PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NHT DENGAN MENGGUNAKAN MAKROMEDIA FLASH PADA MATERI SISTEM KOLOID TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MAN KRUENG GEUKUEH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NHT DENGAN MENGGUNAKAN MAKROMEDIA FLASH PADA MATERI SISTEM KOLOID TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MAN KRUENG GEUKUEH"

Transkripsi

1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NHT DENGAN MENGGUNAKAN MAKROMEDIA FLASH PADA MATERI SISTEM KOLOID TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MAN KRUENG GEUKUEH Oleh: Zaitun Fazilah Abstrak: Tujuan penelitian dalam artikel ini untuk mengetahui aktifitas belajar siswa, hasil belajar siswa, tingkat ketuntasan belajar siswa, dan respon siswa setelah diterapkan model pembelajaran NHT dengan menggunakan makromedia flash. Rancangan penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen semu. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 dan kelas XI IPA 2. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA 1 yang berjumlah 18 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2 berjumlah 17 siswa sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan lembar observasi, tes berbentuk multiple choice dan angket. Teknik analisis data pada lembar observasi dan angket menggunakan teknik persentase, data hasil tes mengunakan teknik uji homogenitas, uji normalitas, uji tes-t, dan ketuntasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Persentase aktivitas belajar siswa di kelas eksperimen yaitu 92,18% lebih tinggi dari pada kelas kontrol yakni 91,6 %; (2) Hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa kelas kontrol diperoleh hasil uji-t yaitu t hitung t tabel atau 4,22 2,025, maka H 0 ditolak dan H a diterima; (3) Tingkat ketuntasan siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan tingkat ketuntasan kelas kontrol, di mana tingkat ketuntasan klasikal kelas eksperimen mencapai 100%, sedangkan tingkat ketuntasan klasikal kelas kontrol 70%; dan (4) Respon siswa setelah diterapkan model pembelajaran NHT dengan menggunakan makromedia flash yaitu sangat setuju (SS) = 26,6%, setuju (S) = 71,1%, tidak setuju (TS) = 2,2% dan sangat tidak setuju (STS) = 0 %. Kata Kunci: Model Pembelajaran, Makromedia flash, dan Sistem Koloid. Pendahuluan Pendidikan merupakan usaha yang ditunjukkan untuk menghasilkan perubahan tingkah laku anak didik ke arah yang lebih baik, serta membimbing anak menemukan dan mengaplikasikan pola pikir yang ilmiah, terarah, dan bijaksana dalam menghadapi persoalan terkini. Oleh karena itu, pendidikan yang berkualitas hendaknya mengarah pada proses pertumbuhan dan perkembangan berpikir yang berlangsung secara individu atau kolektif 48 Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015

2 Zaitun Fazilah ( 49 dari 28 ) Artinya pendidikan ditujukan kepada pengembangan segenap potensi yang dimiliki anak secara keseluruhan dan berkesinambungan, sehingga mampu mengembangkan potensinya kearah yang lebih baik. Kimia sebagai salah satu disiplin ilmu yang diajarkan di sekolah menengah membutuhkan penalaran, pengertian, pemahaman, dan aplikasi dalam kehidupan. Saat ini, pembelajaran kimia di SMA sepertinya hanya dititik beratkan pada penuntasan materi serta mengacu pada soal-soal UN. Akibatnya, pembelajaran kimia hanya sarat dengan rumus dan hafalan yang kurang menarik bagi siswa dan mengganggapnya sebagai suatu bidang studi yang sukar untuk dipahami. Sedangkan ilmu kimia sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan akan lebih mudah dipahami oleh siswa jika berdasarkan pengalaman yang mereka temui dilingkungannya sendiri. Namun kenyataan menujukkan banyak siswa yang kurang berminat dalam mempelajari kimia. Hal ini disebabkan karena dalam proses pembelajaran kebanyakan guru masih menggunakan metode konvensional yang hanya menggunakan buku ajar sebagai resep yang siap diberikan kepada siswa dan hanya mendengar dan mencatat saja. Pembelajaran yang terpusat pada guru sampai saat ini masih menemukan beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut dapat dilihat pada saat berlangsungnya proses pembelajaran di kelas, interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa masih belum optimal. Siswa kurang terampil menjawab pertanyaan atau bertanya tentang konsep yang diajarkan. Pengetahuan yang didapat bukan dibangun sendiri secara bertahap oleh siswa atas dasar pemahaman sendiri. Karena siswa jarang menemukan jawaban atas permasalahan atau konsep yang dipelajari. Setelah dilakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa di kelas XI MAN Krueng Geukueh ternyata dengan model pembelajaran, hasil belajar siswa belum optimal. Hasil perolehan nilai siswa pada Ujian Nasional Tahun 2013, masih ada siswa yang memperoleh nilai pelajaran kimia 6,75 walaupun nilai tertinggi Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni

3 Zaitun Fazilah ( 50 dari 28 ) 9,50, dan juga dilihat dari nilai semester genap kelas XI MAN Krueng Geukueh Tahun Pelajaran 2012/2013 masih ada yang memperoleh nilai 60 yang lebih rendah dibandingkan nilai KKM 65. Rendahnya kualitas proses dan hasil belajar kimia di MAN Krueng Geukueh merupakan masalah yang harus segera diatasi. Untuk mengatasi masalah tersebut sangat dibutuhkan proses belajar mengajar yang berlangsung dengan baik. Pakar pendidikan melakukan berbagai langkah dalam menyusun strategi dan pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan minat peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga mutu pendidikan dapat ditingkatkan. Pendekatan pembelajaran yang aktif adalah pendekatan yang menitik beratkan pada pengembangan afektif dan perilaku peserta didik dengan didasarkan pada kebutuhan peserta didik itu sendiri, karena belajar aktif harus berpusat pada peserta didik. Salah satu model yang dapat mengatasi masalah rendahnya kualitas belajar siswa adalah model pembelajaran kooperatif. 1 Dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif, guru juga bisa mengkolaborasikan dengan menggunakan media berbasis multimedia. Multimedia dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (pengetahuan, keterampilan dan sikap) serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan belajar sehingga secara sengaja proses belajar terjadi, bertujuan dan terkendali. Salah satu contoh dari multimedia ialah makromedia flash yang mampu memperjelas objek yang kecil, memiliki animasi yang dapat menarik perhatian siswa dalam pembelajaran juga bisa menampilkan kejadian/peristiwa yang terjadi melalui film atau video. 2 Makromedia flash akan memudahkan mengajar bagi guru dan siswa pun akan mudah untuk memahami apa yang disampaikan guru. 1 Totie Sukanto, Teori belajar dan Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Depdikbud Dikti, 1997), h Ibrahim, R., et.al., PerencanaanPengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 50 Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015

4 Zaitun Fazilah ( 51 dari 28 ) Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian Fitriani yang menunjukkan bahwa: Hasil belajar peserta didik dalam materi struktur atom pada siswa kelas X dengan menggunakan model pembelajaran berbasis multimedia lebih meningkat secara signifikan dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. 3 Dalam hal memilih media dan model pembelajaran juga harus sesuai dengan materi yang diajarkan. Maka dari itu, makromedia flash cocok dikolaborasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Model pembelajaran kooperatif tipe NHT atau pemberian nomor pada setiap siswa yang dikolaborasi dengan makromedia flash merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Pembelajaran kooperatif tipe NHT ini memberikan kesempatan kepada masing-masing siswa untuk berfikir, membagi ide, bekerjasama dengan temannya serta mempertimbangkan jawaban yang tepat. Selain itu, NHT juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama anggota kelompok. Pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Sistem koloid merupakan materi kimia kelas XI. Sistem koloid banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti di alam (tanah, air, dan udara), industri, kedokteran, system hidup, dan pertanian. Dalam kehidupan kita, contohnya kopi, susu, agar-agar, dan santan merupakan salah satu dari pada sistem koloid. Adapun dalam dunia industri, aplikasi koloid untuk produksi cukup luas. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling 3. Fitriani, Penggunaan Multimedia dalam Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) pada Materi Struktur Atom Siswa Kelas X SMA Inshafuddin Banda Aceh, (Skripsi Tidak Diterbitkan. Banda Aceh: Institut Agama Islam Negeri Ar-Raniry, 2012), h. 52. Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni

5 Zaitun Fazilah ( 52 dari 28 ) melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi skala besar. Di mana pada materi koloid menjelaskan tentang campuran heterogen dua fase dari dua zat atau lebih. Sistem Koloid ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari dan akan lebih mudah dipahami oleh siswa jika berdasarkan pengalaman yang mereka temui di lingkungannya dan melihat langsung bagaimana sistem koloid itu terbentuk. Oleh sebab itu, dengan bantuan makromedia flash siswa dapat melihat langsung mengapa susu dikatakan sebagai salah satu sistem koloid? yang merupakan campuran antara fase terdispersi dan medium pendispersi. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan menggunakan makromedia flash merupakan strategi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, dengan banyaknya tampilan animasi-animasi yang bisa memperlihatkan langsung proses pembuatan koloid dan membuat siswa tidak bosan dalam memahami materi koloid. Pembahasan Belajar dan Pembelajaran Belajar secara umum dapat diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Manusia banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat sebelum lahir. Dapat dipahami bahwa antara belajar dan perkembangan sangat erat kaitannya. Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik sengaja maupun tidak sengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan pada diri pembelajar. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan prilaku tetap berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang baru diperoleh individu. Sedangkan pengalaman merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sebagai sumber belajarnya. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa: Belajar adalah sebagai proses perubahan prilaku dari 52 Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015

6 Zaitun Fazilah ( 53 dari 28 ) belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi lebih terampil dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri. 4 Belajar juga bisa diartikan sebagai suatu suatu usaha, perbuatan yang dilakukan secara sungguh-sungguh, dengan sistematis, mendayagunakan semua potensi yang dimiliki baik secara fisik, mental, dana, panca indra, otak, dan anggota tubuh lainnya. Demikian pula aspek-aspek kejiwaan seperti inteligensi, bakat, motivasi, minat dan sebagainya. 5 Dalam tinjauan Al-Ghazali, disebutkan bahwa: Pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia sejak masa kejadiannya sampai akhir hayatnya melalui berbagai ilmu pengetahuan yang disampaikan dalam bentuk pengajaran secara bertahap, di mana proses pengajaran itu menjadi tanggung jawab orang tua dan masyarakat menuju pendekatan diri kepada Allah sehingga menjadi manusia yang sempurna. 6 Teori Belajar Yang Mendasari Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan siswa untuk dapat berinteraksi dan saling berbagi informasi dan pengetahuan yang dimiliki, sehingga dalam proses belajar mengajar tidak terjadi jarak antara siswa yang satu dengan siswa lainnya. Model ini bertumpu pada kerja kelompok kecil, berlawanan dengan pembelajaran klasikal (satu kelas penuh). Menurut Vygotsk, menyebutkan bahwa: Proses belajar adalah sebuah perkembangan dari pengertian spontan menjadi pengertian yang lebih ilmiah. Vygotsk lebih menekankan pada peran aspek sosial dalam perkembangan intelektual atau kognitif anak Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif dan Progresif, (Jakarta: Kancana Prenada Media Group, 2010), h M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta :Rineka Cipta, 1997), h Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010), h. 53. Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni

7 Zaitun Fazilah ( 54 dari 28 ) Dari deskripsi di atas, Vygotsk memandang bahwa kognitif anak berkembang melalui interaksi sosial. Anak mengalami interaksi dengan orang yang lebih tahu. Secara singkat, teori perkembangan sosial berpendapat bahwa interaksi sosial dengan budaya mendahului maksudnya dari relasi dengan budaya membuat seorang anak mengalami kesadaran dan perkembangan kognitif. Dengan demikian, dapatlah dipahami bahwa intinya Vygotsk memusatkan perhatiannya pada hubungan antara individu dan masyarakat dalam pembentukan pengetahuan. Pengetahuan terbentuk sebagai akibat dari interaksi sosial dan budaya seorang anak. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar menciptakan interaksi yang saling asah sehingga sumber belajar siswa bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa. Di sisi lain, Wena menyebutkan bahwa: Pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk berkerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator. 8 Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman sejawat (siswa lain) sebagai sumber belajar, di samping guru dan sumber belajar lainnya. Salah satu ciri pembelajaran langsung adalah diterapkannya model pembelajaran. Model pembelajaran yang telah diterapkan dalam proses pembelajaran, salah satunya adalah pembelajaran kompetitif dan individualistis, akan tetapi terdapat beberapa kelemahan pada belajar kompetitif dan individualistis, yaitu: (a) kompetisi siswa kadang tidak sehat, sebagai contoh jika seorang siswa menjawab pertanyaan guru, siswa yang lain berharap agar jawaban yang 8. Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontenporer,(Jakarta Timur:Bumi Aksara, 2009), h Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015

8 Zaitun Fazilah ( 55 dari 28 ) diberikan salah, (b) siswa yang berkemampuan rendah akan kurang termotivasi, (c) siswa yang berkemampuan rendah akan sulit untuk sukses dan semakin tertinggal, dan (d) dapat membuat frustasi siswa lainnya. 9 Untuk menghindari hal itu dibutuhkan kerjasama antara siswa dalam proses pembelajaran, dan ini akan terwujud dengan adanya kelompok belajar. Dengan demikian, siswa akan belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok, di mana setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya. 10 Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prisip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif siswa pandai mengajarkan siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa yang kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang membantu dan memotivasinya. Siswa yang sebelumnya terbiasa bersikap pasif setelah menggunakan pembelajaran kooperatif akan terpaksa berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya. 11 Pembelajaran kooperatif adalah salah satu model di mana aktivitas pembelajaran dilakukan guru dengan menciptakan kondisi belajar yang memungkinkan terjadinya proses belajar sesama siswa. Proses interaksi akan dimungkinkan apabila guru mengatur kegiatan pembelajaran dalam suatu setting siswa berkerja dalam suatu kelompok. Di samping itu, pembelajaran kooperatif juga merupakan suatu kumpulan strategi mengajar yang digunakan untuk menciptakan kondisi belajar sesama siswa. Siswa yang satu membantu siswa lainnya dalam mempelajati sesuatu. 9. Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif..., h Trianto, Mendesain Model Pembelajaran..., h Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif..., h Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni

9 Zaitun Fazilah ( 56 dari 28 ) Ide utama dalam pembelajaran kooperatif adalah siswa dapat berkerjasama untuk belajar dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Sebagai tambahan, belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan dan penguasaan materi. Dalam pembelajaran kooperatif siswa dilatih untuk mengembangkan interaksi yang positif dengan sesama ketika mereka belajar dalam tim dalam memecahkan suatu masalah. 12 Lebih lanjut, penulis ingin menyampaikan bahwa terdapat empat unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif. Uraiannya dapat penulis jelaskan sebagai berikut: Pertama. Interdependence, dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling memberikan motivasi untuk hasil belajar yang optimal. Kedua. Interaksi tatap muka, interaksi tatap muka menurut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Interaksi semacam itu memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar dapat lebih bervariasi. Interaksi ini sangat penting karena ada siswa yang merasa lebih mudah belajar bersama teman. Ketiga. Akuntabilitas individual, pembelajaran kooperatif menampilkan wujud dalam belajar kelompok. Meskipun demikian, penilaian diajukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil pembelajaran secara individual tersebut selanjutnya disampaikan guru oleh kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok memerlukan bantuan dan siapa anggota kelompok yang tidak membutuhkan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya. Oleh karena itu, setiap anggota 12. Trianto, Mendesain Model Pembelajaran..., h Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015

10 Zaitun Fazilah ( 57 dari 28 ) kelompok harus memberikan urutan demi kemajuan kelompoknya. Kelompok secara individual inilah yang dimaksud dengan akuntabilitas individual. Keempat. Keterampilan menjalin hubungan antar individu, dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial, tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, mandiri dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal relationship). Pemilihan model pembelajaran yang tepat, sangat membantu meningkatkan hasil belajar dan memotivasi serta meningkatkan minat elajar siswa. Guru mendapat kebebasan dalam memilih model pembelajaran yang digunakan. Selama ini, mata pelajaran lebih sering diajar dengan menggunakan model konvensional yang membuat siswa bersikap pasif. Dalam pengelolaan kelas model kooperatif bertujuan untuk membina pembelajar dalam mengembangkan niat dan kiat berkerjasama dan berinteraksi dengan pembelajar yang lainnya. Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas model kooperatif, yaitu: (a) Pengelompokan, (b) semangat kerjasama, dan (c) penataan ruang kelas. 13 Lebih lanjut, dapat penulis jelaskan secara rinci sebagai berikut: Pertama. Pengelompokkan, n secara heterogenesis merupakan ciri-ciri yang menonjol dalam metode pembelajaran kooperatif. Kelompok heterogenitas bisa dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang agama, sosial ekonomi, etnis, dan kemampuan akademis. Kedua. Semangat berkerjasama, agar kelompok bisa berkerjasama secara efektif dalam proses pembelajaran, maka dibutuhkan semangat gotong royong untuk membina niat dan kiat siswa dalam 13. Trianto, Mendesain Model Pembelajaran..., h. 57. Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni

11 Zaitun Fazilah ( 58 dari 28 ) berkerjasama dengan siswa-siswa yang lainnya. Ketiga. Penataan ruang kelas, dalam pembelajaran kooperatif, siswa juga bisa belajar dari sesama teman, guru lebih berperan sebagai fasilitator. Tentu saja ruang kelas juga perlu ditata sedemikian rupa sehingga menunjang pembelajaran kooperatif. Adapun Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu tipe dari sekian banyak tipe yang dimiliki oleh model kooperatif, tipe ini sangat menarik untuk dilaksanakan karena program dari kerjasama antara siswa dalam kelompok sudah diatur berdasarkan nomor, yang disetiap kelompok bejar beranggotakan 4-5 orang. Sintak Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Sintak adalah tahap-tahap kegiatan dari suatu model pembelajaran, yakni urutan pembelajaran yang biasa juga disebut fase. Pembelajaran kooperatif tipe NHTmemiliki empat langkah yang dapat digunakan oleh guru yaitu: (1) Penomoran (numbering): guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggota 4-6 orang member mereka nomor sehingga setiap siswa dalam tim memiliki nomor berbeda; (2) Pengajuan pertanyaan (guestioning): guru mengajukan pertanyaan secara klasikal; (3) Berfikir bersama (head together): para siswa berfikir bersama untuk mengembangkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut; dan (4) Jawaban (answering): guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk satu kelas. 14 tabel: Adapun fase-fase pembelajaran dipaparkan berikut ini dalam bentuk Tabel 1 Langkah-langkah dalam pembelajaran NHT Langkah Pembelajaran Pendahuluan a. Membagi siswa dalam 4 sampai 5 kelompok dan setiap anggota kelompok diberi nomor 1, 2, sampai 5. b. Menginformasikan materi yang akan dibahas. Langkah NHT Langkah I (Penomoran) 14. Nurhadi, Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban, (Jakarta: Gramedia, 2004), h Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015

12 Zaitun Fazilah ( 59 dari 28 ) c. Menyampaikan tujuan pembelajaran d. Memotivasi siswa agar timbul rasa ingin tahu Kegiatan Inti a. Guru menjelaskan secara singkat materi pelajaran b. Guru mengajukan pertanyaan a. Siswa memikirkan pertanyaan yang diajukan oleh guru b. Menyatukan pendapat dengan cara mengerjakan tugas yang diberikan, dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawabannya c. Guru memanggil satu nomor dari kelompok tertententu secara acak, siswa yang dipanggil mengacungkan tangan dan menjawab pertanyaan yang diajukan guru d. Siswa yang bernomor sama (dari kelompok lain) menanggapi, guru memimpin diskusi e. Memberi pujian yang menjawab benar f. Memberikan kesempatan kepada siswa menjawab Penutup a. Memberi umpan balik b. Membimbing siswa menyimpulkan materi c. Memberikan kuis dan PR Langkah II (Mengajukan Pertanyaan) Langkah III (Berfikir bersama) Langkah IV (menjawab) Feed Back NHT memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagi ide dan mempertimbangkan jawanban yang tepat. Selain itu, NHT juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama kelompok. NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. 15 Multimedia dalam Pembelajaran Kimia Secara sederhana, multimedia diartikan sebagai lebih dari satu media. Multimedia dapat berupa kombinasi antara teks, grafik, animasi, suara, dan gambar. Namun pada bagian ini, perpaduan dan kombinasi dua atau lebih jenis media ditekankan kepada kendali komputer sebagai penggerak keseluruhan gabungan media. Dengan demikian, arti multimedia yang umumnya dikenal dewasa ini adalah Berbagai macam kombinasi grafik, teks, suara, video, dan animasi. Penggabungan ini merupakan suatu kesatuan yang secara bersama-sama menampilkan informasi, pesan atau isi 15. Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, h. 55. Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni

13 pelajaran. 16 Zaitun Fazilah ( 60 dari 28 ) Konsep penggabungan ini dengan sendirinya memerlukan beberapa jenis peralatan perangkat keras yang masing-masing tetap menjalankan fungsi utamanya sebagaimana biasa, dan komputer merupakan pengandali seluruh peralatan tersebut. Multimedia terbagi menjadi dua kategori, yaitu: multimedia linier dan multimedia interaktif. Multimedia linier adalah suatu multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol apapun yang dapat dioperasikan oleh pengguna. Multimedia ini berjalan sekuensial (berurutan), contohnya: TV dan film. Multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya. Contoh multimedia interaktif adalah multimedia pembelajaran interaktif, makro media flash, aplikasi game, dll. 17 Multimedia cocok digunakan dalam proses pembelajaran kimia sebagai perangkat belajar. Apabila multimedia pembelajaran dipilih, dikembangkan dan digunakan secara tepat dan baik, akan memberi manfaat yang sangat besar bagi para guru dan siswa. Secara umum manfaat yang dapat diperoleh adalah proses pembelajaran lebih menarik, lebih interaktif, jumlah waktu mengajar dapat dikurangi, kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan dan proses belajar mengajar dapat dilakukan di mana dan kapan saja, serta sikap belajar siswa dapat ditingkatkan. Manfaat di atas akan diperoleh mengingat terdapat keunggulan dari sebuah multimedia pembelajaran, yaitu: (1) Memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata, seperti kuman, bakteri, elektron dll; (2) Memperkecil benda yang sangat besar yang tidak mungkin dihadirkan ke sekolah, seperti gajah, rumah, gunung, dll; (3) Menyajikan benda atau peristiwa yang kompleks, rumit dan berlangsung cepat atau lambat, seperti sistem tubuh manusia, h Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), 17. Azhar Arsyad, Media Pembelajaran..., h Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015

14 Zaitun Fazilah ( 61 dari 28 ) bekerjanya suatu mesin, beredarnya planet Mars, berkembangnya bunga dll; (4) Menyajikan benda atau peristiwa yang jauh, seperti bulan, bintang, salju, dll; (5) Menyajikan benda atau peristiwa yang berbahaya, seperti letusan gunung berapi, harimau, racun, dll; dan (6) Meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa. 18 Informasi yang disajikan melalui multimedia berbentuk dokumen yang hidup, dapat dilihat dilayar monitor dan dapat didengar suaranya, dilihat gerakannya (video). Multimedia bertujuan untuk menyajikan informasi dalam bentuk yang menyenangkan, menarik, mudah dimengerti, dan jelas. Informasi akan mudah dimengerti karena sebanyak mungkin indera, terutama telinga dan mata, digunakan untuk menyerap informasi tersebut. Multimedia pembelajaran dapat digolongkan dalam tiga karakteristik, yaitu: (1) Multimedia digunakan sebagai salah satu unsur pembelajaran di kelas. Jika guru menjelaskan materi sistem koloid melalui pengajaran di kelas atau berdasarkan suatu buku acuan, maka multimedia digunakan sebagai media pelengkap untuk memperlihatkan bentuk-bentuk sistem koloid; (2) Multimedia digunakan sebagai materi pembelajaran mandiri. Multimedia mungkin saja mendukung pembelajaran di kelas dan mungkin juga tidak. Berbeda dengan tipe pertama, pada tipe kedua seluruh kebutuhan instruksional dari pengguna dipenuhi seluruhnya dalam paket multimedia. Artinya seluruh fasilitas pembelajaran, termasuk latihan, feed back dan tes yang mendukung tujuan pembelajaran disediakan dalam paket; dan (3) Multimedia digunakan sebagai media satu-satunya dalam pembelajaran. Seluruh fasilitas pembelajaran yang mendukung telah disediakan dalam paket ini. 19 Makromedia flash dalam Pembelajaran Kimia Seiring pesatnya arus teknologi, media yang dapat digunakan pun kian beragam, terutama sejak teknologi multimedia meningkat pesat akhir-akhir ini. Salah satu media yang sangat menarik dan kongkrit adalah media berbasis flash, yaitu makromedia flash. Dengan media ini, proses pembelajaran menjadi semakin menarik, lebih mudah disajikan kepada 18. Azhar Arsyad, Media Pembelajaran..., h Arias, Multimedia dalam Dunia Pendidikan, (Online, Tersedia di: diakses Tanggal 20 Mei 2014). Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni

15 Zaitun Fazilah ( 62 dari 28 ) siswa, konsep-konsep abstrak pun dapat dijelaskan dengan konkrit dan dengan tampilan-tampilan animasi yang lebih berwarna. 20 Adapun animasi sudah menjadi elemen penting yang mendukung tampilan halaman web, presentasi, dan yang lainnya. Hal ini dikarenakan animasi dapat memusatkan pandangan peserta didik pada tampilannya. Suatu halaman web yang disisipkan animasi logo yang berputar, atau iklan dengan teks yang diberikan animasi, tentunya dapat menarik fokus peserta didik pada objek yang disampaikan. Contoh gambar yang ditampilkan dalam pembelajaran dengan penggunaan makromedia flash: 21 Gambar 1 Tampilan dalam Pembelajaran dengan Makromedia flash Berbicara tentang animasi tidak akan lepas dari pengaturan properti objek. Animasi adalah tampilan suatu objek yang propertinya (posisi, ukuran, warna, dan yang lainnya) berubah pada durasi/waktu tertentu sesuai pengaturan yang dilakukan. 22 Apabila diperhatikan penjelasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat dua hal penting yang harus h Arry Maulana, Animasi Itu Mudah (Jakarta: Elek Media Komputindo,2003), 21. (Online, Tersedia di: diakses 13 Agustus 2014). 22.(Online, Tersedia di: diakses Tanggal 13 Agustus Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015

16 Zaitun Fazilah ( 63 dari 28 ) diperhatikan dalam pembuatan animasi, yaitu objek/gambar dan alur gerak. Atau juga animasi merupakan suatu teknik menampilkan gambar berurut sedemikian rupa sehingga penonton merasakan adanya ilusi gerakan (motion) pada gambar yang ditampilkan. Secara umum ilusi gerakan merupakan perubahan yang dideteksi secara visual oleh mata penonton sehingga tidak harus perubahan yang terjadi merupakan perubahan posisi sebagai makna dari istilah gerakan. Perubahan seperti perubahan warna pun dapat dikatakan sebuah animasi. Dalam bidang grafika pemodelan visual dapat dikategorikan sebagai dua kelompok yaitu pemodelan geometrik dan pemodelan penampilan (appearance). Pemodelan geometrik merupakan representasi dari bentuk objek yang ingin ditampilkan sedangkan pemodelan penampilan membuat representasi sifat visual atau penampakan objek tersebut. Berdasarkan definisi di atas bahwa sebuah animasi disusun oleh himpunan gambar yang ditampilkan secara berurut maka animasi dapat dikatakan sebuah fungsi terhadap waktu. Gambar dapat didefinisikan sebagai koleksi deskripsi geometris dan visual ataupun dapat berupa citra. Pada gambar yang merupakan koleksi deskripsi, maka animasi didefinisikan sebagai fungsi yang memetakan waktu kepada perubahan parameterparameter dari deskripsi. Pada gambar yang merupakan citra, animasi didefinisikan sebagai fungsi yang memetakan waktu kepada tiap elemen citra. Fungsi Makromedia flash dalam Pembelajaran Kimia Adapun fungsi atau peranan makromedia flash dalam pembelajaran kimia adalah sebagai berikut: (a) Alat bantu untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif, (b) bagian yang integral dari keseluruhan situasi, (c) alat peraga dalam pembelajaran, penggunaannya integral dengan tujuan dan isi pelajaran, (d) penggunaan alat peraga bukan semata alat hiburan, (e) untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni

17 Zaitun Fazilah ( 64 dari 28 ) diberikan oleh guru, (f) mendorong minat dan motivasi belajar siswa, dan (g) untuk mempertinggi mutu belajar mengajar. 23 Demikian pula Nasution, mengemukakan bahwa fungsi yang terkandung dalam media pembelajaran adalah sebagai berikut: (a) Menambah kegiatan belajar mengajar, (b) menghemat waktu belajar, (c) menambah keadaan permanen dari hasil belajar, (d) membantu anakanak yang ketinggalan dalam pelajaran, (e) membangkitkan minat, perhatian, dan aktivitas pada murid, dan (f) memberi pengalaman yang lebih tepat dan jelas. 24 Contoh animasi yang ditampilkan dalam pembelajaran dengan penggunaan makromedia flash pada materi sistem koloid: 25 Gambar 2 Tampilan Animasi Makromedia flash pada Materi Sistem Koloid Materi Sistem Koloid Sistem koloid adalah campuran heterogen dua fase dari dua zat atau lebih di mana partikel-partikel berukuran koloid tersebar (terdispersi) merata dalam zat lain. Zat yang terdispersi sebagai partikel koloid disebut fase terdispersi. Sedangkan zat yang merupakan fase kontinue di mana partikel koloid terdispersi disebut medium pendispersi. Ukuran partikel koloid 23. Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Balai Pustaka, 2008), h Nasution S, Didaktik Azas-Azas Mengajar, (Bandung: Jemmars, 1986), h. 25. (Online: Tersedia di: diakses Tanggal 13 Agustus 2014). 64 Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015

18 Zaitun Fazilah ( 65 dari 28 ) berkisar antara cm (1-100 nm). Ukuran inilah yang membedakan sistem koloid dengan campuran lain (larutan dan suspensi). 26 Jenis-Jenis Koloid Sistem koloid dapat dikelompokkan berdasarkan fase terdispersinya menjadi tiga, yaitu sol (fase terdispersinya zat padat), emulsi (fase terdispersinya zat cair) dan buih (fase terdispersinya gas). Selanjutnya sol, emulsi dan buih dikelompokkan lagi berdasarkan medium pendispersinya. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut. 27 Gambar 3 Jenis-Jenis Koloid Sifat-Sifat Koloid Efek Tyndall Efek tyndall adalah peristiwa penghamburan cahaya oleh partikelpartikel koloid. Contoh: sinar matahari yang dihamburkan partikel koloid, sorot lampu mobil pada malam berkabut Syarifuddin, Buku Saku Kimia SMA, (Tanggeran: Scientific Press, 2011), h. 27. (Online, Tersedia di: Diakses Tanggal 13 Agustus 2014). Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni

19 Gerak Brown Zaitun Fazilah ( 66 dari 28 ) Gerak brown adalah gerak acak atau gerak tidak beraturan dari partikel koloid. Contoh sari tepung tumbuhan pada permukaan air. Untuk lebih jelas gerak brown dapat dilihat pada gambar berikut. 28 Gambar 4 Gerak Brown Adsorpsi Adsorpsi adalah penyerapan pada permukaan (harus dibedakan dari adsorpsi yang artinya penyerapan sampai ke bawah permukaan). Contoh: sol AgCl bermuatan positif diperoleh dari pencampuran larutan AgNO 3 berlebih, koloid sabun, koloid protein. 29 mengasorpsi S 2- sehingga As 2 S 3 menjadi bermuatan negatif. 30 Gambar 5 Proses Terjadinya Adsorpsi Contoh: sol As 2 S 3 mampu 28. (Online, Tersedia di: Diakses Tanggal 13 Agustus 2014). 29. Syarifuddin, Buku Saku Kimia..., h (Online, Tersedia di: diakses Tanggal 13 Agustus Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015

20 Zaitun Fazilah ( 67 dari 28 ) Koloid Liofil dan Koloid Liofob Koloid liofil adalah sistem koloid yang daya tarik menarik fase terdispersinya. Besar terhadap medium pendispersinya (suka cairan). Contohnya: sol kanji, agar-agar, lem, cat. Koloid liofob adalah sistem koloid yang daya tarik menarik fase terdispersinya. Kecil terhadap medium pendispersinya (tidak suka cairan) Koloid pelindung adalah koloid yang dapat melindungi koloid dari koagulasi. Contoh: pembuatan es krim dengan penambahan gelatin yang mencegah pembentukan kristal besar es atau gula. Elektroforesis dan Dialisis Elektroforesis adalah peristiwa penggerakan partikel koloid yang bermuatan ke salah satu elektroda. Elektroforesis digunakan untuk mendeteksi muatan partikel koloid, jika koloid berkumpul di elektroda positif, berarti koloid bermuatan negatif. Prinsip elektroforesis digunakan untuk membersihkan asap dalam suatu industri dengan menggunakan cottrell. Adapun dialisis adalah proses pemurnian partikel koloid dari muatan-muatan yang menempel pada permukaannya. Proses dialisis menggunakan membran semi permeabel. Koagulasi Koagulasi adalah pengumpalan partikel koloid menjadi endapan. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan, dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan. Contoh proses koagulasi pada pembuatan agaragar, ketika panas agar-agar tersebut cair hingga agar-agar mengeras saat dingin (Online, Tersedia di: diakses Tanggal 13 Agustus 2014 Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni

21 Zaitun Fazilah ( 68 dari 28 ) Gambar 6 Proses Pendinginan pada Agar-Agar Pembuatan Koloid Metode Kondensasi Pembuatan koloid sol dengan metode kondensasi melibatkan penggabungan partikel-partikel larutan (atom, ion, atau molekul) menjadi partikel-partikel berukuran koloid. Hal ini dilakukan dengan reaksi kimia (dekomposisi rangkap, hidrolisis dan redoks) atau penggantian pelarut. 32 Pertama. Reaksi dekomposisi rangkap. Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO 3 encer dan larutan HCl encer. AgNO 3(aq) + 3H 2 O (l) AgCl (sistem koloid) + 3 HCl (aq). Kedua. Reaksi hidrolisis. Sol Fe(OH) 3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam dalam air mendidih. FeCl 3(aq) + 3H 2 O (l) Fe(OH) 3 (sistem koloid) + 3HCl (aq). Ketiga. Reaksi redoks. Sol belerang dapat dibuat dengan mengalirkan gas H 2 S kedalam larutan SO 2. 2H 2 S (g) + SO 2(aq) 3S (sistem koloid) + 2H 2 O (aq). Penggantian Pelarut Belerang sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam alkohol seperti etanol. Jadi, untuk membuat sol belerang dengan medium pendispersinya air, belerang dilarutkan terlebih dahulu dalam etanol sampai jenuh. Setelah itu, larutan belerang dalam etanol ini ditambahkan sedikit demi sedikit dalam air 32. Antuni Wiyarsi, Mari Belajar Kimia SMA-MA Kelas XI IPA, (Jakarta: Pusat Perbukuan, 2009), h Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015

22 Zaitun Fazilah ( 69 dari 28 ) sambil diaduk. Belerang akan mengumpal menjadi partikel sistem koloid akibat penurunan kelarutan belerang dalam air. Metode Dispersi Metode dispersi melibatkan pemecahan partikel-partikel kasar menjadi partikel-partikel berukuran koloid yang kemudian didispersikan dalam medium pendispersinya. Ada tiga metode dispersi yaitu cara mekanik, cara peptisasi, dan cara busur breding. Lebih lanjut, dapat penulis jelaskan secara rinci sebagai berikut; Pertama. Cara mekanik. Penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan penggilingan untuk membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Alat yang digunakan disebut penggiling koloid. Contoh: koloid grafit untuk pelumas, tinta cetak, cat dan sol belerang. Kedua. Cara peptisasi. Merupakan proses dispersi endapan menjadi koloid dengan penambahan zat pemecah. Zat pemecah dapat berupa elektrolit khusus yang menggandung ion sejenis ataupun pelarut tertentu. Contoh: agar-agar dipeptisasi oleh air, karet dipeptisasi oleh bensin. Ketiga. Cara busur brending. Cara ini digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang dijadikan koloid diletakkan dielektroda dalam medium pendispersi dan dialiri listrik. Atom logam telempar keair dan mengalami kondensasi menjadi koloid. Hasil Pembahasan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dengan Makromedia flash Berdasarkan jumlah persentase ketuntasan klasikal yang telah dihitung dapat dinyatakan bahwa sebanyak 17 orang siswa yang mengikuti pembelajaran di kelas kontrol pada pembahasan sistem koloid hanya 12 orang siswa yang dinyatakan tuntas dengan kata lain ketuntasan klasikal kelas kontrol hanya mencapai 70%, sementara sisanya yaitu sebanyak 5 orang siswa atau 30% dinyatakan tidak tuntas. Sedangkan 18 orang siswa lainnya yang mengikuti pembelajaran di kelas eksperimen pada pembahasan Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni

23 Zaitun Fazilah ( 70 dari 28 ) sistem koloid dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT menggunakan makromedia flash tingkat persentase ketuntasan klasikalnya mencapai 100%. Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran NHT menggunakan makromedia flash ketuntasan siswa secara klasikal diperoleh melebihi dari kriteria yang telah ditetapkan di MAN Krueng Geukueh pada tahun ajaran pada pembahasan sistem koloid yaitu 80%. Sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal MAN Krueng Geukueh yang telah ditetapkan bahwa siswa dikatakan tuntas belajar apabila memiliki daya serap paling sedikit 65%, sedangkan ketuntasan belajar secara klasikal tercapai apabila paling sedikit 80%. Untuk melihat ada atau tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka dapat diuji denganmenggunakan uji hipotesis tes-t. Hasil perhitungan diperoleh bahwa dengan dengan derajat kebebasan df = (Nx + Ny ) 2, df = (18+17)-2, df = 33 dan taraf kepercayaan 0,95 dan taraf distribusi t diperoleh t (0,95)(33) = 2,025. Karena hasil perhitungan diperoleh 4,22 maka t hitung t tabel atau 4,22 2,025. Dengan demikian H 0 ditolak dan terjadi penerimaan H a. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar diantara siswa kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran NHT dengan menggunakan makromedia flash dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran konvensional. Hal ini sesuai dengan penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain, pembelajaran koopertif dapat, memenuhi kebutuhan siswa dalam memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman Trianto, Mendesain Model Pembelajaran..., h Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015

24 Zaitun Fazilah ( 71 dari 28 ) Aktivitas Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dengan Makromedia flash Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung, diketahui bahwa aktivitas siswa selama pembelajaran kimia pada pembahasan sistem koloid menggunakan model pembelajaran NHT dengan menggunakan makromedia flash yang membentuk kelompok-kelompok belajar adalah lebih aktif. Siswa dapat berkerjasama dalam menyelesaikan LKS, dapat memberikan inspirasi bagi siswa untuk bertanggung jawab dalam mencari jawaban dan kemudian saling menjelaskan kepada masing-masing anggota kelompoknya sehingga siswa dapat menyalurkan tanggapan dalam diskusi kelompok serta siswa yang tingkat kemampuannya rendah akan terbantu dengan siswa yang kemampuannya lebih tinggi dalam satu kelompok. Berdasarkan pengamatan terhadap aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran kimia pada pembahasan sistem koloid, maka dapat diambil kesimpulan hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran NHT menggunakan makromedia flash memperoleh nilai lebih tinggi, hal ini dapat dilihat dari persentase yang diperoleh pada aktivitas siswa kelas eksperimen selama proses pembelajaran, di mana persentase rata-rata dari dua orang pengamat adalah 92,18%. Sedangkan pada kelas kontrol persentase rata-rata dua orang pengamat adalah 91,6%. hal ini sesuai dengan kriteria aktivitas siswa, di mana 76 % 100 = sangat aktif. Ketika kegiatan pembelajaran kimia berlangsung di kelas eksperimen pada pembahasan sistem koloid, siswa mendengarkan dan menyimak penjelasan dan informasi yang disampaikan oleh guru menggunakan makromedia flash. Di samping itu, siswa juga menanyakan hal-hal yang belum dipahami seputar materi yang diajarkan oleh guru. Kemudian siswa membentuk empat kelompok belajar yang beranggotakan 4 hingga 5 orang Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni

25 Zaitun Fazilah ( 72 dari 28 ) secara heterogen. Setelah siswa membentuk kelompok siswa dibagikan nomor undian yang berisikan dari nomor 1-5 untuk mendapatkan tanggung jawab dalam mengerjakan tugas LKS yang diberkian guru berdasarkan nomor yang didapatnya. Ketika berada di dalam kelompok, para siswa mengerjakan LKS secara antusias dan menyelesaikan tugas yang ada di dalam LKS tetap melalui bimbingan guru. Pada sesi berikutnya, setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka setelah guru memanggil nomor soal LKS yang akan dibahas dan siswa yang bertanggung jawab menjawab soal tersebut berdiri dan mempresentasikan jawabannya, siswa yang lain menanggapi jawaban yang diberikan oleh kelompok tersebut. Bentuk penilaian dari setiap individu dalam setiap kelompok dilakukan sesuai dengan rubrik penilaian. Rubrik penilaian ini disusun berdasarkan kategori-kategori yang menjelaskan bentuk penilaian bagi setiap individu siswa dari seluruh kelompok. Pada sesi terakhir siswa mengerjakan evaluasi hasil belajar berupa tes akhir tentang materi yang telah dipelajari. Kemudian siswa dan guru melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran. Dari kegiatan pembelajaran kimia pada pembahasan sistem koloid di kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran NHT dengan menggunakan makromedia flash, keaktifan siswa lebih tinggi dan kegiatan pembelajaran nya juga berjalan efektif sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan yang dipaparkan Wena bahwa: Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar menciptakan interaksi yang saling asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa. Pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang yang terstruktur, dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator Made Wena, Strategi Pembelajaran..., h Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015

26 Zaitun Fazilah ( 73 dari 28 ) Di samping itu, keaktifan siswa pada proses pembelajaran ini bisa dikaitkan dengan apa yang dikatakan oleh Vygotsk. Dalam teorinya, Vygotsk memandang bahwa kognitif anak berkembang melalui interaksi sosial. Anak akan mengalami saling interaksi dengan orang yang lebih tahu. Secara singkat, Teori Pengembangan Sosial berpendapat bahwa interaksi sosial dengan budaya mendahului. Maksudnya dari relasi dengan budaya membuat seorang anak mengalami kesadaran dan perkembangan kognitif. Jadi intinya Vygotsk memusatkan perhatiannya pada hubungan dialektik antara individu dan masyarakat dalam pembentukan pengetahuan. Pengetahuan terbentuk sebagai akibat dari interaksi sosial dan budaya seorang anak. 35 Respon Siswa Setelah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dengan Makromedia flash Respon belajar siswa diberikan pada akhir pertemuan, yaitu setelah menyelesaikan tes akhir dari hasil belajar. Pengisian angket respon siswa bertujuan untuk mengetahui perasaan, minat dan pendapat siswa mengenai penerapan model pembelajaran NHT dengan menggunakan makromedia flash pada materi sistem koloid. Dari angket respon siswa yang diisi oleh 18 siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran numbered heads together dengan menggunakan makromedia flash pada materi sistem koloid di kelas XI IPA 1 pada MAN Krueng Geukueh. Hasil perolehan persentase dengan kriteria sangat setuju (SS) = 26,6%, setuju (S) = 71,1%, tidak setuju (TS) = 2,2% dan sangat tidak setuju (STS) = 0%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sangat tertarik dengan penerapan model pembelajaran numbered heads together dengan menggunakan makromedia flash. Siswa merasa aktif dan termotivasi dalam proses belajar 35. Rifqie, Konsep Vygotsky Tentang Perkembangan, (Online: Tersedia di: diakses Tanggal 13 Mai 2014). Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni

27 Zaitun Fazilah ( 74 dari 28 ) mengajar. Melalui pembelajaran kooperatif, siswa bukan hanya belajar dan menerima apa yang disajikan oleh guru dalam proses belajar mengajar, melainkan bisa juga belajar dari siswa lainnya, dan sekaligus mempunyai kesempatan untuk membelajarkan siswa yang lain. Kesimpulan Dari seluruh kegiatan penelitian pengembangan dengan membuat sebuah media flash player di SMKN 1 Banda Aceh dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil uji-t menunjukkan bahwa t hitung t tabel atau 4,22 2,025. Dengan demikian H 0 ditolak dan terjadi penerimaan H a sehingga diterima kebenaran bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar diantara siswa kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran NHT menggunakan makromedia flash dibandingkan dengan siswa kelas kontrol yang hanya menggunakan model pembelajaran konvensional. 2. Hasil pengamatan aktivitas siswa pada kelas eksperimen (XI IPA 1 ) selama proses pembelajaran, di mana persentase dari dua orang pengamat adalah 92,18%. Sedangkan pada kelas kontrol (XI IPA 2 ) persentase rata-rata dari dua orang pengamat adalah 91,6%, hal ini sesuai dengan kriteria aktivitas siswa, di mana 76 % 100 dinyatakan sangat aktif. 3. Respon siswa terhadap model pembelajaran NHT dengan menggunakan makromedia flash sangat setuju (SS) = 26,6%, setuju (S) = 71,1%, tidak setuju (TS) = 2,2 % dan sangat tidaksetuju (STS) = 0 %. Daftar Pustaka Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009). 74 Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015

kimia KTSP & K-13 KOLOID K e l a s A. Sistem Dispersi dan Koloid Tujuan Pembelajaran

kimia KTSP & K-13 KOLOID K e l a s A. Sistem Dispersi dan Koloid Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 kimia K e l a s XI KOLOID Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi koloid serta perbedaannya dengan larutan dan suspensi.

Lebih terperinci

Buku Saku. Sistem Koloid. Nungki Shahna Ashari

Buku Saku. Sistem Koloid. Nungki Shahna Ashari Buku Saku 1 Sistem Koloid Nungki Shahna Ashari 2 Daftar Isi Pengertian koloid... 3 Pengelompokan koloid... 4 Sifat-sifat koloid... 5 Pembuatan koloid... 12 Kegunaan koloid... 13 3 A Pengertian & Pengelompokan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (KELAS EKSPERIMEN / PERTEMUAN I )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (KELAS EKSPERIMEN / PERTEMUAN I ) Lampiran A.4 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (KELAS EKSPERIMEN / PERTEMUAN I ) Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas (SMA) / Madrasah Aliyah (MA) Mata Pelajaran : Kimia Pokok Bahasan : Sistem

Lebih terperinci

Kelas : XI IPA Guru : Tim Guru HSPG Tanggal : Senin, 23 Mei 2016 Mata pelajaran : Kimia Waktu : WIB

Kelas : XI IPA Guru : Tim Guru HSPG Tanggal : Senin, 23 Mei 2016 Mata pelajaran : Kimia Waktu : WIB Kelas : XI IPA Guru : Tim Guru HSPG Tanggal : Senin, 23 Mei 2016 Mata pelajaran : Kimia Waktu : 10.15 11.45 WIB Petunjuk Pengerjaan Soal Berdoa terlebih dahulu sebelum mengerjakan! Isikan identitas Anda

Lebih terperinci

KOLOID. 26 April 2013 Linda Windia Sundarti

KOLOID. 26 April 2013 Linda Windia Sundarti KOLOID 26 April 2013 Koloid merupakan suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi, yang dilihat secara makroskopis tampak bersifat homogen namun secara mikroskopis tampak

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 7 BAB IX SISTEM KOLOID Koloid adalah campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi. Perbandingan sifat larutan, koloid dan suspensi

Lebih terperinci

Purwanti Widhy H, M.Pd

Purwanti Widhy H, M.Pd Purwanti Widhy H, M.Pd Standar Kompetensi 5. Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi asar 5.2. Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Materi pokok sistem koloid merupakan salah satu materi kimia yang sangat sering

I. PENDAHULUAN. Materi pokok sistem koloid merupakan salah satu materi kimia yang sangat sering I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Materi pokok sistem koloid merupakan salah satu materi kimia yang sangat sering dijumpai di lingkungan sekitar dan dapat mudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem koloid merupakan bentuk campuran dari dua atau lebih suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi

Lebih terperinci

Kata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar

Kata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar PENERAPAN METODE NUMBERED HEAD TOGETHER ( NHT ) DENGAN MEDIA MANIK-MANIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SDN 2 GUNUNG PUTRI SITUBONDO Oleh Ria Dwi

Lebih terperinci

PEMETAAN / ANALISIS SK-KD (Kelas Eksperimen)

PEMETAAN / ANALISIS SK-KD (Kelas Eksperimen) Lampiran 1 PEMETAAN / ANALISIS SK-KD (Kelas Eksperimen) MATA PELAJARAN/TEMA KELAS/SEMESTER : KIMIA/Sistem Koloid : XI/Genap STANDAR KOMPETENSI 5. Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya (Trianto,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kimia merupakan mata pelajaran yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu dalam pembelajaran tidak sekedar untuk memenuhi tuntutan belajar

Lebih terperinci

Kimia Koloid KIM 3 A. PENDAHULUAN B. JENIS-JENIS KOLOID KIMIA KOLOID. materi78.co.nr

Kimia Koloid KIM 3 A. PENDAHULUAN B. JENIS-JENIS KOLOID KIMIA KOLOID. materi78.co.nr Kimia Koloid A. PENDAHULUAN Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya antara larutan dan suspensi. Koloid tergolong sistem dua fase, yaitu: 1) Fase terdispersi (terlarut), adalah zat yang didispersikan,

Lebih terperinci

Sistem Koloid. A. Pengertian Sistem Koloid. Lampiran A.7

Sistem Koloid. A. Pengertian Sistem Koloid. Lampiran A.7 Lampiran A.7 Sistem Koloid Sistem koloid dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh cat adalah sistem koloid yang merupakan campuran heterogen zat padat pada koloid yang tersebar merata

Lebih terperinci

Menu Utama SK/KD SK/KD. Komponen utama minyak bumi INDIKATOR SIFAT LARUTAN KOLOID. Fraksi fraksi minyak bumi PENJERNIHAN AIR MINUM

Menu Utama SK/KD SK/KD. Komponen utama minyak bumi INDIKATOR SIFAT LARUTAN KOLOID. Fraksi fraksi minyak bumi PENJERNIHAN AIR MINUM Menu Utama SK/KD SK/KD Komponen utama minyak bumi INDIKATOR SIFAT LARUTAN KOLOID Fraksi fraksi minyak bumi PENJERNIHAN AIR MINUM Bensin dan mutu bensin KOLOID LIOFIL DAN LIOFOB Dampak penggunaan minyak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran dapat lebih menarik jika menggunakan media pembelajaran.

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran dapat lebih menarik jika menggunakan media pembelajaran. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Animasi Multimedia Pembelajaran dapat lebih menarik jika menggunakan media pembelajaran. Menurut Arsyad (2000:4) media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita setiap bangsa di dunia. Salah satu faktor pendukung utama bagi kemajuan suatu negara adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari materi dan perubahannya, zat-zat yang

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari materi dan perubahannya, zat-zat yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari materi dan perubahannya, zat-zat yang terlibat dalam perubahan kimia itu sendiri adalah unsur dan senyawa. Selain itu, ilmu kimia

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN MAKE A-MATCH PADAA MATERI SISTEM KOLOID TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XISMAN 5 BANDA ACEH S K R I P S I.

PENGARUH PEMBELAJARAN MAKE A-MATCH PADAA MATERI SISTEM KOLOID TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XISMAN 5 BANDA ACEH S K R I P S I. PENGARUH PEMBELAJARAN MAKE A-MATCH PADAA MATERI SISTEM KOLOID TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XISMAN 5 BANDA ACEH S K R I P S I Diajukan Oleh NURIYANI NIM: 291 223 248 Mahasiswa Fakultas TarbiyahdanKeguruan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KOLOID DAN PROSES PEMBUATANNYA : SMAN 16 SURABAYA MATA PELAJARAN : KIMIA. KELAS / SEMESTER : XI / 2 (dua)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KOLOID DAN PROSES PEMBUATANNYA : SMAN 16 SURABAYA MATA PELAJARAN : KIMIA. KELAS / SEMESTER : XI / 2 (dua) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KOLOID DAN PROSES PEMBUATANNYA SEKOLAH : SMAN 16 SURABAYA MATA PELAJARAN : KIMIA KELAS / SEMESTER : XI / 2 (dua) ALOKASI WAKTU : 2x45 menit I. STANDAR KOMPETENSI

Lebih terperinci

Jenis Nama Contoh. padat sol padat sol padat kaca berwarna, intan hitam. gas sol gas aerosol padat asap, udara berdebu

Jenis Nama Contoh. padat sol padat sol padat kaca berwarna, intan hitam. gas sol gas aerosol padat asap, udara berdebu > materi78.co.nr Kimia Koloid A. PENDAHULUAN Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya antara larutan dan suspensi. Koloid tergolong sistem dua fase, yaitu: 1) Fase terdispersi (terlarut), adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses komunikasi (proses penyampaian pesan) harus diciptakan atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses komunikasi (proses penyampaian pesan) harus diciptakan atau 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Animasi Multimedia Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses komunikasi. Proses komunikasi (proses penyampaian pesan) harus diciptakan atau diwujudkan melalui

Lebih terperinci

Koloid. Bab. Peta Konsep. Kompetensi Dasar OLOID 153. Kimiaia untukk SMA dan MA kelas XIII

Koloid. Bab. Peta Konsep. Kompetensi Dasar OLOID 153. Kimiaia untukk SMA dan MA kelas XIII Bab Koloid Peta Konsep Kompetensi Dasar Siswa mampu membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada di sekitarnya. Siswa mampu mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran kimia di sekolah, umumnya masih berorientasi kepada materi yang tercantum pada kurikulum. Bagi para siswa, belajar kimia hanya untuk keperluan menghadapi ulangan

Lebih terperinci

Jenis larutan : elektrolit dan non elektrolit

Jenis larutan : elektrolit dan non elektrolit KONSEP LARUTAN Definisi larutan Larutan adalah campuran homogen dari dua jenis zat atau lebih Larutan terdiri dari zat terlarut (solut) dan zat pelarut (solven) Larutan tidak hanya berbentuk cair, tetapi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam penelitian suatu kajian teori sangat diperlukan, suatu kajian teori ini akan sangat membantu dalam penelitian. Dimana teori ini dijadikan suatu dasar atau patokan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA MATERI TURUNAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA MATERI TURUNAN MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA MATERI TURUNAN Andy Sapta Program Pendidikan Matematika, Universitas Asahan e-mail : khayla2000@yahoo.com Abstrak Tujuan penelitian

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XII/ Pertemuan ke : 1 & 2 Alokasi Waktu : 4 x 4 menit Standar Kompetensi : Memahami koloid, suspensi, dan larutan sejati Kompetensi

Lebih terperinci

SISTEM KOLOID. Sulistyani, M.Si.

SISTEM KOLOID. Sulistyani, M.Si. SISTEM KOLOID Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id Konsep Materi Koloid merupakan campuran fase peralihan homogen menjadi heterogen. Sistem koloid terdiri dari dua fase, yaitu fase pendispersi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada dasarnya pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru, dalam menyampaikan suatu materi untuk diajarkan kepada siswa dalam suatu

Lebih terperinci

HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN METODE THINK-PAIR-SHARE DAN METODE EKSPOSITORI

HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN METODE THINK-PAIR-SHARE DAN METODE EKSPOSITORI 244 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 2, No. 1, 2008, hlm 244-249 HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN METODE THINK-PAIR-SHARE DAN METODE EKSPOSITORI Wisnu Sunarto, Woro Sumarni, Eli

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awal Subjek Penelitian Penelitian dilakukan di kelas 4 Sekolah Dasar Negeri 1 Pojok semester 2 tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 31 orang siswa

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN STRATEGI PROBLEM POSING

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN STRATEGI PROBLEM POSING MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN STRATEGI PROBLEM POSING PADA MATERI POKOK IKATAN KIMIA DI KELAS X SMAN 3 LAMONGAN Meiliyah Ulfa, Muchlis

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA MELALUI PEMBELAJARAN BERBANTUAN KOMPUTER DENGAN MEDIA CHEMO-EDUTAINMENT

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA MELALUI PEMBELAJARAN BERBANTUAN KOMPUTER DENGAN MEDIA CHEMO-EDUTAINMENT 182 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 2, No. 1, 2008, hlm 182-189 PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA MELALUI PEMBELAJARAN BERBANTUAN KOMPUTER DENGAN MEDIA CHEMO-EDUTAINMENT Siti Sundari Miswadi, Sigit

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada strategi pembelajaran yang digunakan sehingga siswa dituntut bekerjasama dalam kelompok-kelompok

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE KASUS MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE KASUS MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA 345 EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE KASUS MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA Woro Sumarni, Soeprodjo, Krida Puji Rahayu Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Kampus

Lebih terperinci

Kimia Koloid. Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc. Jurusan Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Kimia Koloid. Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc. Jurusan Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Kimia Koloid Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc Jurusan Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Jurusan Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Capaian Pembelajaran Mahasiswa mampu

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR PETA KONSEP

KOMPETENSI DASAR PETA KONSEP SISTEM KOLOID KOMPETENSI DASAR 3.15. Menganalisis peran koloid dalam kehidupan berdasarkan sifat-sifatnya. 4.15.Mengajukan ide/gagasan untuk memodifikasi pembuatan koloid berdasarkan pengalaman membuat

Lebih terperinci

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK Jurnal Dinamika, September 2011, halaman 74-90 ISSN 2087-7889 Vol. 02. No. 2 Peningkatan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar Biologi Siswa melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1-100 nanometer),

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran dapat di artikan sebagai pedoman atau acuan dalam menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Kondisi Awal Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas III SD Kayuapu, semester I, yang berjumlah 27 siswa. Berdasarkan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (KELAS EKSPERIMEN / PERTEMUAN III) Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas (SMA) / Madrasah Aliyah (MA)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (KELAS EKSPERIMEN / PERTEMUAN III) Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas (SMA) / Madrasah Aliyah (MA) Lampiran A.6 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (KELAS EKSPERIMEN / PERTEMUAN III) Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas (SMA) / Madrasah Aliyah (MA) Mata Pelajaran : Kimia Pokok Bahasan : Sistem

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Penerapan juga bisa diartikan sebagai kemampuan siswa untuk mengggunakan

BAB II KAJIAN TEORI. Penerapan juga bisa diartikan sebagai kemampuan siswa untuk mengggunakan BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoritis 1. Penerapan Prediction guide (tebak pelajaran) a. Penerapan strategi Prediction Guide Penerapan adalah proses mempraktikan teori yang telah dirancang. 1 Penerapan

Lebih terperinci

Lampiran 1.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Lampiran 1.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 113 Lampiran 1.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Identitas sekolah Mata pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Sub Materi Alokasi Waktu Jumlah Pertemuan : SMA : Kimia :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan menyenangkan dan berpusat pada siswa semestinya harus selalu dilakukan seorang guru. Siswa antusias mengacungkan

Lebih terperinci

aspek saja, tetapi terjadi secara menyuluruh yang meliputi aspek kognitif, afektif,

aspek saja, tetapi terjadi secara menyuluruh yang meliputi aspek kognitif, afektif, Hasil Belajar Hasil belajar adalah perubahan perilaku individu, sebagai akibat atau umpan balik dari proses pembelajaran. Perubahan perilaku tersebut bukan terjadi hanya pada satu aspek saja, tetapi terjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan wawancara dengan guru bidang studi kimia SMA Budaya Bandar

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan wawancara dengan guru bidang studi kimia SMA Budaya Bandar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan wawancara dengan guru bidang studi kimia SMA Budaya Bandar Lampung, diperoleh bahwa nilai rata-rata penguasaan konsep pada materi pokok ikatan kimia tata nama

Lebih terperinci

Penyajian Fenomena Kontekstual Berbantuan Komputer Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Konsep Kalor Pada Siswa Kelas X B SMA Negeri 1 Marawola

Penyajian Fenomena Kontekstual Berbantuan Komputer Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Konsep Kalor Pada Siswa Kelas X B SMA Negeri 1 Marawola Penyajian Fenomena Kontekstual Berbantuan Komputer Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Konsep Kalor Pada Siswa Kelas X B SMA Negeri 1 Marawola Habibi, Unggul Wahyono dan Haeruddin e-mail: habibi_bibboys@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Yunius, Siti Nuryanti, dan Yusuf Kendek Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

: PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN

: PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN Tugas Kegiatan Belajar II Tatang Kurniawan Judul Jurnal : PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran kimia yang baik adalah pembelajaran kimia yang dapat memberikan makna bagi siswa. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajarannya guru dapat mengaitkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran kimia di sekolah, umumnya masih berorientasi kepada materi yang

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran kimia di sekolah, umumnya masih berorientasi kepada materi yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran kimia di sekolah, umumnya masih berorientasi kepada materi yang tercantum pada kurikulum. Bagi para siswa, belajar kimia hanya untuk keperluan menghadapi ulangan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI PATIKRAJA Jalan Adipura 3 Patikraja Telp (0281) Banyumas 53171

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI PATIKRAJA Jalan Adipura 3 Patikraja Telp (0281) Banyumas 53171 PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI PATIKRAJA Jalan Adipura 3 Patikraja Telp (0281) 6844576 Banyumas 53171 ULANGAN KENAIKAN KELAS TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011 Mata Pelajaran : Kimia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan saluran atau media (Sardiman A.M., 2001: 7). Multimedia interaktif

BAB II LANDASAN TEORI. dan saluran atau media (Sardiman A.M., 2001: 7). Multimedia interaktif BAB II LANDASAN TEORI Interaksi berkaitan erat dengan istilah komunikasi. Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yang terlibat di dalamnya, yaitu komunikator, komunikan, pesan dan saluran atau media (Sardiman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya sadar dan terencana. untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi manusia yang serba

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya sadar dan terencana. untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi manusia yang serba BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya sadar dan terencana untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi manusia yang serba bervariasi. Dengan pendidikan, akan dapat

Lebih terperinci

Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami

Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami I. Tujuan Pada percobaan ini akan dipelajari beberapa hal mengenai koloid,protein dan senyawa karbon. II. Pendahuluan Bila garam dapur dilarutkan dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Masalah pada dasarnya merupakan hal yang sangat sering ditemui dalam kehidupan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Masalah pada dasarnya merupakan hal yang sangat sering ditemui dalam kehidupan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pemecahan Masalah (Problem Solving) Masalah pada dasarnya merupakan hal yang sangat sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Masalah dapat terjadi pada berbagai aspek

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR FLEKSIBEL DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR FLEKSIBEL DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR FLEKSIBEL DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Nina Susanti, Noor Fadiawati, Lisa Tania, Nina Kadaritna Pendidikan Kimia, Universitas Lampung ninacyezyu@gmail.com

Lebih terperinci

Pembersih Kaca PEMBERSIH KACA

Pembersih Kaca PEMBERSIH KACA Pembersih Kaca PEMBERSIH KACA I. PENDAHULUAN Penggunaan cairan pembersih kaca semakin menjadi kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, kebutuhan akan cairan pembersih kaca dari waktu ke waktu semakin meningkat.

Lebih terperinci

SEMESTER PROGRAM. School : Semester : 2 Academic Year :

SEMESTER PROGRAM. School : Semester : 2 Academic Year : SEMESTER PROGRAM School : Subject : Chemistry Class : XI IPA Semester : Academic Year : No Kompetensi Dasar/ Materi Indikator 4.1 Mendeskripsikan teori-teori asam basa dengan menentukan sifat larutan dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling ketergantungan

Lebih terperinci

Peningkatan Hasil Belajar PKn Materi Organisasi melalui Model Numbered Head Together di Kelas V. Endah Tri Wahyuni

Peningkatan Hasil Belajar PKn Materi Organisasi melalui Model Numbered Head Together di Kelas V. Endah Tri Wahyuni Peningkatan Hasil Belajar PKn Materi Organisasi melalui Model Numbered Head Together di Kelas V Endah Tri Wahyuni 1 1 Universitas Negeri Malang Email: 1 endahtriw7@gmail.com Tersedia Online di http://www.jurnal.unublitar.ac.id/

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Hasil Belajar Pakar psikologi melihat perilaku belajar sebagai proses psikologis individu dalam interaksinya dengan lingkungan hidup secara alami. Sedangkan

Lebih terperinci

Download Soal dan Pembahasan Lainnya di: SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN..

Download Soal dan Pembahasan Lainnya di:  SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN.. SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN../ MATA PELAJARAN : KIMIA KELAS : XI (Sebelas) HARI/TANGGAL : WAKTU : 07.30 09.30 (120 menit) 1. Kelarutan Mg(OH)2 dalam air adalah 10-3 mol/l. Maka harga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri.

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri. BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Teori konstruktivisme dalam belajar adalah peserta didik agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diperlukan penguasaan matematika sejak dini. Oleh karena itu, selayaknya mata

I. PENDAHULUAN. diperlukan penguasaan matematika sejak dini. Oleh karena itu, selayaknya mata I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia.

Lebih terperinci

BAB VII SISTEM KOLOID

BAB VII SISTEM KOLOID BAB VII SISTEM KOLOID INDIKATOR Menjelaskan pengelompokan campuran menjadi larutan, koloid, dan suspensi. Mendeskripsikan perbedaan larutan, koloid, dan suspensi berdasarkan sifat campurannya, fasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membantu pengembangan potensi dan kemampuan subjek didik sehingga bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari para ahli yang mendukung penelitian beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama dan mempunyai pandangan

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA Tiara Irmawati Budi Handoyo Purwanto Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses belajar mengajar dijumpai permasalahan yang tidak hanya berasal dari guru dan siswa tetapi juga masalah sarana dan prasarana dalam proses belajar. Permasalahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 18 MEDAN

PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 18 MEDAN ISSN 5-73X PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 18 MEDAN Faridah Anum Siregar Jurusan Pendidikan Fisika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan Abstrak.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 7, No. 2, April 2017 ISSN 0854-2172 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR SD Negeri Purbasana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Hakikat Belajar Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi semakin pesat dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi semakin pesat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi semakin pesat dari waktu ke waktu. Dengan berkembangnya sains dan teknologi tersebut menyebabkan perkembangan

Lebih terperinci

METODE TANYA JAWAB MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

METODE TANYA JAWAB MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA METODE TANYA JAWAB MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA ROSLIANA Guru SMP Negeri 3 Tapung rrosliana911 @gmail.com ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBASIS SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA POKOK BAHASAN LAJU REAKSI

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBASIS SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA POKOK BAHASAN LAJU REAKSI 216 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 2, No. 1, 2008, hlm 216-223 PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBASIS SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA POKOK BAHASAN LAJU REAKSI Ersanghono Kusuma,

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) I. Standar Kompetensi Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) I. Standar Kompetensi Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran Kelas / Semester Alokasi Waktu Materi : Kimia : XI (sebelas) / 2 (dua) : 180 menit ( 4 jam pelajaran) : Sistem Koloid I. Standar Kompetensi Menjelaskan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA. Oleh.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA. Oleh. 1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA Oleh Bustaman Asis Abstrak Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas

Lebih terperinci

BAB.4 LAJU REAKSI. Suatu reaksi yang diturunkan secara eksperimen dinyatakan dengan rumus kecepatan reaksi :

BAB.4 LAJU REAKSI. Suatu reaksi yang diturunkan secara eksperimen dinyatakan dengan rumus kecepatan reaksi : BAB.4 LAJU REAKSI laju reaksi adalah banyaknya mol/liter suatu zat yang dapat berubah menjadi zat lain dalam setiap satuan waktu. Pada umumnya kecepatan reaksi akan besar bila konsentrasi pereaksi cukup

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Von Glasersfeld (Sardiman, 2007) konstruktivisme adalah salah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Von Glasersfeld (Sardiman, 2007) konstruktivisme adalah salah satu 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konstruktivisme Menurut Von Glasersfeld (Sardiman, 2007) konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan)

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA POKOK BAHASAN SEGITIGA KELAS VIIC SEMESTER 2 SMP NEGERI 7 SALATIGA TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MACROMEDIA FLASH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

IMPLEMENTASI MACROMEDIA FLASH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika ISSN : 2086-2407 Vol. 3 No. 1 April 2012 IMPLEMENTASI MACROMEDIA FLASH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR

Lebih terperinci

Materi Koloid. No Larutan sejati Koloid Suspensi. Antara homogen dan. 5 Tidak dapat disaring Tidak dapat disaring Dapat disaring

Materi Koloid. No Larutan sejati Koloid Suspensi. Antara homogen dan. 5 Tidak dapat disaring Tidak dapat disaring Dapat disaring Materi Koloid A.Dispersi Koloid Bila suatu zat dicampurkan dengan zat lain, maka akan terjadi penyebaran secara merata dari suatu zat ke dalam zat lain yang disebut dengan sistem dispersi.tepung kanji

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar dan penting bagi pembangunan suatu negara. Dengan adanya pendidikan maka akan tercipta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sehingga siswa menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori,

I. PENDAHULUAN. sehingga siswa menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran biologi lebih menekankan pada pendekatan keterampilan proses, sehingga siswa menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori, dan sikap ilmiah yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan pembelajaran yang berkualitas dan evaluasi diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan pembelajaran yang berkualitas dan evaluasi diharapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pembelajaran yang berkualitas dan evaluasi diharapkan dikelola dan dilaksanakan dengan baik dan berarti. Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses interaksi antara guru dan siswa yang bertujuan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses interaksi antara guru dan siswa yang bertujuan I. PENDAHULUAN A. LatarBelakang Pendidikan adalah proses interaksi antara guru dan siswa yang bertujuan meningkatkan perkembangan mental sehingga menjadi mandiri. Menurut Mudyahardjo (2001:198) pendidikan

Lebih terperinci

mengajar yang bervariasi merupakan manifestasi dari kreativitas seorang guru agar siswa tidak jenuh atau bosan dalam menerima pelajaran.

mengajar yang bervariasi merupakan manifestasi dari kreativitas seorang guru agar siswa tidak jenuh atau bosan dalam menerima pelajaran. Efektivitas penggunaan metode pembelajaran kooperatif jigsaw yang dimodifikasi dengan kegiatan laboratorium terhadap prestasi belajar pokok bahasan sistem koloid pada siswa kelas ii semester 2 sma negeri

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL Nama : Winda Amelia NIM : 90516008 Kelompok : 02 Tanggal Praktikum : 11 Oktober 2017 Tanggal Pengumpulan : 18 Oktober 2017 Asisten : LABORATORIUM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diharapkan dapat membekali seseorang dengan pengetahuan yang memungkinkan baginya untuk mengatasi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Namun dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mencapai tujuan tertentu (Sanjaya, 2008:26). Menurut Amri dan Ahmadi. (2010:89) bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru harus memahami

I. PENDAHULUAN. mencapai tujuan tertentu (Sanjaya, 2008:26). Menurut Amri dan Ahmadi. (2010:89) bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru harus memahami 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan proses kerja antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada, baik potensi yang bersumber dari siswa seperti minat,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas berasal dari kata efektif yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 584) berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna.

Lebih terperinci