BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam penulisan pada bab IV ini akan membahas tentang hasil dari penelitian dan pembahasan selanjutnya dalam bab ini, akan mencoba menganalisis tentang persepsi jemaat terhadap kinerja dan karakter pendeta. Upaya analisis terhadap pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan dalam bab I, dan akan memperhatikan kajian pustaka yang telah dibahas di bab II. Tetapi sebelum masuk dalam pembahasan hasil penelitian. Penulis mengawalinya dengan menguraikan gambaran umum jemaat GPM Hative Besar. 4.1.GAMBARAN UMUM JEMAAT GPM HATIVE BESAR Letak geografis dan keadaan iklim Jemaat GPM Hative Besar berada di Negeri/Desa Hative besar yang berada di dalam wilayah Kecamatan Leihitu Barat, yang berdekatan dengan Desa Laha dan Wayame. Panjang 2 Km, Lebar 1 Km. Negeri Hative besar di bagian selatan pesisir pulau Ambon yang berjarak 52 Km. Negeri Hative besar memiliki batas-batas sebagai berikut: di sebelah utara berbatasan dengan Desa Tawiri, di sebelah Barat berbatasan dengan Desa Laha. di sebelah timur berbatasan dengan Desa Wayame, dan di Sebelah selatan berbatasan dengan laut. Keadaan alam Negeri Hative besar terdiri dari dataran tinggi dan sebagian kecil di dataran rendah pada pesisir

2 pantai. Di Negeri Hative besar memiliki dua musim yaitu, musim kemarau : yang biasanya ditandai dengan bertiupnya angin barat. Berlangsung dari bulan September sampai dengan Maret, dan musim hujan : yang biasanya ditandai dengan bertiupnya angin timur. Berlangsung dari bulan April sampai dengan Agustus. Negeri Hative besar termasuk daerah yang memiliki tanah yang subur. Hal ini ditandai dengan banyak tanaman yang kemudian sangat tumbuh subur di negeri ini. Tanaman tersebut seperti : sagu, umbi-umbian dan sayur sayuran, serta buah-buahan seperti: manggis, pisang, salak, durian, kedondong, jambu, alvokat, dan langsat. Selain itu pula ada juga tanaman umur panjang yaitu: kelapa, pala, cengkih. Dengan kesuburan tanah yang dimiliki maka warga yang berprofesi sebagai tani bisa mengelolah tanah dengan baik untuk keperluan ekonomi Demografis Jemaat GPM Hative besar memiliki jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 461 KK dengan jumlah anggota jemaat 1978 jiwa dengan perincian yaitu laki-laki 983 jiwa dan perempuan 995 jiwa. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut

3 Tabel No.1 Jumlah anggota jemaat GPM Hative Besar No Sektor Jumlah Elim Bethesda Galilea Total Sumber : Statistik Jemaat GPM Hative Besar Kondisi Sosial dan ekonomi Dilihat dari letaknya, Negeri Hative Besar berada pada daerah pesisir pantai pulau Ambon yaitu di jazirah Leihitu bagian selatan. Sejak lama penduduk Hative Besar hidup dari hasil tangkapan ikan (nelayan), dan juga bertani. Namun dalam perkembangan-perkembangan selanjutnya masyarakat Hative Besar kemudian memiliki profesi lain juga yakni, sebagai PNS, sopir, tukang ojek, penjahit, tukang batu, kayu dan besi, bewiraswasta dan papalele. Dengan melihat kondisi sosial dan ekonomi warga Negeri Hative Besar, hal ini tidak berbeda jauh dengan kondisi sosial ekonomi jemaat setempat. Pekerjaan mereka adalah

4 seorang nelayan, petani, bewiraswasta dan hanya sebagian kecil adalah PNS. Penghasilan jemaat Hative Besar lebih banyak di dapat dari hasil laut dan bertani, jemaat Hative Besar pintar untuk mendagangkan hasil laut dan bertani mereka. Maka jemaat Hative Besar yang hidup dari hasil laut laut dan bertani, mereka dilihat lebih kaya dari mereka yang mempunyai pekerjaan sebagai seorang PNS. Letak geografis yang dekat dengan Kota Ambon turut mempengaruhi kehidupan jemaat dan warga Hative Besar, entah di bidang sosial, politik, budaya. Hal-hal seperti cara berpakaian, pola pikir, dan tinggkah laku kemudian sangatlah tidak dapat dibedakan dengan masyarakat Kota Ambon. Wawasan mereka pun turut berkembang sejalan dengan perkembangan kota. Perkembangan di bidang informasi, dengan tersedianya berbagai macam operator telpon selular seperti dari Telkom, Telkomsel, Indosat, sangat memungkinkan terjadinya kemudahan berkomunikasi. Berbagai perkembangan yang terjadi, maka bukan saja hal-hal positif dapat dirasakan warga setempat, namun pula hal-hal negatif dari perkembangan ini tidak bisa dipungkiri. Hal-hal sederhana yang dapat diamati dan dirasakan yakni seperti halnya soal makan, orang dulu kurang suka makan tempe dan tahu, perkembangan kemudian orang bisa makan tempe dan tahu, bahkan ironisnya ada sebahagian warga yang tidak bisa makan papeda. Budaya kemudian terkikis sejalan dengan lajunya perkembangan ini. Contoh lain pula

5 yaitu soal pola hidup, orang kemudian karena perkembangan memiliki pola hidup yang konsumtif Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu faktor yang masih perlu mendapat perhatian khusus dari masyarakat Hative Besar dan pihak-pihak yang terkait. Sebagian besar masyarakat Hative Besar hanya menghabiskan pendidikannya di bangku SMP dan SMA. Dan yang melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi hanya sebahagiaan kecil. Hal ini sudah jelas akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia. Berikutnya data jemaat menurut tingkat pendidikan.

6 Tabel No. 2 Data jemaat menurut tingkat pendidikan No Jenis pendidikan Jumlah I Pendidikan terakhir SD SLTP SLTA SI II Sementara dijalani SD SLTP SLTA SI Belum bersekolah 291 II Sumber: Statistik Jemaat GPM Hative Besar Situasi Pelayanan Untuk upaya memperlancar proses pelayanan dalam jemaat ini maka strategi pelayanan jemaat GPM Hative besar diatur sebagai berikut:jemaat GPM Hative Besar memiliki 3 sektor pelayanan dan dibagi lagi menjadi 19 unit yang diatur

7 antara lain: Sektor Elim, memiliki 6 unit pelayanan yang terdiri dari unit 1-6, Sektor Bethesda, memiliki 6 unit pelayanan yang terdiri dari unit 7-12, dan Sektor Galilea, memiliki 7 unit pelayanan yang terdiri dari unit Jemaat GPM Hative Besar dilayani oleh 2 orang pendeta terdiri dari 1 Ketua majelis jemaat dan 1 Penghentar Jemaat. Juga dibantu oleh 38 orang Mejelis Jemaat dan 163 orang tenaga koordinator sektor dan unit pelayanan memiliki 45 pengasuh, 4 kostor, dan 3 orang pegawai. Dari sisi institusi, jemaat GPM Hative Besar tidak jauh berbeda dengan jemaat-jemaat lain dalam ruang lingkup GPM. Yang mana jemaat wadah pelayanan laki-laki anggota 47 0rang, yang memiliki 2 sub komisi pelayanan yaitu sub komisi laki-laki Elim 21 orang, dan sub komisi laki-laki Bethesda 26 orang. Ada pun wadah pelayanan perempuan dengan memiliki 69 anggota yang terdiri dari 3 sub komisi antara lain sub komisi perempuan Elim 25 orang, sub komisi perempuan Bethesda 22 orang, sub komisi perempuan Galilea 22 orang. Memiliki juga 2 organisasi Angkatan Muda GPM, yaitu AM GPM Ranting Maranatha dan Bethel. Tanggung jawab pastoralia yang dilakukan berdasarkan hasil wawancara dengan Majelis Jemaat adalah dalam bentuk penggembalaan dan konseling keluarga. Bagian kedua melakukan tugas dan tanggung jawab pastoralia adalah Ketua Majelis Jemaat, Penghentar Jemaat dan Pendeta Jemaat. Biasanya momen-momen yang dipakai untuk kegiatan ini

8 adalah HUT kelahiran dan perkawinan. Sepintas yang dapat diamati hal ini dilakukan hanya satu kali dalam setahun, namun tidak juga demikian karena kadang-kadang proses konseling keluarga dilakukan disesuaikan dengan kebutuhan keluarga Pendeta Menurut GPM Gereja Protestan Maluku secara institusi mengenal adanya jabatan organisasi dan jabatan pelayanan fungsional gereja. Jabatan secara organisasi gereja yaitu Ketua Majelis, Wakil, Sekretaris, Bendahara, dan Komisi Pelayanan, atau yang disebut juga Pimpinan Harian Majelis Jemaat (PHMJ). Jabatan pelayanan fungsional yaitu Pendeta, Diaken, Penatua, dan Pengajar. Jabatan organisasi gereja Pendeta sebagai Ketua Majelis jemaat sekaligus pemimpin bagi organisasi gereja. Jabatan pendeta tersebut memiliki peran, tugas dan tanggung jawab pendeta sebagai pelayaan umat dan pemimpin dalam jemaat GPM yang diatur dalam Tata Gereja GPM 1998 : Bab I dan Bab II, demikian : Memimpin serta bertanggungjawab atas ibadah, Pemberitaan Firman dan Pelayanan Sakramen. Melaksanakan pelayanan penggembalaan bagi semua pelayan dan anggota jemaat. Bersama Penatua dan Diaken bertanggungjawab atas penyelenggaraan katekisasi, pembinaan umat, pendidikan agama Kristen di sekolah.bersama Penatua

9 dan Diaken bertanggung jawab atas pelaksanaan Pekabaran Injil, Pelayanan Kasih dankeadilan. Membina serta mendorong semua warga jemaat untuk menggunakan potensi dan karunia yang diberikan Tuhan secara bertanggung jawab.melaksanakan fungsi organisasi dalam Gereja Protestan Maluku sesuai ketentuan Tata Gereja dan Peraturan-Peraturan Gereja yang berlaku. Pendeta adalah salah satu instrument pelayanan dalam tubuh Majelis Jemaat yang memiliki kewibawaan sebagai teolog yang memberi perspektif teologi bagi keutuhan pelayanan dalam jemaat. Pendeta juga adalah gembala yang senantiasa berada di depan, di tengah dan di belakang majelis jemaat serta selalu berada bersama segenap jemaat. Pendeta dituntut untuk menjadi teladan iman dan memiliki disiplin hidup dalam jemaat. Seorang pendeta memiliki tanggungjawab yang besar dalam pelayanan. Pendeta tidak saja bertanggungjawab terhadap sinode GPM sebagai lembaga pengutus tetapi pendeta juga bertanggungjawab kepada jemaat sebagai basis pelayan dan kepada Yesus Kristus sebagai pemilik dan kepala gereja PEMBAHASAN DAN ANALISIS Persepsi Jemaat Terhadap Kinerja Pendeta Pendeta dalam melaksanakan tugasnya dituntut untuk mengabdi dengan sepenuh hati, memberikan waktu dan perhatian pada pelaksanaan amanat kerasulan, serta mampu

10 melaksanakan tugas-tugasnya secara maksimal, efisien dan efektif. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan warga jemaat tentang persepsinya terhadap kinerja pendeta, ditemukan adanya beberapa persepsi yang berbeda-beda antara pendeta A dan pendeta B. Sebagian besar jemaat pada sektor Elim mengatakan bahwa kinerja pendeta B kurang baik dengan alasan bahwa pelayanan yang dilakukan pendeta terkadang diabaikan dan sering diserahkan kepada mejelis jemaat untuk melayani. Sebaliknya, pendeta A dinilai lebih bertanggungjawab dan setia dalam melaksanakan tugas pelayanan. Selain itu persepsi dari beberapa jemaat yang sudah berusia 50 tahun ke atas, mengatakan bahwa kinerja pendeta B selama ini rendah karena dilihat dari pelayanan pastoral tidak dijalankan dengan baik. Contohnya saat jemaat yang mempunyai pergumulan dalam keluarga dan sangat membutuhkan perhatian dari pendeta, tetapi terkadang pelayanan itu tidak ada. Persepsi yang sedikit berbeda ketika wawancara penulis juga dengan majelis jemaat, mereka mengatakan bahwa kinerja kedua pendeta dinilai kurang maksimal dikarenakan program-program yang direncanakan pada saat persidangan jemaat, banyak yang belum terlaksana. Selanjutnya, pendeta A dinilai memiliki hubungan kedekatan dan kerjasama yang baik dengan majelis jemaat dan warga jemaat dari pada pendeta B. menurut majelis jemaat pendeta B dinilai pelayanan pastoralnya yang sangat minim. Maka berdasarkan

11 persepsi jemaat sektor Elim dari kinerja pendeta B yang kurang baik maka terjadi kerenggangan antara pendeta B dengan warga jemaat dan juga majelis jemaat. Tetapi ada persepsi yang berbeda dari beberapa jemaat di sektor Galilea, mereka mengatakan bahwa kinerja pendeta A dan pendeta B cukup baik karena apa yang menjadi kebutuhan pelayanan dalam jemaat bisa dapat dilalukakan oleh kedua pendeta, mungkin belum semua terlaksana tetapi ada hal yang mereka lihat bahwa pendeta sudah melakukan tanggungjawabnya sebagai seorang pemimpin dalam jemaat. Selanjutnya, persepsi dari jemaat di sektor Bethesda, mereka mengatakan bahwa kinerja pendeta A lebih baik dari pada kinerja pendeta B karena faktor kepemimpinan pendeta B yang terlihat santai dan dinilai kurang perhatian terhadap pelayanan jemaat. Selain itu Wawancara penulis juga dengan sekertaris majelis jemaat, beliau mengatakan bahwa yang menjadi faktor rendahnya kinerja pendeta B adalah kurangnya kerjasama yang baik dari pendeta B dengan majelis jemaat. Pendeta tidak akan berhasil dalam pelayanan atau dikatakan kinerjatidak maksimal, apabila ia tidak didukung oleh majelis jemaat sebagai rekan sepelayanannya atau dapat dikatakan bahwa tidak ada kerjasama yang baik dalam pelayanan. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab seorang pemimpin jemaat (pendeta) dibantu oleh Majelis Jemaat (penatua dan diaken). Dan proses koordinasi pelayanan tersebut dikenal dengan asas kolegial (Tata peraturan GPM)

12 artinya, secara struktur memiliki kedudukan yang berbeda. Namun secara koordinasi pelaksanaan pelayanan antara pemimpinjemaat dan patner kerja (penatua dan diaken) memiliki fungsi kontrol yang sama yakni, secara bersamasama mengkordinasikan pelayanannya. Proses koordinasi pelayanan itu penting dilakukan secara efektif supaya, tujuan dan proses pelayanan dapat berjalan dengan baik. Terlebih penting pendeta selaku pemimpin mampu memiliki kemampuan manajerial mencakup; perencanaan, pengorganisasian, pengontrolan, dan evaluasi. Dengan demikian dalam proses kepemimpinannya (pendeta) dapat memberikan pengaruh positif bagi patner kerjanya namun juga bagi warga jemaat. Berkaitan dengan persepsi jemaat terhadap kinerja pendeta, maka Kinerja juga merupakan salah satu ukuran dari perilaku yang aktual di tempat kerja yang bersifat multidimensional, dalam hal ini meliputi kualitas kerja, kuantitas kerja, waktu kerja dan kerja sama dengan rekan kerja (Mathis dan Jackson, 2002). Pengaruh kepemimpinan pendeta terkadang memberikan persepsi yang berbeda pada setiap anggota organisasi. Memperkuat argument tersebut Penelitian Latumahina (2011) membuktikan bahwa cara pandang anggota jemaat terhadap pemimpinya dapat di lihat dari dua sisi yang berbeda yakni, dari sisi negatif dan positif. Pemahaman jemaat yang negatif disebabkan, proses manajemen pelayanan kepada anggota jemaat yang kurang

13 baik, timbulnya rasa resah, kegelisahaan, dan rasa tidak nyaman terhadap cara hidup pendeta dalam kegiatan formal gereja ataupun juga kehidupan kesehariannya. Sedangkan dari sisi positif pendeta dipandang sebagai hamba Tuhan yang melakukan pelayanan dengan baik dan menjadi teladan. Kerja keras pendeta dengan kesungguhan dan kegigihannya dalam melayani jemaat, serta spritualitas pendeta telah melahirkan terciptanya rasa hormat jemaat, sehingga menunjukan cara pandang yang positif dari anggota jemaat. Pendeta sebagai pemimpin di dalam jemaat (ketua majelis jemaat) diharapkan kepemimpinannya memberikan makna positif atau pengaruh bagi jemaatnya Persepsi Jemaat Terhadap Aspek-aspek Penilaian Kinerja Pendeta Aspek-aspek penilaian kinerja yang dirumuskan oleh GPM ada 8 aspek kesetiaan, prestasi kerja, tanggungjawab, kedekatan dan kerjasama, kejujuran, prakarsa, kehidupan moral, kepemimpinan. Alasan pengambilan aspek-aspek yang dipakai oleh Gereja Protestan Maluku (GPM) untuk mengukur kinerja yang selama ini dilakukakan oleh pendeta dalam melakukan pelayanan. Ketika pertanyaan penulis kepada jemaat tentang penilaian kinerja pendeta, pertanyaannya adalah apakah dengan diberlakukannya penilaian kinerja terhadap pendeta, maka kinerja pendeta akan baik? Jawaban dari seorang majelis jemaat mengatakan bahwaakan baik, karena

14 pelayanan pendeta terkontrol, pendeta akan termotivasi untuk melayani dengan lebih baik, dapat meminimalisir barbagai persoalan yang berhubungan dengan kinerja pendeta, dan salah satu jemaat juga mengatakan bahwa penilaian kinerja itu akan baik karena menjadi pedoman bagi kinerja pendeta untuk pelayanan di jemaat.tetapi adapula jawaban yang berbeda dari ketua sektor Bethesda, beliau mengatakan bahwa walaupun adanya penilaian kinerja pendeta tetapi masih ada saja kinerja pendeta yang kurang baik di dalam jemaat. Contohnya pelayanan pendeta B yang saat ini sedang melayani di jemaat kami (Jemaat Hative Besar) memiliki kinerja yang belum maksimal, dalam hal ini adalah kedekatan dan kerjasama pendeta dengan jemaat, maka dari itu saya menilai bahwa belum berhasilnya penilaian kinerja yang diterapkan oleh pendeta dalam pelayanan di jemaat kami. Berdasarkan gambaran hasil wawancara ini bisa disimpulkan bahwa warga jemaat sendiri memiliki persepsi yang berbeda tentang penilaian kinerja pendeta dengan apa yang mereka lihat dari kinerja pendeta secara langsung. Penilaian kinerja pendeta adalah suatu proses yang dilakukan oleh manajemen GPM untuk mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan dalam hal ini pendeta dalam pelaksanaan tugas pelayanan, baik secara individu atau kelompok orang sesuai visi dan misi GPM.Penilaian kinerja pendeta dibuat bukan hanya untuk memberi informasi yang obyektif tentang pelayanan seorang pendeta, tetapi

15 diharapkan mampu memotivasi pendeta untuk memiliki komitmen pelayanan yang tinggi. Penilaian kinerja akan mendorong pendeta untuk melayani dengan mengejar target yang ditetapkan, dan tidak memperhatikan kualitas dari pelayanan itu sendiri. Analisis jabatan hendaknya dilakukan untuk dapat mengungkapkan kriteria kinerja secara efektif. Pengukuran kinerja membutuhkan penggunaan kriteria penilaian kinerja yang relevan yang difokuskan pada aspek-aspek yang paling penting dari kinerja karyawan (Mathis dan Jackson, 2002). Hal ini sangat berhubungan dengan deskripsi tugas dari pendeta yang ditetapkan oleh GPM Persepsi Jemaat Terhadap Karakter Pendeta Karakter seorang pendeta bisa menimbulkan persepsi yang positif dan negatif dari jemaat. Berbagai macam persepsi jemaat terhadap karakterkedua pendeta yang melayani di jemaat GPM Hative Besar. Berdasarkan hasil wawancara dengan warga jemaat, sebagian besar jemaat merasa nyaman dengan karakter pendeta A sedangkan sebagian besar jemaat tidak merasa nyaman dengan karakter pendeta B. Kehidupan para pendeta tidak terlepas dari apa yang ingin ditunjukkan dalam gambaran idealis mengenai diri (gembala/pendeta) di tengah-tengah umat, namun kenyataan kemampuan berperan seperti itu tidak bisa dilakukan dengan baik oleh semua pendeta. Oleh karena terjadi persoalan-persoalan sikap etis, keemimpinan yang mengakibatkan adanya konflik antara

16 pendeta dengan jemaat mengakibatkan pendeta tidak mampu menempatkan diri sebagai pribadi yang utuh dalam pelayanan. Hasil wawancara penulis dengan jemaat di unit 1-6 pada sektor Elim, sebagian besar jemaat memiliki persepsi yang sama. Mereka mengatakan bahwa, pendeta B terlalu cuek dengan pelayanan dalam jemaat, serta memiliki sikap yang santai dan mengganggap segala persoalan yang dihadapi jemaat itu hanya persoalan biasa. Dikarenakan alasan warga jemaat melihat bahwa kurangnya pendekatan pelayanan pendeta kepada anggota jemaat yang membutuhkan pelayanan. Sedangkan pendeta A dinilai lebih menjalin komunikasi yang baik dengan majelis jemaat dan warga jemaat juga peduli atas pelayanan kepada warga jemaat serta setia dalam setiap tugas pelayanan kepada jemaat yang membutuhkan. selanjutnya wawancara penulis juga dengan ketua sektor Galilea, beliau mengatakan bahwa menurut beliau karakter pendeta A yang melayani di jemaat Hative Besar, memiliki karakter yang tenang, berani, optimis dan selalu bersikap santai dalam situasi apapun, tetapi tegas dalam mengambil keputusan contohnya situasi saat persidangan jemaat beliau selalu santai menanggapi pembahasanpembahasan yang menjadi persoalan dalam pelayanan terdapat pro dan kontra dalam persidangan jemaat. Persepsi yang sama dari beberapa anggota jemaat yang mengatakan bahwa, pribadi pendeta A memiliki sikap yang

17 tenang, sabar, serta bisa mengontrol diri dalam mengahadapi sikap warga jemaat. Contoh yang mereka katakan adalah ketika dalam persidangan jemaat ada jemaat yang mengungkapkan pendapatnya dengan nada suara yang keras dan terlihat emosi dalam persidangan, dan saat itu terlihat pendeta menunjukan sikap yang tenang, sabar dan tidak emosi dalam menanggapi sikap jemaat yang emosi, bukan hanya itu tetapi yang membuat beberapa anggota jemaat nyaman dengan karakter pendeta tersebut adalah ketika pendeta dengan sabar mengahadapi persoalan dalam jemaat. seperti halnya yang dikatakan mereka bahwa ada jemaat memiliki persoalan dalam keluarga, pendeta dengan sabar serta kepeduliannya melayani keluarga tersebut. Hal ini yang Menurut Klann (2007) dalam 5 atribut yang berpengaruh pada karakter kepemimpinan yaitu Kontrol diri berarti mengendalikan emosi, tindakan, keinginan, dan hasrat pribadi. Ini tentang bagaimana mengendalikan tindakan, kebiasaan, kekuatan, dan keinginan kita. Kontrol diri mencakup kedisiplinan diri dalam perilaku dan gaya hidup. Bagi pemimpin, kontrol diri juga berarti melakukan hal-hal yang secara normal memiliki pengaruh positif yang besar terhadap orang lain dan menghindari hal-hal yang memiliki pengaruh negatif. Kontrol diri juga berarti suatu kemampuan untuk beradaptasi dan fleksibel ketika situasi berubah.dan pengaruh Positif Kontrol Diri, Kontrol diri merupakan fondasi dari pencapaian pribadi dalam jangka panjang.kontrol diri membantu seseorang untuk terus termotivasi dan fokus pada tujuan.kurangnya kontrol diri merupakan alasan utama

18 mengapa banyak pemimpin yang tidak sukses. Ketika kontrol diri ada, seorang pemimpin atau pendeta memiliki kekuatan untuk melakukan banyak hal yang oleh orang lain bisa jadi dianggap sangat sulit terutama dalam menghadapi persoalan jemaat. Hal ini mendatangkan rasa hormat dan rasa kagum dari warga jemaat yang pada akhirnya akan meningkatkan pengaruhnya pada warga jemaat. Juga pendeta A memiliki krakter kepedulian yang menurut Klann (2007) kepedulian berarti rasa tertarik yang tulus untuk memperhatikan orang lain. Persepsi yang berbeda juga disaat penulis wawancara dengan beberapa majelis jemaat mereka mengatakan bahwa, terkadang pendeta B mengeluarkan sifatnya yang sombong dan kurang peduli alasannya karena pendeta B dalam melakukan pelayanan terkadang membedakan warga jemaat yang ingin dilayani dan kurang pedulinya pendeta B terhadap pelayanan pastoral bagi warga jemaat yang membutuhkan. Selanjutnya, mereka mengatakan bahwa hal ini yang menjadi penyebab kerenggangan antara pendeta B dengan jemaat dan juga majelis jemaat. sifat yang sombong dan kurang kepeduliannya membuat jemaat merasa tidak nyaman ketika berkomunikasi dengan pendeta B. Ketika diskusi dilakukan dengan majelis jemaat mereka mengatakan bahwa, seharusnya pendeta yang ada di jemaatnya tidak hanya menjadi pemimpin jemaat semata, tetapi mampu menjadi pemimpin yang melayani jemaatnya. Dikarenakan pemimpin yang diperlukan bukan untuk

19 memikirkan kepentingan dirinya sendiri tetapi, pendeta terpanggil untuk melayani jemaatnya dan mampu merasakan penderitaan yang dialami jemaatnya. Majelis jemaat yakin bahwa keterpanggilan seorang pendeta dalam melayani jemaatnya akan terbukti melalui, ketulusan hati dalam melayani jemaatnya. Menzies dan Horton (2003) mengatakan bahwa, Karakter hamba dan pimpinan yang baik akan menampakkan diri pada sikap dan perilaku yang terikat kepada kebenaran, kebajikan, kejujuran, kesetiaan, dan ketahanan dalam pengabdian. Demikian juga karakter yang baik membuahkan kebaikan moral, relasi social dengan orang lain, sehingga menjamin keberhasilan dalam pelayanan. Ketulusan hati dalam melayani mampu menjadi modal bagi seorang pendeta. Jadilah teladan bagi anggota yang dipimpinnya dalam perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan, dan dalam kesucian. Tidak hanya itu saja bahwa seorang pendeta harus diliputi sifat rendah hati dalam hubungan dengan jemaat. Hal ini yang menurut Klann (2007) tentang 5 atribut pada karakter kepemimpinan yang berhubungan dengan kepedulian berarti rasa tertarik yang tulus untuk memperhatikan orang lain. Konsep kepedulian meliputi halhal seperti pertimbangan, empati, pemeliharaan, dan cinta. Kepedulian bukan berarti memberikan toleransi dan tidak memperhatikan hal-hal negatif yang dilakukan organisasi, sikap-sikap yang buruk, dan ketidakjujuran. Menciptakan kebudayaan dan lingkungan yang berkepedulian juga tidak berarti membiarkan semua orang melakukan apa saja yang

20 membuat mereka senang. Kepedulian berarti memandang manusia sebagai sumber daya yang paling penting dalam sebuah organisasi. Pengaruh Positif Kepedulian, Apabila pemimpin memperlakukan pengikut mereka dengan perilaku kepedulian seperti penghargaan, pengertian, perhatian, kesetiaan, penguatan, maka sebaliknya si pemimpin akan memperoleh perilaku mau bekerja sama dan suportif dari pengikutnya. Warga jemaat yang menerima kepedulian akan menghormati pendeta yang memimpin dan akan bekerja keras untuk tidak mengecewakan pendeta. Selain itu akan muncul hubungan emosional yang positif antara pendeta dan warga jemaat serta majelis jemaat ketika ada kepedulian yang diberikan pendeta. Berdasarkan uraian hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa karakter yang dimiliki seorang pendeta adalah pendeta harus memahami arti dari pelayanan. Berbagai kata yang digunakan oleh gereja dengan arti pelayanan, mengabdi atau menghamba kepada Tuhan dan bukan kepada orang lain. Pola hidup yang bukan lagi hidup untuk diri sendiri melainkan hidup untuk Tuhan dan untuk orang lain. Dorongan untuk melayani Tuhan dan orang lain darinya adalah karena Yesus sendiri sudah melayani kita. Tujuan hidup-nya bukanlah untuk mendapatkan pelayanan, melainkan untuk memberi pelayanan. Isi hidup-nya bukanlah dilayani, melainkan melayani.

21 Pemahaman Jemaat Terhadap Hubungan Karakter Dan Kinerja Perbedaan karakter setiap karyawan mampu memperlihatkan kinerja karyawan yang berbeda pula. Hal ini pun terjadi di dalam ruang lingkup organisasi gereja yang dimiliki oleh seorang pemimpin gereja (pendeta). Terkait dengan hubungan karakter pendeta dan kinerja pendeta, penulis mendapatkan jawaban yang berbeda dari warga jemaat antara karakter dan kinerja pendeta A dan B. Namun secara umum terlihat sebuah pola dimana pendeta yang berkinerja baik cenderung memiliki karakter yang baik dan sebaliknya. Dari hasil penelitian terlihat bahwa sebagian besar jemaat dan majelis jemaat menilai karakter pendeta A cenderung setia dalam pelayanan kepada jemaat, santai, tenang, sabar, peduli, kontrol diri, dalam menghadapi segala persoalan jemaat dan selalu menjaga hubungan baik dengan warga jemaat. Hal ini sejalan dengan kinerja pendeta A yang dinilai memiliki gaya kepemimpinan baik yang terlihat dari kepedulian dan ketegasan dalam menghadapi dan menyelesaikan persoalan Jemaat. Selain itu, pendeta A juga dinilai mampu menjalani hubungan baik antara rekan sepelayanan dalam melakukan tugas pelayanan. Dapat dikatakan bahwa tidak terdapat kerenggangan antara pendeta A dan jemaat. Sementara itu karakter Pendeta B dinilai terlalu cuek, mengaggap segala persoalan jemaat sebagai hal biasa atau

22 dengan kata lain tidak terlalu peduli dengan pesoalan jemaat, terkesan sombong dan terkadang membeda-bedakan jemaat yang ingin dilayani. Hal ini sejalan dengan kinerja pendeta B yang dinilai pelayanan pastoralnya sangat minim, sering menyerahkan tanggungjawab pelayanan kepada majelis jemaat, pelayanan yang kurang maximal, kurangnya hubungan kerjasama yang baik dengan rekan sepelayanan dalam hal ini majelis jemaat. Karakter pendeta B yang sejalan dengan kinerjanya dapat dikatakan sebagai penyebab terjadinya kesenjangan atau kerenggangan antara majelis dan warga jemaat dengan pendeta B dalam kehidupan berjemaat. Berdasarkan penjelasan pemahaman warga jemaat mengenai hubungan kinerja dan karakter pendeta A dan pendeta B maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kinerja dengan karakter pendeta. Dimana, pemimpin yang memiliki karakter baik akan berdampak pada kinerja yang baik pula dan sebaliknya. karakter seorang pendeta akan berpengaruh terhadap kinerjanya. Pendeta adalah pemimpin jemaat yang menjadi contoh kepada jemaat yang dilayani, melalui sikapnya dan akan berdampak pada kinerja. Pendeta yang adalah pemimpin sangat memiliki pengaruh yang besar kepada jemaat. Menggerakan orang lain menurut Walter Wright (2004) seorang pemimpin yang masuk ke dalam hubungan dengan orang lain untuk mempengaruhi. Melalui perilaku, nilai-nilai, atau sikap pemimpin akan menyarankan bahwa semua orang Kristen mampu melakukannya. Atau lebih tepatnya bahwa

23 semua orang kristen seharusnya menjalankan kepemimpinan, dan berusaha membuat sebuah perbedaan dalam kehidupan sekitar. Perbedaan rumusan kepemimpinan secara umum dan kepemimpinan kristen, bukan terletak pada metode, jabatan atau kedudukan melainkan pada panggilan nilai dari filosofinya. Ketika seorang pendeta yang adalah pemimpin dalam jemaat menjadi teladan yang baik bagi jemaatnya dan membangun kerjasama yang baik dengan rekan sepelayanan (Majelis Jemaat), maka secara langsung dan tanpa disadari karakter serta kinerja pendeta akan dinilai baik oleh jemaat yang dipimpin. Dan oleh sebab itu, jemaat akan merasa nyaman dengan karakter pendeta tersebut dengan semua kinerjanya, serta tidak terjadinya kerenggangan antara pendeta dengan jemaat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan arus globalisasi, maka muncul pula persoalan-persoalan baru yang harus dihadapi oleh sumber daya manusia yang ada di dalam Gereja. Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Gereja Protestan Maluku secara institusi mengenal adanya jabatan organisasi dan jabatan pelayanan fungsional gereja. Jabatan secara organisasi gereja yaitu Ketua Majelis,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP Setelah melalui tahap pembahasan dan analisis, maka selanjutnya pada bab ini akan dipaparkan mengenai kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN. penulis juga menguraikan pemahaman jemaat tersebut tentang disipiln gereja dan bila disiplin

BAB III HASIL PENELITIAN. penulis juga menguraikan pemahaman jemaat tersebut tentang disipiln gereja dan bila disiplin BAB III HASIL PENELITIAN Dalam penulisan pada bab III ini akan membahas tentang hasil dari penelitian. Penulis mengawalinya dengan menguraikan gambaran umum jemaat GPM Hative Besar. Setelah itu, penulis

Lebih terperinci

BAB III TEMUAN HASIL PENELITIAN. menguraikan terlebih dulu gambaran umum GPM Jemaat Airmanis.

BAB III TEMUAN HASIL PENELITIAN. menguraikan terlebih dulu gambaran umum GPM Jemaat Airmanis. BAB III TEMUAN HASIL PENELITIAN Dalam bab III ini akan membahas temuan hasil dari penelitian tentang peran pendeta sebagai konselor pastoral di tengah kekerasan pasangan suami-isteri. Sebelumnya, penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi baik itu organisasi profit. maupun non profit memiliki kebijakan mutasi.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi baik itu organisasi profit. maupun non profit memiliki kebijakan mutasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi baik itu organisasi profit maupun non profit memiliki kebijakan mutasi. Kebijakan mutasi ini dalam organisasi profit berkaitan erat dengan pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk memperoleh data lapangan guna penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif sangat mengandalkan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin Gereja dengan Suatu Kajian Pastoral terhadap dampak Psikologis bagi orang-orang yang dikenakan Disiplin

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) memiliki 44 wilayah klasis, 2.504 jemaat, dengan jumlah warga mencapai 1.050.411 jiwa yang dilayani oleh 1.072 pendeta, (Lap. MS-

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Upaya Majelis Sinode GMIT untuk merumuskan pedomanan penilaian kinerja bagi pendeta GMIT, adalah bagian dari tanggungjawab Majelis Sinode, untuk menata GMIT dalam

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA BAB II TELAAH PUSTAKA Pendahuluan Berhasil tidaknya suatu organisasi dalam mencapai tujuannya sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki. Sebagai pelaksana dalam kegiatan sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada di tengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat lebih kuat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat menjangkau seluruh jemaatnya agar dapat merasakan kehadiran Allah ditengahtengah kehidupannya. Dengan itu maka,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kepemimpinan merupakan hal yang penting berada dalam gereja. Hal ini tidak terlepas dari keberadaan gereja sebagai organisasi. Dalam teori Jan Hendriks mengenai jemaat

Lebih terperinci

BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI

BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI PASAL 13 : BADAN PENGURUS SINODE Badan Pengurus Sinode adalah pimpinan dalam lingkungan Sinode yang terdiri dari wakil-wakil jemaat anggota yang bertugas menjalankan fungsi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. juga akan mencoba mengajukan beberapa rekomendasi atau saran.

BAB V PENUTUP. juga akan mencoba mengajukan beberapa rekomendasi atau saran. BAB V PENUTUP Pada bagian penutup ini akan disajikan kesimpulan yang didasarkan pada fokus penelitian serta paparan data yang ditemukan. Kesimpulan ditarik dari uraian bab-bab sebelumnya, terutama bab

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB PEMBUKAAN Sesungguhnya Allah didalam Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia. Ia adalah sumber kasih, kebenaran, dan hidup, yang dengan kuat kuasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30 1 BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan A.1. Latar belakang permasalahan Harus diakui bahwa salah satu faktor penting di dalam kehidupan masyarakat termasuk kehidupan bergereja adalah masalah kepemimpinan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama Kristen Protestan merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Pada Agama Kristen biasanya memiliki suatu organisasi di gereja yang melibatkan

Lebih terperinci

Bekerja Dengan Para Pemimpin

Bekerja Dengan Para Pemimpin Bekerja Dengan Para Pemimpin Sudah lebih dari setahun Kim menjadi anggota gerejanya. Dia telah belajar banyak sekali! Ia mulai memikirkan pemimpin-pemimpin di gereja yang telah menolongnya. Ia berpikir

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus BAB V KESIMPULAN 5.1. Refleksi Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus hadir dalam tiga kesempatan yang berbeda: (1) Yesus membangkitkan anak Yairus (Matius 9:18-26, Markus

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: BAB V PENUTUP Pada bagian ini penulisan akan dibagi menjadi dua bagian yaitu kesimpulan dan saran. 5.1.KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Gereja adalah persekutuan orang percaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 8 Tgl 11 Agustus 1949 dengan jumlah jemaat sebanyak 83 jemaat yang

BAB I PENDAHULUAN. 8 Tgl 11 Agustus 1949 dengan jumlah jemaat sebanyak 83 jemaat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) merupakan organisasi agama (Religious Organization) yang resmi terbentuk dengan badan hukum 214 LN. No 8 Tgl 11 Agustus 1949

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Gereja adalah mitra kerja Tuhan Allah dalam mewujudkan rencana karya Tuhan Allah yaitu untuk menyelamatkan umat manusia. Dalam memenuhi panggilan-nya tersebut,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend.

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend. BAB V PENUTUP Setelah melalui tahap pembahasan dan analisis, maka selanjutnya pada bab ini akan dipaparkan mengenai kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB II MANAJEMEN ASSET GEREJA. Manajemen adalah bagaimana mencapai tujuan organisasi dengan

BAB II MANAJEMEN ASSET GEREJA. Manajemen adalah bagaimana mencapai tujuan organisasi dengan BAB II MANAJEMEN ASSET GEREJA 2.1. Manajemen Asset Manajemen adalah bagaimana mencapai tujuan organisasi dengan menyelesaikan persoalan bersama-sama dengan orang lain dimana memahami bahwa setiap aktivitas

Lebih terperinci

TATA GEREJA PEMBUKAAN

TATA GEREJA PEMBUKAAN TATA GEREJA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya gereja adalah penyataan Tubuh Kristus di dunia, yang terbentuk dan hidup dari dan oleh Firman Tuhan, sebagai persekutuan orang-orang percaya dan dibaptiskan ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan Negara baik secara desentralisasi maupun secara otonomi

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan Negara baik secara desentralisasi maupun secara otonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pegawai Negeri Sipil merupakan abdi negara yang diberikan kewenangan dalam pengelolaan Negara baik secara desentralisasi maupun secara otonomi daerah. Secara hukum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pendeta adalah seorang pemimpin jemaat, khususnya dalam hal moral dan spiritual. Oleh karena itu, dia harus dapat menjadi teladan bagi jemaatnya yang nampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tana Toraja merupakan salah satu daerah yang memiliki penduduk mayoritas beragama Kristen. Oleh karena itu bukan hal yang mengherankan lagi jikalau kita menjumpai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN PRESPEKTIF KONSELING PASTORAL DAN REFLEKSI TEOLOGIS Dalam Bab ini akan dipaparkan analisa

Lebih terperinci

PELAYANAN ANAK. PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak

PELAYANAN ANAK. PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak PENDAHULUAN Allah tertarik pada anak-anak. Haruskah gereja berusaha untuk menjangkau anak-anak? Apakah Allah menyuruh kita bertanggung jawab terhadap anak-anak?

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH (1) Tata Gereja GKJ adalah seperangkat peraturan yang dibuat berdasarkan Alkitab sesuai dengan yang dirumuskan di dalam Pokok-pokok Ajaran GKJ dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk menilai sukses tidaknya pemimpin itu. dilakukan antara lain dengan mengamati dan mencatat

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk menilai sukses tidaknya pemimpin itu. dilakukan antara lain dengan mengamati dan mencatat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya untuk menilai sukses tidaknya pemimpin itu dilakukan antara lain dengan mengamati dan mencatat kualitas atau mutu perilakunya, yang dipakai sebagai kriteria untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang terpanggil dan dihimpun oleh Allah Bapa, keluar dari kegelapan menuju kepada Yesus Kristus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia tentunya memiliki masalah dan pergumulannya masing-masing. Persoalan-persoalan ini mungkin berkaitan dengan masalah orang per

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian BAB V PENUTUP Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. 5.1 Kesimpulan 1. Tidak dapat dipungkiri persoalan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. tergolong cukup (48.51%). Komitmen afektif masih tergolong cukup dikarenakan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. tergolong cukup (48.51%). Komitmen afektif masih tergolong cukup dikarenakan BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pemaparan maka diperoleh simpulan sebagai berikut: Komitmen Afektif guru di SMP Negeri Kecamatan Tanah Jawa mayoritas tergolong

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan semua kajian dalam bab-bab yang telah dipaparkan di atas, pada bab ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan dan rekomendasi. Rekomendasi ini terutama bagi gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi

BAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu gereja yang sudah berdiri sejak tahun 1950 di Indonesia adalah Gereja Kristen Indonesia atau yang biasa disebut GKI. GKI adalah sekelompok gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi perilaku anak yang semakin hilangnya nilai-nilai karakter bangsa. Hilangnya nilai-nilai karakter bangsa

Lebih terperinci

RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order

RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order HARI 1 JEJAK-JEJAK PEMURIDAN DALAM SURAT 1-2 TIMOTIUS Pendahuluan Surat 1-2 Timotius dikenal sebagai bagian dari kategori Surat Penggembalaan. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, banyak orang. yang menulis dan meneliti tentang sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, banyak orang. yang menulis dan meneliti tentang sumber daya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini, banyak orang yang menulis dan meneliti tentang sumber daya manusia. Cardoso (2003) mengatakan salah satu sumber daya yang terdapat

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan di perkotaan diperhadapkan dengan sebuah realita kehidupan yang kompleks. Pembangunan yang terus berlangsung membuat masyarakat berlomba-lomba untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sakramen berasal dari bahasa Latin; Sacramentum yang memiliki arti perbuatan kudus 1. Dalam bidang hukum dan pengadilan Sacramentum biasanya diartikan sebagai barang

Lebih terperinci

TOPIK 2 = PEMBINAAN REMAJA & PEMUDA

TOPIK 2 = PEMBINAAN REMAJA & PEMUDA TOPIK 2 = PEMBINAAN REMAJA & PEMUDA SUB BIDANG PEMBINAAN WARGA GEREJA SINODE GEREJA KRISTUS YESUS KATA PENGANTAR Puji Syukur kepada Tuhan Yesus atas pimpinan-nya sehingga buku ini dapat diterbitkan. Sesungguhnya

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBINAAN ROHANI TERHADAP KEAKTIFAN KAUM MUDA DALAM PELAYANAN DI GEREJA KRISTEN HOLISTIK JEMAAT SERENITY MAKASSAR SKRIPSI

PENGARUH PEMBINAAN ROHANI TERHADAP KEAKTIFAN KAUM MUDA DALAM PELAYANAN DI GEREJA KRISTEN HOLISTIK JEMAAT SERENITY MAKASSAR SKRIPSI PENGARUH PEMBINAAN ROHANI TERHADAP KEAKTIFAN KAUM MUDA DALAM PELAYANAN DI GEREJA KRISTEN HOLISTIK JEMAAT SERENITY MAKASSAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat dalam Menyelesaikan Stratum

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Jemaat merupakan bidang yang baru dalam kekristenan, baik Protestan maupun Katolik dan masuk ke dalam ranah teologi praktis, di mana terjadi adanya perpindahan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini. 1. Servant leadership (Kepemimpinan melayani) pendeta berpengaruh terhadap motivasi pelayanan majelis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki keterbatasan sehingga manusia dapat melakukan ritual - ritual atau kegiatan keagamaan lain

Lebih terperinci

Gereja Menyediakan Persekutuan

Gereja Menyediakan Persekutuan Gereja Menyediakan Persekutuan Pada suatu Minggu pagi sebelum kebaktian Perjamuan Tuhan, lima orang yang akan diterima sebagaianggota gereja berdiri di depan pendeta dan sekelompok diaken. Salah seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. 1.1.a Pengertian Emeritasi Secara Umum

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. 1.1.a Pengertian Emeritasi Secara Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1.1.a Pengertian Emeritasi Secara Umum Emeritasi merupakan istilah yang tidak asing di telinga kita. Dalam dunia pendidikan kita mengetahui adanya profesor

Lebih terperinci

3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba

3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba 3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba 3.1 Selayang Pandang Gereja Kristen Sumba Gereja Kristen Sumba adalah gereja yang berada di pulau Sumba Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN A. Analisis Tujuan Pendidikan Akhlak Anak dalam Keluarga Nelayan di Desa Pecakaran Kec. Wonokerto.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon) yang saling membutuhkan satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon) yang saling membutuhkan satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon) yang saling membutuhkan satu sama lain. Adanya hubungan timbal balik itu, sering menimbulkan fenomena sosial berupa konflik

Lebih terperinci

BAB V. Penutup: Refleksi, Kesimpulan dan Saran

BAB V. Penutup: Refleksi, Kesimpulan dan Saran BAB V Penutup: Refleksi, Kesimpulan dan Saran I. Refleksi Kehadiran saksi Yehova di tengah masyarakat Kelurahan Kawua yang merupakan bagian dari wilayah pelayanan GKST, pada akhirnya telah melahirkan tanggapan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan UKDW

Bab I Pendahuluan UKDW Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa (GKJ) Immanuel Ungaran merupakan salah satu gereja yang terletak di Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang dengan jemaat berjumlah 417 jiwa.

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian

Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian 33 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Wilayah dan Kependudukan Kabupaten Maluku Tengah merupakan Kabupaten terluas di Maluku dengan 11 Kecamatan. Kecamatan Leihitu merupakan salah satu Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kebijakan mutasi tenaga pendeta di GPM. Sesuai dengan data vikariat tahun 2013 yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kebijakan mutasi tenaga pendeta di GPM. Sesuai dengan data vikariat tahun 2013 yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kebijakan mutasi tenaga pendeta di GPM Sesuai dengan data vikariat tahun 2013 yang menunjukan bahwa Sinode GPM terdapat 32 klasis dengan jumlah keseluruhan jemaat

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK SEWA SUNGAI KALIANYAR DAN PEMANFAATANNYA DI DESA SUNGELEBAK KECAMATAN KARANGGENENG KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PRAKTEK SEWA SUNGAI KALIANYAR DAN PEMANFAATANNYA DI DESA SUNGELEBAK KECAMATAN KARANGGENENG KABUPATEN LAMONGAN 43 BAB III PRAKTEK SEWA SUNGAI KALIANYAR DAN PEMANFAATANNYA DI DESA SUNGELEBAK KECAMATAN KARANGGENENG KABUPATEN LAMONGAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dalam pembahasan bab ini, penulis akan memaparkan

Lebih terperinci

Hidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean

Hidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean Hidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean Dalam hidup ini mungkinkah kita sebagai anak-anak Tuhan memiliki kebanggaan-kebanggaan yang tidak bernilai kekal? Mungkinkah orang Kristen

Lebih terperinci

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN NOMOR 06/ BPMS-BNKP/ 2008 tentang UNIT PELAYANAN BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN NOMOR 06/ BPMS-BNKP/ 2008 tentang UNIT PELAYANAN BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP Menelaah PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN NOMOR 06/ BPMS-BNKP/ 2008 tentang UNIT PELAYANAN Dengan Kasih Karunia Yesus Kristus, Tuhan dan Raja Gereja BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP : Matius 16:21-28;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi keuangan yang dibutuhkan oleh suatu organisasi. Informasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. informasi keuangan yang dibutuhkan oleh suatu organisasi. Informasi tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi merupakan sistem yang digunakan untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh suatu organisasi. Informasi tersebut berupa informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Handoyomarno Sir, Benih Yang Tumbuh 7, Gereja Kristen Jawi Wetan, Malang, 1976, hal.25

BAB I PENDAHULUAN. 1 Handoyomarno Sir, Benih Yang Tumbuh 7, Gereja Kristen Jawi Wetan, Malang, 1976, hal.25 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Permasalahan Sejarah awal berdirinya Greja Kristen Jawi Wetan atau GKJW adalah berasal dari proses pekabaran Injil yang dilakukan oleh Coenrad Laurens

Lebih terperinci

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) NOMOR 04/BPMS-BNKP/2008

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) NOMOR 04/BPMS-BNKP/2008 PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) NOMOR 04/BPMS-BNKP/2008 tentang J E M A A T Dengan Kasih Karunia Yesus Kristus, Tuhan dan Raja Gereja BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP Menelaah : Kejadian

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN

BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN BAB V PENUTUP Berdasarkan hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka berikut ini penulis mencoba memaparkan beberapa kesimpulan serta mengusulkan beberapa saran, yaitu : 5.1 KESIMPULAN GKJ (Gereja

Lebih terperinci

Fakultas Teologi. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga

Fakultas Teologi. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga PENGARUH JENDER DALAM LINGKUP PELAYANAN MAJELIS JEMAAT (Studi Kasus Terhadap Kesenjangan Jender dalam Struktur Kepemimpinan Majelis Jemaat GPM Pulau Saparua) Oleh, Michael Willy Patawala 712008039 TUGAS

Lebih terperinci

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018 Jenjang Pendidikan : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kurikulum : 2006 Jumlah Kisi-Kisi : 60 KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018 NO KOMPETENSI DASAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Organisasi yang baik dalam lembaga secara umum terutama lembaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Organisasi yang baik dalam lembaga secara umum terutama lembaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi yang baik dalam lembaga secara umum terutama lembaga pendidikan tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya seorang pemimpin. Salah satu bagian dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Secara umum gereja berada di tengah dunia yang sedang berkembang dan penuh dengan perubahan secara cepat setiap waktunya yang diakibatkan oleh kemajuan

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Kristen Protestan

Pendidikan Agama Kristen Protestan Modul ke: 04Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Kristen Protestan GEREJA SESUDAH ZAMAN PARA RASUL (2) Program Studi Psikologi Drs. Sugeng Baskoro,M.M. A. Latar Belakang Dalam kepercayaan Iman Kristen,

Lebih terperinci

TRAINING BERTEMPAT DI GEREJA SESI 1 - Model Untuk Training Pelayanan

TRAINING BERTEMPAT DI GEREJA SESI 1 - Model Untuk Training Pelayanan TRAINING BERTEMPAT DI GEREJA SESI 1 - Model Untuk Training Pelayanan PENDAHULUAN Ketika Yesus memulai pelayanan-nya di muka bumi ini, Ia memulai sebagai seorang guru yang diutus Allah. (Yohanes 3:1-2).

Lebih terperinci

KODE ETIK DOSEN AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH

KODE ETIK DOSEN AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH KODE ETIK DOSEN KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 Akademi Keperawatan (AKPER) HKBP Balige adalah perguruan

Lebih terperinci

Level 2 Pelajaran 10

Level 2 Pelajaran 10 Level 2 Pelajaran 10 PERNIKAHAN (Bagian 1) Oleh Don Krow Hari ini kita akan bahas mengenai pernikahan. Pertama-tama, saya ingin sampaikan beberapa data statistik: 75% dari seluruh rumah tangga memerlukan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI MAGISTER SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

PROGRAM STUDI MAGISTER SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA PROGRAM STUDI MAGISTER SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA KONFLIK INTERNAL GEREJA (Studi Kasus Terhadap Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Konflik Internal Antara

Lebih terperinci

PERATURAN RUMAH TANGGA BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1

PERATURAN RUMAH TANGGA BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1 PERATURAN RUMAH TANGGA BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Anggota GKPS adalah orang-orang yang terdaftar di jemaat GKPS terdiri dari: a. Anggota Baptis b. Anggota Sidi c. Anggota Siasat d. Anggota Persiapan. Pasal

Lebih terperinci

A N G G A R A N D A S A R KEKERABATAN ALUMNI ANTROPOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA (KELUARGA) MUKADIMAH

A N G G A R A N D A S A R KEKERABATAN ALUMNI ANTROPOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA (KELUARGA) MUKADIMAH A N G G A R A N D A S A R KEKERABATAN ALUMNI ANTROPOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA (KELUARGA) MUKADIMAH Bahwa Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga telah menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan tujuan organisasi, karena manusia dalam melakukan aktivitas di

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan tujuan organisasi, karena manusia dalam melakukan aktivitas di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap organisasi selalu mengarahkan sumberdaya yang dimiliki ke arah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu sumberdaya organisasi yang sangat

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa Kutoarjo merupakan salah satu gereja dari 11 Gereja Kristen Jawa yang berada dibawah naungan Klasis Purworejo. GKJ Kutoarjo merupakan sebuah gereja

Lebih terperinci

BAB IV PEMAHAMAN TENTANG PERSEMBAHAN

BAB IV PEMAHAMAN TENTANG PERSEMBAHAN BAB IV PEMAHAMAN TENTANG PERSEMBAHAN Persembahan identik secara formal dengan memberikan sesuatu untuk Tuhan. Berkaitan dengan itu, maka dari penelitian dalam bab tiga, dapat disimpulkan bahwa, pemahaman

Lebih terperinci

ANTROPOLOGI ALKITAB (Pelajaran 12) By Dr. Erastus Sabdono. Pemulihan Gambar Diri (Bagian 4)

ANTROPOLOGI ALKITAB (Pelajaran 12) By Dr. Erastus Sabdono. Pemulihan Gambar Diri (Bagian 4) ANTROPOLOGI ALKITAB (Pelajaran 12) By Dr. Erastus Sabdono Pemulihan Gambar Diri (Bagian 4) Proses keselamatan dalam Yesus Kristus pada dasarnya adalah proses menjadikan manusia unggul bagi Tuhan. Manusia

Lebih terperinci

Candi Gebang Permai Blok R/6 Yogyakarta Telp. : ; Fax. :

Candi Gebang Permai Blok R/6 Yogyakarta Telp. : ; Fax. : FILSAFAT AGAMA Oleh : Magdalena Pranata Santoso Illustrator : Yessi Mutiara Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2009 Hak Cipta 2009 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. beberepa saran berdasarkan hasil analisa dalam bab sebelumnya.

BAB V PENUTUP. beberepa saran berdasarkan hasil analisa dalam bab sebelumnya. BAB V PENUTUP Dalam bab penutup ini penulis akan menarik beberapa kesimpulan dan mengusulkan beberepa saran berdasarkan hasil analisa dalam bab sebelumnya. V.1 Kesimpulan Pertama, pembangunan karakter

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Ada beberapa definisi untuk kata gereja. Jika kita amati, definisi pertama

Bab I PENDAHULUAN. Ada beberapa definisi untuk kata gereja. Jika kita amati, definisi pertama Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Ada beberapa definisi untuk kata gereja. Jika kita amati, definisi pertama kata gereja yang diberikan oleh banyak kamus, khususnya kamus daring (online),

Lebih terperinci

PERATURAN HURIA KRISTEN INDONESIA (HKI)

PERATURAN HURIA KRISTEN INDONESIA (HKI) PERATURAN HURIA KRISTEN INDONESIA (HKI) Nomor. Tahun 2016 Tentang : Pengelolaan Keuangan Sentralisasi HKI Dengan Kasih dan Karunia Tuhan Jesus Kristus, Pucuk Pimpinan Huria Kristen Indonesia, M e n i m

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengelola dan memanfaatkan sumber daya manusia yang dimiliki sehingga dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. mengelola dan memanfaatkan sumber daya manusia yang dimiliki sehingga dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi perusahaan dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya manusia yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Republik Indonesia mengakui ada 6 (enam) agama di Indonesia yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu. Keenam agama tersebut juga merupakan

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR I. PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kelurahan Nunhila memiliki 4 wilayah RW dan 17 wilayah RT, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang menjadi salah satu tempat dalam pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang menjadi salah satu tempat dalam pelaksanaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang menjadi salah satu tempat dalam pelaksanaan pendidikan untuk mencapai tujuan yang optimal. Sekolah

Lebih terperinci

L1. Aktivis Gereja. Universitas Kristen Maranatha

L1. Aktivis Gereja. Universitas Kristen Maranatha L1. Aktivis Gereja Pengertian Aktivis Gereja Yang dimaksud aktivis gereja adalah jemaat aktif dan memiliki kehidupan kristiani yang baik (baik yang sudah anggota/terdaftar dalam gereja lokal maupun simpatisan),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk

Lebih terperinci

Gal.6:1-5. Ev. Bakti Anugrah, M.A.

Gal.6:1-5. Ev. Bakti Anugrah, M.A. Gal.6:1-5 Ev. Bakti Anugrah, M.A. Kitab Galatia dituliskan oleh Rasul Paulus kepada jemaat-jemaat di Galatia dengan tujuan agar mereka dapat berpegang pada Injil Kristus dan bukan pada hukum yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. GMIT adalah sebuah organisasi gereja dengan bentuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. GMIT adalah sebuah organisasi gereja dengan bentuk BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Singkat Gereja Masehi Injili di Timor 4.1.1 Gambaran Pelayanan GMIT GMIT adalah sebuah organisasi gereja dengan bentuk organisasi yang terdiri dari Sinode,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak dari tuntutan era globalisasi bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak dari tuntutan era globalisasi bagi bangsa Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu dampak dari tuntutan era globalisasi bagi bangsa Indonesia adalah sangat diperlukannya peningkatan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Pada umumnya dipahami bahwa warga gereja terdiri dari dua golongan, yaitu mereka yang dipanggil penuh waktu untuk melayani atau pejabat gereja dan anggota jemaat biasa.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT GKPS Nomor: 99/SK-1-PP/2013 tentang TATA GEREJA dan PERATURAN RUMAH TANGGA GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS)

KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT GKPS Nomor: 99/SK-1-PP/2013 tentang TATA GEREJA dan PERATURAN RUMAH TANGGA GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS) TATA GEREJA GKPS 1 GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS) Simalungun Protestant Christian Church Pimpinan Pusat : Pdt. Jaharianson Saragih, STh, MSc, PhD Sekretaris Jenderal : Pdt. El Imanson Sumbayak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gereja, tetapi di sisi lain juga bisa membawa pembaharuan ketika gereja mampu hidup dalam

BAB I PENDAHULUAN. gereja, tetapi di sisi lain juga bisa membawa pembaharuan ketika gereja mampu hidup dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gereja tidak bisa lepas dari proses perubahan yang terjadi dalam masyarakat seperti modernisasi dan sekularisasi. Perubahan akan menimbulkan permasalahan dan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. tertentu. Untuk menjawab topik dari penelitian ini, yakni Etika Global menurut Hans Küng

BAB V PENUTUP. tertentu. Untuk menjawab topik dari penelitian ini, yakni Etika Global menurut Hans Küng BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Pertama, sebuah konsep etika dibangun berdasarkan konteks atau realita pada masa tertentu. Untuk menjawab topik dari penelitian ini, yakni Etika Global menurut Hans Küng ditinjau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berbhineka, baik suku bangsa, ras, agama, dan budaya. Selain itu, kondisi geografis dimana bangsa Indonesia hidup juga

Lebih terperinci