penyakit tidak menular (PTM) termasuk penyakit kardiovaskular (48%), kanker (21%), pernapasan kronis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hiperlipidemia (hiperkolesterolemia) adalah keadaan yang ditandai oleh adanya peningkatan kadar lemak darah, salah satunya dengan peningkatan nilai kolesterol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. HDL. Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun

BAB I PENDAHULUAN UKDW. HDL. Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dislipidemia didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma darah. Kelainan fraksi lipid

Lebih terperinci

2015 PROFIL LIPID MENCIT HIPERLIPIDEMIA SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK

2015 PROFIL LIPID MENCIT HIPERLIPIDEMIA SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat beberapa tahun terakhir ini menyebabkan masyarakat harus bergerak cepat khususnya di daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini di seluruh dunia termasuk Indonesia kecenderungan penyakit mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya globalisasi dan

Lebih terperinci

BAB 2. Universitas Sumatera Utara

BAB 2. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TI JAUA PUSTAKA 2.1 Obesitas 2.1.1 Definisi Fauci, et al. (2009) menyatakan obesitas sebagai kondisi dimana massa sel lemak berlebihan dan tidak hanya didefinisikan dengan berat badan saja karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegemukan atau obesitas telah menjadi hal yang dikhawatirkan banyak orang sejak dahulu. Hal ini tak lepas dari berbagai penyakit yang dapat diakibatkan oleh obesitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular saat ini merupakan salah satu penyebab utama kematian di negara berkembang. Di Indonesia, penyakit kardiovaskular merupakan penyebab pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lemak merupakan salah satu zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Lemak ini mencakup kurang lebih 15% berat badan dan dibagi menjadi empat kelas yaitu trigliserida,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, penyakit jantung menjadi penyakit pembunuh

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, penyakit jantung menjadi penyakit pembunuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini, penyakit jantung menjadi penyakit pembunuh nomor satu di dunia (WHO, 2009). Hal tersebut tidak hanya semata-mata akibat usia lanjut,

Lebih terperinci

METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Ekstrak Teh Hijau Hewan coba

METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Ekstrak Teh Hijau Hewan coba 13 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama bulan Pebruari 2008 sampai dengan Mei 2008 di Laboratorium Hewan SEAFAST IPB dan Laboratorium Anatomi Fisiologi dan Farmakologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kolesterol 1. Definisi kolesterol Kolesterol merupakan lemak yang berwarna kekuningan dan berbentuk seperti lilin yang diproduksi oleh tubuh manusia terutama di dalam hati. Bahan

Lebih terperinci

MONASTEROL OBAT PENURUN KOLESTEROL DENGAN BAHAN ALAMI

MONASTEROL OBAT PENURUN KOLESTEROL DENGAN BAHAN ALAMI MONASTEROL OBAT PENURUN KOLESTEROL DENGAN BAHAN ALAMI Diproduksi Oleh: PJ. Sinar Sehat, Tasikmalaya Dibawah pengawasan Puslit Bioteknologi-LIPI Dipasarkan oleh: PT. Trubus Mitra Swadaya MONASTEROL Monascus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia sedang berkembang menuju masyarakat industri yang membawa kecenderungan baru dalam pola penyakit dalam masyarakat. Perubahan ini memberi peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia menduduki peringkat keempat di dunia dan prevalensinya akan terus bertambah hingga mencapai 21,3 juta

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Gaya hidup modern turut mengubah pola makan masyarakat yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Gaya hidup modern turut mengubah pola makan masyarakat yang PENDAHULUAN Latar Belakang Gaya hidup modern turut mengubah pola makan masyarakat yang cenderung mengkonsumsi makanan-makanan cepat saji dengan kadar lemak yang tinggi. Keadaan ini menyebabkan munculnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asupan lemak yang dianjurkan adalah sebanyak 30% dari total kalori yang dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua aspek yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kopi yaitu kopi arabika dan kopi robusta (Bahara M, 2009). a. Kopi arabika, kopi arabika merupakan kopi yang terbaik mutu dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kopi yaitu kopi arabika dan kopi robusta (Bahara M, 2009). a. Kopi arabika, kopi arabika merupakan kopi yang terbaik mutu dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kopi Kopi merupakan minumam stimulan yang berasal dari biji yang dipanggang. Kopi mempunyai 500 macam genus dan 6000 speies. Ada dua jenis kopi yaitu kopi arabika dan kopi robusta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pasca Menopause Wanita mempunyai masa kehidupan seksual dimana banyak folikel primodial tumbuh menjadi folikel vesicular setiap siklus seksual, dan akhirnya hampir semua ovum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lipid 1. Definisi Lipid Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik (Widman, 1989) Lemak disebut juga lipid,

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Tinjauan Tanaman Salak Tinjauan botani dari tanaman yang digunakan pada penelitian ini yaitu mengenai salak. 1.1.1. Deskripsi dan klasifikasi Varietas salak umumnya dikenal berdasarkan

Lebih terperinci

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

FREDYANA SETYA ATMAJA J. HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT TINGKAT KECUKUPAN KARBOHIDRAT DAN LEMAK TOTAL DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUANG MELATI I RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Skripsi Ini Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat modern cenderung hidup dengan tingkat stres tinggi karena kesibukan dan tuntutan menciptakan kinerja prima agar dapat bersaing di era globalisasi, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Makanan mengandung banyak lemak dan kolesterol tinggi yang dikonsumsi secara berlebihan dapat menimbulkan penumpukan zat-zat tersebut dalam tubuh. Hal ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu kelainan endokrin yang sekarang banyak dijumpai (Adeghate, et al., 2006). Setiap tahun jumlah penderita DM semakin meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kolesterol terbentuk secara alamiah. Dari segi ilmu kimia, kolesterol merupakan senyawa kompleks yang dihasilkan oleh tubuh bermacammacam fungsi, lain untuk membuat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rokok 1. Pengertian Rokok Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh kemudian dibungkus dengan kertas rokok berukuran panjang 70 120 mm dengan diameter

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi jalar termasuk tumbuhan semusim (annual) yang memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi jalar termasuk tumbuhan semusim (annual) yang memiliki BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ubi Jalar Ungu Tanaman ubi jalar termasuk tumbuhan semusim (annual) yang memiliki susunan tubuh utama terdiri dari batang, ubi, daun, bunga, buah, dan biji. Batang tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi kesehatan dan kualitas hidup seseorang sangat dipengaruhi oleh umur, konsumsi makanan berkalori tinggi dan lemak, serta pola hidup sedentary. Kemajuan teknologi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kulit Pisang Ambon dan Kulit Pisang Kepok. Tenggara, termasuk Indonesia. (Warintek, 2011)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kulit Pisang Ambon dan Kulit Pisang Kepok. Tenggara, termasuk Indonesia. (Warintek, 2011) 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kulit Pisang Ambon dan Kulit Pisang Kepok Pisang adalah salah satu tanaman buah yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. (Warintek, 2011) Taksonomi tanaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam pembuluh darah yang kadarnya tinggi akan membuat endapan / kristal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam pembuluh darah yang kadarnya tinggi akan membuat endapan / kristal BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kolesterol Kolesterol ( C 27 H 45 OH ) adalah alkohol steroid yang ditemukan dalam lemak hewani / minyak, empedu, susu, kuning telur. Kolesterol sebagian besar disintesiskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jaringan di dalam tubuh untuk memperbaiki diri secara perlahan-lahan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jaringan di dalam tubuh untuk memperbaiki diri secara perlahan-lahan dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia (Lansia) Menjadi tua (menua) merupakan suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan di dalam tubuh untuk memperbaiki diri secara perlahan-lahan dan mempertahankan

Lebih terperinci

Sintesis, pengangkutan ekskresi kolesterol

Sintesis, pengangkutan ekskresi kolesterol Sintesis, pengangkutan ekskresi kolesterol Kolesterol merupakan produk met.hewan, oleh karena itu terdapat pada semua makanan yg berasal dari jaringan hewan seperti: kuning telur, daging, hati dan otak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perubahan gaya hidup masyarakat mulai banyak terjadi sejalan dengan kemajuan teknologi. Gaya hidup yang kurang aktivitas fisik mulai banyak ditemukan, bahkan sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular saat ini merupakan penyebab utama kematian di

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular saat ini merupakan penyebab utama kematian di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular saat ini merupakan penyebab utama kematian di dunia, termasuk Indonesia. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2010 diketahui

Lebih terperinci