STUDI ANALISIS KARAKTERISASI DAN MIKROSTRUKTUR MINERAL SEDIMEN SUMBER AIR PANAS SULILI DI KABUPATEN PINRANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI ANALISIS KARAKTERISASI DAN MIKROSTRUKTUR MINERAL SEDIMEN SUMBER AIR PANAS SULILI DI KABUPATEN PINRANG"

Transkripsi

1 STUDI ANALISIS KARAKTERISASI DAN MIKROSTRUKTUR MINERAL SEDIMEN SUMBER AIR PANAS SULILI DI KABUPATEN PINRANG Rais Tutu, Subaer, Usman Jurusan Fisika Fakultas MIPA, Universitas Negeri Makassar Jl. Daeng Tata Raya, Makassar Abstract: Study of Characterization and Microstructural Analysis of Sedimentary Mineral Hot springs Sulili in Pinrang. It has as conducted research studies on characterization and microstructural analysis studies sedimentary mineral hot springs Sulili in Pinrang. The purpose of this study to determine how the state morphology, crystal structure and the percentage of the mineral content of sediments around the hot springs in Pinrang Sulili using X- ray characterization Difraction (XRD) and Scanning Electron Microscope- Energy Dispersive Spectroscopy (SEM- EDS). Sediment samples obtained from hot springs Sulili in Pinrang by digging to a depth of m as many as eight points, eight samples were then dried using an oven at a temperature of 70 C for 2 hours. The method used in this research is the method of powder. Eighth samples were then crushed and sifted in the sieve of 200 mesh. Characterization of the eight samples is done with the technique of X-Ray Diffaction (XRD) and Scanning Electron Microscope- Energy Dispersive Spectroscopy (SEM-EDS). Based on test results obtained SEM-EDS that state morphology of the eight samples is generally shaped slab or blob defects and sizes. While test results showed XRD mineral content in the sediment samples are dominated by kaolinite and quartz mineral. Abstrak: Studi Analisis Karakterisasi dan Mikrostruktur Mineral Sedimen Sumber Air Panas Sulili di Kabupaten Pinrang. Telah dilakukan penelitian penelitian tentang studi analisis karakterisasi dan mikrostruktur mineral sedimen sumber air panas Sulili di Kabupaten Pinrang. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana keadaan morfologi, struktur Kristal dan persentase kandungan mineral sedimen di sekitar sumber air panas Sulili di Kabupaten Pinrang dengan menggunakan karakterisasi X-Ray Diffaction (XRD) dan Scanning Electron Microscope- Energy Dispersive Spectroscopy (SEM-EDS). Sampel sedimen di peroleh dari sumber air panas Sulili di Kabupaten Pinrang dengan cara menggali dengan kedalaman 1-1,5 m sebanyak delapan titik, kedelapan sampel kemudian di keringkan menggunakan oven pada suhu 70o C selama 2 jam. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode serbuk. Kedelapan sampel kemudian di gerus dan di ayak pada ayakan 200 mesh. Karakterisasi kedelapan sampel di lakukan dengan teknik X-Ray Diffaction (XRD) dan Scanning Electron Microscope- Energy Dispersive Spectroscopy (SEM-EDS). Berdasarkan hasil uji SEM-EDS di peroleh bahwa keadaan morfologi dari ke delapan sampel pada umumnya berbentuk lempengan maupun gumpalan yang cacat dan ukuran yang bervariasi. Sedangkan hasil uji XRD menunjukkan Kandungan mineral pada sampel sedimen di dominasi oleh mineral kaolinite dan Quartz.. Kata Kunci: mineral sedimen, SEM, sumber air panas, XRD Kekayaan alam di Indonesia berupa sumber daya alam (mineral) cukup melimpah. Sumber daya mineral yang melimpah antara lain: emas, tembaga, platina, nikel, timah, batu bara, migas dan panas bumi. Saat ini yang menjadi perhatian para peneliti mengarah pada energi alternatif salah satu di antaranya energi panas bumi. Secara istilah, geothermal dapat diartikan sebagai energi panas yang tersimpan dalam batuan di bawah permukaan bumi dan fluida yang terkandung didalamnya yang dapat ditemukan di kawasan jalur vulkanis. Pada dasarnya sistem panas bumi merupakan suatu daur hidrologi air (air tanah dan hujan) yang dalam perjalanannya berhubungan dengan sumber panas (heat source) bertemperatur tinggi, sehingga terbentuk air panas yang dapat terperangkap dalam batuan yang mempunyai permeabilitas tinggi. Uap air dan air panas tersebut akan muncul ke 192

2 Rais Tutu, dkk., Studi Analisis Karakterisasi dan Mikrostruktur Mineral Sedimen permukaan melalui struktur-struktur seperti sesar, atau rekahan. Keberadaan manifestasi panas bumi di permukaan, diperkirakan terjadi karena adanya perambatan panas dari permukaan atau karena adanya rekahan-rekahan yang memungkinkan fluida panas bumi mengalir ke permukaan. Permandian air panas Sulili memang terkenal mempunyai air dengan kandungan belerang yang dapat menyembuhkan penyakit kulit gatal-gatal ataupun rematik. Umumnya mineral tersebut terdapat di dalam sedimen. Sedimen secara umum merupakan tanah atau bagian-bagian tanah yang terangkut oleh air dari suatu tempat yang mengalami erosi pada suatu daerah aliran sungai (DAS) dan masuk kedalam suatu badan air. Proses terjadinya sedimentasi yaitu pengendapan sedimen hasil erosi yang terbawa oleh aliran air pada suatu tempat yang kecepatan alirannya melambat. Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk secara alamiah, padat dan mempunyai struktur dalam tertentu. Mineral mempunyai sifat fisik tertentu pula: warna, kekerasan, belahan, bentuk kristal dan demikian juga dengan sifat optiknya. Berbagai cara dapat dilakukan untuk mengetahui potensi sumber daya energi khususnya di permandian air panas Sulili salah satunya dengan cara menganalisis karakteristik sedimen dan struktur mikro dengan menggunakan karakterisasi X-Ray Diffraction (XRD) dan Scanning Electron Microscope- Energy Dispersive Spectroscopy (SEM- EDS), untuk dapat mengetahui kandungan (unsur/ elemen) penyusun sedimen di sekitar sumber air panas. Observasi dengan SEM dilakukan untuk menyelidiki struktur mikro permukaan material. X- Ray Diffraction (XRD) Merupakan metode karakterisasi yang dapat memberikan informasi tentang susunan atom, molekul atau ion dalam bentuk padat/ kristal. Analisis berdasarkan kepada pengukuran transmisi dan difraksi dari sinar X yang dilewatkan pada sampel padat. Difraksi sinar-x suatu teknik yang digunakan untuk menentukan sistem Kristal, kualitas Kristal, dan identifikasi campuran dan analisis kimia. METODE Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dan bersifat laboratories yang berfokus pada identifikasi jenis mineral, struktur mikro dan kandungan mineral sedimen sumber air panas Sulili Kabupaten Pinrang. Lokasi pengambilan sampel terletak di lingkungan Sulili, Kelurahan Maminasae, Kecamatan Palleteang, bagian Selatan Kabupaten Pinrang. Kabupaten Pinrang terletak antara 3 o Lintang Selatan dan 3 o Lintang Selatan dan antara Bujur Timur Bujur Timur. Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wadah tempat sampel, label sebagai penanda sampel, bamboo, mortar, oven/memmert, piknometer, penyaring/ ayakan 200 mesh. Sedangkan bahan yang digunakan adalah sedimen di sekitar permandian air panas Sulili Kabupaten Pinrang sebagai sampel. Gambar 1. Posisi pengambilan sampel dengan model mesh Proses pengambilan sampel di lakukan dengan menentukan titik sumber air panas, setelah itu mentukan lokasi pengambilan sampel.

3 194 Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika. Jilid 11, Nomor 2, Agustus 2015, hal Jarak dari sumber air panas ke sampel 1 adalah 100 m sedangkan sampel 2 adalah 50 m. Hal ini juga di berlakukan pada sampel lainnya. Sampel sedimen kemudian diambil dengan menggali tanah dengan kedalaman 1-2 m. Posisi pengambilan sampel ditunjukkan dalam gambar 1. Proses Karakterisasi Kedelapan sampel yang diperoleh ditimbang sebanyak 50 g, kemudian dimasukkan ke dalam oven untuk proses polikondensasi pada suhu 70 C selama 2 jam. Selanjutnya, setiap sampel digerus sampai halus menggunakan mortar lalu kemudian diayak menggunakan ayakan 200 mesh. Sampel ini kemudian dikarakterisasi dengan menggunakan alat SEM DS (Scanning Electron Microscopy-Electron Dispersive topografi/morfologi Spectroscopy) untuk mengetahui sampel dan XRD (X-Ray Diffraction) untuk mengetahui struktur kekristalan dan persentase mineral yang terkandung di dalam sampel. HASIL DAN DISKUSI Sampel yang diuji dalam penelitian ini merupakan sedimen yang diambil disekitar sumber air panas Sulili di Kabupaten Pinrang. Hasil pengujian kedelapan sampel tersebut ditunjukkan dalam gambar-gambar berikut. (a) (b) Gambar 2. Struktur morfologi dan topografi dengan skala bar 10 m (a) sampel sedimen 1, (b) sampel sedimen 2. Pada gambar 2 diperlihatkan citra SEM sampel 1 dan sampel 2. Terlihat keadaan morfologi sampel sedimen 1 dan sampel sedimen 2 berupa lempengan-lempengan yang tidak teratur dengan ukuran yang bervariasi. Warna cerah yang tampak lebih dominan pada setiap sampel sedimen merupakan elemen penyusun yang memiliki nomor atom tinggi, sedangkan warna gelap yang tampak pada permukaan sampel merupakan elemen penyusun memiliki nomor atom rendah. yang Tabel 1. Hasil analisis spektrum EDS sampel sedimen 1 dan sampel sedimen 2 Sedimen 1 Sedimen 2 C C (at%) (at%) SiO 2 21,05 59,33 SiO 2 19,79 55,21 Al 2O 3 8,68 20,76 Al 2O 3 10,77 25,62 Na 2O 1,11 1,61 Na 2O 1,20 1,74 MgO 1,12 2,13 MgO 1,21 2,27 SO 3 0,43 1,63 K 2O 1,28 2,81 K 2O 0,32 2,91 CaO 0,42 1,09 CaO 0,73 1,92 TiO 2 0,37 1,36 TiO 2 0,38 1,41 FeO 2,95 9,90 FeO 2,47 8,31 Hasil analisis EDS memberikan informasi mengenai komposisi kimia sedimen tersebut sebagaimana diperlihatkan dalam tabel 1. Dari hasil karakterisasi di ketahui bahwa unsur pembentuk dari sedimen pada sampel 1 dengan komposisi kimia yang paling tinggi adalah SiO 2 sebesar wt% dan Al 2 O 3 sebesar wt%. selain senyawa kimia tersebut terdapat pula senyawa FeO sebesar 8.31 wt%, dan beberapa senyawa- senyawa kimia lain dalam jumlah tidak lebih dari 2 wt% yakni NaO 2, MgO, SO 3, K 2 O, CaO, dan TiO 2. Sedangkan hasil yang diperoleh untuk sampel sedimen 2, molar oksida tertingginya adalah SiO wt.%, selain senyawa kimia tersebut terdapat pula senyawa Al 2 O 3 sebesar wt.%, FeO sebesar 9.90 wt.% dan senyawa-senyawa kimia yang lain dalam jumlah

4 Rais Tutu, dkk., Studi Analisis Karakterisasi dan Mikrostruktur Mineral Sedimen tidak lebih dari 2 wt.% yakni Na 2 O, MgO, K 2 O, CaO, dan TiO 2. (a) (b) senyawa FeO sebesar 8.95 wt%, dan beberapa senyawa-senyawa kimia lain dalam jumlah tidak lebih dari 2 wt% yakni NaO 2, TiO 2, K 2O, CaO, MgO, dan SO 3. Sedangkan hasil yang diperoleh untuk sampel sedimen 4, molar oksida tertingginya adalah CaO 93,35 wt%, selain senyawa kimia tersebut terdapat pula senyawa-senyawa lain dalam jumlah yang tidak melebihi 2 wt% yaitu Al 2O 3, Na 2O, MgO, K 2O, CaO, TiO 2 dan klorin. Gambar 3. Citra SEM dengan skala bar 10 m (a) sampel sedimen 3, (b) sampel sedimen 4. Gambar 3 memperlihatkan citra SEM dari sampel 3 dan sampel 4. Terlihat keadaan morfologi sampel sedimen 3 dan sampel sedimen 4 menunjukkan lempengan-lempengan yang tidak teratur dengan ukuran yang bervariasi. Warna cerah yang tampak lebih dominan pada setiap sampel sedimen merupakan elemen penyusun yang memiliki nomor atom tinggi, sedangkan warna gelap yang tampak pada permukaan sampel merupakan elemen penyusun yang memiliki nomor atom rendah. Tabel 2. Hasil analisis spektrum EDS pada sampel sedimen 3 dan 4 Sedimen 3 Sedimen 4 SiO SiO ,82 Al 2O Al 2O ,74 Na 2O Na 2O ,09 FeO 2, CaO 45,81 93,35 TiO K 2O 0,64 1,09 CaO SO 3 0,14 0,42 K 2O MgO 0,17 0,25 MgO ,18 0,23 SO Tabel 2 di atas memberikan informasi unsur pembentuk dari sampel sedimen 3 dengan komposisi kimia yang paling tinggi adalah SiO 2 sebesar wt% dan Al 2O 3 sebesar wt%. Selain senyawa kimia tersebut terdapat pula (a) (b) Gambar 4. Struktur morfologi dan topografi dengan skala bar 10 m (a) sampel sedimen 5, (b) sampel sedimen 6. Gambar 4. Menunjukkan citra SEM untuk sampel 5 dan 6. Dari gambar tersebut tampak bahwa keadaan morfologi sampel menunjukkan gumpalan-gumpalan yang tidak teratur dengan ukuran yang bervariasi. Warna cerah yang tampak lebih dominan pada setiap sampel sedimen merupakan elemen penyusun yang memiliki nomor atom tinggi, sedangkan warna gelap yang tampak pada permukaan sampel merupakan elemen penyusun yang memiliki nomor atom rendah. Tabel 3. Hasil analisis spektrum EDS sampel sedimen 5 dan 6 Sedimen 5 Sedimen 6 SiO SiO Al 2O Al 2O Na 2O Na 2O MgO MgO

5 196 Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika. Jilid 11, Nomor 2, Agustus 2015, hal Sedimen 5 Sedimen 6 K 2O K 2O CaO CaO ,12 P 2O TiO ,36 SO FeO , SO ,52 FeO Tabel 3 di atas memberi informasi tentang unsur pembentuk sampel sedimen 5 dengan komposisi kimia yang paling tinggi adalah CaO sebesar 87,02 wt%. Selain itu, juga terdapat senyawa SiO 2 sebesar 6,74 wt% dan beberapa senyawa-senyawa kimia lain dalam jumlah tidak lebih dari 2 wt% yaitu Al 2O 3, NaO 2, TiO 2, K 2O, CaO, MgO, SO 3, FeO dan klorin. Untuk sampel 6, molar oksida tertinggi yang diperoleh adalah SiO 2 sebesar 63,08 wt%. Selain itu juga terdapat senyawa-senyawa Al 2O 3 sebesar 16,40 wt%, FeO 6,20%, K 2O 4,61%, dan CaO 4,12 wt%. Beberapa senyawa kimia lain dalam jumlah yang tidak lebih dari 2 wt% adalah Na 2O, MgO, TiO 2, dan SO 3. (a) (b) Gambar 5. Struktur morfologi dan topografi dengan skala bar 10 m (a) sampel sedimen 7 (b) sampel sedimen 8 Gambar 5 menunjukkan citra SEM sampel sedimen 7 dan sedimen 8. Tampak keadaan morfologi sampel sedimen 7 dan sampel sedimen 8 menunjukkan gumpalan-gumpalan yang tidak teratur dengan ukuran yang bervariasi. Warna cerah yang tampak lebih dominan pada sampel sedimen merupakan elemen penyusun yang memiliki nomor atom yang tinggi, sedangkan warna gelap yang tampak pada permukaan sampel merupakan elemen penyusun yang memiliki nomor atom yang rendah. Tabel 4. Hasil analisis spektrum EDS sampel sedimen 7 dan 8 Sedimen 7 Sedimen 8 SiO SiO Al 2O Al 2O Na 2O Na 2O FeO MgO TiO K 2O CaO CaO K 2O FeO MgO SO SO TiO Tabel 4 di atas memberikan informasi unsur pembentuk dari sampel sedimen 7 dengan komposisi kimia yang paling tinggi adalah SiO 2 sebesar wt%. Selain senyawa kimia tersebut, terdapat pula senyawa Al 2O 3 sebesar 24,37 wt%, FeO sebesar 7,91 wt% dan beberapa senyawa-senyawa kimia lain dalam jumlah tidak lebih dari 2 wt% yakni NaO 2, TiO 2, K 2O, CaO, MgO, dan SO 3. Sedangkan hasil yang diperoleh untuk sampel sedimen 8, molar oksida tertingginya adalah SiO 2 sebesar wt.%, selain senyawa kimia tersebut terdapat pula senyawa Al2O wt.%, FeO 5.04 wt.%, dan CaO 3.41 wt.%. Beberapa senyawa kimia yang lain dalam jumlah tidak lebih dari 2 wt.% yakni Na 2O, MgO, K 2O, SO 3, klorin dan TiO 2. Gambar 6 berikut memperlihatkan pola difraktogram XRD sampel sedimen 1. Pola difragtogram yang di hasilkan menunjukkan bahwa mineral-mineral yang terdapat pada sampel sedimen 1 tersebut masih dalam fase kristal. Hal ini di tandai dengan melihat puncak difraksi yang tajam.

6 Rais Tutu, dkk., Studi Analisis Karakterisasi dan Mikrostruktur Mineral Sedimen Gambar 6. Pola difraktogram XRD sampel sedimen 1 Pada umumnya sampel sedimen 1 mengandung kaolinite dan quartz seperti yang terlihat pada gambar 7. Gambar 7. Persentase kandungan mineral sampel sedimen 1 Pada gambar 7 tampak bahwa komposisi dominan mineral sampel sedimen 1 adalah Kaolinite-2M sebesar 38 % dan Quartz,syn sebesar 32%, dan Illite sebesar 21%, dan beberapa mineral dalam jumlah kecil yakni Ruby HP, Corundum HP sebesar 7% dan syn sebesar 1,8%. Magnetite, Gambar 9. Persentase kandungan mineral sampel sedimen 2 Untuk sampel sedimen 2, pola difraktogram yang di hasilkan menunjukkan bahwa mineralmineral yang terdapat pada sampel masih dalam fase kristal. Hal ini ditandai dengan adanya puncak difraksi yang tajam. Hasil difraktogram menunjukkan bahwa sampel sedimen 2 umumnya mengandung kaolinite dan quartz seperti yang terlihat dalam Gambar 8 di atas. Persentase kandungan mineral sampel sedimen 2 dapat dilihat dalam Gambar 9. Pada gambar tersebut terlihat bahwa komposisi dominan mineral sampel sedimen 2 adalah quartz sebesar 41 %, kaolinit-1a sebesar 28%, anorthite sebesar 19%, dan beberapa mineral dalam jumlah kecil yakni Illite- 1M(NR), sebesar 9% dan magnetite, syn sebesar 2,5%. Untuk sampel 3, pola difraktogramnya ditunjukkan dalam gambar 10 berikut. Gambar 10. Pola difraktogram sampel sedimen 3 Gambar 8. Pola difraktogram sampel sedimen 2

7 198 Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika. Jilid 11, Nomor 2, Agustus 2015, hal Berdasarkan hasil difraktogram XRD tersebut, umumnya sampel sedimen 3 mengandung kaolinite, quartz dan illite. Pola difragtogram yang di hasilkan menunjukkan bahwa mineral-mineral yang terdapat pada sampel sedimen 3 tersebut masih dalam fase Kristal. Hal ini di tandai dengan adanya puncak difraksi yang tajam. sampel sedimen 4 berada dalam fase Kristal. Hal ini di tandai dengan puncak difraksi yang tajam. Umumnya sampel sedimen 4 mengandung Calcite seperti yang tampak dalam gambar 13 berikut. Gambar 13. Persentase kandungan mineral sampel sedimen 4 Gambar 11. Persentase kandungan mineral sampel sedimen 3 Pada gambar 11 tampak bahwa komposisi dominan mineral sampel sedimen 3 adalah kaolinite-1a sebesar 41 %, quartz sebesar 34%, dan illite sebesar 16%. Beberapa mineral juga terdapat dalam jumlah yang kecil yakni Aluminium Oxide, sebesar 7% dan Magnetite, syn sebesar 2,8%. Gambar 12 berikut menunjukkan pola difraktogram untuk sampel 4. Pada gambar 13 di atas tampak bahwa komposisi dominan mineral sampel sedimen 4 adalah calcite, syn sebesar 99,6 %, dan mineral dalam jumlah kecil yakni Aluminium Graphite sebesar 0,39%. Untuk sampel 5, pola difraktogramnya diperlihatkan dalam gambar 14 berikut. Gambar 14. Pola difraktogram XRD sampel sedimen 5 Gambar 12. Pola difraktogram XRD sampel sedimen 4 Berdasarkan gambar di atas, tampak bahwa pola difragtogram yang dihasilkan menunjukkan bahwa mineral-mineral yang terdapat pada Pola difragtogram yang dihasilkan untuk sampel 5 menunjukkan bahwa mineral-mineral yang terdapat dalam sampel sedimen 5 juga berfase kristal yang tampak dari adanya puncakpuncak difraksi yang tajam. Hasil difraktogram XRD yang ditunjukkan dalam gambar 15, memperlihatkan bahwa umumnya sampel sedimen 5 mengandung Calcite.

8 Rais Tutu, dkk., Studi Analisis Karakterisasi dan Mikrostruktur Mineral Sedimen Gambar 15. Persentase kandungan mineral sampel sedimen 5 Berdasarkan gambar 15 di atas tampak bahwa komposisi dominan mineral sampel sedimen 5 adalah calcite sebesar 97,9 %. Selain itu terdapat pula mineral lain dalam jumlah kecil yakni aluminium graphite-2h, syn sebesar 2,06%. Untuk sampel 6, difraktogram XRD diperlihatkan seperti dalam gambar 16 berikut. Gambar 17. Persentase kandungan mineral sampel sedimen 6 Pada gambar 17 terlihat bahwa komposisi dominan mineral sampel sedimen 6 adalah Quartz sebesar 57%, Albite sebesar 39%, dan beberapa mineral dalam jumlah kecil yakni Aluminium Magnetite sebesar 3,1% dan Anatase sebesar 0,8%. Untuk sampel sedimen 7, difraktogram XRD yang diperoleh diperlihatkan dalam gambar 18 berikut. Gambar 16. Pola difraktogram XRD sampel sedimen 6 Berdasarkan hasil difraktogram di atas, dapat diketahui bahwa sampel sedimen 6 mengandung quartz. Pola difragtogram yang dihasilkan menunjukkan bahwa mineral-mineral yang dalam sampel sedimen 6 tersebut berada dalam fase Kristal. Hal ini terlihat dengan adanya puncak difraksi yang tajam. Komposisi mineral sampel 6 diperlihatkan dalam gambar 17 berikut. Gambar 18. Pola difraktogram XRD sampel sedimen 7 Berdasarkan hasil difraktogram XRD di atas, terlihat bahwa pada umumnya sampel sedimen 7 mengandung quartz. Dari pola difragtogram tampak bahwa mineral-mineral yang terdapat pada sampel sedimen 7 berada dalam fase kristal yang ditunjukkan oleh adanya adanya puncak difraksi yang tajam.

9 200 Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika. Jilid 11, Nomor 2, Agustus 2015, hal Gambar 19. Persentasi kandungan mineral sampel sedimen 7 Gambar 19 menunjukkan bahwa komposisi dominan mineral sampel sedimen 7 terdiri atas quartz, kaolinite, dan illite dengan komposisi masing-masing secara berturut-turut adalah 47%, dan 20%. Selain itu terdapat juga mineral lain dalam jumlah kecil yakni magnetite sebesar 4% dan albite sebesar 2%. Hasil difraktogram untuk sampel terakhir, yaitu sampel sedimen 8, diperlihatkan dalam gambar 20 berikut. Gambar 20. Pola difraktogram XRD sampel sedimen 8 Berdasarkan hasil difraktogram XRD tersebut, diperoleh informasi bahwa umumnya sampel sedimen 8 mengandung quartz. Pola difragtogram yang dihasilkan juga menunjukkan bahwa mineral-mineral yang terdapat pada sampel sedimen 8 tersebut berada dalam fase kristal. Hal ini ditandai dengan puncak difraksi yang tajam. Komposisi mineral sampel sedimen 8 ditunjukkan dalam gambar 21 berikut. Gambar 21. Persentase kandungan mineral sampel sedimen 8 Pada gambar 21 tampak bahwa komposisi dominan mineral sampel sedimen 8 adalah quartz sebesar 42 %, pyrophyllite sebesar 36%, albite sebesar 15,4% dan mineral dalam jumlah kecil yakni illite sebesar 5% dan magnetite sebesar 1,5%. Berdasarkan hasil karakterisasi SEM-EDS dan XRD yang telah digambarkan di atas, diperoleh bahwa sedimen yang diperoleh dari sumber air panas Sulili Kabupaten Pinrang secara dominan mengandung SiO 2 dam CaO. Di samping itu, berdasarkan hasil pengujian sampel sedimen diketahui beberapa jenis mineral yang terkandung secara dominan pada kedelapan sampel yang diuji. Mineral-mineral tersebut adalah kaolinite-2m, quartz,syn, quartz, kaolinit- 1A, calcite,syn, albite, kaolinite, pyrophylite. Besarnya persentasi kandungan mineral kaolinite pada sampel sedimen 1, 2 dan 3 yang tampak dari hasil analisis ini, disebabkan oleh tingginya kandungan komposisi senyawa (oksida) berupa Al2O3 yang dimiliki oleh sampelsampel tersebut. Hal ini tampak lebih jelas dari hasil analisis EDS, di mana persentase kandungan Al2O3 untuk sampel 1, 2, dan 3 secara berturut-turut adalah 20,78 wt%, 25,62 wt% dan 25,08 wt%. SIMPULAN Keadaan morfologi kedelapan sampel yang dianalisis dalam penelitian ini umumnya berbentuk lempengan dan gumpalan yang menadnung cacat dan ukuran yang bervariasi.

10 Rais Tutu, dkk., Studi Analisis Karakterisasi dan Mikrostruktur Mineral Sedimen Kandungan mineral pada sampel sedimen tersebut didominasi oleh mineral kaolinite dan quartz. DAFTAR RUJUKAN Suhartono, N. (2012). Pola Sistim Panas dan Jenis Geothermal dalam Estimasi Cadangan Daerah Kamojang. Jurnal Ilmiah MTG, Vol 5, No. 2, Juli, 3-4. Arsyad.R. (2002). Kebijakan Pemerintah Daerah Mengenai Potensi Panas Bumi dalam Memenuhi Kebutuhan Listrik di Sumatera Selatan. Sumatera Selatan: Dinas Pertambangan dan Pengembangan Energi Provinsi Sumatera Selatan. Arsyad, S. (2000). Konservasi Air dan Tanah. Bogor: IPB Press. Arsyad, M. (2002). Pengetahuan Tentang Bumi. Makassar: UNM Press. Subaer. (2012). Pengantar Fisika Geopolimer, Program Penulisan Buku Teks PerguruanTinggi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Makassar Zakaria. (2003). Analisis Kandungan Mineral Magnetik pada Batuan Beku daerah istimewa yogyakarta dengan metode X- Ray Diffraction. Kendari: Universitas Haluoleo: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

STUDI TENTANG PEMANFAATAN KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA PADA PROSES DESALINASI AIR LAUT DENGAN TEKNIK REVERSE OSMOSIS

STUDI TENTANG PEMANFAATAN KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA PADA PROSES DESALINASI AIR LAUT DENGAN TEKNIK REVERSE OSMOSIS JURNAL SAINS DAN PENDIDIKAN FISIKA (JSPF) Jilid 11 Nomor 1, April 2015 ISSN 1858-330X STUDI TENTANG PEMANFAATAN KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA PADA PROSES DESALINASI AIR LAUT DENGAN TEKNIK REVERSE OSMOSIS

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I DAFTAR ISI ABSTRAK... Error! Bookmark not ABSTRACT... Error! Bookmark not KATA PENGANTAR... Error! Bookmark not DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR ISTILAH... v DAFTAR SINGKATAN

Lebih terperinci

STUDI EKSTRAKSI RUTILE (TiO 2 ) DARI PASIR BESI MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO DENGAN VARIABEL WAKTU PENYINARAN GELOMBANG MIKRO

STUDI EKSTRAKSI RUTILE (TiO 2 ) DARI PASIR BESI MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO DENGAN VARIABEL WAKTU PENYINARAN GELOMBANG MIKRO STUDI EKSTRAKSI RUTILE (TiO 2 ) DARI PASIR BESI MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO DENGAN VARIABEL WAKTU PENYINARAN GELOMBANG MIKRO IGA A RI H IMANDO 2710 100 114 D O SEN P E MBIMBING SUNGGING P INTOWA N T ORO,

Lebih terperinci

sumber daya alam yang tersimpan di setiap daerah. Pengelolaan dan pengembangan

sumber daya alam yang tersimpan di setiap daerah. Pengelolaan dan pengembangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi sumber daya mineral yang sangat besar. Sumber daya mineral terbentuk melalui pembentukan pegunungan, aktivitas magma pada gunung api danproses

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap pembuatan magnet barium ferit, tahap karakterisasi magnet

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR TANAH PADA MATA AIR DUSUN SALENRANG KAWASAN KARST KABUPATEN MAROS

ANALISIS STRUKTUR TANAH PADA MATA AIR DUSUN SALENRANG KAWASAN KARST KABUPATEN MAROS Seminar Nasional dan Workshop Geofisika FMIPA Universitas Mulawarman 8-1 Desember 217, Samarinda ANALISIS STRUKTUR TANAH PADA MATA AIR DUSUN SALENRANG KAWASAN KARST KABUPATEN MAROS 1 Sulistiawaty, 2 Muhammad

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR TANAH PADA MATA AIR DUSUN SALENRANG KAWASAN KARST KABUPATEN MAROS

ANALISIS STRUKTUR TANAH PADA MATA AIR DUSUN SALENRANG KAWASAN KARST KABUPATEN MAROS Jurnal Geosains Kutai Basin Volume 1 Nomor 1, Februari 218 E-ISSN 2615-5176 ANALISIS STRUKTUR TANAH PADA MATA AIR DUSUN SALENRANG KAWASAN KARST KABUPATEN MAROS 1 Sulistiawaty, 2 Muhammad Arsyad, 3 Nasrul

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material FMIPA Unila, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

KARAKTERISASI LEMPUNG CENGAR TERAKTIVASI ASAM SULFAT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia

KARAKTERISASI LEMPUNG CENGAR TERAKTIVASI ASAM SULFAT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia KARAKTERISASI LEMPUNG CENGAR TERAKTIVASI ASAM SULFAT Nurpiyenti 1, Muhdarina 2, T. A. Amri 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Kimia 2 Bidang Kimia Fisika Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Efek Substitusi Semen dengan Limbah Padat Industri Pupuk PT. Petrokimia terhadap Kuat Lentur Genteng Beton di PT.

Efek Substitusi Semen dengan Limbah Padat Industri Pupuk PT. Petrokimia terhadap Kuat Lentur Genteng Beton di PT. Efek Substitusi Semen dengan Limbah Padat Industri Pupuk PT. Petrokimia terhadap Kuat Lentur Genteng Beton di PT. Varia Usaha Beton Oleh : Yultino Syaifullah F 3110030087 M. Rohim Lathiif 3110030091 Pembimbing

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Lumpur Sidoarjo

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Lumpur Sidoarjo BAB IV PEMBAHASAN Pada bagian ini penulis akan membahas hasil percobaan serta beberapa parameter yang mempengaruhi hasil percobaan. Parameter-parameter yang berpengaruh pada penelitian ini antara lain

Lebih terperinci

Analisis Struktur Kristal Pada Tanah di Sekitar Daerah Rammang-Rammang Kawasan Karst Maros

Analisis Struktur Kristal Pada Tanah di Sekitar Daerah Rammang-Rammang Kawasan Karst Maros G 113 SIMPOSIUM FISIKA NASIONAL 2014 (SFN XXVII), 16-17 Oktober 2014,Denpasar-Bali Analisis Struktur Kristal Pada Tanah di Sekitar Daerah Rammang-Rammang Kawasan Karst Maros Sulistiawaty 1, Muhammad Arsyad

Lebih terperinci

Kristalisasi Silika Xerogel dari Sekam Padi

Kristalisasi Silika Xerogel dari Sekam Padi JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 12 NOMOR 1 PEBRUARI 2016 Kristalisasi Silika Xerogel dari Sekam Padi M. Zamrun Firihu dan I Nyoman Sudiana Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

Pengaruh Polietilen Glikol (PEG) Terhadap Ukuran Partikel Magnetit (Fe 3 O 4 ) yang Disintesis dengan Menggunakan Metode Kopresipitasi

Pengaruh Polietilen Glikol (PEG) Terhadap Ukuran Partikel Magnetit (Fe 3 O 4 ) yang Disintesis dengan Menggunakan Metode Kopresipitasi Pengaruh Polietilen Glikol (PEG) Terhadap Ukuran Partikel Magnetit (Fe 3 O 4 ) yang Disintesis dengan Menggunakan Metode Kopresipitasi Irfan Nursa*, Dwi Puryanti, Arif Budiman Jurusan Fisika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian berikut: Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir Mulai Persiapan alat dan bahan Meshing 100 + AAS Kalsinasi + AAS

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1. Tahap Penelitian Penelitian ini terbagai dalam empat tahapan kerja, yaitu: a. Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan LSFO dan LSCFO yang terdiri

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

PENGARUH ORIENTASI AGREGAT SERAT BAMBU TERHADAP MORFOLOGI DAN KUAT LENTUR KOMPOSIT GEOPOLIMER BERBASIS METAKAOLIN

PENGARUH ORIENTASI AGREGAT SERAT BAMBU TERHADAP MORFOLOGI DAN KUAT LENTUR KOMPOSIT GEOPOLIMER BERBASIS METAKAOLIN 76 PENGARUH ORIENTASI AGREGAT SERAT BAMBU TERHADAP MORFOLOGI DAN KUAT LENTUR KOMPOSIT GEOPOLIMER BERBASIS METAKAOLIN Nurhayati, Subaer *, dan Nur Fadillah Pusat Penelitian Geopolimer - Lab. Fisika Material

Lebih terperinci

KARAKTERISASI ZEOLIT ALAM ASAL CIKALONG TASIKMALAYA

KARAKTERISASI ZEOLIT ALAM ASAL CIKALONG TASIKMALAYA KARAKTERISASI ZEOLIT ALAM ASAL CIKALONG TASIKMALAYA Oleh: Santhy Wyantuti, M.Si FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PADJADJARAN NOPEMBER 2008 ABSTRAK Analisa struktur mikro dan mineral

Lebih terperinci

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction Yuliani Arsita *, Astuti Jurusan Fisika Universitas Andalas * yulianiarsita@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal utama yang harus dimiliki seorang dokter gigi dalam menjalankan praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan restorasi yang sesuai

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI MAGNESIUM OKSIDA (MgO) DENGAN VARIASI MASSA PEG-6000

SINTESIS DAN KARAKTERISASI MAGNESIUM OKSIDA (MgO) DENGAN VARIASI MASSA PEG-6000 SINTESIS DAN KARAKTERISASI MAGNESIUM OKSIDA (MgO) DENGAN VARIASI MASSA PEG-6000 Peni Alpionita, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas, Padang Kampus Unand Limau Manis, Pauh Padang 25163 e-mail:

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -V 2 O 5 TESIS. ERFAN PRIYAMBODO NIM : Program Studi Kimia

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -V 2 O 5 TESIS. ERFAN PRIYAMBODO NIM : Program Studi Kimia PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -V 2 O 5 TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh ERFAN PRIYAMBODO NIM : 20506006

Lebih terperinci

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab ini memaparkan hasil sintesis, karakterisasi konduktivitas listrik dan struktur kirstal dari senyawa perovskit La 1-x Sr x FeO 3-δ (LSFO) dengan x = 0,2 ; 0,4 ; 0,5 ; 0,6

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISIS

BAB IV DATA DAN ANALISIS BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Karakterisasi Abu Ampas Tebu ( Sugarcane Ash ) 4.1.1 Analisis Kimia Basah Analisis kimia basah abu ampas tebu (sugarcane ash) dilakukan di Balai Besar Bahan dan Barang Teknik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012 26 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012 sampai Desember 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin menunjukan perkembangan, sarana dan prasarana pendukung yang terkait dengan kemajuan tersebut termasuk fasilitas peralatan

Lebih terperinci

PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA.

PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA. PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA. Ramlan 1, Masno Ginting 2, Muljadi 2, Perdamean Sebayang 2 1 Jurusan Fisika

Lebih terperinci

SYNTHESIS THIN LAYER ZnO-TiO 2 PHOTOCATALYSTS SOL GEL METHOD USING THE PEG (Polyethylene Glycol) AS SOLVENTS SCIENTIFIC ARTICLE

SYNTHESIS THIN LAYER ZnO-TiO 2 PHOTOCATALYSTS SOL GEL METHOD USING THE PEG (Polyethylene Glycol) AS SOLVENTS SCIENTIFIC ARTICLE SYNTHESIS THIN LAYER ZnO-TiO 2 PHOTOCATALYSTS SOL GEL METHOD USING THE PEG (Polyethylene Glycol) AS SOLVENTS SCIENTIFIC ARTICLE By NIM 061810301027 DEPARTEMENT OF CHEMISTRY THE FACULTY OF MATHEMATIC AND

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1 Diagram Alir Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dalam tiga bagian. Bagian pertama adalah penelitian laboratorium yaitu mensintesis zeolit K-F dari kaolin dan

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah

1 BAB I PENDAHULUAN. Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah industri baja. Peningkatan jumlah industri di bidang ini berkaitan dengan tingginya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Analisis Hasil Pengujian TGA - DTA Gambar 4.1 memperlihatkan kuva DTA sampel yang telah di milling menggunakan high energy milling selama 6 jam. Hasil yang didapatkan

Lebih terperinci

Hariadi Aziz E.K

Hariadi Aziz E.K IMMOBILISASI LOGAM BERAT Cd PADA SINTESIS GEOPOLIMER DARI ABU LAYANG PT. SEMEN GRESIK Oleh: Hariadi Aziz E.K. 1406 100 043 Pembimbing: Ir. Endang Purwanti S,M.T. Lukman Atmaja, Ph.D. MIND MAP LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI PYRITE (FeS 2 ) DARI DEPOSIT MINERAL KECAMATAN BONTOCANI, KABUPATEN BONE, SULAWESI SELATAN

SINTESIS DAN KARAKTERISASI PYRITE (FeS 2 ) DARI DEPOSIT MINERAL KECAMATAN BONTOCANI, KABUPATEN BONE, SULAWESI SELATAN SINTESIS DAN KARAKTERISASI PYRITE (FeS 2 ) DARI DEPOSIT MINERAL KECAMATAN BONTOCANI, KABUPATEN BONE, SULAWESI SELATAN Abdul Haris 1, Bunga Dara Amin, A. Momang Yusuf, Nurhasmi Jurusan Fisika, FMIPA Universitas

Lebih terperinci

Analisa Struktur dan Mineralogi Batuan dari Sungai Aranio Kabupaten Banjar

Analisa Struktur dan Mineralogi Batuan dari Sungai Aranio Kabupaten Banjar Analisa Struktur dan Mineralogi Batuan dari Sungai Aranio Kabupaten Banjar Sudarningsih 1, Totok Wianto 1, Dewi Amelia Widiyastuti 2 Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi mineral

Lebih terperinci

Afdal, Elio Nora Islami. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas, Padang

Afdal, Elio Nora Islami. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas, Padang KARAKTERISASI MAGNETIK BATUAN BESI DARI BUKIT BARAMPUANG, NAGARI LOLO, KECAMATAN PANTAI CERMIN, KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT (MAGNETIC CHARACTERIZATION OF IRON STONE OF BARAMPUANG HILL, NAGARI LOLO,

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SONOKIMIA

SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SONOKIMIA SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SONOKIMIA Astuti * dan Sulastriya Ningsi Laboratrium Fisika Material, Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus

Lebih terperinci

PREPARASI DAN KARAKTERISASI PADUAN SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,6 Te 0,4 ) DENGAN METODE BRIDGMAN MELALUI VARIASI WAKTU PEMANASAN

PREPARASI DAN KARAKTERISASI PADUAN SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,6 Te 0,4 ) DENGAN METODE BRIDGMAN MELALUI VARIASI WAKTU PEMANASAN Preparasi dan Karakterisasi.(Iin Astarinugrahini) 298 PREPARASI DAN KARAKTERISASI PADUAN SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,6 Te 0,4 ) DENGAN METODE BRIDGMAN MELALUI VARIASI WAKTU PEMANASAN PREPARATION AND CHARACTERIZATION

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan mutlak yang diperlukan dalam kehidupan manusia, serta ketersediaannya memberikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan mutlak yang diperlukan dalam kehidupan manusia, serta ketersediaannya memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan mutlak yang diperlukan dalam kehidupan manusia, serta ketersediaannya memberikan pengaruh besar terhadap kemajuan pembangunan. Meningkatnya

Lebih terperinci

: PEMBUATAN KERAMlK BERPORI CORDIERITE (2MgO. 2Ah03' 5SiOz) SEBAGAI BAHAN FILTER GAS. Menyetujui Komisi Pembimbing :

: PEMBUATAN KERAMlK BERPORI CORDIERITE (2MgO. 2Ah03' 5SiOz) SEBAGAI BAHAN FILTER GAS. Menyetujui Komisi Pembimbing : Judul Penelitian Nama NomorPokok Program Studi : PEMBUATAN KERAMlK BERPORI CORDIERITE (2MgO. 2Ah03' 5SiOz) SEBAGAI BAHAN FILTER GAS : SUDIATI : 037026011 : ILMU FISIKA Menyetujui Komisi Pembimbing : Anggota

Lebih terperinci

ISSN Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 4, Oktober 2016

ISSN Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 4, Oktober 2016 Pengaruh Konsentrasi NaOH pada Sintesis Nanosilika dari Sinter Silika Mata Air Panas Sentral, Solok Selatan, Sumatera Barat dengan Metode Kopresipitasi Hendro Susilo *, Ardian Putra, Astuti Laboratorium

Lebih terperinci

Studi Struktur Mikro dan Kuat Lentur Komposit Geopolimer Serat Bambu dengan Temperatur Curing Berbeda

Studi Struktur Mikro dan Kuat Lentur Komposit Geopolimer Serat Bambu dengan Temperatur Curing Berbeda JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 9, NOMOR 3 OKTOBER 2013 Studi Struktur Mikro dan Kuat Lentur Komposit Geopolimer Serat Bambu dengan Temperatur Curing Berbeda Vicran Zharvan, Muris, dan Subaer Pusat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung. Uji

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kinerjanya adalah pemrosesan, modifikasi struktur dan sifat-sifat material.

I. PENDAHULUAN. kinerjanya adalah pemrosesan, modifikasi struktur dan sifat-sifat material. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sintesis material, beberapa hal yang sangat berpengaruh dalam menentukan kinerjanya adalah pemrosesan, modifikasi struktur dan sifat-sifat material. Perbaikan kinerja

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU ALUR PEMANASANTERHADAP KUALITAS KRISTAL Sn(S 0,4 Te 0,6 ) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK BRIDGMAN

PENGARUH WAKTU ALUR PEMANASANTERHADAP KUALITAS KRISTAL Sn(S 0,4 Te 0,6 ) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK BRIDGMAN 286 Kristal Sn(S.4Te.6)... (Erda Harum Saputri) PENGARUH WAKTU ALUR PEMANASANTERHADAP KUALITAS KRISTAL Sn(S,4 Te,6 ) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK BRIDGMAN THE EFFECT OF FLOW HEATING TIME FOR CRYSTAL QUALITY

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK PADUAN LOGAM OKSIDA FE 2 O 3 DAN SLAG NIKEL

ANALISIS KARAKTERISTIK PADUAN LOGAM OKSIDA FE 2 O 3 DAN SLAG NIKEL ANALISIS KARAKTERISTIK PADUAN LOGAM OKSIDA FE 2 O 3 DAN SLAG NIKEL Wilson Jefriyanto Pendidikan Fisika Universitas Kristen Indonesia Toraja email: wjefriyanto@ukitoraja.ac.id ABSTRAK Telah dilakukan studi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISASI HASIL 4.1.1 Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam Pengujian untuk mengetahui densitas sampel pellet Abu vulkanik 9,5gr dan Al 2 O 3 5 gr dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

PENGARUH ATOM SULFUR PADA PARAMETER KISI KRISTAL MATERIAL SEL SURYA Cd(Se 1-x,S x ) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK BRIDGMAN

PENGARUH ATOM SULFUR PADA PARAMETER KISI KRISTAL MATERIAL SEL SURYA Cd(Se 1-x,S x ) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK BRIDGMAN PENGARUH ATOM SULFUR PADA PARAMETER KISI KRISTAL MATERIAL SEL SURYA Cd(Se 1-x,S x ) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK BRIDGMAN Ariswan Prodi Fisika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta E-mail : ariswan@uny.ac.id

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh H.K Onnes pada tahun 1911 dengan mendinginkan merkuri (Hg) menggunakan helium cair pada temperatur 4,2 K (Darminto dkk, 1999).

I. PENDAHULUAN. oleh H.K Onnes pada tahun 1911 dengan mendinginkan merkuri (Hg) menggunakan helium cair pada temperatur 4,2 K (Darminto dkk, 1999). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Superkonduktor merupakan material yang dapat mengalirkan arus listrik tanpa adanya hambatan atau resistansi (ρ = 0), sehingga dapat menghantarkan arus listrik tanpa kehilangan

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT DARI LIMBAH CANGKANG KERANG BULU (Anadara antiquata) SKRIPSI SRI ANUGRAH WATI

SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT DARI LIMBAH CANGKANG KERANG BULU (Anadara antiquata) SKRIPSI SRI ANUGRAH WATI SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROKSIAPATIT DARI LIMBAH CANGKANG KERANG BULU (Anadara antiquata) SKRIPSI SRI ANUGRAH WATI 100801026 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia Riset Material dan Makanan serta di Laboratorium

Lebih terperinci

AKTIVASI ABU LAYANG BATUBARA DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN TIMBAL DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ELEKTROPLATING

AKTIVASI ABU LAYANG BATUBARA DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN TIMBAL DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ELEKTROPLATING AKTIVASI ABU LAYANG BATUBARA DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN TIMBAL DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ELEKTROPLATING Widi Astuti 1, F. Widhi Mahatmanti 2 1 Fakultas Teknik, 2 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. material, antara lain sebagai komponen dari pembentukan gelas (Doweidar et al.,

I. PENDAHULUAN. material, antara lain sebagai komponen dari pembentukan gelas (Doweidar et al., 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Natrium oksida (Na 2 O) merupakan salah satu senyawa penting dalam ilmu material karena dibutuhkan dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan material, antara lain sebagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging optimal pada sintesis zeolit dari abu sekam padi pada temperatur kamar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebudayaan manusia. Menurut sejarah, keramik sudah dikenal oleh orang-orang

I. PENDAHULUAN. kebudayaan manusia. Menurut sejarah, keramik sudah dikenal oleh orang-orang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keramik merupakan produk kerajinan tertua yang tercatat dalam peradaban dan kebudayaan manusia. Menurut sejarah, keramik sudah dikenal oleh orang-orang Afrika Timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus

BAB I PENDAHULUAN. Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus dibayar oleh umat manusia berupa pencemaran udara. Dewasa ini masalah lingkungan kerap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. dibutuhkan suatu material yang memiliki kualitas baik seperti kekerasan yang

I. PENDAHULUAN. Seiring kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. dibutuhkan suatu material yang memiliki kualitas baik seperti kekerasan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin pesat, dibutuhkan suatu material yang memiliki kualitas baik seperti kekerasan yang tinggi, porositas yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan April sampai dengan bulan September 2013 di Laboratorium Kimia Riset Material dan Makanan serta di Laboratorium

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Cordierite adalah material zat padat dengan formula 2MgO.2Al 2 O 3.5SiO 2 yang

I PENDAHULUAN. Cordierite adalah material zat padat dengan formula 2MgO.2Al 2 O 3.5SiO 2 yang 1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cordierite adalah material zat padat dengan formula 2MgO.2Al 2 O 3.5SiO 2 yang terbentuk melalui reaksi antara MgO, Al 2 O 3, dan SiO 2. Berdasarkan penelitian

Lebih terperinci

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase Skripsi Sarjana Kimia Oleh WENI ASTUTI 07132011 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN KOMPOSISI KIMIA LAPIS TIPIS BAHAN SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,2 S 0.8 ) HASIL PREPARASI TEKNIK VAKUM EVAPORASI UNTUK APLIKASI SEL SURYA

STRUKTUR DAN KOMPOSISI KIMIA LAPIS TIPIS BAHAN SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,2 S 0.8 ) HASIL PREPARASI TEKNIK VAKUM EVAPORASI UNTUK APLIKASI SEL SURYA J. Sains Dasar 2015 4 (2) 198-203 STRUKTUR DAN KOMPOSISI KIMIA LAPIS TIPIS BAHAN SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,2 S 0.8 ) HASIL PREPARASI TEKNIK VAKUM EVAPORASI UNTUK APLIKASI SEL SURYA THE STRUCTURE AND CHEMICAL

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Produk keramik adalah suatu produk industri yang sangat penting dan berkembang pesat pada masa sekarang ini. Hal ini disebabkan oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK LISTRIK KERAMIK FILM Fe 2 O 3 DENGAN VARIASI KETEBALAN YANG DIBUAT DARI MINERAL LOKAL DI ATMOSFIR UDARA DAN ATMOSFIR ALKOHOL

KARAKTERISTIK LISTRIK KERAMIK FILM Fe 2 O 3 DENGAN VARIASI KETEBALAN YANG DIBUAT DARI MINERAL LOKAL DI ATMOSFIR UDARA DAN ATMOSFIR ALKOHOL KARAKTERISTIK LISTRIK KERAMIK FILM Fe 2 O 3 DENGAN VARIASI KETEBALAN YANG DIBUAT DARI MINERAL LOKAL DI ATMOSFIR UDARA DAN ATMOSFIR ALKOHOL Endi Suhendi 1, Hera Novia 1, Dani Gustaman Syarif 2 1) Jurusan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu ; preparasi

III. METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu ; preparasi III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu ; preparasi sampel dan uji sifat fisis akan dilakukan di Laboratorium Fisika Material

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Al yang terbentuk dari 2 (dua) komponen utama yakni silika ( SiO ) dan

I. PENDAHULUAN. Al yang terbentuk dari 2 (dua) komponen utama yakni silika ( SiO ) dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 3 3 Mullite ( AlO.SiO ) merupakan bahan keramik berbasis silika dalam sistem Al yang terbentuk dari (dua) komponen utama yakni silika ( SiO ) dan O3 SiO alumina ( Al

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. energi listrik. Pemanfaatan energi listrik terus berkembang tidak hanya berfokus

BAB I PENDAHULUAN. energi listrik. Pemanfaatan energi listrik terus berkembang tidak hanya berfokus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring pertumbuhan penduduk di dunia yang semakin meningkat, kebutuhan akan sumber energi meningkat pula. Termasuk kebutuhan akan sumber energi listrik. Pemanfaatan

Lebih terperinci

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP LOGO PRESENTASI TESIS STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP. 1109201006 DOSEN PEMBIMBING: Drs. Suminar Pratapa, M.Sc, Ph.D. JURUSAN FISIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

STRUKTUR KRISTAL DAN MORFOLOGI TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) POWDER SEBAGAI MATERIAL FOTOKATALIS

STRUKTUR KRISTAL DAN MORFOLOGI TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) POWDER SEBAGAI MATERIAL FOTOKATALIS STRUKTUR KRISTAL DAN MORFOLOGI TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) POWDER SEBAGAI MATERIAL FOTOKATALIS SKRIPSI Oleh : Ahsanal Holikin NIM 041810201063 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian 28 Bab III Metodologi Penelitian III.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terbagi dalam empat tahapan kerja, yaitu : Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan film tipis ZnO yang terdiri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di lab. Fisika Material, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM OKSIDA MENGGUNAKAN METODE XRF (X-RAY FLOURESCENCE) SARI BACAAN

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM OKSIDA MENGGUNAKAN METODE XRF (X-RAY FLOURESCENCE) SARI BACAAN ANALISIS KANDUNGAN LOGAM OKSIDA MENGGUNAKAN METODE XRF (X-RAY FLOURESCENCE) Jamaluddin 1,Muh.Altin Massinai 1, Dahlang Tahir 2 1 Program StudiGeofisika 2 Program Studi Fisika Fakultas MatematikadanIlmuPengetahuan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Karakterisasi Awal Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 sebagai bahan utama membran merupakan hasil pengolahan mineral pasir zirkon. Kedua serbuk tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan produk industri barang pecah belah, seperti perhiasan dari tanah, porselin, ubin, batu bata, dan lain-lain

Lebih terperinci

APLIKASI METODE SCA I G ELECTRO MICROSCOPY (SEM) DA X-RAY DIFFRACTIO (XRD) DALAM ME GA ALISIS LIMBAH PABRIK GULA X

APLIKASI METODE SCA I G ELECTRO MICROSCOPY (SEM) DA X-RAY DIFFRACTIO (XRD) DALAM ME GA ALISIS LIMBAH PABRIK GULA X APLIKASI METODE SCA I G ELECTRO MICROSCOPY (SEM) DA X-RAY DIFFRACTIO (XRD) DALAM ME GA ALISIS LIMBAH PABRIK GULA X Hamriani 1, Pariabti Palloan, Muhammad Arsyad Laboratorium Mikrostruktur Jurusan Fisika

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan penelitian yang dilakukan dalam tugas akhir ini secara umum adalah sebagai berikut Gambar 3.1 Tahapan Penelitian 3.2 Bahan dan Peralatan Bahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Agustus Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Agustus Penelitian 34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Agustus 2012. Penelitian dilakukan di beberapa tempat yaitu preparasi sampel dan uji fisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya akar sebagai penopang tumbuhnya tanaman dan penyuplai kebutuhan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu : preparasi sampel dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PENGARUH NANOPARTIKEL ZNO (SENG OKSIDA) TERHADAP KUAT TEKAN GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR METAKAOLIN

STUDI TENTANG PENGARUH NANOPARTIKEL ZNO (SENG OKSIDA) TERHADAP KUAT TEKAN GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR METAKAOLIN JURNAL SAINS DAN PENDIDIKAN FISIKA (JSPF) Jilid 11 Nomor 3, Desember 2015 ISSN 1858-330X STUDI TENTANG PENGARUH NANOPARTIKEL ZNO (SENG OKSIDA) TERHADAP KUAT TEKAN GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR METAKAOLIN Monica

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU MILLING TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNET DAN STRUKTUR KRISTAL PADA MAGNET BARIUM HEKSAFERIT SKRIPSI EKA F RAHMADHANI

PENGARUH WAKTU MILLING TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNET DAN STRUKTUR KRISTAL PADA MAGNET BARIUM HEKSAFERIT SKRIPSI EKA F RAHMADHANI PENGARUH WAKTU MILLING TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNET DAN STRUKTUR KRISTAL PADA MAGNET BARIUM HEKSAFERIT SKRIPSI EKA F RAHMADHANI 130801041 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

TINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN

TINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB III TINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN 3.1 Tambang Zeolit di Desa Cikancra Tasikmalaya Indonesia berada dalam wilayah rangkaian gunung api mulai dari Sumatera, Jawa, Nusatenggara, Maluku sampai Sulawesi.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumah tangga dan bahan bangunan, yang selanjutnya keramik tersebut dikenal

I. PENDAHULUAN. rumah tangga dan bahan bangunan, yang selanjutnya keramik tersebut dikenal 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada mulanya material keramik hanya dikenal sebatas untuk barang seni, peralatan rumah tangga dan bahan bangunan, yang selanjutnya keramik tersebut dikenal sebagai keramik

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI MASSA BAHAN TERHADAP KUALITAS KRISTAL SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,2 Te 0,8 ) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK BRIDGMAN

PENGARUH VARIASI MASSA BAHAN TERHADAP KUALITAS KRISTAL SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,2 Te 0,8 ) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK BRIDGMAN Pengaruh Variasi Massa... (Annisa Dyah ) 238 PENGARUH VARIASI MASSA BAHAN TERHADAP KUALITAS KRISTAL SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,2 Te 0,8 ) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK BRIDGMAN THE EFFECT OF MATERIAL MASS ON

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Slag (terak) merupakan limbah industri yang sering ditemukan pada proses

BAB I PENDAHULUAN. Slag (terak) merupakan limbah industri yang sering ditemukan pada proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Slag (terak) merupakan limbah industri yang sering ditemukan pada proses peleburan logam. Slag berupa residu atau limbah, wujudnya berupa gumpalan logam, berkualitas

Lebih terperinci

KARAKTERISASI MIKROSTRUKTUR FEROELEKTRIK MATERIAL SrTiO 3 DENGAN MENGGUNAKAN SCANNING ELECTRON MICROSCOPY (SEM)

KARAKTERISASI MIKROSTRUKTUR FEROELEKTRIK MATERIAL SrTiO 3 DENGAN MENGGUNAKAN SCANNING ELECTRON MICROSCOPY (SEM) KARAKTERISASI MIKROSTRUKTUR FEROELEKTRIK MATERIAL SrTiO 3 DENGAN MENGGUNAKAN SCANNING ELECTRON MICROSCOPY (SEM) Kaspul Anuwar 1, Rahmi Dewi 2, Krisman 2 1 Mahasiswa Program S1 Fisika FMIPA-Universitas

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR. Rendra Syam Mustopa Pembimbing : Dr. Ing. Doty Dewi Risanti, ST, MT

SEMINAR TUGAS AKHIR. Rendra Syam Mustopa Pembimbing : Dr. Ing. Doty Dewi Risanti, ST, MT SEMINAR TUGAS AKHIR Rendra Syam Mustopa Pembimbing : Dr. Ing. Doty Dewi Risanti, ST, MT 1 Bencana luapan lumpur panas Sidoarjo mengakibatkan kerugian yang cukup besar sehingga diperlukan pemanfaatan untuk

Lebih terperinci

KARAKTERISASI STRUKTUR MIKRO DAN STRUKTUR KRISTAL FILM TEBAL FETIO 3 DARI BAHAN MINERAL INDONESIA

KARAKTERISASI STRUKTUR MIKRO DAN STRUKTUR KRISTAL FILM TEBAL FETIO 3 DARI BAHAN MINERAL INDONESIA http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/gravity ISSN 2442-515x, e-issn 2528-1976 GRVITY Vol. 2 No. 2 (2016) KRKTERISSI STRUKTUR MIKRO DN STRUKTUR KRISTL FILM TEBL FETIO 3 DRI BHN MINERL INDONESI Yus Rama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen. Pembuatan serbuk CSZ menggunakan cara sol gel. Pembuatan pelet dilakukan dengan cara kompaksi dan penyinteran dari serbuk calcia-stabilized

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batu bara + O pembakaran. CO 2 + complex combustion product (corrosive gas + molten deposit

BAB I PENDAHULUAN. Batu bara + O pembakaran. CO 2 + complex combustion product (corrosive gas + molten deposit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemadaman listrik yang dialami hampir setiap daerah saat ini disebabkan kekurangan pasokan listrik. Bila hal ini tidak mendapat perhatian khusus dan penanganan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material dan Laboratorium Kimia Instrumentasi FMIPA Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS KANDUNGAN MINERAL PASIR PANTAI LOSARI KOTA MAKASSAR MENGGUNAKAN XRF DAN XRD.

ANALISIS KANDUNGAN MINERAL PASIR PANTAI LOSARI KOTA MAKASSAR MENGGUNAKAN XRF DAN XRD. 19 ANALISIS KANDUNGAN MINERAL PASIR PANTAI LOSARI KOTA MAKASSAR MENGGUNAKAN XRF DAN XRD Alimin 1,Maryono 2, dan Suriati Eka Putri 3 1,2,3 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Negeri

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 17 METODOLOGI PENELITIAN Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah KH 2 PO 4 pro analis, CaO yang diekstraks dari cangkang telur ayam dan bebek, KOH, kitosan produksi Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen laboratorium yang meliputi dua tahap. Tahap pertama dilakukan identifikasi terhadap komposis kimia dan fase kristalin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pada bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun 2012. Tempat penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

Penentuan Komposisi Serta Suhu Kalsinasi Optimum CaO Dari Batu Kapur Kecamatan Banawa

Penentuan Komposisi Serta Suhu Kalsinasi Optimum CaO Dari Batu Kapur Kecamatan Banawa Penentuan Komposisi Serta Suhu Kalsinasi Optimum CaO Dari Batu Kapur Kecamatan Determining The Composition and Optimum Calcination Temperature of CaO of Limestone Akbar Suhardin *), M. Syahrul Ulum, Darmawati

Lebih terperinci