LEGITIMASI KEKUASAAN DALAM PRASASTI DAN KARYA SASTRA KUNO Suharyana 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LEGITIMASI KEKUASAAN DALAM PRASASTI DAN KARYA SASTRA KUNO Suharyana 1"

Transkripsi

1 LEGITIMASI KEKUASAAN DALAM PRASASTI DAN KARYA SASTRA KUNO Suharyana 1 Abstract The king presence and his authority was so important, therefore many threads from persons with an ambition for that throne. It wasn t an easy effort to maintain the authority from a quick fall. It clearly took some strategies to strengthen the throne. The king, as a major ruler for all the kingdom, emphasized the army as well as the weapons. In the other hand, the king also built inscriptions and wrote down many literature works. The inscription s content consisted of sima prize and the way to mention of predecessor kings. Literature works identified king as a bravery icon who determine any criminality and protect his people. Those strategies resulted a stabilization of king s authority. Kata Kunci: legitimasi, kekuasaan A. Pendahuluan Sejak keberadaan sistem kerajaan telah dikenal di Indonesia, kekuasaan dan keberlangsungannya menjadi sangat penting sebab terdapat banyak hal-hal yang menarik dan menyenangkan bagi pihak-pihak yang terlibat dalam kekuasaan. Sejak pemerintahan Mataram Kuno berpusat di Jawa Tengah dan kemudian pindah ke Jawa Timur, kekuasaan demi kekuasaan silih berganti keberlangsungannya. Oleh sebab itu, tentu cara dan sarana yang digunakan sebagai alat memperteguh keberadaan akan kekuasaan dan kelanjutannya menarik untuk dimengerti, khususnya pada masa klasik; bahkan hal tersebut berlangsung hingga waktu yang tidak terbatas. Semakin kompleks dan maju sebuah pemerintahan, tentu masalah kekuasaan dan kelangsungannya lebih akan tertata dalam suatu tatanan modern. Dalam rangka menguak tabir prasejarah, tidak satupun sumber tertulis yang dapat digunakan; berbeda dengan arkeologi-sejarah masa klasik yang dilatari oleh agama Hindu Budha. Selain mempelajari peninggalan masa lalu yang berwujud artefak; untuk memperjelas, mengembangkan dan memperluas pengetahuan aspek-aspek sejarahnya, maka sangat penting dan harus didukung sumber-sumber lain, seperti sumber tertulis; sebagai contoh adalah sumber prasasti dan hasil-hasil sastra kuno. Prasasti merupakan salah satu wujud peninggalan tertulis dari masa lampau yang biasanya dipahatkan di batu atau logam. Prasasti tidak lain merupakan sumber tertulis yang dikeluarkan oleh penguasa atau raja; oleh sebab itu apa yang terdapat dalam prasasti merupakan pemberitaan yang mengandung informasi-informasi yang sangat penting dan 1 Staf Pengajar Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, UNS.

2 lainnya. 2 Suatu ketika sumber prasasti sangat terbatas dalam memberikan informasi resmi dari lingkungan pemerintahan atau raja. Prasasti pada dasarnya berisi sebuah penetapan daerah sima atau perdikan yang dberikan kepada pejabat daerah yang telah berjasa pada raja. Prasasti yang lengkap terdiri dari beberapa bagian isi antara lain adalah seruan sebagai pembukaan, dengan ucapan selamat atau penghormatan kepada dewa. Setelah seruan tersebut adalah berupa bagian yang menunjukkan penanggalan, antara lain menunjuk hari, tanggal, bulan, dan tahun. Penanggalan tersebut dilanjutkan dengan penyebutan nama raja atau pejabat pemberi perintah. Hal tersebut kemudian dilanjutkan dengan nama pejabat tinggi yang mengiringi, meneruskan dan menerima perintah. Setelah bagian itu semua dilanjutkan pada bagian yang kelima, yaitu bagian yang menjadi pokok isi atau pokok peristiwa yang diabadikan dalam prasasti, yaitu berisi penetapan suatu daerah menjadi sima. Penetapan sima tersebut diikuti oleh bagian yang sering disebut dengan Sambandha, yaitu bagian yang berisi alasan-alasan daerah tersebut dijadikan daerah sima. Ternyata dalam prasasti terdapat pula bagian yang berupa daftar para saksi atau para pejabat yang hadir pada perisitiwa tersebut. Selanjutnya bagian prasasti yang terakhir berisi sumpah, ancaman atau kutukan bagi siapa yang telah melanggar ketentuan-ketentuan yang diberlakukan; dan diakhiri dengan bagian penutup. Sumber-sumber tertulis berupa prasasti di masa Mataram Kuno telah banyak ditemukan. Prasasti-prasasti tersebut memberikan informasi terkait dengan masalah pemerintahan kerajaan, seperti masalah pemberian hadiah kepada pejabat daerah, silsilah raja, stratifikasi sosial masyarakat, masalah pajak dan kekuasaan serta sosial ekonomi kesejarahan; oleh sebab itu dukungan sumber tertulis lain sangat diperlukan. Karya sastra pada masa lampau kadang memberikan arti penting dalam menjelaskan lebih lanjut, tetapi dalam pemanfaatannya harus dikritisi dari kebenaran ilmiah. Hal itu disebabkan karya sastra tersebut sering bernuansa mitos, walaupun ada aspek historisnya. Bahasa Jawa Kuno masa Mataram Klasik merupakan bentuk bahasa tertua Bahasa Jawa. Dalam sastra Jawa Kuno yang dipakai dan berlaku secara luas terdapat dua macam puisi yang berbeda anatara satu dengan lainnya, yaitu terutama metrumnya. Pertama adalah jenis kakawin dan kidung. Kakawin menggunakam metrum- metrum dari India, sedangkan Kidung menggunakan 2 Agus Aris Munandar, Prasasti Mula Malurung: Pelengkap Sejarah Kerajaan Singasari. PIA. IV (Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, 1986), hlm. 9-15, Djoko Dwiyanto, Pengamatan Terhadap Data Kesejahteraan dari Prasasti Wanua Tengah III Tahun 908 M. PIA IV (Jakarta: Bogor, 1986), hlm , Hasan Djafar, Prasasti dan Historiografi. Seminar Sejarah Nasional IV (Yogyakarta: Jarahnitra, 1985), hlm

3 metrum Jawa atau Indonesia. Demikian pula dalam bahasanya terdapat perbedaan. Dalam kakawin dipakai Bahasa Jawa Kuno, sedangkan dalam kidung dipakai Bahasa Jawa Tengahan. Sebagian besar karya Sastra Jawa Kuno tidak dapat dimengerti penanggalan penulisannya, tetapi beberapa kakawin dengan alasan yang kuat dapat dipastikan kapan karya sastra tersebut ditulis. Penanggalan tersebut dapat diperkirakan ketika ditemukan prasasti yang dikeluarkan oleh raja yang sama. Selain itu juga dapat dilakukan dengan membandingkan bahasa karya sastra tersebut dengan contoh lain yang penanggalannya dapat dipastikan. 3 B. Pranata, Birokrasi dan Penataan Wilayah Mataram Kuno Berdasarkan doktrin Brahma, jagat raya terdiri dari sebuah benua bernama Jambudwipa yang berbentuk lingkaran dan menjadi pusat yang dikelilingi oleh tujuh benua dengan tujuh lautan yang juga berbentuk lingkaran konsentris. Di luar lautan yang ke tujuh, yang terakhir terdapat jagat raya yang ditutup oleh barisan pegunungan yang besar (cakrawala). Di tengah-tengah Jambudwipa terdapat sebuah gunung yan g menjadi pusat peredaraan matahari, bulan dan bintang-bintang. Di puncak gunung Mahameru terdapat kota-kota tempat tinggal para dewa dan dikelilingi oleh tempat-tempat tinggal dewa-dewa Lokapala. Dokrin dari Budhisme pada dasarnya sama yaitu memberikan pandangan bahwa jagat raya itu bentuknya seperti lingkaran yang dikelilingi oleh wilayah-wilayah yang berpusat pada Meru. 4 Pandangan kosmogoni tersebut dalam perkembangannya telah banyak mempengaruhi alam pikiran manusia dan melahirkan konsepsi-konsepsi tentang hubungan antara dunia manusia dan jagat raya; dan mempunyai pengaruh dalam kegiatan politik dan budaya. Seluruh susunan pada kerajaan-kerajaan kuno di Asia, termasuk di Indonesia, terlihat mewujudkan pandangan kosmogoni tersebut. Raja dan kerajaan (mikrokosmos) merupakan gambaran riil dari jagat raya (makrokosmos). Raja dan kerajaannya/kratonnya di ibu kota menjadi pusat susunan mikrokosmos tersebut. Pranata dengan berbagai kelengkapan birokrasi Kerajaan Mataram Kuno diwarnai pengaruh dari India. Pengaruh tersebut telah diambil, diterima, diseleksi serta dibentuk suatu tatanan yang relatif lebih baru. Pranata tersebut meliputi masalah kedudukan raja secara 3 Zoetmulder, Kalangwan: Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang (Jakarta: Djambatan, 1983), hlm Bambang Sumadio, Sejarah Nasional Indonesia II, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984) hlm

4 turun-temurun, kedudukan parameswari, binihaji, putra atau putri mahkota, pejabat-pejabat pusat atau daerah, yang mengurusi berbagai masalah politik, kekuasaan, keagamaan, peradilan, perpajakan, dan masalah-masalah sipil. Sebagai landasan pranata kerajaaan adalah apa yang disebut dengan landasan kosmogonis. 5 Struktur pemerintahan kerajaan mencerminkan adanya kekuasaan yang bersifat teritorial dan disentralisasikan dengan birokrasi yang terperinci. Kenyataan tersebut disebabkan karena adanya pengaruh kepercayaan kosmologis. Bertolak pada konsep tersebut, maka pemerintahan kerajaan Mataram Kuno dianggap sebagai replika dari jagat raya. Raja disamakan dengan dewa tertinggi yang bersemayam di puncak Mahameru dan wilayah kerajaan disamakan dengan tempat tinggal para dewa Lokapala yang terletak di empat penjuru mata-angin. Raja dianggap sebagai penjelmaan dewa di dunia memegang kekuasaaan atau politik tertinggi dan tentu saja menduduki puncak struktur kerajaan. Dalam melakukan pekerjaan raja dibantu oleh pejabat-pejabat birokrasi kerajaan. Para putra dan kerabat dekat raja diberi kedudukan tinggi dalam birokrasi kerajaan. Para putra raja sebelum menjadi raja biasa diberi kedudukan sebagai raja muda atau sering dikenal yuwaraja atau kumararaja. Di bawah kelas penguasa tersebut terdapat sekelompok pejabat tinggi yang disebut Rakyan Mahamantri Katrini, Rakyan Mantri ri Pakiran-kiran, Dharmadhyaksa dan Dharmaumopapati. Jabatan Rakyan Mahamantri Katrini tersebut terdiri dari tiga orang yaitu Rakyan Mahamantri I Hino, Rakyan Mahamantri i Halu dan Mahamantri i Sirikan. Pejabat-pejabat tersebut menerima perintah raja secara langsung, oleh sebab itu jabatan tersebut adalah kedudukan yang sangat penting. Selanjutnya perintah tersebut diteruskan kepada Rakyan Mantri ri Pakiran-kiran. Jabatan Mantri ri Pakiran-kiran terdiri dari beberapa jabatantinggi yang merupakan sebuah dewan mentri dan sebagai pelaksana pemerintahan. Jabatan tersebut terdiri dari lima pejabat, yaitu Rakyan Mapatih (Patih Hamangkubhumi), Rakyan Tumenggung, Rakyan Demung, Rakyan Rangga dan Rakyan Kanuruhan. Rakyan Mapatih adalah jabatan paling tinggi dalam kelompok tersebut, yaitu sebagai mentri utama, Rakyan Tumenggung adalah panglima kerajaan, Rakyan Demung merupakan jabatan yang bertugas mengatur rumah tangga kerajaan dan Rakyan Kanuruhan sebagai penghubung dan tugastugas protokuler, sedangkan Rakyan Rangga merupakan pembantu panglima. Perlu diketahui, bahwa jabatan Mahamantri Katrini telah dikenal sejak pemerintahan Mataram Kuno berpusat di Jawa Tengah. 5 Boechari, Local Genius dalam Pranata Sosial di Indonesia pada Zaman Klasik dalam Kepribadian Budaya Bangsa (Jakarta: Pustaka Jaya, 1986), hlm

5 Selain pejabat-pejabat tersebut masih terdapat jabatan yang tinggi terkait dengan yuridiksi keagamaan yang disebut Dharmadhyaksa. Dharmadhyaksa dapat dibedakan menjadi dua yaitu Dharmadhyaksa ring Kasaiwan dan Dharmadhyaksa ring Kasogatan, masing-masing untuk agama Siwa dan Budha. Para Dharmadhyasa tersebut dibantu oleh Dharma-upapati. 6 Berkenaan penataan wilayah di masa Mataram Kuno, van Naerrsen berpendapat bahwa wilayah terkecil adalah wanua yang dipimpin oleh seorang rama atau tuha. Lebih lanjut sejumlah wanua akan di pimpin oleh seorang raka dalam satuan wilayah yang disebut dengan watak/watik. Selanjutnya Edi Sedyawati kurang sependapat; dalam wilayah wanua terdapat beberapa rama. Tuha tidak sebanding dengan rama. Rama adalah anggota dewan pimpinan wanua, sedangkan tuha sering dipakai sebagai sinonim juru yaitu sejenis pimpinan atas orang-orang seprofesi. Berkenaan dengan sebutan raka tersebut di atas sebenarnya menjadi pertanyaan besar, sebab yang ada adalah rakae, rake atau rakarayan; oleh sebab itu masih perlu dipertanyakan apakah tiga sebutan itu berasal dari kata dasar raka. 7 Lebih lanjut dijelaskan berkenaan dengan adanya beberapa golongan dalam masyarakat pada masa tersebut terkait kedudukan dan hubungan dalam pemerintahan kerajaan, yaitu golongan masyarakat pusat atau kerajaaan, golongan masyarakat thani atau daerah dan golongan masyarakat non pemerintah. 8 C. Peneguhan Kekuasaan dalam Prasasti dan Karya Sastra Keberadaan dan keberlangsungan kerajaan dengan segala fasilitas dan seperangkat pejabat, pembantu dan pelayanan-pelayanan serta keperluan lainnya tidak bisa ditawar-tawar lagi kehadirannya. Berbagai fasilitas, pelayan, para kerabat dan pejabat yang ada sangat diperlukan keperlangsungannya, bahkan kekuasaan itu sendiri menjadi suatu hal yang harus dipertahankan dan kontinuitasnya selalu dijaga oleh raja. Untuk hal tersebut perlu dilakukan usaha-usaha yang sekiranya mampu mendongkrak popularitas keabsahan, dan keteguhan raja. Untuk mencapai kekuasaan dan kelangsungan kekuasaan tentu seorang raja akan melakukan berbagai kegiatan yang menjadi tangungjawab, hak dan wewenang, serta fungsi dan peran seorang raja. 6 Bambang Sumadia, op. cit., Edi Sedyawati, Pengarcaan Ganesa pada Masa Kadiri Singosari, Disertasi (Jakarta: UI, 1985), hlm Ibid.

6 Dalam rangka mencapai pengakuan dan kelanjutan kekuasaaan, seorang raja melakukan berbagai upaya, bahkan bila diperlukan melakukan kekerasan dan peperangan. Kekuasaan ada kalanya juga dibangun dengan proses kekerasan atau permusuhan, peperangan bahkan juga diperlukan tindakan penaklukan. Tindakan-tindakan semacam itu telah dilakukan oleh Senopati, raja pertama Kerajaan Mataram (Islam). Senapati merasa perlu menaklukkan Sultan Adiwijaya sebagai Raja Pajang. Dari peristiwa tersebut dapat dicermati adanya perebutan kekuasaan untuk mencari pengakuan atas keberadaan seorang raja. Setelah Pajang runtuh, maka Mataram berdiri dengan pusat pemerintahan di Kota Gede. Dari peristiwa Pajang, keberadaan raja-raja Jawa terus terjadi perselisihan atau perebutan atas kekuasaan. Tradisi kekuasaan di Jawa adalah misteri berkait denga wahyu, dan kepercayaan, bahkan melekat pada kebendaan atau senjata. Selain dengan cara-cara tersebut juga dapat dicapai melalui wangsit atau wahyu. Dengan prinsip dan kepercayaan tersebut putra mahkota yang telah dipersiapkan menjadi raja dapat dibatalkan karena ada suara gaib, atau wahyu. 9 Pada masa Mataram Islam banyak kekuasaan yang digapai atau dilestarikan dengan jalan perebutan, kekerasan dan peperangan, hal tersebut berbeda dengan pada masa Mataram Kuno. Pada masa tersebut kekuasaan atau jabatan raja dapat dilestarikan melalui upaya-upaya yang lebih bernuansa budaya atau elegan, yaitu dengan menerbitkan prasasti atau karyakarya sastra; walaupun tidak menutup kemungkinan adanya peristiwa kekerasan dan peperangan, tetapi banyak ditemukan parasasti-prasasti dan karya satra yang terkait dengan adanya usaha melanggengkan atau melestarikan kekuasaan, seperti terdapat pada prasasti Mantyasih 907 M atau sering dikenal sebagai prasasti Balitung, prasasti Wanua Tengah Tiga, berangka tahun 908 M dan juga karya sastra Arjuna Wiwaha serta Negarakrtagama. Prasasti Balitung adalah sebuah prasasti yang dikeluarkan oleh Raja Balitung, pada tahun 907 M, berisi urutan raja-raja Mataram Kuno yang pernah memerintah, yaitu: 1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya 2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran 3. Sri Maharaja Rakai Panunggalan 4. Sri Maharaja Rakai Warak 5. Sri Maharaja Rakai Garung 6. Sri Maharaja Rakai Pikatan 7. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi 9 Ons Untoro, Kekuasaan Jawa dan Politik Terpusat (Yogyakarta: LKIB dan Tembi, 2001), hlm. 5-7.

7 8. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang Selanjutnya diikuti oleh raja yang mengeluarkan prasasti, yaitu Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung Sri Dharmmodaya Mahasambhu. Nama Dyah Balitung dikenal sebagai salah satu dari raja-raja yang bertakta pada periode Mataram Kuno. Di antara raja-raja yang memerintah di masa itu, Dyah Balitung termasuk raja yang banyak mengeluarkan prasasti. Dari berbagai prasasti yang dikeluarkan, Rakai Dyah Balitung mempunyai beberapa gelar, yaitu: a. Rake Watukura Dyah Balitung Sri Dharmmodhaya Mahasambhu, b. Rakai Watukura Dyah Balitung Sri Iswarakesawasamarottungga, c. Rake Watukura Dyah Balitung Sri Iswarakesawotsattungga, d. Janardanottungga Dyah Balitung. 10 Raja- raja Jawa Kuno yang mempunyai gelar dengan unsur dharmma, diidentifikasi sebagai raja dengan proses perkawinan dari putra raja. Dengan demikian dalam kasus Raja Balitung sangat dimungkinkan, bahwa prasasti Mantyasih atau prasasti Balitung yang berisi silsilah Raja Balitung, dimaksud untuk memperteguh keberadaannya. Hal tersebut juga dilakukan oleh Raja Erlangga dan Raden Wijaya. Erlangga dan Raden Wijaya menjelaskan perkawinannya dengan putri raja sebelumnya di dalam prasastinya, tetapi Balitung tidak, justru menjelaskan pada keturunan raja-raja sebelumnya. Balitung bukan orang yang berhak menduduki jabatan raja, namun dapat naik tahta karena mengawini putri raja. Dengan demikian Balitung bukan ahli waris yang sah. Hal tersebut dapat diketahui dari kedudukan Daksa pada masa pemerintahannya. Daksa mempunyai kedudukan tertinggi setelah Dyah Balitung, yaitu sebagai Rakyan Mahamantri i Hino atau putra mahkota. Daksa adalah saudara atau kakak raja yang gagah berani. Dengan demikian Daksa dapat diartikan sebagai saudara Balitung. Sehubungan Dyah Balitung sebenarnya bukan orang yang berhak atas tahta dan ternyata dapat naik tahta karena perkawinan, sangat dimungkinkan bahwa Daksa adalah saudara dari istri Dyah Balitung. 11 Raja Dyah Balitung juga menerbitkan prasasti Wanua Tengah III pada tahun 908 M. Prasasti tersebut berisi pengukuhan daerah Sima di daerah Pikatan dan berisi raja-raja sebelum Dyah Balitung, bahkan disertai tahun penobatannya. Raja-raja tersebut adalah Rahyangta i Hara adik Rahyangta ri Mdang, Rakai Panangkaran naik tahta tahun 668 Saka, 10 Titi Surti NastitiTiga Prasasti dari Masa Balitung (Jakarta: Arkenas, 1982), hlm Boechari, Rakyan Mahamantri i Hino Sri Sanggramawiaya Dharmaprasedottunggadewi, Laporan Konggres Ilmu Pengetahuan Nasional Kedua,VI (Djakarta: Madjes Ilmu Pengetahuan Indonesia Seksi Sastra Budaya ( D ), 1965), hlm

8 M. 12 Maksud dan tujuan dari pembuatan prasasti dapat diketahui berdasarkan isi prasasti Rake Panaraban naik tahta tahun 706 saka, Rakai Warak Dyah Manara naik tahta tahun 725 Saka, Dyah Gula naik tahta 749 Saka, Rake Garung naik tahta 750 Saka, Rake Pikatan Dyah Saaladu naik tahta 768 Saka, Rake Kayuwangi Dyah Lokapala naik tahta 777 Saka, Dyah Tagwas naik tahta 806 Saka, Rake Panumwangan Dyah Denendra naik tahta 807 Saka, Rake Gurunwangi Dyah Badra naik tahta 808 Saka, Rake Wungkal Humalang Dyah Jbang naik tahta 816 Saka, Sri Maharaja Rake Watukura Dyah Balitung Sri Iswarakasawotsawattungga Rudramurti, naik tahta 820 Saka. Memperhatikan isi kedua prasasti yang dikeluarkan Dyah Balitung dalam waktu yang hampir sama, tentu ada maksud yang dicapai oleh Dyah Balitung. Hal tersebut dapat diketahui melalui perbandingan isi kedua prasasti itu. Satu hal yang terlihat adanya perbedaan jumlah dan nama raja-raja yang disebutkan dalam prasasti Mantyasih tahun 907 M dan yang disebutkan dalam prasasti Wanua Tengah III tahun 908 yang antara lain adalah menetapkan suatu daerah dalam hal ini adalah Mantyasih ataupun Wanua Tengah menjadi Sima dengan berbagai haknya. Raja melakukan hal tersebut sebagai sebuah penghargaan terhadap pejabat setempat karena berjasa pada raja. Selain tujuan yang secara tertulis dapat dibaca, tentu ada maksud dan tujuan yang tersirat, yaitu agar semua orang atau masyarakat Mantyasih dan Wanua Tengah, bahkan lebih dari itu mungkin sebagian besar masyarakat Mataram, wilayah kekuasaan Dyah Balitung mengetahui bahwa Raja Balitung adalah keturunan raja-raja yang telah sah menduduki otoritas tertinggi Kerajaan Mataram Kuno. Hal ini berarti sebuah usaha membangun legitimasi atau peneguhan akan kekuasaan Dyah Balitung sebagai raja yang eksistensinya dapat diterima dan dapat berlangsung terus, tanpa kendala-kendala yang berarti. Kedua prasasti tersebut di atas sama-sama dimaksudkan untuk memproklamirkan eksistensi Dyah Balitung sebagai raja yang sah dan diharapkan dapat diterima, dipatuhi, dihormati dan disegani serta keberlangsungannya dapat terjaga dengan aman, selamat dan berhasil. Selanjutnya dalam rangka peneguhan akan keberadaan dan keberlangsungan kekuasaannya, Sri Maharaja Rake Watukura Dyah Balitung Sri Iswarakesawotsawattungga Rudramurti yang telah naik tahta pada tahun 898 Masehi, melakukan hal bebeda. Dalam prasasti Mantyasih tahun 907 M, peneguhan diwujudkan dengan penghormatan pada leluhur yang telah memerintah di Mataram Kuno, sedangkan dalam prasasti Wanua Tengah Tiga 12 Djoko Dwiyanto, op. cit.,

9 tahun 908 M, legitimasi dimanifestasikan dengan penghormatan pada bihara atau bangunan suci di daerah Pikatan. 13 Dalam menjaga eksistensinya, seorang raja tidak berhenti hanya dengan pembuatan prasasti, tetapi juga melakukan usaha dalam bentuk lain, seperti penerbitan karya-karya sastra yang ditulis oleh pujangga-pujanga kraton. Sebagai contoh adalah karya sastra Arjuna Wiwaha dan kitab Nagarakrtagama. Karya Sastra Arjuna Wiwaha adalah karya sastra yang ditulis oleh pujangga kraton, yaitu Mpu Kanwa. Arjuna Wiwaha yang berarti perkawinan Arjuna, merupakan hasil gubahan episode Mahabharata, pada masa pemerintahan Raja Erlangga. Dalam masa akhir penulisannya, Mpu Kanwa mengalami kegelisahan disebabkan mempersiapkan segala sesuatu untuk berlaga di medan perang, oleh karena itu dapat diketahui bahwa saat itu Erlangga masih harus menundukan musuh-musuhnya. Menurut Zoetmulder karya Arjuna Wiwaha oleh Mpu Kanwa diperuntukkan raja Erlangga dalam rangka mensport usaha-usaha raja Erlangga untuk dapat memenangkan peperangan dan lebih lanjut melangsungkan kekuasaannya. Untuk itu dengan mengambil peristiwa kemenangan Arjuna sebagai tema pokok, Mpu Kanwa telah mengisyaratkan adanya manifestasi kejayaan untuk Raja Erlangga. Oleh karena itu seorang pujangga dapat menyumbangkan harapannya; hal tersebut mempunyai arti yang sangat penting dalam proses legitimasi seorang penguasa, katakan Raja Erlangga. 14 Tokoh Ken Angrok sebagai Raja pertama di Singosari bergelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi. Keberadaan tokoh Ken Angrok, mengawali dan menandai munculnya satu wangsa baru, yaitu wangsa Rajasa ( Rajasawangsa ) atau wangsa Girindra ( Girindrawangsa ), yang akan berkuasa di Singosari dan Majapahit. Ken Arok sebagai Raja Singosari banyak dijelaskan dalam sumber Pararaton dan juga dalam karya sastra Negarakrtagama. Dalam kitab Pararaton Ken Angrok disebutkan sebagai anak yang dilahirkan di desa Pangkur, anak Ken Endok, ayahnya bernama Gajah Para, mereka seorang petani. Ketika Gajah Para di sawah, Ken Endok ditemui di kebun i lalateng semak belukar oleh dewa Brahma, dan akhirnya mengandung; Gajah Para akhirnya meninggal. Sewaktu Ken Angrok masih kecil sering melakukan pencurian, selalu berbuat nakal, seperti bertaruh main adu sabung ayam, pencurian sering dilakukan, bahkan sewaktu dewasa semakin menjadi-jadi; tidak saja mencuri tapi telah memperkosa, merampok dan juga pembunuhan. Walaupun sebagai pemuda yang sangat nakal, brutal toh akhirnya Ken Angrok dapat mengabdi di Tumapel pada 13 Ibid., Zoetmulder, op. cit.,

10 sang Akuwu Tunggul Ametung. Selanjutnya Ken Angrok dapat mengalahkan Raja Kertajaya, dengan bantuan para pendeta dari Kediri pada tahun 1222 Masehi. Setelah mengalahkan Dandang Gendis atau Kertajaya, Ken Angrok naik tahta di Tumapel, tetapi pada tahun 1247 Masehi dibunuh oleh seorang pengalas suruhan Anusapati dan didharmakan di Kagenengan. Meskipun akhirnya menjadi Raja besar dengan gelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi, tetapi dalam kitab Pararaton Ken Angrok dijelaskan sebagai tokoh yang mempunyai sejarah kelam ( Bouchari, 1975: Ki J. Padmopuspito, 1966: 56-90). Selain disebut-disebut dan dijelaskan dalam sumber Pararaton, Tokoh Ken Angrok dapat diketahui dalam Negarakrtagama. Dalam sumber tersebut dijelaskan, bahwa pada tahun 1104 Saka atau 1182 M, ada Raja perwira yudha putra girinatha, konon kabarnya lahir di dunia tanpa ibu. Semua orang tunduk sujud menyembah kaki baginda, sebagai tanda bukti akan ketaatan dan kepatuhan serta kebesaran raja, Ranggah Rajasa namanya, yang merupakan seorang penggempur musuh dan pahlawan bijaksana. Suatu daerah yang sangat luas berada di sebelah timur Gunung Kawi yang terkenal sangat subur dan makmur, di tempat tersebut putra Sang Girinatha menuaikan dharmanya, menggirangkan budiman menyirnakan penjahat, meneguhkan negara. Ibu negara bernama Kutaraja, penduduknya sangat terganggu. Pada tahun 1222 M atau 1144 Saka beliau melawan raja Kediri yaitu Sang Adiperwira Kertajaya dan akhirnya Kertajaya ketakutan, kalah dan melarikan diri ke dalam biara terpencil dan akhirnya semua pengawal dan perwira tentara mati terbunuh. Setelah raja Kediri terkalahkan, Jawa dalam ketakutan. Semua raja datang menyembah membawa tanda bukti hasil tanah. Bersatulah Jenggala Kediri dibawah kuasa satu raja sakti, cikal bakal para raja agung yang akan memerintah Pulau Jawa. Makin bertambah kuasa dan megah putera Sang Girinatha. Pada tahun 1227 M atau 1149 Saka raja meninggal dan dicandikan di Kagenengan. 15 Dari berbagai sumber tersebut di atas dapat difahami bahwa, keberadaan prasasti dan hasil karya sastra telah banyak berperan dalam penjelasan penuturan kisah kesejarahan dan akan kepentingan legitimasi kekuasaan. Dalam prasasti Mantyasih tahun 907 M terkait dengan keberadaan Raja Dyah Balitung, bahkan didukung oleh sumber prasasti Wanua Tengah Tiga berangka tahun 908 M. Dalam sumber sastra Arjuna Wiwaha, dapat dimengerti kepentingan Raja Erlangga untuk mendapatkan kemenangan atas musuh-musuhnya, sekaligus kemenangan tersebut digambarkan dalam Arjuna Wiwaha untuk memperteguh kekuasaan atau kekuatan. Karya sastra Pararaton menceritakan tokoh Ken Angrok secara 15 Slamet Mulyano, Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya (Jakarta: Bhratara, 1979), hlm

11 lebih terbuka, tanpa latar belakang tertentu dan lebih banyak mengandung mitos. Dalam Negarakertagama, tokoh Ken Angrok dikisahkan sebagai tokoh yang hebat, tanpa cacat, penghalau kejahatan dan perwira yudha serta ditakuti dan disegani semua rakyat. Oleh sebab itu dapat dimengerti bahwa, kitab Negarakrtagama banyak memberikan sanjungan dan pujaan terhadap tokoh Ken Angrok, karena hal tersebut menjadi panutan raja-raja Majapahit sebagai penumbuh Wangsa Rajasa atau Wangsa Girindra. Lebih lanjut dalam kepentingan yang lebih luas, tokoh Tohjaya sebagai salah satu keturunan Ken Angrok tidak disebutkan dalam Negarakrtagama. Hal tersebut dianggap menjadi cacat dalam kebesaran Raja Majapahit, khususnya adalah Raja Hayam Wuruk sebagai raja besar masa Majapahit. Sanjungan akan kebesaran seorang raja yang didukung oleh genealogi raja-raja sebelumnya, dipandang sangat penting dalam rangka melegitimasi kedudukan raja atau penguasa. D. Penutup Kerajaan, raja dan kekuasaannya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dalam tradisi Jawa, kedudukan raja diperoleh melalui faktor keturunan, tetapi ada akalanya melalui perkawinan, perebutan atau penyerangan. Peristiwa perebutan kekuasaan atas kerajaan sering terjadi karena keberpihakan garis keturunan itu sendiri atau keinginan di luar garis keturunan tersebut. Dengan demikian kekuasaan perlu dijaga, dipertahankan dan dilestarikan. Untuk itu seorang raja memandang perlu membuat suatu cara mempertahankan dan melangsungkan kekuasaannya. Berbagai cara meneguhkan kekuasaan dilakukan dengan menunjukkan garis keturunan yang sebenarnya, membangunan kekuatan yang kokoh dengan kekuatan prajurit dan kesejahteraan rakyat, membuat pengakuan atas garis keturunan dan cerita atau mitos akan kebesaran dan ketokohan. Erlangga adalah seorang raja yang telah melegitimasi kekuasaannya melalui penulisan karya sastra, yaitu kitab Arjunawiwaha yang ditulis oleh Mpu Kanwa. Karya sastra tersebut dimaksud juga memberikan mitos bahwa Raja Erlangga adalah raja yang kuat, mampu mengalahkan akan musuh-musuhnya, bagai tokoh Arjuna, yang tidak pernah dalam peperangan. Raja Dyah Balitung adalah raja besar yang berkuasa di Mataram Kuno. Hal tersebut dapat diketahui dari berbagai prasasti yang telah dikeluarkan. Di balik isi prasastiprasasti tersebut juga terdapat maksud dan tujuan. Tujuan Raja Dyah Balitung mengeluarkan prasasti adalah untuk memberikan anugerah kepada pejabat daerah dengan pemberian daerah sima dan membangun bangunan suci. Selain itu juga untuk membangun legitimasi kekuasaan sebagai seorang raja, melalui penyebutan nama-nama raja yang berkuasa sebelumnya. Hayam Wuruk tidak lepas dari usaha membangun legitimasi akan dirinya dengan menghilangkan

12 nilai-nilai negatif raja-raja sebelunnya, seperti tidak menyebutkan nama Tohjaya dalam Negarakrtagama. Kerajaan-kerajaan periode Mataram Kuno tidak pernah sepi dari masalah kekuasaan atau perebutan kekuasaan, tetapi hal tersebut dapat disiasati dan diredam dengan membangun legitimasi. Dengan demikian, masalah legitimasi kekuasaan dalam sistem kemaharajaan sangat penting. PUSTAKA Agus Aris Munandar, Prasasti Mula Malurung: Pelengkap Sejarah Kerajaan Singasari. PIA. IV. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Bambang Sumadio, Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka, Boechari, Rakyan Mahamantri i Hino Sri Sanggramawiaya Dharmaprasedottunggadewi, Laporan Konggres Ilmu Pengetahuan Nasional Kedua,VI. Djakarta: Madjes Ilmu Pengetahuan Indonesia Seksi Sastra Budaya ( D ), 1965., Ken Angrok Anak Tunggul Ametung, (?) Berita Anthropologi, VII, 1975., Local Genius dalam Pranata Sosial di Indonesia pada Zaman Klasik dalam Kepribadian Budaya Bangsa. Jakarta: Pustaka Jaya, Djoko Dwiyanto, Pengamatan Terhadap Data Kesejahteraan dari Prasasti Wanua Tengah III Tahun 908M. PIA IV. Jakarta: Bogor, Edi Sedyawati, Pengarcaan Ganesa pada Masa Kadiri Singosari, Disertasi. Jakarta: UI, Hasan Djafar, Prasasti dan Historiografi. Seminar Sejarah Nasional IV. Yogyakarta: Jarahnitra, Ki J. Padmopuspito, Pararaton. Yogyakarta, Ons Untoro, Kekuasaan Jawa dan Politik Terpusat. Yogyakarta: LKIB dan Tembi, Slamet MulyanoNagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara, Titi Surti NastitiTiga Prasasti dari Masa Balitung. Jakarta: Arkenas, Zoetmulder, Kalangwan: Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang. Jakarta: Djambatan, 1983.

5. (775 M) M M M 9. (832 M) 10. (842 M) 11. (850 M) 12. (856 M) 13. (863 M) 14. (880 M) 15. (907 M) 16.

5. (775 M) M M M 9. (832 M) 10. (842 M) 11. (850 M) 12. (856 M) 13. (863 M) 14. (880 M) 15. (907 M) 16. MATARAM 1. Prasasti Tuk Mas 2. Prasasti Sojomerto (akhir abad 7) 3. Prasasti Canggal (732 M) 4. Prasasti Plumpungan 750 M 5. Prasasti Ligor B (775 M) 6. Prasasti Kalasan 778 M 7. Prasasti Kelurak 782 M

Lebih terperinci

Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan Mataram Kuno Kerajaan Mataram Kuno KELOMPOK 4 : ADI AYU RANI DEYDRA BELLA A. GHANA N.P. PUSAKHA S.W.Q (01) (Notulen) (08) (Moderator) (11) (Anggota) (20) (Ketua) Kerajaan Mataram (Hindu-Buddha), sering disebut dengan

Lebih terperinci

SISTEM KETATANEGARAAN KERAJAAN MAJAPAHIT

SISTEM KETATANEGARAAN KERAJAAN MAJAPAHIT SISTEM KETATANEGARAAN KERAJAAN MAJAPAHIT KERAJAAN MAJAPAHIT Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu terakhir di Semenanjung Malaya dan dianggap sebagai salah satu negara terbesar dalam sejarah Indonesia,berdiri

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Hubungan Malayu..., Daulat Fajar Yanuar, FIB UI, 2009

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Hubungan Malayu..., Daulat Fajar Yanuar, FIB UI, 2009 91 BAB 5 KESIMPULAN Pada masa Jawa Kuno, raja merupakan pemegang kekuasaan dan otoritas tertinggi dalam pemerintahan. Seorang raja mendapatkan gelarnya berdasarkan hak waris yang sifatnya turun-temurun

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : 1 x pertemuan (2 x 35 menit)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : 1 x pertemuan (2 x 35 menit) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Kelas/Semester Mata Pelajaran Alokasi waktu : SDN Baciro : VA/1 : Ilmu Pengetahuan Sosial : 1 x pertemuan (2 x 35 menit) Hari/Tanggal : Selasa/02

Lebih terperinci

Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan Mataram Kuno Kerajaan Mataram Kuno Kerajaan Mataram Kuno (Kerajaan Mataram Hindu atau Kerajaan medang periode jawa tengah) merupakan kelanjutan dari kerajaan kalingga di jawa tengah sekitar abad ke 8 M, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah Kertanegara.

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah Kertanegara. BAB 1 PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Kerajaan Singhasari atau sering pula ditulis Singasari atau Singosari, adalah sebuah kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Lokasi kerajaan

Lebih terperinci

AGUS SANTOSO PERNIKAHAN ARJUNA. Sebuah Epik Arjunawiwaha Karya Mpu Kanwa

AGUS SANTOSO PERNIKAHAN ARJUNA. Sebuah Epik Arjunawiwaha Karya Mpu Kanwa AGUS SANTOSO PERNIKAHAN ARJUNA Sebuah Epik Arjunawiwaha Karya Mpu Kanwa CIPANAS PRESS 2014 Diterbitkan oleh Cipanas Press (STT Cipanas) Jl. Gadog I/36 Cipanas Cianjur 43253 Jawa Barat Indonesia Cetakan

Lebih terperinci

PETA KONSEP KERAJAAN-KARAJAAN HINDU BUDDHA DI INDONESIA

PETA KONSEP KERAJAAN-KARAJAAN HINDU BUDDHA DI INDONESIA PETA KONSEP KERAJAAN-KARAJAAN HINDU BUDDHA DI INDONESIA IPS Nama :... Kelas :... 1. Kerajaan Kutai KUTAI Prasasti Mulawarman dari Kutai Raja Kudungga Raja Aswawarman (pembentuk keluarga (dinasti)) Raja

Lebih terperinci

Kerajaan Tumapel yang berdiri megah dan agung,

Kerajaan Tumapel yang berdiri megah dan agung, Sepenggal Kisah Beribu Sejarah Kerajaan Tumapel yang berdiri megah dan agung, yang didirikan dengan susah payah oleh Ken Arok 1 dengan pengorbanan sangat besar terutama dengan menyingkirkan dan membunuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu gejala positif yang seharusnya dilakukan oleh para sastrawan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu gejala positif yang seharusnya dilakukan oleh para sastrawan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu gejala positif yang seharusnya dilakukan oleh para sastrawan, penikmat sastra ataupun masyarakat Indonesia secara umum, adalah membaca, mempelajari, bahkan menulis

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6. Ksatria. Waisya.

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6. Ksatria. Waisya. SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6 1. Berdasarkan letak geografis Indonesia yang berada dalam jalur perdagangan dunia, serta

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN KABUPATEN MIMIKA TAHUN PELAJARAN 2008/2009. BAB 5 = Kerajaan dan Peninggalan Hindu, Budha, dan Islam

DINAS PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN KABUPATEN MIMIKA TAHUN PELAJARAN 2008/2009. BAB 5 = Kerajaan dan Peninggalan Hindu, Budha, dan Islam UK 5 Sem 1-IPS Grade V Bab 5 Kur KTSP 2008 SD-YPJ-KK Page 1 DINAS PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN KABUPATEN MIMIKA TAHUN PELAJARAN 2008/2009 BAB 5 = Kerajaan dan Peninggalan Hindu, Budha, dan Islam Kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mengenai tokoh Sanjaya sebagai pendiri Kerajaan Mataram Hindu di Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Mengenai tokoh Sanjaya sebagai pendiri Kerajaan Mataram Hindu di Jawa Tengah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengenai tokoh Sanjaya sebagai pendiri Kerajaan Mataram Hindu di Jawa Tengah sebenarnya masih menjadi bahan perdebatan hingga saat ini. Jati diri Sanjaya yang

Lebih terperinci

Sekilas Sejarah Kerajaan Medang

Sekilas Sejarah Kerajaan Medang Sekilas Sejarah Kerajaan Medang Pendahuluan. Kerajaan Medang (atau sering juga disebut Kerajaan Mataram Kuno atau Kerajaan Mataram Hindu) adalah nama sebuah kerajaan yang berdiri di Jawa Tengah pada abad

Lebih terperinci

AGUS SANTOSO PERNIKAHAN ARJUNA. Sebuah Epik Arjunawiwaha Karya Mpu Kanwa

AGUS SANTOSO PERNIKAHAN ARJUNA. Sebuah Epik Arjunawiwaha Karya Mpu Kanwa AGUS SANTOSO PERNIKAHAN ARJUNA Sebuah Epik Arjunawiwaha Karya Mpu Kanwa STT CIPANAS 2014 Diterbitkan oleh STT Cipanas Jl. Gadog I/36 Cipanas Cianjur 43253 Jawa Barat Indonesia Cetakan pertama: April 2014

Lebih terperinci

Fungsi agama dalam pemerintahan pada masa kejayaan majapahit (abad ke-14 masehi) HB. Hery Santosa

Fungsi agama dalam pemerintahan pada masa kejayaan majapahit (abad ke-14 masehi) HB. Hery Santosa Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Fungsi agama dalam pemerintahan pada masa kejayaan majapahit (abad ke-14 masehi) HB. Hery Santosa Deskripsi Dokumen: http://lib.ui.ac.id/opac/ui/detail.jsp?id=74007&lokasi=lokal

Lebih terperinci

SINGHASARI (TUMAPEL)

SINGHASARI (TUMAPEL) SINGHASARI (TUMAPEL) P. MARIBONG (1264) DIKELUARKAN OLEH RAJA WISNUWARDHANA YANG MENYEBUTKAN : SWAPITA MAHA STAWANA - BHINNASRANTALOKAPALAKA ( KAKEKNYA YANG TELAH MENENTRAMKAN DAN MEMPERSATUKAN DUNIA)

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Majapahit adalah salah satu kerajaandi Indonesia yangberdiri pada tahun 1293-

I.PENDAHULUAN. Majapahit adalah salah satu kerajaandi Indonesia yangberdiri pada tahun 1293- 1 I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majapahit adalah salah satu kerajaandi Indonesia yangberdiri pada tahun 1293-1478Masehidengan Raden Wijaya sebagai pendirinya, yang memerintah dari tahun 1293-1309

Lebih terperinci

MAKALAH KERAJAAN SINGASARI Guru Pembimbing : Hj. Farida Machsus

MAKALAH KERAJAAN SINGASARI Guru Pembimbing : Hj. Farida Machsus MAKALAH KERAJAAN SINGASARI Guru Pembimbing : Hj. Farida Machsus DISUSUN OLEH : 1. NUR KHAMIDAH 2. ENNI NIKMATUL KHURIIYAH 3. NURUL JANNAH 4. RANI ABDI SUSANTI KELAS : XI-B MADRASAH ALIYAH BIDAYATUL HIDAYAH

Lebih terperinci

PERANAN RELIGI DALAM PEMERINTAHAN RAJA JAYAPANGUS (Berdasarkan Data Prasasti) Ni Luh Gede Ayu Febriyanthi Program Studi Arkeologi.

PERANAN RELIGI DALAM PEMERINTAHAN RAJA JAYAPANGUS (Berdasarkan Data Prasasti) Ni Luh Gede Ayu Febriyanthi Program Studi Arkeologi. 1 PERANAN RELIGI DALAM PEMERINTAHAN RAJA JAYAPANGUS (Berdasarkan Data Prasasti) Ni Luh Gede Ayu Febriyanthi Program Studi Arkeologi Abstrak Most of the inscriptions issued by the kings of ancient Bali

Lebih terperinci

KERAJAAN HINDU-BUDHA DAN ISLAM DI INDONESIA BESERTA PENINGGALANNYA

KERAJAAN HINDU-BUDHA DAN ISLAM DI INDONESIA BESERTA PENINGGALANNYA KERAJAAN HINDU-BUDHA DAN ISLAM DI INDONESIA BESERTA PENINGGALANNYA STANDAR KOMPETENSI: 1. Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha dan Islam, keragaman

Lebih terperinci

Pengantar. NAROTAMA Keberadaan, Perjuangan & Kesejarahannya

Pengantar. NAROTAMA Keberadaan, Perjuangan & Kesejarahannya 1 Pengantar Pada awal tahun 1981 beberapa orang dosen UNAIR dan ITS serta beberapa tokoh masyarakat tergabung dalam Yayasan Pawiyatan Gita Patria ingin mengabdikan diri di bidang pendidikan dengan mendirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra sebagai milik bersama yang mencerminkan kedekatan antara karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. sastra sebagai milik bersama yang mencerminkan kedekatan antara karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Babad merupakan salah satu karya sastra sejarah. Adanya tradisi karya sastra sebagai milik bersama yang mencerminkan kedekatan antara karya sastra dengan penyambutnya

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 4. INDONESIA MASA HINDU BUDHALatihan Soal 4.4. Pasasti Yupa

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 4. INDONESIA MASA HINDU BUDHALatihan Soal 4.4. Pasasti Yupa SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 4. INDONESIA MASA HINDU BUDHALatihan Soal 4.4 1. Kerajaan Kutai adalah kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Bukti yang memperkuat adanya kerajaan Kutai di Indonesia

Lebih terperinci

AWAL BERDIRINYA KERAJAAN

AWAL BERDIRINYA KERAJAAN Kerajaan Singasari AWAL BERDIRINYA KERAJAAN Pendiri Kerajaan Singasari adalah Ken Arok.Asal usul Ken Arok tidak jelas.menurut kitab Pararaton, Ken Arok adalah anak seorang wanita tani dari Desa Pangkur

Lebih terperinci

Kerajaan-Kerajaan Hindu - Buddha di indonesia. Disusun Oleh Kelompok 10

Kerajaan-Kerajaan Hindu - Buddha di indonesia. Disusun Oleh Kelompok 10 Kerajaan-Kerajaan Hindu - Buddha di indonesia Disusun Oleh Kelompok 10 Nama Kelompok Fopy Ayu meitiara Fadilah Hasanah Indah Verdya Alvionita Kerajaan-Kerajaan Hindu - Buddha di indonesia 1. Kerajaan Kutai

Lebih terperinci

INTERAKSI KEBUDAYAAN

INTERAKSI KEBUDAYAAN Pengertian Akulturasi Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KEHIDUPAN NEGARA 2 KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA

PERKEMBANGAN KEHIDUPAN NEGARA 2 KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA PERKEMBANGAN KEHIDUPAN NEGARA 2 KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA Munculnya Negara-negara Kerajaan yang Bercorak Hindu-Budha di Indonesia Kerajaan Kutai (Didirikan pada abad ke-5 M. Merupakan kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media tulis prasasti terdiri atas beberapa jenis antara lain :

BAB I PENDAHULUAN. Media tulis prasasti terdiri atas beberapa jenis antara lain : 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prasasti adalah suatu putusan resmi yang di dalamnya memuat sajak untuk memuji raja, atas karunia yang diberikan kepada bawahannya, agar hak tersebut sah dan dapat

Lebih terperinci

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM AKULTURASI : menerima unsur baru tapi tetap mempertahankan kebudayaan aslinya jadi budaya campuran ASIMILASI : pernggabungan kebudayaan lokal dan unsur baru tapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia diawali melalui hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu kemudian berkembang ke berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulau Jawa kaya akan peninggalan-peninggalan purbakala, di antaranya ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini tersebar di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian sastra lisan sangat penting untuk dilakukan sebagai perlindungan dan pemeliharaan tradisi, pengembangan dan revitalisasi, melestarikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang terdiri dari berbagai macam pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki kota-kota

Lebih terperinci

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7 SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7 1. Sejarah Sunda Kata Sunda artinya Bagus/ Baik/ Putih/ Bersih/ Cemerlang, segala sesuatu yang mengandung unsur kebaikan, orang

Lebih terperinci

Prasasti Sojomerto. Dalam Kontek Sejarah Medang. Oleh : Riboet Darmo Soetopo

Prasasti Sojomerto. Dalam Kontek Sejarah Medang. Oleh : Riboet Darmo Soetopo Prasasti Sojomerto Dalam Kontek Sejarah Medang Oleh : Riboet Darmo Soetopo 1. Paleografi Prasasti Sojomerto ditemukan di Sojomerto, kabupaten Pekalongan, Jawa-tengah. Prasasti bermediakan batu, beraksara

Lebih terperinci

BAB 2 : KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA MASA HINDU-BUDDHA Nurul Layyina X IIS 2

BAB 2 : KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA MASA HINDU-BUDDHA Nurul Layyina X IIS 2 BAB 2 : KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA MASA HINDU-BUDDHA Nurul Layyina X IIS 2 A. Teori tentang proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan hindu-buddha di indonesia 1. Masuk dan berkembangnya

Lebih terperinci

PURUSADA SANTHA (BABAK I)

PURUSADA SANTHA (BABAK I) DESKRIPSI KARYA TARI ORATORIUM PURUSADA SANTHA (BABAK I) Oleh : I Gede Oka Surya Negara, SST.,M.Sn. Produksi ISI Denpasar dipergelarkan dalam rangka Dharma Santi Nasional,Perayaan Hari Raya Nyepi Tahun

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Simpulan

BAB V PENUTUP A. Simpulan BAB V PENUTUP A. Simpulan Penelitian mengenai novel Ken Arok Ken Dedes: Sebuah Roman Epik Cinta Penuh Darah dan legenda Gunung Kemukus serta implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMK telah selesai

Lebih terperinci

PESAN MORAL DALAM CERITA RAKYAT RARA JONGGRANG

PESAN MORAL DALAM CERITA RAKYAT RARA JONGGRANG PESAN MORAL DALAM CERITA RAKYAT RARA JONGGRANG Ahmad Dwi Nugroho Sastra Jawa, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, Depok, Jawa Barat, 16424, Indonesia Ahmaddwinugroho13@gmail.com

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR

GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR 1. Terbentuknya Suku Banjar Suku Banjar termasuk dalam kelompok orang Melayu yang hidup di Kalimantan Selatan. Suku ini diyakini, dan juga berdasar data sejarah, bukanlah penduduk

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN

BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN Para ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai pembagian gaya seni candi masa Majapahit maupun Jawa Timur antara lain adalah: Pitono Hardjowardojo (1981), Hariani Santiko

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Bakker, J. W. M Ilmu Prasasti Indonesia. Yogyakarta: Jurusan Sejarah. Budaya IKIP Universitas Sanata Dharma.

DAFTAR PUSTAKA. Bakker, J. W. M Ilmu Prasasti Indonesia. Yogyakarta: Jurusan Sejarah. Budaya IKIP Universitas Sanata Dharma. DAFTAR PUSTAKA Bakker, J. W. M. 1972. Ilmu Prasasti Indonesia. Yogyakarta: Jurusan Sejarah Budaya IKIP Universitas Sanata Dharma. Boechari. 1977. Epigrafi dan Sejarah Indonesia. Melacak Sejarah Kuno Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dikenal sebagai salah satu Kerajaan Maritim terbesar di Indonesia. Wilayah

I. PENDAHULUAN. dikenal sebagai salah satu Kerajaan Maritim terbesar di Indonesia. Wilayah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jauh sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk dan memerdekakan diri pada 17 Agustus 1945, bangsa ini pernah menemukan atau memiliki sebuah masa kejayaan yang

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. Kamajaya,Karkono,Kebudayaan jawa:perpaduannya dengan islam,ikapi,yogja,1995 2

BAB II PEMBAHASAN. Kamajaya,Karkono,Kebudayaan jawa:perpaduannya dengan islam,ikapi,yogja,1995 2 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pendidikan adalah upaya menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap insan. Potensi itu berupa kemampuan berbahasa, berfikir, mengingat menciptakan

Lebih terperinci

AVATARA, e-journal Pendidikan Sejarah Volume 4, No. 1, Maret 2016 PEMERINTAHAN WISNUWARDHANA DITINJAU DARI SEGI POLITIK DAN KEAGAMAAN ( )

AVATARA, e-journal Pendidikan Sejarah Volume 4, No. 1, Maret 2016 PEMERINTAHAN WISNUWARDHANA DITINJAU DARI SEGI POLITIK DAN KEAGAMAAN ( ) PEMERINTAHAN WISNUWARDHANA DITINJAU DARI SEGI POLITIK DAN KEAGAMAAN (1248-1268) Feni Damayanti Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Surabaya E-mail: fenidamayanti46@gmail.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan berbasis agraris/pertanian

I. PENDAHULUAN. Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan berbasis agraris/pertanian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan berbasis agraris/pertanian yang ada di Jawa. Sebelum daerah ini menjadi salah satu kerajaan yang berbasis Islam, di daerah

Lebih terperinci

KAJIAN STRUKTURAL DALAM SERAT PARARATON: KEN ANGROK

KAJIAN STRUKTURAL DALAM SERAT PARARATON: KEN ANGROK KAJIAN STRUKTURAL DALAM SERAT PARARATON: KEN ANGROK Oleh : Diana Prastika program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa diana_prastika@yahoo.co.id Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 4. INDONESIA MASA HINDU BUDHALatihan Soal 4.3

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 4. INDONESIA MASA HINDU BUDHALatihan Soal 4.3 SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 4. INDONESIA MASA HINDU BUDHALatihan Soal 4.3 1. Hipotesis yang menyebutkan bahwa agama dan kebudayaan Hindu dibawa ke Indonesia oleh para pedagang adalah hipotesis...

Lebih terperinci

Di samping itu, Sultan HB VII juga menggunakan taktik dengan mengulur waktu dan mencegah penyerahan secara total semua yang diminta oleh pemerintah

Di samping itu, Sultan HB VII juga menggunakan taktik dengan mengulur waktu dan mencegah penyerahan secara total semua yang diminta oleh pemerintah BAB VI KESIMPULAN Dari pengungkapan sejumlah fakta dan rekonstruksi yang dilakukan, penelitian ini menarik sejumlah kesimpulan sebagai berikut ini : Sultan Hamengku Buwono VII adalah seorang raja yang

Lebih terperinci

Medang Dalam Lintasan Sejarah Indonesia Kuno. Oleh : Slamet Pinardi

Medang Dalam Lintasan Sejarah Indonesia Kuno. Oleh : Slamet Pinardi Medang Dalam Lintasan Sejarah Indonesia Kuno Oleh : Slamet Pinardi Pengantar Perjalanan Sejarah Indonesia Kuno diawali dengan masuknya pengaruh kebudayaan India ke Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan

Lebih terperinci

SIMBOL RAMA DALAM EPOS RAMAYANA BAGI RAJA DAN MASYARAKAT JAWA. Wachid Eko Purwanto. Abstract

SIMBOL RAMA DALAM EPOS RAMAYANA BAGI RAJA DAN MASYARAKAT JAWA. Wachid Eko Purwanto. Abstract SIMBOL RAMA DALAM EPOS RAMAYANA BAGI RAJA DAN MASYARAKAT JAWA Wachid Eko Purwanto Abstract Epic Ramayana is an ancient epics, written in seven kanda consists of 24,000 sloka. Epic Ramayana appeared in

Lebih terperinci

Daftar Pustaka. Atmosudiro, Sumijati Jawa Tengah: Sebuah Potret Warisan Budaya. Jawa Tengah.

Daftar Pustaka. Atmosudiro, Sumijati Jawa Tengah: Sebuah Potret Warisan Budaya. Jawa Tengah. 70 Daftar Pustaka Atmosudiro, Sumijati. 2001. Jawa Tengah: Sebuah Potret Warisan Budaya. Jawa Tengah. Ayatrohaedi. 1978. Kamus Istilah Arkeologi. Jakarta. Bakker S.J.,J.W.M. 1972. Ilmu Prasasti Indonesia.

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Dalam survey lapangan yang dilakukan di Museum Wayang Jakarta, dapat dilihat

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Dalam survey lapangan yang dilakukan di Museum Wayang Jakarta, dapat dilihat BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data a. Survey Lapangan Dalam survey lapangan yang dilakukan di Museum Wayang Jakarta, dapat dilihat rendahnya popularitas wayang di negeri kita sendiri. Tempatnya sangat

Lebih terperinci

1. Menurut pendapat kamu teori atau pendapat mana yang paling kuat terkait dengan

1. Menurut pendapat kamu teori atau pendapat mana yang paling kuat terkait dengan Soal Hal 81 : 1. Menurut pendapat kamu teori atau pendapat mana yang paling kuat terkait dengan masuknya budaya Hindu-Budha? Jelaskan! Jawaban : Menurut saya adalah teori kedua yaitu, teori Waisya. Teori

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. historis berasal dari bahasa latin istoria yang memiliki arti kota istoria yaitu kota ilmu di

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. historis berasal dari bahasa latin istoria yang memiliki arti kota istoria yaitu kota ilmu di II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Konsep Tinjauan Historis Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan historis. Kata

Lebih terperinci

RAJA YANG BERKUASA DI KERAJAAN SRIWIJAYA 1. Dapunta Hyan Srijayanasa. 2. Sri Indrawarman. 3. Rudrawikrama. 4. Wishnu

RAJA YANG BERKUASA DI KERAJAAN SRIWIJAYA 1. Dapunta Hyan Srijayanasa. 2. Sri Indrawarman. 3. Rudrawikrama. 4. Wishnu RAJA YANG BERKUASA DI KERAJAAN SRIWIJAYA 1. Dapunta Hyan Srijayanasa 2. Sri Indrawarman 3. Rudrawikrama 4. Wishnu 5. Maharaja 6. Balaputera Dewa 7. Sri Udayadityawarman 8. Sri Udayaditya 9. Sri Sudamaniwarmadewa

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya.

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya. BAB 2 DATA DAN ANALISIS 2.1. Legenda Hanoman 2.1.1 Perang Wanara dan Raksasa Setelah lakon Hanoman Obong. Hanoman kembali bersama Sri Rama dan Laskmana beserta ribuan pasukan wanara untuk menyerang Alengka

Lebih terperinci

3. Kehidupan ekonomi kerajaan Kalingga :

3. Kehidupan ekonomi kerajaan Kalingga : Kerajaan Kalingga 1. Sejarah kerajaan Kalingga dimulai pada abad ke-6 dan merupakan sebuah kerajaan dengan gaya India yang terletak di pesisir utara Jawa Tengah. Belum diketahui secara pasti dimana pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ilmiah tentang peninggalan masa lalu manusia. Di dalam ilmu arkeologi terdapat subsub

BAB I PENDAHULUAN. ilmiah tentang peninggalan masa lalu manusia. Di dalam ilmu arkeologi terdapat subsub BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Rekonstruksi kehidupan masa lalu manusia merupakan pekerjaan yang tidak putus bagi akademisi dan peneliti dari disiplin arkeologi. Arkeologi melakukan

Lebih terperinci

SILABUS. I. Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini membahas mengenai perkembangan kebudayaan di nusantara pada periode Hindu-Budha.

SILABUS. I. Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini membahas mengenai perkembangan kebudayaan di nusantara pada periode Hindu-Budha. UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI FRM/FISE/46-01 12 Januari 2009 SILABUS Fakultas : Ilmu Sosial Ekonomi Jurusan/Program Studi : Pendidikan Sejarah/Ilmu Sejarah Mata Kuliah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan kata Inggris folklore. Kata itu adalah kata majemuk, yang berasal dari dua kata dasar folk dan

Lebih terperinci

GAYATRI DALAM SEJARAH SINGHASARI DAN MAJAPAHIT 1

GAYATRI DALAM SEJARAH SINGHASARI DAN MAJAPAHIT 1 16 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Ketujuh, Nomor 2, Desember 2013 GAYATRI DALAM SEJARAH SINGHASARI DAN MAJAPAHIT 1 Deny Yudo Wahyudi 1 Jurusan Sejarah FIS Universitas Negeri Malang Abstrak: Gayatri is an important

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kerajaan Jawa dipegang oleh raja baru dari Kerajaan Majapahit. Majapahit merupakan

I. PENDAHULUAN. kerajaan Jawa dipegang oleh raja baru dari Kerajaan Majapahit. Majapahit merupakan I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Setelah era kerajaan Kediri mengakhiri kekuasaannya akibat penyerbuan dari Raden Wijaya sebagai aksi pembalasan karena telah menghancurkan Singhasari, praktis percaturan

Lebih terperinci

KERAJAAN DEMAK. Berdirinya Kerajaan Demak

KERAJAAN DEMAK. Berdirinya Kerajaan Demak KERAJAAN DEMAK Berdirinya Kerajaan Demak Pendiri dari Kerajaan Demak yakni Raden Patah, sekaligus menjadi raja pertama Demak pada tahun 1500-1518 M. Raden Patah merupakan putra dari Brawijaya V dan Putri

Lebih terperinci

PEDOMAN BELAJAR. Menghadapi Raksasa (Pelajaran 1) Ucapkan doa singkat bersama anak-anak sebelum Anda memulai pelajaran.

PEDOMAN BELAJAR. Menghadapi Raksasa (Pelajaran 1) Ucapkan doa singkat bersama anak-anak sebelum Anda memulai pelajaran. PEDOMAN BELAJAR Menghadapi Raksasa (Pelajaran 1) Pelajaran 1: Samuel pergi ke Bethlehem Ayat Panduan: 1 Samuel 16: 1 11 Pengajar: Waktu Belajar: 40 menit Tujuan Belajar: Tujuan 1: Agar anak-anak tahu betapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada sekitar abad IV sampai pada akhir abad XV M, telah meninggalkan begitu banyak peninggalan arkeologis.

Lebih terperinci

THE WARRIOR S CALL #4 - PANGGILAN PAHLAWAN #4 GRADE A LOYALTY - KESETIAAN GRADE A

THE WARRIOR S CALL #4 - PANGGILAN PAHLAWAN #4 GRADE A LOYALTY - KESETIAAN GRADE A THE WARRIOR S CALL #4 - PANGGILAN PAHLAWAN #4 GRADE A LOYALTY - KESETIAAN GRADE A PEMBUKAAN: Hari ini kita masuk di bagian akhir dari seri khotbah The Warrior s Call. Saya percaya minggu demi minggu, firman

Lebih terperinci

WATU GATENG DAN WATU GILANG KOTAGEDE. Theresiana Ani Larasati

WATU GATENG DAN WATU GILANG KOTAGEDE. Theresiana Ani Larasati WATU GATENG DAN WATU GILANG KOTAGEDE Theresiana Ani Larasati Kotagede sebagai bekas ibukota kerajaan memiliki beberapa peninggalan bersejarah, di antaranya Watu Gateng dan Watu Gilang. Kedua peninggalan

Lebih terperinci

5.1 Visualisasi Gajah Mada. Gambar 5.1 Visualisasi Gajah Mada

5.1 Visualisasi Gajah Mada. Gambar 5.1 Visualisasi Gajah Mada 5.1 Visualisasi 5.1.1 Gajah Mada Gambar 5.1 Visualisasi Gajah Mada 24 25 Konsep dasar dari visualisasi Gajah dari visualisasi Gajah Mada adalah seorang yang keras, tegas, dan kuat. Kostum Gajah Mada dibuat

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) LOKASI SD NEGERI WONOSARI 4

LAPORAN AKHIR PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) LOKASI SD NEGERI WONOSARI 4 LAPORAN AKHIR PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) LOKASI SD NEGERI WONOSARI 4 Oleh: AJENG MURTI ARMITASARI NIM. 12108244064 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL LEMBAGA PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

Kidung Sunda Pride, Sacrifice, Greed and Love

Kidung Sunda Pride, Sacrifice, Greed and Love BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 5.1. Desain Title Untuk desain title, penulis menggunakan font "Blackadder ITC" yang memiliki cita rasa klasik dan tradisional. Warna yang digunakan adalah Coklat tua.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memikat perhatian para peneliti, salah satunya adalah kakawin yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. memikat perhatian para peneliti, salah satunya adalah kakawin yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam khazanah sastra Jawa Kuna (kawi) memang telah sejak lama memikat perhatian para peneliti, salah satunya adalah kakawin yang merupakan sastra Jawa Kuna yang berbentuk

Lebih terperinci

A. Kertanegara B. Raden Wijaya C. Jayawardhana D. Hayam Wuruk E. Tribuanatunggadewi 8. Kitab Sutasoma dikarang oleh seorang pujangga Kerajaan

A. Kertanegara B. Raden Wijaya C. Jayawardhana D. Hayam Wuruk E. Tribuanatunggadewi 8. Kitab Sutasoma dikarang oleh seorang pujangga Kerajaan 1. Agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang India. Pernyataan tersebut sesuai dengan teori. A. Brahmana B. Ksatria C. Waisya D. Sudra E. Paria 2. Salah satu bagian dari kitab weda yang

Lebih terperinci

MENGHARGAI PENINGGALAN SEJARAH. By : Arista Ninda Kusuma / PGSD USD

MENGHARGAI PENINGGALAN SEJARAH. By : Arista Ninda Kusuma / PGSD USD MENGHARGAI PENINGGALAN SEJARAH By : Arista Ninda Kusuma / PGSD USD STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR 1. Memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA

PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: PENDIDIKAN PANCASILA Pancasila Dalam Sejarah Perjuangan Bangsa (Pra Kemerdekaan) Fakultas MKCU Drs. AMIRUDDIN, S.P.d. MM Program Studi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN Soekarno pernah mengatakan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. keberlangsungan kehidupan manusia tersebut. Berawal dari proses produksi serta

BAB I. Pendahuluan. keberlangsungan kehidupan manusia tersebut. Berawal dari proses produksi serta BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia akan benda pakai menjadi salah satu faktor pendorong manusia untuk menciptakan suatu bentuk karya untuk menunjang keberlangsungan kehidupan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa, baik yang sudah lama hidup di Indonesia maupun keturunan asing seperti keturunan

Lebih terperinci

Kelas V Semester 1. I. Berilah tanda silang (X) pada huruf a,b,c, atau d di depan jawaban yang paling benar!

Kelas V Semester 1. I. Berilah tanda silang (X) pada huruf a,b,c, atau d di depan jawaban yang paling benar! Kelas V Semester 1 Standar Kompetensi : : Kemampuan memahami: (1) Keragaman kenampakan alam, sosial, budaya, dan kegiatan ekonomi di Indonesia; (2) Perjalanan bangsa Indonesia pada masa Hindu- Buddha,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali dikenal sebagai salah satu penyimpanan naskah-naskah kuna warisan nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai penyimpanan naskah-naskah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Candi adalah bangunan yang menggunakan batu sebagai bahan utamanya. Bangunan ini merupakan peninggalan masa kejayaan Hindu Budha di Indonesia. Candi dibangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu animisme dan dinamisme. Setelah itu barulah masuk agama Hindu ke

BAB I PENDAHULUAN. yaitu animisme dan dinamisme. Setelah itu barulah masuk agama Hindu ke 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebelum datangnya Islam masyarakat Indonesia masih percaya akan kekuatan roh nenek moyang yang merupakan sebuah kepercayaan lokal yaitu animisme dan dinamisme.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia kaya akan keragaman seni kebudayaan yang perlu dilestarikan oleh generasi selanjutnya. Salah satunya yang berhubungan dengan pementasan yaitu seni teater.

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 4, 1988 (ADMINISTRASI. HANKAM. ABRI. Warga Negara. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB 3: TINJAUAN LOKASI

BAB 3: TINJAUAN LOKASI BAB 3: TINJAUAN LOKASI 3.1. Tinjauan Kantor PT. Taman Wisata Candi Prambanan Borobudur dan Ratu Boko Yogyakarta 2.1.1 Profil Kantor PT. Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko PT. Taman Wisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sesuai dengan berkembangnya zaman, kita perlu tahu tentang sejarahsejarah perkembangan agama dan kebudayaan di Indonesia. Dengan mempelajarinya kita tahu tentang sejarah-sejarahnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Pagaruyung. Kesimpulan yang dapat diambil dari latar belakang kerajaan Pagaruyung adalah, bahwa terdapat tiga faktor yang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Secara kronologis, sejarah Indonesia meliputi masa prasejarah, hindu-budha, masa

BAB I. PENDAHULUAN. Secara kronologis, sejarah Indonesia meliputi masa prasejarah, hindu-budha, masa BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara kronologis, sejarah Indonesia meliputi masa prasejarah, hindu-budha, masa pengaruh islam dan masa pengaruh eropa. Bagian yang menandai masa prasejarah, antara

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 18 /KPTS/013/2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 18 /KPTS/013/2015 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 18 /KPTS/013/2015 TENTANG PENETAPAN SATUAN RUANG GEOGRAFIS KAWASAN PENANGGUNGAN SEBAGAI KAWASAN CAGAR BUDAYA PERINGKAT PROVINSI GUBERNUR JAWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan a. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya di dunia manusia mengalami banyak peristiwa baik itu yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Terkadang beberapa

Lebih terperinci

BAB 2 DATA & ANALISA

BAB 2 DATA & ANALISA BAB 2 DATA & ANALISA 2.1 DATA & LITERATUR Data dan informasi yang dipakai dalam pembuatan tugas akhir ini diperoleh dari beberapa sumber, antara lain : 1. Literatur. Pencarian bahan berasal dari buku,

Lebih terperinci

Kerajaan Ternate dan Tidore. Oleh Kelompok 08 : Faiqoh Izzati Salwa (08) Muhammad Anwar R (21) Shela Zahidah Wandadi (27)

Kerajaan Ternate dan Tidore. Oleh Kelompok 08 : Faiqoh Izzati Salwa (08) Muhammad Anwar R (21) Shela Zahidah Wandadi (27) Kerajaan Ternate dan Tidore Oleh Kelompok 08 : Faiqoh Izzati Salwa (08) Muhammad Anwar R (21) Shela Zahidah Wandadi (27) 1 Letak Kerajaan Sejarah Berdirinya Keadaan Kerajaan Kerajaan Ternate dan Tidore

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang berlatar belakang Hindu atau Buddha di Indonesia, khususnya di Jawa. Orangorang di Jawa Timur menyebut

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 SEJARAH KERAJAAN CIREBON DAN KERAJAAN BANTEN Disusun Oleh Kelompok 3 Rinrin Desti Apriani M. Rendi Arum Sekar Jati Fiqih Fauzi Vebri Ahmad UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 KERAJAAN CIREBON Kerajaan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 145 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN HIASAN GARUDEYA DI KABUPATEN SIDOARJO SEBAGAI BENDA CAGAR BUDAYA PERINGKAT PROVINSI GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dananjaya (dalam Purwadi 2009:1) menyatakan bahwa kata folklor berasal dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. Kata folk berarti

Lebih terperinci

PERJUANGAN BERDARAH UMAT ALLAH

PERJUANGAN BERDARAH UMAT ALLAH PERJUANGAN BERDARAH UMAT ALLAH Kitab Makabe terutama menceritakan peperangan antara bangsa Yahudi dengan bangsa Siria. Kitab ini menonjolkan sikap sejumlah tokoh Yahudi yang gagah berani, tidak gentar

Lebih terperinci

JURNAL PERAN MPU BHARADA DALAM BIDANG SOSIAL DAN POLITIK PADA MASA RAJA AIRLANGGA DI KERAJAAN KAHURIPAN

JURNAL PERAN MPU BHARADA DALAM BIDANG SOSIAL DAN POLITIK PADA MASA RAJA AIRLANGGA DI KERAJAAN KAHURIPAN JURNAL PERAN MPU BHARADA DALAM BIDANG SOSIAL DAN POLITIK PADA MASA RAJA AIRLANGGA DI KERAJAAN KAHURIPAN ROLE OF THE BHARAA MPU IN THE SOCIAL AND POLITICAL FIELD OF KING AIRLANGGA IN THE KAHURIPAN KINGDOM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan sastra nusantara sungguh tidak dapat diragukan lagi keberadaannya.

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan sastra nusantara sungguh tidak dapat diragukan lagi keberadaannya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekayaan sastra nusantara sungguh tidak dapat diragukan lagi keberadaannya. Akan tetapi, masyarakat umum cenderung terjebak pada istilah sastra pada bentuk sastra

Lebih terperinci