BAB II KEADAAN PELABUHAN TANJUNG BALAI ASAHAN SEBELUM TAHUN 1865

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KEADAAN PELABUHAN TANJUNG BALAI ASAHAN SEBELUM TAHUN 1865"

Transkripsi

1 BAB II KEADAAN PELABUHAN TANJUNG BALAI ASAHAN SEBELUM TAHUN 1865 Bab ini menceritakan keadaan Pelabuhan Tanjung Balai Asahan sebelum masuknya kekuasaan Kolonial Belanda serta geografisnya. Dalam bab ini juga dibahas mengenai sarana dan prasarana yang dimiliki Pelabuhan Tanjung Balai Asahan sebelum dikembangkan sebagai pelabuhan yang modern. Selain itu, bab ini membahas bagaimana Kesultanan Asahan mengelola Pelabuhan Tanjung Balai Asahan sebagai pendapatan kesultanan yang dikelola dengan mengutip cukai setiap kapal atau sampan yang melintasi pelabuhan baik kapal yang keluar ataupun kapal yang masuk. Pengelolaan pelabuhan juga meliputi keamanan, terutama mengamankan adanya bahaya perompakan dan bajak laut baik di sungai maupun di laut yang selama ini membahayakan dan merugikan perdagangan dari dan ke Pelabuhan Tanjung Balai Asahan. Dalam pengelolaan ini, Kesultanan Asahan menjalin kerjasama dengan Pemerintah Kolonial Inggris dan kesultanan-kesultanan lainnya yang berdekatan dengan Kesultanan Asahan. Selain pengelolaan, Kesultanan Asahan juga meningkatkan perdagangan dengan Inggris dan beberapa wilayah lainnya. Informasi awal mengenai aktivitas pelabuhan di Tanjung Balai berawal dari hubungan dagang dengan VOC yang dilanjutkan dengan Kolonial Inggris. 13

2 2.1 Geografis Pelabuhan Tanjung Balai Asahan terletak di Pantai Timur Sumatera yang menjorok ke Selat Malaka dan berada di bawah pengawasan dan kendali Kesultanan Asahan. Letaknya berada di antara muara Sungai Asahan dan Sungai Silau yang berhulu di Danau Toba dan bermuara di Selat Malaka. Letak pelabuhan yang berada ditepi sungai berkaitan erat dengan rutetransportasi yang digunakan, yakni sungai,sebagai sarana transportasi utama danmudah. 9 Jarak dari muara ke Selat Malaka kurang lebih berjarak 8,5 mil. 10 Batas-batas Pelabuhan Tanjung Balai Asahan yakni di sebelah timur berbatasan dengan Sungai Asahan, sebelah selatan berbatasan dengan garis tanda pembatas (tapal batas) 1 dan 2 sebelah kiri Sungai Asahan, sebelah barat berbatasan dengan garis tanda pembatas 2 dan 3, dan sebelah utara berbatasan dengan garis tanda pembatas sebelah kiri Sungai Asahan. 11 Secara astronomis, letak Pelabuhan Tanjung Balai Asahan terletak pada titik koordinat ' 30' Bujur Timur dan '.Lintang Utara. 12 Berdasarkan letak astronomisnya, Pelabuhan Tanjung Balai Asahan yang terletak di wilayah Asahan, sebagian besar keadaan atau kontur tanahnya sangat 9 Edi Sumarno, Mundurnya Kota Pelabuhan Tradisional di Sumatera Timur pada Periode Kolonial dalam Historisme Edisi NO.22/Tahun XI/Agustus 2006, hlm Anonim, Aanvullingsnota van Toelichting Betreffende het Landschap Asahan dalam Tijdschrift voor Indische Taal, Land, en Volkenkunde van Bataviasch Genootschap, Jilid LIII, Batavia: Albrecht&co dan Deen Haag: Martinus Nijhoff, 1911, hlm Staatsblad van Nederlandsch-Indie, 1920 No Lihat juga Besluit van den Gouverneur- Generaal van Nederlandsch-Indie van 23 Maart 1920 No Aardrijkskundig en Statistisch Woordenboek Nederlandsch-Indie, Geerte Deel A-Z, Amsterdam: P.W. van Kampen, 1861, hlm

3 datar. Tanahnya rendah dan berawa-rawa, pada saat pasang tiba dataran rendahnya selalu tergenang air. 13 Keadaan alam sekitar Tanjung Balai pada dasarnya merupakan daerah pantai berada di wilayah utara yang lebarnya km, dan meluas ke selatan yang memiliki luas 100 km. Keadaan ini ditambah dengan banyaknya sungai dan beting pada saat surut. Hal ini disebabkan karena pada umumnya sungai-sungai yang berada di Sumatera Timur sangat cepat bersedimentasi, sehingga tanah di sekitar Tanjung Balai merupakan tanah aluvial muda. 14 (lihat Lampiran I). Letak geografis Pulau Sumatera yang berada di titik koordinat antara 5 0 Lintang Utara dan 5 0 Lintang Selatan sangat menentukan keadaan iklim Sumatera yang cenderung panas dan silih bergantinya musin antara musin panas dan penghujan. Setiap tahun suhu rata-rata di daerah pantai adalah antara 26,6 0 sampai 27,3 0. Suhu rata-rata Sumatera dianggap kurang ½ 0 lebih tinggi dari pada Jawa. Hal ini dikarenakan Sumatera berada di kedua sisi katulistiwa. 15 Keterangan ini menunjukkan bahwa keadaan cuaca di Tanjung Balai tidak jauh berbeda karena Tanjung Balai terletak di Pulau Sumatera. Arah angin yang bertiup di Pulau Sumatera ditentukan oleh angin musim (muson) dan angin perdagangan yang memiliki hubungan satu sama lainnya. Di wilayah pantai, terjadi tiupan angin antara angin darat dan angin laut, angin laut 13 John Anderson, Mission to East Coast of Sumatera in 1823, Kuala Lumpur/Singapore/New York/London: Oxford University Press,1971, hlm Anonim, Aanvullingsnota..., op. cit, hlm Lihat juga T. J. Bezemer, Beknopte Encyclopedie van Nederlandsch-Indie, Leiden : Martinus Nijhoff, 1921, hlm H. Blink, Opkomst En Ontwikkeling van Sumatra Als Economisch-Geographisch Gebied, s-gravenhage: Mouton & Co., hlm

4 terjadi pada siang hari dari laut ke darat, sedangkan angin darat terjadi pada malam hari dari darat ke laut. Pada Pantai Timur Sumatera dan Aceh, angin darat dan laut sangat berkembang dengan baik, tetapi terkadang terjadi badai dengan disertai hujan yang lebat. 16 Dari keterangan di atas, dapat diketahui bahwa, Tanjung Balai yang terletak di Pantai Timur Sumatera berkembang angin musim (muson) dengan baik. Sehingga sistem pelayaran dan perdagangan berkembang dengan pesat. (Lihat Lampiran II). 2.2 Sarana dan Prasarana Pelabuhan adalah lingkungan kerja yang terdiri dari area daratan dan perairan yang dilengkapi dengan fasilitas tempat berlabuh dan bertambatnya kapal atau perahu untuk terselenggaranya bongkar muat barang dan turun naiknya penumpang. 17 Kadang-kadang suatu lokasi pantai dapat memenuhi keadaan (tempat yang terlindung dari gerakan gelombang laut) dimana kedalaman air pelabuhannya memenuhi persyaratan bagi suatu ukuran kapal tertentu, sehingga hanya dibutuhkan dibangun suatu tambatan guna merapatnya kapal sehingga aktivitas pelabuhan dapat dilakukan. 18 Keterangan ini menunjukkan bahwa Pelabuhan Tanjung Balai Asahan yang berada di muara Sungai Asahan dan Sungai Silau merupakan pelabuhan alam yang terbebas dari gelombang air laut. Pelabuhan Tanjung Balai Asahan sebelum penetrasi Kolonial Belanda merupakan pelabuhan alam yang disinggahi perahu- 16 Ibid., hlm Abbas Salim, Manajemen Pelayaran Niaga dan Pelabuhan, Jakarta: Pustaka Jaya, 1994, hlm Soedjono Kramadibrata, Perencanaan Pelabuhan, Bandung: Ganeca Exact Bandung, 1985, hlm

5 perahu dari wilayah hinterlandseperti toba, panei dan lainnya. Ketika Pemerintah Inggris menguasai Semenanjung Malaya dan Singapura, barulah wilayah ini melakukan kegiatan ekspor dan impor dari dan ke Tanjung Balai Dermaga Suatu pelabuhan sudah pasti memiliki dermaga untuk bertambatnya kapal atau perahu yang datang atau pergi dari dan ke pelabuhan. Sama halnya dengan Pelabuhan Tanjung Balai Asahan yang juga memiliki dermaga mengingat pelabuhan ini sering dikunjungi kapal-kapal maupun perahu-perahu dari daerah di sekitar Asahan. Ini dapat dibuktikan dengan catatan John Anderson yang mengunjungi Sumatera Timur pada tahun The bindahara of batubara was lying in a prow close to where we anchored. I went on board, and he received me with marked attention. He is an old man, with a large diseases nose, and nearly blind. Unlike his nephews and the chiefs at batubara, who are splendidly attired in gold cloths and other neat dresses, he was shabbily habited. He told me he had come to assahan to settle some little differences between the king and the rajah muda. Soon after returning to my boat, the shahbundar of kampong balei, and the brother of the bindahara, came on board and informed me that the rajah of assahan was still up the country in the batta kingdom, engaged in hostilities with some chiefs there, and that the rajah muda and bindahara were up the other river, four or five days journey. They offered me accomodation in a small hovel on shore Terjemahan: Bendahara dari Batubara berbaring di sebuah kapal dekat dengan kapal kami yang sedang berlabuh. Saya mendatanginya di kapal dan di menerima saya dengan keheranan. Dia seorang laki-laki tua dengan hidung besar yang kelihatannya sakit dan hampir buta. Tidak seperti keponakannya seorang petinggi Batubara yang mengenakan pakaian 19 Anderson, op. cit., hlm

6 yang rapi dengan kain emas, sedangkan ia tampak lusuh. Dia mengatakan kepada saya dia datang ke Asahan untuk menyelesaikan beberapa masalah kecil antara raja dengan raja muda. Setelah kembali ke kapal saya, syahbandar dari Kampung Balei dan bendahara datang ke kapal dan memberitahu saya bahwa Sultan Asahan sedang berada di Kerajaan Batak untuk menyelesaikan pertikaian antar kampung di sana, kemudian raja muda dan bendahara memberitahu jika ingin ke sana harus menyusuri sungai yang memakan waktu 4 sampai 5 hari perjalanan. Mereka menawarkan akomodasi kepada saya di sebuah gubuk kecil di pantai... Keterangan di atas menginformasikan bahwa ketika Anderson berlabuh di dermaga Pelabuhan, dia menemui bendahara Batubara yang datang ke Asahan untuk menyelesaikan beberapa masalah kecil antara raja dengan raja muda. Dia juga mempromosikan hasil-hasil perdagangan yang kemudian dapat dibawa ke Penang. Ini menunjukkan bahwa di Pelabuhan Tanjung Balai sudah terdapat dermaga untuk berlabuhnya kapal yang ditumpangi Anderson. Setelah Anderson kembali ke perahunya, syahbandar dari Tanjung Balai beserta bendahara mendatangi Anderson dan memberitahu bahwa Sultan Asahan sedang pergi ke pedalaman Batak untuk mengurusi pemberontakan-pemberontakan kecil yang terjadi di sana, karena perjalanan selanjutnya menghabiskan waktu 4-5 hari, maka syahbandar tersebut menawarkan agar Anderson dan rekan-rekan menginap dahulu di sebuah gubuk kecil. Tawaran tersebut diterima oleh Anderson dan kemudian perahu yang ditumpangi Anderson disandarkan di dermaga Kapal dan Perahu Selain dermaga, sarana dan prasarana penunjang pelabuhan yang tidak kalah pentingnya adalah kapal dan perahu. Kapal dan perahu merupakan moda untuk 18

7 menghubungkan antara pelabuhan satu dengan pelabuhan yang lainnya. Selain itu, kapal dan perahu merupakan alat atau moda untuk mengangkut hasil-hasil komoditas yang kemudian diekspor dan impor. Keberadaan kapal dan perahu di Pelabuhan Tanjung Balai Asahan sangat penting karena pelabuhan ini merupakan salah satu penghasil komoditas-komoditas hasil bumi yang sering dikunjungi kapal-kapal atau perahu-perahu dari daerah sekitar Asahan. Hal ini dapat ditunjang dengan catatan Anderson yang mengunjungi Asahan sewaktu lawatannya ke Sumatera Timur pada tahun but there are still about eighty prahus, of different sizes, belonging to the country, engaged in conveying the produce of the country to the British Settlements, Malacca and the adjoining Malay States. Many prahus from Batubara frequent Assahan, to procure rice and paddy Terjemahan:...tetapi masih terdapat sekitar delapan puluh perahu dari berbagai ukuran, milik Kesultanan Asahan, yang hilir mudik membawa hasil bumi dari Asahan untuk dikirim ke Pemukiman Inggris, Malaka dan daerahdaerah Melayu lainnya yang berdekatan dengan Asahan. Banyak perahu dari Batubara yang datang langsung ke Asahan untuk mengangkut beras dan padi... Sepenggal kalimat di atas menunjukkan bahwa perahu-perahu yang terdapat di sekitar Pelabuhan Tanjung Balai Asahan sangat banyak. Terdapat juga perahuperahu yang hilir mudik dari Pelabuhan Tanjung Balai Asahan dan perahu-perahu yang menuju dan bertambat ke Pelabuhan Tanjung Balai Asahan untuk mengangkut 20 John Anderson, Acheen and the Port on the North and East Coast Sumatra, London: Wm. H. Allen & Co. Leadenhall Street, 1840, hlm

8 hasil-hasil komoditas dari Asahan. Masih mengenai perahu-perahu yang hilir mudik di sekitar Pelabuhan dalam catatan Anderson dengan judul yang berbeda, yakni: The internal divisions have materially injured the trade of the country. It was formerly a place of extensive commerce. Vessels of all sorts from Java, Celebes, and Acheen, useed to frequent this places; and the annual importation of salt, I am assured, never fall short of 600 coyans. The commerce has very much decreased; but there are still about 80 prows of various sizes belonging to the country, engaged in carrying the valuable produce to Pinang, Malaca, and Singapore; and many prows from Batubara take in cargoes here. 21 Terjemahan: Perpecahan di dalam kubu (pemberontakan-pemberontakan) sangat merugikan perdagangan di daerah ini. Dahulu, tempat ini merupakan pusat perdagangan yang sudah maju. Kapal dari segala macam penjuru mengunjungi tempat ini seperti dari Jawa, Sulawesi dan Aceh, biasanya langsung mengunjungi tempat ini; dan setiap tahun mengimpor garam, saya menjamin, jumlahnya tidak pernah di bawah 600 koyan. Perdagangannya semakin menurun, tetapi masih terdapat sekitar delapan puluh perahu berbagai ukuran di negeri ini, yang hilir mudik membawa hasil-hasil bumi negeri ini untuk dibawa ke Penang, Malaka, dan Singapura; dan banyak perahu dari Batubara mengambil kargo disini. Hal ini membuktikan bahwa dahulu Pelabuhan Tanjung Balai Asahan banyak disinggahi kapal-kapal dan perahu-perahu dari luar Sumatera seperti Jawa, Aceh, Sulawesi, Penang, Malaka dan Singapura. Walaupun negeri ini dilanda perpecahan dan menurunnya angka perdagangan, tetap terdapat banyak kapal-kapal dan perahu-perahu yang hilir mudik dan berlabuh di Pelabuhan Tanjung Balai Asahan. 2.3 Pengelolaan 21 Anderson, Mission..., op. cit., hlm

9 Kekuasaan hegemoni Melayu di Asahan terbentuk dari adanya aktivitas lalu lintas perdagangan yang diangkut dari hulu ke hilir. Aktivitas ini menimbulkan konsep kekuasaan atas suatu wilayah yang dikuasainya. Kesultanan Asahan sebagai penguasa berhak atas cukai perdagangan yang lambat laun tempat bertemunya antara pedagang dan pengutipan cukai tersebut menjadi pelabuhan tradisional. 22 Kesultanan Asahan sebagai penguasa atas Pelabuhan Tanjung Balai Asahan bertanggung jawab mengelola dan menjaga keamanan pelabuhan dari kerusuhan atau kejahatan yang merugikan pedagang yang kemudian berdampak pada kemunduran lalu lintas perdagangan karena pedagang merasa bahwa tempat ini tidak aman. Pengelolaan Pelabuhan Tanjung Balai Asahan meliputi cukai, keamanan dan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh penguasa kesultanan Cukai Setiap barang dagangan yang masuk dan keluar dari Pelabuhan Tanjung Balai Asahan wajib dikenakan cukai. Kegiatan ini untuk menambah kas pemerintahan Kesultanan Asahan yang sebagian besar pendapatannya diterima dari cukai barang-barang atau komoditi yang masuk dan keluar dari Pelabuhan Tanjung Balai Asahan. Tetapi pada tahun 1823, kekuasaan-kekuasaan yang berada di garis Pantai Timur Sumatera membebaskan cukai atau pajak barang yang datang dari pemukiman Inggris karena untuk mencari simpati demi menjalin kerjasama dengan 22 Konsep kekuasaan dan terbentuknya pelabuhan tradisional dibahas oleh J. Kathirittamby- Wells, Hulu-hilir Unity and Conflict: Malay Statecraft ineast Sumatra before the Mid-Nineteenth Century, dalam Archipel, 1993, hlm

10 Gubernur Inggris di Penang dan Malaka. Informasi ini dijelaskan dalam catatan Anderson: These chiefs also tendered engagements that they would not permit any European nation to settle in any part of Asahan and Batubara, or its dependencies of Bedagai, Pagurawan, Sipare-pare or Tanjung, and they expressed their intention of encouraging the resort to Pinang of their trading prahus from Delli and other places. They gave the agent also an assurance (under their hands and seals) of their protection and assistance to any vessels that might be in distress on their coasts, and of affording every facility to enable them to return to their own ports. They also promised a free admission of any merchandise into their country by merchants or traders from to the British settlements, free of all duties or exactions whatever, their aim being to encourage traders to frequent their country Terjemahan: Para pembesar selalu menawarkan perjanjian tetapi mereka tidak mengizinkan untuk negara-negara Eropa lainnya di bagian Asahan dan Batubara, atau daerah jajahan seperti Bedagai, Pagurawan, Sipare-pare atau Tanjung, dan mereka menyatakan niat untuk membuka jalan ke Pinang untuk perahu-perahu perdagangan dari Deli dan daerah lainnya. Mereka memberi agen sebagai jaminan (di bawah tangan dan stempel mereka) perlindungan dan bantuan bagi setiap kapal yang mungkin mengalami kerusakan, dan memberikan fasilitas-fasilitas hingga kapalkapal tersebut kembali ke pelabuhannya masing-masing. Mereka juga menjanjikan cukai gratis bagi setiap perdagangan ke wilayah mereka oleh saudagar dan pedagang dari Pemerintah Kolonial Inggris, bebas dari semua pajak dan pemungutan apapun, tujuan ini untuk mendorong pedagang berdagang secara langsung ke wilayah mereka... Kutipan di atas menjelaskan bahwa para pembesar di Asahan dan sekitarnya menjanjikan barang-barang yang datang dari pemerintahan Inggris di Penang maupun Semenanjung Malaya dibebaskan bea masuk atau pajak. Kebijakan ini dijalankan oleh pemerintahan Kesultanan Asahan karena ingin menarik simpati Pemerintahan 23 Anderson, Acheen..., op. cit., hlm

11 Inggris untuk menjalin kerjasama dalam bidang perdagangan maupun pemerintahan. Selain itu, Pemerintah Inggris juga memberikan fasilitas-fasilitas dan menjajikan meningkatkan hubungan perdagangan dengan negeri-negeri di Pantai Timur Sumatera termasuk Asahan. Usaha-usaha ini dilakukan oleh Pemerintahan Inggris karena untuk mencegah negeri-negeri yang berada di Pantai Timur Sumatera berhubungan dengan Belanda baik itu hubungan dagang, kontrak politik dan lainnya. Inggris selalu memberikan perlindungan, dorongan dan fasilitas, serta meningkatkan industri dan pertanian masyarakat yang berukim di Pantai Timur Sumatera termasuk Asahan. Usaha yang dilakukan Pemerintahan Inggris di Pantai Timur Sumatera adalah semata-mata hanya untuk memonopoli perdagangan komoditas-komoditas perdagangan yang terdapat di Pantai Timur Sumatera termasuk komoditas primadona yakni lada. 24 Selain barang-barang yang datang dari Pemerintah Inggris di Penang, Pelabuhan Tanjung Balai Asahan juga melakukan kegiatan ekspor dan impor dari daerah lain, sehingga penerimaan cukai di Pelabuhan Tanjung Balai Asahan tetap ada. Berikut adalah daftar-daftar cukai baik impor maupun ekspor. Tabel. 1. Daftar Cukai Impor di Pelabuhan Tanjung Balai 1823 No Produk Dollar Cukai Per 24 Ibid., hlm

12 1 Garam 2 Koyan 2 Opium/Candu 3 Timah 4 Bubuk Musiu Tidak ada cukai, pembelian dimonopoli oleh Sultan Sumber: John Anderson, Acheen and the Port on the North and East Coast Sumatra, London: Wm. H. Allen & Co. Leadenhall Street, 1840, hlm. 206 Tabel di atas menunjukkan bahwa penerimaan cukai Kesultanan Asahan untuk impor garam adalah sebesar 2 dolar per koyan, sedangkan untuk candu, timah, dan bubuk musiu tidak dikenakan cukai karena pembelian barang-barang komoditi ini dimonopoli oleh sultan, artinya setiap barang-barang yang dimonopoli oleh raja hanya boleh diimpor oleh raja yang kemudian dijual kepada rakyat atau masyarakat umum namun sebagian dari beberapa barang komoditi tersebut dikonsumsi oleh keluarga kesultanan maupun para pembesar-pembesar Kesultanan Asahan yang membantu dalam tugas-tugas pemerintahan di Kesultanan Asahan. Pendapatan cukai ekspor dari Pelabuhan Tanjung Balai Asahan yakni: Tabel 2. Daftar Cukai Ekspor di Pelabuhan Tanjung Balai Asahan 1823 No Produk Cukai Nilai (dollar) Per 1 Padi 2 Koyan 2 Beras 16 Koyan 3 Budak 2 orang 4 Lilin 4 Pikul 5 Rotan 10 1,000 ikat 6 Tikar 1 Corge 7 Kacang Putih 8 Koyan 8 Bawang ½ Pikul 24

13 9 Rotan Semambur 10 1, Rotan Kecil 10 1, Rotan (cambuk/cemeti) 10 1, Jaring Ikan ½ Gulung 13 Kayu Celup ½ Pikul 14 Getah Merah ½ Pikul 15 Kuda 2 Ekor 16 Trowsers 2½ Sent. ad valorem 17 Tembakau Batak 8 Pikul Sumber: John Anderson, Acheen and the Port on the North and East Coast Sumatra, London: Wm. H. Allen & Co. Leadenhall Street, 1840, hlm. 206 Daftar cukai ekspor Pelabuhan Tanjung Balai Asahan di atas menunjukkan bahwa banyaknya barang-barang komoditas yang diperjual-belikan melalui Pelabuhan Tanjung Balai Asahan. Jumlah penerimaan cukai yang didapat oleh Kesultanan Asahan menurut daftar tabel di atas yakni sebesar ± 88 dollar Keamanan Keamanan bagi pedagang-pedagang yang ingin melakukan kegiatan bongkar muat maupun kegiatan penunjang lainnya di pelabuhan sangat penting, baik itu di darat maupun di perairan (laut dan sungai). Pelabuhan yang aman akan banyak dikunjungi para pedagang dari daerah lain karena terjamin barang-barang yang ingin dipasarkan sehingga dapat menguntungkan kedua pihak. Tanjung Balai sebagai pelabuhan wajib memberikan perlindungan dan keamanan bagi pedagang-pedagang yang ingin mengunjungi Pelabuhan Tanjung Balai Asahan. Masalah keamanan, Kesultanan Asahan sudah melakukan beberapa tindakan atau kebijakan yang dijalankan pada saat itu, seperti berita Anderson yang menyebutkan: 25

14 Several suggestions were made by the chiefs of Asahan for the improvement of the commerce between these states and the British Settlements, and for the purpose of checking that extensive system piracy which prevails at present. There are annually fleets of pirate prahus, which come up from Rhio and Lingin, and lie in wait for the defenceless prahus, plundering them of all they possess, and murdering or carrying away as slaves all on board. The principal object, so much desired by them, is the establishment of a small force at the Island of Pankour, near the Dindings, the favourite resort of pirates in these straits. The chiefs of Asahan as well as all the Rajah s along the coast, particularly requested the agent to solicit the protection of the Pinang Government to their prahus in that quarter. Immense numbers of human lives are annually sacrificed, and valuable property is lost, by the attack of these merciless marauders, who lie in wait in the creeks and rivers, and issue out when they observe a favourable opportunity for attack. During the prevalence of the strong north-west wind, in October and November, the prahus from Delli, Langkat, and other ports to the northward, are generally driven down to the Sambilang Islands, and are obliged to coast along Perak Shore to this places. A small military post, therefore, would afford protection to their trading prahus, whish are frequently in want of repairs and water, and dare not venture near these islands, unless compelled by stress of weather; and it would give great encouragement and stimulus to other. 25 Terjemahan: Beberapa tawaran yang dibuat oleh para pembesar di Asahan adalah untuk peningkatan perdagangan antara Asahan dengan Pemerintahan Inggris, dan tujuan yang lainnya adalah untuk mengontrol sistem bajak laut yang berlaku saat ini. Setiap tahunnya ada perahu bajak laut, yang datang dari Rhio dan Lingin, dan menunggu setiap perahu yang lewat, menjarah semua yang mereka miliki, dan membunuh dan membawa orang yang terdapat di kapal untuk dijadikan budak. Objek utama, begitu banyak diinginkan oleh mereka, adalah pembentukan kekuatan kecil di Pulau Pankour, dekat Dindings, resor favorit bajak laut di selat tersebut. Para pembesar Asahan serta semua raja di Pantai Timur Sumatera meminta agen untuk meminta perlindungan bagi perahu-perahu perdagangan kepada Pemerintah Inggris di Penang. Setiap tahunnya banyak korban jiwa melayang, dan kehilangan harta benda oleh serangan perompakan tersebut tanpa ampun yang selalu menunggu di anak sungai dan sungai, dan mengamati untuk kesempatan menyerang. Lazimnya, ketika kekuatan angin utara-barat, pada Oktober dan November, perahuperahu dari Deli, Langkat, dan pelabuhan-pelabuhan lainnya yang 25 Ibid., hlm

15 terletak di bagian utara, umumnya wajib berteduh ke Pulau Sambilang jika bertujuan ke Pantai Perak. Sebuah pos militer kecil, oleh karena itu, akan memberi perlindungan untuk prahus perdagangan mereka, yang mana untuk melakukan perbaikan dan mencari air, dan tidak berani mendekati pulau ini jika tidak karena terpaksa akibat gangguan cuaca, dan itu akan memberikan dorongan besar dan stimulus untuk lainnya. Kutipan di atas menceritakan bahwa, beberapa tawaran telah diberikan oleh para pembesar Asahan untuk melakukan perbaikan di sektor perdagangan antara Asahan dengan Pemerintah Inggris di Penang, yang salah satu isinya adalah melakukan patroli di Selat Malaka terhadap pembajak-pembajak laut yang selama ini meresahkan para pedagang yang datang dari Penang, Semenanjung Malaya maupun Singapura begitupun sebaliknya. Perahu-perahu yang ditumpangi para pembajak laut tersebut datang dari Riau dan Lingin (Semenanjung Malaya) dan mereka selalu menunggu di perahu untuk membajak perahu-perahu yang lewat untuk mengambil harta benda dan muatan yang mereka bawa serta membunuh dan membawa budakbudak yang ada di atas kapal. Tempat yang dijadikan markas oleh para pembajak tersebut adalah Pulau Pankour dekat Dindings, merupakan tempat favorit para pembajak. Para pembesar Asahan dan raja-raja yang berada di Pantai Timur Sumatera meminta bantuan Pemerintah Inggris untuk menjalin kerjasama mengamankan perahu-perahu yang datang dari Pantai Timur Sumatera tujuan ke Penang dari ancaman para pembajak laut. Hal ini dilakukan untuk menghindari jatuhnya korban jiwa serta perampasan harta benda lagi olah pembajak laut yang menunggu di sungai dan anak sungai. Kejadian ini banyak terjadi ketika terjadi angin utara-barat selama Oktober hingga 27

16 November. Masa ini merupakan ramai-ramainya perahu dari Deli dan tempat-tampat lain di utara Pantai Timur Sumatera. Atas terjalinnya kerjasama antara para pembesar di Pantai Timur Sumatera dengan Pemerintah Inggris yang ada di Penang maka, dibangunlah pos militer kecil yang dapat mengontrol para pembajak laut yang selama ini mengancam nyawa dan kehilangan harta benda para pedagang yang lalu lalang di daerah ini. Para pedagang dengan adanya kebijakan ini maka dengan merasa aman mereka dapat singgah di pulau-pulau kecil di kawasan Selat Malaka yang selama ini ditempati oleh para pembajak, dengan aman para pedagang dapat beristirahat, melakukan perbaikan perahu serta mencari air bersih untuk melepaskan dahaga para pedagang, yang sebelumnya mereka tidak berani untuk mendekati pulau-pulau tersebut karena bahaya yang mengancam terkecuali mereka terpaksa berteduh di pulau-pulau tersebut karena keadaan cuaca yang tidak menentu dan arah angin yang mengharuskan perahu mereka berlabuh di pulau-pulau ini. 26 Keterangan di atas merupakan usaha Kesultanan Asahan serta pembesarpembesar lainnya yang ada di Sumatera Timur untuk memberikan keamanan bagi pedagang-pedagang maupun perahu-perahu yang hilir mudik di kawasan Selat Malaka. Khususnya, Kesultanan Asahan yang menangani secara langsung Pelabuhan Tanjung Balai Asahan di bawah pimpinan Syahbandar wajib memberikan keamanan untuk para pedagang yang berkunjung ke Pelabuhan Tanjung Balai Asahan. Dengan 26 Cerita atau peristiwa bajak laut di Selat Malaka juga di bahas oleh Tengku Luckman Sinar Basarshah, Kisah Lanun dan Bajak Laut di Selat Melaka Abad ke-19 dimuat Harian Waspada pada tanggal 22 Februari

17 demikian para pedagang tidak perlu khawatir lagi karena sudah ada pos pengamanan yang dapat menyelamatkan nyawa mereka dan juga menyelamatkan harta-benda yang mereka bawa untuk diperdagangkan. 2.4 Aktivitas Informasi awal mengenai perdagangan di Asahan dapat diketahui melalui Dagregister VOC di Malaka, pada tanggal 15 Juni 1641 yang isinya sebuah galyun (galyung) 27 dari Jepara membawa muatan garam meminta surat pas kepada VOC di Malaka untuk pergi ke Asahan yang saat itu dipimpin oleh Sultan Raja Mohamad Rumsyah (Marhom Sei Banitan/Marhom Gagap) sebagai Sultan Asahan yang kedua. 28 Sultan ini menetap di Sei Banitan yang kemudian menikah dengan Puteri Bendahara (Encik Samidah), dari hasil pernikahannya ini kemudian mereka dikarunuiai tiga orang anak Abdul Jalil Syah, Raja Paduka dan Raja Kecil Besar. Selama pemerintahan Raja Rumsyah, Kesultanan Asahan menjalin hubungan baik dengan VOC. Setelah mangkatnya Raja Rumsyah, maka tahta kesultanan diberikan kepada Abdul Jalil Syah. Pada masa pemerintahan Sultan Abdul Jalil Syah, Yamtuan Riau, Raja Haji, kawin dengan puteri Asahan dan sebagai mas kawinnya dihadiahkan 27 Galyun atau galyung adalah kapal perang VOC yang biasanya juga digunakan sebagai kapal dagang dengan memuat hasil-hasil komoditas yang diperdagangkan oleh VOC. Lihat C.R. Boxer, Jan Kompeni: Dalam Perang dan Damai Sebuah Sejarah Singkat Tentang Persekutuan Dagang Hindia Belanda, terj. Bakri Siregar, Jakarta: Penerbit Sinar Harapan, 1983, hlm Tengku Luckman Sinar Basarshah, Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera Timur, Medan: Tanpa Penerbit, 2007, hlm

18 kapal penjajap Bulang Linggi yang kemudian menjadi kapal komando untuk menyerang VOC di Malaka, kemudian pada tahun 1763 Kesultanan Asahan membantu Siak untuk menyerang VOC. 29 Penduduk Batubara turut dalam pasukan Raja Haji menyerang VOC di Malaka dan pada tanggal 4 Februari 1857 membakar pinggiran benteng VOC di Malaka. 30 Sebelum adanya konflik antara kekuasaan Melayu di Siak dan Semenanjung Malaya dengan VOC, perdagangan VOC di Malaka selalu menjalin hubungan dagang dengan baik kepada daerah-daerah ataupun kerajaan yang ada di Sumatera Bagian Utara. Wilayah-wilayah yang menjalin hubungan dengan VOC adalah Aceh, Asahan, Batu Bara, Rokan, Deli, Ujung Salang dan lainnya. Namun, setelah adanya konflik, kapal-kapal yang berlayar ke Malaka untuk melakukan dagang dengan VOC di berhentikan secara paksa oleh pembesar-pembesar kerajaan dari Selangor. Ini membuktikan bahwa para pembesar tersebut sangat anti terhadap VOC, jika kapalkapal yang diberhentikan melawan maka muatan yang diangkut dikapal tersebut akan dirampas dan dibunuh awak kapalnya. Biasanya kapal-kapal yang datang dari utara Pulau Sumatera termasuk Asahan selalu membawa beras, lada dan lainnya untuk diperdagangkan ke VOC di Malaka Kathirittamby-Wells, J, Strangers and Stranger-Kings : The Sayyid in Eighteenth- Century Maritime Southeast Asia, dalam Journal of Southeast Asian Studies, 40(3), pp October 2009, hlm Op. cit., hlm Reinout Vos, Gentle Janus, Merchant Prince: The VOC and the Tightrope of Diplomacy in the Malay World, , Leiden: KITLV Press, 1993, hlm

19 Informasi berikutnya mengenai aktivitas perdagangan di Asahan adalah laporan perjalanan John Anderson sebagai utusan Pemerintahan Inggris di Penang pada tahun Pada saat itu Asahan beserta negeri-negeri yang ada di Pantai Timur Sumatera telah mengekspor lada dengan jumlah yang besar yakni sampai pikul, lada didapatkan dari pedalamam Batak dan sebagian para pembudidaya Melayu di sepanjang Pantai Timur Sumatera. 32 Sebelumnya pada tahun 1819, para pemimpindeli, Serdang, danasahanmembukakorespondensi denganpemerintahan Inggris di Penang, yangmenunjukkan keinginanuntuk meningkatkanhubungandengan Pemerintahan Inggris di Penang, dan ketika itu PemerintahBelandatelahmenaklukkan Riau, Malaka, danpadang, danpemerintah Belanda berusahamungkin untukmerebut kekuasaanpelabuhanyang terdapat di Sumatera untuk meningkatkan perdagangan, itu dianggap dapat mengancam kedudukan penguasapribumi.penguasa pribumi seperti Deli, Serdang dan Asahan menganggap lebih menguntungkan menjalin hubungan dengan Pemerintah Inggris di Penang jika dibandingkan dengan Pemerintah Belanda. 33 Jumlahladayang diekspor daripantai TimurSumatrakePenang, Malakadan Singapura, selama tahun1824, berjumlah pikul, jumlah ini belum banyak mengalami perubahan. Lada di Pantai Sumatera Timur didapatkan dari pelabuhan 32 Anderson, Acheen..., op. cit., hlm Ibid., hlm

20 yang ada di Langkat, Bulucina, Deli, danserdang; tetapidalam jumlah kecillada juga telahdieksporakhir-akhir inidaripercut, Padang, Tanjung, Silau, danasahan. 34 Perdagangan di Asahan telah menurun jika dibandingkan dari tahun-tahun sebelumnya, tetapi di Asahan masih terdapat sekitar 80 perahu berbagai ukuran milik Kesultanan Asahan, yang hilir mudik membawa hasil bumi dari Asahan untuk dikirim ke Pemukiman Inggris, Malaka dan daerah-daerah Melayu lainnya yang berdekatan dengan Asahan. Banyak perahu dari Batubara yang datang langsung ke Asahan untuk mengangkut beras dan padi. 35 Asahan selalu menimpor garam, candu dan kain sutera berwarna biru dan putih yang kemudian diperdagangkan di pedalaman Batak serta beberapa bubuk musiu untuk keperluan Kesultanan Asahan. Namun, masih banyak lagi barang-barang komoditas yang diimpor di Asahan seagaimana yang diimpor di Deli dan tempattempat lainnya. Tabel Ibid., hlm Ibid., hlm

21 Daftar Barang-barang yang di Impor Melalui Pelabuhan Tanjung Balai Asahan pada Tahun 1823 No 1 Produk Kain Sutera berwarna Biru dan Putih Harga per Satuan Harga (dollar) Satuan 2 Corge 2 Kain Cita 2 Corge 3 Karpet 2 Corge 4 Candu 1 Bal 5 Garam 4 Koyan 6 Bubuk Mesiu 2 Koyan Sumber: John Anderson, Acheen and the Port on the North and East Coast Sumatra, London: Wm. H. Allen & Co. Leadenhall Street, 1840, hlm. 206 Daftar barang-barang yang diimpor melalui Pelabuhan Tanjung Balai Asahan sebagian besar dikonsumsi atau dipesan secara khusus untuk keperluan Kesultanan Asahan seperti Bubuk mesiu untuk persenjataan, karpet untuk hiasan istana, dan kain sutera atau kain cita yang dipesan untuk keperluan pakaian keluarga Kesultanan Asahan. Selain dikonsumsi oleh istana, kain sutera juga di perjual belikan untuk masyarakat pedalaman batak begitu juga dengan garam. Selain mengimpor, Pelabuhan Tanjung Balai Asahan juga melakukan aktivitas ekspor, hasil-hasil ekspor dari Kesultanan Asahan adalah sebagai berikut: Tabel 4. Daftar Barang-Barang Yang Diekspor Melalui Pelabuhan Tanjung Balai Asahan Pada Tahun

22 No Produk Harga (dollar) Harga per Satuan Satuan 1 Kayu laka atau Kayu Celup 1½ Pikul 2 Rotan 10 Laksa 3 Kacang-kacangan gantang 4 Padi 1 25 sampai 30 gantang 5 Beras 1 12 sampai 15 gantang 6 Lilin 32 Pikul 7 Tikar 12 Corge 8 Kuda 10 sampai 20 Ekor 9 Budak (Perempuan) 40 Orang 10 Budak (Anak-Anak) 20 Orang 11 Budak (Laki-Laki Tua) 12 sampai 15 Orang Sumber: John Anderson, Acheen and the Port on the North and East Coast Sumatra, London: Wm. H. Allen & Co. Leadenhall Street, 1840, hlm Daftar tabel ekspor di atas menunjukkan bahwa banyaknya komoditaskomoditas yang dihasilkan di Kesultanan Asahan yang kemudian diekspor melalui Pelabuhan Tanjung Balai Asahan seperti kayu celup atau kayu laka yang merupakan komoditas yang banyak dijumpai tidak hanya di Asahan tetapi di tempat lainnya. Rotan, padi dan beras yang merupakan komoditas terbesar jika dibandingkan dengan tempat-tempat lainnya di Pantai Sumatera Timur, begitu juga halnya dengan budak namun sejakpenghapusan perbudakandipenangdanmalaka perdagangan budak dari Asahan dibatasi, ditahun-tahun sebelumnya perdagangan budak di Asahan mencapai 34

23 300 jiwa dimana jumlah yang paling besar adalah budak perempuan. Budak-budak didapat dari peperangan, ketika Asahan membutuhkan budak maka Sultan Asahan berpura-pura untuk melakukan permusuhan dengan daerah pedalaman 36 sehingga Asahan merupakan tempat terbesar penghasil budak di Pantai Timur Sumatera, serta Asahan mengekspor lilin, tikar dan kuda. Selain komoditas-komoditas yang disebutkan di atas, terdapat beberapa lagi komoditas yang di hasilkan dari Kesultanan Asahan yakni biji timah. Biji timah di Asahan walaupun dalam jumlah yang sedikit, namun setiap tahunnya secara periodik selalu mengekspor biji timah ke Malaka dengan VOC. 37 Biji timah di Asahan didapatkan dari dataran yang lebih tinggi di sekitar Bandar Pasir Mandoge. Biasanya Sultan memperkerjakan orang-orang Cina untuk melakukan penambangan. 38 Serta tanaman budidaya lainnya yang diekspor di Asahan adalah lada, walaupun tidak ditanam dalam jumlah yang cukup banyak, petani Melayu dan pedalaman Batak dari tahun ke tahun tetap membudidayakan tanaman ini. Padi, kacang-kacangan dan tembakau adalah komoditas yang cukup berlimpah di sini, dengan melimpahnya hasil ini, maka Asahan dijadikan tempat persediaan dari beberapa daerah di sekitar Pantai Timur Sumatera dan daerah seberang. Selain hasil budidaya, ada hasil hutan yang cukup melimpah di sini yakni buah-buahan dari berbagai jenis buah. Buah yang didapat dari hutan dibawa oleh orang-orang Batak yang datang dari pedalaman. Buah yang dibawa kemudian 36 Anderson, Mission..., op. cit., hlm Reinout Vos, op. cit., hlm Ibid., hlm

24 diperdagangkan di hilir dengan penduduk Melayu yang berada di pesisir maupun dengan para pedagang yang datang dari pemukiman inggris di Penang serta pedagang yang datang dari sekitar wilayah asahan untuk berdagang. Buah-buahan ini tidak dapat diekspor karena mengingat cepat busuknya buah-buahan tersebut maka, dikonsumsi saat itu juga Ibid., hlm

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurun waktu 1945-1949, merupakan kurun waktu yang penting bagi sejarah bangsa Indonesia. Karena Indonesia memasuki babakan baru dalam sejarah yaitu masa Perjuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang baru menginjak usia 8 tahun ini diresmikan tepatnya pada 15

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pada abad ke-19 untuk menamakan wilayah di sekitar pantai timur Pulau

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pada abad ke-19 untuk menamakan wilayah di sekitar pantai timur Pulau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sumatera Timur (Ooskust van Sumatra atau Sumatra s Ooskust) merupakan istilah yang berkembang pada abad ke-19 untuk menamakan wilayah di sekitar pantai timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada di pusat pemerintahan Afdeling Asahan. Letaknya sangat diuntungkan karena

BAB I PENDAHULUAN. berada di pusat pemerintahan Afdeling Asahan. Letaknya sangat diuntungkan karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelabuhan Tanjung Balai Asahan yang terletak di Pantai Timur Sumatera berada di pusat pemerintahan Afdeling Asahan. Letaknya sangat diuntungkan karena berhadapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara. Luas wilayahnya 60 km. Kota ini berada ditepi Sungai Asahan, sebagai salah satu sungai terpanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deli. Bandar merupakan sebutan dari masyarakat suku Melayu Deli yang

BAB I PENDAHULUAN. Deli. Bandar merupakan sebutan dari masyarakat suku Melayu Deli yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Labuhan Deli merupakan cikal bakal lahirnya Pelabuhan Belawan. Labuhan Deli dulunya merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Deli yang kesohor di kawasan Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Katulistiwa. Sejak awal abad Masehi, Pulau Sumatera telah

BAB I PENDAHULUAN. di Katulistiwa. Sejak awal abad Masehi, Pulau Sumatera telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pulau Sumatera atau yang dahulu dikenal dengan nama Pulau Swarnadwipa merupakan pulau terbesar keenam di dunia yang memanjang dari 6 0 Lintang Utara hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Banyak fasilitas yang dibangun oleh Belanda untuk menunjang segala aktivitas Belanda selama di Nusantara. Fasilitas yang dibangun Belanda dapat dikategorikan ke dalam

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah usaha untuk memperluas, menjamin lalu lintas perdagangan rempah-rempah hasil hutan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pada masa kejayaan melayu di Sumatra Timur, Kesultanan Kotapinang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pada masa kejayaan melayu di Sumatra Timur, Kesultanan Kotapinang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pada masa kejayaan melayu di Sumatra Timur, Kesultanan Kotapinang merupakan suatu diantara kesultanan yang terkaya. Sebagai bukti, kesultanan tersebut memiliki istana

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI berkembang. xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI berkembang. xii INTISARI KOTA PELABUHAN AMBON 1817-1865: STUDI TENTANG PERKEMBANGAN KOTA PELABUHAN Perkembangan kota pelabuhan Ambon pada tahun 1817 sampai tahun 1865, ditentukan oleh faktor-faktor internal dari kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah lima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau, disusun berdasarkan peninggalan-peninggalan yang terdapat dimasa kini. Perspektif sejarah selalu menjelaskan ruang,

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pelabuhan merupakan sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai, atau danau untuk menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang ke dalamnya. Perkembangan pelabuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Indonesia merupakan negara kepulauan dengan potensi luas perairan 3,1 juta km 2, terdiri dari 17.508 pulau dengan panjang garis pantai ± 81.000 km. (Dishidros,1992).

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG, Menimbang : a. bahwa Kota Tanjungpinang yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 08 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN HARI JADI PEKANBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 08 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN HARI JADI PEKANBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU, PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 08 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN HARI JADI PEKANBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU, Menimbang : a. bahwa Rancangan Peraturan Daerah Kota Pekanbaru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber daya alam atau biasa disingkat SDA adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang

Lebih terperinci

INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA

INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA by: Dewi Triwahyuni INTERNATIONAL RELATIONS DEPARTMENT COMPUTER UNIVERSITY OF INDONESIA (UNIKOM) BANDUNG 2013 1 SOUTHEAST ASIA (SEA) 2 POSISI GEOGRAFIS

Lebih terperinci

BAB II GEOGRAFI DAN MASYARAKAT. Bengkalis di sebelah Tenggara, dan Selat Malaka di bagian Timur Laut. 14 Luas

BAB II GEOGRAFI DAN MASYARAKAT. Bengkalis di sebelah Tenggara, dan Selat Malaka di bagian Timur Laut. 14 Luas BAB II GEOGRAFI DAN MASYARAKAT 2.1 Selayang Pandang Sumatera Timur Ruang lingkup geografi sebagai unit analisis penelitian ini adalah Daerah Sumatera Timur. Sumatera Timur terletak diantara garis Khatulistiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara, yang ibukotanya Gunungsitoli. Bersama pulau-pulau lain yang

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara, yang ibukotanya Gunungsitoli. Bersama pulau-pulau lain yang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Nias merupakian salah satu dari 17 kabupaten di Propinsi Sumatera Utara, yang ibukotanya Gunungsitoli. Bersama pulau-pulau lain yang mengelilinginya,

Lebih terperinci

TANGGAPAN ATAS LAPORAN

TANGGAPAN ATAS LAPORAN TANGGAPAN ATAS LAPORAN PENELITIAN TRANSFORMASI SOSIAL DI PERKOTAAN PANTAI UTARA JAWA: Studi Perbandingan Cirebon dan Gresik DJOKO MARIHANDONO DAN HARTO JUWONO FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM A. Perkembangan Kota Pekanbaru Kota Pekanbaru sebagai ibukota Provinsi Riau, telah berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan pembangunan dan sumber daya manusianya. Kota Pekanbaru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesultanan Asahan adalah salah satu Kesultanan Melayu yang struktur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesultanan Asahan adalah salah satu Kesultanan Melayu yang struktur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesultanan Asahan adalah salah satu Kesultanan Melayu yang struktur kerajaannya tidak jauh berbeda dari struktur kerajaan negeri-negeri Melayu di Semenanjung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kerajaan Langkat diperkirakan berdiri pada abad ke 16. Raja pertama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kerajaan Langkat diperkirakan berdiri pada abad ke 16. Raja pertama BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kerajaan Langkat diperkirakan berdiri pada abad ke 16. Raja pertama yang berkuasa di Langkat bernama Dewa Shahdan. Dewa Shahdan lahir pada tahun 1500, dan merupakan

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Wilayah Banten berada pada batas astronomi 5º7 50-7º1 11 Lintang Selatan dan 105º1 11-106º7 12 Bujur Timur. Luas wilayah Banten adalah

Lebih terperinci

BAB II P.T PP LONDON SUMATERA INDONESIA TBK. SEBELUM TAHUN 1964

BAB II P.T PP LONDON SUMATERA INDONESIA TBK. SEBELUM TAHUN 1964 BAB II P.T PP LONDON SUMATERA INDONESIA TBK. SEBELUM TAHUN 1964 P.T. PP London Sumatra Indonesia Tbk. sebelum dinasionalisasi bernama Harrison & Crossfield Ltd. Perusahaan ini berpusat di London, Inggris,

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari beberapa suku bangsa yang berasal dari propinsi, yaitu Fukien dan Kwantung

BAB I PENDAHULUAN. dari beberapa suku bangsa yang berasal dari propinsi, yaitu Fukien dan Kwantung BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakangPenelitian Orang Tionghoa yang ada di Indonesia, sebenarnya tidak merupakan satu kelompok yang asalnya dari satu daerah di negara Cina/Tiongkok, tetapi terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurut sumber lisan turun-menurun berasal dari bahasa simalungun: sima-sima dan

BAB I PENDAHULUAN. menurut sumber lisan turun-menurun berasal dari bahasa simalungun: sima-sima dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Simalungun adalah salah satu Kabupaten di Sumatra Utara. Kabupaten Simalungun secara geografis terletak diantara 03 16-02 22 Lintang Utara dan 98 25-99 32 Bujur

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

THE CONDITION OF MAIN FACILITY IN THE VILLAGE OF FISH MARKETING PAKNINGASAL BUKITBATU DISTRICT OF BENGKALIS REGENCY IN RIAU PROVINCE

THE CONDITION OF MAIN FACILITY IN THE VILLAGE OF FISH MARKETING PAKNINGASAL BUKITBATU DISTRICT OF BENGKALIS REGENCY IN RIAU PROVINCE THE CONDITION OF MAIN FACILITY IN THE VILLAGE OF FISH MARKETING PAKNINGASAL BUKITBATU DISTRICT OF BENGKALIS REGENCY IN RIAU PROVINCE Alpin Septiyan Harahap 1) Jonny Zain 2) and Ronald M. Hutauruk 2) E-mail:

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN ROKAN HILIR. Rokan Hilir adalah sebuah kabupaten di Provinsi Riau

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN ROKAN HILIR. Rokan Hilir adalah sebuah kabupaten di Provinsi Riau BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN ROKAN HILIR 4.1. Sejarah Kabupaten Rokan Hilir Kabupaten Rokan Hilir adalah sebuah kabupaten di Provinsi Riau Indonesia. Ibukotanya terletak di Bagansiapiapi, kota terbesar,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara

BAB V KESIMPULAN. Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara BAB V KESIMPULAN Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara merupakan salah satu tempat tujuan maupun persinggahan bagi kapal-kapal dagang dari berbagai negara di dunia. Nusantara

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERLAKUAN KEPABEANAN, PERPAJAKAN, DAN CUKAI SERTA TATA LAKSANA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI SERTA BERADA DI KAWASAN YANG

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Malaka membuat jalur perdagangan beralih ke pesisir barat Sumatra.

BAB V KESIMPULAN. Malaka membuat jalur perdagangan beralih ke pesisir barat Sumatra. BAB V KESIMPULAN Sumatra Barat punya peran penting dalam terbukanya jalur dagang dan pelayaran di pesisir barat Sumatra. Berakhirnya kejayaan perdagangan di Selat Malaka membuat jalur perdagangan beralih

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 24 BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 3.1. Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kota Yogyakarta 4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta terletak di Pulau Jawa, 500 km ke arah selatan dari DKI Jakarta, Ibukota Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa daerah ini terletak antara 95º13 dan 98º17 bujur timur dan 2º48 dan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa daerah ini terletak antara 95º13 dan 98º17 bujur timur dan 2º48 dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aceh terletak di ujung bagian utara pulau Sumatera, bagian paling barat dan paling utara dari kepulauan Indonesia. Secara astronomis dapat ditentukan bahwa daerah ini

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah 46 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 sampai dengan 105 45 Bujur Timur dan 5 15 sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat perdagangan. Aceh banyak menghasilkan lada dan tambang serta hasil hutan. Oleh karena itu, Belanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk wilayah Indonesia bagian barat. Karena letaknya berada pada pantai selat Malaka, maka daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Bengkalis Kabupaten Bengkalis adalah salah satu kabupaten di Provinsi Riau dengan ibukota Bengkalis yang berada di Pulau Bengkalis, terpisah

Lebih terperinci

KONDISI FISIK BAB I 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH

KONDISI FISIK BAB I 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH BAB I KONDISI FISIK 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH Sebelum dilakukan pemekaran wilayah, Kabupaten Kampar merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki wilayah terluas di Provinsi Riau dengan luas mencapai

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Nama Pekanbaru dahulunya dikenal dengan nama Senapelan yang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Nama Pekanbaru dahulunya dikenal dengan nama Senapelan yang BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Kota Pekanbaru Nama Pekanbaru dahulunya dikenal dengan nama Senapelan yang pada saat itu dipimpin oleh seorang kepala suku disebut Batin. Daerah yang mulanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lautan 38% : 62%, memiliki pulau, dimana 6000 di antaranya telah

BAB I PENDAHULUAN. lautan 38% : 62%, memiliki pulau, dimana 6000 di antaranya telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan perbandingan daratan dan lautan 38% : 62%, memiliki 17.508 pulau, dimana 6000 di antaranya telah bernama dan 1000 pulau

Lebih terperinci

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA A. Sejarah Singkat Kabupaten Bengkalis Secara historis wilayah Kabupaten Bengkalis sebelum Indonesia merdeka, sebagian besar berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki ± 18.110 pulau dengan garis pantai sepanjang 108.000 km, serta

Lebih terperinci

LETAK KERAJAAN ACEH YANG STRATEGIS YAITU DI PULAU SUMATERA BAGIAN UTARA DAN DEKAT JALUR PELAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL MENYEBABKAN KERAJAAN ACEH

LETAK KERAJAAN ACEH YANG STRATEGIS YAITU DI PULAU SUMATERA BAGIAN UTARA DAN DEKAT JALUR PELAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL MENYEBABKAN KERAJAAN ACEH 5W + 1H Apa Asal-usul Kerajaan AcehDarussalam? Siapakah Raja-raja yang memerintah di Kerajaan Aceh Darussalam? Kapan Kerajaan Aceh didirikan? Dimana Terletak Kerajaan Aceh? Mengapa Kerajaan Aceh Darussalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh Belanda.Wilayah LabuhanBatu sangat menarik bagi Belanda karna kawasan ini letaknya

BAB I PENDAHULUAN. oleh Belanda.Wilayah LabuhanBatu sangat menarik bagi Belanda karna kawasan ini letaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah wilayah Kerajaan Siak ditaklukkan oleh Belanda maka wilayah Kerajaankerajaan yang ada di daerah Sumatera Timur seperti LabuhanBatu juga dapat ditaklukkan

Lebih terperinci

BAB 1: KEDUDUKAN STRATEGIK MENDORONG PENGUASAAN BRITISH

BAB 1: KEDUDUKAN STRATEGIK MENDORONG PENGUASAAN BRITISH BAB 1: KEDUDUKAN STRATEGK MENDORONG PENGUASAAN BRTSH 1 Peta berikut menunjukkan kedudukan Pulau Pinang. Mengapakah kedudukan Pulau Pinang dikatakan strategik? A Kekuatan angin monsoon B Pusat pengumpulan

Lebih terperinci

MENTERI PERHUBUNGAN. Menimbang :

MENTERI PERHUBUNGAN. Menimbang : KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 1994 TENTANG TARIF JASA KEPELABUHAN UNTUK KAPAL ANGKUTAN LAUT LUAR DI PELABUHAN LAUT YANG DIUSAHAKAN MENTERI PERHUBUNGAN Menimbang : Mengingat : a.

Lebih terperinci

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm 102 108 ISSN 0126-4265 Vol. 41. No.1 PERANAN TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) DALAM PEMASARAN IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KEC.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN ha, terletak pada kordinat 101'21 BT. Batas Kabupaten Rokanbb

BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN ha, terletak pada kordinat 101'21 BT. Batas Kabupaten Rokanbb BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Rokan Hilir memiliki luas wilayah 8.881,59 km2 atau 888.159 ha, terletak pada kordinat 101'21 BT. Batas Kabupaten Rokanbb Hilir: - Sebelah

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L No.394, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Terminal Khusus. Terminal untuk Kepentingan Sendiri. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 20 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada saat kemerdekaan Republik Indonesia yang di proklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 berimbas dengan kesultanan-kesultanan di Sumatera Timur. Pada tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Hindia Belanda. Setelah Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) 31. besar di daerah Sumatera Timur, tepatnya di Tanah Deli.

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Hindia Belanda. Setelah Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) 31. besar di daerah Sumatera Timur, tepatnya di Tanah Deli. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad 19 dalam sejarah merupakan abad terjadinya penetrasi birokrasi dan kekuasaan kolonialisme Belanda yang di barengi dengan Kapitalisme di beberapa wilayah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. raksasa mulai dari pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida) proses

PENDAHULUAN. raksasa mulai dari pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida) proses PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai produsen terbesar di dunia, kelapa Indonesia menjadi ajang bisnis raksasa mulai dari pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida) proses produksi, pengolahan

Lebih terperinci

Tanggung Jawab Pengangkut di Beberapa Moda Transportasi

Tanggung Jawab Pengangkut di Beberapa Moda Transportasi Perkeretaapian UU No.23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian Pasal 157 (1) Penyelenggara Sarana Perkeretaapian bertanggung jawab terhadap pengguna jasa yang mengalami kerugian, lukaluka, atau meninggal dunia

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN TAHUN telah dibangun berbagai fasisilitas yang menunjang dalam bidang perkebunan seperti

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN TAHUN telah dibangun berbagai fasisilitas yang menunjang dalam bidang perkebunan seperti BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN TAHUN 1945-1949 Pada awal kemerdekaan kota Medan adalah alah satu kota yang tergolong maju di Indoneisa. Sebagai kota yang berkembang dari perkebunan,pada masa kolonial,di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Langkat merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Langkat merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Langkat merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara. Ibukota Kabupaten Langkat sekarang adalah Stabat. Jarak rata-rata dari Kota

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Algemeene Secretarie van Nederlands Indische Regering en de Daarbij Gedeponeerde Archieven 1942-1950.

DAFTAR PUSTAKA. Algemeene Secretarie van Nederlands Indische Regering en de Daarbij Gedeponeerde Archieven 1942-1950. DAFTAR PUSTAKA A. Arsip dan Dokumen Resmi yang Dicetak Algemeene Secretarie. Algemeene Secretarie van Nederlands Indische Regering en de Daarbij Gedeponeerde Archieven 1942-1950. Arsip Inventaris Riouw

Lebih terperinci

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1 Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1 Latar Belakang Kesultanan Gowa adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis,hidrologis dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan

Lebih terperinci

ABSTRAK MASA PENDUDUKAN MILITER JEPANG DI KAWASAN SUMATERA TIMUR

ABSTRAK MASA PENDUDUKAN MILITER JEPANG DI KAWASAN SUMATERA TIMUR ABSTRAK MASA PENDUDUKAN MILITER JEPANG DI KAWASAN SUMATERA TIMUR Pada saat perang Dunia ke-ii terjadi, militer Jepang menyerang negaranegara dan daerah jajahannya yang ada di Asia serta menduduki wilayah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KEPNGHULUAN TANJUNG MEDAN

BAB II GAMBARAN UMUM KEPNGHULUAN TANJUNG MEDAN 17 BAB II GAMBARAN UMUM KEPNGHULUAN TANJUNG MEDAN A. Sejarah Singkat Kepenghuluan Tanjung Medan Kepenghuluan Tanjung Medan lahir sekitar 173 tahun silam. kata tanjung medan di ambil dari dua kata, yaitu

Lebih terperinci

Kerajaan Ternate dan Tidore. Oleh Kelompok 08 : Faiqoh Izzati Salwa (08) Muhammad Anwar R (21) Shela Zahidah Wandadi (27)

Kerajaan Ternate dan Tidore. Oleh Kelompok 08 : Faiqoh Izzati Salwa (08) Muhammad Anwar R (21) Shela Zahidah Wandadi (27) Kerajaan Ternate dan Tidore Oleh Kelompok 08 : Faiqoh Izzati Salwa (08) Muhammad Anwar R (21) Shela Zahidah Wandadi (27) 1 Letak Kerajaan Sejarah Berdirinya Keadaan Kerajaan Kerajaan Ternate dan Tidore

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan Pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk kota terbesar ketiga di Indonesia. Tidak hanya besar dari segi wilayah, namun juga besar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Transportasi Kereta Api Transportasi merupakan dasar untuk pembangunan ekonomi dan perkembangan masyarakat, serta pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Ekosistem mangrove adalah tipe ekosistem yang terdapat di daerah pantai dan secara teratur di genangi air laut atau dipengaruhi oleh pasang surut air laut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 51' 30 BT perairan tersebut penting di Sumatera Utara. Selain terletak di bibir Selat

BAB I PENDAHULUAN. 51' 30 BT perairan tersebut penting di Sumatera Utara. Selain terletak di bibir Selat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan Bagan Asahan yang terletak pada koordinat 03 01' 00 LU dan 99 51' 30 BT perairan tersebut penting di Sumatera Utara. Selain terletak di bibir Selat Malaka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1. di Selat Malaka, tepatnya di Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara.

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1. di Selat Malaka, tepatnya di Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1 Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Kota ini terletak sekitar 40 km arah Timur dari ibukota Kabupaten Simalungun,

Lebih terperinci

BAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT

BAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT BAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT A. Pengaruh Kebudayaan Islam Koentjaraningrat (1997) menguraikan, bahwa pengaruh kebudayaan Islam pada awalnya masuk melalui negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan menakjubkan. Kondisi kondisi alamiah seperti letak dan keadaan geografis, lapisan tanah yang subur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perekonomian dapat berfungsi dengan baik. Sulivan, Arthur, dan Steven M.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perekonomian dapat berfungsi dengan baik. Sulivan, Arthur, dan Steven M. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Infrastruktur Infrastruktur fisik dan sosial dapat diartikan sebagian kebutuhan dasar fisik pengorganisasian sistem struktur yang diperlukan untuk jaminan ekonomi

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN NELAYAN INDAH. serta latarbelakang historisnya. Cerita sejarah baru dianggap benar jika pengungkapan

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN NELAYAN INDAH. serta latarbelakang historisnya. Cerita sejarah baru dianggap benar jika pengungkapan BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN NELAYAN INDAH 2.1 Sejarah Kelurahan Nelayan Indah Adapun faktor geografis dalam penulisan sejarah adalah merupakan suatu hal yang tidak boleh diabaikan. Sebab dengan melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota selalu menjadi bahan kajian yang menarik untuk diperbincangkan dalam setiap level dengan segala permasalahan yang dihadapinya. Membicarakan sebuah kota

Lebih terperinci

Nederlands Instituut Voor Oorlogdocumentatie, Publicatie Pandji Ra jat, 2 September 1947.

Nederlands Instituut Voor Oorlogdocumentatie, Publicatie Pandji Ra jat, 2 September 1947. SURAT KABAR Harian Merdeka, 21 Februari 1946., 14 Maret 1946., 15 Maret 1946. Nederlands Instituut Voor Oorlogdocumentatie, Publicatie Pandji Ra jat, 2 September 1947. Semangat Merdeka, 31 Januari 1946.,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN MARET 2016

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN MARET 2016 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No. 24/05/16/Th.XVIII, 02 Mei PERKEMBANGAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN MARET Jumlah

Lebih terperinci

POLA ANGIN DARAT DAN ANGIN LAUT DI TELUK BAYUR. Yosyea Oktaviandra 1*, Suratno 2

POLA ANGIN DARAT DAN ANGIN LAUT DI TELUK BAYUR. Yosyea Oktaviandra 1*, Suratno 2 POLA ANGIN DARAT DAN ANGIN LAUT DI TELUK BAYUR Yosyea Oktaviandra 1*, Suratno 2 1 Jurusan Klimatologi, Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Jakarta 2 Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang damai, dimana agama ini mengajarkan keharusan terciptanya keseimbangan hidup jasmani maupun rohani sehingga dimanapun Islam datang selalu

Lebih terperinci

: SARJANA/DIPLOMA. PETUNJUK KHUSUS Pilihlah salah satu jawaban yang saudara anggap paling tepat diantara 5 pilihan yang tersedia

: SARJANA/DIPLOMA. PETUNJUK KHUSUS Pilihlah salah satu jawaban yang saudara anggap paling tepat diantara 5 pilihan yang tersedia MATA UJIAN BIDANG TINGKAT : P.ENGETAHUAN UMUM : SEJARAH : SARJANA/DIPLOMA PETUNJUK UMUM 1) Dahulukan menulis nama dan nomor peserta pada lembar jawaban 2) Semua jawaban dikerjakan di lembar jawaban yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Membahas Masjid Raya Binjai tidak terlepas dari peran Kesultanan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Membahas Masjid Raya Binjai tidak terlepas dari peran Kesultanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Membahas Masjid Raya Binjai tidak terlepas dari peran Kesultanan Langkat. Sultan Musa membangun masjid ini karena pada masa itu kawasan ini merupakan tempat berkumpulnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini didiami oleh beberapa kelompok etnis yaitu Etnis Melayu, Batak Karo dan Batak Simalungun.

Lebih terperinci

2.1 KEBIJAKAN RENCANA PENGEMBANGAN MENURUT RTRW. spasial dalam pengembangan wilayah dan kota yang dibentuk atas dasar kesepakatan

2.1 KEBIJAKAN RENCANA PENGEMBANGAN MENURUT RTRW. spasial dalam pengembangan wilayah dan kota yang dibentuk atas dasar kesepakatan BAB II KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI DAN LANDASAN DASAR HUKUM 2.1 KEBIJAKAN RENCANA PENGEMBANGAN MENURUT RTRW KABUPATEN SERDANG BEDAGAI Rencana tata ruang sebagai produk utama penataan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. dengan tingkat pertumbuhan, migrasi dan urbagisasi yang tinggi.

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. dengan tingkat pertumbuhan, migrasi dan urbagisasi yang tinggi. BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Sejarah Rumbai Kota Pekanbaru adalah ibukota dan kota terbesar di provinsi Riau, Indonesia. Kota ini merupakan kota perdagangan dan jasa, termasuk sebagai kota

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH Bujur Timur dan Lintang Utara, dengan batas. Utara : Kabupaten Siak dan Kabupaten Kampar

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH Bujur Timur dan Lintang Utara, dengan batas. Utara : Kabupaten Siak dan Kabupaten Kampar V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Keadaan Umum Kota Pekanbaru Kota Pekanbaru merupakan ibukota dari Provinsi Riau yang terletak di Pulau Sumatera. Secara geografis Kota Pekanbaru terletak pada koordinat 101

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa angkutan di perairan selain mempunyai peranan yang strategis dalam

Lebih terperinci

BUPATI BARITO UTARAA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG DI SUNGAI BARITO DALAM WILAYAH KABUPATEN BARITO UTARA

BUPATI BARITO UTARAA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG DI SUNGAI BARITO DALAM WILAYAH KABUPATEN BARITO UTARA BUPATI BARITO UTARAA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN KAWASAN TAMBAT, LABUH KAPAL LAUT DAN RAKIT KAYU DI SUNGAI BARITO DALAM WILAYAH KABUPATEN BARITO UTARA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman tembakau sudah sejak lama menjadi komoditi ekspor di Sumatera Timur. 1

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman tembakau sudah sejak lama menjadi komoditi ekspor di Sumatera Timur. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanaman tembakau sudah sejak lama menjadi komoditi ekspor di Sumatera Timur. 1 Ini berarti bahwa tembakau sudah menjadi tanaman yang diproduksi disamping tanaman-tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang dua per tiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persinggahan rute perdagangan

Lebih terperinci

BAB II KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA TANJUNG LEIDONG SEBELUM 1970

BAB II KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA TANJUNG LEIDONG SEBELUM 1970 BAB II KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA TANJUNG LEIDONG SEBELUM 1970 2.1 Letak Geografis Tanjung Leidong Tanjung Leidong terletak di Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhan Batu yang luasnya sekitar 34,032km2

Lebih terperinci

BAB IV DAMPAK PERANG PALEMBANG A. Kemenangan Sultan Mahmud Badaruddin II. maupun dampak yang buruk bagi kehidupan manusia di daerah yang

BAB IV DAMPAK PERANG PALEMBANG A. Kemenangan Sultan Mahmud Badaruddin II. maupun dampak yang buruk bagi kehidupan manusia di daerah yang BAB IV DAMPAK PERANG PALEMBANG 1819 A. Kemenangan Sultan Mahmud Badaruddin II Setiap pertempuran yang terjadi pasti akan membawa dampak yang baik maupun dampak yang buruk bagi kehidupan manusia di daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa

Lebih terperinci