PENGUATAN BUDAYA KESELAMATAN DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGUATAN BUDAYA KESELAMATAN DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL"

Transkripsi

1 PENGUATAN BUDAYA KESELAMATAN DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL Heri Hardiyanti, B. Herutomo, B. Briyatmoko Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN Kawasan PUSPIPTEK, Serpong, Tangerang 15310, Indonesia ABSTRAK Penguatan budaya keselamatan di Instalasi Elemen Bakar Eksperimental (IEBE) dititik-beratkan pada upaya membangun kesadaran personil akan pentingnya keselamatan kerja dan keselamatan instalasi. Sasarannya agar setiap personil memiliki rasa tanggungjawab atas keselamatan dan mau berkontribusi aktif dalam pengembangan budaya keselamatan di IEBE. Tujuannya meningkatkan jaminan keselamatan secara berkelanjutan dalam pengoperasian IEBE (personil, masyarakat, lingkungan). Penguatan budaya keselamatan dilakukan mengacu pada atribut budaya keselamatan yang kuat sebagaimana terdapat dalam International Atomic Energy Agency (IAEA) Safety Guide GS-G-3.5. Strategi utama yang dilakukan adalah; (a) internalisasi nilai-nilai keselamatan melalui briefing pagi, coffee morning, poster/spanduk, workshop dan pelatihan; (b) meningkatkan efektifitas kepemimpinan melalui walktime pimpinan di tempat kerja, pelatihan safety leadership, dan kualifikasi personil; (c) integralisasi keselamatan dalam proses kerja melalui job hazard analysis (JHA), workplace hazard assesment (WHA), housekeeping melalui kerjabakti membersihkan dan merapikan tempat kerja; (d) pembelajaran keselamatan melalui inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja (K3), kaji diri keselamatan, pelaporan terbuka masalah keselamatan (nearmiss, incident, accident), partisipasi dalam Fuel Incident Notification and Analysis System (FINAS); dan (e) meningkatkan akuntabilitas kinerja keselamatan melalui pelaporan rutin keselamatan operasi ke badan pengawas, pengisian dan evaluasi Safety Performance Indicator (SPI), definisi peran dan tanggungjawab setiap personil, dan lain lain. Model SPI yang dikembangkan IEBE BATAN telah dipakai sebagai contoh SPI Instalasi Nuklir Non Reaktor di Indonesia oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten). Melalui kegiatan tersebut terlihat nyata adanya kemajuan dalam budaya keselamatan di IEBE, yaitu meningkatnya keterlibatan dan tanggungjawab personil dalam perbaikan berkelanjutan kinerja keselamatan, membaiknya kondisi housekeeping (kerapihan dan kebersihan) tempat kerja, dan keselamatan telah dipertimbangkan sebagai tujuan organisasi. KATA KUNCI : Budaya keselamatan, Instalasi Elemen Bakar Eksperimental, Job Hazard Analysis, Workplace Hazard Assesment, Safety Performance Indicator, Fuel Incident Notification and Analysis System, Inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja 1. PENDAHULUAN Instalasi Elemen Bakar Eksperimental (IEBE) adalah salah satu instalasi nuklir di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) yang berfungsi mendukung kegiatan pengembangan teknologi produksi bahan bakar reaktor daya, meliputi: Teknologi konversi yellow cake menjadi serbuk Uranium dioxide (UO 2 ) murni nuklir; Teknologi fabrikasi bahan bakar berbasis pelet UO 2 dalam kelongsong Zirkaloi; dan Kendali kualitas proses produksi bahan bakar nuklir. Basis disain dan peralatan terpasang di IEBE adalah pilot plant pabrik bahan bakar Heavy Water Reactor (HWR) - Cirene dengan kapasitas produk 100 kg UO 2 serbuk per hari, dan 3 berkas bahan bakar per hari. Fasilitas dirancang mampu menangani U- diperkaya hingga 5 % berat U-235. Mengingat potensi bahaya yang ada dan risiko yang ditimbulkan maka keselamatan dalam pengoperasian instalasi nuklir seperti IEBE harus menjadi pertimbangan dan prioritas utama. Tujuannya adalah melindungi pekerja, masyarakat dan lingkungan dari bahaya radiasi. Karakteristik dasar keselamatan IEBE antara lain direpresentasikan oleh (a) adanya hubungan yang dekat antara alat, manusia, dan bahan yang ditangani, (b) keragaman peralatan yang digunakan, (c) bahaya radiologi apabila terjadi kekritisan, (d) keberadaan bahan berbahaya dan beracun termasuk bahan nuklir yang tersebar di dalam instalasi, serta Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN 204 Heri Hardiyanti dkk

2 (e) adanya risiko terhadap keamanan bahan nuklir. Karakteristik ini memperlihatkan bahwa keselamatan pengoperasian IEBE sangat bergantung pada faktor manusia. Dan data statistik dunia menunjukkan bahwa faktor manusia menempati urutan teratas sebagai penyebab terjadinya kecelakaan. Oleh karena itu, implementasi Budaya Keselamatan yang kuat sangat diperlukan untuk mendukung pengoperasian IEBE yang handal dan selamat. Budaya Keselamatan adalah gabungan karakteristik dan sikap yang terbentuk dalam organisasi dan individu yang menempatkan dan mempertimbangkan keselamatan sebagai prioritas utama sesuai dengan arti pentingnya. Budaya Keselamatan mempunyai dua komponen utama: 1. Kerangka kerja yang diperlukan dalam suatu organisasi. Hal ini merupakan tanggungjawab dari hirarki manajemen. 2. Sikap anggota organisasi pada semua tingkatan dalam merespon dan memanfaatkan kerangka kerja tersebut. Melalui budaya keselamatan yang kuat diharapkan seluruh pekerja dapat bertanggung jawab atas keselamatan instalasi dan institusi di lingkungan kerjanya. Dengan demikian pertimbangan keselamatan akan menjadi perhatian yang utama dalam setiap pekerjaan dan tugas yang dilakukan melalui komitmen dalam bentuk pendekatan yang sangat berhati-hati, perasaan ingin tahu dan komunikasi yang lebih baik. (1) Menurut International Atomic Energy Agency (IAEA) Safety Guide No. GS-G-3.5 The Management System For Nuclear Installation, karakteristik budaya keselamatan yang kuat adalah 1. Keselamatan adalah nilai yang dikenal baik, dengan atribut: Prioriatas keselamatan ditunjukkan dalam dokumentasi, komunikasi dan pengambilan keputusan Keselamatan merupakan pertimbangan utama pengalokasian sumber daya Tujuan, sasaran dan rencana terkait keselamatan tertuang dalam renstra Setiap individu diyakinkan bahwa keselamatan dan produksi berjalan beriringan Pendekatan proaktif dan jangka panjang keselamatan diperlihatkan dalam pengambilan keputusan Sikap sadar keselamatan diterima dan didukung secara sosial 2. Kepemimpinan keselamatan adalah jelas, dengan atribut: Manajemen disetiap tingkatan berkomitmen nyata terhadap keselamatan Kepemimpinan yang terlihat nyata dalam aktivitas terkait keselamatan Kemampuan kepemimpinan dikembangkan secara sistematis Manajemen memastikan adanya kecukupan individu kompeten Manajemen membangun keterlibatan aktif individu dalam keselamatan Manajemen secara berkelanjutan membangun keterbukaan dan kebaikan komunikasi diseluruh organisasi Hubungan manajer dan individu dibangun atas dasar kepercayaan Implikasi keselamatan dipertimbangkan dalam proses manajemen Akuntabilitas adalah jelas, dengan atribut: Laporan kinerja keselamatan dilaporkan ke badan Pengawas Peran dan tanggung jawab didefinisikan dengan jelas Kesesuaian dan kepatuhan terhadap prosedur dan peraturan/regulasi Manajemen mendelegasikan tanggung jawab dengan kewenangan yang jelas sehingga akuntabilitas dapat ditetapkan Kepemilikan keselamatan terdapat pada semua tingkatan organisasi dan pada semua personel 3. Keselamatan terintegrasi dalam semua kegiatan, dengan atribut: Kepercayaan meresap dan menyebar didalam organisasi Setiap individu memiliki pengetahuan yang diperlukan dan paham akan proses pekerjaan Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi dan kepuasan kerja dipertimbangkan Kondisi kerja telah mempertimbangakan waktu, beban kerja dan tekanan Terdapat kerjasama dan kerja tim antar lintas bidang Housekeeping dan bahan-bahan mencerminkan komitmen yang baik. 4. Keselamatan adalah pendorong pembelajaran Sikap bertanya terdapat pada semua individu Adanya pelaporan terbuka terhadap penyimpangan dan kesalahan Digunakannya kajian internal dan eksternal, serta pengalaman organisasi lain Pembelajaran difasilitas terutama terkait perbaikan kesalahan dan penyimpangan operasi Indikator kinerja keselamatan tersedia, terlacak, dikembangkan, dan dievaluasi Heri Hardiyanti dkk 205 Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN

3 Terdapat pengembangan sistematis pada kompetensi individu Dengan memperbaiki karakteristik budaya keselamatan secara konsisten dan berkesinambungan, manajemen keselamatan terintegrasi yang telah ditetapkan organisasi akan dapat dilaksanakan secara efektif. Hal ini dikarenakan sikap dan perilaku selamat pada setiap individu di semua tingkatan sudah terbangun untuk mewujudkan budaya keselamatan yang kuat. (2) 2. METODA STRATEGI PENGUATAN BUDAYA KESELAMATAN IEBE Kondisi budaya keselamatan di IEBE hingga awal tahun 2006 masih lemah, hal ini dapat dilihat dari indikasi-indikasi: (a) Sikap dan perilaku baik individu maupun organisasi masih memandang/memprioritaskan usaha-usaha keselamatan dalam pengoperasian instalasi nuklir sebagai suatu ketentuan atau persyaratan regulasi. (b) Individu/personil tidak antusias dalam melibatkan diri dalam aktivitas keselamatan sehari-hari. (c) Unsafe acts dan unsafe conditions banyak dijumpai dalam aktivitas kerja sehari-hari. (d) Kenampakan pimpinan senior di tempat kerja (work-floor) sangat kurang. Lemahnya budaya keselamatan ini juga memberi dampak pada penurunan semangat dan produktifitas kerja para personil IEBE. Oleh karenanya dalam rangka meningkatkan jaminan keselamatan dan produktifitas maka perlu dikembangkan program penguatan implementasi budaya keselamatan. Sasaran utama program adalah meningkatnya pemahaman dan kesadaran personil terhadap keselamatan yang dicerminkan melalui pola pikir, sikap, dan perilaku selamat dalam menjalankan aktivitas sehari-hari di IEBE. Untuk membangun pemahaman yang sama dan meningkatkan keterlibatan personil, langkah pertama yang diambil adalah sosialisasi tentang aspek kunci budaya keselamatan, dan mengajak para personil untuk bersama-sama merumuskan Visi, Misi, Nilai-Nilai dan Prinsip Dasar terkait keselamatan. Visi kami terkait pengoperasian IEBE yang handal dan selamat adalah Pengoperasian IEBE yang menyejahterakan. Arti utama menyejahterakan adalah nobody gets hurt dan tidak merusak lingkungan. Adapun misi utama kami sebagai operator IEBE adalah mewujudkan IEBE sebagai tempat kerja yang: SEMINAR NASIONAL a) Berkeselamatan handal dan mampu memberikan jaminan keselamatan terhadap personil, masyarakat, dan lingkungan hidup dari bahaya radiologi akibat pengoperasian IEBE. b) Produktif dan mampu memberikan layanan prima pengembangan teknologi bahan bakar nuklir kepada para stakeholders secara berkelanjutan. Untuk mencapai Visi dan Misi tersebut maka segenap kegiatan di IEBE senantiasa dilandasi oleh nilai-nilai, yaitu keselamatan adalah yang utama dan pertama, kerja sama tim yang harmonis dan sinergik, berani bertanggungjawab dan mempertanggungjawabkan (akuntabel), dan peningkatan berkelanjutan (belajar dan belajar). Dan sebagai pegangan atau petunjuk keseharian dalam pelaksanaan operasi yang selamat, berikut adalah prinsip dasar keselamatan yang dikembangkan di IEBE: a) Insiden atau kecelakaan kerja dapat dicegah, dan tidak ada toleransi terhadap insiden atau kecelakaan; b) Tidak ada pekerjaan yang begitu penting atau urgen bila tidak dapat dilaksanakan secara selamat. Lebih baik menunda atau menghentikan pekerjaan bila diketahui ada persoalan keselamatan; c) Keselamatan merupakan bagian integral dari proses kerja, maka setiap bahaya (hazards) harus teridentifikasi dan risikonya dapat dikendalikan; d) Keselamatan adalah tanggung jawab setiap orang. Menjaga keselamatan diri dan mitra kerja adalah tugas dan kewajiban setiap pekerja IEBE; dan e) Kinerja keselamatan dapat dan harus ditingkatkan secara berkelanjutan, dan kinerja keselamatan harus dapat dipertanggungjawabkan. Langkah selanjutnya dalam penguatan budaya keselamatan di IEBE adalah menetapkan strategi yang implementabel. Lima karakteristik budaya keselamatan yang kuat dalam IAEA Safety Guide No. GS-G-3.5 diadopsi langsung sebagai strategi pengembangan budaya keselamatan di IEBE. Strategi dan kegiatannya meliputi: (a) Keselamatan adalah nilai yang dikenal baik. Kegiatan utamanya adalah komunikasi nilainilai keselamatan melalui sosialisasi, workshop dan pelatihan budaya keselamatan, studi banding implementasi budaya keselamatan di lingkungan BATAN, briefing pagi, coffee morning, pemasangan poster dan spaduk keselamatan, dan lain lain. (b) Kepemimpinan keselamatan adalah jelas. Kegiatan utamanya adalah meningkatkan Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN 206 Heri Hardiyanti dkk

4 frekuensi kunjungan Pimpinan ke tempat kerja (work-floor), pelatihan kepemimpinan kepada para personil khususnya para supervisor, kualifikasi personil melalui Surat Izin Bekerja dari Bapeten, keterlibatan personil dalam inspeksi K3, membangun komunikasi terbuka dua arah, dan lain lain. (c) Keselamatan terintegrasi dalam semua aktivitas. Kegiatan utamanya adalah pelaksanaan Job Hazard Analysis (JHA) dan Workplace Hazard Assessment (WHA), internalisasi konsep STAR (Stop-Think-Act-Review) dalam bekerja, penguatan kompetensi melalui pelatihan, pengembangan behaviour based safety, briefing pagi sebelum bekerja, housekeeping dan kerja bakti 5R (Ringkas,Resik, Rapi, Rawat, Rajin), penguatan kerja tim, dan lain lain. (d) Akuntabilitas keselamatan adalah jelas. Kegiatan utamanya adalah melaporkan secara rutin kegiatan operasi IEBE ke Bapeten, pengembangan Safety Performance Indicator, definisi dan dokumentasi peran dan tanggungjawab setiap personil, pelaporan terbuka terhadap masalah keselamatan, dlan lain lain. (e) Keselamatan adalah pendorong pembelajaran. Kegiatan utamanya adalah inspeksi K3 oleh personil dan manajemen, kajidiri keselamatan, pelaporan terbuka masalah keselamatan (nearmiss, incident, accident), keikutsertaan dalam IAEA-FINAS (Fuel Incident Notification and Analysis System), diskusi keselamatan dalam coffee morning, tukar pengalaman dan informasi terkait implementasi budaya keselamatan antar satker di lingkungan BATAN, pelatihan rekualifikasi personil, penyediaan sarana dan prasarana belajar yang representatif, dll. Adapun perangkat (tool) untuk menilai kemajuan terhadap implementasi budaya keselamatan di IEBE juga telah dikembangkan, yaitu al.: (a) Safety Performance Indicators (SPI). Indikator ini juga digunakan sebagai jembatan antara operator IEBE dengan Badan Pengawas untuk menilai kinerja keselamatan IEBE. SPI ini dikembangkan bersama antara IEBE dengan Badan Pengawas. SPI IEBE telah dijadikan model oleh Badan Pengawas untuk pengembangan SPI Instalasi Nuklir Non Reaktor di Indonesia. (b) Management System Inspection Tool (MSIT). Tool ini digunakan oleh Badan Pengawas untuk menilai implementasi budaya keselamatan di IEBE (penilaian awal telah dilaksanakan pada tahun 2010). Tool ini berbasiskan IAEA Safety Guide No. GS-G-3.5.dan IAEA Draft Safety Reports series No.XX (c) Check list inspeksi K3. Tool ini digunakan oleh personil atau petugas yang ditunjuk untuk menilai keselamatan tempat kerja (safe conditions). Mulai Mei 2011 tool ini telah dilengkapi dengan Fire Risk Assessment mengingat bahaya kebakaran memiliki potensi yang besar di IEBE. (d) Kuesioner Budaya Keselamatan. Tool ini digunakan untuk menilai presepsi personil tentang implementasi budaya keselamatan di IEBE. Tool ini juga telah dilengkapi kuis untuk menilai tingkat pemahaman personil terhadap budaya keselamatan di IEBE. Keseragaman tingkat pemahaman tentang budaya keselamatan merupakan modal utama untuk membangun budaya keselamatan yang kuat. (e) Check list pengamatan perilaku selamat Behaviour Based Safety (BBS). Tool ini digunakan untuk menilai kepatuhan dan perilaku selamat personil dalam bekerja seharihari di IEBE. Kaji diri program penguatan budaya keselamatan IEBE dilaksanakan setahun dua kali (bulan Juni dan Desember). Kaji diri yang telah dilakukan didasarkan atas tiga tool utama, yaitu SPI, hasil inspeksi K3, dan kuesioner budaya keselamatan. Adapun hasil pengamatan perilaku selamat (BBS) akan dimasukkan sebagai komponen kaji diri pada Desember tahun ini (2011) dan seterusnya. Hal ini dikarenakan program pengamatan perilaku selamat (BBS) baru saja diperkenalkan tahun ini (mulai Maret 2011). 3. HASIL DAN PEMBAHASAN IMPLEMENTASI STRATEGI PENGUATAN BUDAYA KESELAMATAN IEBE Dalam rangka penguatan budaya keselamatan, IEBE melakukan kegiatan-kegiatan yang diwadahi dalam suatu kelompok non-formal yang disebut Quality Improvement Team (QIT) dengan salah satu subtimnya adalah Tim Budaya Keselamatan. Kegiatankegiatan yang telah dilakukan antara lain: Workshop budaya keselamatan, termasuk workshop JHA, WHA, dan BBS Sharing pengalaman implementasi budaya keselamatan antar satker di BATAN Kaji diri keselamatan kerja dan keselamatan instalasi (implementasi budaya keselamatan) Fasilitasi coffee morning, briefing pagi, pelatihan keselamatan, dan lain lain. Semua kegiatan di atas dilaksanakan dalam rangka sosialisasi, internalisasi dan enkulturisasi perilaku selamat, dan juga sebagai proses pembelajaran tentang pentingnya budaya keselamatan di IEBE. Heri Hardiyanti dkk 207 Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN

5 Outcome yang diharapkan adalah: (a) meningkatnya keterlibatan dan partisipasi aktif personil IEBE dalam aktivitas penguatan budaya keselamatan; (b) meningkatnya motivasi dan perilaku selamat para personil IEBE; (c) terkendalinya bahaya potensial (hazards) dan risiko keselamatan; (d) meningkatnya komunikasi internal dan eksternal yang terbuka; dan (e) meningkatnya komitmen pimpinan terhadap keselamatan. Berikut adalah beberapa agenda penting yang telah dilaksanakan dalam rangka membangun budaya keselamatan yang kuat di IEBE: 1. Peningkatan motivasi kerja selamat lewat walktime pimpinan PTBN di IEBE SEMINAR NASIONAL Kunjungan pimpinan organisasi akan meningkatkan motivasi kerja dan kedisiplinan personil IEBE. Hal ini akan memberikan dampak psikologis terhadap setiap personel yang merasa telah diperhatikan oleh pimpinannya. Pentingnya kunjungan pimpinan adalah karena seorang pemimpin bisa mengembangkan pengaruh budaya dengan tindakan, perilaku, nilai-nilai, asumsi dalam setiap komunikasi dengan personil. Seorang pemimpin adalah orang yang memiliki pengaruh pada sikap, pikiran dan perilaku orang lain. Pemimpin tidak dapat sepenuhnya mengendalikan budaya keselamatan tetapi dapat mempengaruhinya. Gambar 1. Kunjungan rutin Ka. PTBN ke IEBE 2. Workshop Job Hazard Analysis dan Workplace Hazard Assesment Workshop Job Hazard Analysis (JHA) dan Workplace Hazard Assesment (WHA) dilaksanakan 2 kali dalam setahun. Workshop JHA adalah pelatihan untuk analisis potensi bahaya, assessment resiko, cara penanggulangan dan cara mereduksi suatu bahaya dalam suatu pekerjaan, sedangkan WHA merupakan analisis potensi bahaya yang disebabkan oleh alat atau bahan yang tersimpan di tempat kerja, termasuk cara penanggulangan bila terjadi insiden, dan cara menghilangkan dan cara mereduksi bahaya tersebut. Workshop JHA dan WHA juga diikuti dari satker lain dilingkungan kawasan nuklir Serpong. Setiap peserta harus membuat JHA dan WHA dilaboratorium masing- masing. Tujuan utama workshop adalah agar setiap personil mampu melaksanakan JHA dan WHA sekaligus mampu memberikan asupan ke manajemen tentang rencana pengendalian bahaya atau risiko. Kegiatan ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan kebersamaan (kerja tim) dan keterlibatankepemilikan personil. Gambar 2. Assesment dalam rangka pembuatan JHA dan WHA Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN 208 Heri Hardiyanti dkk

6 3. Pemberlakuan Standar Operasi Laboratorium IEBE Always make time for safety merupakan bunyi kalimat dalam poster yang terpasang di depan pintu masuk laboratorium. Isinya adalah Standard Operating Prosedure (SOP) kerja selamat di IEBE secara umum, yaitu berupa ketentuan bagi setiap personil sebelum melaksanakan kerja untuk memahami: (a) Tugas/kegiatan yang akan dilakukan; (b) Bahaya yang ada dan risiko dari bahaya tersebut; (c) Penyebab atau kejadian yang menyebabkan munculnya risiko; (d) Pengendalian kejadian dan penanggulangan bahaya; dan (e) Prosedur kedaruratan. Aplikasi praktisnya adalah setiap personil yang akan bekerja di laboratorium IEBE harus membuat/mengisi form proporsal kegiatan terlebih dulu. Form ini merupakan form analisis keselamatan pekerjaan secara sederhana tapi memadai sehingga dapat diisi oleh seluruh personil. Fungsi utama form ini adalah mengintegrasikan keselamatan dalam proses kerja dan juga sebagai alat kontrol manajemen dalam pelaksanaan kegiatan. Selain itu personil juga diwajibkan mengisi form STAR (Stop-Think-Act-Review) sebelum, selama, dan sesudah melaksanakan pekerjaan. 4. Housekeeping - Kerjabakti 5 R (Ringkas,Resik, Rapi, Rawat, Rajin) Kerja bakti merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seluruh staf IEBE untuk membersihkan dan merapikan sekaligus memeriksa seluruh tempat kerja di IEBE. Kerja bakti ini dilakukan satu bulan sekali pada hari Jumat pagi. Melalui kerja bakti ini diharapkan seluruh tempat kerja di IEBE terpelihara kebersihan dan kerapihannya. Kegiatan ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan kebersamaan (kerja tim) dan keterlibatan-kepemilikan personil terhadap program keselamatan. Gambar 3. Kerja bakti di laboratorium 5. Pelatihan P3K dan Pemadaman Api Pelatihan P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) dan Pemadaman Api atau kebakaran menggunakan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) merupakan pelatihan wajib yang harus diikuti oleh seluruh personil IEBE. Pelatihan P3K dimaksudkan untuk memberi ketrampilan kepada seluruh staf IEBE agar bisa memberikan pertolongan pertama pada rekan kerja bila terjadi kecelakaan di tempat kerja. Pelatihan P3K dilaksanakan 2 kali dalam setahun, sebagai nara sumber adalah dokter dan perawat dari poliklinik BATAN. Potensi bahaya kebakaran di IEBE sangat besar mengingat bahan dan proses yang dihandling. Dan APAR merupakan satu-satunya alat pemadam api yang tersedia di tempat kerja. Untuk itu setiap personil IEBE harus mampu mengoperasikan APAR untuk memadamkan api. Catatan: Di laboratorium IEBE tidak diperkenankan memadamkan kebakaran dengan air karena dimungkinkan terjadinya kritikalitas bahan nuklir dan agar tidak terjadi konsleting arus listrik. Heri Hardiyanti dkk 209 Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN

7 Gambar 4. Pelatihan P3K 6. Inspeksi K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Inspeksi K3 dilakukan rutin setiap bulan secara bergantian oleh seluruh staf IEBE dalam rangka terciptanya kondisi tempat kerja yang selamat, aman dan nyaman. Hasil penilaian Inspeksi K3 digunakan sebagai salah satu bahan evaluasi diri setiap semester. Inspeksi dilakukan pada setiap ruangan dan dengan menggunakan check list resmi tentang inspeksi K3. Check list yang ada saat ini berisi sekitar 60 (enam puluh) item atau pernyataan yang harus diperiksa di tempat kerja. Inspeksi K3 secara formal yang dilakukan oleh pihak manajemen IEBE dilaksanakan sedikitnya dua kali dalam satu tahun. Inspeksi ini dipimpin langsung oleh Kepala PTBN selaku Pemegang Izin Operasi IEBE. Kegiatan ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan motivasi, kebersamaan (kerja tim), dan keterlibatan-kepemilikan personil. Gambar 5. Personil sedang Inspeksi K3 7. Coffee morning Coffee morning sebagai sarana untuk menciptakan komunikasi yang terbuka antar staff dan pimpinan. Setiap staf dipersilahkan untuk menyampaikan uneg-uneg atau kritik terhadap rekan kerja atau pimpinan dalam suasana santai dan penuh keakraban sambil minum kopi dan makan makanan ringan. Serta untuk mengkomunikasikan masalah pekerjaan, laboratorium dan tempat kerja, sehingga akan diperoleh suatu jalan keluar yang disepakati/disetujui oleh semua staf. Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN 210 Heri Hardiyanti dkk

8 Gambar 6. Suasana coffee morning 8. Sharing implementasi budaya keselamatan Sharing implementasi budaya keselamatan ini dilakukan melalui kunjungan ke satker lain dilingkungan Batan. Selama tahun 2010 dilakukan 3 kali kunjungan yaitu ke PRSG (Pusat Reaktor Serbaguna), PTNBR (Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri), dan ke PTAPB (Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan). Tujuan diadakan sharing ini untuk saling mendukung dan memberi masukan tentang Implementasi budaya keselamatan di satuan kerja masing - masing. Gambar 7. Tim Budkes IEBE sharing implementasi Budkes ke RSG, PTAPB dan PTNBR 9. Briefing pagi Briefing pagi dilakukan sebagai sarana induksi keselamatan untuk semua operator yang akan bekerja di laboratorium. Pemimpin briefing pagi adalah para supervisor yang dijadwal secara rutin tiap pagi. Gambar 8. Suasana Briefing pagi Heri Hardiyanti dkk 211 Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN

9 10. Implementasi Behaviour Based Safety BBS adalah pengamatan yang dilakukan kepada personil di laboratorium yang sedang bekerja. Pengamatan yang dilakukan meliputi : Alat proteksi diri (APD) yang digunakan. Ketepatan - kesesuaian dan kondisi APD yang dipakai seperti: sarung tangan, masker, sepatu dan jas lab, dan APD lainnya. Posisi/tindakan pekerja pada saat bekerja. SEMINAR NASIONAL Respon pekerja terhadap pengamatan Peralatan perangkat kerja Housekeeping Prosedur kerja Authoritas kerja. Bila pada saat pengamatan ditemukan tindakan pekerja yang tidak aman maka langsung diintervensi oleh petugas/observer sehingga tindakan tidak aman tersebut segera dirubah menjadi tindakan yang aman. Gambar 9. Behaviour Based Safety 11. Keikutsertaan IEBE di IAEA- FINAS (Fuel Incident Notification and Analysis System) FINAS adalah sebuah forum di IAEA yang mewadahi pembelajaran terhadap terjadinya insiden sekecil apapun di intalasi bahan bakar nuklir. Oleh karena itu setiap kejadian atau insiden sekecil apapun yang terjadi di IEBE selalu dicatat dan dilaporkan ke manajemen dan ke BAPETEN (koordinator FINAS Indonesia). Selanjutnya akan dievaluasi dan dianalisa untuk mencari potensi dan penyebab kejadian. Serta dicari solusi dan pengendaliannya. Gambar 10. Beberapa kejadian yang dijadikan pembelajaran di FINAS Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN 212 Heri Hardiyanti dkk

10 12. Kualifikasi Personil Pelatihan dan kualifikasi personil sebagaimana yang dipersyaratkan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) telah dan senantiasa dilaksanakan. Kualifikasi personil IEBE yang diwajibkan memiliki Surat Izin Bekerja (SIB) dari Badan Pengawas adalah Operator INNR, Supervisor INNR, Petugas Inventori Bahan Nuklir, dan Petugas Proteksi Radiasi. SIB berlaku 3 4 tahun dan bila sudah habis masa berlakunya, pemegang SIB diwajibkan mengikuti ujian rekualifikasi yang diselenggarakan BAPETEN. Hingga saat ini seluruh personil teknis IEBE telah memiliki SIB. Tujuan utama kualifikasi personil adalah menjamin: (a) keselamatan dan kesehatan terhadap pekerja, masyarakat, dan lingkungan hidup; (b) keselamatan dan keamanan instalasi dan bahan nuklir; dan (c) pemanfaatan bahan nuklir untuk maksud damai. Gambar.11 Kegiatan Peningkatan Kualifikasi Personil 13. Kaji diri Keselamatan Kaji diri adalah kegiatan evaluasi diri IEBE untuk menilai dan mengetahui sejauh mana penerapan budaya keselamatan di IEBE. Kaji diri dilakukan dengan melaksanakan 3 (tiga) komponen berikut: (a) Pengisian SPI (Safety Performance Indicator) IEBE bersama BAPETEN telah berhasil mengembangkan SPI untuk INNR. Dan untuk ini, IEBE telah ditunjuk Bapeten sebagai role model di Indonesia dalam hal pengisian SPI untuk INNR. Lingkup SPI IEBE adalah: (1) Keselamatan Nuklir Operasi Berkualitas Kejadian Pemicu Sistem Mitigasi Integritas Penghalang (2) Keselamatan Radiasi Keselamatan Radiasi Radiasi dan Kontaminasi daerah Kerja dan Lingkungan Limbah Radioaktif (3) Kesiapsiagaan Nuklir Sistem Kewaspadaan dan Notifikasi Latihan Kedaruratan Nuklir Partisipasi anggota organisasi tanggap darurat (4) Sistem Manajeman dan fasilitas dan Aktifitas Tanggung jawab Manajemen Manajemen Sumber Daya Implementasi Proses Pengukuran, Penilaian dan Perbaikan (5) Keamanan Nuklir Seifgard Proteksi Fisik Overall score SPI IEBE tahun 2010 adalah 3.75 (maksimum score 5). Hasil ini menunjukkan bahwa overall kondisi keselamatan operasi IEBE sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan BAPETEN. Kegiatan operasi IEBE telah dilaksanakan secara konsisten dan memenuhi ketentuan dan peraturan yang ada. Sebagian besar permasalahan yang timbul dapat segera diselesaikan dengan memenuhi ketentuan dan persayaratan yang ada. Ada beberapa permasalahan yang tidak dapat disesesaikan segera (seperti alat proses rusak), tapi tidak mempengaruhi keselamatan pekerja, masyarakat, dan lingkungan. (b) Hasil Inspeksi K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Temuan yang diperoleh dalam Inspeksi rutin K3 (bulanan) langsung ditindaklanjuti dan diselesaikan apabila memungkinkan. Seluruh temuan inspeksi dan perbaikan yang telah dilakukan dilaporkan dalam kaji diri. Temuantemuan yang tidak terselesaikan akan dibahas dan dicarikan solusinya. Jumlah temuan dan prosentase penyelesaian temuan tepat waktu merupakan indikator sukses K3. Heri Hardiyanti dkk 213 Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN

11 Score IEBE terhadap persyaratan K3 yang ditetapkan dalam inspeksi pada tahun 2010 adalah 80 % (nilai rata-rata). Hasil nyata dari pelaksanaan inspeksi K3 adalah meningkatnya kepedulian personil terhadap tempat kerja, khususnya dalam hal kebersihan dan kerapihan tempat kerja. (c) SEMINAR NASIONAL Kuisioner survei budaya keselamatan Setiap tahun IEBE mengadakan survei perihal presepsi personil terhadap implementasi budaya keselamatan di IEBE. Hasil survei melalui kuesioner pada tahun 2010 adalah sebagaimana dinyatakan dalam radar chart di bawah ini Gambar 10.Radar chart hasil survey tentang budkes Hasil menunjukkan bahwa manajemen organisasi dalam kegiatan di IEBE pada tahun 2010 memiliki kelemahan pada komitmen pimpinan puncak (manager senior) terhadap keselamatan dengan score 6.37 (karakteristik No.1). Adapun nilai rata-rata dari 15 karakteristik budaya keselamatan sebesar 6,98. Nilai ini memberikan gambaran bahwa posisi manajemen organisasi dalam pengembangan budaya keselamatan berada pada tahap II, artinya: Keselamatan dipertimbangkan sebagai tujuan organisasi. Pada tahap ini suatu organisasi memiliki manajemen yang memandang kinerja keselamatan sebagai hal yang penting walaupun tidak ada tekanan dari badan pengawas. Kinerja keselamatan senantiasa berkaitan kuat dengan aspek bisnis untuk mencapai sasaran atau tujuan organisasi. 14. Review dengan Management System Inspection Tool (MSIT) BAPETEN telah melaksanakan review implementasi budaya keselamatan di IEBE dengan menggunakan MSIT. Review dilakukan pada tahun 2010 dan IEBE merupakan yang pertama dan digunakan sebagai case study penerapan MSIT dalam kegiatan inspeksi BAPETEN di instalasi nuklir Indonesia. Review dengan MSIT bertujuan untuk memastikan bahwa: adanya pengertian yang sama terkait aspek kunci budaya keselamatan dalam organisasi; adanya suatu cara sehingga organisasi dapat mendukung individu dan tim dalam mengerjakan tugas-tugasnya dengan selamat dan sukses, dengan mempertimbangkan interaksi antara individu, teknologi dan organisasi; berkembangnya sikap belajar dan bertanya pada semua tingkatan dalam organisasi; adanya suatu cara sehingga organisasi akan terus mencoba mengembangkan dan meningkatkan budaya keselamatannya. Hasil review terhadap IEBE menunjukkan semua komponen atau kriteria dalam MSIT telah dapat dipenuhi oleh IEBE, dan MSIT cukup komprehensif sebagai tool untuk monitoring dan evaluasi implementasi budaya keselamatan di suatu organisasi. 4. KESIMPULAN Keselamatan merupakan prioritas dan pertimbangan utama dalam setiap aktivitas di IEBE, dan keselamatan senantiasa ditingkatkan secara berkelanjutan. Untuk mencapai budaya keselamatan yang kuat di IEBE diperlukan kerjasama dan komitmen yang kuat dari pihak manajemen (pimpinan) dan seluruh personil. Lima karakteristik budaya keselamatan yang kuat dari IAEA Safety Guide No. GS-G-5.3 akan senantiasa ditingkatkan dan digunakan sebagai Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN 214 Heri Hardiyanti dkk

12 pedoman pengembangan budaya keselamatan di IEBE. Fokus utama selanjutnya adalah meningkatkan efektivitas kepemimpinan dari para manager IEBE (Top dan Midle Manager), dan meningkatkan keterlibatan aktif personil dalam housekeeping, hazard identification & risk assessment, pertemuan keselamatan, audit, inspeksi, kaji diri, dll. Tanggungjawab dan akuntabilitas personil IEBE terhadap keselamatan telah tumbuh, dan mereka (individu/ kelompok) mulai bergerak dan berpartisipasi aktif dalam menjaga dan meningkatkan keselamatan yang berkelanjutan. Personil IEBE juga telah menyadari bahwa kinerja keselamatan senantiasa berkaitan kuat dengan aspek bisnis untuk mencapai sasaran atau tujuan. Hal ini merupakan modal besar bagi IEBE untuk mewujudkan budaya keselamatan yang kuat. Program penguatan budaya keselamatan di IEBE akan terus dikembangkan, dan diutamakan pada usaha menumbuh-kembangkan sikap dan perilaku selamat personil (behavior based safety - BBS). Kunci sukses implementasi BBS telah berhasil diidentifikasi, yaitu pemberdayaan personil sepenuh hati, perencanaan yang baik dan dukungan penuh manajemen terhadap proses BBS, pengelolaan BBS dengan integritas tinggi, dan adanya contoh dari pimpinan senior (Ka PTBN, para Kepala Bidang, dan para Supervisor). [4] INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Self Assessment of Safety Culture in Nuclear Installations. Tecdoc 1329, Vienna (2002). [5] INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, The Management System for Facilities and Activities, IAEA Safety Standards Series No. GS-R-3, IAEA, Vienna (2006). [6] Yusri Heni, Improving Our Safety Culture, PT Gramedia, Jakarta (2010) 5. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih atas segala bantuan dan dukungannya, kepada Ibu Meniek Rachmawati selaku ketua QIT-IEBE, Ibu Ratih Langenati selaku koordinator Knowledge Management IEBE, rekan-rekan Tim Budaya Keselamatan IEBE (Agus Sartono, Mugiyono, Torowati, Deni Mustika, Eko Yuli, A.Latief, Mu nisatun, Ganisa K) dan rekan-rekan Tim 5R IEBE (Mujinem, Edi suharyono, Galuh, Djoko K, Mahpudin, pranjono,lilis W, Slamet P, Suyoto, Sunardi, Asminar, Ahroji, Ngatijo, Edi Indarto) 6. DAFTAR PUSTAKA [1] INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Safety Culture., Safety Report Insag-4 (1991), Vienna (1991) [2] INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, The Management System For Nuclear Installations, IAEA Safety Standards Series No. GS-G-3.5, IAEA, Vienna (2006). [3] INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Regulatory oversight of Management System, Draft Safety reports series No.XX, IAEA, Vienna (2008). Heri Hardiyanti dkk 215 Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN

PENGUATAN BUDAYA KESELAMATAN DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

PENGUATAN BUDAYA KESELAMATAN DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL PENGUATAN BUDAYA KESELAMATAN DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL Heri Hardiyanti, B. Herutomo, B. Briyatmoko Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN Kawasan PUSPIPTEK, Serpong, Tangerang 15310, Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN DI IEBE

KAJIAN PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN DI IEBE Hasil-hasil Penelitian ESN Tahun 2009 ISSN 0854-5561 KAJIAN PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN DI IEBE ABSTRAK KAJIAN PENERAPAN SUOAYA KESELAMATAN lese. Kajian Suatu kajian terhadap penerapan budaya keselamatan

Lebih terperinci

PENILAIAN BUDAYA KESELAMATAN DENGAN METODE SAFETY CULTURE ASSESSMENT REVIEW TEAM (SCART) (STUDI KASUS DI PRSG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL)

PENILAIAN BUDAYA KESELAMATAN DENGAN METODE SAFETY CULTURE ASSESSMENT REVIEW TEAM (SCART) (STUDI KASUS DI PRSG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL) Jurnal Teknik Industri, Volume x, Nomor x, Tahun 2015, Halaman x-x Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/ieoj PENILAIAN BUDAYA DENGAN METODE SAFETY CULTURE ASSESSMENT REVIEW TEAM (SCART)

Lebih terperinci

PREDIKSI DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

PREDIKSI DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL No.05 / Tahun III April 2010 ISSN 1979-2409 PREDIKSI DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL Suliyanto, Budi Prayitno Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK

Lebih terperinci

PENINGKATAN SISTEM PROTEKSI RADIASI DAN KESELAMATAN KAWASAN NUKLIR SERPONG TAHUN 2009

PENINGKATAN SISTEM PROTEKSI RADIASI DAN KESELAMATAN KAWASAN NUKLIR SERPONG TAHUN 2009 PENINGKATAN SISTEM PROTEKSI RADIASI DAN KESELAMATAN KAWASAN NUKLIR SERPONG TAHUN 2009 L.Kwin Pudjiastuti, Syahrir,Untara, Sri widayati*) ABSTRAK PENINGKATAN SISTEM PROTEKSI RADIASI DAN KESELAMATAN KAWASAN

Lebih terperinci

CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi

CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi KEBIJAKAN K3 Konstruksi VISI PERUSAHAAN MENJADI BADAN USAHA TERKEMUKA DIBIDANG KONSTRUKSI, yang mengandung arti Menduduki posisi 3 besar dalam pencapaian

Lebih terperinci

EVALUASI KESIAPSIAGAAN NUKLIR DI INSTALASI RADIOMETALURGI BERDASARKAN PERKA BAPETEN NOMOR 1 TAHUN 2010

EVALUASI KESIAPSIAGAAN NUKLIR DI INSTALASI RADIOMETALURGI BERDASARKAN PERKA BAPETEN NOMOR 1 TAHUN 2010 No. 07 / Tahun IV April 2011 ISSN 1979-2409 EVALUASI KESIAPSIAGAAN NUKLIR DI INSTALASI RADIOMETALURGI BERDASARKAN PERKA BAPETEN NOMOR 1 TAHUN 2010 Budi Prayitno, Suliyanto Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 200/KA/X/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN

PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 200/KA/X/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 200/KA/X/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, Menimbang:

Lebih terperinci

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek 2012 Oleh: Arrigo Dirgantara 1106069664 Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Indonesia 2012 Pertanyaan:

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA

Lebih terperinci

PEDOMAN SISTIM PENGENDALIAN INTERN

PEDOMAN SISTIM PENGENDALIAN INTERN PEDOMAN SISTIM PENGENDALIAN INTERN DANA PENSIUN PERHUTANI 2007 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 1 II. MAKSUD DAN TUJUAN... 2 III. RUANG LINGKUP... 2 3.1 Pihak Yang Berkepentingan... 3 3.2 Lingkungan Pengendalian

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN

KUISIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUISIONER PENELITIAN PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN KONDISI LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PERILAKU KESELAMATAN KARYAWAN PT PDSI RANTAU ACEH TAMIANG TAHUN 2014 I.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Dengan mendefinisikan target-target BBS, berarti perusahaan telah

BAB V PEMBAHASAN. Dengan mendefinisikan target-target BBS, berarti perusahaan telah BAB V PEMBAHASAN 1. Define Dengan mendefinisikan target-target BBS, berarti perusahaan telah memenuhi OHSAS 18001 : 2007 klausul 4.3.3 yaitu objektif dan program K3. Ada kemungkinan didapatkan temuan-temuan

Lebih terperinci

STUDI KESELARASAN PROGRAM KESIAPSIAGAAN NUKLIR TINGKAT FASILITAS/ INSTALASI NUKLIR PTBN TERHADAP PERKA BAPETEN NO.1 TAHUN 2010

STUDI KESELARASAN PROGRAM KESIAPSIAGAAN NUKLIR TINGKAT FASILITAS/ INSTALASI NUKLIR PTBN TERHADAP PERKA BAPETEN NO.1 TAHUN 2010 STUDI KESELARASAN PROGRAM KESIAPSIAGAAN NUKLIR TINGKAT FASILITAS/ INSTALASI NUKLIR PTBN TERHADAP PERKA BAPETEN NO.1 TAHUN 2010 Muradi, Sjafruddin Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN ABSTRAK STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebaliknya yang lemah akan menghambat dan bertentangan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. sebaliknya yang lemah akan menghambat dan bertentangan dengan tujuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya organisasi merupakan suatu kekuatan sosial yang tidak tampak, yang dapat menggerakkan orang-orang dalam suatu organisasi untuk melakukan aktivitas

Lebih terperinci

ANALISIS DOSIS RADIASI PEKERJA RADIASI IEBE BERDASARKAN KETENTUAN ICRP 60/1990 DAN PP NO.33/2007

ANALISIS DOSIS RADIASI PEKERJA RADIASI IEBE BERDASARKAN KETENTUAN ICRP 60/1990 DAN PP NO.33/2007 ANALISIS DOSIS RADIASI PEKERJA RADIASI IEBE BERDASARKAN KETENTUAN ICRP 60/1990 DAN PP NO.33/2007 Budi Prayitno (1) dan Suliyanto (1) 1. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir- BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 04-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN PELATIHAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR NUKLIR

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 04-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN PELATIHAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR NUKLIR KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 04-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN PELATIHAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR NUKLIR KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : bahwa sesuai dengan

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, - 1 - RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT KERJA

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PROGRAM KESIAPSIAGAAN NUKLIR INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

PENYUSUNAN PROGRAM KESIAPSIAGAAN NUKLIR INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL PENYUSUNAN PROGRAM KESIAPSIAGAAN NUKLIR INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL Suliyanto, Muradi Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan 15310, Telp (021)

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.844, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BATAN. Unit Kerja. Rinvian Tugas. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JAMINAN MUTU DI RSG GAS*)

IMPLEMENTASI JAMINAN MUTU DI RSG GAS*) IMPLEMENTASI JAMINAN MUTU DI RSG GAS*) Pranto Busono, Warsono, Rohadi, Rofei**) ABSTRAK IMPLEMENTASI JAMINAN MUTU DI RSG GAS. Jaminan Mutu merupakan prasyarat untuk pengoperasian instalasi nuklir sehingga

Lebih terperinci

7.1.Project Control. Schedule kunjungan ke lapangan dan partisipasi audit. Meninjau ulang temuan audit dan pelaporan perbaikan

7.1.Project Control. Schedule kunjungan ke lapangan dan partisipasi audit. Meninjau ulang temuan audit dan pelaporan perbaikan 7.1.Project Control Proyek Control bertanggung jawab kepada manajer lapangan perwakilan PT.Freeport Indonesia dan Dewan Direksi PT Prima Tunggal Javaland juga bertanggung jawab terhadap semua aktivitas

Lebih terperinci

2012, No Instalasi Nuklir, Reaktor Nuklir, dan Bahan Nuklir adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Keten

2012, No Instalasi Nuklir, Reaktor Nuklir, dan Bahan Nuklir adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Keten LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.107, 2012 NUKLIR. Instalasi. Keselamatan. Keamanan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5313) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang :

Lebih terperinci

INDIKATOR BUDAYA KESELAMATAN

INDIKATOR BUDAYA KESELAMATAN INDIKATOR BUDAYA KESELAMATAN YUSRI HENI y.heni@bapeten.go.id BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR DAFTAR ACUAN TEC DOC 1329, BAB 8. INSAG 4 - Safety Culture TEC DOC 860: ASCOT Guideline "Safety Culture"???? Each

Lebih terperinci

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Hand-out Industrial Safety Dr.Ir. Harinaldi, M.Eng Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Tempat Kerja Produk/jasa Kualitas tinggi Biaya minimum Safety comes

Lebih terperinci

Lampiran 1 CHECK LIST PRAKUALIFIKASI CSMS

Lampiran 1 CHECK LIST PRAKUALIFIKASI CSMS Lampiran 1 CHECK LIST PRAKUALIFIKASI CSMS PRAKUALIFIKASI CSMS 3.1. PROFIL KONTRAKTOR 1. Nama Perusahaan : Alamat Pos : Nomor Telephone/Fax :... Email : 2. Anggota Direksi NO JABATAN NAMA PENDIDIKAN TERAKHIR

Lebih terperinci

JAMINAN MUTU UNTUK PERSIAPAN PEMBANGUNAN PLTN

JAMINAN MUTU UNTUK PERSIAPAN PEMBANGUNAN PLTN JAMINAN MUTU UNTUK PERSIAPAN PEMBANGUNAN PLTN Syahrudin PSJMN-BATAN, Kawasan PUSPIPTEK, GD71, Lt.2,Cisauk, Tangerang Abstrak Jaminan Mutu untuk Persiapan Pembangunan PLTN. Standar sistem manajemen terus

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 05-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 05-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 05-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

KAJIAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN (SML) DALAM SISTEM MANAJEMEN TERINTEGRASI UNTUK KESELAMATAN INSTALASI NUKLIR

KAJIAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN (SML) DALAM SISTEM MANAJEMEN TERINTEGRASI UNTUK KESELAMATAN INSTALASI NUKLIR KAJIAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN (SML) DALAM SISTEM MANAJEMEN TERINTEGRASI UNTUK KESELAMATAN INSTALASI NUKLIR Nur Tri Harjanto ABSTRAK KAJIAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN LlNGKUNGAN (SML) DALAM

Lebih terperinci

PENGUKURAN TINGKAT KONTAMINASI PERMUKAAN MESIN BUSUR LISTRIK PASCA PELEBURAN LOGAM U-Zr

PENGUKURAN TINGKAT KONTAMINASI PERMUKAAN MESIN BUSUR LISTRIK PASCA PELEBURAN LOGAM U-Zr PENGUKURAN TINGKAT KONTAMINASI PERMUKAAN MESIN BUSUR LISTRIK PASCA PELEBURAN LOGAM U-Zr Akhmad Saogi Latif Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN Kawasan PUSPIPTEK, Serpong, Tangerang ABSTRAK PENGUKURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI ADMINISTRASI. Instansi Nuklir. Bahan Nuklir. Perizinan. Pemanfaatan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 8) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi 14 BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi PT. Freshklido Graha Solusi adalah perusahaan jasa kebersihan terkemuka di Indonesia, yang menawarkan solusi cerdas

Lebih terperinci

(SMKP) ELEMEN 6 DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN (SMKP) MINERAL DAN BATUBARA

(SMKP) ELEMEN 6 DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN (SMKP) MINERAL DAN BATUBARA Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP) ELEMEN 6 DOKUMENTASI Perbaikan Berkesinambungan Dokumentasi 2 Dari 78 6.1 MANUAL SMKP 6.2 Pengendalian Dokumen 6.3 Pengendalian Rekaman 6.4 Dokumen dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM BAGI PENYEDIA JASA Elemen-elemen yang harus dilaksanakan oleh

Lebih terperinci

BUDAYA KESELAMATAN DI BIDANG PEMELIHARAAN PLTN

BUDAYA KESELAMATAN DI BIDANG PEMELIHARAAN PLTN BUDAYA KESELAMATAN DI BIDANG PEMELIHARAAN PLTN Yohanes Dwi Anggoro, Sahala M. Lumbanraja (PPEN) BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan 12710 Telp./Fax.: 021-5204243, Email:yohanes.anggoro@batan.go.id

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI

KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI Kami PT Bening Tunggal Mandiri berkomitmen untuk melaksanakan kegiatan bisnis perusahaan berdasarkan aspek HSE. PT Bening Tunggal Mandiri

Lebih terperinci

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI B.Y. Eko Budi Jumpeno Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi BATAN Jalan Cinere Pasar Jumat, Jakarta 12440 PO Box 7043 JKSKL, Jakarta 12070 PENDAHULUAN Pemanfaatan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA Menimbang : a. bahwa terjadinya kecelakaan di tempat kerja sebagian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Lampiran 3 FORMAT DAFTAR SIMAK AUDIT INTERNAL PENYEDIA JASA

Lampiran 3 FORMAT DAFTAR SIMAK AUDIT INTERNAL PENYEDIA JASA Lampiran 3 FORMAT DAFTAR SIMAK AUDIT INTERNAL PENYEDIA JASA FORMAT DAFTAR SIMAK AUDIT INTERNAL PENYEDIA JASA 1 NO U R A I A N 1 KEBIJAKAN 7.00% a. Apakah Penyedia Jasa mempunyai Kebijakan K3? 0 50 100

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR I. UMUM Pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia meliputi berbagai

Lebih terperinci

2. PERSYARATAN UNTUK PENGKAJIAN KESELAMATAN DALAM PROSES PERIJINAN REAKTOR RISET

2. PERSYARATAN UNTUK PENGKAJIAN KESELAMATAN DALAM PROSES PERIJINAN REAKTOR RISET 2. PERSYARATAN UNTUK PENGKAJIAN KESELAMATAN DALAM PROSES PERIJINAN REAKTOR RISET KRITERIA DAN TANGGUNG-JAWAB PENGKAJIAN 201. Untuk suatu reaktor riset yang akan dibangun (atau mengalami suatu modifikasi

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel.

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel. Lampiran KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 5 Tahun ) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel. Yang Pemenuhan Keterangan ditanya 3 Ya Tdk 4. PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN KOMITMEN..

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KERJA K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) RUMAH SAKIT BERSALIN AMANAH

RENCANA PROGRAM KERJA K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) RUMAH SAKIT BERSALIN AMANAH RENCANA PROGRAM KERJA K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) RUMAH SAKIT BERSALIN AMANAH TAHUN ANGGARAN 2015 TIM K3 RUMAH SAKIT BERSALIN AMANAH RENCANA PROGRAM KERJA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG IZIN BEKERJA PETUGAS INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG IZIN BEKERJA PETUGAS INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG IZIN BEKERJA PETUGAS INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang

Lebih terperinci

Kebijakan Manajemen Risiko

Kebijakan Manajemen Risiko Kebijakan Manajemen Risiko PT Indo Tambangraya Megah, Tbk. (ITM), berkomitmen untuk membangun sistem dan proses manajemen risiko perusahaan secara menyeluruh untuk memastikan tujuan strategis dan tanggung

Lebih terperinci

Ruang Lingkup Perizinan Instalasi dan Bahan Nuklir meliputi:

Ruang Lingkup Perizinan Instalasi dan Bahan Nuklir meliputi: Ruang Lingkup Perizinan Instalasi dan Bahan Nuklir meliputi: Izin pembangunan dan Pengoperasian termasuk dekomisioning reaktor nuklir Izin pembangunan dan Pengoperasian Instalasi Nuklir Non Reaktor Izin

Lebih terperinci

PROSEDUR PENANGGULANGAN KEDARURATAN NUKLIR DI PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR

PROSEDUR PENANGGULANGAN KEDARURATAN NUKLIR DI PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR PROSEDUR PENANGGULANGAN KEDARURATAN NUKLIR DI PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR Budi Prayitno, Suliyanto Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN ABSTRAK PROSEDUR PENANGGULANGAN KEDARURATAN NUKLIR PUSAT

Lebih terperinci

MONITORING KEAMANAN DAN KESELAMATAN FASILITAS RUMAH SAKIT (K3RS)

MONITORING KEAMANAN DAN KESELAMATAN FASILITAS RUMAH SAKIT (K3RS) PEDOMAN TEKNIS MONITORING KEAMANAN DAN KESELAMATAN FASILITAS RUMAH SAKIT (K3RS) RUMAH SAKIT MULIA INSANI TAHUN 2016 TIM K3RS/ TIM MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN RUMAH SAKIT MULIA INSANI TANGERANG

Lebih terperinci

SISTEM PELAPORAN KEJADIAN DI RSG GAS

SISTEM PELAPORAN KEJADIAN DI RSG GAS SISTEM PELAPORAN KEJADIAN DI RSG GAS A.Mariatmo, Edison, Jaja Sukmana ABSTRAK Sistem pelaporan kejadian di RSG GAS mengikuti sistem pelaporan kejadian untuk reaktor riset IRSRR yang dikeluarkan oleh IAEA,

Lebih terperinci

Keselamatan Instalasi Nuklir

Keselamatan Instalasi Nuklir Keselamatan Instalasi Nuklir (Draft Terjemahan dokumen Safety Series SS 110 : The Safety of Nuclear Installations) The International Atomic Energy Agency (IAEA) makes no warranty and assumes no responsibility

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI PROSEDUR IDENTIFIKASI ASPEK DAN BAHAYA

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI PROSEDUR IDENTIFIKASI ASPEK DAN BAHAYA PROSEDUR NO DOKUMEN : P-AAA-HSE-01 STATUS DOKUMEN : MASTER COPY NO : NOMOR REVISI : 00 TANGGAL EFEKTIF : 1 JULI 2013 DIBUAT OLEH : DIPERIKSA OLEH : DISETUJUI OLEH : HSE MANAJEMEN REPRESENTATIF DIREKTUR

Lebih terperinci

SISTEM PENGELOLAAN KESELAMATAN KERJA KONTRAKTOR

SISTEM PENGELOLAAN KESELAMATAN KERJA KONTRAKTOR NAMA PERUSAHAAN : JENIS PEKERJAAN/JASA : BAGIAN 1 : KEPEMIMPINAN DAN KOMITMEN 1. Komitment terhadap K3LL dalam kepemimpinan a) Bagaimanakah secara pribadi manajer-manajer senior terlibat dalam pengelolaan

Lebih terperinci

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 196/KA/XI/2011 TENTANG PEDOMAN KUALIFIKASI DAN SERTIFIKASI PETUGAS DAN SUPERVISOR IRADIATOR (STANDAR BATAN BIDANG APLIKASI TEKNOLOGI ISOTOP DAN RADIASI)

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 106, 2006 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4668) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko

Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko Solichul HA. BAKRI, et al Ergonomi untuk Keselamatan, Keselamatan Kerja dan Produktivitas ISBN: 979-98339-0-6 Mengelola Kelelahan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NUCLEAR ENERGY REGULATORY AGENCY BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR Jl. Gajah Mada 8, Jakarta-10120, Telp.021-638 582 69-70, Fax: 021-638 566 13 Homepage: www.bapeten.go.id E-mail:

Lebih terperinci

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS PANDUAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS Nomor : Revisi Ke : Berlaku Tgl: Ditetapkan Kepala UPT Puskesmas Cibaliung M. AMSOR, SKM NIP.11987031 1008 PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS

Lebih terperinci

A. KRITERIA AUDIT SMK3

A. KRITERIA AUDIT SMK3 LAMPIRAN II PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEDOMAN PENILAIAN PENERAPAN SMK3 A. KRITERIA AUDIT SMK3 1 PEMBANGUNAN DAN

Lebih terperinci

Dimensi Kelembagaan. Kebijakan Kelembagaan 1. Perencanaan 0.5

Dimensi Kelembagaan. Kebijakan Kelembagaan 1. Perencanaan 0.5 Dimensi Kelembagaan Perencanaan Kebijakan 5 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 Kelembagaan Aplikasi Infrastruktur 1 KONSEP KELEMBAGAAN 2 Pembentukan Organisasi: Elemen-Elemen Utama Elemen-elemen yang perlu

Lebih terperinci

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI PROSEDUR NO DOKUMEN : P-AAA-HSE-03 STATUS DOKUMEN : MASTER COPY NO : NOMOR REVISI : 00 TANGGAL EFEKTIF : 1 JULI 2013 DIBUAT OLEH : DIPERIKSA OLEH : DISETUJUI OLEH : HSE MANAJEMEN REPRESENTATIF DIREKTUR

Lebih terperinci

PENERAPAN PERTANGGUNGJAWABAN DAN PENGENDALIAN BAHAN NUKLIR PADA PEMINDAHAN SPENT FUEL DARI MBA RI-F KE MBA RI-G

PENERAPAN PERTANGGUNGJAWABAN DAN PENGENDALIAN BAHAN NUKLIR PADA PEMINDAHAN SPENT FUEL DARI MBA RI-F KE MBA RI-G PENERAPAN PERTANGGUNGJAWABAN DAN PENGENDALIAN BAHAN NUKLIR PADA PEMINDAHAN SPENT FUEL DARI MBA RI-F KE MBA RI-G Hendro Wahyono, Agus Sunarto, Susanto Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN ABSTRAK

Lebih terperinci

LAMPIRAN I : PRAKTEK YANG DITERAPKAN UNTUK PENGEMBANGAN BUDAYA KESELAMATAN YANG TIDAK DISEBUTKAN DALAM INSAG 4.

LAMPIRAN I : PRAKTEK YANG DITERAPKAN UNTUK PENGEMBANGAN BUDAYA KESELAMATAN YANG TIDAK DISEBUTKAN DALAM INSAG 4. LAMPIRAN I : PRAKTEK YANG DITERAPKAN UNTUK PENGEMBANGAN BUDAYA KESELAMATAN YANG TIDAK DISEBUTKAN DALAM INSAG 4. SISTEM DAN PROSES Pemanfaatan sistem informasi elektronik untuk mempermudah informasi dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian yang Digunakan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan jenis pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. PT Dan Liris Sukoharjo Divisi Garmen yaitu terjatuh, terjepit, tertimpa,

BAB V PEMBAHASAN. PT Dan Liris Sukoharjo Divisi Garmen yaitu terjatuh, terjepit, tertimpa, BAB V PEMBAHASAN A. Potensi Bahaya Potensi bahaya yang dapat menyebabkan insiden atau kecelakaan kerja di PT Dan Liris Sukoharjo Divisi Garmen yaitu terjatuh, terjepit, tertimpa, tertabrak, kebakaran,

Lebih terperinci

PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN (SMK3)

PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN (SMK3) LAMPIRAN I PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat terbatas, oleh karenanya Jepang melakukan terobosan inovasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. sangat terbatas, oleh karenanya Jepang melakukan terobosan inovasi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan industri pada suatu negara tidak terlepas dari ketersediaan sumber daya energi yang memadai, Jepang misalnya memiliki sumber daya alam yang sangat

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S)

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S) REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S) SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 20 TAHUN 2009 TANGGAL : 17 FEBRUARI

Lebih terperinci

GEJALA MELEMAHNYA BUDAYA KESELAMATAN

GEJALA MELEMAHNYA BUDAYA KESELAMATAN GEJALA MELEMAHNYA BUDAYA KESELAMATAN Oleh : Suharno LOKAKARYA BUDAYA KESELAMTAN INSTALASI NUKLIR Jakarta 17 20 Mei 2005 1. PENDAHULUAN Kelemahan dapat memicu terjadinya keadaan keselamatan yang tidak stabil

Lebih terperinci

2. Rencana K3 yang disusun oleh perusahaan paling sedikit memuat : a. Tujuan dan Sasaran

2. Rencana K3 yang disusun oleh perusahaan paling sedikit memuat : a. Tujuan dan Sasaran VI. KEGIATAN K3 LISTRIK DALAM PENERAPAN SMK3 Penetapan Kebijakan K3: - Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko terkait listrik - Melakukan peninjauan terhadap kejadian yang berbahaya

Lebih terperinci

PERENCANAAN MANAJEMEN RESIKO

PERENCANAAN MANAJEMEN RESIKO PERENCANAAN MANAJEMEN RESIKO 1. Pengertian Manajemen Resiko Menurut Wikipedia bahasa Indonesia menyebutkan bahwa manajemen resiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian

Lebih terperinci

KAJIAN PERSYARATAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR KARTINI

KAJIAN PERSYARATAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR KARTINI KAJIAN PERSYARATAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR KARTINI Liliana Yetta Pandi* dan Berthie Isa S** * Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir ** Direktorat Perizinan

Lebih terperinci

Luwiharsih Komisi Akreditasi RS

Luwiharsih Komisi Akreditasi RS Luwiharsih Komisi Akreditasi RS STANDAR EP TELUS UR PASIEN TELUSUR STAF/PIM P T ELUSUR DOK. TELUS UR LINK Kepemimpinan dan MFK 1; 2; 3; 3.1 perencanaan Keselamatan dan keamanan MFK 4; 4.1; 4.2 Bahan berbahaya

Lebih terperinci

K3 KONSTRUKSI BANGUNAN. Latar Belakang Permasalahan

K3 KONSTRUKSI BANGUNAN. Latar Belakang Permasalahan K3 KONSTRUKSI BANGUNAN Latar Belakang Permasalahan -Kegiatan Konstruksi merupakan unsur penting dalam pembangunan -Kegiatan konstruksi menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan antara lain yang

Lebih terperinci

TATA CARA DAN ETIKA INSPEKSI. Oleh : SUYATI

TATA CARA DAN ETIKA INSPEKSI. Oleh : SUYATI TATA CARA DAN ETIKA INSPEKSI Oleh : SUYATI PENYELENGGARAAN INSPEKSI DASAR HUKUM KEWENANGAN INSPEKSI UU NO. 10/1997 TENTANG KETENAGANUKLIRAN, PASAL 20 PP 33/2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN

Lebih terperinci

TANTANGAN PUSAT LISTRIK TENAGA NUKLIR PERTAMA (PLTN I): SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)

TANTANGAN PUSAT LISTRIK TENAGA NUKLIR PERTAMA (PLTN I): SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) TANTANGAN PUSAT LISTRIK TENAGA NUKLIR PERTAMA (PLTN I): SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) LILIANA Y. PANDI, YUSRI HENI NA, BUDI ROHMAN Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir

Lebih terperinci

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.534, 2011 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Keselamatan Operasi Reaktor Nondaya. Prosedur. Pelaporan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PT BENING TUNGGAL MANDIRI GAS, OIL AND INDUSTRIAL TECHNICAL SERVICE

PT BENING TUNGGAL MANDIRI GAS, OIL AND INDUSTRIAL TECHNICAL SERVICE GAS, OIL AND INDUSTRIAL TECHNICAL SERVICE No. Dokumen Judul Dokumen : K3L-11 : STANDAR KOMUNIKASI K3 DI TEMPAT KERJA Ini adalah dokumen yang dikontrol Distribusi rutin di batasi pada distribusi yang disetujui

Lebih terperinci

HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT PT. GRAHAINDO JAYA GENERAL CONTRACTOR

HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT PT. GRAHAINDO JAYA GENERAL CONTRACTOR HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT STRUKTUR ORGANISASI HSE PROJECT MANAGER Ir. P Tanudjaja HSE OFFICER Suharso HSE SUPERVISOR Widianto HSE SUPERVISOR Deni Santoso HSE STAFF Jauhari J HSE STAFF

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi komunikasi bencana yang dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan pengelolaan komunikasi bencana

Lebih terperinci

KEGIATAN BUDAYA KESELAMATAN NUKLIR FNCA. Ir. Alfahari Mardi, MSc. dan Ir. Johnny Situmorang

KEGIATAN BUDAYA KESELAMATAN NUKLIR FNCA. Ir. Alfahari Mardi, MSc. dan Ir. Johnny Situmorang KEGIATAN BUDAYA FNCA=FORUM ON NUCLEAR COOPERATION IN ASIA KESELAMATAN NUKLIR FNCA Lokakarya Budaya Keselamatan Instalasi Nuklir 17-20 Mei 2005, Jakarta Badan Pengawas Tenaga Nuklir - BAPETEN Ir. Alfahari

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

EVALUASI UNSAFE ACT, UNSAFE CONDITION, DAN FAKTOR MANAJEMEN DENGAN METODE BEHAVIOR BASED SAFETY PADA PROYEK APARTEMEN. Patricia 1, David 2 and Andi 3

EVALUASI UNSAFE ACT, UNSAFE CONDITION, DAN FAKTOR MANAJEMEN DENGAN METODE BEHAVIOR BASED SAFETY PADA PROYEK APARTEMEN. Patricia 1, David 2 and Andi 3 EVALUASI UNSAFE ACT, UNSAFE CONDITION, DAN FAKTOR MANAJEMEN DENGAN METODE BEHAVIOR BASED SAFETY PADA PROYEK APARTEMEN Patricia 1, David 2 and Andi 3 ABSTRAK : Perkembangan dunia properti menimbulkan berbagai

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA 2. Tugas : melaksanakan tugas pemerintahan di bidang tenaga sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku 3. Fungsi : a. pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang tenaga ; b.

Lebih terperinci

PANDUAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR

PANDUAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR PANDUAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR RUMAH SAKIT VITA INSANI JL. MERDEKA NO. 329 PEMATANGSIANTAR DAFTAR ISI Daftar Isi... i Lembar Pengesahan... ii BAB I PENDAHULUAN...1

Lebih terperinci

EVALUASI AUDIT INTERNAL LUB PTBN UNTUK MENILAI EFEKTIFITAS IMPLEMENTASI ISO/IEC 17025:2005

EVALUASI AUDIT INTERNAL LUB PTBN UNTUK MENILAI EFEKTIFITAS IMPLEMENTASI ISO/IEC 17025:2005 ISSN 1979-2409 Evaluasi Audit Internal LUB PTBN 2008-2011 Untuk Menilai Efektifitas Implementasi ISO/I 17025:2005 (Masripah) EVALUASI AUDIT INTERNAL LUB PTBN 2008-2011 UNTUK MENILAI EFEKTIFITAS IMPLEMENTASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG RS Duta Indah dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, selalu berusaha melakukan peningkatan mutu dan keselamatan pasien,yang harus didukung

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RESIKO K3

IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RESIKO K3 CV. KARYA BHAKTI USAHA Jampirejo Timur No 351 Temanggung PRA RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (PRARK3K) Disiapkan untuk pekerjaan: Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kali Pacar 1. KEBIJAKAN K3

Lebih terperinci

KETENTUAN KESELAMATAN DEKOMISIONG REAKTOR NUKLIR 1

KETENTUAN KESELAMATAN DEKOMISIONG REAKTOR NUKLIR 1 KETENTUAN KESELAMATAN DEKOMISIONG REAKTOR NUKLIR 1 Dewi Prima Meiliasari, Zulfiandri, dan Taruniyati Handayani Direktorat Pengaturan Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir Badan Pengawas Tenaga Nuklir ABSTRAK.

Lebih terperinci

J udul Dokumen : R IWAYAT REVISI MANUAL SISTEM MANAJEMEN K3 MANUAL K3 M - SPS - P2K3. Perubahan Dokumen : Revisi ke Tanggal Halaman Perubahan

J udul Dokumen : R IWAYAT REVISI MANUAL SISTEM MANAJEMEN K3 MANUAL K3 M - SPS - P2K3. Perubahan Dokumen : Revisi ke Tanggal Halaman Perubahan Kode Dokumentasi : M SPS SMK3 Halaman : 1 dari 2 J udul Dokumen : M - SPS - P2K3 Dokumen ini adalah properti dari PT SENTRA PRIMA SERVICES Tgl Efektif : 09 Februari 2015 Dibuat Oleh, Disetujui Oleh, Andhi

Lebih terperinci

UNSUR KEGIATAN PENGEVALUASIAN PENGELOLAAN LABORATORIUM BESERTA JENIS PEKERJAANYA

UNSUR KEGIATAN PENGEVALUASIAN PENGELOLAAN LABORATORIUM BESERTA JENIS PEKERJAANYA PELATIHAN BIMTEK dan JABFUNG PRANATA LABORATORIUM PENDIDIKAN TERAMPIL UNSUR KEGIATAN PENGEVALUASIAN PENGELOLAAN LABORATORIUM BESERTA JENIS PEKERJAANYA 23-25 OKTOBER 2017 UNSRI PALEMBANG andi.setiawan@fmipa.unila.ac.id

Lebih terperinci

2015, No Tenaga Nuklir tentang Penatalaksanaan Tanggap Darurat Badan Pengawas Tenaga Nuklir; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 te

2015, No Tenaga Nuklir tentang Penatalaksanaan Tanggap Darurat Badan Pengawas Tenaga Nuklir; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 te BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.234, 2015 BAPETEN. Tanggap Darurat. Penatalaksanaan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENATALAKSANAAN TANGGAP DARURAT BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR

PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR Latar Belakang PP No. 50 Tahun 2012 PENGERTIAN PASAL 1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Lebih terperinci

BUDAYA KEAMANAN NUKLIR

BUDAYA KEAMANAN NUKLIR BUDAYA KEAMANAN NUKLIR Yaziz Hasan Bagian Keamanan dan Pengamanan Nuklir, Biro Hukum, Hubungan Masyarakat, dan Kerja Sama, Badan Tenaga Nuklir Nasional Serpong, 4 November 2015 www.batan.go.id 1 KONSEP

Lebih terperinci