BAHASA DAERAH DI WILAYAH CIREBON (Satu Kajian Sosiolinguistik dan Dialektologi)
|
|
- Shinta Susman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAHASA DAERAH DI WILAYAH CIREBON (Satu Kajian Sosiolinguistik dan Dialektologi) Yayat Sudaryat Universitas Pendidikan Indonesia Prawacana Judul dalam tulisan ini secara sengaja tidak menggunakan istilah Bahasa Cirebon dan Bahasa Indramayu, tetapi menggunakan bahasa daerah di wilayah Cirebon. Istilah wilayah Cirebon, yang dulu dijuluki Keresidenan Cirebon, dipahami sebagai wilayah pemakaian bahasa, bukan sebagai wilayah pemerintahan. Pemakaian bahasa daerah di wilayah Cirebon merambah Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, bahkan sebagian daerah Kuningan, Majalengka, dan Subang. Berkenaan dengan bahasa Cirebon dijelaskan dalam Perda Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah, Bab I, Pasal 1, dijelaskan bahwa bahasa daerah adalah bahasa Sunda, Cirebon, dan melayu Betawi yang tumbuh dan berkembang di wilayah Jawa Barat. Sorotan bahasa daerah dalam tulisan ini menggunakan pendekatan sosiolinguistik dan dialektologi. Sosiolinguistik dipahami sebagai kajian tentang sifat-sifat khusus (karakteristik) variasi bahasa, fungsi bahasa, dan pemakaian bahasa dalam jalinan interaksi serta perubahan-perubahan antara ketiga hal itu di dalam masyarakat tuturnya (Suwito, 1983:4). Sosiolinguistik, yang juga disebut sosiologi bahasa (Fishman, 1972), memiliki bidang kajian yang cukup luas. Topik-topik umum dalam pembahasan sosiolinguistik, antara lain, ialah ragam bahasa, repertoar, masyarakat bahasa, kedwibahasaan, penggunaan bahasa, sikap bahasa, dan perencanaan bahasa (Nababan, 1984:3). Luasnya bidang sosiolinguistik itu disebabkan oleh luasnya sosk bahasa, sosok masyarakat bahasa, dan jalinan keduanya. Semantara, dialektologi dipahami sebagai kajian tentang dialek suatu bahasa yang tersebar di berbagai wilayah. Dialek merupakan (1)
2 seperangkat bentuk ujaran setempat yang berbeda-beda, yang memiliki ciri-ciri umum dan masing-masing lebih mirip sesamanya dibandingkan dengan bentuk ujaran lain dari bahasa yang sama; dan (2) dialek tidak harus mengambil semua bentuk ujaran dari sebuah bahasa (Meilet, 1967:69). Bahasa dan Ragam Bahasa Sebelum dikemukakan hasil kajian mengenai bahasa daerah di wilayah Cirebon, perlu disajikan terlebih dahulu perihal bahasa dan ragam bahasa. Hal ini perlu dipegang teguh agar terdapat titik pijak yang sama di antara kita. Bergayutan dengan bahasa dan ragam bahasa ada beberapa hal yang perlu dipahami, antara lain, yakni (1) bahasa, (2) perbedaan bahasa dan dialek, dan (3) situasi diglosia. Pertama, bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipakai oleh anggota masyarakat manusa sebagai alat komunikasi atau berinteraksi dan memperlihatkan jatidiri. Definisi bahasa tersebut dipandang dari segi struktural dan tingkah laku sosial (sosiologis). Kaum struktural memandang bahasa sebagai bunyi yang bersistem, Kaum sosialis menganggap bahasa sebagai produk sosial atau produk budaya. Sebagai produk sosial, bahasa adalah cermin zamannya. Sebagai produk budaya, bahasa mengandung nilai-nilai masyarakat penuturnya. Kedua, perbedaan bahasa dan dialek. Perbedaan dialek dalam sebuah bahasa ditentuk oleh beberapa hal, antara lain, letak geografis, masyarakat penuturnya, sejarahnya, dan homogenitasnya. Berdasarkan letak geografis, dialek adalah bagian dari suatu bahasa yang berada di wilayah-wilayah yang berbeda, tetapi masyarakatnya saling mengerti. Makin sedikit orang yang saling mengerti, makin berbeda dialeknya, artinya statusnya sebagai bahasa semakin kuat. Berdasarkan sejarahnya, apakah dua tuturan itu dua dialek atau dua bahasa, bergantung pada hubungan sejarah keduanya. Dalam hal ini, tampak adanya ciri kesetiaan (loyalitas) akan adanya hubungan antara dua dialek dengan induknya. Di Jawa Barat, yang mayoritas penuturnya berbahasa Sunda, ada sekelompok masyarakat Jawa di Banten yang bahasanya disebut dialek Jawa Banten, bukan bahasa Banten. Perjalanan sejarah tidak menghilangkan kesetiaan akan induk bahasanya yang ada di Jawa Tengah; sebaliknya, dialek-dialek lain Bahasa Daerah di Wilayah Cirebon 45
3 di Jawa Tengah dan Jawa Timur mempunyai kesetiaan bahwa yang di Banten adalah keluarga -nya. Bagaimana di Cirebon dan Indramayu? Ciri lain adalah homogenitas, yaitu adanya kesamaan unsurunsur bahasa tertentu. Para dialektolog, misalnya, percaya bahwa X dan Y itu dua bahasa atau dua dialek, ataukah hanya sekedar dua variasi saja, dapat ditentukan dengan mencari kesamaan kosakatanya. Jika persamaannya hanya 20% atau kurang, keduanya adalah dua bahasa. Tetapi, kalau bisa mencapai 40 60%, keduanya dua dialek, dan kalau mencapai 90%, misalnya, jelas keduanya hanyalah dua variasi saja dari sebuah bahasa (Herusantosa dkk., 1984, dalam Sumarsono & Partana, 2004:25). Ketiga, situasi diglosia merupakan situasi bahasa dengan pembagian fungsional atas variasi-variasi bahasa yang ada. Satu variasi diberi status tinggi dan dipakai untuk penggunaan resmi atau penggunaan publik dan mempunyai ciri-ciri yang lebih kompleks dan konservatif, variasi lain mempunyai status rendah dan dipergunakan untuk komunikasi tak resmi dan strukturnya disesuaikan dengan saluran komunikasi lisan. Situasi diglosia dapat disaksikan di dalam masyarakat bahasa jika dua ragam pokok bahasa yang masing-masing mungkin memiliki berjenis subragam lagi dipakai secara berdampingan untuk fungsi kemasyarakatan yang berbeda-beda. Ragam pokok yang satu, yang dapat dianggap dilapiskan di atas ragam pokok yang lain, merupakan sarana kepustakaan dan kesusatraan yang muncul pada suatu masyarakat bahasa seperti halnya bahasa Melayu untuk Indonesia dan Malaysia (Moeliono dkk, 1988). Di Jawa Barat tampaknya basa Sunda lulugu berperan seperti itu. Ragam pokok yang kedua tumbuh dalam berbagai ragam dialek rakyat seperti halnya bahasa Sunda di daerah Majalengka, Kuningan, Cirebon, dan Indramayu. Wilayah Cirebon di Jawa Barat Istilah Jawa Barat berasal dari orang Belanda sebagai terjemahan dari istilah West Java, yang muncul pada abad ke-19 Masehi, tatkala Pulau Jawa telah dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah Hindia Belanda dan dirasakan perlu untuk melakukan pembagian wilayah atas Pulau Jawa demi kepentingan administrasi (Ekadjati, 1995:9). Bahasa Daerah di Wilayah Cirebon 46
4 Berdasarkan pertimbangan militer, sehubungan dengan kasus Perang Diponegoro ( ), penguasa Hindia Belanda membagi Pulau Jawa menjadi tiga daerah militer, yaitu Daerah Militer I West Java, Daerah Militer II Midden Java, dan Daerah Militer III Oost Java (Ali, 1975:11-12). Dalam kacamata orang Belanda, sesungguhnya pembagian Pulau Jawa telah terjadi tahun Pada tahun tersebut Mataram menyerahkan wilayah bagian barat Pulau Jawa kepada Belanda (VOC), kecuali wilayah yang dikuasai oleh Kesultanan Banten. Pada tahun berikutnya ditentukan batas wilayah antara Mataramn dan Kumpeni, yaitu Sungai Cilosari di utara dan Sungai Cidonan di selatan. Batasa di wilayah selatan oleh Gubernur Jendar Herman Willem Daendels ( ) digeser ke sebelah barat, sehingga batasnya menjadi Sungai Citanduy (Ali, 1975:11-12). Akan tetapi, pada waktu itu belum dikenal istilah West Java. Agaknya sampai tahun 1816 istilah West Java belum ada, sehingga Thomas Stanford Raffles belum menggunakan istilah tersebut dalam karya tulisnya yang membicarakan sejarah Jawa. Ia menyatakan bahwa pada mulanya orang Eropa mengira Pulau Jawa itu berada pada satu tangan kekuasaan, tetapi ternyata menurut sejarah wilayah itu terbagi dua yang dikuasai oleh dua kekuasaan yang masing-masing berdiri sendiri. Pembagian wilayah itu dipisahkan oleh Sungai Cilosari yang merupakan perbatasan antara daerah Cirebon dengan daerah Brebes. Satu bagian berada di sebelah barat dan bagian lain berada di sebelah timur yang menjadi tempat tinggal keturunan dua bangsa. Dalam menuturkan pembagian wilayah Pulau Jawa, ia sendiri menggunakan nama daerah dalam lingkup keresidenan. Wilayah sebelah barat terdiri atas keresedinan-keresidenan: Banten, Batavia, Priangan, dan Cuirebon. Sementara wilayah sebelah timur dinyatakannya sebagai eastern districts (daerah-daerah sebelah timur), tanpa memakai istial East Java atau Central Java (Raffles, I, 1978:8). Mungkin J. Hageman Jcz. adalah orang pertama yang menggunakan istilah Midden Java (Jawa Tengah) dalam sebuah karangan mengenai sejarah Pulau Jawa. Dalam karangannya mengenai Perang Dipenogoro, hanya satu kali saja ia menyebut istilah itu pada catatan kaki di akhir karangannya (Hageman, 1856:416). Affred Russel Wallace (1902) menyebut dua kali istilah West Java dalam bukunya yang mendeskripsikan perjalanannya di Bahasa Daerah di Wilayah Cirebon 47
5 Kepulauan Nusantara, termasuk Pulau Jawa pada tahun Istilah itu menunjuk pengertian wilayah bagian barat Pualau Jawa. Tetapi untuk menunjuk pengertian wilayah Pulau Jawa bagian timur, ia tidak menggunakan istilah East Java, melainkan memakai the est of Java. Begitu pula untuk wilayah Pulau Jawa bagian tengah, ia menggunakan istilah the centre of Java yang menunjuk kepada wilayah Yogyakarta dan Suarakarta (Wallace, 1902:80, 86-88). Istilah West Java digunakan sebagai judul buku oleh S. Coolsma pada tahun Dalam buku tersebut diungkapkan bahwa Pulau Jawa terbagi atas dua bagian, yaitu West Java dan Oost Java. Batas antara kedua wilayah itu ialah Sungai Cilosari dan Sungai Citanduy (Ekadjati, 1995:10-11). Penggunaan istilah West Java, Oost Java, dan kemudian Midden Java menjadi resmi dan popular sejak tahun Pada tahun tersebut dibentuk kesatuan administrasi pemerintah berupa daerah otonom tingkat provinsi. Mula-mula dibentuk Province West Java pada tahun 1925, kemudian (1926) dibentuk pula Province Midden Java dan Province Oost Java, yang di dalam bahasa Indonesia, masing-masing disebut Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, dan Provinsi Jawa Timur. Batas wilayah antara Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Jawa Tengah sama seperti yang ditetapkan oleh Mataram dan Kumpeni (1706), dengan perubahan dari Gubernur-Jenderal Daendels. Provinsi Jwa Barat meliputi wilayah-wilayah (degewesten): Banten, Batavia (Jakarta), Priangan (Preanger-regentschappen), dan Cirebon (Staatsblad No. 235; 378 tahun 1925, dalam Ekadjati, 1995:11). Pada masa pendudukan militer Jepang ( ) pembagian wilayah administrasi pemerintahan tingkat provinsi ditiadakan. Setelah Indonesia merdeka, wilayah administrasi pemerintahan tingkat provinsi diadakan lagi, dan terus berlaku hingga sekarang. Batas wilayah Provinsi Jawa Barat seseudah kemerdekaan sam seperti pada waktu pembentukannya tahun 1925, hanya sejak tahun 1964 luas wilayahnya dikurangi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta yang ditingkatkan statusnya menjadi setara dengan provinsi (Lubis, 2000). Pada awalnya wilayah Cirebon berstatus sebagai Keresidenan Cirebon, yang meliputi Kota dan Kabupaten Cirebon, serta Kabupaten Indramayu. Kota (madya) Cirebon yang luasnya 37,36 km2, merupakan pusat industri, pertokoan, pariwisata, dan Bahasa Daerah di Wilayah Cirebon 48
6 pusat pemasaran hasil bumi di daerah sekitarnya. Kabupaten Cirebon memiliki luas 981,05 km2, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Indramayu, sebelah Barat dengan Kabupaten Majalengka, sebelah selatan dengan Kabupaten Kuningan, sebelah timur dengan Laut Jawa. Hasil buminya, antara lain, padi, tebu, kacang kedelai, kelapa, wilayah pessisir terkenal sebagai penghasil rebon (udang kecil). Objek wisatanya, antara lain, Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, dan makam Sunan Gunungjati. Kabupaten Indramayu berada di bagian timur laut Provinsi Jawa Barat. Luasanya 2.006,04 km2, ibukotanya Indramayu. Terletak di dekat Muara Sungai Cimanuk, terkenal sebagai daerah penghasil buah mangga. Bahasa Daerah dan Penuturnya di Wilayah Cirebon Di wilayah Cirebon tinggal tiga kelompok sosial, yakni kelompok orang Sunda, kelompok orang Jawa, dan kelompok orang asing. Kelompok orang asing sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Pada tahun 1930, misalnya, di Cirebon terdapat sekitar orang asing, yang terdiri atas orang Eropa, orang Cina, dan orang Timur Asing. Kecuali orang Cina, sesudah Indonesia merdeka (sejak 1945) jumlah dan peranan orang asing dapat dikatakan tidak mempunyai arti lagi. Secara berangsur orang Belanda pulang kembali ke negaranya di Eropa. Orang Arab berhasil mengintegrasikan diri ke dalam masyarakat Indonesia sehingga tidak dipadang orang asing lagi. Orang Sunda (urang Sunda) adalah orang yang mengaku dirinya dan diakui oleh orang lain sebagai orang Sunda (Warnaen et al., 1987:1). Di dalam definisi tersebut tercakup kriteria berdasarkan keturunan (hubungan darah) dan berdasarkan sosial budaya sekaligus. Menurut kriteria pertama, seseorang atau sekelompok orang bisa disebut orang Sunda, jika orang tuanya, baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu atau keduanya, orang Sunda, di mana pun ia atau mereka berada dan dibesarkan. Menurut kriteria kedua, orang Sunda adalah orang atau sekelompok orang yang dibesarkan dalam lingkungan sosial budaya Sunda dan dalam hidupnya menghayati serta mempergunakan norma-norma dan nilai-nilai budaya Sunda, tentu saja termasuk bahasa Sunda. Dalam hal ini tempat tinggal, kehidupan sosial budaya, dan sikap orangnya yang dianggap Bahasa Daerah di Wilayah Cirebon 49
7 penting. Bisa saja seseorang atau sekelompok orang yang orang tuanya atau leluhurnya bukan orang Sunda, menjadi orang Sunda karena ia atau mereka dilahirkan, dibesarkan, dan hidup dalam lingkungan sosial budaya Sunda serta menghayati dan mempergunakan norma-norma dan nilai-nilai sosial budaya Sunda dalam hidupnya. Perlu dikemukakan bahwa ada orang yang mendefinsikan orang Sunda berdasarkan salah satu kriteri tersebut, misalnya, Rosidi (1984:13) mendefinisikan orang Sunda berdasarkan kriteria kedua. Oleh orang yang tinggal di daerah pesisir, misalnya, penduduka Cirebon, orang Sunda biasa disebut urang gunung, wong gunung, atau tiyang gunung, artinya orang gunung (Rosidi, 1984:129). Besar kemungkinan timbulnya sebutan itu setelah adanya anggapan bahwa pusat Tanah Sunda di Priangan. Priangan memang merupakan daerah pegunungan dengan puncakpuncaknya yang cukup tinggi. Dalam pada itu, peranan orang Sunda di daerah pesisir sejak akhir abad ke-16 Masehi dianggap berakhir, beralih ke daerah pegunungan atau pedalaman. Namun, pada kenyataannya di keraton Cirebon digunakan bahasa Sunda dialek Cirebon. Penduduk Cirebon, yang cenderung tinggal di daerah pesisir, kebanyakan orang Jawa. Percampuran orang Jawa dan orang Sunda di Cirebon melahirkan sebutan orang Cirebon. Keduanya hidup berdampingan dan berkomunikasi menggunakan dua bahasa yang bercampur, di samping menggunakan bahasa Indonesia. Percampuran dua bahasa atau lebih dalam sebuah lingkungan masyarakat dalam sosiolinguistik lazim disebut campur kode (code mixing). Campuran bahasa Sunda dan bahasa Jawa di wilayah Cirebon inilah yang sekarang disebut bahasa Cirebon. Sebenarnya, bahasa Cirebon ini dapat dipandang sebagai dialek dari dua bahasa. Jika yang dominan adalah bahasa Sunda, maka dapat dikatakan bahasa Sunda dialek Cirebon. Sebaliknya, jika yang dominan adalah bahasa Jawa, maka dapat dikatakan bahasa Jawa dialek Cirebon. Oleh karena muncul dua sebutan dialek yang objeknya bahasa yang sama, maka muncullah sebutan bahasa Cirebon. Hal ini didasari oleh anggapan bahwa bahasa Cirebon merupakan sebuah bahasa, yang bukan bahasa Sunda dan bukan bahasa Jawa. Bahasa Daerah di Wilayah Cirebon 50
8 Kasus yang sama terjadi pula di Kabupaten Indramayu. Dua bahasa yang berbeda, yakni bahasa Sunda dan bahasa Jawa, berkembang berbarengan di Indramayu. Di beberapa kecamatan dominan menggunakan bahasa Sunda, tetapi di kecamatankecamatan lainnya di Indramayu menggunakan bahasa Jawa. Pemakaian bahasa Sunda di daerah Indramayu dapat disebut sebagai bahasa Sunda dialek Indramayu. Demikian juga, pemakaian bahasa Jawa di Inframayu dapat disebut sebaagai bahasa Jawa dialek Indramayu. Menilik pengalaman tetangganya, Cirebon, masyarakat Indramayu pun menancapkan bendera khusus bahasa Indramayu, sebagai pencampuran bahasa Sunda dan bahasa Jawa di Indramayu. Jika dilihat dari segi geografis dan isoglos, sebenarnya pemakaian bahasa daerah di Indramayu dan di Cirebon dapat disebut sebagai kelompok bahasa yang sama. Apalagi jika dilihat dari asal pembatasan wilayah yang disebut Keresidenan Cirebon dahulu. Kultur Cirebon dan Indramayu memiliki kemiripan, yakni pencampuran antara kultur Sunda dan kultur Jawa. Demikian juga bahasanya, adalah pencampuran bahasa Sunda dan bahasa Jawa. Jadi, tidak terlalu salah jika dalam Perda Nomor 5/2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah disebutkan bahwa Bahasa Daerah adalah bahasa Sunda, Cirebon, dan Melayu Betawi yang tumbuh dan berkembang di wilayah Jawa Barat. Bahasa Indramayu termasuk kelompok bahasa Cirebon. Tentu saja yang disebut kelompok bahasa, tidak persis sama, terdapat perbedaan-perbedaan. Komparasi Bahasa Sunda, Indramayu, dan Cirebon Apakah bahasa di daerah Cirebon dan Indramayu merupakan dialek dan variasi bahasa Sunda dan atau Jawa, atau bahasa tersendiri? Untuk menjawab pertanyaan tersebut tidak bisa dilakukan secara emosional, tetapi harus dikaji secara historis dan dialektologis (dialek geografis). Penelitian yang telah dilakukan, antara lain, Bahasa Sunda di daerah Cirebon (Ayatrohaedi, 1978), yang mencatat 549 kata. Paparan ini merupakan hasil bandingan dari bahasa Sunda, Indramayu, dan Cirebon. Sumber datanya sejumlah mahasiswa di Bandung yang berasal dari Cirebon dan Indramayu. Dari sumber data tersebut dikumpulkan 4167 kata pokok dari tiga bahasa Bahasa Daerah di Wilayah Cirebon 51
9 daerah, yakni (a) bahasa Sunda, (b) bahasa di Indramayu, dan (c) bahasa di Cirebon (Sudaryat & Wahyudin, 2005). Dilihat dari kesamaan dan perbedaan ketiga bahasa tersebut, diperoleh rumusan atau pola seperti tampak pada tabel berikut. Tabel 1 KOMPARASI BAHASA SUNDA, CIREBON, DAN INDRAMAYU Pola Bahasa Sunda (a) Bahasa Cirebon (b) Bahasa Indramayu (c) % I a = b = c ,18 II a = b c 89 2,14 III a b = c ,24 IV a b c 138 3,31 V a Ø b Ø c 15 0,36 VI a Ø b c 16 0,38 VII a b Ø c 78 1,87 VIII a = b Ø c 59 1,46 IX a + b + c 43 1,03 X a b + c 26 0,62 XI a + b = c 91 2,18 XII a b + c 34 0,86 XIII a Ø b = c 13 0,31 XIV a + b c 23 0,55 XV a + b Ø c 27 0,65 Jumlah % Keterangan: = : sama dengan : tidak sama dengan ± : ada yang sama ada yang tidak sama Ø : kosong Bahasa Daerah di Wilayah Cirebon 52
10 Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa persamaan bahasa Sunda, Indramayu, dan Cirebon sebesar 27,18%. Persamaan bahasa Sunda dengan Indramayu sebanyak 1462 kata (35,09%), baik dilihat dari kesamaan total kata, maupun dari kesamaan dan ketidaksamaan. Persamaan antara bahasa Sunda dengan Cirebon sebanyak 1568 kata (37,63%), baik dari kesamaan total kata maupun kesamaan dan ketidaksamaan kata. Perbedaan bahasa Sunda dan Indramayu sebanyak 2599 kata (62,37%), baik sama maupun berbeda dengan Cirebon. Perbedaan bahasa Sunda dengan Cirebon sebanyak 2651 kata (63,62%). Jelaslah bahwa persamaan bahasa Sunda dengan Indramayu dan Cirebon rata-rata berkisar 35 37%, sedangkan perbedaannya rata-rata berkisar 62 63%. Karena persamaannya lebih dari 20%, menurut teori Sumarsono & Partana (2004:25), bahasa Sunda dengan Cirebon dan Indramayu masih merupakan bahasa yang sama, tetapi memiliki dua ragam dialek, yakni bahasa Sunda dialek Cirebon/Indramayu dan bahasa Jawa dialek Cirebon/Indramayu (Ayatrohaedi, 1985 (1978)). Secara historis perkembangan bahasa daerah di Cirebon dan Indramayu berada di persimpangan, yakni kehidupan bahasa Sunda dan kehidupan bahasa Jawa. Dalam pertumbuhannya terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya, lahirlah bahasa di daerah Cirebon dan Indramayu. Tampaknya perkembangan bahasa tersebut mengarah kepada dua rel yang relatif berbeda, yakni (1) bahasa Sunda dialek Cirebon/Indramayu, dan (2) bahasa Jawa dialek Cirebon/Indramayu. Jadi, ketika muncul pengibaran bendera Bahasa Cirebon dan atau Bahasa Indramayu, tidak mengherankan jika ada dua kubu, yakni yang pro dan yang kontra. Jika dari hasil kajian diperoleh perbedaan bahasa Sunda dengan Cirebon dan Indramayu sekitar 62 63%, hal itu mudah dipahami, karena arus pengaruh bahasa Jawa ke Cirebon lebih besar dibandingkan dengan arus pengaruh bahasa Sunda ke Cirebon. Mungkin masyarakat yang berbau kehidupan Sunda yang disebut-sebut sebagai Tiyang Gunung lebih berorientasi ke Priangan daripada ke Cirebon (?). Sementara, masyarakat yang berbau kehidupan Jawa lebih berorientasi ke tetangga dekatnya Jawa Tengah. Berikut ini bagan arus pemengaruhan Bahasa Sunda dan Bahasa Jawa di wilayah Cirebon. Bahasa Daerah di Wilayah Cirebon 53
11 Bagan 1 ARUS PEMENGARUHAN Bahasa Sunda (BS) Bahasa Jawa (BJ) Bahasa Daerah di Cirebon BS Dialek Cirebon/ BJ Dialek Cirebon/ Indramayu Indramayu Pascawacana Demikianlah beberapa kajian sekilas mengenai bahasa daerah di wilayah Cirebon. Penyebutan bahasa Cirebon dan atau bahasa Indramayu cukup menyulitkan jika di wilayah ini hidup dua bahasa daerah, yakni bahasa Sunda dan bahasa Jawa, yang kemudian melahirkan bahasa Sunda dialek Cirebon dan bahasa Jawa dialek Cirebon. Tampaknya penelitian yang mendalam mengenai perbandingan struktur dan kosa kata kedua dialek bahasa tersebut perlu dilakukan secara cermat dan telik. Jika hasilnya menunjukkan perbedaan yang signifikan atau mencolok, maka penyebutan bahasa Cirebon dan atau Bahasa Indramayu dapat diterima. Akan tetapi, jika terjadi sebaliknya, maka bahasa daerah di Cirebon dan Indramayu hanya merupakan dialek saja dari bahasa Sunda atau bahasa Jawa. Bahasa Daerah di Wilayah Cirebon 54
12 Daftar Pustaka Ayatrohaedi. 1985(1978). Bahasa Sunda di Daerah Cirebon. Jakarta: Balai Pustaka. Ali, Moh et al Sejarah Jawa Barat: Suatu Tanggapan. Bandung: Pemda Jabar. Coolsma, S Twaalf volklezinger over West Java; Het Land, de Bewoners en de Arbeid de Nederlandsche Zendings vereniging. Rotterdam: D. Van Sijn & Zoon. Ekadjati, Edi S Kebudayaan Sunda. Jakarta: Pustaka Jaya. Fishman, J.A The Sociology of Language. Massachussetts: Newbury HP. Hageman, J.J Geschiendenis van het Hollandsc Gouvernnement op Java. TBG, V: Lubis, Nina H Sejarah Kota-kota Lama di Jawa Barat. Bandung: Alqa Print. Meilet, A The Comparative Methods of Historical Linguistics. Paris: Minuit. Moeliono, Anton M. (Ed) Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Nababa, P.W.J Sosiolinguistik. Jakarta: Gramedia. Peraturan Daerah Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah Raffles, Thomas Stamford (1817). The History of Java. Vol 2. London: Rosidi, Ajip Ciri-ciri Manusia Sunda dalam Masyarakat Sunda dan Kebudayaannya. Jakarta: Girimukti Pasaka. Rosidi, Ajip Manusia Sunda. Jakarta: Girimukti Pasaka. Sudaryat, Yayat & Ivan Azam Wahyudin Kamus Bahasa Sunda-Indramayu-Cirebon-Indonesia (SUCI). Bandung: Karya Iptek. Sumarsono & Paina Partana Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda. Suwito Sosiolinguistik. Surakarta: Canari Offset. Wallace, Alfred Russel The Malay Archipelago. New York: Dover Publication. Wernaen, Suwarsih et al Pandangan Hidup Orang Sunda. Bandung: Sundanologi. Bahasa Daerah di Wilayah Cirebon 55
SUNDA, PRIANGAN, DAN JAWA BARAT
SUNDA, PRIANGAN, DAN JAWA BARAT MAKALAH Disampaikan dalam Diskusi Hari Jadi Jawa Barat Diselenggarakan oleh Harian Umum Pikiran Rakyat Bekerja Sama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesenian termasuk salah satu dari tujuh unsur budaya yang mengandung unsur estetis atau keindahan. Enam unsur budaya lainnya adalah sistem mata pencaharian, sistem
Lebih terperinciHARI JADI PROVINSI JAWA BARAT
HARI JADI PROVINSI JAWA BARAT MAKALAH Disampaikan dalam Seminar Penentuan Hari Jadi Jawa Barat; sebuah Analisis Historis Diselenggarakan oleh Yayasan Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Jawa Barat bekerja
Lebih terperinciSunda, Priangan dan Jawa Barat : Analisis berdasarkan pola gerak sejarah
Sunda, Priangan dan Jawa Barat : Analisis berdasarkan pola gerak sejarah Dewasa ini kita mengenal Sunda sebagai sebuah istilah yang identik dengan Priangan dan Jawa Barat. Sunda adalah Priangan, dan Priangan
Lebih terperinciPEMILIHAN BAHASA DALAM MASYARAKAT PEDESAAN DI KABUPATEN TEGAL DAN IMPLIKASINYA SEBAGAI ALTERATIF BAHAN AJAR MATA KULIAH SOSIOLINGUISTIK.
PEMILIHAN BAHASA DALAM MASYARAKAT PEDESAAN DI KABUPATEN TEGAL DAN IMPLIKASINYA SEBAGAI ALTERATIF BAHAN AJAR MATA KULIAH SOSIOLINGUISTIK Leli Triana ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Banyak fasilitas yang dibangun oleh Belanda untuk menunjang segala aktivitas Belanda selama di Nusantara. Fasilitas yang dibangun Belanda dapat dikategorikan ke dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri dalam suatu masyarakat. Berbagai status sosial dan budaya dalam masyarakat sangat memengaruhi perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting digunakan oleh masyarakat di suatu daerah tertentu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sangat penting digunakan oleh masyarakat di suatu daerah tertentu untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan masyarakat lainnya. Anggota masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa daerah bagi penuturnya telah mendarah daging karena tiap hari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa daerah bagi penuturnya telah mendarah daging karena tiap hari digunakan. Oleh karena itu tidak heran apabila bahasa daerah yang kita kenal pada saat ini
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. bahasa. Tidak seperti sistem isyarat yang lain, sistem verbal bisa digunakan untuk
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori Ibrahim (1993:125 126), berpendapat bahwa semua kelompok manusia mempunyai bahasa. Tidak seperti sistem isyarat yang lain, sistem verbal bisa digunakan untuk mengacu
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka berisi beberapa hasil-hasil penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka
Lebih terperinciPEMEROLEHAN BAHASA JAWA ANAK USIA 4-6 TAHUN (Studi Kasus: TK Al-Hidayah 06 Candisari Semarang)
PEMEROLEHAN BAHASA JAWA ANAK USIA 4-6 TAHUN (Studi Kasus: TK Al-Hidayah 06 Candisari Semarang) JURNAL Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana Program Strata 1 dalam Ilmu Sastra Indonesia Oleh: M u l y a
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi tersebut, manusia memerlukan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka dalam sebuah penelitian penting untuk dideskripsikan. Selain berfungsi untuk menyusun landasan atau kerangka teori, kajian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat pendukungnya. Dalam perubahan masyarakat Indonesia telah terjadi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedudukan bahasa sangat penting untuk manusia. Bahasa juga mencerminkan identitas suatu negara. Masalah kebahasaan di Indonesia tidak terlepas dari kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semangat kebangsaan dan semangat perjuangan dalam mengantarkan rakyat
1 BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia memiliki peran yang sangat menentukan dalam perkembangan kehidupan bangsa Indonesia. Dalam masa perjuangan kemerdekaan, bahasa Indonesia
Lebih terperinciAbstraksi. Kata kunci: dialektologi, sikap, bahasa, minang, rantau
Kajian Dialektologi dan Sikap Bahasa Minang Pada Pedagang Rantau di Jakarta 1 Erni Hastuti, 2 Teddy Oswari 1 Fakultas Sastra dan Bahasa, Universitas Gunadarma 2 Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tradisi dan budaya yang sangat tinggi. Bahasa merupakan Sistem lambang bunyi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dapat saling berkomunikasi dan berinteraksi dengan berbagai macam cara. Salah satunya adalah dengan menggunakan ekspresi verbal yang disebut bahasa. Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat yang digunakan oleh sekelompok manusia untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan, karena bahasa mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bentuk komunikasi masyarakat untuk saling berinteraksi sosial. Berbagai macam kelas sosial memengaruhi perkembangan bahasa yang digunakan dalam
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan
BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Cirebon adalah salah satu kota yang terletak di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada dipesisir utara Jawa Barat dan termasuk ke dalam wilayah III (Cirebon,
Lebih terperinci2. Title Bagian ini akan ditampilkan setelah bulatan menjadi besar kembali dan peta berubah menjadi judul film Djakarta Tempo Doeloe.
1 1.3.3 Treatment 1. Opening Film ini diawali dengan munculnya peta Negara Indonesia, kemudian muncul sebuah bulatan yang akan memfokuskan peta tersebut pada bagian peta Pulau Jawa. Selanjutnya, bulatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bahasa bervariasi karena anggota masyarakat penutur itu pun beragam. Banyak faktor yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Alih kode..., Dewi Nuryanti, FIB UI, Universitas Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemahaman berbahasa setiap orang berbeda di setiap budaya. Berkumpulnya berbagai budaya di suatu tempat, seperti ibukota negara, menyebabkan bertemunya berbagai budaya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kebudayaan Jawa dengan mengacu pada buku History Of Java dan membandingkannya
I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Gagasan penelitian ini timbul karena suatu keinginan penulis untuk memahami kebudayaan Jawa dengan mengacu pada buku History Of Java dan membandingkannya dengan
Lebih terperinciVI.7-1. Bab 6 Penataan Ruang dan Pembangunan Perkotaan Pembangunan Kota Baru. Oleh Suyono
6.7 PEMBANGUNAN KOTA BARU Oleh Suyono BEBERAPA PENGERTIAN Di dalam Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Undang-undang Otonomi Daerah) 1999 digunakan istilah daerah kota untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh suku, daerah dan bangsa dalam bersosial. Tanpa adanya bahasa, komunikasi antar manusia akan terhambat. Manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk
Lebih terperinciPERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN
PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN Saya siswa kelas 5A Siap Belajar dengan Tenang dan Tertib dan Antusias Pada abad ke-16 berlayarlah bangsa-bangsa Eropa ke wilayah Timur. Diantaranya adalah Portugis, Spanyol,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa (language) merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi
Lebih terperinciPEMEROLEHAN BAHASA JAWA PADA ANAK USIA DINI DI LINGKUNGAN PENUTUR MULTIBAHASA SERTA STRATEGI PEMERTAHANANNYA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BUDAYA BANGSA
-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- 78 PEMEROLEHAN BAHASA JAWA PADA ANAK USIA DINI DI LINGKUNGAN PENUTUR MULTIBAHASA SERTA STRATEGI PEMERTAHANANNYA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BUDAYA BANGSA Favorita
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bagian ini diuraikan (1) lokasi dan subjek penelitian, (2) desain penelitian, (3) metode penelitian, (4) definisi operasional, (5) instrumen penelitian, (6) teknik pengumpulan
Lebih terperinciPERBEDAAN KOSAKATA BAHASA JAWA DI KABUPATEN NGAWI DAN BAHASA JAWA DI KABUPATEN MAGETAN (SUATU TINJAUAN DIALEKTOLOGI) SKRIPSI
PERBEDAAN KOSAKATA BAHASA JAWA DI KABUPATEN NGAWI DAN BAHASA JAWA DI KABUPATEN MAGETAN (SUATU TINJAUAN DIALEKTOLOGI) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peranan penting bagi manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam lisan maupun tulisan. Tanpa bahasa, seseorang tidak dapat berinteraksi dengan
Lebih terperinciSEMINAR KESUSASTERAAN MELAYU ANTAR BANGSA ( INDONESIA, BRUNEI DARUSSALAM, THAILAND DAN MALAYSIA ) 21 MEI 2001 DI LABORATORIUM PARIWISATA USU O L E H
SEMINAR KESUSASTERAAN MELAYU ANTAR BANGSA ( INDONESIA, BRUNEI DARUSSALAM, THAILAND DAN MALAYSIA ) 21 MEI 2001 DI LABORATORIUM PARIWISATA USU O L E H Dra. ROZANNA MULYANI, M.A BAHASA MELAYU DIALEK BATU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alat berkomunikasi antara anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai wahana komunikasi digunakan setiap saat. Bahasa merupakan alat berkomunikasi antara anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi yang dihasilkan oleh
Lebih terperinciPENYEBAB INTERFERENSI GRAMATIS
PENYEBAB INTERFERENSI GRAMATIS BAHASA BATAK ANGKOLA DALAM KARANGAN BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS 5 SDN 105010 SIGAMA KECAMATAN PADANG BOLAK TAPANULI SELATAN Fitriani Lubis Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
Lebih terperinciPEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI
PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat-syarat
Lebih terperinciDEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHSA DAN SENI SILABUS MATA KULIAH
DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHSA DAN SENI SILABUS MATA KULIAH 1. Identitas Mata Kuliah Nama Mata Kuliah : Sosiolinguistik Kode : Bobot SKS
Lebih terperinciKEPUNAHAN BAHASA BETAWI PADA SUKU BETAWI DI CENGKARENG BARAT, JAKARTA BARAT
KEPUNAHAN BAHASA BETAWI PADA SUKU BETAWI DI CENGKARENG BARAT, JAKARTA BARAT Suryaningsih Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro ABSTRAK Indonesia memliki 756 bahasa daerah, salah satunya adalah bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melepaskan Timor Timur dari bagian NKRI (Kuntari, 2008). Pergolakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Presiden BJ Habibie yang baru menjabat sebagai presiden setelah dilengserkannya Presiden Soeharto, mengawali masa jabatannya dengan melepaskan Timor Timur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah kodrati manusia sebagai makhluk sosial. Saling berinteraksi antara satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat terlepas dari kehidupan atau campur tangan orang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk berinteraksi,
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk berinteraksi, bekerja sama, dan mengidentifikasikan diri dalam suatu masyarakat bahasa. Anggota masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alat komunikasi. Bahasa dijadikan sebagai ciri atau identitas diri oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu dari unsur kebudayaan yang juga sebagai alat komunikasi. Bahasa dijadikan sebagai ciri atau identitas diri oleh masyarakat, dan juga
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. 1.1 Multimedia Interaktif Flash Flip Book Pakaian Adat Betawi
1 BAB I Pendahuluan 1.1 Multimedia Interaktif Flash Flip Book Pakaian Adat Betawi Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN Dalam bagian ini diuraikan (1) latar belakang, (2) masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, dan (5) struktur organisasi penulisan. Adapun uraiannya sebagai berikut. 1.1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tujuan yang berbeda dan lain-lain. Perbedaan dari latar belakang etnis yang berbeda
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Variasi bahasa sangat beragam ditemukan dalam masyarakat. Ketika seseorang berinteraksi akan tampak perbedaan satu dengan lainnya. Perbedaan tersebut biasa dilihat
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok,
BAB 5 PENUTUP 5.1 Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok, yaitu untuk menjawab pertanyaan mengenai sejak kapan permukiman di Depok telah ada, juga bagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan peranan penting dan strategis. Bukan hanya dalam peningkatan spiritual umat, melainkan juga
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Dengan adanya bahasa, manusia bisa berintekrasi dengan manusia lainnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling penting dalam kehidupan manusia. Dengan adanya bahasa, manusia bisa berintekrasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan
Lebih terperinciCIREBON MASA PENDUDUKAN JEPANG ( )
CIREBON MASA PENDUDUKAN JEPANG (1942 1945) MAKALAH Disajikan dalam Seminar Rencana Penyusunan Buku Sejarah Cirebon Diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat dan Pemerintah Daerah
Lebih terperinciI. Pendahuluan Bahasa adalah salah satu alat perhubungan paling utama untuk berkomunikasi karena dengan adanya bahasa seseorang akan mampu
I. Pendahuluan Bahasa adalah salah satu alat perhubungan paling utama untuk berkomunikasi karena dengan adanya bahasa seseorang akan mampu berinteraksi dengan sesama anggota masyarakat lainnya. Seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal memiliki segudang sejarah yang panjang dari kebudayaankebudayaan masa lampau. Sejarah tersebut hingga kini masih dapat dinikmati baik dari
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini.
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini. 2.1.1 Dialek Dialek berasal dari bahasa Yunani yaitu dialektos. Dialektologi merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perjalanan panjang sejarah terbentuknya kota Jakarta dimulai dari sebuah area kecil yang kini disebut daerah jembatan gantung kota intan. Dahulu lokasi tersebut adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipilih umat manusia dalam berkomunikasi dibanding berbahasa non lisan. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbahasa adalah suatu hal yang amat lazim diperankan di dalam setiap aspek kehidupan manusia. Tak dapat dipungkiri, kegiatan berbahasa lisan hingga kini masih dipilih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi menggunakan simbol-simbol vokal
2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sarana komunikasi yang paling penting sesama masyarakat adalah bahasa. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan manusia lain. Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sarana komunikasi yang paling penting pada manusia adalah bahasa. Oleh karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarana komunikasi yang paling penting pada manusia adalah bahasa. Oleh karena kedudukannya yang sangat penting, maka membuat bahasa tidak pernah lepas dari kehidupan
Lebih terperinciUJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Nama : Mata Pelajaran : Sejarah
UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Nama : Mata Pelajaran : Sejarah Kelas : 8 Waktu : 10.00-11.30 No.Induk : Hari/Tanggal : Senin, 08 Desember 2014 Petunjuk Umum: Nilai : 1.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggal di daerah tertentu, misalnya bahasa Bugis, Gorontalo, Jawa, Kaili (Pateda
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa daerah adalah bahasa yang dipakai oleh penutur bahasa yang tinggal di daerah tertentu, misalnya bahasa Bugis, Gorontalo, Jawa, Kaili (Pateda dan Yennie,
Lebih terperinciUNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009
SEJARAH KERAJAAN CIREBON DAN KERAJAAN BANTEN Disusun Oleh Kelompok 3 Rinrin Desti Apriani M. Rendi Arum Sekar Jati Fiqih Fauzi Vebri Ahmad UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 KERAJAAN CIREBON Kerajaan
Lebih terperinciPENGERTIAN SOSIOLINGUISTIK
PENGERTIAN SOSIOLINGUISTIK Janet Holmes (1995:1): sociolinguistics study the relationship between language and society, they are interested in explaining why we speak differently in different social context,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah usaha untuk memperluas, menjamin lalu lintas perdagangan rempah-rempah hasil hutan yang
Lebih terperinciPROSES PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT
PROSES PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DAFTAR ISI LATAR BELAKANG KEDATANGAN BANGSA BARAT KE INDONESIA What: (latar belakang) Indonesia negara dengan SDA yang melimpah Why: (Alasan) Orang-orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian merupakan salah satu bentuk kebudayaan manusia. Setiap daerah mempunyai kesenian yang disesuaikan dengan adat istiadat dan budaya setempat. Jawa Barat terdiri
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NO: 1 Mata Pelajaran : Program Studi IPA (Sejarah) Kelas/Semester : XI/1 Materi Pokok : Kerajaan Kutai dan Tarumanegara Pertemuan Ke- : 1 Alokasi Waktu : 1 x pertemuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lisan. Secara tertulis merupakan hubungan tidak langsung, sedangkan secara. sebuah percakapan antar individual atau kelompok.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasai untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat. Ada dua cara untuk dapat melakukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alasan peneliti memilih judul Penggunaan Campur Kode ceramah ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5 November 2013. Peneliti ingin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki fungsi yang sangat penting bagi manusia, terutama fungsi komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh manusia dan menjadi
Lebih terperinciPEMILIHAN KODE MASYARAKAT PESANTREN DI PESANTREN AL-AZIZ BANJARPATOMAN DAMPIT
PEMILIHAN KODE MASYARAKAT PESANTREN DI PESANTREN AL-AZIZ BANJARPATOMAN DAMPIT Oleh Abdul Hamid 1 Anang Santoso 2 Roekhan² E-mail: hiliyahhamid@gmail.com Universitas Negeri Malang Jalan Semarang Nomor 5
Lebih terperinciDAFTAR SINGKATAN DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... i PRASYARAT GELAR... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS... iv PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... v UCAPAN TERIMA KASIH... vi ABSTRAK... viii ABSTRACT...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah penutur lebih dari satu juta jiwa (Bawa, 1981: 7). Bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Bali merupakan salah satu bahasa daerah yang sampai saat ini masih digunakan oleh masyarakat penuturnya. Berdasarkan jumlah penuturnya bahasa Bali dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. istilah. Berikut diuraikan penjelasan yang berkaitan dengan pendahuluan.
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini diuraikan mengenai: (1) latar belakang, (2) fokus penelitian, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, dan (5) penegasan istilah. Berikut diuraikan penjelasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang tinggal pada daerah tertentu (lih. Sumarsono, 2010:21).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Bahasa Indonesia terdapat bermacam-macam dialek. Istilah dialek merupakan sebuah bahasa yang digunakan oleh sekelompok masyarakat yang tinggal pada daerah tertentu
Lebih terperinci: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul
Judul Skripsi : Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Nama : Eli Rahmat Tahun : 2013 Latar Belakang Menurut Keraf bahasa memiliki empat fungsi, yaitu (1) sebagai alat untuk mengekpresikan diri, (2)
Lebih terperinciBAB I iii PENDAHULUAN. pada makhluk lainnya dimuka bumi ini. Semua orang menyadari betapa pentingnya
BAB I iii PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia dari pada makhluk lainnya dimuka bumi ini. Semua orang menyadari betapa pentingnya peranan
Lebih terperinciPenggunaan Bahasa Indonesia dalam Keluarga Muda Etnis Bali
Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Keluarga Muda Etnis Bali Tanjung Turaeni Balai Bahasa Surabaya tanjungturaeninyoman@ymail.com Abstract When people move from one city to the others, this and the new environment
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari kegiatan berkomunikasi.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari kegiatan berkomunikasi. Kegiatan berkomunikasi dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, bahkan seiring berkembangnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, digunakan baik sebagai bahasa pengantar sehari-hari ataupun bahasa pengantar di lingkungan formal seperti bahasa pengantar sekolah,
Lebih terperinciANALISIS MAKNA DALAM RAGAM DIALEK LOKAL ACEH BESAR DALAM BAHASA ACEH
47-51 ANALISIS MAKNA DALAM RAGAM DIALEK LOKAL ACEH BESAR DALAM BAHASA ACEH Asriani, Harunnun Rasyid dan Erfinawati Universitas Serambi Mekkah Email : asrianiusm82@gmail.com Diterima 14 Oktober 2017/Disetujui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (ilmu) dari tiga unsur utama, yaitu hakikat obyek, proses pencarian kebenaran dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah tiang pokok suatu bangsa. Tanpa pendidikan, manusiamanusia yang hidup di dalamnya tidak akan tumbuh berkualitas. Menurut Dr. Agus Salim, MS, pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku bangsa dengan beragam khasanah budaya tradisional. Setiap suku memiliki cirikhas tersendiri yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara maritim atau kepulauan terbesar didunia dengan 70% wilayahnya terdiri atas laut. Sehingga banyak pulau-pulau yang ada di Indonesia
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berikut beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini.
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Berikut beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini. 2.1.1 Dialek Dialek berasal dari bahasa Yunani yaitu dialekto syang berarti varian
Lebih terperinciLINTASAN SEJARAH KOTA BANDUNG DAN PEMERINTAHANNYA
PEMERINTAH KOTA BANDUNG LINTASAN SEJARAH KOTA BANDUNG DAN PEMERINTAHANNYA 1. PENDAHULUAN SEJAK TAHUN 1998, PEMERINTAH KOTA BANDUNG MENETAPKAN TANGGAL 25 SEPTEMBER SEBAGAI HARI JADI KOTA BANDUNG. SEBELUMNYA
Lebih terperinciKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
1 of 8 SILABUS Fakultas : Bahasa dan Seni Jurusan/Prodi : Bahasa dan Sastra Indonesia/Sastra Indoesia Mata Kuliah : Sosiolinguistik Kode Mata Kuliah : SAS 311 SKS : 2 SKS Standar Kompetensi : Memiliki
Lebih terperinciSejarah Penjajahan Indonesia
Sejarah Penjajahan Indonesia Masa penjajahan Indonesia tidak langsung dimulai ketika orang-orang Belanda pertama kali menginjakkan kaki di Nusantara pada akhir abad ke-16. Sebaliknya, proses penjajahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan suatu bangsa dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan suatu bangsa dan peranannya sangat penting sehingga melalui bahasa dapat dilihat tinggi rendahnya kebudayaan bangsa tersebut.
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. ini dilakukan untuk mengetahui sikap bahasa siswa kelas VII di SMPN 9
BAB V PENUTUP A. Simpulan Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sikap bahasa siswa kelas VII di SMPN 9 Yogyakarta terhadap bahasa Indonesia.
Lebih terperinciBahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional
Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional Oleh : Andy Wijaya NIM :125110200111066 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Malang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan penting
Lebih terperinciRANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG BAHASA, SASTRA, DAN AKSARA JAWA
RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG BAHASA, SASTRA, DAN AKSARA JAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : GUBERNUR JAWA TENGAH,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan, baik melalui
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi antar sesama, baik dalam kehidupan sehari-hari di keluarga maupun di lingkungan masyarakat tempat
Lebih terperinciRAGAM BAHASA REMAJA PUTERI DALAM PERCAKAPAN INFORMAL DI KAMPUS UPI TASIKMALAYA Oleh: Enung Rukiah ABSTRAK
RAGAM BAHASA REMAJA PUTERI DALAM PERCAKAPAN INFORMAL DI KAMPUS UPI TASIKMALAYA Oleh: Enung Rukiah ABSTRAK Ragam bahasa remaja putri dalam percakapan informal di Kampus UPI Tasikmalaya cukup bervariasi,
Lebih terperinciSeiring dengan perkembangan zaman, desain kebaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebaya merupakan busana tradisional wanita masyarakat Indonesia dan sudah dikenal di mata Internasional, sehingga kebaya menjadi bagian utama bagi kepribadian
Lebih terperinciANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA MASYARAKAT DESA PULAU BATANG KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA
ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA MASYARAKAT DESA PULAU BATANG KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA ARTIKEL E-JOURNAL Oleh NETI USPITA WATI NIM 100388201300 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan, di samping unsur yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan, di samping unsur yang lainnya, yaitu agama, teknologi, mata pencaharian, dan kesenian. Di Indonesia ada tiga macam bahasa
Lebih terperinci