KEANEKARAGAMAN MORFOLOGI SERBUK SARI PADA 5 SPECIES Bougainvillea

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEANEKARAGAMAN MORFOLOGI SERBUK SARI PADA 5 SPECIES Bougainvillea"

Transkripsi

1 BIOSCIENTIAE Volume 11, Nomor 1, Januari 2014, Halaman KEANEKARAGAMAN MORFOLOGI SERBUK SARI PADA 5 SPECIES Bougainvillea Hery Purnobasuki 1*, Etik Purwandari 1 dan Thin Soedarti 1 1 Departemen Biologi, Fakultas sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Jl. Mulyorejo (Kampus c Unair) Surabaya * hery-p@fst.unair.ac.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman morfologi serbuk sari pada spesies Bougainvillea spectabilis, Bougainvillea glabra, Bougainvillea buttiana, Bougainvillea rosenka, dan Bougainvillea blossom. Karakter kuantitatif dan kualitatif dari morfologi serbuk sari dianalisis secara deskriptif. Untuk karakter kuantitatif dilakukan pengukuran secara mikroskopis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa morfologi serbuk sari dari 5 species Bougainvillea adalah beranekaragam. Keanekaragaman morfologi serbuk sari terdapat pada bentuk serbuk sari (bulat, lonjong, dan segitiga), tipe ukiran (clavat, dan reticulat), pola ukiran serbuk sari (jaring-jaring, segilima tak beraturan, segienam tak beraturan, dan garisgaris panjang), dan lapisan eksin. Serbuk sari paling panjang adalah 282,3±0,002 µm terdapat pada Bougainvillea glabra, sedangkan panjang serbuk sari paling pendek adalah 251,2±0,004 µm. Lebar serbuk sari paling panjang adalah 250,3±0,01 µm, sedangkan lebar serbuk sari paling pendek adalah 200,3±0,005 µm. Persamaan terdapat dalam hal inaperturate (tanpa ada pori di dindingnya), pahatan ruga dan tipe soliter. Berdasarkan hasil deskripsi karakter morfologi serbuk sari dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis, karena ada yang memiliki ukuran dengan kisaran yang jelas berbeda dan ada pula yang tumpang tindih. Kata kunci: Bougainvillea, morfologi serbuk sari, tipe ukiran serbuk sari PENDAHULUAN Angiospermae merupakan tumbuhan berbunga yang dominan di bumi. Banyak faktor yang menyebabkan dominansi Angiospermae, diantaranya ialah kemampuan bertahan hidup, bereproduksi hampir di segala keadaan lingkungan, serta pembentukan bunga, buah, dan biji (Sutarmi, 1986). Bougainvillea sebagai salah satu tanaman dari sub divisi Angiospermae merupakan tanaman yang memiliki bunga unik. Hal ini dikarenakan Bougainvillea memiliki daun pemikat atau lokblad (Tjitrosoepomo, 2005). Dengan adanya lokblad ini, maka Bougainvillea lebih mudah diidentifikasi dan lebih mudah dibedakan dari tanaman berbunga lainnya. Untuk kepentingan identifikasi dan klasifikasi suatu tanaman, maka diperlukan adanya data-data tentang bunga dan serbuk sari. Dengan klasifikasi, suatu kelompok 48

2 tanaman dapat dikenali dan memudahkan penyebaran informasi tentang tanaman tersebut (Jeffrey, 1982). Jumlah spesies Bougainvillea yang terdapat di Indonesia relatif tinggi, yaitu 8 dari 14 spesies yang ada di dunia (Anonim, 2006a). Penelitian yang pernah dilakukan sampai saat ini pada Bougainvillea adalah pemanfaatan sebagai obat, yaitu mengobati penyakit bisul, biang keringat, keputihan, nyeri haid serta melancarkan haid yang tidak teratur (Dalimartha, 2008). Fase hidup dan fotosintesis (klorofil) tanaman Bougainvillea dengan menggunakan etanol juga pernah diteliti oleh Hossain et al., (2007). Penelitian dalam bidang taksonomi diantaranya van Steenis (2002) dan Tjitrosoepomo (1996). Oleh karena masih sedikitnya penelitian tentang taksonomi tanaman Bougainvillea, maka diperlukan penelitian lagi untuk menambah karakter taksonomi tanaman Bougainvillea. Dengan adanya taksonomi, maka tanaman akan mudah dikenali dan diidentifikasi (Tjitrosoepomo, 1996). Hingga saat ini belum banyak penelitian yang menjelaskan tentang serbuk sari Bougainvillea secara jelas dan rinci dari segi biologi untuk kepentingan taksonomi. Penelitian ini mempelajari lima spesies dari genus Bougainvillea. Dengan adanya keanekaragaman jenis Bougainvillea, maka diharapkan data karakter morfologi serbuk sari seperti bentuk, ukiran, ukuran, tipe, dan tipe pahatan lapisan luar serbuk sari dapat menambah karakter taksonomi suatu tanaman. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Reproduksi bagian Kultur Jaringan Tumbuhan Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi selama 5 bulan, mulai bulan Januari sampai bulan Mei Bahan Penelitian Bahan tanaman yang digunakan yaitu tanaman Bougainvillea yang berasal dari lima spesies Bougainvillea spectabilis, Bougainvillea glabra, Bougainvillea buttiana, Bougainvillea rosenka, Bougainvillea blossom. Bahan tanaman tersebut didapatkan dari daerah di sekitar 49

3 BIOSCIENTIAE 2013 kampus C Universitas Airlangga, di pasar bunga Kalibokor, dan di pasar bunga Kayoon Surabaya. Bahan lain yang diperlukan yaitu asam asetat glasial, asam sulfat pekat, natrium chlorat, dan safranin. Alat Penelitian Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi mikroskop cahaya, obyek glass, cover glass, mikrometer, tabung reaksi, penggaris, tisu, cutter (silet), pinset, plastik kecil berperekat, kuas, dan kamera digital. Prosedur Kerja A. Persiapan alat dan bahan penelitian Menyiapkan semua peralatan dan bahan yang diperlukan dalam proses penelitian. Bahan penelitian yaitu kepala sari dari 5 spesies Bougainvillea masingmasing ditempatkan pada 5 kertas kecil berperekat untuk penyimpanan sementara sampai waktu penelitian. Penyimpanan serbuk sari sementara dapat dilakukan di laboratorium pada suhu antara 2 o -8 o C dan pada kelembaban udara antara 10% sampai 50%. Pengambilan kepala sari yang baik diperoleh dari kuncup bunga yang telah dewasa dan hampir merekah (karena pada saat itu ruang sarinya belum pecah dan berisi penuh dengan serbuk sari yang memiliki daya tumbuh tinggi) (Darjanto & Satifah, 1990). Setelah meletakkan masingmasing kepala sari dan bunga pada kertas berperekat kecil, selanjutnya diberi label spesies. B. Pengamatan Kelima plastik berperekat kecil yang sudah diberi label, masing-masing diambil untuk diamati morfologi bunga dan serbuk sarinya. Pengamatan karakter morfologi serbuk sari meliputi bentuk serbuk sari, ukiran serbuk sari, ukuran (panjang, lebar, dan diameter serbuk sari), tipe serbuk sari, dan tipe pahatan lapisan luar dari serbuk sari. Selanjutnya teknik mengamati serbuk sari adalah sebagai berikut : serbuk sari yang diambil dari kepala sari, dikumpulkan dalam tabung reaksi yang sudah diisi dengan asam asetat glasial. Kemudian memindahkan bahan dalam tabung sentrifus, lalu disentrifus pada 1000 rpm selama 5 menit. Setelah itu cairan dibuang dan diganti dengan campuran dari asam asetat glasial dengan asam sulfat pekat dengan perbandingan 9:1 (dalam membuat campuran ini, asam sulfat pekat selalu ditambahkan setetes demi setetes ke dalam asam asetat glasial). Kemudian memanaskan tabung-tabung tersebut dalam waterbath pada suhu 60 0 C selama 5-10 menit. Setelah itu pemanasan dihentikan, tabung diambil dan didiamkan selama 15 menit. Kemudian disentrifus pada 1000 rpm selama 5 menit dan setelah itu cairan dibuang dan diganti dengan akuades. Lalu diamati di bawah mikroskop. 50

4 BIOSCIENTIAE 2013 Apabila masih terlihat gelap, maka dilakukan bleaching dengan menggunakan 2 ml asam asetat glasial ditambah 2-3 tetes Natrium chlorat dan 2-3 tetes HCl, kemudian disentifus pada 1000 rpm selama 5 menit. Setelah itu cairan dibuang dan endapannya dicuci dengan akuades 2-3 kali, dimana setiap pencucian harus disentrifus lagi pada 1000 rpm selama 5 menit. Kemudian dilakukan pewarnaan dengan safranin 0,01% dan disentrifus pada 1000 rpm selama 5 menit. Safranin dibuang dan dicuci dengan akuades 2-3 kali, setiap pencucian disentrifus lagi pada 1000 rpm selama 5 menit. Setelah itu dilihat di bawah mikroskop cahaya yang terdapat mikrometer didalamnya untuk mengukur panjang, lebar, dan diameter serbuk sari menggunakan obyek glass dan cover glass (Soerodikoesoemo, 1987). Sebelumnya antara mikrometer okuler dengan mikrometer objektif harus ditera terlebih dahulu. Untuk karakter morfologi serbuk sari yang lain seperti bentuk serbuk sari, ukiran serbuk sari, tipe serbuk sari, dan tipe pahatan lapisan luar akan dideskripsikan setelah mengamati preparat di dalam mikroskop dan mencocokkan gambar dengan literatur. C. Pengumpulan Data Untuk mengetahui keanekaragaman morfologi bunga dilakukan dengan mengamati karakter morfologi bunga yang meliputi warna daun pemikat, bentuk daun pemikat (ujung, pangkal, tepi), ukuran tenda bunga (panjang leher dan diameter bibir), panjang leher (daerah perlekatan leher, panjang keseluruhan dari leher), warna motif pada tonjolan 5 lengan, warna leher dan bibir permukaan bawah, warna dan bentuk (ujung) kepala putik, panjang tangkai putik, tinggi putik terhadap benang sari, panjang dan lebar bakal buah, warna dan bentuk benang sari, panjang benang sari tipe pendek dan tipe panjang. Sedangkan untuk mengamati keanekaragaman morfologi serbuk sari dari kelima spesies Bougainvillea dilakukan dengan mengamati bentuk, ukiran, ukuran, tipe serbuk sari, dan tipe pahatan lapisan luar serbuk sari. Pengambilan data dilakukan setiap minggu selama 16 minggu. Data selanjutnya dianalisis secara deskriptif. HASIL 1. Bougainvillea spectabilis Pada Bougainvillea spectabilis, serbuk sarinya memiliki bentuk seperti segitiga yang menggelembung atau membesar disetiap sudut dengan lapisan eksinnya rata dan memiliki ukiran yang bertipe reticulat (Gambar 1.). Tipe reticulat memiliki arti bentuk ukiran memanjang horizontal menyerupai pola jaring-jaring (Kapp, 1969). 51

5 BIOSCIENTIAE 2013 Gambar 1. Morfologi serbuk sari Bougainvillea spectabilis dengan bentuk segitiga yang menggelembung atau membesar di setiap sudutnya. ek, eksinnya rata. uk, ukirannya berbentuk bulat membentuk rantai yang tidak terputus, bertipe reticulat. Skala : 40 µm. Ukiran dari serbuk sari Bougainvillea buttiana dari bentuk, Bougainvillea spectabilis berbentuk bulat susunan ukiran, lapisan eksin, panjang dan yang bergandengan membentuk suatu lebar serbuk sari. Serbuk sari Bougainvillea rantai yang tidak terputus. Serbuk sari spectabilis dapat dibedakan dengan Bougainvillea spectabilis memiliki panjang 251,2±0,004 µm dan lebar 200,5±0,01 µm. Tipe serbuk sarinya adalah inaperturate, artinya tanpa ada pori di dindingnya (Kapp, 1969). Tipe pahatan lapisan luarnya adalah ruga, yang berarti kerutan memanjang Bougainvillea rosenka dari bentuk, susunan ukiran, panjang dan lebar serbuk sari. Bougainvillea spectabilis dapat dibedakan dengan Bougainvillea blossom dari bentuk, susunan ukiran, tipe ukiran, lapisan eksin, panjang dan lebar serbuk sari. dengan arah yang berbeda dari tipe sulkus dan kolpa (Erdtman, 1954). Serbuk sari dari Bougainvillea spectabilis adalah soliter. Serbuk sari Bougainvillea spectabilis dapat dibedakan dengan serbuk sari Bougainvillea glabra dari bentuk, susunan ukiran, panjang dan lebar serbuk sari. Serbuk sari Bougainvillea spectabilis dapat dibedakan dengan serbuk sari 2. Bougainvillea glabra Pada Bougainvillea glabra, serbuk sarinya memiliki bentuk lonjong dengan lapisan eksinnya rata dan memiliki ukiran yang bertipe reticulat (Gambar 2.). Ukiran dari serbuk sari Bougainvillea glabra berbentuk segilima tidak beraturan yang bergandengan membentuk suatu rantai yang tidak terputus. 52

6 Gambar 2. Morfologi serbuk sari Bougainvillea glabra dengan bentuk lonjong. ek, eksinnya rata. uk, ukirannya membentuk segilima tidak beraturan, bertipe reticulat. Skala : 31,29 µm. Serbuk sari Bougainvillea glabra dibedakan dengan Bougainvillea rosenka memiliki panjang 282,3±0,02 µm dan lebar 250,3±0,01 µm. Tipe serbuk sarinya adalah inaperturate. Tipe pahatan lapisan luarnya adalah ruga. Serbuk sari Bougainvillea glabra adalah soliter. Serbuk sari Bougainvillea glabra dari susunan ukiran, panjang dan lebar serbuk sari. Bougainvillea glabra dapat dibedakan dengan Bougainvillea blossom dari bentuk, susunan ukiran, tipe ukiran, lapisan eksin, panjang dan lebar serbuk sari. dapat dibedakan dengan serbuk sari Bougainvillea spectabilis dari bentuk, susunan ukiran, panjang dan lebar serbuk sari. Serbuk sari Bougainvillea glabra dapat dibedakan dengan serbuk sari Bougainvillea buttiana dari susunan ukiran, lapisan eksin, panjang dan lebar serbuk sari. 3. Bougainvillea buttiana Pada Bougainvillea buttiana, serbuk sarinya memiliki bentuk lonjong dengan lapisan eksinnya sedikit bergelombang dan memiliki ukiran yang bertipe reticulat (Gambar 3.). Serbuk sari Bougainvillea glabra dapat 53

7 Ukiran dari serbuk sari Bougainvillea buttiana berbentuk segienam tidak beraturan tetapi terdapat bagian yang terputus. Serbuk sari Bougainvillea buttiana memiliki panjang 275,4±0,002 µm Bougainvillea buttiana dapat dibedakan dengan Bougainvillea blossom dari bentuk, susunan ukiran, tipe ukiran, panjang dan lebar serbuk sari. Gambar 3. Morfologi serbuk sari Bougainvillea buttiana dengan bentuk lonjong. ek, eksinnya bergelombang. uk, ukirannya membentuk segienam tidak beraturan tetapi terdapat bagian yang terputus, bertipe reticulat. Skala : 42 µm. dan lebar 210,3±0,001 µm. Tipe serbuk sarinya adalah inaperturate. Tipe pahatan lapisan luarnya adalah ruga. Serbuk sari Bougainvillea buttiana adalah soliter. Serbuk sari Bougainvillea buttiana dapat dibedakan dengan serbuk sari Bougainvillea spectabilis dari bentuk, susunan ukiran, lapisan eksin, panjang dan lebar serbuk sari. Serbuk sari Bougainvillea buttiana dapat dibedakan dengan serbuk sari Bougainvillea glabra dari susunan ukiran, lapisan eksin, panjang dan lebar serbuk sari. Serbuk sari Bougainvillea buttiana dapat dibedakan dengan Bougainvillea rosenka dari lapisan eksin, panjang dan lebar serbuk sari. 4. Bougainvillea rosenka Pada Bougainvillea rosenka, serbuk sarinya memiliki bentuk lonjong dengan lapisan eksinnya rata dan memiliki ukiran yang bertipe reticulat (Gambar 4.). Ukiran dari serbuk sari Bougainvillea rosenka berbentuk segienam tidak beraturan seperti rantai yang tidak terputus. Serbuk sari Bougainvillea rosenka memiliki panjang 275,4±0,01 µm dan lebar 225,7±0,006 µm. Tipe serbuk sarinya adalah inaperturate. Tipe pahatan lapisan luarnya adalah ruga. Serbuk sari Bougainvillea rosenka adalah soliter. 54

8 Gambar 4. Morfologi serbuk sari Bougainvillea rosenka dengan bentuk lonjong. ek, eksinnya rata. uk, ukirannya membentuk segienam tidak beraturan seperti rantai yang tidak terputus, bertipe reticulat. Skala : 39,34 µm. Serbuk sari Bougainvillea rosenka dapat dibedakan dengan Bougainvillea spectabilis dari bentuk, susunan ukiran, panjang dan lebar serbuk sari. Serbuk sari Bougainvillea rosenka dapat dibedakan dengan Bougainvillea glabra dari susunan ukiran, panjang dan lebar serbuk sari. Serbuk sari Bougainvillea rosenka dapat dibedakan dengan Bougainvillea buttiana dari lapisan eksin, panjang dan lebar serbuk sari. Serbuk sari Bougainvillea rosenka dengan serbuk sari Bougainvillea blossom dari bentuk, susunan ukiran, tipe ukiran, lapisan eksin, panjang dan lebar serbuk sari. 5. Bougainvillea blossom Pada Bougainvillea blossom, serbuk sarinya memiliki bentuk bulat dengan lapisan eksinnya bergelombang dan memiliki ukiran yang bertipe clavat (Gambar 5.). Tipe clavat memiliki arti ukiran yang lebih kasar dengan pusat yang mengkerut atau ujungnya seperti bentuk tongkat (Kapp, 1969). Ukiran dari serbuk sari Bougainvillea blossom berbentuk garisgaris panjang seperti tertuju pada satu titik pusat dengan ujungnya berbentuk bulatan. Serbuk sari Bougainvillea blossom memiliki diameter 275,4±0,001 µm. Tipe serbuk sarinya adalah inaperturate, artinya tanpa ada pori di dindingnya (Kapp, 1969). Tipe pahatan lapisan luarnya adalah ruga. Serbuk sari Bougainvillea blossom adalah soliter. Bougainvillea blossom dapat dibedakan dengan Bougainvillea spectabilis dari bentuk, susunan ukiran, tipe ukiran, lapisan eksin, panjang dan lebar serbuk sari. Bougainvillea blossom dapat dibedakan dengan Bougainvillea glabra dari bentuk, susunan ukiran, tipe ukiran, lapisan eksin, panjang dan lebar serbuk sari. 55

9 Bougainvillea blossom dapat dibedakan dengan Bougainvillea buttiana dari bentuk, susunan ukiran, tipe ukiran, panjang dan lebar serbuk sari. Bougainvillea blossom dengan serbuk sari Bougainvillea rosenka dari bentuk, susunan ukiran, tipe ukiran, lapisan eksin, panjang dan lebar serbuk sari. Dari kelima spesies, terlihat keanekaragaman morfologi serbuk sari. Hal ini terlihat dari bentuk serbuk sari, lapisan eksin, ukuran serbuk sari, ukiran serbuk sari, dan susunan ukiran serbuk sari. Persamaan dari kelima spesies terdapat ada yang berbentuk segitiga yang menggelembung di setiap sudutnya (Bougainvillea spectabilis). Lapisan eksin serbuk sari Bougainvillea spectabilis, Bougainvillea glabra, dan Bougainvillea rosenka adalah rata, sedangkan lapisan eksin serbuk sari yang bergelombang terdapat pada Bougainvillea buttiana dan Bougainvillea blossom. Serbuk sari paling panjang adalah 282,3±0,002 µm terdapat pada Bougainvillea glabra, sedangkan panjang Gambar 5. Morfologi serbuk sari Bougainvillea blossom dengan bentuk bulat. ek, eksinnya bergelombang. uk, ukirannya membentuk garis-garis panjang seperti tertuju pada titik pusat dengan bagian ujungnya terdapat bentuk bulatan, bertipe clavat. Skala : 39,34 µm. pada tipe pahatan lapisan luar adalah ruga, tipe serbuk sari adalah inaperturate, dan pola serbuk sari adalah soliter. Serbuk sari tanaman Bougainvillea ada yang berbentuk bulat (Bougainvillea blossom), ada yang berbentuk lonjong (Bougainvillea glabra, Bougainvillea buttiana dan Bougainvillea rosenka), dan serbuk sari paling pendek adalah 251,2±0,004 µm. Lebar serbuk sari paling panjang adalah 250,3±0,01 µm, sedangkan lebar serbuk sari paling pendek adalah 200,3±0,005 µm. Ukiran serbuk sari tanaman Bougainvillea umumnya memiliki tipe reticulat, kecuali pada spesies 56

10 Bougainvillea blossom yang memiliki tipe ukiran clavat. Dari kelima spesies, bentuk dan ukiran Bougainvillea glabra dan Bougainvillea rosenka apabila dilihat sekilas hampir sama. Perbedaannya adalah jika pada Bougainvillea glabra, ukirannya membentuk segilima tidak beraturan tetapi terdapat bagian yang terputus dan ukirannya juga lebih besar dan jarang, tetapi pada serbuk sari dari Bougainvillea rosenka ukirannya membentuk segienam tidak beraturan seperti rantai yang tidak terputus, ukirannya lebih kecil dan rapat bila dibandingkan dengan Bougainvillea glabra. PEMBAHASAN Dari karakter morfologi serbuk sari dapat diketahui bahwa tanaman genus Bougainvillea juga memiliki keanekaragaman. Keanekaragaman yang dimaksud adalah terdapat perbedaan dalam morfologi serbuk sari pada genus Bougainvillea. Perbedaan dalam morfologi serbuk sari pada tanaman Bougainvillea terdapat pada bentuk serbuk sari, ukiran dari serbuk sari, susunan ukiran serbuk sari, dan lapisan eksin. Sedangkan persamaannya terdapat pada tipe serbuk sari, dan tipe pahatan lapisan luar. Keanekaragaman dalam morfologi serbuk sari pada tanaman genus Bougainvillea tidak begitu banyak apabila dibandingkan dengan keanekaragaman dalam morfologi bunga pada tanaman genus Bougainvillea. Dari karakter morfologi serbuk sari dapat diketahui bahwa serbuk sari yang memiliki bentuk bulat memiliki panjang 275,4±0,001 µm terdapat pada spesies Bougainvillea blossom. Hal ini berarti serbuk sarinya dimasukkan ke dalam kelompok giganta (yang berarti berukuran raksasa, lebih dari 200 mikron) berdasarkan ukurannya (Fahn, 1995). Dari hasil pengamatan diketahui bahwa serbuk sari pada tanaman satu genus Bougainvillea memiliki bentuk bermacammacam. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dlund, et al.,(2005) yang menyatakan bahwa tanaman dalam satu genus memiliki bentuk serbuk sari bermacam-macam. Erdtman (1954), juga menyatakan bahwa bentuk, ukiran dan tipe serbuk sari dapat berbeda-beda sesuai dengan tingkat kematangan dari serbuk sari. Bentuk serbuk sari yang berbeda mengarah pada perbedaan tingkat spesies. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Chia & Tseng (2003) menggunakan genus Dumasia, dimana bentuk serbuk sarinya berbeda-beda. Tumbuhan dalam 1 genus memiliki bentuk serbuk sari yang berbeda, tetapi tumbuhan dalam 1 spesies memiliki bentuk serbuk sari yang sama. Menurut Fahn (1995), butir serbuk sari lonjong dijumpai pada tumbuhan 57

11 monokotil dibanding dikotil. Bougainvillea merupakan salah satu tumbuhan dikotil yang juga memiliki bentuk serbuk sari lonjong, bahkan pada umumnya tanaman Genus Bougainvillea memiliki serbuk sari dengan bentuk lonjong. Spesies yang memiliki bentuk serbuk sari lonjong diantaranya adalah Bougainvillea glabra, dan Bougainvillea buttiana. Pada hasil pengamatan kepala sari terdapat bentuk kepala sari yang pecah menjadi 2 bagian yang terdapat pada spesies Bougainvillea glabra dan terdapat bentuk kepala sari yang hampir pecah (membuka) yang terdapat pada spesies Bougainvillea buttiana. Hal ini menunjukkan bunganya telah siap melakukan penyerbukan (polinasi). Jika serbuk sari jatuh pada kepala putik yang cocok, serbuk sari akan berkecambah (Tjitrosoemo, 1986). Ukiran serbuk sari pada tanaman Bougainvillea spectabilis, Bougainvillea glabra, Bougainvillea buttiana, dan Bougainvillea rosenka adalah reticulat (kecuali Bougainvillea blossom yang memiliki ukiran serbuk sari tipe clavat), oleh karena itu tanaman Bougainvillea tersebut masuk dalam satu genus. Meskipun ukiran dari serbuk sarinya sama, tetapi bentuk dari serbuk sari tersebut berbeda-beda. Demikian juga dengan pola lekukan dari lapisan eksin serbuk sari yang berbeda-beda, ada yang rata dan ada juga yang bergelombang. Struktur serbuk sari yang berbeda sering didasarkan pada susunan yang bervariasi. Susunan serbuk sari dapat tersebar dan tidak teratur, tidak terputus dan teratur, atau bentuknya reticulate, striate, atau rugulate (Kapp, 1969). Pada serbuk sari selain terdapat lapisan intin juga terdapat lapisan eksin. Struktur lapisan eksin memiliki pori (lubang-lubang kecil), hanya saja pada serbuk sari tanaman Bougainvillea tidak memiliki pori, yang terlihat jelas hanya ukiran dan bentuk dari serbuk sari sehingga dikategorikan dalam tipe inaperturate. Pori ini hanya terlihat jelas apabila serbuk sari hendak berkecambah (Darjanto & Satifah, 1990). Penyebaran serbuk sari di alam dan terjadinya penyerbukan pada umumnya bergantung pada banyaknya bunga yang mekar; kekuatan atau kecepatan arus angin; berat butir-butir serbuk sari; jarak antara berbagai jenis tanaman; arah angin; rintangan-rintangan yang terdapat dekat tanaman (pagar yang tinggi, pohon-pohon besar, rumah bertingkat); keadaan cuaca, kelembaban udara, curah hujan; panas matahari, suhu udara (Darjanto & Satifah, 1990). Pada serbuk sari tanaman Bougainvillea, hal ini lebih dikarenakan karena faktor banyaknya bunga yang mekar. Bunga dari tanaman Bougainvillea sangat sulit mekar dan dibutuhkan waktu yang 58

12 lama untuk mekar. Apabila mekar, pada tiga rangkaian daun pemikat yang terdapat 3 calon bunga hanya 1 bunga saja yang mekar, sedangkan 2 yang lain masih dalam keadaan belum mekar. Jarang sekali ditemukan 2 bunga yang mekar dalam 3 rangkaian daun pemikat, apalagi ditemukan 3 bunga yang semuanya dalam keadaan mekar. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2006a. id.ditihias.hortikultura.deptan.go.id/ budidaya/ showpott.php? varietas= Bougainvillea. (akses 20 Oktober 2008). Chia, U & Tseng, G Anther and Pollen Wall Development in Dumasia miaoliensis. Liu and Lu (Fabaceae). Taiwania, 48 (4): Dalimartha, S Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 5. Anggota IKAPI. Jakarta. Darjanto & Satifah, S Pengetahuan Dasar Biologi Bunga dan Teknik Penyerbukan Silang Buatan. PT Gramedia. Jakarta. Dlund, E., Swanson, R., & Preuss, D Pollen and Stigma Structure and Function: The Role of Diversity in Pollination. The Plant Cell, Vol. 16, S84S97. Erdtman, G An Introduction to pollen Analysis. The Chronica Botanica Company. America. Fahn, A Anatomi Tumbuhan. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hossain, S., Boyce, N., & Osman, N Postharvest Quality, Vase Lifeand Photosynthetic Yield (Chlorophyll Fluorescence of Bougainvillea Flower by Applyng Ethanol). Australian Journal of Basic and Applied Sciences, 1(4): Jeffry, C An Introduction to Plant Taxonomy. Second Edition. Cambridge University Press. Great Britain. Kapp, R. O How To Know Pollen and Spores. WM. C. Brown Company. America. Soerodikoesoemo, W Petunjuk Praktikum Mikroteknik Tumbuhan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Sutarmi, S Botani. Angkasa. Bandung. Tjitrosoepomo, G Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Tjitrosoepomo, G Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Tjitrosoemo, S Botani Umum 3. Angkasa. Bandung. Van Steenis Flora. PT. Pradnya Paramita. Jakarta. 59

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi a. Bahan

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi a. Bahan A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi a. Bahan III. METODE PENELITIAN Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah polen bunga beberapa anggota familia Solanaceae yaitu spesies Solanum melongena

Lebih terperinci

PREPARAT POLEN (METODE ASETOLISIS)

PREPARAT POLEN (METODE ASETOLISIS) PREPARAT POLEN (METODE ASETOLISIS) Oleh : Andriani Diah Irianti Linda Anita Tristiani Nur Ngafifah Yuniana Riska Khasanati Firza Thenia Nur Ulfah Khasanah B1J012011 B1J012021 B1J012025 B1J012049 B1J012191

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April Penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April Penelitian ini 28 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April 2013. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas MIPA. B.

Lebih terperinci

Struktur Morfologi Bunga Dan Anatomi Serbuk Sari Buah Naga Super Merah (Hylocereus costaricensis)

Struktur Morfologi Bunga Dan Anatomi Serbuk Sari Buah Naga Super Merah (Hylocereus costaricensis) JURNAL MEDIA SAINS 1 (2) : 71-76 ISSN: 2549-7413 Struktur Morfologi Bunga Dan Anatomi Serbuk Sari Buah Naga Super Merah (Hylocereus costaricensis) Ni Kadek Yunita Sari Program Studi Biologi, Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada November 2013-Mei 2014 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada November 2013-Mei 2014 di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada November 2013-Mei 2014 di Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN MORFOLOGI BUNGA PADA Chrysanthemum morifolium Ramat DAN VARIETASNYA ABSTRAK

KEANEKARAGAMAN MORFOLOGI BUNGA PADA Chrysanthemum morifolium Ramat DAN VARIETASNYA ABSTRAK KEANEKARAGAMAN MORFOLOGI BUNGA PADA Chrysanthemum morifolium Ramat DAN VARIETASNYA Anika Sindhya Dewi, Hery Purnobasuki, Dwi Kusuma Wahyuni Prodi S-1 Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi,

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1 Bahan Bahan yang digunakan antara lain daun salak [Salacca zalacca (Gaertn.) Voss] kultivar Kedung Paruk,

Lebih terperinci

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun LAMPIRAN Lampiran 1. Skoring sifat dan karakter tanaman cabai 1. Tinggi tanaman : Tinggi tanaman diukur mulai dari atas permukaan tanah hingga ujung tanaman yang paling tinggi dan dinyatakan dengan cm.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian di lapangan telah dilakukan pada bulan Juli Penelitian

METODE PENELITIAN. Penelitian di lapangan telah dilakukan pada bulan Juli Penelitian 14 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat 1. Penelitian di Lapangan Penelitian di lapangan telah dilakukan pada bulan Juli 2013. Penelitian dilakukan pada dua lokasi yaitu; di Desa Negara Ratu Kecamatan

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN A. Materi dan Deskripsi Lokasi 1. Bahan Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah daun 10 kultivar kacang tanah ( kultivar Bima, Hypoma1, Hypoma2, Kancil, Kelinci, Talam,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika dan Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays saccharata Sturt. Dalam Rukmana (2010), secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian deskriptif dengan kegiatan secara eksploratif yaitu observasi dengan mengambil sampel secara langsung.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kaktus

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kaktus II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kaktus Kaktus termasuk dalam kelompok famili Cactaceae. Dalam famili ini terdapat beberapa genus, sedangkan kaktus termasuk dalam genus Cereus. Adapun klasifikasi buah kaktus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Tulungrejo, Batu dekat Raya Selekta, Wisata petik apel kota Batu, dan Laboratorium Biosistematika Departemen Biologi,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

PROSES PEMBENTUKAN BIJI PADA ANGIOSPERMAE

PROSES PEMBENTUKAN BIJI PADA ANGIOSPERMAE PROSES PEMBENTUKAN BIJI PADA ANGIOSPERMAE DISUSUN OLEH: PREKDI S. BERUTU NIM: 160301034 Mata Kuliah : Teknologi Benih Dosen Pengampu : Risky Ridha, SP., MP PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA LABORATORIUM GENETIKA DAN PEMULIAAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA LABORATORIUM GENETIKA DAN PEMULIAAN Halaman : 1 dari 5 METODE PREPARASI KROMOSOM DENGAN METODE SQUASH 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk penentuan jam pembelahan sel dan jumlah kromosom. 2. ACUAN NORMATIF Aristya, G.R., Daryono,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN. Stomata

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN. Stomata LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN Stomata DISUSUN OLEH : Irwin Septian F05110003 Kelompok VII PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini secara umum merupakan jenis labu-labuan dengan anggota sekitar 120 genus

BAB I PENDAHULUAN. ini secara umum merupakan jenis labu-labuan dengan anggota sekitar 120 genus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Famili Cucurbitaceae merupakan salah satu anggota tumbuhan menjalar yang memiliki peran penting terutama dalam tumbuhan sayur. Anggota famili ini secara umum merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Hubungan viabilitas diperlukan untuk menduga keberhasilan proses fertilisasi atau viabilitas suatu polen yang ditunjukkan oleh diameter polen pepaya, daya berkecambah polen pepaya,

Lebih terperinci

PEMBUATAN PREPARAT STOMATA METODE LEAF CLEARING DAN PREPAPAT STOMATA SEGAR. Laporan Praktikum Mikroteknik. OLEH : : M. Rizqun akbar : J1C112031

PEMBUATAN PREPARAT STOMATA METODE LEAF CLEARING DAN PREPAPAT STOMATA SEGAR. Laporan Praktikum Mikroteknik. OLEH : : M. Rizqun akbar : J1C112031 PEMBUATAN PREPARAT STOMATA METODE LEAF CLEARING DAN PREPAPAT STOMATA SEGAR Laporan Praktikum Mikroteknik Nama NIM Kelompok Asisten OLEH : : M. Rizqun akbar : J1C112031 : II (dua) : Ana Fatmasari PROGRAM

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur yang memiliki tubuh buah, serasah daun, ranting, kayu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan tersusun dari berbagai organ seperti akar, batang, daun dan organ

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan tersusun dari berbagai organ seperti akar, batang, daun dan organ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan tersusun dari berbagai organ seperti akar, batang, daun dan organ seperti akar,batang, daun dan organ reproduksi. Organ-organ tersebut juga tersusun dari berbagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Ubikayu Dalam taksonomi tumbuhan, klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae (tumbuhan)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Jenis Data Data Primer

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Jenis Data Data Primer 21 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kota Yogyakarta sebagai kota yang terkena dampak langsung erupsi Gunung Merapi dan di lokasi yang relatif tidak terlalu

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN A. Materi dan Deskripsi Lokasi 1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah daun jambu air (Syzygium aqueum). Kemikalia yang digunakan yaitu larutan alkohol 96%, ethanol,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA LABORATORIUM GENETIKA DAN PEMULIAAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA LABORATORIUM GENETIKA DAN PEMULIAAN Halaman : 1 dari 5 METODE PREPARASI KROMOSOM HEWAN DENGAN METODE SQUASH 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk penentuan jam pembelahan sel dan jumlah kromosom. 2. ACUAN NORMATIF Amemiya, C.T., J.W.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Jagung Manis Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea mays saccarata L. Menurut Rukmana ( 2009), secara sistematika para ahli botani mengklasifikasikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian dasar. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif, yaitu untuk menganalisis hubungan kekerabatan kultivar Mangifera

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah 3 TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah Hillel (1998) menyatakan bahwa tanah yang padat memiliki ruang pori yang rendah sehingga menghambat aerasi, penetrasi akar, dan drainase. Menurut Maryamah (2010) pemadatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kota Yogyakarta (lokasi 1) dari pusat kota ke arah Gunung Merapi sebagai lokasi yang relatif tercemar dan di Kota Solo

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 14 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) Segunung dengan ketinggian 1 100 m dpl (di atas permukaan laut). Penelitian dilakukan pada Februari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tembakau adalah: Menurut Murdiyanti dan Sembiring (2004) klasifikasi tanaman tembakau Kingdom Divisi Sub divisi Class Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN TANAMAN CABE RAWIT

PERTUMBUHAN TANAMAN CABE RAWIT PERTUMBUHAN TANAMAN CABE RAWIT Disusun Oleh: Nim : 05115012 Nama : SUJATI TUGAS TIK UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA PERTUMBUHAN TANAMAN CABE RAWIT I. Tujuan Mengetahui cara menanam cabe rawit Mengetahui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Tomat Tanaman tomat termasuk tanaman semusim yang berumur sekitar 4 bulan (Pudjiatmoko, 2008). Klasifikasi tanaman tomat adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman pangan dari famili Leguminosae yang berumur pendek. Secara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Gladiol Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis (Herlina, 1991). Tanaman gladiol berasal dari Afrika Selatan dan menyebar di Asia dan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PLASMOLISIS

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PLASMOLISIS LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PLASMOLISIS Disusun oleh : Eugenia Septhariani XI IPA 1 / 6 SMA SANTA URSULA Jalan Pos No. 2 Jakarta 10010 2010 Tanggal praktikum : Jumat, 13 Agustus 2010 Nama : Eugenia Septhariani

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan lapangan dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010 di kebun percobaan Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB, Tajur dengan elevasi 250-300 m dpl

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 8 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1.1 Materi Penelitian 1.1.1 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur yang bertubuh buah, serasah daun, batang/ranting

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2012. Pengamatan berat telur, indeks bentuk telur, kedalaman kantung udara, ketebalan kerabang, berat kerabang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desember hingga Maret. Eksplorasi berupa pengumpulan koleksi Bryophyta

BAB III METODE PENELITIAN. Desember hingga Maret. Eksplorasi berupa pengumpulan koleksi Bryophyta 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan selama empat bulan yaitu pada bulan Desember hingga Maret. Eksplorasi berupa pengumpulan koleksi Bryophyta

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini berlangsung sejak bulan September 2013 sampai dengan Juli 2014 di Desa Sotol Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan. 3.2. Bahan dan Alat Bahan

Lebih terperinci

Bentuk Spora Tumbuhan Paku Dalam Mendukung Konsep Takson ABSTRACT

Bentuk Spora Tumbuhan Paku Dalam Mendukung Konsep Takson ABSTRACT Bentuk Spora Tumbuhan Paku Dalam Mendukung Konsep Takson Budi Prasetyo budi-p@mail.ut.ac.id ABSTRACT Generally character state were identificated, analysis, and synthesized, were standard material characteristic

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae,

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman: Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo : Euphorbiales, Famili

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae,

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut, divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, ordo liliales,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 14 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Maret 2012 dengan selang waktu pengambilan satu minggu. Lokasi pengambilan ikan contoh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan 14 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gladiol Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan pada bentuk daunnya yang sempit dan panjang seperti pedang. Genus gladiolus terdiri

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Menurut Fachruddin (2000) tanaman kacang panjang termasuk famili leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan pada bulan Agustus sampai November 2011 yang berada di dua tempat yaitu, daerah hutan mangrove Wonorejo

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif bertujuan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif bertujuan untuk 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif bertujuan untuk mengetahui potensi akumulasi tumbuhan mangrove terhadap logam berat Cd di Pantai

Lebih terperinci

LAJU FOTOSINTESIS PADA BERBAGAI PANJANG GELOMBANG CAHAYA. Tujuan : Mempelajari peranan jenis cahaya dalam proses fotosintesis.

LAJU FOTOSINTESIS PADA BERBAGAI PANJANG GELOMBANG CAHAYA. Tujuan : Mempelajari peranan jenis cahaya dalam proses fotosintesis. LAJU FOTOSINTESIS PADA BERBAGAI PANJANG GELOMBANG CAHAYA Tujuan : Mempelajari peranan jenis cahaya dalam proses fotosintesis. Pendahuluan Fotosintesis merupakan proses pemanfaatan enegi matahari oleh tumbuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Kedelai Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja atau Soja max, tetapi pada tahun 1984 telah disepakati nama botani yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

PEDOMAN PRAKTIKUM. Nama : NIM : Kelompok : Kelas : Asisten :

PEDOMAN PRAKTIKUM. Nama : NIM : Kelompok : Kelas : Asisten : PEDOMAN PRAKTIKUM Nama : NIM : Kelompok : Kelas : Asisten : FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015 KEGIATAN i MIKROSKOP Prosedur A. Memegang dan Memindahkan Mikroskop 1. Mikroskop dipindahkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan, mulai bulan Januari sampai dengan bulan April 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. bulan, mulai bulan Januari sampai dengan bulan April 2012. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biosistematika dan Laboratorium Histologi Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Lebih terperinci

Kultur Invitro untuk Tanaman Haploid Androgenik. Yushi Mardiana, SP, Msi Retno Dwi Andayani, SP, MP

Kultur Invitro untuk Tanaman Haploid Androgenik. Yushi Mardiana, SP, Msi Retno Dwi Andayani, SP, MP Kultur Invitro untuk Tanaman Haploid Androgenik Yushi Mardiana, SP, Msi Retno Dwi Andayani, SP, MP Pendahuluan Tanaman haploid ialah tanaman yang mengandung jumlah kromosom yang sama dengan kromosom gametnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diklasifikasikan ke dalam Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diklasifikasikan ke dalam Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Grist (1960), tanaman padi dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan ke dalam Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan Speciesnya adalah

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006)

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006) LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006) Pengujian daya serap air (Water Absorption Index) dilakukan untuk bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai Cabai merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Selatan. Cabai dikenal di Eropa pada abad ke-16, setelah diintroduksi oleh Colombus saat perjalanan pulang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu mempunyai banyak nama daerah, di antaranya adalah ketela pohon,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu mempunyai banyak nama daerah, di antaranya adalah ketela pohon, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Ubi kayu: Taksonomi dan Morfologi Ubi kayu mempunyai banyak nama daerah, di antaranya adalah ketela pohon, singkong, ubi jenderal, ubi inggris, telo puhung, kasape, bodin,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melihat kenampakan sel secara utuh. Maserasi pada jaringan tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. untuk melihat kenampakan sel secara utuh. Maserasi pada jaringan tumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maserasi merupakan salah satu teknik pembuatan preparat yang digunakan untuk melihat kenampakan sel secara utuh. Maserasi pada jaringan tumbuhan dengan cara memisahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman cabai Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Bunga gladiol yang berasal dari daratan Afrika Selatan ini memang sangat indah. Bunga ini simbol kekuatan, kejujuran, kedermawanan, ketulusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji ) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Durian 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian Menurut Rahmat Rukmana ( 1996 ) klasifikasi tanaman durian adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang anggotanya telah jelas

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang anggotanya telah jelas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang anggotanya telah jelas mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya, yaitu akar,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hayati tertinggi di dunia, sehingga mendapat julukan sebagai Megadiversity

BAB I PENDAHULUAN. hayati tertinggi di dunia, sehingga mendapat julukan sebagai Megadiversity BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, sehingga mendapat julukan sebagai Megadiversity Country. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif yaitu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif yaitu mengadakan kegiatan pengumpulan dan analisis data yang bertujuan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi secara morfologi beberapa kultivar cabai di Yogyakarta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi secara morfologi beberapa kultivar cabai di Yogyakarta BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi secara morfologi beberapa kultivar cabai di Yogyakarta dilakukan pada bulan Januari-Juni 2016 di lahan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP Yogyakarta).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) Kopi tergolong pohon dan termasuk dalam famili Rubiaceae. Tumbuhan ini tumbuhnya tegak, bercabang dan bila dibiarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian adalah penelitian deskriptif. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten Purbalingga.

Lebih terperinci

Densitas Stomata 120 Menit

Densitas Stomata 120 Menit LKS: 04 Densitas Stomata 120 Menit PENGANTAR Fotosintesis adalah proses dasar pada tumbuhan untuk menghasilkan makanan. Makanan yang dihasilkan akan menentukan ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan

Lebih terperinci

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. Sifat dan perilaku tanaman kopi dapat dipelajari dari sisi biologinya. Artikel ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan tentang beberapa aspek biologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Candida albicans 1. Klasifikasi Berdasarkan toksonomi menurut Dumilah (1992) adalah sebagai berikut : Divisio Classis Ordo Familia Sub Familia Genus Spesies : Eumycotina : Deuteromycetes

Lebih terperinci

MIKROSKOP A. PENDAHULUAN

MIKROSKOP A. PENDAHULUAN MIKROSKOP A. PENDAHULUAN Mikroskop merupakan salah satu alat yang penting pada kegiatan laboratorium sains, khususnya biologi. Mikroskop merupakan alat bantu yang memungkinkan kita dapat mengamati obyek

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: 978-602-60401-3-8 JENIS TUMBUHAN MORACEAE DI KAWASAN STASIUN KETAMBE TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER ACEH TENGGARA Hasanuddin Magister Pendidikan Biologi FKIP

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE Penelitian I. Populasi dan Keanekaragaman Cendawan Mikoriza Arbuskular pada Lahan Sayuran dan Semak 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Sampel tanah untuk penelitian ini diambil dari

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Febuari hingga April 2015.

III. BAHAN DAN METODE. Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Febuari hingga April 2015. 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Produksi Perkebunan dan rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Febuari hingga April

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu dilihat dari beberapa bentuk dan karakteristik jenis tanamanya.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu dilihat dari beberapa bentuk dan karakteristik jenis tanamanya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mawar adalah salah satu tanaman bunga yang memiliki ciri khusus yaitu dilihat dari beberapa bentuk dan karakteristik jenis tanamanya. Tanaman bunga Mawar merupakan

Lebih terperinci

TEKNIK PERSILANGAN BUATAN

TEKNIK PERSILANGAN BUATAN MODUL II TEKNIK PERSILANGAN BUATAN 2.1 Latar Belakang Keragaman genetik merupakan potensi awal di dalam perbaikan sifat. Salah satu upaya untuk memperluas keragaman genetik ialah melalui persilangan buatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea. sistimatika tanaman jagung yaitu sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea. sistimatika tanaman jagung yaitu sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jagung Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, menurut Purwono dan Hartanto (2007), klasifikasi dan sistimatika tanaman

Lebih terperinci

PRAKTIKUM VI I. ALAT DAN BAHAN II. CARA KERJA

PRAKTIKUM VI I. ALAT DAN BAHAN II. CARA KERJA PRAKTIKUM VI Topik : Epidermis dan Derivatnya Tujuan : Untuk mengamati bentuk-bentuk epidermis, trikoma dan stoma Hari/Tanggal : Kamis, 16 April 2011 Tempat : Laboratorium Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2009 sampai bulan Juli 2010

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2009 sampai bulan Juli 2010 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2009 sampai bulan Juli 2010 di laboratorium Struktur Tumbuhan Jurusan Pendidikan Biologi, Universitas

Lebih terperinci