ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN BUNGA-POTONG ANGGREK DENDROBIUM (Kasus Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN BUNGA-POTONG ANGGREK DENDROBIUM (Kasus Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor)"

Transkripsi

1 ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN BUNGA-POTONG ANGGREK DENDROBIUM (Kasus Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor) SKRIPSI DRESTHY AULIA ESTEFAN H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 RINGKASAN DRESTHY AULIA ESTEFAN. Analisis Usahatani dan Pemasaran Bunga-Potong Anggrek Dendrobium (Kasus Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor). Di bawah bimbingan DWI RACHMINA. Sektor pertanian terdiri atas subsektor tanaman pangan, subsektor hortikultura, subsektor kehutanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan, dan subsektor perikanan. Subsektor hortikultura terdiri atas komoditas buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat-obatan yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan nasional di masa depan. Salah satu komoditas unggulan hortikultura adalah tanaman hias. Salah satu jenis tanaman hias yang dikembangkan untuk pasar domestik dan ekspor adalah anggrek. Produksi anggrek mengalami penurunan sebesar 13 persen pada tahun 2007, namun di tahun 2008 produksi anggrek meningkat signifikan sebesar 61,42 persen, sehingga komoditas anggrek dapat memberi prospek pasar yang cerah di masa mendatang. Kebutuhan akan anggrek menimbulkan permintaan yang telah menggerakkan sentra produksi anggrek di berbagai daerah. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi anggrek terbesar di Indonesia. Salah satu Kabupaten yang merupakan sentra produksi anggrek di Jawa Barat adalah Kabupaten Bogor. Kabupaten Bogor memiliki jumlah produksi anggrek terbanyak dibandingkan dengan Kabupaten Karawang dan Cirebon yaitu sebesar tangkai. Selisih antara harga jual yang diterima petani anggrek di Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor dengan harga yang diberlakukan pedagang (marjin pemasaran) cukup besar, dimana posisi petani diantara pelaku ekonomi adalah sebagai penerima harga (price taker). Marjin pemasaran yang semakin besar umumnya akan menyebabkan persentase bagian harga yang yang diterima oleh petani (farmer s share) akan semakin kecil. Penyebaran marjin yang tidak merata dan harga yang rendah ditingkat petani tersebut dapat mempengaruhi pendapatan petani. Penelitian analisis usahatani dan pemasaran bunga-potong anggrek Dendrobium bertujuan untuk: (1) Menganalisis usahatani bunga-potong anggrek Dendrobium di Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor. (2) Menganalisis sistem pemasaran, saluran pemasaran, struktur dan perilaku pasar serta sebaran marjin pemasaran bunga potong anggrek Dendrobium dari petani sampai konsumen akhir serta memilih alternatif saluran pemasaran yang lebih efisien. Pengambilan responden dilakukan dengan metode sensus dengan jumlah petani 20 orang. Petani dibedakan menurut jumlah tanaman yang diusahakan, yaitu petani skala I yang memiliki kisaran jumlah tanaman tanaman dan petani skala II yang memiliki kisaran jumlah tanaman tanaman. Lembaga pemasaran dipilih secara purposive dengan mengikuti alur saluran pemasaran dari petani produsen sampai ke konsumen akhir. Responden pedagang pengumpul lokal

3 sebanyak tujuh orang, pedagang pengumpul luar daerah satu orang, pedagang besar dua orang serta tiga floris. Petani skala I memiliki pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 23,67 juta per tahun dengan R/C 1,91 berarti setiap Rp 1,00 biaya tunai yang dikeluarkan petani untuk menanam anggrek, maka petani akan memperoleh penerimaan Rp 1,91. Pendapatan atas biaya total yang diperoleh sebesar Rp 4,77 juta per tahun dengan R/C 1,11 berarti setiap Rp 1,00 biaya total yang dikeluarkan petani untuk menanam anggrek, maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,11. Petani skala II memiliki pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 87,28 juta per tahun dengan R/C 3,79 berarti setiap Rp 1,00 biaya tunai yang dikeluarkan petani untuk menanam anggrek, maka petani akan memperoleh penerimaan Rp 3,79. Pendapatan atas biaya total yang diperoleh sebesar Rp 56,74 juta per tahun dengan R/C 1,91 berarti setiap Rp 1,00 biaya total yang dikeluarkan petani untuk menanam anggrek, maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,91. Berdasarkan analisis pendapatan dan R/C rasio, maka dapat disimpulkan bahwa skala usaha berpengaruh terhadap keuntungan atau pendapatan usahatani bunga-potong anggrek Dendrobium. Skala usaha yang lebih tinggi akan menghasilkan pendapatan atau keuntungan yang lebih besar. Struktur pasar yang dihadapi petani bunga-potong anggrek Dendrobium di Kecamatan Gunung Sindur adalah oligopsoni sedangkan struktur pasar yang dihadapi pedagang pengumpul lokal dan pedagang pengumpul luar daerah adalah oligopoli. Pedagang besar menghadapi struktur pasar yang mengarah ke bentuk duopoli dan floris berada pada struktur pasar persaingan sempurna. Perilaku pasar diidentifikasi dengan mengamati kegiatan pemasaran dalam proses pembelian dan penjualan, sistem penentuan harga, sistem pembayaran dan kerjasama antar lembaga pemasaran bunga-potong anggrek Dendrobium di Kecamatan Gunung Sindur. Terdapat enam saluran pemasaran bunga-potong anggrek Dendrobium di Kecamatan Gunung Sindur yaitu: (1) Petani Pedagang Pengumpul Lokal Konsumen, (2) Petani Pedagang Pengumpul Lokal Pedagang Besar (Pasar Bunga Rawabelong) Konsumen, (3) Petani Pedagang Pengumpul Lokal Pedagang Besar (Pasar Bunga Rawabelong) Floris Konsumen, (4) Petani Pedagang Pengumpul Lokal Pedagang Pengumpul Luar Daerah Konsumen, (5) Petani Pedagang Pengumpul Lokal Pedagang Pengumpul Luar Daerah Floris Konsumen, (6) Petani Pedagang Pengumpul Lokal Floris Konsumen. Alternatif saluran pemasaran yang lebih efisien dibandingkan keenam saluran lainnya berdasarkan nilai total marjin, farmer s share, rasio terhadap biaya dan volume penjualan adalah saluran satu dengan nilai total marjin sebesar Rp 500,00 per tangkai, farmer s share terbesar yaitu 77,27 persen, rasio keuntungan terhadap biaya sebesar 10,71 dan serapan volume penjualan terbesar yaitu 83,90 persen. Petani disarankan menggunakan saluran pemasaran yang dapat memberikan farmer s share tertinggi dan memiliki volume penjualan terbesar. Ketersediaan informasi mengenai pasar dan harga merupakan salah satu cara agar petani memiliki posisi tawarmenawar yang kuat.

4 ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN BUNGA-POTONG ANGGREK DENDROBIUM (Kasus Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor) DRESTHY AULIA ESTEFAN H Skipsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

5 Judul Skripsi Nama NRP : Analisis Usahatani dan Pemasaran Bunga-Potong Anggrek Dendrobium (Kasus Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor) : Dresthy Aulia Estefan : H Menyetujui, Dosen Pembimbing Ir. Dwi Rachmina, MSi NIP Mengetahui, Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus :

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Usahatani dan Pemasaran Bunga-Potong Anggrek Dendrobium (Kasus Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor) adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Maret 2011 Dresthy Aulia Estefan H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 20 Juni Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Dudi Damsyik dan Ibu Thiofany Yanaida. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Pajeleran 1 Cibinong, Bogor pada tahun 1998 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SLTPN 2 Bogor. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 1 Cibadak, Sukabumi diselesaikan pada tahun Penulis diterima pada Program Studi Diploma III Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur reguler dan diselesaikan pada tahun 2007, kemudian penulis diterima di Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007.

8 KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil alamiin. Segala puji senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan ridha-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyebaran marjin yang tidak merata dan harga yang rendah di tingkat petani dapat mempengaruhi pendapatan petani anggrek di Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian mengenai analisis usahatani dan pemasaran bunga-potong anggrek Dendrobium di Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor untuk mengetahui tingkat pendapatan petani dan memilih alternatif saluran pemasaran yang lebih efisien. Skripsi ini berjudul Analisis Usahatani dan Pemasaran Bunga-Potong Anggrek Dendrobium (Kasus Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor). Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Bogor, Maret 2011 Penulis

9 UCAPAN TERIMAKASIH Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada: 1. Ir. Dwi Rachmina, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran, motivasi, waktu, kesabaran, dan pengarahan yang amat berarti selama penyusunan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS selaku dosen penguji utama yang telah memberikan kritik dan saran yang berguna bagi perbaikan skripsi ini, juga selaku dosen evaluator yang telah memberikan masukan pada saat kolokium penulis. 3. Eva Yolynda Aviny, SP, MM selaku dosen penguji komdik yang telah memberikan saran untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini. 4. Welfrin C Pangabean selaku pembahas yang telah memberikan koreksian dan masukan pada saat seminar penulis. 5. Seluruh petani anggrek Kecamatan Gunung Sindur yang telah banyak membantu dalam pencarian informasi dan penyusunan skripsi ini. 6. Kedua Orang Tuaku, atas segala doa, semangat, dukungan, limpahan kasih sayang dan perhatian yang selalu diberikan kepada penulis. 7. Yang tercinta Suamiku Sumarno, atas segala doa, semangat, dukungan, cinta, kasih sayang dan perhatian yang selalu diberikan kepada penulis. 8. Putri Kecilku tersayang, Nabila Aulia Rayya yang selalu menumbuhkan semangat kepada penulis. 9. Adik-adikku Defany Estha Adjani dan Muhammad Pramudya Aulia Santrie atas doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis. 10. Ayah dan Ibu mertuaku serta keluarga besar di Palembang atas doa, dukungan, kasih sayang dan perhatian yang diberikan kepada penulis. 11. Hilda Widianingsih, Allin, Zeffri, Devi, dan teman-temanku atas doa dan dukungannya. 12. Sekretariat Agribisnis atas bantuan dan kerjasamanya selama ini.

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Tanaman Anggrek Usahatani Anggrek dan Tanaman Hias Lain Pemasaran Anggrek dan Tanaman Hias Lain BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Produksi Teori Biaya Produksi Pendapatan Usahatani Sistem Pemasaran Saluran Pemasaran Fungsi dan Lembaga Pemasaran Struktur, Perilaku dan Keragaan Pasar Marjin Pemasaran Farmer s Share Efisiensi Pemasaran Kerangka Pemikiran Operasional BAB IV. METODE PENELITIAN Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Penentuan Responden Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis Usahatani Analisis Saluran Pemasaran Analisis Lembaga Pemasaran Analisis Struktur, Perilaku dan Keragaan Pasar Analisis Marjin Pemasaran Rasio Keuntungan terhadap Biaya xi xiii xiv

11 Analisis Farmer s Share BAB V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Geografis dan Keadaan Alam Kecamatan Gunung Sindur Penduduk dan Mata Pencaharian Kecamatan Gunung Sindur Karakteristik Petani Karakteristik Pedagang BAB VI. ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN BUNGA-POTONG ANGGREK DENDROBIUM Analisis Usahatani Bunga-Potong Anggrek Dendrobium Kegiatan Usahatani Bunga-Potong Anggrek Dendrobium Analisis Biaya Usahatani Bunga-Potong Anggrek Dendrobium Analisis Penerimaan Usahatani Bunga-Potong Anggrek Dendrobium Analisis Pendapatan Usahatani Bunga-Potong Anggrek Dendrobium Analisis Pemasaran Bunga-Potong Anggrek Dendrobium Saluran Pemasaran Peranan Lembaga Pemasaran Struktur Pasar Perilaku Pasar (Market Conduct) Keragaan Pasar (Market Performance) Analisis Marjin Pemasaran Farmer s Share Rasio Keuntungan dan Biaya Alternatif Saluran Pemasaran BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 92

12 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Volume dan Nilai Ekspor Tanaman Hias Indonesia Tahun Perkembangan Produksi Tanaman Hias Indonesia Tahun Penjualan Bunga-Potong di Indonesia Tahun menurut Jenia Bunga Tahun Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Anggrek di Indonesia Menurut Provinsi Tahun Karakteristik Struktur Pasar Sentra Produksi Tanaman Hias Unggulan di Jawa Barat Tahun Komposisi Penduduk Kecamatan Gunung Sindur Berdasarkan Skala Umur Tahun Komposisi Penduduk Kecamatan Gunung Sindur Berdasarkan Skala Tingkat Pendidikan Tahun Komposisi Penduduk Kecamatan Gunung Sindur Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun Komposisi Responden Petani Bunga-Potong Anggrek Dendrobium Berdasarkan Umur di Kecamatan Gunung Sindur Tahun Komposisi Responden Petani Bunga-Potong Anggrek Dendrobium Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun Jumlah dan Persentase Responden Petani Bunga-Potong Anggrek Dendrobium Berdasarkan Jumlah Tanaman di Kecamatan Gunung Sindur pada Tahun

13 13. Komposisi Responden Petani Bunga-Porong Anggrek Dendrobium Berdasarkan Status Mata Pencaharian Petani di Kecamatan Gunung Sindur pada Tahun Komposisi Responden Petani Bunga-Potong Anggrek Dendrobium Berdasarkan Pengalaman Bertani di Kecamatan Gunung Sindur pada Tahun Komposisi Responden Pedagang Bunga-Potong Anggrek Dendrobium Berdasarkan Umur Tahun Sebaran Umur Tanaman Bunga-Potong Anggrek Dendrobium Milik Petani Responden di Kecamatan Gunung Sindur Tahun Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja (HOK) untuk Rata-rata Tanaman pada Usahatani Bunga-Potong Anggrek Dendrobium di Kecamatan Gunung Sindur untuk Satu Tahun Rata-rata Biaya Usahatani Bunga-Potong Anggrek Dendrobium Skala I dan Skala II di Kecamatan Gunung Sindur Tahun Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga untuk Petani Skala II pada Usahatani Bunga-Potong Anggrek Dendrobium di Kecamatan Gunung Sindur Tahun Nilai Rata-rata Penggunaan Pupuk, Insektisida dan Fungisida Petani Skala II pada Usahatani Bunga-Potong Anggrek Dendrobium di Kecamatan Gunung Sindur Tahun Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga untuk Petani Skala I pada Usahatani Bunga Potong Anggrek Dendrobium di Kecamatan Gunung Sindur Tahun Nilai Rata-rata Penggunaan Pupuk, Insektisida dan Fungisida Petani Skala I pada Usahatani Bunga-Potong Anggrek Dendrobium di Kecamatan Gunung Sindur Tahun Perbandingan Persentase Biaya Usahatani Bunga-Potong Anggrek Dendrobium Skala I dan Skala II di Kecamatan Gunung Sindur Tahun

14 24. Rata-rata Penerimaan Petani Skala I Usahatani Bunga-Potong Anggrek Dendrobium di Kecamatan Gunung Sindur Tahun Rata-rata Penerimaan Petani Skala II Usahatani Bunga-Potong Anggrek Dendrobium di Kecamatan Gunung Sindur Tahun Rata-rata Pendapatan dan R/C Rasio Usahatani Bunga-Potong Anggrek Dendrobium pada Skala I dan Skala II di Kecamatan Gunung Sindur Tahun Pelaksanaan Fungsi Pemasaran di Beberapa Lembaga Pemasaran Bunga-Potong Anggrek Dendrobium Marjin Pemasaran Bunga-Potong Anggrek Dendrobium di Kecamatan Gunung Sindur Farmer s Share, Persentase Volume Penjualan dan Persentase Total Marjin pada Saluran Pemasaran Bunga-Potong Anggrek Dendrobium di Kecamatan Gunung Sindur Tahun Rasio Keuntungan dan Biaya Lembaga Pemasaran Bunga-Potong Anggrek Dendrobium di Kecamatan Gunung Sindur Tahun

15 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Fungsi Produksi dan Tiga Daerah Produksi Kurva Biaya Total, Biaya Tetap Total, dan Biaya Variabel Total Kurva Biaya Rata-rata, Biaya Variabel Rata-rata, dan Biaya Marjinal Kemungkinan Keuntungan Perusahaan Sistem Pemasaran Marjin Pemasaran Kerangka Pemikiran Operasional Saluran Pemasaran Bunga-Potong Anggrek Dendrobium di Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor... 68

16 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Rata-rata Luas Lahan dan Jumlah Tanaman Usahatani Bunga- Potong Anggrek Dendrobium di Kecamatan Gunung sindur Tahun Rata-rata Produksi Bunga-Potong Anggrek Dendrobium pada Skala I per Minggu di Kecamatan Gunung Sindur Rata-rata Produksi Bunga-Potong Anggrek Dendrobium pada Skala II per Minggu di Kecamatan Gunung Sindur Rata-rata Penggunaan Sarama Produksi Skala I Usahatani Bunga- Potong Anggrek Dendrobium di Kecamatan Gunung Sindur Tahun Rata-rata Biaya Tunai Skala I Usahatani Bunga-Potong Anggrek Dendrobium di Kecamatan Gunung Sindur Tahun Rata-rata Biaya Diperhitungkan Skala I Usahatani Bunga- Potong Anggrek Dendrobium di Kecamatan Gunung Sindur Tahun Rata-rata Penggunaan Sarana Produksi Skala II Usahatani Bunga-Potong Anggrek Dendrobium di Kecamatan Gunung Sindur Tahun Rata-rata Biaya Tunai Usahatani Bunga-Potong Anggrek Dendrobium Skala II di Kecamatan Gunung Sindur Tahun Rata-rata Biaya Diperhitungkan Usahatani Bunga-Potong Anggrek Dendrobium Skala II di Kecamatan Gunung Sindur Tahun Penggunaan Tenaga kerja Skala I per Tahun Usahatani Bunga- Potong Anggrek Dendrobium Skala II di Kecamatan Gunung Sindur Tahun

17 11. Penggunaan Tenaga Kerja Skala II per Tahun Usahatani Bunga-Potong Anggrek Dendrobium di Kecamatan Gunung Sindur Tahun Analisis Marjin Pemasaran Bunga-Potong Anggrek Dendrobium Saluran Satu, Dua dan Tiga di Kecamatan Gunung Sindur Analisis Marjin Pemasaran Bunga-Potong Anggrek Dendrobium Saluran Empat, Lima dan Enam di Kecamatan Gunung Sindur

18 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian terdiri atas subsektor tanaman pangan, subsektor hortikultura, subsektor kehutanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan, dan subsektor perikanan. Salah satu subsektor yang menjadi unggulan adalah hortikultura. Subsektor hortikultura terdiri atas komoditas buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat-obatan yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan nasional di masa depan. Tanaman hias merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki kontribusi yang cukup besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) tanaman hias terhadap PDB hortikultura cukup besar dengan menunjukkan peningkatan nilai PDB yang cukup signifikan. Pada tahun 2000, kontribusi ekspor tanaman hias pada PDB Indonesia sebesar Rp 4,6 triliun, pada tahun 2008 kontribusi tersebut meningkat menjadi sebesar Rp 7,7 triliun 1. Berdasarkan Direktorat Jenderal Hortilkultura (2009) volume ekspor tanaman hias Indonesia pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2005 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 ekspor komoditas tanaman hias mengalami peningkatan sebesar kg dari tahun sebelumnya, dengan nilai USD Pada tahun 2006 volume ekspor tanaman hias justru mengalami penurunan, namun memiliki nilai ekspor lebih tinggi dari tahun sebelumnya dengan harga rata-rata tertinggi USD 1,08/kg. Dari data ini menunjukkan sisi permintaan ekspor bunga-potong yang tinggi dan memiliki kecenderungan meningkat. Volume dan nilai ekspor tanaman hias Indonesia tahun dapat dilihat pada Tabel [24 Juni 2010]

19 Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Tanaman Hias Indonesia Tahun Volume Nilai Harga Rata-rata No. Tahun (Kg) (USD) (USD/Kg) , , , , , ,76 Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) Sebagai salah satu komoditas perdagangan internasional, tanaman hias memiliki potensi atau peluang pasar luar negeri yang cukup baik. Banyak negara yang memanfaatkan tanaman hias sebagai sumber penerimaan devisa yang dominan. Negara-negara tersebut antara lain adalah Belanda, Columbia, Italia, Kenya, Zimbabwe dan Tanzania. Indonesia menempati urutan ke-51 dunia sebagai pengekspor tanaman hias dengan nilai perdagangan kurang dari USD 10 juta. Negara utama tujuan ekspor tanaman hias Indonesia adalah Singapura, Taiwan, Hongkong, Amerika Serikat dan Belanda (Direktorat Jenderal Tanaman Hias 2008). Komoditas tanaman hias juga memiliki prospek yang cukup bagus karena setiap tahunnya rata-rata produksi tanaman hias menunjukkan peningkatan yang signifikan. Data perkembangan produksi tanaman hias dapat dilihat pada Tabel 2. Salah satu jenis tanaman hias yang dikembangkan untuk pasar domestik dan ekspor adalah anggrek. Anggrek termasuk kelompok tanaman hias yang mempunyai kelebihan dari jenis bunga lainnya, kelebihannya adalah spektrum yang luas pada warna, bentuk, ukuran, tekstur dan banyaknya variasi. Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat laju pertumbuhan anggrek pada tahun paling tinggi jika dibandingkan dengan tanaman hias krisan, mawar, dan sedap malam yaitu sebesar 61,42 persen sehingga komoditas anggrek dapat memberi prospek pasar yang cerah di masa mendatang.

20 Tabel 2. Perkembangan Produksi Tanaman Hias Indonesia Tahun No Komoditas 2006 (Juta Tangkai) Produksi 2007 (Juta Tangkai) 2008 (Juta Tangkai) Laju Pertumbuhan ( %) ( %) 1. Anggrek (13,26) 61,42 2. Krisan ,12 51,95 3. Mawar ,6 (34) 4. Sedap Malam (28,6) 18,03 Jumlah Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2009 Secara umum perkembangan pasar anggrek terus berkembang pesat dengan laju ratarata konsumsi sebesar 25 persen dan produksi sebesar 20 persen. Artinya, produksi anggrek harus ditingkatkan untuk memenuhi permintaan konsumen. Permintaan pasar terhadap bunga-potong dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Penjualan Bunga-Potong di Indonesia menurut Jenis Bunga Tahun 2007 No. Jenis Penjualan (%) 1. Anggrek Krisan Mawar Lain-lain 15 Sumber : Majalah Flora dan Fauna, 2008 Tabel 3 menunjukkan bahwa jenis-jenis bunga-potong mempunyai penjualan tersendiri. Permintaan anggrek mencapai 25 persen dari nilai penjualan, artinya pangsa pasar anggrek menuntut tersedianya bunga potong anggrek dalam jumlah yang besar. Kualitas, kuantitas dan kontinuitas produksi anggrek perlu ditingkatkan untuk mengimbangi permintaan pasar anggrek potong.

21 Anggrek juga memiliki peluang yang besar dalam proses pengembangan agribisnis. Prospek pengembangan anggrek juga dapat dilihat dari besarnya nilai ekspor anggrek pada tahun 2008 ( kg dengan nilai US $ ) bila dibandingkan dengan nilai impor anggrek ( 100 kg dengan nilai US $ 50 ) (Ditjen Hortikultura, 2008 ). Dengan kata lain anggrek memiliki potensi pasar internasional yang tinggi. Anggrek yang disukai sebagian besar masyarakat adalah jenis Dendrobium ( 34 % ), diikuti oleh Oncidium Golden Shower ( 26 % ), Cattleya ( 20 %), Vanda ( 17 % ), serta anggrek lainnya ( 3 % ). ( Litbang Deptan, 2007 ). Data tersebut menunjukkan bahwa Dendrobium merupakan jenis anggrek yang paling banyak disukai masyarakat. Hal tersebut disebabkan karena Dendrobium memiliki keindahan, ketahanan, pertumbuhan yang relatif cepat, dan cara budidaya yang relatif mudah dibandingkan dengan anggrek lainnya. Anggrek Dendrobium dapat dinikmati keindahannya baik sebagai tanaman hias dalam pot maupun sebagai bunga potong penghias ruangan seperti rangkaian bunga dan ucapan pada acara-acara tertentu. Berdasarkan Direktorat Jenderal Hortikultura (2009), anggrek yang banyak diusahakan di Provinsi Jawa Barat adalah Dendrobium Sonia, Dendrobium Thailand White, Dendrobium Burana Green, Dendrobium Wonleng dan Dendrobium Bertha Chong. Anggrek yang banyak diusahakan di Kecamatan Gunung Sindur adalah jenis Dendrobium Thailand White atau petani sering menyebutnya dengan nama Dendrobium putih, yang kebanyakan dipasarkan dalam bentuk bunga-potong. Usaha budidaya anggrek mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi, karena usaha budidaya anggrek membutuhkan modal yang relatif besar, penguasaan teknologi dan penguasaan pasar yang baik. Kebutuhan akan anggrek menimbulkan permintaan yang telah menggerakkan sentra produksi anggrek di berbagai daerah. Pulau Jawa memiliki potensi lahan yang lebih baik dibandingkan luar Pulau Jawa. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa produktivitas anggrek terbesar yaitu 15,55 tangkai/m 2 berada di Provinsi Jawa Barat yang merupakan salah satu sentra produksi anggrek terbesar di Indonesia dengan jumlah produksi sebanyak tangkai pada tahun Salah satu Kabupaten yang merupakan sentra produksi anggrek di Jawa Barat adalah Kabupaten Bogor. Terdapat

22 berbagai faktor yang dapat menunjang pengembangan usahatani anggrek seperti iklim. Terdapatnya sarana yang memadai, seperti banyaknya tempat lembaga penelitian, laboratorium kultur jaringan dan sumberdaya manusia yang terampil, yang dapat memberikan andil dalam peningkatan usahatani anggrek di Bogor. Data luas panen, produksi dan produktivitas anggrek di Indonesia menurut provinsi dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Anggrek di Indonesia menurut Provinsi Tahun 2008 No. Provinsi Luas Panen Produksi Produktivitas (m 2 ) (tangkai) (tangkai/m 2 ) 1. Sumatera Utara ,61 2. DKI Jakarta ,04 3. Jawa Barat ,55 4. Jawa Timur ,60 5. Banten ,37 6. Bali ,03 7. Kalimantan Barat ,17 8. Sulawesi Utara ,86 Sumber : Ditjen Hortikultura dan Tanaman Hias, Perumusan Masalah Petani anggrek di Kabupaten Bogor terpusat di Kecamatan Gunung Sindur. Berdasarkan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2009) hampir 70 persen penduduk Kecamatan Gunung Sindur memiliki usaha budidaya anggrek. Petani anggrek Dendrobium di Kecamatan Gunung Sindur berjumlah 20 orang. Kabupaten Bogor juga memiliki pedagang pengumpul yang berjumlah ± 200 pedagang yang tersebar di Kecamatan Tajurhalang, Cibinong, Babakan Madang, dan Tamansari. Anggrek merupakan tanaman hias yang konsumennya terdiri atas beberapa lapisan masyarakat. Lembaga pemasaran mempunyai peran yang sangat penting dalam menyalurkan bunga dari produsen ke konsumen. Hal ini disebabkan oleh perbedaan lokasi antara produsen dan konsumen. Adanya perbedaan lokasi dan aktivitas lembaga pemasaran menyebabkan harga di tiap tingkat lembaga pemasaran menjadi

23 berbeda. Akibat hal tersebut maka masalah yang timbul adalah mengenai penyebaran harga dan keuntungan antar lembaga pemasaran yang tidak merata dimana petani menerima harga yang rendah sedangkan dipihak lain, konsumen membayar mahal. Berdasarkan pengamatan pada bulan Oktober 2010, harga rata-rata anggrek Dendrobium putih pada waktu normal di tingkat petani Kecamatan Gunung Sindur sebesar Rp ,00/ikat, sedangkan harga rata-rata anggrek Dendrobium putih yang dijual di Pasar Rawabelong adalah Rp ,00/ikat. Berdasarkan hal tersebut, apakah petani mendapatkan keuntungan? Serta bagaimanakah usahatani anggrek petani di Kecamatan Gunung Sindur, apakah sudah efisien? Pada waktu-waktu tertentu yang mengindikasikan naiknya kebutuhan anggrek di tingkat petani juga akan naik namun tidak terlalu besar yaitu Rp ,00/ikat dan diikuti dengan kenaikan harga di tingkat pedagang yang mencapai Rp ,00/ikat. Besarnya selisih antara harga jual yang diterima petani dengan harga yang diberlakukan pedagang menunjukkan adanya marjin pemasaran yang besar antara petani dan konsumen dimana posisi petani diantara pelaku ekonomi adalah sebagai penerima harga (price taker). Marjin pemasaran yang semakin besar pada umumnya akan menyebabkan persentase bagian harga yang diterima petani akan semakin kecil. Penyebaran marjin yang tidak merata dan harga yang rendah di tingkat petani dapat mempengaruhi pendapatan petani. Berdasarkan kondisi tersebut, bagaimanakah sistem pemasaran, saluran pemasaran, lembaga-lembaga dan fungsi pemasaran, struktur pasar dan perilaku pasar, serta marjin pemasaran dalam usahatani bunga-potong anggrek Dendrobium di Kecamatan Gunung Sindur? Apakah terdapat alternatif saluran pemasaran bunga-potong anggrek Dendrobium yang lebih efisien? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan perumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis usahatani bunga-potong anggrek Dendrobium di Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor. 2. Menganalisis sistem pemasaran, saluran pemasaran, struktur dan perilaku pasar serta sebaran marjin pemasaran bunga potong anggrek Dendrobium dari

24 petani sampai konsumen akhir serta memilih alternatif saluran pemasaran yang lebih efisien. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi petani, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi dalam berusahatani dan memilih saluran pemasaran yang paling baik sehingga dapat meningkatkan pendapatan usahataninya. 2. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan sehubungan dengan usahatani dan pemasaran anggrek Dendrobium. 3. Sebagai bahan informasi dan bahan pembanding untuk penelitian selanjutnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

25 2.1 Karakteristik Tanaman Anggrek Tanaman anggrek merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan, sebagai komponen agribisnis memiliki potensi sumberdaya genetik yang sangat luas. Sekitar jenis anggrek tumbuh di Indonesia dengan jumlah jenis tumbuh di Pulau Jawa dan selebihnya tumbuh di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya dan pulau-pulau lainnya. Sejak dekade terakhir kegiatan usaha anggrek berkembang di berbagai daerah dan berperan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi yang cukup penting. Pada masa kini kegiatan usaha anggrek dilakukan secara komersil yang mampu menggerakkan pertumbuhan industri barang dan jasa. Windiana (2001) dalam penelitiannya menjelaskan jenis tanaman anggrek yang dikembangkan secara dominan untuk pasar domestik dan ekspor antara lain : (1) Cattleya Lisa annx Lucky Strike dan Temanggung Beauty Brasco Pacto Cattleya. (2) Phalaenopsis, berbagai silangan dengan warna ungu kehitaman dan stripe. (3) Doritaenopsis (silangan Doritis dan Phalaenopsis). (4) Meltonia sp dan Odontoglatum serta (5) Dendrobium. Manfaat utama tanaman ini adalah sebagai tanaman hias karena bunga anggrek mempunyai keindahan. Selain itu anggrek bermanfaat sebagai campuran ramuan obat-obatan, bahan minyak wangi/minyak rambut. Jenis anggrek yang banyak dibudidayakan petani di Kecamatan Gunung Sindur adalah anggrek jenis Dendrobium. Keunggulan jenis anggrek ini adalah mampu menghasilkan produk berupa bunga potong dalam jumlah tangkai cukup banyak dalam satu pohonnya. Permintaan komoditi anggrek tersebar mulai dalam bentuk bibit botolan, kompot, seedling, tanaman ramaja dan dewasa sampai kepada tanaman berbunga dan bunga-potong. Bibit botolan dipasarkan oleh para penyilang yang sekaligus sebagai produsen, ke petani yang akan memproduksi tanaman remaja, dewasa dan tanaman berbunga. Para penyilang/produsen tersebut biasanya memasarkan produknya dalam bentuk bibit dalam botol, kompot maupun seedling. Di Kecamatan Gunung Sindur, petani anggrek memasarkan produknya dalam bentuk bunga-potong anggrek Dendrobium.

26 Profil petani anggrek berdasarkan Direktorat Jenderal Hortikultura dan Tanaman Hias (2009) terdiri atas beberapa skala usaha yaitu skala usaha kecil, sedang dan besar. Skala usaha budidaya anggrek di Indonesia berkisar antara 200 m 2 hingga 25 ha. Skala usaha m 2 dimiliki oleh petani pemula maupun petani-petani kecil, dimana skala usaha ini termasuk skala kecil. Petani tersebut umumnya memiliki keterbatasan modal. Sekitar 70 persen petani tersebut tersebar di berbagai sentra produksi anggrek, baik di Pulau Jawa maupun luar Jawa. Usaha budidaya anggrek berskala sedang yaitu antara m 2 banyak diusahakan oleh petani-petani di Pulau Jawa. Petani tersebut umumnya telah berpengalaman dalam usaha anggrek minimal lima tahun dan telah menguasai teknologi dan pasar. Skala usaha ini tersebar di Jawa Barat, Jawa Timur, DKI, Banten, DI Yogyakarta, Jawa Tengah dan beberapa daerah di luar Jawa seperti Bali dan Medan. Usaha anggrek dengan luasan lebih dari m 2 umumnya diusahakan oleh pengusaha besar. Pelaku usaha ini umumnya bermodal kuat, menguasai teknologi cukup baik dan daerah pemasaran yang luas. Pengusaha besar yang melakukan ekspor antara lain PT Eka Karya Graha Flora dan PT Bintang Delapan Hortikultura. Usaha budidaya anggrek dengan skala luas harus dilakukan dengan pengelolaan secara intensif terutama dalam bidang perbenihan. 2.2 Usahatani Anggrek dan Tanaman Hias Lain Penelitian tentang anggrek telah banyak dilakukan. Hal ini didorong oleh kedudukan tanaman anggrek sebagai tanaman unggulan nasional. Keunggulan tanaman anggrek tidak terbatas pada penampilan fisiknya saja, secara finansial pun anggrek memiliki keunggulan dibandingkan tanaman hias lainnya. Menurut penelitian SIPUK BI (2001) dalam Windiana (2001) anggrek adalah komoditi yang layak untuk diusahakan. Penelitian ini dilakukan dengan asumsi dasar; budidaya anggrek dilakukan didalam rumah kaca (green house) seluas 250 m 2 dengan skala model usaha sebesar pot seedling. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa net

27 present value > 0, dan IRR > discount factor. Kriteria-kriteria kelayakan tersebut mengindikasi bahwa anggrek adalah komoditas yang layak secara finansial. Irvani (2001) melakukan penelitian mengenai Analisis Pendapatan dan Struktur Pemasaran Bunga Anggrek di DKI Jakarta. Tujuan dari penelitian tersebut adalah mengetahui tingkat pendapatan, titik impas serta aspek-aspek pemasaran yang terjadi meliputi struktur pasar, fungsi pemasaran serta marjin pemasaran dari usahatani anggrek. Sampel yang digunakan adalah sepuluh anggrek dari jenis varietas berbeda. Hasil analisis rata-rata pendapatan bersih usahatani anggrek dalam satu periode produksi menunjukkan bahwa kesepuluh anggrek yang diusahakan menuntungkan, baik ditunjau dari pendapatan dan nilai R/C rasio atas biaya tunai dan totalnya. Dua jenis anggrek yang paling menguntungkan petani yaitu anggrek bulan dan anggrek Dendrobium karena memberikan penerimaan yang lebih dibandingkan dengan delapan jenis anggrek lainnya. Perhitungan titik impasnya menunjukkan bahwa usahatani tersebut berada dalam kondisi yang menguntungkan. Impas unit produk tertinggi terdapat pada anggrek Dendrobium. Tingginya nilai impas disebabkan oleh besarnya biaya tetap total untuk kedua jenis anggrek tersebut. Lubis (2003) melakukan penelitian yang berjudul Potensi Pengembangan Anggrek Dendrobium dari Sisi Kelayakan Finansial pada Kebun Anggrek Parung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha anggrek Dendrobium berdasarkan kinerja finansial dan mengetahui pengaruh perubahan volume produksi, harga input dan harga output terhadap kelayakan finansial usaha anggrek Dendrobium. Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa usaha Kebun Anggrek Parung menunjukkan kondisi layak untuk dilaksanakan pada tingkat diskonto 16 persen untuk skenario I dan skenario II. Usaha anggrek untuk skenario II lebih layak daripada skenario I karena memiliki nilai NPV, IRR dan Net B/C Ratio yang lebih tinggi disebabkan penerimaan penjualan lebih tinggi. Rekomendasi yang diberikan oleh penulis adalah usahatani anggrek di Kebun Anggrek Parung dapat terus dilaksanakan dan dikembangkan dengan melakukan usaha sampai tahap peremajaan dan memperhatikan perubahan produksi, harga output dan harga input.

28 Selain anggrek, penelitian mengenai tanaman hias lainpun telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian Chaizar (2007) berjudul Analisis Pendapatan Usahatani Phillodendron Millo, Tanaman Hias Euphorbia dan Tanaman Hias Puring di PD Atsumo, Sawangan, Depok, Jawa Barat. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pendapatan usahatani yang diperoleh PD Atsumo dan menganasis produk apakah yang akan menjadi produk unggulan pada PD Atsumo. Analisis data dilakukan dengan analisis pendapatan usahatani dan analisis Rasio R/C untuk menganalisis produk usahatani paling efisien yang akan menjadi produk unggulan pada PD Atsumo. Berdasarkan analisis, usahatani bunga-potong Phillodendron Millo dan tanaman hias puring di PD Atsumo menguntungkan sedangkan usahatani tanaman hias tanaman hias Euphoria tidak menguntungkan. Penulis memberikan saran bahwa PD Atsumo hendaknya melanjutkan pengembangan usahataninya setelah mendapatkan produk unggulan dengan membuka kios tambahan di pasar bunga Rawa Belong atau tempat strategis lainnya agar lebih mudah dijangkau konsumen. 2.3 Pemasaran Anggrek dan Tanaman Hias Lain Selain penelitian tentang aspek usahatani, berbagai aspek pemasaran yang terkait dengan industri tanaman anggrek dan tanaman hias lainnya juga cukup sering diteliti. Menurut Rahardi (1997), anggrek termasuk tanaman hias komersial. Hal ini dikarenakan anggrek mempunyai daya jual dan nilai ekonomi yang tinggi. Agar penurunan mutu produk dapat dicegah, maka perlu diketahui apa saja sifat tanaman hias komersial, antara lain; a. Tidak bergantung musim, dapat ditanam dan dipanen kapan saja sesuai dengan umur panennya sehingga keberadaan di pasar tidak mengalami kelangkaan. b. Perputaran modal cepat, berumur pendek karena selang waktu antara tanam dan panen tidak lama, sehingga produk dapat cepat terjual. c. Mudah rusak dan beresiko tinggi. Mudah rusak oleh kesalahan perilaku fisik selama pemanenan/pengangkutan sehingga beresiko tinggi. Menurut Windiana (2001), anggrek merupakan salah satu jenis bunga potong yang banyak diminati oleh konsumen dalam negeri disamping mawar, sedap malam,

29 krisan, gladiol, dan anyelir. Produksi anggrek Indonesia ditujukan untuk pasar ekspor dan pasar dalam negeri. Aspek pasar lainnya yang telah diteliti adalah struktur pasar dari komoditas tanaman anggrek. Menurut Irvani (2001) struktur pasar yg terbentuk untuk tanaman bunga anggrek di DKI Jakarta adalah cenderung menuju pasar bebas (free market). Kondisi tersebut didukung oleh beberapa faktor, antara lain ; jumlah lembaga pemasaran cukup banyak, tidak ada hambatan keluar masuk pasar, dan petani bebas untuk memilih lembaga pemasaran dalam penjualan produknya. Produk yang ditawarkan homogen (anggrek tidak dibedakan baik dalam harga maupun kualitas). Konsumen ditingkat pengecer membedakan anggrek tersebut berdasarkan ada tidaknya bunga serta banyak sedikitnya kuntum bunga pada tanaman anggrek tersebut. Penelitian tentang perilaku konsumen anggrek, yang merupakan salah satu aspek pemasaran dilakukan oleh Harsono (2002) yang mengambil lokasi di Taman Anggrek Ragunan (TAR) pada tahun Aspek perilaku konsumen yang diteliti adalah Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah pembelian terhadap anggrek. Dalam penelitian tersebut dikemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian konsumen terhadap anggrek, yaitu: pendapatan konsumen, harga tanaman anggrek, harga tanaman hias selain anggrek, jarak tempat tinggal, frekuensi kunjungan, usia, informasi, motivasi kunjungan, dan jenis kelamin. Berdasarkan hasil penelitian dikemukakan bahwa pendapatan erat kaitannya dengan jumlah pembelian responden terhadap tanaman anggrek. Tanaman anggrek memiliki elastisitas pendapatan sebesar 0,24 persen, sehingga tergolong sebagai barang normal. Setiap terjadi peningkatan pendapatan sebesar satu persen akan meningkatkan pembelian sebesar 0,24 persen. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa perubahan pendapatan konsumen tidak sensitif terhadap jumlah pembelian tanaman anggrek. Menurut Harsono (2002), para pembeli tanaman anggrek adalah individu dewasa. Tingkat pembelian anggrek juga dipengaruhi oleh motivasi pembelian dan informasi yang berasal dari manajemen TAR. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa pembelian anggrek karena motivasi bisnis lebih banyak daripada motivasi hobbies. Permintaan para responden yang merupakan golongan hobbies cenderung stabil,

30 sedangkan permintaan para pedagang akan meningkat pada saat harga kompetitif. Menurut Harsono (2002), bauran pemasaran yang dilakukan oleh manajemen TAR meliputi bauran produk, bauran harga, bauran promosi, dan bauran tempat. Untuk bauran produk, tanaman anggrek yang ada di TAR tersedia dalam berbagai pilihan. Pilihan tersebut mencakup jenis, umur anggrek, dan jenis transaksi (jual-beli maupun rental). Sedangkan saluran pemasaran yang ada sebagian besar ditujukan pada kalangan hobbies. Dikarenakan responden yang berhasil diwawancarai sebagian besar merupakan hobbis (56,6 %). Penetapan harga terhadap produk anggrek merupakan bagian dari bauran harga. Terdapat perbedaan penetapan harga bagi konsumen hobbies dan bagi pedagang, dimana strategi penetapan harga yang diberlakukan untuk pedagang lebih rendah persen dibandingkan dengan harga yang ditetapkan untuk hobbies. Perlakuan ini membuat para pedagang terutama yang berasal dari luar kota merasa diuntungkan. Sehingga TAR memiliki keunggulan kompetitif dimata para pedagang tersebut. Harsono (2002) juga mengemukakan lokasi TAR bagi konsumen luar kota (sebagian besar pedagang), dianggap sudah cukup strategis. Sedangkan promosi yang dilakukan oleh Pemda DKI sebagai pengelola TAR seringkali tidak dilakukan secara khusus, namun digabung dengan promosi pengembangan wilayah Ragunan sebagai pusat wisata alam di DKI Jakarta. Sehingga promosi yang dilakukan tersebut tidak tepat sasaran. Beberapa penelitian sebelumnya mengenai manajemen pemasaran dilakukan oleh Kusumawardhanie (2003) melakukan penelitian dengan judul Analisis Strategi Pemasaran Bunga Anggrek di Taman Anggrek Indonesia Permai (TAIP) Jakarta. Latar belakang penelitian ini yaitu terbukanya peluang yang besar dalam industri florikultura yang sedang berkembang khususnya terhadap komoditi anggrek. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengidentifikasi bauran pemasaran yang dijalankan penganggrek di TAIP, (2) Menganalisis faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi penganggrek di TAIP, (3) menyusun alternatif strategi yang dapat diterapkan penganggrek TAIP.

31 Dari hasil penelitian Kusumawardhanie (2003), berdasarkan analisis saluran pemasaran menunjukkan: (1) Produk, tanaman anggrek di TAIP beragam dan disajikan dalam bentuk tanaman anggrek dalam pot, baik yang belum atau sudah berbunga dengan bentuk dan warna yang bervariasi, (2) Penetapan harga jual anggrek pada setiap kavling di TAIP beraneka ragam, (3) Beberapa anggrek di TAIP melakukan penjualan ke daerah-daerah ini biasanya dilakukan oleh penganggrek yang memiliki lahan yang cukup luas, (4) Kegiatan promosi dilakukan TAIP melalui pameran yang diadakan tiga kali setahun bertempat di lapangan parkir TAIP. Penelitian mengenai pendapatan usahatani dan pemasaran bunga gerbera di Kabupaten Sukabumi pernah dilakukan oleh Yus pada tahun Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa usahatani gerbera merupakan usahatani yang layak untuk diusahakan karena memiliki R/C rasio lebih dari satu. Sedangkan pola pemasaran yang dipakai adalah pola: petani pedagang pengumpul pedagang Rawabelong Konsumen. Pengukuran keterpaduan pasar memberikan keterangan bahwa sebenarnya kondisi lokal yang berpengaruh pada pembentukan harga di pasar lokal. Peningkatan pendapatan dapat diperoleh dengan mengubah struktur pasar oliopsoni yang dihadapi sehingga petani dapat memperbaiki posisinya. Informasi dari penelitian-penelitian terdahulu merupakan referensi yang membantu menggambarkan pemasaran komoditas hortikultura serta analisis pendapatannya. Windiana (2001) dan Irvani (2001) menggunakan anggrek sebagai komoditi yang diteliti, sama dengan komoditi yang diteliti dalam penelitian ini. Namun ada perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu dalam hal komoditi yang dianalisis yaitu tanaman hias lainnya dan daerah penelitian. Penelitian ini berusaha mengkaji sistem pemasaran bunga-potong anggrek Dendrobium untuk dapat memberikan alternatif saluran pemasaran bunga-potong anggrek Dendrobium yang lebih efisien bagi petani anggrek di Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor serta menganalisis pendapatan usahataninya. Penelitian mengenai sistem pemasaran memang telah banyak dilakukan namun komoditas yang biasa diteliti adalah buah dan sayuran. Diharapkan dengan adanya penelitian ini petani dapat mengetahui alternatif saluran pemasaran yang lebih efisien dan dapat

32 memberikan farmer s share terbesar sehingga pendapatan petani akan meningkat dan pada akhirnya petani akan lebih termotivasi untuk meningkatkan produksi anggrek. Selain itu juga diharapkan Kabupaten Bogor mampu mempertahankan dan mengembangkan posisinya sebagai daerah sentra produksi anggrek Dendrobium di Indonesia dan Pulau Jawa khususnya. BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Produksi

33 Produksi adalah kegiatan menghasilkan barang dan jasa. Sumberdaya yang digunakan untuk memproduksi barang dan jasa disebut faktor-faktor produksi. Umumnya faktor-faktor produksi terdiri dari alam atau lahan, tenaga kerja dan modal. Fungsi produksi menjelaskan hubungan teknis yang mentransformasikan input (sumberdaya) dan output (komoditas) (Debertin, 1986). Sedangkan Soekartawi (2003) mendefinisikan fungsi produksi sebagai suatu fungsi yang menggambarkan hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input. Fungsi produksi yang baik hendaknya dapat dipertanggungjawabkan, mempunyai dasar yang logis secara fisik dan ekonomi, mudah dianalisis dan mempunyai implikasi ekonomi. Secara matematis fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut: Y = f (X 1, X 2, X 3,..., X n ) Keterangan: Y = Output X 1, X 2, X 3,..., X n = Input-input yang digunakan dalam proses produksi Bentuk fungsi produksi dipengaruhi oleh Hukum Kenaikan Hasil yang Semakin Berkurang (The Law of Deminishing Returns). Hukum ini menjelaskan bahwa jika faktor produksi variabel dengan jumlah tertentu ditambahkan terusmenerus pada sejumlah faktor produksi tetap, akhirnya akan dicapai suatu kondisi dimana setiap penambahan satu unit faktor produksi variabel akan menghasilkan tambahan produksi yang besarnya semakin berkurang. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih fungsi produksi (Soekartawi, 2003), yaitu: 1. Fungsi produksi harus dapat menggambarkan keadaan usahatani yang sebenarnya terjadi. 2. Fungsi produksi dapat dengan mudah diartikan khususnya arti ekonomi dan parameter yang menyusun fungsi produksi tersebut. 3. Fungsi produksi harus mudah diukur atau dihitung secara statistik untuk mengukur tingkat produktivitas dari suatu proses produksi terdapat dua tolak

34 ukur yaitu produk marjinal dan produk rata-rata. Produk marjinal (PM) adalah tambahan produk yang dihasilkan dari setiap menambah satu-satuan Sedangkan produk rata-rata (PR) adalah tingkat faktor produksi yang dipakai. produktivitas yang dicapai setiap satuan produksi. Kedua tolak ukur ini dapat dirumuskan sebagai berikut: PM = = PR = = Untuk melihat perubahan dari produk yang dihasilkan disebabkan oleh faktor produksi yang dipakaii dapat dinyatakan dengan elastisitas produksi. Elastisitas produksi (Ep) adalah rasio tambahan relatif produk yang dihasilkan dengan perubahan relatif jumlah faktor produksi yang dipakai atau persentase perubahan dari produk yang dihasilkan sebagai akibat persentase perubahan faktor produksi yang digunakan. Pada Gambar 1, dapat dilihat hubungan antara produk marjinal dan produksi rata-rata yang menggambarkan perbandingan antara produksi total dengan jumlah input yang digunakan. Pada saat produksi total sudah meningkat, produksi marjinal lebih besar dari produksi rata-rata dalam keadaan menaik. Pada Gambar 1, dapat pula dilihat hubungan antara produksi total (PT), produk rata-rata (PR) dan produk marjinal (PM) sebagai berikut (Dolll and Orazem, 1984): Output Y Produk Total

35 I II III Input PM/PR Produk Rata-Rata 0 X 3 X 2 X 3 Produk Marjinal Input X Gambar 1. Fungsi Produksi dan Tiga Daerah Produksi Sumber : (Doll and Orazem, 1984) 1. Daerah I memperlihatkan Produk Marjinal (PM) lebih besar dari produk rata-rata variabel input (X) ditransformasikan ke dalam produk (Y) meningkat hingga PR mencapai maksimal pada akhir daerah I. 2. Daerah II terjadi ketika PM menurun dan lebih rendah dari PR. Pada keadaan ini PM sama atau lebih rendah dari PR, tapi sama atau lebih tinggi dari 0 (nol). Daerah II berada diantara X 2 dan X 3. Efisiensi variabel input diperoleh saat awal daerah II. 3. Daerah III dicapai ketika MP negatif. Daerah III tercapai ketika jumlah berlebih dari input variabel yang dikombinasikan dengan input tetap. Selain itu pada kenyataannya total output mulai menurun. Selain itu daerah ini juga memperlihatkan batas garis daerah II dan III.

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor strategis yang memberikan kontribusi dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 45 V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Sentra Penanaman Anggrek Dendrobium Bunga Potong di Indonesia Dendrobium merupakan salah satu genus dalam famili Orchidaceae yang dapat tumbuh di dataran rendah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat (Sugiarti, 2003).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akan tetapi juga berperan bagi pembangunan sektor agrowisata di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. akan tetapi juga berperan bagi pembangunan sektor agrowisata di Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Usaha agribisnis tanaman hias saat ini sedang berkembang cukup pesat. Tanaman hias tidak hanya berperan dalam pembangunan sektor pertanian, akan tetapi juga

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masyarakat Ekonomi ASEAN yang telah diberlakukan pada akhir 2015 lalu tidak hanya menghadirkan peluang yang sangat luas untuk memperbesar cakupan bisnis bagi para pelaku dunia

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR Afnita Widya Sari A14105504 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai kekayaan hayati yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian dibidang pertanian. Sektor

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Pengembangan hortikuktura diharapkan mampu menambah pangsa pasar serta berdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Skripsi AHMAD MUNAWAR H 34066007 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi yang berdampak pada kenaikan harga pangan dan energi, sehingga

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki berbagai macam potensi sumber daya alam yang melimpah serta didukung dengan kondisi lingkungan, iklim, dan cuaca yang

Lebih terperinci

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM KREDIT KEPADA KOPERASI PRIMER UNTUK ANGGOTANYA (KKPA) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM KREDIT KEPADA KOPERASI PRIMER UNTUK ANGGOTANYA (KKPA) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM KREDIT KEPADA KOPERASI PRIMER UNTUK ANGGOTANYA (KKPA) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT ( Studi : PT Sinar Kencana Inti Perkasa, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan

Lebih terperinci

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG Oleh : NUSRAT NADHWATUNNAJA A14105586 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN NENAS BOGOR Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor SKRIPSI ERIK LAKSAMANA SIREGAR H 34076059 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah) 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Sektor pertanian adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program pengembangan agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor unggulan dalam sektor pertanian di Indonesia. Perkembangan hortikultura di Indonesia dapat dilihat dari perkembangan produksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting karena selain sebagai penghasil komoditi untuk memenuhi kebutuhan pangan, sektor pertanian juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat populer di mata dunia karena memiliki bunga yang cantik, indah dan menarik. Selain itu

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS (Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kababupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara) Oleh : IRWAN PURMONO A14303081 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN Oleh: RONA PUTRIA A 14104687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) SKRIPSI PUSPA HERAWATI NASUTION H 34076122 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan, tanaman hias, hortikultura, perkebunan dan kehutanan. Potensi ekonomi

I. PENDAHULUAN. pangan, tanaman hias, hortikultura, perkebunan dan kehutanan. Potensi ekonomi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan. Sebagian besar penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai petani. Peningkatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum. 26 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT Oleh NORA MERYANI A 14105693 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Hal ini yang membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A 14105605 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU MENTE (Anacardium Occidentale L.) (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur ) Oleh : Apollonaris Ratu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki peluang besar dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang melimpah untuk memajukan sektor pertanian. Salah satu subsektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sasaran pembangunan nasional diantaranya adalah pertumbuhan ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor pertanian memiliki

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Disamping peranan sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), sektor ini

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR SKRIPSI OOM ROHMAWATI H34076115 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang beriklim tropis dan relatif subur. Atas alasan demikian Indonesia memiliki kekayaan flora yang melimpah juga beraneka ragam.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang 46 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan karena sektor pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H34076035 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu. 37 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang petani mengalokasikan sumberdaya yang ada, baik lahan, tenaga

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR BIAYA USAHA TERNAK KAMBING PERAH (KASUS : TIGA SKALA PENGUSAHAAN DI KABUPATEN BOGOR)

ANALISIS STRUKTUR BIAYA USAHA TERNAK KAMBING PERAH (KASUS : TIGA SKALA PENGUSAHAAN DI KABUPATEN BOGOR) ANALISIS STRUKTUR BIAYA USAHA TERNAK KAMBING PERAH (KASUS : TIGA SKALA PENGUSAHAAN DI KABUPATEN BOGOR) SKRIPSI DEWINTHA STANI H34066033 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Sektor ini memiliki share sebesar 14,9 % pada

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK (Kasus : Rumah Makan di Kota Bogor) EKO SUPRIYANA A.14101630 PROGRAM STUDI EKSTENSI

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Oleh : AYU LESTARI A14102659 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Komoditas hortikultura dapat menjadi sumber pendapatan

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP KINERJA ORGANISASI KELOMPOK USAHA TANAMAN HIAS AKUARIUM (KUTHA) BUNGA AIR DI DESA CIAWI, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP KINERJA ORGANISASI KELOMPOK USAHA TANAMAN HIAS AKUARIUM (KUTHA) BUNGA AIR DI DESA CIAWI, KABUPATEN BOGOR ANALISIS PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP KINERJA ORGANISASI KELOMPOK USAHA TANAMAN HIAS AKUARIUM (KUTHA) BUNGA AIR DI DESA CIAWI, KABUPATEN BOGOR Oleh : Topan Candra Negara A14105618 PROGRAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg) I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan produksi pertanian. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang

Lebih terperinci

USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT. Oleh: DAVID ERICK HASIAN A

USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT. Oleh: DAVID ERICK HASIAN A USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT Oleh: DAVID ERICK HASIAN A 14105524 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR Oleh : DIKUD JATUALRIYANTI A14105531 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas bunga di Indonesia sangatlah berlimpah. Menurut Dirjen Hortikultura Indonesia tahun 2006-2007, permintaan bunga hias di pasar dunia cenderung meningkat setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peranan penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang diakibatkan krisis moneter serta bencana alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang diakibatkan krisis moneter serta bencana alam yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang diakibatkan krisis moneter serta bencana alam yang terus menerus telah ikut mempengaruhi perekonomian Indonesia baik secara makro maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA (Studi Kasus pada Peternakan Ulat Sutera Bapak Baidin, Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor) SKRIPSI MADA PRADANA H34051579 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A14105608 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian unggulan yang memiliki beberapa peranan penting yaitu dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama ini pasokan ikan dunia termasuk Indonesia sebagian besar berasal dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di sejumlah negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK 56 TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA Agus Trias Budi, Pujiharto, dan Watemin Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu alur pemikiran yang bersifat teoritis dengan mengacu kepada teori-teori yang berkaitan dengan penelitian.

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Oleh : MAYA ANDINI KARTIKASARI NRP. A14105684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil rempah utama di dunia. Rempah yang dihasilkan di Indonesia diantaranya adalah lada, pala, kayu manis, vanili, dan cengkeh. Rempah-rempah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tiga desa di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yaitu Desa Ciherang, Cipendawa, dan Sukatani. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR 7.1. Analisis Struktur Pasar Struktur pasar nenas diketahui dengan melihat jumlah penjual dan pembeli, sifat produk, hambatan masuk dan keluar pasar,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L) merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki peran penting yaitu sebagai makanan manusia dan ternak. Indonesia merupakan salah satu penghasil

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (Kasus di Desa Pasirgaok, Kecamatan Rancabungur, Bogor, Jawa Barat) Oleh : ARTATI WIDIANINGSIH A. 14103659 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggerak ekonomi di daerah. Usaha budidaya tanaman hias telah dilakukan sejak

BAB I PENDAHULUAN. penggerak ekonomi di daerah. Usaha budidaya tanaman hias telah dilakukan sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman hias merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan sangat prospektif dibudidayakan sebagai sumber pendapatan, penyelia lapangan kerja, dan penggerak

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A 14105665 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BUNGA MAWAR POTONG DI DESA KERTAWANGI, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG BARAT. Abstrak

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BUNGA MAWAR POTONG DI DESA KERTAWANGI, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG BARAT. Abstrak DI DESA KERTAWANGI, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG BARAT Armenia Ridhawardani 1, Pandi Pardian 2 *, Gema Wibawa Mukti 2 1 Alumni Prodi Agribisnis Universitas Padjadjaran 2 Dosen Dept. Sosial Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi dalam upaya pemulihan dan pertumbuhan ekonomi. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi dalam upaya pemulihan dan pertumbuhan ekonomi. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian khususnya tanaman hortikultura selama ini mempunyai peluang yang besar, tidak hanya sebagai penyedia bahan pangan bagi penduduk Indonesia yang saat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku pada Tahun Nilai PDB (dalam milyar rupiah) Pertumbuhan (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku pada Tahun Nilai PDB (dalam milyar rupiah) Pertumbuhan (%) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang memiliki kekayaan alam dan keanekaragaman hayati yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pertanian merupakan salah

Lebih terperinci

Bab 5 H O R T I K U L T U R A

Bab 5 H O R T I K U L T U R A Bab 5 H O R T I K U L T U R A Komoditas hortikultura yang terdiri dari buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai usaha agribisnis. Pengelolaan

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : Nandana Duta Widagdho A14104132 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG SKRIPSI SYAHRA ZULFAH H34050039 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sub sektor dalam sektor pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Luas wilayah Indonesia dengan keragaman agroklimatnya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

PERAN KOPERASI DALAM PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS BELIMBING DEWA (Studi Kasus Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat)

PERAN KOPERASI DALAM PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS BELIMBING DEWA (Studi Kasus Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat) PERAN KOPERASI DALAM PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS BELIMBING DEWA (Studi Kasus Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat) SKRIPSI ERNI SITI MUNIGAR H34066041 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MAULANA YUSUP H34066080 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI SURAHMAT H34066119 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kelompok tani Suka Tani di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH SKRIPSI NOPE GROMIKORA H34076111 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN NOPE

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH. Oleh : EKO HENDRAWANTO A

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH. Oleh : EKO HENDRAWANTO A ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH Oleh : EKO HENDRAWANTO A14105535 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN EKO

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBIBITAN KOMPOT ANGGREK DENDROBIUM

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBIBITAN KOMPOT ANGGREK DENDROBIUM ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBIBITAN KOMPOT ANGGREK DENDROBIUM (Di Usaha Pembibitan Anggrek Dendrobium Estie s Orchid, Kecamatan Limo, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI KURNIA RAHMAH SEPTIANI H34060209

Lebih terperinci