BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden Peneliti tertarik untuk mengungkap motivasi menjadi GTT SMK N 1 Pringapus. Berikut ini daftar usia, pendidikan dan pengalaman responden: Tabel 4.1 Daftar Usia, Pendidikan dan Pengalaman Responden Keterangan Banyaknya Responden 1. Usia tahun 12 Orang tahun 3 Orang tahun 1 Orang 2. Pendidikan 1. Pend. Bahasa Inggris 1 Orang 2. Pend. Seni Rupa 1 Orang 3. Pend. Tehnik Otomotif 2 Orang 4. Pend. Ilmu Sosial 1 Orang 5. Pend. Matematika 1 Orang 6. Pend. PKK Tata Busana 3 Orang 7. Tehnik Kimia 1 Orang 8. Komputer 2 Orang 9. Pend Agama 2 Orang 10. Psikologi 1 Orang 11. Pend. Olahraga 1 Orang 3. Pengalaman Kerja 1-3 tahun 9 Orang 4-6 tahun 5 Orang >7tahun 2 Orang Sumber: hasil wawancara,

2 Dari tabel di atas terlihat usia responden paling banyak di antara tahun dengan latar belakang pendidikan bermacam-macam. Sedangkan untuk pengalaman kerja sebagian besar responden memiliki pengalaman kerja 1-3 tahun. Ini dapat dikatakan responden dalam penelitian ini sebagian besar masih berusia muda dan memiliki pengalaman kerja yang sebentar. 4.2 Analisis Motivasi Menjadi Guru Tidak Tetap 1. Analisis Keberadaan (Exsistence) Kebutuhan-kebutuhan yang dikategorikan ke dalam kelompok ini adalah: gaji, insentif, kondisi kerja, keamanan, jabatan. Besaran gaji yang diterima oleh GTT di sekolah tergantung dari kemampuan sekolah dimana para GTT bertugas. Begitulah yang terjadi pada para responden. Apabila sekolah memiliki murid yang banyak maka gaji yang diterima responden akan besar karena menyesuaikan jumlah jam mengajar dan hitungan upah untuk tiap jam mengajarnya. Jika muridnya sedikit atau sebagian besar siswanya berasal dari golongan menengah ke bawah, maka dapat dipastikan bahwa gaji yang diterima responden juga kecil. Sebagai seorang GTT, para responden hanya memperoleh tunjangan walikelas atau tunjangan 26

3 fungsional lain di sekolahnya ditambah tunjangan dari Pemerintah Kabupaten Semarang sebesar Rp ,00 yang dibagikan tiap 6 bulan sekali. Itupun tidak semua responden mendapatkan tunjangan walikelas karena tunjangan tersebut merupakan kebijakan masing-masing sekolah. Lamanya masa kerja ternyata tidak berpengaruh terhadap motivasi kerja responden karena tidak diikuti dengan peningkatan status kepegawaian maupun kesejahteraan. Hal ini terbukti dari data yang diperoleh peneliti dari responden dimana peneliti mengungkap ada responden yang telah mengabdi lebih dari 10 tahun, namun masih berstatus sebagai Guru Tidak Tetap (GTT). Memang sungguh sangat memprihatinkan bila melihat kondisi responden yang telah mengabdi sebagai guru lebih dari 10 tahun namun masih menyandang status GTT. Responden merupakan gambaran kecil dari sekian banyak guru di Indonesia yang masih berstatus GTT. Selama menyandang status GTT, berarti selama itu pulalah para responden berada dalam kondisi yang masih mencemaskan masa depan mereka. Gaji yang diterima responden yang tertinggi sebagai Guru Tidak Tetap (GTT) adalah Rp ,00 dengan masa kerja baru 1 tahun, sedangkan gaji responden terendah adalah Rp ,00 yang 27

4 diperoleh responden dengan masa kerja 5 tahun di luar tunjangan yang diperoleh oleh responden tersebut. Hal ini dapat diartikan bahwa masa kerja yang lebih lama tidak menjamin bahwa gaji GTT akan lebih tinggi. Dengan status GTT, para responden tentunya memiliki penghasilan yang berbeda dari PNS. Untuk GTT gaji yang diperolehnya merupakan gaji yang diberikan sekolah dengan menghitung banyaknya jumlah jam mengajar. Sedangkan guru yang telah berstatus PNS, gaji yang diperolehnya sudah ditetapkan oleh peraturan pemerintah sesuai dengan golongan guru yang bersangkutan. Menurut PP No 41 Tahun 2009 tentang Tunjangan Profesi Guru, gaji yang diterima guru atau dosen dengan status PNS mencapai lebih dari Rp 3 juta karena gaji pokok yang diterima mencapai dua kali lipatnya. Apalagi yang telah lolos dalam proses sertifikasi guru, hampir dipastikan besaran gajinya jauh lebih besar. Biasanya guru PNS masih mendapatkan tambahan gaji berupa tunjangan fungsional dan tunjangan pensiun (khusus untuk PNS). Sedangkan guru yang masih berstatus GTT, gaji yang diterimanya berdasarkan banyaknya jumlah jam belajar yang ditugaskan oleh sekolah masing-masing dalam seminggu. Apabila jam mengajar sedikit, itu artinya penghasilan yang diterimanya juga sedikit. 28

5 Perbedaan fasilitas yang diterima oleh para responden sebagai GTT dengan guru PNS) di sekolah merupakan masalah yang paling banyak ditemui peneliti saat melakukan wawancara dengan para responden. Perbedaan fasilitas-fasilitas tersebut antara lain berbagai tunjangan dan gaji tetap. Masalah kesejahteraan yang minim yang diterima oleh GTT seperti yang diterangkan oleh responden, peneliti juga ingin tahu apakah gaji para responden mencukupi kebutuhannya atau tidak. Hampir semua responden menyatakan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Adapula yang beranggapan bahwa gajinya untuk saat ini cukup tetapi dengan hidup yang sangat sederhana. Berikut ini pernyataan salah satu responden mengenai gaji GTT yang cukup: kalau hidup secara sangat sederhana cukup, tetapi realitanya banyak kurang-nya untuk itu bersyukur saja 1 Peneliti ingin mengetahui kondisi ideal yang seperti apa yang diinginkan oleh para responden sebagai GTT. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan pembanding antara kondisi riil responden saat ini dengan gambaran ideal yang bisa dijadikan acuan responden untuk memotivasi dirinya sendiri. Gambaran ideal yang didapat dari para responden tidak jauh 1 Salah satu pernyataan responden dalam wawancara yang dilakukan tanggal 2 14 April

6 dari hal-hal yang mempengaruhi motivasi kerja pegawai. Salah satu hal yang paling diinginkan responden adalah masalah status kepegawaian. Begitu pula dengan profesionalitas guru juga harus ditingkatkan. Selain itu, menurut responden fungsi guru tidak hanya mengajar mata pelajaran yang dikuasainya, tapi juga harus bisa mendidik moral siswa-siswinya. Sedangkan tentang posisi guru yang ideal menurut responden memang selayaknya guru juga harus bisa dijadikan teladan oleh siswa-siswinya dan juga mampu melayani siswa-siswinya dengan baik dalam hal memberikan materi pelajaran di sekolah. Para responden mempunyai pernyataan yang berbeda-beda mengenai gaji ideal yang seharusnya mereka terima. Ada yang menyebut nominal tertentu dengan berbagai alasan yang mendasarinya, ada pula yang tidak menyebutkan nominal. Bagi responden yang menyebut nilai, mereka beranggapan bahwa gaji ideal mereka adalah Rp sampai Rp alasannya adalah besaran gaji menyesuaikan kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu, gaji ideal dengan nominal tersebut dimaksudkan agar guru bisa berkonsentrasi dengan pekerjaannya. Ada pula responden yang menyatakan gaji GTT seharusnya sama dengan PNS karena beban kerja yang sama, berikut hasil wawancaranya: 30

7 seharusnya sama dengan PNS soalnya beban kerja sama 2 Sebagian responden juga menyatakan tidak menerima kondisinya sebagai GTT dengan segala kekurangannya karena kesejahteraan yang rendah, namun sebagian renponden lainnya menerima kondisinya sebagai GTT dengan penghasilan yang rendah. Berikut ini salah satu pernyataan dari responden: ya bersyukur akan lebih baik hasilnya, akan barokah 3 Namun ada beberapa responden yang menyatakan perasaan tidak nyaman dan was-was menjadi GTT, seperti yang diungkapkan oleh salah seorang responden berikut ini: tidak senang karena terkadang ada perasaan was-was jika sewaktu-waktu digeser oleh guru yang PNS 4 Rasa tidak nyaman yang diungkapkan responden dikarenakan responden takut tidak mendapatkan jam mengajar lagi karena sewaktu-waktu bisa digeser oleh PNS yang didatangkan oleh dinas. Ini berarti penghasilan dari responden berkurang atau bahkan hilang. 2 Hasil wawancara dengan responden yang dilaksanakan pada tanggal 4 April idem idem - 31

8 Sebagian besar responden menyatakan sangat memprihatinkan dan sedih dengan profesi guru GTT alasannya kesejahteraan yang masih minim, berikut ini adalah salah satu pernyataan responden:...kalau melihat realita saat ini sangat memprihatinkan, kurangnya perhatian dari pemerintah terutama kesejahteraannya 5 Ada juga responden yang menganggap bahwa pekerjaan GTT seperti yang diungkapkan salah satu responden berikut: profesi GTT adalah profesi yang dilandasi dengan sikap dan motivasi untuk beribadah karena jika untuk mencari nafkah tidak akan sesuai 6 Setiap orang pasti mempunyai alasan atau latar belakang atas pilihan yang diambilnya, termasuk ketika seseorang memilih pekerjaan yang digelutinya. Menurut Sinamo (2005), setiap orang terlahir ke dunia dengan panggilan hidup yang spesifik. Panggilan hidup itu dijalani setiap orang terutama melalui pekerjaannya. Secara natural, orang akan berhasil ketika dia menemukan dan melaksanakan panggilan jiwanya. Berikut ini tabel latar belakang/alasan responden memilih profesi GTT: 5 Hasil wawancara dengan responden yang dilaksanakan pada tanggal 7 April idem - 32

9 Tabel 4.2 Daftar Alasan Responden Memilih Profesi Guru Alasan Banyaknya Responden 1. Panggilan Jiwa 12 orang 2. Dorongan orang tua 2 orang 3. Latar Belakang Ijasah 1 orang 4. Ketidaksengajaan 1 orang Sumber: hasil wawancara, 2012 Dari berbagai macam latar belakang yang diungkapkan responden, panggilan jiwa merupakan alasan yang paling banyak diungkapkan responden dalam memilih profesi sebagai guru. Saat ditanya kenapa responden memilih guru sebagai profesinya, salah satu responden yang sudah menjadi GTT salama 7 tahun mengemukakan ketertarikannya untuk menekuni profesi guru karena sebagian besar keluarganya berprofesi sebagai guru, sehingga orang tuanya mendorong untuk melanjutkan pendidikannya di IKIP. Lain lagi yang dikemukakan oleh salah satu responden yang usianya saat ini 31 tahun, responden ini mengemukakan alasannya memilih profesi guru karena disuruh orang tuanya untuk masuk kependidikan guru sehingga responden tersebut ingin menggunakan ijasah yang dimilikinya. Sedangkan untuk responden yang akhirnya memilih profesi guru karena ketidak-sengajaan, hal tersebut pada awalnya memang dilatarbelakangi oleh 33

10 ketidaktertarikan responden pada profesi guru. Akan tetapi setelah mendapat kesempatan mengajar, para responden menikmati perannya tersebut. Para responden memiliki gambaran ideal dalam profesi mereka. Para GTT dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa statusnya sebagai GTT juga perlu diperhatikan oleh pemerintah, tidak hanya PNS yang diperhatikan pemerintah. Pelaksanaan UU tentang Guru dan Dosen pun diharapkan dapat berjalan dengan baik. Sebagian responden menyatakan memiliki pekerjaan sambilan. Ada 9 responden yang memiliki pekerjaan sambilan. Beberapa profesi sambilan responden di antaranya adalah memberikan bombingan belajar/les, melukis, menerima jahitan dan rental mobil. Beberapa responden mengatakan bahwa pekerjaan sambilan yang ditekuninya ini adalah untuk menambah penghasilan dan untuk mencukupi kebutuhan. Seperti yang diungkapkan salah satu responden berikut ini: karena untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, jika hanya mengandalkan gaji dari GTT jelas tidak cukup 7 Hal ini bisa dimaklumi karena penghasilan yang diterima oleh responden sebagai GTT di bisa dikatakan 7 Hasil wawancara dengan responden yang dilaksanakan pada tanggal 9 April

11 masih belum bisa mencukupi kebutuhan keluarga sepenuhnya. Responden yang memiliki pekerjaan sambilan melukis menyatakan selain untuk dapat menambah penghasilan, melukis juga merupakan hobinya. Pada saat peneliti menanyakan pada responden tentang keinginan responden untuk meninggalkan profesinya sebagai guru apabila ada profesi lain yang lebih menggiurkan secara finansial, sebagian besar responden menyatakan tetap ingin menggeluti profesi guru bagaimana pun keadaannya. Beberapa responden bahkan dengan tegas menyatakan tidak akan berpindah ke profesi lain ataupun tidak terpikirkan sama sekali. Ada responden yang mempertimbangkan menerima profesi lain namun tetap tidak meninggalkan profesinya sebagai guru. Ini berarti para responden memiliki komitmen yang tinggi terhadap profesi guru. Hal ini menegaskan bahwa masalah penghasilan tidak menyurutkan komitmen para responden sebagai GTT. Sebagian besar responden menyatakan jargon Guru adalah Pahlawan Tanpa Tanda Jasa hanya cocok untuk para GTT dengan alasan gaji GTT yang minim tetapi beban pekerjaan yang sama dengan PNS yang gajinya jauh lebih besar. Ketika peneliti menanyakan tentang hal terberat yang pernah dialami responden selama menjadi guru, beberapa responden menyatakan, hal yang terberat 35

12 yang pernah dialami adalah ketika melihat anak didik mengalami kegagalan dan ketika anak didik tidak mampu menyerap ilmu yang telah disampaikan. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden: sangat prihatin ketika siswa atau anak didik kita tidak mampu menyerap ilmu yang telah kita sampaikan 8 Beberapa responden yang lain menyatakan hal terberat yang dialami GTT adalah masalah kesejahteraan yang minim, seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden berikut: ketidakadilan setiap tanggal satu, beben kerja sama tapi finansial berbeda. Tunjangan dari pemerintah tidak adil, PNS baru satu tahun sudah mendapatkan berbagaimacam tunjangan sedang GTT harus menunggu masa kerja dua tahun bahkan lebih 9 Beberapa responden menyatakan hal yang paling berkesan adalah ketika siswa dapat berprestasi dan dapat menyerap ilmu yang telah diberikan serta dapat mengaplikasikan ilmu tersebut. Beberapa responden lainnya menyatakan hal yang paling berkesan ketika menghadapi siswa dalam proses KBM karena menghadapi karakter siswa yang berbeda-beda. 8 Hasil wawancara dengan responden yang dilaksanakan pada tanggal 9 April idem - 36

13 2. Analisis Keterkaitan (Relatedness) Dalam penelitian ini yang termasuk dalam kebutuhan keterkaitan (relatedness) adalah hubungan dengan teman dan hubungan dengan orang luar organisasi. Sebagian besar responden menikmati pekerjaannya sebagi GTT, tanpa rasa canggung dan minder mereka tetap berinteraksi dengan guru PNS, seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden berikut ini: dinikmati dan disyukuri aja dan terus berusaha menjadi lebih baik 10 Ketika ditanya adakah beban moral sebagai guru bila berada di tengah-tengah masyarakat beberapa responden menjawab ada beban moral sebagai guru terutama dalam bertingkah laku walaupun hanya GTT seperti yang diungkap salah satu responden berikut: tentu yang namanya guru walau hanya GTT tetep aja punya beban moral di masyarakat minimal kudu bisa ngasih contoh hidup baik 11 Namun beberapa responden yang lain menyatakan tidak ada beban moral sebagai guru di masyarakat dengan alasan guru juga sebagai manusia biasa 10 Hasil wawancara dengan responden yang dilaksanakan pada tanggal 11 April idem - 37

14 asal bisa menempatkan diri di masyarakat maka tidak akan menjadi beban moral. Beberapa responden juga menyatakan bahwa masyarakat memandang profesi guru merupakan pekerjaan yang mulia, seperti yang diungkapkan salah satu responden berikut ini: di masyarakat guru itu dianggap pekerjaan yang positif dan terhormat. Misalnya dalam kegiatan di desa pasti guru itu ikut dilibatkan, banyak juga guru yang di desanya menjadi RT atau RW 12 Berdasarkan pernyataan responden di atas menunjukkan bahwa profesi guru memiliki pandangan yang positif di tengah masyarakat. 1. Analisis Pertumbuhan (Growth) Yang termasuk dalam kebutuhan pertumbuhan ini di antaranya pengembangan diri, inovatif, bekerja keras. Para responden berkeinginan kuat untuk - guru dengan status PNS. Hampir semua responden pernah mencoba untuk menjadi PNS, bahkan ada yang pernah mendaftar hingga tujuh kali namun tidak diterima. Meskipun demikian para responden akan selalu mengikuti tes CPNS jika ada. Faktor keinginan menjadi guru berstatus PNS yang kuat dilatarbelakangi oleh kepastian masa depan dari status kepe- 12 Hasil wawancara dengan responden yang dilaksanakan pada tanggal 11 April

15 gawaian sebagai PNS serta faktor kesejahteraan yang diterima apabila telah berstatus PNS. Menurut PP No 41 Tahun 2009 tentang Tunjangan Profesi Guru, gaji yang diterima guru atau dosen dengan status PNS mencapai lebih dari Rp 3 juta karena gaji pokok yang diterima mencapai dua kali lipatnya. Ketika peneliti menanyakan motivasi menjadi Guru Tidak Tetap, para responden menyatakan jawaban yang beragam. Berikut ini daftar motivasi menjadi GTT dari responden: Tabel 4.3 Daftar Motivasi Menjadi GTT Responden Motivasi Ingin diangkat menjadi PNS Dukungan keluarga Panggilan jiwa menjadi guru Menyesuaikan ijasah Sumber: hasil wawancara, 2012 Banyaknya Responden 5 orang 2 orang 4 orang 5 orang Dari tabel daftar motivasi menjadi GTT yang menjadi motivasi menjadi GTT yang utama sebagian besar responden adalah ingin diangkat menjadi PNS dan menyesuaikan ijasah pendidikan yang diambil saat kuliah. Beberapa responden lainnya menyatakan motivasi menjadi GTT adalah panggilan jiwa menjadi guru dan dukungan dari keluarga. Berikut ini hasil wawancara dengan salah satu responden: motivasinya ingin diangkat menjadi PNS, saya mampu menjadi guru, guru waktu luangnya 39

16 banyak, dalam masyarakat guru dipandang positif. Kalau alasan utamanya ya ingin diangkat menjadi PNS, sekarang kan ada tes untuk GTT yang sudah masuk database 13 Sebagian besar responden memilih GTT sebagai pekerjaan sementara dengan alasan kedepannya diangkat menjadi PNS dan PNS yang dijadikan sebagai pekerjaan tetap. Seperti yang diungkapkan salah satu responden berikut ini: sementara, karena berharap mampu melepas gelar GTT menjadi guru PNS tidak menjadi menjadi Guru Tidak Tetap terus 14 Pekerjaan sebagai GTT hanya dijadikan pekerjaan sementara oleh sebagian besar responden karena mereka memiliki harapan ke depannya untuk menjadi guru PNS sebagai pekerjaan tetap, dan ini tidak lepas dari kesejahteraan PNS yang jauh lebih mapan dari pada GTT yang kesejahteraannya minim. Peneliti ingin mengetahui apakah responden sudah berusaha mengajar lebih bagus dari sebelumnya, sebagian besar responden menyatakan bahwa selama ini sudah berusaha mengajar lebih bagus dari sebelumnya. Sedangkan ketika ditanya apakah sudah berusaha menciptakan inovasi baru dalam metode mengajar, hampir semua responden menjawab selalu berusaha menciptakan inovasi baru dalam metode 13 Hasil wawancara dengan responden yang dilaksanakan pada tanggal 11 April idem - 40

17 mengajar dengan alasan agar siswa tidak bosan dengan menggunakan metode yang selalu sama walaupun dibatasi oleh beberapa kendala yang dialaminya Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Peneliti ingin mengetahui faktor pendukung GTT dalam menjalankan tugasnya menjadi GTT, berikut ini daftar faktor pendukung GTT dalam menjalankan tugasnya: Tabel 4.4 Daftar Faktor Pendukung GTT dalam Menjalankan Tugasnya Faktor Pendukung Keterangan Keluarga Dukungan keluarga sangat dominan bagi GTT dalam menjalankan tugannya Latar belakang pendidikan Memanfaatkan ijasah yang dimiliki Ingin menyalurkan ilmu Ilmu yang didapat saat kuliah ingin disalurkan ke siswa Kebutuhan Tidak dipungkiri kebutuhan ekonomi menyebabkan responden memilih profesinya sebagai GTT Sumber: hasil wawancara, 2012 Sebagian besar responden menyatakan faktor pendukung utama adalah dukungan dari keluarga. Dukungan dari keluarga sangat dominan bagi GTT dalam menjalanklan tugasnya. Ketika ditanya tentang tanggapan keluarga terhadap profesi responden sebagai guru, semua responden menyatakan bahwa 41

18 sebagian besar keluarga para responden mendukung profesinya sebagai guru. Keluarga para responden menyatakan bangga menjadi bagian dari keluarga seorang guru. Selain itu, keluarga yang tidak banyak menuntut juga merupakan bentuk dukungannya pada profesi responden. Responden lainnya menyatakan faktor pendukung utama dalam menjalankan tugas sebagai GTT adalah latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidangnya sehingga responden memanfaatkan ijasah yang dimilikinya. Beberapa responden lainnya menyatakan ingin menyalurkan ilmu yang dimilikinya kepada orang lain (siswa). Sedangkan responden lainnya menyatakan faktor pendukung GTT dalam menjalankan tugasnya adalah kebutuhan hidup yang menyebabkan responden memilih profesi GTT. Setelah mengatahui faktor pendukung responden menjadi GTT, peneliti ingin mengetahui kendala yang dihadapi para responden. Faktor utama penghambat motivasi Guru Tidak Tetap (GTT) adalah minimnya kesejahteraan yang diperoleh, sehingga menimbulkan persepsi negatif para responden, seperti yang diungkap oleh salah satu responden: kesejahteraan GTT belum memadai tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari sehingga ada kesenjangan antara PNS dengan GTT terutama masalah honor yang selisihnya begitu jauh 42

19 sementara tanggung jawab dan pekerjaannya sama 15 Kesejahteraan yang minim untuk GTT ini menimbulkan kesenjangan antara PNS dan GTT kerena selisih honor yang begitu besar sementara pekerjaan atau tanggung jawab yang diembannya sama. Bahkan kadang GTT bekerja melebihi beban kerjanya sehingga ini sangat tidak adil bagi GTT. 4.3 Pembahasan Pada penelitian ini, ada berbagai latar belakang yang dijadikan alasan oleh para responden memilih profesi guru. Alasan responden memilih profesi guru ada yang panggilan jiwa, dorongan orang tua, latar belakang ijasah, dan ada juga yang dilatarbelakangi ketidaksengajaan mendapatkan kesempatan bekerja sebagai guru. Sebagian besar responden menjawab alasan menjadi guru adalah karena panggilan jiwa. Seseorang akan merasa termotivasi apabila telah mendapatkan apa yang diinginkannya. Secara khusus, motivasi diartikan oleh Mas ud (2002) sebagai penilaian, perasaan atau sikap umum guru terhadap pekerjaannya yang meliputi antara lain: gaji, hubungan sosial ditempat kerja, lingkungan kerja, dan pekerjaan itu sendiri. 15 Hasil wawancara dengan responden yang dilaksanakan pada tanggal 14 April

20 Para responden juga berkeinginan kuat untuk menjadi guru dengan status PNS. Selain kepastian status kepegawaian dan masalah kesejahteraan yang mendorong para responden menjadi guru PNS, hal tersebut juga didukung oleh teori yang disebutkan oleh Muchtar Lubis (dalam Marzali, 2007) yang merupakan salah satu ciri masyarakat Indonesia adalah jadi pegawai negeri adalah idaman utama. Pernyataan tersebut mengemukakan bahwa sebagaian besar Manusia Indonesia berkeinginan menjadi pegawai negeri. Menurut Sarwono (2001), di Indonesia, status pegawai negeri sipil diyakini lebih memberikan perasaan aman dibandingkan dengan status pegawai swasta. Selain itu motivasi utama menjadi GTT adalah menyesuaikan ijasah yang dimilikinya. Setidaknya pemilihan profesi guru oleh para responden dalam penelitian ini masih mencerminkan nilai-nilai kerja serta persepsi responden terhadap profesi guru yang berdampak pada motivasi para responden dalam menjalankan profesinya. Hal ini didukung oleh perspektif pemikiran Hollis dalam Farisi, dkk (1998) yang menyatakan bahwa orientasi nilai seseorang dalam pilihan karier merupakan standar acuan diri berkaitan dengan kepentingan, kemanfaatan, dan kebermaknaan suatu karier, pekerjaan, atau jabatan bagi karier seseorang. Pada penelitian ini kesejahteraan responden yang masih minim yang membuat responden mencari pekerjaan sambilan lainnya untuk memenuhi kebu- 44

21 tuhan hidupnya. Armansyah (2002) mengemukakan, pembayaran yang cukup akan mendorong besarnya komitmen seseorang kepada organisasi, tidak memikirkan hal lain untuk memenuhi kebutuhan hidup, dan tidak memiliki keinginan untuk melakukan penyelewengan-penyelewengan kekuasaan dan wewenang, seperti korupsi atau memanipulasi aktivitasaktivitas tertentu dalam organisasi untuk menambah kekurangan pembayaran. Pentingnya pembayaran ini adalah untuk menghilangkan dampak buruk yang dapat mendorong perputaran karyawan dalam tingkat yang lebih tinggi karena adanya ketidakpuasan pada gaji (Simamora, 1995). Hasil penelitian di atas mengungkapkan bahwa motivasi menjadi GTT adalah untuk meningkatkan status kepegawaiannya dahulu (menjadi PNS), karena masalah gaji akan menyesuaikan apabila status kepegawaiannya meningkat. Faktor keinginan menjadi guru berstatus PNS yang kuat dilatarbela-kangi oleh kepastian masa depan dari status kepe-gawaian sebagai PNS serta faktor kesejahteraan yang diterima apabila telah berstatus PNS. Menurut PP No 41 Tahun 2009 tentang Tunjangan Profesi Guru, gaji yang diterima guru atau dosen dengan status PNS mencapai lebih dari Rp 3 juta karena gaji pokok yang diterima mencapai dua kali lipatnya. Pada penelitian kali ini juga terungkap bahwa komitmen tinggi yang dipegang oleh para responden 45

22 terhadap profesi guru tidak terpengaruh oleh keadaan responden yang juga mene-kuni profesi lain selain profesinya sebagai GTT. Faktor pendukung utama para responden men-jadi GTT adalah dukungan keluarga, sedangkan faktor penghambat yang responden menjadi GTT adalah minimnya kesejahteraan yang diperoleh. Hal ini didukung oleh pernyataan Dessler (1997) yakni motivasi terjadi pada saat individu melihat adanya insentif atau ganjaran yang dapat memenuhi kebutuhan yang timbul. Keputusasaan bisa juga terjadi apabila ada hambatan diantara individu dengan insentif dan ganjaran. Jika motivasi tersebut terhambat, maka proses kegiatan belajar mengajar pun tidak bisa optimal. Padahal tugas guru selain mengajar, juga perlu melakukan inovasi-inovasi dalam metode pembelajaran untuk para siswanya. Menurut Mulyana (2006), guru sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), memiliki peran yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran, karena fungsi utama guru ialah merancang, mengelola, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran. Motivasi kerja individu terkadang menyesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh individu tersebut. Menurut Robbins (2008), kemampuan (ability) adalah suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Seluruh kemampuan individu pada hakikatnya tersusun dari 46

23 dua perangkat faktor, yakni kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Dalam profesi guru, pada dasarnya kemampuan intelektual yang paling diunggulkan, terkecuali pada guru olahraga yang juga mengandalkan kemampuan fisik. UU Guru & Dosen juga telah memberikan stimulus kepada guru untuk meningkatkan kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Atas dasar itu, dalam penelitian ini peneliti ingin mengungkap kemampuan responden yang berhubungan dengan motivasi menjadi GTT para responden. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa responden memiliki motivasi untuk meningkatkan kemampuannya. Semua responden memiliki keinginan untuk berprestasi, walaupun terbentur dengan berbagai kondisi yang dialaminya. Sebetulnya standarisasi kemampuan intelektual guru sudah diatur oleh Pemerintah melalui Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007 sebagai landasan pelaksanaan sertifikasi guru dan dosen. Uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio. Portofolio adalah bukti fisik (dokumen) yang menggambarkan pengalaman berkarya/prestasi yang dicapai dalam menjalankan tugas profesi sebagai guru dalam interval waktu tertentu. Dalam Undang-undang guru dan dosen menggariskan bahwa seorang guru wajib memiliki 47

24 sertifikasi, pada kenyataannya terkesan hanya profesionalisme yang komersil dan hanya memotivasi seorang guru secara sesaat saja (Suhendi, 2010). Dengan adanya program sertifikasi bagi guru semakin menambah minat para responden menjadi GTT, karena dengan imbalan yang bertambah banyak maka semua GTT ingin diangkat menjadi PNS agar bias mengikuti program sertifikasi. 48

25 49

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini diuraikan analisis atau hasil penelitian beserta bahasanya. Hasil analisis dan pembahasannya merupakan jawaban atas persoalan penelitian yang terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PROFESIONALISME PENDIDIKAN BAGIAN 1. Oleh Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd.

KONSEP DASAR PROFESIONALISME PENDIDIKAN BAGIAN 1. Oleh Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd. KONSEP DASAR PROFESIONALISME PENDIDIKAN BAGIAN 1. Oleh Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd. Mengapa Semua Orang menginginkan layanan yang profesional Oleh Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd. PROFESI KEGURUAN DALAM MENGEMBANGKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kebutuhan pokok manusia yang sering belum memenuhi harapan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kebutuhan pokok manusia yang sering belum memenuhi harapan. Hal BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala pengetahuan dalam rangka membentuk nilai sikap dan perilaku.sebagai upaya yang bukan saja membuahkan manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Wakiran, dkk. (2004), dalam pasal 2 ayat (3) Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 secara tegas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad 21 ini adalah bagaimana menyiapkan manusia Indonesia yang cerdas, unggul dan berdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tidak akan dapat menjalankan fungsinya sebagai tempat belajar jika tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tidak akan dapat menjalankan fungsinya sebagai tempat belajar jika tidak ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting yang berpengaruh dalam pembangunan nasional. Komponen pendidikan yang berperan dalam upaya meningkatkan mutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama

BAB I PENDAHULUAN. Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama dalam membantu siswa untuk membangun sikap positif dalam belajar, membangkitkan rasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2009 TENTANG DOSEN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2009 TENTANG DOSEN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2009 TENTANG DOSEN I. UMUM Kualitas manusia yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia pada masa depan adalah mampu menghadapi persaingan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah kota Malang mengharapkan supaya semua pegawai negeri tak

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah kota Malang mengharapkan supaya semua pegawai negeri tak BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah kota Malang mengharapkan supaya semua pegawai negeri tak terkecuali guru dapat memperoleh kenaikan pangkat tepat pada waktunya sesuai dengan aturan yang tertuang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan meningkatkan pelayanan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu. Apalagi dengan adanya deregulasi

Lebih terperinci

2015 PENGARUH GAJI TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI PADA GURU HONORER SMK BINA WARGA BANDUNG

2015 PENGARUH GAJI TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI PADA GURU HONORER SMK BINA WARGA BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang berperan penting dalam terbentuknya karakter masyarakat yang lebih kritis dan juga mempunyai keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. nasional. Padahal, penyelenggaraannya telah menguras sekitar dua pertiga dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. nasional. Padahal, penyelenggaraannya telah menguras sekitar dua pertiga dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program sertifikasi guru yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ternyata tidak memberi dampak perbaikan terhadap mutu pendidikan nasional.

Lebih terperinci

SERTIFIKASI GURU DAN DOSEN TAHUN 2009: DASAR HUKUM DAN PELAKSANAANNYA 1

SERTIFIKASI GURU DAN DOSEN TAHUN 2009: DASAR HUKUM DAN PELAKSANAANNYA 1 SERTIFIKASI GURU DAN DOSEN TAHUN 2009: DASAR HUKUM DAN PELAKSANAANNYA 1 Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. 2 PENDAHULUAN Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang RI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21 dunia pendidikan Indonesia dibuat heboh. Hal tersebut bukan disebabkan kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih banyak disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wahana yang sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wahana yang sangat strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang merupakan faktor determinan pembangunan. Pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemangku kepentingan (stakeholders), baik dari pihak pemerintah maupun

BAB I PENDAHULUAN. pemangku kepentingan (stakeholders), baik dari pihak pemerintah maupun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pendidikan adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai upaya untuk mencapai kesejahteraan lahir dan batin. Untuk itu masalah pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperlukan pikiran yang terbimbing dan benar. Disinilah kekuatan berfikir secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperlukan pikiran yang terbimbing dan benar. Disinilah kekuatan berfikir secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak selamanya dalam keadaan stabil, manusia lebih membutuhkan kestabilan hidup karena kebahagian manusia terletak dalam jiwanya sendiri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada jalur formal di Indonesia terbagi menjadi empat jenjang, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada jalur formal di Indonesia terbagi menjadi empat jenjang, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada jalur formal di Indonesia terbagi menjadi empat jenjang, yaitu pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu learning to know, learning to do, learning to be dan learning live together

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu learning to know, learning to do, learning to be dan learning live together BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pendidikan pada pendidikan dasar setidaknya bertumpu pada empat pilar yaitu learning to know, learning to do, learning to be dan learning live together yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guru merupakan sosok pribadi yang tugas utamanya adalah mendidik dan mengajar. Oleh karena itu sebagai pendidik dan pengajar guru harus mampu untuk menyesuaikan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak paham menjadi paham dan sebagainya. Pendidikan itu bisa didapatkan dan. Dengan pendidikan kehidupan manusia menjadi terarah.

BAB I PENDAHULUAN. tidak paham menjadi paham dan sebagainya. Pendidikan itu bisa didapatkan dan. Dengan pendidikan kehidupan manusia menjadi terarah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Secara umum pendidikan adalah proses perubahan atau pendewasaan manusia, berawal dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak biasa menjadi biasa, dari tidak paham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah aspek penting dan merupakan ujung tombak dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah aspek penting dan merupakan ujung tombak dalam BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah aspek penting dan merupakan ujung tombak dalam rangka meningkatkan kualitas sumberdaya manusia agar supaya mampu bersaing di tengah kompetisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pokok pembahasan pada bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian meliputi manfaat teoritis dan manfaat

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang ditinjau secara

BAB 6 PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang ditinjau secara 58 BAB 6 PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang ditinjau secara teoritis dan ilmiah. 6.1. Konsep Diri Dari hasil penelitian didapatkan mayoritas responden ( 97,06 % ) mempunyai

Lebih terperinci

MEMBANGUN KARAKTER BANGSA MELALUI PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU BERBASIS PENDIDIKAN NILAI. Prof.Dr.H.Sofyan Sauri, M.Pd

MEMBANGUN KARAKTER BANGSA MELALUI PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU BERBASIS PENDIDIKAN NILAI. Prof.Dr.H.Sofyan Sauri, M.Pd MEMBANGUN KARAKTER BANGSA MELALUI PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU BERBASIS PENDIDIKAN NILAI Prof.Dr.H.Sofyan Sauri, M.Pd Sendi-sendi yang menopang sebuah bangsa diantaranya adalah berupa karakter dan mentalitas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PROFESI GURU PLB

PENGEMBANGAN PROFESI GURU PLB PENGEMBANGAN PROFESI GURU PLB Oleh Drs. Yuyus Suherman,M.Si PLB FIP UPI yuyus@upi.edu Menjadi guru Pendidikan Luar Biasa (PLB) berarti kita menjadi guru bidang keahlian khusus. Dengan demikian sebagai

Lebih terperinci

(Invited Speaker dalam Seminar Nasional di Universitas Bengkulu, 29 Nopember 2009)

(Invited Speaker dalam Seminar Nasional di Universitas Bengkulu, 29 Nopember 2009) PROFESIONALISME GURU DAN KARYA TULIS ILMIAH Kardiawarman Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Jl. Setiabudi No. 229-Bandung, Jawa Barat e-mail: yaya_kardiawarman@yahoo.com (Invited Speaker dalam Seminar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan cenderung menutup diri dari lingkungannya. Pandangan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan cenderung menutup diri dari lingkungannya. Pandangan masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak berkebutuhan khusus atau anak penyandang cacat memiliki kelainan dalam hal fisik, mental, atau sosial. Sebagai individu yang memiliki kekurangan maka mereka

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Obyek Penelitian PAUD Satria Tunas Bangsa terletak di jl. Hasanudin 3B Salatiga. PAUD ini berdiri di bawah lembaga GBI Bethel Area Salatiga. Berdiri

Lebih terperinci

Guru Jabatan Tanpa Karir Oleh : Imam Subaweh

Guru Jabatan Tanpa Karir Oleh : Imam Subaweh Guru Jabatan Tanpa Karir Oleh : Imam Subaweh sbawehimam@gmail.com Sejak dilantik sebagai Menteri Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah, didesak oleh berbagai kalangan.. Pertama mengevaluasi tunjangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang ditemui setiap individu dalam kehidupannya. Ketidakmampuan mereka sebagai sumber

Lebih terperinci

DWI KUSTIANTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

DWI KUSTIANTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA MINAT MENJADI GURU DITINJAU DARI PERSEPSI SISWA TENTANG KARAKTERISTIK GURU DAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS XI IPS SMA ISLAM SUDIRMAN AMBARAWA (TAHUN AJARAN 2009/2010) SKRIPSI Disusun oleh: DWI KUSTIANTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepuasan tersendiri, karena bisa memperoleh uang dan fasilitas-fasilitas yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepuasan tersendiri, karena bisa memperoleh uang dan fasilitas-fasilitas yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja adalah kegiatan yang dilakukan individu demi mengharapkan suatu misi yang diinginkan, dengan bekerja individu akan mendapatkan dan merasakan kepuasan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. tuntutan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi bila ingin mencapai suatu keberhasilan,

1. PENDAHULUAN. tuntutan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi bila ingin mencapai suatu keberhasilan, 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia dalam setiap sekolah merupakan pusat kekuatan yang menggerakkan semua dinamika sekolah dalam rangka mencapai tujuan sekolah secara keseluruhan. Maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Untuk memenuhi kebutuhan hidup yang keras seperti saat ini seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Untuk memenuhi kebutuhan hidup yang keras seperti saat ini seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk memenuhi kebutuhan hidup yang keras seperti saat ini seseorang sangat membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Tetapi kita juga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. pendidikan. Guru merupakan kunci keberhasilan pendidikan, sebab dalam proses

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. pendidikan. Guru merupakan kunci keberhasilan pendidikan, sebab dalam proses BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor produksi yang memberikan sumbangan besar terhadap usaha pencapaian tujuan di suatu lembaga pendidikan. Guru merupakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NEGERI 03 MOJO KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG

BAB IV ANALISIS UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NEGERI 03 MOJO KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG BAB IV ANALISIS UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NEGERI 03 MOJO KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG A. Analisis Kompenetensi Guru PAI di SD Negeri 03 Mojo Guru merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan,

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan, penggunaan sumberdaya manusia dan sumber daya alam secara efektif untuk mencapai sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab itu, hampir

Lebih terperinci

2015 PENGARUH KOMPETENSASI TERHADAP KINERJA GURU TIDAK TETAP DI SMK WISATA LEMBANG

2015 PENGARUH KOMPETENSASI TERHADAP KINERJA GURU TIDAK TETAP DI SMK WISATA LEMBANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru merupakan salah satu penunjang utama maju atau mundurnya suatu pendidikan karena guru memiliki peran penting untuk menggerakan roda organisasi tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. handal. Sumber daya manusia adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari badan usaha itu karena

BAB I PENDAHULUAN. handal. Sumber daya manusia adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari badan usaha itu karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Koperasi Pegawai Negeri Kamadhuk RSUP.Sanglah yang kemudian disingkat menjadi KPN. Kamadhuk di dalam era globalisasi saat ini membutuhkan sumber daya manusia

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PROFESI GURU ( PPG ) SEBUAH CATATAN PENINGKATAN KUALITAS GURU

PENDIDIKAN PROFESI GURU ( PPG ) SEBUAH CATATAN PENINGKATAN KUALITAS GURU PENDIDIKAN PROFESI GURU ( PPG ) SEBUAH CATATAN PENINGKATAN KUALITAS GURU Oleh : Dwi Yunanto Abstrak Pendidikan di Indonesia pada umumnya di artikan sebagai sebuah proses untuk memanusiakan manusia, sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem penggajian yang berlaku di Indonesia adalah Sistem Penggajian

BAB I PENDAHULUAN. Sistem penggajian yang berlaku di Indonesia adalah Sistem Penggajian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sistem penggajian yang berlaku di Indonesia adalah Sistem Penggajian Pegawai Negeri Sipil (PNS). Salah satu badan usaha yang mengacu pada Sistem Penggajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya kewenangannya dipegang oleh pemerintahan pusat sekarang

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya kewenangannya dipegang oleh pemerintahan pusat sekarang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan adanya otonomi daerah, lembaga pemerintahan yang sebelumnya kewenangannya dipegang oleh pemerintahan pusat sekarang telah mempunyai kewenangan sendiri

Lebih terperinci

SERTIFIKASI GURU; ANTARA HARAPAN, TANTANGAN DAN REALITA. Oleh: Cepi Triatna, M.Pd. *)

SERTIFIKASI GURU; ANTARA HARAPAN, TANTANGAN DAN REALITA. Oleh: Cepi Triatna, M.Pd. *) SERTIFIKASI GURU; ANTARA HARAPAN, TANTANGAN DAN REALITA Oleh: Cepi Triatna, M.Pd. *) A. Pendahuluan Isu utama terkait dengan guru pra sertifikasi adalah kesejahteraan dan kualitas guru. Kesejahteraan terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam bentuk pendidikan formal, non formal maupun informal di sekolah dan luar sekolah yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu guru harus mempunyai kompetensi di dalam mengajar. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu guru harus mempunyai kompetensi di dalam mengajar. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan guru merupakan profesi yang membanggakan, maka dari itu guru harus mempunyai kompetensi di dalam mengajar. Menurut Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

Memaknai Kembali Arti Kesejahteraan Guru. Oleh : Fahriza Marta Tanjung, S.Pd. 1

Memaknai Kembali Arti Kesejahteraan Guru. Oleh : Fahriza Marta Tanjung, S.Pd. 1 Memaknai Kembali Arti Kesejahteraan Guru Oleh : Fahriza Marta Tanjung, S.Pd. 1 Perspektif Kesejahteraan Guru Kini Dalam setiap Peringatan Hari Guru, persoalan kesejahteraan guru selalu menjadi topik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya akan selalu berhadapan dengan manusia sebagai sumber daya yang dinamis dan memiliki kemampuan untuk terus berkembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumber daya yang dimiliki perusahaan meliputi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumber daya yang dimiliki perusahaan meliputi sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap organisasi atau perusahaan beroperasi dengan menggunakan seluruh sumber dayanya untuk menghasilkan barang atau jasa yang berdaya jual. Pengelolaan

Lebih terperinci

Psikologi Dunia Kerja Profesionalisme dan Karir Kerja

Psikologi Dunia Kerja Profesionalisme dan Karir Kerja Psikologi Dunia Kerja Profesionalisme dan Karir Kerja Dinnul Alfian Akbar, SE, M.Si Profesionalisme Pengertian Profesionalisme adalah suatu tingkah laku, suatu tujuan atau rangkaian kualitas yang menandai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Banyak para ahli berusaha untuk memberikan pengertian tentang manajemen, walaupun definisi yang dikemukakan mereka berbeda satu sama lainnya, namun pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak dari tuntutan era globalisasi bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak dari tuntutan era globalisasi bagi bangsa Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu dampak dari tuntutan era globalisasi bagi bangsa Indonesia adalah sangat diperlukannya peningkatan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan di Indonesia. Kondisi tersebut memaksa perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan di Indonesia. Kondisi tersebut memaksa perusahaan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi yang telah melanda di berbagai aspek kehidupan manusia seperti saat ini untuk bidang perekonomian berdampak cukup besar bagi perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hasil yang dituju. Salah satu cara untuk memenuhi semua itu adalah dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hasil yang dituju. Salah satu cara untuk memenuhi semua itu adalah dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada hakekatnya hidup untuk selalu memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Seperti kebutuhan fisik untuk pemuas rasa lapar, tempat tinggal, ketergantungan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar untuk memilih jurusan. Baik itu berasal dari diri

BAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar untuk memilih jurusan. Baik itu berasal dari diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jurusan Akuntansi merupakan salah satu jurusan yang terdapat pada dunia pendidikan dalam lingkup ilmu sosial. Walaupun di setiap Perguruan Tinggi menawarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang memiliki pola pelatihan khusus untuk mengarahkan peserta didik agar menjadi lulusan yang siap terjun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. studi, kerja, hobi atau aktivitas apapun adalah minat. Dengan tumbuhnya minat dalam

BAB I PENDAHULUAN. studi, kerja, hobi atau aktivitas apapun adalah minat. Dengan tumbuhnya minat dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu faktor utama untuk mencapai sukses dalam segala bidang, baik berupa studi, kerja, hobi atau aktivitas apapun adalah minat. Dengan tumbuhnya minat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guru yang profesional tentu akan selalu berupaya melaksanakan pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. Guru yang profesional tentu akan selalu berupaya melaksanakan pembelajaran yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Guru yang profesional tentu akan selalu berupaya melaksanakan pembelajaran yang sebaik mungkin. Pembelajaran disini adalah sebagaimana yang terdapat pada pasal UU No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi saling menunjang dan melengkapi, atau dengan kata lain bersinergi satu

BAB I PENDAHULUAN. organisasi saling menunjang dan melengkapi, atau dengan kata lain bersinergi satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber Daya manusia merupakan salah satu unsur dalam organisasi yang mempunyai peranan penting, di mana maju mundurnya suatu organisasi bergantung pada peran yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Tenaga Kerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tenaga kerja adalah salah satu komponen dari perusahaan dan mempunyai peranan yang sangat penting di dalam operasional perusahaan. Menurut Biro Pusat Statistik

Lebih terperinci

Jurnal Swarnadwipa Volume 1, Nomor 2, Tahun 2017, E-ISSN PERAN GURU SEBAGAI MOTIVATOR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS X SMA N 6 METRO

Jurnal Swarnadwipa Volume 1, Nomor 2, Tahun 2017, E-ISSN PERAN GURU SEBAGAI MOTIVATOR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS X SMA N 6 METRO PERAN GURU SEBAGAI MOTIVATOR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS X SMA N 6 METRO Deni Eko Setiawan Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Email: Denny_r.madrid@yahoo.com Kian Amboro Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Berbagai organisasi berkompetisi memperoleh sumber

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Berbagai organisasi berkompetisi memperoleh sumber 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kompensasi merupakan salah satu faktor penting dan menjadi perhatian pada banyak organisasi untuk mempertahankan dan menarik sumber daya manusia yang berkualitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah alur yang sangat penting yang harus dilalui oleh manusia, baik itu pendidikan secara formal ataupun non formal. mengindikasikan Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. elements; materials (and equipment), activities, and people (Cox, 2006:

BAB I PENDAHULUAN. elements; materials (and equipment), activities, and people (Cox, 2006: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah The quality of an instructional program is comprised of three elements; materials (and equipment), activities, and people (Cox, 2006: 8). Sebagaimana dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peneliti menjelaskan di dalam bab ini tentang: latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Peneliti menjelaskan di dalam bab ini tentang: latar belakang masalah, 1 BAB I PENDAHULUAN Peneliti menjelaskan di dalam bab ini tentang: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi istilah. 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasawarsa terakhir ini, ternyata belum sepenuhnya mampu menjawab. kebutuhan dan tantangan nasional dan global dewasa ini.

BAB I PENDAHULUAN. dasawarsa terakhir ini, ternyata belum sepenuhnya mampu menjawab. kebutuhan dan tantangan nasional dan global dewasa ini. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan nasional yang telah dibangun selama tiga dasawarsa terakhir ini, ternyata belum sepenuhnya mampu menjawab kebutuhan dan tantangan nasional

Lebih terperinci

Hubungan Pengembangan Karir Dan Pemberian Insentif Terhadap Loyalitas Kinerja Guru

Hubungan Pengembangan Karir Dan Pemberian Insentif Terhadap Loyalitas Kinerja Guru Vol. 1 No. 1, Juni 213 Hubungan Pengembangan Karir Dan Pemberian Insentif Terhadap Loyalitas Kinerja Guru Purnomo Wicaksono (16) Mahasiswa Pendidikan Ekonomi IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi mereka yang akan menjalaninya. Pada saat seseorang menjalani masa

BAB I PENDAHULUAN. bagi mereka yang akan menjalaninya. Pada saat seseorang menjalani masa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memasuki masa pensiun dapat merupakan problem psikologis yang sulit bagi mereka yang akan menjalaninya. Pada saat seseorang menjalani masa pensiun diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak akan berarti apabila tidak dikelola dengan baik, untuk mengelolanya

BAB I PENDAHULUAN. tidak akan berarti apabila tidak dikelola dengan baik, untuk mengelolanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia mempunyai peranan penting bagi sekolah karena dengan memiliki bakat, tenaga dan kreativitas yang sangat dibutuhkan untuk menggerakkan sekolah dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembangunan suatu bangsa. Berbagai kajian dibanyak negara menunjukkan kuatnya hubungan antara pendidikan

Lebih terperinci

SEMANGAT KERJA GURU DALAM MELAKSANAKAN TUGAS DI SMK NEGERI KECAMATAN LUBUK BASUNG

SEMANGAT KERJA GURU DALAM MELAKSANAKAN TUGAS DI SMK NEGERI KECAMATAN LUBUK BASUNG SEMANGAT KERJA GURU DALAM MELAKSANAKAN TUGAS DI SMK NEGERI KECAMATAN LUBUK BASUNG Novlinda Santi Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNP Abstract Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada ranah dunia pendidikan, keberadaan peran dan fungsi guru merupakan salah satu faktor yang sangat signifikan. Guru merupakan bagian terpenting dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan senantiasa membutuhkan manajemen yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan senantiasa membutuhkan manajemen yang berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan senantiasa membutuhkan manajemen yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk mencapai tujuan tertentu bagi organisasi tersebut. Keberhasilan perusahaan

Lebih terperinci

BUPATI AGAM PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR 05 TAHUN 2012 T E N T A N G

BUPATI AGAM PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR 05 TAHUN 2012 T E N T A N G BUPATI AGAM PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR 05 TAHUN 2012 T E N T A N G PELAKSANAAN PEMBERIAN TUGAS BELAJAR, TUGAS BELAJAR MANDIRI DAN IZIN BELAJAR BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengatur, mengurus, melaksanakan, dan mengelola. Dalam manajemen terdapat unsur-unsur yang harus diatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan kegiatan pendidikan yang mempunyai kemampuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan kegiatan pendidikan yang mempunyai kemampuan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam usaha membangun dan mencerdaskan kehidupan bangsa, diperlukan kegiatan pendidikan yang mempunyai kemampuan dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Sebelum kita lebih jauh mengupas masalah kompensasi dan motivasi, ada perlunya kita mengetahui terlebih dahulu pengertian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Setiap bangsa dan generasi memiliki dasar dan tujuan pendidikan tertentu. Tentunya dasar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dorongan untuk bekerja, kerjasama dan koordinasi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. dorongan untuk bekerja, kerjasama dan koordinasi. 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen dapat diartikan sebagai sistem kerja, maksudnya adalah bahwa di dalam setiap aktifitas suatu organisasi perlu memiliki kerjasama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah berdasarkan kurikulum yang disusun oleh lembaga pendidikan. Menurut undang-undang sistem pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku organisasi yang merupakan pencerminan dari perilaku dan sikap orang-orang yang terdapat dalam organisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran Undang-Undang No. 20 Tahun

Lebih terperinci

Seorang pelaku profesi harus mempunyai sifat : 1. Menguasai ilmu secara mendalam di bidangnya 2. Mampu mengkonversikan ilmu menjadi keterampilan 3.

Seorang pelaku profesi harus mempunyai sifat : 1. Menguasai ilmu secara mendalam di bidangnya 2. Mampu mengkonversikan ilmu menjadi keterampilan 3. Pertemuan 2 Pengertian Profesi Bekerja merupakan kegiatan pisik dan pikir yang terintegrasi. Pekerjaan dapat dibedakan menurut kemampuan (fisik dan intelektual), kelangsungan (sementara dan terus menerus),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini ternyata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini ternyata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini ternyata membawa perubahan yang signifikan dan menyeluruh terhadap kehidupan manusia tidak terkecuali

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Persepsi mahasiswa akuntansi terhadap profesi akuntan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Persepsi mahasiswa akuntansi terhadap profesi akuntan 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu 1. Persepsi mahasiswa akuntansi terhadap profesi akuntan Nauli (2009) meneliti tentang apakah ada perbedaan persepsi antara mahasiswa akuntansi semester

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan pengganti dari Undang-Undang No.2 Tahun 1989, Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan pengganti dari Undang-Undang No.2 Tahun 1989, Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang merupakan pengganti dari Undang-Undang No.2 Tahun 1989, Tujuan pendidikan nasional adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini di dalam dunia pendidikan, keberadaan guru merupakan salah satu faktor yang signifikan baik dalam peran maupun fungsinya. Guru merupakan bagian komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat yang

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SELEKSI KARYAWAN BAGIAN MARKETING DI KSPPS BMT EL AMANAH KENDAL DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

BAB IV ANALISIS SELEKSI KARYAWAN BAGIAN MARKETING DI KSPPS BMT EL AMANAH KENDAL DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM BAB IV ANALISIS SELEKSI KARYAWAN BAGIAN MARKETING DI KSPPS BMT EL AMANAH KENDAL DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM A. Analisis Pelaksanaan Seleksi Karyawan Bagian Marketing 1. Analisis Pelaksanaan Seleksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh banyak kalangan. Hal ini bisa dilihat dari beberapa indikator. Pertama,

BAB I PENDAHULUAN. oleh banyak kalangan. Hal ini bisa dilihat dari beberapa indikator. Pertama, BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan penegasan istilah yang meliputi; kinerja guru, guru

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI MOTIVASI KERJA GURU SEKOLAH LUAR BIASA

NASKAH PUBLIKASI MOTIVASI KERJA GURU SEKOLAH LUAR BIASA NASKAH PUBLIKASI MOTIVASI KERJA GURU SEKOLAH LUAR BIASA Oleh : HAFRIYANI DALIMUNTHE SUS BUDIHARTO PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI ILMU SOSIAL DAN BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2009 TENTANG DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2009 TENTANG DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2009 TENTANG DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 47 ayat (3),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Guru sebagai salah satu sumber daya sebuah sekolah yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Guru sebagai salah satu sumber daya sebuah sekolah yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Guru sebagai salah satu sumber daya sebuah sekolah yang merupakan tenaga pengajar di sekolah mengemban tiga tugas pokok, yaitu mendidik, membimbing dan mengajar/melatih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci