BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Nama Pulau Rote Dalam bahasa ibu orang Rote, pulau Rote disebut "Nusa Lote". Selain itu terdapat berbagai istilah tentang nama pulau ini yang dihimpun oleh Ballo 1, antara lain: 1) "Lolo Neo do Tenu Hatu" (berarti "gelap"), "Nes do Males" (berarti "layu"), dan "Rotes", selama pendudukan Portugis pada abad XVI dan XVII; 2) "Rotthe" yang dapat dijumpai pada peta-peta produk pemerintah kolonial Belanda yang kemudian dikutip secara salah sebagai "Rotto", kecuali satu peta abad XVII yang menyebutnya "Noesa Dahena" (pulau manusia); 3) "Rottij", yang terdapat dalam dokumen VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) atau Perserikatan Perusahaan Hindia Timur atau Perusahaan Hindia Timur Belanda), yang dieja "Rotti", "Rotty", dan "Rottij". Istilah resmi ini terus digunakan hingga pada abad XX menjadi "Roti". "Roti" merupakan kesalahan penyebutan dari kata aslinya "Rote" sebagaimana dipakai pertama kali oleh orang-orang Portugis. Inilah sebabnya saat ini terdapat dua istilah resmi, yaitu "Rote" dan "Roti". B. Lokasi geografis dan Flora-Fauna Kabupaten Rote Ndao terletak di wilayah paling selatan di Negara Republik Indonesia. Kabupaten ini merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten 1 Johan Wiklif Ballo, Makna Tradisi Belis - Mbedadode (Salatiga: Thesis, Program Pascsarjana Magister Sosiologi Agama, UKSW, 2004),

2 Kupang Propinsi Nusa Tenggara Timur yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2002 setelah Dewan Perwakilan Rakyat mengukuhkannya pada 11 Maret Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1280,10 kilometer persegi yang terdiri dari sembilan puluh enam pulau. Dari sembilan puluh enam pulau ini, enam pulau dihuni manusia. Pulau-pulau yang dihuni manusia adalah Rote ( Ha), Usu (1.940 Ha), Nuse (566 Ha), Ndao (863 Ha), Landu (643 Ha), dan Do'o (192 Ha.), sementara sembilan puluh pulau lainnya tidak tidak dihuni manusia. Kabupaten Rote Ndao terletak antara 10 derajat 25' - 11 derajat Lintang Selatan, dan 121 derajat derajat 26 Bujur Timur. Kondisi geografis kabupaten ini umumnya permukaan tanah berbukit-bukit dan bergunung-gunung ( Ha) dan sebagian terdiri dari dataran rendah ( Ha). Tingkat kemiringan rata-rata mencapai 45%. Kontur pulau Rote bervariasi, pada daerah pantai ketinggian 0-10 m di atas permukaan laut, sedangkan di bagian tengah mencapai ketinggian meter dengan tingkat kemiringan 40-60%. Penggunaan lahan di Kabupaten Rote Ndao didominasi oleh hutan, lahan sawah, dan perkebunan. Jenis sawah yang ada adalah sawah tadah hujan dan sawah irigasi. Dari keseluruhan lahan sawah, 62% (enam puluh dua persen) merupakan sawah tadah hujan dan 38% (tiga puluh delapan persen)merupakan sawah irigasi. Lahan sawah irigasi banyak terdapat di kecamatan Lobalain, Rote Tengah, dan Rote Timur. Lahan sawah terluas terdapat di Kecamatan Rote Tengah. Lahan sawah terdapat di semua 6

3 kecamatan di Kabupaten Rote Ndao. Dari Ha kebun yang ada, Ha di antaranya adalah kebun tanaman lontar. Secara klimatologi wilayah ini beriklim kering yang dipengaruhi angin Muson. Musim hujan di daerah ini relatif pendek, yaitu dari bulan Desember hingga April. Kelembaban udara rata-rata mencapai 85%RH arah dan kecapatan angin empat belas knot per jam, tekanan udara rata-rata 966,7 milibar dan curah hujan rata-rata mm serta temperatur berkisar antara 23,6 derajat - 27 derajat 2. Angin Muson bertiup di Pulau Rote saat musim kemarau dan musim penghujan. Angin Muson Timur bertiup saat musim kemarau menyebabkan malam hari pada bulan-bulan tertentu udara menjadi sangat dingin. Pada musim penghujan angin Muson Barat bertiup sangat kencang dan dapat menimbulkan bencana. Angin taufan juga terjadi saat keadaan pancaroba pada akhir musim kemarau dan hujan, yaitu pada musim barat. Angin yang dikenal sebagai siklon tropis ini menjadikan selat Pukuafu (selat antara Pulau Timor dan pulau Rote) berbahaya bagi pelayaran. Terdapat sembilan pulau kecil yang terletak di dekat pulau Rote. Tiga pulau yang berpenghuni adalah Pulau Nude, Pulau Landu, dan Pulau Usu. Sedangkan empat pulau yang tidak berpenghuni adalah Pulau Heliana, Pulau Manuk, Pulau Do'o, dan Pulau Ndana. 2 Informasi ini dikutip dari laman resmi pemerintah propinsi Nusa Tenggara Timur: 7

4 Tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan untuk kehidupan adalah kelapa (cocos nusivera), tuak atau lontar (borassus sundaecus), kusambi (scekeichera oleosa), asam atau tambaring (tamarinda indica), dan pohon gewang (corypha utan). Hewan-hewan dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu hewan peliharaan dan hewan liar. Hewan ternak ternak di pulau Rote meliputi kerbau, sapi (jenis ongole), kuda, kambing, domba, itik, babi, ayam, anjing, dan kucing. Sedangkan, yang termasuk hewan liar adalah rusa, babi hutan, kerang, musang, ular, biawak, tekukur, bangau, elang, belibis, pipit, burung hantu, dan pelikan. Pada musim kemarau, burung pelikan dari Benua Australia dan singgah di Pulau Rote sebelum melanjutkan perjalanan ke Benua Asia. C. Wilayah Administratif 3 Wilayah Rote Ndao semula adalah merupakan bagian dari Wilayah Pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat II Kupang yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah - Daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah - daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1655). Selanjutnya sebagai pelaksanaan dari Undang - Undang tersebut, maka berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur masing-masing Nomor Pem.66/1/2, tanggal 28 Pebruari 3 Informasi ini dikutip dari laman resmi pemerintah kabupaten Rote Ndao dengan perubahan seperlunya: 8

5 1962 dan Nomor Pem.66/1/22, tanggal 5 Juni 1962, maka wilayah Rote Ndao dibagi menjadi 3 (tiga) wilayah Pemerintahan Kecamatan yaitu : Kecamatan Rote Timur dengan pusat Pemerintahan di Eahun Kecamatan Rote Tengah dengan pusat Pemerintahan di Baa Kecamatan Rote Barat dengan pusat Pemerintahan di Oelaba. Tahun 1963, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur Nomor Pem.66/1/32, tanggal 20 Juli 1963 tentang Pemekaran Kecamatan, maka wilayah pemerintahan yang berada di Rote Ndao dimekarkan menjadi empat wilayah kecamatan yaitu : Kecamatan Rote Timur, beribu kota di Eahun Kecamatan Rote Tengah, beribu kota di Baa Kecamatan Rote Barat, beribu kota di Busalangga Kecamatan Rote Selatan, beribu kota di Batutua Setelah empat tahun berjalan, wilayah di Rote Ndao dimekarkan dari empat kecamatan menjadi delapan Kecamatan. Pembagian ini diatur dalam Surat Keputusan Gubernur Tingkat I Nusa Tenggara Timur Nomor Pem.66/1/44 tanggal 1 Juli 1967 dan Keputusan Nomor Pem.66/2/71, tanggal 17 Juli 1967, yakni : Kecamatan Rote Timur dengan pusat Pemerintahan di Eahun Kecamatan Pantai Baru dengan pusat Pemerintahan di Olafulihaa Kecamatan Rote Tengah dengan pusat Pemerintahan di Feapopi Kecamatan Lobalain dengan pusat Pemerintahan di Baa Kecamatan Rote Barat Laut dengan pusat Pemerintahan di Busalangga 9

6 Kecamatan Rote Barat Daya dengan pusat Pemerintahan di Batutua. Kecamatan Rote Selatan dengan pusat Pemerintahan di Daleholu. Kecamatan Rote Barat dengan pusat Pemerintahan di Nemberala. Pada saat itu situasi keuangan Negara tidak memungkinkan untuk pembentukan Kabupaten Otonom Rote Ndao, sehingga Kepala Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur mengeluarkan Surat Keputusan Nomor Pem.66/2/4, tanggal 11 April 1968 agar wilayah Rote Ndao dibentuk sebagai Wilayah Koordinator Schap dalam wilayah hukum Kabupaten Daerah Tingkat II Kupang. Keputusan Guberur Tingkat I Nusa Tenggara Timur Nomor Pem. 66/2/21, tanggal 1 Juli 1968, D.C. Saudale dilantik menjadi bupati yang diperbantukan di Wilayah Koordinator Schap Rote Ndao. Pada tahun 1979 terjadi perubahan status Wilayah Koordinator Schap Rote Ndao menjadi wilayah pembantu Bupati Kupang untuk Rote Ndao, berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur Nomor 25 tahun 1979 tanggal 15 Maret 1979, tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pembantu Bupati Kupang untuk Rote Ndao, yang telah disahkan pula oleh Menteri Dalam Negeri dengan Keputusan Menteri Dalam Nomor tertanggal 8 April Para pejabat yang memimpin di Wilayah Koordinator Schap Rote Ndao maupun di Wilayah Pembantu Bupati Kupang untuk Rote Ndao berdasarkan periode pemerintahannya adalah sebagai berikut : adalah D. C. Saudale sebagai Koordinator Schap Rote Ndao 10

7 adalah DRS. R. Chandra Hasyim sebagai Koordinator Schap Rote Ndao adalah DRS. G. Th. Hermanus sebagai Pembantu Bupati Kupang Wilayah Rote Ndao adalah DRS. G. Bait sebagai Pembantu Bupati Kupang Wilayah Rote Ndao adalah Drs. R. Izaac sebagai Pembantu Bupati Kupang Wilayah Rote Ndao adalah Benyamin Messakh, BA sebagai Pembantu Bupati Kupang Wilayah Rote Ndao adalah Christian Nehemia Dillak, SH sebagai Bupati Rote Ndao Dalam tahun 2000 timbulnya masyarakat Rote Ndao yang berada di Wilayah Pembantu Bupati Kupang Wilayah Rote Ndao mengusulkan agar Wilayah Pemerintahan Pembantu Bupati Rote Ndao ditingkatkan menjadi Kabupaten definitif. Usulan tersebut, yang didukung dengan adanya pernyataan sikap dari tiga ratus tokoh masyarakat yang mewakili masyarakat dari 19 Nusak 4, diajukan kepada Pemerintah Pusat dalam hal ini Menteri Dalam Negeri, melalui Pemerintah Kabupaten Kupang sebagai kabupaten induk. Setelah melalui pengkajian dan mekanisme pembahasan sesuai Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, maka pada 10 April 2002 oleh Pemerintah Pusat dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia 4 Para pendatang yang mendiami Pulau Rote hidup secara berkelompok-kelompok berdasarkan marganya (leo). Kelompok-kelompok inilah yang disebut Nusak. 11

8 menetapkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Rote Ndao di Propinsi Nusa Tenggara Timur. D. Asal-Usul Gambaran pulau Rote dan penghuninya banyak diperoleh dari cerita rakyat dan sumber luar negeri. 1. Cerita Rakyat Legenda dan mitologi, Manehelo 5, penyair adat, menuturkan asal-usul orang Rote adalah dari tanah atas (lain doa ata), maksudnya dari sebelah utara. Cerita yang lain mengatakan orang Rote berasal dari Sela do Dai, maksudnya negeri antah berantah. 2. Sumber-Sumber Luar Negeri a. F.Y. Ormeling Ormeling (dalam Soh dan Indriyana: 2008) mengungkapakan orang Rote berasal Pulau Seram di wilayah Maluku bagian Selatan. Dari Seram mereka datang secara bergelombang menggunakan perahu bercadik, yang disebut Lete-lete. b. Yaargang Penghuni pulau Rote berasal dari Dai Laka, suatu tempat di Pulau Seram. Mereka berlayar dari Seram sampai ke Atapupu, lalu 5 Manehelo (Manek = pemimpin, ahli; hehelo = karya sastra tradisional suku Rote) adalah orang yang ahli dalam menuturkan karya-karya sastra tradisional dalam acara-acara tertentu, baik yang bersifat sakral maupun sekuler. 12

9 menyusuri pantai Timor Kupang, menyeberangi selat Pukuafu dan tiba di Pulau Rote. E. Sistem Kekerabatan dan Struktur Sosial Orang Rote merupakan kaum patrilinial. To'o, saudara laki-laki pihak ibu, dengan keponakannya memiliki hubungan yang magis. Biasanya to'o berperan penting dalam hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa penting dalam kehidupan keponakannya, antara lain perkawinan, kematian, pembagian warisan, dan lain-lain. Selain hubungan kekerabatan, garis keturunan juga mengikuti sistem patrilinial. Dalam sistem ini pihak garis ayah berperan dan mempunyai kekuasaan yang lebih besar dibandingkan keluarga pihak ibu. Masyarakat Rote terdiri atas kelompok-kelompok sosial yang lahir dari satu keturunan tertentu. Kelompok-kelompok ini memiliki peran dan fungsinya masing-masing dalam kehidupan bermasyarakat. Meski pun laki-laki mendominasi kehidupan masyarakat Rote, perempuan merupakan dasar F. Kesenian 1. Seni Kriya Orang Rote menggunakan bagian-bagian pohon Lontar untuk dijadikan sarana pendukung kegiatan sehari-hari. Berbagai sarana tersebut antara lain: 13

10 a. Batang Batang lontar digunakan untuk bahan bangunan tiang, balok, papan, dinding, dan lain-lain. Batang lontar juga digunakan untuk membuat kopak (peti mati). b. Pelepah Digunakan untuk membuat pagar, dinding rumah, pemikul, kayu bakar. c. Daun Berbagai peralatan yang dibuat dari daun lontar adalah atap rumah, pupuk, dan bahan pengganti kertas. Beberapa peralatan yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari orang Rote: 1) Haik Tempat untuk menampung bahan-bahan cair, seperti air, tuak, dan gula. 2) Lukak Tempat untuk menyimpan atau menyajikan makanan-makanan kering. 3) Tonda Tempat sirih untuk kaum pria. 14

11 4) Oli Tempat sirih untuk kaum wanita. 5) Kukusak Peralatan untuk memeras kelapa yang sudah diparut dengan tujuan mendapatkan santannya. 6) Ooko Menyerupai nyiru yang digunakan untuk menampi beras, jagung, padi-padian, dan lain-lain. 7) Ti i Langga Topi yang paling terkenal dari Pulau Rote. Di bagian atas Ti i Langga terdapat anyaman yang disebut koak. Koak melambangan kejantanan atau keberanian, dalam pengertian siapa yang mengenakan koak merupakan pemimpin saat menghadapi musuh atau perang. 2. Seni Tari Orang Rote gemar menari. 6 Tarian orang Rote pada hakekatnya lebih berorientasi pada fungsi sosial. Dahulu, tarian ditampilkan untuk menyambut para pahlawan yang kembali dari medan perang. Secara 6 Alo Liliweri, Inang Hidup dan Bakhtiku, Tim Penggerak PKK Provinsi NTT, 1989),

12 sosial, tarian orang Rote merupakan tarian bersama. Tarian-tarian ini ada yang dimainkan oleh laki-laki saja, perempuan saja, atau campuran lakilaki dan perempuan. Tidak ada pembatasan usia dalam tarian-tarian ini. Dalam perkembangan kesenian, tarian Rote mengalami pergesaran nilai kesakralannya. Saat ini tarian Rote banyak ditampilkan dalam penyambutan tamu dan sebagai hiburan. Tarian pada umumnya diiringi oleh gong dan gendang. 7 Estetika suatu tarian Rote ditentukan oleh gerakan pada penarinya. Tarian yang dimainkan oleh perempuan ditentukan oleh gemulai tangan kaki para penari tersebut. Sedangkan tarian yang dimainkan oleh penari pria menitik beratkan pada hentakan gerakan kaki yang kuat diikuti dengan gerakan tangan, misalnya tarian Foti (suatu tarian perang). 3. Seni Sastra Seni sastra tradisional suku Rote merupakan sastra lisan yang berbentuk syair dan cerita 8. Hanya orang-orang tertentu yang menguasai sastra tersebut. Ahli sastra ini disebut Manehelo. Hehelo disajikan secara lisan dengan cara seperti bernyanyi dan berpusat pada irama. Hal ini dilakukan agar dapat tercipta suatu suasana yang sesuai dengan tujuan dan maksud upacara. 7 Alo Liliweri, Inang Hidup dan Bakhtiku, Tim Penggerak PKK Provinsi NTT, 1989,) Istilah tradisionalnya adalah Hehelo. 16

13 Seni sastra suku Rote yang tradisional berbentuk puisi, baik yang berupa pantun, ungkapan-ungkapan, peribahasa, pepatah, syair-syair lagu, tekateki, mantra, dan ajaran kepercayaan adat. Bentuk seni sastra yang lain adalah prosa. Prosa ini berbentuk dongeng, legenda, dan mitos-mitos. Semua seni sastra ini bersifat sakral. Jika Manehelo sudah menutur, ia tidak boleh berhenti sebelum satu bagian selesai. Ia menuturkan hehelo secara sangat lancar dan tidak terputus. Tujuan utama hehelo adalah pemujaan leluhur yang menurunkan ajaranajaran moral atau sebagai pelipur lara. Jika Manehelo secara sengaja bertutur tidak seperti ajaran yang sebenarnya, maka sangsinya adalah kematian Manehelo tersebut. G. Gong Kayu Rote 1. Asal-usul Gong Kayu Rote Alat musik yang mula-mula di pulau Rote adalah Sasando. Sasando merupakan alat musik dari keluarga chordophone 9. Sasando dibuat dari ruas bambu pilihan dan dawainya menggunakan serat akar pohon beringin. Sasando menggunakan sistem penalaan pentatonik. Sasando awalnya menggunakan tujuh dawai dan dalam perkembangannya jumlah dawai sasando bertambah menjadi sembilan, mewakili sembilan suku yang ada di Pulau Rote pada saat itu. Dawai-dawai sasando tersusun atas : Chordophone adalah istilah untuk unstrumen musik yang bunyinya dihasilkan oleh dawai yang bergetar. 17

14 Pada suatu saat yang tidak diketahui kapan tepatnya, orang Makasar datang ke Rote dan menjual satu gong. Orang Rote tertarik dengan alat musik ini, namun untuk menyesuaikan dengan jumlah dawai Sasando, mereka membeli delapan gong berikutnya agar menjadi sembilan. Sembilan gong ini disebut satu kepala atau satu set. Gong ini dibuat menggunakan bahan dasar logam. Selain memesan gong logam dari luar Pulau Rote, orang Rote juga membuat alat musik perkusi lain yang terbuat dari bambu pilihan. Secara fisik alat musik ini beda dengan gong, namun mengadaptasi dan meniru jumlah nada dan sistem penalaan serta cara memainkan gong. Karena orang Rote tidak memiliki istilah khusus sebagai identitas alat musik tersebut, maka mereka menyebutnya gong kayu. Jadi, pengertian istilah gong kayu ini adalah instrumen yang terbuat dari bahan kayu dengan nada-nada yang sama dengan gong. Pada perkembangan selanjutnya, sasando yang pada mulanya menggunakan sistem penalaan pentatonik dimodifikasi sehingga mengunakan sistem penalaan diatonik. Tidak diketahui alasan penalaan sasando dijadikan diatonik, namun fakta menunjukkan bahwa sasando diatonik ini kemudian juga digunakan untuk memainkan musik-musik diatonik, misalnya musik Barat. Sasando ini disebut Sasando Biola. Ketika hasil penelitian ini ditulis, sasando yang digunakan dalam kesenian orang Rote dibedakan atas dua jenis, yaitu Sasando Gong dan Sasando Biola. Sasando Gong dapat dimainkan secara tunggal atau kelompok, dan bersama gong kayu untuk mengiringi hehelo dan tarian. Berdasarkan 18

15 alasan yang bersifat mistik, gong logam tidak boleh dimainkan bersama sasando Bentuk Fisik Dalam perkembangannya, proses pembuatan gong kayu ini mulai sulit karena bambu yang dibutuhkan sebagai bahan dasar gong kayu ini mulai sulit ditemukan, sehingga diganti dengan kayu merah atau kayu jati. 11 Secara umum istilah gong dipahami sebagai instrumen musik idiophone 12 berbahan dasar logam yang dimainkan dengan cara ditabuh, berbentuk bulat dengan sedikit cembung dibagian tengah sebagai tempat menabuh gong. Sedangkan gong kayu merupakan instrumen berbahan dasar kayu yang mengadaptasi cara memainkan dan jumlah formasi dalam satu set (orang lokal menyebutnya satu kepala). Resonator pada gong kayu bersifat manasuka, artinya bisa digunakan atau tidak. Hal ini disebabkan oleh sifat dari bilah gong kayu yang tidak membutuhkan resonator sebagai penguat bunyi karena bunyi dihasilkan langsung oleh bilah tersebut (idiophone). Gong kayu tersusun dari sembilan bilah bambu atau kayu yang dibetuk sedemikan rupa untuk mendapatkan nada yang diinginkan. Secara visual gong kayu seperti bentuk marimba dan kulintang. Bilah-bilah diletakkan 10 Wawancara dengan Hendrik Pah: 28 April Pada penelitian ini, gong kayu dibuat menggunakan kayu jati 12 Idiophone adalah istilah umum instrumen musikal yang menghasilkan bunyi oleh getaran bagian dari instrumen tersebut (The New Grove, V.12 : 73) 19

16 di atas sandaran yang lunak dan disusun berderet. Nada yang terletak paling kiri merupakan nada yang terendah, sedangkan nada kesembilan yang terletak paling kanan merupakan nada yang tertinggi. 3. Susunan Bilah Gong 13 Gong dalam bahasa Rote adalah meko. Secara filosofis bilah-bilah gong kayu melambangkan keluarga, yaitu Ina (ibu), Ngasak/Nggasa (ayah), dan Ana (anak-anak). Meko Ina terdiri atas Meko Ina Makamu (mama besar atau sulung), meko inak Tatae (mama tengah), meko ina Laladan (mama kecil atau bungsu). Meko Nggasa terdiri atas Meko Nggasa Laing (bapa besar atau sulung) dan Meko Nggasa Daeng (bapa kecil atau bungsu). Meko Ana terdiri atas Meko Ana Leko (anak pertama), Meko Ana Paiseli (anak kedua), Meko Ana Laladan (anak ketiga), dan Meko Ana Do'odea (anak keempat atau bungsu). Meko Ina Makamu merupakan bilah berukuran terbesar yang memiliki nada paling rendah dan Meko Ana Do'odea merupakan bilah berukuran terkecil yang memiliki nada paling tinggi. Bilah-bilah ini ditabuh menggunakan dua batang kayu kecil yang disebut tutuai meko. 4. Penalaan Gong Kayu Rote mengadopsi penalaan gong logam, dan gong logam mengadopsi penalaan sasando, yaitu pentatonik. Dengan demikian Gong Kayu Rote menggunakan sistem penalaan pentatonik. 13 Wawancara dengan Hendrik Pah: 28 April

17 Ina Makamu Ina Tatae Ina Laladan Nggasa Laing Nggasa Daeng Ana Leko Ana Paiseli Ana Laladan Ana Do odea 5. Fungsi Sosial Kehidupan masyarakat Rote sangat dekat dengan kesenian. Seni tari dan seni musik digunakan hamper di seluruh aspek kehidupan masyarakat Rote. Tarian-tarian diiringi dengan menggunakan iringan gong logam atau gong kayu. Dalam penggunaannya, gong kayu seringkali dianggap lebih praktis karena: a) menggunakan bahan baku yang relatif lebih murah dibandingkan gong logam; b) proses pembuatan yang jauh lebih mudah; dan c) secara akustika jauh lebih memungkinkan untuk dipadu dengan sasando. Instrumen musik ini digunakan dalam berbagai upacara ritual yang meliputi: perkawinan, kematian, penyambutan tamu, pemberkatan rumah baru, dan lain-lain. 6. Fungsi Edukatif Permainan gong kayu yang diajarkan di Sekolah Dasar, selain mengajarkan dan menanamkan rasa cinta dan tanggung jawab untuk 21

18 melestarikan kesenian lokal, juga dapat memupuk jiwa dan semangat bekerjasama dalam diri anak-anak. Demi keberhasilan memainkan suatu lagu, beberapa anak yang bersama-sama memainkan gong kayu dalam satu perangkat, perlu mengatur perpaduan pola ritmik serta nada secara tepat. Hal ini hanya dapat berhasil jika anak-anak dapat melepaskan sikap egonya serta menggantinya dengan sikap saling menghormati demi tujuan yang sama. Selain itu gong kayu dapat dijadikan media pelatihan dasar untuk memainkan sasando. Bermain sasando membutuhkan penguasaan keterampilan dan koordinasi yang baik antara jari, telinga, dan otak. Oleh sebab itu, menurut Djony Theedens, 14 untuk dapat memainkan sasando, dengan baik seseorang dituntut harus dapat memainkan gong Rote terlebih dulu. Gong Rote berfungsi sebagai akses mempelajari pola-pola ritmik serta melodik dalam musik Rote. Kendala mendapatkan gong logam dipecahkan dengan kehadiran gong kayu yang jauh lebih murah dari segi biaya dan relatif mudah untuk didapatkan. 7. Jenis Lagu Para pemusik menggunakan gong kayu untuk mengiringi tarian rakyat. Tarian-tarian ini dibagi dalam dua kategori, yaitu tarian yang ditampilkan bersama dan tanpa hehelo. Pola ritmik dan nada yang dimainkan pada gong kayu sama dengan pola ritmik dan nada dimainkan pada gong logam dan sasando gong. 14 Opini berjudul Anak Timor Main Sasando, dalam website Harian Pagi Timor Express yang terbit di Kota Kupang ( 22

19 Gong kayu digunakan untuk mengiringi tarian- tarian tradisional suku Rote yang meliputi: a. Te o Renda Te o adalah pangilan untuk saudara perempuan ayah, Renda berarti menyulam, merenda. Tarian ini menceritakan tentang te o yang sedang menyulam. Tarian ini berkarakter sedih. Tarian ini dimainkan pada perkawinan adat, namun bisa juga dimainkan untuk acara umum. b. Tai Benu Tai berarti timbangan, sedangkan Taibenu berarti timbangan/neraca yang kurang lebih bermakna duduk sama rendah, berdiri sama tinggi. Tarian ini bersifat senang dan digunakan pada penyambutan tamu atau acara-acara umum. c. Lelendok Merupakan tarian untuk menyambut tamu. d. Batu Matia Telu Secara harafiah berarti Tiga Batu Tungku. Syair lagu ini menceritakan tentang seseorang perantau yang sedang mencari teman atau keluarganya di daerah rantau, dan mengandung makna bahwa manusia merupakan makhluk sosial. 23

20 Tarian ini dimainkan saat upacara inisiasi anak yang baru lahir dan peresmian gedung atau rumah tinggal. e. Teotona Merupakan tarian umum. f. Manalolobanda Manalolobanda merupakan musik dan syair seorang gembala ketika tengah menjaga ternak-ternaknya di padang. Musik ini tidak digunakan untuk tarian adat, namun merupakan tarian modern yang berfungsi sebagai tarian persaudaraan. g. Siolayar Syair dari lagu ini menceritakan tentang seseorang yang pergi berlayar menggunakan kapal, namun pada akhirnya tersesat di tengah-tengah samudera yang luas. h. Tete'o Lagu ini menceritakan tentang seorang anak yang rindu kepada orang tuanya yang sudah meninggal. Intinya bahwa telah terjadi perpisahan antara orang tua dan anak. Lagu ini dapat digunakan untuk mengiringi perpisahan yang bukan disebabkan oleh kematian. i. Fe'o Nggeok Tarian ini dimainkan pada acara pinangan atau perkawinan. Hehelo dari lagu ini menceritakan tentang anggota keluarga perempuan yang 24

21 pergi dan pindah ke rumah sebelah, maksudnya bahwa ada anggota keluarga yang pergi dan menjadi anggota marga lainnya. j. Bobouk Foti Foti bearti cepat. Merupakan tarian hiburan yang dimainkan oleh penari pria. Tarian ini terbagi atas: 1) Bobouk Daek: aksesori yang digunakan hanya selimut. Dimainkan oleh satu atau dua orang penari. 2) Kakamusu (tarian kemenangan perang): aksesori yang digunakan adalah selimut dan pedang dan dimainkan oleh dua orang penari. k. Kaka Filanda Merupakan tarian yang berfungsi mengantar menuju tarian Kakamusu. l. Manukaka Merupakan tarian umum bertempo lambat tanpa kehadiran hehelo. Ketika ditarikan, tempo berangsur menjadi cepat hingga berlanjut dengan tarian Foti. m. Lelendo Ndao Tarian ini menceritakan tentang burung elang yang terbang untuk menangkap anak ayam. Bermula dngan tempo sedang dan berangsur semakin cepat. 25

22 Tarian ini bersifat menghibur dan biasa ditampilkan dalam pernikahan, festival, atau acara yang bersifat meriah. n. Fila Kapong Merupakan tarian silat kampung tanpa kehadiran hehelo. o. Koanini Koa berarti burung, sedangkan Nini berarti kicau. Cerita tentang burung yang berkicau sekali di pagi hari dan menandakan bahwa pagi telah tiba. p. Dede Kode Merupakan tarian monyet q. Enggalutu Merupakan tarian yang bersifat umum. r. Inana Bo'i Ina berarti mama/ibu, sementara bo i berarti sayang. Tarian ini menceritakan cinta kasih seseorang kepada kedua orang tua, saudara, dan keluarganya. s. Ka Ki Na Secara keseluruhan Ka Ki Na berarti batu yang terletak di sebelah kiri. Pantun lagu ini bercerita tentang seseorang yang tersesat. Orang 26

23 dalam cerita ini dilambangkan dengan domba yang salah memasuki kandang atau ayam yang naik dan bertengger di pohon yang keliru. t. Renggus (Li Renggus) Merupakan tarian tentang burung dara. Burung ini selalu berada di udara, namun tatkala turun ke tanah, itu menandakan bahwa burung tersebut akan mati. u. Nggafarina Teotona Tarian umum yang bersifat menghibur. v. Foti Lurus Foti Lurus memiliki nama lain yaitu Hela. Tarian ini mempunyai gerakan yang lebih cepat daripada tari Bobouk Daek. w. Ova Langga Menceritakan tentang sepasang kekasih yang terpisah dalam jarak yang jauh dan waktu yang lama. Lagu ini menggambarkan tentang kepedihan yang dirasakan masyarakat Rote pada saat pendudukan tentara Jepang di Rote. Inti lagu ini adalah tentang pengerahan tenaga kerja paksa (romusha) dari Pulau Rote ke Kupang dalam rangka membantu tentara Jepang Andre.Z. Soh, p.102,

24 Ova Langga 16 Ova Langga adinda soba-soba Soba sayang kasian susi ana Lu lemen terlalu susi matan Setanggung pinu lemen mamboi susah hati Te nae daeki, daeki tua meko Tua meko Pantai Baru Nae lena seli ta' dadi lena seli Nae nasa fali ta dadi nasa fali Saduran bebas : Lex Oepura Lajulah perahuku maju Kembangkan! Biar layarmu terkembang O, angin! Kuatlah berhembuskan berdayu Bawaku balik pada dinda tersayang Di Pantai Baru Kola De'a Di rindang lontar, setia Dinda menunggu Nasi ditanak beruraikan air mata Tersayang kasih di air nan mendidih Tertanggung derita Ibunda bersedih Pulangku... tanpa mauku... tertunda-tunda 16 idem 28

25 Keberangkatan tak kunjung terlaksana Kasihmu, kasihku... Dalam laju bersambut madah Cintamu, cintaku... Hanya dalam kenangan setiap kelana Lajulah perahuku maju Kiranya bukan sekedar impian Pelepas rindu... Ova Langga... Ova Langga, soba-soba 29

BAB IV ANALISIS MASALAH. Batu Matia Telu, Teorenda, Lelendo Ndao, dan Taibenu memiliki pola melodik dan ritmik tertentu yang khas sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS MASALAH. Batu Matia Telu, Teorenda, Lelendo Ndao, dan Taibenu memiliki pola melodik dan ritmik tertentu yang khas sebagai berikut: BAB IV ANALISIS MASALAH Musik tradisional suku Rote pada umumnya digunakan untuk mengiring berbagai tarian tradisional suku Rote. Alir melodi dan pola ritmik yang dimainkan menentukan tarian yang dimaiankan.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ALAT MUSIK DAN TARIAN

BAB IV ANALISIS ALAT MUSIK DAN TARIAN BAB IV ANALISIS ALAT MUSIK DAN TARIAN A. ALAT MUSIK A.1 SASANDU Sasandu adalah alat musik berdawai yang dimainkan dengan cara dipetik. Alat musik dari Rote ini berbentuk tabung panjang yang terbuat dari

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA 4.1. Letak Geografis Sumba Tengah Pulau Sumba terletak di barat-daya propinsi Nusa Tenggara Timur-NTT sekitar 96 km disebelah selatan Pulau Flores, 295 km disebelah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah 46 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 sampai dengan 105 45 Bujur Timur dan 5 15 sampai

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang Balai Pelaksana Teknis Bina Marga atau disingkat menjadi BPT Bina Marga Wilayah Magelang adalah bagian dari Dinas

Lebih terperinci

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk LAMPIRAN Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk 85 KERANGKA MATERI VIDEO PEMBELAJARAN MUSIK TRADISIONAL NUSANTARA Materi Pengertian Musik Tradisional Nusantara Lagu Tradisional Nusantara Penggolongan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi 70 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi Sulawesi Tenggara, secara geografis terletak dibagian selatan garis katulistiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Do Tenu Hatu. Ada pula yang menyebutnya dengan nama Nes Do Male atau

BAB I PENDAHULUAN. Do Tenu Hatu. Ada pula yang menyebutnya dengan nama Nes Do Male atau BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Rote adalah sebuah pulau yang dahulu dikenal dengan sebutan Lolo Neo Do Tenu Hatu. Ada pula yang menyebutnya dengan nama Nes Do Male atau Lino Do Nes yang berarti pulau

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping Revitalisasi Kota Tua Jakarta pembahasan yang didasarkan pemikiran yang menggunakan semiotika signifikasi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN ROTE-NDAO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN ROTE-NDAO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN ROTE-NDAO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

Beberapa fakta dari letak astronomis Indonesia:

Beberapa fakta dari letak astronomis Indonesia: Pengaruh Letak Geografis Terhadap Kondisi Alam dan Flora Fauna di Indonesia Garis Lintang: adalah garis yang membelah muka bumi menjadi 2 belahan sama besar yaitu Belahan Bumi Utara dan Belahan Bumi Selatan.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN ROTE-NDAO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN ROTE-NDAO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN ROTE-NDAO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dengan banyak suku dan budaya yang berbeda menjadikan Indonesia sebagai bangsa

Lebih terperinci

WARISAN BUDAYA TAK BENDA KAB. MERANGIN, JAMBI TARI SAYAK & TARI PISANG

WARISAN BUDAYA TAK BENDA KAB. MERANGIN, JAMBI TARI SAYAK & TARI PISANG Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan (PDSPK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016 WARISAN BUDAYA TAK BENDA KAB. MERANGIN, JAMBI TARI SAYAK & TARI PISANG DAFTAR ISI A. Pendahuluan B.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu kabupaten yang tekstur wilayahnya bergunung-gunung. Tapanuli Utara berada

Lebih terperinci

BAB II DESA HUTAJULU HINGGA TAHUN 1960

BAB II DESA HUTAJULU HINGGA TAHUN 1960 BAB II DESA HUTAJULU HINGGA TAHUN 1960 Alur dalam bab ini dimulai dengan deskripsi sejarah, dan terbentuknya Desa Hutajulu, kemudian menjelaskan desa dan seluruh isi desa tersebut hingga tahun 1960 yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan masyarakat Jawa yang bermigrasi ke Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan masyarakat Jawa yang bermigrasi ke Sumatera Utara. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertunjukan kuda lumping berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur yang akhirnya menyebar keseluruh Indonesia termasuk di propinsi Sumatera Utara. Perkembangan pertunjukan

Lebih terperinci

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Deskripsi umum lokasi penelitian 3.1.1 Perairan Pantai Lovina Kawasan Lovina merupakan kawasan wisata pantai yang berada di Kabupaten Buleleng, Bali dengan daya tarik

Lebih terperinci

Pegunungan-Pegunungan di Indonesia : Pegunungan Jaya Wijaya di Irian Jaya. Pegunungan Bukit Barisan di Sumatra. Dataran tinggi di Indonesia :

Pegunungan-Pegunungan di Indonesia : Pegunungan Jaya Wijaya di Irian Jaya. Pegunungan Bukit Barisan di Sumatra. Dataran tinggi di Indonesia : JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SD V (LIMA) ILMU PENGETAHUAN ALAM KENAMPAKAN ALAM DAN BUATAN DI INDONESIA A. KENAMPAKAN ALAM 1. Ciri-Ciri Kenampakan Alam Kenampakan Alam di Indonesia mencakup

Lebih terperinci

PELESTARIAN KARUNGUT SENI TRADISI LISAN KLASIK DAYAK NGAJU DI KALIMANTAN TENGAH

PELESTARIAN KARUNGUT SENI TRADISI LISAN KLASIK DAYAK NGAJU DI KALIMANTAN TENGAH PELESTARIAN KARUNGUT SENI TRADISI LISAN KLASIK DAYAK NGAJU DI KALIMANTAN TENGAH Oleh: Neni Puji Nur Rahmawati Balai Pelestarian Nilai Budaya Kalimantan Barat Karungut adalah sebuah kesenian tradisional

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geofrafis dan Demografis Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di wilayah Kecamatan Inuman Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau.

Lebih terperinci

SILABUS TEMATIK KELAS I

SILABUS TEMATIK KELAS I SILABUS TEMATIK KELAS I Tema 5 Subtema 1 : Pengalamanku : Pengalaman Masa Kecil Mata PPKn 3.1 3.2 3.4 4.1 Mengenal simbol-simbol sila Pancasila dalam lambang negara Garuda Pancasila Mengenal tata tertib

Lebih terperinci

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI BAB I KONDISI FISIK A. GEOGRAFI Kabupaten Lombok Tengah dengan Kota Praya sebagai pusat pemerintahannya merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas 29 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa merupakan salah satu kabupaten/kota yang berada di wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Kabupaten Lampung Selatan Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar pokok Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan serta memiliki beraneka ragam budaya. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya suku ataupun etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angkola, Tapanuli Selatan dan Nias. Dimana setiap etnis memiliki seni tari yang

BAB I PENDAHULUAN. Angkola, Tapanuli Selatan dan Nias. Dimana setiap etnis memiliki seni tari yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan provinsi yang memiliki beberapa sub etnis yang terdiri dari suku Melayu, Batak Toba, Karo, Simalungun, Dairi, Sibolga, Angkola, Tapanuli Selatan

Lebih terperinci

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389 BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN 1988 2.1. Kondisi Geografis Desa Namo Rambe merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016 ISSN : No. Publikasi: 5314.1615 Katalog BPS : 1101002.5314030 Ukuran Buku: 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : iv + 8 halaman

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Taman Nasional Gunung Halimun Salak 4.1.1. Sejarah, Letak, dan Luas Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH) ditetapkan pada tanggal 28 Februari 1992 dengan Surat Keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu alat Musik Tradisional Masyarakat Lampung adalah Gamolan. Gamolan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu alat Musik Tradisional Masyarakat Lampung adalah Gamolan. Gamolan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu alat Musik Tradisional Masyarakat Lampung adalah Gamolan. Gamolan termasuk dalam alat musik perkusi, Perkusi adalah sebutan bagi semua instrumen musik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa serta budaya. Keanekaragaman kebudayaan ini berasal dari kebudayaan-kebudayaan

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Fisik Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak dan Luas Secara geografis Kabupaten Cianjur terletak antara 6 0 21-7 0 25 Lintang Selatan dan 106 0 42-107 0 33 Bujur

Lebih terperinci

TARI GANGERENG ATAU TARI GIRING-GIRING

TARI GANGERENG ATAU TARI GIRING-GIRING TARI GANGERENG ATAU TARI GIRING-GIRING Oleh: Neni Puji Nur Rahmawati 1 Sebelum membahas tentang tari Giring-Giring, berikut deskrispsi dari tarian tersebut: Daerah asal : Dusun Paju Ampat, Kec. Dusun Timur,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS IKLIM INDONESIA Pengertian Iklim Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pulau Sumatera merupakan salah satu dari lima pulau terbesar yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pulau Sumatera merupakan salah satu dari lima pulau terbesar yang terdiri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulau Sumatera merupakan salah satu dari lima pulau terbesar yang terdiri dari sepuluh Provinsi. Salah satu provinsi yang ada di Pulau Sumatera adalah Provinsi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI GEOGRAFIS DESA

IDENTIFIKASI POTENSI GEOGRAFIS DESA 4 IDENTIFIKASI POTENSI GEOGRAFIS DESA Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan Waktu Tujuan : MENGENALI POTENSI GEOGRAFIS DESA : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. : Membangun pemahaman

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang 13 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang 1. Sejarah Singkat Desa sikijang adalah sebuah desa yang terletak Di Kecamatan Logas Tanah Darat, kabupaten

Lebih terperinci

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian merupakan wilayah Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang No 12 Tahun 1999 sebagai hasil pemekaran Kabupaten

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 28 November 2012 SILABUS Kelas I Tema 8 : Peristiwa Alam Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012 TEMA KELAS I Peristiwa Alam KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kehidupan masyarakat atas alasan menjaga lingkungan bersama yang harmonis.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kehidupan masyarakat atas alasan menjaga lingkungan bersama yang harmonis. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dendang di desa Gunung Ayu kota Manna Bengkulu Selatan memiliki nilai-nilai yang disepakati oleh adat, tata nilai adat digunakan untuk mengatur kehidupan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. bagian timur dan merupakan Kabupaten yang letaknya paling

BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. bagian timur dan merupakan Kabupaten yang letaknya paling BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN IV.1. Deskripsi Kabupaten Bima IV.1.1. Letak Dan Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Bima terletak di Pulau Sumbawa bagian timur dan merupakan Kabupaten yang letaknya

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

V. DESKRIPSI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 61 V. DESKRIPSI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 5.1. Keadaaan Geografis dan Administrasi Daerah Provinsi NTT terletak antara 8 0-12 0 Lintang Selatan dan 118 0-125 0 Bujur Timur. Luas wilayah daratan 48 718.10

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320 28 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Kepulauan Krakatau terletak di Selat Sunda, yaitu antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Luas daratannya sekitar 3.090 ha terdiri dari Pulau Sertung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide

BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah salah satu unsur kebudayaan yang tumbuh dan berkembang sejajar dengan perkembangan manusia selaku penggubah dan penikmat seni. Seni memiliki nilai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN SAMPUL DALAM... PERNYATAAN KEASLIAN... PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS... PENGESAHAN TIM PENGUJI TESIS... TRANSLITERASI...

DAFTAR ISI... HALAMAN SAMPUL DALAM... PERNYATAAN KEASLIAN... PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS... PENGESAHAN TIM PENGUJI TESIS... TRANSLITERASI... xiii DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DALAM... PERNYATAAN KEASLIAN... PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS... PENGESAHAN TIM PENGUJI TESIS... TRANSLITERASI... MOTTO... PERSEMBAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 37.530,52 km 2 atau hampir 7 % dari luas seluruh pulau Kalimantan. Wilayah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Secara administratif Kota Yogyakarta berada di bawah pemerintahan Propinsi DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) yang merupakan propinsi terkecil setelah Propinsi

Lebih terperinci

d. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali (Jateng)

d. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali (Jateng) BAB II DISKRIPSI DAERAH 2.1 Letak Geografi Kabupaten Klaten termasuk daerah di Propinsi Jawa Tengah dan merupakan daerah perbatasan antara Propinsi Jawa Tengah dengan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Lebih terperinci

berbentuk persegi panjang yaitu memanjang dari selatan ke utara. Di desa ini

berbentuk persegi panjang yaitu memanjang dari selatan ke utara. Di desa ini Desa Tenganan Pegringsingan II Oleh: I Ketut Darsana, Dosen PS Seni Tari Jika dilihat dari bentuk geografisnya, desa Tenganan Pegringsingan berbentuk persegi panjang yaitu memanjang dari selatan ke utara.

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih dulu telah merdeka bahkan jauh sebelum indonesia merdeka.

BAB I PENDAHULUAN. lebih dulu telah merdeka bahkan jauh sebelum indonesia merdeka. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia merupakan sebuah bangsa yang terdiri dari beribu-ribu pulau dan berbagai macam suku bangsa yang ada di dalamnya serta berbagai ragam budaya yang menjadi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN 35 IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Barat Menurut Pemerintah Kabupaten Lampung Barat (2011) bahwa Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa merupakan pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami beberapa wilayah sebagai tempat bermukim. Wilayah permukiman suku Karo jauh lebih luas dari pada Kabupaten

Lebih terperinci

TRANSMISI ALAT MUSIK SASANDO SEBAGAI MEDIA SENI BUDAYA DI KABUPATEN ROTE NDAO PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. TUGAS AKHIR Program Studi S1 Seni Musik

TRANSMISI ALAT MUSIK SASANDO SEBAGAI MEDIA SENI BUDAYA DI KABUPATEN ROTE NDAO PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. TUGAS AKHIR Program Studi S1 Seni Musik TRANSMISI ALAT MUSIK SASANDO SEBAGAI MEDIA SENI BUDAYA DI KABUPATEN ROTE NDAO PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TUGAS AKHIR Program Studi S1 Seni Musik Oleh: Yayo Sami Francis NIM. 1111738013 Semester Gasal

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak Geografis dan Astronomis Indonesia Serta Pengaruhnya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak Geografis dan Astronomis Indonesia Serta Pengaruhnya BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum 1. Letak Geografis dan Astronomis Indonesia Serta Pengaruhnya Letak geografi Indonesia dan letak astronomis Indonesia adalah posisi negara Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 A Sopaheluwakan, Tjeritera tentang Perdjandjian Persaudaraan Pela (Bongso-bongso) antara negeri

BAB I PENDAHULUAN. 1 A Sopaheluwakan, Tjeritera tentang Perdjandjian Persaudaraan Pela (Bongso-bongso) antara negeri BAB I PENDAHULUAN Di Ambon salah satu bentuk kekerabatan bisa dilihat dalam tradisi Pela Gandong. Tradisi Pela Gandong merupakan budaya orang Ambon yang menggambarkan suatu hubungan kekerabatan atau persaudaraan

Lebih terperinci

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis IKLIM INDONESIA Pengertian Iklim Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun dan meliputi wilayah yang luas. Secara garis besar Iklim dapat terbentuk karena adanya: a. Rotasi dan revolusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Musik merupakan bunyi yang terorganisir dan tersusun menjadi karya yang dapat dinikmati oleh manusia. Musik memiliki bentuk dan struktur yang berbeda-beda dan bervariasi.

Lebih terperinci

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864 DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 KELOMPOK DATA JENIS DATA : DATA UMUM : Geografi DATA SATUAN TAHUN 2015 SEMESTER I TAHUN 2016 I. Luas Wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan 78 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan UU No.33 Tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 Agustus

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. wilayah Kabupaten Lampung Utara berdasarkan Undang-Undang No.6 Tahun

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. wilayah Kabupaten Lampung Utara berdasarkan Undang-Undang No.6 Tahun 27 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Barat Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa merupakan hasil pemekaran wilayah Kabupaten Lampung Utara berdasarkan Undang-Undang No.6 Tahun

Lebih terperinci

BAHAN USBN AKORD. = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = = 2 ½ - 1 Sus 2 = = 1 2 ½

BAHAN USBN AKORD. = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = = 2 ½ - 1 Sus 2 = = 1 2 ½ AKORD BAHAN USBN M = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = 1 4 5 = 2 ½ - 1 Sus 2 = 1 2 5 = 1 2 ½ MUSIK KONTEMPORER Ciri-Ciri Seni Kontemporer secara umum

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik manusia sebagai individu, manusia sebagai kelompok masyarakat. Kondisi ekonomi, sosial dan adat istiadat,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI 1 PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 01 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Nama Sekolah : SD Negeri 1 Pagerpelah Kelas /Semester : 3 / 1 Tema : Peristiwa Alokasi Waktu : 3 Minggu (Minggu ke-1 s.d. 3) Tanggal Pelaksanaan : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik A. Kompetensi

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Letak Geografis Kabupaten Sleman Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110⁰ 13' 00" sampai dengan 110⁰ 33' 00" Bujur Timur, dan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan 29 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Desa Teluk Mesjid Desa Teluk Mesjid adalah suatu wilayah di kecamatan Sungai Apit kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 15 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Lokasi Kabupaten Lebak secara geografis terletak antara 6º18'-7º00' Lintang Selatan dan 105º25'-106º30' Bujur Timur, dengan luas wilayah 304.472 Ha atau 3.044,72 km².

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Tapanuli Tengah dikenal dengan sebutan Negeri Wisata Sejuta Pesona. Julukan ini diberikan kepada Kabupaten Tapanuli Tengah dikarenakan dibeberapa

Lebih terperinci

PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TERNAK SAPI POTONG DI KELURAHAN MERDEKA KECAMATAN KUPANG TIMUR KABUPATEN KUPANG

PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TERNAK SAPI POTONG DI KELURAHAN MERDEKA KECAMATAN KUPANG TIMUR KABUPATEN KUPANG PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TERNAK SAPI POTONG DI KELURAHAN MERDEKA KECAMATAN KUPANG TIMUR KABUPATEN KUPANG Ferdinan S. Suek, Melkianus D. S. Randu Program Studi Produksi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo 3.1 TINJAUAN KONDISI UMUM KABUPATEN KULON PROGO

BAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo 3.1 TINJAUAN KONDISI UMUM KABUPATEN KULON PROGO BAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo Kawasan outbound training di Kabupaten Kulon Progo merupakan kawasan pusat di alam terbuka yang bertujuan untuk mewadahi kegiatan

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 165 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan 1. Kesejahteraan masyarakat di tiga kabupaten pemekaran : a. Berdasarkan Klassen Typology yang dimodifikasi, Kabupaten Rokan Hilir adalah kabupaten pemekaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Dari ribuan pulau ini, setiap masyarakat yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Dari ribuan pulau ini, setiap masyarakat yang BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah Negara multikultural dengan berbagai ribuan pulau yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Dari ribuan pulau ini, setiap masyarakat yang menempatinya

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

BAB III GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK ROCK DI DENPASAR

BAB III GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK ROCK DI DENPASAR BAB III GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK ROCK DI DENPASAR Perencanaan dan perancangan bangunan gedung pertunjukan musik rock sangat dipengaruhi dengan lokasi bangunan tersebut berada. Bangunan penunjang rekreasi

Lebih terperinci

Subtema 2 : Kegiatan Ekstrakurikulerku

Subtema 2 : Kegiatan Ekstrakurikulerku Ayo menerapkan sikap bersatu! Dayu menceritakan hasil pengamatan tentang perilaku ayam. Dayu melihat sikap yang pantas ditiru dari kehidupan ayam. Induk jantan melindungi induk betina dan anaknya yang

Lebih terperinci

Pada acara penyambutan tersebut Prof. Yo juga diperkenalkan dengan staf-staf di jajaran pemerintahan Kabupaten Tolikara.

Pada acara penyambutan tersebut Prof. Yo juga diperkenalkan dengan staf-staf di jajaran pemerintahan Kabupaten Tolikara. Road Show ke Papua Pada tanggal 8 Februari 2009 Tim Surya Institute dan Prof. Yohanes Surya (Prof. Yo) berangkat roadshow ke Papua atas undangan WVI (Wahana Visi Indonesia). Tiba di Jayapura senin 9 Februari

Lebih terperinci

Arsitektur Dayak Kenyah

Arsitektur Dayak Kenyah Arsitektur Dayak Kenyah Propinsi Kalimantan Timur memiliki beragam suku bangsa, demikian pula dengan corak arsitekturnya. Namun kali ini hanya akan dibahas detail satu jenis bangunan adat yaitu lamin (rumah

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Nama : Mata Pelajaran : Geografi

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Nama : Mata Pelajaran : Geografi UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Nama : Mata Pelajaran : Geografi Kelas : 8 Waktu : 09.30-11.00 No.Induk : Hari/Tanggal : Selasa, 09 Desember 2014 Petunjuk Umum: Nilai : 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau terdiri dari etnik - etnik yang memiliki kesenian

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau terdiri dari etnik - etnik yang memiliki kesenian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Riau terdiri dari etnik - etnik yang memiliki kesenian yang sangat beragam. Salah satu diantaranya adalah Kabupaten Kuantan Singingi. Kabupaten ini

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis 33 KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Lokasi Geografis Daerah penelitian terletak di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Kecamatan Imogiri berada di sebelah Tenggara dari Ibukota Kabupaten Bantul.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan kenyataan, bangsa Indonesia terdiri dari suku-suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan kenyataan, bangsa Indonesia terdiri dari suku-suku bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan kenyataan, bangsa Indonesia terdiri dari suku-suku bangsa yang mempunyai latar belakang sosio budaya yang berbeda-beda. Keragaman ini terdiri dari kebudayaan-kebudayaan

Lebih terperinci

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI H. AKHYAR Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Batang Hari PENDAHULUAN Kabupaten Batang Hari dengan penduduk 226.383 jiwa (2008) dengan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha.

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha. BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK A. Letak Geografis dan Demografis 1. Geografis Desa Teluk Batil merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Sungai Apit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Kelompok pemain gambus (Dokumentasi Tengku Firdaus)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Kelompok pemain gambus (Dokumentasi Tengku Firdaus) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Musik gambus merupakan salah satu kesenian daerah yang terdapat di Sungai Apit Kabupaten Siak, Riau. Musik gambus umumnya dibawakan oleh orkes gambus. Saat

Lebih terperinci