RAHASIA METODE PEMECAHAN PERSOALAN BAB I PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RAHASIA METODE PEMECAHAN PERSOALAN BAB I PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 L RAHASIA KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL Lampiran III Keputusan Danpusdikajen Nomor : Kep / / / 2010 Tanggal 2010 METODE PEMECAHAN PERSOALAN BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Pemecahan persoalan adalah kegiatan yang diarahkan untuk mengatasi atau menghindari kesulitan. Pengetahuan terhadap dasar-dasar dan teknis pemecahan persoalan harus dimiliki oleh setiap orang terutama bagi seorang pimpinan, karena dalam tugasnya akan selalu menghadapi rangkaian persoalan yang harus dipecahkan sebelum suatu keputusan diambil. b. Kemampuan memecahkan persoalan dapat dilaksanakan bila yang bersangkutan mampu merumuskan masalah, menentukan pokok-pokok masalah sehingga dapat membuat langkah-langkah pemecahan masalah sesuai dengan kepentingan dan ruang lingkup tugas masing-masing. Namun sesuai jumlah waktu yang tersedia maka pengetahuan pemecahan persoalan lebih dituntut kepada kemahiran dan kemampuan penerapan dalam setiap tugas sehari-hari secara langsung dilapangan diharapkan langkah-langkah pemecahan persoalan harus menjadi kebiasaan dan bagian dari dirinya. 2. Maksud dan Tujuan. a. Maksud. Naskah Departemen ini disusun untuk dipergunakan oleh Gadik / Pasis pada proses belajar dan mengajar Pendidikan Diksarcab Ajen. b. Tujuan. Agar Perwira Siswa mengetahui tentang Metode Pemecahan Persoalan. RAHASA

2 2 3. Ruang Lingkup. Naskah Departemen ini meliputi penjelasan tentang metode pemecahan masalah yang disusun dengan tata urut sebagai berikut: a. Pendahuluan. b. Perumusan Judul c. Pokok-pokok masalah d. Langkah-langkah pemecahan masalah e. Evaluasi f. Penutup. BAB II PERUMUSAN JUDUL 4. Umum. Perumusan masalah merupakan langkah yang sangat penting karena langkah ini akan menentukan bagaimana persoalan/masalah ini dapat diselesaikan. Perumusan masalah pada hakekatnya merupakan perumusan pertanyaan yang jawabannya akan dicari melalui penelitian. Jawaban yang benar tidak mungkin diperoleh apabila pertanyaannya salah. Bab ini akan membahas sumber masalah, proses perumusan masalah. 5. Sumber Masalah. Masalah yang akan diteliti pertama-tama tentu saja diwarnai atau dibatasi oleh kerangka acuan seorang peneliti. Suatu masalah dapat ditinjau dari berbagai segi, dan segi pandangan seseorang ditentukan oleh ilmu atau disiplin yang dianutnya. Dengan kerangka acuan yang dimiliki, masalah- masalah yang dapat diteliti dapat dicari dalam kehidupan sehari-hari. Untuk dapat menemukan suatu masalah penelitian dari pengalaman atau kehidupan sehari-hari diperlukan kejelian yang cukup tinggi.

3 3 Melalui diskusi sering kali dapat dirumuskan suatu masalah yang berharga untuk diteliti. Melalui diskusi seperti ini, dapat diketahui bahwa suatu masalah yang sudah dirumuskan ternyata masih banyak mengandung kelemahan sehingga perlu diperbaiki. Perbaikan perumusannya kemudian didiskusikan lagi sehingga permasalahan dan perumusannya dapat dipertajam menjadi masalah yang benarbenar dapat serta bernilai dapat diteliti. Dalam menemukan suatu masalah yang akan diteliti, yang paling mungkin adalah membaca literatur, topik yang menarik perhatian dan kemudian mengkajinya akan dapat sangat membantu untuk dapat menemukan permasalahan yang perlu dan dapat diteliti. Sumber yang sangat penting dalam program membaca dalam rangka menemukan suatu masalah penelitian adalah jurnal. Jurnal sering memuat artikel yang membahas aspek. 6. Proses Perumusan Masalah. Dalam tahap perumusan masalah, kreatifitas seorang peneliti akan sangat membantu akan tetapi, karena tingkat kreatifitas orang tidak sama maka diperlukan suatu kerangka tentang prosedur yang sistematik untuk merumuskan masalah sebagai pedoman. Prosedur yang sistimatik dalam perumusan masalah menurut Wechsler, Reinharz dan Pobbin tahun 1976 tahap pertama adalah adanya kebutuhan yang dirasakan (Felt Need). Kebutuhan yang dirasakan ini akan menimbulkan keinginan untuk melakukan suatu penelitian sehingga telah pula diperoleh gambaran tentang masalah yang akan diteliti. Tahap kedua adalah mempersempit masalahnya sampai pada tingkat yang dapat ditangani oleh peneliti. Cara yang berguna dalam hubuingan ini adalah memikirkan variable yang akan diteliti. Langkah ketiga adalah memeriksa masalah yang akan diteliti dalam hubungannya dengan pengetahuan yang telah tersedia dan penelitian apa saja yang pernah dilakukan yang menyangku variable yang akan diteliti. Dalam hubungannya dengan perumusan masalah, Kerlinger (1986) mengemukakan tiga kriteria yaitu : a. Masalah harus menyatakan hubungan antara dua variable atau lebih b. Masalah harus dinyatakan secara jelas tanpa meragukan dalam bentuk pertanyaan. c. Masalah harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga dapat diuji secara empirik.

4 4 7. Evaluasi. a. Mengapa dalam tahap perumusan masalah, kreatifitas seorang peneliti akan sangat membantu?. b. Sebutkan tiga kriteria perumusan masalah yang di kemukakan oleh Kerlinger!. BAB III POKOK-POKOK MASALAH 8 Umum. Pokok-pokok masalah adalah bagian dari masalah yang apabila dipersempit lagi akan mendapat akar permasalahannya. Dua metode umum yang digunakan untuk mengetahui akar penyebab dari masalah, akan dibahas disini adalah Brainstorming, beertanya mengapa beberapa kali (Why-Why), dan diagram sebab akibat. 9. Brainstorming. Brainstorming membantu membangkitkan ide-ide alternatif dan persepsi dalam suatu tim kerja sama yang bersifat terbuka dan bebas. Brainstorming dapat digunakan berkaitan dengan hal-hal berikut : a. Menentukan penyebab yang mungkin dari masalah-masalah dalam proses dan atau solusi terhadap masalah-masalah itu. b. Memutuskan masalah apa (Atau kesempatan peningkatan apa) yang perlu diselesaikan. c. Anggota tim merasa bebas untuk berbicara dan menyumbangkan ide-ide kreatif mereka d. Menginginkan untuk menjaring sejumlah besar persepsi alternatif. e. Kreatifitas merupakan karakteristik Outcome yang diinginkan. f. Fasilitator dapat secara efektif mengelola tim kerjasama itu.

5 5 Untuk melaksanakan Brainstorming, dapat mengikuti langkah-langkah berikut : a. Menyatakan pertanyaan secara jelas. b. Semua anggota dari kelompok harus berpikir dan membuat catatancatatan c. Setiap ide atau respons yang diberikan oleh anggota kelompok tidak boleh dikritik atau tidak boleh diberi komentar. d. Setiap ide atau respons dari anggota kelompok dicatat tanpa memberikan komentar e. Setiap anggota kelompok diminta memberikan ide atau respons, tidak boleh ada satupun anggota kelompok yang tidak memberikan ide atau respons. f. Setiap anggota kelompok menyiapkan suatu rangking dari ide-ide atau respons yang diterima itu. g. Rangking individual itu terhadap ide-ide atau respons itu diperbandingkan. h. Memprioritaskan untuk memilih ide-ide terbaik dari berbagai ide atau respons yang dikemukakan itu 10. Bertanya Mengapa Beberapa Kali. (Why-Why). Konsep bertanya mengapa beberapa kali dapat digunakan untuk menemukan akar penyebab dari suatu masalah yang berkaitan dengan kualitas dari suatu proses. Bertanya mengapa beberapa kali akan mengarahkan kita untuk sampai pada penyebab masalah sehingga tindakan korektif yang sesuai pada akar pada penyebab masalah yang ditemukan itu akan menghilangkan masalah. Contoh penggunaan alat bertanya mengapa beberapa kali (why-why) ditunjukkan dalam tabel 9.A, tabel 9.B, dan tabel 9.C. Dari tabel 9.A kita mengetahui bahwa akar penyebab masalah peningkatan Unfanvorable material effeciency variance (melalui penyimpangan penggunaan aktual material terhadap penggunaan standart) Adalah belum adanya sistem pembelian yang baku seperti : Just in time purchasing, sehingga tindakan yang efektif adalah menetapkan dan melaksanakan sistem pembelian Just in time dengan menggunakan konsep Blanket Purchase Order (BPO).

6 6 Tabel 9.A Bertanya mengapa beberapa kali untuk menemukan akar penyebab masalah (observasi : Peningkatan unfavorable material efficiency variance) NO BERTANYA MENGAPA JAWABAN 1 Mengapa terjadi unfavorable material Sebab penggunaan aktual efficiency variable sebesar 20 %? material lebih besar dari pada 2. Mengapa penggunaan aktual material lebih besar dari pada standart yang ditetapkan? standart yang diterapkan Sebab terjadi scrap mateial sebesar 25 % 3. Mengapa terjadi scrap material sebesar 25 %? 4. Mengapa material yang digunakan berasal dari pemasok lain? 5. Mengapa terjadi kehabisan material ketika memesan kepada pemasok standar? 6. Mengapa sistim pembelian material hanya berdasarkan kepada kebutuhan saat tertentu saja : Sebab material yang digunakan berasal dari pemasok lain. Sebab terjadi kehabisan material ketika memesan kepada pemasok yang biasa memasok material standar. Sebab sistem pembelian material selama ini hanya berdasarkan kepada kebutuhan saat itu. Sebab belum ada kebijaksanaan manajemen berkaitan dengan sistem pembelian material Just In Time (JIT Purchasing ) Tabel 9.B. Bertanya mengapa beberapa kali untuk menemukan akar penyebab masalah (observasi : Mesin sering macet) NO BERTANYA MENGAPA JAWABAN 1 Mengapa mesin sering macet? Sebab sekring sering putus karena beban terlalu besar 2. Mengapa beban terlalu besar? Sebab pemberian pelumas tidak cukup Mengapa pemberian minyak pelumas tidak 3. cukup? Mengapa pompa penyalur minyak pelumas tidak bekerja dengan baik? Mengapa sumbu pompa tidak berfungsi? Sebab pompa penyalur minyak pelumas tidak bekerja dengan baik Sebab sumbu pompa tidak berfungsi. Sebab minyak pelumas kotor masuk ke dalamnya.

7 7 Dari tabel 9.B diketahui bahwa akar penyebab masalah kemacetan mesin sehingga menurunkan produktivitas mesin adalah, masalahnya minyak pelumas kotor kedalam pompa itu, sehingga tindakan yang efektif adalah memasang jaringan (Filter) pada pompa pemberi pelumas. Tabel 9.C Bertanya mengapa beberapa kali untuk menemukan akar penyebab masalah (observasi : Penjualan Menurun) NO BERTANYA MENGAPA JAWABAN 1 Mengapa penjualan menurun sebesar 12 Sebab kita menjual lebih sedikit % dalam kuartal pertama? produk, sementara harga tetap. 2. Mengapa kita menjual lebih sedikit produk? 3. Mengapa biaya untuk iklan berkurang 25 %? 4. Mengapa proposal anggaran tidak diterima tepat waktu? Sebab biaya untuk iklan berkurang sebesar 25 %. Sebab proposal anggaran yang diminta tidak diterima tepat waktu. Sebab manajer periklanan tidak ada. 5. Mengapa manajer periklanan tidak ada? Sebab posisi itu tidak ditempati sejak departemen periklanan dibuka. Dari tabel 9.C kita mengetahui bahwa akar penyebab masalah penjualan menurun adalah posisi manajer periklanan belum ditempati, sehingga tindakan yang efektif adalah menempatkan atau mengangkat manajer periklanan agar menempati posisi pada departemen itu. 11. Evaluasi. a. Sebelum kita memecahkan masalah kita harus menemukan sumber masalah. Bagaimana anda dapat menemukan sumber masalah?. b. Sebutkan dan jelaskan proses perumusan masalah menurut wechsler, Reinherz dan Robbin tahun 1976!. c. Dalam menentukan pokok-pokok masalah maka dapat kita gunakan Brainstorming. Sebutkan kegunaan dari Brainstorming.

8 8 BAB IV LANGKAH-LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 12 Umum. Dalam proses penyelenggaraan pemecahan persoalan, pentahapannya secara umum dapat kita bagi dalam langkah-langkah sebagai berikut : mengenali masalah, mengumpulkan data, mengolah dan menganalisa data, memilih dan menetapkan cara bertindak yang terbaik, serta mengajukan saran. 13. Mengenali Masalah. Dalam setiap perkiraan yang kita lakukan langkah pertama dan terpenting adalah mengenali masalah serta menetapkan tujuan pemecahannya. Perumusan tujuan (pemecahan masalah) yang keliru atau berbeda akan menghasilkan konsep pemecahan yang berbeda pula. Langkah-langkah dalam menganalisa masalah adalah sebagai berikut : a. Mengidentifikasi masalah. Hal ini dilakukan sumber dengan usaha menemukan kerawanan maupun sumber kerawanan tersebut. Untuk itu dapat kita mulai dengan mempelajari hakekat dan apa yang menjadi tugas komandan atau satuan, serta bagian mana yang menjadi tugas kita sendiri. Dengan menggambarkan hubungan kerja yang berlaku termasuk fungsi-fungsi dan pembagian tugas masing-masing unsur dapat membantu kita menemukan kerawanan tersebut. Untuk itu kita dapat menggunakan antara lain pertanyaan-pertanyaan dibawah ini : 1) Adakah kesulitan yang dirasakan dalam pelaksanaan tugas? (kurang lancar, keliru, tidak dilaksanakan dengan tepat dsb). 2) Apakah kira-kira yang menyebabkan kesulitan itu? 3) Mengapa saya berkepentingan dalam masalah ini? 4) Hal apakah yang menarik perhatian pimpinan/komandan saya dalam masalah ini? b. Menganalisa Masalah. Setelah kita temukan kerawanan-kerawanan itu lebih lanjut kita mencari apa yang menyebabkan kerawanan tersebut. Sumber kerawanan mungkin hanya satu tapi biasanya lebih dari satu. Dalam

9 9 menghadapi masalah yang rumit mungkin perlu dilakukan penelitian dahulu secara lebih seksama untuk menentukan hubungan antara masalah atau kesulitan dengan sumber penyebabnya. c. Membatasi masalah. Dalam rangka mengenali masalah ini, langkah selanjutnya adalah membatasi diri mana yang : 1) Menjadi tanggung jawab kita. 2) Dalam batas wewenang pengawasan pimpinan/komandan kita. d. Merumuskan Masalah. Setelah mengetahui sumber dari masalah dan memperhatikan pula pembatasan sesuai dengan tanggung jawab maupun wewenbang kita, selanjutnya kita perlu membuat suatu perumusan yang dapat disusun dalam bentuk pertanyaan : Bagaimana menghilangkan kerawanankerawanan itu?. 14. Mengumpulkan Data. a. Setelah masalahnya dirumuskan, lanhkah berikutnya adalah melakukan pengumpulan data yang berhubungan dengah masalah tersebu. Teknik yag digunakan untuk pengumpulan data dapat dengan cara mempelajari atau meneliti laporan, naskah, petunjuk program dan sumber tertulis lainnya, tapi juga dengan penyebaran angket, cheklist, mengadakan wawancara atau pengamatan. Dalam rangka pengumpulan data ini kita juga perlu mengadakan diskusi dan bertukar pikiran dengan atasan, rekan-rekan perwira staf maupun dengan komandan eselon bawahan. b. Keterangan atau data yang kita peroleh lebih lanjut kita adakan penggolongan sesuai dengan sifatnya yaitu fakta ataukah dugaan, juga digolongkan menurut tingkat kepentingannya terhadap pemecahan masalah, yaitu : yang bersifat mutlak, penting atau berfaedah. Untuk ini jangan luma diperhitungkan tentang biaya, ruang lingkup kegiatan dan waktu maupun tradisi yang sudah berlaku dalam sesuatu lingkungan karena halhal tersebut sangat berpengaruh terhadap kelancaran pemecahan masalah.

10 10 Doktrin, keputusan dan peraturan yang berlaku dijadikan dasar untuk memecahkan masalah yang bersangkutan. c. Setelah data terkumpul kita perlu mengadakan evaluasi dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut : 1) Apakah data itu (benar) ada hubungannya dengan masalah yang dibahas? 2) Apakah data yang bersangkutan merupakan fakta ataukah keterangan yang masuk akal? 3) Apakah data yang bersangkutan masih segar? 4) Apakah data yang diperoleh sudah cukup untuk membahas yang bersangkutan?. 5) Apakah data itu sudah meliputi semua aspek yang kita perlukan? 15. Mengolah Data dan Mencatat Kemungkinan Pemecahannya. Babak ini merupakan babak yang paling sulit karena disini kita dituntut secara kreatif, artinya dapat menghubung-hubungkan unsur yang kita ketahui dengan kecenderungan maupun konsep pemecahannya kedalam suatu pola pikir yang baru dan berfaedah. Disini daya imajinasi seseorang kadang-kadang lebih menonjol dari pada pengetahuannya. Mengenai pengembangan cara berpikir kreatif ini ada dua hal yang perlu kita ketahui yaitu : tentang hambatan-hambatan yang sering mempengaruhi daya kreasi kita, dan bagaimana meningkatkan daya kreasi tersebut. Hal-hal yang menghamnbat pengembangan daya kreasi antara lain adalah sebagai berikut : a. Kebiasaan. Pengamatan kita terhadap sesuatu sangat erat dengan pengalaman atau latar belakang pengetahuan kita. Biasanya pikiran kita tidak menangkap semua yang kita lihat, tapi lebih cenderung mencatat apa yang berkenan dihati kita. Biasanya kita hanya mau melihat hal yang enak-enak saja. Cara yang dapat dikembangkan untuk menjamin kebiasaan kita menangkap masalah disekitar kita adalah antara lain dengan :

11 11 1) Senantiasa berusaha mencari jawaban terhadap berbagai pertanyaan yang ti,mbul dalam pikiran kita. 2) Berusaha untuk mendapat gambaran yang menyeluruh mengenai suatu persoalan. b. Rasa Takut. Biasanya orang tidak berani melakukan suatu karya pemba-haruan (atau perombakan) karena orang takut gagal yang akan berarti menyangkut nama baik atau prestasinya. Akibatnya orang cenderung orang bersikap netral atau menunggu, dengan kata lain tidak aktif. Dengan senantiasa berusaha melakukan persiapan yang sebaik-baiknya atau merencanakan sesuatu secara matang sebelum melakukan sesuatu, kita akan dapat memperkecil resiko kegagalan dan sekaligus meningkatkan rasa percaya akan diri sendiri serta kemungkinan mendapat sukses. c. Prasangka. Prasangka adalah suatu penilaian yang terburu-buru terhadap sesuatu persoalan tanpa kita mengetahui semua fakta yang bertalian dengan persoalan itu. Secara sadar atau tidak, sering kali kita terlalu dikuasai oleh lingkungan atau pergaulan dimana kita cenderung mengikuti saja atau membenarkan apa kata orang. Prasangka sering membuat kita buta terhadap masalah kita sebenarnya, karena yang kita jadikan sasaran adalah orang lain bukannya masalah atau persoalan. Kita akan dapat menghilangkan kebiasaan berprasangkaan ini apa bila kita mau melakukan komunikasi dan mendistribusikan masalah serta beritikad baik untuk mencari pemecahan bagi persoalan yang bersangkutan. d. Harga Diri. Sering kali kita cenderung untuk mempertahankan pendapat atau keputusan sendiri dan tidak mau mendengarkan pendapat orang lain, terlebih-lebih kalau pendapat orang lain itu berlawanan dengan pendapat kita. Untuk mengatasi hambatan ini kita perlukan membiasakan diri untuk bersikap lebih terbuka dan mau mempertimbangkan pendapat orang lain. e. Sifat Lamban. Apabila seseorang cenderung menolak perubahan mengenai keadaan atau lingkungan meskipun ia sadar bahwa ada masalah

12 12 tertentu, orang tersebut mempunyai kecenderungan bersifat ragu-ragu atau lamban sekalipun ia mempunyai cukup pengetahuan atau kemampuannya. Sifat lambat merupakan hambatan yang dapat kita atasi dengan membiasakan diri mencari/menemukan konsep pemecahan bagi setiap persoalan yang timbul disertai keberanian untuk tampil kedepan. Kita wajib berusaha untuk mengenali kelemahan kita yang menjadi penghambat daya kreasi seperti yang disebutkan diatas selama kita tidak bersungguh-sungguh berusaha mengatasi hambatan itu, akan senantiasa sukar bagi kita untuk mengembangkan cara-cara berfikir yang kreatif dalam diri kita. Salah satu cara untuk meningkatkan daya kreasi dan kemampuan membentuk gagasan-gagasan baru adalah dengan mencurahkan semua buah pikiran yang timbul atau melintas dalam benak kita tanpa diolah terlebih dahulu. Teknik ini telah dikenal dengan istilah Brainstorming. Untuk mengembangkan teknik ini dapat digunakan beberapa petunjuk beberapa petunjuk sebagai berikut : 1) Jangan kita persoalkan apakah gagasan itu benar atau salah. Analisa terhadap gagasan itu sendiri kita lakukan pada taha kemudian. 2) Curahkan semua gagasan yang timbul dalam pikiran kita, dan catat sedemikian rupa agar mudah kita mempelajarinya kembali dikemudian. 3) Utamakan kecepatan memperoleh gagasan dari pada ketelitian atau kebenarannya. Dengan jumlah gagasan yang lebih banyak memungkinkan kita untuk menemukan jawaban yang tepat bagi suatu persoalan. 4) Bersikaplah terbuka dan terimalah gagasan orang lai sekalipun gagasan itu mirip dengan gagasan kita, ataupun tampaknya berlawanan dengan pendapat kita. Pendapat orang lain sering kali memberikan kepada kita dorongan bagi timbulnya gagasan-gagasan baru. 16. Memilih Cara Bertindak yang Terbaik. a. Dalam rangka menilik kemungkinan pemecahan atau cara bertindak, dalam melakukan analisa kita dapat menggunakan pedoman sebagai berikut :

13 13 1) Apakah waktunya sudah tepat untuk mengadakan perubahan baru? 2) Apakah keputusan yang akan diambil ini dapat berlaku lama? 3) Berapa banyak dukungan atau pengeluaran yang diperlukan untuk melaksanakan keputusan yang baru itu? (biaya, tenaga, waktu dsb). 4) Dibandingkan dengan hasil yang dapat dicapai sekarang ini, apakah hasil yang diharapkan itu sepadan dengan besarnya biaya dan tenaga yang harus kita keluarkan? 5) Apakah cara pemecahan (yang akan disarankan ini) dapat diterima oleh Komandan? Kita harus dapat memperkirakan apa yang kemungkinan besar dapat diterima oleh Komandan dan apa yang pasti ditolaknya. Komandan adalah orang pertama yang harus dapat kita yakinkan tentang perlunya pemecahan terhadap sesuatu masalah, baru kemudian dikembangkan bersama para perwira staf lainnya. b. Dengan menggunakan pedoman tersebut diatas, kita akan dapat mengetahui cara bertindak mana yang dapat kita pertimbangkan lebih lanjut dalam pemecahan persoalan yang dihadapi dan mana yang harus kita tinggalkan karena kurang memenuhi syarat. c. Langkah berikutnya adalah menelaah untung rugi dari masing-masing kemungkinan cara bertindak, umpamanya dengan menguraikan sebagai berikut : Cara bertindak atau kemungkinan 1) Uraian/rumusan cara bertindak :.. 2) Keuntungan-keuntungannya :.. 3) Kerugian-kerugiannya :.. d. Langkah berikutnya adalah mengadakan perbandingan terhadap kemungkinan-kemungkinan tersebut diatas dengan menilai keuntungan dan kerugiannya masing-masing. Melalui pembahasan tersebut kita akan dapat menentukan kemungkinan manakah yang mengandung resiko yang terkecil, untuk selanjutnya kita sarankan kepada komandan.

14 14 e. Mengajukan saran. Dalam rangka mengajukan saran cara bertindak kepada Komandan, kita dapat menggunakan teknik penulisan tertentu umpamannya : Telaahan Staf atau perkiraan keadaan. Dalam mengajukan saran kepada Komandan itu perlu diingat hal-hal sebagai berikut : 1) Komandan adalah orang yang sibuk, waktu beliau terbatas dan berharga karena banyuak tugas lain yang menunggu. Sajikan saransaran itu secara ringkas tetapi berisi janhgan bertele-tele. 2) Yakinkan Komandan tentang saran tersebut dengan mengemukakan beberapa cara bertindak, masing-masing dengan untung ruginya. 3) Nyatakan alasan saudara dan apa yang menjadi latar belakang pemecahan persoalan tersebut. 4) Kita harus siap untuk memperinci lebih lanjut apabila Komandan memintanya. 17. Evaluasi. a. Sebutkan langkah-langkah dalam pemecahan masalah. b. Sebutkan langkah-langkah dalam menganalisa masalah. c. Sebutkan hal-hal yang menghambat pengembangan daya kreasi

15 15 BAB VI EVALUASI AKHIR PELAJARAN ( Bukan Naskah Ujian ) 18. Evaluasi Akhir. a. Dalam memecahkan suatu permasalahan kita harus dapat menemukan sumber masalah. Jelaskan bagaimana sumber masalah itu dapat diketahui!. b. Sebutkan kegunaan Brainstorming dalam menentukan pokok-pokok masalah dan berikan contoh dengan menggunakan pertanyaan mengapa beberapa kali!. c. Sebutkan dan jelaskan dalam langkah-langkah pemecahan masalah. d. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Metode Pemecahan Masalah!. e. Persyaratan apa yang harus dimiliki seseorang agar dapat segera mengetahui tentang adanya masalah/persoalan. f. Jelaskan apa yang dimaksud bahwa sesuatu masalah itu menjadi masalah bagi seseorang!. g. Jelaskan persamaan dan perbedaan antara masalah dan persoalan!. h. Sebelum kita memecahkan masalah kita harus menemukan sumber masalah. Bagaimana anda dapat menemukan sumber masalah?. i. Sebutkan dan jelaskan proses perumusan masalah menurut wechsler, Reinherz dan Robbin tahun 1976!. j. Dalam menentukan pokok-pokok masalah maka dapat kita gunakan Brainstorming. Sebutkan kegunaan dari Brainstorming!

16 RAHASIA k. Dalam rangka menilik kemungkinan pemecahan atau cara bertindak, dalam melakukan analisa kita dapat menggunakan beberapa pedoman. Sebutkan pedoman-pedoman tersebut! BAB VI PENUTUP 19. Penutup. Demikian Naskah Departeman tentang metode pemecahan persoalan ini disusun untuk bahan ajaran bagi Gadik dan Serdik dalam proses belajar mengajar pada pendidikan Diksarcab Ajen. RAHASIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kreativitas Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda sesuai sudut pandang masing-masing. Menurut Semiawan kreativitas adalah suatu kemampuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa Indonesia secara umum mempunyai fungsi sebagai alat komunikasi sosial. Pada dasarnya bahasa erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Manusia sebagai anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan mampu berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan siswa berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Deskripsi Pra Siklus Pada SMK Telekomunikasi Tunas Harapan terdapat tiga orang pengajar yang mengajar pada kosentrasi TKJ (Teknik Koputer

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruggiero (Johnson, 2007:187) mengartikan berfikir sebagai segala aktivitas mental

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruggiero (Johnson, 2007:187) mengartikan berfikir sebagai segala aktivitas mental II. TINJAUAN PUSTAKA A. Berpikir Kritis Ruggiero (Johnson, 2007:187) mengartikan berfikir sebagai segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau memecahkan masalah, membuat keputusan, atau memenuhi

Lebih terperinci

TEKNIK & ETIKA DISKUSI ILMIAH.

TEKNIK & ETIKA DISKUSI ILMIAH. TEKNIK & ETIKA DISKUSI ILMIAH Bambang Sulistyo, S.Pd., M.Eng. Bambang Sulistyo, S.Pd., M.Eng. bambangsulistyo@yahoo.com PENDAHULUAN Kata moral atau moralitas sering digunakan secara sinonim dengan kata

Lebih terperinci

STUDENT CENTER LEARNING. OLEH : LISA TRINA ARLYM, SST., M.Keb

STUDENT CENTER LEARNING. OLEH : LISA TRINA ARLYM, SST., M.Keb STUDENT CENTER LEARNING OLEH : LISA TRINA ARLYM, SST., M.Keb CERAMAH ILLUSTRATIF DISKUSI STUDI KASUS PENUGASAN PRESENTASI ELEARNING (INTERNET LIBRARY) CERAMAH ILUSTRATIF Metode ceramah yang berasal dari

Lebih terperinci

DCH2G3 TEKNIK PRESENTASI DAN PELAPORAN

DCH2G3 TEKNIK PRESENTASI DAN PELAPORAN DCH2G3 TEKNIK PRESENTASI DAN PELAPORAN Tujuan Khusus Pembelajaran Setelah interaksi pembelajaran, diharapkan mahasiswa dapat: 1. Mengenal metoda ilmiah penelitian 2. Mengetahui mencari ide penelitian 3.

Lebih terperinci

LAMPIRAN: STRUKTUR ORGANISASI SUMBER BAHAGIA PRINTING. Pemilik

LAMPIRAN: STRUKTUR ORGANISASI SUMBER BAHAGIA PRINTING. Pemilik 45 LAMPIRAN: STRUKTUR ORGANISASI SUMBER BAHAGIA PRINTING Pemilik Bagian admin Bagian desain Bagian produksi Keterangan: Pemilik membawahi karyawan bagian administrasi, desain dan bagian produksi. Dan pemilik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Ninah Hasanah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Ninah Hasanah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kegiatan membaca memegang peranan yang sangat penting untuk pemerolehan pengetahuan. Nurgiyantoro mengungkapkan (2001:247), dalam dunia pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanggapan, maupun respon positif dari orang lain. ditunjukkan kepada orang lain), membuat pendengar memahami yang

BAB I PENDAHULUAN. tanggapan, maupun respon positif dari orang lain. ditunjukkan kepada orang lain), membuat pendengar memahami yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orang yang memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif akan selalu mudah menyampaikan dan menerima pesan atau ide terhadap orang lain dalam segala hal dengan

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN Oleh Drs. Dedi Koswara, M.Hum.

KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN Oleh Drs. Dedi Koswara, M.Hum. KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN Oleh Drs. Dedi Koswara, M.Hum. A. PENDAHULUAN Setiap orang adalah pemimpin. Setiap pemimpin tentu memiliki pribadi dan kepemimpinan. Inti dari kepemimpinan adalah pengmbilan

Lebih terperinci

C. Macam-Macam Metode Pembelajaran

C. Macam-Macam Metode Pembelajaran A. Pengertian Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau

Lebih terperinci

IV. KARYA ILMIAH DAN TEKNOLOGI PRAKTIKAL

IV. KARYA ILMIAH DAN TEKNOLOGI PRAKTIKAL Karya Ilmiah dan Teknologi Praktikal IV. KARYA ILMIAH DAN TEKNOLOGI PRAKTIKAL Peneliti melaksanakan penelitian pada UKP lingkup Badan Litbang Pertanian/Kementerian Pertanian, bertujuan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOLABORATIF DAN BERBAGAI IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH

PEMBELAJARAN KOLABORATIF DAN BERBAGAI IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH PEMBELAJARAN KOLABORATIF DAN BERBAGAI IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH Oleh Yusman Wiyatmo Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta ABSTRAK Tulisan ini akan memaparkan kajian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, oleh karena itu setiap manusia tidak lepas dari kontak sosialnya dengan masyarakat, dalam pergaulannya

Lebih terperinci

MENJADI GURU YANG KREATIF. Oleh: Mami Hajaroh PPM pada Guru TK ABA Sleman Yka.

MENJADI GURU YANG KREATIF. Oleh: Mami Hajaroh PPM pada Guru TK ABA Sleman Yka. MENJADI GURU YANG KREATIF Oleh: Mami Hajaroh PPM pada Guru TK ABA Sleman Yka. Pendahuluan Guru merupakan barisan terdepan bagi percapaian tujuan pendidikan. Ditangan para gurulah anak dididik sejak pagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil belajar merupakan tujuan proses pembelajaran yang terdiri dari 3 ranah yaitu kognitif, afektif, psikomotoris. Ranah kognitif (cognitive) berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No.10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No.10 tahun 1998 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini bank memiliki peranan yang strategis dalam menunjang roda perekonomian. Bank sebagai lembaga keuangan, merupakan wadah yang menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

Pertemuan 2 KARAKTERISTIK INDIVIDU BERFIKIR KREATIF

Pertemuan 2 KARAKTERISTIK INDIVIDU BERFIKIR KREATIF Pertemuan 2 KARAKTERISTIK INDIVIDU BERFIKIR KREATIF Kerangka Kerja Berpikir Efektif : Tahapan dalam berfikir efektif terdiri dari : 1. Tahap Menganalisis. Menguraikan kedalam bagian-bagian; membagi suatu

Lebih terperinci

ADJOURNING BAB I PENDAHULUAN

ADJOURNING BAB I PENDAHULUAN ADJOURNING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelompok merupakan kesatuan unit yang terkecil dalam masyarakat. Individu merupakan kesatuan dari kelompok tersebut. Anggota kelompok tersebut merupakan individu-individu

Lebih terperinci

ARTIKEL MOTIVASI BELAJAR DARI KELUARGA TIKUS..!!! Sebuah Renungan dalam Mengambil Keputusan

ARTIKEL MOTIVASI BELAJAR DARI KELUARGA TIKUS..!!! Sebuah Renungan dalam Mengambil Keputusan ARTIKEL MOTIVASI BELAJAR DARI KELUARGA TIKUS..!!! Sebuah Renungan dalam Mengambil Keputusan Ini bukan cerita tentang keluarga Stuart Little, ini tentang sebuah keluarga tikus dengan 8 anaknya yang masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengaplikasikan materi ajar yang didapatnya di kelas ke dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengaplikasikan materi ajar yang didapatnya di kelas ke dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional adalah menjamin mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional adalah menjamin mutu pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional adalah menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

Lebih terperinci

MENUMBUHKEMBANGKAN DAN MENGELOLA KREATIVITAS PENELITIAN

MENUMBUHKEMBANGKAN DAN MENGELOLA KREATIVITAS PENELITIAN MENUMBUHKEMBANGKAN DAN MENGELOLA KREATIVITAS PENELITIAN Oleh : Suhandoyo, MS *) (* Dosen FMIPA UNY, Makalah disampaikan dalam forum pembinaan karya tulis ilmiah mahasiswa Fak. Sains dan Teknologi, UIN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika LAMPIRAN 66

Perpustakaan Unika LAMPIRAN 66 LAMPIRAN 66 LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN A-1 Skala Kepercayaan Diri Remaja Putri Overweight 67 PETUNJUK PENGISIAN SKALA 1. Tulislah terlebih dahulu identitas diri anda. 2. Bacalah setiap pernyataan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk kemajuan pembangunan. Salah satu lembaga pendidikan yang penting adalah perguruan tinggi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses

BAB II KAJIAN TEORITIS. Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori 1. Kemampuan Berpikir Kritis Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran terutama dalam pembelajaran matematika, salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Percetakan Sinar Pandawa Usaha percetakan Sinar Pandawa dimulai pada tahun 1995. Percetakan ini didirikan oleh Bp Nicodemus Raharja bersama istrinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Motivasi merupakan masalah yang sangat penting dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Motivasi merupakan masalah yang sangat penting dalam setiap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Motivasi merupakan masalah yang sangat penting dalam setiap organisasi atau perusahaan baik pemerintah maupun swasta untuk bekerja sama dalam rangka mencapai

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian anak, baik di luar dan di dalam sekolah yang berlangsung seumur hidup. Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri untuk bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul dari lingkungan.

Lebih terperinci

Petunjuk Pengisian. Contoh : No Pernyataan SS S TS STS 1. Saya termasuk orang yang tidak mudah putus asa

Petunjuk Pengisian. Contoh : No Pernyataan SS S TS STS 1. Saya termasuk orang yang tidak mudah putus asa 92 Petunjuk Pengisian 1. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama, kemudian berilah pernyataan yang sesuai dengan diri anda. 2. Berilah tanda ( ) pada kolom pernyataan yang sesuai dengan diri anda, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa tersebut mempunyai. hubungan yang erat satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa tersebut mempunyai. hubungan yang erat satu dengan lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempergunakan bahasa sebagai alat komunikasi dalam kehidupan. Bahasa sebagai milik manusia menjadi salah satu cirri pembeda antara manusia dengan mahluk

Lebih terperinci

SKALA I. 1 Saya suka menawarkan barang baru dalam usaha saya. 3 Saya malas mencari ide ide baru untuk usaha saya

SKALA I. 1 Saya suka menawarkan barang baru dalam usaha saya. 3 Saya malas mencari ide ide baru untuk usaha saya SKALA I No Pernyataan SS S TS STS 1 Saya suka menawarkan barang baru dalam 2 Kondisi perekonomian yang sulit menyebabkan usaha saya gagal 3 Saya malas mencari ide ide baru untuk 4 Saya sendiri yang menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Organisasi merupakan sebuah wadah berkumpulnya orang-orang yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Organisasi merupakan sebuah wadah berkumpulnya orang-orang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan sebuah wadah berkumpulnya orang-orang yang memiliki tujuan yang sama dengan harapan dapat mewujudkan tujuan tersebut. Tercapai atau tidaknya

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN. A. Pertanyaan Umum 1. Nama KAP : 2. Nama : 3. Umur : Thn 4. Jenis Kelamin : L / P (*) 5. Masa Kerja : Thn Bln

KUESIONER PENELITIAN. A. Pertanyaan Umum 1. Nama KAP : 2. Nama : 3. Umur : Thn 4. Jenis Kelamin : L / P (*) 5. Masa Kerja : Thn Bln 54 KUESIONER PENELITIAN Daftar pertanyaan berikut ini terdiri dari tipe isian dan pilihan. Pada tipe isian, isilah pada tempat yang telah disediakan dengan singkat dan jelas. Sedangkan pada tipe pilihan

Lebih terperinci

GAGAS TEMA DAN LANGKAH PENULISAN ARTIKEL JURNAL OLEH: HERMANTO SP

GAGAS TEMA DAN LANGKAH PENULISAN ARTIKEL JURNAL OLEH: HERMANTO SP GAGAS TEMA DAN LANGKAH PENULISAN ARTIKEL JURNAL OLEH: HERMANTO SP Hp 08121575726 email: hermansp@uny.ac.id Staf Ahli PR3 UNY Bid. Penalaran 1 MOTIVASI MEMBUAT KARYA ARTIKEL ILMIAH MEMBIASAKAN DIRI MENYELESAIKAN

Lebih terperinci

(Penelitian PTK Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Nogosari) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

(Penelitian PTK Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Nogosari) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 PENERAPAN PENDEKATAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) DENGAN MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA BANGUN RUANG SISI DATAR (Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan merupakan suatu organisasi yang mempunyai kegiatan tertentu yang sangat kompleks. Pertumbuhan suatu badan usaha biasanya tidak lepas dari berbagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PROSES PRODUKSI 2.1.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung pada

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil yang diperoleh selama penelitian yang dilanjutkan dengan analisis data dan refleksi terhadap proses pelaksanaan tindakan, maka penerapan metode brainstorming

Lebih terperinci

Jangan takut menjawab ya, jawaban anda sangat berarti

Jangan takut menjawab ya, jawaban anda sangat berarti LAMPIRAN 1. Self Confidence Scale Nama : Usia : Kelas : Sekolah : L / P : Berilah tanda X pada jawaban yang sesuai dengan diri anda. Tersedia 4 pilihan jawaban yaitu STS (Sangat Tidak Setuju), TS (Tidak

Lebih terperinci

KLASIFIKASI PENELITIAN KUANTITATIF

KLASIFIKASI PENELITIAN KUANTITATIF KLASIFIKASI PENELITIAN KUANTITATIF Penelitian yang akan dilakukan Deskriptif Korelasional Tidak Apakah berhubungan dengan sebab-akibat ya Kausal Komparatif Eksperimen Kuasi Eksperimen Apakah akan melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang mengembangkan nilainilai karakter bangsa pada diri peserta didik, sehingga peserta didik dapat memaknai karakter bangsa

Lebih terperinci

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS PERNYATAAN KEASLIAN TESIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Widiharto NIM : S200070130 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Teknik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS BAB II KAJIAN TEORETIS A. Pembelajaran Matematika, Kemampuan berfikir kreatif, Metode Brainstorming, Model Pembelajaran PBL, dan Teori Sikap 1. Pembelajaran Matematika Pembelajaran adalah proses interaksi

Lebih terperinci

Bab II Pengembangan Area Emosional

Bab II Pengembangan Area Emosional Bab II Pengembangan Area Emosional Kompetensi Akhir 1. Mampu menentukan sikap dan gaya hidup serta merencanakan masa depan dan pekerjaannya. Kompetensi Dasar 1. Mampu berkomunikasi dengan orang tua dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia abad ke-21 mempunyai karakteristik sebagai berikut,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia abad ke-21 mempunyai karakteristik sebagai berikut, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad ke-21 merupakan abad pengetahuan karena pengetahuan menjadi landasan utama disegala aspek kehidupan. Pengetahuan diperoleh melalui proses pendidikan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. ekonomi, dan pihak lainnya yang telah dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan

BAB III PEMBAHASAN. ekonomi, dan pihak lainnya yang telah dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam menjalankan suatu perusahaan, pengambilan keputusan yang tepat dan akurat memerlukan pemahaman tentang konsep biaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mandiri dalam proses belajarnya. Mulai tahun 2009 jumlah dalam 1 kelas 25

BAB I PENDAHULUAN. mandiri dalam proses belajarnya. Mulai tahun 2009 jumlah dalam 1 kelas 25 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan evaluasi terhadap pengamatan dan pengalaman proses pembelajaran yang kami lakukan selama kurang lebih 4 tahun, mulai tahun 2009 sampai dengan tahun 2012

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N 1 B A B I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap lembaga pemerintah didirikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bagi Lembaga Pemerintah yang berorientasi sosial, tujuan utamanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai suatu negara berkembang, Indonesia saat ini giat melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai suatu negara berkembang, Indonesia saat ini giat melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai suatu negara berkembang, Indonesia saat ini giat melaksanakan pembangunan di segala bidang, terutama di bidang ekonomi sebagai persiapan dalam memasuki

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kemandirian Belajar 1. Pengertian Kemandirian Belajar Hiemstra yang dikutip Darmayanti (2004) menyatakan tentang kemandirian belajar sebagai bentuk belajar yang memiliki tanggung

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERTANYA SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI METODE TANYA JAWAB DENGAN TEKNIK PROBING PROMPTING

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERTANYA SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI METODE TANYA JAWAB DENGAN TEKNIK PROBING PROMPTING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum pembelajaran merupakan penguasaan konsep keterampilan dan pengetahuan. Pembelajaran merupakan proses peralihan yang teratur dan sistematis dari pengetahuan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN LKS PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD 08 KEPAHIANG BENGKULU

PENGGUNAAN LKS PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD 08 KEPAHIANG BENGKULU PENGGUNAAN LKS PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD 08 KEPAHIANG BENGKULU Desi Rusnita Siti Rodiah Abstrak: Artikel ini menyajikan hasil kajian sederhana tentang penggunaan Lembar Kerja Siswa dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dasar tidak dilatih untuk berekspresi secara bebas dan terlalu lama dibiasakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dasar tidak dilatih untuk berekspresi secara bebas dan terlalu lama dibiasakan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dalam hidup manusia. Tanpa pendidikan seorang anak tidak akan menjadi pribadi berkembang. Dari pendidikan formal, pendidikan dasar

Lebih terperinci

a. Maksud. Naskah departemen ini disusun dengan maksud untuk dijadikan salah satu bahan ajaran bagi pendidikan dasar kecabangan Ajen.

a. Maksud. Naskah departemen ini disusun dengan maksud untuk dijadikan salah satu bahan ajaran bagi pendidikan dasar kecabangan Ajen. RAHASIA KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL Lampiran III Keputusan Danpusdikajen Nomor Kep/ / /2010 Tanggal 2010 LAPORAN KEKUATAN BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Tata cara laporan

Lebih terperinci

LAMPIRAN C ALAT UKUR YANG DIGUNAKAN

LAMPIRAN C ALAT UKUR YANG DIGUNAKAN LAMPIRAN C ALAT UKUR YANG DIGUNAKAN SKALA KEMANDIRIAN BELAJAR DAN SKALA DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dengan hormat, Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Negara Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan setiap manusia karena dengan pendidikan manusia dapat berdaya guna serta mandiri. Selain itu, pendidikan sangat

Lebih terperinci

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAVI DAN RME PADA POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR SISWA

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAVI DAN RME PADA POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR SISWA EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAVI DAN RME PADA POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR SISWA (Pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 8 Surakarta Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 23 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Kondisi Awal Sebelum pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode demonstrasi, rata-rata hasil belajar IPA semester I kelas III SD Negeri Karangwotan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membuat diri mereka berbeda dari orang lain. Tingkat lanjutan dari proses

BAB I PENDAHULUAN. yang membuat diri mereka berbeda dari orang lain. Tingkat lanjutan dari proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan sosok yang senantiasa menarik untuk dibicarakan. Ketika seseorang memasuki masa remaja, maka saat itulah ia meninggalkan status dari masa anak-anak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Mata Pelajaran IPA Menurut Piaget dalam Dimyati dan Mudjiono (2006: 14-15), pembelajaran terdiri dari empat langkah yaitu : 1. Menentukan topik yang dapat dipelajari oleh

Lebih terperinci

(PTK Kelas VII A SMP Negeri 3 Cawas Tahun Ajaran 2009/2010) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Matematika

(PTK Kelas VII A SMP Negeri 3 Cawas Tahun Ajaran 2009/2010) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Matematika PENINGKATAN KREATIFITAS SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SUB POKOK BAHASAN OPERASI BENTUK PECAHAN ALJABAR MELALUI ACTIVE KNOWLEDGE SHARING (PTK Kelas VII A SMP Negeri 3 Cawas Tahun Ajaran

Lebih terperinci

KONFERENSI KASUS SEBAGAI TEKNIK PEMECAHAN MASALAH KONSELI. Kata kunci : konferensi; kasus; asas kerahasiaan; helper

KONFERENSI KASUS SEBAGAI TEKNIK PEMECAHAN MASALAH KONSELI. Kata kunci : konferensi; kasus; asas kerahasiaan; helper KONFERENSI KASUS SEBAGAI TEKNIK PEMECAHAN MASALAH KONSELI Widada Universitas Negeri Malang E-mail: widada.fip@um.ac.id ABSTRAK Untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah yang komplek dan rumit diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan seseorang, keluarga, dan masyarakat. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK A. Analisis Aspek-Aspek yang Diteliti Antara Pembelajaran Tutor Sebaya dan Pembelajaran

Lebih terperinci

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pembelajaran yang diterapkan pada penelitian guna meningkatkan kreatifitas dan prestasi belajar dalam pemecahan masalah matematika adalah pembelajaran

Lebih terperinci

1. Menghimpun fakta untuk penulisan

1. Menghimpun fakta untuk penulisan Inti Kuliah 1. Menghimpun fakta untuk penulisan Menghimpun fakta berarti menjawab berbagai pertanyaan, mencari fakta sebanyak-banyaknya tentang persoalan untuk topik maupun tema yang hendak ditulis 2.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh mutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh mutu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh mutu pendidikan. Pendidikan bukan sekedar media dalam menyampaikan kebudayaan yang terus turun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata pelajaran matematika di tingkat Sekolah Menengah Pertama adalah agar peserta didik memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. program tertentu. Aktivitas mereka adalah belajar. Belajar ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. program tertentu. Aktivitas mereka adalah belajar. Belajar ilmu pengetahuan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa dapat dikatakan sebagai kelompok dari generasi muda yang sedang belajar atau menuntut ilmu di perguruan tinggi, dengan jurusan atau program tertentu.

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER MK.KEWIRAUSAHAAN

UJIAN AKHIR SEMESTER MK.KEWIRAUSAHAAN UJIAN AKHIR SEMESTER MK.KEWIRAUSAHAAN A. Pilih salah satu jawaban yang paling benar dengan memberi tanda silang pada salah satu huruf a, b, c atau d pada lembar jawaban yang tersedia!. 01. Saat kita merasa

Lebih terperinci

MAKALAH KEPEMIMPINAN / LEADERSHIP Makalah Kepemimpinan Leadership Gratis Dipersembahkan oleh : www.tipspublicspeaking.net TipsPublicSpeaking.NET adalah website berisi cara belajar public speaking secara

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1. Pendidikan Matematika. Disusun Oleh : ANGGIT WIBOWO A

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1. Pendidikan Matematika. Disusun Oleh : ANGGIT WIBOWO A PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN TEKNIK PROBING DALAM KELOMPOK KECIL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA SISWA (PTK Pembelajaran Matematika di kelas VII D MTs Negeri Sukoharjo Pada Pokok Bahasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar 1.1.Pengertian Belajar Pada pembelajaran Matematika penting sekali adanya upaya untuk mencapai ketuntasan pembelajaran, hal ini sesuai dengan pendapat

Lebih terperinci

Penentuan Judul, Masalah dan Tujuan Penelitian

Penentuan Judul, Masalah dan Tujuan Penelitian Penentuan Judul, Masalah dan Tujuan Penelitian Referensi : Neuman, w. Lawrence. 2011. Metode Penelitian Sosial : Pendekatan Kualitatif dan Kuantitaif, Indeks. Jakarta Penentuan Judul Penelitian Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran matematika, selain dari faktor keaktifan, faktor

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran matematika, selain dari faktor keaktifan, faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keaktifan siswa dalam belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Salah satu cara mengaktifkan belajar siswa adalah dengan

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. dapat berprestasi sebaik mungkin demi mencapai tujuan organisasi. Karyawan

BAB. I PENDAHULUAN. dapat berprestasi sebaik mungkin demi mencapai tujuan organisasi. Karyawan 1 BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap organisasi dituntut untuk dapat mengoptimalkan sumber daya manusia dan bagaimana sumber daya manusia dikelola. Pengelolaan sumber daya manusia tidak

Lebih terperinci

USAHA PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA MENGERJAKAN SOAL MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN INTERAKTIF (PTK SD N MUNCAR I KELAS IV)

USAHA PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA MENGERJAKAN SOAL MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN INTERAKTIF (PTK SD N MUNCAR I KELAS IV) USAHA PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA MENGERJAKAN SOAL MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN INTERAKTIF (PTK SD N MUNCAR I KELAS IV) Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memenuhi

Lebih terperinci

Belajar Tuntas. Pelaksanaan

Belajar Tuntas. Pelaksanaan Belajar Tuntas Ciri Merupakan sebuah variasi dari gaya individual. Tidak menekankan aspek pengetahuan dan penalaran. Mengutamakan penilaian dari teman sejawat dan guru. Sebuah keterampilan dipecah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar merupakan proses kegiatan yang panjang dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar merupakan proses kegiatan yang panjang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar merupakan proses kegiatan yang panjang dan rumit. Banyak hal-hal penting yang harus dilakukan dan diperhatikan dalam pencapaian tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyelesaikan suatu masalah. Hal tersebut berpengaruh terhadap hasil

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyelesaikan suatu masalah. Hal tersebut berpengaruh terhadap hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keaktifan dalam pembelajaran matematika itu penting. Karena merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap keberhasilan siswa. Belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Keterampilan Mengajar Guru 2.1.1 Pengertian Keterampilan Mengajar Guru. Keterampilan adalah kemampuan seseorang dalam mengubah sesuatu hal menjadi lebih bernilai dan memiliki

Lebih terperinci

Keterampilan Dasar Memimpin dan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Keterampilan Dasar Memimpin dan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil Keterampilan Dasar Memimpin dan Membimbing Kelompok Kecil Afid Burhanuddin 1 Kompetensi Dasar: Memahami keterampilan dasar memimpin dan membimbing diskusi Indikator: Memahami keterampilan dasar memimpin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan yang erat dengan ketrerampilan-keterampilan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan yang erat dengan ketrerampilan-keterampilan lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen. Empat komponen tersebut yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengendalian intern terdiri atas kebijakan dan prosedur yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk menyediakan informasi yang handal serta menjamin dipatuhinya

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PROBLEM SOLVING

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PROBLEM SOLVING UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PROBLEM SOLVING (PTK Terhadap Siswa Kelas VII MTs Negeri Penawangan) SKRIPSI Disusun Sebagai Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan merupakan aspek terpenting dalam usaha pembangunan yang sedang dilaksanakan di Indonesia. Hal ini sangat erat hubungannya dengan tujuan pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Tahap Penelitian Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan Pada tahap ini dikumpulkan informasi mengenai sistem pembelian dan pengelolaan persediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas

Lebih terperinci