BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANTUL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANTUL"

Transkripsi

1 BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANTUL 2.1. GEOGRAFIS, TOPOGRAFIS, GEOHIDROLOGI Kondisi Geografi Secara geografis, Kabupaten Bantul berada di sisi selatan Propinsi DIY atau berada pada posisi pada Lintang Selatan dan Bujur Timur. Gambar 2.1. Peta orientasi Kondisi Topografi Dari peta topografi dan klasifikasi kelas lereng wilayah Kabupaten Bantul, diketahui bahwa sebagian besar wilayahnya termasuk dalam kelas lereng datar dengan kelerengan 0-2% yang mencapai luas Ha (61,99%). Selanjutnya luas wilayah dengan kelas lereng curam dan sangat curam (25-40% dan > 40%) masing-masing sekitar Ha (8,41%) dan Ha (7,90%). Sebaran kelas lereng datar tersebut berada di bagian Tengah Kabupaten Bantul memanjang dari pantai selatan ke Utara yang meliputi wilayah Kecamatan Sanden, Kretek, Srandakan, Pundong, Pandak, Bantul, sebagian Imogiri, Jetis, sebagian Pleret, Sewon, Kasihan, Banguntapan, sebagian Piyungan dan sebagian di wilayah bagian Barat khususnya di Kecamatan II - 1

2 Sedayu. Selanjutnya sebaran kelas lereng curam dan sangat curam berada di bagian Timur Kabupaten Bantul, khususnya di sebagian kecil Kecamatan Kretek, Pundong, Pleret dan Piyungan, sebagian besar Kecamatan Imogiri dan Dlingo. Berdasarkan klasifikasi kelas lereng tersebut, secara umum fisiografi wilayah Kabupaten Bantul dapat dikelompokkan sebagai berikut : Bagian Barat : merupakan daerah landai dan bergelombang, kesuburan tanah Bagian Tengah : cukup untuk kegiatan budidaya pertanian tanaman pangan lahan basah; merupakan daerah datar dan landai yang membentang dari selatan ke utara, kesuburan tanah tinggi dan cocok untuk budidaya pertanian tanaman pangan lahan basah; Bagian Timur : merupakan daerah yang perbukitan yang memanjang dari selatan Bagian Selatan : ke utara, kesuburan tanah rendah sehingga hanya jenis tanaman tahunan yang mampu bertahan hidup, sedang untuk pertanian tanaman pangan terbatas untuk pertanian tadah hujan; merupakan daerah pesisir dan sebenarnya merupakan bagian dari bagian tengah, keadaan alam wilayah ini berpasir dan sedikit berlagun, terbentang di Pantai Selatan dari Kecamatan Srandakan, Sanden sampai Kretek. Wilayah ini dapat dibudidayakan pertanian palawija dengan pengairan intensif, dan tanaman tahunan. Untuk lebih jelasnya sebaran dan luas wilayah Kabupaten Bantul dirinci menurut kelas lereng tersebut sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2.1 dan Gambar 2.2. Tabel 2.1 Luas Wilayah Kabupaten Bantul Dirinci Menurut Kelas Lereng No Kelas Lereng Luas (%) Ha % , , , , ,41 5 > ,91 Jumlah ,00 Sumber : Bappeda Kab. Bantul, 2006 II - 2

3 Gambar 2.2. Peta Topografi Kabupaten Bantul II - 3

4 Kondisi Geohidrologi A. Geologi Formasi geologi adalah suatu susunan batuan yang mempunyai keseragaman ciriciri geologis yang nyata, baik terdiri dari satu macam jenis batuan, maupun perulangan dari dua jenis batuan atau lebih yang terletak di permukaan bumi atau di bawah permukaan. Formasi Geologi menunjukkan kelompok-kelompok batuan yang berguna sebagai indikator terdapatnya suatu bahan tambang. Jenis batuan yang terdapat di Kabupaten Bantul secara umum terdiri dari tiga jenis batuan yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan endapan. Berdasarkan sifat-sifat batuannya dapat dirinci menjadi 5 (lima) formasi yaitu Formasi Yogyakarta dengan jenis batuan vulkanik, Formasi Sentolo dengan jenis batuan batu gamping, Formasi Semilir dengan jenis batuan pasir dan tufaan, formasi Nglanggran mempunyai jenis batuan breksi dan vulkanik, dan Formasi Wonosari jenis batuannya batu gamping. Sebaran untuk masing-masing formasi geologi tersebut yakni formasi Sentolo berada di wilayah bagian barat, khususnya di wilayah Kecamatan Sedayu, wilayah Kecamatan Pajangan, wilayah Kecamatan Kasihan, dan wilayah Kecamatan Pandak. Untuk formasi Yogyakarta merupakan formasi yang paling dominan dengan sebaran terutama di wilayah bagian tengah dan sebagian lagi di wilayah bagian barat Kabupaten Bantul. Sebaran formasi Nglanggran berada di bagian timur wilayah Kabupaten Bantul memanjang dari selatan ke utara pada kawasan perbukitan di wilayah Kecamatan Pundong, wilayah Kecamatan Imogiri, wilayah Kecamatan Dlingo, dan wilayah Kecamatan Pleret. Formasi Wonosari terutama berada di bagian timur wilayah Kabupaten Bantul khususnya di Kecamatan Dlingo, sedang formasi Semilir berada di lereng bagian barat perbukitan di wilayah Kecamatan Imogiri, Kecamatan Pleret dan Kecamatan Piyungan. Untuk lebih jelasnya mengenai sebaran formasi geologi yang terdapat di wilayah Kabupaten Bantul dapat dilihat pada peta berikut ini

5 Gambar 2.3. Peta Geologi II - 5

6 B. Hidrologi Berdasarkan hasil penelitian Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, profil geologi sumur bor di wilayah Kabupaten Bantul, umumnya berada pada formasi akuifer bebas dan akuifer setengah tertekan. 1. Aliran Air Tanah Materi pembentuk akuifer berupa pasir halus sampai kerikil. Di daerah Kecamatan Kasihan pada bagian bawah akuifer ditemui batu gamping Formasi Sentolo. Ketebalan formasi akuifer di daerah perkotaan Bantul diidentifikasi lebih dari 100 meter. Di Kecamatan Piyungan, Pajangan, sebagian Kecamatan Kasihan, Sedayu, dan Pandak ketebalan akuifer semakin menipis dikarenakan terdapat singkapan batugamping Formasi Sentolo yang merupakan basement Cekungan Yogyakarta. Wilayah Kabupaten Bantul adalah bagian Sistem Akuifer Merapi (SAM), terdiri atas akuifer berlapis banyak (multiplayer aquifer) memiliki sifat hidrolika relatif sama dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Secara umum air bawah tanah mengalir dari utara ke selatan dengan landaian hidrolika bergradasi semakin kecil. Disekitar Kota Bantul ketebalan SAM diidentifikasi setebal 125 meter. 2. Morfologi Air Bawah Tanah Morfologi air bawah tanah menyerupai kerucut dan menyebar secara radial, ini merupakan ciri khas morfologi air bawah tanah daerah gunungapi. Daerah imbuhan (recharge area) berasal dari lereng atau tubuh Gunung Merapi. Wilayah Kabupaten Bantul yang merupakan bagian selatan Cekungan Yogyakarta air tanahnya merupakan pengumpulan (discharge area) termasuk dari Saluran Mataram. Wilayah Kabupaten Bantul termasuk wilayah yang terjadi penurunan gradien topografi disertai dengan penurunan gradien hidrolika serta nilai karakteristik akuifer, sehingga kecepatan aliran air bawah tanah semakin mengecil. Nilai transmisivitas pada wilayah ini berkisar m 2 /hari dengan spesific yield 22-28,8%. Nilai transmisivitas tersebut menunjukkan potensi air bawah tanah sangat baik digunakan untuk keperluan domestik dan irigasi. 3. Transmisifitas Air Tanah Wilayah Kabupaten Bantul merupakan daerah dengan kontur muka air tanah renggang. Nilai transmisifitas wilayah ini bervariasi dari lebih kecil 300 m 3 /hari sampai dengan di atas m 3 /hari. Transmisifitas adalah banyaknya air yang

7 dapat mengalir melalui suatu bidang vertikal setebal akuifer, selebar satu satuan panjang dengan landaian hidrolika 100%. Nilai transmisifitas dipengaruhi oleh banyaknya debit pemompaan, drawdown sumur, spesific yield batuan, konduktifitas hidrolika, dan ketebalan akuifer. C. Iklim Wilayah Kabupaten Bantul yang memunyai tipe iklim cenderung kering, menjadikan ketidakseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan air yang semakin meningkat, baik untuk keperluan domestik, industri, pertanian maupun keperluan lain. Untuk itu maka sumberdaya air yang ada perlu dikelola dengan bijaksana dengan memperhatikan fungsi sosial maupun ekonominya. Keadaan iklim di Kabupaten Bantul termasuk iklim tropika basah yang dipengaruhi oleh perubahan arah angin. 4. Curah Hujan Wilayah Kabupaten Bantul yang merupakan bagian dari Cekungan Yogyakarta, menurut Stasiun Pengamatan STA Barongan, STA Pundong, STA Ngetal, dan STA Gedongan mempunyai curah hujan rata-rata tahunan sebesar 2.222,8 mm. Curah hujan paling banyak terjadi pada bulan Januari, demikian juga jumlah hari hujan yang terjadi. Rendahnya curah hujan ini akan mempengaruhi pola kegiatan pertanian yang dilakukan agar tanaman yang dibudidayakan dapat memberikan hasil. 5. Temperatur Udara Temperatur udara adalah salah satu efek dari radiasi matahari. Ketinggian relatif suatu tempat terhadap muka air laut akan menyebabkan terjadinya variasi temperatur, secara umum temperatur suatu tempat akan turun 1 C setiap kenaikan ketinggian 160 meter. Temperatur udara wilayah Kabupaten Bantul berkisar antara C. 6. Kelembaban Udara Kelembaban udara nisbi, merupakan perbandingan antara jumlah lembab yang terdapat di udara dengan kandungan maksimum di udara pada temperatur yang sama, dinyatakan dalam persen atau derajat hygrometri. Kelembaban udara wilayah Kabupaten Bantul relatif berkisar antara 73-89%.

8 7. Lama Penyinaran Matahari Lama penyinaran matahari wilayah Kabupaten Bantul tidak jauh berbeda dengan lama penyinaran matahari rata-rata di Pulau Jawa yaitu 12 (dua belas) jam. Lama penyinaran matahari merupakan fungsi dari garis lintang. Lama waktu penyinaran matahari dapat berkurang dengan kehadiran kabut, awan, dan relief. Untuk wilayah Kabupaten Bantul lama penyinaran matahari berkisar antara % per hari. 8. Radiasi Matahari Radiasi matahari yang merupakan penjumlahan radiasi gelombang pendek dan gelombang panjang dari matahari, diperlukan untuk menemukenali besaran evaporasi. Besar radiasi matahari wilayah Kabupaten Bantul bervariasi antara 17,47 bulan Juni dan 20,48 bulan Oktober. 9. Angin Arah dan kecepatan angin suatu daerah sangat bergantung pada letak geografis dan kondisi geomorfologinya. Letak geografis akan mengakibatkan terjadinya angin musim; angin barat, angin timur, dan muson. Kondisi geomorfologi akan mengakibatkan terjadinya angin darat, angin laut, angin lembah, angin gunung yang bersifat lokal. Ketinggian titik pengukuran akan mempengaruhi besaran arah dan kecepatan angin suatu tempat. Wilayah Kabupaten Bantul, pada musim kemarau angin bergerak dari arah tenggara, dan pada musim penghujan angin bergerak dari arah barat laut. 10. Evapotranspirasi Evapotranspirasi adalah proses penguapan melalui permukaan tanah maupun permukaan air. Evaporasi adalah besaran kehilangan air dari suatu daerah aliran sungai. Faktor klimatologi yang mempengaruhi besaran evaporasi adalah radiasi matahari, kelembaban udara, angin, dan temperatur. Wilayah Kabupaten Bantul, besaran evaporasi Eo 48,913 mm/tahun atau 4,076 mm/bulan. 11. Tipe Iklim Berdasarkan data-data iklim yang telah disampaikan, maka menurut metode Oldeman (Agro-Climatic Classification) ditentukan tipe iklim di Kabupaten Bantul sebagai wilayah yang memiliki lahan pertanian relatif

9 No luas. Metode Oldeman memakai curah hujan sebagai dasar klasifikasi iklim. Jumlah curah hujan sebesar 200 mm tiap bulan dinilai cukup untuk budidaya padi sawah. Jumlah curah hujan sebesar 100 mm tiap bulan dinilai cukup untuk budidaya sebagian besar palawija. Musim hujan selama 5 (lima) bulan dinilai cukup untuk budidaya padi sawah selama satu musim. Jika lebih dari 9 (sembilan) bulan basah, petani dapat menanam padi sebanyak 2 kali masa tanam. Jika kurang dari 3 (tiga) bulan basah berurutan, maka tidak dapat dibudidayakan padi tanpa irigasi tambahan. Klasifikasi metode Oldeman membagi iklim menjadi 5 (lima), tipe iklim A, tipe iklim B, tipe iklim C, tipe iklim D dan tipe iklim E. Bulan basah didefinisikan sebagai bulan dengan curah hujan sekurang-kurangnya 200 mm. Bulan kering didefinisikan sebagai bulan dengan curah hujan kurang dari 100 mm. Budidaya Palawija diperlukan curah hujan sekurang-kurangnya 100 mm, jika terdapat kurang dari 2 (dua) bulan kering, tanah dinilai masih cukup lembab. Klasifikasi iklim di Kabupaten Bantul menurut Oldeman yang didasarkan pada beberapa stasiun pengamatan dari tahun Dari tabel dapat diidentifikasi bahwa Kecamatan Jetis mengindikasikan beriklim C1, Kecamatan Pundong beriklim C1, Kecamatan Pandak beriklim D1, Kecamatan Sewon beriklim C, Kecamatan Kasihan beriklim D, Kecamatan Bantul beriklim C1, Kecamatan Imogiri dan Piyungan beriklim D, Kecamatan Sedayu beriklim E, Kecamatan Dlingo beriklim C. Stasiun Tabel 2.2 Klasifikasi Iklim Kabupaten Bantul Kecamata n Tipe Iklim Barongan Jetis D2 D D2 C2 E1 C2 - C1 C1 C1 C1 2 Pundong Pundong B2 C2 C2 D2 E2 D3 E2 D2 C1 D3 D3 3 Gedongan Pandak B2 D2 C2 D2 D2 D2 E2 D2 D1 D2 D2 4 Gandok Sewon - B1 D B1 C C1 D2 D2 C C1 C1 5 Nyemengan Kasihan B2 C2 C2 C2 C1 D2 E2 D2 D D2 D2 7 Ringinharjo Bantul - - C1 C C2 C1 C2 C2 8 Ngetal Imogiri E3 E2 - C2 D C2 C2 9 Dinas Pengairan Bantul D D3 D D 10 Mrican Kota Gede E2 C1 E2 E3 E E E 11 Piyungan Piyungan E2 D D D 12 Ngestiharjo Kasihan E3 C C C 13 Sedayu Sedayu E E E 15 Dlingo Dlingo C C C Sumber : Hasil Analisis RTRW Kabupaten Bantul, 2009

10 Hal tersebut berarti bahwa wilayah Kabupaten Bantul secara umum memiliki curah hujan yang relatif kecil, beriklim C1 dan D yaitu 5-6 bulan basah berurutan dan 2-4 bulan kering. Pengelolaan air terutama yang bersumber dari air hujan perlu dilakukan secara tepat mengingat curah hujan yang sangat terbatas, misalnya dengan penyediaan/ pembangunan kolam-kolam penampungan (embung) untuk beberapa daerah tertentu yang disesuaikan dengan formasi geologinya. Selain itu karena ketersediaan sumberdaya air tidak mengenal batas administrasi, namun dalam tatanan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang dapat melintas dibeberapa wilayah adminitrasi pemerintahan, maka pengelolaannya perlu dilakukan melalui koordinasi antar wilayah dan antar sektor. Upaya lain adalah pelestarian sehingga sumberdaya air mampu memberikan manfaat yang optimal bagi kehidupan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan. Menurut sumbernya, sumber daya air di Kabupaten Bantul terdiri dari air sungai, air tanah, dan air hujan. Daerah Aliran Sungai Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan wilayah/ kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang menerima, mengumpul-kan air hujan, sedimen dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan ke luar pada satu titik (outlet). Dengan demikian DAS merupakan ekosistem, dimana unsur organisme dan lingkungan biofisik serta unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan didalamnya terdapat keseimbangan inflow dan outflow dari meterial dan energi. Ekosistem DAS, terutama bagian hulu merupakan bagian yang penting karena mempunyai fungsi perlindungan dari segi fungsi tata air terhadap keseluruhan bagian DAS. Segala bentuk aktivitas perubahan pemanfaatan lahan dan/atau pembuatan bangunan konservasi yang dilakukan di daerah hulu akan memberikan dampak terhadap daerah hilir dalam bentuk fluktuasi air dan transport sedimen maupun material terlarut lainnya (non-point pollution).

11 Di wilayah Kabupaten Bantul terdapat 3 (tiga) DAS utama yaitu DAS Progo, DAS Opak, dan DAS Oyo. Aliran sungai dalam DAS tersebut merupakan sungai yang berair sepanjang tahun (permanen), walaupun untuk beberapa sungai kecil pada musim kemarau debit airnya relatif kecil. Sungai-sungai tersebut merupakan sungai perenial dengan akuifer tebal, sehingga aliran dasar (base flow) relatif besar yang termasuk efluent. Sungai Opak berhulu di Gunung Merapi, mengalir kearah selatan melalui Kabupaten Sleman, Kota Yoyakarta, dan Kabupaten Bantul yang selanjutnya menuju Lautan Hindia. Luas DAS Opak diperkirakan km 2 dengan panjang sungai sekitar 70 km. Salah satu anak sungai utama dari Sungai Opak adalah Sungai Oyo, yang mempunyai luas sekitar 750 km 2 dan panjang 112 km. Sempadan aliran sungai yang ada saat ini luasnya mencapai sekitar 1.373,929 Ha atau sekitar 2,71% luas wilayah Kabupaten Bantul. Sungai Oyo bergabung dari sisi kiri Sungai Opak pada jarak 13 km dari muara sungai. Mayoritas materi daerah aliran sungai Opak terdiri atas produk vulkanik Gunung Merapi. Diperkirakan total volume deposit yang terdapat pada masing-masing daerah aliran sungai adalah Sungai Gendol m 3, Sungai Kuning m 3, dan Sungai Code m 3. Untuk lebih jelasnya mengenai lokasi Daerah Aliran Sungai, baik sungai besar maupun sungai kecil yang mengaliri beberapa wilayah Kabupaten Bantul dapat dilihat pada Gambar 2.4.

12 Gambar 2.4. Peta Aliran Sungai II - 12

13 2.2. ADMINISTRASI Sedangkan secara administratif, batas wilayah Kabupaten Bantul adalah sebagai berikut: Sebelah Utara : Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman Sebelah Selatan : Samudera Indonesia Sebelah Barat : Kabupaten Kulon Progo Sebelah Timur : Kabupaten Gunung Kidul Kabupaten Bantul memiliki luas wilayah mencapai Ha. Dari 17 kecamatan, kecamatan yang memiliki wilayah terluas adalah Kecamatan Dlingo (5,587 Ha atau 11,02 persen dari luas Kabupaten Bantul) dan kecamatan dengan wilayah terkecil adalah Kecamatan Srandakan yaitu 1,832 Ha atau 3,61 persen dari luas Kabupaten Bantul. Luas masing-masing kecamatan dapat dilihat dari tabel dibawah ini. Tabel 2.3 Luas Wilayah Kabupaten Bantul Dirinci Menurut Kecamatan No Nama Kecamatan Luas (Ha) Jumlah Desa Prosentase 1 Srandakan Sanden Kretek Pundong Bambanglipuro Pandak Bantul Jetis Imogiri Dlingo Pleret Piyungan Banguntapan Sewon Kasihan Pajangan Sedayu Sumber : Kabupaten Bantul Dalam Angka 2009, BPS Secara administratif, pemerintahan Kabupaten Bantul terbagi dalam 17 kecamatan yang terdiri atas 75 desa/kelurahan. Kecamatan Imogiri dan Banguntapan merupakan kecamatan dengan jumlah desa terbanyak. Sedangkan Kecamatan Srandakan merupakan kecamatan dengan jumlah desa yang paling sedikit. Tabel pembagian administrasi serta banyaknya desa dalam kecamatan masing-masing dalam tabel berikut II - 13

14 Tabel Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Bantul No Nama Jumlah Kecamatan Desa Nama Desa 1 Srandakan 2 Poncosari, Trimurti 2 Sanden 4 Gadingsari, Gadingharjo, Srigading, Murtigading 3 Kretek 5 Tirtohargo, Parangtritis, Donotirto, Tirtosari, Tirtomulyo 4 Pundong 3 Seloharjo, Panjangharjo, Srihardono 5 Bambanglipuro 3 Sidomulyo, Mulyodadi, Sumbermulyo 6 Pandak 4 Catur harjo, Triharjo, Gilangharjo, Wijirejo 7 Bantul 5 Palbapang, Ringinharjo, Bantul, Trirenggo, Sabdodadi 8 Jetis 4 Patalan, Sanden, Sumberagung, Trimulyo 9 Imogiri 8 Selopamioro, Sriharjo, Kebonagung, Karangtengah, Girirejo, Karangtalun, Imogiri, Wukirsari 10 Dlingo 6 Mangunan, Munthuk, Dlingo, Temuwuh, Jatimulyo, Terong 11 Pleret 5 Wonokromo, Pleret, Segoroyoso, Bawuran, Wonolelo 12 Piyungan 3 Sitimulyo, Srimulyo, Srimartani 13 Banguntapan 8 Tamanan, Jagalan, Singosaren, Wirokerten, Jambidan, Potorono, Baturetno, Banguntapan 14 Sewon 4 Pendowoharjo, Timbulharjo, Bangunharjo, Panggungharjo 15 Kasihan 4 Bangunjiwo, Tirtonirmolo, Tamantirto, Ngestiharjo 16 Pajangan 3 Triwidadi, Sendangsari, Guwosari 17 Sedayu 4 Argodadi, Argorejo, Argosari, Argomulyo Jumlah 75 Sumber : Bantul dalam Angka 2009, BPS II - 14

15 Gambar 2.5. Peta Admistrasi II - 15

16 2.3. KEPENDUDUKAN Pertumbuhan Penduduk Perkembangan jumlah penduduk di Kabupaten Bantul dipengaruhi oleh pertumbuhan alami (lahir dan mati), penduduk datang dan peduduk keluar (migrasi). Berdasarkan data penduduk dari tahun 2002 sampai tahun 2009 dapat diketahui bahwa rata-rata pertambahan jumlah penduduk di Kabupaten Bantul sebesar 2.53% pertahun, untuk kurun waktu yang sama, kecamatan yang mempunyai rata-rata tingkat pertambahan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Banguntapan yaitu 2,40% per tahun. Pertambahan jumlah penduduk Kabupaten Bantul Tahun dapat dilihat pada Tabel 2.5. Tabel 2.5 Pertambahan Penduduk Kabupaten Bantul Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Pertambahan No Kecamatan Jiwa/ %/tah th un 1 Srandakan ,387 44, ,78 2 Sanden ,053 88, ,04 3 Kretek ,023 61, ,33 4 Pundong ,814 38, ,24 5 Bambanglipuro ,500 58, ,49 6 Pandak ,359 51, ,12 7 Bantul ,159 85, ,62 8 Jetis ,479 31, ,00 9 Imogiri ,826 31, ,50 10 Dlingo ,220 50, ,37 11 Pleret ,481 39, ,50 12 Piyungan ,112 36, ,27 13 Banguntapan ,567 32, ,06 14 Sewon ,255 34, ,08 15 Kasihan ,204 46, ,03 16 Pajangan ,090 79, (1,39) 17 Sedayu ,012 31, Kab. Bantul , , 922, Sumber : Bantul dalam Angka 2009, BPS Persebaran dan Kepadatan Kabupaten Bantul yang meliputi luas Ha, sampai dengan tahun 2008, memiliki kepadatan penduduk rata-rata sebesar 18 jiwa/ha yang artinya setiap hektar rata-rata dihuni 18 jiwa. Kepadatan tertinggi dimiliki Kecamatan Banguntapan yaitu sebesar 34 jiwa/ha, sedangkan kepadatan terendah dimiliki Kecamatan Kretek, Pundong sebesar 1 jiwa/ha. Dengan demikian, secara keseluruhan kepadatan penduduk di wilayah ini dapat dikatakan masih cukup tinggi. II - 16

17 Tabel 2.6 Kepadatan Penduduk di Kab. Bantul 2009 No Nama Luas Jumlah Kepadatan % Kecamatan (Ha) Penduduk (jiwa/ha) 1 Srandakan Sanden Kretek Pundong Bambanglipuro Pandak Bantul Jetis Imogiri Dlingo Pleret Piyungan Banguntapan Sewon Kasihan Pajangan Sedayu Jumlah Sumber : Bantul dalam Angka 2009, BPS Tabel 2.7 Perkiraan Jumlah Penduduk Kabupaten Bantul Berdasarkan Golongan Umur Tahun 2009 Kecamatan Kelompok Umur Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Srandakan 4,754 2,467 2,689 2,148 7,803 13,278 33,139 2 Sanden 5,521 2,865 3,123 2,495 9,062 15,421 38,487 3 Kretek 4,880 2,533 2,760 2,206 8,010 13,631 34,020 4 Pundong 4,991 2,590 2,823 2,256 8,193 13,940 34,793 5 Bambanglipuro 6,773 6,773 6,773 6,773 13,349 6,773 47,214 6 Pandak 7,781 4,038 4,401 3,516 12,772 21,733 54,241 7 Bantul 9,413 4,885 5,324 4,254 15,449 26,290 65,615 8 Jetis 7,888 4,093 4,461 3,564 12,947 22,030 54,983 9 Imogiri 9,304 4,828 5,262 4,204 15,272 25,985 64, Dlingo 6,396 3,319 3,617 2,890 10,499 17,863 44, Pleret 6,352 3,296 3,593 2,870 10,426 17,741 44, Piyungan 6,166 3,200 3,488 2,787 10,121 17,222 42, Banguntapan 13,735 7,128 7,768 6,207 22,544 38,362 95, Sewon 12,324 12,324 12,324 12,324 24,290 12,324 85, Kasihan 13,946 7,237 7,888 6,302 22,890 38,950 97, Pajangan 5,021 2,606 2,840 2,269 8,242 14,024 35, Sedayu 7,102 3,686 4,017 3,209 11,655 19,835 49,504 Jumlah 132,347 77,868 83,151 70, , , ,566 Persentase Sumber : BPS Kab. Bantul Tahun 2009 (Diolah dari Susenas, Supas, dan Registrasi Penduduk) II - 17

18 Kepadatan penduduk daerah terbangun adalah perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas daerah terbangun dalam suatu wilayah tertentu. Kondisi demikian menggambarkan bahwa apabila suatu wilayah tertentu mempunyai kepadatan daerah terbangun tinggi akan menunjukkan padatnya pemukiman di wilayah tersebut. Daerah terbangun dalam hal ini dapat merupakan perkampungan atau pemukiman, termasuk lapangan, kuburan dan sekolahan yang dapat muncul bersamaan maupun sebagian dalam suatu tempat. Kepadatan penduduk kelompok umur adalah jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur pada suatu daerah setiap kilometer persegi. Kepadatan penduduk kelompok umur menunjukkan proporsi umur berdasarkan kelompok umur terbesar pada umur 40 tahun ke atas (36,36%), sedangkan proporsi terendah pada kelompok umur tahun (7,62%). Berdasarkan tabel tersebut dalam perencanaan pembangunan khususnya di bidang kesehatan pada kelompok umur 40 tahun ke atas harus mendapatkan prioritas dan perhatian lebih. Tabel 2.8 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin Kab. Bantul per kecamatan tahun 2009 NO KECAMATAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH (1) (2) (3) (4) (5) 1 Srandakan 16,356 16,783 33,139 2 Sanden 19,246 19,241 38,487 3 Kretek 16,571 17,449 34,020 4 Pundong 17,127 17,666 34,793 5 Bambanglipuro 23,172 24,042 47,214 6 Pandak 27,224 27,017 54,241 7 Bantul 32,594 33,021 65,615 8 Jetis 27,139 27,844 54,983 9 Imogiri 32,359 32,496 64, Dlingo 22,409 22,175 44, Pleret 21,970 22,308 44, Piyungan 21,445 21,539 42, Banguntapan 47,912 47,832 95, Sewon 44,209 41,701 85, Kasihan 49,249 47,964 97, Pajangan 17,450 17,552 35, Sedayu 24,658 24,846 49,504 Jumlah 461, , ,566 Persentase 49,98 % 50,02 % Sumber : BPS Kab. Bantul Tahun 2009 (Diolah dari Susenas, Supas, dan Registrasi Penduduk) Bahwa berdasar komposisi jumlah penduduk menurut jenis kelamin ternyata perempuan lebih banyak daripada laki-laki, sehingga hal ini memerlukan perhatian khusus pada II - 18

19 program pemberdayaan perempuan khususnya di bidang keseteraan jender dan perlindungan perempuan. Tabel 2.9 Jumlah Keluarga Miskin Kabupaten Bantul Tahun 2009 No Kecamatan Jumlah Proporsi persentase (1) (2) (3) (4) 1 Kretek ,40 2 Sanden ,84 3 Srandakan ,81 4 Pandak ,86 5 Bambanglipuro ,59 6 Pundong ,67 7 Imogiri ,25 8 Dlingo ,52 9 Jetis ,34 10 Bantul ,66 11 Pajangan ,01 12 Sedayu ,54 13 Kasihan 4,427 9,42 14 Sewon 4,548 9,67 15 Piyungan ,03 16 Pleret ,83 17 Banguntapan ,56 J U M L A H Sumber: BKK PP dan KB Th Tabel 2.9 memperlihatkan jumlah keluarga miskin Kabupaten Bantul tahun 2009 secara proporsional tertinggi ada di wilayah Kecamatan Banguntapan (10,56%), namun yang perlu difahami bersama bahwa memang jumlah penduduk di wilayah Kecamatan Banguntapan terbanyak di Kabupaten Bantul. II - 19

20 Gambar 2.6. Peta Penduduk Miskin II - 20

21 Kawasan Kumuh Pengertian dan pemahaman kawasan kumuh di Kabupaten Bantul sangat berbeda dengan kawasan kumuh di kota metropolitan/kota besar seperti Jakarta. Secara khusus di Kabupaten Bantul belum ada data tentang kawasan kumuh, data yang kami sajikan hanya menggambarkan bahwa pada kawasan yang kami sajikan terdapat lokasi kumuh dan dilihat dari sudut pandang infrastruktur sanitasi. Untuk menyajikan data yang akurat tentang kawasan kumuh di Kabupaten Bantul, diperlukan pendataan atau studi tentang kawasan kumuh. Kawasan kumuh di Kabupaten Bantul terdapat di Kawasan Desa Ngestiharjo, Kec. Kasihan Singosaren, Kec. Banguntapan, Panggungharjo, Kec. Sewon, Bangunharjo Kecamatan Sewon,Segoroyoso, Kec. Pleret, Trimurti, Kec. Srandakan PENDIDIKAN Struktur penduduk menurut tingkat pendidikan dapat menggambarkan kondisi sumber daya manusia di Kabupaten Bantul. Jenjang pendidikan yang terdapat di Kabupaten Bantul adalah Sekolah Dasar, Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama, Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Umum, Madrasah Aliyah (MA), dan Sekolah Menengah Kejuruan. Dari berbagai jenjang pendidikan tersebut, sebagian besar berpendidikan dasar dan menengah yaitu masing-masing tamat SD/sederajat 25,08%; tamat SLTP 20,21%; dan tamat SLTA 20,10%. Selanjutnya penduduk yang tamat pendidikan tinggi masingmasing 3,88% tamat Akademi dan 3,31% tamat perguruan tinggi. Namun demikian masih ada beberapa penduduk yang belum sekolah dan tidak tamat sekolah masing-masing sebanyak 15,76% dan 11,19%. Beberapa faktor terutama kondisi ekonomi menyebabkan sebagian penduduk tidak tamat sekolah, sementara yang belum sekolah lebih dikarenakan oleh faktor umur yang belum mencapai usia sekolah. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk Kabupaten Bantul menurut tingkat pendidikan seperti disampaikan pada Tabel 2.10 dan Gambar 2.7 II - 21

22 Gambar 2.7 Diagram Persentase Jumlah Penduduk Kabupaten Bantul Tahun 2008 Menurut Tingkat Pendidikan Tamat AK 3,88% Tamat SLTA 20,10% Tamat PT 3,31% Buta Huruf 0,46% Belum Sekolah 15,76% Td tmt sekolah 11,19% Tamat SLTP 20,21% Tamat SD 25,08% II - 22

23 Tabel 2.10 Jumlah Penduduk Kabupaten Bantul Tahun 2008 Menurut Tingkat Pendidikan No Kecamatan Belum Sekolah Tidak Tamat Sekolah Tamat SD / Sederajat Tamat SLTP / Sederajat Tamat SLTA / Sederajat TamatAkademi / Sederajat Tamat PT / Sederajat Buta Huruf 1 Bambanglipuro Banguntapan Bantul Dlingo Imogiri Jetis Kasihan Kretek Pajangan Pandak Piyungan Pleret Pundong Sanden Sedayu Sewon Srandakan Jumlah % 15,76 11,19 25,08 20,21 20,10 3,88 3,31 0,46 100,00 Sumber : Buku Monografi Kab. Bantul, 2008 Jumlah II - 23

24 Sebagai gambaran tentang dunia pendidikan di Kabupaten Bantul, berikut ini dikemukakan sekilas informasi: Untuk jenjang taman kanak-kanak, terdapat 522 unit TK dengan jumlah guru sebanyak orang dan siswa sebanyak anak. Dari jumlah sekolah tersebut, terdiri dari 1 TK negeri, 517 TK swasta, yang di dalamnya terdapat tiga TK pembina kecamatan. Untuk jenjang sekolah dasar, terdapat sekolah dasar (SD) sebanyak 490, MI 17 dengan jumlah guru sebanyak orang dan siswa sebanyak anak. Untuk jenjang SMP/MTs, terdapat sebanyak 88 unit, MTS 15 unit dengan siswa sebanyak anak. Terdapat dua SMP yang menjadi Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) yaitu SMP 1 Bantul dan SMP 1 Piyungan, enam SMP melaksanakan program belajar bilingual, 23 SMP menjadi Sekolah Standar Nasional (SSN), dan 8 SMP Calon SSN. Guru yang mengajar di tingkat SMP/MTs sebanyak orang yang terdiri atas guru SMP dan 589 guru MTs. Untuk jenjang SLTA, terdapat sebanyak 75 unit dan MAN 5 unit. Dari jumlah tersebut satu sekolah mencapai RSBI yaitu SMA Negeri 1 Kasihan. Sedangkan SMK RSBI ada dua yaitu SMK Negeri 1 Bantul dan SMK 2 Kasihan. Dari sejumlah SMK yang ada di Kabupaten Bantul ada 3 SMK yang telah memiliki Standar ISO yaitu SMK 1 Bantul, SMK 1 Kasihan, dan SMK 2 Kasihan. Guru yang mengajar di tingkat SLTA sebanyak orang dengan jumlah murid sebanyak orang. Perguruan Tinggi 14, Sekolah Luar Biasa (SLB) 13 unit. Bila diperhatikan lebih lanjut, sebaran fasilitas pendidikan tersebut sebagian besar berada di wilayah perkotaan dan sisanya di wilayah perdesaan. Tabel 2.11 Jumlah SD, SLTP,dan SLTA Menurut Kecamatan Tahun 2009 No Kecamatan Jumlah (Unit) TK SD MIN/MIS SLTP MTsN/S SMU/SMK MAN/MAS PTN/PTS SLB 1 Bambanglipuro Banguntapan Bantul Dlingo Imogiri Jetis Kasihan Kretek II - 24

25 9 Pajangan Pandak Piyungan Pleret Pundong Sanden Sedayu Sewon Srandakan Jumlah Sumber : Kabupaten Bantul Dalam Angka 2009 Sedangkan untuk indikator pemerataan pendidikan di Kabupaten Bantul tahun 2009 dapat dilihat dari tabel dibawah ini Tabel 2.12 Tabel Indikator Pemerataan Pendidikan di Kabupaten Bantul Tahun 2009 No. Indikator SD+MI SMP+MTs SMA+MA Lainnya 1 APK 104,44 95,25 76,3 a. Laki laki 110,88 97,91 75,24 b. Perempuan 98,24 92,69 77,31 2 APM 90,71 73,03 57,11 3 Rasio SMA+MA SMK a. Siswa/Sekolah b. Siswa/Kelas c. Siswa/Guru d. Kelas/Ruang Kelas 0,98 0,91 1,02 1, KESEHATAN Ketersediaan Sarana Kesehatan dapat dijadikan salah satu indikasi tingkat kesehatan penduduk suatu wilayah. Sarana kesehatan yang paling banyak terdapat di Kabupaten Bantul adalah Puskesmas Pembantu, yaitu sebanyak 67 buah. Kemudian disusul dengan ketersediaan Balai Pengobatan Swasta sebanyak 27 buah. Jika dilihat per kecamatan, ketersediaan sarana kesehatan yang paling lengkap terdapat di Kecamatan Bantul yaitu 2 Puskesmas, 5 Puskesmas Pembantu, 1 Rumah sakit Negeri, 2 Rumah Sakit Swasta, 2 Rumah Bersalin, dan 7 Balai Pengobatan Swasta. II - 25

26 Tabel 2.13 Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut Jenisnya dan Kecamatan Tahun 2009! " # $ %!& ' $ Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul 2010 Sedangkan untuk tenaga medis nonmedis, sanitarian dan kader yang bergerak di sektor kesehatan yang terdistribusi menurut sarana/prasarana kesehatan yang ada dapat dilihat pada tabel dibawah ini. TABEL 2.14 PERSEBARAN TENAGA KESEHATAN MENURUT UNIT KERJA KABUPATEN BANTUL TAHUN 2009 TENAGA KESEHATAN NO UNIT KERJA MEDIS PERAWAT & TEKNISI FARMASI GIZI SANITASI KESMAS BIDAN MEDIS JML % JML % JML % JML % JML % JML % JML % JML % PUSKESMAS 1 (termasuk PUSTU dan POLINDES/ , , , , , , , ,23 POSKESDES) 2 RUMAH SAKIT 31 17, , , , , ,11 3 8, ,38 3 DINKES KAB/KOTA 6 3, , , ,20 3 4,00 4 7, , ,39 JUMLAH , , , , , , , Sumber Sub.Bag.Umum dan Kepegawaian, 2009 Keterangan: Medis : Dokter, Dokter Gigi, Dr/Drg : Analis, TEM dan Penata Rontgen, Teknisi Medis Spesialis Penata Anestesi, Fisioterapi Perawat & bidan : termasuk lulusan DIII dan S1 Sanitasi : Lulusan SPPH, APK, dan DIII Kesehatan Lingkungan Farmasi : Apoteker, Asisten Apoteker Kesmas : SKM, MPH, dll II - 26

27 Gizi : Lulusan DI, DIII Gizi (SPAG dan AKZI) dan DIV Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah tenaga medis untuk puskesmas (termasuk Pustu dan Polindes) adalah sebanyak 136 orang atau 78,98% untuk rumah sakit adalah sebanyak 31 orang atau 17,61 %, dan untuk dinkes kabupaten bantul adalah sebanyak 6 orang atau 3,41% dari total jumlah tenaga medis yang tersebar menurut unit kerja. Jumlah tenaga perawat dan bidan untuk puskesmas (termasuk Pustu dan Polindes) adalah 396 orang atau 68,87 %, untuk rumah sakit adalah sebanyak 167 orang atau 29,04 %, dan untuk dinkes kabupaten bantul adalah sebanyak 12 orang atau 2,09%dari total jumlah perawat dan bidan yang tersebar menurut unit kerja. Jumlah tenaga farmasi untuk puskesmas (termasuk Pustu dan Polindes) adalah 31 orang atau 68,89 %, untuk rumah sakit adalah sebanyak 8 orang atau 17,78 %, dan untuk dinkes kabupaten bantul adalah sebanyak 6 orang atau 13,33% dari total jumlah tenaga farmasi yang tersebar menurut unit kerja. Jumlah tenaga gizi adalah 31 orang atau 75,61 %,untuk rumah sakit adalah sebanyak 5 orang atau 12,20 %, dan untuk dinkes kabupaten bantul adalah sebanyak 5 orang atau 12,20%dari total jumlah tenaga gizi yang tersebar menurut unit kerja. Jumlah teknisi medis adalah 48 orang atau 64 % untuk rumah sakit adalah sebanyak 24 orang atau 32%, dan untuk dinkes kabupaten bantul adalah sebanyak 3 orang atau 4% dari total jumlah teknisi medis yang tersebar menurut unit kerja. Jumlah tenaga sanitasi adalah 44 orang atau 81,48 %, untuk rumah sakit adalah sebanyak 6 orang atau 11,11 %, dan untuk dinkes kabupaten bantul adalah sebanyak 4 orang atau 7,41% dari total jumlah tenaga sanitasi yang tersebar menurut unit kerja, jumlah tenaga kesmas adalah 14 orang atau 40 % untuk rumah sakit adalah sebanyak 8 orang atau 8,57 %, dan untuk dinkes kabupaten bantul adalah sebanyak 18 orang atau 51,43% dari total jumlah tenaga kesmas yang tersebar menurut unit kerja SOSIAL MASYARAKAT Tahun 2009 fasilitas peribadatan di Kabupaten Bantul baik jumlah maupun jenisnya telah memenuhi kebutuhan penduduk sesuai dengan agama yang dianutnya. Sehubungan dengan jumlah penganut agama yang sebagian besar beragama Islam, maka jumlah fasilitas berupa masjid, musholla dan langgar jumlahnya sangat dominan, bahkan melebihi standar yang ditentukan. Selain itu juga terdapat fasilitas gereja, kapel dan pura untuk peribadatan penduduk beragama di luar Islam. Dari segi sebaran fasilitas terutama untuk agama Islam telah menyebar di seluruh wilayah kecamatan dengan jumlah rata-rata di atas 10 (sepuluh) unit, sedang untuk agama lain sebarannya kebanyakan di wilayah perkotaan. Pada Tabel 2.28 ditunjukkan jumlah fasilitas peribadatan di Kabupaten Bantul tahun II - 27

28 Tabel 2.15 Jumlah Fasilitas Peribadatan di Kabupaten Bantul Tahun 2009 Dirinci perkecamatan!! "! " # $ %!& ' $ #$%& #' %( ## & #% Sumber : Kabupaten Bantul Dalam Angka PEREKONOMIAN a. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Pertumbuhan perekonomian daerah secara umum dapat dilihat melalui indikator perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan PDRB per kapita. Pertumbuhan PDRB selama lima tahun terakhir (tahun 2005 sampai dengan 2009), berdasarkan harga berlaku dan harga konstan tahun 2000, disajikan pada Tabel II - 28

29 Tabel Pertumbuhan PDRB Menurut Harga Konstan Tahun 2000 Tahun (%)!"!# $ $!%!& ' '! (! ) )* +&$ Sumber data: BPS Kab Bantul Tahun 2010 Tabel Distribusi Persentase PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 di Kabupaten Bantul Tahun (%)!"!# $ $!%!& ' '! (! ) )* +&$,-$,'$. Dengan melihat data perkembangan PDRB tersebut maka dapat diartikan kondisi makro ekonomi Kabupaten Bantul sebagai berikut: Berdasarkan harga konstan, PDRB Kabupaten Bantul pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bantul mengalami perlambatan dibandingkan pada tahun Perlambatan ini terjadi kerena sektor penggalian dan sektor pembangunan/konstruksi mengalami konstraksi yang cukup signifikan akibat II - 29

30 telah selesainya program rekontruksi dan rehabilitasi paska gempa bumi di Kabupaten Bantul. Namun demikian sektor-sektor lainnya mampu tumbuh cepat. b. PDRB Per Kapita Pada lima tahun terakhir pertumbuhan PDRB per kapita Kabupaten Bantul berdasarkan harga konstan mengalami pertumbuhaan dari 2,74% pada tahun 2005 menjadi 3,18% pada tahun PDRB per kapita berdasarkan harga berlaku pada tahun 2005 adalah sebesar Rp ,-, meningkat menjadi Rp ,- pada tahun Sementara PDRB per kapita berdasarkan harga konstan pada tahun 2005 adalah sebesar Rp ,-, meningkat menjadi Rp ,- pada tahun Perkembangan PDRB per kapita selama lima tahun terakhir disajikan pada Tabel II.12. Tabel Perkembangan PDRB per Kapita Menurut Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2000 di Kabupaten Bantul Tahun ,-$,'$. c. Distribusi Pendapatan!" #$% &'!(% Koefisien Gini Ratio merupakan salah satu indikator untuk mengetahui distribusi dan ketimpangan pendapatan penduduk di Kabupaten Bantul. Koefisien Gini Ratio dapat digunakan sebagai bahan untuk mengevaluasi dan menganalisa pembangunan di bidang ekonomi, apakah pembangunan yang telah dilaksanakan dinikmati oleh kelompok penduduk berpenghasilan tinggi, berpenghasilan menengah, atau kelompok penduduk berpenghasilan rendah. Besarnya angka Gini Ratio pada tahun 2008 adalah 0,2536. Selanjutnya koefisien Gini Kabupaten Bantul pada tahun 2009 adalah 0,2473, yang jika dibandingkan dengan tahun 2005 menunjukkan penurunan pemerataan pendapatan.!" #$% &'!(%!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! II - 30

31 Tabel 2.19 Perkembangan Indeks Gini Kabupaten Bantul Tahun ),-$,. **#*) ( + d. Inflasi Perkembangan inflasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini, tingkat inflasi tertinggi adalah pada tahun 2005 yaitu sebesar 14,98 % Tabel Perkembangan Inflasi Kabupaten Bantul Tahun NO TAHUN INFLASI (%) % ,36-55, ,95 29, ,98 115, ,37-50, ,88-6, ,26 49,13 Sumber: BPS Kab. Bantul Tahun 2008 e. Koperasi Sampai dengan tahun 2009, koperasi yang ada di Kabupaten Bantul berjumlah 378 unit, semuanya telah berbadan hokum. Jenis usaha yang digeluti oleh koperasi-koperasi tersebut meliputi perdagangan umum, simpan pinjam, pertokoan, dan sebagainya. Tabel 2.21 Data Jumlah Koperasi dan Anggota Menurut Jenis di Kabupaten Bantul Tahun 2009 NO JENIS KOPERASI JUMLAH KOPERASI JUMLAH ANGGOTA 1 KOPERASI UNIT DESA KOPONTREN KOPINKRA PRIMKOPATI KOPERASI PEGAWAI NEGERI KOPERASI KARYAWAN KOP. ANGKATAN DARAT KOPERASI KEPOLISIAN KOP. SERBA USAHA KOPERASI PASAR KOP. SIMPAN PINJAM KOP. ANGKUTAN DARAT II - 31

32 13 KOPERASI WISATA KOPERASI WANITA KOPERASI NELAYAN KOP. WREDATAMA KOPERASI PEPABRI KOPERASI MAHASISWA KOPERASI PEMUDA KOPERASI TANI KOPERASI PERIKANAN KOPERASI PETERNAKAN KOPERASI SEKUNDER KOPERASI KOVERI JUMLAH TOTAL Sumber: Disperindagkop, 2009 f. Perusahaan Sektor industri yang tersebar di Kabupaten Bantul sangat bervariasi. Jenis industri yang diinventarisasikan meliputi Industri logam Mesin, Industri Kimia, aneka Industri, Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan, Pengelompokan jenis Industri tersebut mulai diterapkan pada tahun 1995 atau pada saat bergabungnya Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Secara umum industry yang terdapat di Kabupaten Bantul merupakan industry kecil, sedangkan untuk industry besar jumlahnya tidak banyak. Produk industri yang dihasilkan Kabupaten Bantul sudah dapat menembus pasar internasional. Jenis produk yang sudah dapat dieksport diantaranya adalah produk tekstil, gerabah/keramik, mebel, aneka kerajinan, sayuran, minyak wangi, sepatu olah raga, malam paraffin dan lain-lain. Adapun tujuan eksportnya adalah Jerman, Spanyol, Afrika Selatan, dan Belanda. Tabel 2.22 Produk Unggulan Kabupaten Bantul NO KOMODITI VOLUME VOLUME Nilai US$ (Kg) (Kg) Nilai US$ 1 Mebel Kayu Kerajinan Kertas Tas Benang Nilon Kerajinan Batu Alam 5 Kerajinan Kayu Kerajinan Kulit II - 32

33 Tabel 2.23 Jumlah Industri Logam Mesin Tahun 2008 NO LOKASI JUMLAH VOLUME NILAI NAMA UNIT TENAGA PROD BAHAN NILAI SENTRA KECAMATAN DESA SATUAN INVESTASI PRODUKSI USAHA KERJA UKSI BAKU TAMBAH 1 Perhiasan Banguntapan Jagalan Kd Perhiasan Banguntapan Pringgolay Kd an 0 3 Perhiasan Banguntapan Singosaren Kd Komp. Timbang an Banguntapan Protorono Buah Pisau Kasihan Krengseng Buah Dapur 6 Pande Pandak Gilangharj Buah Besi o 7 Bengkel Kasihan Ngestiharjo Kg Las 00 0 g. Pendapatan Daerah Salah satu tolak ukur dari perkembangan ekonomi daerah adalah besarnya pendapatan daerah pada pos Pendapatan Asli Daerah (PAD). Besarnya PAD secara umum menunjukkan kemajuan aktivitas perekonomian pada masyarakat. Tabel Rencana dan Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Bantul Tahun Dan Target Belanja APBD Tahun 2010 ) * '' * '' * ''+ * '' * '#', " ()#**+*)#*(,* ()#**+*)*/"#*(,* '#& ,!#& !$#&.. $!&..... /*!$0..!&0 & /1*#$!& #*)*(,"0 *)2*) !' !' #*! #*!&!!..... /*")1/*")()#**+*)#*(,*-. 4*)2* & ##... #-!'!..... #$!5.. #&....!.. /$ '.. Sumber: Realisasi APBD Kab. Bantul TAhun , DPKAD Kab. Bantul Ket :*) Target APBD Kab. Bantul Tahun 2010 Pajak daerah dan retribusi daerah masih menjadikan sumber PAD yang utama di Kabupaten Bantul tahun karena mampu memberikan kontribusi pada PAD. Mulai 1 Januari 2010 diberlakukan Undang-Undang Nomer 28 tahun 2009 tentang II - 33

34 pajak daerah dan retribusi. Dengan diberlakukannya undang-undang ini terdapat penambahan jenis pajak daerah yang boleh dipungut oleh pemerintah kabupaten/kota yaitu bea perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, PBB Perdesaan dan Perkotaan dan Pajak Air Tanah. Komponen retribusi daerah mengalami peningkatanyang signifikan. Komponen hasil pengelolaan kekayaan daerah/bagian laba BUMD masih memerlukan peningkatan dengan menggali sumber-sumber penerimaan baru. Peningkatan kapasitas fiskal juga dapat dilakukan melalui pengembangan usaha-usaha daerah dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam Kabupaten Bantul melalui kerjasama investor. h. Belanja Daerah Tabel Rencana dan Realisasi Belanja Kabupaten Bantul Tahun Dan Target Belanja APBD Tahun 2010 No. Uraian Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010* 1 Belanja Tidak Langsung.... a. Belanja pegawai.... b. Belanja bunga.... d. Belanja hibah... e. Belanja bantuan sosial.... f. Belanja bagi hasil kep prop/kab/kota/desa.... g. Belanja Bantuan Keuangan.... h. Belanja tidak terduga Belanja Langsung.... a. Belanja pegawai.... b. Belanja barang dan jasa.... c. Belanja modal.... Sumber: DPKAD Kab. Bantul Ket :*) Target Belanja APBD Kab. Bantul Tahun 2010 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari tahun sampai dengan tahun 2010 belanja pembangunan daerah atau belanja langsung masih lebih kecil dibandingkan dengan belanja administrasi umum atau belanja tidak langsung. II - 34

35 i. Pendapatan dan Pengeluaran dari Sektor Sanitasi TABEL 2.26.TARGET DAN REALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DAN PENYEDOTAN KAKUS UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT) KEBERSIHAN PERTAMANAN PERSAMPAHAN DAN PERMAKAMAN DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BANTUL NO U R A I A N TAHUN ANGGARAN TARGET ( Rp ) REALISASI ( Rp ) 1 PERSAMPAHAN / KEBERSIHAN 81,900,000 93,959, KAKUS 7,700,000 6,272,000 2 PERSAMPAHAN / KEBERSIHAN 40,000,000 84,081, KAKUS 7,680,000 8,912,000 3 PERSAMPAHAN / KEBERSIHAN 79,992,000 87,582, KAKUS 7,680,000 7,936,000 4 PERSAMPAHAN / KEBERSIHAN 80,000,000 94,932, KAKUS 7,680,000 8,576,000 5 PERSAMPAHAN / KEBERSIHAN 95,000, ,756, KAKUS 8,704,000 8,960,000 Dari tabel diatas pendapatan dari sector persampahan pada tahun 2009 adalah sebesar Rp , sedangkan dari kebersihan kakus adalah Rp , 00. Sedangkan Besarnya biaya pembangunan sanitasi perkapita di Kabupaten Bantul, dihitung dari besarnya realisasi biaya pembangunan sanitasi dibagi dengan banyaknya jumlah penduduk Kabupaten Bantul. Dari data yang didapat, abesarnya biaya pembangunan sanitasi Tahun 2009 adalah sebesar Rp miliar, maka biaya pembangunan sanitasi per kapita adalah Rp /perkapita /pertahun( Rp dibagi 922,566 jiwa). Biaya pembangunan sanitasi per kapita ini masih sangat jauh dari target pembangunan sanitasi nasional sebesar Rp /perkapita/pertahun VISI, MISI KABUPATEN A. Visi Kabupaten Bantul Untuk mewujudkan tujuan pembangunan Kabupaten Bantul ditetapkan visi daerah yaitu : "BANTUL PROJOTAMANSARI SEJAHTERA, DEMOKRATIS, DAN AGAMIS". Visi tersebut mengandung pengertian bahwa kondisi Kabupaten Bantul yang ingin diwujudkan dimasa yang akan datang adalah Bantul yang produktif profesional, II - 35

36 ijo royo-royo, tertib, aman, sehat dan asri, sejahtera, dan demokratis, yang semuanya itu akan diwujudkan melalui misi. Penjelasan Rinci Visi Kabupaten Bantul Tahun Produktif dalam arti bahwa semua potensi daerah baik sumber daya alam maupun sumber daya manusianya dapat berproduksi sehingga mampu memberikan andil terhadap pembangunan daerah. Profesional dalam arti penekanan kepada setiap warganya dari berbagai profesi, agar mereka betul-betul matang dan ahli di bidangnya masing-masing. Tolak ukur profesionalisme ini dapat dilihat dari kualitas hasil kerja dihadapkan kepada efisiensi penggunaan dana, sarana, tenaga serta waktu yang diperlukan. Ijo Royo-Royo dalam arti tidak ada sejengkal tanah pun yang ditelantarkan sehingga baik di musim hujan baik di musim kemarau dimanapun akan tampak suasana yang rindang. Dalam hal ini perlu diingatkan kepada masyarakat Bantul bahwa bagaimana pun Kabupaten Bantul tumbuh terlebih dahulu sebagai kawasan agronomi yang tangguh dalam rangka mendukung tumbuh berkembangnya sektor industri yang kuat di masa mendatang. Tertib dalam arti bahwa setiap warga negara secara sadar menggunakan hak dan menjalankan kewajibannya dengan sebaik-baiknya sehingga terwujud kehidupan pemerintah dan kemasyarakatan yang tertib semuanya secara pasti, berpedoman pada sistem ketentuan hukum/perundang-undangan yang esensial untuk terciptanya disiplin nasional. Aman dalam arti bahwa terwujudnya tertib pemerintahan dan tertib kemasyarakatan akan sangat membantu terwujudnya keamanan dan ketentraman masyarakat. Kondisi aman ini perlu ditunjang demi terpeliharanya stabilitas daerah. Sehat dalam arti bahwa tertibnya lingkungan hidup yang akan dapat menjamin kesehatan jasmani dan rohani bagi masyarakat/ manusia yang menghuninya. Asri dalam arti bahwa upaya pengaturan tata ruang di desa dan di kota dapat serasi, selaras, dan seimbang dengan kegiatan-kegiatan manusia yang menghuninya sehingga akan menumbuhkan perasaan kerasan, asri tidak mewah tetapi lebih cenderung memanfaatkan potensi lingkungan yang berstandar pada kreativitas manusiawi. II - 36

37 Sejahtera dalam arti bahwa kebutuhan dasar masyarakat Kabupaten Bantul telah terpenuhi secara lahir dan batin. Demokratis dalam arti bahwa adanya kebebasan berpendapat, berbeda pendapat, dan menerima pendapat orang lain. Akan tetapi apabila sudah menjadi keputusan harus dilaksanakan bersama-sama dengan penuh rasa tanggungjawab. Agamis dalam arti bahwa kehidupan masyarakat Bantul senantiasa diwarnai oleh nilai-nilai religiusitas dan budi pekerti yang luhur. Pentingnya aspek agama tidak diartikan sebagai bentuk primordialisme untuk suatu agama tertentu, tetapi harus diartikan secara umum bahwa nilai-nilai luhur yang dianut oleh semua agama semestinya dapat ditentukan dalam interaksi sosial sehari-hari. B. Misi Kabupaten Bantul Misi merupakan pernyataan tentang tujuan operasional organisasi (Pemerintah) yang diwujudkan dalam produk dan pelayanan, sehingga dapat mengikuti irama perubahan zaman bagi pihak-pihak yang berkepintingan bagi masa mendatang. Sebagai penjabaran dari Visi yang ditetapkan diatas, pernyataan misi mencerminkan tentang segala sesuatu yang akan dilaksanakan untuk pencapaian Visi tersebut. Dengan adanya pernyataan Misi organisasi, maka akan dapat dijelaskan mengapa organisasi eksis dan apa maknanya pada masa yang akan datang. Adapun MISI Kabupaten Bantul adalah sebagai berikut : a) Mewujudkan kesejahteraan dengan prioritas mencerdaskan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang didasarkan kepada keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. b) Mewujudkan penyelenggaraan pemerintah yang baik dan bertanggung jawab. c) Mewujudkan demokratisasi dalam segala aspek kehidupan, menghormati hak asasi manusia, dan menjamin tegaknya supremasi hukum. d) Mewujudkan peningkatan produksi, produktivitas, dan nilai tambah hasilhasil potensi daerah yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Peningkatan Pembangunan Sanitasi masuk dalam prioritas tahap pertama (RPJM ) Pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah pertama ( ) ditekankan pada Peningkatan kualitas kehidupan yang mencakup : II - 37

38 1) Mewujudkan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kesehatan masyarakat serta menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran yang didasarkan pada keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa; 2) Mewujudkan pemerintahan yang demokratis dengan memperkuat basis pemerintahan daerah dan desa. Arah Kebijakan di bidang pengembangan pembangunan sanitasi terletak pada poin Pembangunan fisik prasarana yang didalamnya memuat mengenai : Penanganan permasalahan air limbah terutama didaerah perbatasan, Penanganan pelayanan persampahan pada pemukiman, diarahkan pada peningkatan pengelolaan, pelayanan persampahan, serta memberikan ruang yang kondusif bagi masyarakat dan dunia usaha untuk berperan secara aktif dalam pelayanan persampahan, dan pemantauan, pengendalian Pengawasan terhadap kerusakan dan pencemaran tanah dan air 2.9. INSTITUSI DAN ORGANISASI PEMDA 1) Struktur Organisasi Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 16 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi Lembaga Teknis Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantul, maka dalam pengelolaan pembangunan di Kabupaten Sleman terdapat 29 instansi di bawah Bupati Kepala Daerah. Instansi berbentuk Dinas, Badan, Kantor, Inspektorat, Sekretariat, Polisi Pamong Praja, serta Kecamatan. II - 38

39 Gambar 2.8 Struktur Organisasi Pemda Kabupaten Bantul BUPATI WAKIL BUPATI DPRD STAFF AHLI SEKRETARIAT DAERAH SEKRETARIAT DPRD STAFF AHLI 2) Para Pemangku Kepentingan (Stakeholder) a) Stakeholder utama terkait bidang sanitasi adalah: Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah ( BAPPEDA) Kabupaten Bantul, Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Bantul. b) Stakholder pendukung: Kartamantul, Kelompok Masyarakat Pengolah sampah (Bengkel Kesling, Mekar Abadi, Kelompok Masyarakat desa Serut, Kelompok Masyarakat desa Plebengan). 3) Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) terkait sanitasi: Nama Satuan Kerja Perangkat Daerah pemerintah Kabupaten Bantul yang masuk dalam Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi adalah sebagai berikut : Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah ( BAPPEDA) Kabupaten Bantul, Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Bantul II - 39

40 Tabel 2.27 Tupoksi SKPD No SKPD Peran Fungsi 1 BAPPEDA Tupoksi yang berhubungan dengan Program Sanitasi Bidang yang berhubungan : Bidang Sarana dan Prasarana Wilayah mempunyai tugas : a. menyusun rencana kegiatan; b. menyiapkan bahan kerja, c. menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi program penataan ruang, perumahan dan permukiman, sumber Regulator daya air, sarana prasarana perhubungan, telekomunikasi, energi, sumber daya alam, lingkungan hidup dan mitigasi bencana; d. menyelenggarakan koordinasi kerjasama pembangunan antar daerah, antara daerah dengan swasta, dalam dan luar negeri dalam penataan ruang, perumahan dan permukiman, sumber daya air, sarana prasarana perhubungan, telekomunikasi, energi, sumber daya alam, lingkungan hidup dan mitigasi bencana; e. menyelenggarakan penyusunan pedoman, standar dan petunjuk pelaksanaan pengembangan perdesaan dan perkotaan; f. menyusun rencana pengembangan wilayah tertinggal, kawasan perbatasan, dan pesisir; g. menyusun rencana pengembangan kawasan strategis dan cepat tumbuh; h. menyelenggarakan bimbingan, supervisi dan konsultasi kerjasama pembangunan antar kecamatan/desa dan antara kecamatan/desa dengan swasta dalam dan luar negeri; i. menyelenggarakan bimbingan, supervisi dan konsultasi pengelolaan kawasan dan lingkungan perdesaan dan perkotaan; j. menyelanggarakan Standar Pelayanan Minimal (SPM); k. memberikan saran dan atau pertimbangan kepada Kepala Badan II - 40

41 2 DINAS KESEHATAN mengenai langkah atau tindakan yang diambil sesuai bidang tugasnya; l. menginventarisasi, mengidentifikasi dan menyiapkan bahan pemecahan permasalahan sesuai bidang tugasnya; m. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai bidang tugasnya; dan n. menyusun dan mengevaluasi laporan pelaksanaan tugas. Tupoksi yang berhubungan dengan Program Sanitasi Ada 2 seksi yang berhubungan : 1. Seksi Penyehatan Lingkungan dan Kesehatan Matra a. menyusun rencana kegiatan b. menyaiapkan bahan kerja c. mengumpulkan dan mengolah data yang berhubungan dengan bencana, wabah, penyehatan lingkungan dan kesehatan matra d. melaksanakan pengendalian vektor penyebab penyakit e. melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap penyimpanan dan penggunaan pestisida f. melaksanakan pengendalian pencemaran lingkungan g. melaksanakan pengawasan dan pengendalian kualitas air h. mengoperasionalkan laboratorium pemeriksaan kualitas air yang meliputi pemeriksaan fisik, bakteriologis dan kimiawi i. memberikan rekomendasi hasil pemeriksaan kualitas air untuk regulasi kesehatan j. mengkoordinasikan dan atau melaksanakan program kesehatan matra k. melaksanakan kegiatan supervisi dan bimbingan teknis aspek sanitasi dasar baik di rumah penduduk maupun tempat tempat umum l. memberikan saran dan atau Regulator,Operator II - 41

42 pertimbangan kepada atasan mengenai langkah atau tindakan yang diambil sesuai bidang tugasnya. m. Menginventarisasi, mengidentifikasi dan menyiapkan bahan pemecahan permasalahan sesuai dengan bidang tugasnya n. Melaksanakan tugas lainm yang diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang tugasnya o. Mengevaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan tugas. 2. Seksi Penyelenggaraan Promosi Kesehatan a. menyusun rencana kegiatan b. menyiapkan bahan kerja c. mengumpulkan dan mengolah data yang berhubungan dengan promosi kesehatan d. melaksanakan pengkajian, pengembangan teknik, metode, media, materi dan melaksanakan uji coba promosi kesehatan e. melaksanakan supervisi dan bimbingan teknis pada institusi dan kelompok masyarakat tentang upaya promosi kesehatan f. mengkoordinasikan dan atau melaksanakan promosi kesehatan g. mengembangkan forum dan atau jaringan kerja promosi kesehatan dengan lintas program dan lintas sektor h. memberikan saran dan atau pertimbangan kepada atasan mengenai langkah atau tindakan yang diambil sesuai bidang tugasnya. i. Menginventarisasi, mengidentifikasi dan menyiapkan bahan pemecahan permasalahan sesuai dengan bidang tugasnya j. Melaksanakan tugas lainm yang diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang tugasnya K. Mengevaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan tugas II - 42

43 3 KANTOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA Fasilitasi dan pendampingan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan desa dan pembangunan keswadayaan masyarakat desa. Operator 4 BADAN KESEJAHTERAAN KELUARGA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA (BKK PP DAN KB) Melaksanakan penyerasian, penetapan criteria pengembangan ketahanan dan pemberdayaan keluarga, antara perkembangan kependudukan aspek kuantitas, kualitas dan mobilitas dengan pembangunan di bidang ekonomi, social, budaya dan lingkungan di daerah; Penyusunan pedoman pembinaan pengembangan dan peningkatan kualitas keluarga sejahtera; Menyusun pedoman sebagai bahan penetapan klasifikasi dan profil kualitas keluarga sejahtera; Menyusun pedoman kebijakan pemberdayaan keluarga miskin atau prasejahtera dan keluarga rentan; Menyiapkan bahan penyusunan rencana dan program pemberian bantuan terhadap usaha-usaha masyarakat di Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga; Melaksanakan pemberdayaan dan pembinaan usaha ekonomi Operator II - 43

44 keluarga dan kelompok usaha ekonomi keluarga; Menyelenggarakan kebijakan teknis operasional dan pelaksanaan program kependudukan terpadu; Memfasilitasi penyelenggaraan dukungan operasional penguatan kelembagaan keluarga kecil berkualitas dan jejarin program; Menyiapkan pedoman teknis program pengembangan kualitas lingkungan keluarga dan pengelolaan pembangunan keluarga sejahtera; Melaksanaan pembinaan dan pemantapan ketahanan keluarga; Menyusun pedoman pembinaan dan penyuluhan keluarga sejahtera 5 BADAN Tupoksi utamanya adalah mengurusi LINGKUNGAN masalah pengelolaan dan HIDUP pengendalian dampak lingkungan hidup. Di dalamnya terdapat pengendalian pencemaran, pengendalian kerusakan, perencanaan kajian kelayakan lingkungan dan penanganan sengketa lingkungan. 6 DINAS SOSIAL Tupokasi Utama adalah melaksanakan perlindungan, pemberdayaan, rehabilitasi dan jaminan social (selanjutnya akan Regulator, operator Regulator, Operator II - 44

45 dijabarkan lebih lanjut dalam 3 bidang yang ada) Bidang Bantuan dan Jaminan Sosial 1. Perumusan kebijakan teknis yang berkaitan dengan bantuan jaminan social 2. Menyelenggarakan bantuan dan pembinaan usaha kesejahteraan sosial Perumusan kebijakan teknis penanganan bantuan fakir miskin dan bencana Menyelenggarakan bimbingan sosial dalam usaha pelayanan kesejahteraan sosial kepada fakir miskin dan korban bencana Menyelenggarakan bimbingan sosial dan penanganan daerah kumuh Menyusun pedoman penanganan dan penanggulangan korban bencana Menyelenggarakan penanganan korban bencana 3. Menyelenggarakan pembinaan usaha perlindungan dan jaminan social Perumusan kebijakan teknis perlindungan dan jaminan social Menyusun pedoman pelayanan perlindungan dan jaminan social bagi bayi terlantar, anak terlantar, lanjut usia terlantar, orang terlantar dan keluarga miskin II - 45

46 Melaksanakan pelayanan sosial bagi bayi terlantar, anak terlantar, lanjut usia terlantar, orang terlantar dan keluarga miskin Melaksanakan bimbingan dan pembinaan usaha kesejahteraan sosial bagi bayi terlantar, anak terlantar, lanjut usia terlantar, orang terlantar dan keluarga miskin Melakukan usaha perlindungan dan jaminan kesejahteraan sosial II - 46

47 Gambar 2.9. Bagan Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Kepala Dinas Sekretariat Kelompok Jabatan Fungsional Sub Bagian Umum Sub Bagian Program Sub Bagian Keuangan dan Aset Bidang Penanggulangan Masalah Kesehatan Bidang Pelayanan Kesehatan Bidang Pemberdayaan Masyarakat Sehat Bidang Sumber Daya Kesehatan Seksi Penyelenggaraan Surveilans Seksi Penyelenggaraan Kesehatan Ibu dan Anak Seksi Penyelenggaraan Promosi Kesehatan Seksi Penyelenggaraan Pengembangan SDM Kesehatan Seksi Pengendalian Penyakit Seksi Bina Gizi Masyarakat Seksi Bina UKBM Seksi Penyelenggaraan Regulasi Kesehatan Seksi Penyehatan Lingkungan dan Kesehatan Matra Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan Seksi Penyelenggaraan Pembiayaan Kesehatan dan Kemitraan Seksi Penyelenggaraan Kefarmasian dan Sarana Kesehatan UPT II - 47

48 Gambar Bagan Susunan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul Kepala Dinas Sekretariat Kelompok Jabatan Fungsional Sub Bagian Umum Sub Bagian Program Sub Bagian Keuangan dan Aset Bidang Jalan Bidang Cipta Karya Bidang Tata Ruang Seksi Pemeliharaan Jalan Seksi Bangunan dan Seksi Penyusunan Tata Ruang Seksi Rehabilitasi dan Peningkatan Jalan Seksi Perumahan dan Pemukiman Seksi Pemanfaatan Tata Ruang Seksi Pembangunan Jalan UPT Seksi Sanitasi Seksi Pengendalian dan PengawasanTata Ruang II - 48

49 Gambar Bagan Susunan Organisasi Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul Kepala Badan Sekretariat Kelompok Jabatan Fungsional Sub Bagian Umum Sub Bagian Program Sub Bagian Keuangan dan Aset Bidang Pengendalian Pencemaran dan Dokumen Lingkungan Hidup Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup dan Konservasi SDA Bidang Penaatan Hukum dan Pengembangan Kapasitas Sub Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup Sub Bidang Pengendalian Dokumen Lingkungan Sub Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan Sub Bidang Konservasi SDA Sub Bidang Penaatan Hukum Sub Bidang Pengembangan Kapasitas UPT II - 49

50 Gambar 2.12 Bagan Susunan Organisasi Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Bantul Kepala Kantor Kelompok Jabatan Fungsional Sub Bagian Tata Usaha Seksi Pengembangan Sumber Daya dan Permukiman Desa Seksi Ketahanan Masyarakat Desa Seksi Usaha Ekonomi Desa dan Pendayagunaan Teknologi Tepat Guna II - 50

51 Gambar 2.13 Bagan Susunan Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bantul Kepala Badan Sekretariat Kelompok Jabatan Fungsional Sub Bagian Umum Sub Bagian Program Sub Bagian Keuangan dan Aset Bidang Data, Penelitian dan Pengembangan Bidang Perekonomian Bidang Sarana dan Prasarana Wilayah Bidang Pendidikan, Kebudayan dan Kesehatan Bidang Pemerintahan dan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Pengendalian Program Sub Bidang Data, Statistik dan Pelaporan Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan Sub Bidang Pertanian dan Kehutanan Sub Bidang Industri, Perdagangan Jasa dan Pariwisata Sub Bidang Penataan Ruang dan Sarana Prasarana Wilayah Sub Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup UPT Sub Bidang Pendidikan dan kebudayaan Sub Bidang Kesehatan Sub Bidang Pemerintahan Sub Bidang Pemberdayaan Masyarakat Sub Bidang Penganggaran Sub Bidang Pengendalian II - 51

52 2.10. TATA RUANG WILAYAH Kabupaten Bantul di liat dari konstelasi Provinsi (RTRWP) dan Nasional (RTRWN) Peran Kabupaten Bantul sebagai PKW sebagaimana ditetapkan dalam RTRWN maupun RTRWP DIY yaitu termasuk ke dalam skema kawasan Andalan dengan prioritas kepariwisataan dan perikanan sebagai motor pengerak perekonomian wilayah disekitarnya. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional tersebut, pengembangan wilayah di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Bantul, adalah sebagai berikut: Bantul ditetapkan sebagai PKW, yaitu kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota. Dalam hal ini Bantul memenuhi kriteria sebagai berikut : a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor impor yang mendukung PKN; b. kawasan perkotaan yang bergfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota; dan/atau c. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten. Dalam kaitan sektor transportasi, meskipun terminal tipe A berada di Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul mempunyai peran yang sangat strategis terutama jika jaringan JJLS (Jalur Jalan Lintas Selatan) selesai dibangun, maka Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Gunung Kidul dapat saling terhubung dengan lebih baik. Selain itu akan menghubungkan dua kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yaitu Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Wonogiri Struktur Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Struktur Ruang Kabupaten Bantul bertujuan untuk mengakomodasi fungsi sebagai Pusat Kegiatan Wilayah II - 52

53 (PKW) sebagaimana telah ditetapkan dalam RTRW Nasional serta melaksanakan pengembangan dan pembangunan Daerah sebagaimana diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bantul. PKW adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota. Dalam RTRW Kabupaten Bantul, Rencana Struktur Ruang Kabupaten Bantul meliputi sistem perkotaan dan perdesaan, sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi, sistem jaringan telekomunikasi, sistem prasarana pengelolaan lingkungan, sistem jaringan penerangan jalan. Dalam merencanakan masing-masing jaringan utilitas dan sarana prasarana, dasar perencanaan adalah sistem perkotaan dan perdesaan yang terutama terkait dengan sistem pusat pelayanan wilayah adalah sebagai berikut : a. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) meliputi wilayah Kabupaten Bantul yang termasuk dalam Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta (APY) yaitu sebagian Kecamatan Kasihan, sebagian Kecamatan Sewon dan sebagian Kecamatan Banguntapan; b. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yaitu Kawasan Perkotaan Bantul yang meliputi IKB Bantul; c. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) meliputi Ibu Kota Kecamatan (IKK) Banguntapan, IKK Kasihan, IKK Sewon, IKK Imogiri, IKK Piyungan, IKK Kretek, IKK Sedayu dan IKK Srandakan; a. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) meliputi Ibu Kota Kecamatan (IKK) Bambanglipuro, IKK Dlingo, IKK Jetis, IKK Pajangan, IKK Pandak, IKK Pleret, IKK Pundong, dan IKK Sanden. II - 53

54 Gambar Peta Struktur Ruang II - 54

55 Rencana Pola Ruang Rencana pola ruang merupakan rencana gambaran letak, ukuran, fungsi dari kegiatankegiatan budidaya dan lindung. Isi rencana pola ruang adalah deliniasi (batas-batas) kawasan kegiatan sosial, ekonomi, budaya dan kawasan-kawasan lainnya di dalam kawasan budidaya dan deliniasi kawasan lindung. Rencana pola ruang yang akan dikembangkan di wilayah Kabupaten Bantul adalah pola ruang yang didominasi oleh kawasan ruang pertanian, permukiman, hutan dan perairan. Dasar penetapan pola ruang yang utama yaitu wilayah perencanaan adalah wilayah yang berkarakteristik kabupaten, sehingga dominasi pola ruang yang ada (eksisting) adalah kawasan pertanian, walaupun di wilayah Kabupaten Bantul sendiri kawasan pertaniannya sudah mulai berkurang atau beralih fungsi ke kawasan permukiman guna untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal penduduknya. Selain itu, wilayah perencanaan merupakan wilayah kabupaten yang bercirikan kawasan pertanian dan kawasan permukiman perdesaan (dominasi), permukiman perkotaan (minoritas). Rencana ini menjadi ketentuan dan acuan utama dalam pemanfaatan ruang di Kabupaten Bantul untuk melaksanakan pelestarian lingkungan maupun pembangunan. Rencana pola ruang Kabupaten Bantul terdiri atas : a. kawasan lindung Kabupaten Bantul; b. kawasan budidaya Kabupaten Bantul; Peta pola ruang Kabupaten Bantul secara keseluruhan dapat dilihat dalam gambar Peta Rencana Pola Ruang II - 55

56 Gambar Rencana Pola Ruang II - 56

57 A. Kawasan Lindung Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Kawasan lindung dapat diterapkan untuk mengatasi dan mengantisipasi ancaman kerusakan lingkungan saat ini dan pada masa yang akan datang akibat kurangnya kemampuan perlindungan wilayah yang ada. Penetapan suatu kawasan yang fungsi berlindung wajib memperhatikan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T) yang ada sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang pertanahan. Kawasan Lindung di Kabupaten Bantul meliputi kawasan perlindungan terhadap kawasan di bawahnya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, pelestarian alam serta cagar budaya dan ilmu pengetahuan dan kawasan rawan bencana. A.1. Kawasan Perlindungan terhadap Kawasan di Bawahnya Kawasan perlindungan terhadap kawasan di bawahnya meliputi kawasan hutan lindung serta kawasan konservasi dan resapan air.penetapan kawasan perlindungan terhadap kawasan di bawahnya adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 171/Kpts-II/2000 tentang Penunjukan Kawasan Hutan di wilayah Provinsi D.I. Yogyakarta, bahwa di Kabupaten Bantul terdapat kawasan hutan (hutan negara) seluas 1.052,6 Ha dengan perincian : a. Kawasan hutan lindung seluas 1.041,2 Ha dengan dominasi jenis tanaman kayu putih (Melaleuca leucadendron), pinus (Pinus sp.), mahoni (Swieteria mahagoni) dan jati (Tectona grandis) dengan penyebaran terdapat di wilayah Kecamatan Dlingo, b. Kawasan hutan cagar alam (kawasan hutan konservasi) seluas 11,4 Ha di Kecamatan Imogiri, c. Hutan bakau (mangrove) di wilayah Kecamatanan Sanden dan Kretek, d. Hutan Pantai di wilayah Kecamatan Kretek, Sanden dan Srandakan. Pola sebaran dapat dilihat dalam Gambar 2.8. Peta Rencana Kawasan Hutan Lindung. 2. Kawasan konservasi dan resapan air di wilayah Kabupaten Bantul direncanakan seluas 1.001,79 Ha, (1,98%) dengan penyebaran terdapat pada sebagian di wilayah timur Kec. Kretek, sebagian di wilayah timur dan selatan Kec. Pundong, hampir di seluruh wilayah II - 57

58 Kec. Imogiri, hampir seluruh di wilayah Kec. Pleret, hampir di seluruh wilayah Kecamatan Piyungan dan di seluruh wilayah Kecamatan Dlingo. A.2. Kawasan Perlindungan Setempat Kawasan perlindungan adalah kawasan sepadan sungai, kawasan sempadan pantai, kawasan sekitar mata air dan ruang terbuka hijau perkotaan Daerah. Berikut adalah penetapan kawasan perlindungan setempat di Kabupaten Bantul : 1. Kawasan sempadan sungai di Kabupaten Bantul direncanakan seluas ,00 Ha, (5,53%) dengan penyebaran terdapat pada kiri dan kanan aliran sungai terutama Satuan Wilayah Sungai (SWS) Bantul yang meliputi Sungai Opak, Sungai Oyo dan Sungai Progo. Ketentuan garis sempadan sungai adalah sebagai berikut : a. Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan ditetapkan sekurangkurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul; b. Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan sekurangkurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul; c. Garis sempadan sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan pada sungai besar yaitu daerah yang mempunyai daerah pengaliran sungai seluas 500 km 2 ditetapkan sekurang-kurangnya 100 meter; d. Garis sempadan sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan pada sungai kecil yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai 100 km 2 ditetapkan sekurang-kurangnya 50 meter dari tepi sungai; e. Garis sempadan sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 meter, garis sempadan sungai ditetapkan sekurang-kurang 10 meter dari tepi sungai. Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 meter sampai 20 meter, garis sempadan sungai ditetapkan sekurangkurang 15 meter dari tepi sungai; f. Garis sempadan sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 20 meter, garis sempadan sungai ditetapkan sekurang-kurang 30 meter dari tepi sungai. 2. Kawasan sempadan pantai yaitu di wilayah pesisir/bagian selatan Kabupaten Bantul yang mencakup areal sepanjang garis pantai ± 17,4 km direncanakan seluas + 122,66 Ha (0,24%) tersebar di tiga wilayah kecamatan, yaitu Srandakan, Sanden dan Kretek. II - 58

59 3. Kawasan sekitar mata air direncanakan seluas ,06 Ha (3,11%) yang tersebar di Desa Parangtritis (Kecamatan Kretek), di Desa Seloharjo dan Panjangrejo (Kecamatan Pundong), di Desa Muntuk, Mangunan, Dlingo, Temuwuh, Terong dan Desa Jatimulyo (Kecamatan Dlingo), di Desa Srimulyo dan Srimartani (Kecamatan Piyungan), di Desa Caturharjo dan Triharjo (Kecamatan Pandak), di Desa Srigading, Gadingsari, dan Gadingharjo (Kecamatan Sanden), serta Desa Ngembel/Beji (Kecamatan Pajangan) yaitu masing-masing kawasan mata air ditetapkan zona bebas kegiatan budidaya sejauh (radius) 200 meter dari pusat kawasan. 4. Kawasan ruang terbuka hijau kota di Daerah direncanakan meliputi jalur hijau di sepanjang kiri dan kanan jalan baik jalan jalan arteri, kolektor dan lokal, taman-taman di kawasan perkotaan, hutan kota di Kecamatan Bantul, area terbuka Masjid Agung dan pemakaman umum dengan luasan Ha (11,5%) atau 30% dari luas perkotaan di Kabupaten Bantul. 5. Kawasan ruang terbuka hijau publik di kabupaten Bantul meliputi: kawasan hutan lindung, resapan air sempadan sungai, sempadan pantai, sempadan mata air, dan ruang terbuka hijau kota seluruhnya seluas ,11Ha (24,5%) II - 59

60 Gambar Rencana Kawasan Lindung II - 60

61 Gambar Rencana Kawasan Hutan Lindung II - 61

62 Gambar Rencana Kawasan Hutan Rakyat dan Perkebunan Gambar Rencana Kawasan Resapan Air II - 62

63 Gambar Rencana Kawasan Perlindungan Setempat II - 63

64 II - 64

65 A.3. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam serta Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan Kawasan suaka alam, pelestarian alam serta cagar budaya dan ilmu pengetahuan adalah kawasan yang menunjukkan pentingnya untuk dilestarikan terkait dengan kandungan alam maupun nilai-nilai sejarah yang terkandung di dalamnya. Kabupaten Bantul memiliki kekayaan yang besar akan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan tersebut merupakan kawasan yang memiliki obyek hasil budaya manusia yang bernilai tinggi dan dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Obyek-obyek tersebut baru sebagian saja yang ditetapkan sebagai Cagar Budaya melalui Ketetapan Menteri dan Peraturan Gubernur, sehingga perlu ditetapkan dahulu melalui RTRW. Persebaran kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan di Daerah terdapat di : a. Kecamatan Banguntapan berupa Kompleks Makam Raja-raja dan Masjid Agung Kotagede dan Museum Wayang Kekayon; b. Kecamatan Imogiri berupa Kompleks Makam Raja-raja c. Kecamatan Kasihan berupa Situs Ambarbinangun dan Masjid Patok Negara; d. Kecamatan Pajangan berupa Petilasan/Ziarah Mangir dan Gua Selarong; e. Kecamatan Pundong berupa Petilasan; f. Kecamatan Pleret berupa Monumen; g. Kecamatan Sewon berupa Panggung Krapyak dan Cagar Budaya Pendidikan; h. Kecamatan Pandak berupa Makam Sewu. Kawasan suaka alam Kabupaten Bantul terdapat di Kecamatan Sanden berupa kawasan konservasi penyu. A.3. Kawasan Rawan Bencana Kawasan rawan bencana di Kabupaten Bantul meliputi kawasan yang rawan gempa, rawan tanah longsor, rawan banjir dan rawan gelombang pasang. B. KAWASAN BUDIDAYA Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Kawasan budidaya menggambarkan kegiatan dominan yang berkembang dan akan dikembangkan di wilayah tersebut. Dengan demikian, masih dimungkinkan keberadaan kegiatan budi daya lainnya di dalam, misalnya pada kawasan peruntukan industry dapat dikembangkan perumahan untuk para pekerja di kawasan II - 65

66 peruntukan industri. Peruntukan kawasan budi daya dimaksudkan untuk memudahkan pengelolaan kegiatan termasuk dalam penyediaan prasarana dan sarana penunjang, penanganan dampak lingkungan, penerapan mekanisme insentif dan sebagainya. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa penyediaan prasarana dan sarana penunjang kegiatan akan lebih efisien apabila kegiatan yang ditunjangnya memiliki besaran yang memungkinkan tercapainya skala ekonomi dalam penyediaan prasarana dan sarana. Peruntukan kawasan budi daya disesuaikan dengan kebijakan pembangunan yang ada. Rencana pengembangan kawasan budidaya Kabupaten Bantul, terdiri dari rencana kawasan peruntukan pertanian, rencana kawasan peruntukan industri, rencana kawasan peruntukan pariwisata, rencana kawasan peruntukan permukiman, rencana kawasan peruntukan pertambangan, rencana kawasan peruntukan militer dan kepolisian, rencana kawasan peruntukan fasilitas pelayanan umum lainnya. Rencana kawasan budi daya di Kabupaten Bantul dapat dilihat dalam Gambar Rencana Kawasan Budi Daya. B.1. Kawasan Permukiman Kawasan permukiman terbagi menjadi permukiman perkotaan dan permukiman perdesaan. Rencana pola ruang untuk kawasan permukiman perkotaan di wilayah Kabupaten Bantul direncanakan seluas 5.434,21 Ha (10,72%) penyebarannya difokuskan di wilayah Kecamatan Sewon, Banguntapan, Kasihan, Pajangan, Bantul, Pleret dan Piyungan. Sedangkan Rencana pola ruang untuk kawasan permukiman perdesaan di wilayah Kabupaten Bantul direncanakan seluas 5737,54 Ha (11,32%), penyebarannya di seluruh kecamatan di wilayah Kabupaten Bantul kecuali Kecamatan Banguntapan. Rencana Kawasan Permukiman di Kabupaten Bantul dapat dilihat dalam Gambar Rencana Kawasan Permukiman. B.2. Kawasan Pertanian Kawasan peruntukan pertanian meliputi kawasan pertanian lahan basah, kawasan pertanian lahan kering, kawasan perkebunan, kawasan peternakan, dan kawasan perikanan. Rincian kawasan peruntukan pertanian tersebut adalah sebagai berikut : a. Kawasan pertanian lahan basah di Daerah direncanakan seluas ,76 Ha (26,29%) difokuskan terutama pada bagian tengah dan selatan, namun penyebarannya terdapat di seluruh wilayah kecamatan kecuali Kecamatan Kasihan. Rencana kawasan pertanian lahan basah dapat dilihat dalam Gambar Rencana Kawasan Pertanian Lahan Basah. b. Kawasan pertanian lahan kering di Daerah direncanakan seluas ,36 Ha (10,35%) difokuskan terutama pada bagian timur yaitu di Kecamatan Dlingo dan sebagian II - 66

67 Kecamatan Piyungan, Kecamatan Pleret, Kecamatan Imogiri, Kecamatan Pundong, Kecamatan Kretek, Kecamatan Sanden, dan Kecamatan Srandakan. Rencana kawasan pertanian lahan kering dapat dilihat dalam Gambar2.24. Rencana Kawasan Pertanian Lahan Kering. c. Hutan Hak atau hutan rakyat adalah suatu lapangan di luar kawasan hutan negara yang bertumbuhan pojon-pohon sedemikian rupa sehingga keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta lingkungan dan lahannya yang dimiliki oleh rakyat (dibebani hak milik). Kawasan tanaman kehutanan (hutan rakyat) dan tanaman tahunan/perkebunan Daerah direncanakan seluas Ha (16,86 %) penyebarannya difokuskan pada wilayah Kecamatan Piyungan, Pleret, Dlingo, Imogiri, Pajangan, Jetis, Pundong, Kretek, Bambanglipuro, Sedayu, Kasihan, Srandakan, Pandak dan Sanden. Rencana kawasan perkebunan dapat dilihat dalam Gamabar Rencana Kawasan Perkebunan. d. Kawasan peternakan di Daerah direncanakan di seluruh kecamatan; Rencana kawasan peternakan dapat dilihat dalam Gambar e. Rencana pola ruang untuk kawasan perikanan Rencana pola ruang untuk kawasan perikanan di Daerah direncanakan di wilayah Kecamatan Srandakan, Sanden dan Kretek untuk pengembangan jenis perikanan laut dan untuk jenis perikanan darat (sungai) direncanakan di Kecamatan Banguntapan, Pandak, Piyungan, Pundong, Sanden dan Sedayu. Rencana kawasan perikanan dapat dilihat dalam Gambar B.3. Kawasan Industri Kawasan peruntukan industri direncanakan meliputi industri menengah dan besar di Kecamatan Sedayu dan Kecamatan Piyungan, industri kecil dan menengah di Kecamatan Kasihan. Ketentuan terhadap industry mikro dan kecil meliputi : a. Industri mikro dan kecil dapat berada di luar kawasan peruntukan industri sepanjang tidak bertentangan sifat dominasi kawasan, b. Industri mikro dan kecil merupakan industri yang tidak menimbulkan pencemaran lingkungan dan diatur lebih lanjut dalam rencana rinci tata ruang. Rencana Kawasan Industri di Kabupaten Bantul dapat dilihat dalam Gambar 2.28 Rencana Kawasan Industri. II - 67

68 Gambar Rencana Kawasan Budidaya II - 68

69 Gambar Rencana Kawasan Permukiman II - 69

70 Gambar Rencana Kawasan Pertanian Lahan Basah II - 70

71 Gambar Rencana Kawasan Pertanian Lahan II - 71

72 Gambar Rencana Kawasan Perkebunan II - 72

73 Gambar 2.26 Rencana Kawasan Peternakan II - 73

74 Gambar Rencana Kawasan Perikanan II - 74

75 Gambar 2.28 Rencana Kawasan Industri II - 75

76 B.4. Kawasan Pariwisata Kawasan peruntukan pariwisata di Kabupaten Bantul meliputi pariwisata budaya, pariwisata alam, dan pariwisata minat khusus. Kawasan peruntukan pariwisata budaya di Daerah terdapat di a. Kompleks Makam Raja-raja Imogiri; b. Kompleks Situs Ambarbinangun; c. Situs Segoroyoso; d. Kawasan Keraton Mataram di Pleret; e. Gua Selarong; f. Gua Jepang; g. Desa Kerajinan Krebet; h. Desa Kerajinan Kasongan Jipangan Gendeng Lemahdadi (Kajigelem); i. Desa Kerajinan Gabusan Manding Tembi (GMT); j. Desa Kerajinan Pundong; k. Desa Budaya Dlingo, Seloharjo, Mulyodadi, Srigading, Triwidadi, Trimurti l. Padepokan Seni Bagong Kusudiharja. m. Kawasan Kotagede Kawasan peruntukan pariwisata alam di Daerah terdapat di a. Kawasan Pantai Parangtritis (Parangtritis, Parangkusumo, Depok); b. Kawasan Pantai Samas (Pantai samas, Pandansari, Patehan); c. Kawasan Pantai Pandansimo (Kuwaru, Pandansimo);; d. Kompleks Gua Ciremai; e. Agrowisata Samas; f. Agrowisata Dlingo. Kawasan peruntukan pariwisata minat khusus di Daerah terdapat di g. Cepuri Parangkusumo h. Parangendog i. Desa Wisata Serut j. Desa Wisata Trimulyo k. Desa Wisata KebonAgung II - 76

77 Rencana Kawasan Pariwisata di Kabupaten Bantul dapat dilihat dalam Gambar Rencana Kawasan Pariwisata. B.5. Kawasan Usaha Pertambangan Kawasan peruntukan usaha pertambangan sebagaimana direncanakan di Kecamatan Sanden, Bambanglipuro, Kretek, Pundong, Dlingo, Pandak, Jetis, Pajangan, Sedayu, Pleret, Piyungan dan sebagian Kecamatan Sanden dan Kecamatan Kretek, kecuali pada Kawasan Lindung, Kawasan Cagar Alam, Cagar Budaya, militer, pendidikan dan kawasan perkotaan.sebaran Kawasan Usaha Pertambangan dapat dilihat pada gambar 2.30 B.6. Kawasan Militer dan Kepolisian Kawasan peruntukan militer dimaksud untuk mendukung kebijakan nasional mengenai pertahanan dan keamanan negara. Rencana pola ruang untuk kawasan peruntukan militer dan kepolisian di Daerah meliputi a. AAU dan Sekolah Penerbangan TNI Angkatan Udara; b. Sekolah Polisi Negara; c. Kompi Brimob Polda DIY Gondowulung; d. Pos Angkatan Laut di Kec Sanden, Srigading; e. Stasiun Radar di Kretek. B.7. Kawasan Fasilitas Pelayanan Umum Lainnya Kawasan peruntukan fasilitas pelayanan umum lainnya tersebar di seluruh wilayah Daerah dengan peruntukan diatur lanjut dalam rencana rinci tata ruang daerah; Rencana pengembangan kawasan pelayanan umum lainnya, diarahkan sebagai berikut: a. Rencana pengelolaan dan pengembangan fasilitas perdagangan dan jasa, yaitu : 1). pertumbuhan perdagangan secara linier diarahkan sepanjang jalan arteri sekunder dan kolektor sekunder; 2). pengembangan Perdagangan dan Jasa wajib menyediakan parkir dalam halaman atau gedung; II - 77

78 3). perencanaan pintu masuk keluar gedung agar tidak mengganggu sirkulasi dan keamanan berlalulintas; 4). pengaturan jadwal waktu penyaluran (loading) barang-barang perdagangan pada kawasan yang padat bangunan dan aktivitas; b. Rencana pengembangan fasilitas pendidikan, yaitu: 1). mengupayakan terlayaninya wilayah Daerah secara merata dengan fasilitas pendidikan dari tingkat dasar (TK dan SD) sampai dengan SMA; 2). Pengembangan kawasan pendidikan tinggi terpadu di Desa Tamantirto Kecamatan Kasihan dan Kecamatan Sewon; 3). meningkatkan estetika, keamanan, kenyamanan lingkungan dan lokasi sehingga para siswa merasa nyaman dalam kegiatan belajarnya. c. Rencana pengembangan fasilitas kesehatan, yaitu: 1). menjamin kelancaran aksesibilitas terhadap fasilitas kesehatan seperti puskesmas, klinik dan rumah sakit ; 2). menjamin keamanan dan kenyamanan lingkungan bagi pengguna/pasien dalam menjalani perawatan dan pengobatan. d. Rencana pengelolaan peribadatan, yaitu dilakukan dengan memperhatikan aspek sumber daya lahan dan potensi umat. Pembangunan dilakukan dengan memperhatikan ketersediaan lahan yang layak bagi pengembangan, sedangkan potensi umat sebagai barometer untuk mengukur tingkat kebutuhan sarana peribadatan. e. Rencana pengembangan fasilitas rekreasi/olah raga, yaitu: 1). fasilitas olah raga skala Kabupaten berpusat di area Stadion Pacar; 2). pengembangan rekreasi terpadu dengan skala Kabupaten dan regional dan rekreasi tematik yang dikelola secara profesional; 3). pengembangan pusat rekreasi skala regional dan lokal diarahkan pada wilayahwilayah yang masih tersedia lahan yang besar dengan tingkat pertumbuhan rendah, agar menarik kegiatan yang lain berlokasi sehingga tercapai dekonsentrasi pembangunan di Daerah. II - 78

79 4). fasilitas rekreasi dan olahraga diarahkan tersebar di masing-masing kecamatan dengan memperhatikan tingkat kebutuhan; f. Rencana pengembangan fasilitas perkantoran yaitu: 1). fungsi perkantoran dibangun dekat dengan sasaran pelayanannya; 2). perkantoran swasta lainnya dapat berlokasi pada semua kawasan budidaya kecuali padakawasan pertanian. g. Rencana pengembangan taman pekuburan/pemakaman. Rencana rinci tata ruang untuk kawasan budidaya Daerah dituangkan dalam Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten yang diatur lebih lanjut dalam Peraturan Daerah tersendiri. II - 79

80 Gambar Rencana Kawasan Pariwisata II - 80

81 Gambar Rencana Kawasan Peruntukan Usaha Pertambangan II - 81

82 Rencana jaringan drainase,air limbah,sampah dan air bersih 1). Sistem Drainase Sistem drainase berupa jaringan pembuangan air hujan, dan peresapan air hujan yang dibedakan menjadi saluran primer, saluran sekunder, saluran tersier, sumur peresapan dan kolam retensi/embung/pengendali banjir. Peningkatan pelayanan jaringan pembuangan air hujan pada jalan dan kawasan yang rawan genangan serta penyambungan dalam rangka penyempurnaan sistem jaringan pembuangan air hujan. Pengembangan sistem drainase yang menggunakan jaringan pembuangan air hujan disusun berdasarkan rencana induk drainase. Setiap bangunan wajib dilengkapi peresapan air hujan sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku. 2). Sistem Penyediaaan Air Bersih; Penyediaan air bersih di kabupaten Bantul meliputi: a. sistem air bersih perpipaan yang dikelola Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), dan jaringan yang dikelola oleh swasta dan atau masyarakat; b. sistem air bersih non perpipaan milik perorangan berupa sumur. Pelayanan sistem penyediaan air bersih diarahkan pada pelayanan individual dan komunal. Penyediaan air bersih perpipaan dalam rangka peningkatan pelayanannya tersebar diseluruh Kecamatan secara merata untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Penyediaan air bersih non perpipaan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat berpenghasilan rendah. Penyediaan air bersih non perpipaan dari sumur diatur sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. 3). Sistem Pengelolaan Sampah; Pengelolaan sampah dilaksanakan dengan prinsip mengurangi, memanfaatkan dan mendaur ulang sampah. Pengembangan sistem persampahan terdiri atas : a. pengelolaan cara setempat adalah pengelolaan ditingkat rumah tangga yang meliputi pengurangan, pemilahan dan pengumpulan sampah ditingkat komunal maupun pengolahan sampah mandiri; b. pengelolaan cara komunal adalah pengangkutan dengan armada angkutan sampah menuju ke tempat penampungan sampah sementara (TPSS) dan kemudian ke tempat pengolahan sampah akhir (TPA); II - 82

83 c. pengolahan sampah mandiri dapat dilakukan pada masing-masing rumah tangga yang memiliki lahan luas hanya untuk jenis sampah organik sedangkan untuk sampah non organik wajib dikelola dengan cara komunal. Lokas dan pengelolaan sampah pada Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPSS) ditetapkan tersebar sesuai dengan tingkat pelayanannya. Sedangkan tempat Pengolahan Akhir (TPA) sampah akan disesuaikan dengan penetapan TPA pada RTRW Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 4). Sistem Pengelolaan Limbah. Sistem pengelolaan air limbah terdiri dari sistem pengelolaan air limbah domestik setempat dan terpusat. Sistem pengolahan air limbah domestik setempat meliputi pembuangan air limbah domestik kedalam septik tank individual, septik tank komunal atau Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) Komunal. Sedangkan sistem pengolahan air limbah domestik terpusat sebagaimana dimaksud pada ayat adalah pembuangan air limbah domestik ke dalam jaringan air limbah terpusat yang disediakan oleh Pemerintah; Jaringan air limbah domestik pada sistem pengolahan air limbah terpusat adalah jaringan perpipaan yang terdiri dari: a. saluran induk/primer; Saluran Induk/Primer merupakan Pipa besar yang digunakan untuk mengalirkan air limbah dari pipa lateral b. saluran penggelontor; Saluran Penggelontor merupakan Sistem penggelontor untuk menjaga aliran pembersih dalam sistem pengolahan limbah yang dangkal c. saluran lateral/sekunder; Saluran Lateral/Sekunder merupakan Pipa yang membentuk ujung atas sistem pengumpulan air limbah dan biasanya terletak dijalan ataupun tempat-tempat tertentu digunakan untuk mengalirkan air limbah dari pipa servis ke pipa induk d. pipa servis/tersier; Pipa Servis/Tersier sebagaimana dimaksud merupakan pipa yang digunakan untuk menghubungkan pipa sambungan rumah ke pipa lateral. e. sambungan rumah. Sambungan Rumah sebagaimana dimaksud merupakan sambungan saluran pembuangan dari bangunan tempat pemakai yang dihubungkan ke jaringan air limbah domestik yang disediakan oleh pemerintah. II - 83

84 Air limbah domestik yang terjangkau oleh jaringan air limbah kota wajib disalurkan ke jaringan air limbah kota dan tidak boleh disalurkan ke jaringan air hujan atau jaringan drainase. Sedangkan air limbah domestik yang tidak terjangkau oleh jaringan air limbah harus diproses dalam tangki septik dan atau pengolahan air limbah setempat sebelum disalurkan ke peresapan dan badan air. Jaringan air limbah tersebar diseluruh Kecamatan secara merata sesuai kondisi yang memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Air limbah industri harus diproses dalam instalasi pengolahan air limbah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. II - 84

85 Gambar 2.31 Peta Rencana Sistem Drainase Gambar 2.32 Peta Rencana Sistem Air Bersih II - 85

86 Gambar Peta Rencana Jaringan Air Bersih II - 86

87 Gambar 2.33 Peta Rencana Sistem Persampahan II - 87

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI DANA DESA KABUPATEN BANTUL TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI BANTUL,

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI DANA DESA KABUPATEN BANTUL TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI BANTUL, BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI DANA DESA KABUPATEN BANTUL TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan Daerah

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG PAGU RUMAH TANGGA SASARAN PENERIMA MANFAAT PROGRAM SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH (RASKIN/RASTRA)

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG PAGU RUMAH TANGGA SASARAN PENERIMA MANFAAT BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN DI KECAMATAN DAN DESA SE-KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PAGU RUMAH TANGGA SASARAN PENERIMA MANFAAT BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN DI KECAMATAN DAN DESA SE-KABUPATEN BANTUL TAHUN 2014 BUPATI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2015 No.108,2015 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Bagian Pemerintahan Desa Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Tata, Cara, pengalokasian, besaran alokasi, Pajak Daerah, Retribusi Daerah, desa, Tahun Anggaran

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DI KABUPATEN BANTUL

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DI KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DI KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa apotek merupakan salah

Lebih terperinci

Nama SKPD Alamat Status

Nama SKPD Alamat  Status Daftar Alamat E-mail Resmi OPD di Lingkungan Pemkab. Bantul Nama SKPD Alamat E-mail Status Dinas 1 Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga dikpora@bantulkab.go.id 2 Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 05 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 05 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 05 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA DESA ATAS PEMANFAATAN TANAH KAS DESA UNTUK FASILITAS UMUM DALAM BENTUK DANA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2016 No.84,2016 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Bagian Pemerintahan Desa Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. PEMERINTAH DESA.KEUANGAN DESA.Pedoman.Bantuan Keuangan. Dana Kompensasi.Pemanfaatan.Tanah

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 249 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 249 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 249 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN SAMPAI DENGAN TRIWULAN KEDUA

Lebih terperinci

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN SEMESTER II TAHUN 2016 MENURUT JENIS KELAMIN PER DESA

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN SEMESTER II TAHUN 2016 MENURUT JENIS KELAMIN PER DESA DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN SEMESTER II TAHUN 2016 MENURUT JENIS KELAMIN PER DESA a. Kecamatan Jetis NO DESA/KELURAHAN L P JUMLAH 1 PATALAN 5,982 6,175 12,157 2 CANDEN 6,005 6,021 12,026 3 SUMBERAGUNG 7,583

Lebih terperinci

BAB III PENGEMBANGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN, PUSAT KULINER DAN WATERPARK DI PANTAI DEPOK, BANTUL

BAB III PENGEMBANGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN, PUSAT KULINER DAN WATERPARK DI PANTAI DEPOK, BANTUL BAB III PENGEMBANGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN, PUSAT KULINER DAN WATERPARK DI PANTAI DEPOK, BANTUL 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Bantul 3.1.1 Letak Geografis, Luas Wilayah dan Batas Administrasi Secara geografis,

Lebih terperinci

Pengarusutamaan Gender Berbasis Spasial untuk Pengurangan Risiko Bencana

Pengarusutamaan Gender Berbasis Spasial untuk Pengurangan Risiko Bencana antarafoto.com salimah.or.id pmibantul Pengarusutamaan Gender Berbasis Spasial untuk Pengurangan Risiko Bencana Lalitya Narieswari, Sri Lestari Munajati, Mone Iye C. Marschiavelli, Habib Subagio National

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2014 No.57,2014 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Bagian Pemerintahan Desa Setda Kabupaten Bantul. Pemberian, bantuan keuangan, desa. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman,

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman, IV. KEADAAN UMUM WILAYAH A. Keadaan Fisik Daerah Kabupaten Bantul merupakan kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Ibukotanya adalah Bantul. Motto dari Kabupaten ini adalah Projotamansari

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2015 No.33,2015 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Bagian Pemerintahan Desa Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Tata, cara, alokasi, besaran, bagian hasil, pajak daerah, retribusi daerah, desa. BUPATI BANTUL

Lebih terperinci

LAMPIRAN INSTRUMEN PEDOMAN WAWANCARA

LAMPIRAN INSTRUMEN PEDOMAN WAWANCARA LAMPIRAN INSTRUMEN PEDOMAN WAWANCARA INSTRUMEN PEDOMAN WAWANCARA Fenomena yang diamati Dimensi Indikator Pertanyaan EfektivitaspelaksanaanK Ketepatankebij Muatankebijakanterhada a. Apakah SKPG telahsesuaidijalankan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG 1 2016 No.70,2016 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Bantul. PEMBANGUNAN. KESEJAHTERAAN. MASYARAKAT. DESA. Pedoman. Bantuan Keuangan Khusus. BUPATI BANTUL DAERAH

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DAN BESARAN DANA DESA SETIAP DESA TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Bagian Pemerintahan Desa Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Tatacara, pengalokasian, besaran alokasi, dana desa.

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Bagian Pemerintahan Desa Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Tatacara, pengalokasian, besaran alokasi, dana desa. 1 2015 No.29,2015 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Bagian Pemerintahan Desa Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Tatacara, pengalokasian, besaran alokasi, dana desa. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2015 No.60,2015 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Perubahan Kedua, Peraturan Bupati Bantul, Tatacara, pengalokasian, besaran alokasi, dana desa. BUPATI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2015 No.30,2015 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Tatacara, pembagian, penetapan, rincian, dana desa, setiap, desa, Kabupaten Bantul. BUPATI BANTUL DAERAH

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2015 No.103,2015 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Bagian Pemerintahan Desa Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Tata, Cara, pembagian, penetapan, rincian, dana desa, Kabupaten Bantul, Tahun Anggaran 2016.

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 103 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DAN PENETAPAN

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27 Lintang Selatan dan 110º12'34 - 110º31'08 Bujur Timur. Di IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Deskripsi Daerah Daerah hulu dan hilir dalam penelitian ini adalah Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Secara geografis Kabupaten Sleman terletak pada 110 33 00

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 110 0 12 34 sampai 110 0 31 08 Bujur Timur dan antara 7 0 44 04 sampai 8 0 00 27 Lintang Selatan. Kabupaten

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04 ' 27 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan

Lebih terperinci

DATA PUAP / LKMA KABUPATEN BANTUL

DATA PUAP / LKMA KABUPATEN BANTUL DATA PUAP / LKMA KABUPATEN BANTUL BPS Gapoktan LKMA Ketua/Manager Koordinat 2008 2009 200 20 Srandakan Poncosari Sari Kismo Sari Kismo Waluyo 2 2 Trimurti Sido Maju Tani Murti Untung Suparmadi 2 Sanden

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun untuk memperjelas tentang

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun untuk memperjelas tentang BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Kondisi Umum Wilayah Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, penelitian ini akan menggunakan Kabupaten Bantul sebagai objek penelitian. Dimana kabupaten

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL 1 2015 No.102,2015 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Bagian Pemerintahan Desa Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Tata, Cara, pengalokasian, besaran alokasi, dana desa, Tahun Anggaran 2016. BUPATI BANTUL

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR TAHUN 2013

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR TAHUN 2013 BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 83. 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN TIM TEKNIS PINJAMAN DANA BERGULIR PEMBERDAYAAN EKONOMI KELUARGA MISKIN DI KECAMATAN SE-KABUPATEN BANTUL TAHUN 2013 BUPATI

Lebih terperinci

BADAN KESEJAHTERAAN KELUARGA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA TAHUN 2009

BADAN KESEJAHTERAAN KELUARGA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA TAHUN 2009 KELUARGA KABUPATEN BANTUL TAHUN 2008 BADAN KESEJAHTERAAN KELUARGA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA TAHUN 2009 ADMINISTRATIF KAB. BANTUL SECARA ADMINISTRATIF KABUPATEN BANTUL TERDIRI DARI 17

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL

BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL 3.1. Tinjauan Kabupaten Bantul 3.1.1. Tinjauan Geografis Kabupaten Bantul Kabupaten Bantul merupakan salah satu Kabupaten dari 5 Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

Tentang TAKSIRAN PANJAR ( VOORSCHOT ) BIAYA PERKARA PERDATA PADA PENGADILAN NEGERI BANTUL KETUA PENGADILAN NEGERI BANTUL

Tentang TAKSIRAN PANJAR ( VOORSCHOT ) BIAYA PERKARA PERDATA PADA PENGADILAN NEGERI BANTUL KETUA PENGADILAN NEGERI BANTUL KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI BANTUL NOMOR : W13-U5/1922/HK.02/VI/2017 Tentang TAKSIRAN PANJAR ( VOORSCHOT ) BIAYA PERKARA PERDATA PADA PENGADILAN NEGERI BANTUL KETUA PENGADILAN NEGERI BANTUL Membaca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri memiliki daerah-daerah yang terkhusus pada rawan bencana. Sejumlah 301 dari 438 desa di DIY menyandang status rawan bencana alam

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PENYALURAN ALOKASI DANA DESA TAHUN ANGGARAN 2016 YANG TERTUNDA PENYALURANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DAFTAR NAMA DAN ALAMAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI/SWASTA KABUPATEN BANTUL

DAFTAR NAMA DAN ALAMAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI/SWASTA KABUPATEN BANTUL DAFTAR NAMA DAN ALAMAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI/SWASTA KABUPATEN BANTUL SMP Negeri Nomor NSS NPSN NAMA SEKOLAH ALAMAT DESA KECAMATAN KABUPATEN/KOTA STATUS 1 201040110015 20400339 SMP NEGERI

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KABUPATEN BANTUL. Kabupaten Bantul terdiri dari 17 kecamatan, 75 desa, dan 933 dusun. Secara

KEADAAN UMUM KABUPATEN BANTUL. Kabupaten Bantul terdiri dari 17 kecamatan, 75 desa, dan 933 dusun. Secara IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN BANTUL A. Letak Kabupaten Bantul Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten dari 5 kabupaten/kota di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang terletak di Pulau Jawa.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak diantara koordinat 110 o o Bujur Timur,

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak diantara koordinat 110 o o Bujur Timur, IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis Kabupaten Bantul Kabupaten Bantul adalah salah satu wilayah kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang dijadikan sebagai objek

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM Dalam bab ini akan diuraikan sekilas mengenai gambaran umum Kabupaten Bantul, Desa Mangunan. A. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul 1. Administratif dan Perwilayahan Kabupaten Bantul

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPADA DESA DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Umum Kabupten Bantul a. Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Luas wilayah seluruhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui adalah sumber daya lahan. Sumber daya lahan sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui adalah sumber daya lahan. Sumber daya lahan sangat penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia sekarang masih tergolong tinggi berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu 1,49 % per tahun, akibatnya diperlukan usaha

Lebih terperinci

RENCANA POLA TANAM DAN TATA TANAM GLOBAL DETAIL PADA MUSIM HUJAN SERTA PENJELASAN POLA TANAM DI KABUPATEN BANTUL TANGGAL

RENCANA POLA TANAM DAN TATA TANAM GLOBAL DETAIL PADA MUSIM HUJAN SERTA PENJELASAN POLA TANAM DI KABUPATEN BANTUL TANGGAL RENCANA POLA TANAM DAN TATA TANAM GLOBAL DETAIL PADA MUSIM HUJAN TAHUN 2013 / 2014 DAN MUSIM KEMARAU TAHUN 2014 SERTA PENJELASAN POLA TANAM DI KABUPATEN BANTUL Daerah Irigasi Kewenangan Kabupaten Bantul

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM. Progo, Kabupaten Gunung Kidul, dan Kota Yogyakarta. Secara geografis, Kabupaten

BAB II GAMBARAN UMUM. Progo, Kabupaten Gunung Kidul, dan Kota Yogyakarta. Secara geografis, Kabupaten BAB II GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kabupaten Bantul Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten yang berada di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain Kabupaten Sleman, Kabupaten Kulon

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG 1 2016 No.11,2016 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bantul. PEMERINTAH DAERAH. Rencana. Pembangunan. Jangka Menengah. Daerah. Tahun 2016-2021. (Penjelasan

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 218 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 218 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 218 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN TIM PELAKSANA PELAYANAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL TAHUN 2015 BUPATI BANTUL,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Profil Kabupaten Bantul Gambar 4.1 Peta Kabupaten Bantul Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Pusat pemerintahan

Lebih terperinci

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro BAB III DATA LOKASI 3.1 Data Makro 3.1.1 Data Kawasan wilayah Kabupaten Sleman yaitu : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Magelang (Provinsi Jawa Tengah) Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN OBJEK. a. Sebelah Utara : Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. b. Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

BAB IV GAMBARAN OBJEK. a. Sebelah Utara : Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. b. Sebelah Selatan : Samudera Indonesia BAB IV GAMBARAN OBJEK A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Keadaan Alam Sumber data yang di dapat dari Disdukcapil Kab. Bantul. Kabupaten Bantul terletak di sebelah Selatan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

Jumlah desa, dusun dan luas Kabupaten Bantul per kecamatan dapat

Jumlah desa, dusun dan luas Kabupaten Bantul per kecamatan dapat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Letak dan Luas Daerah Penelitian Secara astronomis Kabupaten Bantul terletak antara 07 0 44 04-08 0 00 27 LS dan 110 0 12 34 110 0 31 08 BT.

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEGAL DRAFTING... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEGAL DRAFTING... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEGAL DRAFTING... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii vi xii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Landasan Hukum... I-2 1.3. Hubungan RPJMD

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PERENCANAAN PENGGUNAAN LAHAN (GPW / 0210) ACARA 1 KAJIAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PENGGUNAAN LAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM PERENCANAAN PENGGUNAAN LAHAN (GPW / 0210) ACARA 1 KAJIAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PENGGUNAAN LAHAN LAPORAN PRAKTIKUM PERENCANAAN PENGGUNAAN LAHAN (GPW / 0210) ACARA 1 KAJIAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PENGGUNAAN LAHAN Disusun Oleh : Nama : Dimas Pradana Riyadi NIM : 08 / 267157 / GE / 06423 Hari/jam : Rabu

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. Kecamatan Bantul berada di Ibukota Kabupaten Bantul. Kecamatan Bantul

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. Kecamatan Bantul berada di Ibukota Kabupaten Bantul. Kecamatan Bantul IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI Kecamatan Bantul berada di Ibukota Kabupaten Bantul. Kecamatan Bantul terdiri dari 5 desa meliputi Desa Bantul, Desa Palbapang, Desa Trirenggo, Desa Sabdodadi, dan Desa

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kecamatan Kretek

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kecamatan Kretek III. KARAKTERISTIK WILAYAH A. Kecamatan Kretek Kecamatan Kretek merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Bantul. Gambar 5. Peta Administrasi Kecamatan Kretek 17 18 Secara geografis Kecamatan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

PENGADILAN NEGERI BANTUL KELAS I B

PENGADILAN NEGERI BANTUL KELAS I B PENGADLAN NEGER BANTUL KELAS B KEPUTUSAN KETUA PENGADLAN NEGER BANTUL NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN BESARAN BAYA PERKARA PERDATA PADA PENGADLAN NEGER BANTUL KETUA PENGADLAN NEGER BANTUL,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Kabupaten Subang merupakan kabupaten yang terletak di kawasan utara Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Subang yaitu 2.051.76 hektar atau 6,34% dari

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kabupaten Bantul Kabupaten Bantul adalah salah satu dari lima Kabupaten/Kota yang ada di Yogyakarta yang terletak di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang terletak di pulau

Lebih terperinci

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi.

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi. penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi. III.1.3. Kondisi Ekonomi Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik, perhitungan PDRB atas harga

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

KABUPATEN BANTUL TAHUN 2017

KABUPATEN BANTUL TAHUN 2017 BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN BANTUL TAHUN 2017 PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL Jalan Robert WolterMonginsidiNomor 1 KabupatenBantul

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. Kondisi Kebun Buah Mangunan. 1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Kebun Buah Mangunan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. Kondisi Kebun Buah Mangunan. 1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Kebun Buah Mangunan III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI Kondisi Kebun Buah Mangunan 1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Kebun Buah Mangunan Wilayah Kabupaten Bantul merupakan salah satu wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 21 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Umum Fisik Wilayah Geomorfologi Wilayah pesisir Kabupaten Karawang sebagian besar daratannya terdiri dari dataran aluvial yang terbentuk karena banyaknya sungai

Lebih terperinci

DAFTAR NAMA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA ( SMP ) & MADRASAH TSANAWIYAH ( MTs ) KABUPATEN BANTUL TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010

DAFTAR NAMA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA ( SMP ) & MADRASAH TSANAWIYAH ( MTs ) KABUPATEN BANTUL TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010 DAFTAR NAMA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA ( SMP ) & MADRASAH TSANAWIYAH ( MTs ) KABUPATEN TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010 NO NPSN NSS Nama Sekolah Alamat Status Sekolah Desa / Kalurahan 01 20400302 201040101001

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil III. METODE PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Kemiling. Kondisi Wilayah Kecamatan kemiling merupakan bagian dari salah satu kecamatan dalam wilayah kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Sleman 3.1.1 Kondisi Geografis Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Kabupaten Kulonprogo dengan ibu kotanya berada di Kota Wates memiliki luas wilayah 598.627.512 ha (586,28 km 2 ), terdiri dari 12 kecamatan 87 desa,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pemerintahan Propinsi Lampung di Bandar Lampung adalah 77 km.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pemerintahan Propinsi Lampung di Bandar Lampung adalah 77 km. IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Sendang Agung merupakan salah satu bagian wilayah Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung, terletak pada 104 0 4905 0 104 0 56 0 BT dan 05 0 08 0 15 0 LS,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Profil Kabupaten Bantul 1. Tinjauan Geografis Dilihat dari bentang alamnya, wilayah Bantul terdiri dari daerah dataran yang terletak pada bagian tengah dan daerah perbukitan yang

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG 2.1. Batas Administratif Kabupaten Soppeng merupakan salah satu bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan yang secara administratif dibagi menjadi 8 kecamatan, 21 kelurahan,

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH

KARAKTERISTIK WILAYAH III. KARAKTERISTIK WILAYAH A. Karakteristik Wilayah Studi 1. Letak Geografis Kecamatan Playen terletak pada posisi astronomi antara 7 o.53.00-8 o.00.00 Lintang Selatan dan 110 o.26.30-110 o.35.30 Bujur

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Kabupaten Kendal terletak pada 109 40' - 110 18' Bujur Timur dan 6 32' - 7 24' Lintang Selatan. Batas wilayah administrasi Kabupaten

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Bantul merupakan bagian integral dari wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang mempunyai 17 kecamatan. Letak astronominya antara 110º12 34 sampai 110º31

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci