Makalah Seminar Kerja Praktek PEMELIHARAAN SISTEM SUPLAI AC & DC. Jl. Prof. Sudharto, tembalang, Semarang, Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Makalah Seminar Kerja Praktek PEMELIHARAAN SISTEM SUPLAI AC & DC. Jl. Prof. Sudharto, tembalang, Semarang, Indonesia"

Transkripsi

1 Makalah Seminar Kerja Praktek PEMELIHARAAN SISTEM SUPLAI AC & DC Paul Henry Ginting 1, Ir. Tejo Sumakdi. M. T. 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, tembalang, Semarang, Indonesia paulhg90@gmail. com Abstrak - Dalam suatu sistem tenaga listrik, peralatan peralatan yang digunakan disuplai oleh tegangan AC maupun DC. Pusat-pusat pembangkit dan Gardu induk juga membutukan suplai sendiri untuk mensuplai peralatan-peralatan yang ada. Didalam suatu gardu induk biasanya terdapat suplai DC berupa beberapa sel Batere yang dirangkai secara seri. Batere ini digunakan untuk mensuplai peralatan peralatan proteksi di Gardu induk, seperti Peralatan proteksi, dan peralatan SCADA. Untuk menjaga kontinyunitas suplai DC di Gardu induk maka dilakukan pemeliharaan secara rutin sesuai SOP (Standing Operating Procedure) yang ditetapkan oleh PT. PLN. Pemeliharaan Suplai AC & DC merupakan serangkaian kegiatan untuk mempertahankan kondisi dan meyakinkan bahwa peralatan-peralatan suplai AC dan DC dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Hal ini bertujuan untuk menjamin kontinyunitas penyaluran tenaga listrik dan menjamin keandalan sistem tenaga listrik. Di dalam laporan ini akan dibahas praktek pemeliharaan terhadap Batere yang dlakukan di PT PLN (persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan Semarang. Dimana praktek yang dilakukan Uji kapasitas,uji Elektrolit dan rekondisi. Keywords:Pemeliharaan, suplai DC, Boosting charge, Equalizing charge, uji kapasitas, rekondisi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain sumber AC, di Gardu Induk juga diperlukan sumber arus searah (DC). Sumber tenaga untuk kontrol selalu harus mempunyai keandalan dan stabilitas yang tinggi. Karena persyaratan inilah dipakai Batere sebagai sumber arus searah. Catu daya DC bersumber dari Rectifier dan Batere terpasang pada instalasi secara paralel dengan beban, sehingga dalam operasionalnya disebut Sistem DC. Tujuan Pemeliharaan Sistem DC adalah : untuk mengusahakan agar Rectifier dan Batere berikut rangkaiannya selalu bekerja sesuai karakteristiknya, sehingga diharapkan Sistem DC mempunyai keandalan yang tinggi Maksud dan Tujuan Hal hal yang menjadi tujuan penulisan laporan kerja praktek ini adalah: 1. Mengetahui secara umum Sistem pemeliharaan Sumber AC & DC berdasarkan pada standard yang telah ditetapkan oleh PT. PLN 2. Mengetahui metode pemeliharaan pada Batere, meliputi,uji kapasitas, Uji elektrolit dan Rekondisi Pembatasan masalah Dalam makalah ini pembahasan akan dibatasi pada pembahasan tentang pemeliharaan sumber AC & DC secara umum dan praktek pemeliharaan Batere di PT PLN (persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan Semarang, uji kapasitas,uji elektrolit dan rekondisi (penggantian sel Batere) 1

2 II. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Pengoperasian suatu Gardu Induk memerlukan fasilitas pendukung yaitu sumber tegangan rendah AC 380 Volt yang diperlukan untuk sistem Kontrol, Proteksi, maupun untuk sistem mekanik penggerak peralatan di Gardu Induk. Pada gardu Induk 150 kv sumber AC dipasok dari Trafo pemakaian sendiri (PS) sedangkan pada GITET 500 KV, selain Trafo PS dilengkapi juga dengan Generator Set yang diperlukan untuk keadaan darurat atau pada saat Trafo pemakaian sendiri (PS) mengalami gangguan atau sedang dipelihara. Pemakaian sendiri di Gardu Induk berfungsi untuk memenuhi kebutuhan Tenaga Listrik peralatan bantu, pada umumnya dibutuhkan untuk memasok daya listrik ke peralatan di Gardu Induk antara lain : Pengisi Batere ( Charger ) Motor Kipas Pendingin Motor Sirkulasi minyak Motor Mekanik PMS Penerangan Gedung Penerangan kontrol Pemanas (Heater) Dll Selain sumber AC, Panel di Gardu Induk juga diperlukan sumber arus searah (DC). Sumber tenaga untuk kontrol selalu harus mempunyai keandalan dan stabilitas yang tinggi. Karena persyaratan inilah dipakai Batere sebagai sumber arus searah. Untuk kebutuhan operasi relai dan kontrol di PLN terdapat dua sistem catu daya pasokan arus searah yaitu DC 110V dan DC 220V, sedangkan untuk kebutuhan scadatel menggunakan sistem Catu Daya DC 48V. Diagram instalasi Sistem DC dapat dilihat pada Gambar REL 20KV TRAFO PS RECTIFIER BATERE FUSE REL DC MCB BEBAN DC Gambar Diagram Instalasi Sistem DC 2.2 Sistem AC Trafo pemakaian sendiri Pengoperasian suatu Gardu Induk memerlukan fasilitas pendukung yaitu sumber tegangan rendah AC 380 Volt yang diperlukan untuk sistem Kontrol, Proteksi, maupun untuk sistem mekanik penggerak peralatan di Gardu Induk. Umumnya peralatan instalasi Suplai AC yang terpasang di Gardu Induk adalah sebagai berikut : Load Breaker Switch ( LBS) Trafo Pemakaian sendiri NPB Panel Distribusi AC 2

3 Peralatan suplai AC dapat dilihat pada gambar berikut. REL 20KV LBS TRAFO PS NFB REL AC MCB PANEL DISTRIBUSI AC Gambar 2. 2 Bagian Peralatan utama SuplaiAC satu sumber tenaga bagi instalasi di dalam sistem kelistrikan Gardu Induk, baik untuk sistem kontrol maupun sistemsistem penggerak peralatan Gardu Induk. Genset diperlukan sekali untuk keadaan darurat, apabila penyediaan listrik utama terganggu, misalnya suplai dari Trafo PS (pemakaian sendiri) mengalami gangguan, pemeliharaan atau kondisi sistem Black-Out. Sehingga kondisi demikian Generator set dapat menggantikan dan dapat menyediakan sumber daya listrik untuk keperluan mensuplai Charger, penerangan ruangan operator, penggerak kipas pendingin Transformer, penggerak motor kompressor PMT dan keperluan lainnya sesuai kemampuan gensetnya. Pada gardu Induk 150 kv sumber AC dipasok dari Trafo pemakaian sendiri (PS) sedangkan pada GITET 500 KV, selain Trafo PS dilengkapi juga dengan Generator Set yang diperlukan untuk keadaan darurat atau pada saat Trafo pemakaian sendiri (PS) mengalami gangguan atau sedang dipelihara. Gambar Genset Prinsip kerja dari Genset adalah gabungan antara mesin penggerak dan Generator pembangkit listrik. Penggerak mula menggunakan prinsip Motor bakar untuk merubah energi kimia dalam bahan bakar menjadi energi mekanis. Gambar 2. 3 Trafo. PS Genset Genset merupakan bagian dari AC suplai yang sangat penting sebagai salah Generator Prinsip kerja dari Generator adalah mesin listrik yang mengkonversi energi mekanis menjadi energi listrik. Prinsip 3

4 dasar generator adalah menggunakan hukum Faraday. e = d φ / d t, menjelaskan secara kuantitatif induksi tegangan oleh medan magnet berubah waktu. Tegangan yang terinduksi ke kumparan stator akan membentuk sinusoida setiap satu putaran penuh (untuk generator 2 kutub). Sedangkan besarnya frekuensi yang timbul tergantung dari banyaknya kutub, putaran dan waktu, seperti rumus di bawah ini : Generator terdiri dari lilitan stator dan lilitan rotor. Lilitan rotor dialiri arus searah melalui sikat arang pada cincin slip. Lilitan stator terdiri dari beberapa buah lilitan (N), f = P n Hz 2 60 Keterangan : f : frekuensi pada kumparan stator P : jumlah kutub kumparan stator n : jumlah putaran rotor Gambar Generator Serempak Dasar. Rotor yang terdiri dari lilitan rotor yang telah dialiri arus searah diputar dengan kecepatan tetap oleh penggerak mula. Dengan adanya putaran rotor maka pada kumparan stator akan teinduksi fluks magnet dengan bentuk gelombang sinusoidal seperti rumus dibawah ini : e = d φ / d t, Keterangan : e : tegangan induksi pada kumparan stator dφ : fluksi yang timbul pada periode waktu kumparan stator dt : periode waktu 2.3 Sistem DC Rectifier / Charger Umum Rectifier atau Charger sering disebut juga Konverter adalah suatu rangkaian alat listrik untuk mengubah arus listrik bolak-balik (AC) menjadi arus searah (DC) yang berfungsi untuk suplai DC dan mengisi Batere agar kapasitasnya tetap terjaga penuh, oleh karena itu Batere tersebut harus selalu tersambung ke Rectifier sehingga keandalan sumber DC pada Gardu Induk terjamin. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka kapasitas Rectifier harus disesuaikan dengan kapasitas Batere terpasang, paling tidak kapasitas arusnya harus mencukupi untuk pengisian Batere : Jenis alkali sebesar 0, 2 C ( 0, 2 X Kapasitas) dan 0, 1 C untuk Batere asam, ditambah beban statis Gardu Induk, misalkan kapasitas Batere terpasang sebesar 200 Ah maka minimum Kapasitas arus Rectifier terpasang dengan kapasitas arus sebesar : 0, 2 x 200 A = 40 A + I statis misal 10 A maka minimum kapasitas Rectifier 50 A. 4

5 Oleh karena sumber AC Rectifier tidak boleh padam maka pengecekan tegangan tegangan input AC maupun tegangan output DC harus diperiksa secara rutin / periodik. Prinsip Kerja Sumber AC baik 1 fasa maupun 3 fasa masuk melalui terminal input Rectifier itu ke Trafo step-down dari tegangan 220 V / 380 V menjadi tegangan 110 V atau 48 V kemudian oleh Diode penyearah / Thyristor arus bolak balik (AC) tersebut dirubah menjadi arus searah dengan ripple / gelombang DC tertentu. Kemudian untuk memperbaiki ripple / gelombang DC yang terjadi diperlukan suatu rangkaian penyaring (filter) yang dipasang sebelum ke terminal Output. Gambar 2. 6 Diagram Sistem Kerja Rectifier Mode operasi pengisian pada Charger Umumnya jenis pengisian pada Rectifier yang diperlukan oleh Batere adalah : Floating, Equalizing dan Boosting Pengoperasian Rectifier Persiapan 1. Pastikan semua switch/nfb/mcb dalam kondisi OFF 2. Posisikan VR V-Ajust dan VR A-Ajust pada posisi minimum 3. Sambungkan kabel input tegangan AC 3 phasa ke terminal Rectifier 4. Sambungkan kabel Batere ke terminal DC Rectifier sesuai polaritasnya 5. Masukkan kabel tegangan AC ke sumber tegangan AC (Stop contact) Pengoperasian 1. Hidupkan Rectifier dengan memasukkan NFB Input 2. Posisikan VR A-Ajust pada posisi maximum 3. Atur VR V-Ajust sampai Voltmeter pada Rectifier menunjuk harga tegangan sesuai yang diminta (selanjutnya jangan diputar-putar lagi), setting ini adalah setting tegangan akhir (maximum) 4. Posisikan VR A-Ajust pada posisi minimum 5. Masukkan switch/nfb/mcb Output (tersambung ke Batere/beban) 6. Atur VR A-Ajust sampai menunjuk besarnya arus yang dibutuhkan. (Pengaturan ini adalah setting arus yang dibutuhkan dalam pengisian) 7. Khusus untuk Pengisian Boosting : a) Atur Timer keposisi waktu yang dibutuhkan b) Tekan tombol BA (Pengoperasian timer ini adalah untuk setting waktu pengisian) 5

6 Proses Pengisian Setelah langkah- langkah pengoperasian dilakukan, berarti Rectifier sudah operasi (mengisi) ke Batere, selanjutnya diamati proses pengisian dan lakukan sesuai dengan kektentuan dalam pengisian Batere Selesai Pengoperasian 1. Posisikan semua VR ke posisi minimum 2. Lepas switch/mcb/nfb output dan input Selesai Floating charge Adalah jenis pengisian ke Batere untuk menjaga Batere dalam keadaan full charge dan Batere tidak mengeluarkan maupun menerima arus listrik saat mencapai tegangan floating dan Batere tetap tersambung ke Charger dan beban. Di Gardu Induk umumnya menggunakan sistem floating. Bila sumber AC hilang atau pengisi Batere terganggu, beban langsung di suplai dari Batere. Tegangan Floating Standard : 1, 40 V 1, 44 V tiap sel (Batere alkali) maka Standard: 2, 10 V 2, 2 V tiap sel (Batere asam). Arus Floating Standard : ± 0, 01 x C (Alkali / Asam) Equalizing charge Adalah jenis pengisian Batere untuk menyamakan / meratakan tegangan karena terjadi perbedaan tegangan tiap sel. Tegangan Equalizing Standard : 1, 5 V 1, 6 V tiap sel (alkali) Standard : 2, 25 V 2, 3 V tiap sel (asam) Arus Equalizing Standard : Max. 0, 2 x C (Alkali) Standard : Max. 0, 1 x C (Asam) Boosting charge Adalah jenis pengisian cara cepat yang digunakan untuk initial charge atau pengisian kembali pada Batere setelah Batere mengalami pengosongan yang besar atau setelah di test kapasitas. Tegangan Boosting Standard : 1, 65 V 1, 7 V tiap sel (Batere alkali) Standard : 2, 35V 2, 4 V tiap sel (Batere asam) Arus Boosting Standard : 0, 1 ~ 0, 2 x C (Alkali) Standard : 0, 05 ~ 0, 1 x C (Asam) 2.4 Batere Umum Batere atau akumulator adalah sebuah sel listrik dimana didalamnya berlangsung proses elektrokimia yang reversibel (dapat berbalikan) dengan efisiensinya yang tinggi. Yang dimaksud dengan proses elektrokimia reversibel, adalah didalam Batere dapat berlangsung proses pengubahan kimia menjadi tenaga listrik (proses pengosongan), dan sebaliknya dari tenaga listrik menjadi tenaga kimia ( pengisian kembali dengan cara regenerasi dari elektroda-elektroda yang dipakai, yaitu dengan melewatkan arus listrik dalam arah (polaritas) yang berlawanan didalam sel. 6

7 Jenis sel Batere ini disebut juga Storage Battery, adalah suatu Batere yang mana dapat digunakan berulangkali pada keadaan sumber listrik arus bolak balik (AC) terganggu. Tiap sel Batere ini terdiri dari dua macam elektroda yang berlainan, yaitu elektroda positif dan elektroda negatif yang dicelupkan dalam suatu larutan kimia. Menurut pemakaian Batere dapat : Stationary (tetap) Portable (dapat dipindah-pindah) Prinsip kerja a) Proses discharge pada sel berlangsung menurut skema Gambar 1. 1 Bila sel dihubungkan dengan beban maka, elektron mengalir dari anoda melalui beban ke katoda, kemudian ion-ion negatif mengalir ke anoda dan ion-ion positif mengalir ke katoda. b) Pada proses pengisian menurut skema Gambar Bila sel dihubungkan dengan power suplai maka, Elektroda positif menjadi anoda dan elektroda negatif menjadi katoda dan proses kimia yang terjadi adalah sbb : 1. Aliran elektron menjadi terbalik, mengalir dari anoda melalui power suplly ke katoda. 2. Ion-ion negatif mengalir dari katoda ke anoda 3. Ion-ion positif mengalir dari anoda ke katoda. jadi reaksi kimia pada saat pengisian (charge) berlangsung sebaliknya. (a) i)gambar 2. 7(a). Reaksi elektrokimia Pada sel Batere ( discharge) ii) Gambar 2. 7(b )Reaksi elektrokimia pada sel Batere ( charge ) 2. 5 Uji kadar potassium karbonat elektrolit Batere ( K 2 CO 3 ) Tujuan (b) Adapun Tujuan pengujian kandungan potassium carbonate (K 2 CO 3 ) adalah untuk memperoleh infomasi apakah elektrolit Batere masih efektif untuk direkondisi atau sudah tidak efektif lagi untuk direkondisi Prosedur pelaksanaan uji kadar potassium karbonat elektrolit Batere a. Pengambilan sampel pengujian Satu unit Batere, sampel diambil beberapa tetes larutan elektrolit tiap sel Batere sehingga untuk satu unit Batere terkumpul ml elektrolit b. Pembuatan 50 ml larutan HCL 10 % - Masukkan 50 ml air murni ke gelas erlenmeyer - Memakai pipet 5 ml, masukkan 5 ml HCL pekat ke gelas erlenmeyer lalu aduk secukupnya Larutan tersebut cukup untuk satu kali pengujian. Untuk pembuatan larutan 7

8 yang lebih banyak dapat dilakukan seperti langkah tersebut diatas. c. Prosedur pengukuran dilaksanakan sebagai berikut : 1. Isilah gelas burette dengan HCL 10 % sampai penuh (larutan sampai pada batas titik nol) 2. Dengan menggunakan pipet, teteskan 5 ml larutan sampel (Potassium hydroxide) ke gelas erlenmayer 3. Masukkan 50 ml air murni (H2O) ke dalam gelas Erlenmeyer 4. Tambahkan sedikit bubuk phenolphtalein ke dalam larutan tersebut hingga berubah warna menjadi ungu Sambil perlahan gelas Erlenmeyer, mengocok 5. perlahan teteskan HCL 10 % dari gelas burette sampai larutan dalam gelas Erlenmeyer berubah warna menjadi bening (tanpa warna 6. Bacalah jumlah HCL 10 % yang telah dipakai pada gelas burette dan catatlah batas permukaannya dengan tanda p 7. Tambahkan sedikit bubuk methylorange ke dalam larutan bening pada Gelas Erlenmeyer hingga berubah warna menjadi kuning jernih 8. Sambil mengocok perlahan-lahan gelas Erlenmeyer, perlahan-lahan teteskan HCL 10 % dari gelas burette sampai larutan dalam gelas Erlenmeyer berubah warna menjadi orange 9. Bacalah jumlah HCL 10 % yang telah dipakai pada gelas burette dan catatlah batas permukaannya dengan tanda m 10. Dari langkah - langkah tersebut kandungan K 2 CO 3 dari sampel dapat diketahui dengan rumus : ( m - p ) x 2 x 69. 1/5 =... Gr/liter Standard kadar maksimum K 2 CO 3 untuk Batere yang diproduksi Nife adalah 100 Gr/liter. 2.6 Rekondisi Prinsip melakukan rekondisi Batere : 1. Pengosongan/discharge 2. Pembersihan sel Batere 3. Penggantian elektrolit 4. Pengisian arus/charging 5. Pengosongan/discharge Tujuan Untuk meningkatkan kembali kapasitas Batere atau memperbaiki dan mengembalikan proses kimiawi didalam sel Batere dengan cara melakukan penggantian elektrolit Tahapan rekondisi 1. Batere bebas dari beban sistem 2. Discharge/kosongkan Batere 3. Lepas conector dan sel Batere 4. Bersihkan sel Batere : Buang elektrolit lama Bersihkan dalam sel Batere dengan mengisi air murni dan di keluarkan lagi sampai cairan yang keluar bersih 5. Isi lkembali sel Batere dengan elektrolite yang masih baik 8

9 Jarak waktu diisi setelah selesai dibersihkan tidak boleh melebihi 1 jam Karena bila terlalu lama, elektroda akan bersenyawa dengan udara bisa menyebabkan panas ( Batere rusak) 6. Pasang sel Batere kembali dirak dan disambung / dirangkai seperti semula 7. Setelah selang waktu 5-24 jam dari pengisian elektrolite, lakukan pengisian arus (charging) dengan mode Boosting. 9

10 3. Analisa dan Pembahasan Data Data Hasil pengukuran Data Hasil Pengukuran Equalizing Charge Merek/type :SAFT/L406 Kapasitas : 258 AH I Pengisian :51.6A Jumlah sel : 40 Kap. Pengis : 361, 2 V Akhir : 68 volt Tabel 3. 1 Dokumen pengukuran pada saat Equalizing charge charge NO CEL TEG. AWAL TEG. EQUAL 10 SUHU ELEKTROLIT BERAT JENIS C C C C C C

11 3.1.2 Data Hasil Pengukuran Boosting Charge Merek/type :SAFT/L406 Kapasitas : 258 AH I Pengisian :51.6 AJumlah sel : 40 Kap. Pengis : 361, 2 V Akhir : 68 volt Tabel 5. 2 dokumen pengukuran pada saat boost charge JAM KE. TEG. 66, 0 68, 1 TOT ARUS 0 SUHU E/R / 31/29, 0 32/28 No. TEG/CEL TEG/CEL TEG/CEL CEL 1 1, 27 1, 48 1, 7 2 1, 27 1, 60 1, , 98 1, 48 1, , , , 27 1, 47 1, 7 6 1, 27 1, 45 1, , 27 1, 46 1, 7 8 1, 27 1, 42 1, 7 9 1, 27 1, 53 1, , 27 1, 55 1, , 27 1, 46 1, , 27 1, 51 1, , 27 1, 50 1, , 27 1, 52 1, , 27 1, 56 1, , 27 1, 63 1, , 26 1, 60 1, , 26 1, 50 1, , 27 1, 64 1, , 27 1, 64 1, , 27 1, 53 1, , 27 1, 63 1, , 27 1, 56 1, , 27 1, 56 1, , 27 1, 47 1, , 26 1, 58 1, , 27 1, 64 1, , 26 1, 64 1, , 27 1, 64 1, , 27 1, 56 1, , 27 1, 64 1, , 27 1, 64 1, , 27 1, 64 1, , 27 1, 63 1, , 27 1, 50 1, , 27 1, 63 1, , 27 1, 62 1, , 27 1, 62 1, 68 11

12 39 1, 27 1, 62 1, , 27 1, 57 1, Data Hasil Uji Kadar Pottasium Karbonat Elektrolit Batere Dari pengujian kadar potasium karbonat elektrolit Batere didapatkan data sebagai berikut: M=5. 3 P=2. 2 Dimana: P =jumlah HCL 10 % yang terpakai untuk membuat larutan dalam gelas erlenmeyer (H 2 O+potassium hydroxide+phenolphtalein+hcl 10%) menjadi bening. M = jumlah HCL 10 % yangf terpakai untuk membuat larutan dalam gelas erlenmeyer (H 2 O+potassium hydroxide+phenolphtalein+hcl 10%+methylorange)) menjadi orange. 3.2 Analisa data Equalizing charge Dari data dokumen pengukuran pada saat Equalizing charge dapat kita lihat bahwa tegangan per-sel sebelum diequalizing memiliki range antara V. Setelah diequalizing maka tegangan per-sel mengalami peningkatan menjadi V. Berdasarkan teori yang ada bahwa tegangan standard per-sel setelah diequalizing memiliki range V per-sel. Dan apabila terdapat salah satu sel yang memiliki tegangan di bawah 1. 5 V maka perlu dilakukan rekondisi Batere. Dan dari data diatas tegangan tiap-tiap sel setelah dilakukan Equalizing memiliki nilai diatas 1. 5 V. Namun terdapat beberapa sel yang memiliki tegangan diatas V, yaitu sel Sel memiliki tegangan tiap sel sebesar V. Nilai ini melampaui nilai standard tegangan Equalizing. Namun hal ini tidak terlalu dipermasalahkan Boosting charge Dari data dokumen pengukuran pada saat Boosting charge dapat kita lihat bahwa tegangan awal yaitu tegangan sebelum dilakukan Boosting charge memiliki range sebesar V tiap sel. Setelah satu jam pertama dilakukan Boosting charge range tegangan tiap sel meningkat menjadi V. Setelah dua jam dilakukan Boosting charge range tegangan tiap sel meningkat lagi menjadi V. Dapat kita lihat bahwa tegangan persel terus mengalami peningkatan. Standard tegangan akhir Boosting charge untuk Batere alkali ialah V tiap sel. Dari data yang diperoleh setelah dua jam dilakukan Boosting charge tegangan yang diperoleh secara keseluruhan sudah berada dalam range V tiap sel. Namun ada beberapa sel yang memiliki tegangan yang diatas 1. 7 V. Dari data teknis Batere yaitu: C(kapasitas)=258 AH KP(kapasitas pengisian)=361, 2 AH Jumlah sel=40 I ch 1 =0. 1X258=25.8 A 12

13 I ch 2 =0. 2X258=51.6 A T 1 =KP/ I ch 1 =140/10=14 jam T 2 = KP/ I ch 2 =140/20=7 jam V akhir =1. 7x40=68 V Pada praktek ini dipakai arus I ch 1 sehingga waktu pengisian =7 jam. Namun dalam praktek pengisian hanya dilakukan selama dua jam. Hal ini disebabkan praktek pengisian yang dilakukan hanya untuk tujuan pembelajaran. Setelah pengisian berlangsung selama dua jam dari data dilihat bahwa tegangan total sudah melebihi tegangan akhir sesuai perhitungan. Namun pengisian harus tetap dilakukan sampai tujuh jam agar kapasitas pengisian dapat tercapai Uji Kadar Kottasium Karbonat Batere Kadar potasium karbonat (K 2 CO 3 ) dapat diperoleh dengan memasukan nilai M dan P ke dalam persamaan : ( m - p ) x 2 x Dimana didapatkan: M=5. 3 P=2. 2 [ dalam Gr/liter ] Dengan memasukkannya kedalam persamaan diatas maka didapatkan kadar K 2 CO 3 sebesar gram/liter. Dengan mengacu pada standar kadar maksimum yang dibuat oleh Nife yaitu 100 gr/liter, maka berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa kandungan K 2 CO 3 masih berada dalam batas maksimum, sehingga tidak perlu dilakukan penggantian Elektrolit. Dengan kata lain Batere masih dapat digunakan. 4. PENUTUP 4. 1 Kesimpulan 1. Untuk mengetahui kapasitas Batere yang sesungguhnya,dapat dilakukan Uji kapasitas. 2. Terdapat tiga metode pengisian, yaitu:equalizing charge, Boosting charge, dan Floating charge. Dimana metode pengisian dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan. 3. Masing masing metode pengisian memiliki Arus, Tegangan, dan lama waktu pengisian yang berbeda-beda. 4. Penggantian Elektrolit dapat meningkatkan kapasitas dari Batere. 5. Rekondisi /Penggantian elektrolit dilakukan setelah didapatkan data dari hasil Uji Elektrolit (kadar pottasium karbonat) yang melebihi standard. 6. Berdasarkan hasil uji elektrolit yang dilakukan pada praktek ini terhadap Batere produksi nife, didapatkan kadar pottasium karbonat sebesar gram/liter.jika dibandingkan dengan standard kadar maksimum pottasium karbonat yang ditetapkan oleh nife, yaitu sebesar 100 gram/liter maka dapat dikatakan elektrolit Batere tersebut masih baik. 13

14 4.2 Saran 1. Untuk melihat pelaksanaan Pemeliharaan Sistem Suplai AC & DC yang sesungguhnya, sebaiknya mahasiswa melakukan Kerja Praktek di unit-unit operasional PLN, seperti di Gardu Induk. DAFTAR PUSTAKA [1]Anonim Pemeliharaan Sistem Suplay AC & DC B Jakarta: PT PLN (Persero) Pelatihan Pusat Pendidikan dan [2] bmitval=prev&fname=%2fjiunkpe%2fs1%2 Felkt%2F1995%2Fjiunkpe-ns-s baterai-chapter2.pdf [3] Theodore Wildi, Electrical Machines, Drives, And Power System third edition, Prentice Hall International Inc, BIO DATA PENULIS Paul Henry Ginting ( L2F ) lahir di Kabanjahe, 19 April Setelah lulus dari SMU N 1 Kabanjahe melanjutkan pendidikan S1 Teknik Elektro Universitas Diponegoro.Dan Saat ini dalam proses menyelesaikan masa studi dengan konsentrasi Teknik Tenaga Listrik (Power). Semarang, Juni 2012 Mengetahui, Ir. Tejo Sumakdi, M. T [4] B.L. Theraja, Electrical Technology, Nirja Construction & Dev. Co. Ltd,

ABSTRAK. kontrol pada gardu induk 150 kv UPT Semarang. lainnya seperti panel-pane

ABSTRAK. kontrol pada gardu induk 150 kv UPT Semarang. lainnya seperti panel-pane Makalah Seminar Kerja Praktek SISTEM CATU DAYA SEARAH ( DC POWER ) PADA GARDU INDUK 150 KV SRONDOL PT PLN (PERSERO) UPT SEMARANG Oleh : Guspan Hidi Susilo L2F 008 041 Jurusan Teknikk Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

BATERAI-CHARGER PADA GARDU INDUK 150 KV SRONDOL. Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia

BATERAI-CHARGER PADA GARDU INDUK 150 KV SRONDOL. Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia BATERAI-CHARGER PADA GARDU INDUK 150 KV SRONDOL Ibnu Salam 1, Susatyo Handoko, ST. MT 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, Tembalang,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENGARUH TAHANAN ROTOR TIDAK SEIMBANG DAN SATU FASA ROTOR TERBUKA : SUATU ANALISIS TERHADAP EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA

PERBANDINGAN PENGARUH TAHANAN ROTOR TIDAK SEIMBANG DAN SATU FASA ROTOR TERBUKA : SUATU ANALISIS TERHADAP EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA PERBANDINGAN PENGARUH TAHANAN ROTOR TIDAK SEIMBANG DAN SATU FASA ROTOR TERBUKA : SUATU ANALISIS TERHADAP EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA Wendy Tambun, Surya Tarmizi Kasim Konsentrasi Teknik Energi Listrik,

Lebih terperinci

KEGAGALAN PROTEKSI PADA GARDU INDUK 150 kv AKIBAT SUPLAI TEGANGAN DC SUGIANTO, NASRUN LUBIS

KEGAGALAN PROTEKSI PADA GARDU INDUK 150 kv AKIBAT SUPLAI TEGANGAN DC SUGIANTO, NASRUN LUBIS KEGAGALAN PROTEKSI PADA GARDU INDUK 150 kv AKIBAT SUPLAI TEGANGAN DC SUGIANTO, NASRUN LUBIS Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains dan Teknologi Nasional, Jakarta Jalan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. searah. Energi mekanik dipergunakan untuk memutar kumparan kawat penghantar

BAB II DASAR TEORI. searah. Energi mekanik dipergunakan untuk memutar kumparan kawat penghantar BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Generator arus searah mempunyai komponen dasar yang hampir sama dengan komponen mesin-mesin lainnya. Secara garis besar generator arus searah adalah alat konversi energi mekanis

Lebih terperinci

Standby Power System (GENSET- Generating Set)

Standby Power System (GENSET- Generating Set) DTG1I1 Standby Power System (- Generating Set) By Dwi Andi Nurmantris 1. Rectifiers 2. Battery 3. Charge bus 4. Discharge bus 5. Primary Distribution systems 6. Secondary Distribution systems 7. Voltage

Lebih terperinci

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian TEORI DASAR 2.1 Pengertian Dioda adalah piranti elektronik yang hanya dapat melewatkan arus/tegangan dalam satu arah saja, dimana dioda merupakan jenis VACUUM tube yang memiliki dua buah elektroda. Karena

Lebih terperinci

Studi Kapasitas Baterai 110 Vdc pada Gardu Induk 150 kv Bangkinang

Studi Kapasitas Baterai 110 Vdc pada Gardu Induk 150 kv Bangkinang Studi Kapasitas Baterai pada Gardu Induk 150 kv Bangkinang Ricky Agned, Nurhalim Program Studi Teknik Elektro S1,Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Riau Kampus Binawidya Km 12,5 Simpang

Lebih terperinci

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK Gardu Induk merupakan suatu instalasi listrik yang terdiri atas beberapa perlengkapan dan peralatan listrik dan menjadi penghubung listrik

Lebih terperinci

PENGEREMAN DINAMIK PADA MOTOR INDUKSI TIGA FASA

PENGEREMAN DINAMIK PADA MOTOR INDUKSI TIGA FASA Pengereman Dinamik Pada Motor Induksi Tiga Fasa (A. Warsito, M. Facta, M Anantha BP) PENGEREMAN DINAMIK PADA MOTOR INDUKSI TIGA FASA Agung Warsito, Mochammad Facta, M Anantha B P a.warsito@elektro.ft.undip.ac.id,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik dan pembuatan mekanik turbin. Sedangkan untuk pembuatan media putar untuk

Lebih terperinci

GENERATOR DC HASBULLAH, MT, Mobile :

GENERATOR DC HASBULLAH, MT, Mobile : GENERATOR DC HASBULLAH, MT, 2009 ELECTRICAL ENGINEERING DEPT. ELECTRICAL POWER SYSTEM Email : hasbullahmsee@yahoo.com has_basri@telkom.net Mobile : 081383893175 Definisi Generator DC Sebuah perangkat mesin

Lebih terperinci

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang BAB II HARMONISA PADA GENERATOR II.1 Umum Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang digunakan untuk menkonversikan daya mekanis menjadi daya listrik arus bolak balik. Arus

Lebih terperinci

PT PLN (Persero) SISTEM DC DAFTAR ISI. Daftar Isi... i. Daftar Gambar... iii. Daftar TABEL... iv. Daftar Lampiran... v SISTEM DC...

PT PLN (Persero) SISTEM DC DAFTAR ISI. Daftar Isi... i. Daftar Gambar... iii. Daftar TABEL... iv. Daftar Lampiran... v SISTEM DC... DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Gambar... iii Daftar TABEL... iv Daftar Lampiran... v... 1 1. PENDAHULUAN... 1 1.1. Gambaran Umum... 1 1.2. Peralatan Sistem DC... 2 1.3. Bagian Bagian Utama Peralatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN Sistem Pengisian Konvensional Pembangkit listrik pada alternator menggunakan prinsip induksi yaitu perpotongan antara penghantar dengan garis-garis gaya magnet.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Sistem Eksitasi Pada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Musi

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Sistem Eksitasi Pada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Musi BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Eksitasi Pada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Musi 4.1.1. Umum Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Musi merupakan pembangkit listrik tenaga air dengan tipe

Lebih terperinci

Makalah Mata Kuliah Penggunaan Mesin Listrik

Makalah Mata Kuliah Penggunaan Mesin Listrik Makalah Mata Kuliah Penggunaan Mesin Listrik KARAKTERISTIK MOTOR UNIVERSAL DAN MOTOR COMPOUND Tatas Ardhy Prihanto (21060110120039) Tatas_ap@yahoo.co.id Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM KONVERSI ENERGI LISTRIK AC KE DC PADA STO SLIPI

BAB IV SISTEM KONVERSI ENERGI LISTRIK AC KE DC PADA STO SLIPI BAB IV SISTEM KONVERSI ENERGI LISTRIK AC KE DC PADA STO SLIPI 4.1 Umum Seperti yang telah dibahas pada bab III, energi listrik dapat diubah ubah jenis arusnya. Dari AC menjadi DC atau sebaliknya. Pengkonversian

Lebih terperinci

UNIT I MOTOR ARUS SEARAH MEDAN TERPISAH. I-1. JUDUL PERCOBAAN : Pengujian Berbeban Motor Searah Medan Terpisah a. N = N (Ia) Pada U = k If = k

UNIT I MOTOR ARUS SEARAH MEDAN TERPISAH. I-1. JUDUL PERCOBAAN : Pengujian Berbeban Motor Searah Medan Terpisah a. N = N (Ia) Pada U = k If = k UNIT I MOTOR ARUS SEARAH MEDAN TERPISAH I-1. JUDUL PERCOBAAN : Pengujian Berbeban Motor Searah Medan Terpisah a. N = N (Ia) Pada U = k If = k I-2. MAKSUD PERCOBAAN : Menentukan besar kecepatan putar motor

Lebih terperinci

SISTEM KONVERTER PADA PLTS 1000 Wp SITTING GROUND TEKNIK ELEKTRO-UNDIP

SISTEM KONVERTER PADA PLTS 1000 Wp SITTING GROUND TEKNIK ELEKTRO-UNDIP MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK SISTEM KONVERTER PADA PLTS 1000 Wp SITTING GROUND TEKNIK ELEKTRO-UNDIP Novio Mahendra Purnomo (L2F008070) 1, DR. Ir. Joko Windarto,MT. 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Transformator (trafo)

Transformator (trafo) Transformator (trafo) ф 0 t Transformator adalah : Suatu peralatan elektromagnetik statis yang dapat memindahkan tenaga listrik dari rangkaian a.b.b (arus bolak-balik) primer ke rangkaian sekunder tanpa

Lebih terperinci

KONSTRUKSI GENERATOR DC

KONSTRUKSI GENERATOR DC KONSTRUKSI GENERATOR DC Disusun oleh : HENDRIL SATRIYAN PURNAMA 1300022054 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2015 I. DEFINISI GENERATOR DC Generator

Lebih terperinci

Induksi Elektromagnetik

Induksi Elektromagnetik Induksi Elektromagnetik GGL induksi Generator Dinamo Trafo Cara kerja Trafo Jenis-jenis Trafo Persamaan pada Trafo Efisiensi Trafo Kegunaan Trafo A. GGL induksi Hubungan Pergerakan garis medan magnetik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilakukan dilaboratorium konversi energi listrik Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik. Penelitian akan dilaksanakan setelah proposal

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR ARUS SEARAH KOMPON

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR ARUS SEARAH KOMPON ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR ARUS SEARAH KOMPON Irpan Rosidi Tanjung, Surya Tarmizi Kasim Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari sumber energi mekanik, biasanya dengan menggunakan induksi elektromagnetik.

Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari sumber energi mekanik, biasanya dengan menggunakan induksi elektromagnetik. Generator listrik Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari sumber energi mekanik, biasanya dengan menggunakan induksi elektromagnetik. Proses ini dikenal sebagai pembangkit

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA MOTOR. Motor Listrik

PRINSIP KERJA MOTOR. Motor Listrik Nama : Gede Teguh Pradnyana Yoga NIM : 1504405031 No Absen/ Kelas : 15 / B MK : Teknik Tenaga Listrik PRINSIP KERJA MOTOR A. Pengertian Motor Listrik Motor listrik merupakan sebuah perangkat elektromagnetis

Lebih terperinci

BAB III PLTU BANTEN 3 LONTAR

BAB III PLTU BANTEN 3 LONTAR BAB III PLTU BANTEN 3 LONTAR UBOH Banten 3 Lontar merupakan Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang memiliki kapasitas daya mampu 315 MW sebanyak 3 unit jadi total daya mampu PLTU Lontar 945 MW. PLTU secara

Lebih terperinci

Elektronika daya. Dasar elektronika daya

Elektronika daya. Dasar elektronika daya Elektronika daya Dasar elektronika daya Pengertian Elektronika daya merupakan cabang ilmu elektronika yang berkaitan dengan pengolahan dan pengaturan daya listrik yang dilakukan secara elektronis Elektronika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Alternator Alternator atau yang lebih kita kenal sebagai "Dinamo Amper" merupakan suatu unit yang berfungsi sebagai power supply dan charging syste. Fungsi alternator adalah

Lebih terperinci

MESIN LISTRIK. 2. JENIS MOTOR LISTRIK Motor berdasarkan bermacam-macam tinjauan dapat dibedakan atas beberapa jenis.

MESIN LISTRIK. 2. JENIS MOTOR LISTRIK Motor berdasarkan bermacam-macam tinjauan dapat dibedakan atas beberapa jenis. MESIN LISTRIK 1. PENDAHULUAN Motor listrik merupakan sebuah mesin yang berfungsi untuk merubah energi listrik menjadi energi mekanik atau tenaga gerak, di mana tenaga gerak itu berupa putaran dari pada

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN CB DAN ROTATING DIODA, SERTA SISTEM OPERASI PADA PLTU UNIT 3 PT INDONESIA POWER UBP SEMARANG

PEMELIHARAAN CB DAN ROTATING DIODA, SERTA SISTEM OPERASI PADA PLTU UNIT 3 PT INDONESIA POWER UBP SEMARANG PEMELIHARAAN CB DAN ROTATING DIODA, SERTA SISTEM OPERASI PADA PLTU UNIT 3 PT INDONESIA POWER UBP SEMARANG Dwi Harjanto. 1, Dr. Ir. Joko Windarto, MT 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

Dampak Perubahan Putaran Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3 Phasa Jenis Rotor Sangkar

Dampak Perubahan Putaran Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3 Phasa Jenis Rotor Sangkar Jurnal Kompetensi Teknik Vol.1, No. 2, Mei 2010 57 Dampak Perubahan Putaran Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3 Phasa Jenis Rotor Sangkar Isdiyarto Jurusan Teknik Elektro, Universitas Negeri Semarang

Lebih terperinci

Adaptor. Rate This PRINSIP DASAR POWER SUPPLY UMUM

Adaptor. Rate This PRINSIP DASAR POWER SUPPLY UMUM Adaptor Rate This Alat-alat elektronika yang kita gunakan hampir semuanya membutuhkan sumber energi listrik untuk bekerja. Perangkat elektronika mestinya dicatu oleh suplai arus searah DC (direct current)

Lebih terperinci

POWER SWITCHING PADA AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DALAM MENJAGA KEANDALAN POWER SUPPLY YANG DICATU DARI PLN DAN GENSET

POWER SWITCHING PADA AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DALAM MENJAGA KEANDALAN POWER SUPPLY YANG DICATU DARI PLN DAN GENSET POWER SWITCHING PADA AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DALAM MENJAGA KEANDALAN POWER SUPPLY YANG DICATU DARI PLN DAN GENSET Wandi Perdana 1, Tohari 2, Sabari 3 D3Teknik Elektro Politeknik Harapan Bersama Jln.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK NO LOAD AND LOAD TEST GENERATOR SINKRON EXPERIMENT N.2 & N.4

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK NO LOAD AND LOAD TEST GENERATOR SINKRON EXPERIMENT N.2 & N.4 LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK NO LOAD AND LOAD TEST GENERATOR SINKRON EXPERIMENT N.2 & N.4 DOSEN PEMBIMBING : Bp. DJODI ANTONO, B.Tech. Oleh: Hanif Khorul Fahmy LT-2D 3.39.13.3.09 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang 7 BAB II LANDASAN TEORI A. LANDASAN TEORI 1. Pembebanan Suatu mobil dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik selalu dilengkapi dengan alat pembangkit listrik berupa generator yang berfungsi memberikan tenaga

Lebih terperinci

II. Baterai Bateri merupakan suatu alat yang. Gambar 1 Susunan dasar suatu baterai

II. Baterai Bateri merupakan suatu alat yang. Gambar 1 Susunan dasar suatu baterai Makalah Seminar Kerja Praktek BATERAI SEBAGAI SUPLAI TEGANGAN DC PADA GARDU INDUK 150 KV SRONDOL PT PLN (PERSERO) UPT SEMARANG Oleh : Agiel Triyadiputra L2F 007 004 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Genset atau kepanjangan dari generator set adalah sebuah perangkat yang berfungsi menghasilkan daya listrik. Disebut sebagai generator set dengan pengertian adalah

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA II.1 Umum Motor induksi merupakan motor arus bolak balik ( AC ) yang paling luas digunakan dan dapat dijumpai dalam setiap aplikasi industri maupun rumah tangga. Penamaannya

Lebih terperinci

RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG (RECTIFIER) OLEH: SRI SUPATMI,S.KOM

RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG (RECTIFIER) OLEH: SRI SUPATMI,S.KOM RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG (RECTIFIER) OLEH: SRI SUPATMI,S.KOM RANGKAIAN PENYEARAH (RECTIFIER) Rangkaian penyearah gelombang merupakan rangkaian yang berfungsi untuk merubah arus bolak-balik (alternating

Lebih terperinci

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal. 62-68 ISSN 0216-7395 PERANCANGAN PARAMETER PADA MOTOR INDUKSI TIGA FASA TIPE ROTOR BELITAN UNTUK PENINGKATAN UNJUK KERJA Tejo Sukmadi Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA II.1 UMUM Faraday menemukan hukum induksi elektromagnetik pada tahun 1831 dan Maxwell memformulasikannya ke hukum listrik (persamaan Maxwell) sekitar tahun 1860. Pengetahuan

Lebih terperinci

GENERATOR SINKRON Gambar 1

GENERATOR SINKRON Gambar 1 GENERATOR SINKRON Generator sinkron merupakan mesin listrik arus bolak balik yang mengubah energi mekanik menjadi energi listrik arus bolak-balik. Energi mekanik diperoleh dari penggerak mula (prime mover)

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek BATERAI SEBAGAI SUPLAI TEGANGAN DC PADA GARDU INDUK 150 KV KALISARI

Makalah Seminar Kerja Praktek BATERAI SEBAGAI SUPLAI TEGANGAN DC PADA GARDU INDUK 150 KV KALISARI Makalah Seminar Kerja Praktek BATERAI SEBAGAI SUPLAI TEGANGAN DC PADA GARDU INDUK 150 KV KALISARI I Nugroho. 1, Ir. Tejo Sukmadi, MT. 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

1BAB I PENDAHULUAN. contohnya adalah baterai. Baterai memberikan kita sumber energi listrik mobile yang

1BAB I PENDAHULUAN. contohnya adalah baterai. Baterai memberikan kita sumber energi listrik mobile yang 1BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Dewasa ini penggunaan energi listrik berubah dari energi listrik yang statis (berasal dari pembangkitan) menjadi energi listrik yang dapat dibawa kemana saja, contohnya

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra 6.2 SEL BAHAN BAKAR Pada dasarnya sel bahan bakar (fuel cell) adalah sebuah baterai ukuran besar. Prinsip kerja sel ini berlandaskan reaksi kimia, bahwa

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meulaboh,15 Januari Penulis. Afrizal Tomi

KATA PENGANTAR. Meulaboh,15 Januari Penulis. Afrizal Tomi KATA PENGANTAR Puji Syukur Kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menulis dan menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa penulis panjatkan kepada

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI SIKAT TERHADAP WAKTU PENGEREMAN PADA MOTOR ARUS SEARAH PENGUATAN SHUNT DENGAN METODE DINAMIS

PENGARUH POSISI SIKAT TERHADAP WAKTU PENGEREMAN PADA MOTOR ARUS SEARAH PENGUATAN SHUNT DENGAN METODE DINAMIS PENGARUH POSISI SIKAT TERHADAP WAKTU PENGEREMAN PADA MOTOR ARUS SEARAH PENGUATAN SHUNT DENGAN METODE DINAMIS Samson M. Tambunsaribu, Syamsul Amien Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

BATERAI SEBAGAI SUPLAI TEGANGAN DC PADA GARDU INDUK 150 KV KALISARI

BATERAI SEBAGAI SUPLAI TEGANGAN DC PADA GARDU INDUK 150 KV KALISARI Makalah Seminar Kerja Praktek BATERAI SEBAGAI SUPLAI TEGANGAN DC PADA GARDU INDUK 150 KV KALISARI I Nugroho. 1, Ir. Tejo Sukmadi, MT. 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

M O T O R D C. Motor arus searah (motor dc) telah ada selama lebih dari seabad. Keberadaan motor dc telah membawa perubahan besar sejak dikenalkan

M O T O R D C. Motor arus searah (motor dc) telah ada selama lebih dari seabad. Keberadaan motor dc telah membawa perubahan besar sejak dikenalkan M O T O R D C Motor arus searah (motor dc) telah ada selama lebih dari seabad. Keberadaan motor dc telah membawa perubahan besar sejak dikenalkan motor induksi, atau terkadang disebut Ac Shunt Motor. Motor

Lebih terperinci

MODUL III SCD U-Telkom. Generator DC & AC

MODUL III SCD U-Telkom. Generator DC & AC MODUL III SCD U-Telkom 2013 Generator DC & AC Pengertian Generator DC Generator DC merupakan sebuah perangkat mesin listrik dinamis yang mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Generator DC menghasilkan

Lebih terperinci

SISTEM DC 220V PLTU PACITAN 2x315 MW

SISTEM DC 220V PLTU PACITAN 2x315 MW SISTEM DC 220V PLTU PACITAN 2x315 MW Muhammad Iklil 1, Ir. Agung Warsito, DHET 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) M. Arfan Saputra, Syamsul Amien Konsentrasi Teknik Energi

Lebih terperinci

LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2

LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2 Halaman 1 LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2 SMP NEGERI 55 JAKARTA A. GGL INDUKSI Sebelumnya telah diketahui bahwa kelistrikan dapat menghasilkan kemagnetan.

Lebih terperinci

BAB III. PRINSIP KERJA UPS dan PERMASALAHANNYA

BAB III. PRINSIP KERJA UPS dan PERMASALAHANNYA BAB III PRINSIP KERJA UPS dan PERMASALAHANNYA 3.1 Sejarah UPS UPS merupakan singkatan dari Uninterruptable Power Sistem atau sering juga disebut dengan Uninterruptable Power Supply, jika diterjemahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Solar Cell Solar Cell atau panel surya adalah suatu komponen pembangkit listrik yang mampu mengkonversi sinar matahari menjadi arus listrik atas dasar efek fotovoltaik. untuk mendapatkan

Lebih terperinci

TUGAS PERTANYAAN SOAL

TUGAS PERTANYAAN SOAL Nama: Soni Kurniawan Kelas : LT-2B No : 19 TUGAS PERTANYAAN SOAL 1. Jangkar sebuah motor DC tegangan 230 volt dengan tahanan 0.312 ohm dan mengambil arus 48 A ketika dioperasikan pada beban normal. a.

Lebih terperinci

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK Disusun Oleh : Syaifuddin Z SWITCHYARD PERALATAN GARDU INDUK LIGHTNING ARRESTER WAVE TRAP / LINE TRAP CURRENT TRANSFORMER POTENTIAL TRANSFORMER DISCONNECTING SWITCH

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING 2.1 Jenis Gangguan Hubung Singkat Ada beberapa jenis gangguan hubung singkat dalam sistem tenaga listrik antara lain hubung singkat 3 phasa,

Lebih terperinci

Hubungan Antara Tegangan dan RPM Pada Motor Listrik

Hubungan Antara Tegangan dan RPM Pada Motor Listrik 1 Hubungan Antara Tegangan dan RPM Pada Motor Listrik Pada motor DC berlaku persamaan-persamaan berikut : V = E+I a Ra, E = C n Ф, n =E/C.Ф Dari persamaan-persamaan diatas didapat : n = (V-Ra.Ra) / C.Ф

Lebih terperinci

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel A. Tujuan Mahasiswa mampu dan terampil melakukan pemasangan instalasi listrik secara seri, paralel, seri-paralel, star, dan delta. Mahasiswa mampu menganalisis rangkaian

Lebih terperinci

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan - Siswa mampu membuktikan penurunan titik beku larutan akibat penambahan zat terlarut. - Siswa mampu membedakan titik beku larutan elektrolit

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA II1 Umum Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran rotornya tidak sama dengan putaran medan stator, dengan kata lain putaran rotor dengan putaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Dalam tugas akhir ini, penulis memaparkan empat penelitian terdahulu yang relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed Drive

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Genset Genset (Generator set) adalah perangkat kombinasi antara pembangkit listrik (generator) dan mesin penggerak yang digabung dalam satu set unit untuk menghasilkan tenaga

Lebih terperinci

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV 2.1. UMUM Gardu Induk adalah suatu instalasi tempat peralatan peralatan listrik saling berhubungan antara peralatan yang satu dengan peralatan

Lebih terperinci

MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK. Motor induksi

MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK. Motor induksi MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK Motor induksi Motor induksi merupakan motor yang paling umum digunakan pada berbagai peralatan industri. Popularitasnya karena rancangannya yang sederhana, murah

Lebih terperinci

PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK

PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK Zainal Abidin, Tabah Priangkoso *, Darmanto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Wahid

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA Ramadoni Syahputra 6.1 HIDROGEN 6.1.1 Pendahuluan Pada pembakaran hidrokarbon, maka unsur zat arang (Carbon, C) bersenyawa dengan unsur zat asam (Oksigen, O) membentuk karbondioksida

Lebih terperinci

Penggunaan & Pengaturan Motor Listrik PENGEREMAN MOTOR LISTRIK

Penggunaan & Pengaturan Motor Listrik PENGEREMAN MOTOR LISTRIK Penggunaan & Pengaturan Motor Listrik PENGEREMAN MOTOR LISTRIK PENDAHULUAN Dalam banyak aplikasi, maka perlu untuk memberikan torsi pengereman bagi peralatan yang digerakkan oleh motor listrik. Dalam beberapa

Lebih terperinci

FORMULIR RANCANGAN PERKULIAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

FORMULIR RANCANGAN PERKULIAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK FORMULIR RANCANGAN PERKULIAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK Q No.Dokumen 061.423.4.70.00 Distribusi Tgl. Efektif Judul Mata Kuliah : Mesin Arus Bolak-Balik Semester : 6 Sks : 3 Kode : 14034

Lebih terperinci

CATU DAYA MENGGUNAKAN SEVEN SEGMENT

CATU DAYA MENGGUNAKAN SEVEN SEGMENT CATU DAYA MENGGUNAKAN SEVEN SEGMENT Hendrickson 13410221 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma 2010 Dosen Pembimbing : Diah Nur Ainingsih, ST., MT. Latar Belakang Untuk

Lebih terperinci

Bab 3. Teknik Tenaga Listrik

Bab 3. Teknik Tenaga Listrik Bab 3. Teknik Tenaga Listrik Teknik Tenaga Listrik ialah ilmu yang mempelajari konsep dasar kelistrikan dan pemakaian alat yang asas kerjanya berdasarkan aliran elektron dalam konduktor (arus listrik).

Lebih terperinci

PENGARUH PENGATURAN TAHANAN SHUNT DAN SERI TERHADAP PUTARAN DAN EFISIENSI MOTOR ARUS SEARAH KOMPON

PENGARUH PENGATURAN TAHANAN SHUNT DAN SERI TERHADAP PUTARAN DAN EFISIENSI MOTOR ARUS SEARAH KOMPON PENGARUH PENGATURAN TAHANAN SHUNT DAN SERI TERHADAP PUTARAN DAN EFISIENSI MOTOR ARUS SEARAH KOMPON (Aplikasi pada Laboratorium Departemen Listrik P4TK, Medan) Andri Sitorus,Syamsul Amien Konsentrasi Teknik

Lebih terperinci

MODUL PEMANFAATAN JALUR KOMUNIKASI RS 485 UNTUK SIMULASI KENDALI JARAK JAUH PLC MASTER K 10S1

MODUL PEMANFAATAN JALUR KOMUNIKASI RS 485 UNTUK SIMULASI KENDALI JARAK JAUH PLC MASTER K 10S1 MODUL PEMANFAATAN JALUR KOMUNIKASI RS 485 UNTUK SIMULASI KENDALI JARAK JAUH PLC MASTER K 10S1 Edhy Andrianto L2F 303438 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro ABSTRAK Pengaturan

Lebih terperinci

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1. Umum Berdasarkan standard operasi PT. PLN (Persero), setiap pelanggan energi listrik dengan daya kontrak di atas 197 kva dilayani melalui jaringan tegangan menengah

Lebih terperinci

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) 1. 1. SISTEM TENAGA LISTRIK 1.1. Elemen Sistem Tenaga Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan energi adalah melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pembangkit Listrik Tenaga Angin Pembangkit Listrik Tenaga Angin memberikan banyak keuntungan seperti bersahabat dengan lingkungan (tidak menghasilkan emisi gas), tersedia dalam

Lebih terperinci

BAB II MESIN INDUKSI TIGA FASA. 2. Generator Induksi 3 fasa, yang pada umumnya disebut alternator.

BAB II MESIN INDUKSI TIGA FASA. 2. Generator Induksi 3 fasa, yang pada umumnya disebut alternator. BAB II MESIN INDUKSI TIGA FASA II.1. Umum Mesin Induksi 3 fasa atau mesin tak serempak dibagi atas dua jenis yaitu : 1. Motor Induksi 3 fasa 2. Generator Induksi 3 fasa, yang pada umumnya disebut alternator.

Lebih terperinci

MAKALAH ANALISIS SISTEM KENDALI INDUSTRI Synchronous Motor Derives. Oleh PUSPITA AYU ARMI

MAKALAH ANALISIS SISTEM KENDALI INDUSTRI Synchronous Motor Derives. Oleh PUSPITA AYU ARMI MAKALAH ANALISIS SISTEM KENDALI INDUSTRI Synchronous Motor Derives Oleh PUSPITA AYU ARMI 1304432 PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN PASCASARJANA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2013 SYNCHRONOUS

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Perancangan Alat Perancangan merupakan suatu tahap yang sangat penting dalam pembuatan suatu alat, sebab dengan menganalisa komponen yang digunakan maka alat yang akan dibuat

Lebih terperinci

AKUMULATOR. Penyusun : TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

AKUMULATOR. Penyusun : TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA AKUMULATOR ELK-DAS.22 20 JAM Penyusun : TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 TEORI DASAR GENSET Genset adalah singkatan dari Generating Set. Secara garis besar Genset adalah sebuah alat /mesin yang di rangkai /di design /digabungkan menjadi satu kesatuan.yaitu

Lebih terperinci

Kata Kunci: motor DC, rugi-rugi. 1. Pendahuluan. 2. Rugi-Rugi Pada Motor Arus Searah Penguatan Seri Dan Shunt ABSTRAK

Kata Kunci: motor DC, rugi-rugi. 1. Pendahuluan. 2. Rugi-Rugi Pada Motor Arus Searah Penguatan Seri Dan Shunt ABSTRAK PENGARUH PENAMBAHAN KUTUB BANTU PADA MOTOR ARUS SEARAH PENGUATAN SERI DAN SHUNT UNTUK MEMPERKECIL RUGIRUGI (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FTUSU) Al Magrizi Fahni, Syamsul Amien Konsentrasi

Lebih terperinci

STUDI PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC SHUNT DENGAN METODE WARD LEONARD (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

STUDI PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC SHUNT DENGAN METODE WARD LEONARD (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) STUDI PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC SHUNT DENGAN METODE WARD LEONARD (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) Dimas Harind Yudha Putra,Riswan Dinzi Konsentrasi Teknik Energi Listrik,

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN GENERATOR PADA PLTA JELOK UBP MRICA

PEMELIHARAAN GENERATOR PADA PLTA JELOK UBP MRICA Makalah Seminar Kerja Praktek PEMELIHARAAN GENERATOR PADA PLTA JELOK UBP MRICA Herda Dwi Cahyanova (L2F 008 132) Email: cahyanovaht@yahoo.com Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

1. PRINSIP KERJA CATU DAYA LINEAR

1. PRINSIP KERJA CATU DAYA LINEAR 1. PRINSIP KERJA CATU DAYA LINEAR Perangkat elektronika mestinya dicatu oleh suplai arus searah DC (direct current) yang stabil agar dapat bekerja dengan baik. Baterai atau accu adalah sumber catu daya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Blok Diagram dan Alur Rangkaian Blok diagram dan alur rangkaian ini digunakan untuk membantu menerangkan proses penyuplaian tegangan maupun arus dari sumber input PLN

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH PERUBAHAN TEGANGAN INPUT TERHADAP KAPASITAS ANGKAT MOTOR HOISTING ( Aplikasi pada Workshop PT. Inalum )

STUDI PENGARUH PERUBAHAN TEGANGAN INPUT TERHADAP KAPASITAS ANGKAT MOTOR HOISTING ( Aplikasi pada Workshop PT. Inalum ) STUDI PENGARUH PERUBAHAN TEGANGAN INPUT TERHADAP KAPASITAS ANGKAT MOTOR HOISTING ( Aplikasi pada Workshop PT. Inalum ) Makruf Abdul Hamid,Panusur S M L Tobing Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek PEMELIHARAAN TAHUNAN SISTEM DC (BATERAI 48 VOLT UNIT II) DI GARDU INDUK 150 KV SRONDOL

Makalah Seminar Kerja Praktek PEMELIHARAAN TAHUNAN SISTEM DC (BATERAI 48 VOLT UNIT II) DI GARDU INDUK 150 KV SRONDOL Makalah Seminar Kerja Praktek PEMELIHARAAN TAHUNAN SISTEM DC (BATERAI 48 VOLT UNIT II) DI GARDU INDUK 150 KV SRONDOL Cahyo Adhi Nugroho 1, Susatyo Handoko, ST. MT. 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN PEMISAH ( PMS ) PADA GARDU INDUK 150 kv SRONDOL PT. PLN ( PERSERO ) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN PEMISAH ( PMS ) PADA GARDU INDUK 150 kv SRONDOL PT. PLN ( PERSERO ) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG Makalah Seminar Kerja Praktek PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN PEMISAH ( PMS ) PADA GARDU INDUK 150 kv SRONDOL PT. PLN ( PERSERO ) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG Rieza Dwi Baskara. 1, Dr. Ir.

Lebih terperinci

MOTOR DC. Karakteristik Motor DC

MOTOR DC. Karakteristik Motor DC MOTOR DC Karakteristik Motor DC Karakteristik yang dimiliki suatu motor DC dapat digambarkan melalui kurva daya dan kurva torsi/kecepatannya, dari kurva tersebut dapat dianalisa batasanbatasan kerja dari

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. pembuatan tugas akhir. Maka untuk memenuhi syarat tersebut, penulis mencoba

BAB III PERANCANGAN. pembuatan tugas akhir. Maka untuk memenuhi syarat tersebut, penulis mencoba BAB III PERANCANGAN 3.1 Tujuan Perancangan Sebagai tahap akhir dalam perkuliahan yang mana setiap mahasiswa wajib memenuhi salah satu syarat untuk mengikuti sidang yudisium yaitu dengan pembuatan tugas

Lebih terperinci

Created By Achmad Gunawan Adhitya Iskandar P Adi Wijayanto Arief Kurniawan

Created By Achmad Gunawan Adhitya Iskandar P Adi Wijayanto Arief Kurniawan GENERATOR DC Created By Achmad Gunawan 0906602364 Adhitya Iskandar P 0906602370 Adi Wijayanto 906602383 Arief Kurniawan 0906602446 1 Generator DC / Arus Searah : 1. Pengertian Generator DC 2. Bagian-bagian

Lebih terperinci

Mesin AC. Dian Retno Sawitri

Mesin AC. Dian Retno Sawitri Mesin AC Dian Retno Sawitri Pendahuluan Mesin AC terdiri dari Motor AC dan Generator AC Ada 2 tipe mesin AC yaitu Mesin Sinkron arus medan magnet disuplai oleh sumber daya DC yang terpisah Mesin Induksi

Lebih terperinci

I S T E M S U P L A I A C / D C D : P D M / P G I

I S T E M S U P L A I A C / D C D : P D M / P G I B u k u P e d o m a n P e m e l i h a r a a n S I S T E M S U P L A I A C / D C D o k u m e n n o m o r : P D M / P G I / 1 9 : 2 0 1 4 P T P L N ( P E R S E R O ) J l T r u n o j o y o B l o k M I / 1

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK. SISTEM KONTROL SEL SURYA SITTING GROUND TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS DIPONEGORO CASINDO Universitas Diponegoro

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK. SISTEM KONTROL SEL SURYA SITTING GROUND TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS DIPONEGORO CASINDO Universitas Diponegoro MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK SISTEM KONTROL SEL SURYA SITTING GROUND TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS DIPONEGORO CASINDO Universitas Diponegoro Yanuar Mahfudz Safarudin 1, Dr. Ir. Joko Windarto 2 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

LISTRIK GENERATOR AC GENERATOR DAN MOTOR

LISTRIK GENERATOR AC GENERATOR DAN MOTOR LISTRIK GENERATOR AC GENERATOR DAN MOTOR CARA KERJA GENERATOR AC JARINGAN LISTRIK LISTRIK SATU PHASE LISTRIK TIGA PHASE MOTOR LISTRIK Konversi energi listrik menjadi energi mekanikyang terjadi pada bagian

Lebih terperinci

Induksi Elektromagnetik. Tenaga listrik dapat dibangkitkan dengan generator. Apa hubungannya generator dengan

Induksi Elektromagnetik. Tenaga listrik dapat dibangkitkan dengan generator. Apa hubungannya generator dengan VIII Induksi Elektromagnetik Tenaga listrik dapat dibangkitkan dengan generator. Apa hubungannya generator dengan induksi elektromagnetik? Arus listrik bagaimana yang dapat dihasilkan beberapa tiang listrik

Lebih terperinci