KANDUNGAN VOLUME KAYU BATANG PADA HUTAN ALAM JENIS AMPUPU (Eucalyptus urophylla) Lusia Sulo Marimpan *

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KANDUNGAN VOLUME KAYU BATANG PADA HUTAN ALAM JENIS AMPUPU (Eucalyptus urophylla) Lusia Sulo Marimpan *"

Transkripsi

1 KANDUNGAN VOLUME KAYU BATANG PADA HUTAN ALAM JENIS AMPUPU (Eucalyptus urophylla) Lusia Sulo Marimpan * ABSTRACT Forest is able to contribute in national development need to contribute for industry and home industry. This research aims to identify natural forest potential of ampupu species (Eucalyptus urophylla) in producing of stem wood volume. This research is conducted upon Eucalyptus urophylla species within natural forest. Potential assessment is conducted by forest inventore with line plot sampling method. Sampling intensitas to used (10%). This volume form factor devided between actual stem wood volume than silinder wood volume at diameter breat high (Dbh) than total tree high. Tree sample with measurement 1179 trees for total quadrats number than 80 quadrats. Dbh Average is 37,7 cm than smaller diameter is 1,59 cm and highest diameter 155,67 cm. High average 11,8 m range tree high 1,8 to 32 m. Wood density is 0,93 gr/cm 3.. Trees potential at Eucalyptus urophylla species within natural forest is 370,58 m 3 /ha than form factor 0,69. Keywords: Eucalyptus urophylla, tree volume, wood density ABSTRAK Hutan mampu berkontribusi dalam pembangunan nasional sebagai penyedia bahan baku bagi kebutuhan industri dan rumah tangga. Penelitian ini bertujuan mengetahui potensi hutan alam jenis Ampupu (Eucalyptus urophylla) dalam menghasilkan volume kayu batang. Penelitian dilakukan pada hutan jenis Eucalyptus urophylla di hutan alam. Pendugaan potensi dilakukan melalui kegiatan inventore hutan dengan metode line plot sampling. Intensitas sampling yang digunakan (10%). Faktor bentuk volume ini dihitung dengan membandingkan antara volume kayu batang aktual dengan volume kayu silinder pada diameter batang setinggi dada (Dbh) dengan tinggi pohon total. Jumlah pohon sampel yang diukur sebanyak 1179 pohon untuk seluruh petak ukur dengan jumlah 80 petak ukur. Rerata Dbh = 37,7 cm dengan diameter terendah adalah 1,59 dan diameter tertinggi 155,67 cm. Rerata tinggi 11,8 m dengan kisaran tinggi pohon adalah 1,8 m sampai 32 m. Kerapatan kayu diperoleh 0,93 gr/cm 3. Potensi tegakan di hutan alam Ampupu (Eucalyptus urophylla) adalah 370,58 m 3 /ha dengan faktor bentuk 0,69. Kata kunci : Eucalyptus urophylla, volume pohon, kerapatan kayu

2 Hutan merupakan bentuk penutupan lahan yang banyak dijumpai di muka bumi ini. Hal ini bermula sejak manusia mempunyai hubungan yang erat dengan hutan. Hutan sebagai sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable resources), membutuhkan waktu yang sangat panjang untuk mengembalikan hutan pada keadaan semula, sehingga perlu dijaga dan dikelola secara arif dan bijaksana. Fungsi hutan sebagai penghasil kayu sangat memegang peran penting dalam keberlangsungan kehidupan dimuka bumi ini. Peranan strategis hutan dalam pembangunan nasional selama ini hampir sepenuhnya tertumpuh pada hutan alam yang harus menyediakan bahan baku bagi kebutuhan industri. Informasi mengenai inventore hutan alam jenis Ampupu (Eucalyptus urophylla) dalam menghasilkan volume kayu batang sangat diperlukan untuk mengetahui kemampuan hutan tersebut dalam menghasilkan kayu batang. Pengelolaan sumber daya hutan sampai saat ini walaupun sudah memperhatikan keanekaragaman hayati dan kepentingan masyarakat setempat, tidak bisa dipungkiri bahwa masih banyak masyarakat yang menitikberatkan pada pemenuhan fungsi ekonomi, sedangkan produk-produk lainnya (khususnya jasa lingkungan) belum begitu banyak diperhatikan (Simon, 1999). Jika pengelolaannya lestari, maka pembangunan hutan tidak saja bermanfaat dari sisi produk kayunya saja, tetapi juga mempunyai prospek sebagai penyedia jasa lingkungan, yaitu sebagai penyerap gas CO 2. Untuk itu penelitian mengenai kandungan volume kayu batang yang ada di hutan alam Ampupu (Eucalyptus urophylla) sangat dibutuhkan. Penelitian ini difokuskan pada hutan alam jenis Ampupu (Eucalyptus urophylla), mengingat Ampupu adalah khas tumbuh di Nusa Tenggara Timur yang sampai saat ini belum banyak diketahui kemampuannya dalam menghasilkan volume kayu batang. Penelitian ini bertujuan mengetahui potensi volume kayu batang pada hutan alam jenis Ampupu (Eucalyptus urophylla). Sedangkan penelitian ini bermanfaat dalam memberikan informasi tentang kemampuan hutan alam Ampupu (Eucalyptus urophylla) menghasilkan volume kayu batang yang selanjutnya akan menjadi masukan bagi semua pihak yang membutukan informasi tentang Ampupu (Eucalyptus urophylla). Metode Penelitian

3 Penelitian dilaksanakan di Desa Lelogama Kecamatan Amfoang Selatan Kabupaten Kupang Propinsi Nusa Tenggara Timur. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli - September 2009 meliputi kegiatan inventore hutan Alam Eucalyptus urophylla. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: kompas/gps untuk menentukan arah dan penentuan letak petak ukur di lapangan, phiband untuk mengukur diameter pohon, hagameter untuk mengukur tinggi pohon, meteran dan patok untuk mengukur dan membuat petak ukur di lapangan. Pengukuran inventore hutan digunakan teknik dengan metode line plot sampling. Intensitas sampling yang digunakan (10%). Dalam jalur tersebut dibuat plot dengan luas 0,1 ha yang selanjutnya dilakukan pengukuran diameter (Dbh) dan tinggi total (H). Pembuatan petak ukur untuk mengetahui pertumbuhan tegakan harus menyebar merata pada semua areal dan berbagai kualitas tempat tumbuh. Untuk penentuan interval diameter dilakukan penetuan range dan kelas diameter terdahulu. Pengukuran faktor bentuk (f) dilakukan dengan menebang pohon sampel yang telah dipilih. Pada penelitian ini ditebang pohon yang diambil menyebar di seluruh lokasi hutan jenis Ampupu (Eucalyptus urophylla) yang ada di Amfoang. Sampel pohonnya yang ditebang, kemudian dilakukan pengukuran panjang batang aktual pohon. Setelah itu batang dibagi menjadi segmen-segmen. Volume tiap segmen dihitung dengan rumus Smallian sebagai berikut : Vs = [ lbds p + lbds u ] x l dimana, lbds = 1/4πD 2 Keterangan : Vs : Volume tiap segmen kayu lbds p : Luas bidang dasar pangkal lbds u : Luas bidang dasar ujung l : Panjang Segmen Pengukuran faktor bentuk volume dilakukan untuk menaksir volume pohon dalam kondisi tegakan berdiri (standing stock). Faktor bentuk volume ini dihitung dengan membandingkan antara volume kayu batang aktual dengan volume kayu silinder pada diameter batang setinggi dada (Dbh) dengan tinggi pohon total. Data penelitian terbagi atas 2 bagian yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari lapangan melalui pengukuran, pengamatan, perhitungan, pencatatan dan wawancara dengan pihak-pihak terkait yang

4 berhubungan dengan objek yang diteliti. Data primer yang diperoleh meliputi data tegakan (diameter dan tinggi) dan luasan berdasarkan plot sampel yang dibuat. Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh pihak lain tetapi digunakan oleh peneliti. Data sekunder terdiri atas data administratif, data curah hujan, data sebaran tanah. Data sekunder dikumpulkan dari instansi yang terkait dengan penelitian ini. Untuk memudakan pengukuran dan analisa variabel data tersebut diolah dengan bantuan software SPSS 16 dan Excell. Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam petak ukur dilakukan pengukuran beberapa parameter pohon yang sangat penting dalam pendugaan potensi pohon. Parameter tersebut adalah tinggi pohon dan diameter setinggi dada (Dbh) sebagai dasar penentuan volume pohon. Rata-rata Dbh dan tinggi pohon Ampupu areal sampel seluas 8 ha disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Rata-rata Data Dbh dan Tinggi Pohon Parameter Nilai (Eucalyptus urophylla) dari Minimum Maksimum Rerata Std. Deviasi N (8 ha) Diameter (cm) 1,59 155,67 37,7 26,78 Tinggi (m) 1, ,8 5,90 Jumlah pohon sampel yang diukur sebanyak 1179 pohon untuk seluruh petak ukur dengan jumlah 80 petak ukur. Rerata Dbh = 37,7 cm dengan diameter terendah adalah 1,59 dan diameter tertinggi 155,67 cm. Rerata tinggi 11,8 m dengan kisaran tinggi pohon adalah 1,8 m sampai 32 m. Simpangan baku (standard deviation) merupakan suatu nilai yang menunjukan tingkat (derajat) variasi kelompok atau ukuran standar penyimpangan dari reratanya (Riduan, 2007). Dari hasil penelitian diketahui bahwa standar deviasi untuk tinggi adalah 5,90. Dari hasil penelitian diketahui bahwa standar deviasi untuk diameter adalah 26,78 dengan rata-rata diameter 37,3 cm. Simpangan baku diameter ini tinggi karena adanya variasi diameter yang sangat tinggi sehingga diduga bahwa hutan alam menumbuhkan bijinya menjadi anakan secara alami dan tidak ada penyeragaman dalam penanaman dan pemeliharaan. Lain halnya dengan hutan tanaman tingkat simpangan baku rendah karena selain ditanam dalam waktu yang relatif bersamaan juga dilakukan pengelolaan secara intensif. Setelah diameter, tinggi pohon merupakan parameter lain yang mempunyai arti penting dalam penaksiran hasil hutan. Dalam penelitian ini tinggi dan diameter diperlukan untuk menentukan volume. Pengukuran

5 ini dilakukan dengan menggunakan hagameter yang menggunakan prinsip trigonometri. Lokasi penelitian yang cenderung datar landai serta kerapatan pohon tidak terlalu tinggi memungkinkan untuk digunakan hagameter. Pengukuran dimulai dari pangkal pohon yang berbatasan langsung dengan tanah sampai pada tajuk teratas. Alasan pemilihan alat ini adalah keakuratannya tinggi dan pengukuran jarak horizontal dari pohon ke tempat pengukuran tidak mengalami kesulitan yang berarti pada hutan alam Ampupu (Eucalyptus urophylla). Dalam penelitian ini, kesalahan diusahakan untuk seminimal mungkin. Dari hasil penelitian dimana jumlah sampel total 1179 pohon dengan tinggi rata-rata 11,8 m. Tinggi minimum adalah 1,80 m dan tinggi maksimum adalah 32 m. Pendugaan Volume Tegakan Pohon Berdiri Dalam penelitian ini, untuk mengetahui faktor bentuk pada hutan alam Eucayptus urophylla dilakukan dengan mengukur dimensi Dbh dan tinggi pohon total sampai selanjutnya dilakukan penebangan pada pohon tersebut. Pohon yang sudah tumbang kemudian dibagi-bagi dalam beberapa segmen untuk diukur luas bidang dasar pangkal dan luas bidang dasar ujung serta panjang segmen. Tujuannya adalah untuk mendapatkan volume batang aktual. Pohon yang ditebang berdasarkan pendekatan rumus Sturges (seperti pada metode penelitian). Dalam penelitian ini jumlah sampel pohon yang ditebang ada 9 dimana pohon tersebut diperoleh dengan mengambil rata-rata dari kelas diameter. Sampel yang ditebang ada 9 pohon dengan kelas diameter yang berbeda. Hasil pengelolaan data faktor bentuk (f) untuk tegakan Eucalyptus urophylla disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2.Faktor Bentuk Tegakan Eucalyptus urophylla di Hutan Alam Ampupu No Dbh Rata-rata (cm) Tinggi Total (m) Faktor Bentuk (f) 1 7,6 6 0, ,2 10 0, ,3 9,6 0, ,5 12 0, ,5 20,3 0, ,8 23 0, ,1 25 0, ,5 26 0,63

6 9 127,4 22,4 0,65 Rerata 67,32 17,14 0,69 Dari Tabel 2 diketahui bahwa rata-rata faktor bentuk untuk tegakan Eucalyptus urophylla di Hutan Alam Lelogama berkisar antara 0,63 0,73 dengan rata-rata adalah 0,69. Faktor bentuk yang diperoleh dalam penelitian ini sama dengan ketetapan faktor bentuk untuk hutan alam yang belum diketahui nilainya. Faktor bentuk untuk hutan alam ditetapkan sebesar 0,7. di atas bahwa volume pohon adalah ukuran tiga dimensi sehingga satuannya dalam meter kubik. Volume pohon diketahui dengan melakukan perhitungan data hasil pengukuran diameter batang setinggi dada, tinggi total pohon dan faktor bentuk. Dari hasil inventore hutan juga dapat diketahui potensi tegakan hutan alam Ampupu (Eucalyptus urophylla) dengan pendekatan diameter pohon sebagaimana disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Potensi Tegakan Berdiri per Hektar Eucalyptus urophylla di Hutan Alam Jenis Ampupu No Dbh Rata-rata (cm) TT (m) FK (f) Jumlah Pohon/ha Vol Phn (m 3 ) Vol Phn (m 3 /ha) 1 7,6 6 0, ,02 0, ,2 10 0, ,27 10, ,3 9,6 0, ,72 18, ,5 12 0, ,78 20, ,5 20,3 0,68 8 4,98 39, ,8 23 0,69 4 8,49 29, ,1 25 0, ,70 66, ,5 26 0, ,41 71, ,4 22,4 0, ,55 51,33 Re ra t a 67,32 17, 14 Potensi volume pohon per hektar untuk kelas diameter yang berbeda dapat kita lihat pada tabel diatas. Volume pohon per hektar untuk kelas diameter I sampai IX adalah 284,61 m 3 /ha dengan rata-rata faktor bentuk 0,69. 0, , , 61

7 volume (m 3 /ha) Potensi tertinggi dicapai pada diameter pohon 111,5 cm sebesar 71,822 m 3 /ha dan terendah pada diameter 7,6 sebesar 0,83 m 3 /ha. Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa potensi tegakan dipengaruhi oleh luas bidang dasar dan jumlah pohon. Bila dicermati bahwa potensi pada hutan alam jenis Ampupu (Eucalyptus urophylla) menurun pada diameter 82,8 cm dan naik lagi pada 97,1 sampai pada diameter 127,4 cm menurun lagi karena jumlah pohon per hertarnya juga menurun walaupun lbdsnya tinggi tapi jumlahnya kecil maka volume per hektarnya juga menurun. Jika digambarkan dalam grafik maka akan terlihat seperti pada Gambar 1. Gambar 1. Potensi Tegakan Menurut Kelas Diameter Untuk mengetahui potensi kayu yang terdapat pada hutan alam Ampupu maka dengan menggunakan faktor bentuk dalam penelitian ini kemudian digunakan untuk menduga volume total berdiri (standing stock). Potensi kayu untuk seluruh kelas interval dengan diameter 1,59 sampai 155,6 adalah 370,58 m 3 /ha. Dengan luas lokasi penelitian 80 ha maka stok tegakan berdiri (standing stock) tanaman Eucalyptus urophylla ,56 m Kelas Dbh (cm) Kerapatan Kayu dan Biomassa Kerapatan kayu (wood density) dalam penelitian ini merupakan suatu parameter penting yang perlu diketahui. Pengukuran kerapatan kayu dilakukan selain untuk mengetahui potensi kayu dari suatu kawasan yang umumnya dinyatakan dalam satuan berat kering (ton/ha), juga pendekatan biomassa batang diduga dengan kerapatan kayu. Hal ini karena untuk mengukuran biomassa dengan pendekatan berat basah total tidak mendukung untuk dilakukan dilapangan karena diamater pohon sampel yang besar.

8 Dalam penelitian ini pengukuran kerapatan kayu dilakukan dengan mengambil sampel dari disk batang pangkal, disk batang tengah dan disk batang ujung untuk selanjutnya dibuat dalam bentuk kotak dengan ukuran 2 x 2 x 2 cm dan dioven sampai mencapai berat kering tanur. Selanjutnya ditimbang untuk mendapatkan berat atau massa dalam satuan gram (gr). Untuk volume kerapatan kayu diperoleh dari volume kotak diatas yang dinyatakan dalam satuan cm 3. Kerapatan kayu dalam penelitian ini dinyatakan dalam satuan gr/cm 3. Biomassa batang diperoleh setelah mengalikan antara kerapatan kayu dengan volume batang pohon (Purwanto, 2009). Kerapatan suatu benda yang homogen adalah massa atau berat persatuan volume, sehingga kerapatan selalu dinyatakan dengan satuan gram/cm 3 atau kg/m 3. Kerapatan kayu berhubungan langsung dengan porositasnya yaitu proporsi volume rongga kosong (Haygreen dan Bowyer, 1996). Kerapatan kayu di dalam suatu spesies ditemukan bervariasi dengan sejumlah faktor yang meliputi letaknya di dalam pohon, letak dalam kisaran spesies tersebut, kondisi tempat tumbuh, dan sumber sumber genetik. Sebagai bahan perbandingan Hardjana (2009) dalam penelitiannya di hutan tanaman jenis Acacia mangium kerapatan kayu 0,65 gr/cm 3 dan kerapatan kayu untuk jenis E. pellita 0,50 gr/cm 3. Sementara Adiriono (2009) dalam penelitiannya di hutan tanaman jenis Acacia crassicarpa diperolah 0,44 gr/cm 3. Dalam penelitian ini kerapatan kayu untuk jenis Eucalyptus urophylla di hutan alam diperoleh 0,93 gr/cm 3. Dengan membandingkan kerapatan kayu untuk jenis Acacia mangium dan Acacia crassicarpa berarti kayu jenis Ampupu (Eucalyptus urophylla) lebih besar. Kerapatan kayu yang dinyatakan dalam satuan gr/cm 3 pada hutan alam jenis Eucalyptus urophylla disajikan dalam Tabel 4 berikut. Tabel 4. Kerapatan Kayu di Hutan Alam Jenis Ampupu (Eucalyptus urophylla)

9 No Kelas Interval Dbh (cm) Dbh Rata-rata (cm) TT (m) WD (gr/cm 3 ) 1 1, ,6 6 0, ,2 10 0, ,3 9,6 0, ,5 12 0, ,5 20,3 0, ,8 23 0, ,1 25 0, ,5 26 0, ,4 22,4 0,99 Rerata 67,32 17,14 0,93 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa kerapatan kayu pada diameter 7,6 cm sebesar 0,75 gr/cm 3 dan pada diameter 127,4 sebesar 0,99 gr/cm 3 dengan rata-rata sebesar 0,93 gr/cm 3. Dari hasil ini diinformasikan bahwa hutan alam jenis Ampupu (Eucalyptus urophylla) memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan biomassa. Kayu jenis ini sangat bagus dimanfaatkan untuk jenis pertukangan karena memiliki kerapatan kayu yang tinggi. Umumnya masyarakat di sekitar lokasi penelitian menggunakan sebagai bahan bangunan rumah terutama kusen. Sementara cabang dan ranting dimanfaatkan masyarakat sebagi bahan bakar karena sifat arangnya yang tahan lama. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian khususnya kadar abu di laboratorium yang rendah sehingga bagus untuk pembakaran. Kayu jenis ini memiliki nilai jual yang tinggi di Kota Kupang dan sekitarnya baik dari kayu maupun dari kayu bakarnya. Untuk kayu bakar di Kota Kupang jenis ini bersaing dengan kayu jenis Kesambi (Schleichera oleosa) dalam segi harga. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah potensi volume kayu per hektar untuk tanaman Eucalyptus urophylla di hutan alam Lelogama Kecamatan Amfoang Selatan adalah 370,58 m 3 /ha dengan rata-rata faktor bentuk 0,69.

10 DAFTAR PUSTAKA Adiriono, T Metode Pengukuran Karbon (Carbon Sock) pada Hutan Tanaman Industri Jenis Acasia crassicarpa. Tesis pada Fakultas Kehutanan Program Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. BPS Statistik Pertanian Kabupaten Kupang. Katalog BPS Badan Pusat Statistik Propinsi Nusa Tenggara Timur. BPS Kabupaten Kupang Dalam Angka. Katalog BPS Badan Pusat Statistik Propinsi Nusa Tenggara Timur. BPS Kecamatan Amfoang Selatan Dalam Angka. BPS Kabupaten Kupang. Katalog Badan Pusat Statistik Propinsi Nusa Tenggara Timur. Budiyono Statistika Untuk Penelitian. UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press). Surakarta. Jawa Tengah. Hardjana, A.K Inventore Kandungan Karbon Jenis-Jenis Tanaman Penyusun HTI dan Kemampuannya dalam Menyerap Gas CO 2 dari Atmosfer (Studi Kasus di HTI PT. Surya Hutani Jaya, Kalimantan Timur). Tesis pada Fakultas Kehutanan Program Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Haygreen, J.G., Bowyer J.L, Hasil Hutan dan Ilmu Kayu Suatu Pengantar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Purwanto, R.H, Bahan Ajar Inventore Biomassa Hutan. Program Pascasarjana, Fakultas Kehutanan UGM, Yogyakarta. Riduan., Sunarto H Pengantar Statistik untuk Penelitian: Pendidikan, Sosial, Komunikasi dan Bisnis. Lengkap dengan Aplikasi SPSS 14. Alfabeta. Bandung. Simon, H Metode Inventore Hutan. Pustaka Pelajar.Yogyakarta. Simon, H Perencanaan Pembangunan Sumber Daya Hutan. Jilid I Timber Management. Bahan Kuliah (belum dipublikasikan) Fakultas Kehutanan Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Sugiyono Statistik Untuk Penelitian. CV. Alfabeta. Bandung. Supranto, J Statistik Teori dan Aplikasi. Edisi Ketujuh. Penerbit Erlangga. Jakarta. Sutaryo, D Penghitunan Biomassa Sebuah Pengantar untuk Studi Karbon dan Perdagangan Karbon. Wetlands International Indonesia Programme. Bogor.

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan bahan 3.3 Pengumpulan Data

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan bahan 3.3 Pengumpulan Data III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2008 di petak 37 f RPH Maribaya, BKPH Parungpanjang, KPH Bogor. Dan selanjutnya pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian Limbah Pemanenan Kayu, Faktor Eksploitasi dan Karbon Tersimpan pada Limbah Pemanenan Kayu ini dilaksanakan di IUPHHK PT. Indexim

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PE ELITIA

III. METODOLOGI PE ELITIA 10 III. METODOLOGI PE ELITIA 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di areal IUPHHK PT. DRT, Riau. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan dua tahap, yaitu tahap pertama pengambilan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian di Lapangan dan Laboratorium

LAMPIRAN. Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian di Lapangan dan Laboratorium 59 LAMPIRAN Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian di Lapangan dan Laboratorium Tanaman EucalyptusIND umur 5 tahun yang sudah di tebang Proses pelepasan kulit batang yang dila kukan secara manual Penampakan

Lebih terperinci

POTENSI BIOMASSA DAN KARBON PADA HUTAN TANAMAN

POTENSI BIOMASSA DAN KARBON PADA HUTAN TANAMAN POTENSI BIOMASSA DAN KARBON PADA HUTAN TANAMAN Eucalyptus pellita PT. FINNANTARA INTIGA KABUPATEN SINTANG The Potential Biomass and Carbon of Eucalyptus pellita from Forest Plantation In PT. Finnantara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013.

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013. 30 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pekon Gunung Kemala Krui Kabupaten Lampung Barat. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. . Gambar 4 Kondisi tegakan akasia : (a) umur 12 bulan, dan (b) umur 6 bulan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. . Gambar 4 Kondisi tegakan akasia : (a) umur 12 bulan, dan (b) umur 6 bulan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ini dilakukan pada lokasi umur yang berbeda yaitu hutan tanaman akasia (A. crassicarpa) di tegakan berumur12 bulan dan di tegakan berumur 6 bulan. Jarak

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kadar Air Kadar air merupakan berat air yang dinyatakan dalam persen air terhadap berat kering tanur (BKT). Hasil perhitungan kadar air pohon jati disajikan pada Tabel 6. Tabel

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Areal Hutan Tanaman Acacia mangium PT. Sumatera Riang Lestari Sektor Sei Kebaro

Lampiran 1. Peta Areal Hutan Tanaman Acacia mangium PT. Sumatera Riang Lestari Sektor Sei Kebaro Lampiran. Peta Areal Hutan Tanaman Acacia mangium PT. Sumatera Riang Lestari Sektor Sei Kebaro PETA AREAL HUTAN TANAMAN ACACIA MANGIUM PT. SUMATERA RIANG LESTARI SEKTOR SEI KEBARO U T S R Q P O N M L K

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keadaan Hutan Indonesia dan Potensi Simpanan Karbonnya Saat ini, kondisi hutan alam tropis di Indonesia sangat mengkhawatirkan yang disebabkan oleh adanya laju kerusakan yang tinggi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hujan Tropis Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem agroforestry Register 39 Datar Setuju KPHL Batutegi Kabupaten Tanggamus. 3.2 Objek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di IUPHHK HA PT. Salaki Summa Sejahtera, Pulau Siberut, Propinsi Sumatera Barat. Penelitian dilakukan pada bulan Nopember

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tiga padang golf yaitu Cibodas Golf Park dengan koordinat 6 0 44 18.34 LS dan 107 0 00 13.49 BT pada ketinggian 1339 m di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 10 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di hutan alam tropika di areal IUPHHK-HA PT Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama

Lebih terperinci

9/21/2012 PENDAHULUAN STATE OF THE ART GAMBUT DI INDONESIA EKOSISTEM HUTAN GAMBUT KEANEKARAGAMAN HAYATI TINGGI SUMBER PLASMA NUTFAH TINGGI

9/21/2012 PENDAHULUAN STATE OF THE ART GAMBUT DI INDONESIA EKOSISTEM HUTAN GAMBUT KEANEKARAGAMAN HAYATI TINGGI SUMBER PLASMA NUTFAH TINGGI 9/1/1 PEMULIHAN ALAMI HUTAN GAMBUT PASKA KEBAKARAN: OPTIMISME DALAM KONSERVASI CADANGAN KARBON PENDAHULUAN EKOSISTEM HUTAN GAMBUT OLEH: I WAYAN SUSI DHARMAWAN Disampaikan pada acara Diskusi Ilmiah lingkup

Lebih terperinci

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 2.1 Hutan Tropika Dataran Rendah BAB II TINJAUAN PUSTAKA Di dalam Undang Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, dijelaskan bahwa hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, mulai dari Januari sampai April 2010, dilakukan dengan dua tahapan, yaitu : a. pengambilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di IUPHHK-HA PT MAM, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua pada bulan Mei sampai dengan Juli 2012. 3.2. Bahan dan Alat Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di anak petak 70c, RPH Panggung, BKPH Dagangan, KPH Madiun, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan selama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kayu merupakan produk biologi yang serba guna dan telah lama dikenal

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kayu merupakan produk biologi yang serba guna dan telah lama dikenal I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu merupakan produk biologi yang serba guna dan telah lama dikenal dan dimanfaatkan, baik untuk alat rumah tangga, senjata maupun sebagai bahan bangunan. Sebagai bahan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kadar Air Kayu Pohon sebagai tumbuhan membutuhkan air untuk proses metabolisme. Air diserap oleh akar bersama unsur hara yang dibutuhkan. Air yang dikandung dalam kayu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Jati (Tectona grandis Linn. f) Jati (Tectona grandis Linn. f) termasuk kelompok tumbuhan yang dapat menggugurkan daunnya sebagaimana mekanisme pengendalian diri terhadap

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman PENDAHULUAN Latar Belakang Terdegradasinya keadaan hutan menyebabkan usaha kehutanan secara ekonomis kurang menguntungkan dibandingkan usaha komoditi agribisnis lainnya, sehingga memicu kebijakan pemerintah

Lebih terperinci

KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM RAWA GAMBUT

KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM RAWA GAMBUT J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN, Vol. 21, No.1, Maret. 2014: 83-89 KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM RAWA GAMBUT (Residual Stand Damage Caused by Timber Harvesting in Natural Peat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2017. Lokasi penelitian bertempat di Kawasan Perlindungan Setempat RPH Wagir BKPH Kepanjen KPH Malang.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 16 III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Hutan Pendidikan Universitas Palangkaraya, Hampangen dan Hutan Penelitian (Central Kalimantan Peatland Project)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan gambut merupakan salah satu tipe hutan yang terdapat di Indonesia dan penyebarannya antara lain di Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi dan Pulau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Peta lokasi pengambilan sampel biomassa jenis nyirih di hutan mangrove Batu Ampar, Kalimantan Barat.

BAB III METODOLOGI. Peta lokasi pengambilan sampel biomassa jenis nyirih di hutan mangrove Batu Ampar, Kalimantan Barat. BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan hutan mangrove di hutan alam Batu Ampar Kalimantan Barat. Pengambilan data di lapangan dilaksanakan dari bulan Januari

Lebih terperinci

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM Muhdi Staf Pengajar Program Studi Teknologi Hasil Hutan Departemen Kehutanan USU Medan Abstract A research was done at natural tropical

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan pasokan energi dalam negeri. Menurut Pusat Data dan Informasi Energi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan pasokan energi dalam negeri. Menurut Pusat Data dan Informasi Energi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan energi di Indonesia terus meningkat namun belum sebanding dengan pasokan energi dalam negeri. Menurut Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di dalam areal Hak Pengusahaan Hutan (HPH) PT. Sari Bumi Kusuma, Unit S. Seruyan, Kalimantan Tengah. Areal hutan yang dipilih untuk penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di petak tebang Q37 Rencana Kerja Tahunan (RKT) 2011 IUPHHK-HA PT. Ratah Timber, Desa Mamahak Teboq,

Lebih terperinci

Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru 2 )Mahasiswa Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru ABSTRACT

Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru 2 )Mahasiswa Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru ABSTRACT PENENTUAN HUBUNGAN TINGGI BEBAS CABANG DENGAN DIAMETER POHON MERANTI PUTIH (Shorea bracteolata Dyer) DI AREAL HPH PT. AYA YAYANG INDONESIA, TABALONG, KALIMANTAN SELATAN Oleh/by EDILA YUDIA PURNAMA 1) ;

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian tentang Perkembangan Tegakan Pada Hutan Alam Produksi Dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) dilaksanakan di areal

Lebih terperinci

III METODOLOGI PENELITIAN

III METODOLOGI PENELITIAN III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di areal KPH Balapulang Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan waktu Penelitian lapangan dilaksanakan di areal IUPHHK PT. Sari Bumi Kusuma Propinsi Kalimantan Tengah. Areal penelitian merupakan areal hutan yang dikelola dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertukangan dan termasuk kelas kuat dan awet II (Martawijaya et al., 1981). sebagai pilihan utama (Sukmadjaja dan Mariska, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. pertukangan dan termasuk kelas kuat dan awet II (Martawijaya et al., 1981). sebagai pilihan utama (Sukmadjaja dan Mariska, 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jati (Tectona grandis Linn. F) merupakan salah satu jenis penghasil kayu pertukangan yang memiliki nilai ekonomi tinggi untuk berbagai macam keperluan pertukangan

Lebih terperinci

POTENSI JASA LINGKUNGAN TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus hybrid) DALAM PENYIMPANAN KARBON DI PT. TOBA PULP LESTARI (TPL). TBK

POTENSI JASA LINGKUNGAN TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus hybrid) DALAM PENYIMPANAN KARBON DI PT. TOBA PULP LESTARI (TPL). TBK POTENSI JASA LINGKUNGAN TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus hybrid) DALAM PENYIMPANAN KARBON DI PT. TOBA PULP LESTARI (TPL). TBK SKRIPSI Tandana Sakono Bintang 071201036/Manajemen Hutan PROGRAM STUDI KEHUTANAN

Lebih terperinci

KEMAMPUAN TANAMAN Shorea leprosula DALAM MENYERAP CO 2 DI PT SUKA JAYA MAKMUR KABUPATEN KETAPANG

KEMAMPUAN TANAMAN Shorea leprosula DALAM MENYERAP CO 2 DI PT SUKA JAYA MAKMUR KABUPATEN KETAPANG KEMAMPUAN TANAMAN Shorea leprosula DALAM MENYERAP CO 2 DI PT SUKA JAYA MAKMUR KABUPATEN KETAPANG Plants Capacity in Shorea leprosula CO 2 Absorbing at Suka Jaya Makmur, Ketapang District Syarifah Yuliana,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaturan hasil saat ini yang berlaku pada pengelolaan hutan alam produksi di Indonesia menggunakan sistem silvikultur yang diterapkan pada IUPHHK Hutan Produksi dalam P.11/Menhut-II/2009.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap sumberdaya alam memiliki fungsi penting terhadap lingkungan. Sumberdaya alam berupa vegetasi pada suatu ekosistem hutan mangrove dapat berfungsi dalam menstabilkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas, 16 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas, Resort Way Kanan, Satuan Pengelolaan Taman Nasional 1 Way Kanan,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat BAB IV METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang terfokus di Desa Tompobulu dan kawasan hutan sekitarnya. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 37 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pola Sebaran Pohon Pemetaan sebaran pohon dengan luas petak 100 ha pada petak Q37 blok tebangan RKT 2011 PT. Ratah Timber ini data sebaran di kelompokkan berdasarkan sistem

Lebih terperinci

PEMADATAN TANAH AKIBAT PENYARADAN KAYU DENGAN TEKNIK PEMANENAN KAYU BERDAMPAK RENDAH DI KALIMANTAN BARAT

PEMADATAN TANAH AKIBAT PENYARADAN KAYU DENGAN TEKNIK PEMANENAN KAYU BERDAMPAK RENDAH DI KALIMANTAN BARAT Pemadatan Tanah Akibat Penyaradan Kayu... (Muhdi, Elias, dan Syafi i Manan) PEMADATAN TANAH AKIBAT PENYARADAN KAYU DENGAN TEKNIK PEMANENAN KAYU BERDAMPAK RENDAH DI KALIMANTAN BARAT (Soil Compaction Caused

Lebih terperinci

ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI

ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kadar Air Kadar air (Ka) adalah banyaknya air yang dikandung pada sepotong kayu yang dinyatakan dengan persentase dari berat kayu kering tanur. Kadar air pohon Jati hasil penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Pengukuran Tanaman Contoh Nomor Umur (tahun) Berat Basah (gram) Diameter (cm) Plot Tinggi Total (cm) Luas Tajuk (cm²) Pohon

Lampiran 1. Data Pengukuran Tanaman Contoh Nomor Umur (tahun) Berat Basah (gram) Diameter (cm) Plot Tinggi Total (cm) Luas Tajuk (cm²) Pohon Lampiran 1. Data Pengukuran Tanaman Contoh Nomor Umur (tahun) Plot Tinggi Total (cm) Luas Tajuk (cm²) Pohon 1 2 3 Diameter (cm) Berat Basah (gram) Batang Daun Cabang Ranting Total (gram) 53 1 470 21600

Lebih terperinci

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT

Lebih terperinci

POTENSI SIMPANAN KARBON PADA HUTAN TANAMAN MANGIUM (Acacia mangium WILLD.) DI KPH CIANJUR PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN

POTENSI SIMPANAN KARBON PADA HUTAN TANAMAN MANGIUM (Acacia mangium WILLD.) DI KPH CIANJUR PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, Desember 2011, hlm. 143-148 ISSN 0853 4217 Vol. 16 No.3 POTENSI SIMPANAN KARBON PADA HUTAN TANAMAN MANGIUM (Acacia mangium WILLD.) DI KPH CIANJUR PERUM PERHUTANI UNIT III

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2011 di Laboratorium Pengaruh Hutan, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karbon Biomassa Atas Permukaan Karbon di atas permukaan tanah, meliputi biomassa pohon, biomassa tumbuhan bawah (semak belukar berdiameter < 5 cm, tumbuhan menjalar dan

Lebih terperinci

3. Bagaimana cara mengukur karbon tersimpan?

3. Bagaimana cara mengukur karbon tersimpan? 3. Bagaimana cara mengukur karbon tersimpan? 3. Bagaimana cara mengukur karbon tersimpan? Mengukur jumlah C tersimpan di hutan dan lahan pertanian cukup mudah dan dapat dilakukan oleh masyarakat sendiri

Lebih terperinci

Kenapa Perlu Menggunakan Sistem Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) Teknik Silvikultur Intensif (Silin) pada IUPHHK HA /HPH. Oleh : PT.

Kenapa Perlu Menggunakan Sistem Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) Teknik Silvikultur Intensif (Silin) pada IUPHHK HA /HPH. Oleh : PT. Kenapa Perlu Menggunakan Sistem Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) Teknik Silvikultur Intensif (Silin) pada IUPHHK HA /HPH Oleh : PT. Sari Bumi Kusuma PERKEMBANGAN HPH NASIONAL *) HPH aktif : 69 % 62% 55%

Lebih terperinci

ESTIMASI STOK KARBON PADA TEGAKAN POHON Rhizophora stylosa DI PANTAI CAMPLONG, SAMPANG- MADURA

ESTIMASI STOK KARBON PADA TEGAKAN POHON Rhizophora stylosa DI PANTAI CAMPLONG, SAMPANG- MADURA ESTIMASI STOK KARBON PADA TEGAKAN POHON Rhizophora stylosa DI PANTAI CAMPLONG, SAMPANG- MADURA Oleh : AUFA IMILIYANA (1508100020) Dosen Pembimbing: Mukhammad Muryono, S.Si.,M.Si. Drs. Hery Purnobasuki,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. hutan yang luas diberbagai benua di bumi menyebabkan karbon yang tersimpan

PENDAHULUAN. hutan yang luas diberbagai benua di bumi menyebabkan karbon yang tersimpan PENDAHULUAN Latar Belakang Pencemaran lingkungan, pembakaran hutan dan penghancuran lahan-lahan hutan yang luas diberbagai benua di bumi menyebabkan karbon yang tersimpan dalam biomassa hutan terlepas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Biomassa Biomassa merupakan bahan organik dalam vegetasi yang masih hidup maupun yang sudah mati, misalnya pada pohon (daun, ranting, cabang, dan batang utama) dan biomassa

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 16 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian lapangan dilaksanakan di lahan pertanaman karet Bojong Datar Banten perkebunan PTPN VIII Kabupaten Pandeglang Banten yang dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian terletak di kebun kelapa sawit Panai Jaya PTPN IV, Labuhan Batu, Sumatera Utara. Penelitian berlangsung dari bulan Februari 2009

Lebih terperinci

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau, pada 3 tipe penggunaan lahan gambut yaitu; Hutan Alam, Kebun Rakyat dan Areal HTI Sagu, yang secara geografis

Lebih terperinci

Topik : PERSAMAAN ALOMETRIK KARBON POHON

Topik : PERSAMAAN ALOMETRIK KARBON POHON Topik : PERSAMAAN ALOMETRIK KARBON POHON 1. Pengertian: persamaan regresi yang menyatakan hubungan antara dimensi pohon dengan biomassa,dan digunakan untuk menduga biomassa pohon. Selanjutnya menurut Peraturan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang karakteristik habitat Macaca nigra dilakukan di CA Tangkoko yang terletak di Kecamatan Bitung Utara, Kotamadya Bitung, Sulawesi

Lebih terperinci

Informasi hasil aplikasi perhitungan emisi grk

Informasi hasil aplikasi perhitungan emisi grk Informasi hasil aplikasi perhitungan emisi grk Aplikasi perhitungan grk di wilayah sumatera Aplikasi Perhitungan GRK di Wilayah Sumatera Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul

Lebih terperinci

INVENTARISASI TEGAKAN TINGGAL WILAYAH HPH PT. INDEXIM UTAMA DI KABUPATEN BARITO UTARA KALIMANTAN TENGAH

INVENTARISASI TEGAKAN TINGGAL WILAYAH HPH PT. INDEXIM UTAMA DI KABUPATEN BARITO UTARA KALIMANTAN TENGAH INVENTARISASI TEGAKAN TINGGAL WILAYAH HPH PT. INDEXIM UTAMA DI KABUPATEN BARITO UTARA KALIMANTAN TENGAH Oleh/by MUHAMMAD HELMI Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat

Lebih terperinci

Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Merdeka Madiun :

Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Merdeka Madiun   : Model Pendugaan Biomassa Dan Karbon Hutan Rakyat Jati Unggul Nusantara (Kasus Hutan Rakyat Jati Unggul Nusantara (JUN) Umur 5 Tahun Desa Trosono, Kecamatan Parang Kabupaten Magetan) Martin Lukito 1), Ahadiati

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN INTISARI ABSTRAK BAB I.

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN INTISARI ABSTRAK BAB I. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x INTISARI... xi ABSTRAK... xii

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Oktober November 2014 di Desa Buana Sakti, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Oktober November 2014 di Desa Buana Sakti, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur. 16 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Oktober November 2014 di Desa Buana Sakti, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur. B. Alat dan Objek Alat yang

Lebih terperinci

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk ALFARED FERNANDO SIAHAAN DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di dunia,

Lebih terperinci

Kegiatan konversi hutan menjadi lahan pertambangan melepaskan cadangan

Kegiatan konversi hutan menjadi lahan pertambangan melepaskan cadangan Kegiatan konversi hutan menjadi lahan pertambangan melepaskan cadangan karbon ke atmosfir dalam jumlah yang cukup berarti. Namun jumlah tersebut tidak memberikan dampak yang berarti terhadap jumlah CO

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Nasional Penurunan Emisi gas Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) untuk memenuhi

BAB I. PENDAHULUAN. Nasional Penurunan Emisi gas Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) untuk memenuhi BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan Presiden (Perpres) No. 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi gas Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) untuk memenuhi komitmen pemerintah RI dalam

Lebih terperinci

ANALISIS VEGETASI DAN PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN HUTAN CAGAR ALAM LEMBAH HARAU KABUPATEN 50 KOTA SUMATERA BARAT

ANALISIS VEGETASI DAN PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN HUTAN CAGAR ALAM LEMBAH HARAU KABUPATEN 50 KOTA SUMATERA BARAT ANALISIS VEGETASI DAN PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN HUTAN CAGAR ALAM LEMBAH HARAU KABUPATEN 50 KOTA SUMATERA BARAT SKRIPSI MHD. IKO PRATAMA 091201072 BUDIDAYA HUTAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di areal hutan alam IUPHHK-HA PT Suka Jaya Makmur, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat. Pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

POTENSI KARBON TERSIMPAN DAN PENYERAPAN KARBONDIOKSIDA HUTAN Pinus Mercusii DI HPT BATUALU

POTENSI KARBON TERSIMPAN DAN PENYERAPAN KARBONDIOKSIDA HUTAN Pinus Mercusii DI HPT BATUALU POTENSI KARBON TERSIMPAN DAN PENYERAPAN KARBONDIOKSIDA HUTAN Pinus Mercusii DI HPT BATUALU THE POTENCY OF CARBON SINK AND CARBON DIOXIDE ABSORPTION OF Pinus Mercusii IN BATUALU HPT Lenny Mantung 1, Musrizal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan Data 3.2 Alat dan Objek Penelitian 3.3 Metode Penelitian Pemilihan Pohon Contoh

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan Data 3.2 Alat dan Objek Penelitian 3.3 Metode Penelitian Pemilihan Pohon Contoh BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat selama satu minggu pada bulan Februari. 3.2 Alat dan Objek Penelitian Alat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung. DAS ini memiliki panjang sungai utama sepanjang 124,1 km, dengan luas total area sebesar

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Tegakan Sebelum Pemanenan Kegiatan inventarisasi tegakan sebelum penebangan (ITSP) dilakukan untuk mengetahui potensi tegakan berdiameter 20 cm dan pohon layak tebang.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELlTlAN

METODOLOGI PENELlTlAN METODOLOGI PENELlTlAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di areal IUPHHK PT. Sari Bumi Kusuma, Unit Seruyan Kalimantan Tengah. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan dua tahap kegiatan,

Lebih terperinci

PENDUGAAN SERAPAN KARBON DIOKSIDA PADA BLOK REHABILITASI CONOCOPHILLIPS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI PRASASTI RIRI KUNTARI

PENDUGAAN SERAPAN KARBON DIOKSIDA PADA BLOK REHABILITASI CONOCOPHILLIPS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI PRASASTI RIRI KUNTARI PENDUGAAN SERAPAN KARBON DIOKSIDA PADA BLOK REHABILITASI CONOCOPHILLIPS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI PRASASTI RIRI KUNTARI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November Penelitian ini

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November Penelitian ini METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November 2012. Penelitian ini dilaksanakan di lahan sebaran agroforestri yaitu di Kecamatan Sei Bingai, Kecamatan Bahorok,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kadar Air Kayu Dalam proses pertumbuhannya tumbuhan memerlukan air yang berfungsi sebagai proses pengangkutan hara dan mineral ke seluruh bagian tubuh tumbuhan. Kadar air

Lebih terperinci

LAPORAN PENGUKURAN KAYU

LAPORAN PENGUKURAN KAYU LAPORAN PENGUKURAN KAYU KELOMPOK IV 1. JONIGIUS DONUATA 2. YANSEN Y. ASA 3. TITO SIMENES ALVES 4. MAKSIMUS SERAN 5. KOSMAS DAMIANUS TAO PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. angka-angka data analisis mengunakan statistik. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 Januari 2016 dan pada

BAB III METODE PENELITIAN. angka-angka data analisis mengunakan statistik. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 Januari 2016 dan pada 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantiatif sebagaimana menurut Suryana (2010) penelitian deskriptif bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di hutan rakyat Desa Dlingo, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

II. METODOLOGI. A. Metode survei

II. METODOLOGI. A. Metode survei II. METODOLOGI A. Metode survei Pelaksanaan kegiatan inventarisasi hutan di KPHP Maria Donggomassa wilayah Donggomasa menggunakan sistem plot, dengan tahapan pelaksaan sebagai berikut : 1. Stratifikasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Bahan dan Alat

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Bahan dan Alat 11 III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November hingga Desember 2009. Pelaksanaan meliputi kegiatan lapang dan pengolahan data. Lokasi penelitian terletak

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Volume Pohon pada Jarak Tanam 3 m x 3 m. Bardasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, Pada sampel populasi untuk

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Volume Pohon pada Jarak Tanam 3 m x 3 m. Bardasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, Pada sampel populasi untuk 34 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Volume Pohon pada Jarak Tanam 3 m x 3 m Bardasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, Pada sampel populasi untuk jarak tanam 3 m x 3 m terdapat 3 plot dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Pemanasan tersebut

BAB I. PENDAHULUAN. menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Pemanasan tersebut BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kadar CO 2 di atmosfir yang tidak terkendali jumlahnya menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Pemanasan tersebut disebabkan oleh adanya gas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di hutan hujan tropika yang berlokasi di areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 31 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli hingga bulan Agustus tahun 2009 di hutan gambut merang bekas terbakar yang terletak di Kabupaten Musi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN NATIONAL FOREST INVENTORY (NFI) PADA BPKH WILAYAH XIV KUPANG

PENGELOLAAN NATIONAL FOREST INVENTORY (NFI) PADA BPKH WILAYAH XIV KUPANG PENGELOLAAN NATIONAL FOREST INVENTORY (NFI) PADA BPKH WILAYAH XIV KUPANG DISAMPAIKAN PADA LOKAKARYA SINERGITAS PROGRA M DAN KEBIJAKAN PROVINSI N USA T ENGGARA T IMUR DALAM M ITIGASI PERUBAHAN IKLIM SERTA

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret tahun 2011, bertempat di Seksi Wilayah Konservasi II Ambulu, Taman Nasional Meru Betiri (TNMB), Kecamatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemampuan hutan dan ekosistem didalamnya sebagai penyimpan karbon dalam bentuk biomassa di atas tanah dan di bawah tanah mempunyai peranan penting untuk menjaga keseimbangan

Lebih terperinci

VARIASI KADAR ABU DALAM TERAS LUAR KAYU JATI

VARIASI KADAR ABU DALAM TERAS LUAR KAYU JATI VARIASI KADAR ABU DALAM TERAS LUAR KAYU JATI Oleh: Ganis Lukmandaru* Abstract This work aims to find out the variation of ash content in order to establish sampling method by using increment borer. By

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan

METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan II. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan jabon dan vegetasi tumbuhan bawah yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelestarian lingkungan dekade ini sudah sangat terancam, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate change) yang

Lebih terperinci

Jurnal Hutan Tropis Volume 13 No. 1 Maret 2012 ISSN

Jurnal Hutan Tropis Volume 13 No. 1 Maret 2012 ISSN Jurnal Hutan Tropis Volume 13 No. 1 Maret 2012 ISSN 1412-4645 EVALUASI PERTUMBUHAN TANAMAN JATI PADA AREAL GERAKAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN Evaluation of plant growth in Teak on National Movement for

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (renewable resources), yang dapat memberikan manfaat ekologi, ekonomi, sosial

BAB I PENDAHULUAN. (renewable resources), yang dapat memberikan manfaat ekologi, ekonomi, sosial 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (renewable resources), yang dapat memberikan manfaat ekologi, ekonomi, sosial dan budaya kepada

Lebih terperinci