KONFLIK KOGNITIF Sebagai Salah Satu Pendekatan Pembelajaran Strategi Belajar. Roni M. Rumallang Guru Smk Negeri 1 Gorontalo.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONFLIK KOGNITIF Sebagai Salah Satu Pendekatan Pembelajaran Strategi Belajar. Roni M. Rumallang Guru Smk Negeri 1 Gorontalo."

Transkripsi

1 KONFLIK KOGNITIF Sebagai Salah Satu Pendekatan Pembelajaran Strategi Belajar Roni M. Rumallang Guru Smk Negeri 1 Gorontalo Abstrak Strategi belajar merukapan alat untuk membantu siswa belajar dengan kemampuannya sendiri. Proses proses ini digunakan untuk membantu siswa belajar bagaimana belajar (learn how to learn), yaitu bagaimana memahami, menimpan atau mengingat kembali keterampilan dan informasi. Siswa sudah mempunyai konsepsi mengenai konsep-konsep fisika sebelum mereka mengikuti pelajaran fisika di sekolah. Karena itu mereka sudah mengembangkan banyak konsepsi yang belum tentu sama dengan konsepsi sebenarnya. Strategi mengajar dengan konfli8k kognitif ini sangat efektif digunakan guru untuk memeotivasi belajar siswa dan memfokuskan perhatian siswa pada pembelajaran. Disamping itu strategi ini dapat membantu siswa membentuk ide baru berdasarkan pengetahuan dan pengalaman terdahulu, memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir dan mengubah miskonsepsi siswa, dan menantang siswa untuk berfikir dan memberikan rasa puas pada siswa ketika prediksi siswa sesuai dengan pengamatan. Kata kunci : konflik kognitif, pembelajaran, strategi belajar PENDAHULUAN Belajar lebih dari sekedar mengingat. Bagi siswa, untuk benar benar mengertti dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan, mereka harus bekerja untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu bagi dirinya dan selalu bergulat dengan ide ide. Salah satu prinsip paling pentingdari psikologi pendidikan adalah guru tidak dapat hanya semata mata memberikan pengetahuan kepada sisiwa. Siswa harus membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Guru dapat membantu proses ini, dengan cara cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide ide dan dengan mengajak sisiwa agar menyadari dan secara sadar menggunakan strategi strategi mereka sendiri untuk belajar. Strategi belajar merukapan alat untuk membantu siswa belajar dengan kemampuannya sendiri. Proses proses ini digunakan untuk membantu siswa belajar bagaimana belajar (learn how to learn), yaitu bagaimana memahami, menimpan atau mengingat kembali keterampilan dan informasi. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Konsep 1

2 Konsep adalah benda benda, kejadian kejadian, situasi situasi, atau cirri-ciri yang dimiliki cirri cirri khas dan yang terwakili dalam setiap budaya oleh suatu tanda atau symbol. (objects, events, situations, or properties that proces common critical attributes and are designated in any given culture by some accepted sign or symbol Ausubel ; 1978). Konsep merupakan abstraksi dari cirri cirri sesuatu yang mempermudah komunikasi antara manusia dan yang memungkinkan manusia berfikir (bahasa adalah alat fakir). Konsep merupakan suatu ide/ gagasan yang digeneralisasikan dari pengalaman pengalaman tertentu dan relevan. Setiap konsep tidak berdiri sendiri, melainkan berhubungan dengan konsep konsep lain. Setiap konsep dapat dihubungkan dengan banyak konsep lain dan mempunyai arti dalam hubungan dengan konsep-konsep lain. Semua konsep bersama membentuk semacam jaringan pengetahuan di dalam kepala manuasi. Semakin lengkap, terpadu, tepat dan kuat, hubungan antara konsep-konsep dalam kepala seseorang, semakin pandai orang itu. Keahlian seseorang dalam suatu bidang studi tergantung lengkapnya jaringan konsep di dalam kepalanya. Semakin dalam kita memasuki bidang studi, semakin kompleks dan terpadu (integrated) jaringan konsep dalam kepala. Konsep dapat dibedakan antara 3 (tiga) sifat yaitu : a. bersifat klasifikasi : yaitu didasarkan pada klasifikasi fakta fakta menurut aturan tertentu. Misalnya energi panas, energi kinetic, energi bunyi dan lain-lain. Semuanya digunakan untuk mengklasifikasikan konsep energi. b. Bersifat korelasional : yaitu menyatakan adanya hubungan antara dua variable atau lebih. Misalnya benda dipanaskan memuai, hambatan mengecil, kuat arus membesar dan lain-lain. c. Bersifat teoritis : merupakan gagasan pikiran yang timbul sebagai berpikir abstrak yang memudahkan penjelasan terhadap kejadian kejadian atau pengalaman, maupun gejala suatu sustem. Misalnya : dalam teori atom kita mengenal adanya konsep atom, konsep electron,proton, neutron dan lain-lain Menurut tingkatannya konsep di bedakan atas : a. Konsep konkrit : konsep iini terbentuk karena pengalaman langsung melalui indra. Misalnya mendidik, memuai, mengelinding dan lain-lain. b. Konsep abstrak : konsep ini biasanya berkembang dari konsep konkrit. Konsep ini di dapat melalui analisa dan sintesa. (biasanya dap[at membedakan berbagai konsep dasar). Misalnya : konsep electron (membedakan aliran listrik dan perambatan energi panas), konsep gelombang (membedakan gelombang elektromagnetik, konveksi dan radiasi) B. Belajar Konsep, Miskonsepsi dan Prakonsepsi Sering siswa hanya menghafalkan definisi konsep tanpa memperhatikan hubungan antara konsep dengan konsep-konsep lainnya. Dengan demikian konsep baru tidak masuk jaringan konsep yang telah dalam kepada siswa, tetapi konsepnya berdiri sendiri tanpa hubungan dengan konsep lainnya. Maka konsep yang baru tersebut tidak dapat digunakan oleh siswa dan tidak mempunyai arti, sebab arti konsep berasal dari hubungan dengan konsep-konsep lain. Tafsiran perorangan terhadap suatu konsep disebut Konsepsi. Konsepsi (penafsiran siswa seringkali berbeda dengan konsep yang dimaksudkan. Kesalahan penafsiran siswa terhadap suatu konsep disebut Miskonsepsi. Memang konsepsi siswa selalu berbeda 2

3 dengan konsepsi fisikawan pada umumnya akan lebih canggih, lebih kompleks, lebih rumit, melibatkan lebih banyak hubungan antara konsep daripada konsepsi siswa. Kalau konsepsi siswa adalah sama dengan konsepsi fisikawan yang disederhanakan, konsepsi siswa tidak dapat disebut salah. Tetapi kalau konsepsi siwa bertentangan dengan fisikawan kita menggunkan istilah miskonsepsi (misconception). Biasanya miskonsepsi menyangkut kesalahan siswa dalam pemahaman hubungan antara arus dan tegangan, antara massa dan massa jenis dan sebagainya. Dalam bahasa inggris para peneliti menggunakan istilah-istilah yang berbeda. Disamping istilah misconceptions juga ada peneliti yang menggunakan alternative frameworks atau children theories. Kedua istilah ini digunakan untuk menghindari label salah dan untuk menunjukan bahwa miskonsepsi siswa seringkali merupakan bagian dari suatu teori siswa yang dengan sendirinya cukup logis dan konsisten walaupun tak cocok dengan pendapat ilmuwan dan peristiwa peristiwa fisika. Dari banyak penelitian ternyata siswa sudah mempunyai konsepsi mengenai konsep-konsep fisika sebelum mereka mengikuti pelajaran fisika di sekolah. Sebelum mereka mengikuti pelajaran fisika, mereka sudah banyak berpengalaman dengan peristiwaperistiwa fisika (benda yang jatuh, benda yang bergerak, gaya, panas dan sebagainya) dan karena itu mereka sudah mengembangkan banyak konsepsi yang belum tentu sama dengan konsepsi sebenarnya. Konsepsi semacam itu disebut Prakonsepsi. Kadang-kadang penggunaan istilah prakonsepsi lebih luas, yaitu konsepsi yang dimiliki siswa sebelum pelajaran walaupun mereka sudah pernah mendapatkan pelajaran formal (misalnya di Sekolah Dasar) Dalam mengajar konsep baru, kita bertolak dari dunia nyata dan dari prakonsepsi yang dimiliki siswa. Prakonsepsi perlu diperhatikan. Guru dan siswanya perlu menyadari prakonsepsi ysng dimiliki siswa, sebab konsepsi ysng benar tidak begitu saja masuk (seperti mengisi botol) tetapi prakonsepsi perlu disadari dan kemudian diubah ke arah konsepsi yang benar. Salah satu mengajar yang sangat berguna untuk mengatasi miskonsepsi (dan kurang dimanfaatkan di indonesia) adalah dengan strategi belajar Konflik Kognitif. C. Pengertian dan Tujuan Strategi Belajar Strategi belajar atau strategi kognitif merupakan alat untuk membantu siswa belajar dengan kemampuannya sendiri. Proses proses ini digunakan untuk membantu belajar bagaimana belajar (learn how to learn), yaitu bagaimana memahami, menyimpan atau mengingat kembali keterampilan dan informasi. Pengaruh positif belajar terhadap hasil belajar siswa telah ditunjukkan oleh banyak hasil penelitian. Strategi ini dapat dikuasai guru dalam waktu yang cepat dan kemudian dapat diajarkan kepada siswa-siswinya. Namun hal ini memerlukan perubahan pola berpikir guru, karena guru tradisional hanya menyediakan waktu yang sangat terbatas untuk aspek pembelajaran ini. Tujuan utama mengajar strategi belajar adalah untuk mengahasilkan pembelajaran yang dapat mengendalikan diri sendiri (pebelajar mandiri), yang didefinisikan sebagai individu yang dapat : (1) secara teliti mendiagnosis suatu situasi pembelajaran tertentu, (2) memilih suatu strategi belajar untuk memecahkan suatu masalah belajar yang dihadapi, (3) memonitor keefektivan strategi tersebut, dan (4) cukup termotivasi untuk terlibat dalam situasi pembelajaran sampai pembelajaran itu tuntas 3

4 D. Teori Belajar Konstuktivisme Paradigma yang masih dianut guru dan masih berlaku sekarang adalah dalam proses belajar mengajar pengetahuan diberikan oleh guru dan diterima oleh siswa. Keberhasilan dan belajar mengajar diukur dari sejauh mana siswa dapat menunjukan bahwa mereka dapat mengungkapkan pengetahuannya yang diuji oleh guru. Jika diungkapkan pengetahuannya yang diuji oleh guru. Jika hanya diungkapkan tidak sesuai dengan yang diinginkan guru, maka siswa tidak dianggab belajar. Dengan asumsi ini, maka guru berusaha sangat aktif dalam menyampaikan informasi (ceramah) dan siswa hanya mendengar kemudian mencatat (Paul Suparno, 1997). Banyak ahli pendidikan mengemukakan pandangan tentang belajar dan mengajar yang bertolak belakang dengan pandangan umum di atas. Piaget (1975) (dalam Nur; 1996) menyatakan bahwa pengetahuan bukan merupakan sebuah copy dari sebuah obyek untuk mengetahui sebuah gejala atau kejadian, bukan sekedar membuat suatu mental copy atau banyangan tentang sebuah obyek. Mengetahui adalah memodifikasi, menstranformasi obyek adalah aksi dalam pikiran yang memodifikasi obyek pengetahuan. Pandangan Konstruktivisme Dalam Proses Belajar - Konstruktivisme di gunakan sebagai acuan untuk membangun kelas yang memaksimalkan siswa belajar. Guru mencari tahu hal-hal yang telah diketahui siswa, memaksimalkan interaksi sosial antar teman agar bernegosiai makna, memperoleh berbagai pengalaman cara membangun makna dari teman. - Belajar merupakan proses aktif peserta didik membangun (mengkonstruksi) teks, dialog, pengalaman fisik. - Melalui teori perkembangan berpikir, Piaget mengemukakan bahwa salah satu yang melandasi perkembangan berpikir adalah adaptasi, yaitu suatu keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi - Asimilasi adalah proses penggunaan struktur kognitif yang telah ada untuk menanggapimasalah yang dihadapi. Apabila masalah yang dihadapi tidak sesuai dengan struktur kognitif yang ada, maka akan terjadi ketidakseimbangan (disequilibrum). Utnuk dapat memberikan respon terhadap lingkungannya itu ia harus melakukan akomodasi, yaitu mengubah struktur kognitif baru yang sesuai, sehingga tercapailah keseimbangan (equilibrum). Pada keadaan demikian ia berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada sebelumnya ( - Belajar merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkann pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki sebelumnya sehingga pengertiannnya dikembangkan. Proses Belajar Mengajar yang Bercirikan Konstruktivisme - Belajar berarti membentuk makna - Konstruksi arti adalah proses yang terus menerus - Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru. - Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Dalam situasi ketidakseimbangan terjadi 4

5 pertentangan kognitif (konflik kognitif) dalam otak siswa. Situasi ketidakseimbangan adalah situasi yang baik untuk memacu belajar. - Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar dengan dunia fisik dan lingkungan - Hasil belajar seseorang bergantung pada apa yang telah diketahui si pebelajar yang mempengaruhi interkasi dengan bahan yang dipelajari (Paul Suparno, 1997) E. PENYUSUNAN PROGRAM PEMBELAJARAN DENGAN STRATEGI BELAJAR KONFLIK KOGNITIF Dalam pelaksanaannya strategi belajar konflik kognitif dapat menggunakan model pembelajaran apa saja yang dalam kegiatannya siswa diberi kesempatan untuk menjawab masalah yang diberikan guru dengan konsep yang dimiliki siswa. Yang kemudi pada kegiatan inti siswa dan guru membuktikan jawaban atas masalah yang diberikan dengan menunjukkan secara langsung pada siswa melalui kegiatan demonstrasi atau eksperimen. Berikut adalah salah satu contoh langkah-langkah yang ditempuh guru dalam penyajian program pembelajaran dengan strategi konflik kognitif. a. Guru menyajikan suatu fenomena fisika yang sering dialami siswa dan menarik siswa melalui kegiatan demonstrasi guru. b. Guru meminta siswa untuk memberikan jawaban atas suatu fenomena untuk menggali konsep (yang mungkin miskonsepsi) siswa. c. Selanjutnya guru membagi siswa dalam beberapa kelompok diskusi dan memberikan kesempatan pada siswa untuk melaksanakan eksperimen dan mendiskusikan hasil eksperimen. d. Berdasarkan hasil eksperimen dan diskusi siswa guru membimbing siswa untuk menarik suatu kesimpulan dan memperbaiki miskonsepsi siswa. Strategi mengajar dengan konfli8k kognitif ini sangat efektif digunakan guru untuk memeotivasi belajar siswa dan memfokuskan perhatian siswa pada pembelajaran. Dengan demikian konflik kognitif sangat bagus untuk digunakan pada kegiatan awal pembelajaran. Disamping itu strategi ini dapat membantu siswa membentuk ide baru berdasarkan pengetahuan dan pengalaman terdahulu, memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir dan mengubah miskonsepsi siswa, dan menantang siswa untuk berfikir dan memberikan rasa puas pada siswa ketika prediksi siswa sesuai dengan pengamatan. F. Contoh Penyajian Program Pembelajaran Dari pengalaman mengajar, menulis merupakan strategi pembelajaran konflik kognitif dengan alat peraga sederhana pada konsep Fisika sebagai berikut : 1. Tekanan Udara a. Kain yang menghambat air - Tujuan : Membuktikan adanya tekanan udara - Alat : Gelas minum, air, sapu tangan (kain yang tipis) 5

6 - Prosedur : istilah gelas dengan air (tidak usah penuh). Perlihatkan bahwa air tidak terhalang oleh kainnya, dengan cara menuangkan sedikit air pada sapu tangan dulu (tembus). Kemudian kain diletakkan di atas gelasdan ujungnya ditempel pada dinding luar gelas. Gelas dan kain dipegang dengan satu tangan, gelas dibalik. Apa yang terjadi? - Penjelasan : sebagian besar siswa menjawab, air dalam gelas menetes, padahal dalam kenyataan air tidak menetes sama sekali. Disinilah siswa mengalami konflik kognitig, dimana intuisi dan ramalan siswa tidak sesuai dengan kenyataan. Pada saat inilah dalam otak siswa terjadi perubahan jaringan konsep yang dapat mengubah kepada pemahanan konsep yang benar. Sapu tangan tidak bocor karena adanya tekanan udara luar yang besarnya sama dengan tekanan air di gelas di tambah tekanan udara di dalam gelas. b. Balon masuk botol - Tujuan : Membuktikan adanya tekanan udara - Alat : Botol, balon, air panas - Prosedur : isilah botol dengan air kira-kira sepertiga bagian. Setelah beberapa saat keluarkan air dari botol. Masukan mulut balon kedalam bibir botol. Biarkan beberapa saat. Siswa diminta meramalakan apa yang akan terjadi pada balon - Penjelasan : Siswa tidak menduga bahwa akhirnya balon dapat masuk ke dalam botol. Pada kesempatan inilah rasa ingin tahun siswa menjadi memuncak. Siswa akan berebut untuk menjelaskan fenomena di atas, walaupun alasan siswa masih salah. Suasana proses belajar mengajr menjadi hidup. Dengan penjelasan yang baik dengan guru menuliskan kesimpulan di papan tulis, siswa dengan mudah diharapkan dapat memahami konsep percobaan tersebut. 2. Gunung Air ( Konsep gaya kohesi) - Tujuan : Membuktikan adanya gaya tarik menarik antara molekul air (gaya kohesi) - Alat : Gelas minum, air, uang logam - Prosedur : isilah gelas dengan air hingga penuh tanpa meluap. Dengan hati hati masukan sebuah uang logam (seratus rupiah) ke dalam gelas. Mintalah siswa untuk meramalkan berapa banyak uang logam yan dapat dimasukkan ke dalam gelas tanpa air meluapkan air ke luar gelas. Setelah mendengar beberapa jawaban siswa, dengan hati hati masukanlah uang satu demi satu dan amatilah bagaimana perubahan air. Pertanyaan untuk siswa : - Mengapa air tidak tumpah meskipun permukaan air lebih tinggi dari pada bibir gelas - Adakah batas tinggi permukaan ait tersebut? 6

7 - Penjelasan : Sebagian besar siswa menjawab hanya satu atau dua uang logam yang dapat masuk tanpa air meluap. Diluar dugaan, ternyata cukup banyak uang logam yang dapat dimasukkan tanpa menyebabkan air tumpah / meluap sehingga terbentuklah gunung air. Air tidak tumpah karena adanya tegangan permukaan yang disebabkan gaya tarik-menarik antar molekul-molekul air (gaya kohesi). Batas dari tinggi permukaan air yang melebihi bibir gelas tersebut adalah ketika gaya kohesi dari molekul-molekul air sama dengan gaya gravitasi pada permukaan air, sehingga apabila gaya gravitasi yang bekerja pada permukaan air lebih besar dari gaya kohesi molekul-molekul air disekitas bibir gelas maka air akan tumpah. 3. Magnet Balon ( Konsep Hukum Boyle) - Tujuan : Mendemonstrasikan salah satu bukti hukum boyle - Alat : Balon karet, dua cangkir plastik - Prosedur : Tiup sebuah balon sampai kira-kira sepertiga dari volume maksimal. Tanyalah pada siswa, dapatkan cangkir melekat pada balon? mintalah beberapa siswa untuk mencobanya (tentu saja tidak dapat). Kemudian mintalah seorang siswa untuk menempelkan kedua cangkir dikanan kiri balon. Tiuplah balon tersebut hingga maksimal. Suruh siswa melepaskan pegangannya pada cangkir, mintalah siswa meramalkan apa yang terjadi. Ramalan ditulis dalam lembar kerja siswa. - Pertanyaan untuk siswa : Bagaimana volume cangkir pada balon tersebut ditiup dengan sesudah ditiup Bagaimana tekanan udara dalam cangkir pada balon sebelum ditiup dengan sesudah di tiup Mengapa cangkir melekat pada balon - Penjelasan : Keadaan balon yang sudah ditiup permukaan balon pada mulut cangkir menjadi lebih datar dibandingkan dengan permukaan balon sebelum ditiup, sehingga volume dalam cangkir lebih besar dibandingkan volume pada balon yang beum ditiup. Akibatnya tekanan justru mengecil sehingga berlaku hukum boyle (p.v = Konstant). Hal ini menyebabkan tekanan udara di luar balon lebih besar daripada tekanan di dalam balon, akibatnya cangkir dapat melekat pada balon. 4. Jembatan Kertas (Konsep gaya berat dan tekanan) - Tujuan : Membuktikan bahwa bentuk benda akan mempengaruhi kekuatannya - Alat : Tiga buah gelas, kertas gambar 7

8 - Prosedur : Letakkan sehelai kertasgambar sebagai jembatan di atas dua buah gelas. Kemuadian letakkan gelas ketiga di atas jembatan kertas tersebut. Tanyakan pada siswa apa yang akan terjadi pada gelas. Selanjutnya lipat-lipatlah kertas tersebut lalu pasang lagi sebagai jembatan. Tanyakan pada siswa apa yang terjadi pada gelas. Mengapa sekarang kertas dapat menahan gelas? - Diskusi lanjut : Manakah yang lebih kuat antara dinding mendatar dengan dinding yang berdiri tegak lurus? Bagaimana gaya tekan gelas terhadap kertas berlekuk? Sebutkan beberapa aplikasi/penerapan dalam kehidupan sehari-hari dari percobaan di atas - Penjelasan : Dinding yang berdiri tegak lurus jauh lebih tahan terhadap tekanan dan tarikan daripada dinding yang mendatar. Beban dari gelas akan menyebar pada beberapa dinding kertas miring. (F = p.a). semakin kecil luasbidang tekan beratnya akan semakin kecil. 5. Teka teki tinggi air ( Konsep Hukum Archimedes) - Tujuan : - Membuktikan Kebenaran Hukum Archimedes - Menjelaskan sifat es - Alat : Gelas, air, es batu - Prosedur : Isilah gelas dengan air hingga hampir penuh celupkan sepotong es batu ke dalam gelas tersebut. Usahakan agar permukaan air sejajar dengan bibir gelas (gelas tampak penuh) Es Batu akan terapung dan sebagian timbul di permukaan air. Pertanyaan untuk siswa : Sambil menunggu es mencair - Apakah air akan meluap jika es telah mencair? - Mengapa balok es mengapung dalam air? - Gamparkan gaya gaya yang bekerja pada balok es! - Bandingkan besarnya gaya gaya tersebut! Penjelasan : Hampir seluruh siswa akan menjawab air akan meluap jika es sudah mencair. Maka terjadilah konflik kognitif karena antara ramalan dengan kenyataan berbeda. Pada waktu membeku, air memuai dan volumenya bertambah besar, sedangkan massanya tetap sehingga menyebabkan masa jenis es lebih kecil dari massa jenis air. Maka es akan terapung dan sebagian timbul di permukaan air. Pada saat mencair seluruh volume es yang mencair dapat mengisi dengan tepat ruang dalam air yang sebelumnya diisi oleh es batu. 6. Perpindahan Kalor - Tujuan : - Membuktikan bahwa air merupakan isolator - Menjelaskan perpindahan kalor secara konveksi 8

9 - Alat peraga : Tabung reaksi, air, es batu, pembakar spritus - Prosedur : isilah tabung reaksi dengan air dan masukkan sepotong es batu berada di dasar tabung reaksi. Kemudian panaskan air dipermukaan tabung reaksi sampai mendidih Pertanyaan untuk siswa : Apakah yang terjadi pada es batu ketika air dipermukaan mendidih? Penjelasan : Seluruh siswa meramalkan bahwa es batu akan langsung mencair ketika air dipanasakan. Menurut siswa tidak perlu menunggu iar mendidih es pasti langsung mencair. Tapi kenyataannya sampai air mendidih dan es batu masih utuh tidak mencair. Disinilah terjadi konflik kognitif pada siswa. Dengan penjelasan dan diskusi yang baik dari guru dan siswa akan mudah mengkontruksi pengetahuan baru yang dihadapi. PENUTUP Kunci keberhasilan proses belajar menjgajar adalah interaksi antara guru dan siswa. Dengan melihat dan mendengarkan saja. Belum tentu siswa belajar,atau siswa belajar yang salah. Waktu percobaan siswa harus di paksakan untuk berfikir. Kadang-kadang percobaan dapat di hentikan sebentar sedang siswa diberi tugas atau pertanyaan dulu. Persiapan Tanya jawab adalah tugas yang terpenting dalam persiapan percobaan. Dalam beberapa percobaan guru dapat meminta siswa untuk meramalkan hasil percobaan dan menulis ramalan serta penjelasan. Tugas ramalan justru sangat penting dalam percobaan dengan hasil yang tidak cocok dengan intuisi siswa. Dalam percobaan semacam itu, kebanyakan siswa merasa mampu untuk meramalkan hasil, tetapi jika hasil percobaan berbeda dengan intuisi siswa, motivasi mereka untuk memahami penjelasa sebenarnya justru tinggi. Dalam kegiatan ini siswa di hadapkan dengan suatu masalah, di minta meramalkan apa yang terjadi jika.. kemudian sesudah ramalann, guru menguji ramalan dengan percobaan di depan kelas. Jika hasil tidak cocok dengan ramalan tadi, siswa mengalami konflik kognitif yang dapat menghasilkan perubahan jaringan konsep dalam otak siswa (perubahan struktur kognitifnya). Perubahan ini belum tentu benar masih bias salah juga, maka melalui penggunaan teorinya secara aktif dalam sejumlah masalah yang tepat, siswa di latih dan diarahkan kepada teori yang benar menurut model ilmuwan sekarang, jika hasil percobaan cocok dengan ramalan, siswa akan merasa sangat puas yang akan diekspresikan dengan berteriak kegirangan atau berjingkrak-jingkrak secara spontan. 9

10 DAFTAR PUSTAKA Ausubel, Novak, Hanesan, 1978, Educational Psychology, Winston Holt,Renehart Berg, Ed Van Den dkk Buku Sumber Fisika Esperimental. Salatiga : UKSW Indrawati Model Pembelajaran IPA. Bandung : Pusat Pengembangan Penataran Guru IPA Merril 1995 Physical Science, Enrichment. Teacher edition. New York. Glencoe McMilan/McGraw-Hill Nur,M.2002 : Buku Panduan Keterampilan Proses dan Hakikat Sains Surabaya : University Press Nur,M dan Samami, M Teori Pembelajaran IPA dan Hakekat Pendekatan Keterapilan Proses. Jakarta. Depdikbud. Suparno, Paul Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan Yogyakarta : Kanisius Model-model Pengajaran Dalam Pembelajaran Sains. Jakarta. Depdikbud. Dirjendikdasmen Direktorat PLP. 10

II. TINJAUAN PUSTAKA. melalui generalisasi dan berfikir abstrak. Konsep merupakan prinsip dasar

II. TINJAUAN PUSTAKA. melalui generalisasi dan berfikir abstrak. Konsep merupakan prinsip dasar 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Konsep merupakan pemikiran dasar yang diperoleh dari fakta peristiwa, pengalaman melalui generalisasi dan berfikir abstrak. Konsep merupakan prinsip dasar yang sangat penting

Lebih terperinci

ANALISIS KESULITAN KONSEP STRUKTUR KRISTAL PADA PERKULIAHAN FISIKA ZAT PADAT BAGI CALON GURU FISIKA

ANALISIS KESULITAN KONSEP STRUKTUR KRISTAL PADA PERKULIAHAN FISIKA ZAT PADAT BAGI CALON GURU FISIKA ANALISIS KESULITAN KONSEP STRUKTUR KRISTAL PADA PERKULIAHAN FISIKA ZAT PADAT BAGI CALON GURU FISIKA Hera Novia 1,2, Dadi Rusdiana 2, Ida Kaniawati 2 1 Sekolah Pasca Sarjana, Program Studi IPA, Universitas

Lebih terperinci

KONSEPSI MAHASISWA TENTANG TEKANAN HIDROSTATIS

KONSEPSI MAHASISWA TENTANG TEKANAN HIDROSTATIS KONSEPSI MAHASISWA TENTANG TEKANAN HIDROSTATIS Petrus Ongga *), Yani Sanwaty *), Ferdy Semuel Rondonuwu **), Wahyu Hari Kristiyanto ***) Email : whkris_fisika@yahoo.com, whkris@staff.uksw.edu *) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang akan memiliki pengalaman dari hasil fenomena yang diamati dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman-pengalaman yang dimiliki itu kemudian menjadi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebelum memperoleh pendidikan formal, sejak lahir anak sudah memperoleh pengalaman dan pengetahuan mengenai alam yang berkaitan dengan Fisika. Pengalaman dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gilarsi Dian Eka Pertiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gilarsi Dian Eka Pertiwi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil studi lapangan mengenai tanggapan siswa terhadap pelajaran fisika di salah satu SMA Negeri di kota Bandung kepada 39 orang siswa menyatakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta

Lebih terperinci

Meilantifa, Strategi Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu. Strategi Konflik Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu Variabel

Meilantifa, Strategi Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu. Strategi Konflik Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu Variabel 41 Strategi Konflik Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu Variabel Meilantifa Email : meilantifa@gmail.com Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Bahasa dan Sains Universitas Wijaya Kusuma

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Euwe Van Den Berg (1991: 5) menjelaskan bahwa manusia sejak lahir sudah berpengalaman dengan peristiwa Fisika. Anak kecil yang melemparkan

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2010)

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2010) ISSN: 1693-1246 Juli 2010 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2010) 98-103 J P F I http://journal.unnes.ac.id USAHA MENGURANGI TERJADINYA MISKONSEPSI FISIKA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONFLIK

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Konsep, Konsepsi dan Prakonsepsi Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek, misalnya benda-benda atau kejadian-kejadian yang mewakili kesamaan ciri khas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

ANALISIS BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS XI SEMESTER I PADA TINJAUAN KESALAHAN KONSEPNYA

ANALISIS BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS XI SEMESTER I PADA TINJAUAN KESALAHAN KONSEPNYA ANALISIS BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS XI SEMESTER I PADA TINJAUAN KESALAHAN KONSEPNYA Anjar Taufik Hidayat*, Surantoro ** dan Edy Wiyono** Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

3. besarnya gaya yang bekerja pada benda untuk tiap satuan luas, disebut... A. Elastis D. Gaya tekan B. Tegangan E. Gaya C.

3. besarnya gaya yang bekerja pada benda untuk tiap satuan luas, disebut... A. Elastis D. Gaya tekan B. Tegangan E. Gaya C. LATIHAN SOAL PERSIAPAN UJIAN KENAIKAN KELAS BAB 1 ELASTISITAS A. Soal Konsep 1. Sifat benda yan dapat kembali ke bentuk semula setelah gaya yang bekerja pada benda dihilangkan merupakan penjelasan dari...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan

BAB I PENDAHULUAN. penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan mata pelajaran kimia di SMA adalah agar siswa memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta keterkaitan dengan penerapannya untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Fisika merupakan ilmu fundamental yang menjadi dasar perkembangan ilmu

I. PENDAHULUAN. Fisika merupakan ilmu fundamental yang menjadi dasar perkembangan ilmu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan ilmu fundamental yang menjadi dasar perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mengingat begitu pentingnya peranan ilmu fisika, sudah semestinya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. keterampilan-keterampilan tertentu yang disebut keterampilan proses. Keterampilan Proses menurut Rustaman dalam Nisa (2011: 13)

II. TINJAUAN PUSTAKA. keterampilan-keterampilan tertentu yang disebut keterampilan proses. Keterampilan Proses menurut Rustaman dalam Nisa (2011: 13) 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Keterampilan Berkomunikasi Sains Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai proses dan sekaligus sebagai produk. Seseorang mampu mempelajari IPA jika

Lebih terperinci

siswa mampu menentukan hubungan tekanan, gaya yang bekerja dan luas permukaan. tanah liat, nampan, balok kayu, balok besi, balok alumunium.

siswa mampu menentukan hubungan tekanan, gaya yang bekerja dan luas permukaan. tanah liat, nampan, balok kayu, balok besi, balok alumunium. 6.5 Tekanan Apa kamu pernah mendengar orang terkena penyakit darah tinggi? Hal itu terjadi karena adanya penyempitan pada pembuluh darah. Kejadian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara besar tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurvita Dewi Susilawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurvita Dewi Susilawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia berperan penting pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 9 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing Belajar merupakan aktivitas manusia yang penting dan tidak dapat dipisahkan, dari kehidupan manusia, bahkan sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai pendidikan yang. diselenggarakan sebelum pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai pendidikan yang. diselenggarakan sebelum pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai pendidikan yang diselenggarakan sebelum pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak usia 0 6 tahun yang sering

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pemecahan Masalah (Problem Solving) Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan

Lebih terperinci

2016 PENGEMBANGAN MEDIA SIMULASI VIRTUAL PERPINDAHAN KALOR DAN PENGGUNAANNYA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA YANG BERORIENTASI PENGUBAHAN KONSEPSI SISWA SMA

2016 PENGEMBANGAN MEDIA SIMULASI VIRTUAL PERPINDAHAN KALOR DAN PENGGUNAANNYA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA YANG BERORIENTASI PENGUBAHAN KONSEPSI SISWA SMA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat dan gejala pada benda-benda di alam, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati. Tujuan dari mempelajari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konstruktivisme Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu

Lebih terperinci

BAB II UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN SIFAT-SIFAT CAHAYA

BAB II UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN SIFAT-SIFAT CAHAYA 10 BAB II 10 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN SIFAT-SIFAT CAHAYA A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah

Lebih terperinci

KONSEPSI SISWA TENTANG USAHA DAN ENERGI. Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

KONSEPSI SISWA TENTANG USAHA DAN ENERGI. Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia KONSEPSI SISWA TENTANG USAHA DAN ENERGI Ignasia Evi Susanti 1, Diane Noviandini 1, Marmi Sudarmi 1 1 Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana, Jl.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI HUKUM NEWTON DI SMP

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI HUKUM NEWTON DI SMP A PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI HUKUM NEWTON DI SMP Nopa Ratna Putri, Edy Tandililing, Syukran Mursyid Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Untan Email: nopa_ratnaputri@yahoo.com

Lebih terperinci

TES DIAGNOSTIK I POKOK BAHASAN TEKANAN ( Tekanan Pada Zat Padat, Tekanan Dalam Zat Cair, Hukum Pascal) Waktu : 90 menit

TES DIAGNOSTIK I POKOK BAHASAN TEKANAN ( Tekanan Pada Zat Padat, Tekanan Dalam Zat Cair, Hukum Pascal) Waktu : 90 menit 180 TES DIAGNOSTIK I POKOK BAHASAN TEKANAN ( Tekanan Pada Zat Padat, Tekanan Dalam Zat Cair, Hukum Pascal) Waktu : 90 menit Petunjuk : Kerjakanlah soal-soal berikut dengan sebaik-baiknya! 1. Suatu benda

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Irpan Maulana, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Irpan Maulana, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hasil akhir yang ingin dicapai dari suatu proses pembelajaran pada umumnya meliputi tiga jenis kompetensi, yaitu kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Ketiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah proses penemuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah proses penemuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menghadapi zaman globalisasi saat ini dengan persaingan yang semakin ketat, penguasaan sains dan teknologi adalah sesuatu yang mutlak diperlukan. Untuk maksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Yustina Jaziroh, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Yustina Jaziroh, 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang memiliki hakikat sebagai produk, sikap, dan proses. Hakikat fisika sebagai produk berupa pengetahuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut teori belajar konstruktivis, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut teori belajar konstruktivis, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Konstruktivis Menurut teori belajar konstruktivis, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konsep Hudoyo (1988) mengartikan konsep sebagai ide yang dibentuk dengan memandang sifat-sifat yang sama dari sekumpulan eksemplar yang cocok, sedangkan Berg (1991)

Lebih terperinci

RENPEL TEKANAN PADA BENDA PADAT, CAIR DAN GAS NAMA SEKOLAH : MATA PELAJARAN : KELAS/SEMESTER : ALOKASI WAKTU : 6 JAM PELAJARAN

RENPEL TEKANAN PADA BENDA PADAT, CAIR DAN GAS NAMA SEKOLAH : MATA PELAJARAN : KELAS/SEMESTER : ALOKASI WAKTU : 6 JAM PELAJARAN RENPEL TEKANAN PADA BENDA PADAT, CAIR DAN GAS NAMA SEKOLAH : MATA PELAJARAN : KELAS/SEMESTER : ALOKASI WAKTU : 6 JAM PELAJARAN STANDAR KOMPETENSI 1. Mengenali perkembangan dan hakikat sains serta melakukan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN STRATEGI POE (PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN) UNTUK MEMPERBAIKI MISKONSEPSI FISIKA. Rina Ning Tyas 1, Sukisno 2, Mosik 3

PENGGUNAAN STRATEGI POE (PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN) UNTUK MEMPERBAIKI MISKONSEPSI FISIKA. Rina Ning Tyas 1, Sukisno 2, Mosik 3 PENGGUNAAN STRATEGI POE (PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN) UNTUK MEMPERBAIKI MISKONSEPSI FISIKA Rina Ning Tyas 1, Sukisno 2, Mosik 3 123 Pendidikan Fakultas MIPA, Universitas Negeri Semarang Kampus Sekaran, Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang pendidikan. Dalam era globalisasi ini, sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang pendidikan. Dalam era globalisasi ini, sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusa. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan

Lebih terperinci

Identifikasi Miskonsepsi Pada Konsep-Konsep Fisika Menggunakan Certainty of Response Index (CRI)

Identifikasi Miskonsepsi Pada Konsep-Konsep Fisika Menggunakan Certainty of Response Index (CRI) Yuyu Rachmat, Identifikasi Miskonsep No. 3/XXIV/2005 Identifikasi Miskonsepsi Pada Konsep-Konsep Fisika Menggunakan Certainty of Response Index (CRI) Yuyu R. Tayubi (Universitas Pendidikan Indonesia) Abstrak

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN S LEARNING IN SCIENCE

2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN S LEARNING IN SCIENCE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah studi mengenai alam sekitar, dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA

Lebih terperinci

Oleh : Rohmi Isna Fuadati K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Oleh : Rohmi Isna Fuadati K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pengaruh pembelajaran fisika dengan pendekatan konstruktivisme terhadap kemampuan kognitif siswa ditinjau dari penguasaan materi prerequisite pada pokok bahasan usaha di smp tahun ajaran 2005/2006 Oleh

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode. bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa.

II. LANDASAN TEORI. Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode. bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. II. LANDASAN TEORI 1. Inkuiri Terbimbing Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sains dan teknologi dewasa ini menuntut sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu manusia yang mampu memahami pengetahuan dan mengaplikasikan pengetahuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Generatif (Generative Learning) Pembelajaran Generatif merupakan terjemahan dari Generative Learning.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Generatif (Generative Learning) Pembelajaran Generatif merupakan terjemahan dari Generative Learning. 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Generatif (Generative Learning) Pembelajaran Generatif merupakan terjemahan dari Generative Learning. Model pembelajaran generatif menggunakan teori kontruktivisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fuji Hernawati Kusumah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fuji Hernawati Kusumah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan suatu ilmu yang sangat berhubungan erat dengan fenomena alam. Sebagai suatu ilmu, dalam Fisika pasti terdapat berbagai macam konsep. Konsep merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang secara khusus

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang secara khusus I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia adalah cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang secara khusus mempelajari tentang struktur, susunan, sifat dan perubahan materi, serta energi yang menyertai

Lebih terperinci

B. DASAR TEORI Konsep, konsepsi dan miskonsepsi Udara

B. DASAR TEORI Konsep, konsepsi dan miskonsepsi Udara . DSR TEORI Konsep, konsepsi dan miskonsepsi Konsep merupakan abstrak dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antara manusia dan yang memungkinkan manusia berfikir []. Pengertian atau penafsiran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nur dalam Trianto (2009), menyatakan bahwa menurut teori kontruktivis, satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nur dalam Trianto (2009), menyatakan bahwa menurut teori kontruktivis, satu 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Konstruktivis Nur dalam Trianto (2009), menyatakan bahwa menurut teori kontruktivis, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah guru tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dipaparkan hasil penelitian atau kajian pustaka yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, diantara adalah ilmu kimia dan kegiatan praktikum, pengertian alat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Paham konstruktivis menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Paham konstruktivis menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Paham konstruktivis menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intelektual siswa. Dalam lembaga formal proses reproduksi sistem nilai dan budaya

BAB I PENDAHULUAN. intelektual siswa. Dalam lembaga formal proses reproduksi sistem nilai dan budaya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah proses memproduksi sistem nilai dan budaya kearah yang lebih baik, antara lain dalam pembentukan kepribadian, keterampilan dan perkembangan intelektual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aktivitas usaha dari manusia untuk meningkatkan kepribadian dan kecerdasan. Usaha ini dapat dilakukan dengan membina potensi atau kemampuan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL contextual teaching and learning Strategi Pembelajaan Kontekstual Strategi pembelajaran CTL (contextual teaching and learning) merupakan strategi yang melibatkan siswa secara penuh

Lebih terperinci

ANALISIS BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS XI SEMESTER I PADA TINJAUAN KESALAHAN KONSEPNYA

ANALISIS BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS XI SEMESTER I PADA TINJAUAN KESALAHAN KONSEPNYA ANALISIS BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS XI SEMESTER I PADA TINJAUAN KESALAHAN KONSEPNYA Oleh: Anjar Taufik Hidayat* Drs. Surantoro, M.Si** Drs. Edy Wiyono, M.Pd** zen_ath@yahoo.com, surantoro57@yahoo.com,

Lebih terperinci

Berbicara tentang hasil belajar ada beberapa pendapat yaitu:

Berbicara tentang hasil belajar ada beberapa pendapat yaitu: 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hakikat Belajar Untuk mendapatkan pengertian yang objektif tentang belajar maka dibawah ini ada beberapa pendapat ahli psikologi, khususnya ahli psikologi

Lebih terperinci

Pendidikan Berorientasi Lingkungan: Pergeseran Peran Bahan Alam Sebagai Media Pembelajaran Kimia * Oleh ** Sukisman Purtadi

Pendidikan Berorientasi Lingkungan: Pergeseran Peran Bahan Alam Sebagai Media Pembelajaran Kimia * Oleh ** Sukisman Purtadi Pendidikan Berorientasi Lingkungan: Pergeseran Peran Bahan Alam Sebagai Media Pembelajaran Kimia * Oleh ** Sukisman Purtadi PENDAHULUAN Tujuan pembelajaran sesungguhnya adalah untuk mempersiapkan peserta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Belajar Belajar adalah hal yang penting dalam kehidupan seseorang. Dengan belajar kita dapat melakukan sesuatu hal yang awalnya kita tidak bisa atau tidak kita ketahui.

Lebih terperinci

IMPLIKASI KONSEP TERSTRUKTUR DALAM PEMBELAJARAN FISIKA

IMPLIKASI KONSEP TERSTRUKTUR DALAM PEMBELAJARAN FISIKA IMPLIKASI KONSEP TERSTRUKTUR DALAM PEMBELAJARAN FISIKA Drs.Muh.Abduh Makka, M.Si Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan Metodologi konsep terstruktur adalah metode mempelajari konsep dengan memperhatikan unsure-unsur

Lebih terperinci

PENGARUH PROBLEM SOLVING LABORATORY MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONFLIK KOGNITIF TERHADAP PERUBAHAN KONSEP FISIKA SISWA SMA NEGERI 5 PALU

PENGARUH PROBLEM SOLVING LABORATORY MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONFLIK KOGNITIF TERHADAP PERUBAHAN KONSEP FISIKA SISWA SMA NEGERI 5 PALU PENGARUH PRBLEM SLVING LABRATRY MENGGUNAKAN PENDEKATAN KNFLIK KGNITIF TERHADAP PERUBAHAN KNSEP FISIKA SISWA SMA NEGERI 5 PALU Sitti Hadija, Nurjannah dan Jusman Mansyur Khadijaamatullah221@yahoo.com Program

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan Gain yang signifikan antara keterampilan proses sains awal. dengan keterampilan proses sains setelah pembelajaran.

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan Gain yang signifikan antara keterampilan proses sains awal. dengan keterampilan proses sains setelah pembelajaran. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan terjemahan dari kata-kata bahasa inggris Natural Science secara singkat sering disebut science. Natural artinya alamiah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tersebut Kosasih Djahiri (dalam Amri dan Ahmadi, 2010: 2) makna bahwa pendidikan harus dilakukan oleh usaha sadar manusia

I. PENDAHULUAN. tersebut Kosasih Djahiri (dalam Amri dan Ahmadi, 2010: 2) makna bahwa pendidikan harus dilakukan oleh usaha sadar manusia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya terorganisir, berencana dan berlangsung kontinyu (terus menerus sepanjang hayat) ke arah membina manusia/anak didik menjadi insan paripurna,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendidikan IPA di SD Ketrampilan proses adalah salah satu pendekatan, disamping pendekatan yang menekankan pada fakta dan pendekatan konsep, yang digunakan

Lebih terperinci

GAYA DAN PERCEPATAN. Gb. anak sedang main ayunan. Apakah dorongan atau tarikan yang kamu lakukan itu? untuk mengetahuinya lakukanlah kegiatan berikut!

GAYA DAN PERCEPATAN. Gb. anak sedang main ayunan. Apakah dorongan atau tarikan yang kamu lakukan itu? untuk mengetahuinya lakukanlah kegiatan berikut! GAYA DAN PERCEPATAN 1. Pengertian Gaya Pernahkah kamu bermain ayunan? Bagaimanakah usahamu agar ayunan dapat berayun tinggi? Tentu kamu harus menggerakan kaki dan badan sehingga ayunan dapat melayang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berlakunya kurikulum 2004 yang Berbasis Kompetensi yang menjadi roh bagi berlakunya Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) menuntut perubahan paradigma

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari tentang peristiwaperistiwa yang terjadi di alam. Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENGAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENGAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENGAHULUAN Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu metode untuk mencari pengetahuan secara sistematis, dengan kata lain, IPA merupakan suatu proses dalam menguasai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar menurut pandangan konstruktivisme adalah proses. pengkonstruksian pengetahuan oleh individu pembelajar sebagai upaya

BAB I PENDAHULUAN. Belajar menurut pandangan konstruktivisme adalah proses. pengkonstruksian pengetahuan oleh individu pembelajar sebagai upaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar menurut pandangan konstruktivisme adalah proses pengkonstruksian pengetahuan oleh individu pembelajar sebagai upaya pemberian makna atas data sensori baru

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KONSTRUTIVIS, INKUIRI/DISKOVERI

PEMBELAJARAN KONSTRUTIVIS, INKUIRI/DISKOVERI PEMBELAJARAN KONSTRUTIVIS, INKUIRI/DISKOVERI A. Pembelajaran Konstruktivis 1. Pengertian Konstruktivisme lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky, keduanya menyatakan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (MPG) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PADA MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (MPG) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PADA MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (MPG) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PADA MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA Kartinah 1 Program Studi Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP PGRI Semarang Jl.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah :... Kelas/Semester : XI/2 Mata Pelajaran : IPA Alokasi waktu : 2 x 45 ( 1x pertemuan ) A. Standar Kompetensi Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik

Lebih terperinci

BAB III ZAT DAN WUJUDNYA

BAB III ZAT DAN WUJUDNYA BAB III ZAT DAN WUJUDNYA 1. Apa yang dimaksud dengan massa jenis suatu zat? 2. Mengapa massa jenis dapat dipakai sebagai salah satu ciri dari suatu zat? 3. Apa perbedaan zat padat, cair dan gas? 4. Bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah studi mengenai alam sekitar, dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses memproduksi sistem nilai dan budaya ke arah yang lebih baik, antara lain dalam pembentukan kepribadian, keterampilan dan perkembangan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET

PEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET PEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET Mursalin Dosen Prodi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Malikussaleh E-mail: mursalin@unimal.ac.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya akan memperoleh sebuah pengalaman baru dan tanpa disadari ia telah mengalami proses belajar. Sependapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu tujuan mata pelajaran fisika di SMA menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006 adalah sebagai wahana atau sarana untuk melatih para siswa agar dapat

Lebih terperinci

EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam

EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam EKSPERIMEN 1A WACANA Setiap hari kita menggunakan berbagai benda dan material untuk keperluan kita seharihari. Bagaimana

Lebih terperinci

PENERAPAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK)PADA TOPIK PERSAMAAN KEADAAN GAS. Sarwanto Program Studi P.Fisika FKIP UNS

PENERAPAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK)PADA TOPIK PERSAMAAN KEADAAN GAS. Sarwanto Program Studi P.Fisika FKIP UNS PENERAPAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK)PADA TOPIK PERSAMAAN KEADAAN GAS Sarwanto Program Studi P.Fisika FKIP UNS ABSTRAK Diperlukan strategi khusus untuk membelajaran sebuah persamaan matematis pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prakonsep Menurut Soedjadi (1995) pra konsep adalah konsep awal yang dimiliki seseorang tentang suatu objek. Didalam proses pembelajaran setiap siswa sudah mempunyai

Lebih terperinci

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay A. PILIHAN GANDA Petunjuk: Pilih satu jawaban yang paling benar. 1. Grafik

Lebih terperinci

MISKONSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA STKIP PGRI PONTIANAK PADA MATERI LISTRIK STATIS

MISKONSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA STKIP PGRI PONTIANAK PADA MATERI LISTRIK STATIS MISKONSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA STKIP PGRI PONTIANAK PADA MATERI LISTRIK STATIS Eti Sukadi 1, Ira Nofita Sari 2 1,2 Program Studi Pendidikan Fisika STKIP PGRI Pontianak, Jln. Ampera No. 88 Pontianak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dwi Widi Andriyana,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dwi Widi Andriyana,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan bergulirnya era globalisasi dalam segala bidang banyak hal berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan termasuk pendidikan. Pendidikan merupakan salah

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas Materi Pokok Alokasi Waktu : SMA NEGERI 4 BANDUNG : FISIKA : X : HUKUM NEWTON TENTANG GERAK : 9 x 45 menit A. KOMPETENSI INTI KI 1 : Menghayati

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. saling berkaitan. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses interaksi (hubungan timbal

II. TINJAUAN PUSTAKA. saling berkaitan. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses interaksi (hubungan timbal II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Inquiri Terbimbing Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Inkuiri Menurut Sund, yang dikutip oleh Suryasubroto (1993), menyatakan bahwa discovery merupakan bagian dari inquiry atau inquiry merupakan perluasan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Jean Piaget Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Slavin (Nur, 2002) bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Slavin (Nur, 2002) bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.

Lebih terperinci

Miskonsepsi Matematika dan Konflik Kognitif

Miskonsepsi Matematika dan Konflik Kognitif Miskonsepsi Matematika dan Konflik Kognitif Miskonsepsi terdiri dari dua kata, yaitu Mis dan Konsepsi. Mis berarti salah atau kesalahan. Konsepsi berarti pemikiran atau pemahaman. Jadi Miskonsepsi dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam dari segi istilah dapat diartikan sebagai ilmu yang berisi pengetahuan alam. Ilmu artinya pengetahuan

Lebih terperinci

MODUL MATA PELAJARAN IPA

MODUL MATA PELAJARAN IPA KERJASAMA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA DENGAN FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA MODUL MATA PELAJARAN IPA Hukum Newton untuk kegiatan PELATIHAN PENINGKATAN MUTU GURU DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu upaya untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berperan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR

BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR A. Model Pembelajaran Novick Model Pembelajaran Novick merupakan salah satu model pembelajaran yang merujuk pandangan konstruktivisme. Gagasan utama dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hakikat fisika adalah sebagai proses, sikap, dan produk (Collette dan Chiapetta, 1994, dalam Rudy, 2010). Salah satu produk fisika adalah konsep. Menurut

Lebih terperinci