I. Ilmu dan Proses Berpikir

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "I. Ilmu dan Proses Berpikir"

Transkripsi

1 1 I. Ilmu dan Proses Berpikir Ilmu adalah pengetahuan yang bersifat umum dan sistematik, dan pengetahuan merupakan simpulan tertentu menurut kaidah kaidah umum. Ilmu lahir atas dasar rasa ingin tahu manusia dan upaya mencari jawaban terhadap keingintahuan manusia itu dapat menjurus pada keingintahuan ilmiah. Misalnya. mengapa Arjuna harus bertapa di Gunung Indrakila? Guna memperoleh jawaban yang bersifat ilmiah perlu dilakukan pengamatan yang sistematis dalam arti menempuh prosedur tertentu yang akhirnya mendapatkan kesimpulan, bahwa Arjuna bertapa di Indrakila dengan tujuan mendapatkan Senjata Pasupati agar dapat memenangkan Baratayudha. Tan (1954) berpendapat bahwa ilmu selain merupakan himpunan pengetahuan yang sistematis juga merupakan metodologi. Nilai Ilmu tidak saja mngandung pengetahuan, juga membentuk si penuntut ilmu bersikap ilmiah, baik dalam keterampilan maupun pandangan dan prilakunya. Ilmu menemukan rasionalisasi dalam materi-materi dan meningkat-kan keterampilan observasi, eksperimentasi, klasifikasi, analisa serta generalisasi. Dengan adanya rasa ingin tahu manusia menyebabkan ilmu terus berkembang dan membantu kemampuan berpikir atau penalaran manusia. Konsep atau cara kerja ilmu dan berpikir adalah sama yaitu menempuh suatu refleksi berfikir yang teratur dan hati-hati ( reflektif thinking). Dalam memecahkan masalah, keduanya dimulai dari rasa sangsi kemudian timbul pertanyaan, dan menemukan pemecahan tentatif untuk selanjutnya diakan penyelidikan atau penelitian yang kritis terhadap sejumlah data dengan metode tertentu yang dianggap tepat.dan dievaluasi secara terbuka. Menurut Kelly (1930) langkah-langkah proses berfikir yaitu: 1. Timbul rasa sulit. 2. Rasa sulit didefinisikan 3. Mencari pemecahan sementara 4. Memberi argumentasi bahwa pemecahannya benar 5. Menunjukan verifikasi (pembuktian) 6. Mengadakan penilaian menuju pemecahan secara mental untuk diuji 7. Memberi pandangan ke depan agar pemecahan itu berguna.

2 2 Keterangan tadi mempunyai dua buah kriteria penting yaitu: a. Unsur logis; dan b. Unsur analitis. a. Unsur Logis Setiap bentuk berfikir memiliki logikanya tersendiri. Berfikir secara nalar tidak lain adalah berfikir logis yang mempunyai konotasi jamak. b. Berfikir Analitis: Dengan menggunakan logika, kegiatan berfikir dengan sendirinya mengandung sifat analitis yang merupakan implikasi dari pola berfikir tertentu. Rasio dan fakta dapat merupakan sumber berfikir. Mereka yang berpendapat, bahwa rasiolah sumber utama kebenaran dalam berfikir digolongkan dalam Mazhab Rasionalisme. Mereka yang menganggap, bahwa fakta merupakan sumber utama kebenaran dalam proses berfikir, maka digolongkan dalam mazhab empirisme. Pada hakekatnya, berfikir secara ilmiah merupakan gabungan antara penalaran secara deduktif dan induktif. Keduanya berkaitan erat dengan rasionalisme dan empirisme. Induksi merupakan cara berfikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat individual. Contoh: ayam perlu makan untuk hidup; anjing perlu makan; singa perlu makan. Berdasarkan fakta-fakta tadi dapat ditarik kesimpulan secara induktif, bahwa semua hewan perlu makan untuk hidup. Di lain pihak terdapat cara berfikir berdasarkan pernyataan yang bersifat umum, dan dari sini ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Contoh; dunia pendidikan international pada umumnya menganggap bahwa para dosen di lingkungan Perguruan Tinggi dapat berbahasa inggris. Akan tetapi fakta menunjukan, bahwa sebagian besar para dosen di semua Perguruan Tinggi di Indonesia tidak dapat berbahasa Inggris. Contoh lain berdasarkan cara berfikir yang bersifat umum, misalnya masyarakat Bali memeluk Agama Hindu. Pada hal kenyataan menunjukkan hal yang berbeda, bahwa pemeluk Hindu pada masyarakat di Bali mungkin berkisar antara 90 % dari populasi yang ada, sedang 10 % lainnya menganut Agama Islam, Kristen, dan Budha.

3 3 II. Pengertian Penelitian Istilah penelitian adalah terjemahan dari Bhs. Inggris yaitu research Kata re berarti kembali, dan to search berrati mencari. Dengan demikian research berarti mencari kembali. Dalam kamus Webster s New International dikatakan bahwa penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsipprinsip. Ilmuawan lain, Hillway (1956) berpendapat bahwa penelitian tidak lain dari suatumetode study yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hatihati dan sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut. Sementara itu Witney (1960) mengatakan bahwa penelitian merupakan suatu metode untuk menemukan kebenaran, sehingga penelitian juga merupakan metode berfikir secara kritis (critical thinking) Woody (1927) mengatakan bahwa penelitian meliputi pemberian difinisi dan redifinisi maslah, memformulasikan hipotesa, membuat kesimpulan, dan sekurang-kurangnya melakukan pengujian yang hati-hati atas kesimpulan dan atau hipotesa. Dalam penelitian ilmiah ( scientific research) yang menggunakan metode ilmiah (scientific method) selalu ditemukan dua hal penting yaitu unsur observasi dan nalar (reasoning) (Ostle, 1975). Obse rvasi merupakan kerja pengamatan untuk memperoleh fakta-fakta tertentu dengan menggunakan persepsi ( sense of perception). Nalar, adalah kekuatan untuk memberi makna terhadap fakta-fakta, hubungan, dan interlesainya dengan pengetahuan lain, sehungga membangun suatu ilmu pengetahuan baru yang dapat bermanfaat bagi kehidupan. Dengan demikian maka penelitian dapat diartikan sebagai pencarian pengetahuan dan pemberian arti secara terus-menerus terhadap sesuatu (Nazir, 1988:13-15). 2.1 Ilmu, Penelitian, dan Kebenaran Kebenaran Ilmiah Ilmu adalah suatu pengetahuan yang sistematis dan terorganisir. Penelitian adalah suatu penyelidikan yang hati-hati, teratur, dan terus-menerus untuk memecahkan suatu masalah. Sebagai kelengkapannya harus didasari atas proses berfikir reflektif sebagai suatu proses memecahkan masalah dalam menghadapi kesulitan. Pertanyaan yang timbul adalah apa hubungan antara ilmu, penelitian dan berfikir reflektif. Witney berpendapat bahwa ilmu dan penelitian adalah sama-sama proses. Hasilnya adalah kebenaran. Kebenaran yang diperoleh melalui penelitian terhadap fenomena-fenomena yang fana adalah suatu kebenaran yang ditenukan melalui proses ilmiah. Kebenaran ilmiah dapat diterima berdasarkan tiga hal, yaitu: A. Adanya koheren B. Koresponden; dan C. Pragmatis.

4 4 B. Koheren Suatu pernyataan dianggap benar jika pernyataan tersebut koheren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Misalnya; Si Badu akan mati. Pernyataan ini dianggap benar atau dipercaya karena pernyataan itu koheren dengan pernyataan bahwa semua orang akan mati. Kebenaran matematis juga mengikuti prinsip ini. C. Koresponden Sifat kebenaran ini diprakarsai oleh Bertrand Russel ( ). Suatu pernyataan dianggap benar, jika materi pengetahuan yang terkandung dalam pernyataan tersebut berhubungan atau mempunyai korespondensi dengan obyek ayng dituju oleh pernyataan itu. Misalnya, Jakarta adalah Ibu Kota Republik Indinesia. Sifat kebenaran yang diperoleh dalam proses berfikir secara ilmiah umumnya memiliki sifat koheren dan koresponden. Berfikir secara deduktif menggunakan sifat koheren dalam menentukan kebenaran, sedangkan berfikir secara induktif digunakan sifat koresponden untuk menentukan kebenaran. D. Kebenaran Pragmatis. Suatu pernyataan dianggap benar karena pernyataan tersebut mempunyai sifat fungsional dalam kehidupan pragmatis. Suatu pernyataan atau suatu kesimpulan dianggap benar, karena pernyataan itu mempunyai sifat pragmatis dalam kehidupan sehari-hari Kebenaran Nonilmiah 1. Kebenaran secara kebetulan 2. Kebenaran secara Common sense (akal sehat) 3. Kebenaran melalui wahyu 4. Kebenaran secara intuisi 5. Kebenaran secara trial and error 6. Kebenaran spekulasi 7. Kebenaran karena kewibawaan III. Proposisi, Dalil, dan Fakta. 3.1 Proposisi Proposisi adalah pernyataan dua sifat dari realita. Proposisi tersebut dapat diuji kebenarannya. Rumusan proposisi yang dapat diterima untuk diuji disebut hipotesa (kesimpulan sementara). Dalam ilmu sosial, proposisi adalah pernyataan dua atau lebih konsep. Konsep atau construct adalah sekumpulan ide-ide yang menjadi satu kesatuan yang di dalamnya terdapat pemahamanpemahaman yang di dudukan dalam satu konteks secara sistemik.

5 5 Konsep-konsep merupakan ramuan dasar dan fundamental dalam setiap teori. Konsep adalah suatu kata atau pernyataan simbol untuk menunjuk gejala atau sekelompok gejala; konsep digunakan untuk menunjukkan dan mengklasifikasikan pencerapan empiris ( Johnson, 1994:35). Sekali konsep itu dikembang-kan, maka konsep itu dapat membantu memberi struktur pada persepsi orang mengenai fakta. Struktur Teori Ilmiah Teori ilmiah harus mampu menjelaskan fakta-fakta yang diamati sebagai konsekuensi-konsekuesnsinya yang secara logis sudah semestinya. Dalam Ilmu kemanusiaan atau sosial hal itu harus disertai pertimbangan tentang faktor-faktor psikologisnya. Kepastian logisnya juga menyangkut tentang faktor motivasinya. Teori yang didasarkan pada konsep-konsep abstraksi pada umumnya hanya sekedar menjelaskan fakta-fakta yang sudah diketahui sebagai sudah diimplikasikan secara logis oleh hipotesis-hipotesisnya (A.B. Shah, 1986:60). Langkah seperti itu menghasilkan apa yang dinamakan konsep hasil abstraksi. Yang dilakukan di sini adalah mengabstrasikan (menarik ke luar) suatu kumpulan benda-benda (observable), yang kecuali ciri ter-sebut, tidak punya persamaan satu sama lain, dan memberikan kepada-nya suatu status logis tersendiri dalam bentuk sebuah konsep. Ada lagi satu cara lain untuk menunjuk konsep yaitu dengan cara mendifinisikan secara implisit (A.B. Shah, 1986:57) yaitu konsep yang menunjuk pada hakekat atau proses yang tidak dapat diamati secara langsung, tetapi eksistensinya disimpulkan dari sesuatu yang dapat diamati. Menurut Mc Kinney semua konsep adalah generalisasi dan semua generalisasi mengandung abstraksi. Tingkat abstraksi yang paling rendah menunjuk pada konsep-konsep dasar (primitif) dan kongkret. Konsep dasar adalah konsep yang tidak dapat didefinisikan dengan konsep-konsep lainnya; artinya dapat menjadi jelas dengan menunjukkan contoh-contoh empiris sehingga pengamat dapat me-ngalami kesankesan inderawi secara langsung. Suatu konsep kongkret (dipertentangkan dengan yang abstrak) adalah konsep yang bersifat spesifik dalam waktu dan tempat tertentu; dan menunjuk pada aspek-aspek yang unik dari suatu gejala (Paul Johnson, 1994:36-37). Construct atau konsep yang abstrak tidak mungkin menunjuk pada satu entitas fisik tertentu. Maka konsep ini bukan konsep hasil abstraksi seperti makan misalnya. Inilah konsep-konsep ( construct) yang arti penuhnya hanya dapat dinyatakan dalam postulat-postulat dan dinamakan konsep hasil inteleksi ( concept by intellection). Contoh: enersi, gravitasi, jiwa dll. Konsekuensi logis dari kosep ini adalah adanya suatu jurang tertentu yang memisahkannya dari korelasi empiris. Yang dapat dilakukan adalah mengacu kepada suatu situasi empiris dan mengatakan bahwa suatu analisis rasional dan suatu pemahaman rasional mengenai situasi itu memerlukan konsep-konsep tertentu melalui inteleksi. Dengan postulat-postulat itu orang dapat dan ini yang penting mendeduksikan, dengan metode-metode logika sejumlah pernyataan

6 6 faktual dan pernyataan-pernyataan yang mengandung konsep-konsep abstraksi. Tidak ada ilmu yang menjadi dewasa kecuali yang bertumpu pada konsep-konsep inteleksi, sebab teori yang hanya berdasarkan pada konsep abstraksi memiliki daya ramal yang kecil, karena postulat-postulatnya diabstraksikan dari data yang dapat diamati, dan tidak dapat melangkah jauh melampaui apa yang diamatinya. Baru apabila sebuah teori didasarkan pada konsep inteleksi ia dapat menembus batas-batas kelahirannya dan menyarankan percobaan-percobaan dan penemuanpenemuan baru (A.B. Shah, 1986:57-58). Contoh konsep dalam ilmu sosial: a. Seorang dalang yang sering pentas secara ekonomis akan dapat menjadi kaya. b. Seorang pesinden yang berkualitas dan cantik akan bisa laris. (Keterangan: setiap kata yang digaris bawah mengandung dimensi konseptual). Di dalam setiap konsep tersebut ada yang berfungsi sebagai penyebab dari faktor lainnya. Tentukanlah faktor penyebabnya! 3.2 Dalil Proposisi yang jangkauannya luas dan didukung data empiris disebut dalil (scientific law). Dalil adalah singkatan dari suatu pengetahuan tentang hubungan sifat-sifat tertentu yang bersifat umum. 3.3 Teori. Teori merupakan sarana pokok untuk menyatakan hubungan sistematik dalam gejala sosial maupun natura yang ingin diteliti. Teori merupakan abstraksi dari pengertian atau hubungan proposisi dan dalil. Teori adalah sebuah set konsep atau construct yang berhubungan satu sama lain atau suatu set proposisi yang mengandung pandangan sistematis dari fenomena (Kerlinger 1973). Terdapat tiga cara mengenal teori. 1. Teori adalah sebuah set proposisi yang terdiri dari construct yang sudah didefinisikan secara luas dengan menyertakan hubungan unsur-unsur secara jelas. 2. Teori menjelaskan hubungan antar variabel atau konstrak ( construct) sehingga pandangan sistematik dari berbagai fenomena yang diterangkan variabel kelihatan jelas. 3. Teori menjelaskan fenomena dengan cara menspesifikasikan hubungan variabel (Nazir, 1988:21). 3.4 Fakta Fakta adalah pengamatan yang diverifikasikan secara empiris. Fakta dapat menjadi ilmu, dan dapat pula tidak. Jika fakta hanya dikumpulkan secara random tidak akan menghasilkan ilmu. Fakta dapat menjadi ilmu jika dikumpulkan secara sistematis. Fakta tanpa teori juga tidak menghasilkan ilmu. Fakta ilmiah adalah produk pengamatan yang sistematis dan memiliki relevansi dengan teori. Dengan

7 7 demikian teori memperlihatkan hubungan antarafakta atau suatu pengurutan fakta dalam bentuk yang mempunyai arti. Di sisi lain fakta juga mempunyai peran dan interaksi dengan teori. Peran fakta terhadap teori antara lain Meramalkan Memperkecil Jangkauan Meringkaskan Memperjelas Celah Fakta Konse Teori Memprakarsai Menolak Menukar Orientasi Mendefinisikan kembali Memberi Jalan Mengubah Penjelasan 1. Fakta memprakarsai teori. Fakta tidak secara langsung menghasilkan teori, tetapi kumpulan dari fakta-fakta dapat digunakan untuk menyusun generalisasi utama yang berjenis-jenis. Dengan menghubungkan generalisasigeneralisasi dimungkin-kan dapat menghasilkan sebuah teori. 2. Fakta Memformulasikan kembali teori yang ada. Fakta-fakta yang dikumpulkan dapat pula digunakan untuk mengembangkan teori lama, terutama jika fakta-fakta yang dikumpulkan tidak lagi sesuai dengan teori dan teori seperti ini sudah perlu disesuaikan dengan fakta (reformulasi terhadap teori).

8 8 3. Fakta dapat menolak teori Jika dalam suatu penelitian terdapat bahwa teori tidak sesuai lagi dengan fakta, maka teori tersebut tidak perlu diformulasikan lagi, tetapi ditolak. Akan tetapi, terdapat kemungkinan kondisi observasi kurang mendukung sehingga dapat menyebabkan hasil amatan atau fakta yang dikumpulkan tidak cocok dengan teori. 4. Fakta Mengubah Orientasi Teori Adakalanya fakta yang diperoleh baru dapat disesuaikan dengan teori, jika teori tersebut didefinisikan kembali. Fakta-fakta ini dapat memperterang teori dan mengajak orang untuk mengubah teori. Hubungan Penelitian dan Teori. Teori memberi dukungan penelitian dan penelitian pun memberi kon-tribusi kepada teori. Teori dapat memandu penelitian agar berhasil sesuai harap-an. Teori dapat meningkatkan arti penemuan penelitian dan menjadikan proposisi abstrak yang lebih umum. Teori adalah tool of science. Sebagai alat dari ilmu teori berperan sebagai: a. mendefinisikan orientasi utama ilmu melalui pendefinisian berbagai jenis data yang akan dibuat abstarksinya. Memperkecil range atau jangkauan data/fakta yang dijadikan subyek kajian, karena banyak jenis data yang dapat dipelajari dari berbagai aspek. b. memberi scheme konseptual yang membantu mensistematisasikan berbagai fenomena yang relevan, mengembangkan sistem klasifikasi dan struktur konsep karena konsep selalu berubah-ubah mengikuti fenomena atau gejala yang diamati, dan mencari hubungan-hubungan antar variabel. c. memberi ringkasan terhadap fakta dan mempermudah menyusun generalisasi empiris, serta membangun ringkasan hubungan-hubungan antargeneralisasi atau pernyataan. d. memberi prediksi terhadap fakta. Penyingkatan fakta-fakta oleh teori menghasilkan uniformitas pengamatan-pengamatan. Hal ini mempermudah memprediksikan fakta-fakta. e. memperjelas celah-celah terhadap pengetahuan. Teori memberi petunjuk dan memperjelas wilayah dan ilmu pengetahuan yang belum dieksplorasikan. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan, bahwa: 1. Teori meningkatkan keberhasilan penelitian dengan cara menghubungkan berbagai penemuan yang berbeda-beda ke dalam suatu keseluruhan dan memperjelas proses-proses yang terjadi di dalamnya. 2. Teori dapat memberikan penjelasan terhadap hubunganhubungan yang diamati dalam suatu penelitian.

9 9 IV. JENIS JENIS PENELITIAN Secara umum penelitian dapat dibagi dua jenis, yaitu penelitian dasar (basic research) dan penelitian terapan (applied research). 4.1 Penelitian Dasar (basic research) Penelitian dasar juga disebut penelitian murni yaitu suatu pencarian untuk dapat menwujudkan perhatian dan rasa keingintahuan terhadap aktivitas manusia. Penelitian dasar tidak berorientasi pada kepentingan praktis atau titik terapan. Hasil dari penelitian dasar adalah pengetahuan dan pengertian-pengertian tentang sesuatu. Pengetahuan dan pengertian-pengertian ini dapat digunakan sebagai sarana memecahkan masalahmasalah praktika, walaupun tidak memberikan jawaban menyeluruh terhadap suatu permasalahan pratika tersebut. Penelitian yang dapat menjawab kepentingan praktis ini adalah pe-nelitian terapan. Perhatian utama penelitian murni adalah kesinambungan dan integritas dari ilmu dan filosofi. Menurut Hogben (1938) Penelitian murni dapat diarahkan ke mana saja, tanpa memikirkan hubungannya dengan berbagai kejadian yang diperlukan masyarakat. Menurut Charters (1920) menyatakan bahwa penelitian dasar terdiri atas pemilihan masalah yang khas dari sumber mana saja, dan memecahkan secara hati-hati masalah tersebut tanpa memikirkan kehendak sosial dan ekonomi masyarakat. Contoh penelitian dasar misal tentang gene. Dalam penelitian pedalingan misalnya a) The Conception of The Power of Paku Buwana II in Kayon Gapuran With The Drawing of Buffalo and Tiger: A Reconstruction of Culture. b) The Story of Gareng as God: A Sociological view. c) The Influence of Mangkunagaran Style on Elder Puppeteers in Wonogiri (Research report). d) Wayang Kulit Gaya Surakarta di Nganjuk: Persebaran dan Perkembangannya.

10 10 3. Penelitian Terapan Penelitian terapan ( applied research, practical research) adalah penyelidikan yang hati-hati, sistematik dan terus-menerus terhadap satu masalah. Penelitian dimaksudkan agar hasilnya dengan segera dapat digunakan untuk keperluan tertentu. Penelitian tidak selalu menghasilkan penemuan baru, tetapi dapat pula aplikasi baru dari penelitian yang sudah ada. Para peneliti terapan me-merinci hasil penelitian dasar untuk keperluan praktis dalam bidang-bidang tertentu. Ilmuwan yang mengerjakan penelitian terapan berkeinginan agar hasil penelitiannya dapat digunakan masyarakat, baik untuk keperluan ekonomi, politik, dan kegiatan ocial lainnya. Dalam melakukan penelitian terapan dipilih masalah yang berkait langsung dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat terhadap peraktik-peraktik yang ada. Langkah-langkah Penelitian Terapan: a. Sesuatu yang sedang diperlukan, dipelajari, diukur, dan diperiksa kelemahannya. b. Salah satu dari kelemahan dipilih untuk diteliti. c. Dilakukan pemecahan di laboratorium. d. Dilakukan modifikasi penyelesaian agar dapat diterapkan. e. Pemecahan dipertahankan dan ditempatkan dalam satu kesatuan yang permanen dari satu ocial. Contoh penelitian terapan. 1. Pengaruh Traktorisasi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja. 2. Pengaruh Penerapan Perangkat Ageng Karawitan Pakeliran terhadap Penyerapan Pengrawit. (judul ini masih bersifat cobacoba dan belum dilakukan penelitian). 4. Penelitian Ilmu Sosial VS Ilmu Natura. Penelitian dalam ilmu ocial merupakan satu proses yang terusmenerus, kritis, dan terorganisasi untuk mengadakan interpretasi terhadap fenomena ocial yang mempunyai hubungan yang kait-mengkait. Penelitian ilmu ocial juga berpijak pada metode ilmiah, karena harus didukung oleh lerangka analitik dan teori yang berbeda dalam menganalisis

11 11 sebab-musabab. Hal ini disebabkan oleh rumitnya interelasi antar fenomena dalam ilmu ocial itu sendiri. No. Penelitian Ilmu Sosial Penelitian Ilmu Natura 01. Fenomena bersifat kompleks Fenomena tidak kompleks 02. Fenomena tidak dapat dikontrol Fenomena dapat dikontrol 03. Orientasi luas Orientasi khusus 04. Pengamatan terlibat Pengamat imparsial V. PRADIGMA PENELITIAN KUALITATIF, PENYUSUNAN TEORI DAN PERSOALAN GENERALISASI, KAUSALITAS ETNIK-ETNIK. 5.1 Pradigma Penelitian Kualitatif Penelitian kualitatif atau penelitian ilmiah merupakan suatu taraf fungsi yang dilakukan oleh peneliti. Dasar penelitian ini mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengadakan analisis data secara induktif mengarahkan sasaran penelitiannya untuk menemukan teori dasar yang bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada hasil, membatasi studi dengan fokus dan memiliki seperangkat kreteria untuk me-meriksa keabsahan data. Pradigma, menurut Bogdan dan Biklen, adalah kumpulan dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berfikir dari penelitian pradigma alamiah yang bersumber dari pandangan positivisme, sedangkan dari pandangan alamiah bersumber dari pandangan fenomenologis. Paradigma alamiah mula-mula bersumber pada pandangan Max Weber yang diteruskan oleh Irwin Deutcher yang kemudian lebih dikenal dengan pandangan fenomenologis. Fenomenologi berusaha memahami perilaku manusia dari segi kerangka berfikir maupun bertindak orangorang itu sendiri. Yang terpenting dari mereka adalah kenyataan yang terjadi sebagai yang dibayangkan atau yang dipikirkan oleh orang-orang itu sendiri.

12 Beberapa Segi Suatu Teori Pengertian dan fungsi teori a. Menurut Snel Becker Teori sebagai suatu seperangkat proposisi yang terintegrasi secara sintaksis (cara untuk mengikuti suatu aturan tertentu secara logis dengan data dasar yang dapat diamati). b. Menurut Marx dan Goodson Teori adalah aturan menjelaskan proposisi yang berkaitan dengan beberapa fenomena alamiah. Teori ini terdiri atas Representasi Simbolik dari : 1. Hubungan-hubungan yang dapat diamati di antara kejadiankejadian (yang diukur). 2. Mekanisme atau struktur yang diduga mendasari hubunganhubungan yang demikian. 3. Hubungan yang disimpulkan serta mekanisme dasar yang dimaksudkan untuk data dan hubungan yang diamati tanpa adanya manifestasi hubungan empiris apapun secara langsung. c. Menurut Glaser dan Strauss Menyadarkan rumusan teori dasar. Teori berasal dari data dan diperoleh secara analistis dan sistematis melalui metode komparatif. Jika dikaji, ternyata keduanya mempunyai kesamaan dalam fungsi teori guna menjelaskan dan meramalkan fenomena Bentuk Formulasi Teori a. Dalam bentuk seperangkat proposisi atau proposisi atau proposional b. Dalam bentuk diskusi teoritis yang memanfaatkan kategori konseptual dan kawasannya.

13 Teori Substantif dan Teori Formal a. Teori Substantif Adalah teori yang dikembangkan untuk keperluan substantif atau empiris dalam suatu ilmu pengetahuan, misalnya Sosiologi, Anthropologi, dan psikologis. b. Teori Formal Adalah teori yang disusun secara konseptual dalam bidang ilmu pengetahuan misalnya sosiologi. 1. Unsur-unsur Teori Dibagi dua menurut Analisa perbandingan. a. Kategori konseptual dan kawasan konseptualnya. b. Hipotesis atau hubungan generalisasi di antara kategori dan kawasan-nya secara integral. 5.3 Penyusunan Teori Penyusunan teori formal dan kegunaannya. Adalah penyusunan teori yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Tidak langsung, artinya bahwa penyusunan dilakukan melalui Teori Substantif terlebih dahulu. Teori Formal dibagi dua. a. Teori formal satu bidang. Yaitu penulisan yang berasal dari satu bidang Substantif dengan cara menghilangkan kata-kata sifat. b. Teori formal dua bidang. Yaitu penulisan dengan memilih kelompok ganda dari satu bidang Substantif. Kegunaan Teori Formal a. Menguji Teori dari para ahli terkenal. b. Membandingkan hasil-hasil penelitian melalui arahan dan bimbingan teori pokok. c. Menerapkan beberapa teori formal yang sudah diketahui peneliti dalam usaha memberi arti yang lebih besar terhadap isinya. d. Untuk menyusun teori dengan kerangka yang agak longgar.

14 14 6 Persoalan yang berkaitan dengan teori 1. Persoalan generalisasi 2. Persoalan kausalitas 3. Persoalan etnik-etnik VI. PERUMUSAN MASALAH DALAM PENELITIAN KUALITATIF Perumusan masalah dalam penelitian kualitatif bersifat tentatif, artinya pe-nyempurnaan rumusan masalah itu masih atau tetap dilakukan meskipun peneliti sudah berada di latar belakang penelitian. Sehingga peneliti perlu membatasi diri pada faktor-faktor tertentu saja pada lingkungan penelitiannya, yang berarti masih dapat berkembang sekaligus disempurnakan pada waktu peneliti sudah berada di-lapangan. Perumusan masalah tergantung pada tiap-tiap individu peneliti dan hasil analisanya dituangkan ke dalam prinsip perumusan masalah yang dapat dijadikan pegangan para pembacanya. Prinsip-prinsip perumusan masalah tersebut adalah : 1. Prinsip teori sebagai dasar/upaya menemukan acuan penelitian. 2. Prinsip maksud perumusan masalah untuk menyusun teori-teori 3. Prinsip hubungan faktor konsep, peristiwa, pengalaman, fenomena. 4. Prinsip fokus untuk membatasi kajian penelitian. 5. Prinsip yang berkaitan dengan kreteria Inklusi Eksklusi. 6. Prinsip yang berkaitan dengan bentuk dan cara perumusan masalah. 7. Prinsip posisi perumusan masalah. 8. Prinsip hasil kajian kepustakaan. 9. Prinsip penggunaan bahasa Semua perinsip tersebut dimaksudkan agar peneliti mempunyai pegangan dalam merumuskan suatu masalah.

15 15 VII. TAHAP-TAHAP PENELITIAN Tahap-tahap penelitian kualitatif dapat dibagi dalam 4 tahap. 1. Tahap pra lapangan 2. Tahap seorang peneliti bekerja sebelum melakukan penelitian - Tahap peneliti benar-benar mempersiapkan diri menghadapi lapangan penelitian termasuk cara mengingat data hasil jaringan, baik pada pengumpulan data maupun pada saat analisis data. 3. Tahap Analisis Data - Adalah Proses mengorganisasikan dan megurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan dan dapat dirumuskan ke dalam hipotesis kerja seperti yang disarankan. VIII. PRADIGMA PENELITIAN KUALITATIF, PENYUSUNAN TEORI, DAN PERSOALAN GENERALISASI, KAUSALITAS ETNIK-ETNIK. Pradigma Penelitian Kualitatif Penelitian kualitatif atau penelitian ilmiah merupakan suatu taraf fungsi yang dilakukan oleh peneliti. Dasar penelitian ini mengandalkan: 1. manusia sebagai alat penelitian 2. memanfaatkan metode kualitatif 3. mengadakan analisis data secara induktif 4.mengarahkan sasaran penelitian untuk menemukan teori dasar yang bersifat deskriptif 5. lebih mementingkan proses dari pada hasil. 6. membatasi studi dengan focus; dan 7. memiliki seperangkat kreteria untuk memeriksa keabsahan data. Pradigma, menurut Bogdan dan Biklen, adalah sejumlah asumsi konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berfikir dari penelitian pradigma alamiah yang berasal dari pandangan positivisme, sedangkan pandangan non-alamiah berasa dari pandangan fenomenologis.

16 16 Paradigma alamiah mula-mula bersumber pada pandangan Max Weber yang diteruskan oleh Irwin Deutcher yang kemudian lebih dikenal dengan pandangan fenomenologis. Fenomenologi berusaha memahami perilaku manusia dari segi kerangka berfikir maupun bertindak orangorang itu sendiri. Yang terpenting dari mereka adalah kenyataan yang terjadi sebagai yang dibayangkan atau yang dipikirkan oleh orang-orang itu sendiri. Beberapa Segi Suatu Teori 1.Pengertian dan fungsi teori a. Menurut Snel Becker Teori sebagai suatu seperangkat proposisi yang terintegrasi secara sintaksis (cara untuk mengikuti suatu aturan tertentu secara logis dengan data dasar yang dapat diamati). b. Menurut Marx dan Goodson Teori adalah aturan menjelaskan proposisi yang berkaitan dengan beberapa fenomena alamiah. Teori ini terdiri atas Representasi Simbolik dari : 2. Hubungan-hubungan yang dapat diamati di antara kejadian-kejadian (yang diukur). 3. Mekanisme atau struktur yang diduga mendasari hubungan-hubungan yang demikian. 4. Hubungan yang disimpulkan serta mekanisme dasar yang dimaksud kan untuk data dan hubungan yang diamati tanpa adanya manifestasi hubungan empiris apapun secara langsung. c. Menurut Glaser dan Strauss Menyadarkan rumusan teori dasar. Teori berasal dari data dan diperoleh secara analistis dan sistematis melalui metode komparatif. Jika ternyata keduanya mempunyai kesamaan fungsi teori berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.

17 17 5. Bentuk Formulasi Teori c. Dalam bentuk seperangkat proposisi atau proposional d. Dalam bentuk diskusi teoritis yang memanfaatkan kategori konseptual dan kawasannya. 6. Teori Substantif dan Teori Formal c. Teori Substantif Adalah teori yang dikembangkan untuk keperluan substantif atau empiris dalam suatu ilmu pengetahuan, misalnya Sosiologi, Anthropologi, dan psikologis. d. Teori Formal Adalah teori yang disusun secara konseptual dalam bidang ilmu pengetahuan misalnya sosiologi. 8. Unsur-unsur Teori Dibagi dua menurut Analisa perbandingan. c. Kategori konseptual dan kawasan konseptualnya. d. Hipotesis atau hubungan generalisasi di antara kategori dan Penyusunan Teori kawasannya secara integral. Penyusunan teori formal dan kegunaannya. Adalah penyusunan teori yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Tidak langsung, artinya bahwa penyusunan dilakukan melalui Teori Substantif terlebih dahulu. Teori formal dibagi dua. c. Teori formal satu bidang. Yaitu penulisan yang berasal dari satu bidang Substantif dengan cara menghilangkan kata-kata sifat. d. Teori formal dua bidang. Yaitu penulisan dengan memilih kelompok ganda dari satu bidang Substantif. Kegunaan Teori Formal 1. Menguji Teori dari para ahli terkenal. 2. Membandingkan hasil-hasil penelitian melalui arahan dan bimbingan teori pokok.

18 18 3. Menerapkan beberapa teori formal yang sudah diketahui peneliti dalam usaha memberi arti yang lebih besar terhadap isinya. 4. Untuk menyusun teori dengan kerangka yang agak longgar. 7 Persoalan yang berkaitan dengan teori - Persoalan generalisasi - Persoalan kausalitas - Persoalan etnik-etnik IX. PRINSIP-PRINSIP PERUMUSAN MASALAH DALAM PENELITIAN KUALITATIF Perumusan masalah dalam penelitian kualitatif bersifat tentatif, artinya penyempurnaan rumusan masalah itu masih atau tetap dilakukan meskipun peneliti sudah berada di latar belakang penelitian. Sehingga peneliti perlu membatasi diri pada faktor-faktor tertentu saja di lingkungan penelitiannya, yang berarti masih dapat berkembang sekaligus disempurnakan pada waktu peneliti sudah berada dilapangan. Cara merumuskan masalah tergantung pada tiap-tiap individu peneliti dan hasil analisanya dituangkan ke dalam prinsip perumusan masalah yang dapat dijadikan pegangan bagi pembaca. Prinsip-prinsip perumusan masalah tersebut adalah : 1. Prinsip teori dan dasar sebagai upaya menemukan acuan penelitian. 2. Prinsip maksud perumusan masalah untuk menyusun teori-teori 5. Prinsip hubungan faktor-faktor konsep, peristiwa, pengalaman, fenomena. 6. Prinsip fokus untuk membatasi kajian penelitian. 7. Prinsip yang berkaitan dengan kreteria Inklusi Eksklusi. 8. Prinsip yang berkaitan dengan bentuk dan cara perumusan masalah. 9. Prinsip posisi perumusan masalah.

19 Prinsip hasil kajian kepustakaan. 11. Prinsip penggunaan bahasa Semua perinsip tersebut di atas dimaksudkan agar peneliti mempunyai pegangan dalam rangka merumuskan suatu masalah. TAHAP-TAHAP PENELITIAN Tahap-tahap penelitian kualitatif dapat dibagi dalam 4 tahap. 1. Tahap pra lapangan 2. Tahap seorang peneliti bekerja sebelum melakukan penelitian - Tahap peneliti benar-benar mempersiapkan diri menghadapi lapangan penelitian termasuk cara mengingat data hasil jaringan, baik pada pengumpulan data maupun pada saat analisis data. 3. Tahap Analisis Data - Adalah Proses mengorganisasikan dan megurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan dan dapat dirumuskan ke dalam hipotesis kerja seperti yang disarankan. PERTIMBANGAN DALAM MEMILIH MASALAH PENELITIAN. No. Extrascientific criteria/di luar kawasan kriteria ilmiah Scientific criteria/kriteria ilmiah 01. Minat atau kepentingan peneliti thd. masalah yang hendak diteliti. Dapat tidaknya suatu masalah ditelaah secara ilmiah 02. Kepentingan umum/masyarakat Signifikansi/kebermaknaan masalah yang diteliti. 03. Resistensi social, cultural, dan ideologi thd. masalah yang akan diteliti. Kelayakan metodologis suatu masalah untuk diteliti.

20 20 Penjelasan A.Extrascientific criteria/di luar kawasan kriteria ilmiah 1. Minat Peneliti akan bergairah dan bersungguh-sungguh dalam mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan minat, kepentingan dan kecondongan pribadinya. Bila masalah termasuk dalam kawasan yang diminati dan menjadi kepentingannya, akan mengandung kegairahan dan kesungguhan dalam meneliti masalah itu, dan sebaliknya. Oleh karena itu dalam memilih masalah yang diteliti, peneliti perlu mempertimbangan daya tarik masalah dan kesesuaiannya dengan minat. 2. Kepentingan umum/masyarakat. Kepentingan umum atau masyarakat juga perlu diperhatikan, terutama kesesuaian atau relevansinya dengan kepentingan masyarakat. Kesesuaian masalah yang diteliti dengan kepentingan umum dapat memudahkan peneliti memperoleh dukungan dari masyarakat dalam menyelesaikan penelitian; seperti dukungan dana dan perolehan kesahihan data, lebih-lebih penelitian yang di-rancang mengharapkan dana bantuan dari pemerintah atau lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pelayanan masyarakat. 3. Resistensi Peneliti juga perlu mempertimbangkan kepekaan atau ketabuan suatu masalah yang jika diadakan penelitian mengundang reaksi negative masyarakat, khususnya bagi masyarakat yang dikenai penelitian. Jadi terdapat kemungkinan ditolak jika suatu masalah diteliti, baik karena alas an social, cultural, maupun ideologis. Jika digambarkan, akan tampak seperti diagram berikut ini. PEMILIHAN MASALAH PENELITIAN Minat dan Kepentingan Peneliti Kepentingan Umum/Masyarakat Resistensi Sosial, Cultural, Ideologis

21 21 B. Scientific Criteria/Dalam Kawasan Kriteria Ilmiah 1. Dapat Tidaknya suatu Masalah diteliti secara ilmiah Masalah penelitian baru dapat ditelaah secara ilmiah ( researchable) manakala gejala atau indikasi atau realitasnya dapat diamati ( observable). Gambaran kehidupan sesuadah mati misalnya, jelas tidak dapat diamati, berarti tidak dapat diteliti atau ditelaah secara ilmiah. Artinya tidak semua dapat diamati. Masalah yang dapat diteliti adalah masalah yang jawaban atau pemecahannya merupakan hasil pengumpulan dan penganalisisan data; kalau data tidak dapat dikumpulkan berarti masalah tersebut tidak dapat diteliti. 2. Signifikansi atau Kebermaknaan Masalah Kebermaknaan maslaah berkaitan dengan nilai penemuan yang akan diperoleh seandainya masalah tersebut diteliti. Suatu masalah dikatakan bermakna apabila jawaban atau pemecahannya melahirkan pengetahuan baru yang memang penting, baik bagi penambahan khasanah ilmu pengetahuan baru (pengembangan bangunan pengetahuan) maupun bagi kepentingan praktis/ kebijakan. Keguaan teoritis berkenaan dengan nilai eksplanasi, prediksi, dan pengendalian hasil penelitian, sedangkan kegunaan praktis berkenaan dengan nilai informasi yang didapatkan dari hasil meneliti suatu masalah bagi kepentingan praktis/kebijakan. Terdapat dua ungkapan yang menarik yang perlu diperhatikan oleh peneliti. Ungkapan pertama menyatakan: Learning more and more about less and less until researcher knows everything about nothing. Ungkapan yang kedua menyatakan yang sebaliknya, yaitu Learning less and less about more and more until one knows nothing about everything. Ungkapan pertama mensinyalir demikian sempitnya lingkup dan batasan masalah yang diteliti, sehingga banyak sekali yang diketahui mengenai persoalan sempit tadi, dan karenanya, si peneliti menjadi tahu segala-galanya mengenai hal yang tiada berarti. Pernyataan kedua, mensinyalir demikian luasnya cakupan masalah yang diteliti, sehingga hanya sedikit yang diketahuinya, dan oleh karena itu, si peneliti tidak mengetahui apa-apa mengenai segala hal. Kedua ungkapan tadi menunjukan betapa tidak mudahnya memilih masalah yang benar-benar bermakna.

22 22 Adapun yang berkenaan dengan Kelayakan Metodologis, pada dasarnya menyangkut soal konseptualisasi (deduksi konsep, teori, atau hipotesis), pengukuran, keterolehan data, dan penganalisaan data. Konsetualisasi berkenaan dengan spesifikasi atau operasionalisasi, atau representasi yang bersifat empiris dan terukur (melalui berfikir d eduktif) dari suatu konsep, teori, atau hipotesis. Dalam hubungan ini, suatu masalah dikatakan layak secara metodologis apabila konsep-konsepnya, landasan teorinya, dan hipotesisnya dapat disimpulkan spesifikasi yang mereprensentasikannya berupa batasan operasional dari suatu konsep atau istilah. Istilah atau konsep prestasi belajar misalnya, batasan o[perasionalnya (spesifikasi yang merepresentasikan - nya) dapat dikatakan dengan hasil belajar yang tercermin pada nilai mata pelajaran yang diperoleh sebagaimana terdapat dalam buku atau kartu nilai (prestasi belajar = nilai mata pelajaran yang diperoleh sebagaimana dalam buku atau kartu nilai). Contoh lain; Dalang laris = frekuensi pentas dalam satu bulan atau satu tahun. Mengenai landasan teori, barulah dikatakan layak digunakan dalam meneliti suatu masalah, apabila teori tersebut dapat dinyatakan konsekuensi logisnya yang spesifik (yang selanjutnya disebut hipotesis atau teoritisasi deduktif). Artinya, suatu masalah yang diangkat dari suatu teori tertentu haruslah merupakan spesifikasi yang merepresentasikan teori bersangkutan termasuk juga formulasi hipoteseis yang merupakan jawaban sementara mengenai masalah tersebut. Oleh sebab itu, suatu penelitian yang pilihan masalahnya dimaksudkan untuk menguji deduksi dari suatu teori, perlu sekali mempertanyakan kesenjangan logis ( logical gap) yang menyela di antara teori dengan hipotesis dan masalah penelitian. Kalau terjadi kesenjangan logis, berarti bukan merupakan kesimpulan deduktif dari suatu teori, dan karenanya, hipotesesis dan masalah tersebut kurang layak untuk diteliti di dalam kerangka teori yang melandasinya. Contoh masalah (sebagai kesimpulan deduksi) yang dikembangkan dari suatu teori adalah: Apakah anak-anak yang orang tuanya sangat membatasi kebebasan mereka akan memperoleh biji lebih rendah di dalam menyelesaikan tugas-tugas studi bebas nya dibandingkan dengan anak-anak yang orang tuanya tidak membatasi

23 23 kebebasan mereka? (pertanyaan ini dikembangkan secara logis dari teori Mc Clelland yang menyatakan bahwa intensitas motif berprestasi merupakan akibat langsung dari pengalaman kebebasan dan kemandirian seseorang di masa kecilnya atau di usia anak-anak ). BUKU RUJUKAN Faisal, Sanapiah 1995 Fromat-Format Penelitian Sosial: Dasar-Dasar dan Aplikasi. Cetakan ketiga. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hal

LANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN. Oleh Agus Hasbi Noor

LANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN. Oleh Agus Hasbi Noor LANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN Oleh Agus Hasbi Noor Ilmu dan Proses Berpikir Ilmu atau sains adalah pengetahuan tentang fakta-fakta, baik natura atau sosial yang berlaku umum dan sistematik.

Lebih terperinci

BAB I PENELITIAN, PERKEMBANGAN IPTEK DAN KEBENARAN

BAB I PENELITIAN, PERKEMBANGAN IPTEK DAN KEBENARAN BAB I PENELITIAN, PERKEMBANGAN IPTEK DAN KEBENARAN A. PENDAHULUAN Bagian ini membahas mengenai terminologi-terminologi penelitian dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan, kebenaran mutlak yang terdapat

Lebih terperinci

ILMU DAN PENELITIAN Sub Pembahasan : 1) Ilmu dan Penalaran 2) Penelitian ilmiah 3) Proposisi dan Teori Dalam Penelitian 4) Metode Penelitian

ILMU DAN PENELITIAN Sub Pembahasan : 1) Ilmu dan Penalaran 2) Penelitian ilmiah 3) Proposisi dan Teori Dalam Penelitian 4) Metode Penelitian ILMU DAN PENELITIAN Sub Pembahasan : 1) Ilmu dan Penalaran 2) Penelitian ilmiah 3) Proposisi dan Teori Dalam Penelitian 4) Metode Penelitian tedi - last 08/16 Ilmu. Ilmu adalah pengetahuan tentang fakta,

Lebih terperinci

BAHAN AJAR : Metode Penelitian Sosial Ekonomi

BAHAN AJAR : Metode Penelitian Sosial Ekonomi Mata Kuliah Semester PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR : Metode Penelitian Sosial Ekonomi : VI Pertemuan Ke : 1 Pokok Bahasan Dosen : Konsep-konsep Dasar Penelitian

Lebih terperinci

METODE RISET (Research Method)

METODE RISET (Research Method) METODE RISET (Research Method) PENELITIAN Suatu penyelidikan yang sistematis dan terorganisir untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan tertentu dan masalah tertentu yang memerlukan jawaban. Tujuan melakukan

Lebih terperinci

SIKAP ILMIAH 3/27/2014 Metil/dn 1

SIKAP ILMIAH 3/27/2014 Metil/dn 1 SIKAP ILMIAH 3/27/2014 Metil/dn 1 Setiap orang pada saat dan tempat tertentu akan berada dalam suatu situasi. Jika orang tersebut merasa sebagai bagian dari situasi itu, maka orang itu disebut mengalaminya.

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian MODUL PERKULIAHAN I Metodologi Penelitian Pendahuluan: 1. Ilmu Pengetahuan dan penelitian 2. Peranan dan jenis-jenis penelitian 3. Metode ilmiah dan penelitian Fakultas ProgramStudi TatapMuka KodeMK DisusunOleh

Lebih terperinci

Pertemuan 1. Dasar Dasar Penelitian (Research)

Pertemuan 1. Dasar Dasar Penelitian (Research) Pertemuan 1 Dasar Dasar Penelitian (Research) Pengertian Penelitian (risearch) Penelitian adalah terjemahan dari bahasa Inggris yaitu research, re berarti kembali dan to search berarti menemukan. Jadi

Lebih terperinci

KONSEP-KONSEP DASAR PENELITIAN

KONSEP-KONSEP DASAR PENELITIAN KONSEP-KONSEP DASAR PENELITIAN A. Upaya-upaya Manusia Untuk Memperoleh Kebenaran Kebenaran berkaitan dengan kualitas pengetahuan. Artinya, setiap pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang yang mengetahui

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dan Ilmu Pengetahuan. MR Alfarabi Istiqlal, SP MSi

METODE PENELITIAN. Penelitian dan Ilmu Pengetahuan. MR Alfarabi Istiqlal, SP MSi METODE PENELITIAN Penelitian dan Ilmu Pengetahuan MR Alfarabi Istiqlal, SP MSi 2 Metode Metode adalah setiap prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan akhir. Cara yang teratur dan terpikir baik untuk

Lebih terperinci

PERTEMUAN 7 HIPOTESIS PENELITIAN

PERTEMUAN 7 HIPOTESIS PENELITIAN PERTEMUAN 7 HIPOTESIS PENELITIAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada pertemuan ini akan dijelaskan hipotesis penelitian. Melalui ekspositori, Anda harus mampu: 7.1. Menjelaskan pengertian hipotesis 7.2. Menjelaskan

Lebih terperinci

Paradigma dan Penyusunan Teori dalam penelitian kualitatif PERTEMUAN 3

Paradigma dan Penyusunan Teori dalam penelitian kualitatif PERTEMUAN 3 Paradigma dan Penyusunan Teori dalam penelitian kualitatif PERTEMUAN 3 3 Paradigma dan Penyusunan Teori dalam penelitian kualitatif Paradigma penelitian kualitatif Penyusunan teori dan persoalan generalisasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Wuryansari Muharini Kusumawinahyu

METODE PENELITIAN. Wuryansari Muharini Kusumawinahyu METODE PENELITIAN Wuryansari Muharini Kusumawinahyu Disarikan dari tulisan M. Laksono Tri Rochmawan, SE, MSi, Akt. Di http://www.sonilaksono.blogspot.com http://www.laksonotri.zoomshare.com Outline O Ilmu

Lebih terperinci

PERTEMUAN 6 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

PERTEMUAN 6 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR PERTEMUAN 6 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai landasan teori dan kerangka berpikir. Melalui ekspositori, Anda harus mampu: 6.1. Menjelaskan

Lebih terperinci

Drs. Rudi Susilana, M.Si. -

Drs. Rudi Susilana, M.Si. - Keterkaitan antara Masalah, Teori dan Hipotesis Kegiatan penelitian dimulai dari adanya masalah, dan penelitian itu sendiri merupakan salah satu upaya menemukan jawaban atau pemecahan masalah dengan menggunakan

Lebih terperinci

MODUL METODE PENELITIAN KOMUNIKASI (3 SKS) METODOLOGI PENELITIAN ; SUATU PENGANTAR Oleh : Nurprapti Wahyu Widyastuti

MODUL METODE PENELITIAN KOMUNIKASI (3 SKS) METODOLOGI PENELITIAN ; SUATU PENGANTAR Oleh : Nurprapti Wahyu Widyastuti FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 1 MODUL (3 SKS) POKOK BAHASAN : METODOLOGI PENELITIAN ; SUATU PENGANTAR Oleh : Nurprapti Wahyu Widyastuti Deskripsi : Semakin maju suatu masyarakat,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN DR. SITI KOMARIAH HILDAYANTI, S.TP. M.M. s.k.hildayanti@gmail.com Referensi: Business Research Method, 2003 by Zikmund Business Risearch Methods, 2005, Donal R. Cooper & Pamela S.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Oleh Satria Novari, M.Kom

METODE PENELITIAN. Oleh Satria Novari, M.Kom METODE PENELITIAN Oleh Satria Novari, M.Kom I. Pendahuluan tentang Penelitian 1. Pengertian metodologi Penelitian 2. Sejarah Penelitian 3. Pendekatan ilmiah dan non ilmiah 4. Fungsi-fungsi Penelitian 5.

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FILSAFAT ILMU Filsafat: upaya sungguh-sungguh dlm menyingkapkan segala sesuatu, sehingga pelakunya menemukan inti dari

Lebih terperinci

Hubungan Ilmu Pengetahuan dengan Penelitian Disusun oleh: Ida Yustina, Prof. Dr.

Hubungan Ilmu Pengetahuan dengan Penelitian Disusun oleh: Ida Yustina, Prof. Dr. Hubungan Ilmu Pengetahuan dengan Penelitian Disusun oleh: Ida Yustina, Prof. Dr. Seorang peneliti jauh lebih baik berbuat kesalahan, ketimbang berkata yang tidak benar. Ilmu Pengetahuan (Science) Awal

Lebih terperinci

6/10/ MHS DAPAT MENJELASKAN APA YG DIMAKSUD PENELITIAN ILMIAH. 2. MHS DAPAT MENJELASKAN HUB PENELITIAN DGN PENGEMBANGAN IPTEK

6/10/ MHS DAPAT MENJELASKAN APA YG DIMAKSUD PENELITIAN ILMIAH. 2. MHS DAPAT MENJELASKAN HUB PENELITIAN DGN PENGEMBANGAN IPTEK 1. MHS DAPAT MENJELASKAN APA YG DIMAKSUD PENELITIAN ILMIAH. 2. MHS DAPAT MENJELASKAN HUB PENELITIAN DGN PENGEMBANGAN IPTEK 1 MANUSIA SBG MAHLUK BERAKAL PENGALAMAN PENCARIAN KEBENARAN RESEARCH / RISET =

Lebih terperinci

Pengertian Metodologi Penelitian. Hubungan Ilmu dan Penelitian

Pengertian Metodologi Penelitian. Hubungan Ilmu dan Penelitian Pengertian Metodologi Penelitian Metodologi Metode + Logi (/ logy dari kata logos = ilmu ) Ilmu : Suatu pengetahuan yang sistematis dan terorganisasi Penelitian : Suatu penyelidikan yang hati-hati serta

Lebih terperinci

PROSES BERPIKIR ILMIAH

PROSES BERPIKIR ILMIAH PROSES BERPIKIR ILMIAH Penalaran (Reasoning)) - Kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Cirinya : Logis dan analitis Proses berpikir Ilmiah adalah : gabungan cara berpikir deduktif

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH: PENELITIAN PRAKTIS DAN STRATEGIS DALAM RANGKA PENYIAPAN SEMINAR.

KARYA ILMIAH: PENELITIAN PRAKTIS DAN STRATEGIS DALAM RANGKA PENYIAPAN SEMINAR. KARYA ILMIAH: PENELITIAN PRAKTIS DAN STRATEGIS DALAM RANGKA PENYIAPAN SEMINAR munir@upi.edu KEMAMPUAN MENULIS KARYA ILMIAH Kemampuan mendasar dari karya ilmiah adalah menulis. Menulis adalah salah satu

Lebih terperinci

Bentuk dasar pengetahuan ada dua: 1. Bentuk pengetahuan mengetahui demi mengetahui saja, dan untuk menikmati pengetahuan itu demi memuaskan hati

Bentuk dasar pengetahuan ada dua: 1. Bentuk pengetahuan mengetahui demi mengetahui saja, dan untuk menikmati pengetahuan itu demi memuaskan hati Bentuk Dasar Pengetahuan Bentuk dasar pengetahuan ada dua: 1. Bentuk pengetahuan mengetahui demi mengetahui saja, dan untuk menikmati pengetahuan itu demi memuaskan hati manusia 2. Bentuk pengetahuan untuk

Lebih terperinci

Ilmu pengetahuan. himpunan pengetahuan yang diperoleh secara terorganisisr melalui prosedur dan metode tertentu yang kemudian disistema-tisasi

Ilmu pengetahuan. himpunan pengetahuan yang diperoleh secara terorganisisr melalui prosedur dan metode tertentu yang kemudian disistema-tisasi Ilmu pengetahuan himpunan pengetahuan yang diperoleh secara terorganisisr melalui prosedur dan metode tertentu yang kemudian disistema-tisasi Struktur Ilmu Pengetahuan dimulai dengan konsep awal berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Pengertian Logika. B. Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Pengertian Logika. B. Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Logika Logika berasal dari kata Logos yaitu akal, jika didefinisikan Logika adalah sesuatu yang masuk akal dan fakta, atau Logika sebagai istilah berarti suatu metode atau

Lebih terperinci

PENELITIAN DAN METODE ILMIAH. BY: EKO BUDI SULISTIO

PENELITIAN DAN METODE ILMIAH. BY: EKO BUDI SULISTIO PENELITIAN DAN METODE ILMIAH BY: EKO BUDI SULISTIO Email: eko.budi@fisip.unila.ac.id PENELITIAN Bhs Inggris : Research re kembali ; search mencari. Secara bahasa berarti mencari kembali Penelitian dapat

Lebih terperinci

Metode, Sikap, Proses, dan Implikasi Ilmiah. Sulistyani, M.Si.

Metode, Sikap, Proses, dan Implikasi Ilmiah. Sulistyani, M.Si. Metode, Sikap, Proses, dan Implikasi Ilmiah Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id Berlatar belakang Penalaran deduktif (rasionalisme) dan induktif (empirisme) memiliki kelemahan dalam mengungkap

Lebih terperinci

EPISTEMOLOGI: CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR

EPISTEMOLOGI: CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR EPISTEMOLOGI: CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR Slamet Heri Winarno JARUM SEJARAH PENGETAHUAN Kriteria kesamaan dan bukan perbedaan yang menjadi konsep dasar Berlaku metode ngelmu yang tidak membedakan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

LANDASAN TEORI KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS LANDASAN TEORI KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN Yang diampu oleh Bpk. Gusnar Mustapa, S.E., M.M. Disusun oleh Kelompok III: EVI ARISTA

Lebih terperinci

Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu :

Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : Pertemuan 1 Konsep Dasar Penelitian dan Metode Ilmiah 1 Learning Outcomes Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : Menjelaskan definisi penelitian dan metode ilmiah. Menjelaskan karakteristik

Lebih terperinci

Prosedur Penelitian (1)

Prosedur Penelitian (1) HAND OUT MATA KULIAH Prosedur Penelitian (1) Tedi Priatna Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung 1 Masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan kenyataan dan harus

Lebih terperinci

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA.

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA. M.MA., MA. M.MA., MA. 09/01/2016 1 Manusia mencari kebenaran dengan menggunakan akal sehat (common sense) dan dengan ilmu pengetahuan. Ada empat hal pokok yang membedakan antara ilmu dan akal sehat. 1)

Lebih terperinci

ILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH KULIAH MATERI

ILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH KULIAH MATERI PERTEMUAN 1 DOSEN VED,SE.,MSI.,AK.,CA MATERI ILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH KULIAH MATERI ILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH 1.1 Pengertian dan Komponen Ilmu 1.2 Metode Ilmiah 1.3 Penelitian

Lebih terperinci

KONSEP PENELITIAN ILMIAH. Imam Gunawan

KONSEP PENELITIAN ILMIAH. Imam Gunawan KONSEP PENELITIAN ILMIAH Imam Gunawan FOKUS KAJIAN 1. Makna kebenaran ilmiah. 2. Berbagai pendekatan untuk memperoleh kebenaran ilmiah. 3. Konsep dasar penelitian. 4. Kriteria penelitian yang baik 5. Fungsi

Lebih terperinci

Kerangka Pemikiran. Kerangka pemikiran merupakan dukungan dasar teoritis terhadap pendekatan pemecahan masalah yang akan diteliti,

Kerangka Pemikiran. Kerangka pemikiran merupakan dukungan dasar teoritis terhadap pendekatan pemecahan masalah yang akan diteliti, Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan dukungan dasar teoritis terhadap pendekatan pemecahan masalah yang akan diteliti, Berfungsi : a. sebagai dasar pedoman atau pegangan b. sebagai tolok ukur

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Pengantar: Pengetahuan, Ilmu dan Kebenaran. Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc.

METODE PENELITIAN. Pengantar: Pengetahuan, Ilmu dan Kebenaran. Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. METODE PENELITIAN Pengantar: Pengetahuan, Ilmu dan Kebenaran Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Studi Agribisnis FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini bertujuan

Lebih terperinci

TEORI HUBUNGAN INTERNASIONAL TEORI : TINJAUAN UMUM. DOSEN : Dr. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

TEORI HUBUNGAN INTERNASIONAL TEORI : TINJAUAN UMUM. DOSEN : Dr. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI TEORI HUBUNGAN INTERNASIONAL TEORI : TINJAUAN UMUM DOSEN : Dr. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 Pengertian dan ManfaatTeori Struktur dan Logika Teori Teori dan Ilmu Pengetahuan Ilmu

Lebih terperinci

FILSAFAT METODE PENELITIAN

FILSAFAT METODE PENELITIAN PAT S2 2017 Minat : Rekayasa Struktur Website: www.zacoeb.lecture.ub.ac.id e-mail : zacoebc93@gmail.com FILSAFAT METODE PENELITIAN PRAPOSITIVISME PERKEMBANGAN FILSAFAT PENELITIAN POSITIVISME POSTPOSITIVISME

Lebih terperinci

Tujuan Belajar : Setelah mempelajari Materi ini, diharapkan Mahasiswa mampu :

Tujuan Belajar : Setelah mempelajari Materi ini, diharapkan Mahasiswa mampu : Tujuan Belajar : Setelah mempelajari Materi ini, diharapkan Mahasiswa mampu : 1. Menjelaskan Studi Kepustakaan 2. Menjelaskan Macam macam Pustaka 3. Menyusun Tinjauan Pustaka / Tinjauan Teori 4. Menjelaskan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Konsep, Jenis dan Tahapan Penelitian

METODE PENELITIAN Konsep, Jenis dan Tahapan Penelitian METODE PENELITIAN Konsep, Jenis dan Tahapan Penelitian Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Studi Agribisnis FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI Mengapa perlu penelitian? Pengetahuan manusia

Lebih terperinci

Pertemuan 4. Landasan Teori dan Penyusunan Hipotesis

Pertemuan 4. Landasan Teori dan Penyusunan Hipotesis Pertemuan 4 Landasan Teori dan Penyusunan Hipotesis Learning Outcomes Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : Menjelaskan bentuk-bentuk hipotesis. Menguraikan tentang Kerangka Berfikir

Lebih terperinci

KONSEP DASAR DAN HAKIKAT PENELITIAN

KONSEP DASAR DAN HAKIKAT PENELITIAN KONSEP DASAR DAN HAKIKAT PENELITIAN Konsep merupakan suatu gagasan atau ide yang relatif sempurna dan bermakna, suatu pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat

Lebih terperinci

METODE ILMIAH. Isti Yunita, M. Sc FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015

METODE ILMIAH. Isti Yunita, M. Sc FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 METODE ILMIAH Isti Yunita, M. Sc Isti_yunita@uny.ac.id FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 DASAR-DASAR PENGETAHUAN Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai

Lebih terperinci

PENGANTAR METODOLOGI PENELITIAN Sesi 01. Arief Soeleman, M.Kom

PENGANTAR METODOLOGI PENELITIAN Sesi 01. Arief Soeleman, M.Kom PENGANTAR METODOLOGI PENELITIAN Sesi 01 Arief Soeleman, M.Kom arief22208@gmail.com ILMU PENGETAHUAN, METODE ILMIAH, DAN PENELITIAN Research (Inggris) dan recherche (Prancis) re (kembali) to search (mencari)

Lebih terperinci

JENIS-JENIS PENELITIAN

JENIS-JENIS PENELITIAN Andriani Kusumawati JENIS-JENIS PENELITIAN Berdasarkan: 1. Tujuan 2. Kedalaman analisisnya 3. Pendekatan analisis atau Proses 4. Logika Penelitian 5. Kategori fungsionalnya 6. Hasil yang diharapkan dari

Lebih terperinci

Telaah Pustaka dan Hipotesis DOSEN : DIANA MA RIFAH

Telaah Pustaka dan Hipotesis DOSEN : DIANA MA RIFAH Telaah Pustaka dan Hipotesis DOSEN : DIANA MA RIFAH Tinjauan/ Telaah Pustaka Merupakan identifikasi dan analisis dari dokumen-dokumen yang berisi informasi yang berhubungan dengan permasalahan penelitian

Lebih terperinci

MEMFORMULASIKAN KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

MEMFORMULASIKAN KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS MEMFORMULASIKAN KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Diresume dari presentasi Rahmanita Syahdan, Misnasanti, dan Rospala Hanisah Yukti Sari pada mata kuliah Metode Penelitian Penelitian pada Rabu 26 Oktober

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mata pelajaran fisika pada umumnya dikenal sebagai mata pelajaran yang ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari pengalaman belajar

Lebih terperinci

PENGANTAR PENELITIAN. Imam Gunawan

PENGANTAR PENELITIAN. Imam Gunawan PENGANTAR PENELITIAN Imam Gunawan Apakah penelitian itu?? Proses yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi guna meningkatkan pemahaman pada suatu topik Usaha mendapatkan kebenaran dalam

Lebih terperinci

ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN Oleh Suradi ABSTRAK

ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN Oleh Suradi ABSTRAK ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN Oleh Suradi ABSTRAK Knowledge of research methods increasingly perceived benefits and has become an important tool both for students, researchers, lecturers in the framework

Lebih terperinci

KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT

KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT Prof. Dr. Almasdi Syahza,, SE., MP Peneliti Senior Universitas Riau Email : asyahza@yahoo.co.id syahza.almasdi@gmail.com Website : http://almasdi.staff.unri.ac.id Pengertian

Lebih terperinci

VII. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN

VII. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN VII. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN Langkah penelitian adalah serangkaian proses penelitian dimana seorang peneliti dari awal yaitu merasa menghadapi masalah, berupaya untuk memecahkan masalah, memecahkan

Lebih terperinci

HIPOTESIS PENELITIAN. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH. Tujuan Pembelajaran

HIPOTESIS PENELITIAN. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH. Tujuan Pembelajaran Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH HIPOTESIS PENELITIAN Tujuan Pembelajaran Setelah mendapatkan materi ini, maka diharapkan agar para mahasiwa dapat memahami mengenai; a. Definisi hipotesis penelitian

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN Pertemuan 3 JENIS DAN METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN Pertemuan 3 JENIS DAN METODE PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Pertemuan 3 JENIS DAN METODE PENELITIAN RASIONAL Dilakukan dg dg cara yg yg masuk akal shg Terjangkau terjangkau penalaran manusia CARA ILMIAH KEGIATAN PENELITIAN DIDASARKAN CIRI-CIRI

Lebih terperinci

Modul Perkuliahan II. Metode Penelitian Kualitatif. Metode Penelitian Ilmiah. Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI

Modul Perkuliahan II. Metode Penelitian Kualitatif. Metode Penelitian Ilmiah. Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI Modul ke: 02 Ponco Fakultas ILMU KOMUNIKASI Modul Perkuliahan II Metode Penelitian Kualitatif Metode Penelitian Ilmiah Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm Program Studi Public Relations Judul Sub Bahasan Metode

Lebih terperinci

Penelitian diterjemahkan dari kata Research (Inggris) yaitu re (kembali) dan search (mencari)

Penelitian diterjemahkan dari kata Research (Inggris) yaitu re (kembali) dan search (mencari) Penelitian diterjemahkan dari kata Research (Inggris) yaitu re (kembali) dan search (mencari) atau men cari kembali yang kemudian para ahli menerjemahkannya sebagai riset. Hillway (1956) mengatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan sikap dan keterampilan yang merupakan hasil aktivitas belajar

Lebih terperinci

DASAR DASAR PENELITIAN Pertemuan 1

DASAR DASAR PENELITIAN Pertemuan 1 DASAR DASAR PENELITIAN Pertemuan 1 Pengertian Penelitian 1. Menurut Webter Dictionary, Penelitian adalah investigasi atau eksperimen yang bertujuan untuk menemukan dan interpretasi atas fakta, revisi atas

Lebih terperinci

PERANAN TEORI DALAM PENELITIAN

PERANAN TEORI DALAM PENELITIAN PERANAN TEORI DALAM PENELITIAN HASRAT INGIN TAHU: Mencari Kebenaran PENDEKATAN NON-ILMIAH: Common sense (akal sehat) Prasangka Pendekatan intuitif Kebetulan/Coba-coba Pendapat otoritas ilmiah PENDEKATAN

Lebih terperinci

Sebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan ke dalam Bahasa yang bisa dimengerti manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan

Sebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan ke dalam Bahasa yang bisa dimengerti manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan Subjudul Sebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan ke dalam Bahasa yang bisa dimengerti manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan mengingat tentang sesuatu. Sesuatu yang didapat

Lebih terperinci

RESUME METODOLOGI PENELITIAN BAB 1 (KONSEP DASAR RISET) BUKU KARANGAN JOGIYANTO

RESUME METODOLOGI PENELITIAN BAB 1 (KONSEP DASAR RISET) BUKU KARANGAN JOGIYANTO Ayu Nurul Sabilla (145020301111005) Kelas CG RESUME METODOLOGI PENELITIAN BAB 1 (KONSEP DASAR RISET) BUKU KARANGAN JOGIYANTO Pengertian Riset Dari berbagai pengertian yang dijelaskan oleh Uma Sekaran,

Lebih terperinci

KONSEP DASAR DAN HAKEKAT PENELITIAN

KONSEP DASAR DAN HAKEKAT PENELITIAN KONSEP DASAR DAN HAKEKAT PENELITIAN Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah. Oleh karena itu, sebelum

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruggiero (Johnson, 2007:187) mengartikan berfikir sebagai segala aktivitas mental

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruggiero (Johnson, 2007:187) mengartikan berfikir sebagai segala aktivitas mental II. TINJAUAN PUSTAKA A. Berpikir Kritis Ruggiero (Johnson, 2007:187) mengartikan berfikir sebagai segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau memecahkan masalah, membuat keputusan, atau memenuhi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Pengertian merupakan sarana dalam era globalisasi ini, karena melalui

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Pengertian merupakan sarana dalam era globalisasi ini, karena melalui BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode 3.1.1 Pengertian Penelitian Pengertian merupakan sarana dalam era globalisasi ini, karena melalui penelitian berbagai masalah yang dialami manusia dapat dicari jawabannya.

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu dan Logika

Filsafat Ilmu dan Logika Filsafat Ilmu dan Logika Modul ke: METODE-METODE FILSAFAT Fakultas Psikologi Masyhar Zainuddin, MA Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengantar metode filsafat bukanlah metode ketergantungan

Lebih terperinci

MATA KULIAH TEORI AKUNTANSI JUMLAH SKS : 3 SKS MATA KULIAH PRASARAT AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN II

MATA KULIAH TEORI AKUNTANSI JUMLAH SKS : 3 SKS MATA KULIAH PRASARAT AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN II MATA KULIAH TEORI AKUNTANSI JUMLAH SKS : 3 SKS MATA KULIAH PRASARAT AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN II PENGERTIAN TEORI DALAM AKUNTANSI AKUNTANSI SEBAGAI ILMU Apa maksudnya? Beberapa definisi tentang akuntansi:

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN DAN PENELITIAN SAMPEL. (Dharminto)

METODE PENELITIAN DAN PENELITIAN SAMPEL. (Dharminto) METODE PENELITIAN DAN PENELITIAN SAMPEL (Dharminto) Penelitian (research) merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan. Jadi penelitian merupakan bagian dari usaha pemecahan

Lebih terperinci

MEMBANGUN TRADISI ILMIAH MELALUI PENELITIAN

MEMBANGUN TRADISI ILMIAH MELALUI PENELITIAN MEMBANGUN TRADISI ILMIAH MELALUI PENELITIAN Makalah disajikan pada Materi Kuliah Metodelogi Penelitian Sekolah Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si Guru Besar

Lebih terperinci

Makalah Penelitian Pendidikan Fisika tentang Jenis-Jenis Penelitian

Makalah Penelitian Pendidikan Fisika tentang Jenis-Jenis Penelitian Makalah Penelitian Pendidikan Fisika tentang Jenis-Jenis Penelitian disusun oleh : Fanesa Prousvaliza R. (06101011012) Dosen Pengasuh : Dr. Sardianto MS, M.Pd., M.Si. Syuhendri, M.Pd. Taufiq, M.Pd. Fakultas

Lebih terperinci

BAB II APA PENELITIAN ILMIAH ITU?

BAB II APA PENELITIAN ILMIAH ITU? BAB II APA PENELITIAN ILMIAH ITU? Arti Penelitian Memang semua penelitian atau riset menghasilkan pengetahuan ( knowledge) tetapi belum tentu berupa ilmu pengetahuan ( science). Ilmu pengetahuan ( scientific

Lebih terperinci

Teori-teori Kebenaran Ilmu Pengetahuan. # Sesi 9, Kamis 16 April 2015 #1

Teori-teori Kebenaran Ilmu Pengetahuan. # Sesi 9, Kamis 16 April 2015 #1 Teori-teori Kebenaran Ilmu Pengetahuan # Sesi 9, Kamis 16 April 2015 #1 Teori-teori kebenaran yang telah dikemukakan para filosuf: 1. Teori idealisme 2. Teori rasionalisme 3. Teori rasio murni (reinen

Lebih terperinci

Pertemuan Keempat Landasan Teori dan Rumusan Hipotesis. Metode Riset Dr. Muhamad Yunanto, MM. Fak. Ekonomi Universitas Gunadarma

Pertemuan Keempat Landasan Teori dan Rumusan Hipotesis. Metode Riset Dr. Muhamad Yunanto, MM. Fak. Ekonomi Universitas Gunadarma Pertemuan Keempat Landasan Teori dan Rumusan Hipotesis Metode Riset Dr. Muhamad Yunanto, MM. Fak. Ekonomi Universitas Gunadarma 1 OBSERVASI Identifikasi bidang Permasalahan 3 PENDEFINISI AN MASALAH Pembatasan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 1. Semoga Tuhan memberi berkah pada kelas ini.

PERTEMUAN 1. Semoga Tuhan memberi berkah pada kelas ini. PERTEMUAN 1 Semoga Tuhan memberi berkah pada kelas ini. Kontrak Perkuliahan 1 Kode Mata Kuliah : 943 Nama Mata Kuliah : Metode Penelitian Beban Kredit : 3 SKS Semester : 4 (empat) Fakultas/Jurusan : Teknik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Penalaran Induktif Matematis. yaitu reasoning, dalam Cambridge Learner s Dictionary berarti the

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Penalaran Induktif Matematis. yaitu reasoning, dalam Cambridge Learner s Dictionary berarti the 39 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Penalaran Induktif Matematis Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007) penalaran berasal dari kata nalar yang berarti pertimbangan

Lebih terperinci

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI Oleh NIM : Boni Andika : 10/296364/SP/23830 Tulisan ini berbentuk critical review dari Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori dan Metodologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sebagai ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia.

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN PROF. DR. NURFINA AZNAM NUGROHO, SU., APT

PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN PROF. DR. NURFINA AZNAM NUGROHO, SU., APT PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN MASALAH RANCANGAN PENELITIAN PENELITIAN UNTUK MEMAHAMI DAN MEMECAHKAN MASALAH DI BIDANG TERTENTU SERTA MEMPEROLEH PENGETAHUAN BARU, SECARA: ILMIAH : BERDASARKAN FAKTA ATAU

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian adalah terjemahan dari kata Inggris research. Dari itu juga ahli yang menerjemahkan research sebagai riset. Research itu sendiri berasal dari kata re, yang bearti

Lebih terperinci

Pendekatan penelitian disebut juga dengan desain penelitian yakni rancangan, pedoman ataupun acuan penelitian yang akan dilaksanakan (Soemartono,

Pendekatan penelitian disebut juga dengan desain penelitian yakni rancangan, pedoman ataupun acuan penelitian yang akan dilaksanakan (Soemartono, Pendekatan penelitian disebut juga dengan desain penelitian yakni rancangan, pedoman ataupun acuan penelitian yang akan dilaksanakan (Soemartono, 2003). Desain Penelitian ini harus memuat segala sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. B. Identifikasi Masalah. C. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. B. Identifikasi Masalah. C. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah yang diteliti tentunya dimunculkan melalui serangkaian proses penalaran tertentu dari sumber-sumber tertentu, jadi ada konteks tertentu, yang dari situ

Lebih terperinci

MATA KULIAH METODE RISET [KODE/SKS : IT /2 SKS]

MATA KULIAH METODE RISET [KODE/SKS : IT /2 SKS] MATA KULIAH METODE RISET [KODE/SKS : IT-021235/2 SKS] Peranan dan ruang lingkup riset PERBEDAAN METODE ILMIAH DENGAN LOGIKA Logika berhubungan dengan cara atau proses penalaran (reasoning), jika suatu

Lebih terperinci

BAB V METODE-METODE KEILMUAN

BAB V METODE-METODE KEILMUAN BAB V METODE-METODE KEILMUAN Untuk hidupnya, binatang hanya mempunyai satu tujuan yang terlintas dalam otaknya yaitu pemenuhan kebutuhan untuk makan. Manusia dalam sejarah perkembangannya yang paling primitifpun

Lebih terperinci

MENJADI PENELITI YANG BAIK

MENJADI PENELITI YANG BAIK MENJADI PENELITI YANG BAIK Penulis : Kolonel Czi Ir. Imam Soleh Hadi.,M.M Keberhasilan suatu tugas, kegiatan ataupun produk matrial/non matrial harus diawali dengan kegiatan penelitian, sehingga sebagai

Lebih terperinci

BAB IV KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kerangka teoritis adalah suatu model yang menerangkan bagaimana

BAB IV KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kerangka teoritis adalah suatu model yang menerangkan bagaimana BAB IV KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN 4.1. KERANGKA TEORITIS Kerangka teoritis adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor faktor penting yang telah diketahui

Lebih terperinci

ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA. Sulistyani, M.Si.

ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA. Sulistyani, M.Si. ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA Sulistyani, M.Si. sulistyani@uny.ac.id Ciri-Ciri Manusia Organ tubuhnyakompleks dan sangat khusus terutama otaknya Mengadakan metabolisme Tanggap terhadap rangsang

Lebih terperinci

ILMU ALAMIAH DASAR (IAD) NANIK DWI NURHAYATI, S. SI, M.SI Telp = (271) ; Blog =nanikdn.staff.uns.ac.

ILMU ALAMIAH DASAR (IAD) NANIK DWI NURHAYATI, S. SI, M.SI Telp = (271) ; Blog =nanikdn.staff.uns.ac. ILMU ALAMIAH DASAR (IAD) NANIK DWI NURHAYATI, S. SI, M.SI Telp = (271) 821585 ; 081556431053 Email : nanikdn@uns.ac.id Blog =nanikdn.staff.uns.ac.id SISTEM PENILAIAN QUIS : 30% TUGAS : 20 % UJIAN (UAS):

Lebih terperinci

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A -USAHA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERNALAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN BELAJAR SOMATIS, AUDITORI, VISUAL DAN INTELEKTUAL (SAVI) ( PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII SMP N II Wuryantoro)

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Pengertian Teori

BAB 3 LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Pengertian Teori BAB 3 LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Pengertian Teori Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses penelitian (kuantitatif) adalah mencari teori-teori,

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN WAWASAN DASAR TEORI PERENCANAAN

PENGERTIAN DAN WAWASAN DASAR TEORI PERENCANAAN PENGERTIAN DAN WAWASAN DASAR TEORI PERENCANAAN Disusun untuk memenuhi tugas I semester ganjil mata kuliah Teori Perencanaan Tahun Akademik 2010 / 2011 Oleh : RAHAJENG KUSUMANINGTYAS NPM : 10070309013 PROGRAM

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Berbasis Masalah Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun 1970-an. Model Problem Based Learning berfokus pada penyajian suatu permasalahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konsep Hudoyo (1988) mengartikan konsep sebagai ide yang dibentuk dengan memandang sifat-sifat yang sama dari sekumpulan eksemplar yang cocok, sedangkan Berg (1991)

Lebih terperinci

Sebuah Pengantar Populer Karangan Jujun S. Sumantri Tentang Matematika Dan Statistika

Sebuah Pengantar Populer Karangan Jujun S. Sumantri Tentang Matematika Dan Statistika Sebuah Pengantar Populer Karangan Jujun S. Sumantri Tentang Matematika Dan Statistika A. MATEMATIKA Matematika Sebagai Bahasa Untuk mengatasi kekurangan yang terdapat pada bahasa maka kita berpaling kepada

Lebih terperinci

Pertemuan ke-3-4 ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA

Pertemuan ke-3-4 ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA Pertemuan ke-3-4 ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA A. Hakekat Manusia dan Sifat Keingintahuannya Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna Tetapi, apakah manusia adalah makhluk terkuat

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR PENELITIAN. Ilmu pengetahuan merupakan produk dari penelitian baik ilmu

BAB I KONSEP DASAR PENELITIAN. Ilmu pengetahuan merupakan produk dari penelitian baik ilmu BAB I KONSEP DASAR PENELITIAN 1.1. Makna Penelitian Ilmiah Ilmu pengetahuan merupakan produk dari penelitian baik ilmu pengetahuan alam maupun ilmu pengetahuan sosial. Penelitian ilmiah merupakan bagian

Lebih terperinci

ILMU ALAMIAH DASAR. Pendekatan Ilmiah Dini Rohmawati

ILMU ALAMIAH DASAR. Pendekatan Ilmiah Dini Rohmawati ILMU ALAMIAH DASAR Pendekatan Ilmiah Dini Rohmawati dini_rohmawati@uny.ac.id FLASH BACK Mitos, Penalaran dan Pendekatan Ilmiah sebagai pangkal kelahiran IPA Ilmiah Penalaran Mitos FLASH BACK Pernyataan

Lebih terperinci

TKS Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

TKS Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya TKS 4209 Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya FILSAFAT METODE PENELITIAN PRAPOSITIVISME PERKEMBANGAN FILSAFAT PENELITIAN POSITIVISME POSTPOSITIVISME PERBANDINGAN TIGA FILSAFAT

Lebih terperinci

BAHAN AJAR MATA KULIAH METODE PENELITIAN PENDIDIKAN*)

BAHAN AJAR MATA KULIAH METODE PENELITIAN PENDIDIKAN*) 1 BAHAN AJAR MATA KULIAH METODE PENELITIAN PENDIDIKAN*) JUDUL DASAR-DASAR METODE PENELITIAN PENDIDIKAN MATEMATIKA Oleh: Syaiful**) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

Metode ilmiah dan Teori ilmiah

Metode ilmiah dan Teori ilmiah Metode ilmiah dan Teori ilmiah Oleh : Benny Ridwan Metode Metode berasal dari Bahasa Yunani methodos yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka, metode menyangkut

Lebih terperinci