BAB II TEORI DASAR. 2.1 Karakteristik Zircaloy-2 ( Zr-2 ) [3]

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TEORI DASAR. 2.1 Karakteristik Zircaloy-2 ( Zr-2 ) [3]"

Transkripsi

1 BAB II TEORI DASAR 2.1 Karakteristik Zircaloy-2 ( Zr-2 ) [3] Paduan zirkonium (zircaloy) yang paling utama digunakan dalam industri nuklir. Dalam reaktor nuklir, zircaloy diperlukan sebagai pelindung bahan bakar dari pendingin, pengungkung gas hasil fisi, pemindahan panas, dan bahan struktur. Dengan demikian maka zircaloy harus mempunyai sifat mekanik yang baik, tahan korosi, dan serapan neutron rendah. Sebagai contoh, zircaloy-2 untuk reaktor air didih (BWR) dan zircaloy-4 digunakan untuk reaktor air bertekanan (PWR) dengan suhu kelongsong 349 o C untuk PWR dan 390 o C untuk BWR Untuk meningkatkan efisiensi reaktor maka daya komulatif harus ditingkatkan tetapi yang menjadi masalah adalah bahwa bahan kelongsong zircaloy-2 dan zircaloy-4 tidak tahan korosi pada kondisi ini. Bahan kelongsong lain yang tahan korosi ialah (Zr- 1%Nb-1%Sn-0,1%Fe). Penambahan pemadu besi dengan konsentrasi antara 0,2-1% pada panduan Zr-1%Sn dapat menurunkan laju korosi dan gejala yang sama pada panduan Zr-1%Nb. Pengembangan paduan Zr-Sn-Nb-Fe utamanya untuk kelongsong bahan bakar pada derajat bakar tinggi. Keunggulan paduan tersebut ialah: Pertama, temperatur pendingin dapat ditingkatkan; Kedua, konsentrasi lithium (Li) dalam pendingin dapat lebih tinggi; Ketiga, pengurangan creep dan growth akibat iradiasi; Keempat, mengurangi pick-up hydrogen; dan Kelima, ketahanan korosinya lebih tinggi dibandingkan dengan zircaloy-2 (Zr-2) dan zircaloy-4 (Zr-4). Keunggulan itu diketahui setelah uji pasca iradiasi (post irradiation examination/pie) dari hasil iradiasi dengan derajat bakar (burn-up) MWd/Te SAM DIYONO ( ) 5

2 Pada saat ini karakteristik korosi zircaloy menjadi yang paling utama pada teknologi bahan bakar reaktor air ringan (light water reactors/lwr). Ketahanan korosi reaktor dan bahan struktur selalu membatasi peningkatan ekonomi pada penggunaan bahan bakar yang terkait dengan penigkatan fluks panas, temperatur pendingin dan waktu tinggal di teras. Tantangan unjuk kerja bahan bakar diarahkan pada optimasi komposisi kimia dan mikrostruktur pada paduan komersial (Zr-2), (Zr-4), Zr-1%Nb, dan Zr-2,5%Nb. Kelongsong (Zr-4) dalam reaktor air bertekanan (pressurized water reactors/pwr) meningkat ketahanan korosinya jika ukuran partikel fasa sekunder (secondary phase particels/spp) lebih besar dari sepersepuluh mikrometer dan kandungan timah (Sn) lebih rendah dari yang telah dispesifikasikan. Fakta baru muncul bahwa ketahanan korosi maksimum dicapai dengan ukuran SPP lebih kecil pada bahan tersebut juga mengurangi korosi nodular pada BWR Pengembangan saat ini difokuskan pada optimasi komposisi yaitu paduan E110 (Zr-1%Nb), E635 (Zr-1,2%Sn-1,0%Nb-0,35%Fe), dan zirlo (Zr-1,0%Sn-1,0%Nb- 0,1%Fe). Pemakaian paduan logam zirconium khususnya zircaloy sebagai bahan kelongsong dan tutup ujung pada elemen bakar reaktor nuklir didasarkan pada kemampuan yang tinggi bahan tersebut dalam hal ketahanan terhadap korosi dalam air pada temperature tinggi, bertitik lebur tinggi dan tidakmudah ditembus oleh gas hasil fisi. Dibandingkan dengan zircaloy-1 ( Zr-1 ), paduan zircaloy-2 ( Zr-2 ) mempunyai ketahanan korosi yang lebih baik pada temperature tinggi. Selain dari sifat sifat di atas, spesifikasi bahan zircaloy-2 yang digunakan sbagai bahan elemen bakar reaktor juga harus memenuhi standar chemical grade dan nuclear grade yang dipersyaratkan pada bidang fabrikasi dan reaktor. Chemical grade didasarkan pada sifat kimia dari unsure pemadu dan pengotor yang terkandung dalam bahan zircaloy-2, secara kualitatif harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Standar nuclear grade didasarkan pada sifat baik bahan pemadu ataupun pengotor dalam bahan zircaloy-2 terhadap daya serap netron termal. Unsur unsur yang mempunyai nilai tampang serapan netron yang tinggi harus dibatasi jumlahnya, karena akan menyerap netron pada saat bahan bakar nuklir tersebut dipakai di dalam teras reaktor. Untuk menjamin kualitas bahan zircaloy-2 yang digunakan telah sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan fabrikasi maupun reaktor, maka perlu dilakukan pengujian kendali kualitas. Salah satu pengujian kendali kualitas yang dilakukan adalah SAM DIYONO ( ) 6

3 pengukuran kandungan pemadu dan pengotor yang terkandung dalam zircaloy-2. Langkah ini dilakukan untuk memverifikasi kandungan unsur dalam zircaloy-2 sesuai dengan sertifikasi. Ada beberapa metode pengukuran yang digunakan untuk menentukan kandungan unsur dalam bahan zicaloy-2 diantaranya adalah metode spektometri Inductively Coupled Plasma Spectrometer ( ICPS ), Atomic Absorbtion Spectrometer ( AAS ), emisi dan XRF. Metode spektrometri emisi dan XRF merupakan metode analisis permukaan yang dapat mewakili kandungan unsur dalam bahan dengan persyaratan utama adalah bahan yang dianalisis harus homogen. Pada metode spektrometri emisi, permukaan sampel diatomisasi dengan menggunakan sumber energi berupa lucutan listrik yang menyebabkan elektron terluar dalam atom mengalami peristiwa eksitasi. Atom yang tereksitasi akan mengalalmi proses deeksitasi dengan memancarkan energi berupa sinar ultraviolet atau sinar tampak. Setiap kulit atau sub kulit dalam suatu atom mempunyai tingkat energi tertentu, maka energi sinar yang dilepaskan dalam proses di atas juga karakteristik untuk suatu atom. Intensitas sinar yang diemisikan sesuai dengan kandungan suatu unsur dalam bahan yang teratomisasi dan tereksitasi. Pada metode XRF, atom atom pada permukaan sampel akan ditumbuk oleh sinarx yang berasal dari sumber sinar-x. interaksi ini menyebabkan electron dalam orbital kulit K akan terlempar dan terjadi kekosongan elektron pada kulit tersebut. Kekosongan elektron ini akan diisi oleh elektron dari orbital diatasnya dan perpindahan elektron ini diikuti dengan pelepasan sinar-x karakteristik sesuai dengan atom yang mengalami proses tersebut. Analisa kandungan unsur dalam bahan ditentukan atas dasar sinar-x karakteristik yang dideteksi. Pada metode spektrometer emisi bentuk sampel yang telah diukur akan mengalami kerusakan / cacat yang diakibatkan oleh spark / lucutan listrik, sedangkan pada metode XRF bentuk sampel tetap. Hal inilah yang membedakan fungsi dari kedua alat tersebut digunakan. 2.2 Zirkonium dan Paduannya [3] Zirkonium memiliki dua struktur kristal (allotropi), fase-α (hexagonal closepacked) dan fase-β (body centred cubic). Transformasi fase logam zirkonium dari fase-α ke fase-β terjdi pada 863±5 o C dan titik leburnya adalah 1852±2 o C. Logam zirkonium SAM DIYONO ( ) 7

4 (hcp) pada suhu kamar memiliki parameter kisi (laticce parameter), yaitu a = 3,23 Å dan c = 5,15 Å. Adanya unsur-unsur pemadu dan atau naiknya temperatur dapat menyebabkan naiknya rasio c/a. Unsur-unsur pemadu dapat menstabilkan kedua fase yang berbeda, sebagai contoh: - penstabil fase-α (α-phase stabilizer): Al, Sb, Be, Hf, N, O, Cd - penstabil fase-β (β-phase stabilizer): Fe, Cr, Ni, Mo, Cu, Nb, Ta, V, Th, U 2.3 Paerlakuan panas (Heat Treatment) dan Mikrostruktur yang Dihasilkan [2] Homogenisasi pada fase β mengakibatkan seluruh partikel fase kedua terlarut sempurna, tetapi menyebabkan terjadinya pertumbuhan butir yang signifikan. Setelah penganilan selama 30 menit pada suhu 1050 o C, ukuran butir dapat mencapai beberapa milimeter. Setelah pencelupan cepat pada air, butir β berubah bentuk menjadi jarum jarum α dengan perubahan bentuk bainit, hail ini terjadi sehubungan dengan laju pendinginan yang lambat dan terkait dengan besarnya ingot. Unsur unsur β-eutekoid mengendap pada batas butir struktur jarum tersebut. Ingot setelah pencelupan cepat-β merupakan kondisi referensi bagi proses proses selanjutnya. Pengerjaan dingin (cold working) dan rekristalisasi antara (intermediate recrystallization) dilakukan untuk mengendalikan lebih lanjut ditribusi ukuran presipitat. 2.4 Difraksi Sinar-X Renggangan dan Tegangan Sisa [5] Renggangan dan tegangan sisa dapat diidentifikasi dengan difraksi sinar-x. spectrum intensitas Vs sudut Bragg ( θ ) sinar-x disebut dengan difraktogram. Sifat puncak difraktogram mempunyai dua karakteristik jika dibandingkan dengan puncak difraktogram Kristal tunggal, yaitu : pergeseran puncak dan pelebaran puncak. Pergeseran puncak dapat diterangkan sebagai berikut : jika suatu bahan dikenakan gaya tarik ( F ) seluas A maka pertama mengalami regangan elastic ( ε ). Berdasarkan panjangnya ( L ) maka regangan ke arah tarikan ( ε y ) adalah rasio perubahan panjang ( L 1 L 2 ) terhadap panjang awal ( L 0 ). SAM DIYONO ( ) 8

5 ... (2.1) Persamaan dasar elastic adalah tegangan ( σ ) sebanding dengan tegangan luluh ( modulus young, E ) dan regangan elastic ( ε ). Korelasi ini untuk arah tarikan ( y ) adalah :... (2.2) Jika bahan berbentuk silinder mempunyai diameter ( D ) dan mengalami regangan kearah ( Z ) yaitu kea rah tangensial maka regangan elatis tersebut sebesar :... (2.3) Dimana D 0 adalah diameter awal dan D 1 adalah diameter pada saat mengalami regangan ε y. Jika reganganya homogeny atau isotropis maka regangan kearah tangensial ( Z ) sama dengan regangan kea rah radial ( X ) dan korelasinya dengan regangan kea rah aksial yaitu ( Y ) adalah sebagai berikut : ε y = ε x = -vε y... (2.4) Perlu menjadi perhatian bahwa sebesar apapun tegangan yang diberikan hanya merubah sedikit jarak kisi Kristal ( d ) dan regangan kea rah ( Z ) sebesar :... (2.5) Jika kembali ke persamaan ke-2 maka diperoleh :... (2.6) Dimana v adalah rasio Poisson dan E adalah kekekuatan luluh. Jika dihubungkan dengan difraktogram sinar-x ( intensitas VS sudut Bragg maka Δd adalah pergeseran puncak maksimum difraktogram. Selanjutnya bahwa σ y disebut tegangan sisa mikro ( residul microstress ) dan ε y adalah regangan makrosisa ( residul macrostrain ) ke arah uni aksial. SAM DIYONO ( ) 9

6 Pelebaran puncak difraktogram disebabkan oleh regangan sisa tak merata yaitu akibat terbentuknya sub-butir, butir melengkung dan adanya dislokasi. Regangan sisa tersebut disebabkan oleh tegangan yang berada dalam butir. Pelebaran puncak ( B ), sudut Bragg ( θ ) dan jarak kisi ( d ) menghasilkan korelasi sebagai berikut :... (2.7) Harga diperoleh : meliputi tarikan dan pergeseran. Berdasarkan persamaan-2 maka... (2.8) Segmen adalah regangan sisa mikro. Dari argumentasi tersebut muncul hipotesa bahwa jika terjadi pergeseran dan pelebaran puncak difraktogram maka terjadi perubahan jarak kisi Kristal, tegangan sisa dan regangan butir sisa yang sifatnya anisotropis Ukuran Kristalit dan Kekuatan Luluh Profil puncak difraksi sinar-x ( XRD ) umumnya melebar yang disebabkan oleh ukuran kristalit yang sangat kecil, lebih kecil dari ukuran butir ( grain ), regangan mikro akibat dislokasi dan ketidak teraturan susunan atom ( stacking faults ). Dengan demikian pelebaran puncak dapat digunakan untuk analisis bahan. Puncak profil difraksi sinar-x merupakan refleksi berbagai bidang kristal yang merupakan karakteristik dari suatu bahan. Bentuk difraktogram ( profil puncak ) juga dipengaruhi oleh alat dan bentuk sample. Korelasi pelebaran puncak akibat instrument merupakan langkah paling utama untuk mendapatkan puncak yang benar benar dari bahan. Pelebaran puncak akibat instrument ( b ) didefinisikan sebagai rasio luas puncak ( A ) dan intensitas maksimum ( I 0 ) jika bebas dari pelebaran puncak bahan. Pelebaran SAM DIYONO ( ) 10

7 puncak instrument ( b ) merupakan fungsi sudut Bragg θ, diformulasikan sebagai berikut : b 2 = U tan 2 θ + V tan θ + W... (2.9) U, V dan W adalah suatu konstan. Model ini tidak termasuk divergensi sudut kecil yaitu 2θ lebih kecil 30 o.b 2 diperoleh dengan membuat kurva (FWHM) 2 vs tan θ yang dihasilkan suatu regresi persamaan polynomial, yang selanjutnya diperoleh harga U, V dan W. dengan demikian koreksi pelebaran puncak akibat instrument dapat dihitung. Pelebaran puncakhasil pengamatan ( B ) dikoreksi dengan pelebaran puncak akibat instrument ( b ) dan menghasilkan pelebaran puncak terkoreksi ( β ) dengan formula berikut.... (2.10) Pelebaran puncak juga hasil kontribusi dari kristalit ( D ) dan regangan mikro ( ε ). Formula berikut menunjukkan korelasi antara pelebaran puncak ( B ), ukuran kristalit ( D ), regangan mikro ( ε ), sudut Bragg ( θ ) dan panjang gelombang ( λ ) dalam ( A ).... (2.11) Berdasarkan persamaan ini dapat dibuat kurva antara vs, intersepnya adalah dan slopnya adalah 16 ( ε ) 2. Selanjutnya densitas dislokasi ( ρ ) dapat dihitung dengan formula berikut. Η adalah suatu konstanta yang harganya mendekati 1 dan D adalah ukuran kristalit. Setelah densitas dislokasi diketahui maka kekuatan luluh ( Y s ) dapat dihitung dengan persamaan berikut.. (2.12) SAM DIYONO ( ) 11

8 Satuan Y s dalam Mpa dan ρ dalam atau. 2.5 Prinsip Pengerasan Permukaan Nitriding Nitriding adalah suatu proses pengerasan permukaan sub kritis yang memungkinkan menjadi proses akhir suatu komponen, karena kestabilan dimensinya yang dapat dipertahankan juga meningkatkan kadar Nitrogen pada material zircaloy-2 yang diinginkan dan yang mengalami proses Difusi pada temperature tinggi. Untuk proses Nitridasi supaya diperoleh kekerasan yang tinggi, material dipanaskan 800 o C 1200 o C pada lingkungan yang mengandung Nitrogen. Dengan demikian pada rentang suhu tersebut benda kerja / material masih berfasa Ferit, sehingga proses Nitriding biasa juga disebut sebagai proses pelakuan Thermokimia Feritik yang berarti bahwa pengerasan yang terjadi setelah proses berlangsung akibat terbentuknya senyawa kimia yang sangat keras, kekerasan yang diperoleh dapat melampaui karburasi. Proses Nitriding gas umumnya digunakan untuk memperbaiki ketahan aus, meningkatnya ketahanan lelah, memperbaiki ketahanan korosi dan proses ini tidak sesuai untuk beberapa aplikasi yang mensyaratkan inti keras. Tetapi proses ini dapat mengganti jenis Heat Treatment lain yang menekankan performance yang baik. 2.6 Reaktor Nuklir dan Aplikasi Material Pada Komponen Fasilitas Reaktor [3] Di dalam industri nuklir, ada beberapa jenis / tipe reaktor. Pengklasifikasian jenis / tipe reaktor didasarkan pada energi kinetik neutron, tujuan / fungsi reaktor dan jenis dari bahan bakar / pendingin. Berdasarkan energi kinetik neutron, reaktor dapat dibedakan menjadi reaktor cepat, sedang dan thermal. Dimana neutron cepat, sedang ataupun thermal dapat mengakibatkan reaksi pembelahan di dalam reaktor. Sedangkan berdasarkan tujuan / fungsi, reaktor dapat dibagi menjadi reaktor daya, reaktor riset dan reaktor eksperimen. Reaktor daya dapat membangkitkan listrik, reaktor penelitian / riset untuk penelitian dan pengujian bahan serta reaktor eksperimen adalah untuk mempelajari ilmu tentang reaktor. Jenis reaktor yang diklasifikasikan sesuai dengan SAM DIYONO ( ) 12

9 jenis dari bahan bakar / pendingin yaitu reaktor berpendingin gas ( GCR, AGR, HTGR, GCFBR ) dengan daya rendah, memakai uranium alam atau U pengkayaan rendah. Disamping itu ada reaktor berpendingin air dangan bahan bakar U pengkayaan rendah, misalnya reaktor PWR atau BWR. Kemudian jenis lain yang termasuk reaktor ini adalah reaktor berpendingin air berat / ringan, moderator air berat dan bahan bakar uranium alam, misalnya CANDU, CIRENE. Satu lagi adalah reaktor berpendingin logam cair, bahan bakar plutonium / uranium, misalnya reaktor pembiak cepat ( LMFBR ). Beberapa reaktor daya yang ada kebanyakan terdiri dari tipe Light Water Reactor ( LWR ), Pressurized Water Reactor ( PWR ) dan Boiling Water Reactor ( BWR ). Disamping itu ada jenis HTGR ( High Temperatur Gas Cooled Reactor ), AGR ( Advance Gas-Cooled Reactor ), PHWR ( Pressurized Heavy Water Reactor, CANDU ), LMFBR ( Liquid Metal Fast Breeder Reactor ) dan lain lain. AGR didisain, diuji dan dikembangkan pertama kali di Inggris kemudian dikembangkan ke negara negara lain. Bahan bakar berbentuk rod dengan U-235 pengkayaan 1,2 % - 1,5 %, pelet ditempatkan dalam beryllium dengan kelongsong terbuat dari baja tahan karat, pendingin He atau CO 2 dan moderator grafit. HTGR merupakan pengembangan dan pengujian reaktor HTRE ( Heat Transfer Reactor Experiment ) dan EGRC ( Experimental Gas-Cooled Reactor ). Bahan bakar HTGR mengandung 14 % U-235, 1 %5 U-238 dan 85 % Th-233 dalam bentuk carbide yang terdispersi kedalam moderator grafit. Reaktor berpendingin gas He, untuk membangkitkan steam dilakukan dalam HE ( Heat Exchanger ) sebagai pembangkit daya. Reaktor jenis air ringan ( LWR ), secara prinsip dapat dibagi menjadi 2 yaitu reaktor air bertekanan ( PWR ) dan reaktor air mendidih ( BWR ). Reaktor PWR pertama kali dibangun di Shippingport, Pennsylvania pada bulan Desember 1957 dengan daya operasi 60 MW elektrik. Bahan bakar PWR adalah UO 2 pengkayaan rendah ( 2,5 4 % U-235 ), kelongsong zircaloy-4. Reaktor air mendidih pertama kali dikembangkan dengan BORAX I, II, III kemudian dikembangkan ke EBWR di Argone National Laboratory pada tahun 1956 dan reaktor demostrasi BWR pertama kali dibangun di Dresden Nuclear Power Station South of Chicago, Illionis dan beroperasi pada tahun 1960 dengan daya 200 MW elektrik. Bahan bakar BWR adalah UO 2 dengan pengkayaan 1,5 3 % U-235, kelongsong zircaloy-2. Pada umumnya, variasi SAM DIYONO ( ) 13

10 bahan bakar diperkaya yang ada di PWR ( system pemasukan seed-blanket ) disbanding BWR ( cyclic, system pemasukan 3 zone ) proporsional terhadap radius teras reaktor, jadi peningkatan pengkayaan bahan bakar sesuai dengan radius teras reaktor. Hal ini berkaitan dengan jumlah air / steam, moderator, reflector, peningin dan bahan perisai neutron. Reaktor air berat ( HWR ) didemontrasikan oleh Nuclear Power Demonstration Reactor ( NPD ) di Canada yang teknologinya ditentukan oleh CANDU ( Canadian Deuterium Uranium ). Keunikan reaktor jenis ini adalah bahwa tabung bertekanan dari elemen bahan bakar diletekkan horizontal yang dilengkapi dengan mesin khusus untuk mengangkut dan mengganti bahan bakar pada saat reaktor beroperasi. Moderator dari jenis air berat, bahan bakar berbentuk pelet UO 2 alam, dengan reflector air bereat, kelongsong zircaloy-2 dan kalandira terbuat dari baja tahan karat serta tabung pendingin terbuat dari zircaloy-2 dengan lapisan baja tahan karat. Reaktor pembiak cepat ( FBR ) dibangun pertama kali oleh EBR I, beroperasi tahun 1951 dan membangkitkan energi listrik. EBR II dengan daya thermal 62,5 MWth, daya listrik 20 MWe dan beroperasi pada tahun Bentuk bahan bakar berupa pelet yang berisi % U-235, % U 238. Pendingin yang dipakai adalah natrium cair dan kelongsong terbuat dari baja tahan karat. Modifikasi EBR II, FFTF ( Fast Flux Test Facillity ) dan CRBRP ( Clinch River Breeder Reactor Plant ) menjadi LMFBR dan didemontrasikan oleh Phenix Perancis, BN-350 di Uni Soviet, PFR ( Prototype Fast Reactor ) di Inggris Bahan Komponen Penunjang Reaktor Komponen utama reaktor adalah komponen yang berada dalam teras reaktor, yang meliputi bundle bahan bakar, kelongsong bahan bakar, pendingin promer, moderator, batang kendali dan lain lain. Adapun logam paduan penting dalam teras reaktor yang utama adalah kelongsong bahan bakar. Jenis logam paduan untuk kelongsong tergantung jenis reaktor, hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.1. Sedangkan komponen penunjang reaktor meliputi kanal pendingin, pemipaan / pipa, bahan struktur, bejana bertekanan dan lain lain. Bahan untuk komponen tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2. SAM DIYONO ( ) 14

11 Bahan yang dipakai pada kanal pendingin sangat tergantung jenis reaktor atau kelongsong. Sebagai contoh, kelongsong dan bahan struktur dengan bahan bakar bentuk pelet dalam moderator air berat, reaktor penelitian thermal berpendingin air ringan dipakai logam paduan Al atau Al murni. Table 2.1 Bahan kelongsong untuk beberapa tipe reaktor [3] No Tipe Reaktor Logam Paduan 1 GCR HTGR Baja tahan karat 2 PWR Zircaloy-4 3 BWR Zircaloy-2 4 PHWR / CANDU Zircaloy-2 5 LMFBR Baja tahan karat 6 Reaktor Riset / RSG GAS Al Mg 2 / Al Mg 2 Si Table 2.2 Bahan untuk kanal pendingin ( KP ), pipa / kelongsong, bahan struktur ( BS ) dan bejana bertekanan ( BB ) untuk berbagai tipe reaktor [3] No Tipe Bahan Reaktor KP PIPA BS BB 1 GCR Mg alloy Concret lapis SS 2 BWR Zr alloy Zry-2 SS Carbon steel / SS Lining 3 PWR Zr alloy Zry-4 SS Carbon steel lining 4 HWR Zr alloy Zry-2 Zr-2,5 Nb SS 304 L 5 LMFBR SS 304 L SS-316 Ni alloy SS 304 / 304 L Bahan yang dipakai untuk system pemipaan keluar / masuk heat exchanger kebanyakan dipilih dari jenis SS atau paduan baja atau tembaga. Bejana bertekanan berisi bahan komponen utama reaktor, misalkan bahan bakar dapat terbelah atau tidak, bahan struktur, reflector, moderator atau bahan pelindung, batang kendali, pendingin primer, perisai dan bahan untuk keselamatan. Didalam reaktor jenis LMFBR, densitas daya reaktor sangat tinggi tekanan SAM DIYONO ( ) 15

12 pendingin sangat lambat ( Na K ), ukuran teras reaktor relative kecil sebab didalam teras reaktor tidak ada moderator Dasar Pemilihan Bahan Penunjang Reaktor Nuklir Dasar pemilihan bahan reaktor nuklir dapat dikatagorikan 2 hal yaitu menyangkut sifat umum dan sifat khusus ( nuklir ). Sifat umum sama sifat rancang bangun konvensional misalnya kekuatan mekanik, keuletan, integritas, kemudahan fabrikasi / permesinan,ketahanan korosi, transfer panas, stabilitas thermal, kompabilitas, kemudahan dipasaran dan biaya. Sedangkan sifat khusus meliputi sifat neutronik, radioaktivitas, stabilitas terhadap iradiasi, interaksi kimia, inter difusi partikel dan daur ulang. Absorbs neutron sangat tergantung pada luas tampang serapan neutron bahan masing masing logam / paduan, sehingga sangat erat kaitannya dengan ekonomi neutron. Interaksi kimia dan interdifusi pertikel antara bahan bakar kelongsong atau gap antara bahan bakar kelongsong selama iradiasi bahan bakar pada temperatur tinggi yaitu pada suhu 500 o C dipermukaan kelongsong bahan bakar terbentuk gas hasil belah. Hal demikian akan menyebabkan reaksi kimia dan difusi antar partikel. Pada umumnya interaksi kimia dan difusi antar partikel dapat menyebabkan penurunan integritas struktur dan stabilitas iradiasi bahan pada suhu tinggi. 2.7 Paduan Al, Baja Tahan Karat, Zirconium Paduan Al, baja tahan karat dan paduan Zr adalah paduan logam yang mendukung komponen reaktor riset atau daya dalam bentuk tangki bertekanan, pipa, kanal pendingin, pipa / kelongsong, bahan struktur dan lain lain. Ketiganya harus tahan korosi dalam air / uap air, sifat mekanik baik, ulet dan mempunyai sifat khusus baik yaitu berkaitan dengan sifat nuklir. [1] SAM DIYONO ( ) 16

13 2.7.1 Paduan Aluminium ( Al ) [3] Aluminium dan paduan aluminium merupakan logam ringan, yang penggunaannya sangat luas, baik untuk industri kimia, listrik, pesawat terbang, bangunan dan industri nuklir terutama untuk reaktor riset. Logam paduan aluminium umumnya dibuat dengan cara menambahkan unsur unsur pemadu ke dalam Al, misalnya unsur Cu, Mg, Si, Mn, Zn atau Ni secara satu persatu atau bersamaan. Hal ini dimaksudkan agar memberikan sifat yang baik, diantaranya meningkatkan ketahanan korosi, tahan aus dan koefisien pemuaian yang rendah. Berdasarkan standard Aluminium Accociation ( AA, Amerika ) yang disesuaikan dengan standard ALCOA ( Aluminium Company of Amerika ), maka AA menggunakan penandaan dengan 4 angka, misalnya seri 1001, 1100 sampai seri Paduan aluminium seri 6061 ( jenis AlMg 2 Si ) dapat dipakai dalam industri nuklir, dipakai sebagai bejana tekan reaktor riset, sebagai pelat / kelongsong elemen bakar reaktor riset dan bahan struktur / pendukung lainnya. Komposisi pemadu AlMg 2 Si adalah unsur Mg dan Si, masing masing sebesar 0,8 2,1 % Mg dan 0,4 0,8 % Si. Logam ini dapat diperlaku-panaskan dan mempunyai sifat sangat liat, mampu bentuk baik untuk penempaan, dapat diekstrusi pada suhu kamar dan tahan korosi pada suhu rendah. Sebagai contoh dapat dilihat sifat mekanik AlMg 2 Si pada Tabel 2.3 berikut ini. Tabel 2.3 Sifat mekanik paduan AlMg 2 Si [3] No Paduan Kondisi u, kg/mm 2 u, T4 T T5 T6 T8 12,60 24,80 31,60 19,00 24,60 26,00 kg/mm 2 kgf/mm 2 E, % VH Batang lelah, 5,60 14,80 28,00 14,80 21,80 24, ,30 9,50 9,50 6,70 6, Baja Tahan Karat SAM DIYONO ( ) 17

14 Seperti halnya paduan Al, Zr dan logam lain untuk bahan struktur dalam reaktor thermal, baja tahan karat dan paduan Ni sangat dominan dalam reaktor pembiak cepat. Baja tahan karat ausenit merupakan perpaduan antara besi, chromium dan nikel yang dapat dilihat pada Tabel 2.4. Sifat nuklir baja tahan karat austenit misalnya luas tampang serapan neutron, absorbsi dan luas tampang scattering cepat atau thermal sangat tergantung komposisi unsur pemadu. SS tipe 304 dan 304 L diperlukan sebagai bejana bertekanan LMFBR. Sedangkan tipe 316 atau 316 L dipakai sebagai kelongsong bahan bakar LMFBR, sedangkan tipe 309 S Nb dan 347 dipakai sebagai bejana bertekanan atau bahan struktur untuk reaktor LMFBR. Batas temperatur permukaan baja tahan karat austenit dengan logam Na cair dibatasi pada suhu 650 o C. disamping itu ketahanan korosi baja tahan karat dibatasi pada suhu dibawah 650 o C. diatas suhu tersebut dimungkinkan akan terjadi retak korosi tegangan ( SCC ) pada permukaan kelongsong akibat dorongan bahan bakar, terjadi korosi batas butir setelah pemanasan diatas suhu sensitisasi, terjadi perapuhan pada fasa sigma dan terjadi reaksi kimia dengan gas hasil belah Cs I, Cd I 2, Cs Te, CsI 2. Disain LMFBR, panas, korosi dan batas struktur dari baja tahan karat austenite terjadi sebagai akibat efek siklus thermal ( misalnya siklus thermal, tegangan, shock akibat panas dan fatik akibat panas ), difusi antara bahan bakar kelongsong dan korosi pelepasan pada suhu diatas 650 o C. Tabel 2.4 Komposisi baja tahan karat austenit [3] No Komposisi Unsur pemadu, % w AISI type C, max Cr Ni Mo Nb Fe , Balance L 0, S Nb 0, , , L 0, , , Logam Paduan Zirconium [3] SAM DIYONO ( ) 18

15 Zirconium terdapat di alam dalam bentuk ( Zr, Hf ) SiO 4 atau ZrO 2. Di alam keberadaan Zr selalu tercampur dengan hafnium ( Hf ) dan mempunyai sifat kimia yang mirip satu dengan lainnya, sehingga sulit untuk dipisahkan. Namun demikian keduanya mempunyai sifat neutronik yang berbeda, misalnya penampang serapan neutron thermal Zr ( 0,18 barn ) sedangkan Hf sekitar 105 barn, sehingga keberadaan Hf harus dipisahkan. Pemungutan Zr dari alam dilakukan melalui beberapa tahapan, diantaranya adalah dengan cara khlorinasi, pemisahan Zr dari Hf, proses reduksi, proses peleburan sponge dan fabrikasi menjadi logam paduan sesuai dengan keinginan. Reaksi khlorinasi : ZrO 2 (SiO 2,HfO 2 ) + Cl 2 ZrCl 4 (SiCl 4,HfCl 4 ) + O 2... (2.13) Proses terjadi pada suhu 1200 o C, dengan aliran gas Cl 2 kemudian didinginkan. Zr Cl 4 dan Hf Cl 4 yang terbentuk mempunyai temperatur sublimasi berdekatan, maka pemisahan yang dilakukan adalah dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut organik MIBK ( Methyl Isobutil Keton ), yang mana Zr tinggal dalam fasa terlarut, sedangkan Hf kedalam fasa organik. ZrOCl 2 atau HfOCl 2 kemudian dilarutkan dalam H 2 SO 4 dan NH 4 OH. Hasilnya dikalsinasi menjadi ZrO 2 atau pemisahan Zr dan Hf dapat dilakukan dengan distilasi ekstrakstif dari Zr Cl 4 dan Hf Cl 4 didalam lelehan KCl Al Cl 3 pada suhu 350 o C dan tekanan 1 atm. Zr Cl 4 yang terbentuk direduksi dangan Mg melalui proses Kroll dengan suatu reaksi sebagai berikut : Zr Cl 4 ( gas ) + 2 Mg ( cair ) 2 MgCl 2 ( cair ) + Zr ( padat )... (2.14) Alat yang dipakai berupa tungku dengan 2 lapis pemanas, lapisan bawah suhu 825 o C ( peleburan Mg ), lapisan kedua dengan suhu 450 o C. pada suhu 450 o C, ZrCl 4 sedikit demi sedikit menyublim dan bereaksi dengan Mg cair dan turun kedasar tungku dalam bentuk ZrCl 2, Zr-Mg dan Zr. Zr-Mg yang dihasilkan kemudian didistilasi hampa pada suhu 1000 o C dan Zr yang diperoleh disebut Zr sponge. Untuk melebur Zr sponge, sebelumnya sponge dikompaksi dulu atau dapat juga dihaluskan ditambah zircaloy scrap atau atom unsur pemadu lain, SAM DIYONO ( ) 19

16 kemudian dilebur dalam tungku busur listrik hampa. Hasil proses peleburan ini disebut zircaloy ingot dan siap difabrikasi. Proses fabrikasi yang dilakukan terhadap zircaloy-ingot mengalami beberapa tahapan pengerjaan, diantaranya penempaan, perolan panas / dingin, ekstruksi dan perlakuan panas. Ingot ditempa pada suhu 980 o C menjadi bentuk pelat, pejal atau kawat kemudian dirol dan dianil atau untuk membentuk menjadi pipa maka dilakukan ektruksi perolan dan anil ( reamlers ). Paduan zirconium mempunyai tiga daerah perubahan fase. Fase α mempunyai daerah suhu antara 25 o C 865 o C dengan struktur Kristal hexagonal. Daerah fase α+β yaitu pada suhu 865 o C 963 o C dengan struktur Kristal hexagonal + bcc, diatas suhu 963 o C berubah menjadi fase β dapat mengakibatkan paduan menjadi keras, getas dan keuletan turun. Untuk memperbaiki kualitasnya dapat dilakukan pemanasan pada suhu 0,4 0,6 ( Tm ) dan diharapkan keuletan meningkat sedangkan kekerasannya turun sedikit Unsur Pemadu Zirconium Unsur unsur pemadu dalam zirconium banyak ragamnya. Jenis dan jumlah komposisi sangat mempengaruhi kualitas. Disamping itu, perlakuan terhadap logam paduan dapat mempengaruhi kualitas bahan misal dengan cara penempaan, rol dingin, pemanasan dan pemanasan-pendinginan cepat. Maka dari itu, agar logam paduan yang diperolehmemenuhi sifat umum dan sifat nuklir diperlukan penelitian dan pengembangan terutama dengan cara memvariasikan jenis / besarnya unsur pemadu. Unsur pemadu yang dipakai diantaranya Besi ( Fe ), Chrom ( Cr ), Nikel ( Ni ), Niobium ( Nb ), Nitrogen ( N ) dan Oksigen ( O ). Pemadu tersebut dapat meningkatkan kekuatan mekanik dan meningkatkan ketahanan korosi pada suhu tinggi ( <400 o C ) dan tergantung dari jenis / besarnya komposisi unsur pamadu. Besarnya komposisi dan unsur pemadu menentukan kualitas logam paduan dan memberikan nama paduan, hal ini dapat dilihat pada Tabel2.5. Tabel 2.5 Komposisi dan unsur pemadu beberapa jenis paduan zirconium [3] SAM DIYONO ( ) 20

17 No Zr-alloy Sn Fe Cr Ni N O Nb 1 Zircaloy-2 1,22-0,07-0,05-0,03-0,03-0,010-1,7 0,2 0,15 0,08 0,08 2 Zircaloy-3 0,2-0,3 0, , ,30 3 Zircaloy-4 1,1-1,5 0,20-0, ,010 0, ,24 1,40 0,16 4 Zr Nb ,5 2,5 5 Zr-Nb 2,5- Sn 1, ,5 Tabel 2.6 Sifat baja tahan karat ( BTK ), zircaloy2/4 dan aluminium [3] No Sifat BTK Zry-2/4 Al 1 Absorbsi neutron thermal, barn 2,8 0,18 0,20 2 Titik lebur, o C Konduktivitas, W/m K Tegangan luluh ( 400 o C ), N/m <15 5 Tegangan luluh teriradiasi ( 400 o C ), N/m Kecepatan korosi (steam 400 o C), Mg/dm 2 0, Kecepatan korosi ( iar 300 o C ), Mg/dm 2-0,04 8 Jenis paduan zircaloy diatas mempunyai ketahanan korosi yang cukup baik pada suhu tinggi dalam air maupun uap air. Sedangkan ketahanan Zr-Nb dan Zr-Nb-Sn terhadap korosi lebih baik dibandingkan zircaloy-2,zircaloy-3 atau zircaloy-4. Untuk memperoleh gambaran tenteng sifat baja tahan karat, paduan zircaloy-2 / zircaloy-4 dan aluminium dapat dilihat pada Tabel 2.6. SAM DIYONO ( ) 21

18 2.7.5 Penguatan Logam Paduan Zirconium Kekuatan logam, terutama yang berkaitan dengan kekerasan, kekuatan tarik / luluh secara langsung dapat dikaitkan dengan sukar / mudahnya logam terdeformasi atau sulit / mudahnya pergeseran dislokasi. Sehingga metoda untuk meningkatkan kekuatan paduan zirconium merupakan usaha menghambat gerakan dislokasi. Ada beberapa cara untuk mengubah kekuatan logam paduan Zr, diantaranya dengan pengerjaan dingin, penghalusan butir, perubahan tekstur, perlakuan panas, perlakuan panas / pendingin cepat dan lain lain. Pengerjaan dingin yang meliputi perolan dingin, penempaan, ekstrusi / cold working dapat menaikkan beberapa sifat logam, tetapi juga menurunkan beberapa sifat logam yang lain. Efek pengerjaan dingin dapat memperkecil ukuran butir dan perubahan jumlah batas butir, semakin banyaknya batas butir dapat menghambat gerak dislokasi sehingga logam menjadi lebih keras, tetapi disertai penurunan keuletan. Halusnya butir terbentuk sebagai akibat besarnya deformasi yang diberikan dan memperbanyak tempat tempat yang energinya tinggi sehingga butir menjadi pipih memanjang dan apabila dipanaskan, tempat tempat yang energinya tinggi akan mengalami pengintian butir baru sewaktu rekristalisasi berlangsung sehingga butir menjadi halus. Deformasi plastis dapat mengakibatkan kekuatan mekanik bertambah, mungkin bermanfaat untuk tujuan tertentu, untuk itu perlu dipulihkan kekondisi awal ( dipanaskan ) agar memungkinkan pengerjaan lebih lanjut untuk mendapatkan sifat sifat yang optimum. Tahapan pemanasan melalui proses pemilihan, rekristalisasi dan pertumbuhan butir. Setiap tahapan disertai perubahan mekanik, elektrik dan mikrostruktur. Pemanasan pemanasan cepat juga dapat mempengaruhi sifat logam paduan dan homogenisasi unsur semakin baik. SAM DIYONO ( ) 22

19 2.8 Difusi [4] Pengertian difusi pada logam Difusi adalah proses berpindahnya atom-atom yang terdapat dalam suatu material. Proses ini dapat terjadi dalam keadaan gas, cair dan padat sehingga dapat terjadi pada zirconium dan system logam lainnya Pada proses difusi dalam logam umumnya atom yang berdifusi berbentuk sebagai atom tunggal bukan dalam bentuk molekul. Hal ini disebabkan mobilitas geraknya jauh lebih tinggi dari molekul. Proses difusi dibagi atas dua cara yaitu, pertama difusi yang terjadi dalam diri sendiri (swadifusi) dan kedua karena pengaruh medium lain. Pada cara pertama, atom-atom yang berpindah berasal dari dirinya sendiri. Sedangkan pada cara kedua atom itu berasal dari medium lain yang mempunyai kandungan atom yang lebih besar. Penyebab difusi secara sederhana adalah karena atom dalam benda padat selalu melompat dari satu posisi dalam suatu struktur ke posisi terdekatnya. Sebelum proses ini berlangsung, selalu diperlukan adanya gradien konsentrasi antara lokasi satu dengan yang lainnya. Mekanisme transport massa berlangsung dari konsentrasi yang tinggi ke lokasi yang berkonsentrasi yang rendah. Pergerakan ini akan sangat bergantung pada energi penggerak yang dimiliki oleh atom dan proses yang diberikan Faktor-faktor Mempengaruhi Proses Difusi Secara prinsip faktor-faktor yang mempengaruhi proses difusi adalah suatu yang mempengaruhi loncatan-loncatan atom. Hal yang dapat mempengaruhi besarnya fluktuasi atom yang meloncat adalah: 1. Perbedaan Konsentrasi 2. Struktur Kristal 3. Unsur Pengiring 4. Ukuran Butir 5. Tempratur Mekanisme Difusi Klasifikasi dari mekanisme difusi harus dengan cara perpindahan dan posisi yang ditempatinya. Pada proses gerakan atom-atom dari tempat asalnya ke SAM DIYONO ( ) 23

20 tempat lain yang kosong atau celah atom lain, secara umum dibagi menjadi tiga, yaitu: 1. Mekanisme kekosongan (vacancy) Susunan suatu kristal di dalamnya akan dijumpai tempat atom yang kosong. Mekanisme ini terjadi dengan peloncatan atom dari posisinya ke tempat kekosongan ini. Dalam logam murni atau larutan padat substitusional mekanisme yang memungkinkan terjadinya proses difusi adalah mekanisme ini. Posisi awal yang ditinggalkan oleh atom merupakan kekosongan baru. Kekosongan ini akan diisi lagi oleh atom lainnya, sehingga pergerakan atom berlangsung secara berkesinambungan. Syarat-syarat berlangsungnya mekanisme kekosongan: Mempunyai struktur kristal lama Perbedaan jari-jari atom Mempunyai elektron valensi yang sama Pergerakan atom dengan mekanisme ini hanya sedikit menimbulkan distorsi. Hal ini dikarenakan pergerakan atom selalu mencari tempat kosong. 2. Mekanisme sisipan (Interstisi) Pada mekanisme interstisi, ukuran atom-atom terlarut diameternya harus lebih kecil dari atom-atom pelarut. Atom-atom terlarut melompat dari satu sisi intersisi dalam kisi matriks ke interstisi tetangganya. Dalam mekanisme ini, atom-atom matriks hanya sedikit mengalami distorsi. Pada proses nitriding, atom nitrogen merupakan atom interstisi. 3. Mekanisme tukar tempat Mekanisme ini dikenal juga dengan mekanisme ring, karena terjadi pergerakan saling mengisi dari beberapa atom. Pada mekanisme tukar tempat ini, tidak terdapat kekosongan atom karena saling mengisi antar atomnya. Mekanisme tukar tempat ini mengakibatkan distorsi yang sangat besar. Jadi dapat dipahami jika mekanismenya ini membutuhkan energi yang cukup besar SAM DIYONO ( ) 24

21 2.8.4 Hukum-hukum difusi [1] Proses difusi dipengaruhi oleh parameter-parameter yang dapat kita lihat pada beberapa bentuk hubungan persamaan difusi. Umumnya secara kuantitatif proses difusi dalam kondisi keadaan tetap (steady state) diuraikan oleh hukum Fikcks I... (2.15) Dimana : J = Fluks loncatan atom komponen difusi ΔC = = gradien konsentrasi komponen D dimana D = D 0 exp - = koefisien difusi Sejalan dengan perubahan waktu, gradien konsentrasi akan berubah pada setiap titik. Keadaan ini dinamakan non steady state. Maka dengan mengkombinasikan hukum Ficks 1 dan konversinya dihasilkan hukum Ficks II yaitu menyatakan dinamika dari atom-atom yang berdifusi dan dinyatakan dalam diferensial :... (2.16) Ket : dimana : 2 = = perubahan konsentrasi terhadap waktu = gradien konsentrasi D = koefisien difusi Untuk persamaan diferensi diatas dengan salah satu penyelesaiannya:... (2.17) Cs = konsentrasi konstan atom yang berdifusi pada permukaan bahan SAM DIYONO ( ) 25

22 Co = harga rata-rata konsentrasi pada permulaan difusi atom di dalam bahan Cx = harga konsentrasi difusi atom pada daerah di bawah X Dengan pertolongan hukum Ficks II dapat dihitung konsentrasi dari suatu partikel yang berdifusi dekat permukaan suatu bahan sebagai fungsi waktu dan jarak, kemudian didapatkan, bahwa nilai koefisien difusi D tetap dan demikian pula nilai untuk Cs dan Co tidak berubah. SAM DIYONO ( ) 26

BAB II TEORI DASAR. Baja tahan karat atau lebih dikenal dengan Stainless Steel adalah senyawa besi

BAB II TEORI DASAR. Baja tahan karat atau lebih dikenal dengan Stainless Steel adalah senyawa besi BAB II TEORI DASAR 2.1 Baja Tahan Karat Baja tahan karat atau lebih dikenal dengan Stainless Steel adalah senyawa besi yang mengandung setidaknya 10,5% Kromium untuk mencegah proses korosi (pengkaratan

Lebih terperinci

PENELITIAN TENTANG PENGARUH SUHU NITRIDING TERHADAP SIFAT MEKANIK KEKERASAN, KETAHANAN AUS DAN STRUKTUR MIKRO PADA PERMUKAAN BAJA 316 BAB II

PENELITIAN TENTANG PENGARUH SUHU NITRIDING TERHADAP SIFAT MEKANIK KEKERASAN, KETAHANAN AUS DAN STRUKTUR MIKRO PADA PERMUKAAN BAJA 316 BAB II BAB II TEORI DASAR 2.1 Karakterakteristik Baja 316 Baja tahan karat 316 banyak digunakan dalam industri nuklir karena baja tersebut mempunyai sifat tahan karat yang baik pada temperatur tinggi, mudah difabrikasi

Lebih terperinci

PENELITIAN TENTANG PENGARUH TEMPERATUR NITROCARBURIZING (550OC- 700OC) TERHADAP SIFAT KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA MATERIAL ZIRCALOY-2

PENELITIAN TENTANG PENGARUH TEMPERATUR NITROCARBURIZING (550OC- 700OC) TERHADAP SIFAT KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA MATERIAL ZIRCALOY-2 TUGAS AKHIR PENELITIAN TENTANG PENGARUH TEMPERATUR NITROCARBURIZING (550 O C- 700 O C) TERHADAP SIFAT KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA MATERIAL ZIRCALOY-2 Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. 10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi

Lebih terperinci

14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys)

14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys) 14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys) Magnesium adalah logam ringan dan banyak digunakan untuk aplikasi yang membutuhkan massa jenis yang ringan. Karakteristik : - Memiliki struktur HCP (Hexagonal

Lebih terperinci

BERBAGAI TIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGANUKLIR

BERBAGAI TIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGANUKLIR BERBAGAI TIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGANUKLIR RINGKASAN Beberapa tipe Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah Reaktor Air Tekan (Pressurized Water Reactor, PWR), Reaktor Air Tekan Rusia (VVER),

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 15 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Zirconium (zircaloy) material yang sering digunakan dalam industri nuklir. Dalam reaktor nuklir, zircaloy diperlukan sebagai pelindung bahan bakar dari pendingin,

Lebih terperinci

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi 3.1 Konfigurasi Teras Reaktor Spesifikasi utama dari HTTR diberikan pada tabel 3.1 di bawah ini. Reaktor terdiri

Lebih terperinci

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR)

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR) REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR) RINGKASAN Reaktor Grafit Berpendingin Gas (Gas Cooled Reactor, GCR) adalah reaktor berbahan bakar uranium alam dengan moderator grafit dan berpendingin

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007) BAB II DASAR TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Proses pengelasan semakin berkembang seiring pertumbuhan industri, khususnya di bidang konstruksi. Banyak metode pengelasan yang dikembangkan untuk mengatasi permasalahan

Lebih terperinci

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN No.06 / Tahun III Oktober 2010 ISSN 1979-2409 KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN Martoyo, Ahmad Paid, M.Suryadiman Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir -

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS TUGAS AKHIR ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS Disusun : SUDARMAN NIM : D.200.02.0196 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS

Lebih terperinci

07: DIAGRAM BESI BESI KARBIDA

07: DIAGRAM BESI BESI KARBIDA 07: DIAGRAM BESI BESI KARBIDA 7.1. Diagram Besi Karbon Kegunaan baja sangat bergantung dari pada sifat sifat baja yang sangat bervariasi yang diperoleh dari pemaduan dan penerapan proses perlakuan panas.

Lebih terperinci

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH Komponen : adalah logam murni atau senyawa yang menyusun suatu logam paduan. Contoh : Cu - Zn (perunggu), komponennya adalah Cu dan Zn Solid solution (larutan padat)

Lebih terperinci

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta Lecture Presentation NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY By : NANIK DWI NURHAYATI, S,Si, M.Si Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan

Lebih terperinci

PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA REGANGAN DAN TEGANGAN SISA. PADUAN Zr-1%Sn-1%Nb-1%Fe

PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA REGANGAN DAN TEGANGAN SISA. PADUAN Zr-1%Sn-1%Nb-1%Fe ISSN 197 2635 PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA REGANGAN DAN TEGANGAN SISA PADUAN Zr-1%Sn-1%Nb-1%Fe Sugondo, Futichah Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN Kawasan PUSPIPTEK, Tangerang 15314 ABSTRAK PENGARUH

Lebih terperinci

PENENTUAN KANDUNGAN Sn, Fe, Cr, Ni DAN PENGOTOR ZIRCALOY-2 SEBAGAI BAHAN KELONGSONG DAN TUTUP UJUNG ELEMEN BAKAR REAKTOR DAYA

PENENTUAN KANDUNGAN Sn, Fe, Cr, Ni DAN PENGOTOR ZIRCALOY-2 SEBAGAI BAHAN KELONGSONG DAN TUTUP UJUNG ELEMEN BAKAR REAKTOR DAYA Urania Vol. 14 No. 4, Oktober 2008: 161-233 ISSN 0852-4777 PENENTUAN KANDUNGAN Sn, Fe, Cr, Ni DAN PENGOTOR ZIRCALOY-2 SEBAGAI BAHAN KELONGSONG DAN TUTUP UJUNG ELEMEN BAKAR REAKTOR DAYA Arif Nugroho (1),

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 4.1. KARAKTERISTIK SERBUK 4.1.1. Serbuk Fe-50at.%Al Gambar 4.1. Hasil Uji XRD serbuk Fe-50at.%Al Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 ANALISA STRUKTUR MIKRO BAJA SETELAH HARDENING DAN TEMPERING Struktur mikro yang dihasilkan setelah proses hardening akan menentukan sifat-sifat mekanis baja perkakas, terutama kekerasan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Pengertian Las Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Norman) adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer

Lebih terperinci

ANALISIS POLA DIFRAKSI PADA INGOT PADUAN Zr-1%Sn1%Nb-0,1%Fe DAN Zr- 1%Sn-1%Nb-0,1%Fe-0,5%Mo

ANALISIS POLA DIFRAKSI PADA INGOT PADUAN Zr-1%Sn1%Nb-0,1%Fe DAN Zr- 1%Sn-1%Nb-0,1%Fe-0,5%Mo Urania Vol. 18 No. 3, Oktober 2012: 120 181 ANALISIS POLA DIFRAKSI PADA INGOT PADUAN Zr-1%Sn1%Nb-0,1%Fe DAN Zr- 1%Sn-1%Nb-0,1%Fe-0,5%Mo Jan Setiawan, Futichah Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN

Lebih terperinci

03/01/1438 KLASIFIKASI DAN KEGUNAAN BAJA KLASIFIKASI BAJA 1) BAJA PEGAS. Baja yang mempunyai kekerasan tinggi sebagai sifat utamanya

03/01/1438 KLASIFIKASI DAN KEGUNAAN BAJA KLASIFIKASI BAJA 1) BAJA PEGAS. Baja yang mempunyai kekerasan tinggi sebagai sifat utamanya KLASIFIKASI BAJA KLASIFIKASI DAN KEGUNAAN BAJA L U K H I M U L I A S 1 Baja yang mempunyai kekerasan tinggi sebagai sifat utamanya 1) BAJA PEGAS Baja pegas adalah baja karbon yang mengandung 0,5-1,0% karbon

Lebih terperinci

dislokasi pada satu butir terjadi pada bidang yang lebih disukai (τ r max).

dislokasi pada satu butir terjadi pada bidang yang lebih disukai (τ r max). DEFORMASI PLASTIS BAHAN POLIKRISTAL Deformasi dan slip pada bahan polikristal lebih kompleks. Polikristal terdiri dari banyak butiran ( grain ) yang arah slip berbeda satu sama lain. Gerakan dislokasi

Lebih terperinci

PEMBANGKIT PENGENALAN (PLTN) L STR KTENAGANUKLTR

PEMBANGKIT PENGENALAN (PLTN) L STR KTENAGANUKLTR PENGENALAN (PLTN) PEMBANGKIT L STR KTENAGANUKLTR I _ Sampai saat ini nuklir khususnya zat radioaktif telah dipergunakan secara luas dalam berbagai bidang seperti industri, kesehatan, pertanian, peternakan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Logam Logam cor diklasifikasikan menurut kandungan karbon yang terkandung di dalamnya yaitu kelompok baja dan besi cor. Logam cor yang memiliki persentase karbon

Lebih terperinci

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja Heat Treatment Pada Logam Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma Proses Perlakuan Panas Pada Baja Proses perlakuan panas adalah suatu proses mengubah sifat logam dengan cara mengubah struktur mikro

Lebih terperinci

BAB VI L O G A M 6.1. PRODUKSI LOGAM

BAB VI L O G A M 6.1. PRODUKSI LOGAM BAB VI L O G A M Baja banyak di gunakan dalam pembuatan struktur atau rangka bangunan dalam bentuk baja profil, baja tulangan beton biasa, anyaman kawat, atau pada akhir-akhir ini di pakai juga dalam bentuk

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPOSISI BAHAN DAN SIFAT TERMAL PADUAN AlMgSi-1 TANPA BORON HASIL SINTESIS UNTUK KELONGSONG ELEMEN BAKAR REAKTOR RISET

ANALISIS KOMPOSISI BAHAN DAN SIFAT TERMAL PADUAN AlMgSi-1 TANPA BORON HASIL SINTESIS UNTUK KELONGSONG ELEMEN BAKAR REAKTOR RISET ANALISIS KOMPOSISI BAHAN DAN SIFAT TERMAL PADUAN AlMgSi-1 TANPA BORON HASIL SINTESIS UNTUK KELONGSONG ELEMEN BAKAR REAKTOR RISET Masrukan, Aslina Br.Ginting Pusbangtek Bahan Bakar Nuklir dan Daur Ulang

Lebih terperinci

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU)

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU) REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU) RINGKASAN Setelah perang dunia kedua berakhir, Kanada mulai mengembangkan PLTN tipe reaktor air berat (air berat: D 2 O, D: deuterium) berbahan bakar uranium alam. Reaktor

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPOSISI KIMIA SERBUK HASIL PROSES HYDRIDING-DEHYDRIDING PADUAN U-Zr

ANALISIS KOMPOSISI KIMIA SERBUK HASIL PROSES HYDRIDING-DEHYDRIDING PADUAN U-Zr ISSN 0854-5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 ANALISIS KOMPOSISI KIMIA SERBUK HASIL PROSES HYDRIDING-DEHYDRIDING PADUAN U-Zr Asminar, Rahmiati, Siamet Pribadi ABSTRAK ANALISIS KOMPOSISI KIMIA SERBUK

Lebih terperinci

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA PENDAHULUAN Disamping sebagai senjata nuklir, manusia juga memanfaatkan energi nuklir untuk kesejahteraan umat manusia. Salah satu pemanfaatan energi nuklir secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa mendatang penggunaan bahan bakar berbasis minyak bumi harus dikurangi karena semakin menipisnya cadangan minyak bumi dan dampak

Lebih terperinci

TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI

TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI Dosen : Hasbullah, S.Pd., MT. Di susun oleh : Umar Wijaksono 1101563 PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

pendinginan). Material Teknik Universitas Darma Persada - Jakarta

pendinginan). Material Teknik Universitas Darma Persada - Jakarta BAB V DIAGRAM FASE Komponen : adalah logam murni atau senyawa yang menyusun suatu logam paduan. Contoh : Cu - Zn (perunggu) komponennya adalah Cu dan Zn Solid solution (larutan padat) : terdiri dari beberapa

Lebih terperinci

ANALISIS PENGERASAN PERMUKAAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 1045 MELALUI PROSES NITRIDASI MENGGUNAKAN MEDIA UREA

ANALISIS PENGERASAN PERMUKAAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 1045 MELALUI PROSES NITRIDASI MENGGUNAKAN MEDIA UREA ANALISIS PENGERASAN PERMUKAAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 1045 MELALUI PROSES NITRIDASI MENGGUNAKAN MEDIA UREA Umen Rumendi, Hana Hermawan Dosen Teknik Material Jurusan Teknik Manufaktur, Politeknik Manufaktur

Lebih terperinci

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR RINGKASAN Daur bahan bakar nuklir merupakan rangkaian proses yang terdiri dari penambangan bijih uranium, pemurnian, konversi, pengayaan uranium dan konversi ulang menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat yang Digunakan Alat yang akan digunakan dalam

Lebih terperinci

ANALISIS UNSUR Pb, Ni DAN Cu DALAM LARUTAN URANIUM HASIL STRIPPING EFLUEN URANIUM BIDANG BAHAN BAKAR NUKLIR

ANALISIS UNSUR Pb, Ni DAN Cu DALAM LARUTAN URANIUM HASIL STRIPPING EFLUEN URANIUM BIDANG BAHAN BAKAR NUKLIR ISSN 1979-2409 Analisis Unsur Pb, Ni Dan Cu Dalam Larutan Uranium Hasil Stripping Efluen Uranium Bidang Bahan Bakar Nuklir (Torowati, Asminar, Rahmiati) ANALISIS UNSUR Pb, Ni DAN Cu DALAM LARUTAN URANIUM

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta TUGAS AKHIR ANALISA PENGARUH ANNEALING 290 C PADA PELAT ALUMINUM PADUAN (Al-Fe) DENGAN VARIASI HOLDING TIME 30 MENIT DAN 50 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh

Lebih terperinci

Definisi PLTN. Komponen PLTN

Definisi PLTN. Komponen PLTN Definisi PLTN PLTN adalah sebuah pembangkit daya thermal yang menggunakan satu atau beberapa reaktor nuklir sebagai sumber panasnya. Prinsip kerja sebuah PLTN hampir sama dengan sebuah Pembangkilt Listrik

Lebih terperinci

Beberapa sifat mekanis lembaran baja yang mcliputi : pengerasan. regang, anisotropi dan keuletan merupakan parameter-parameter penting

Beberapa sifat mekanis lembaran baja yang mcliputi : pengerasan. regang, anisotropi dan keuletan merupakan parameter-parameter penting BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11.1. Parameter - Parameter Sifat Mampu Bentuk Beberapa sifat mekanis lembaran baja yang mcliputi : pengerasan regang, anisotropi dan keuletan merupakan parameter-parameter penting

Lebih terperinci

REAKTOR AIR DIDIH (BOILING WATER REACTOR, BWR)

REAKTOR AIR DIDIH (BOILING WATER REACTOR, BWR) REAKTOR AIR DIDIH (BOILING WATER REACTOR, BWR) RINGKASAN Reaktor Air Didih adalah salah satu tipe reaktor nuklir yang digunakan dalam Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Reaktor tipe ini menggunakan

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN : PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN PADUAN AL-SI (SERI 4032) TERHADAP HASIL PENGECORAN Ir. Drs Budiyanto Dosen Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAK Proses produksi

Lebih terperinci

REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK)

REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK) REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK) RINGKASAN RBMK berasal dari bahasa Rusia "Reaktory Bolshoi Moshchnosti Kanalynye" (hi-power pressure-tube reactors: Reaktor pipa tekan berdaya

Lebih terperinci

REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK)

REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK) REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK) RINGKASAN RBMK berasal dari bahasa Rusia "Reaktory Bolshoi Moshchnosti Kanalynye" (hi-power pressure-tube reactors: Reaktor pipa tekan berdaya

Lebih terperinci

02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM

02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM 02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM 2.1. Cacat Kristal Diperlukan berjuta-juta atom untuk membentuk satu kristal. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila terdapat cacat atau ketidakteraturan dalam tubuh kristal.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 24 3.1. Metodologi penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan menggunakan diagram alir seperti Gambar 3.1. PEMOTONGAN SAMPEL UJI KEKERASAN POLARISASI DICELUPKAN DALAM LARUTAN DARAH

Lebih terperinci

BESI COR. 4.1 Struktur besi cor

BESI COR. 4.1 Struktur besi cor BESI COR Pendahuluan Besi cor adalah bahan yang sangat penting dan dipergunakan sebagai bahan coran lebih dari 80%. Besi cor merupakan paduan besi dan karbon dengan kadar 2 %s/d 4,1% dan sejumlah kecil

Lebih terperinci

RISET KARAKTERISTIK RADIASI PADA PELET BAHAN BAKAR

RISET KARAKTERISTIK RADIASI PADA PELET BAHAN BAKAR RISET KARAKTERISTIK RADIASI PADA PELET BAHAN BAKAR RINGKASAN Selama beropersinya reaktor nuklir, pelet bahan bakar mengalami iradiasi neutron pada suhu tinggi dan memproduksi produk fisi. Akibatnya pelet

Lebih terperinci

REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU

REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU RINGKASAN Reaktor Pendingin Gas Maju (Advanced Gas-cooled Reactor, AGR) adalah reaktor berbahan bakar uranium dengan pengkayaan rendah, moderator grafit dan pendingin gas yang

Lebih terperinci

KERANGKA KONSEP PENELITIAN PENGARUH NITROCARBURIZING TERHADAP LAJU KOROSI, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA MATERIAL DUPLEX STAINLESS STEEL

KERANGKA KONSEP PENELITIAN PENGARUH NITROCARBURIZING TERHADAP LAJU KOROSI, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA MATERIAL DUPLEX STAINLESS STEEL KERANGKA KONSEP PENELITIAN PENGARUH NITROCARBURIZING TERHADAP LAJU KOROSI, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA MATERIAL DUPLEX STAINLESS STEEL A. Kerangka Konsep Baja stainless merupakan baja paduan yang

Lebih terperinci

UJI KEKERASAN DAN PEMERIKSAAN MIKROSTRUKTUR Zr-2 DAN Zr-4 PRA IRADIASI

UJI KEKERASAN DAN PEMERIKSAAN MIKROSTRUKTUR Zr-2 DAN Zr-4 PRA IRADIASI ISSN 1979-2409 UJI KEKERASAN DAN PEMERIKSAAN MIKROSTRUKTUR Zr-2 DAN Zr-4 PRA IRADIASI Martoyo* ), Nusin Samosir* ), Usman Sudjadi* ) * ) Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir -BATAN ABSTRAK UJI KEKERASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reaktor nuklir membutuhkan suatu sistem pendingin yang sangat penting dalam aspek keselamatan pada saat pengoperasian reaktor. Pada umumnya suatu reaktor menggunakan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN Laporan Tugas Akhir PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN Nama Mahasiswa : I Made Pasek Kimiartha NRP

Lebih terperinci

2. Prinsip kerja dan Komponen Utama PLTN

2. Prinsip kerja dan Komponen Utama PLTN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) DAN JENIS-JENIS REAKTOR PLTN (Yopiter L.A.Titi, NRP:1114201016, PascaSarjana Fisika FMIPA Institut Teknologi Sepuluh November (ITS Surabaya) 1. Pendahuluan Nuklir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus oleh spesimen selama uji tarik dan dipisahkan oleh daerah penampang lintang yang asli. Kekuatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kelongsong bahan bakar, seperti sedikit mengabsorpsi neutron, kekerasan

I. PENDAHULUAN. kelongsong bahan bakar, seperti sedikit mengabsorpsi neutron, kekerasan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zircaloy atau paduan logam zirkonium merupakan material yang banyak digunakan dalam komponen struktur pendukung instalasi nuklir, terutama pada bagian struktur kelongsong

Lebih terperinci

MATERIAL TEKNIK DIAGRAM FASE

MATERIAL TEKNIK DIAGRAM FASE MATERIAL TEKNIK DIAGRAM FASE Pengertian Diagram fasa Pengertian Diagram fasa Adalah diagram yang menampilkan hubungan antara temperatur dimana terjadi perubahan fasa selama proses pendinginan dan pemanasan

Lebih terperinci

Nomor 36, Tahun VII, April 2001

Nomor 36, Tahun VII, April 2001 Nomor 36, Tahun VII, April 2001 Mengenal Proses Kerja dan Jenis-Jenis PLTN Di dalam inti atom tersimpan tenaga inti (nuklir) yang luar biasa besarnya. Tenaga nuklir itu hanya dapat dikeluarkan melalui

Lebih terperinci

REAKTOR PEMBIAK CEPAT

REAKTOR PEMBIAK CEPAT REAKTOR PEMBIAK CEPAT RINGKASAN Elemen bakar yang telah digunakan pada reaktor termal masih dapat digunakan lagi di reaktor pembiak cepat, dan oleh karenanya reaktor ini dikembangkan untuk menaikkan rasio

Lebih terperinci

Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR)

Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) Bab 2 Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Prinsip kerja dari pembangkit listrik tenaga nuklir secara umum tidak berbeda dengan pembangkit listrik

Lebih terperinci

BAB II ALUMINIUM DAN PADUANNYA

BAB II ALUMINIUM DAN PADUANNYA BAB II ALUMINIUM DAN PADUANNYA Aluminium adalah salah satu logam ringan (light metal) dan mempunyai sifat-sifat fisis dan mekanis yang baik, misal kekuatan tarik cukup tinggi, ringan, tahan korosi, formability

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian terhadap las gesek telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian tentang parameter kekuatan tarik, kekerasan permukaan dan struktur

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metalurgi merupakan ilmu yang mempelajari pengenai pemanfaatan dan pembuatan logam dari mulai bijih sampai dengan pemasaran. Begitu banyaknya proses dan alur yang harus

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis material konduktor ionik MZP, dilakukan pada kondisi optimum agar dihasilkan material konduktor ionik yang memiliki kinerja maksimal, dalam hal ini memiliki nilai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Baja Baja merupakan bahan dasar vital untuk industri. Semua segmen kehidupan, mulai dari peralatan dapur, transportasi, generator, sampai kerangka gedung dan jembatan menggunakan

Lebih terperinci

PENENTUAN SIFAT THERMAL PADUAN U-Zr MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

PENENTUAN SIFAT THERMAL PADUAN U-Zr MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER No. 02/ Tahun I. Oktober 2008 ISSN 19792409 PENENTUAN SIFAT THERMAL PADUAN UZr MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER Yanlinastuti, Sutri Indaryati Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK PENENTUAN

Lebih terperinci

TIN107 - Material Teknik #10 - Metal Alloys (2) METAL ALLOYS (2) TIN107 Material Teknik

TIN107 - Material Teknik #10 - Metal Alloys (2) METAL ALLOYS (2) TIN107 Material Teknik 1 METAL ALLOYS (2) TIN107 Material Teknik Tool Steel (Baja Perkakas) 2 W Pengerasan dengan air (Water hardening) Pengerjaan Dingin (Cold Work) O Pengerasan dengan oli (Oil hardening) A Pengerasan dengan

Lebih terperinci

HEAT TREATMENT. Pembentukan struktur martensit terjadi melalui proses pendinginan cepat (quench) dari fasa austenit (struktur FCC Face Centered Cubic)

HEAT TREATMENT. Pembentukan struktur martensit terjadi melalui proses pendinginan cepat (quench) dari fasa austenit (struktur FCC Face Centered Cubic) HEAT TREATMENT Perlakuan panas (heat treatment) ialah suatu perlakuan pada material yang melibatkan pemanasan dan pendinginan dalam suatu siklus tertentu. Tujuan umum perlakuan panas ini ialah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #11

Pembahasan Materi #11 1 TIN107 Material Teknik Pembahasan 2 Tool Steel Sidat dan Jenis Stainless Steel Cast Iron Jenis, Sifat, dan Keterbatasan Non-Ferrous Alloys Logam Tahan Panas 1 Tool Steel (Baja Perkakas) 3 W Pengerasan

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR ANIL TERHADAP JENIS DAN UKURAN PRESIPITAT FASE KEDUA PADA PADUAN Zr-1%Nb-1%Sn-1%Fe

PENGARUH TEMPERATUR ANIL TERHADAP JENIS DAN UKURAN PRESIPITAT FASE KEDUA PADA PADUAN Zr-1%Nb-1%Sn-1%Fe PENGARUH TEMPERATUR ANIL TERHADAP JENIS DAN UKURAN PRESIPITAT FASE KEDUA PADA PADUAN Zr-1%Nb-1%Sn-1%Fe Sugondo dan Andi Chaidir Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN, Serpong ABSTRAK PENGARUH TEMPERATUR

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan bahan dasar velg racing sepeda motor bekas kemudian velg tersebut diremelting dan diberikan penambahan Si sebesar 2%,4%,6%, dan 8%. Pengujian yang

Lebih terperinci

EFFECT OF ROLLING ON CRYSTALITE, MICROSTRAIN AND YIELD STRESS OF ZIRCALOY-4

EFFECT OF ROLLING ON CRYSTALITE, MICROSTRAIN AND YIELD STRESS OF ZIRCALOY-4 Proceeding of the 6 th National Seminar on Neutron and X-Ray Scattering, ISSN 1410-7686 EFFECT OF ROLLING ON CRYSTALITE, MICROSTRAIN AND YIELD STRESS OF ZIRCALOY-4 Sugondo and Futichah Pusat Pengembangan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER Wisma Soedarmadji*), Febi Rahmadianto**) ABSTRAK Tungsten Innert Gas adalah proses

Lebih terperinci

BAB III DESAIN REAKTOR DAN METODE PERHITUNGAN

BAB III DESAIN REAKTOR DAN METODE PERHITUNGAN BAB III DESAIN REAKTOR DAN METODE PERHITUNGAN 3.1 Spesifikasi Umum Desain Reaktor Pada penelitian ini, penulis menggunakan data-data reaktor GCFR yang sedang dikembangkan oleh para ilmuwan dari Argonne

Lebih terperinci

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK Bambang Suharnadi Program Diploma Teknik Mesin Sekolah Vokasi UGM suharnadi@ugm.ac.id Nugroho Santoso Program

Lebih terperinci

Diagram Fasa. Latar Belakang Taufiqurrahman 1 LOGAM. Pemaduan logam

Diagram Fasa. Latar Belakang Taufiqurrahman 1 LOGAM. Pemaduan logam Diagram Fasa Latar Belakang Umumnya logam tidak berdiri sendiri (tidak dalam keadaan murni Kemurnian Sifat Pemaduan logam akan memperbaiki sifat logam, a.l.: kekuatan, keuletan, kekerasan, ketahanan korosi,

Lebih terperinci

ANALISIS KANDVNGAN PENGOTOR DALAM PELET VOz SINTER

ANALISIS KANDVNGAN PENGOTOR DALAM PELET VOz SINTER Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 ISSN 0854-5561 ANALISIS KANDVNGAN PENGOTOR DALAM PELET VOz SINTER Asminar ABSTRAK ANALISIS KANDUNGAN PENGOTOR DALAM PELET U02 SINTER. Telah dilakukan analisis pengotor

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL Pramuko I. Purboputro Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl.A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan

Lebih terperinci

UJI KETAHANAN KOROSI TEMPERATUR TINGGI (550OC) DARI LOGAM ZIRKONIUM DAN INGOT PADUAN

UJI KETAHANAN KOROSI TEMPERATUR TINGGI (550OC) DARI LOGAM ZIRKONIUM DAN INGOT PADUAN PKMI-3-2-1 UJI KETAHANAN KOROSI TEMPERATUR TINGGI (550 O C) DARI LOGAM ZIRKONIUM DAN INGOT PADUAN Zr-Mo-Fe-Cr SEBAGAI KANDIDAT KELONGSONG (CLADDING) BAHAN BAKAR NUKLIR Beni Hermawan, Incik Budi Permana,

Lebih terperinci

PENGERASAN PERMUKAAN BAJA ST 40 DENGAN METODE CARBURIZING PLASMA LUCUTAN PIJAR

PENGERASAN PERMUKAAN BAJA ST 40 DENGAN METODE CARBURIZING PLASMA LUCUTAN PIJAR PENGERASAN PERMUKAAN BAJA ST 40 DENGAN METODE CARBURIZING PLASMA LUCUTAN PIJAR BANGUN PRIBADI *, SUPRAPTO **, DWI PRIYANTORO* *Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 1008, DIY 55010

Lebih terperinci

Background 12/03/2015. Ayat al-qur an tentang alloy (Al-kahfi:95&96) Pertemuan Ke-2 DIAGRAM FASA. By: Nurun Nayiroh, M.Si

Background 12/03/2015. Ayat al-qur an tentang alloy (Al-kahfi:95&96) Pertemuan Ke-2 DIAGRAM FASA. By: Nurun Nayiroh, M.Si Background Pertemuan Ke-2 DIAGRAM FASA Umumnya logam tidak berdiri sendiri (tidak dalam keadaan murni) Kemurnian Sifat Pemaduan logam akan memperbaiki sifat logam, a.l.: kekuatan, keuletan, kekerasan,

Lebih terperinci

PENGARUH DEFORMASI DINGIN TERHADAP KARAKTER PADUAN Zr-0,3%Mo-0,5%Fe-0,5%Cr PASCA PERLAKUAN PANAS

PENGARUH DEFORMASI DINGIN TERHADAP KARAKTER PADUAN Zr-0,3%Mo-0,5%Fe-0,5%Cr PASCA PERLAKUAN PANAS J. Tek. Bhn. Nukl. Vol. 7 No. 1 Januari 2011: 1-73 ISSN 1907 2635 PENGARUH DEFORMASI DINGIN TERHADAP KARAKTER PADUAN Zr-0,3%Mo-0,5%Fe-0,5%Cr PASCA PERLAKUAN PANAS Sungkono *, Kartika Sari **, Nani Yuliani

Lebih terperinci

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit OLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) BIDANG KIMIA SUB KIMIA FISIK 16 Mei 2017 Waktu : 120menit Petunjuk Pengerjaan H 1. Tes ini terdiri atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penguatan yang berdampak terhadap peningkatan sifat mekanik dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penguatan yang berdampak terhadap peningkatan sifat mekanik dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penguatan yang berdampak terhadap peningkatan sifat mekanik dapat terjadi dengan berbagai cara, antara lain dengan mekanisme pengerasan regangan (strain hardening),

Lebih terperinci

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT Pembebanan Batang Secara Aksial Suatu batang dengan luas penampang konstan, dibebani melalui kedua ujungnya dengan sepasang gaya linier i dengan arah saling berlawanan yang berimpit i pada sumbu longitudinal

Lebih terperinci

PROSES PENGERASAN (HARDENNING)

PROSES PENGERASAN (HARDENNING) PROSES PENGERASAN (HARDENNING) Proses pengerasan atau hardening adalah suatu proses perlakuan panas yang dilakukan untuk menghasilkan suatu benda kerja yang keras, proses ini dilakukan pada temperatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ragam, oleh sebab itu manusia dituntut untuk semakin kreatif dan produktif dalam

BAB I PENDAHULUAN. ragam, oleh sebab itu manusia dituntut untuk semakin kreatif dan produktif dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerapan teknologi rekayasa material saat ini semakin bervariasi hal ini disebabkan oleh tuntutan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang beraneka ragam, oleh sebab

Lebih terperinci

BAB III KETIDAKSEMPURNAAN BAHAN PADAT

BAB III KETIDAKSEMPURNAAN BAHAN PADAT BAB III KETIDAKSEMPURNAAN BAHAN PADAT Susunan yang sempurna ada di keseluruhan material kristal pada skala atom tidaklah ada. Semua bahan padat mengandung sejumlah besar cacat atau ketaksempurnaan. CACAT

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan. BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Data Pengujian. 4.1.1. Pengujian Kekerasan. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metoda Rockwell C, pengujian kekerasan pada material liner dilakukan dengan cara penekanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Baja Baja adalah salah satu bahan konstruksi yang paling banyak digunakan. Sifat-sifatnya yang penting dalam penggunaan konstruksi adalah kekuatannya yang tinggi dibandingkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Foto Mikro dan Morfologi Hasil Pengelasan Difusi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Foto Mikro dan Morfologi Hasil Pengelasan Difusi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian sambungan logam tak sejenis antara Baja SS400 dan Aluminium AA5083 menggunakan proses pengelasan difusi ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh ketebalan lapisan

Lebih terperinci

Proses Annealing terdiri dari beberapa tipe yang diterapkan untuk mencapai sifat-sifat tertentu sebagai berikut :

Proses Annealing terdiri dari beberapa tipe yang diterapkan untuk mencapai sifat-sifat tertentu sebagai berikut : PERLAKUAN PANAS Perlakuan panasadalah suatu metode yang digunakan untuk mengubah sifat logam dengan cara mengubah struktur mikro melalui proses pemanasan dan pengaturan kecepatan pendinginan dengan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknik pengerasan permukaan merupakan suatu proses untuk meningkatkan sifat kekerasan serta kinerja dari suatu komponen atau material. Kerusakan suatu material biasanya

Lebih terperinci

12/03/2015. Nurun Nayiroh, M.Si

12/03/2015. Nurun Nayiroh, M.Si Fasa (P) Fasa (phase) dalam terminology/istilah dalam mikrostrukturnya adalah suatu daerah (region) yang berbeda struktur atau komposisinya dari daerah lain. Nurun Nayiroh, M.Si Fasa juga dapat didefinisikan

Lebih terperinci

PENENTUAN KESTABILAN SPARKING SPEKTROMETER EMISI MENGGUNAKAN BAHAN PADUAN ALUMINIUM

PENENTUAN KESTABILAN SPARKING SPEKTROMETER EMISI MENGGUNAKAN BAHAN PADUAN ALUMINIUM ISSN 1979-2409 Penentuan Kestabilan Sparking Spektrometer Emisi Menggunakan Bahan Paduan Aluminium (Agus Jamaludin, Djoko Kisworo, Darma Adiantoro) PENENTUAN KESTABILAN SPARKING SPEKTROMETER EMISI MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

SIFAT FISIK DAN MINERAL BAJA

SIFAT FISIK DAN MINERAL BAJA SIFAT FISIK DAN MINERAL BAJA Oleh kelompok 7 AYU ANDRIA SOLIHAT (20130110066) SEPTIYA WIDIYASTUTY (20130110077) BELLA LUTFIANI A.Z. (20130110080) M.R.ERNADI RAMADHANI (20130110100) Pengertian Baja Baja

Lebih terperinci