ANALISIS NILAI EKONOMI PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN ORGANIK DAN ANORGANIK. Maria Rubiyanti Sony Heru Priyanto

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS NILAI EKONOMI PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN ORGANIK DAN ANORGANIK. Maria Rubiyanti Sony Heru Priyanto"

Transkripsi

1

2 ANALISIS NILAI EKONOMI PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN ORGANIK DAN ANORGANIK Maria Rubiyanti Sony Heru Priyanto PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah sebagai sumber daya alam adalah unsur dan tumpuan harapan utama bagi semua mahluk hidup, terutama kehidupan maupun keberlangsungan hidup umat manusia. Semua segi dalam kehidupan manusia selalu berkaitan dengan tanah, baik langsung maupun tidak langsung. Kehidupan manusia sangat bergantung pada sumberdaya alam tersebut dengan segala kandungannya yang kini semakin sulit didapatkan atau langka (Sitorus, 2005). Dewasa ini, sistem penggunaan lahan organik mulai berkembang seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan dampak pertanian anorganik baik bagi kesehatan manusia maupun lingkungan. Kebutuhan penggunaan lahan pertanian yang semakin meningkat, akan berdampak pada tingkat pendapatan penduduk sekitar. Penggunaan lahan anorganik ditandai dengan pemakaian pupuk dan bahan-bahan kimia lainnya memberikan dampak yang sangat merugikan seperti pencemaran lingkungan. Untuk mengurangi dampak negatif tersebut, maka perlu dikembangkan penggunaan lahan pertanian organik yang berlandasan teknologi alternatif berupa unsur hara dengan menggunakan sisa bahan organik sebagai pupuk, dan mengurangi pemakaian bahanbahan kimia. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana penggunaan lahan pertanian organik dan anorganik yang ditinjau dari tingkat kesuburan tanah, pengairan, lokasi? 2. Berapa besar nilai ekonomi yang berkaitan dengan penggunaan lahan pertanian organik dan anorganik? 3. Berapa besar investasi (nilai tanah) pertanian organik dan anorganik dimasa mendatang? 4. 8

3 Tujuan Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah disampaikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui penggunaan lahan pertanian organik dan anorganik yang ditinjau dari tingkat kesuburan tanah, pengairan atau air dan lokasi. 2. Mengetahui besarnya nilai ekonomi yang berkaitan dengan penggunaan lahan pertanian organik dan anorganik. 3. Mengetahui besarnya investasi (nilai tanah) pertanian organik dan anorganik dimasa mendatang. METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian skripsi dilaksanakan pada bulan 21 Desember 2012 sampai 20 Januari 2013 berlokasi di Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan salah satu wilayah penghasil sayuran organik dan anorganik. Jenis dan Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif kualitatif dengan menggunakan metode penelitian studi kasus komparatif, dimana kasus yang akan diteliti yaitu membandingkan lahan pertanian organik dengan lahan anorganik disekitar lahan organik yang relevan berdasarkan tingkat kesuburan tanah, pengairan, lokasi, nilai ekonomi, dan investasi. Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui kegiatan wawancara dengan partisipan, observasi dan dokumentasi. Sedangkan data sekunder yang digunakan berasal dari instansi terkait penelitian seperti Balai Penelitian Bogor, serta data dari berbagai studi literatur yang dapat mendukung penelitian. Data-data pendukung untuk melengkapi hasil wawancara, meliputi catatan penelitian dan data relevan lain untuk penelitian ini. Teknik Penentuan Partisipan dan Key informant Partisipan yang dipakai adalah 4 orang yang terdiri dari, 1 manajer lahan organik dan 1 pemilik lahan anorganik (penentuan nilai investasi tanah), dan 2 orang pengelola lahan organik dan anorganik dengan dua komoditas yang sama yaitu brokoli dan wortel di Kecamatan Megamendung yang sudah bekerja selama lebih dari 1 tahun. Kemudian 9

4 untuk lebih memperjelas data yang diambil, maka penulis juga akan mewawancarai beberapa key informant yang merupakan sumber kunci untuk membantu dalam memperjelas hasil yang telah diperoleh dari para partisipan. Key informant yang akan diwawancarai antara lain, mandor lapangan, petugas penyuluh lapangan yang bertugas di daerah Kecamatan Megamendung dan perangkat desa atau wakil kepala desa yang ada di Kecamatan Megamendung. Dalam penentuan partisipan serta key informant, dilakukan secara sengaja (purposive) yang mengacu pada tujuan penelitian (Soekartawi, 2002). Hal tersebut bisa dilihat berdasarkan tabel dibawah. 10

5 9 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang dipakai adalah diskriptif kualitatif. Dimana nanti hasil dari penelitian yang didapat akan diolah dan dideskripsikan sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Hasil yang ada akan diolah dengan analisis naratif yang dianggap sebagai cerita yang diambil untuk disajikan atau diedit dari urutan kejadian, dimana unsur-unsur yang dijelaskan dan diceritakan kembali. Diskriptif struktur naratif berdasarkan tindakan pilihan, dan kesulitan pada pengambilan suatu data (Iyan, 2010). Untuk data yang bersifat kuantitatif akan dianalisis dengan alat analisis software Microsoft Excel 2007, rumus analisis yang dapat membantu dalam pengelola data kuantitatif adalah sebagai berikut (Suratiyah, 2003): Analisis data Pendapatan (TR) = Q x P Biaya produksi (TC) = VC + FC Untuk perhitungan biaya tetap berupa biaya penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus adalah sebagi berikut. Penyusutan: 1 Harga peroleh Umur ekonomis Q: harga / Rp P: volume/ unit Keterangan VC: biaya variabel (Rp/ Ha/mt) FC: biaya tetap (Rp/ Ha/mt) Satuan biaya penyusutan (Rp/th) Satuan umur ekonomis (th) Satuan harga peroleh (Rp) Keuntungan petani (π) = TR - TC π = keuntungan petani TR = pendapatan (RP/ Ha/ mt) TC = biaya yang dikeluarkan (RP/ Ha/ mt) Uji Keabsahan Data Untuk memastikan kebenaran dari hasil yang diperoleh, digunakan uji keabsahan data dengan teknik triangulasi. Teknik ini merupakan cara yang paling umum digunakan bagi peningkatan validitas data dalam penelitian kualitatif. Pengujian dengan teknik trianggulasi penggumpulan data, waktu dan sumber yang dilalukan dengan cara mencari informasi dari orang lain yang tentunya mengetahui serta paham akan objek yang sedang diteliti (Sutopo, 2006).

6 10

7 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Sukagalih terletak di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Desa tersebut merupakan salah satu wilayah penghasil budidaya sayuran organik dan anorganik, dengan luas wilayah hektar. Desa Sukagalih terdiri dari 2 dusun, 4 rukun warga dan 20 rukun tetangga. Adapun dusun yang terdapat di Desa Sukagalih yaitu Dusun Lemah Nendeut dan Dusun Bojong Keji. Desa Sukagalih memiliki batasbatas wilyah sebagai berikut : Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Sukakarya Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Kuta Sebelah Selatan : Berbatasan dengan PTPN VIII Gunung Mas Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Sukamanah dan Desa Sukaresmi. Desa Sukagalih memiliki ketinggian 850 m di atas permukaan laut, yang memiliki topografri perbukitan sampai dengan pegunungan. Suhu udara rata-rata harian berkisar antara 20,8-24,8 0 C, dengan curah hujan rata-rata mm per tahun (Wijayanti, 2009) Penggunaan Lahan Pertanian Organik dan Anorganik Tingkat Kesuburan Tanah Desa Sukagalih merupakan daerah berbukit, dengan kemiringan lereng dari 0-45 o. Jenis tanah andosol yang memiliki warna coklat, berasal dari sisa abu vulkanik dari letusan gunung berapi. Tanah tersebut subur dan bertekstur gembur, sehingga petani mudah dalam pengolahannya ringan dicangkul dan pori-pori tanahnya memudahkan sirkulasi udara masuk keakar tanaman, karena mengandung unsur hara (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1993). Menurut Effendi dalam Nindiasari (2012) kesuburan tanah adalah suatu keadaan tanah dimana tata air, udara dan unsur hara dalam keadaan cukup seimbang dan tersedia sesuai kebutuhan tanaman, baik fisik, kimia dan biologi tanah. Didalam penelitian ini hanya dapat melihat pada tingkat kesuburan tanah ditentukan oleh keadaan fisika dapat dilihat pada tabel 4.1, dan kimia yang dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut : 11

8 12 Tabel 4.1 Sifat Fisika Tanah Contoh tanah Kedalaman Porisitas Organik tanah Tekstur tanah Drainase Air tersedia Volume (%) Pasir Debu Liat Cepat Lambat Volume (%) 20 cm 62,8% 59% 29% 12% 31,2% 5% 7,4% Anorganik 20cm 61,8% 27% 51% 22% 22,1% 6,0% 12,1% Sumber: Balai Penelitian Bogor, 2013 Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa adanya kesamaan dan perbedaan antara kedua lahan tersebut. Lahan organik dan anorganik memiliki kesamaan kedalaman lapisan olah 20 cm dibawah permukaan tanah. Adanya perbedaan yang dapat dilihat dari porisitas tanah, tekstur tanah, drainase dan air yang tersedia didalam tanah kedua lahan tersebut berbeda. Pada lahan pertanian organik kandungan pasirnya lebih tinggi, sehingga draenase tanahnya lebih cepat dibandingkan anorganik. Porisitas tanah organik berpasir yang mempunyai sifat tanah mudah merembes air, sedangkan tanah anorganik porisitas tanahnya yang berdebu dan liat ini mudah menangkap air hujan, dan sulit merembeskan air. Hal ini sesuai dengan Anonim (2013), bahwa porositas tanah berpasir mempunyai sifat mudah merembes air dan gerakan udara didalam tanah menjadi lebih lancar. Sebaliknya tanah berliat atau berdebu memiliki porositas yang bersifat mudah menangkap air hujan, tetapi sulit merembeskan air dan gerakan udara lebih terbatas. Pada lahan organik yang kandungan pasir lebih tinggi (59%) memiliki drainase yang cepat untuk menyerap air, dibandingkan drainase lahan anorganik dengan kandungan debu dan liat tinggi yang menyebabkan penyerapan air didalam tanah anorganik terhambat, sehingga pemberian air berlebih sering kali mengakibatkan genangan air diatas permukaan tanah. Lahan organik cenderung membutuhkan air lebih banyak dibandingkan lahan anoganik, karena ketersediaan air didalam tanah lebih sedikit dibandingkan anorganik, dan sistem drainase tanah organik yang lebih baik dibandingkan anorganik. Hal ini seiring dengan pendapat yang menyatakan bahwa, tanah dengan dominan berpasir cenderung rendah melepas unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman, draenase dan aerasi pada tanah berpasir cukup baik (Anonim, 2013). Hal ini juga serupa dengan peryataan dari Bapak Jaya sebagai berikut: Tentang pengolahan tanah disini sangat mudah bila dicangkul, diwaktu musim kemarau maupun penghujan. Lapisan olah tidak lebih dari 20 cm. Tanahnya temasuk gembur dan berpasir. Bapak Asep selaku Key informant mengenai hal diatas: Kalau pengolahan tanah disini mudah, apa lagi pada musim hujan rub sedangkan musim kemarau sama saja cuman bila dicangkul banyak pasir. Kedalaman lapisan olah bila dicangkul antara 20-an cm. Sedangkan tanah ini termasuk tanah gembur dan berpasir.

9 13 Perbandingan lahan anorganik tentang pengolahan tanah tersebut dapat dilihat dari pernyataan Bapak Mumuh sebagai berikut : Musim kemarau teh, pengolahan tanah mudah bila dicangkul, kedalaman lapisan olah tanahnya mencapai 20cm-½ m tanah gembur. Bapak Asep selaku Key informant mengenai hal diatas: Gini rubi dilahan milik Ibu Magdalena ini tanahnya bila diolah hampir sama dilahan organik yang ada dibawah, bila diolah mudah karena tanahnya masih tergolong gembur, terutama pada musim penghujan dan tidak begitu sulit waktu dicangkul. Lapisan olah tanah bila dicangkul 20-an cm. Tabel 4.2 Sifat Kimia Tanah Contoh tanah Organik ph Bahan Organik Unsur Hara Volume (%) C N P K 5,9 4,38% 0,50% 39% 1,18% Anorganik 4,9 3,32% 0,34% 5,5% 0,45% Sumber: Balai Penelitian Bogor, 2012 Menentukan mudah tidaknya unsur hara diserap oleh tanaman dapat diketahui melalui nilai ph (keasaman tanah), pada umumnya unsur hara mudah diserap oleh akar tanaman pada ph tanah netral 6-7, karena pada ph tersebut sebagian besar unsur hara mudah larut dalam air. Sedangkan ph tanah organik mendekati ph netral dengan ph 5,9 dan lahan anorganik tidak bisa dibilang ph netral, karena lahan anorganik hanya memiliki ph 4,9. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan mikroorganisme di dalam tanah (Nindiasari, 2012). Berikut ini dapat dilihat dari pernyataan Bapak Asep, tentang ph lahan organik dan anorganik sebagai berikut : Kalau syarat tumbuh tanaman yang baik, memiliki ph tanah antara 6-7, ph rendah dapat ditingkatkan dengan menebarkan kapur pertanian, sedangkan ph tanah yang terlalu tinggi dapat diturunkan dengan penambahan sulfur. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kandungan C-organik dalam tanah organik sebesar 4,38%, sedangkan tanah anorganik sekitar 3, 32% lebih rendah dari tanah organik. Lahan organik memiliki mikroorganisme yang lebih aktif dibandingkan anorganik sehingga semakin subur tanah tersebut, sedangkan pada lahan anorganik kandungan C-organik rendah dapat dikatakan sebagai bentuk kerusakan tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2005), bahwa bahan organik dapat menentukan tingkat kesuburan tanah, semakin tinggi bahan organik akan semakin subur tanah tersebut. Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman, unsur hara yang berperan penting dalam komposisi biokimia bahan organik seperti karbon (C: 4,4%), sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun, kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga

10 14 menurun. Menurunnya kadar bahan organik merupakan salah satu bentuk kerusakan tanah yang umum terjadi. Bahan organik tanah juga merupakan salah satu indikator kesehatan tanah. Tanah yang sehat memiliki kandungan bahan organik tinggi, sekitar 5%. Meskipun kandungan bahan organik tanah mineral sedikit (+4%) tetapi memegang peranan penting dalam menentukan kesuburan tanah. Sedangkan tanah yang tidak sehat memiliki kandungan bahan organik yang rendah. Karbon diperlukan mikroorganisme sebagai sumber energi dan nitrogen diperlukan untuk membentuk protein. Apabila ketersediaan karbon rendah tidak cukup senyawa sebagai sumber energi yang dapat dimanfaatkan mikroorganisme untuk mengikat seluruh nitrogen bebas. Apabila ketersediaan karbon berlebihan (C/N > 40) jumlah nitrogen sangat terbatas sehingga menjadi faktor pembatas pertumbuhan organisme. Berikut ini pernyataan Bapak Asep, tentang bahan organik berikut : Bahan organik yang ada didalam tanah, sangat berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah. Semakin mikroorganismenya tinggi maka, semakin subur tanah itu karena mikroorganismenya semakin aktif (berkembang) didalam tanah. Tanah yang subur bagi tanaman yang memiliki unsur hara (Nitrogen (N), Posfor (P) dan Kalium (K)) yang tergolong tinggi antara N: 46%, P: 36%, dan K: 52%, serta unsur N, P, K dikatakan cukup antara 30% (Kurnianti, 2012). Hasil penelitian yang diperoleh, kandungan P pada lahan organik mencapai 39%, nilai yang tergolong tinggi. Berbeda halnya kandungan P pada lahan anorganik menunjukkan nilai yang sangat rendah yaitu 5,5%. Berikut ini dapat dilihat dari pernyataan. Bapak Asep, tentang unsur hara lahan organik dan anorganik sebagai berikut : Kekurangan unsur hara terutama unsur nitrogen, posfor, dan kalium pada tanah akan mengakibatkan lambatnya proses pertumbuhan tanaman sehingga hasil panen yang tidak maksimal, banyaknya buah dan batang yang mati, serta banyaknya tanaman yang kerdil Pengairan Kebutuhan akan air untuk pertanian sangat diperlukan, adanya ketersediaan pengairan dapat diperoleh dari sumber mata air langsung dari pegunungan, sungai maupun sumur dan saluran yang ada di wilayah setempat. Berikut ini pernyataan petani mengenai ketersediaan air yang ada di lahan pertanian organik dan anorganik, dapat dilihat berdasarkan tabel 4.3 sebagai berikut.

11 15 Tabel 4.3. Pengairan Lahan Organik dan Anorganik Pengairan Organik Anorganik - Sumber air - Saluran irigrasi - Pegunungan - Kemudahan - Kebutuhan air - Sulit - Banyak - Mudah - Sedikit Sumber: Data Primer, 2012 Pada tabel diatas terlihat pengairan lahan organik didapatkan dari saluran irigrasi setempat, sedangkan pengairan lahan anorganik didapatkan dari sumber mata air pegunungan langsung. Berikut ini peryataan dari petani organik Bapak Jaya mengenai hal tersebut: Air yang ada untuk pengairan lahan diperoleh dari saluran irigrasi setempat. Bapak Agus selaku Key informant mengenai hal diatas: Pengairan lahan pertanian disini, didapatkan dari saluran irigrasi setempat, akan tetapi pengairan yang ada dibagi antara kebutuhan pertanian dan kebutuhan rumah tangga. Bapak Mumuh tentang pengairan lahan anorganik sebagai berikut: Pengairan di lahan milik Ibu Magdalena ini diperoleh dari sumber mata air pegunungan yang ditampung dalam kolam. Bapak Yana selaku Key informant mengenai hal diatas: lahan ini mendapatkan pengairan dari sumber pegunungan langsung, dan ditampung dalam kolam. Pada musim kemarau untuk mendapatkan pengairan lahan organik mengalami kesulitan, karena pengairan yang ada sangat diutamakan untuk kebutuhan rumah tangga, sehingga petani organik membuat bak penampung air untuk memenuhi kebutuhan pengairan lahan pertanian. Sedangkan pengairan lahan anorganik mudah didapatkan, karena pengairan yang ada hanya khusus milik pribadi. Berikut pernyataan petani organik Bapak Jaya mengenai hal tersebut: Lahan disini sulit untuk mendapatkan pengairan, walau sumber pengairan disini banyak, pengairan yang ada diutamakan untuk kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan masyarakat disekitarnya. Adanya kendala yang sering dihadapi pada saat musim kemarau, pengairan yang ada dirasa kurang sehingga untuk mengatasinya dibuat bak penampungan dari plastik. Bapak Agus selaku Key informant mengenai hal diatas: Pengairan lahan pertanian disini, diperoleh dari adanya saluran irigrasi setempat. Pada musim kemarau pengairan yang ada dibagi antara kebutuhan pertanian, kebutuhan rumah tangga, dan adanya kendala pengairan yang dihadapi pada musim kemarau sudah bisa diatasi dengan menambah bak penampungan air terbuat dari plastik. Pernyataan dari petani anorganik dari Bapak Mumuh sebagai berikut: Pengairan yang ada disini mudah untuk mendapatkannya, tanpa ikut saluran pengairan orang lain. Bapak Yana selaku Key informant mengenai hal diatas: Lahan sangat mudah untuk mendapatkan pengairan, tanpa ikut saluran pengairan orang lain, sehingga kebutuhan pengairan pertanian lahan tercukupi.

12 16 Pada penelitian ini, kebutuhan air yang digunakan untuk lahan organik lebih banyak dibandingkan lahan anorganik, karena lahan organik memiliki kandungan pasir yang tinggi (59%) sehingga daya tahan air ini rendah. Hal ini tidak sejalan dengan pendapat Suwito (2012), bahwa lahan organik membutuhkan pengairan yang lebih sedikit dibandingkan lahan anorganik. Dalam penelitiannya tanah tersusun dari 50% liat, pasir, humus dan bahan organik, serta 50% katung udara yang dapat menahan dan menampung air lebih banyak, sehingga tanah lebih mudah menyerap air ketika musim hujan Lokasi Penentuan lokasi usahatani oleh pemilik lahan didasari berbagai alasan. Pada lahan organik, mengakui bahwa pada dasarnya letak lahan yang datar menjadi pilihannya oleh karena lahan datar lebih mudah diolah dan harganya dimasa yang akan datang relatife lebih tinggi dibandingkan lahan yang miring. Sedangkan lahan pertanian anorganik, pada dasarnya hanya dipilih karena harga lahannya yang relatif murah. Lokasi usahatani dalam penelitian ini, dibedakan menjadi dua yaitu terletak pada lahan datar dan lahan miring. Berdasarkan hasil yang diperoleh, lahan pertanian organik mudah diolah, sedangkan lahan anorganik tidak mudah diolah. Dilihat dari segi keefektivannya maka kedua lahan ini bisa digunakan untuk lahan pertanian. Namun pada lahan miring, biaya untuk pengolahannya justru akan lebih mahal dibandingkan dengan lahan datar, walaupun kedua tanah tersebut sama-sama merupakan tanah subur. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Bapak Lim Pok Thyim: Alasan saya memilih lokasi lahan ini karena lahan datar sehingga pengolahan tanah cukup mudah. Adapun peluang usaha terutama untuk para petani, membuat pendapatan mereka semakin meningkat. Kelebihan lokasi disini adalah adanya jaringan yang dekat mempermudah memasarkan produk sayuran seperti didaerah Bogor, Jakarta dan sekitarnya. Pernyataan dari Ibu Magdalena mengenai hal tersebut : Pemilihan lokasi ini untuk usahatani awalnya tidak sengaja, karena posisi lahan hendak dijual dengan harga yang relatif murah dengan bentuk lahan terasering. Peluang usaha dalam pemasarannya sangat mudah karena banyaknya tengkulak misalnya saom irwan sebagai perantara penjualan sayuran didaerah sekitar, dan mudah mendapatkan bibit untuk budidaya sayuran. Kelebihan tidak sulit untuk mendapatkan air. Dalam kegiatan pertanian, untuk mendapatkan hasil yang baik tentunya harus pula didukung oleh sistem pengelolahan yang baik pula. Oleh karena itu pembuatan teras perlu dilakukan pada tanah yang letaknya miring. Maksudnya adalah untuk mengurangi kecepatan air yang mengalir di atas permukaannya. Air yang mengalir di

13 17 tempat yang miring, jika tidak dibuat teras-teras, dapat menyebabkan terkikisnya lapisan permukaan tanah. Sedang lapisan permukaan tanah merupakan lapisan subur yang paling dibutuhkan oleh tanaman (Anonim, 2013). Berdasarkan teori tersebut maka penyiapan lahan miring sebagai lahan pertanian membutuhkan biaya yang cukup besar. Oleh karena biaya yang dikeluarkan untuk penyiapan lahan cukup besar, maka harga jual tanah pada lokasi tersebut sebelum diolah akan lebih rendah dibandingkan dengan lahan datar. Hal ini untuk melihat lokasi sebagai letak usahatani dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini. Gambar 1. Lokasi Usahatani Organik dan Anorganik Lahan Organik Lahan Anorganik Pada gambar diatas penataan bedengan kedua lahan tersebut memiliki perbedaan dalam pengelolahan lahan, yaitu lahan organik yang terlihat rapi dengan bedengan tersusun rata dan pengelolahan dimanfaatkan dengan baik sehingga tidak ada lahan yang kosong. Sedangkan lahan anorganik dalam pengelolahan bedengan tidak teratur, dan sebagian besar lahan tidak diolah serta dibiarkan begitu saja Perbandingan Nilai Ekonomi Penggunaan Lahan Antara Organik dan Anorganik Nilai ekonomi penggunaan lahan yang dihitung dari nilai keuntungan antara kedua komoditas sayuran, yaitu komoditas Brokoli dan Wortel yang diperoleh dari pendapatan dikurangi dengan biaya produksi selama satu musim tanam terakhir. Hal ini, dapat dilihat berdasarkan tabel 4.4 sebagai berikut.

14 18 No Tabel 4.4. Analisis Nilai Ekonomi Brokoli (Brassica oleraceae) dan Wortel (Daucus carota) di lahan Organik dan Anorganik dengan Luas Lahan 1 ha per Musim Tanam Brokoli Wortel Uraian Organik ( Rp) Anorganik (Rp) Organik (Rp) Anorganik (Rp) Biaya Tetap (FC) Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Biaya Variabel (VC) Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Total Biaya (TC=FC+VC) Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Pendapatan (TR = Q* P) Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Keuntungan (π = TR - TC) Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Sumber: Data Sekunder, 2013 Hasil diatas terlihat adanya perbandingan yang lebih besar antara nilai keuntungan pada komoditas Brokoli organik dibandingkan anorganik, serta kerugian pada komoditas Wortel organik lebih rendah dibandingkan anorganik. Brokoli organik memiliki keuntungan lebih besar, dikarenakan harga Brokoli organik lebih mahal dibandingkan harga Brokoli anorganik, dan jumlah tanaman Brokoli organik lebih banyak dibandingkan anorganik. Kerugian Wortel organik lebih rendah dikarenakan, dalam pembuatan pupuk dan pestisida yang dibutuhkan menggunakan sebagian besar dari tanaman (sisa-sisa sayuran) dan kotoran hewan, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan tanaman lebih murah. Kerugian Wortel pada kedua lahan diakibatkan tanaman Wortel tidak cocok ditanam didaerah tersebut, karena tanaman Wortel memiliki akar pendek, cuaca yang relatif tidak mendukung, suhu dan kelembaban udara yang sering berubah-rubah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Asep sebagai berikut: Di daerah ini tidak cocok ditanami tanaman wortel, karena dengan musim yang selalu berubah-rubah, curah hujan yang tinggi, kelembaban udara yang tidak mendukung serta tanaman wortel sendiri yang memiliki akar pendek. Kualitas sayuran organik pada penelitian ini sangat baik, sayuran tahan lama, sebaliknya kualitas sayuran anorganik cukup baik serta sayuran yang dihasilkan tidak tahan lama. Berikut ini rekapan data hasil wawancara dengan para petani berdasarkan kualitas produk yang dihasilkan di lahan organik, dapat dilihat dari pernyataan Bapak Jaya sebagai berikut: Sayuran organik seperti Brokoli organik tahan lama antara 4-5 hari, kalau Wortel juga begitu, kalo ukuran sayuran yang dijual cukup seragam dan jarang adanya kenaikan harga sayuran. Menurut saya kualitas produksi sayuran ya mbak sangat baik dan tingkat kerusakan produk antara 5%. Pernyataan Bapak Mumuh tentang hal tersebut: Sayuran tidak tahan lama apalagi Brokoli cepat layu dan kusam dan Wortel biasanya 3hari sudah mulai keriput bila tidak disimpan di kulkas. Ukuran sayuran yang dijual tidak

15 19 seragam dan jarang adanya kenaikan harga sayuran, serta Kualitas produksi cukup baik ya dan tingkat kerusakan produk antara 10%. Menurut Reshinta (2013), kualitas sayuran organik lebih tahan lama (5-7 hari) dibandingkan sayuran anorganik, karena sayuran organik tidak dibentuk menggunakan pupuk kimia, pestisida kimia serta bahan kimia lainnya. Hal ini sesuai dengan kutipan diatas, bahwa sayuran organik yang memiliki daya tahan lama dibandingkan dengan sayuran anorganik Investasi (Nilai Tanah) Penggunaan lahan pertanian organik dan anorganik sebagai bentuk investasi dalam jangka waktu yang lama, diharapkan dapat memberikan nilai tanah yang tinggi dari masa kemasa. Investasi disini adalah tanah yang akan mendapatkan keuntungan yang tinggi bila dijual dan disewakan yang dilihat dari tingkat kesuburan tanahnya. Hasil pernyataan partisipan dan key informant tentang investasi tersebut dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini. Tabel 4.5. Investasi Lahan Organik dan Anorganik Investasi Organik Anorganik - Nilai jual - 10 tahun yang lalu Rp ,00/ m² - 5 tahun yang lalu Rp ,00/ m² - Tahun ini Rp ,00/ m² - Asumsi 5 tahun yang akan datang - 10 tahun yang lalu Rp ,00m² - 5 tahun yang lalu Rp ,00/ m² - Tahun ini Rp ,00/ m² - Asumsi untuk 5 tahun yang akan Rp ,00 m², rata-rata datang Rp ,00, rata-rata kenaikannya 40% - Tinggi kenaikannya 25% - Rendah - Sewa tanah - Mahal - Murah Sumber: Data Primer, 2012 Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Ricardo dalam Pambudi (2008) yang menyatakan bahwa, semakin subur tanah maka semakin tinggi harga jual dan sewa tanah tersebut, makin tinggi harga komoditas yang dihasilkan di lahan pertanian tersebut maka makin tinggi pula harga jual dan sewa tanah. Hal ini sesuai dengan teori diatas, bahwa lahan organik memiliki nilai jual lebih tinggi dan harga sewa lebih mahal dibandingkan dengan lahan anorganik, serta tingginya harga setiap komoditas yang dihasilkan atau diusahakan di lahan organik lebih tinggi harganya dibandingkan komoditas anorganik. Lahan organik bila dijual harganya mahal dan harga sewa tanahnya pun makin tinggi, berdasarkan tabel diatas pada lahan organik diperkuat dari pernyataan Bapak Lim Pok Thyim, sebagai berikut ini: Harga sewa lahan organik terhitung mahal ya mbak, tahun ini mencapai Rp ,00 per hektar per tahun. Sedangkan harga jual tahun ini pun termasuk tinggi mencapai Rp ,00 per meter persegi, 5 tahun lalu sekisar Rp ,00 per meter persegi, dan 10 tahun lalu sekisar Rp ,00 per meter persegi, untuk 5 tahun yang akan datang kira-kira mencapai Rp ,00 per meter persegi. Bapak Ubedilah selaku key informant mengenai hal diatas:

16 20 Harga sewa lahan organik cukup mahal ya sekitar Rp ,00 per hektar per tahun. Harga jual tanah sekarang pun tinggi mencapai Rp ,00-Rp ,00 per meter persegi, 5 tahun lalu sekisar Rp ,00 per meter persegi, dan untuk 10 tahun lalu Rp ,00-Rp ,00 per meter persegi. Berdasarkan hasil tersebut, harga tanah anorganik lebih murah dan harga sewa tanah pun bernilai rendah. Berikut ini pernyataan dari Ibu Magdalena: wah harga sewa lahan ini (lahan anorganik) sekitar Rp ,00 per hektar per tahun. Harga jual tanah tahun ini juga mencapai Rp ,00 per meter persegi, buat 5 tahun lalu sekitar Rp ,00 per meter persegi, dan 10 tahun lalu sekisar Rp ,00 per meter persegi, untuk harga jual 5 tahun yang akan datang mencapai Rp ,00 per meter persegi. Bapak Ubedilah selaku key informant mengenai hal diatas: Harga sewa lahan anorganik masih rendah (murah) dibandingkan lahan organik yang memiliki harga sewa yang mahal, lahan ini bila disewa sekitar Rp ,00 per hektar per tahun. Harga jual tanah sekarang juga rendah (murah) mencapai Rp ,00 per meter persegi, buat 5 tahun lalu Rp ,00 per meter persegi, dan 10 tahun lalu Rp ,00 per meter persegi. Hasil diatas terdapat perbedaan nilai jual lahan organik yang lebih tinggi dibandingkan dengan lahan anorganik. Hal ini dapat diketahui juga, bahwa harga sewa lahan organik lebih mahal dibandingkan anorganik.

17 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Dilihat dari tingkat kesuburan tanahnya, lahan pertanian organik memiliki kandungan C-organik sebesar 4,38% dan lahan pertanian anorganik sebesar 3,32%. Dari segi pengairan, lahan organik membutuhkan banyak air, dan pengairan yang didapatkan dari saluran irigrasi setempat. Lahan organik sulit mendapatkan pengairan, sehingga memanfaatkan bak penampung air pada musim penghujan. Sedangkan pertanian anorganik pengairan diperoleh dari sumber mata air pegunungan langsung, lahan membutuhkan sedikit air dan mudah mendapatkan pengairan. Lokasi lahan organik dengan letak lahan yang datar lebih mudah diolah, pembuatan bedengan tersusun rata dan rapi. Sedangkan lahan anorganik yang letak lahannya berupa terasering atau miring dalam pengolahannya tidak mudah, dan pembuatan bedengan tidak tersusun rata. 2. Nilai ekonomi pada pertanian organik ditinjau dari segi keuntunganya lebih tinggi dibandingkan pertanian anorganik. 3. Besarnya investasi (nilai tanah) lahan organik lebih tinggi dibandingkan lahan anorganik. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui nilai ekonomi lahan di daerah sekitar yang gitinjau dari segi lokasi (jarak lokasi dengan pasar, sarana prasarana) 2. Dari segi agrobisnis, perlu dilakukan sosialisasi dari berbagai pihak diantaranya pemerintah dan masyarakat mengenai efek dari pertanian organik dan anorganik. 21

18 DAFTAR PUSTAKA Akib, Narilla, Novi Studi Keterkaitan Antara Nilai Manfaat Lahan (Land Rent) dan Konversi Lahan Pertanian di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok. Tesis. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Anonim Pembuatan Teras Bangku Sebagai Usaha Konservasi Tanah Pada Lahan Potensial di Daerah Pegunungan. Diakses pada: 15 juni 2013 (12:21) Anonim Indahnya Nuansa Cerita Dalam Pengetahuan Dunia. Diakses pada: 15 juni 2013 (21:11). Arsyad Konservasi Tanah dan Air. Bandung : Penerbit ITB. Balai Penelitian Bogor Hasil Analisis Contoh Fisika tanah. Bogor: Balittanah. Balai Penelitian Bogor Hasil Analisis Contoh Kimia tanah. Bogor: Balittanah. Hanafiah, K Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Grapindo. Jakarta Hakim, Nurhajati, dkk Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung. Universitas Lampung Iyan Afriani H.S Metode Penelitian Kualitatif. Diakses pada: 19 Mei 2013 (22:01). Kurnianti, Novik Definisi Unsur Hara. 6 Desember Laporan dan Peta Tanah Semi Detail DAS Cisadane Hulu, Pusat penelitian Tanah dan Agroklimat, 1993 Manuhutu, Pertanian Organik. Kanisius: Yogyakarta. Novik Kurnianti Definisi Unsur Hara. Diakses pada: 6 Desember 2012 (22:17). Nindiasari, Effendi, Syarif, dkk Kesuburan Tanah. Diakses pada: 18 Desember 2012 (14:15). Pambudi, Andika, Ricardo, David Analisis nilai ekonomi lahan (land rent) pada lahan pertanian dan pemukiman dikecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Tesis. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Rahardi. F Agribisnis Tanaman Buah. Cetakan 8. Jakarta : Penebar Swadaya. Reshinta, Reisa Kandungan dan Manfaat Pupuk NPK. Diakses pada: 14 April 2013 (23:00). Setiadi, Nugroho. 2003, Perilaku Konsumen: Konsep dan Implilasi Untuk Strategi dan Penelitian Bisnis Pemasaran. Prenada Media, Jakarta. Suwito, Joko, Pertanian Organik. Diakses pada: 04 Mei 2012 (19:20). Sitorus, S.R.P Pengembangan Sumberdaya Lahan Berkelanjutan. Laboratorium Perencanaan Pembangunan Sumberdaya Lahan. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Siswanto, Eddy Kajian Harga Lahan dan Kondisi Lokasi Lahan Pemukiman Di Kecamatan Arga Makmur Kabupaten Bengkulu Utara. Program Pasca Sarjana

19 Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota. Universitas Diponegoro Semarang. Soekartawi Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta. 110 hlm. Suratiyah, Ken Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya. Suratiyah, K usahatani. Diktat. Diterbitkan Untuk Kalangan Sendiri. Program Studi Agribisnis. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta. Suparmoko Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan: Suatu Pendekatan Teoritis. PAU-UGM. Yogyakarta. Supranto, J Metode Ramalan Kualitatif: Untuk Perencanaan Ekonomi dan Bisnis. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Susilawati Budidaya sayuran organik menuju hidup sehat. Diakses pada: 13 Desember 2012 (12:02). Sutopo, H.B Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Penerbit Universitas Sebelas Maret. Sukirno, S Pengantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta : Grafika Wurjanto, Andojo, dkk Modul Perhitungan Debit Andalan Sungai. Penerbit ITB, Bandung. Wijayanti, Retno Strategi Pengembangan Usaha Sayuran Organik. (Studi Kasus : Kelompok Tani Putera Alam Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Kabuaten Bogor). Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Witjaksono, R Alih Fungsi Lahan: Suatu Tinjauan Sosiologis. Dalam Prosiding Lokakarya Persaingan Dalam Pemanfaatan Sumberdaya Lahan dan Air : Dampaknya terhadap Keberlanjutan Swasembada Beras: Hasil Kerja sama Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian dengan Ford Foundation. Bogor.

20 UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan anugerahnya kepada penulis, sehingga penulis bisa menyelesaikan penyusunan hasil kegiatan Skripsi dengan judul Analisis Nilai Ekonomi Penggunaan Lahan Pertanian Organik dan Anorganik di Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor dengan baik. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian program Strata Satu di Fakultas Pertanian dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik atas bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ir. Sony Heru Priyanto, MM., selaku Dekan Fakultas Pertanian dan Bisnis UKSW Salatiga sekaligus selaku pembimbing satu dalam penyusunan skripsi ini. 2. Maria SP, MP, selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian dan Bisnis UKSW Salatiga dan pembimbing ke dua dalam menyusun skripsi ini. 3. Balai Penelitian Bogor, beserta para partisipan dan key informant yang membantu penulis dalam mencari data sehingga skripsi ini dapat tersusun dengan baik. 4. Bapak, Ibu, kakak dan adik yang selalu dan tanpa henti mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 5. Teman-teman angkatan 2009 yang selalu menemani penulis dalam menjalani berbagai suasana dan situasi, sehingga penulis bisa terus semangat. 6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Salatiga, Penulis

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Sukagalih terletak di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Desa tersebut merupakan salah satu wilayah penghasil budidaya sayuran organik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (±

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (± 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (± 45 hari), termasuk dalam famili Brassicaceae. Umumnya, pakchoy jarang dimakan mentah,

Lebih terperinci

BAB I. kemampuannya. Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian

BAB I. kemampuannya. Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi segala kebutuhan hidup sehingga dalam pengelolaan harus sesuai dengan kemampuan agar tidak menurunkan produktivitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Air merupakan unsur yang sangat penting bagi kelangsungan hidup

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Air merupakan unsur yang sangat penting bagi kelangsungan hidup PENDAHULUAN Latar Belakang Air merupakan unsur yang sangat penting bagi kelangsungan hidup makhluk hidup. Tanpa air makhluk hidup tidak akan dapat melangsungkan hidupnya dalam waktu yang lama. Persediaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dulu. Ada beberapa jenis tomat seperti tomat biasa, tomat apel, tomat keriting,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hujan Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh dipermukaan tanah datar selama periode tertentu di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, run off dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (merah). Banyaknya vitamin A pada tanaman tomat adalah 2-3 kali. banyaknya vitamin A yang terkandung dalam buah semangka.

BAB I PENDAHULUAN. (merah). Banyaknya vitamin A pada tanaman tomat adalah 2-3 kali. banyaknya vitamin A yang terkandung dalam buah semangka. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) adalah tumbuhan dari familia Solanaceae. Tomat merupakan tanaman semusim, dapat tumbuh setinggi 1-3 meter. Tomat termasuk sayuran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pertanian Organik Ada dua pemahaman umum tentang pertanian organik menurut Las,dkk (2006)

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) VARIETAS PARADE (Studi Kasus di Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman Kota Banjar)

ANALISIS USAHATANI KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) VARIETAS PARADE (Studi Kasus di Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman Kota Banjar) ANALISIS USAHATANI KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) VARIETAS PARADE (Studi Kasus di Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman Kota Banjar) Oleh: Alek Hermawan 1, Dini Rochdiani 2, Tito Hardiyanto 3 1)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu TINJAUAN PUSTAKA Survei dan Pemetaan Tanah Tujuan survey dan pemetaan tanah adalah mengklasifikasikan dan memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu satuan peta tanah yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (Ipomea batatas L.)di Kecamatan Cilimus Kabupaten. Maka sebagai bab akhir pada tulisan

Lebih terperinci

PENYIAPAN LAHAN. Oleh : Juwariyah BP3K Garum

PENYIAPAN LAHAN. Oleh : Juwariyah BP3K Garum PENYIAPAN LAHAN Oleh : Juwariyah BP3K Garum Indikator Keberhasilan : Setelah selesai berlatih peserta diharapkan mampu : a. Menjelaskan kembali tentang pembersihan lahan tanaman bawang merah dengan baik

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai ekonomis, serta harus terus dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM KARYA ILMIAH TENTANG BUDIDAYA PAKCHOI (brassica chinensis L.) SECARA ORGANIK DENGAN PENGARUH BEBERPA JENIS PUPUK ORGANIK Oleh SUSI SUKMAWATI NPM 10712035 POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012 I.

Lebih terperinci

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB VI. PERSIAPAN LAHAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI

POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI 1 POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus H. Adul Desa Situ Daun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Ach. Firman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi merupakan bahan pangan terpenting di Indonesia mengingat makanan pokok penduduk Indonesia sebagian besar adalah beras. Sementara itu, areal pertanian

Lebih terperinci

KESESUAIAN LAHAN TANAM KENTANG DI WILAYAH BATU

KESESUAIAN LAHAN TANAM KENTANG DI WILAYAH BATU KESESUAIAN LAHAN TANAM KENTANG DI WILAYAH BATU Ni Wayan Suryawardhani a, Atiek Iriany b, Aniek Iriany c, Agus Dwi Sulistyono d a. Department of Statistics, Faculty of Mathematics and Natural Sciences Brawijaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian dengan cara bercocok tanam. Salah satu proses terpenting dalam bercocok tanam adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan berkelanjutan mengandung makna bahwa pengelolaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan sekarang tidak boleh mengurangi kemampuan sumberdaya

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 1 PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN A. DEFINISI Adalah pengolahan lahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cacing sutra (Tubifex. sp) merupakan pakan alami yang rata-rata berukuran panjang 1-3 cm. Ukurannya yang kecil membuat pembudidaya memilih cacing sutra sebagai pakan ikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu 3 TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu Tebu (Sacharum officinarum L.) termasuk ke dalam golongan rumputrumputan (graminea) yang batangnya memiliki kandungan sukrosa yang tinggi sehinga dimanfaatkan sebagai bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dapat menghasilkan genotip baru yang dapat beradaptasi terhadap berbagai

I. PENDAHULUAN. dapat menghasilkan genotip baru yang dapat beradaptasi terhadap berbagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan salah satu tanaman serealia yang tumbuh hampir di seluruh dunia dan tergolong spesies dengan viabilitas genetik yang besar. Tanaman jagung dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi cukup, nilai ekonomis tinggi serta banyak digunakan baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi cukup, nilai ekonomis tinggi serta banyak digunakan baik untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, karena memiliki kandungan gizi cukup,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis dan Iklim Daerah aliran sungai (DAS) Siulak di hulu DAS Merao mempunyai luas 4296.18 ha, secara geografis terletak antara 101 0 11 50-101 0 15 44 BT dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sehingga sektor pertanian memegang peranan penting sebagai penyedia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi tanah pada lahan pertanian saat sekarang ini untuk mencukupi kebutuhan akan haranya sudah banyak tergantung dengan bahan-bahan kimia, mulai dari pupuk hingga

Lebih terperinci

PENDAPATAN PETANI TEMBAKAU ANTARA PENGGUNA AIR BOR DENGAN PENGGUNA AIR TADAH HUJAN

PENDAPATAN PETANI TEMBAKAU ANTARA PENGGUNA AIR BOR DENGAN PENGGUNA AIR TADAH HUJAN P r o s i d i n g 61 PENDAPATAN PETANI TEMBAKAU ANTARA PENGGUNA AIR BOR DENGAN PENGGUNA AIR TADAH HUJAN Maimuna (1), Dwi Ratna Hidayati (2), Taufani Sagita (3) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMANFAATAN LAHAN MARGINAL KAWASAN PESISIR

TEKNOLOGI PEMANFAATAN LAHAN MARGINAL KAWASAN PESISIR TEKNOLOGI PEMANFAATAN LAHAN MARGINAL KAWASAN PESISIR Oleh : Sunarto Gunadi *) Abstrak Lahan pesisir sesuai dengan ciri-cirinya adalah sebagai tanah pasiran, dimana dapat dikategorikan tanah regosal seperti

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan TINJAUAN PUSTAKA Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan akan menjadi busuk dalam 2-5 hari apabila tanpa mendapat perlakuan pasca panen yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani Tanaman Pakchoi dan Syarat Tumbuh. Pakchoy adalah jenis tanaman sayuran yang mirip dengan tanaman sawi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani Tanaman Pakchoi dan Syarat Tumbuh. Pakchoy adalah jenis tanaman sayuran yang mirip dengan tanaman sawi. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Pakchoi dan Syarat Tumbuh Pakchoy adalah jenis tanaman sayuran yang mirip dengan tanaman sawi. Pakchoy dan sawi dapat ditanam di dataran rendah maupun di dataran

Lebih terperinci

3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah. 4. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Sifat Dan Bentuk Tanah

3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah. 4. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Sifat Dan Bentuk Tanah 1. List Program Untuk Menu Utama MPenjelasan_Menu_Utama.Show 1 2. List Program Untuk Penjelasan Menu Utama MPenjelasan_Tanah.Show 1 3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah MSifat_Bentuk2.Show

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani adalah pelaku usahatani yang mengatur segala faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kualitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan komoditas strategis kacang-kacangan yang banyak dibudidayakan setelah kedelai dan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang memiliki prospek pengembangan cukup cerah, Indonesia memiliki luas areal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya alam pertanian, sumberdaya alam hasil hutan, sumberdaya alam laut,

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya alam pertanian, sumberdaya alam hasil hutan, sumberdaya alam laut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan sumberdaya alam seperti sumberdaya alam pertanian, sumberdaya alam hasil hutan, sumberdaya alam laut, sumberdaya alam tambang,

Lebih terperinci

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG Rossi Prabowo 1*,Renan Subantoro 1 1 Jurusan Agrobisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Wahid Hasyim Semarang

Lebih terperinci

Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi Etnik Toraja di Pulau Tarakan

Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi Etnik Toraja di Pulau Tarakan Prosiding Seminar Nasional Budidaya Pertanian Urgensi dan Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Bengkulu 7 Juli 2011 ISBN 978-602-19247-0-9 24 Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L.) merupakan tanaman pangan yang penting sebagai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L.) merupakan tanaman pangan yang penting sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai (Glycine max L.) merupakan tanaman pangan yang penting sebagai sumber protein nabati untuk memenuhi permintaan dan kebutuhan masyarakat, sedangkan produksi dalam

Lebih terperinci

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam yang beranekaragam termasuk lahan gambut berkisar antara 16-27 juta hektar, mempresentasikan 70% areal gambut di Asia Tenggara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang yang dibutuhkan manusia, dengan cara budidaya usaha tani. Namun pertumbuhan manusia dan

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian yang cukup banyak digemari, karena memiliki kandungan gula yang relatif tinggi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas pertanian unggulan yang dianggap memiliki prospek yang baik. Hal ini terkait dengan semakin

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gambaran Umum Lahan Kering Tantangan penyediaan pangan semakin hari semakin berat. Degradasi lahan dan lingkungan, baik oleh gangguan manusia maupun

Lebih terperinci

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilam (Pogostemon sp.) merupakan salah satu tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri (essential oil). Di dalam dunia perdagangan Intemasional minyak nilam sering

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Tanaman selada (Lactuca sativa L.) merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Compositae. Kedudukan tanaman selada

Lebih terperinci

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Kompos Cacing Tanah (CASTING) Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia. Perkembangan produksi tanaman pada (Oryza sativa L.) baik di Indonesia maupun

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

3. BAHAN DAN METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian 10 3. BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian lapangan dilakukan di Kampung Arca Baru Sawah, Desa Sukaresmi, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Analisis tanah dan air dilaksanakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah Ultisol termasuk bagian terluas dari lahan kering yang ada di Indonesia yaitu 45.794.000 ha atau sekitar 25 % dari total luas daratan Indonesia (Subagyo, dkk, 2000). Namun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok terpenting bagi manusia yang harus dipenuhi agar bisa bertahan hidup. Perkembangan pertanian sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT PENERAPAN KONSERVASI TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI SAWI (Brassica Juncea L) DI KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU. Mohammad Shoimus Sholeh

PENGARUH TINGKAT PENERAPAN KONSERVASI TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI SAWI (Brassica Juncea L) DI KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU. Mohammad Shoimus Sholeh 1 PENGARUH TINGKAT PENERAPAN KONSERVASI TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI SAWI (Brassica Juncea L) DI KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU Mohammad Shoimus Sholeh Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup

I. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang bernilai ekonomis tinggi dan cocok untuk dikembangkan di daerah tropika seperti di Indonesia.

Lebih terperinci

IV. SIFAT FISIKA TANAH

IV. SIFAT FISIKA TANAH Company LOGO IV. SIFAT FISIKA TANAH Bagian 2 Dr. Ir. Mohammad Mahmudi, MS SIFAT SIFAT FISIKA TANAH A. Tekstur Tanah B. Struktur Tanah C. Konsistensi Tanah D. Porositas Tanah E. Tata Udara Tanah F. Suhu

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertanian organik menjadi suatu bisnis terbaru dalam dunia pertanian Indonesia. Selama ini produk pertanian mengandung bahan-bahan kimia yang berdampak

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di lahan pertanaman padi sawah (Oryza sativa L.) milik

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di lahan pertanaman padi sawah (Oryza sativa L.) milik III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilakukan di lahan pertanaman padi sawah (Oryza sativa L.) milik 6 kelompok tani di Kelurahan Tejosari Kecamatan Metro Timur Kota

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia, cocok ditanam di wilayah bersuhu tinggi. Penyebaran tanaman jagung sangat luas karena mampu beradaptasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran merupakan produk pertanian strategis yang ketersediaannya di Indonesia berlimpah sepanjang tahun. Konsumsi sayuran masyarakat Indonesia sendiri selalu meningkat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar Kompos merupakan bahan organik yang telah menjadi lapuk, seperti daundaunan, jerami, alang-alang, rerumputan, serta kotoran hewan. Di lingkungan alam,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Populasi manusia yang meningkat mengakibatkan peningkatan kebutuhan manusia yang tidak terbatas namun kondisi sumberdaya alam terbatas. Berdasarkan hal tersebut, ketidakseimbangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. metode survey. Metode survey digunakan untuk memperoleh fakta-fakta dari

III. METODE PENELITIAN. metode survey. Metode survey digunakan untuk memperoleh fakta-fakta dari III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan metode survey. Metode survey digunakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan

Lebih terperinci

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, 23 III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara BAWANG MERAH Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman hortikultura musiman yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Bawang merah tumbuh optimal di daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-400

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brizilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gandum (Triticum aestivum L.) berasal dari daerah subtropik dan salah satu serealia dari famili Gramineae (Poaceae). Komoditas ini merupakan bahan makanan penting di

Lebih terperinci

MODEL USAHATANI SAYURAN DATARAN TINGGI BERBASIS KONSERVASI DI DAERAH HULU SUNGAI CIKAPUNDUNG

MODEL USAHATANI SAYURAN DATARAN TINGGI BERBASIS KONSERVASI DI DAERAH HULU SUNGAI CIKAPUNDUNG MODEL USAHATANI SAYURAN DATARAN TINGGI BERBASIS KONSERVASI DI DAERAH HULU SUNGAI CIKAPUNDUNG (Studi Kasus: Lahan Pertanian Berlereng di Hulu Sub DAS Cikapundung, Kawasan Bandung Utara) Hendi Supriyadi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Bobot isi tanah pada berbagai dosis pemberian mulsa.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Bobot isi tanah pada berbagai dosis pemberian mulsa. 38 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Mulsa Terhadap Sifat Fisik Tanah 4.1.1. Bobot Isi Pengaruh pemberian sisa tanaman jagung sebagai mulsa terhadap bobot isi tanah adalah seperti tertera pada Tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya pemahaman dari masyarakat dalam pengolahan lahan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya pemahaman dari masyarakat dalam pengolahan lahan merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang menjadikan sebagian besar masyarakatnya hidup dari sektor pertanian. Walau termasuk sektor penting, namun sektor pertanian ini masih

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Ubi jalar yang ditanam di Desa Cilembu Kabupaten Sumedang yang sering dinamai Ubi Cilembu ini memiliki rasa yang manis seperti madu dan memiliki ukuran umbi lebih besar dari

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dusun Selo Ngisor, Desa Batur, Kecamatan getasan terletak sekitar 15 km dari Salatiga, dibawah kaki gunung Merbabu (Anonim, 2010). Daerah ini

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Lahan Pasir Pantai Lahan pasir pantai merupakan tanah yang mengandung lempung, debu, dan zat hara yang sangat minim. Akibatnya, tanah pasir mudah mengalirkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng Abstrak Sektor pertanian di Indonesia masih mempunyai peran yang penting, khususnya untuk mendukung program ketahanan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pupuk Kompos Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan lahan pertanian yang cukup besar, sebagaian besar penduduk Indonesia hidup pada hasil

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN. Salah satu pupuk organik yang dapat digunakan oleh petani

1.PENDAHULUAN. Salah satu pupuk organik yang dapat digunakan oleh petani 1.PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Salah satu dari program intensifikasi pertanian adalah pemupukan. Pupuk yang banyak digunakan oleh petani adalah pupuk kimia. Dalam memproduksi pupuk kimia dibutuhkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Jagung manis merupakan salah satu jenis jagung yang mulai dikembangkan dalam sekala luas. Jagung manis memiliki banyak manfaat sebagai makanan tambahan, sayuran, bahan

Lebih terperinci

MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK

MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK Rosihan Rosman Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Jalan Tentara Pelajar No. 3 Bogor rosihan_rosman@yahoo.com ABSTRAK Dalam upaya mendukung

Lebih terperinci