DAFTAR ISI. BAB II. PERSYARATAN - PERSYARATAN Perencanaan Rumah Susun Faktor-faktor Perencanaan... 3
|
|
- Devi Siska Tan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 DAFTAR ISI Halaman Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 125/KPTS/ i Daftarf Isi... vi BAB I. DESKRIPSI Maksud dan Tujuan Maksud Tujuan Ruang Lingkup Pengertian... 1 BAB II. PERSYARATAN - PERSYARATAN Perencanaan Rumah Susun Faktor-faktor Perencanaan... 3 BAB III. KETENTUAN - KETENTUAN 3.1 Ketentuan Teknis Perencanaan Pengguanaan Modular Instalasi BAB IV. CARA PENGERJAAN LAMPIRAN A : Daftar Istilah LAMPIRAN B : Lain-lain LAMPIRAN C : Daftar Nama dan Lembaga... 15
2 1.1 Maksud dan Tujuan BAB I DESKRIPSI Maksud Tata Cara Perencanaan Rumah Susun Modular dimaksudkan sebagai pegangan dan acuan bagi perencanaan dalam merencanakan rumah susun Tujuan Tujuan tata cara ini adalah memberikan landasan perencanaan disain agar dapat diperoleh suatu perencanaan bangunan rumah susun yang optimal dan memenuhi syarat bagi kelayakan suatu hunian. 1.2 Ruang Lingkup Tata cara ini meliputi persyaratan dan ketentuan-ketentuan perencanaan, khususnya bagi perencanaan rumah susun. 1.3 Pengertian Yang dimaksud dengan : 1) rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertical dan merupakan satuan-satuan yang masingmasing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian-bersama, benda-bersama dan tanah-bersama; 2) perencanaan adalah suatu urutan tindakan yang dilakukan untuk mendapatkan suatu hasil dengan cara berkesinambungan; 3) satuan rumah susun adalah rumah susun yang tujuan peruntukan utamanya digunakan secara terpisah sebagai tempat hunian yang mempunyai sarana penghubung ke akses yang sifatnya umum; 4) lajur adalah suatu ruang atau bentangan antara dua bidang yang disediakan untuk sebuah atau satu set komponen bangunan yang tidak harus mengisi-penuh ruang tersebut; 5) lajur lantai adalah suatu zone yang tersedia untuk komponen atau beberapa macam komponen yang membentuk struktur lantai; 6) lajur atap adalah suatu zone yang tersedia untuk komponen atau beberapa macam komponen yang membentuk struktur atap; 7) tinggi tingkat adalah jarak tinggi yang diukur di antara dua bidang patokan ( peil ) lantai, yaitu dari muka suatu lantai terpasang ke bidang muka lantai yang terletak di atas atau di bawahnya;
3 8) dimensi-kendali atau dimensi-kontrol adalah suatu bagian kerangka kerja yang digunakan untuk menentukan perencanaan dimensi-utama suatu bangunan, termasuk komponen bangunan yang menjadi bagian dari bangunan tersebut; 9) dimensi kendali utama adalah suatu dimensi yang membentang diantara dua bidang patokan, misalnya tinggi lantai-ke-lantai atau tinggi-tingkat; 10) dimensi kendali-kedua adalah merupakan bagian dari Dimensi Kendali Utama, misalnya tinggi ambang jendela atau pintu; 11) koordinasi modular adalah suatu system koordinasi dimensional dari berbagai produk bahan, komponen dan elemen bangunan dalam suatu bangunan yang didasarkan atas Modul Dasar, Multimodul dan Submodul; 12) sambungan adalah jarak nominal yang diperlukan untuk menghubungkan dua komponen bangunan termasuk di dalamnya toleransi pemasangan dan toleransi ukuran bahan; 13) ukuran modular adalah ukuran nominal yang ditetapkan berdasarkan Modul dasar; 14) ukuran berguna (efektif) adalah ukuran bersih suatu bahan bangunan, komponen bangunan atau elemen bangunan; 15) komponen/elemen bangunan struktur adalah bagian bangunan yang berfungsi menerima/meneruskan beban; 16) komponen/elemen bangunan non struktur adalah bagian bangunan yang tidak berfungsi menerima/meneruskan beban; 17) multimodal adalah modul yang ukurannya ditentukan berdasarkan kelipatan bilangan bulat dari Modul Dasar.
4 BAB II PERSYARATAN - PERSYARATAN 2.1 Perencanaan Rumah Susun Perencanaan rumah susun hunian harus mempunyai persyaratan sebagai berikut : 1) rumah susun direncanakan sebaik mungkin, sehingga diharapkan adalanya interaksi sosial bagi penghuninya; 2) perencanaan tersebut harus disertai dengan suatu pola pengelolaan yang baik dan effisien guna tetap terpeliharanya fisik bangunan dan keamanan menghuni. 2.2 Faktor-faktor Perencanaan Faktor-faktor perencanaan yang harus diperhatikan adalah : 1) kenyamanan; 2) kesehatan; 3) ekonomis, effisien; 4) keamanan; 5) disesuaikan dengan Perencanaan menyeluruh dari Perencanaan Lingkungan Rumah Susun. Dalam perencanaan runah susun ukuran arah horizontal dan atau ukuran arah vertical harus berdasarkan multimodul. Ukuran komponen dan elemen harus mengikuti ketentuan yang tercantum dalam standarstandar mengenai koordinasi modular, yaiut SNI F tentang Spesifikasi Koordinasi Modular untuk Bangunan Rumah dan Gedung, SNI F tentang Spesifikasi Ukuran Terpilih untuk Bangunan Rumah dan Gedung, SNI F tentang Tata Cara Dasar Koordinasi Modular untuk Rumah dan Gedung. Ukuran-ukuran berguna dari setiap produk komponen bangunan non structural dan elemen bangunan non structural harus memungkinkan penggantian (subtitusi) komponen atau elemen bangunan dengan jenis lain.
5 BAB III KETENTUAN - KETENTUAN 3.1 Ketentuan Teknis Perencanaan Kategori Bangunan Rumah susun hunian termasuk Bangunan Runah Tinggal Luar Biasa (Kls II) seperti diuraikan pada SNI F tentang Tata Cara Pelaksanaan Mendirikan Bangunan Gedung Peruntukan Rumah Susun Hunian Rumah Susun hunian diperuntukan bagi Satuan Rumah dengan luasan minimum 12 m Jumlah Satuan Rumah Susun Hunian Perencanaan Rumah susun hunian disesuaikan dengan ketentuan bahwa hingga panjang bangunan/massa 30 meter diharuskan menggunakan dilatasi pada sambungan antar bangunannya. GAMBAR 1 DILATASI Jumlah Lantai Jumlah lantai menentukan alat transportasi vertical sebagai berikut : 1) hingga 5 (lima) lantai mempergunakan tangga; 2) lebih dari lima lantai menggunakan lift.
6 3.1.5 Bentuk bangunan Dari segi fungsi bentuk dan bangunan disarkan pada : 1) pengelompokan Satuan Rumah Susun; 2) penyediaan akses menuju masing-masing Satuan Rumah Susun.
7 GAMBAR 4 CONTOH-CONTOH ENUK MASSA Tampak Bangunan Tampak bangunan harus memperhatikan ketentuan sebagai berikut : 1) keserasian, keharmonisan antara fungsi dan estetika harus merupakan pertimbangan perencanaan yang mendasar; 2) penampilan bangunan dipertimbangkan untuk dapat menarik minat calon penghuni dan dapat menaikkan status sosialnya.
8 3.2 Penggunaan Modular Penerapan Koordinasi Modular Penerapan modulasi modular harus memenuhi ketentuan-ketetuan sebagai berikut : 1) bahwa pengelompokan Mudol Satuan Rumah Susun dapat menggunakan beberapa cara dalam penentuan ukurannya; 2) bahan modul fungsi dipertimbangkan pada : (1) bahan struktur; (2) dinding pengisi/partisi; (3) lantai pengisi. ( Untuk jelasnya lihat gambar 5 ) GAMBAR 5 PENERAPAN KOORDINASI MODULAR
9 3.2.2 Ukuran Sambungan dan Penampang Ukuran dambungan antar komponen dan ukuran penampang komponen dan elemen baik structural maupun non structural tidak harus modular Penyela Dalam beberapa hal diperbolehkan adanya penyela dari suatu jaringan modular. Ukuran penyela ini tidak harus modular. GAMBAR 6 PENYELA Ukuran Arah Vertikal dan Ukuran Arah Horisontal Ukuran arah vertikal dan ukuran arah horizontal harus berdasarkan multimodul Ukuran-Ukuran Berguna Ukurn-ukuran berguna dari setiap produk komponen bangunan non strukural dan elemen bangunan non structural harus memungkinkan penggantian (substitusi) komponen atau elemen bangunan dengan jenis yang lain.
10 3.2.6 Jarak Jarak antar elemen bangunan structural atau komponen bangunan structural harus modular harus disesuiakan dengan ketentuan yang tercantum dalam SNI F tentang cara Tata Cara Dasar Koordinasi Modular Untuk Perencanaan Teknis Bangunan Rumah Dan Gedung Tinggi Tingkat Ukuran tinggi tingkat min 26M Perubahan Tinggi Tingkat GAMBAR 7 TINGGI TINGKAT Tinggi perubahan tingkat (muka lantai atap) harus berkisar antara 3M dan 12M dengan kelipatan 3M. GAMBAR 8 PERUBAHAN TINGKAT TINGGI
11 3.2.9 Transporatasi Transporatasi rumah susun adalah sebagai berikut : 1) koridor dapat dutempatkan pada posisi : (1) tengah masa bangunan; (2) pinggir masa bangunan; (3) dengan dimensi lebar minimum 5 x 3M; GAMBAR 9 SISTEM TRANSPORTASI 2) pada bangunan kurang dari atau sama dengan lima lantai dipersyaratkan menggunakan tangga dengan ketentuan : 1) lebar tangga minimum mampu manampung dua orang berjalan bersamaan; 2) jumlah anak tangga disesuaikan dengan ketinggian lantai bangunan yang modular, namun anak tangga itu sendiri tidak harus modular; 3) kemiringan tangga dengan batas optimum kenyamanan 35derajat; 4) tinggi railing antara 8M-10M.
12 GAMBAR 10 TANGGA 3.3 Instalasi 3) dimensi lift minimum mampu menampung 1 buah kereta dorong dengan maksud pada keadaan darurat. Jumlah disesuiakan dengan jumlah Satuan Rumah Susun pada Masa (Bangunan) Rumah Susun tersebut. Instalasi harus mengacu pada ketentuan-ketentuan yang berlaku.
13 BAB IV CARA PENGERJAAN 4.1 Kumpulkan Data Lapangan yang terdiri atas : 1) lingkungan lahan 2) peruntukan Rumah Susun 3) kebutuhan Satuan Rumah Susun 4) kondisi existing lahan 4.2 Tentukan luasan dasar Satuan Rumah Susun yang dikaitkan dengan koordinasi modular 4.3 Tentukan denah tata ruang tiap satuan rumah susun 4.4 Rencana pola dasar bentuk massa (bangunan) yang direncanakan 4.5 Rencanakan system transportasi baik horizontal maupun vertical 4.6 Rencanakan utilitas massa bangunan, seperti : 1) sistem listrik dan peralatannya; 2) sistem air bersih dan peralatannya; 3) sistem air kotor dan peralatannya; 4) sistem penangkal petir dan peralatannya; 5) sistem air kotor dan peralatannya; 6) sistem pemadam kebakaran dan peralatannya 7) sistem-sistem lain yang diperlakukan dengan perencanaan, seperti detector.
14 LAMPIRAN A DAFTAR ISTILAH Koordinasi Modular Modul Dasar Multimodul Submodul Penyela Toleransi Tinggi Tingkat Dimensi Kendali Zone Lantai Zone Atap : Modular Coordination : Basic Module : Multimodule : Submodule : Dividing Element : Tolerance : Storey Height : Control Dimension : Floor Zone : Roof Zone
15 LAMPIRAN B LAIN-LAIN
16 LAMPIRAN C DAFTAR NAMA DAN LEMBAGA 1) Pemrakarsa Pusat penelitian dan pengembangan pemukiman 2) Penyusun NAMA LEMBAGA Ir. Arvi Argyantoro Ir. Hartinisari Ir. Gundhi Marawati Suwandojo Siddiq Dip.E.E 3) Susunan Panitia Tetap Standardisasi JABATAN EX-OFFICIO NAMA Ketua merangkap Kepala Badan Litbang PU Ir.Suryatin Sastromijoyo anggota Sekretaris merangkap anggota Sekretaris Badan Litbang PU Sekretaris Direktorat Jenderal Pengairan Sekretaris Direktorat Jendral Bina Marga Sekretaris Direktorat Jendral Cipta Karya Kepala Biro Hukum Departemen PU Kepala Bino Bino Sarana Perusahaan Departemen PU Kepala Pusat Litbang Pengairan Kepala Pusat Litbang Jalan Kepala Ir. Sunaryo Soemadji Ir. M. Hardjono Ir. Satrio Ir. Soeratmo Notodipoero Ali Muhammad, SH Ir. Nuzwar Nurdin Dr. Ir. Badrudin Mahbub Ir. Soedarmanto Darmonegoro Ir.S.M.Ritonga
17 4) Susunan Panitia Kerja Standardisasi JABATAN NAMA INSTANSI Ketua Ir. Alibasah Samsudin Ir. Poerwono Ir. Sri Hardiati Ir. Supardi Sofiati Panarto, SH Ir. A. Hariman M. Saleh A.ME.Dip.DP Ir. Hakim Natakusuma Ir. Dachyar Mulya Ir. AC Sumuyup Ir. Dedi Suwandi P. Ir. Gundhi Marwati Suwandojo Siddiq Dip. E. E Roostam Martowidjojo, BaAK Ir. Mustandar Direktorat Perumahan Direktorat Perumahan Direktorat Perumahan Direktorat Perumahan Direktorat Perumahan Perguruan Tinggi Direktorat Perumahan Perum Perumnas Pusat Perum Perumnas Pusat Perum Perumnas Pusat Direktorat Tata Kota dan Tata Daerah Direktorat Tata Bangunan
18 5) Peserta Kosensus NAMA INSTANSI Ir. Hakim Natakusuma Ir. Machdar mulia Ir. Agus Hardjanta CES Ir. Achmad Mustandar M. Poerwanto, SH. Ir. Setia Budhy Algamar Ir. Made Bagus Budihardjo Drs. Yayat Ruchiyat, BE Ir. Sugiarto Sargo, MS Ir. Herdadi Pagih Ir. R. Panggabean Ir. Ieke Kartika Karsaman Ir.Lukman Hakim AS Ir. A. Hariman Ir. Suluh Kumoro Ir. Bamabang Subekti Ir. Syafril Rivai Ir. Nandang Syamsudin Ir. Dirdjaja Ir. Dedi Suwandi P. Tarmizi Moerad, SH R. Saleh BMuE Bambang Utojo SH Ir. Gundhi Marwati Ir. Rumiati Tobing Ir. Felisia Simarmata WS. Witarso, BE Dra. Yusilianna Suwandojo Siddiq Dipl. E.E. Ir. Riana Suwardi Ir. Arvi Argyantoro Perum Perumnas Pusat Perum Perumnas Pusat Perum Perumnas Pusat Direktorat Tata Bangunan Sekretaris Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Bina Program Direktorat Bina Program Pemda Kodya Bandung Kanwil BPN BPN Jawa Barat DPU Cipta Karya Jawa Barat Bappeda DT II Kodya Bandung Dinas Tata Kota Bandung INKINDO DPD Jawa Barat TRISAKTI ITENAS ITENAS ITENAS Puslitbang Jalan Puslitbang Pengairan Pusat Litbang
19 6) Peserta Pemutakhiran Konsep NAMA Ir. Suryatin Sastronijoyo Ir. Soenaryo Soemadji Ir. Sahat Mulia Ritonga Djoko Sulistio, SH Ir. Hartinisari Ir. Arvi Argyantoro Ir. Rachim Siahaan Ir. Lya MS. Ir. P. Hutagalung Ir. Eddy Suhartono Ir. Eddy Sumardi Ir. Nandang Syamsudin Ir. Soedarmanto Ir. Agus Suprapto K. Dr. Ir. Badruddin Ir. Soedarmanto Ir. Agus Suprapto K. Dr. Ir. Badruddin Ir. Carlina S.,Dipl.HE. Ir. Rumiati Tobing Ir. Gundhi Marwati Ir. Susmaryanto Ir. Felisia Simarmata Ir. Lolly Martina Ir. Enny Budiono INSTANSI Badan Litbang PU Badan Litbang PU Direktorat Hukum Balai PKBP Sekretaris Ditjen Cipta Karya Pusat Litbang Jalan Pusat Litbang Jalan Pusat Litbang Jalan Set. Ditjen Air Pusat Litbang Jalan Pusat Litbang Jalan Set. Ditjen Air Pusat Litbang Air Pusat Litbang Air Badan Litbang PU Pusat Litbang PU Pusat Litbang PU Pusat Litbang PU
DAFTAR ISI. Halaman. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 306/KPTS/
DAFTAR ISI Halaman Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 306/KPTS/1989... i Daftar Isi... v BAB I DESKRIPSI... 1 1.1 Maksud dan tujuan... 1 1.1.1 Maksud... 1 1.1.2 Tujuan... 1 1.2 Ruang Lingkup... 1 1.3
Lebih terperinciSNI SNI Metode pengujian kuat lentur kayu di laboraturium. Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional BSN
SNI SNI 03-3959-1995 Standar Nasional Indonesia Metode pengujian kuat lentur kayu di laboraturium ICS 79.040 Badan Standardisasi Nasional BSN Daftar Isi Halaman BAB I DESKRIPSI 1.1Materi dan Tujuan...
Lebih terperinciSTANDAR SK SNI S F SNI
STANDAR SK SNI S-10-1990-F SNI 03-2449-1991 SPESIFIKASI KUDA-KUDA KAYU BALOK PAKU TIPE 15/6 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Diterbitkan oleh yayasan LPMB, Bandung Daftar Rujukan The council for of Practice British
Lebih terperinciDAFTAR ISI... Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 184/ KPTS/1990 BAB I. DESKRIPSI Maksud dan Tujuan... 1
DAFTAR ISI Halaman Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 184/ KPTS/1990... i DAFTAR ISI... iv BAB I. DESKRIPSI... 1 1.1 Maksud dan Tujuan... 1 1.1.1 Maksud... 1 1.1.2 Tujuan... 1 1.2 Ruang Lingkup...
Lebih terperinciMetode pengujian kuat tarik kayu di laboratorium
SNI 03-3399-1994 Standar Nasional Indonesia Metode pengujian kuat tarik kayu di laboratorium ICS 79.040 Badan Standardisasi Nasional DAFTAR ISI Daftar isi... iv BAB I DESKRIPSI... 1 1.1 Maksud dan tujuan...
Lebih terperinciSTANDAR SPESIFIKASI UKURAN KAYU UNTUK BANGUNAN RUMAH DAN GEDUNG DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SK SNI S F SNI
STANDAR SK SNI S 05 1990 F SNI 03-2445-1991 SPESIFIKASI UKURAN KAYU UNTUK BANGUNAN RUMAH DAN GEDUNG DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Diterbikan oleh Yayasan LPMB, Bandung DAFTAR ISI Halaman Surat Keputusan Menteri
Lebih terperinciMetode pengujian kuat tekan kayu di laboratorium
SNI SNI Standar Nasional Indonesia 03-3958-1995 Metode pengujian kuat tekan kayu di laboratorium ICS 79.040 Badan Standardisasi Nasional BSN DAFTAR ISI Keputusan Menteri Pekerjaan Umum 475/KPTS/1991...
Lebih terperinciSPESIFIKASI KUDA-KUDA KAYU BALOK PAKU TIPE 30/6
STANDAR SK SNI S-11-1990-F SNI 03-2450-1991 SPESIFIKASI KUDA-KUDA KAYU BALOK PAKU TIPE 30/6 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Diterbitkan oleh Yayasan LPMB, Bandung Daftar Rujukan The Council for Codes of Practice
Lebih terperinciMetode pengujian kuat geser kayu di laboratorium
SNI SNI Standar Nasional Indonesia 03-3400-1994 Metode pengujian kuat geser kayu di laboratorium ICS 79.040 Badan Standardisasi Nasional BSN DAFTAR ISI Keputusan Menteri Pekerjaan Umum 475/KPTS/1991...
Lebih terperinciSPESIFIKASI UKURAN KUSEN PINTU KAYU, KUSEN JENDELA KAYU, DAUN PINTU KAYU DAN DAUN JENDELA KAYU UNTUK BANGUNAN RUMAH DAN GEDUNG
STANDAR SNI 03-0675-1989 SPESIFIKASI UKURAN KUSEN PINTU KAYU, KUSEN JENDELA KAYU, DAUN PINTU KAYU DAN DAUN JENDELA KAYU UNTUK BANGUNAN RUMAH DAN GEDUNG DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Diterbitkan oleh Yayasan
Lebih terperinciSTANDAR SNI
STANDAR SNI 06 2405 1991 TATA CARA PERENCANAAN TEKNIK SUMUR RESAPAN AIR HUJAN UNTUK LAHAN PEKARANGAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Diterbitkan oleh yayasan LPMB, Bandung DAFTAR ISI Halaman Keputusan Menteri
Lebih terperinciSTANDAR SNI
STANDAR SNI 0324951991 SPESIFIKASI BAHAN TAMBAHAN UNTUK BETON DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Diterbitkan oleh Yayasan LPMB, Bandung DAFTAR RUJUKAN ASTM Standards, 1978 Test Method for Shump of Portland Cement
Lebih terperinciTATA CARA PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH SNI
TATA CARA PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH SNI 03-3241-1994 RUANG LINGKUP : Tata cara ini memuat tentang persyaratan dan ketentuan teknis dan dapat dijadikan acuan atau pegangan bagi perencana
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman. Daftar Isi... BAB I DESKRIPSI Maksud dan Tujuan Ruang Lingkup Pengertian... 1
DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i BAB I DESKRIPSI... 1 1.1 Maksud dan Tujuan... 1 1.2 Ruang Lingkup... 1 1.3 Pengertian... 1 BAB II PERSYARATAN... 3 BAB III KETENTUAN-KETENTUAN... 4 3.1 Umum... 4 3.2
Lebih terperinciSNI. Metode pengambilan contoh campuran beton segar SNI Standar Nasional Indonesia. CS Badan Standardisasi Nasional
SNI SNI 03-2458-1991 Standar Nasional Indonesia Metode pengambilan contoh campuran beton segar BSN CS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional DAFTAR ISI Halaman Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor...
Lebih terperinciSPESIFIKASI KADAR ION KLORIDA DALAM BETON
SNI 03-2854-1992 Standar Nasional Indonesia SPESIFIKASI KADAR ION KLORIDA DALAM BETON ICS. Badan Standardisasi Nasional DAFTAR RUJUKAN 1. American Concrete Institute (ACI), 1984, Building Code Requirements
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 475/KPTS/ Daftar Isi... BAB I DESKRIPSI Maksud dan tujuan...
DAFTAR ISI Halaman Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 475/KPTS/1991... Daftar Isi... i iv BAB I DESKRIPSI... 1 1.1 Maksud dan tujuan... 1 1.1.1 Maksud... 1 1.1.2 Tujuan... 1 1.2 Ruang Lingkup... 1
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman. Daftar Isi... BAB I DESKRIPSI Maksud dan Tujuan Maksud Tujuan Ruang Lingkup...
DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i BAB I DESKRIPSI... 1 1.1 Maksud dan Tujuan... 1 1.1.1 Maksud... 1 1.1.2 Tujuan... 1 1.2 Ruang Lingkup... 1 1.3 Pengertian... 1 BAB II SEPESIFIKASI... 1 2.1 Bentuk dan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 306/KPTS/ DAFTAR ISI...
DAFTAR ISI halaman Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 306/KPTS/1989... DAFTAR ISI... i v BAB I DESKRIPSI... 1 1.1 Maksud dan Tujuan... 1 1.1.1 Maksud... 1 1.1.2 Tujuan... 1 1.2 Ruang Lingkup... 1 1.3
Lebih terperinciSNI Standar Nasional Indonesia
SNI 06-4170-1996 SNI Standar Nasional Indonesia SPESIFIKASI KALIUM KHOLRIDA UNTUK MEMPERCEPAT PENGERASAN BETON ICS Badan Standar Nasional BSN DAFTAR ISI Daftar isi... Halaman i BAB I DESKRIPSI... 1 1.1
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 531/KPTS/ Daftar Isi... BAB I DESKRIPSI Maksud dan Tujuan... 1
DAFTAR ISI Halaman Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 531/KPTS/1990.... Daftar Isi... i Vi BAB I DESKRIPSI.... 1 1.1 Maksud dan Tujuan... 1 1.2 Ruang LIngkup... 1 1.3 Pengertian... 1 BAB II SPESIFIKASI....
Lebih terperinciSTANDAR SPESIFIKASI BETON TANAH SULFAT. DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Diterbitkan oleh Yayasan LPMB, Bandung SK SNI S SNI
STANDAR SK SNI S-37-1990-03 SNI 03-2915-2002 SPESIFIKASI BETON TANAH SULFAT DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Diterbitkan oleh Yayasan LPMB, Bandung DAFTAR RUJUKAN 1. American Concerete Institute (ACI), 1984,
Lebih terperinciPenerapan Sistem Koordinasi Modular Bangunan Pada Desain Hunian Vertikal Apartemen TJ
Jurnal Reka Karsa Jurusan Teknik Arsitektur Itenas No.1 Vol. 4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional [Maret 2016] Penerapan Sistem Koordinasi Modular Bangunan Pada Desain Hunian Vertikal Apartemen
Lebih terperinciSNI SNI Metode pengujian elemen struktur beton dengan alat palu beton tipe N dan NR. Standar Nasional Indonesia
SNI SNI 03-4430-1997 Standar Nasional Indonesia Metode pengujian elemen struktur beton dengan alat palu beton tipe N dan NR ICS 91.080. Badan Standarisasi Nasional BSN DAFTAR ISI Daftarf Isi... i BAB I
Lebih terperinciSPESIFIKASI. BETON BERTUlANG KEDAP AIR
SNI 0329141992 Standar Nasional Indonesia SPESIFIKASI BETON BERTUlANG KEDAP AIR ICS. Badan Standardisasi Nasional DAFTAR RUJUKAN 1. American Concrete Institute (ACI), 1984, Building Code Requirements For
Lebih terperinciSNI SNI STANDAR NASIONAL INDONESIA. Metode pengujian kadar air agregat ICS Badan Standar Nasional DAFTAR ISI
SNI STANDAR NASIONAL INDONESIA SNI 03 1971 1990 Metode pengujian kadar air agregat ICS 91.100.20 Badan Standar Nasional DAFTAR ISI DAFTAR ISI... v halaman Bab I DESKRIPSI... 1 1.1 Maksud dan Tujuan...
Lebih terperinciSNI. Metode pengujian tebal dan panjang rata-rata agregat SNI Standar Nasional Indonesia. CS Badan Standardisasi Nasional
SNI SNI 03-4137-1996 Standar Nasional Indonesia Metode pengujian tebal dan panjang rata-rata agregat BSN CS 91.100.20 Badan Standardisasi Nasional DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i BAB I DESKRIPSI...
Lebih terperinciSNI. Metode pengujian jumlah bahan dalam agregate yang lolos saringan nomor 200 (0,0075 mm) SNI Standar Nasional Indonesia
SNI SNI 03-4142-1996 Standar Nasional Indonesia Metode pengujian jumlah bahan dalam agregate yang lolos saringan nomor 200 (0,0075 mm) ICS 91.100.20 Badan Standardisasi Nasional BSN BAB I DESKRIPSI 1.1
Lebih terperinciSNI SNI STANDAR NASIONAL INDONESIA. Metode pengujian slump beton ICS Badan Standar Nasional
SNI STANDAR NASIONAL INDONESIA SNI 03 1972 1990 Metode pengujian slump beton ICS 91.100.30 Badan Standar Nasional DAFTAR ISI DAFTAR ISI... halaman v Bab I DESKRIPSI... 1 1.1 Maksud dan Tujuan... 1 1.2
Lebih terperinciDAFAR ISI Halaman. Daftar Isi... BAB I DESKRIPSI Maksud dan Tujuan Ruang Lingkup Pengertian... 1 BAB II SPESIFIKASI...
DAFAR ISI Halaman Daftar Isi... i BAB I DESKRIPSI... 1 1.1 Maksud dan Tujuan... 1 1.2 Ruang Lingkup... 1 1.3 Pengertian... 1 BAB II SPESIFIKASI... 2 2.1 Bentuk... 2 2.2 Ukuran... 3 2.3 Bahan... 5 2.4 Fungsi...
Lebih terperinciSNI Standar Nasional Indonesia. Metode Pengujian Berat Isi Beton
SNI 03-1973-1990 Standar Nasional Indonesia Metode Pengujian Berat Isi Beton ICS 9 97.100.30 Badan Standardisasi Nasional DAFTAR ISI Keputusan menteri pekerjaan umum Nomor 306/KPTS/ 1989 i DAFTAR ISI...v
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelaksanaan Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan juga dapat diartikan sebagai suatu rencana realistis, praktis dan pragmatis yang telah
Lebih terperinciSNI SNI Standar Nasional Indonesia Metode pengujian analisis saringan Agregat halus dan kasar
SNI SNI 03-1968-1990 Standar Nasional Indonesia Metode pengujian analisis saringan Agregat halus dan kasar ICS 91.100.20 Badan Standarisasi Nasional BSN DAFTAR ISI Halaman Keputusan menteri pekerjaan umum
Lebih terperinciSpesifikasi bangunan pelengkap unit instalasi pengolahan air
Standar Nasional Indonesia ICS 91.140.60 Spesifikasi bangunan pelengkap unit instalasi pengolahan air Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi.. i Prakata ii Pendahuluan.iii 1 Ruang lingkup..
Lebih terperinciBAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN
BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN 5.1. Program Dasar perencanaan Program dasar perencanaan pada kampus II Pondok Pesantren Futuhiyyah terdiri
Lebih terperinciPerencanaan rumah maisonet
Perencanaan rumah maisonet Pd-T-01-2005-C 1 Ruang lingkup Pedoman ini digunakan sebagai acuan dalam perencanaan rumah maisonet, sebagai arahan desain dan spesifikasi teknis yang diperuntukkan bagi para
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG KONDOMINIUM HOTEL ( KONDOTEL) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,
BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG KONDOMINIUM HOTEL ( KONDOTEL) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa seiring dengan pesatnya perkembangan
Lebih terperinciBAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan
BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan 5.1.1 Aspek Fungsional Pengelompokan berdasarkan area aktivitas besar : Pelatihan pelatihan kerja (teori&praktek) uji sertifikasi,informasi
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENGESAHAN AKTA PEMISAHAN RUMAH SUSUN
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENGESAHAN AKTA PEMISAHAN RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SEMARANG
LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 1997 SERI D NO. 6 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 1996 TENTANG RUMAH SUSUN DI KOTAMADYA DAERAH TINGKAT
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti perangkat
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat (KBBI, 2005:854).
Lebih terperinciPEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B
PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd. T-15-2004-B Perencanaan Separator Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi Daftar tabel. Daftar gambar Prakata. Pendahuluan. i ii ii iii
Lebih terperinciTABEL A1 SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH/LEMBAGA KLASIFIKASI TINGGI/TERTINGGI NEGARA
TABEL A1 SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH/LEMBAGA KLASIFIKASI TINGGI/TERTINGGI NEGARA SEDERHANA TIDAK SEDERHANA KHUSUS A PERSYARATAN TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN 1. Jarak Antar Bangunan minimal
Lebih terperinciSK-SNI M F SNI METODE PENGUJIAN KEAUSAN AGREGAT DENGAN MESIN ABRASI LOS ANGLES
SK-SNI M 02-1990-F SNI 03-2417-1991 METODE PENGUJIAN KEAUSAN AGREGAT DENGAN MESIN ABRASI LOS ANGLES DAFTAR ISI Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 60/KTPS/1989...i DAFTAR ISI...vii Bab I DEPKRIPSI...1
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Daftar isi... vii BAB I DESKRIPSI Maksud dan tujuan Maksud Tujuan Ruang lingkup Pengertian...
DAFTAR ISI Daftar isi.... vii BAB I DESKRIPSI...1 1.1 Maksud dan tujuan...1 1.1.1 Maksud...1 1.1.2 Tujuan...1 1.2 Ruang lingkup...1 1.3 Pengertian...1 Halaman BAB II PERSYRATAN BAHAN DAN PERALATAN...2
Lebih terperinciBab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas
Bab V PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG 5.1. Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang No Kelompok Kegiatan Luas 1 Kegiatan Administrasi ± 1.150 m 2 2 Kegiatan
Lebih terperinciREDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115
BAB I PENDAHULUAN Laporan perancangan ini sebagai tindak lanjut dari Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur dan menjadi satu rangkaian dengan perancangan fisik Rumah sakit Islam Madinah
Lebih terperinciPage 1 of 14 Penjelasan >> PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciPrakata. Bandung, Desember 2004
DAFTAR ISI Daftar Isi... i Prakata... ii Pendahuluan.. iii Ruang Lingkup... 1 Acuan Normatif... 1 Istilah dan Definisi... 1 Konsepsi Rumah Maisonet... 2 4.1 Arsitektur Bangunan (ketentuan umum)... 2 4.1.1
Lebih terperinciScanned by CamScanner
Scanned by CamScanner Scanned by CamScanner Scanned by CamScanner Scanned by CamScanner KATA PENGANTAR Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-nyalah penulis dapat menyelesaikan
Lebih terperinciEVALUASI TANGGA KEBAKARAN SEBAGAI SARANA EVAKUASI KEBAKARAN ( STUDI KASUS UMB TOWER )
LAPORAN PENELITIAN EVALUASI TANGGA KEBAKARAN SEBAGAI SARANA EVAKUASI KEBAKARAN ( STUDI KASUS UMB TOWER ) PENELITI: ARYO INDRA NUGROHO (NIM: 41209010031) PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK PERENCANAAN
Lebih terperinciPEDOMAN. Perencanaan Trotoar. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 1-27
PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Perencanaan Trotoar DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN JEMBATAN 1-27 Daftar Isi Daftar Isi Daftar Tabel
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1.Konsep Dasar Konsep dasar pada bangunan baru ini adalah dengan pendekatan arsitektur kontekstual, dimana desain perancangannya tidak lepas dari bangunan eksisting yang ada.
Lebih terperinciBAB V KONSEP. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan
BAB V KONSEP V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan 1. Topik dan Tema Hotel kapsul ini menggunakan pendekatan teknologi, yakni dengan menggunakan sistem struktur modular pada perencanaan dan perancangan
Lebih terperinciSNI BSN. Metode pengujian kuat tekan beton SNI Standar Nasional Indonesia
SNI SNI 03-1974-1990 Standar Nasional Indonesia Metode pengujian kuat tekan beton ICS 91.100.30 Badan Standarisasi Nasional BSN DAFTAR ISI Halaman Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 306/KTSP/1989...1
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 12 TAHUN 2013
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 12 TAHUN 2013 TENTANG PERTELAAN, SERTIFIKAT LAIK FUNGSI DAN PENERBITAN AKTA PEMISAHAN RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KABUPATEN KARAWANG,
Lebih terperincimenggunakan ketebalan 300 mm.
1 PERENCANAAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG RUMAH SUSUN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM FLAT SLAB DAN DINDING GESER Auramauliddia, Bambang Piscesa ST MT,Aman Subekti Ir MS Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Tenik Sipil
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Pengertian Dasar Rusunawa Pembangunan rumah susun merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah kebutuhan perumahan dan pemukiman terutama di daerah perkotaan yang jumlah penduduknya
Lebih terperinciStandar Nasional Indonesia. Tata cara pengadukan dan pengecoran beton. Badan Standardisasi Nasional BSN
SNI SNI Standar Nasional Indonesia 03-3976-1995 Tata cara pengadukan dan pengecoran beton CS 91.080.40 BSN Badan Standardisasi Nasional LAMPIRAN A DAFTAR ISTILAH Acuan : Formwork Acuan yang diangkat secara
Lebih terperinciBAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1 Program Ruang Dari hasil perhitungan besaran ruang pada bab sebelumnya, maka didapat program ruang sebagai berikut: GEDUNG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada pekerjaan konstruksi, atap merupakan salah satu elemen penting pada bangunan gedung dan perumahan. Sebab atap pada bangunan berfungsi sebagi penutup seluruh atau
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek wisma atlet ini menggunakan pendekatan behavior/perilaku sebagai dasar perencanaan dan perancangan.
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 02 /PERMEN/M/2009 TENTANG
PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 02 /PERMEN/M/2009 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN BANTUAN STIMULAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS UMUM PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,
1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB IV: KONSEP Pendekatan Aspek Kinerja Sistem Pencahayaan Sistem Penghawaan Sistem Jaringan Air Bersih
BAB IV: KONSEP 4.1. Pendekatan Aspek Kinerja 4.1.1. Sistem Pencahayaan System pencahayaan yang digunakan yaitu system pencahayaan alami dan buatan dengan presentase penggunaan sebagai berikut : a. Pencahayaan
Lebih terperinciPEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B
PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd. T-17-2004-B Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi Daftar tabel. Daftar gambar Prakata. Pendahuluan. i ii ii iii
Lebih terperinciDAFTAR ISI. PROYEK AKHIR SARJANA... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii PENDAHULUAN Data Ukuran Lahan...
DAFTAR ISI PROYEK AKHIR SARJANA... i KATA PENGANTAR... ii LEMBAR PENGESAHAN....iv ABSTRAK... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xiii BAB 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah...
Lebih terperinciWALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN
WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA MILIK PEMERINTAH KOTA PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciK E R A N G K A A C U A N K E R J A ( KAK)
K E R A N G K A A C U A N K E R J A ( KAK) PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG REKTORAT STIKIP KIERAHA TERNATE TAHUN ANGGARAN A. LATAR BELAKANG Sebagai Provinsi yang terhitung baru, Provinsi Maluku Utara dituntut
Lebih terperinciWALIKOTA BANJARMASIN
WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemerataan pemenuhan
Lebih terperinciBUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH LAYAK HUNI
SALINAN BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH LAYAK HUNI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI BERAU, Menimbang : a.
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dan juga tarian Swan Lake, maka tahap berikutnya adalah menerapkan
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Setelah mendapatkan data yang mencukupi tentang sekolah ballet dan juga tarian, maka tahap berikutnya adalah menerapkan konsep guna menjawab permasalahan desain
Lebih terperinciBAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG
BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG 5.1 KONSEP DASAR PERENCANAAN Berdasarkan dari uraian bab sebelumnya mengenai analisis dan pemikiran didasarkan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,
WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PENYEDIAAN, PENYERAHAN, DAN PENGELOLAAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar
Lebih terperinciPELATIHAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
LS-13 = Pranata Pembangunan PELATIHAN SUPERVISOR PEKERJAAN LANSEKAP/PERTAMANAN (LANDSCAPE SUPERVISOR) 2005 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 1999 SERI D NO. 4
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 1999 SERI D NO. 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS
Lebih terperinciPASAR MODERN DI BEKASI TA-115
LAPORAN PERANCANGAN PASAR MODERN DI BEKASI DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR MODERN Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperolah Gelar Sarjana Teknik DISUSUN OLEH : ANNELINE PUSPASARI
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.
Lebih terperinciBUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH
BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KERJA I. LATAR BELAKANG
KERANGKA ACUAN KERJA I. LATAR BELAKANG a. Setiap bangunan Gedung harus diwujudkan dan dilengkapi dengan peningkatan Mutu atau Kualitas, sehingga mampu memenuhi secara optimal fungsi bangunannya, dan dapat
Lebih terperinciruang praktis ANDA INGIN JADI ARSITEK Dony Pasaribu
ruang praktis ANDA INGIN JADI ARSITEK Dony Pasaribu 50 ruang kreativitas tanpa batas Konon, keahlian membangun rumah atau tempat tinggal adalah bagian dari nature kita sebagai manusia. Seperti layaknya
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1. Konsep Dasar Dari Tema Perancangan Pusat Data & Informasi Bencana Alam ini menggunakan konsep bentuk menjadikan ekspresi yang mengarah kepada arsitekturalnya, tentunya dengan
Lebih terperinciTabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2
BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH AKULTURASI BUDAYA KAMPUNG LAYUR 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Berdasarkan analisa mengenai kebutuhan dan besaran ruang pada Rumah Akulturasi
Lebih terperinciBUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA
BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang
Lebih terperinciSISTEM STRUKTUR PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT
SISTEM STRUKTUR PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT Unknown Add Comment Arsitek, sipil Sistem struktur pada bangunan gedung secara garis besar menggunakan beberapa sistem utama seperti dibawah berikut ini
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,
1 BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KOORDINATOR PENGELOLA RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Denpasar, Agustus 2016 Penulis, Indra Prananda
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmatnya penulis dapat menyelesaikan Landasan Konseptual Perancangan Tugas Akhir yang berjudul Redesain Kantor Bupati
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN TARIF SEWA RUMAH SUSUN SEDERHANA KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 35 2014 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN TARIF SEWA RUMAH SUSUN SEDERHANA KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO
WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMANFAATAN LAHAN UNTUK PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa dinamika perkembangan
Lebih terperinciBAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Tabel 5.1 Program Ruang Kegiatan Pelayanan Umum. Jenis Ruang
BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1 Konsep Dasar Perencanaan 5.1.1 Program Ruang a. Kegiatan Pelayanan Umum Tabel 5.1 Program Ruang Kegiatan Pelayanan Umum Jenis Ruang
Lebih terperinciLEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR STUDI KEBUTUHAN RUANG PARKIR RUMAH SAKIT PENDIDIKAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR STUDI KEBUTUHAN RUANG PARKIR RUMAH SAKIT PENDIDIKAN UNIVERSITAS DIPONEGORO (STUDY OF PARKING AREA NECESSITY AT DIPONEGORO UNIVERSITY TEACHING HOSPITAL) Disusun oleh
Lebih terperinciBAB V KONSEP V.1 Konsep dasar Perencanaan dan Perancangan
BAB V KONSEP V.1 Konsep dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Sistem modular adalah metoda pelaksanaan pembangunan dengan memanfaatkan material atau komponen pabrikasi yang dibuat di luar lokasi proyek
Lebih terperinciTerdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:
Parkir adalah suatu kondisi kendaraan yang berhenti atau tidak bergerak pada tempat tertentu yang telah ditentukan dan bersifat sementara, serta tidak digunakan untuk kepentingan menurunkan penumpang/orang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemilihan Struktur Desain struktur harus memperhatikan beberapa aspek, diantaranya : Aspek Struktural ( kekuatan dan kekakuan struktur) Aspek ini merupakan aspek yang
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Tropis merupakan salah satu bentuk arsitektur yang dapat memahami kondisi iklim tropis beserta permasalahannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan akan tempat tinggal semakin terasa mendesak dikarenakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dewasa ini kebutuhan akan tempat tinggal semakin terasa mendesak dikarenakan setiap tahunnya mengalami peningkatan sesuai dengan angka pertumbuhan jumlah penduduknya.
Lebih terperinciKEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 04/SE/M/2016 TANGGAL 15 MARET 2016 TENTANG PEDOMAN PERANCANGAN PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN TELFORD KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
Lebih terperincidiubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang didasarkan dengan perilaku manusia merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menggabungkan ilmu pengetahuan
Lebih terperinci