ARTIKEL. Oleh: NI WAYAN WIWIK ASTUTI NIM : JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ARTIKEL. Oleh: NI WAYAN WIWIK ASTUTI NIM : JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA"

Transkripsi

1 ARTIKEL AKULTURASI KEBUDAYAAN HINDU DAN BUDDHA DI VIHARA BUDDHA DHARMA SUNSET ROAD, KUTA, BALI (Latar Belakang Sejarah, Bentuk Akulturasi dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMA) Oleh: NI WAYAN WIWIK ASTUTI NIM : JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA

2 Akulturasi Kebudayaan Hindu dan Buddha di Vihara Buddha Dharma Sunset Road, Kuta, Bali (Latar Belakang Sejarah, Bentuk Akulturasi dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMA) Oleh: Ni Wayan Wiwik Astuti NIM Jurusan Pendidikan Sejarah ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di Desa Legian, Kecamatan Kuta, Badung yang bertujuan untuk mengetahui: (1) Latar belakang berdirinya Vihara Buddha Dharma Sunset Road, Kuta, Bali dengan arsitektur Hindu dan Buddha, (2) Bentuk akulturasi yang nampak di Vihara Buddha Dharma Sunset Road, Kuta, Bali, (3) Potensi-potensi dari bentuk akulturasi pada bangunan di Vihara Buddha Dharma yang dapat dikembangkan sebagai sumber belajar sejarah. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian kualitatif ialah (1) Penentuan Lokasi Penelitian, (3) Penentuan Informan, (4) Pengumpulan Data, (5) Validitas Data yang terdiri dari triangulasi data dan triangulasi metode, (6) Analisis Data. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Vihara Buddha Dharma didirikan oleh para Bhikkhu sebanyak tujuh orang dan umat Buddha yang tinggal di Desa Adat Legian. Ada tiga faktor yang melatarbelakangi pembangunan Vihara Buddha Dharma, yakni faktor historis (Sejarah), faktor kultural (keterbukaan) dan faktor politik. (2) Bentuk-bentuk akulturasi yang nampak di Vihara Buddha Dharma dapat dilihat dari bentuk bangunan yang berakulturasi, akulturasi bahan bangunan, akulturasi ornamen pada bangunan dan makna simboliknya. (3) Potensi Vihara Buddha Dharma sebagai sumber belajar sejarah yaitu sejarah Vihara Buddha Dharma memiliki peran penting dalam perkembangan Agama Buddha di Badung, di mana keberadaan Vihara Buddha Dharma sebagai Vihara orang Cina dapat dijadikan bukti sejarah bahwa daerah Badung yang mayoritas penduduknya beragama Hindu ternyata dapat di sentuh pula oleh Agama Buddha. dan arsitektur bangunan Vihara Buddha Dharma yang berakulturasi memiliki potensi yang sangat besar sebagai sumber belajar sejarah mengenai fakta-fakta tentang proses interaksi masyarakat di berbagai daerah dengan tradisi Hindu-Buddha di bidang arsitektur. Kata Kunci: Vihara Buddha Dharma, Bentuk Akulturasi, Potensi Vihara Buddha Dharma Sebagai Sumber Belajar Sejarah. 1

3 ABSTRACT The research was conducted in the Legian Village, Kuta district, Badung regency which aimed to determine: (1) The background of Buddha Dharma Vihara, Sunset Road, Kuta, Bali with Hindu and Buddhist architecture. () The form of acculturation who wore in Buddha Dharma Vihara, Sunset Road, Kuta, Bali. (3) The potentialities of acculturation on buildings in Buddha Dharma Vihara which could be developed as a source of historycal acquirement. This research is qualitative research types. The stages of the qualitative research conducted in the: (1) the determination of the location of research. (2) determination of the informant. (3) data collection (4) the validity of data consisting of triangulation data and triangulation method, (5) Analysis of data. The results showed: (1) Buddha Dharma Vihara established by the buddhist monk as many as seven people and buddhists who lives in the village of customary Legian. There are three factors the rationale behind the construction of Vihara Buddhist Dharma, namely historical factors (history), cultural factors (openess) and political factors. (2) The forms acculturation of Buddha Dharma Vihara can be seen through from the shape of the building, building materials, the building ornaments and meaning of symbol that it has build on it (3) The potency of Buddha Dharma Vihara can be used as a sourse of historycal acquirement, Buddha Dharma Vihara history has an important role of buddhism development of Badung region, which is Buddha Dharma Vihara presence as a Chinese Vihara can be used as historical evidence on Badung region that can be touched by Buddhism where most of them has Hindu religion. And architecture Buddha Dharma Vihara acculturated has huge potential as a source of historycal acquirement regarding the facts of interaction process on communities in various regions between buddhism and Hindu tradition can be seen on architecture sector. Keywords: Buddha Dharma Vihara, the form of acculturation, potential Buddha Dharma Vihara as a source of historycal acquirement. 2

4 A. Pendahuluan Agama Buddha ialah agama dan falsafah yang berasaskan ajaran Sakyamuni (Suzuki, 2009: 5). Dalam Agama Buddha ada ritual dan juga tempat yang dianggap sakral yang dikenal dengan Vihara. Umat Buddha menganggap tempat sakral (Vihara) sebagai pusat kegiatan keagamaan yang dapat meningkatkan moral dan budi pekerti yang luhur dalam kehidupan beragama bagi umat beragama, bagi umat Buddha, baik dalam lingkungan Vihara pada khususnya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya serta melalui pengertian dan usaha untuk menimbulkan kesadaran yang mendalam mengenai Dhamma (Ajaran Buddha), dan juga bertujuan untuk mendidik putra-putri bangsa agar menjadi masyarakat yang berguna (Conze, 2010: 8). Di Vihara umumnya umat Buddha menyimpan arca Buddha. Arca Buddha adalah alat bantu visual yang membantu seseorang untuk mengenang Sang Buddha dan sifatsifat luhurnya yang mengilhami jutaan orang dari generasi ke generasi sepanjang peradaban dunia. Umat Buddha menggunakan arca sebagai suatu lambang dan sebagai objek konsentrasi untuk memperoleh kedamaian pikiran (Dhammananda, 2004: ). Arca Buddha ini pada umumnya banyak ditemukan di vihara-vihara yang ada di Asia Timur dan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Jika dilihat dari ciri-ciri arsitektur Vihara yang ada di Asia Timur dan Asia Tenggara termasuk Indonesia tidak beda jauh dengan yang ada di India. Ciri-ciri simbol yang digunakan kebanyakan berasal dari falsafah dan kepercayaan tradisional orang India, antara lain: stupa, sikhara, pagoda (meru), torana (gerbang), arca Buddha, tokoh-tokoh bersejarah, orang-orang suci dan tulisan-tulisan dalam aksara Buddha. Berbeda dengan salah satu Vihara di Bali, yang lebih dikenal dengan nama Vihara Buddha Dharma, Sunset Road, Kuta, Bali yang berusaha mengakulturasikan kebudayaan Hindu dengan Buddha. Pada arsitektur Vihara Buddha Dharma yang merupakan hasil tindakan budaya umat Buddha di 3

5 Bali yang diatur dan diarahkan oleh sistem budaya di dalam kehidupan suatu masyarakat, dalam hal ini budaya Buddha dan budaya Hindu. Vihara Buddha Dharma adalah tempat ibadah agama Buddha yang terletak di Sunset Road, Kuta. Vihara ini diresmikan pada Maret tahun 1999 yang didirikan oleh para Bhikkhu sebanyak tujuh orang yang bergabung dalam Yayasan Buddha Dharma. Meskipun Vihara ini sudah berdiri sejak lama tetapi masyarakat belum banyak yang mengetahui keberadaan dan sejarah berdirinya Vihara Buddha Dharma tersebut. Oleh sebab itu peneliti sangat tertarik untuk mengkaji latar belakang berdirinya Vihara Buddha Dharma agar nantinya pembaca mengetahui bagaimana sejarah berdirinya Vihara Buddha Dharma Sunset Road, Kuta, Bali. Vihara Buddha Dharma dibangun dengan tujuan sebagai sarana dan prasarana beribadah bagi umat Buddha, khususnya umat-umat yang bergabung dalam Sangha Agung Indonesia dan Majelis Buddhayana Indonesia. Dilihat dari segi bangunannya Vihara Buddha Dharma memang tergolong unik karena terdapat akulturasi dua budaya yaitu Hindu dan Buddha. Keberadaan akulturasi budaya dan seni dalam bangunan Vihara Buddha Dharma ini bisa dilihat dari corak bangunan yang mendapat pengaruh yakni pengaruh Buddhis dan Bali. Hal tersebut tentu saja menarik untuk dikaji karena bangunan suci umat Buddha tersebut memadukan antara kebudayaan luar dengan kebudayaan lokal yang bisa dijadikan sumber belajar. Akulturasi kebudayaan Hindu dan Buddha itu bisa dilihat pada gerbang masuk yang berbentuk Candi Bentar, yang mengingatkan orang seperti halnya bila mereka memasuki areal pura. Candi Bentar merupakan sebuah bangunan yang sering digunakan sebagai gerbang masuk pertama dari Jaba Sisi (halaman luar) pura menuju ke jaba tengah (halaman tengah) pura, yang mengambil konsep tri mandala. Selain itu juga di Vihara Buddha Dharma terdapat Penunggun Karang dan Padmasari beruang satu yang terbuat seluruhnya dari batu alam. Bentuk seperti ini adalah ciri khas dari arsitektur tradisional Bali. Hal ini yang menyebabkan Vihara 4

6 Buddha Dharma berbeda dengan bangunan suci umat Buddha lainnya. Keberadaan tempat suci Vihara Buddha Dharma akan bisa menjadi sebuah sumber belajar sejarah di SMA karena ada akulturasi kebudayaan Hindu dan Buddha pada arsitektur Vihara Buddha Dharma. Hal ini bisa dilihat pada silabus SMA kelas XI semester ganjil yaitu tentang fakta-fakta proses interaksi masyarakat di berbagai daerah dengan tradisi Hindu-Buddha di bidang arsitektur. Di dalam buku-buku Sejarah SMA seperti buku Sejarah untuk SMA Kelas XI Jilid 2 Program Ilmu Sosial yang ditulis oleh I Wayan Badrika (2006) dan buku Sejarah untuk SMA/MA Kelas XI Program IPS yang disusun oleh Matroji (2008), dari kedua buku sejarah tersebut ilustrasi yang ditampilkan tentang akulturasi kebudayaan agama Buddha dan kebudayaan agama Hindu salah satunya dalam seni bangunan tampak pada candi sebagai wujud percampuran antara kebudayaan lokal dengan kebudayaan luar, contohnya Candi Borobudur, Candi Prambanan dll. Padahal Vihara Buddha Dharma yang terletak di Sunset Road, Kuta, Bali yang merupakan tempat suci agama Buddha bisa dijadikan sumber belajar Sejarah karena Vihara tersebut mengakulturasikan kebudayaan luar (Buddha) dengan kebudayaan lokal yaitu kebudayaan Hindu di Bali yang masyarakatnya mayoritas beragama Hindu. Oleh sebab itu, Vihara Buddha Dharma dapat menambah wawasan siswa mengenai akulturasi kebudayaan luar dengan kebudayaan lokal yaitu kebudayaan agama Buddha dengan kebudayaan agama Hindu. Penelitian tentang Vihara telah dilakukan oleh beberapa peneliti yakni Sukma Adi Dharma (2010) tentang sejarah berdirinya Vihara Samyag Dharsana di Desa Petandakan, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, tahun yang meneliti bangunan suci umat Buddha dari segi historisnya, Ni Made Tya Astari (2011) tentang Wihara Dharma Giri Ditinjau dari perspektif Historis Struktur dan Fungsinya Sebagai Media Pendidikan Multikultur antara Agama Hindu dan Budha (1997-5

7 2010) di Desa Pupuan, Tabanan, Bali. Aspek yang diteliti adalah keberadaan Wihara Dharma Giri. Sedangkan Anton Priatna (2011) tentang Sejarah Brahma Vihara Arama, di Desa Banjar Tegeha, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng (Th ). Adapun hal yang diteliti yakni: sejarah berdirinya Brahmavihara Arama, struktur bangunan Brahmavihara Arama, dan fungsi bangunan Brahmavihara Arama di Desa Banjar Tegeha bagi umat Buddha dan masyarakat sekitarnya. Dari beberapa penelitian di atas yang sama-sama meneliti tentang Vihara, belum tampak yang mengkaji tentang akulturasi Vihara dari sudut terjadinya proses akulturasi dengan agama lain yakni dengan budaya agama Hindu dan pengembangannya sebagai sumber belajar sejarah. Vihara-vihara yang diteliti masih sebatas sejarah berdirinya, struktur bangunannya dan fungsinya yang khusus sebagai tempat suci agama Buddha. Penelitian tentang akulturasi sangat penting dilakukan untuk mengetahui fenomena yang timbul sebagai hasil jika kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu dan mengadakan kontak secara langsung dan terus-menerus; yang kemudian menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang original dari salah satu kelompok atau kedua-duanya (Adhiputra, 2010: 77). Vihara Buddha Dharma merupakan salah satu wujud akulturasi yang berdasarkan pertemuan antara dua kebudayaan yaitu budaya Hindu dan Buddha yang berpotensi sebagai sumber belajar sejarah Oleh karena itu penulis tertarik untuk menelusuri lebih jauh tentang keberadaan Vihara Buddha Dharma yang ada di Sunset Road, dengan judul: Akulturasi kebudayaan Hindu dan Buddha di Vihara Buddha Dharma Sunset Road, Kuta, Bali (Latar Belakang Sejarah, Bentuk Akulturasi dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMA). Adapun rumusan masalah yang diangkat adalah: 1. Apakah yang melatarbelakangi berdirinya Vihara Buddha Dharma Sunset Road, Kuta, Bali dengan arsitektur Hindu dan Buddha? 6

8 2. Apa sajakah bentuk akulturasi yang nampak di Vihara Buddha Dharma Sunset Road, Kuta, Bali? 3. Potensi-potensi apakah dari bentuk akulturasi pada bangunan di Vihara Buddha Dharma yang dapat dikembangkan sebagai sumber belajar sejarah di SMA? B. Metode Penulisan Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara jelas kepada pembaca tentang akulturasi kebudayaan Hindu dan Buddha di Vihara Buddha Dharma Sunset road, Kuta, Bali. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Dengan langkah-langkah penelitian sebagai berikut: (1) Teknik Penentuan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Vihara Buddha Dharma Sunset Road, Kuta, Bali. (2) Teknik Penentuan Informan Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Informan kunci disini adalah Tjiptawan Halim, SE salaku wakil ketua Vihara Buddha Dharma. Informasi selanjutnya adalah I Made Madia Surya Nathe, SSTP selaku Lurah Legian yang mengetahui seluk beluk Desa Adat Legian, I Wayan Suweca, SH selaku guru sejarah SMA Negeri 2 Kuta. (3) Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi. (4) Validitas Data Data yang sudah diperoleh dicatat dan dikumpulkan sesuai jenisnya. Untuk memperoleh kemantapan atau validitas data dapat dilakukan teknik triangulasi sumber, dengan cara membandingkan sumber data yang diperoleh dari informan 1, informan 2, dan informan 3. Melalui cara ini akan diperoleh validitas data, yaitu dengan membandingkan kesesuaian uraian sumber data antara orang satu dengan orang lainnya. (5) Teknik Analisis Data Pada penelitian ini analisis data yan digunakan adalah model analisis interaktif. 7

9 C. Hasil dan Pembahasan 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi tempat penelitian adalah Vihara Buddha Dharma yang terletak di Desa Adat Legian, Kelurahan Legian, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Untuk mendapat gambaran umum mengenai kawasan yang akan diteliti maka akan diuraikan wilayah Desa Adat Legian secara umum. Melalui uraian ini akan dapat diperoleh karakteristik dan gambaran umum mengenai lokasi dari penelitian ini terutama dari kondisi geografis lokasi penelitian. Desa Adat Legian yang berada di wilayah kecamatan Kuta, Kabupaten Badung merupakan salah satu Desa yang juga satu Kelurahan dari lima Kelurahan yang ada di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung yang terletak ± 3 km dari ibu kota Kecamatan Kuta ke arah Utara. Jalur lalu-lintas menuju Legian dari Kota Denpasar cukup lancar dengan jarak ± 12 Km dengan waktu tempuh ± 20 menit begitu pula dari jarak Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung yang berada di Sempidi Kecamatan Mengwi sampai ke Legian berjarak ± 10 Km. Dilihat dari batas wilayah, Desa Adat Legian berbatasan dengan: Di sebelah Utara: Kelurahan Seminyak, Kecamatan Kuta Di sebelah Timur : Sebagian dengan Kelurahan Pemecutan Kelod, Kecamatan Denpasar Barat, sebagian dengan Kelurahan Kuta Di sebelah Selatan : Kelurahan Kuta, Kecamatan Kuta. Di sebelah Barat : Samudera Indonesia. Dilihat dari posisi ketinggian, Kelurahan Legian berada pada ketinggian ±5 m dari permukaan laut, dengan Koordinat LS dan BT sesuai dengan data yang diberikan dari BMG Bali. Berdasarkan data yang diperoleh pada Data Profil Desa Adat Legian Tahun 2013, luas wilayah Desa Adat Legian 305 ha atau 30,5 Km² yang di bagi menjadi 3 (tiga) Lingkungan yaitu : Lingkungan Legian Kaja. Lingkungan Legian Tengah. 8

10 Lingkungan Legian Kelod. Lingkungan Legian didukung oleh satu Desa Adat/Pekraman yaitu Desa Adat Legian. Dimana Desa Adat Legian mewilayahi 3 (tiga) Banjar Adat/Banjar Suka-Duka yaitu: - Banjar Legian Kaja. - Banjar Pekandelan Legian. - Banjar Legian Kelod. 2. Latar Belakang Berdirinya Vihara Buddha Dharma dengan Arsitektur Hindu dan Buddha Bangunan suci dalam melaksanakan ritual keagamaan dalam agama Buddha dikenal dengan Vihara. Uruddha dalam (Mego, 2003: 8) menyatakan bahwa Vihara adalah tempat pemujaan yang berfungsi sebagai pelatihan dan penggalian untuk meningkatkan spiritual yang lebih tinggi, pengembangan meditasi, pemantapan gerak-gerik pikiran yang sedang berkembang dan juga untuk diskusi. Salah satu Vihara yang ada di Kabupaten Badung adalah Vihara Buddha Dharma. Vihara Buddha Dharma terletak di Desa Adat Legian, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Bali. Latar belakang pendirian Vihara Buddha Dharma disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: (1) faktor sejarah (historis), Pendirian Vihara Buddha Dharma di Legian disebabkan karena keberadaan umat Buddha di Desa Adat Legian bukan karena adanya proses perubahan agama dari masyarakat lokal tetapi karena adanya kedatangan etnis Cina yang beragama Buddha. Kedatangan etnis Cina di Desa Adat Legian telah berlangsung pada abad ke XIX. Keberadaan etnis Cina yang tinggal dan menetap di daerah Legian ini memerlukan sebuah tempat ibadah untuk melakukan pujabakti. Sehingga umat Buddha dan para Bhiksu yang datang ke Bali yang awalnya bertujuan untuk melakukan pencerahan/kebaktian kepada umat Buddha yang berada di Bali ikut mendirikan sebuah bangunan suci Vihara. Bangunan Vihara tersebut dinamai dengan nama Vihara Buddha Dharma. (2) faktor kultural (keterbukaan), Faktor kultural atau keterbukaan menjadi salah satu faktor yang melatarbelakangi 9

11 didirikannya Vihara Buddha Dharma di Desa Adat Legian. Adanya sikap keterbukaan antara masyarakat Hindu dengan masyarakat beragama Buddha di Desa Adat Legian menyebabkan tumbuhnya sikap toleransi antar umat beragama. Sehingga, dengan dimilikinya sikap saling menghargai dalam menyikapi perbedaan menyebabkan hubungan antara dua kebudayaan menjadi semakin erat. Dari sanalah muncul akulturasi kebudayaan yang mencerminkan perpaduan kebudayaan Hindu dan Buddha yang diwujudkan dalam bentuk bangunan suci yang dikenal dengan nama Vihara Buddha Dharma. (3) faktor politik, faktor politik yang melatarbelakangi berdirinya Vihara Buddha Dharma adalah untuk memberikan citra yang baik bahwa umat Buddha memiliki sikap keterbukaan terhadap budaya luar. Dengan adanya sikap keterbukaan antar budaya akan meningkatkan kepercayaan dan persahabatan di antara mereka yang terpenting mereka dapat berbagi cinta dan kasih bagi masyarakat dan budaya yang berbeda. Selain itu pendirian Vihara Buddha Dharna didasarkan pada keperluan nyata dan sungguhsungguh berdasarkan jumlah penduduk bagi pelayanan umat beragama yang bersangkutan di wilayah Kelurahan/Desa Adat Legian. Pendirian Vihara Buddha Dharma ini dilakukan dengan tetap menjaga kerukunan umat beragama, tidak mengganggu ketentraman dan ketertiban umum, serta mematuhi peraturan perundang-undangan. Pendirian Vihara Buddha Dharma juga disepakati dan disetujui pleh Pemerintah Kabupaten Badung dengan mendasarkan kepada Pasal 13 tentang Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 dan Nomor 9 Tahun Hal ini bertujuan untuk menghindari konflik antar umat beragama. 3. Bentuk-Bentuk Akulturasi yang Nampak di Vihara Buddha Dharma Bangunan Vihara Buddha Dharma memiliki struktur dasar dari bangunan Tiongkok dan memakai bahan finising dengan style Bali sehingga menjadi contoh Vihara yang mampu beradaptasi dengan budaya lain. Di mana pada arsitektur 10

12 Vihara Buddha Dharma merupakan hasil tindakan budaya umat Buddha di Bali yang di atur dan diarahkan oleh sistem budaya di dalam kehidupan suatu masyarakat, dalam hal ini budaya Buddha dan budaya Hindu. Bentuk-bentuk akulturasi yang nampak di Vihara Buddha Dharma, yaitu: (1) Bangunan Vihara Buddha Dharma yang berakulturasi seperti: gerbang masuk utama Vihara Buddha Dharma yang berbentuk candi bentar dan candi kurung, Dhammasala yang terdapat ornamen naga dan bunga teratai dibagian depannya, penunggun karang, dan padmasari. (2) Akulturasi bahan bangunan, yaitu: Dari segi material, Vihara Buddha Dharma didominasi oleh bahan beton dan kayu yang dicat menurut warna yang dikehendaki sesuai simbol-simbol budayanya. Tetapi, untuk menunjukkan sentuhan lokalnya, maka wujud-wujud bangunannya lebih mengakomodasi bentuk-bentuk tradisional Bali, baik pada kepala, badan dan kaki (Tri Angga) dan ornamentasinya. Kesan khas Tiongkok biasanya dimunculkan dengan warna-warna cat pada bagian-bagian bangunan. Penggunaan bahan alami lokal dengan warna alami bahan hanya terdapat pada bangunan yang lebih cenderung menonjolkan identitas Bali seperti Penunggun Karang, Padmasari, Candi Bentar dan Candi Kurung. Bahan alami lokal yang dipakai dominan adalah batu hitam Selat, Karangasem. (3) Akulturasi ornamen pada bangunan dan makna simboliknya, yaitu: ornamen bunga teratai dan naga. Bunga teratai memiliki makna penting bagi umat Buddha ataupun masyarakat Hindu di Bali, karena merupakan simbol kesucian, keselarasan hati dan pikiran. Sedangkan ornamen patung naga (Lung) dalam kebudayaan umat Buddha adalah lambang kemakmuran dan kesejahteraan secara menyeluruh berlaku umum maupun pada perorangan. Sedangkan dalam kebudayaan Bali naga sebagai ragam hias pada aristektur tradisional Bali yang dapat ditemui di beberapa macam bangunan, secara umum antara lain: Gedong atau Pelinggih dan Bade (menara jenazah pada waktu upacara ngaben). Penggunaan ornamen naga juga dapat ditemukan jenis bangunan pemujaan lain di halaman utama pura, kadang-kadang 11

13 ornamen naga juga ditempatkan di depan sebelah kiri dan kanan Candi Bentar sama halnya dengan di Vihara Buddha Dharma. 4. Potensi-Potensi dari Bentuk Akulturasi pada Bangunan Vihara Buddha Dharma yang dapat Dikembangkan Sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMA. Vihara Buddha Dharma memiliki potensi sebagai sumber belajar sejarah. Hal tersebut terbukti dari cerita sejarah awal berdirinya Vihara Buddha Dharma yang memiliki peran penting dalam perkembangan Agama Buddha di Badung, di mana keberadaan Vihara Buddha Dharma sebagai Vihara orang Cina dapat dijadikan bukti sejarah bahwa daerah Badung yang mayoritas penduduknya beragama Hindu ternyata dapat di sentuh pula oleh Agama Buddha. Hal tersebut membuktikan bahwa sejarah Vihara Buddha Dharma berpotensi sebagai sumber belajar sejarah mengenai bagaimana masuknya Agama Buddha ke Bali. Selain itu, bentukbentuk arsitektur bangunan Vihara Buddha Dharma yang berakulturasi juga berpotensi sebagai sumber belajar sejarah seperti: bangunan Candi Bentar, bangunan Candi Kurung, Dhammasala, Penunggun Karang, Padmasari. Dari bentukbentuk bangunan seperti itu, Vihara Buddha Dharma memiliki potensi yang sangat besar sebagai sumber belajar sejarah khususnya dapat diaplikasikan dalam Kompetensi Dasar Menganalisis pengaruh perkembangan agama dan kebudayaan Hindu-Buddha terhadap masyarakat di berbagai daerah di Indonesia, pada Materi Pokok Mengidentifikasi fakta-fakta tentang proses interaksi masyarakat di berbagai daerah dengan tradisi Hindu-Buddha di bidang arsitektur. Hal tersebut terbukti dari keistimewaan bentuk-bentuk akulturasi pada bangunan Vihara Buddha Dharma yang memiliki makna yang sangat mendasar serta di dalam ruangannya terdapat interiorinterior yang mengandung nilai yang tinggi seperti patung dan saranasarana upacara. D. Simpulan dan Saran 1. Simpulan Vihara Buddha Dharma didirikan oleh para Bhikkhu 12

14 sebanyak tujuh orang dan umat Buddha yang tinggal di Desa Adat Legian. Ada tiga faktor yang melatarbelakangi pembangunan Vihara Buddha Dharma, yakni faktor historis (Sejarah), faktor kultural (keterbukaan) dan faktor politik. Ketiga faktor tersebutlah yang menjadi latar belakang berdirinya Vihara Buddha Dharma dengan arsitektur Hindu dan Buddha. Vihara Buddha Dharma memiliki potensi sebagai sumber belajar sejarah. Hal tersebut terbukti dari cerita sejarah awal berdirinya Vihara Buddha Dharma yang memiliki peran penting dalam perkembangan Agama Buddha di Badung, di mana keberadaan Vihara Buddha Dharma sebagai Vihara orang Cina dapat dijadikan bukti sejarah bahwa daerah Badung yang mayoritas penduduknya beragama Hindu ternyata dapat di sentuh pula oleh Agama Buddha. Hal tersebut membuktikan bahwa sejarah Vihara Buddha Dharma berpotensi sebagai sumber belajar sejarah mengenai bagaimana masuknya Agama Buddha ke Bali. Selain itu, bentukbentuk arsitektur bangunan Vihara Buddha Dharma yang berakulturasi juga berpotensi sebagai sumber belajar sejarah seperti : bangunan candi bentar, bangunan candi kurung, Dhammasala, Penunggun Karang, Padmasari. Dari bentukbentuk bangunan seperti itu, Vihara Buddha Dharma memiliki potensi yang sangat besar sebagai sumber belajar sejarah khususnya dapat diaplikasikan dalam Kompetensi Dasar Menganalisis pengaruh perkembangan agama dan kebudayaan Hindu-Buddha terhadap masyarakat di berbagai daerah di Indonesia, pada Materi Pokok Mengidentifikasi fakta-fakta tentang proses interaksi masyarakat di berbagai daerah dengan tradisi Hindu-Buddha di bidang arsitektur. Hal tersebut terbukti dari keistimewaan bentuk-bentuk akulturasi pada bangunan Vihara Buddha Dharma yang memiliki makna yang sangat mendasar serta di dalam ruangannya terdapat interiorinterior yang mengandung nilai yang tinggi seperti patung dan saranasarana upacara. 2. Saran Berdasarkan penelitian di atas, maka dapat disampaikan beberapa saran yakni: 13

15 1. Masyarakat khususnya yang beragama Buddha hendaknya menjaga kelestarian Vihara Buddha Dharma, agar Vihara tersebut dapat dimanfaatkan oleh generasi selanjutnya, terlebih dalam bidang pendidikan. Selain itu masyarakat harus menumbuhkan sikap toleransi antar umat beragama dan menerima perbedaan di tengahtengah masyarakat multietnis dan multikultur. 2. Kepada para guru atau pengajar lainnya, diharapkan pula Vihara ini dapat difungsikan sebagai salah satu sumber belajar bagi siswa, di mana nantinya para pengajar khusunya bagi guru sejarah dapat mengembangkan media pembelajaran yang interaktif bagi para peserta didiknya, sehingga pelajaran sejarah tidak terkesan monoton dan lebih variatif. 3. Bagi pemerintah, khususnya pemerintah Daerah Kabupaten Badung diharapkan ikut serta dalam mengawasi dan menjaga eksistensi Vihara Buddha Dharma sehingga tetap eksis yang nantinya dapat dimanfaatkan dengan baik sebagai sarana belajar. 4. Penelitian di Vihara Buddha Dharma masih banyak hal menarik yang belum diteliti hal ini dikarenakan keterbatasan peneliti, maka dari itu diharapkan bagi peneliti lain dapat meneliti aspek-aspek lain dari Vihara Buddha Dharma. Daftar Pustaka Adhiputra, Ngurah Konseling Lintas Budaya. Denpasar: CV. Kayumas Agung Conze, Edward Sejarah Singkat Agama Buddha. Jakarta: Yayasan Penerbit Karaniya Dhammananda, Sri Keyakinan Umat Buddha. Jakarta: Yayasan Penerbit Karaniya. Dharma, Sukma Adi Sejarah Berdirinya Vihara Samyag Dharsana di Desa Petandakan, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng (Th Skripsi (tidak di terbitkan). Undiksha. Singaraja. 14

16 Mego, Alberto Arsitektur dan Ragam Hias pada Brahma Vihara Arama di Banjar Singaraja. Skripsi (tidak di terbitkan). Undiksha. Singaraja. Suzuki, Beatrice Lane Agama Buddha Mahayana. Jakarta: Yayasan Penerbit Karaniya. 15

17

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Agama Buddha tidak pernah bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian kehidupan masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan, di samping unsur yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan, di samping unsur yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan, di samping unsur yang lainnya, yaitu agama, teknologi, mata pencaharian, dan kesenian. Di Indonesia ada tiga macam bahasa

Lebih terperinci

Kata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel

Kata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel Eksistensi Punden Berundak di Pura Candi Desa Pakraman Selulung, Kintamani, Bangli (Kajian Tentang Sejarah dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah) Oleh : I Wayan Pardi, (NIM 0914021066), (e-mail:

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PETILASAN MACAN PUTIH SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL BAGI GENERASI MUDA. Tian Fitriara Huda

PEMANFAATAN PETILASAN MACAN PUTIH SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL BAGI GENERASI MUDA. Tian Fitriara Huda Jurnal HISTORIA Volume 4, Nomor 1, Tahun 2016, ISSN 2337-4713 (e-issn 2442-8728) PEMANFAATAN PETILASAN MACAN PUTIH SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL BAGI GENERASI MUDA Tian Fitriara Huda Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelahirannya dilatarbelakangi oleh norma-norma agama, dan dilandasi adat

BAB I PENDAHULUAN. Kelahirannya dilatarbelakangi oleh norma-norma agama, dan dilandasi adat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Gelebet, dalam bukunya yang berjudul Aristektur Tradisional Bali (1984: 19), kebudayaan adalah hasil hubungan antara manusia dengan alamnya. Kelahirannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Buddhism atau yang biasa dikenal sebagai ajaran Agama Buddha, merupakan salah satu filsafat tua dari timur yang ikut berkembang di Indonesia sejak abad ke 5. Pada

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI MONUMEN PUPUTAN KLUNGKUNG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL

IDENTIFIKASI POTENSI MONUMEN PUPUTAN KLUNGKUNG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL IDENTIFIKASI POTENSI MONUMEN PUPUTAN KLUNGKUNG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL Oleh I Kadek Dwipayana, (NIM. 0914021009), (e-mail: ikadek_dwipayana@yahoo.com) I Wayan Mudana *) Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan, manfaat, dan keaslian penelitian yang dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan, manfaat, dan keaslian penelitian yang dilakukan. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan keaslian penelitian yang dilakukan. 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman perwujudan bangunan

Lebih terperinci

ARTIKEL Identifikasi Potensi Taman Soekasada Ujung, di Desa Tumbu, Kabupaten Karangasem, Bali sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal di SMA

ARTIKEL Identifikasi Potensi Taman Soekasada Ujung, di Desa Tumbu, Kabupaten Karangasem, Bali sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal di SMA ARTIKEL Identifikasi Potensi Taman Soekasada Ujung, di Desa Tumbu, Kabupaten Karangasem, Bali sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal di SMA Oleh: Wayan Devy Damayanti NIM. 0914021065 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu yang tidak bisa terungkap secara kasat mata. Untuk mengungkapkan sesuatu kadang tabu untuk

Lebih terperinci

ARTIKEL. Oleh NI LUH PUTU SRI ADNYANI

ARTIKEL. Oleh NI LUH PUTU SRI ADNYANI ARTIKEL Judul MAKAM KERAMAT AGUNG PEMECUTAN DI KELURAHAN PEMECUTAN, KOTA DENPASAR (Studi Tentang Latar Belakang Sejarah, Struktur, Fungsi dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal) Oleh NI LUH

Lebih terperinci

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Konsep elemen desain interior dari bentuk, pola, warna, tekstur, skala dan cahaya merupakan dasar dari perancangan suatu interior ruangan. Gubahan desain arsitektural maupun interior juga tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Salah satu kebebasan yang paling utama dimiliki tiap manusia adalah kebebasan beragama. Melalui agama, manusia mengerti arti dan tujuan hidup yang sebenarnya. Agama

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penggunaan ragam hias sebagai simbol dapat menjadi landasan berpikir dalam mendesain sehingga para desainer dan arsitek dapat mengambil dan mengungkapkan nilai-nilai dalam karyanya. Faktor sejarah

Lebih terperinci

INTERAKSI KEBUDAYAAN

INTERAKSI KEBUDAYAAN Pengertian Akulturasi Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa dengan masyarakatnya yang Pluralistic mempunyai berbagai macam bentuk dan variasi dari kesenian budaya. Warisan kebudayaan tersebut harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman akan tradisi dan budayanya. Budaya memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan manusia, di mana

Lebih terperinci

AKULTURASI HINDU BUDDHA DI PURA GOA GIRI PUTRI DESA PEKRAMAN KARANGSARI, KECAMATAN NUSA PENIDA, KABUPATEN KLUNGKUNG

AKULTURASI HINDU BUDDHA DI PURA GOA GIRI PUTRI DESA PEKRAMAN KARANGSARI, KECAMATAN NUSA PENIDA, KABUPATEN KLUNGKUNG 1 AKULTURASI HINDU BUDDHA DI PURA GOA GIRI PUTRI DESA PEKRAMAN KARANGSARI, KECAMATAN NUSA PENIDA, KABUPATEN KLUNGKUNG 2007-2014 I Ketut Winata Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Budaya winatasejarah11@yahoo.com

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: pendidikan, Pasraman, pengetahuan, agama Hindu

ABSTRAK. Kata Kunci: pendidikan, Pasraman, pengetahuan, agama Hindu ABSTRAK Perancangan Pasraman Hindu di Buleleng merupakan suatu upaya dalam memberikan pembinaan serta pendidikan secara mental dan fisik baik jasmani maupun rohani kepada seluruh masyarakat Hindu, khususnya

Lebih terperinci

Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi

Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi Made Reisa Anggarini 1, I Wayan Redig 2, Rochtri Agung Bawono 3 123 Program

Lebih terperinci

JURNAL TUGAS AKHIR PERANCANGAN BOARD GAME SEBAGAI MEDIA EDUKASI TENTANG UNSUR BENTUK KARAKTERISTIK CANDI BOROBUDUR DAN CANDI PRAMBANAN PENCIPTAAN

JURNAL TUGAS AKHIR PERANCANGAN BOARD GAME SEBAGAI MEDIA EDUKASI TENTANG UNSUR BENTUK KARAKTERISTIK CANDI BOROBUDUR DAN CANDI PRAMBANAN PENCIPTAAN JURNAL TUGAS AKHIR PERANCANGAN BOARD GAME SEBAGAI MEDIA EDUKASI TENTANG UNSUR BENTUK KARAKTERISTIK CANDI BOROBUDUR DAN CANDI PRAMBANAN PENCIPTAAN Gilang Aditya Murti NIM : 1012010024 PROGRAM STUDI S-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak bangunan-bangunan megah yang sengaja dibangun oleh tangan-tangan manusia sebagai wujud berdiamnya Allah di

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA ABSTRAK Ida Bagus Surya Mahayana.NIM.1417151017. Perencanaan Jalur Sepeda Sebagai Tujuan Wisata Desa di Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar. Pembimbing I: Ir. Ida Ayu Mayun, M.P. Pembimbing II: Ir. Anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jepang adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN kepulauan yang berlokasi disepanjang khatulistiwa di Asia Tenggara yang

BAB I PENDAHULUAN kepulauan yang berlokasi disepanjang khatulistiwa di Asia Tenggara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 17.508 kepulauan yang berlokasi disepanjang khatulistiwa di Asia Tenggara yang tentunya memiliki

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang -1-

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang -1- BAB I. PENDAHULUAN Bab Pendahuluan terdiri dari subbab (I.1) Latar Belakang; (I.2) Pertanyaan Dan Tujuan Penelitian; (I. 3) Manfaat Penelitian; (I. 4) Keaslian Penelitian; (I. 5) Batasan Penelitian; dan

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara

1 BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara memiliki berbagai keistimewaan masing-masing. Proses pembuatan atau pembangunan rumah tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai luas daratan ± 5.632,86 Km². Bali dibagi menjadi 8 kabupaten dan 1 Kota

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai luas daratan ± 5.632,86 Km². Bali dibagi menjadi 8 kabupaten dan 1 Kota BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bali merupakan sebuah pulau kesatuan wilayah dari Pemerintah Propinsi yang mempunyai luas daratan ± 5.632,86 Km². Bali dibagi menjadi 8 kabupaten dan 1 Kota madya dengan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARAGANEGARAAN IDENTITAS NASIONAL

PENDIDIKAN KEWARAGANEGARAAN IDENTITAS NASIONAL PENDIDIKAN KEWARAGANEGARAAN Modul ke: Fakultas Ekonomi & Bisnis Program Studi D. MACHDUM FUADY, S.H., M.H. Akuntansi www.mercubuana.ac.id 1. PENGERTIAN. 2. PARAMETER. 3. UNSUR-UNSUR PEMBENTUK. 4. SEBAGAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Candi adalah bangunan yang menggunakan batu sebagai bahan utamanya. Bangunan ini merupakan peninggalan masa kejayaan Hindu Budha di Indonesia. Candi dibangun

Lebih terperinci

PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA

PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA Elfrida Rosidah Simorangkir Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Universitas

Lebih terperinci

RELIEF TANTRI DI PERTAPAAN GUNUNG KAWI BEBITRA DESA BITERA, GIANYAR. I Putu Yogi Sudiana Program Studi Arkeologi

RELIEF TANTRI DI PERTAPAAN GUNUNG KAWI BEBITRA DESA BITERA, GIANYAR. I Putu Yogi Sudiana Program Studi Arkeologi 1 RELIEF TANTRI DI PERTAPAAN GUNUNG KAWI BEBITRA DESA BITERA, GIANYAR I Putu Yogi Sudiana Program Studi Arkeologi Abstrak Relief of Tantri that is located in Pertapaan Gunung Kawi Bebitra. This area located

Lebih terperinci

Menengok sejarah hubungan Bali dan Tiongkok di Shapowei

Menengok sejarah hubungan Bali dan Tiongkok di Shapowei Laporan dari Tiongkok Menengok sejarah hubungan Bali dan Tiongkok di Shapowei Sabtu, 5 Mei 2018 13:06 WIB Seorang pengunjung melihat keindahan kampung budaya Shapowei di kota Xiamen, Fujian, Cina, Rabu

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa nilai sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan merupakan pemaparan dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan uraian tentang konteks permasalahan dengan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa Pemerintah Kabupaten Jembrana

Lebih terperinci

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) A. Latar Belakang Masalah Setiap agama bagi para pemeluknya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam terdiri dari puncak-puncak kebudayaan daerah dan setiap kebudayaan daerah mempunyai ciri-ciri khas masing-masing. Walaupun

Lebih terperinci

Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan

Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan Rihan Rizaldy Wibowo rihanrw @gmail.com Mahasisw a Jurusan A rsitektur, Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Menurut Amos Rapoport arsitektur dibentuk dari latar belakang kebudayaan dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi dua bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa-bangsa asing yang datang ke Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa-bangsa asing yang datang ke Indonesia. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Inkulturasi budaya Indonesia berawal dari masuknya bangsa-bangsa asing ke Indonesia yang awalnya memiliki tujuan untuk berdagang. Dengan masuknya budaya-budaya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRAK. ABSTRACT... DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. DAFTAR LAMPIRAN..

Lebih terperinci

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM UPAYA GURU DALAM MENGATASI MASALAH KENAKALAN SISWA DI SMA NEGERI 1 PANGKAJENE KABUPATEN PANGKEP Ince Deriansyah Syam Pendidikan Sosiologi FIS-UNM ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulau Jawa kaya akan peninggalan-peninggalan purbakala, di antaranya ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini tersebar di

Lebih terperinci

PERUBAHAHAN BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA TRADISI PATTIDANA MASYARAKAT AGAMA BUDDHA THERAVADA DI DESA JATISARI, KECAMATAN JATISRONO, KABUPATEN WONOGIRI

PERUBAHAHAN BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA TRADISI PATTIDANA MASYARAKAT AGAMA BUDDHA THERAVADA DI DESA JATISARI, KECAMATAN JATISRONO, KABUPATEN WONOGIRI PERUBAHAHAN BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA TRADISI PATTIDANA MASYARAKAT AGAMA BUDDHA THERAVADA DI DESA JATISARI, KECAMATAN JATISRONO, KABUPATEN WONOGIRI TESIS Disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat

Lebih terperinci

Rumah Tinggal Dengan Gaya Bali Modern Di Ubud. Oleh: I Made Cahyendra Putra Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK

Rumah Tinggal Dengan Gaya Bali Modern Di Ubud. Oleh: I Made Cahyendra Putra Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK Rumah Tinggal Dengan Gaya Bali Modern Di Ubud Oleh: I Made Cahyendra Putra Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK Rumah adat Bali adalah cerminan dari budaya Bali yang sarat akan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional dibangun, namun cukup banyak ditemukan bangunan-bangunan yang diberi sentuhan tradisional

Lebih terperinci

KINERJA PENDAMPING DESA DALAM PEMBANGUNAN DESA DI KECAMATAN JIPUT KABUPATEN PANDEGLANG

KINERJA PENDAMPING DESA DALAM PEMBANGUNAN DESA DI KECAMATAN JIPUT KABUPATEN PANDEGLANG KINERJA PENDAMPING DESA DALAM PEMBANGUNAN DESA DI KECAMATAN JIPUT KABUPATEN PANDEGLANG SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat diskriptif kualitatif, sehingga dalam penelitian ini dilakukan dalam dua bagian, yang pertama adalah penelitian lapangan dan yang kedua adalah penelitian

Lebih terperinci

REALISASI TOLERANSI ANTAR UMAT HINDU DAN BUDDHA DI PURA PUSERING JAGAT PANCA TIRTA DESA PAKARAMAN

REALISASI TOLERANSI ANTAR UMAT HINDU DAN BUDDHA DI PURA PUSERING JAGAT PANCA TIRTA DESA PAKARAMAN REALISASI TOLERANSI ANTAR UMAT HINDU DAN BUDDHA DI PURA PUSERING JAGAT PANCA TIRTA DESA PAKARAMAN KEMBANG MERTA DESA CANDIKUNING KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN Oleh I Putu Hendra Yogi Swasgita hendrayogi.pcc@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Simalungun merupakan salah satu suku dengan ragam keunikan yang dimiliki, tanah yang subur, masyarakat yang ramah dan lemah lembut. Memiliki kekayaan warisan budaya

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN CIRC DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS BAHASA JAWA SISWA SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN CIRC DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS BAHASA JAWA SISWA SEKOLAH DASAR PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN CIRC DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS BAHASA JAWA SISWA SEKOLAH DASAR Mukhlas 1, Ngatman 2, Harun Setyo Budi 3 1 Mahasiswa PGDS FKIP Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING MODEL PENGEMBANGAN PERAN LEMBAGA SOSIAL DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS MASYARAKAT SUKU USING BERBASIS KEARIFAN LOKAL Ketua/Anggota Peneliti: Dra.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang sebagai satu dari beberapa kota lama di Indonesia memiliki cukup banyak sisa-sisa bangunan tua bersejarah, seperti Lawang Sewu, Stasiun Tawang, Gereja

Lebih terperinci

BAB VIII PENUTUP Kesimpulan

BAB VIII PENUTUP Kesimpulan BAB VIII PENUTUP Bab VIII memaparkan pembahasan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian, serta implikasi dan saran dalam ranah akademik dan praktis sesuai dengan kesimpulan hasil penelitian. Pada bagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan zaman, banyak perusahaan, organisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan zaman, banyak perusahaan, organisasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, banyak perusahaan, organisasi maupun lembaga baru yang dibangun. Dengan banyaknya perusahaan, organisasi maupun lembaga tersebut

Lebih terperinci

ATRIBUT RUANG SEBAGAI PENANDA RUANG RITUAL PADA PESAREAN GUNUNG KAWI KABUPATEN MALANG

ATRIBUT RUANG SEBAGAI PENANDA RUANG RITUAL PADA PESAREAN GUNUNG KAWI KABUPATEN MALANG ATRIBUT RUANG SEBAGAI PENANDA RUANG RITUAL PADA PESAREAN GUNUNG KAWI KABUPATEN MALANG Dhinda Ayu, Antariksa, Abraham M. Ridjal Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya dhindayu@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 102 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Peran Cheng Ho dalam proses perkembangan agama Islam di Nusantara pada tahun 1405-1433 bisa dikatakan sebagai simbol dari arus baru teori masuknya agama Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bangsa memiliki ciri khas arsitektur bangunan yang berbeda-beda, baik

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bangsa memiliki ciri khas arsitektur bangunan yang berbeda-beda, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bangsa memiliki ciri khas arsitektur bangunan yang berbeda-beda, baik arsitektur bangunan kuno maupun arsitektur bangunan modern. Arsitektur bangunan dapat berupa

Lebih terperinci

Perkembangan Arsitektur 1

Perkembangan Arsitektur 1 Perkembangan Arsitektur 1 Minggu ke 5 Warisan Klasik Indonesia By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST, MT Material Arsitektur Klasik Indonesia Dimulai dengan berdirinya bangunan candi yang terbuat dari batu maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

ARTIKEL. Judul. Oleh NI KETUT EKA KRESNA DEWIPAYANTI

ARTIKEL. Judul. Oleh NI KETUT EKA KRESNA DEWIPAYANTI ARTIKEL Judul MASJID AL IMRON: LATAR BELAKANG PENDIRIAN DAN NILAI PENDIDIKAN SEJARAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI DESA TOYAPAKEH, NUSA PENIDA, KLUNGKUNG, BALI Oleh NI KETUT EKA KRESNA DEWIPAYANTI

Lebih terperinci

INDUSTRI BATU BATA DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI DESA TULIKUP KECAMATAN GIANYAR KABUPATEN GIANYAR (TINJAUAN GEOGRAFI EKONOMI)

INDUSTRI BATU BATA DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI DESA TULIKUP KECAMATAN GIANYAR KABUPATEN GIANYAR (TINJAUAN GEOGRAFI EKONOMI) INDUSTRI BATU BATA DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI DESA TULIKUP KECAMATAN GIANYAR KABUPATEN GIANYAR (TINJAUAN GEOGRAFI EKONOMI) Oleh Ni Ketut Trisnawati Ketut Suratha dan Made Suryadi

Lebih terperinci

Vihara Buddha Theravada di Surabaya

Vihara Buddha Theravada di Surabaya Vihara Buddha Theravada di Surabaya Penulis A. Agung, dan Dosen Ir. Benny Poerbantanoe, MSP Prodi Arsitektur, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya E-mail: arachniderchen@gmail.com

Lebih terperinci

2016 PENGARUH CULTURAL VALUE PADA DAYA TARIK WISATA PURA TANAH LOT BALI TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG

2016 PENGARUH CULTURAL VALUE PADA DAYA TARIK WISATA PURA TANAH LOT BALI TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan Pariwisata dunia berdasarkan data yang dikeluarkan oleh UNWTO, World Tourism barometer pada tahun 2014 bahwa wilayah Asia Pasifik merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai bagian dari Kebudayaan Indonesia yang bersifat Binneka Tunggal Ika (Berbedabeda

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai bagian dari Kebudayaan Indonesia yang bersifat Binneka Tunggal Ika (Berbedabeda BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi yang cukup terkenal di Indonesia karena merupakan salah satu asset devisa Negara Indonesia yang cukup tinggi di bidang

Lebih terperinci

ARCA MEGALITIK DI PURA SIBI AGUNG, DESA PAKRAMAN KESIAN,GIANYAR, BALI, DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA BERDASARKAN KURIKULUM

ARCA MEGALITIK DI PURA SIBI AGUNG, DESA PAKRAMAN KESIAN,GIANYAR, BALI, DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA BERDASARKAN KURIKULUM ARTIKEL Judul ARCA MEGALITIK DI PURA SIBI AGUNG, DESA PAKRAMAN KESIAN,GIANYAR, BALI, DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA BERDASARKAN KURIKULUM 2013 Oleh MADE ANGGA SETIAWAN 1014021020

Lebih terperinci

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar KAJIAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM TRADISI NGAYAH DI TENGAH AKSI DAN INTERAKSI UMAT HINDU DI DESA ADAT ANGGUNGAN KELURAHAN LUKLUK KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut

Lebih terperinci

BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI. I Wayan Dirana

BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI. I Wayan Dirana BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI I Wayan Dirana Program Studi Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar diranawayan@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki berbagai macam budaya. Dari Sabang sampai Merauke dapat ditemukan keanekaragaman ciri khas budaya daerah masing-masing.

Lebih terperinci

ABSTRAK KAJIAN AKULTURATIF INTERIOR ISTANA MAIMUN DI MEDAN-SUMATERA UTARA (Periode Sultan Makmun Alrasyid Perkasa Alamsyah, )

ABSTRAK KAJIAN AKULTURATIF INTERIOR ISTANA MAIMUN DI MEDAN-SUMATERA UTARA (Periode Sultan Makmun Alrasyid Perkasa Alamsyah, ) ABSTRAK KAJIAN AKULTURATIF INTERIOR ISTANA MAIMUN DI MEDAN-SUMATERA UTARA (Periode Sultan Makmun Alrasyid Perkasa Alamsyah, 1873-1924) Oleh NOVALINDA NIM : 27105006 Istana Maimun merupakan salah satu peninggalan

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Sejarah Seni Rupa Prasejarah Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Teknik Perencanaan & Desain Desain Produk 01 Kode MK Abstract Seni rupa dapat dikatakan sebagai

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang

Bab 1. Pendahuluan. menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara Jepang merupakan salah satu negara maju dan modern di kawasan Asia yang menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi membuat Indonesia menjadi salah satu negara yang mengalami perkembangan sangat pesat dalam teknologi, Mubah (2011) menjelaskan Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemeluk tradisi Kadam biasanya disebut dengan Kadampa. Kata Kadampa

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemeluk tradisi Kadam biasanya disebut dengan Kadampa. Kata Kadampa BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelayakan Pemeluk tradisi Kadam biasanya disebut dengan Kadampa. Kata Kadampa berasal dari bahasa Tibet, secara ringkas berarti mereka yang dapat

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP PURA MAOSPAIT DI MASA LALU DAN MASA KINI

BAB 5 PENUTUP PURA MAOSPAIT DI MASA LALU DAN MASA KINI 118 BAB 5 PENUTUP PURA MAOSPAIT DI MASA LALU DAN MASA KINI Berdasarkan kajian yang telah dilakukan terhadap Pura Maospait maka dapat diketahui bahwa ada hal-hal yang berbeda dengan pura-pura kuna yang

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN

BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN Para ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai pembagian gaya seni candi masa Majapahit maupun Jawa Timur antara lain adalah: Pitono Hardjowardojo (1981), Hariani Santiko

Lebih terperinci

Bali. Pola Tata Ruang Tradisional

Bali. Pola Tata Ruang Tradisional Bali Pola Tata Ruang Tradisional Konsep Sanga Mandala Konsep Tri Angga pada lingkungan Konsep Tri Angga pada Rumah Tata Ruang Rumah Tinggal Konsep tata ruang tradisional Pola tata ruang tradisional Bali

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING...

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN JUDUL PRASYARAT... ii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... v HALAMAN PERSETUJUAN TIM PENGUJI... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal memiliki segudang sejarah yang panjang dari kebudayaankebudayaan masa lampau. Sejarah tersebut hingga kini masih dapat dinikmati baik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Barat memiliki keragaman adat dan budaya, Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang mempunyai wadah berkumpulnya tokoh-tokoh seniman dan budayawan. Garut adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu tonggak utama pembangun bangsa. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mengedepankan pendidikan bagi warga negaranya, karena dengan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I BALI, Menimbang : a. bahwa kepariwisataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya, seluruh umat beragama memiliki hari suci. Makna hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu memperingati suatu kejadian yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pelosok tanah air termasuk daerah Bali, sesungguhnya sudah sejak lama

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pelosok tanah air termasuk daerah Bali, sesungguhnya sudah sejak lama 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pengelolaan terhadap tinggalan arkeologi yang ditemukan di berbagai pelosok tanah air termasuk daerah Bali, sesungguhnya sudah sejak lama dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 142 TAHUN 2017 TENTANG BATAS DAERAH KABUPATEN BADUNG DENGAN KOTA DENPASAR PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu daerah di Indonesia yang sangat kaya akan peninggalan kebudayaan pada jaman Hindu Budha. Kebudayaan sendiri berasal dari bahasa sansekerta

Lebih terperinci

MASJID CHENG HOO SURABAYA

MASJID CHENG HOO SURABAYA KAJIAN MAKNA BUDAYA DALAM ARSITEKTUR : MASJID CHENG HOO SURABAYA Oleh: INDAH RAHMAWATI 0851010006 SEPTAFIAN ADHE 0851010028 SAVITRI KUSUMA W 0851010059 LUCKY MURDIYONO 0851010093 FAKULTAS TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perjalanan hidup manusia tidak terlepas tanpa bimbingan agama. Agama merupakan sumber moral, petunjuk kebenaran dan sebagai pembimbing rohani manusia. Agama

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENJADI BHIKKU THERAVADA SKRIPSI

GAMBARAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENJADI BHIKKU THERAVADA SKRIPSI GAMBARAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENJADI BHIKKU THERAVADA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk melanjutkan skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti rok, dress, atau pun celana saja, tetapi sebagai suatu kesatuan dari keseluruhan yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS AKULTURASI BUDAYA CHINA DAN JAWA TERHADAP MASJID CHENG HOO

BAB IV ANALISIS AKULTURASI BUDAYA CHINA DAN JAWA TERHADAP MASJID CHENG HOO BAB IV ANALISIS AKULTURASI BUDAYA CHINA DAN JAWA TERHADAP MASJID CHENG HOO A. Akulturasi China dan Jawa di Masjid Cheng Hoo Masjid Cheng Hoo Surabaya adalah Masjid bernuansa Muslim Tionghoa yang berlokasi

Lebih terperinci

Oleh: I Wayan Suarsana

Oleh: I Wayan Suarsana Kajian Geografi Ekonomi Tentang Distribusi Pemasaran Hasil Pertanian Sayuran Pada Pasar Induk Sayur-Mayur Baturiti di Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan Oleh: I Wayan Suarsana I Ketut Suratha, Ida Bagus

Lebih terperinci

BAB IV PERBANDINGAN PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GAYA KALIGRAFI

BAB IV PERBANDINGAN PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GAYA KALIGRAFI BAB IV PERBANDINGAN PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GAYA KALIGRAFI A. Persamaan Gaya Corak Kaligrafi di Masjid Al- Akbar Surabaya dengan Masjid Syaichuna Kholil Bangkalan Masjid merupakan tempat ibadah umat muslim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Bangsa bisa disebut juga dengan suku,

Lebih terperinci