Unnes Journal of Public Health

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Unnes Journal of Public Health"

Transkripsi

1 UJPH 2 (1) (2013) Unnes Journal of Public Health htt://journal.unnes.ac.id/sju/index.h/ujh HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU Anggie Mareta Rosiana Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia. Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima Oktober 2012 Disetujui November 2012 Diublikasikan Januari 2013 Keywords: Physical condition of houses Cases of ulmonary TB Work Area Of Health Center. Abstrak Rumah yang tidak kesehatan meruakan faktor risiko enyakit tuberkulosis aru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kondisi fisik rumah dengan kejadian Tuberkulosis aru (TB aru) di wilayah kerja. Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan rancangan enelitian kasus kontrol. Poulasi dalam enelitian ini adalah enderita TB aru dan bukan enderita TB aru (enderita gastritis) yang berjumlah 52 orang. Teknik engambilan samel menggunakan urosive samling. Dari hasil enelitian didaatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jenis lantai ( value = 0,025 dan OR = 4,792), jenis dinding ( value = 0,035 dan OR = 5,333), intensitas encahayaan ( value = 0,023 dan OR = 3,889), kelembaban ( value = 0,032 dan OR = 4,033) dengan kejadian TB aru. Tidak ada hubungan antara keadatan hunian ruang tidur ( value = 0,163), luas ventilasi ( value = 0,569), dan suhu ( value = 0,337) dengan kejadian TB aru. Disarankan ada ihak-ihak terkait untuk berartisiasi dalam mengurangi kejadian TB aru di wilayah kerja. Abstract Houses without health requirement are risk factor of ulmonary tuberculosis. This study determines correlation between hysical condition of houses and ulmonary tuberculosis cases in work area of health center in Kedungmundu, Semarang. This research alied observational methods with design of case control. The oulation were atients with ulmonary TB and non ulmonary TB (gastritis atients), amounting to 52 eole. Samling technique alied urosive samling. The result showed there were significant correlation between floor tyes ( value = and OR = 4.792), wall tyes ( value = and OR = 5.333), lighting intensity ( value = and OR = 3.889), humidity ( value = and OR = 4.033) with ulmonary TB cases. No correlation between residential bedrooms density ( value = 0.163), ventilation vast ( value = 0.569), temerature ( value = 0.337) with ulmonary TB cases. It is advised that relevant arties to articiate in reducing ulmonary TB cases in work area of Kedungmundu Health Center in Semarang Universitas Negeri Semarang Alamat koresondensi: Gedung F1 lantai 2 Kamus Sekaran, Gunungati, Semarang Indonesia fik-unnes-smg@telkom.net ISSN

2 PENDAHULUAN Penyakit Tuberkulosis (TB) aru masih menjadi masalah kesehatan dunia dimana WHO (World Health Organization) melaorkan bahwa setengah ersen dari enduduk dunia terserang enyakit ini, sebagian besar berada di negara berkembang yaitu sekitar 75%, salah satu diantaranya di Indonesia. Setia tahun ditemukan kasus baru TB BTA ositif dengan kematian enderita. Menurut catatan Deartemen Kesehatan, seertiga enderita tersebut ditemukan di rumah sakit dan seertiga lagi di uskesmas, sisanya tidak terdeteksi dengan baik (Nizar, 2010:1). Tuberkulosis (TB) di seluruh dunia menyerang 10 juta orang dan menyebabkan 3 juta kematian setia tahun. Di negara maju, TB aru menyerang 1 er oulasi. TB aru aling sering menyerang masyarakat Asia, Cina, dan India Barat. Transmisi melalui udara dan kontak dekat daat menyebarkan enyakit. Orang lanjut usia, orang yang malnutrisi, atau orang dengan enekanan sistem imun (infeksi HIV, diabetes melitus, terai kortikosteroid, alkoholisme, limfoma intercurrent) lebih mudah terkena. Perbaikan keadaan rumah dan nutrisi mengurangi insidensi (Jeremy. dkk., 2006:81). Berdasarkan enelitian WHO (2009) dalam Nizar (2010), bahwa keberhasilan emerintah dalam menerakan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) menunjukkan adanya kemajuan dari 22 negara yang termasuk high burden country. Dimana Indonesia ada tahun 2009 menduduki rangking kelima setelah India, China, Afrika Selatan, dan Nigeria yang sebelumnya dilaorkan sebagai rangking tiga besar dunia. Berdasarkan informasi dari rumah sakit khusus infeksi yaitu RS Prof.dr.Sulianti Saroso, di Indonesia setia tahun terdaat 583 ribu kasus tuberkulosis dan 140 ribu diantaranya meninggal dunia setia tahunnya. Jika dihitung, setia hari sebanyak 425 orang meninggal akibat tuberkulosis (Th.Erlien, 2008:41). Pada tahun 2010 di Jawa Tengah terdaat kasus dengan BTA ositif mengalami eningkatan sebanyak kasus. Kasus tuberkulosis aru tersebut tersebar di 35 kabuaten atau kota. Dari 35 kabuaten atau kota di Jawa Tengah, Kota Semarang memunyai kasus BTA ositif yang tinggi dengan jumlah kasus ada tahun 2010 sebesar 884 kasus (Dinkes Pro Jateng, 2010). Pada tahun 2011, Kota Semarang menduduki eringkat ke 6 dari 35 kabuaten atau kota di Jawa Tengah setelah Cilaca, Brebes, Banyumas, Tegal, dan Pemalang dengan jumlah BTA ositif sebanyak 990 kasus (Dinkes Pro Jateng, 2011). Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang, enanganan enyakit tuberkulosis meruakan rioritas utama yang dilakukan oleh DKK selain enyakit HIV dan DBD. Hal tersebut dikarenakan di Semarang kejadian enyakit TB banyak ditemukan dan setia tahunnya meningkat. Dinas Kesehatan Kota Semarang mencatat susek TB ada tahun 2011 meningkat sebanyak 24 ersen dari tahun Pada tahun 2010 ditemukan sebanyak kasus dengan BTA ositif 879 kasus meningkat menjadi kasus ada tahun 2011 dari target susek sebanyak kasus dengan TB Basil Tahan Asam (BTA) ositif juga meningkat yaitu mencaai 990 kasus. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2011, jumlah asien TB aru BTA ositif sebanyak 990 kasus. Dari 990 kasus tersebut 557 asien berobat di uskesmas dan sisanya berobat di rumah sakit dan elayanan kesehatan lainnya. Di Kota Semarang terdaat 37 uskesmas yang tersebar di 16 kecamatan. Dari 37 uskesmas tersebut, Puskesmas Kedungmundu meruakan uskesmas yang memunyai jumlah kasus dan enemuan BTA ositif tertinggi di Kota Semarang dengan jumlah kasus 63 asien dengan BTA ositif sebanyak 48 kasus. Rumah meruakan salah satu kebutuhan okok manusia disaming sandang dan aan, sehingga rumah harus sehat agar enghuninya daat bekerja secara roduktif. Konstruksi rumah dan lingkungannya yang tidak kesehatan meruakan faktor risiko sebagai sumber enularan berbagai enyakit, salah satunya adalah enyakit tuberkulosis. Penyakit tuberkulosis erat kaitannya dengan kondisi sanitasi erumahan yang tidak sehat. Aabila dalam satu rumah terdaat enderita TB aru, maka anggota keluarga yang lain rentan terhada enularan enyakit TB aru (Soedjajadi Keman, 2005:39). Kesehatan erumahan adalah kondisi fisik, kimia, dan biologik di lingkungan rumah dan erumahan sehingga memungkinkan enghuni atau masyarakat memeroleh derajat kesehatan yang otimal. Menurut rofil kesehatan Kota Semarang tahun 2010, jumlah rumah yang ada sebanyak unit, sedangkan kategori rumah yang kesehatan sebanyak rumah (85,52%) dari rumah yang dilakukan emeriksaan. Sisanya rumah belum diketahui aakah sudah kesehatan atau belum. Dari rumah yang tidak kesehatan tersebut, kemungkinan besar terdaat enderita TB aru. Berdasarkan uraian ada latar belakang tersebut, maka eneliti akan melakukan enelitian dengan judul Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah Dengan di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk dalam jenis enelitian survei analitik dengan rancangan endekatan kasus kontrol. Dalam enelitian ini sekelomok kasus (kelomok yang menderita efek / enyakit yang sedang diteliti) dibandingkan dengan kelomok kontrol (kelomok yang tidak menderita efek/enyakit yang sedang diteliti) (Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismail, 1995:79). Poulasi dalam enelitian ini terdiri dari oulasi kasus yaitu seluruh enderita TB aru yang didiagnosis tuberkulosis aru BTA ositif di Puskesmas Kedungmundu dari bulan Januari samai Desember tahun 2011, baik yang masih berobat atauun sembuh yang berjumlah 48 orang. Poulasi kontrol yaitu bukan enderita TB Paru, tidak tercatat sebagai asien TB aru, dan tidak menderita gejala-gejala TB aru yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu. Samel enelitian terdiri dari samel kasus berjumlah 26 orang dan samel kontrol berjumlah 26 orang. Cara engambilan samel dalam enelitian ini adalah menggunakan Purosive Samling yaitu engambilan samel yang didasarkan ada suatu ertimbangan tertentu yang dibuat oleh eneliti, berdasarkan ciri atau sifat-sifat oulasi yang sudah diketahui sebelumnya. Variabel yang diukur meliuti variabel bebas: jenis lantai, jenis dinding, keadatan hunian ruang tidur, luas ventilasi, intensitas encahayaan, kelembaban, dan suhu. Variabel terikat : kejadian TB aru. Dan variabel engganggu: umur, status sosial ekonomi, tingkat endidikan, dan riwayatkontak dengan enderita TB aru. Instrumen enelitian menggunakan anduan kuesioner dan lembar observasi, lux meter, rollmeter, dan thermohygrometer. Teknik engambilan data dilakukan dengan wawwncara, observasi, engukuran, dan dokumentasi. Analisis data enelitian menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan uji Chi-Square. HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Lantai Hubungan antara jenis lantai dengan uskesmas Kedungmundu Kota Semarang Dari hasil uji chi-square, dieroleh value sebesar 0,025 (< 0,05), maka Ho ditolak, artinya ada hubungan antara jenis lantai dengan kejadian TB aru di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. Perhitungan risk estimate didaatkan OR = 4,792 dengan 95%CI= 1,136 20,211, menunjukkan bahwa resonden yang jenis lantainya tidak memunyai risiko 4,792 kali lebih besar menderita TB dariada resonden yang jenis lantainya. Jenis lantai meruakan faktor risiko terjadinya tuberkulosis aru seerti halnya lantai yang berasal dari tanah akan memiliki eran terhada kejadian tuberkulosis aru. Hal tersebut dikarenakan lantai tanah cenderung menimbulkan kelembaban sehingga akan memermudah enularan enyakit tuberkulosis aru. Hasil enelitian ini sesuai dengan enelitian yang dilakukan Hema Novita (2011:65) di Puskesmas Sarang Kabuaten Rembang didaatkan hasil yang sama yaitu terdaat hubungan antara jenis lantai dengan kejadian TB aru dengan value = 0,021. Pada enelitian lain yang dilakukan oleh Ayu Kharismawati (2008:65) di wilayah kerja Puskesmas Wonoringgo Kabuaten Pekalongan yang menunjukkan hasil yang selaras bahwa terdaat hubungan antara jenis lantai dengan kejadian TB Paru dieroleh dari value = 0,001 (< 0,05) dan OR sebesar 8,29 yang berarti bahwa resonden yang tinggal di rumah dengan lantai yang tidak memunyai risiko untuk terkena tuberkulosis aru 8,29 kali besar dariada resonden yang tinggal di rumah dengan jenis lantai yang. Menurut Ke. Menkes RI No. 829/ Menkes/SK/VII/1999, jenis lantai yang kesehatan adalah yang keda air dan mudah dibersihkan. Bahan lantai berua lester, ubin, orselen, atau keramik. Bahan lantai yang keda air daat menghindari naiknya air tanah sehingga mencegah kelembaban. Jenis lantai yang terbuat dari bahan yang tidak kesehatan daat menjadi temat tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme 2 3

3 Tabel 1. Hubungan antara Jenis Lantai dengan Kejadian TB Paru Jenis Lantai OR 95%CI T i d a k 10 38,5 3 11, ,0 Memenuhi 16 61, , ,0 0,025 1,136-20,211 4,792 Tabel 5. Hubungan Intensitas Pencahayaan dengan Kejadian Tuberkulosis Intensitas Pencahayaan OR 95%CI T i d a k 20 76, , ,5 Memenuhi 6 23, , ,5 0,023 1,178 12,841 3,889 Tabel 2. Hubungan Jenis Dinding dengan Jenis Dinding T i d a k Memenuhi 8 30,8 2 7, , , , ,8 OR 95%CI 0,035 5,333 1,008 28,209 Tabel 6. Hubungan kelembaban dengan Kejadian Tuberkulosis aru Kelembaban OR 95%CI T i d a k 11 42,3 4 15, ,8 Memenuhi 15 57, , ,2 0,032 4,033 1,078 15,086 Tabel 3. Hubungan Keadatan Hunian Ruang Tidur dengan Kejadian Tuberkulosis Keadatan Hunian Ruang Tidur Tidak 17 65, , ,8 Memenuhi 9 34, , ,2 0,163 Tabel 7. Hubungan suhu dengan Kejadian Tuberkulosis Suhu Tidak 8 30,8 5 19, ,0 Memenuhi 18 69, , ,0 0,337 Tabel 4. Hubungan Luas Ventilasi dengan Kejadian Tuberkulosis Luas Ventilasi Tidak 11 42,3 9 34, ,5 Memenuhi 15 57, , ,5 0,569 atogen salah satunya adalah bakteri enyebab enyakit tuberkulosis aru yaitu Mycobacterium tuberculosis (Dekes RI, 2005:17). Hasil survei di laangan menunjukkan sebagian besar lantai rumah resonden belum ermanen, banyak yang terbuat dari tanah dan belum di keramik. Padahal lantai tanah memiliki eran terhada roses terjadinya TB Paru. Rumah dengan lantai tanah akan menyebabkan kondisi lembab dan enga, yang akan memeranjang daya tahan hidu kuman TBC, untuk itu erlu dilaisi dengan laisan semen atau keramik yang keda air. Jenis Dinding Hubungan antara jenis dinding dengan sebesar 0,035 (< 0,05), maka Ho ditolak, artinya ada hubungan antara jenis dinding dengan Kedungmundu Kota Semarang. Perhitungan risk estimate didaatkan OR = 5,333 dengan 95%CI= 1,008 28,209, menunjukkan bahwa resonden yang jenis dindingnya tidak memunyai risiko 5,333 kali lebih besar menderita TB dariada resonden yang jenis 4 5

4 dindingnya. Hasil enelitian ini selaras dengan enelitian Hariza Adnani (2006:6) di wilayah kerja Puskesmas Karangmojo Kabuaten Gunung Kidul, yang menyatakan bahwa sebagian besar dindingnya tidak dengan OR = 6,95 (95%CI 2,54-18,98) yang artinya bahwa resonden yang dinding rumahnya tidak memunyai risiko untuk menderita TBC aru 6,95 kali lebih tinggi dariada resonden yang dinding rumahnya kesehatan. Pada enelitian lain yang dilakukan oleh Amon Wi Radityo (2003:75) di Kota Pemalang dieroleh hasil bahwa terdaat hubungan yang bermakna antara jenis dinding dengan kejadian TB aru dengan OR=5,320 yang berarti bahwa resonden yang tinggal di rumah dengan dinding yang tidak memunyai risiko 5,320 kali lebih besar terkena TB aru dibandingkan dengan resonden yang dindingnya. Dinding rumah yang keda air berfungsi untuk mendukung atau menyangga ata, menahan angin dan air hujan, melindungi dari anas dan debu dari luar, serta menjaga kerahasiaan ( rivacy) enghuninya (Soedjajadi Keman, 2005:31). Menurut Kemenkes No. 829/ Menkes/SK/VII/1999, dinding rumah harus memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci keda air dan mudah dibersihkan. Dari hasil survei di laangan banyak rumah yang dindingnya terbuat dari aan dan tidak keda air. Dinding yang tidak keda air seerti bambu atau batu bata yang tidak dilester mudah menjadi lembab membuat kuman Mycobacterium tuberculosis bisa bertahan hidu lama, sehingga bisa menjadi sumber enularan enyakit TB aru. Untuk mencegah kelembaban ada dinding yang terbuat dari aan dengan cara mengatur encahayaannya agar cahaya yang masuk dalam rumah cuku dan. Keadatan Hunian Ruang Tidur Hubungan antara keadatan hunian ruang tidur dengan kejadian tuberkulosis aru di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang sebesar 0,163 ( > 0,05), maka Ho diterima, artinya tidak ada hubungan antara keadatan hunian ruang tidur dengan kejadian TB aru di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. Pada asek keadatan enghuni menunjukkan bahwa sebagian besar subjek enelitian, baik ada kasus mauun kontrol, tinggal ada kamar tidur yang tergolong tidak adat enghuni. Tia kamar rata-rata dihuni oleh 2 orang dengan luas kamar yang sebagian besar sudah yaitu 8 m 2 atau lebih. Dengan demikian subjek kasus mauun embanding memunyai eluang yang sama untuk teraar dan menderita TB aru. Hal ini menyebabkan adanya kesamaan keadaan keadatan enghuni antara resonden kasus dan resonden kontrol. Hasil statistik juga menunjukkan tidak ada hubungan antara keadatan hunian ruang tidur dengan kejadian TB aru. Menurut Kemenkes RI No. 829/ Menkes/SK/VII/1999, untuk engukuran rumah sederhana, luas kamar tidur minimal 8 m 2 dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang. Keadatan enghuni meruakan luas lantai dibagi dengan jumlah anggota keluarga enghuni tersebut. Keadatan enghuni dikategorikan standar (2 orang er 8 m 2 ) dan keadatan tinggi (lebih dari 2 orang er 8 m 2 dengan ketentuan anak < 1 tahun tidak dierhitungkan dan umur 1-10 tahun dihitung setengah) (Mukono, 2000:156). Keadatan hunian menentukan insidensi enyakit mauun kematian, terutama di negara Indonesia yang masih banyak sekali terdaat enyakit menular, seerti enyakit ernaasan dan semua enyakit yang menyebar lewat udara misalnya tuberkulosis menjadi mudah sekali menular (Juli Soemirat, 2000:144). Dari survei di laangan dalam rumah resonden rata-rata tia kamar dihuni oleh 2 samai 3 orang, yaitu dihuni suami dan istri atau dengan anaknya. Ada juga yang 1 kamar dihuni hanya 1 orang saja. Rata-rata anak anak yang berumur kurang dari 10 tahun dengan luas kamar tidur yang sudah, sehingga kemungkinan besar TB aru tidak diengaruhi oleh keadatan enghuni ruang tidur. Luas Ventilasi Hubungan antara luas ventilasi dengan sebesar 0,569 ( > 0,05), maka Ho diterima, artinya tidak ada hubungan antara luas ventilasi dengan Kedungmundu Kota Semarang. Menurut Ke. Menkes RI No. 829/ Menkes/SK/VII/1999, luas enghawaan / ventilasi yang ermanen minimal adalah 10% dari luas lantai. Ventilasi berfungsi untuk menjaga agar udara di dalam rumah teta segar, membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri terutama bakteri atogen. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya kadar oksigen, bertambahnya kelembaban udara di dalam ruangan. Pengaruh buruk berkurangnya ventilasi adalah berkurangnya kadar oksigen, bertambahnya kadar gas CO 2, adanya bau enga, suhu udara ruangan naik, dan kelembaban udara ruangan bertambah (Mukono, 2000:156). Hal tersebut bisa menjadi faktor risiko terjadinya TB karena bakteri tuberkulosis daat bertahan hidu dalam waktu lama di temat yang gela dan lembab (Th.Erlien, 2008: 42). Berdasarkan hasil enelitian di laangan didaatkan hasil bahwa (38,5%) luas ventilasi rumah resonden tidak. Hal ini dikarenakan ventilasi yang ada di rumah resonden tidak digunakan dengan semestinya, misalnya jendela yang dibiarkan selalu tertutu dan tidak dibiasakan untuk membuka jendela setia agi, sehingga sebagian besar jendela ada rumah resonden bukan termasuk ventilasi dan tidak diukur dalam enelitian ini, begitu juga luas ventilasi sebagian besar belum yaitu 10% dari luas lantai. Sebaiknya resonden harus memiliki kesadaran untuk membuka jendela setia hari agar rumah tidak enga karena sirkulasi udaranya bisa maksimal. Intensitas Pencahayaan Hubungan antara intensitas encahayaan dengan kejadian tuberkulosis aru di wilayah kerja sebesar 0,023 (< 0,05), maka Ho ditolak, artinya ada hubungan antara intensitas encahayaan dengan kejadian TB aru di wilayah kerja. Perhitungan risk estimate didaatkan OR = 3,889 dengan 95%CI= 1,178 12,841, menunjukkan bahwa resonden yang intensitas encahayaannya tidak memunyai risiko 3,889 kali lebih besar menderita TB dariada resonden yang intensitas encahayaannya. Penelitian ini sama dengan enelitian Singgih Sugiarto (2003:68) di Kota Surakarta yang menyatakan bahwa ada hubungan antara intensitas encahayaan dengan kejadian TB aru. Nilai value = 0,00 < 0,05 dan OR = 6,2 yang berarti resonden yang memiliki intensitas encahayaan rumah yang tidak memiliki risiko 6,2 lebih besar dariada yang intensitas encahayaannya. Cahaya alami seerti matahari sangat enting karena daat membunuh bakteribakteri atogen dalam rumah, misalnya bakteri tuberkulosis. Bakteri Mycobacterium tuberculosis tahan selama 1-2 jam di udara terutama di temat yang lembab dan gela (bisa berbulan-bulan) (Widoyono, 2008:15). Menurut Kemenkes RI No.829/MENKES/SK/VII/1999, intensitas encahayaan minimal yang dierlukan adalah 60 lux dan tidak menyilaukan. Kenyataaan di laangan menunjukkan bahwa 61,5% rumah resonden memiliki intensitas encahayaan yang tidak. Dari ke 3 ruangan yang diukur (ruang tamu, ruang keluarga, dan ruang tidur) ruangannya gela, cahaya matahari yang masuk kurang maksimal dan lamunya juga redu. Hal tersebut yang membuat enularan TB lebih besar dan kuman TB bisa berkembak biak dengan baik. Hendaknya setia rumah harus memunyai encahayaan yang dengan cara membuka jendela tia agi. Kelembaban Hubungan antara kelembaban dengan sebesar 0,032 (< 0,05), maka Ho ditolak, artinya ada hubungan antara kelembaban dengan Kedungmundu Kota Semarang. Perhitungan risk estimate didaatkan OR = 4,033 dengan 95%CI= 1,078 15,086, menunjukkan bahwa resonden yang kelembabannya tidak memunyai risiko 4,033 kali lebih besar menderita TB dariada resonden yang kelembabannya. Hasil ini selaras dengan enelitian Hema novita di Puskesmas Sarang tahun 2009 menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kelembaban dengan kejadian TB aru dengan value = 0,011. Penelitian lain yang dilakukan oleh Singgih Sugiarto (2003:70) juga didaatkan hasil yang menyatakan ada hubungan antara kelembaban dengan kejadian TB aru dengan value = 0,001 dan OR = 4,8 yang berarti bahwa resonden yang tinggal di rumah dengan kelembaban yang tidak memunyai risiko 4,8 kali lebih besar terkena TB Paru dibandingkan dengan resonden dengan kelembaban yang. Kelembaban yang tinggi daat meningkatkan berkembangnya bakteri enyebab enyakit. Salah satunya adalah bakteri Mycobakterium tuberkulosis. Kelembaban yang 6 7

5 nyaman dan baik adalah 40-70% (Dekes RI, 2002:4). Kenyataan di laangan didaatkan hasil bahwa ada beberaa rumah yang kelembabannya tidak. Ada yang suhunya tinggi sehingga kelembabannya menjadi rendah atau sebaliknya, sehingga kuman mycobacterium tuberculosis daat berkembang biak dengan baik. Suhu Hubungan antara suhu dengan kejadian tuberkulosis aru di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang adalah sebagai berikut : sebesar 0,337 (> 0,05), maka Ho diterima, artinya tidak ada hubungan antara suhu dengan Kedungmundu Kota Semarang. Suhu ruangan dalam rumah yang ideal adalah berkisar antara C. Suhu diengaruhi oleh suhu udara luar, ergerakan udara, dan kelembaban suhu ruangan. Suhu juga berengaruh terhada transmisi atau enularan enyakit yaitu bakteri Mycobacterium tuberculosis akan berkembang biak otimum aabila suhu tersedia dalam jumlah yang otimum untuk kehiduannya Berdasarkan Kemenkes No. 829/ Menkes/SK/VII/1999, suhu ruangan dalam rumah yang ideal yaitu berkisar antara o C. Pada saat enelitian di rumah - rumah resonden suhunya bervariasi, hal ini diengaruhi beberaa hal misalnya kelembaban dalam rumah, ventilasinya tertutu, dan jendelanya tidak dibuka sehingga memengaruhi ergerakan udara yang masuk ke dalam rumah tersebut. Berdasarkan hasil di laangan suhu di dalam rumah tia-tia resonden sudah ada 39 rumah (75%) yaitu berkisar antara C sesuai ketentuan dari Kemenkes, dan yang tidak sebanyak 13 rumah (25%). Tetai dari hasil uji statistik didaatkan hasil tidak ada hubungan antara suhu dengan kejadian TB aru. SIMPULAN Ada hubungan antara jenis lantai, jenis dinding, intensitas encahayaan, dan kelembaban rumah dengan kejadian tuberkulosis aru di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. Tidak ada hubungan antara keadatan hunian kamar tidur, luas ventilasi, dan suhu rumah dengan kejadian tuberkulosis aru di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. UCAPAN TERIMAKASIH Dosen beserta staf akademisi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang yang telah membantu dalam enyelesaian enelitian ini. Keala Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang atas ijin enelitiannya. Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu atas artisiasinya dalam enelitian Baak dan Ibuku yang telah memberikan dorongan, semangat, dan do a demi kelancaran dalam enelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Ayu Kharismawati, 2008, Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah Tangga Dengan Kejadian Tuberculosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Wonoringgo Kec. Wonoringgo Kab. Pekalongan tahun Skrisi : Universitas Negeri Semarang Amon Wi Radityo, 2003, Hubungan Kondisi Rumah Dengan Kejadian Penyakit TB Paru di Kecamatan Taman dan Kecamatan Petarukan Kabuaten Pemalang. Skrisi : Universitas Dionegoro Semarang Dinas Kesehatan Proinsi Jawa Tengah, 2009, Profil Kesehatan Provinsi Jawa tengah tahun 2009, Jateng: Dinkes , 2010, Profil Kesehatan Provinsi Jawa tengah tahun 2010, Jateng: Dinkes , 2011, Profil Kesehatan Provinsi Jawa tengah tahun 2011, Jateng: Dinkes Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2011, Profil Kesehatan Kota Semarang tahun 2010, Jateng: Dinkes Dekes RI, 2002, Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Paru, Jakarta: Dekes RI , 2005, Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Paru, Jakarta: Dekes RI Juli Soemirat, 2000, Eidemiologi Lingkungan, Yogyakarta : Gajah Mada University Press Jeremy P.T Ward. Dkk, 2007, At a Glance Sistem Resirasi edisi kedua, Jakarta: Erlangga Keutusan Menteri Kesehatan RI No. 829/ MENKES/ SK/ 1999, 2005, Peran Kesehatan Perumahan Muhamad Nizar, 2010, Pemberantasan Dan Penanggulangan Tuberkulosis, Yogyakarta: Gosyen Publishing Mukono, 2000, Prinsi Dasar Kesehatan Lingkungan, Surabaya: Airlangga University Press Singgih Sugiarto, 2003, Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Penyakit Tuberculosis Paru di Kota Surakarta Tahun Skrisi : Universitas Dionegoro Semarang Soedjajadi Keman, 2005, Kesehatan Perumahan dan Lingkungan Pemukiman, (online) Vol. 2 No. 1 Juli 2005, (htt:// unair.ac.id/filerpdf/kesling df ), diakses 11 Februari 2012 Sudigdo Sastroasmoro, 1995, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Binarua Aksara Th. Erlien, 2008, Penyakit Saluran Pernaasan, Jakarta : Sunda Kelaa Pustaka Widoyono, 2008, Penyakit Trois Eidemiologi, Penularan, Pencegahan, & Pemberantasannya, Jakarta: Gelora Aksara Pratama 8 9

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan TB sebagai kegawatan dunia (Global Emergency), terutama

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan TB sebagai kegawatan dunia (Global Emergency), terutama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa situasi Tuberkulosis (TB) dunia semakin memburuk, dimana jumlah kasus TB meningkat dan banyak yang tidak berhasil disembuhkan.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA Umiati a, Badar Kirwono b, Dwi Astuti a a Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan UMS Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG TB paru merupakan penyakit infeksi kronik dan menular yang erat kaitannya dengan keadaan lingkungan dan prilaku masyarakat. Penyakit TB paru merupakan penyakit infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis Paru (TB Paru) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly Observed Treatment Short-course

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dan bersifat kronis serta bisa menyerang siapa saja (laki-laki,

Lebih terperinci

Unnes Journal of Public Health

Unnes Journal of Public Health UJPH 3 (3) (2014) Unnes Journal of Public Health htt://journal.unnes.ac.id/sju/index.h/ujh HUBUNGAN ANTARA STRATA PHBS TATANAN RUMAH TANGGA DAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN LEPTOSPIROSIS Rizka Auliya

Lebih terperinci

SUMMARY HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DAN LINGKUNGAN LUAR RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA KAIDUNDU KECAMATAN BULAWA KABUPATEN BONE BOLANGO TAHUN 2013

SUMMARY HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DAN LINGKUNGAN LUAR RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA KAIDUNDU KECAMATAN BULAWA KABUPATEN BONE BOLANGO TAHUN 2013 SUMMARY HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DAN LINGKUNGAN LUAR RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA KAIDUNDU KECAMATAN BULAWA KABUPATEN BONE BOLANGO TAHUN 2013 Ariyanto Pakaya NIM 811409138 Program study Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis yang menyerang paru disebut tuberkulosis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penanggulangan Tuberkulosis (TB) di Indonesia sudah berlangsung sejak zaman penjajahan Belanda namun terbatas pada kelompok tertentu. Setelah perang kemerdekaan, TB

Lebih terperinci

melebihi 40-70%, pencahayaan rumah secara alami atau buatan tidak dapat menerangi seluruh ruangan dan menyebabkan bakteri muncul dengan intensitas

melebihi 40-70%, pencahayaan rumah secara alami atau buatan tidak dapat menerangi seluruh ruangan dan menyebabkan bakteri muncul dengan intensitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosis. Kuman Tuberkulosis dapat masuk ke dalam tubuh manusia

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT KONTAK, KELEMBABAN, PENCAHAYAAN, DAN KEPADATAN HUNIAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK DI KABUPATEN SUKOHARJO

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT KONTAK, KELEMBABAN, PENCAHAYAAN, DAN KEPADATAN HUNIAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK DI KABUPATEN SUKOHARJO HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT KONTAK, KELEMBABAN, PENCAHAYAAN, DAN KEPADATAN HUNIAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK DI KABUPATEN SUKOHARJO ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular kronis yang telah lama di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, bakteri ini mampu

Lebih terperinci

FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TB PARU (di Wilayah Kerja Puskesmas Legokjawa Kecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis)

FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TB PARU (di Wilayah Kerja Puskesmas Legokjawa Kecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis) FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TB PARU ( Kecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis) Anne Halyda Mayangsari 1) Kiki Korneliani 2) Jl. Pacuan Kuda Dsn. Sindangsari Ds. Legokjawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Hal ini sangat penting dalam membantu kita untuk melakukan aktivitas kehidupan serta rutinitas sehari-hari. Bila

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KISMANTORO KABUPATEN WONOGIRI PUBLIKASI ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KISMANTORO KABUPATEN WONOGIRI PUBLIKASI ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KISMANTORO KABUPATEN WONOGIRI PUBLIKASI ILMIAH Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGEMPLAK BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGEMPLAK BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGEMPLAK BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : AMALIA KARTIKA SYAFRI J4113124 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di sebagian besar negara di seluruh dunia dan menjadi masalah kesehatan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia, menurut WHO 9 (sembilan) juta orang penduduk dunia setiap tahunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia, menurut WHO 9 (sembilan) juta orang penduduk dunia setiap tahunnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TBC) saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia, menurut WHO 9 (sembilan) juta orang penduduk dunia setiap tahunnya menderita TBC. Diperkirakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGEMPLAK BOYOLALI

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGEMPLAK BOYOLALI HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGEMPLAK BOYOLALI Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta KES MAS ISSN : 1978-0575 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN, STATUS EKONOMI DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ORANG DEWASA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUAN-TUAN KABUPATEN KETAPANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Menurut laporan World Health Organitation

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Tuberkulosis adalah penyakit menular yang ditularkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, merupakan penyebab kematian terutama di negaranegara berkembang di seluruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit TB paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit TB paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit TB paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan merupakan penyakit infeksi kronis menular yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis bersifat tahan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KESEHATAN RUMAH TINGGAL TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA BALITA DI DESA SAMBANGAN KECAMATAN BATI-BATI KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2012

HUBUNGAN KESEHATAN RUMAH TINGGAL TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA BALITA DI DESA SAMBANGAN KECAMATAN BATI-BATI KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2012 HUBUNGAN KESEHATAN RUMAH TINGGAL TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA BALITA DI DESA SAMBANGAN KECAMATAN BATI-BATI KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2012 Nata Lisa Erviana Sari 1, Lenie Marlinae, 2 Frieda Anie Noor 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini paling sering menyerang organ paru dengan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di seluruh dunia. Sampai tahun 2011 tercatat 9 juta kasus baru

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di seluruh dunia. Sampai tahun 2011 tercatat 9 juta kasus baru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan masalah utama bidang kesehatan di seluruh dunia. Sampai tahun 2011 tercatat 9 juta kasus baru TB, dan lebih dari 2 juta orang meninggal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan di dunia karena Mycobacterieum tuberculosa telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia kini mengalami beban ganda akibat penyakit tidak menular terus bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit infeksi menular

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit yang mudah menular dimana dalam tahun-tahun terakhir memperlihatkan peningkatan dalam jumlah kasus baru maupun jumlah angka

Lebih terperinci

Unnes Journal of Public Health

Unnes Journal of Public Health UJPH () (1) Unnes Journal of Public Health htt://journal.unnes.ac.id/sju/index.h/ujh FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA PETUGAS SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MALARIA TINGKAT PUSKESMAS DI

Lebih terperinci

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang sudah ada sejak zaman purbakala. Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan kuno seperti sisa-sisa tulang belakang

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang sudah ada sejak zaman purbakala. Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan kuno seperti sisa-sisa tulang belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang sudah ada sejak zaman purbakala. Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan kuno seperti sisa-sisa tulang belakang manusia dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara epidemiologi, Mycobacterium tuberculosis telah menginfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara epidemiologi, Mycobacterium tuberculosis telah menginfeksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara epidemiologi, Mycobacterium tuberculosis telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Jumlah terbesar kasus tuberkulosis paru terjadi di Asia Tenggara sebesar

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2014 HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA Herlina 1, Erris 2* 1 STIKes Prima Jambi 2 Politeknik Kesehatan Jambi Jurusan Kesehatan Lingkungan *Korespondensi penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh basil TBC. Penyakit paru paru ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh basil TBC. Penyakit paru paru ini sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang menyerang paru paru yang disebabkan oleh basil TBC. Penyakit paru paru ini sangat menular melalui udara atau sering

Lebih terperinci

DELI LILIA Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

DELI LILIA Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK Faktor-Faktor yang Barhubungan dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Petugas Kebersihan dan Keindahan Kota Martapura Kabupaten OKU Timur Tahun 14 DELI LILIA Deli_lilia@ymail.com Dosen Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masuk dalam kategori penyakit infeksi yang bersifat kronik. TB menular langsung melalui udara yang tercemar basil Mycobakterium tuberculosis, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman tuberkulosis ( mycobacterium tuberculosa) yang ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penyakit TBC (Tuberkulosa) merupakan penyakit kronis (menahun) telah lama dikenal masyarakat luas dan ditakuti, karena menular. Namun demikan TBC dapat disembuhkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis paru masih merupakan masalah kesehatan masyarakat terutama di negara - negara berkembang. Setiap tahunnya terdapat 8,6 juta kasus tuberkulosis baru dan

Lebih terperinci

ANALISA DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC) DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

ANALISA DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC) DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO ANALISA DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC) DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO Aan Sunani, Ratifah Academy Of Midwifery YLPP Purwokerto Program Study of D3 Nursing Poltekkes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang baik dan berkeadilan, sebagaimana diatur dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang baik dan berkeadilan, sebagaimana diatur dalam Undang-undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak azazi manusia, setiap individu berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik dan berkeadilan, sebagaimana diatur dalam Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang masih tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia. Penyakit ini termasuk salah satu prioritas nasional

Lebih terperinci

Pengaruh Luas Ventilasi terhadap Kejadian TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo Tahun 2013 BAB I NASKAH PUBLIKASI

Pengaruh Luas Ventilasi terhadap Kejadian TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo Tahun 2013 BAB I NASKAH PUBLIKASI Pengaruh Luas Ventilasi terhadap Kejadian TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo Tahun 2013 BAB I NASKAH PUBLIKASI Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis dapat menyebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukannya kuman penyebab tuberkulosis oleh Robert Koch tahun 1882

BAB I PENDAHULUAN. ditemukannya kuman penyebab tuberkulosis oleh Robert Koch tahun 1882 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit TB Paru telah dikenal lebih dari satu abad yang lalu, yakni sejak ditemukannya kuman penyebab tuberkulosis oleh Robert Koch tahun 1882 menurut (Mansjoer,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberculosis paru (TB paru) merupakan salah satu penyakit infeksi yang prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health Organitation (WHO, 2012)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bone Bolango. Wilayah kerja Puskesmas Kabila Bone terdiri dari 9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bone Bolango. Wilayah kerja Puskesmas Kabila Bone terdiri dari 9 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Puskesmas Kabila Bone merupakan salah satu puskesmas yang terletak di. Wilayah kerja Puskesmas Kabila Bone terdiri dari 9 desa yaitu : Desa Bintalahe, Desa Botubarani, Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi sanitasi lingkungan yang buruk dapat menjadi media penularan penyakit. Terjadinya penyakit berbasis lingkungan disebabkan karena adanya interaksi antara manusia

Lebih terperinci

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DIWILAYAH PUSKESMAS YOSOMULYO KOTA METRO TAHUN 2014 ABSTRAK

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DIWILAYAH PUSKESMAS YOSOMULYO KOTA METRO TAHUN 2014 ABSTRAK HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DIWILAYAH PUSKESMAS YOSOMULYO KOTA METRO TAHUN 2014 Ari Budianto 1) Khoidar Amirus 2) ABSTRAK Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh sejenis mikroba atau jasad renik. Mikroba ini

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh sejenis mikroba atau jasad renik. Mikroba ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan terhadap penyakit menular masih tetap dirasakan, terutama oleh penduduk di negara yang sedang berkembang. Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Candi Lama Kecamatan Candisari Kota Semarang) Esty Kurniasih, Suhartono, Nurjazuli Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis (Kumar dan Clark, 2012). Tuberkulosis (TB) merupakan salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikategorikan high burden countries. Kasus baru Tuberkulosis di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikategorikan high burden countries. Kasus baru Tuberkulosis di dunia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Situasi TB di dunia semakin memburuk, sebahagian besar negara di dunia yang dikategorikan high burden countries. Kasus baru Tuberkulosis di dunia mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman penyebab penyakit Tuberkulosis yang sampai saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di dunia walaupun

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT KONTAK, KELEMBABAN, PENCAHAYAAN, DAN KEPADATAN HUNIAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK DI KABUPATEN SUKOHARJO

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT KONTAK, KELEMBABAN, PENCAHAYAAN, DAN KEPADATAN HUNIAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK DI KABUPATEN SUKOHARJO HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT KONTAK, KELEMBABAN, PENCAHAYAAN, DAN KEPADATAN HUNIAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK DI KABUPATEN SUKOHARJO Skripsi Ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diagnosis yang tepat, pemilihan obat serta pemberian obat yang benar dari tenaga kesehatan ternyata belum cukup untuk menjamin keberhasilan suatu pengobatan jika tidak

Lebih terperinci

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas SKRIPSI HUBUNGAN PERILAKU PENDERITA TB PARU DAN KONDISI RUMAH TERHADAP TINDAKAN PENCEGAHAN POTENSI PENULARAN TB PARU PADA KELUARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUBUK BUAYA PADANG TAHUN 2011 Penelitian Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) paru merupakan satu penyakit menular yang dapat menyebabkan kematian. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan menurut UU No. 23 Tahun 1992 adalah keadaan sejahtera dari

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan menurut UU No. 23 Tahun 1992 adalah keadaan sejahtera dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan menurut UU No. 23 Tahun 1992 adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016 HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016 Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis paru (TB) adalah penyakit infeksi menular kronik yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering terjadi di daerah padat penduduk

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN BBLR DI RSKDIA SITI FATIMAH MAKASSAR 2016

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN BBLR DI RSKDIA SITI FATIMAH MAKASSAR 2016 ANALISIS FAKT RISIKO KEJADIAN BBLR DI RSKDIA SITI FATIMAH MAKASSAR 2016 Rahmawati STIKES Nani Hasanuddin Makassar Alamat koresondensi: Rahmaq320@gmail.com/085395118181 ABSTRAK BBLR adalah bayi dengan berat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang muncul dilingkungan masyarakat. Menanggapi hal itu, maka perawat

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang muncul dilingkungan masyarakat. Menanggapi hal itu, maka perawat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada era sekarang ini tantangan dalam bidang pelayanan keperawatan semakin meningkat. Hal tersebut ditunjukkan dengan semakin banyaknya berbagai penyakit menular yang

Lebih terperinci

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (Tb) merupakan penyakit menular bahkan bisa menyebabkan kematian, penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah kasus yang terus meningkat, terutama negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah kasus yang terus meningkat, terutama negara-negara yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobacterium Tuberculosis. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru.

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAILANG KECAMATAN BUNAKEN KOTA MANADO TAHUN 2014 Merry M. Senduk*, Ricky C. Sondakh*,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit TB Paru merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat. Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) masih merupakan penyebab kesakitan dan kematian utama pada balita (Kartasasmita, 2010). Terdapat 15 negara dengan prediksi kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Laban, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Laban, 2008). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis dan menular yang erat kaitannya dengan keadaan lingkungan dan perilaku masyarakat. TB disebabkan oleh mycobacterium

Lebih terperinci

ANALISA FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU Dhilah Harfadhilah* Nur Nasry Noor** I Nyoman Sunarka***

ANALISA FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU Dhilah Harfadhilah* Nur Nasry Noor** I Nyoman Sunarka*** ANALISA FAKT RISIKO LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU Dhilah Harfadhilah* Nur Nasry Noor** I Nyoman Sunarka*** * Program Studi Pendidikan Dokter UHO ** Bagian Kimia Bahan Alam Prodi Farmasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis : HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI SERTA PERAN KELUARGA TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERAWATAN SUBAN KECAMATAN BATANG ASAM TAHUN 2015 Herdianti STIKES

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkolosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO) dalam satu tahun kuman M.

Lebih terperinci

ABSTRACT. : Ice chocolate, hygiene handler, Coliform, Escherichia coli

ABSTRACT. : Ice chocolate, hygiene handler, Coliform, Escherichia coli HUBUNGAN HIGIENE PENJAMAH DENGAN KUALITAS MIKROBIOLOGIS PADA MINUMAN ES COKLAT DI KOTA SEMARANG (Studi di Kecamatan Tembalang Dan Kecamatan Pedurungan) Dwi Rahayuningsih, Martini,Susiana Purwantisari,

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA TENTANG PENULARAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TANRUTEDONG KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA TENTANG PENULARAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TANRUTEDONG KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA TENTANG PENULARAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TANRUTEDONG KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG INRAS Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sinar matahari, tetapi dapat hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sinar matahari, tetapi dapat hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit TBC Paru merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat. Kuman ini memiliki sifat khusus tahan asam, cepat mati dengan sinar

Lebih terperinci

GAMBARAN KONDISI FISIK RUMAH PASIEN PENDERITA PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TASIKMADU KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI

GAMBARAN KONDISI FISIK RUMAH PASIEN PENDERITA PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TASIKMADU KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI 1 GAMBARAN KONDISI FISIK RUMAH PASIEN PENDERITA PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TASIKMADU KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dan untuk mengenang jasanya bakteri ini diberi nama baksil Koch,

BAB I PENDAHULUAN. Dan untuk mengenang jasanya bakteri ini diberi nama baksil Koch, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan Tuberculosa adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam, makanya dikenal sebagai Batang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variable bebas

BAB III METODE PENELITIAN. Variable bebas 56 BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variable bebas Intensitas Pencahayaan Luas Ventilasi JenisLantai Jenis dinding Kepadatan hunian Kelembaban Variabel Terikat Kejadian Kusta Suhu Frekwensi

Lebih terperinci

PENGARUH KOINSIDENSI DIABETES MELITUS TERHADAP LAMA PENGOBATAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA TAHUN

PENGARUH KOINSIDENSI DIABETES MELITUS TERHADAP LAMA PENGOBATAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA TAHUN PENGARUH KOINSIDENSI DIABETES MELITUS TERHADAP LAMA PENGOBATAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA TAHUN 2008 2009 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. tanah lembab dan tidak adanya sinar matahari (Corwin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. tanah lembab dan tidak adanya sinar matahari (Corwin, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Price & Wilson, 2006). Penyakit ini dapat menyebar melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembagan laju penyakit di Indonesia dewasa ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembagan laju penyakit di Indonesia dewasa ini sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembagan laju penyakit di Indonesia dewasa ini sangat memprihatinkan. Tanpa adanya usaha-usaha pengawasan dan pencegahan yang sangat cepat, usaha-usaha di bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menimbulkan komplikasi kesakitan (morbiditas) dan kematian

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menimbulkan komplikasi kesakitan (morbiditas) dan kematian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tuberkulosis paru masih merupakan masalah utama kesehatan yang dapat menimbulkan komplikasi kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) (FK-UI, 2002).

Lebih terperinci

Jurnal e-biomedik (ebm), Volume 3, Nomor 3, September-Desember 2015

Jurnal e-biomedik (ebm), Volume 3, Nomor 3, September-Desember 2015 HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERAWATAN SIKO KECAMATAN TERNATE UTARA KOTA TERNATE PROVINSI MALUKU UTARA. 1 Hamidah 2 Grace D. Kandau

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN PEKERJAAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI DESA BANDAR KHALIPAH KECAMATAN PERCUT SEI TUAN TAHUN 2015 ABSTRACT

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN PEKERJAAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI DESA BANDAR KHALIPAH KECAMATAN PERCUT SEI TUAN TAHUN 2015 ABSTRACT HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN PEKERJAAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI DESA BANDAR KHALIPAH KECAMATAN PERCUT SEI TUAN TAHUN 2015 Annisa Febriana Siregar 1, Nurmaini 2, dan Devi Nuraini 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan. kepada orang lain (Adnani & Mahastuti, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan. kepada orang lain (Adnani & Mahastuti, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah adalah tempat hunian atau berlindung dari pengaruh keadaan alam sekitarnya (hujan dan panas) serta merupakan tempat untuk beristirahat setelah melakukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN TB PARU DI KOTA MAGELANG

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN TB PARU DI KOTA MAGELANG HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN TB PARU DI KOTA MAGELANG Erlin Fitria Dewi, Suhartono, Mateus Sakundarno Adi Bagian Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

ABSTRACT. : Unmet need, Family Planning

ABSTRACT. : Unmet need, Family Planning HUBUNGAN BEBERAPA FAKTOR PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DENGAN UNMET NEED KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA PENUNGKULAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2016 Sulikhah, Djoko Nugroho, Yudhy Dharmawan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016 HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016 PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor risiko..., Helda Suarni, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor risiko..., Helda Suarni, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Tuberculosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan merupakan salah satu penyakit infeksi kronis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyebab utama penyakit pada bayi usia 1-6 tahun. ISPA merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen yang disebabkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS SIMPANG KIRI KOTA SUBULUSSALAM TAHUN 2012

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS SIMPANG KIRI KOTA SUBULUSSALAM TAHUN 2012 HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS SIMPANG KIRI KOTA SUBULUSSALAM TAHUN 22 Melisah Pitri Siregar 1, Wirsal Hasan 2, Taufik Ashar 3 1 Program Sarjana Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB paru) merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL. Kelurahan Gandaria Selatan, Puskesmas Kelurahan Cipete Selatan, Puskesmas

BAB 5 HASIL. Kelurahan Gandaria Selatan, Puskesmas Kelurahan Cipete Selatan, Puskesmas BAB 5 HASIL 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas Kecamatan Cilandak terletak di Kota Administrasi Jakarta Selatan Propinsi DKI Jakarta dengan memiliki 5 Puskesmas kelurahan yaitu: Puskesmas Kelurahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang dapat berakibat fatal bagi penderitanya, yaitu bisa menyebabkan kematian. Penyakit yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan di Kecamatan Pancoran Mas pada bulan Oktober 2008 April 2009 dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut : 1.

Lebih terperinci