PEMIKIRAN HISAB KH. MA SHUM BIN ALI AL-MASKUMAMBANGI (Analisis Terhadap Kitab Badi ah al-misal Fi Hisab al-sinin Wa al-hilal tentang Hisab al-hilal)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMIKIRAN HISAB KH. MA SHUM BIN ALI AL-MASKUMAMBANGI (Analisis Terhadap Kitab Badi ah al-misal Fi Hisab al-sinin Wa al-hilal tentang Hisab al-hilal)"

Transkripsi

1 PEMIKIRAN HISAB KH. MA SHUM BIN ALI AL-MASKUMAMBANGI (Analisis Terhadap Kitab Badi ah al-misal Fi Hisab al-sinin Wa al-hilal tentang Hisab al-hilal) S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S.1) Dalam Ilmu Syari ah Oleh : M RIFA JAMALUDDIN NASIR NIM : KONSENTRASI ILMU FALAK JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARI AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO S E M A R A N G 2010

2 ii

3 iii

4 DEKLARASI Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran-pikiran orang lain kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan dalam penelitian ini. Semarang, 13 Desember 2010 Penulis M. Rifa Jamaluddin Nasir NIM: iv

5 ABSTRAK Penelitian yang berupa skripsi ini mengemukakan pemikiran hisab KH. Muhammad Ma shum bin Ali al-maskumambangi. Penelitian ini berawal dari persoalan dijadikannya masterpiece-nya dalam keilmuan falak, yaitu kitab Badi ah al-mitsal fi hisab al-sinin wa al-hilal sebagai rujukan keilmuan falak di Nusantara, serta banyaknya kitab falak setelahnya yang terlahir dari kitab ini. Hasil perhitungan kitab ini, pernah berbeda dalam pengidentifikasian atau visibilitas al-hilal dengan kitab yang beraliran sama lainnya, bahkan nilainya mendekati hasil dari kitab yang beraliran di bawahnya. Dalam penelitian ini, persoalan yang dibahas adalah: 1. Apakah corak metode pemikiran hisab yang dikemukakan oleh KH. Muhammad Ma shum bin Ali al- Maskumambangi dalam kitabnya Badi ah al-misal fi Hisab al-sinin wa al- Hilal?, 2. Bagaimana relevansi dan aplikabilitas metode tersebut dalam konteks kekinian?. Metode penelitian ini bersifat Kualitatif dengan menggunakan pendekatan arithmatic (ilmu hitung). Jenis datanya bersifat Library research (penelitian kepustakaan). Sebagai sumber data primernya yaitu seluruh data yang diperoleh langsung dari kitab Badi ah al-mitsal fi hisab al-sinin wa al- Hilal, sedangkan data sekundernya adalah seluruh dokumen berupa buku, tulisan, hasil wawancara, makalah-makalah yang berkaitan dengan obyek penelitian. Data-data tersebut dianalisis dengan menggunakan metode content analysis (analisis isi), yang kemudian dilihat melalui comparative study and evaluation research (membandingkannya dengan metode yang sejenis) Hasil penelitian menunjukan pertama, bahwa corak metode pemikiran hisab yang dikemukakan oleh KH. Muhammad Ma shum Bin Ali Al- Maskumambangi yang tertuang dalam kitab Badi ah al-mitsal fi hisab al-sinin wa al-hilal dapat dikategorikan ke dalam hisab hakiki bi al-tahqiq (keakurasian yang tinggi), sehingga masih bisa dijadikan acuan dalam penentuan awal bulan. Kedua, bahwasanya relevansi dan aplikabilitas metode dalam kitab tersebut jika ditarik pada konteks kekinian sudah menggunakan rumus astronomi modern (spherical trigonometri) sehingga hasil perhitungannya sudah akurat. Akan tetapi butuh adanya lagi up to date data dan penyamaan konsep astronomi modern agar seirama dengan perkembangan iptek. Key Words: Pemikiran hisab, Badiah al-mitsal, Visibilitas al-hilal v

6 MOTO ا و لم ي ر و ا ا لى م ا خ لق ال له م ن ش ي ء ي ت في ا ظ لال ه ع ن ا لي م ين و ا لش م ا ي ل س ج د ا ل له و ه م 1 د اخ ر و ن Tidakkah mereka perhatikan dari sesuatu yang Allah ciptakan?.bayang-bayang melenggang dari selatan dan utara (deklinasi) bersujud untuk Allah, dan mereka patuh. ه و ا لذ ي ج ع ل الش م س ض ي اء و ا ل قم ر ن ور ا و قد ر ه م ن از ل ل ت ع لم وا ع د د الس ن ين 2 و ا لح س اب Dialah yang menjadikan Matahari bersinar, dan Bulan bercahaya, serta ditetapkan manzilah-manzilah bagi perjalanannya, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (hisab). ا ن ال ش م س وا ل ق م ر ا ي تا ن م ن ا يا ت ا الله ع ز و ج ل sesungguhnya matahari dan bulan adalah sebagian dari tanda-tanda kebesaran Allah Azza wa Jalla 1 النخل : ٨٤ 2 يونس : ٥ vi

7 PERSEMBAHAN Skripsi ini Saya persembahkan untuk : Bapak dan Ibu Tercinta KH. A. Rosyiddin dan Hj. A Mukhlasoh, صغيرا ربيانى كما ارحمهما و لدي لوا و اغفرلى رب vii

8 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah yang telah memberi pemahaman manusia hal yang tidak diketahuinya dari alam ciptaan-nya. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada baginda Nabi agung Muhammad Saw sebagai Rasul Allah yang diutus kedunia untuk membawa rahmat di seluruh alam semesta. Demikin juga shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada para sahabat Nabi saw yang pemikiran mereka banyak dijadikan rujukan oleh para generasi selanjutnya hingga hari akhir. Rasa syukur tak terhingga penulis panjatkan juga ke hadirat Allah swt yang telah memberikan inayah kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan lancar tanpa ada halangan yang betul-betul mengganggu selama dalam proses penulisan. Sehubungan dengan ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulis adalah mahluk biasa yang lemaha dan tidak luput dari kesalahan, sehingga kegiatan ini tidak akan berjalan dengan lancar tanpa adanya bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu melalui kata pengantar ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Kedua orang tua penulis atas perjuangannya yang tiada terkira. 2. Keluarga penulis ( Teh Ai, Teh Popy, Teh Tuti, Kang Sihab, Kang Irfan, Dek. Alish, Dek. Idham dan Siti Thohurotul Ula,) yang selalu memberi semangat lahiriyah dan Bathiniyah. viii

9 3. PD. Pontren Kementrian Agama RI, yang telah memberi kesempatan mendapat Beasiswa Santri berprestrasi. 4. DR. Imam Yahya, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syari ah IAIN Walisongo Semarang dan Muhyiddin, M.Ag (Dekan sebelumnya). 5. Drs. H. Eman Sulaeman, MH., selaku kepala Prodi Konsentrasi Ilmu Falak (KIF), beserta staf-staf-nya (Pak Syifa, Pak Wanto), yang telah bersusah payah memberikan arahan dan bimbingan sepenuhnya kepada penulis dan temanteman KIF lainnya selama belajar di Semarang. 6. KH. Sirodj Chudlori, dan H. Ahmad Izzuddin, M.Ag, selaku Kyai, serta pembimbing penulis di dalam dan luar perkuliahan. 7. Drs. Slamet Hambali, selaku Kyai penulis yang telah memberi pemahaman tentang Ilmu Falak. 8. Drs. H. Maksun, M.Ag, selaku dosen wali, yang selalu memberikan masukan, wejangan, yang sangat berharga. 9. Drs. H. Musahadi, M.Ag dan Agus Yusrun Nafi, M.SI selaku pembimbing dalam penulisan skripsi ini, yang telah memberikan masukan sehingga dapat menyelesaikan tulisan ini. 10. Sayful Mujab, M.SI, Pembimbing dlohiriah dan bathiniyah penulis dalam Thalab al-ilmi di Semarang. 11. Tedi Kholiluddin, SH.I, MSi, Teman-teman seperjuangan KIF (Ari Mucin, Mannan, Eni, Ozi, Ansor, Faqih, Hasna, Encep, Rahman, Syamsul, Pipit, Yuyun, Bk, Ifeh, Ayuk, Q3, Anif, Adah, Faroh, Maryani, Jaelani, Obi, lifah, Oki, Hasan, Mahya, Sri, Anis, Inung.) adik-adik kelas KIF dan temen-temen ix

10 Pondok Darunnajaah yang memberi dorongan kepada penulis. (khususnya Gus Labib, yang telah memberikan waktunya setiap saat, Ibnu Qodong dll) 12. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan kepada penulis selama penulis studi di Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang. Tidak ada ucapan yang dapat penulis kemukakan disini atas jasa-jasa mereka, kecuali sepenggal harapan semoga pihak-pihak yang telah penulis kemukakan di atas selalu mendapat rahmat dan anugerah dari Allah Swt. Demikian skripsi yang penulis susun ini sekalipun masih belum sempurna namun harapan penulis semoga akan tetap bermanfaat dan menjadi sumbangan yang berharga bagi khazanah kajian ilmu falak. Semarang, 13 Desember 2010 Penulis M. Rifa Jamaluddin Nasir NIM x

11 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN NOTA PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN DEKLARASI... HALAMAN ABSTRAK... HALAMAN MOTTO... i ii iii iv v vi HALAMAN PERSEMBAHAN... vii HALAMAN KATA PENGANTAR... viii HALAMAN DAFTAR ISI... xi BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Permasalahan Pembatasan Masalah Perumusan Masalah... 8 C. Tujuan Penelitian... 8 D. Manfaat Penelitian... 9 E. Tinjauan Pustaka... 9 F. Metode Penulisan G. Sistematika Penulisan BAB II : SISTEM PENENTUAN AWAL BULAN QAMARIYAH A. Pemahaman Hisab Definisi Hisab xi

12 2. Macam-macam Hisab B. Pemahaman Rukyah Definisi Rukyah Metode Rukyah C. Konsep Hisab dan Rukyah Konsep Bola Bumi Konsep Bola Langit BAB III : PEMIKIRAN HISAB KH. MA SHUM BIN ALI AL- MASKUMAMBANGI TENTANG HISAB AL-HILAL A. Sosio-Biografi KH. Ma shum Bin Ali Al-Maskumambangi Sosio-Historis KH. Ma shum bin Ali Karya Pena B. Gambaran Umum kitab Kitab Badi ah Al-Misal Fi Ma rifah Al- Sinin Wa Al-Hilal Bagian Utama Bagian Lampiran C. Perhitungan Hisab al-hilal Konsep dan Corak Perhitungan Proses Perhitungan Batasan Hilal Terlihat xii

13 BAB IV : ANALISIS METODE PEMIKIRAN HISAB KH. MA SHUM BIN ALI AL-MASKUMAMBANGI DALAM KITAB BADI AH AL-MITSAL FI HISAB AL-SININ WA AL-HILAL A. Analisis Konsep Perhitungan B. Analisis Data C. Koreksi Penentuan Ketinggian Hilal D. Analisis Koreksi Data Perhitungan E. Analisis Aplikasi Perhitungan BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan Corak Metode Pemikiran Hisab Yang Dikemukakan Oleh KH. Muhammad Ma shum Bin Ali Al- Maskumambangi Relevansi dan Aplikabilitas Metode Tersebut dalam Konteks Kekinian B. Saran C. Penutup DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT PENDIDIKAN xiii

14

15

16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kunci dari ilmu falak adalah kitab Badi ah al-misal, jika seseorang dapat menguasai kitab ini, maka setidaknya semua cakupan ilmu falak bisa ia kuasai. Statemen ini disampaikan oleh Muhyiddin Khazin sekertaris Badan Hisab Rukyah (BHR) Republik Indonesia. Hal tersebut ia ungkapkan bukan tidak ada dasar bila kita hubungkan dengan isi, cakupan serta cara penggunaan yang ada di dalamnya. Kitab di atas pada dasarnya memakai data angka Jumali, dengan perhitungan menggunakan Rubu Mujayyab. Pembahasannya pun cukup komplit dengan berbagai sistem perhitungan dan kalender 1. KH. Muhammad Ma shum bin Ali al-maskumambangi dengan karya monumentalnya dalam ilmu falak ini, yaitu kitab Badi ah al-misal fi Hisab al- Sinin wa al-hilal merupakan salah satu dari sekian banyak karya yang membahas tentang penentuan awal bulan Hijriyah. Pengaruh kitab ini terlihat sangat kuat dan telah hampir merata di setiap belahan daerah di Indonesia terutama di pulau Jawa. Lebih-lebih lagi di komunitas kalangan para pecinta keilmuan falak. Hal ini tidak mengherankan jika kitab ini menjadi salah satu hal yang perlu dikaji oleh para pengamal dan pencari yang haus akan oase khazanah keilmuan ini. Kitab ini selain merupakan karya klasik dari khazanah keilmuan hisab di Indonesia juga mempunyai pengaruh yang sangat kuat khususnya di daerah Jawa 1 Penuturan Muhyiddin Khazin pada Kuliah Hisab Gerhana semester VI, di Ruang M2 Fakultas Syari ah IAIN Walisongo Semarang pada Hari Selasa,bertepatan dengan tgl

17 2 Timur, tempat kelahiran sang mestro ilmu falak ini. Salah satunya adalah Pondok Pesantren Sidogiri. Pada penetapan awal Syawal pondok ini pada tahun 1427 H pernah berbeda, dengan lebih awal berhari raya, hal ini menurut mereka karena hasil hisab kitab Badi ah al-misal karya KH. Muhammad Ma shum bin Ali yang dijadikan acuan oleh pondok telah mencapai nilai dua derajat (2 )yang berarti hilal sudah dapat dilihat (Imkan al-rukyah) 2. Perbedaan hasil ini pula, terjadi pada tahun 2007, tepatnya pada penetapan awal Ramadhan 1428 H di mana hisab-hisab lainnya yang beraliran hakiki tahqiqi masih bernilai minus dua (-2 ) derajat, kitab Badiah al-mitsal yang juga diklasifikasikan ke dalam hisab hakiki tahqiqi ini telah mencapai minus 1 derajat (- 1 ). Nilai tersebut lebih mendekati dengan klasifikasi hisab hakiki taqribi yang rata-rata sudah bernilai minus 1 derajat (lihat pada table di Gambar 1). Pengaruh kitab ini bisa kita lihat pula salah satunya dengan tercantumnya sebagai rujukan BHR RI (Badan Hisab Rukyat Republik Indonesia) dalam musyawarah penetapan awal bulan, sehingga kitab ini sangat diperhitungkan dalam diskursus keilmuan hisab rukyah di Indonesia 3. 2 Penuturan Sayful Mujab (Ahli Falak) pada wawancara tanggal 5 Januari Sesuai dengan keputusan temu kerja evaluasi hisab rukyat tahun 2007 tanggal Maret di Wisma Bahtera Cipayung Bogor yang diadakan oleh Badan Hisab Rukyah Republik Indonesia, kitab ini dimasukkan ke dalam sistem hisab Haqiqi Bi Al-Tahqiq yang mempunyai akurasi tinggi bersama karyakarya lainnya seperti Hisab Hakiki Kiyai Wardan Diponingrat, al-khulasoh al-wafiyah karya KH Zubair Umar Al-Jailani Salatiga, al-manahij al-hamidiyah karya Syekh Abdul Hamid Mursi, Nur al- Anwar karya Abu Sayful Mujab Noor Ahmad SS, dan Almanak Menara Kudus yang dipopulerkan oleh KH. Turachan Adjhuri. (Power Point Sriyatin Sadiq Al-Falaky dalam sidang anggota Badan Hisab Rukyat Departemen Agama RI di JL. Lapangan Banteng Barat No.3-4 Jakarta Pusat (tanggal 29 Agustus 2007).lihat Gambar 1))

18 3 SISTEM HISAB I. HISAB HAQIQI TAQRIBI II. HISAB HAQIQI TAHQIQI III. HISAB KONTEMPORER NO REKAP HASIL PERHITUNGAN IJTIMA' DAN TINGGI HILAL AWAL RAMADLAN 2007 M / 1428 H MENURUT BERBAGAI MACAM SISTEM*) Hisab Hakiki Nurul Anwar Menara Kudus New Comb Jeen Meeus E.W. Brouwn Almanak Nautika Ephemeris Hisab Rukyat Al Falakiyah Mawaqit Ascript Astro Info SISTEM Sullam al Nayyirain Fath al Rauf al Manan Al Qawa'id al Falakiyah Badi'ah al Mitsal Al Khulashah al Wafiyah Al Manahij al Hamidiyah Starry Night Pro 5 H A R I Selasa Selasa Selasa Selasa Selasa Selasa Selasa Selasa Selasa Selasa Selasa Selasa Selasa Selasa Selasa Selasa Selasa Selasa Selasa IJTIMA' TGL. 11 September September September September September September September September September September 07 J A M 19:00 20:00 20:07 19:45 19:42:09 19:45:40 19:43 19:38:36 19:45 19:38:35 11 September 07 18:28:45,6 11 September September September September September September September September 07 19:44:10 19:45 19:45:10 19:45 19:44:30 19:45 19:45 19:45 TINGGI HILAL - 00º 30' - 01º 00' - 01º 35' - 02º 04' - 01º 54' 18" -2º 10 14,33-02º 07' - 02º º 17' 19" - 02º 00' 15" - 2º 02 59,63-2º 46' 23,26" -02º 09' 37,2" -02º 00' 01" - 02º 09' 17" - 03º 02' 24" - 02º 51' - 01º 51' - 2º 02' 09,6" *) Keputusan Temu Kerja Evaluasi Hisab Rukyat Tahun 2007, Tgl. 16 s.d 18 Maret 2007 di Wisma bahtera Cipayung, Bogor Gambar 1: Hasil Hisab Berbagai Sistem 4 Hal yang menarik lain dan menjadikannya istimewa dari karangan KH. Muhammad Ma shum bin Ali ini ialah, banyaknya kitab-kitab dan buku-buku ilmu falak yang tersebar luas di Indonesia terlahir berkat inspirasi yang didapat dari kitab ini. Kitab tersebut juga menjadi acuan ormas-ormas Islam, salah satunya ialah magnum opus KH Noor Ahmad SS yaitu kitab Nur al-anwar, disamping Samsu al-hilal jilid I nya beliau, 5 juga kitab Ittifaq Dzat al-bain karya KH Zuber Abdul Karim Gresik 6. Keberagaman dan populasi karya-karya dalam ilmu falak senantiasa memberikan corak dan warna baru dalam khazanah perkembangan keilmuan 4 Diambil dari power point Sriyatin Sadiq Al-Falaky dalam sidang anggota Badan Hisab Rukyat Departemen Agama RI di JL. Lapangan Banteng Barat No.3-4 Jakarta Pusat (tanggal 29 Agustus 2007). 5 Penuturan KH. Noor Ahmad SS pada pelatihan : Hisab Rukyah Nasional di Pondok Pesantren Setinggil Kryian Jepara tgl Desember Wawancara tgl. 19 Maret 2010dengan Sayful Mujab, Sesuai penelusurannya ketika penelitian skripsinya tentang Studi Analisis Pemikiran Hisab KH. Moh. Zubair Abdul Karim Dalam Kitab Ittifaq Dzatil Bain.

19 4 pada umumnya. Terlepas dari makin berkembangnya ilmu falak, keanekaragaman ini juga memberikan distribusi bagi bangsa ini sebagai salah satu kontributor perbedaan pemahaman dalam penentuan awal bulan hijriyah. Dewasa ini terdapat banyak sekali perbedaan penetapan awal bulan hijriyah yang terjadi di Indonesia. Permaslahan penetapan awal bulan hijriyah ini selalu menjadi pembicaraan yang hangat dan mengemuka. Masalah yang klasik tetapi aktual ini menjadi sangat terasa rumit jika bangsa ini menghadapi bulan hijriyah tertentu. Bulan-bulan yang sangat signifikan terhadap konsentrasi umat Islam, yaitu dalam penetapan awal bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah, sering menjadi perbincangan dan sorotan dalam penentuan serta penetapnnya. Indonesia dapat dikatakan sebagai negara penghasil hari raya terbanyak atau gudangnya lebaran (hari raya). Hal ini sangat tampak jelas sekali jika kita menengok pada tahun 1429 H. Terdapat lima hari raya yang sama, ditemukan di belahan bumi pertiwi ini, yaitu di mulai dari hari Jum at sampai hari Selasa. Hal demikian dikarenakan antara lain 7 : 1) Hampir setiap kalangan dan lembaga di negara ini ikut serta dalam menetapkan awal bulan hijriyah. Diantaranya adalah Departemen Agama RI, ormas-ormas (contoh: PBNU, PP. Muhammadiyah, dan PERSIS), ahliahli hisab, jama ah-jama ah serta berbagai pondok pesantren yang menjadi ikon utama dalam penyebaran keilmuan ini. Masing-masing menganggap dirinya mempunyai hak dan kapasitas dalam penetapannya. 7 Lihat : Sayful Mujab, Studi Analisis Pemikiran KH. Moh. Zubair Abdul Karim Dalam Kitab Ittifaq Dzatil Bain, (Skripsi Fakultas Syari ah IAIN Walisongo Semarang, 2007). Hal. 1

20 5 2) Adanya keanekaragaman corak perhitungan yang tersebar di Indonesia, berpengaruh kuat sebagai pedoman suatu komunitas masyarakat. 3) Tidak ada patokan yang kongkrit dalam kriteria penentuan dan di setujui oleh setiap kalangan ahli falak di Indonesia sebagai acuan bersama, dan lain sebagainya. Secara umum penetapan bulan hijriyah ini telah dibahas oleh nash-nash yang terdapat dalam ayat al-qur an dan Hadis al-rasul, yang antara lain: 1. Ayat al-quran: ي و ن س ا ل ك ع ن ا لا ه ل ة ق ل ا ل ب ي و ت م ن ظ ه و ر ها و ل ك ن االله ل ع ل ك م ت ف ل ح ون ي ه ا ل ب ر م وا ق ي ن م ت للن و ا تقى ا س ا ت و وا ح ا ل ا ل ب ي و ج ت و ل ي م ا ل ب ر ب ا ن ت ا ت وا س ا ت ق وا و ن ا ب وا ب ها Artinya : Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; Dan bukanlah kebajikan memasuki rumahrumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.( al-baqarah (2) : 189) 2. Hadis nabi: عن ابن عمر رضي االله عنهما قال قال رسول االله صلى االله عليه وسلم انما الشهر تسع وعشرون فلا تصوموا حتي تروه ولا تفطروا حتي تروه فان غم عليكم فاقدرواله (رواه مسلم ( 8 Artinya : Dari Ibnu Umar ra. Berkata Rasulullah saw bersabda satu bulan hanya 29 hari, maka jangan kamu berpuasa sebelum melihat bulan, dan jangan berbuka sebelum melihatnya dan jika tertutup awal maka perkirakanlah. (HR. Muslim) Abu Husain Muslim bin al Hajjaj, Shohih Muslim, Jilid I, Beirut: Dar al Fikr, tt, hlm.

21 6 Nash-nash tersebut masih dianggap bersifat umum, memberikan peluang kepada kaum muslim untuk menentukan kriteria awal bulan hijriyah yang dipilih sesuai dengan pemahaman dan keyakinannya terhadap interpretasi masing-masing nash tersebut. Kemungkinan lain dikarenakan adanya kemudahan dalam menentukan awal bulan hijriyah. Hal ini disebabkan penentuan bulan dengan sistem ini memiliki kejelasan yang kasat mata dalam mengenali tanggal dari perubahan bentuk atau fase bulan, sehingga dianggap lebih akurat. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika banyak karya buku falak klasik atau yang modern membahas tentang penetapan awal bulan hijriyah dengan kriteria yang berbeda-beda pula. Tanpa mengesampingkan yang lain, dengan meneliti poin kedua yang melatarbelakangi perbedaan di atas, bahwasanya pada masa sekarang ini sangat dibutuhkan sebuah metode yang tepat dalam penentuan awal bulan yang benar-benar ilmiah dan terpadu. Dibantu dengan kaidah syar'i sehingga memunculkan suatu Ilmu Amaliyah Ilmiyah Syar iyah. Penggunaan pemikiran yang matematis dan teori probabilitas yang terdukung oleh data serta teguh berpegang dengan kaidah syar'i perlu dikembangkan dalam kegiatan penentuan awal bulan Hijriyah di Indonesia. 9 Dari berbagai sudut pandang di atas, penulis sangat tertarik untuk mengkaji dan mengulas bagaimana metode pemikiran hisab KH. Muhammad Ma shum bin Ali al-maskumambangi. Yaitu seorang Founding Father hisab di Indonesia dengan pengaruh kitabnya Badi ah 9 Badan Hisab Rukyah Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981, hlm. III.

22 7 al-mitsal Fi Hisab al-sinin Wa al-hilal. Inilah yang menjadikannya menarik. Penulis juga akan mencoba mengkaji bagaimana relevansi penerapannya sebagai Ilmu Amaliyah Ilmiyah Syar iyah, melihat banyaknya kasus seperti pemaparan di atas. Dari permasalahan tersebut di atas, maka penulis menyusun penelitian dalam bentuk skripsi ini dengan judul: Pemikiran Hisab KH. Ma shum Bin Ali al-maskumambangi (Analisis Terhadap Kitab Badi ah al- Misal Fi Hisab al-sinin Wa al-hilal tentang Hisab al-hilal). B. Permasalahan Penelitian tentang metode hisab dalam kitab Badi ah al-mitsal fi Hisab al-sinin wa al-hilal sangat luas sekali cakupannya, mengingat komposisi kitab itu sendiri. Dalam kitab tersebut diterangkan berbagai sistem kalender yang telah berkembang di dunia penanggalan dengan beberapa model dan sistem penetapan serta penghitungannya. Dapat kita lihat dalam kalender Arab Jahiliyah misalnya, serta kalender Arab pra Islam, kalender Yahudi, Mesir, Cina dan lain sebagainya. Dilihat dari persoalan komposisinya, kitab ini memberikan penjelasan yang luas tentang penghitungan sisitem kalender, begitupun untuk penetapan awal bulan Islam. Oleh karenanya, penulis lebih memfokuskan pada masalah hisab al-hilal dari salah satu komposisi yang ada. Penulis beranggapan, kitab ini adalah kitab paling akurat perhitungannya dalam menentukan awal bulan

23 8 menurut ahli-ahli falak, sebuah kitab yang termasuk dalam golongan sistem hisab hakiki. Untuk lebih mengkrucutkan penelitian ini dari permasalahan yang ada, diperlukan penentuan, pembatasan dan perumusan masalah. 1. Pembatasan Masalah Karena luasnya pembahasan yang berkenaan dengan penentuan awal bulan dalam kitab Badiah al-mitsal tersebut, maka penelitian ini dibatasi dan difokuskan pada: Sistem hisab atau penentuan awal bulan dengan metode atau corak perhitungan dan visibilitas al-hilal (bulan muda). 2. Perumusan Masalah Adapun ditinjau dari pemahaman diatas, rumusan masalah penelitian yang dilaporkan dalam bentuk skripsi ini adalah sebagai berikut: a) Apakah corak metode pemikiran hisab yang dikemukakan oleh KH. Muhammad Ma shum bin Ali al-maskumambangi dalam kitabnya Badi ah al-mitsal fi Hisab al-sinin wa al-hilal? b) Bagaimana relevansi dan aplikabilitas metode tersebut dalam konteks kekinian? C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

24 9 1. Untuk mengetahui metode pemikiran hisab KH. Ma shum bin Ali al- Maskumambangi, 2. Untuk mengetahui karkter dan aplikabilitas metode hisab al-hilal dalam kitab Badi ah al-mitsal fi Hisab al-sinin wa al-hilal, serta mengetahui relevansi metode yang ada dalam kitab Badi ah al-mitsal fi Hisab al- Sinin wa al-hilal dalam konteks perkembangan hisab rukyah di Indonesia. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini mengandung manfaat/signifikansi sebagai berikut: 1. Bermanfaat untuk memperkaya dan menambah khazanah intelektual umat Islam khususnya Indonesia terhadap berbagai metode atau sistem penentuan awal bulan Hijriyah khususnya metode hakiki. 2. Bermanfaat untuk menambah wawasan dalam memahami aplikabilitas dan relevansitas suatu metode penetapan dan perhitungan hisab al-hilal (bulan muda/ new moon). 3. Sebagai suatu karya ilmiah, yang selanjutnya dapat menjadi informasi dan sumber rujukan bagi para peneliti di kemudian hari. E. Tinjauan Pustaka Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang relevan berkaitan dengan pembahasan penelitian ini, yaitu tentang metode hisab al-hilal antara lain: 1. Analisis Kritis tentang Hisab Awal Bulan Qomariyah dalam Kitab Sulam al-nayyirain

25 10 Tulisan yang berupa skripsi ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Izzuddin. Menguraikan tentang hisab awal bulan Qamariyah menurut kitab Sulam al-nayyirain. Dalam penelitiannya, Ahmad Izzuddin menjelaskan geneologi perkembangan ilmu falak di dunia Islam dan pembagian keilmuan hisab rukyah di Indonesia, yang merupakan hasil dari Rihlah Ilmiah para ulama ke Jazirah Arab. Ia menuturkan klasifikasi kitab Sulam al-nayyirain yang termasuk ke dalam sistem hisab Haqiqi bi al-taqrib. Data yang disuguhkan dalam kitab tersebut merupakan data peninggalan yang dihasilkan oleh raja Ulugh Beyk. Ia juga menuturkan bahwasanya di samping kitab Sulam al-nayyirain, KH. Mas Manshur memiliki kitab lainnya yang membahas lebih ke masalah fiqhiyah dari perhitungan hisab al-hilal, seperti kitab Mizan al-i tdal yang membahas secara rinci batasan ketinggian hilal yang dapat dilihat. 10 Penelitian tersebut akan memberikan distribusi tentang geneologi keilmuan hisab dan ulama ilmu falak di Indonesia, serta pembedaan corak perhitungan antara kitab hisab hakiki sebelumnya (hisab hakiki taqribi seperti kitab Sulam al-nayyirain) dengan kitab Bad iah al-misal (kitab yang akan diteliti). 2. Pemikiran Hisab Rukyah KH. Turaikhan dan Aplikasinya Penelitian yang berupa tesis ini, disusun oleh M. Agus Yusrun Nafi pada tahun Dalam penelitian tersebut, ia memaparkan 10 Ahmad Izzuddin, Analisis Kritis tentang Hisab Awal Bulan Qomariyah dalam Kitab Sulamun Nayyirain, (Skripsi Sarjana Fakultas Syari ah IAIN Walisongo Semarang, 1997, t.d).

26 11 bagaimana konsep pemikiran hisab rukyah KH. Turaikhan Adjhuri al- Syarofi, yang pada awalnya pemikiran beliau bermura dari kitab hakiki taqribi dengan mengikuti KH. Abdul Djalil Kudus yang beraliran geosentris. Penelitian ini juga menimpulkan bahwa perkembangan pemikiran Kyai Turaikhan merupakan sintesa kreatif pemikiran-pemikiran hisab sebelumnya. Adapun yang memberi andil pemikirannya selain KH. Abdul Djalil dengan kitabnya Fath al-rouf al-mannan yaitu; kitab Badi ah al- Misal karya KH. Ma shum bin Ali al-maskumambangi, serta Syekh Zaed Nafi dengan Matla al-said fi Hisab al-kawakib ala Rasd al-jadid 11. Keterkaitan penelitian ini dengan penelitian yang akan dikemukakan hanya menjelaskan bahwa pemikiran KH. Ma shum bin Ali dengan kitab Badiah al-mitsalnya mempunyai andil terhadap pemikiran hisab KH. Turaikhan Adjhuri dengan Almanak Menara Kudusnya. 3. Studi Tentang Hisab Awal Bulan Qamariyah Dalam Kitab Khulashah al- Wafiyah Dengan Metode Hakiki bi al-tahqiq Penelitian oleh Ahmad Syifaul Anam ini juga berupa skripsi, menguraikan bagaimana hisab awal bulan dengan metode kitab Khulashah al-wafiyah. Ia berpendapat bahwa Kitab Khulashah al- Wafiyyah dalam menentukan awal bulan Qamariyah memuat beberapa sisitem, sistem Hakiki Taqribi dan juga sistem Hakiki Tahqiqi. 11 M. Agus Yusrun Nafi, Pemikiran Hisab Rukyah KH. Turaikhan Dan Aplikasinya, (Tesis Pascasarjana IAIN Walisongo, Semarang, 2007, t.d.)

27 12 Dalam kitab ini, sistem Hakiki Taqribi dipakai untuk dasar mengerjakan hisab Hakiki Tahqiqi. Dengan kata lain untuk mengerjakan hisab Hakiki Tahqiqi, terlebih dahulu harus mengerjakan hisab Hakikii Taqribi. Ia juga memaparkan bagaimana pendapat para ulama dan ahli tentang klasifikasi metode kitab ini, yaitu antara dua pendapat; termasuk ke dalam golongan hakiki tahqiqi atau hakiki taqribi 12. Namun hasil penelitiannya menggambarkan bahwasanya hisab yang digunakan telah memakai metode Spherical Trigonometri. Artinya, hisab dalam kitab tersebut dapat kita golongkan dalam tipe hakiki Bi al-tahqiq. Jika dilihat dari sejarah pembuatannya, kitab khulasah lebih muda dari kitab Badiah al-mitsal, sehingga penemuan ini akan memberi gambaran umum untuk tipologi corak perhitungan dan rujukan untuk tipe perhitungan yang ada dalam kitab Badiah al-mitsal. 4. Studi Analisis Pemikiran Hisab KH. Moh. Zubair Abdul Karim Dalam Kitab Ittifaq Dzat al-bain Skripsi dari Sayful Mujab ini, merupakan analisis research dari Kitab Ittifaq Dzat al-bain 13. Dalam penelitiannya ia mengemukakan metode perhitungannya dengan menyimpulkan teori dan sistem perhitungan tersebut. Ia menguraikan pula perbedaan kitab Ittifaq Dzat al- Bain dengan kitab-kitab lainnya yang sejenis. Serta memberikan pemaparan tentang kelebihan serta kelemahan dari kitab tersebut. 12 Ahmad Syifa'ul Anam, Studi Tentang Hisab Awal Bulan Qamariyah Dalam Kitab Khulashotul Wafiyah Dengan Metode Hakiki Bit Tahkik, (Skripsi Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang, 2001, t.d.) 13 Moh. Zubair Abdul Karim, Ittifaq Dzati al-bain, Gresik: Lajnah Falakiyah Jatim, tt.

28 13 Dalam penelitiannya dinyatakan bahwa, kitab KH. Moh. Zubari Abdul Karim dalam perhitungannya berusaha mengkombinasikan antara hisab yang berasal dari kitab Fath al-rouf al-mannan karya KH. Abdul Jalil Kudus dengan hisab yang bersumber dari kitab Badi ah al-mitsal yang disusun oleh KH. Muhammad Ma sum bin Ali 14 Dari gambaran di atas, penelitian ini menemukan kaitan kitab Ittifaq Dzat al-bain dengan kitab Badi ah al-misal, yaitu bahwasanya kitab karya KH. Ma shum bin Ali ini menjadi salah satu kitab rujukannya. Dalam penelitian ini tidak dibahas tipologi, corak dan proses perhitungan dari kitab Badi ah al-misal. Dari penelitian ini hanya dikemukakan bahwa yang diambil hanya berupa data astronomi 15. Hal ini bisa menjadi rujukan dalam penelitian yang akan kami lakukan. Walaupun kitab Badi ah al-mitsal fi Hisab al-sinin wa al-hilal termasuk kitab awal dan kitab induk yang membahas tentang metode hisab hakiki, akan tetapi sejauh penelusuran yang penulis lakukan, belum ditemukan penelitian secara khusus dan mendetail, serta spesifik yang membahas tentang pemikiran hisab KH. Muhammad Ma shum bin Ali Al- Maskumambangi (analisis terhadap kitab Badi ah al-mitsal Fi Hisab Al-Sinin Wa al-hilal tentang Hisab al-hilal). Begitu pula dengan melihat penelitianpenelitian di atas tersebut. 14 Sayful Mujab, loc. cit. 15 Ibid, hal. 42.

29 14 F. Metode Penulisan Dalam penelitian berikutnya, metode penulisan skripsi yang akan dipergunakan adalah sebagai berikut: 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan oleh penulis untuk menganalisis data-data yang telah diperoleh adalah memakai paradigma metode penelitian yang bersifat kualitatif 16 dengan menggunakan pendekatan arithmatic (ilmu hitung). Pendekatan ini diperlukan untuk menguji apakah metode hisab yang dipergunakan dalam menentukan awal bulan Hijriyah sesuai dengan kebenaran ilmiah astronomi modern melalui pendekatan penghitungan aritmatis (kajian yang bersifat ilmiah). Sehingga pemikiran hisab KH. Muhammad Ma shum bin Ali al-maskumambangi dalam menentukan awal bulan Hijriyah dapat digunakan sebagai pedoman dalam penentuan awal bulan Hijriyah. 2. Sumber dan jenis Data Jenis data pada penelitian ini bersifat Library research (penelitian kepustakaan) yang di dalamnya terdapat dua sumber data, yaitu data primer dan data sekunder. Dalam hal ini data primer adalah kitab Badi ah al-mitsal fi hisab al-sinin wa al-hilal. Sedangkan data sekundernya adalah kitab-kitab hisab hakiki seperti; Sulam al-nayyirain, Syam al- 16 Analisis Kualitatif pada dasarnya lebih menekankan pada proses dekuktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah. Lihat dalam Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet-5, 2004, hlm. 5.

30 15 Hilal, Ittifaq Dzat al-bain, al-khulasoh al-wafiyah, Nur al-anwar, Ephemeris Hisab Rukyah Depag RI, Newcomb dan seluruh dokumen, buku-buku, juga hasil wawancara yang berkaitan dengan obyek penelitian utama. 3. Teknik Pengumpulan Data. Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka teknik pengumpulan data yang dipergunakan oleh penulis antara lain : a) Document observation (observasi dokumen), yakni pengumpulan data dan informasi pengetahuan yang berhubungan dengan penelitian, terutama sumber utama yaitu kitab Badi ah al-mitsal fi hisab al-sinin wa al-hilal sebagai data primer, disamping data sekunder yang berkaitan dengan penelitian ini. Kemudian diproses melalui pengamatan dan tinjauan atas berbagai konsep pemikiran para ahli/ulama dalam menghitung awal bulan, baik melalui studi kepustakaan (buku-buku dan karya ilmiah lainnya), melalui penelusuran yang ada di situs-situs internet, maupun hasilhasil pemikiran mereka dalam pertemuan-pertemuan ilmiah. b) Interview (wawancara), berupa pengumpulan informasi tentang penelitian dengan bertatap muka pada obyek penelitian ini, seperti: kegiatan belajar mengajar, wawancara, seminar, konferensi, dan lain-lain.

31 16 4. Teknik Analisis Data. Analisis yang digunakan penulis adalah content analisis (analisis isi) melalui teknik deskriptif. Bertujuan untuk membuat deskripsi, yaitu gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai metode data primer serta fenomena atau hubungan antar fenomena yang diselidiki 17. Dengan rujukan utama yaitu kitab Badi ah al-misal fi hisab al-sinin wa al-hilal tentang hisab al-hilal. Selanjutnya, dilihat dengan model analisis comparative study and evaluation research. Melakukan studi komparatif adalah membandingbandingkan berbagai konsep pemikiran para ahli/ulama dalam menghitung dan menetapkan visibilitas al-hilal, dan melakukan evaluasi atas berbagai pemikiran tersebut. Dianalisis dengan pendekatan penghitungan aritmatis, tidak dengan lainnya, seperti pendekatan politis, ideologis, dsb. G. Sistematika Penulisan Secara garis besar, penulisan penelitian ini disusun per bab, yang terdiri atas lima bab. Di dalam setiap babnya terdapat sub-sub pembahasan, dengan sistematika sebagai berikut: 17 Pelaksanaan metode-metode deskriptif dalam pengertian lain tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisa dan interpretasi tentang arti data itu. Karena itulah maka dapat terjadi sebuah penyelidikan deskriptif membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena tertentu, lalu mengambil bentuk studi komparatif, menetapkan hubungan dan kedudukan (status) dengan unsur yang lain. Lihat Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metoda, dan Teknik (Bandung: Tarsito, 1985), Edisi ke-7, hal Lihat juga Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, Cet. II (Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya, 2003), hal

32 17 BAB I : PENDAHULUAN Bab ini menerangkan Latar Belakang Masalah penelitian ini dilakukan. Kemudian mengemukakan Tujuan Penelitian, dan Manfaat. Berikutnya dibahas tentang Permasalahan Penelitian yang berisi pembatasan masalah dan rumusan masalah. Selanjutnya dikemukakan Tinjauan Pustaka. Metode penelitian juga dikemukakan dalam bab ini, di mana dalam Metode Penelitian ini dijelaskan bagaimana teknis/cara dan analisis yang dilakukan dalam penelitian. Terakhir, dikemukakan tentang Sistematika Penulisan. BAB II : SISTEM PENENTUAN AWAL BULAN QAMARIYAH Bab ini memaparkan kerangka teori landasan keilmuan, dengan judul utama Sistem Penentuan Awal Bulan Qaamariyah yang didalamnya membahas tentang Pemhaman serta konsep dari Hisab dan Rukyah (dalam sub bab-sub babnya dipaparkan; pemahaman Hisab, Pemahaman Rukyah, dan Konsep Hisab dan Rukyah). BAB III : PEMIKIRAN HISAB KH. MA SHUM BIN ALI AL- MASKUMAMBANGI TENTANG HISAB AL-HILAL. Bab ini menerangkan tentang corak pemikiran hisab KH. Ma shum Bin Ali tentang metode Hisab al-hilal, dan aplikasi dari metode tersebut. Dalam bab ini juga kami singgung beberapa kajian yang berkaitan dengan KH. Ma shum bin Ali

33 18 Al-Maskumambangi yang terangkum dalam Sosio-Biografinya dan yang berkaitan dengan magnum opusnya kitab Badi ah al- Mitsal Fi Hisab al-sisnin Wal al-hilal, yaitu pembahasanpembahasan yang ada dalam kitab tersebut. BAB IV : ANALISIS PEMIKIRAN KH. MA SHUM BIN ALI AL- MASKUMAMBANGI TENTANG METODE HISAB AL- HILAL. Bab ini merupakan pokok dari pembahasan penulisan penelitian yang dilakukan, yakni meliputi analisis terhadap karakteristik metode hisab al-hilal KH. Ma shum bin Ali serta relevansi dan aplikabilitas pemikirannya tentang metode hisab al-hilal tersebut dalam konteks perkembangan hisab dan rukyah di Indonesia. BAB V : PENUTUP Bab ini meliputi Kesimpulan dan Saran serta kata penutup.

34 BAB II SISTEM PENENTUAN AWAL BULAN QAMARIYAH Pada bab ini penulis memaparkan kerangka teori sebagai landasan keilmuan dalam permasalahan seputar kajian yang akan penulis teliti, yang dirangkum dalam judul Sistem Penentuan Awal Bulan Qamariyah. Penamaan ini didasarkan pada penelitian dalam skripsi ini yaitu penentuan awal bulan hijriyah dan visibilitas al-hilal. Di mana konsep ini merupakan bagian keilmuan sains yang berkaitan dengan hukum Islam (syari ah). Sistem penentuan awal bulan ini merupakan kajian dari pada ilmu hisab, yang didalamnya mengkaji tentang perhitungan awal bulan serta obserfasi bendabenda langit. Sehingga ilmu ini disebut pula dengan ilmu rukyah (observasi). Oleh karena itu pada bab ini diuraikan tentang hal-hal yang berhubungan dengan pemahaman serta konsep hisab dan rukyah. A. Pemahaman Hisab Ilmu hisab 1 merupakan bagian dari ilmu falak (ilmu ini sering disamakan dengan astronomi). Dalam literatur-literatur klasik, ilmu ini, sering disebut dengan ilm al-miqat, rasd, dan hai ah. 2. Ilmu ini dalam perkembangannya di Indonesia, sering disebut dengan istilah ilmu Hisab Rukyah, yaitu kajian ilmu yang berkutat pada persoalan tentang penentuan waktu-waktu yang berkaitan dengan kegiatan ibadah umat Islam. Persoalan- 1 Fakhruddîn al-râzi, al-tafsîr al-kabîr Beirut: Dâr al-fikr, 1398 H., Juz V, hal Tanthawi al-jauhari, Tafsir al Jawahir,Juz VI, Mesir: Mustafa al Babi al Halabi, 1346 H, Juz IX, hal

35 20 persoalan itu pada umumnya terdiri atas penentuan arah kiblat, bayangan arah kiblat (Rashdul kiblat), waktu-waktu sholat, awal bulan, dan gerhana Definisi Hisab 4 حسب يحسب حسابا Kata Hisab berasal dari Bahasa Arab yaitu yang artinya menghitung. Dalam bahasa Inggris kata ini disebut Arithmatic yaitu ilmu pengetahuan yang membahas tentang seluk beluk perhitungan. 5 Kata Hisab dalam al-qur an yang mempunyai arti ilmu hisab terdapat dalam surat Yunus ayat 5, yang berbunyi : ه و ا لذ ي ج ع ل الش م س ض ي اء و ا ل قم ر ن ور ا و قد ر ه م ن از ل ل ت ع لم وا ع د د الس ن ين و ا لح س اب م ا خ لق ال له ذل ك ا لا ب ا لح ق ي فص ل ا لا ي ات ل قو م ي ع لم ون(يونس : ٥ ( Artinya : Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkannya manzilan-manzilah bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (Q.S Yunus: 5) Macam-macam Hisab Penentuan penanggalan pada kalender Islam adalah berdasar atas penampakan al-hilal (bulan baru atau sabit pertama setelah terjadinya ijtima ) 7 sesaat sesudah matahari terbenam. Alasan utama dipilihnya 3 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2004, hlm Loewis Ma luf, al-munjid,. cet. 25, Beirut: Dar al-masyriq, 1975, hal Badan Hisab Rukyah Depag RI, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981, hal Ibid, hlm Ijtima juga disebut Iqtiran, yaitu antar bumi dan bulan berada pada bujur astronomi, (Dawairu al-buruj) yang sama, dalam istilah astronomi disebut konjungsi, para ahli hisab dijadikan pedoman untuk menentukan bulan baru (kamariah), Badab Hisab Dan Rukyah Departemen Agama, op. cit, hlm. 219.

36 21 kalender Bulan Qomariyah 8, walau tidak dijelaskan di dalam al-hadis maupun al-qur'an, nampaknya karena adanya kemudahan dalam menentukan awal bulan, serta kemudahan dalam mengenali tanggal dari perubahan bentuk (fase) Bulan 9. Hal ini berbeda dari kalender Syamsiah 10 (kalender Matahari) yang menekankan pada keajegan (konsistensi) terhadap perubahan musim, tanpa memperhatikan tanda perubahan hariannya. 11 Seiring berjalannya kegiatan astronomi dan menyebar luasnya keilmuan falak, sudah hal yang lumrah jika banyak orang dapat menentukan kapan pergantian bulan, seperti sistem kalender tradisional (Jawa) yang bertumpu pula pada kalender Bulan. Walaupun ada sebagian pada masyarakat yang menghendaki adanya penyesuaian dengan musim 12. Ada pula sistem kalender gabungan atau Qomari al-syamsiah (Lunisolar Calendar), seperti kalender Yahudi, kalender Cina, dan kalender Arab sebelum masa kerasulan Muhammad SAW. Pada sistem 8 Dinamakan kalender Qomariyah dikarenakan perhitungannya berdasarkan peredaran Bulan. Lihat dalam Slamet Hambali, Almanak Sepanjang Masa, Semarang: IAIN Walisongo, tt. hlm Sayful Mujab, Studi Analisis Pemikiran KH. Moh. Zubair Abdul Karim Dalam Kitab Ittifaq Dzatil Bain, (Skripsi Fakultas Syari ah IAIN Walisongo Semarang, 2007), hal Dinamakan kalender Syamsiyah atau Masehi adalah tahun berdasarkan matahari. Kata Masehi berdasal dari dari nama sebutan untuk nabi Isa yakni Al-masih. Tahun ini dihitung mulai kelahiran nabi Isa, tahun ini juga dinamakan tahun miladiah (tahun kelahiran). Lihat M.Suhudi Ismail, Hisab Rukyah Awal Bulan Hijriah, Ujung Pandang : T.p, 1990, hlm Untuk jumlah hari Masehi Basitoh / Kabisat = Januari (31), Februari (59/60), Maret (90/91), April (120/121), Mei (151/152), Juni (181/182), Juli (212/213), Agustus (243/244), September (273/274), Oktober (304/305), Nopember (334/335), Desember (365/366) (lihat: Sayful Mujab, loc. cit.) 12 Tahun Jawa disebut juga dengan sebutan tahun Aji Soko, sebab permulaan perhitungannya dimulai sejak penobatan Prabu Aji Saka pada tahun 78 M. Badan Hisab dan Rukyah Departemen Agama, op.cit., hlm. 44.

37 4 ( 4 22 gabungan ini ada bulan ketiga belas setiap 3 tahun agar kalender Qomariyah tetap sesuai dengan musim. Nama bulan pun disesuaikan dengan nama musimnya, seperti Romadlon yang semula berarti bulan musim panas terik. 13 Dalam ajaran Islam penambahan bulan itu dilarang karena biasanya bulan ke-13 tersebut diisi dengan upacara atau pesta yang dipandang sesat, sebagaimana firman Allah SWT : $YΒ%tæ çµtρθãβìh ptä uρ $YΒ%tæ çµtρθ =Ïtä (#ρã x x. š Ï%!$# ϵÎ/ ŸÒãƒ Ì ø à6ø9$# Îû οyš$tƒî â û Å Ψ9$# $yϑ ΡÎ) 4 ª!$# tπ ym $tβ (#θ =Åsã sù ª!$# tπ ym $tβ nο Ïã (#θä ÏÛ#uθã Ïj9 (التوبة (37: Artinya : "Sesungguhnya mengundur-undur bulan haram itu adalah menambah kekafiran, disesatkan orang-orang yang kafir dengan mengundur-undur itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat menyesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya maka mereka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah" (QS. Al-Taubah : 37) Selain larangan terhadap penambahan bulan pada kalender Hijriyah sebagaimana ayat di atas, juga terdapat penegasan oleh Allah Swt terhadap jumlah bulan Hijriyah dalam satu tahun yang hanya berjumlah 12 bulan, sebagaimana firman Allah SWT : ÏN uθ yϑ 9$# t,n=y{ tπöθtƒ «!$# É= tfå2 Îû #\ öκy u ³tã $oψøo$# «!$# y ΖÏã Í θåκ 9$# nο Ïã βî) ãνíhšs)ø9$# ß Ïe$!$# š Ï9 sœ Πã ãm îπyèt/ö r&!$pκ ]ÏΒ š ö F{$#uρ (التوبة : (36 Artinya : "Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah diwaktu menciptakan Langit dan Bumi, diantaranya terdapat empat bulan 13 Sayful Mujab, loc. cit.

38 23 haram 14. Itulah (ketetapan) agama yang lurus..." (QS. Al- Taubah : 36) Dari berbagai macam perkembangan keilmuan hisab di Indonesia, kita bisa mengklasifikasikannya ke dalam lima komponen umum menurut tingkat akurasinya (lihat pula Gambar 1 pada bab sebelumnya), yaitu : a) Hisab Urfi Urfi diambil dari kata العرف yang berarti العادة المرعية yaitu: Convensi atau kebiasaan yang dipelihara 15. Hisab ini sering disebut juga dengan hisab Jawa Islam, karena hisab urfi ini perpaduan antara tahun Hindu Jawa dengan hisab Hijriyah yang dilakukan oleh Sultan Agung Anyokro Kusumo pada tahun 1663 M atau 1555 C (Caka). 16 Metode hisab ini menetapkan satu daur ulang (siklus) 8 tahun yang disebut Windu. Setiap kurun delapan tahun ditetapkan ada tiga tahun Kabisat (Wuntu, panjang yang umurnya 355 hari) yaitu tahun-tahun ke 2, 4 dan 7 dan ada lima tahun Bashitoh (Wastu, atau pendek yang umurnya 354 hari) yaitu tahun ke 1, 3, 5, 6, dan 8. Umur bulan ditetapkan 30 hari untuk bulan-bulan ganjil dan 29 hari untuk bulan-bulan genap kecuali bulan Besar pada tahun-tahun Kabisat berumur 30 hari. Disamping itu pada tiap-tiap 120 tahun 14 Yang termasuk ke dalam empat bulan haram yaitu: bulan Muharrom, Rajab, Dzulqa dah, dan Dzulhijjah. 15 Achmad Warson Munawwir, Kamus al-munawwir Arab-Indonesia, Cet. I Surabaya: Pustaka Progressif, 1984, hal Badan Hisab Rukyat, Op.Cit., hlm. 45. Lihat pula: Muhammad Maksum bin Ali, Badiah al-misal fi Hisab al-sinin wa al-hilal, Surabaya: Maktabah Sa ad bin Nashir Nabhan, tt,, hal. 5 dan Noor Ahmad, Risalah Syaml al-hilal, jilid I., Kudus: Madrasah Tasywiyq al-thullab al- Salafiyah, tt., hal. 3.

39 24 mengalami pengunduran satu hari, yaitu dengan menghitung bulan Besar yang semestinya berumur 30 hari dihitung hanya 29 hari 17. Adapun nama-nama bulan pada hisab urfi adalah Suro, Safar, Mulud Bakdomulud, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rejeb, Ruwah, Poso, Sawal, Dhulkongidah Dan Besar. Sedangkan tahun-tahun dalam setiap windu diberi lambang dengan huruf arab abjadiyah. Berturut-turut sebagai berikut : Alif, Ehe, Jim Awal, Ze, Dal, Be, Wawu, dan Jim Akhir. 18 Mulai permulaan tahun 1747 hingga menjelang tahun 1867, tanggal satu Suro tahun Alip jatuh pada hari Rabu Wage (Aboge). Mulai tahun 1867 hingga menjelang tahun 1987, tanggal satu Suro tahun Alip jatuh pada hari Selasa Pon (Asopon). Mulai permulaan tahun 1987, hingga menjelang tahun 2107, tanggal satu Suro tahun Alif jatuh pada hari Senin Pahing (Anining). 19 b) Hisab Istilahi Hisab istilahi ini adalah metode perhitungan penanggalan yang didasarkan kepada peredaran rata-rata Bulan mengelilingi Bumi. Hisab ini juga menetapkan adanya daur ulang (siklus) tiga puluh tahun. Setiap tiga puluh tahun itu ditetapkan adanya 11 tahun Kabisat (panjang) umurnya 355 hari, yaitu tahun-tahun ke 2, 5, 7,10, 13, 15, 18, 21, 24, 26 dan 29. sedangkan 19 tahun selain 17 Muhammad Maksum bin Ali, op. cit, hal Badan Hisab Rukyah Departemen Agama, op.cit., hlm Sek.Jen PBNU, Pedoman Rukyat dan Hisab Nahdlatul Ulama, Jakarta: Lajnah Falakiyah PBNU, 2006., hlm. 49 lihat juga Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab rukyah Kejawen, (Semarang : IAIN Walisongo, 2006). Bandingkan pula dengan Badan Hisab Rukyat, op.cit., hlm

40 25 tahun-tahun tersebut adalah tahun Bashitoh (pendek) umurnya 354 hari 20. Secara konvensional ditetapkan bahwa tiap-tiap bulannya mempunyai aturan yang tetap dan beraturan, yaitu untuk bulan-bulan ganjil umurnya 30 hari, sedangkan untuk bulan-bulan genap umurnya 29 hari, kecuali untuk bulan ke-12 (Dzulhijjah) pada tahun Kabisat umurnya 30 hari. 21 Nama-nama bulan menurut hisab istilahi ini adalah sebagai berikut: Muharram, Shafar, Rabi'ul Awal, Rabi'ul Akhir, Jumadil Ula, Jumadil Tsaniah, Rajab, Sya'ban, Ramadhan, Syawwal, Dzulqa'dah, dan Dzulhijjah 22. Diantara karya-karya hisab yang membahas hisab urfi dan Istilahi dan menganut sistem ini adalah; Badi ah al-mitsal fi hisab alsinin wa al-hilal karya Ma shum bin Ali al-maskumambangi, Syamsul hilal jilid 1 karya Noor Ahmad SS, Ilmu Falak karya Salamun Ibrahim, The Muslim and Christian Calenders karya G.S.P. Freeman Grenville, Almanak Sepanjang Masa karya Slamet Hambali dan lainlain 23. c) Hisab Hakiki Bi al-taqrib Hisab hakiki bi al-taqrib adalah hisab yang datangnya bersumber dari data yang telah disusun dan telah dikumpulkan oleh Ulugh Beyk al-samarqandiy (w.1420m). Data-data tersebut 20 Ibid. 21 Ibid., hal lihat pula :Muhammad Ma ksum bin Ali, op. cit, hal Ibid,. hal Lihat pula: Sriyatin Sadiq Al-Falaky, Makalah Platihan Dan Pendalaman Ilmu Falak,Pascasarjan IAIN Walisongo Semarang tanggal Januari 2009.

41 26 merupakan hasil pengamatan yang berdasarkan pada teori geosentris (bumi sebagai pusat peredaran benda-benda langit) 24. Dalam mencari ketinggian hilal, menurut sistem hisab ini dihitung dari titik pusat Bumi, bukan dari permukaan bumi. Berpedoman pada gerak rata-rata Bulan, yakni setiap harinya Bulan bergerak ke arah timur rata-rata 12 derajat. Sehingga operasional hisab ini adalah dengan memperhitungkan selisih waktu ijtima' (konjungsi) dengan waktu Matahari terbenam kemudian dibagi dua 25. Sebagai konsekuensinya adalah apabila ijtima' terjadi sebelum Matahari terbenam, maka praktis Bulan (hilal) sudah di atas ufuq ketika Matahari terbenam. Hisab ini masih belum dapat memberikan informasi tentang azimuth Bulan maupun Matahari 26. Buku-buku atau kitab yang membahas sistem ini antara lain; al- Sulam al-nayirain, Fath al-rauf al-mannan, Tadzkiroh al-ikhwan, Bulug al-wathar, Risalah al-qamarain, Risalah al-falakiyah, Tshil al-mitsal, Jadawil al-falakiyah, Syams al-hilal jilid 2, Bughta al- Rafiq, Qawaid al-falakiyah, Awail al-falakiyah 27, dll. d) Hisab Hakiki Bi al-tahkik Hisab Hakiki bi al-tahkik adalah hisab yang perhitungannya berdasarkan data astronomis yang diolah dengan trigonometri (ilmu 24 Sek.Jen PBNU, op. cit, hlm Ibid. 26 Ibid. 27 Lihat pula : Sriyatin Sadiq Al-Falaky, op. cit.

42 27 ukur segitiga) dengan koreksi-koreksi gerak Bulan maupun Matahari yang sangat teliti 28. Dalam menyelesaikan perhitungannya digunakan alat-alat elektronik misalnya kalkulator ataupun computer. Dapat pula diselesaikan dengan menggunakan daftar logaritma empat desimal maupun dengan menggunakan Rubu' Mujayyab 29 (kuadran). Hanya saja perhitungan yang diselesaikan dengan menggunakan daftar logaritma maupun Rubu' hasilnya kurang halus. Hal ini disebabkan adanya pembulatan angka-angka invers dari daftar logaritma, serta ketidaktepatan pembagian pada menit dan detik 30. Dalam menghitung ketinggian hilal, sistem hisab ini memperhatikan posisi observer (Lintang tempat maupun Bujur tempatnya), deklinasi Bulan 31 dan sudut waktu Bulan atau asensiorecta. Bahkan lebih lanjut diperhitungkan pula pengaruh refraksi (pembiasan sinar) 32, paralaks (beda lihat), dip (kerendahan ufuq) dan semi diameter Bulan. Hisab Hakiki bi al-tahqiq ini mampu memberikan informasi tentang waktu terbenamnya Matahari setelah 28 Sayful Mujab, op. cit, hal Rubu' Mujayyab adalah Suatu alat hitung yang berbentuk seperempat lingkaran untuk hitungan goneometris. Lihat dalam Muhyidin Khazin, op. cit, hlm Sayful Mujab, loc. cit. 31 Deklinasi atau yang dalam bahasa arab disebut dengan Mail adalah jarak benda langit sepanjang lingkaran yang dihitung dari equator sampai benda langit tersebut. Lihat dalam bab Mail dalam Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, op. cit, hlm Refraksi yang dalam bahasa arab disebut dengan Daqo iqul Ikhtilaf adalah perbedaan antara tinggi suatu benda langit yang terlihat dengan tinggi benda langit yang sebenarnyasebagai akibat adanya pembiasan / pembelokan sinar. Lihat dalam bab Daqa iqul Ikhtilaf dalam: Ibid, hlm. 19.

43 28 terjadi ijtima', ketinggian hilal, azimuth Matahari maupun Bulan untuk suatu tempat observasi. 33 Untuk kitab dan buku yang membahas masalah dan perhitungan ini diantaranya adalah; al-matla al-said, Manahij al-hamidiyah, al- Khulashoh al-wafiyah, Badi ah al-mitsal, Muntaha Nataij al-aqwal, Hisab Hakiki, Nur al-anwar, Ittifaq dzati al-bain, Irsyad al-murid 34, dan sebagainya. e) Hisab Hakiki Kontemporer Untuk sistem hisab generasi ke tiga dari sistem hisab hakiki, dan kelima dari sistem hisab secara umum. Pada dasarnya memiliki kemiripan dengan sistem hisab Hakiki bi al-tahqiq, yaitu samasama telah memakai hisab yang perhitungannya berdasarkan data astronomis yang diolah dengan spherical trigonometri (ilmu ukur segi tiga bola) dengan koreksi-koreksi gerak Bulan dan Matahari yang sangat teliti 35. Yang menjadikan pembeda keduanya hanya data yang ditampilkan. Data-data tersebut sudah masak dan tinggal mengaplikasikannya ke dalam rumus segitiga bola, tanpa harus diolah terlebih dahulu seperti yang dipakai oleh sistem hisab 33 Sayful Mujab, op. cit, hal Lihat pula: Sriyatin Sadiq Al-Falaky, op. cit. 35 Sayful Mujab, loc. cit.

44 29 sebelumnya. Selain itu pada sistem ini koreksi atau pen-ta dil-an dilakukan dengan banyak sekali. 36 Tidak sedikit pula hal yang membahas sistem ini mulai dari hanya data-data yang ditampilkan seperti; Almanak Nautika, Astronomical Almanac, Jean Meuus, EW. Brown, New Comb, Ephemeris Hisab rukyat, (Hisab Win dan Win Hisab), Ephemeris al-falakiyah, sampai program-program seperti halnya; Taqwim al-falakiyah, Mawaqit, Nur al-falak, Nur al-anwar program, al- Ahillah, Mooncal Monzur, Accurate times, Sun Times, Ascript 37, dan lain sebagainya. B. Pemahaman Rukyah Kegiatan merukyat merupakan komponen yang sangat penting pula dalam perhitungan awal bulan. Hal ini dikarenakan kegiatan merukyah merupakan konsep syari yang diajarkan Nabi Muhammad kepada umatnya. Kegiatan ini pula merupakan observasi praktis berupa pengamatan untuk terciptanya hasil yang ingin dicapai dalam kegiatan perhitungan awal bulan Hijriyah atau Qamariyah. Kegiatan ini pula bisa dijadikan kegiatan untuk mengoreksi perhitungan atau hisab yang dipakai 38. Kegiatan ini harus sangat diperhatikan perkembangannya, melihat ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilannya, antara lain; polusi 36 Fairuz Sabiq, Telaah Metodologi Penetapan Awal Bulan Qomariyah Di Indonesia, (Tesis, Program Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang, 2007), hal Lihat pula : Sriyatin Sadiq Al-Falaky, op. cit. 38 Sayful Mujab, op. cit, hal.9-10.

45 30 atmosfer (debu dan cahaya) dan juga cahaya yang berasal dari lampu-lampu kota. Hal ini akan mempersulit pengamatan hilal yang cendrung bercahaya lebih redup. Keadaan ini sebenarnya bisa sedikit diatasi dengan memanfaatkan data posisi hilal yang akurat dari almanak astronomi mutakhir (hasil penyempurnaan almanak astronomi sepanjang sejarah perkembangannya) Definisi Rukyah Kata Rukyah juga berasal dari bahasa Arab yaitu ء yang را ى يرى رؤية artinya melihat. 40 Adapun yang dimaksud adalah melihat bulan baru (alhilal) sebagai tanda masuknya awal bulan baru pada penanggalan hijriyah dan dilaksanakan pada saat matahari terbenam pada tiap tanggal 29 bulan tersebut, sebagaimana hadis al-rasul: عن نافع عن عبداالله بن عمر رضي االله عنهما ان رسول االله صلى االله عليه وسلم ذكر رمضان فقال : لا تصوموا حتى تروا الهلال ولا تفطروا حتى تروه فان غم عليكم فاقدرواله (رواه البخارى) 41 Artinya : Dari Nafi dari Abdillah bin Umar bahwasanya Rasulullah saw menjelaskan bulan Ramadhan kemudian beliau bersabda: janganlah kamu berpuasa ssampai kamu melihat hilal dan (kelak) janganlah kamu berbuak sebelum melihatnya lagi.jika tertutup awan maka perkirakanlah (HR Bukhari). 2. Metode Rukyah Istilah rukyah dilihat dari metodenya berati melihat atau mengamati al-hilal dengan mata ataupun dengan alat bantu seperti teleskop pada saat Ibid. 40 M. Warson Munawir, op. cit, hlm Muhammad ibn Isma il al Bukhari, Shahih Bukhari, Juz III, Beirut: Dar al Fikr, tt, hlm.

46 31 matahari terbenam menjelang bulan baru qamariyah. 42 Apabila al-hilal berhasil di lihat maka malam itu dan keesokan harinya ditetapkan sebagai tanggal satu untuk bulan baru. Sedangkan apabila al-hilal tidak berhasil dilihat karena gangguan cuaca maka tanggal satu bulan baru ditetapkan pada malam hari berikutnya atau bulan di-istikmal-kan (digenapkan) 30 hari. Sesuai dengan hadis nabi : حد ثنا عبد الرحمن بن سلام الجمحي حد ثنا الربيع يعني ابن مسلم عن محمد وهو ابن زياد عن ابي هريرة رضي االله عنه ان النبي صل االله عليه وسلم قال صوموا لرو يته وافطروا لرو يته فان غمي عليكم فاكملوا العدد (رواه مسلم). Artinya : Diriwayatkan dari Abdurrahman ibn Salam al-jumahi, dari al- Rabi (ibn Muslim), dari Muhammad (yaitu Ibn Ziyad), dari Abu Hurairah r.a. sesungguhnya Rasulullah saw bersabda : Berpuasalah kamu karena melihat tanggal (hilal) dan berbukalah kamu karena melihat tanggal (hilal). Apabila pandanganmu terhalang oleh awan, maka sempurnakanlah bilangan bulan Sha ban (menjadi 30 hari) 43. Diketahui pula bahwa perbedaan dalam menentukan awal bulan qamariyah juga terjadi karena perbedaan memahami konsep permulaan hari melihat hilal pada saat bulan baru. Disinilah kemudian muncul berbagai aliran mengenai penentuan awal bulan yang pada dasarnya berpangkal pada pedoman ijtima, dan posisi hilal di atas ufuk Abd Salam Nawawi, Algoritma Hisab Ephimeris, Semarang: Pendidikan dan Pelatihan Nasional Pelaksanaan Rukyah Nahdotul Ulama, 2006, hlm Lihat: Abu Husain Muslim bin al Hajjaj, Shohih Muslim, Jilid I,Beirut: Dar al Fikr, tt, hlm Ijtima adalah berkumpulnya matahari dan bulan dalam satu bujur astronomi yang sama. Ijtima di sebut juga dengan konjungsi,pangkreman, iqtiraan. Sedangkan yang di maksud ufuk adalah lingkaran besar yang membagi bola langit menjadi dua bagian yang besarnya sama. Ufuk di sebut juga horizon, kaki langit, cakrawala, batas pandang. Lihat dalam Muhyiddin Khazin, op. cit., hlm. 32.

47 32 Kelompok yang berpegang pada ijtima dalam menetapkan awal bulan qamariah ini, berpedoman ketika terjadi ijtima (conjunction) yaitu ijtima al nayiraini ithbat baina al-shahraini (bertemunya dua benda yang bersinar atau berkumpulnya bulan dan matahari yang terletak pada posisi garis bujur yang sama apabila dilihat dari arah timur dan barat). 45 Kelompok ini tidak mempermasalahkan hilal bisa dilihat ataukah tidak. 46 Menurut ahli hisab, dalam sistem penanggalan hijriah (menentukan awal bulan) adalah posisi hilal berada diatas ufuk pada saat matahari terbenam sedangkan menurut ahli rukyah, awal bulan ditandai dengan keberadaan hilal diatas ufuk pada saat matahari terbenam dan dapat dirukyah. Adapun ahli astronomi menyatakan awal bulan ditandai dengan terjadinya konjungsi atau ijtima al-hilal (matahari dan bulan berada pada garis bujur yang sama) 47 a) Konsep ijtima Keterkaitan ijtima dengan fenomena alam ini, berkembang menjadi beberapa kriteria pemahaman. Golongan yang berpedoman pada ijtima ini dapat dibedakan menjadi beberapa golongan yaitu 48 : 45 Waktu yang terjadi sebelum ijtimak, termasuk kedalam bulan sebelumnya dan waktu yang terjadi setelah ijtimak, dihitung awal bulan berikutnya (bulan baru). 46 Dalam perhitungan hisab, terdapat perbedaan pandangan tentang konsep penentuan awal kamariah, yaitu : 1. Perbedaan pandangan kelompok yang berpegang pada ijtimak dan kelompok yang berpegang teguh pada posisi hilal. Lihat: Almanak Hisab Rukyat, (Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981), hal Ibid 48 Sayful Mujab, op. cit, hal. 34.

48 33 1) Ijtima qobl al-ghurub yaitu apabila ijtima terjadi sebelum matahari terbenam maka pada malam harinya sudah di anggap sebagai bulan baru. 2) Ijtima qobl al-fajri yaitu apabila ijtima terjadi sebelum terbit fajar maka pada malam itu sudah di anggap sudah masuk awal bulan baru. 3) Ijtima qabl al-zawal yaitu apabila ijtima terjadi sebelum zawal maka hari itu sudah memasuki awal bulan baru. Namun dari golongan - golongan tersebut yang masih banyak di pegang oleh ulama adalah ijtima qobl al-ghurub dan ijtima qobl al-fajri. Sedangkan golongan yang lain tidak banyak di kenal secara luas oleh masyarakat. b) Konsep posisi al-hilal Adapun kriteria posisi hilal yang dijadikan sebagai penentu masuknya awal bulan kamariah adalah apabila perhitungan hilal sudah memenuhi kriteria sebagai penentu awal bulan (tidak memperhitungkan apakah hilal dapat dilihat atau tidak). Adapun dalam hal menentukan posisi hilal, ada yang berpedoman pada 49 : a) Ufuk hissi, yaitu bidang datar yang lurus dan searah dengan peninjau dan sejajar dengan ufuk haqiqi. Menurut pendapat ini, bahwa apabila pada saat matahari terbenam (setelah terjadinya 49 Susiknan Azhari Pembaharuan Pemikiran Hisab di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002, hal

49 34 ijtimak) posisi hilal sudah tampak diatas ufuk hissi, maka malam harinya terhitung sudah masuk awal bulan. 50 b) Ufuk haqiqi, yaitu ufuk yang berjarak 90 derajat dari titik zenit (lingkaran bola langit yang bidangnya melalui titik pusat bumi dan tegak lurus pada garis vertikal peninjau. 51 Menurut pendapat ini, bahwa apabila pada saat matahari terbenam (setelah terjadinya ijtimak), posisi hilal sudah berada di atas ufuk haqiqi. 52 c) Ufuk mar i, yaitu ufuk yang terlihat (bidang datar yang merupakan batas pandangan) mata peninjau. 53 Menurut pendapat ini, bahwa apabila posisi piringan bulan (pada saat terbenamnya matahari) berada diarah timur dari posisi piringan matahari. 54 Awal bulan ditentukan dengan pada saat matahari terbenam sedangkan posisi hilal berada diatas ufuk mar i, yaitu ufuk hakiki dengan koreksi seperti kerendahan ufuk 55, refraksi 56, semi diameter 57, dan parallax Penentuan ketinggian hilal, diukur dari permukaan bumi. 51 Marsito. Kosmografi Ilmu Bintang-Bintang, (Djakarta: Pembangunan, 1960), hlm. 13. Posisi hilal pada ufuk adalah posisi titik pusat bulan pada ufuk hakiki. Lihat Susiknan Azhari, Ilmu Falak Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Lazuardi, 2001), hlm Penentuan awal bulan kamariah dilakukan dengan menentukan ketinggian (hakiki) titik pusat bulan yang diukur dari ufuk haqiqi. Lihat Ichtijanto. Almanak Hisab Rukyat, (Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981), hlm Semakin tinggi pandangan mata peninjau, maka semakin rendah ufuk mar i. 54 Arah timur, diukur dari ufuk mar i. 55 Untuk mencari kerendahan ufuk dapat digunakan rumus 0 o 1,76 dikalikan dengan akar ketinggian tempat tersebut dari permukaan air laut. 56 Untuk mencari refraksi dapat digunakan rumus tinggi lihat tinggi nyata. 57 Semi Diameter / jari-jari/ Nisful Qotr adalah titik pussat matahari / bulan dengan piringan luarnya. Lihat dalam Tim Hisab Ditpenpera Depag RI, Op.Cit, hlm Parallax/ ikhtilaful mandzor adalah sudut antara garis yang di tarik dari benda langit ke titik pusat bumi dan garis yang di tarik dari benda langit ke mata si pengamat. Lihat dalam Tim Hisab Ditpenpera Depag RI,Ephemeris Hisab Rukyat 2004, Jakarta, Ditpenpera,2004, hlm. 5.

50 35 d) Imkan al-ru yah yaitu masuknya awal bulan ditentukan berdasarkan pengamatan langsung terhadap hilal atau berdasarkan penampakan hilal (menetukan posisi ketinggian hilal pada saat terbenamnya matahari, yang memungkinkan bisa dilihat). 60 Mengenai kriteria dalam penetapan awal bulan hijriyah dengan imkan al-rukyah yang dikembangkan oleh pemerintah ini, sebagaimana disepakati dalam persidangan al-hilal Negara-negara Islam se-dunia di Istambul Turki 1978 dengan ketentuan sebagai berikut 61 : 1) Tinggi hilal tidak kurang dari 5 derajat dari ufuk barat 2) jarak sudut hilal ke matahari tidak kurang 8 derajat 3) Umur hilal tidak kurang dari 8 jam setelah ijtima terjadi. Ketentuan ini sering mengalami penyesuaian berdasarkan faktor geografis dan kesulitan tekhnis lainnya. Seperti Negaranegara serumpun Indonesia, Malasyia, Brunai Darussalam, dan Singapura (MABIMS) 1990 bersepakat untuk menyatukan kriteria kebolehtampakan hilal denga ketentuan yang berdasarkan kriteria Turki dan penggabungan hisab dan rukyah. Yaitu sebagi berikut 62 : 1) Tinggi al-hilal tidak kurang dari 2 derajat 2) Jarak sudut al-hilal ke matahari tidak kurang 3 derajat 59 Mudzakir, Pedoman Hisab Rukyah Departemen Agama RI, Semarang: Diklat Hisab Dan Rukyah Nasional, 2006, hlm Ichtijanto. Almanak Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981, hal Badan Hisab Rukyah Departemen Agama, Op.Cit., hlm Khafid, Hisab Dan Rukyah Kontemporer, makalah dalam Lokakarya Imsakiyah IAIN Walisongo, Semarang, pada tanggal 07 November 2009.

51 36 3) Umur hilal tidak kurang dari 8 jam setelah ijtima terjadi 63. Kriteria ini juga yang disepakati dalam siding komite penyatuan kalender Hijriyah ke-8 yang diselenggarakan oleh Departemen Kehakiman Saudi Arabia 7-9 Nopember 1998 di Jeddah. Akan tetapi dalam prakteknya kriteria tersebut tidak dapat disepakati sebagaimana Turki yang tetap menggunakan 8 derajat atau International Islamic Calendar Program (IICP) dengan kriteria 4 derajat 64. Sebenarnya terdapat korelasi antara ketentuan Turki dan yang disepakati oleh MABIMS yaitu apabila ketinggian hilal di Negara-negara ASEAN mencapai 2 derajat, maka ketinggian itu akan menjadi 5 derajat di Negara-negara sekitar laut tengah dan ketinggian itu akan semakin bertambah di Negara-negara sekitar laut tengah. 65 Pada bulan maret 1998 para ulama ahli hisab rukyah Indonesia dan para perwakilan masyarakat Islam mengadakan pertemuan yang membahas tentang kriteria imkanurrukyah Indonesia dan menghasilan keputusan sebagi berikut 66 : 63 Ibid. 64 Lihat selenggakapnya dalam laporan hasil sidang komite penyatuan kalender Hijriyah ke 8 di Jeddah, Saudi Arabia, 7-9 Nopember Ibid. 66 Hasil musyawarah ulama ahli hisab rukyah dan ormas Islam tentang kriteria imkanurrukyah yang dilaksanakan pada tangal Maret 1998/25-27 Dzulqo dah 1418 H di hotel USSU Cisarua Bogor, sebagaimana dinukil oleh Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab Rukyah Indonesia:Sebuah Upaya Penyatuan Madzhab Hisab Dan Madzhab Rukyah, Yogyakarta: Logung Pustaka, 2003, hlm

52 37 a) Penentuan awal bulan qamariyah didasarkan pada sistem hisab hakiki tahkiki dan / atau rukyah. b) Penentuan awal bulan qamariyah yang terkait dengan pelaksanaan ibadah mahdhah yaitu awal ramadhan, syawal dan dzulhijjah ditetapkan dengan memperhitungkan hisab hakiki tahkiki dan rukyah. c) Kesaksian rukyah hilal dapat diterima apabila ketingian hilal 2 derajat dan jarak ijtima ke ghurub matahari minimal 8 jam. d) Kesaksian rukyah hilal dapat diterima apabila ketingian hilal kurang dari 2 derajat maka awal bulan didasarkan istikmal. e) Apabila ketinggian hilal 2 derajat atau lebih awal bulan dapat ditetapkan. f) Kriteia imkan al-rukyah tersebut akan diadakan penelitian lebih lanjut. g) Menghimbau kepada seluruh pimpinan organisasi kemasyarakatan Islam untuk menyosialisasikan keputusan ini. Dalam pelaksanaan isbat, pemerintah mendengarkan pendapat-pendapat dari berbagai organisasi kemasyarakatan Islam dan para ahli Ibid.

53 38 C. Konsep Hisab dan Rukyah Konsep perhitungan pada hisab dan rukyah pada penentuan awal bulan hijriyah, tidak lepas dari posisi dan proyeksi benda langit terhadap bola bumi dan bola langit. Dalam sub-bab ini penulis akan mencoba membahas sedikit bagaimana konsep-konsep tersebut. 1. Konsep Bola Bumi 68 Pada dasarnya konsep bola bumi sebagaimana konsep sebuah bangunan bola yang memiliki kutub, garis tengah, lingkaran dasar, lingkaran dasar utama. dan lingkaran kecil. Koordinat bola Bumi ini berfungsi untuk menentukan koordinat suatu tempat di bumi berupa Lintang dan Bujur tempat. Selanjutnya lihat pada gambar di bawah ini: U M G E Q g m Keterangan: S Gambar 4 : Koordinat Bola Bumi U-S = Sumbu poros bumi (garis tengah bola) U = Kutub Utara Bumi S = Kutub Selatan Bumi E-g-m-Q = Lingkaran Khatulistiwa atau equator bumi (lingkaran dasar utama). 68 M. S. L. Toruan, Ilmi Falak (Kosmografi), Semarang: Banteng Timur, tt. hal Lihat juga: P. Simamora, Ilmu Falak Kosmografi, Jakarta : CV. Pedjuang Bangsa, 1985, hal. 5.

54 39 Lingkaran besar yang melalui U-G-g-S adalah lingkaran meridian Bumi tetap yang juga disebut garis bujur 0 derajat (G= Greenwich). Lingkaran-lingkaran besar yang melalui U-S disebut meridian bumi yang disebut juga garis bujur. Garis bujur atau meridian yang berada disebelah barat meridian tetap (Greenwich) dinamakan bujur barat (BB) dan yang berada di sebelah timur Greenwich dinamakan bujur timur. Keduanya memiliki besar wilayah yang sama yaitu 180 derajat. Sedangkan lingkaran kecil yang melalui G adalah garis lintang Greenwich, dan lingkaran kecil yang melalui M disebut garis lintang M. Jadi garis lintang adalah lingkaran-lingkaran kecil yang sejajar dengan khatulistiwa atau ekuator, baik disebelah utara equator yang diberi tanda positif (+) maupun disebelah selatan equator yang diberi tanda negatif (-). Keduanya dihitung dari equator keutara 0 90 derajat dan ke selatan 0 90 derajat juga. Pada gambar tersebut titik g o m (sisi g m) menunjukan besar bujur M (BT) dan sudut m o M (sisi m M) menunjukan besarnya lintang M (LU). 2. Konsep Bola Langit Mengetahui tata koordinat astronomi pada bola langit sangatlah urgen sekali dalam ilmu falak. Hal ini untuk mengetahui letak suatu benda pada suatu bidang datar dapat ditentukan dengan dua garis lurus, yakni dengan menggunakan koordinat x dan koordinat y. Tapi pada permukaan yang tidak datar seperti pada bola langit, tentu tidak dapat ditentukan dengan dua garis lurus, melainkan dengan garis lengkung (busur) sesuai

55 40 dengan bentuk bola langit. Di bawah ini akan diuraikan macam serta cara menentukan posisi benda pada bola langit. a) Koordinat Horison Koordinat ini berfungsi untuk menentukan posisi sebuah benda langit. Koordinat horison berfungsi untuk menentukan posisi sebuah benda langit sehingga dapat mengetahui nilai azimuth dan tinggi suatu benda langit. Perhatikan gambar skema bola langit di bawah ini 69. Keterangan: M سمت الرا س = ) 0 (90 zenith Z = titik T سمت القدم = ) 0 (-90 nadir N = titik O U ZN = garis vertikal B m UBST = horison atau ufuq M = bintang m = proyeksi bintang N Gambar 5 : Koordinat Horison MZNm = lingkaran vertikal Sudut UOm (busur UTSm = azimuth bintang M (h) Z S Azimuth adalah sudut yang di bentuk oleh garis yang menghubungkan titik pusat dengan titik utara dengan garis yang menghubungkan antara titik pusat dengan proyeksi bintang sepanjang horison searah dengan perputaran arah jarum jam (berkisar antara ). Yang dimaksud dengan tinggi bintang ialah sudut yang dibentuk oleh garis yang menghubungkan antara titik pusat dengan proyeksi bintang dengan garis yang menghubungkan antara titik pusat 69 ibid, hal Lihat pula, Susiknan Azhari Ilmu Falak: Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern, op. cit, hal

56 41 dengan bintang. Tinggi bintang di atas ufuq nilainya positif dari dan dibawah ufuq nilainya negatif antara b) Koordinat Sudut Jam Sistem koordinat sudut jam bintang ini bertujuan untuk mengetahui nilai sudut jam suatu benda langit. Dalam sistem ini, penentuan posisi benda langit memerlukan sudut jam bintang (t) dan deklinasi bintang (d). Sudut jam bintang itu sendiri ialah sudut yang dibentuk oleh bidang deklinasi bintang tersebut dengan bidang meridian langit. Jika sebuah benda langit sedang berkulminasi atas atau berada pada titik zenith, maka nilainya 0 o (nol derajat). Perhatikan dalam skema bola di bawah ini 70 : E1 m E Z t M T KLS U O S Gambar 6 : Koordinat Sudut Jam Bintang KLU Gambar di atas menggambarkan daerah yang bergaris lintang negatif kurang lebih 15 derajat (Z-E/S-KLS), KLU-KLS = sumbu langit KLU-M-m-KLS = lingkaran waktu/lingkaran deklinasi. EBQT = equator langit E 1 -M-Q 1 = lintasan bintang (sejajar dengan equator langit) E-m = sudut jam bintang M-m = deklinasi bintang M B Q1 N Q 70 Ibid, hal 26-27, lihat pula: P. Simamora, op. cit, hal

57 42 c) Koordinat Equator Dalam pendeskripsian koordinat equator, yang diperlukan untuk penentuan posisi benda langit dengan sistem ini adalah ascensiorecta (alphi) dan deklinasi. Asenciorecta suatu bintang ialah sepotong busur ekuator langit yang diukur dari titik aries ssmpai titik deklinasi bintang itu. Perhatikan skema bola di bawah ini 71. KEU KLU E E M Q Gambar 7: koordinat Equator K R m Keterangan: ERmQ = Equator langit KES KLS KRME = Ekliptika (membentuk sudut dengan ekuator) KLU-M-m-KLS = Lingkaran waktu (lingkaran deklinasi) KEU-KES = sumbu ekliptika R = Titik aries R-m = Ascensiorecta bintang m-m = Deklinasi bintang M d) Koordinat Ekliptika Pada koordinat ekliptika ini kita dapat mengetahui pergerakanpergerakan suatu bintang dengan lingkaran ekliptika sebagai dasar utamanya, sedangkan titik acuannya adalah tititk musim semi (titik 71 Ibid, hal

58 43 aries). Dalam sistem ini yang di perlukan adalah bujur ekliptika (ecliptic logitude) dan lintang ekliptika (ecliptic latidude). Sebagaimana yang terdapat pada gambar skema bola di bawah ini 72. KEU KLU E1 M K1 E E m Q K R Keterangan: KES KLS Gambar 8: Koordinat Ekliptika E-R-Q = Equator langit K-R-m-E = Ekliptika ( membentuk sudut dengan ekuator) K1-M-E1 = Lingkaran Lintang Ekliptika KEU-M-m-KES = Lingkaran Bujur Ekliptika R = Titik aries R-m = Bujur Ekliptika atau ecliptic longitide m-m = Lintang Ekliptika atau ecliptic latitude. Sayful Mujab dalam skripsinya menuturkan bahwasanya: Ilmu hisab merupakan ilmu yang berkembang secara terus menerus dari zaman ke zaman. Secara keseluruhan perkembangan ilmu hisab ini memiliki kecenderungan ke arah semakin tingginya tingkat akurasi atau kecermatan hasil hitungan. Observasi atau rukyah terhadap posisi dan lintasan benda-benda langit adalah salah satu faktor dominan yang mengantarkan ilmu hisab ke tingkat kemajuan perkembangannya dewasa ini, sampai faktor penemuan alat-alat observasi (rukyah) yang lebih tajam, alat-alat perhitungan yang lebih canggih dan cara perhitungan yang lebih cermat seperti ilmu ukur segi tiga bola (trigonometri) M. S. L. Toruan,,op. cit, hal Lihat pula: Susiknan Azhari Ilmu Falak: Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern, op. cit, hal Sayful Mujab, op. cit, hal. 5.

59 BAB III PEMIKIRAN HISAB KH. MA SHUM BIN ALI AL-MASKUMAMBANGI TENTANG HISAB AL-HILAL Kajian yang akan kita kemukakan pada bab ini adalah penjelasan mengenai corak pemikiran hisab KH. Ma shum bin Ali al-maskumambangi yang ada pada magnum opusnya, kitab Badi ah al-mitsal Fi Hisab al-sinin Wal al- Hilal yang lebih terfokus pada kajian penetapan awal bulan Hijriyah dengan metode hisab Haqiqi bi al-tahqiq, sesuai yang telah kita paparkan pada rumusan masalah agar tidak adanya kerancuan penelitian. Tetapi sebelum kita menginjak pada kajian pokok tesebut, alangkah baiknya terlebih dahulu kita kemukakan juga biografi dan histographi penulis kitab ini. Di samping itu, akan kita sampaikan dan perkenalkan komponenkomponen kajian yang terdapat dalam kitab tersebut. A. Sosio-Biografi KH. Ma shum Bin Ali Al-Maskumambangi 1) Sosio-Historis KH. Ma shum bin Ali Nama lengkap KH. Ma shum adalah Muhammad Ma shum bin Ali bin Abdul Jabbar Al-Maskumambangi. Ia lahir di Maskumambang, Gresik, (1886/1887), tepatnya di sebuah pondok yang didirikan oleh sang kakek yaitu Syekh Abdul Jabbar al-maskumambangi. Syekh Abdul Jabbar ini merupakan pendiri pondok pesantren yang terkenal di abad ke-19 M, yaitu pesantren Maskumambang di Gresik. Ada pula yang mengatakan 44

60 45 bahwasanya ia lahir di Cirebon Jawa Barat. Ia merupakan putra dari KH. Ali bin Abdul Jabbar yang juga pengasuh pondok pesantren. Lahir dan dibesarkan di lingkungan pondok pesantren yang kental dengan nuansa religius menjadikan jiwanya terpaut dalam eforia pendidikan pesantren 1 Pada mulanya Ma shum muda belajar kepada ayahnya. Kmudian, ia dikirim untuk menuntut ilmu di Pesantren Tebuireng Jombang pimpinan Hadratus Syeikh Hasyim Asyari. Ia termasuk salah satu santri generasi awal Hadratus Syeikh. Kedatangannya ke Tebuireng disusul oleh adik kandungnya, Adlan Ali 2. Bertahun-tahun lamanya Ma shum muda mengabdi di Tebuireng. Kemampuannya dalam segala bidang ilmu telah terlihat, terutama dalam bidang ilmu falak, hisab, sharaf, dan nahwu. Keadaan ini pula yang membuat Hadratus Syeikh tertarik untuk menikahkannya dengan putrinya yang pertama, Nyai Khairiyah 3. Aliansi perkawinan dengan keluarga Kyai Abdul Jabbar ini diikuti oleh adiknya yaitu Adlan Ali dengan salah satu keponakan Kyai Hasyim As ari. Kyai Adlan Ali ini pula yang kelak atas inisiatif Hadratus Syeikh mendirikan pondok putri Wali Songo Cukir, menjadi Kyai berpengaruh dan menjadi pemimpin Tharekat Qodiriyah wa an-naqsabandiyah di daerah Jawa Timur lihat pula : di akses pada tgl; bandingkan dengan; Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, op. cit,, hal op.cit 3 ibid 4 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Jakarta : LP3ES, hal. 66

61 46 Setelah menikah dengan Khoiriyah, pada tahun 1913 Kyai Ma shum yang pada saat itu baru usia 26 tahun mendirikan sebuah rumah sederhana yang terbuat dari bambu yang terletak di Seblak 5. Penduduk Seblak kala itu masih banyak yang melakukan kemungkaran, seperti halnya warga Tebuireng sebelum kedatangan Hadratus Syeikh. Melihat kondisi ini, Kiai Ma shum merasa terpanggil untuk menyadarkan masyarakat setempat dan mengenalkan Islam secara perlahan 6. Jerih payah yang dilandasi keikhlasan membuat niatnya diridhai Allah SWT. Seiring berjalannya waktu, di sekitar rumah tersebut kemudian didirikan pondok dan masjid yang berkembang cukup pesat. Meski sudah berhasil mendirikan pondok, Kiai Ma shum tetap istiqamah mengajar di madrasah Salafiyah Syafi iyah Tebuireng, membantu Hadratus Syeikh mendidik santri. Pada tahun berikutnya, ia diangkat menjadi Mufattis (Pengawas) di Madrasah tersebut 7 dan menjadi direktur Madrasah sampai tahun 1928 M 8. Dalam pandangannya, semua orang lebih pintar darinya. Hal ini dibuktikannya ketika Kiai Ma shum pernah berguru kepada seorang nelayan selama dalam perjalanan pergi dan pulang ibadah haji ke tanah suci. Ia tidak merasa malu, meski orang lain menilainya aneh. Selain belajar dari tanah haram, salah satu yang menjadi wasilahnya menulis 5 Seblak merupakan sebuah nama dusun yang terletak sekitar 300 meter sebelah barat Tebuireng 6 op.cit. 7 ibid. 8 Zamakhsyari Dhofier, op.cit Hal. 104

62 47 kitab Badiah Al-Mitsal fi Hisab al-sinin wa al-hilal adalah pembelajaran dengan nelayan tersebut 9. Kyai Ma shum juga dikenal sebagai seeorang ulama yang sufi. Kehati-hatiannya terlihat ketika ia membakar fotonya menjelang wafat, hal ini dilakukan untuk menghindari sikap sombong di hadapan manusia, padahal itu adalah satu-satunya dokumentasi foto yang dimiliki. Hal ini dikarenakan tidak lain takut identitasnya diketahui oleh banyak orang, yang nantinya akan menimbulkan penyakit hati seperti riya, ujub, dan sombong. Pembakaran foto beberapa saat sebelum kewafatannya ini, mengindikasikan kedekatannya dengan sang Khalik 10. Kehidupan sehari-hari Kyai Ma shum mencerminkan sosok pribadi yang harmonis, baik bersama masyarakat, keluarga, maupun santri. Ia juga sangat menghormati orang tua dan gurunya. Khusus kepada Hadratus Syeikh yang berposisi sebagai orang tua (mertua) sekaligus guru nya, Ma shum bin Ali sering menghadiahkan kitab, contohnya sepulang dari Makkah tahun 1332 H, Kyai Ma shum tak lupa membawakan kitab al- Jawahir al-lawami sebagai hadiah untuk pendiri organisasi Nahdlatul Ulama ini. Bahkan kitab As-Syifa yang pernah diberikannya, menjadi kitab referensi utama Hadratus Syeikh ketika mengarang sebuah kitab 11. Nyai Khoiriyah Hasyim pernah bercerita: Suatu ketika Kiai Ma shum pernah berdebat dengan Hadratus Syeikh tentang dua persoalan; loc.cit) loc cit.( lihat pul : 10 ibid. 11 ibid.

63 48 pertama, soal foto dan penentuan awal Ramadhan. Menurut Kiai Masum, foto tidak haram. Sedangkan Hadratus Syeikh menyatakan haram 12. Berkenaan dengan permulaan bulan puasa, Kyai Ma shum telah menentukannya dengan hisab (perhitungan astronomis). Sedangkan Hadratus Syeikh memilih dengan teori rukyah. Akibat perselisihan ini, keluarga Kyai Ma shum di Seblak lebih dahulu berpuasa dari pada keluarga Kyai Hasyim dan para santri di Tebuireng. Walaupun kedua ulama ini berbeda pendapat, namun hubungan keduanya tetap terjalin akrab. Ini merupakan bukti bahwa perbedaan pendapat di antara ulama merupakan hal yang wajar 13. Pada tangal 24 Ramadhan 1351 atau 8 Januari 1933, Kiai Ma shum wafat setelah sebelumnya menderita penyakit paru-paru. Ia wafat pada usia kurang lebih 46 tahun. Wafatnya Kyai Ma shum merupakan kesedihan besar terutama bagi santri Seblak dan Tebuireng, karena dialah salah satu ulama yang menjadi rujukan dalam segala bidang keilmuan setelah Hadratus Syeikh 14. Setelah Kyai Ma shum wafat, Nyai Khoiriyah dinikahi oleh Kyai Abdul Muhaimin Azir, yang merupakan putra dari Kyai termasyhur di Rembang. Ia juga merupakan paman dari KH. Kholil Rembang. Mereka berdua bermukim dan mengajar di Makah sampai akhir hayatnya Ibid. 13 ibid. 14 ibid. 15 Zamakhsyari Dhofier,op. cit, hal. 66

64 49 Kyai Ma shum bersama Nyai Khairiyyah mempunyai dua orang putri, yaitu; Abidah dan Jamilah. Nyai Abidah selaku putri yang pertama menikah dengan Kyai Mahfud Anwar, putra dari Kyai Anwar pendiri dan pemimpin pesantren Paculgowang Jombang 16. Kyai Mahfudz Anwar ini pula yang mewarisi keahlian sang mertua, yaitu sebagai ahli Falak. Ia juga pernah menjadi ketua Lajnah Falakiyah PBNU. Putri yang kedua Nyai Jamilah, menikah dengan Kyai Nur Aziz, saudara kandung Kyai Masykur, dan putra dari Kyai Ma shum pimpinan Pondok pesantren Singosari Malang 17. 2) Karya Pena Meskipun jumlah karyanya tak sebanyak mertuanya, mengingat kepulangannya keharibaan Tuhan yang cepat dan masih muda, menjadikan ia tetap tergolong ulama yang produktif dalam menulis. Kelebihan yang lain berupa setiap kitab karangannya sangat monumental dikalangan santri Pondok Pesantren. Banyak orang yang lebih mengenal kitab karangannya dibanding pengarangnya. Ada empat kitab karya ia yang terkenal dan terpublikasikan. yaitu; a) Al-Amtsilah al-tashrifiyyah. Kitab ini membahas dan menerangkan Ilm al-sharaf (gramatikal bahasa Arab). Susunannya sistematis, sehingga mudah difaham dan dihafal. Lembaga-lembaga pendidikan Islam, baik di 16 ibid. 17 ibid.

65 50 Indonesia atau di luar negeri, banyak yang menjadikan kitab ini sebagai rujukan terutama di kalangan pondok pesantren sebagai pedoman pembelajaran bahasa arab. Kitab ini bahkan menjadi pegangan wajib di sebagian pondok pesantren salaf maupun modern untuk dihafal. Kitab yang terdiri dari 60 halaman ini, telah diterbitkan oleh banyak penerbit khususnya oleh penerbit Maktabah Sa ad Bin Nashir Nabhan Surabaya. b) Fath al-qadir. Kitab ini merupakan kitab pertama di Nusantara yang menerangkan ukuran dan takaran Arab dalam bahasa Indonesia. Diterbitkan pada tahun 1920-an, kitab ini mempunyai halaman yang tipis tapi lengkap dan banyak dijumpai di pasaran 18. c) Al-Durus al-falakiyah. Kitab yang disinyalir sebagai karangan pertamanya dalam ilmu falak ini telah diterbitkan oleh berbagai penerbit, bahkan telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Kitab ini terdiri dari tiga juz, ada yang menerbitkannya dalam satu jilid dengan jumlah 109 halaman, ada pula yang memisahkannya menjadi tiga jilid. Kitab al-durus al-falakiyah ini merupakan kitab yang pada mulanya pembuatannya dikhususkan untuk pembahasan ilmu falak dengan pemakaian alat Rubu Mujayyab. Di dalamnya termuat beberapa gambaran tentang kaidah falakiyah yang berupa posisi-posisi 18 Muhammad Ma ksum bin Ali, Fath al-qadir, Surabaya : Salim Nabhan, 1375 H.

66 51 matahari dan kaidah lainnya, serta dimuat pula beberapa konsep ilmu hisab (hitung), logaritma, almanak masehi dan hijriyah, arah kiblat, serta waktu sholat 19. d) Badi ah al-misal. Kitab yang mempunyai nama lengkap Badiah al-misal fi Hisab al-sinin wa al-hilal ini, membahas tentang perhitungan awal bulan dengan berbagai sistem kalender dan perhitungan. Kitab ini juga telah menjadi salah satu pedoman dan rujukan utama para ahli falak dan Kementrian Agama RI dalam menetapkan awal bulan hijriyyah di Indonesia 20. Dalam muqaddimah kitab tersebut KH. Ma shum bin Ali menuturkan bahwasanya pembuatan kitab yang ia namai Risalah (tulisan/catatan) ini dilandasi atas kebutuhan para pelajar di pulau Jawa yang mendesak dalam perhitungan awal bulan, hilal dan tahun. Kesulitan para talib al-ilm dalam mempelajari kitab-kitab yang besar dan jarangnya mereka mempunyai kitab-kitab besar tersebut menjadi motivasi lain. Karena itulah ia membuat risalah ini. Kitab ini pulalah yang akan penulis bahas dan paparkan dalam penelitian kali ini Muhammad Ma ksum bin Ali, al-durus al-falakiyah, Surabaya : Maktabah Sa ad bin Nashir Nabhan wa Auladuhu, 1992 M/ 1412 H. 20 Muhammad Ma ksum bin Ali, Badiah al-mitsal fi Hisab al-sinin wa al-hilal, Surabaya : Maktabah Sa ad bin Nashir Nabhan, tt, 21 ibid. hal. 2

67 52 B. Gambaran Umum Kitab Badi ah al-misal Fi Ma rifah al-sinin Wa al- Hilal Badi ah al-misal fi Hisab al-sinin wa al-hilal adalah kitab yang terdiri dari dua komponen besar, yaitu; bagian utama kitab dan bagian lampiran dengan berbagai bab dan penjelasan di dalamnya. Adapun pembagian tersebut secara rinci adalah: 1. Bagian Utama 22 Bagian utama merupakan risalah kitab. Menerangkan secara rinci setiap pembahasan ataupun cara perhitungan penggunaan hisab di dalamnya. Pada risalah ini pula terdapat muqaddimah kitab yang di antaranya berisi tentang sebab dibuatnya kitab atau risalah ini. Bagian ini dibagi menjadi 48 (empat puluh delapan) pembahasan, yaitu antara lain: 23 اليوم a) Dalam pembahasan pertama ini KH. Ma shum memaparkan secara rinci makna dari (اليوم) atau yang lebih kita kenal dengan nama (Hari). Jika kita lihat adanya perincian pemaran kata اليوم bertujuan agar setiap orang memahami terlebih dahulu konsep dasar dari obyek pembahasan Ilmu Falak. Kyai Ma shum memaknai kata اليوم menjadi dua bagian, yaitu secara etimologi dan terminologi dengan perbedaan awal permulaan 22 ibid, hal ibid, hal. 2

68 53 pemaknaan اليوم ditinjau dari beberapa ahli. Selain itu ia juga.اليوم mencantumkan pembagian dari 24 اليوم 1) Pemaknaan kata a. Etimologi الوقت bermakna اليوم Secara etimologi atau bahasa kata (waktu). Yang secara syariah الوقت adalah waktu antara fajar shadiq dan terbenamnya matahari. b. Terminologi Sedangkan menurut terminologi (istilah)-nya ia menuturkan; masa perputaran bumi pada porosnya dalam satu kali putaran, yang berarti اليوم terdiri dari siang dan malam. 25 اليوم 2) Perbedaan awal permulaan Pada perbedaan awal mula tanda dari,اليوم cucu dari Syekh Abdul Jabbar ini menuliskan beberapa pendapat sebagai berikut: a. Ahli falak Permulaan اليوم yaitu bergesernya matahari di atas Zenit lagi. tengah /زوال) siang) sampai ke zenith 24 ibid 25 ibid

69 54 b. الا فرنجيين (Bangsa Prancis) Yaitu pertengahan malam ketika posisi matahari berada di titik nadhir (jam 00:00 /24:00 tengah malam) sampai titik nadlir kembali. c. الغروبية (Pengamal waktu terbenam) Menurut mereka permulaannya ketika terbenamnya matahari sampai terbenam kembali. Pendapat ini pula yang dipegangi oleh kebanyakan orang jawa. 26 اليوم 3) Pembagian Dalam pembagiannya dibagi menjadi dua bagian yaitu: a. ا خمسي (pasaran) Yaitu terdiri dari; Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon. b. اسبوعي (mingguan) السنة و الشهور (b 27 Mingguan ini di dunia Islam yaitu terdiri dari; Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu. Sedangkan mingguan ini pra Islam di dunia arab (zaman Jahiliyah) terdiri dari; Ahad, Ahwan, Jabbar, Dabbar, Munis, Urubah, Sayyar. Pembahasan kedua ini, menerangkan pembagian tahun yang dibagi menjadi dua, yaitu Syamsiyah yang berpatokan pada peredaran 26 ibid 27 ibid, hal. 2

70 55 matahari, serta Qomariyah yang berpatokan pada peredaran dan pergerakan bulan. 28 حساب اهل جاواه (c Pada kesempatan ini ia menerangkan tentang konsep tahun hijriyah masyarakat jawa. Dalam konsepnya diterangkan bahwasanya tahun jawa mempunyai daur (siklus) yang akan terulang. Satu daur tahun hijriyah jawa terdiri dari 8 (delapan) tahun, yang biasa kita kenal dengan nama satu Windu dengan mengurutkan harinya memakai huruf Jumaliyah. Ia juga menerangkan ada satu siklus yang setiap pergantiannya harus ada penambahan satu hari, yaitu ketika telah berlangsung 120 tahun. 29 الحساب الا صطلاحى (d Dalam pembahsan kali ini diterangkan penanggalan atau tarekh Arab. Ia menerangkan bahwa permulaan tarekh Arab beemula setelah hijrahnya baginda Nabi muhammad ke Madinah yaitu pada tahun wau hal ini merupakan pendapat Al-Ghozi Mukhtar Basya al-falaky,(و) dan diikuti oleh syekh Mahmud al-falaky. Sedangkan menurut KH. Ma shum sendiri bahwa yang soheh bermula pada tahun setelah tahun hijrah. Sedangkan proses hijrah sendiri terjadi pada hari senin 12 Rabiul Awal, tahun ba,(ب) sama dengan 4 Oktober 621. sedangkan untuk permulaan harinya menurut 28 ibid, hal ibid, hal.6

71 56 hisab jatuh pada hari Kamis, sedangkan menurut rukyah terjadi pada hari Jum at. Beliau juga dalam pembahasan ini menerangkan bahwasanya tarekh arab mempunyai siklus 30 tahun, yang didalamnya terdapat 11 tahun kabisath. Tahun-tahun tersebut terkumpul dalam bait: " من هجرة ب ه ز ي يج يه يح كا كد كو كط كباي س فى كل " ل Bait yang berupa angka jumali ini menerangkan bahwa tahun-tahun kabisath terjadi pada tahun; 2, 5, 7, 10, 13, 15, 18, 21, 24, 26, dan مدخل السنة العربية (e Pada pembahasan ini ia menerangkan bagaimana cara perhitungan mengetahui awal pada tarekh Arab yang berupa hari mingguan dan hari pasaran atau wetonan. Adapun perhitungan tersebut tegambar dalam contoh dibawah ini: Menentukan awal tahun 1448 H. Caranya: 1447 : 30 = 48, sisa 7 th (3 kabisat dan 4 basitoh) 1) Awal hari mingguan 48 x 5 = x 5 = 15 4 x 4 = (jiyadah) = : 7 = 39, sisa 3 berarti hari Selasa (dimulai dari ahad). 30 ibid,

72 57 2) Pasarannya/ wetonan 48 + (4 x 4) = = : 5 = 12, sisanya 4 berarti Wage (dimulai dari legi). Jadi; awal tahun 1448 H, yaitu hari Selasa Wage. 31 ساي ر التواريخ القمرية (f Untuk pembahasan kali ini, KH. Ma shum bin Ali menjelaskan cara mengetahui hal-hal yang bersejarah lainnya pada penanggalan الا س Qomariyah. Hal tersebut bisa diketahui dengan menambahkan (konsep) pada tarekh Arab. Contohnya: (KONSEP) الا س (512) ثيب (631) خلا (1369) غشسط ) (2348 بغشمح (3874) جغضعد (6216) وغريو Hal Yang Bersejarah Tahun Jawa Kelahiran Nabi Isa As Permulaan Raja Buktunashoro Wafatnya Nabi Musa Terjadinya Tofan Turunya Nabi Adam As مداخل الشهور العربية (g Di jelaskan pada bab ini bagaiman cara mengetahui bulan-bulan pada tahun Arab. Kita bisa mengetahuinya dengan melihat bait di bawah ini: 31 ibid, hal. 8

73 58 (ا ا ) محرمك (جي ) لصفر (ده) ربيع اول (وه) ا خر (زد) اول الجماد ) دب ( للثانى (حج) لرجب (هج) للشعبان (وب) لرمضان (اب) شوال (با) قعدة (دا) حجة فنالوا Dua huruf dalam kurung di depan merupakan us yang pertama untuk harian dan yang kedua merupakan us pasaran. 32 Contoh: Mengetahui awal bulan Ramadhon 1344 H..وب Awal tahun 1344 adalah; Selasa Wage, us Ramadhan adalah التاريخ الملادية (h 33 Wawu dihitung dari hari Selasa maka hasilnya Ahad, dan us Ba menunjukan Kliwon dihitung dari Wage. Jadi; Ramadhan 1344 adalah Ahad Kliwon. Bab ini hanya dijelaskan bahwa permulaan dari penanggalan masehi adalah kelahiran Isa al-masih. الكبيسة و البسيطة (i 34 Bab ini menerangkan bagaimana kaidah untuk mengetahui tahun Kabisah dan Basithoh pada penanggalan Syamsiyah. Kaidah tersebut adalah: 1) Tahun masehi yang dimaksud dibagi dengan 400 (emat ratus)apabila habis, maka tahun itu termasuk pada tahun 32 ibid, 33 ibid. 34 ibid,

74 59 kabisat, dan apabila ada sisa, maka harus dibagi dengan 4 (empat).. 2) Untuk tahun-tahun abad (missal 1700, 1800, dst), maka itu dibagi dengan 400. Contoh: مدخل السنة الميلادية (j : 400 = 4, sisa 0 (T. Kabisat) 1700 : 400 = 4, Bab ini menerangkan cara perhitungan untuk tahun Miladiyah atau Masehi baik berupa hari maupun pasaran. Contoh: 2018 : 400 = 5, sisa 18 tahun. Sisa 18 : 100 = 0 Sisa 18 : 4 = 4 Sisa 2 1) Mencari hari 5 x 7 = 35 0 x 5 = 00 4 x 5 = 20 2 x 1 = : 7 = 8, Sisa 3 berarti hari Selasa 2) Mencari pasaran 5 x 2 = 10 0 x 4 = 0 4 x 1 = ibid, hal.9

75 60 2 x 5 = : 5 = 5, Sisa 1 berarti Legi Jadi, tanggal 1 januari 2019 adalah hari Selasa Legi. 36 مداخل الشهور الميلادية (k Pada bab ini diterangkan bagaimana cara mengetahui hari dan pasaran awal bulan Miladiyah, dengan melihat tabel dibawah ini: NAMA KABISAT NAMA BASITOH BULAN Hr Ps BULAN Hr Ps Januari 1 1 Januari 1 1 Februari 4 2 Februari 4 2 Maret 5 1 Maret 4 5 April 1 2 April 7 1 Mei 3 2 Mei 2 1 Juni 6 3 Juni 5 2 Juli 1 3 Juli 7 2 Agustus 4 4 Agustus 3 3 September 7 5 September 6 4 Oktober 2 5 Oktober 1 5 November 5 1 November 4 5 Desember 7 1 Desember 6 5 Tabel di atas merupakan hasil terjemah dari bait-bait berikut: 36 ibid, hal.10

76 61 (ابيات الاس فى الكبيسة ( جنا( ا ا ) فيبر ) بد ( مارت (ها ) افريل ) با ( ومي (جب) جوني (وج) جولي ) جا ( اكوس (دد) سفتم (زه) اوكتو (به) نوفيم ها دسيم (ابيات الاس فى الكبيسة ( (زا ) جنا (ا ا ) فيبر ) بد ( مارت (ده) افريل (زا ) ومي (با ) جوني (هب) جولي ) بز ( اكوس (حج) سفتم(ود) اوكتو( دا )نوفيم (ده) دسيم (زه) Pada tabel tersebut kita bisa mengambil us atau alamat (berupa nomor) untuk dicocokan dengan hari dan pasaran pada awal tahun yang dicari, sesuai dengan urutannya. (lihat pada pembahasan pada poin J ). 37 تحويل التاريخ العربية الى الا يام (l Pada bab ini dibahas tentang mengetahui jumlah hari dari tahun Arab atau ia menyebutnya dengan hari Arab asli. 38 تحويل التاريخ العربية الى الهجري الشمس (m Pembahasan pada bab ini mengenai konversi penanggalan tahun atau hari Arab (hijry Qomariyah) ke tahun hjriy Syamsiyah. 39 تحويل الا صل الي الميلادي (n Pembahasan pada bab ini menerangkan bagaimana cara mengkonversi atau merubah hari Arab asli ke penanggalan miladiyah (Masehi). 37 ibid. 38 ibid, hal ibid.

77 62 40 تحويل الا صل الى التاريخ الرومي (o Bab ini menerangkan bagaimana cara mengkonversi hari Arab asli ke penanggalan Romawi. KH. Ma shum dalam hal ini menerangkan pula bahawasanya penanggalan rowawi merupakan penanggalan raja Iskandar Dzulqornain. تحويل الا صل الى التاريخ القبطي (p 41 Bab ini sebagaimana halnya seperti empat bab sebelumnya, yaitu menerangkan konversi. Dalam kesempatan kali ini ia menjelaskan cara mengubah penanggalan Arab asli ke penanggalan Mesir, yang merupakan warisan Raja Diftiliyanus. 2. Bagian Lampiran 42 Bagian ini berupa lampiran-lampiran dari bagian pertama khusus untuk Hisab al-hilal, sehingga ia merupakan bagian penting dari kitab ini. Pada bagian ini memuat tabel-tabel gerak matahari dan bulan, serta datadata astronomi lainnya. C. Perhitungan Hisab al-hilal 1) Konsep dan Corak Perhitungan Pada dasarnya penggunaan hisab al-hilal pada kitab Badi ah al- Misal ini di desain memakai alat bantu hitung yaitu Rubu Mujayyab 43. Alat yang dikembangkan penggunaannya oleh dua ahli astronomi Islam, 40 ibid, hal ibid, hal ibid, pada halaman lampiran 43 ibid.hal. 28

78 63 yaitu al-khawarizm ( ) dan Ibnu Shatir (abad 11) ini, merupakan alat hitung astronomis untuk memecahkan permasalahan segitiga bola dalam astronomi. 44 a) Proses Perhitungan Secara garis besar, Badi'ah al-misal melakukan hisab hakiki awal bulan dengan langkah-langkah sbb 45 : 1. Menentukan posisi rata-rata Matahari dan bulan, yakni untuk Wasat dan Khoshoh Matahari, Wasat, Khosoh, dan uqdah Bulan pada waktu terbenam matahari (Ghurub menurut waktu Istiwa') untuk suatu tempat menjelang awal bulan kamariyah. 2. Menghitung Thul al-syamsi dan Thul al-qamar. 3. Menentukan waktu terjadinya Ijtima' (Konjungsi) 4. Menghitung Irtifa' al-hilal. 5. Menghitung arah terbenam Matahari dan Bulan 6. Menghitung Simt al-irtifa' (arah hilal ketika mataharai terbenam) 7. Menghitung Muks al-hilal (Lama hilal diatas ufuk) 8. Menghitung Nur al-hilal (Lebar Cahaya Hilal). Dengan proses lebih lengkapnya adalah sebagai berikut : 44 Hendro Setyanto, Petunjuk Penggunaan Rubu Al-Mujayyab, Bandung : Pudak Scientific, 2002, hal Muhammad Ma ksum bin Ali, Badiah al-mitsal fi Hisab al-sinin wa al-hilal, op. cit. hal

79 64 1. Menentukan Posisi rata-rata Matahari dan Bulan Langkah-langkahnya 46 : a. Menentukan awal bulan (qomariyah) apa dan tahun (Hijriyah) berapa yang akan dihitung, serta menentukan lokasinya. Kemudian dilacak koordinat lokasi tersebut, yakni berupa lintang tempat (LT) dan bujur tempat (BT) nya. b. Menghitung Matahari terbenam untuk lokasi yang bersangkutan menurut waktu istiwa' pada hari yang ke 29 menjelang bulan yang bersangkutan (bisa menggunakan jadwal waktu sholat). c. Mengambil data wasat dan Khoshoh Matahari, Wasat, Khosoh, dan uqdah Bulan dari data yang tersedia untuk tahun Tam (1 tahun yang lewat), bulan qobla al-tam (2 bulan yang lewat), hari ke 29 (kadang 28 atau 30), jam dan menit (waktu ghurub matahari) kemudian data tersebut dijumlahkan. Hasil penjumlahan adalah posisi rata-rata Matahari dan Bulan pada waktu gurub matahari untuk Jombang 47. d. Mengambil Daqa'iq al-tafawut (DT= perata waktu ) dari daftar berdasarkan hasil penjumlahan wasat Matahari setelah 46 ibid,hal Sehingga apabila dikehendaki perhitungan untuk selain Jombang maka harus dilakukan koreksi terhadap data posisi matahari dan bulan senilai selisih waktu antar jombang dan lokasi yang dikehendaki itu / Fadl al-tulaini (SFT) yakni (bujur Jombang- BT) / 15 ). Dengan catatan utuk lokasi disebelah barat Jombang ditambahkan, sedangkan untuk lokasi di timurnya dikurangkan.

80 65 dikoreksi Fadl al-tulaini (SFT). Perhatikan tanda positif (+) dan negatifnya (-). e. Menghitung gerak matahari dan bulan selama waktu DT tersebut. f. Gerak matahari dan bulan selama waktu DT tersebut untuk mengoreksi (menambah atau mengurangi) hasil penjumlahan di atas menurut tanda yang ada pada DT yakni tanda (=) adalah tambah dan tanda ( ) adalah kurang. g. Hasil koreksian inilah yang merupakan posisi rata-rata Matahari dan bulan, yakni wasat Matahari (WS), Khoshoh Matahari (KM), Wasat Bulan (WB), Khosoh Bulan (KB), dan uqdah Bulan (UB) pada waktu gurub matahari untuk lokasi yang telah ditentukan tadi, 2. Menghitung Thul matahari (TM) dan Thul Bulan (TB) Langkah-langkahnya sbb 48 : a. Mengambil beberapa koreksi atau Ta'dil, yaitu : 1) Ta'dil Matahari (Td. Mt) 2) Ta'dil pertama bulan (T 1 ) 3) Ta'dil al-khashoh Bulan (T. Khos) 4) Ta'dil Uqdah Bulan (T. uqd.) 5) Sabak Matahari (sbk. Mt) Diambil dari daftar berdasarkan B 0 atau khashah Matahari. 48 ibid, hal

81 66 b. Menghitung Thul Matahari (TM) dengan rumus : TM = WM +/- Td.Mt c. Mengambil Ta'dil kedua bulan (T 2 ) dan sabak Bulan kedua (Sbk 2 ) dari daftar berdasarkan dalil al-tsani yang diperoleh dari: 2(WB-TM) KB. d. Mengambil Ta'dil ketiga Bulan (T 3 ) dan sabak pertama (Sbk. 1 ) dari daftar berdasarkan KB' (D3) KB' = Kb + T 1 + T 2 + T. KHos e. Menghitung wast bulan Mu addal (WB') dengan rumus : WB' = WB + T 1 + T 2 + T 3 f. Mengambil Ta'dil keempat bulan (T 4 ) dan sabak ketiga bulan (sbk 3 ) dari daftar berdasarkan dalil al-robi' yang diperoleh dengan cara: WB' TM g. Mengambil Ta'dil al-khomis Bulan (T 5 ) dari daftar berdasarkan dalil Khomis atau Hishah al-ardl (HU), HU di hitung dengan rumus: HU = WB + T 4 + UB + T. Uqd h. Menghitung Thul Bulan (TB) dengan rumus: TB = WB ' + WB' + T 4 + T 5 3. Menentukan Saat Terjadinya Ijtima' Langkah-langkahnya sbb 49 : a. Menghitung Bu'du al-nayyirain (BN) dengan rumus : BN = TB - TM 49 ibid, hal. 19

82 67 b. Menghitung sabak bulan (SB)dengan rumus : SB = (Sbk 1 + Sbk 2 + Sbk 3 ) c. Menghitung titik Ijtima' (T Ijt) dengan rumus : T ijt = BN / SB d. Menghitung waktu ijtima' (Ijtima') dengan rumus : Ijtima' = Gurub T Ijt = = > (Waktu Istiwa'). Hasil ijtima' ini dengan menggunakan waktu istiwa' yakni menggunakan waktu matahari hakiki. Sehingga apabila dikehendaki dengan WIB (misalnya) maka harus dilakukakan koreksi dengan DT (Daqoi'iq al-ta'dil) dan interpolasi waktu WIB yakni: DT = (BT - 105) : 15 IJTIMA' = (Ijtima' + DT Interpolasi Waktu) = (Zone Time), atau yang lebih ringkasnya: (Saat Magrib WIB T Ijt). 4. Menghitung Irtifa' al-hilal Maksudnya Irtifa' al-hilal pada saat Maghrib setelah Ijtima'. Sebelum kita menentukan Irtifa' ini terlebih dahulu kita harus mengolah data Matahari dan bulan karena dalam perhitungan irtifa' al-hilal kita membutuhkan data tersebut. Dengan keterangan selengkapnya : a. Olah Data Matahari 1) Mail Matahari (MM) ibid, hal.21

83 68 Benang diletakkan pada Sittin, Muri diposisikan pada dihitung dari Markaz, Benang dipindah ke Qaus sebesar Thul Matahari (TM) dihitung dari awal alqaus. Pada Muri, tariklah benang ke Qaus sejajar dengan garis-garis mabsut. Jarak busur antara awal al-qaus sampai benang itulah Mail al-syamsi (deklinasi Matahari). Adapun arah MM mengikuti arah TM, yakni : Bila TM pada buruj 0, 1, 2, 3, 4, dan 5 atau TM < 180 maka MM positif Bila TM pada buruj 6, 7, 8, 9, 10, dan 11 atau TM > 180 maka MM negatif 2) Bu dul Quthr Matahari (BQM) 51 Benang diletakkan pada Sittin, Muri diposisikan pada Jaib Lintang Tempat dihitung dari Markaz. Benang dipindah ke Mail Matahari (MM) dihitung dari awal al- Qaus sepanjang busur. Pada Muri, tarik benang ke Qaus sejajar dengan garis-garis mabsut. Jarak busur antara awal al-qaus sampai benang itulah Bu dul Quthr Matahari. 51 ibid, hal. 22

84 69 Bila LT dan MM sama-sama positif atau negatif maka BQM positif. Bila LT dan MM berbeda positif - negatifnya maka BQM negatif 3) Ash al-mutlaq Matahari (AMM) 52 Benang diletakkan pada Sittin. Muri diposisikan pada jaib Complement Lintang Tempat atau 90 abs (LT), Benang dipindah ke Complement Mail Matahari yaitu 90 abs(mm) dihitung dari awal Qaus. Pada Muri, tarik benang ke Qaus sejajar dengan garis-garis mabsut. Jarak busur antara awal Qaus sampai benang itulah Ash al-mutlaq Matahari. Catatan : Bila LT = 0, maka AMM = 90 abs(mm) Bila MM = 0, maka AMM = 90 abs(lt) Bila LT dan MM = 0, maka AMM = 90 4) Nisf al-fudlah Matahari (NFM) Benang diletakkan pada Sittin. Muri diposisikan pada jaib Ash al-mutlaq. Matahari dihitung dari markaz. Benang digeser hingga Muri tepat pada jaib Bu d al- Quthr. Kemudian Matahari dihitung dari Jaib al-tamam. Jarak busur antara awal Qaus sampai benang itulah Nisf al-fudlah Matahari. 52 ibid, hal. 23

85 70 Arah NFM mengikuti arah BQM 5) Nisfu Qaus al-nahar Matahari (NQNM) 53 Bila NFM positif maka NQNM = 90 + NFM Bila NFM negatif maka NQNM = 90 NFM 6) Ta dil Mathali Matahari (TMM) 54 Benang diletakkan pada Sittin. Muri diposisikan pada jaib complement Mail Matahari dihitung dari Markaz. Benang digeser hingga Muri tepat pada jaib al- Mankus Thul Matahari dihitung dari Markaz pada Jaib al-tamam. Jarak busur antara akhir al-qaus sampai benang itulah Ta dil Mathali Matahari. 7) Matali al-falakiyah Matahari (MFM) 55 Jika TM pada buruj 09, 10, dan 11 (270 s/d 360 ) maka MFM = 00 + TMM Jika TM pada buruj 00, 01, dan 02 ( 00 s/d 90 ) maka MFM = TMM Jika TM pada buruj 03, 04, dan 05 ( 90 s/d 180 ) maka MFM = TMM Jika TM pada buruj 06, 07, dan 08 (180 s/d 270 ) maka MFM = 360 TMM 53 ibid, hal ibid. 55 ibid

86 71 8) Mathali Gurub Matahari (MGM) 56 MGM = MFM + NQNM b. Olah Data Bulan 1) Ardl Bulan (AB) 57 Benang diletakkan pada Sittin. Muri diposisikan pada dihitung dari Markaz. Benang dipindah ke Qaus sebesar data Hishah al-ardli (HA) dihitung dari awal Qaus. Pada Muri, tarik benang ke Qaus sejajar dengan garis-garis mabsut. Jarak antara awal Qaus sampai benang itulah Ardl Bulan. Catatan: Bila HU pada buruj 0, 1, 2, 3, 4, dan 5 atau HU < 180, maka AB positif. Bila HU pada buruj 6, 7, 8, 9, 10, dan 11 atau HU > 180, maka AB negatif. 2) Mail al-awal Bulan (M1B) 58 Benang diletakkan pada Sittin. Muri diposisikan pada dihitung dari markaz. Benang dipindah ke Qaus sebesar Thul Bulan (TB) dihitung dari awal al- Qaus. Pada Muri, tarik benang ke Qaus sejajar dengan 56 ibid 57 ibid, hal ibid.

87 72 garis-garis mabsut. Jarak busur dari awal al-qaus sampai benang. Itulah Mail Awal li al-qamar. Adapun arah M 1 B mengikuti arah TB, yakni : Bila buruj TB 0, 1, 2, 3, 4, dan 5 atau TB < 180 maka M1B positif. Bila buruj TB 6, 7, 8, 9, 10, dan 11 atau TB > 180 maka M1B negatif 3) Mail al-tsani Bulan (M2B) 59 Tarik garis lurus sejajar dengan garis-garis Mankus pada skala dari Markaz pada Jaib al-tamam. Tarik garis lurus sejajar dengan garis-garis Mabsut pada skala M 1 B dari Markaz pada Sittin. Benang diletakkan pada titik perpotongan kedua garis lurus tersebut. Jarak busur antara awal al-qaus sampai benang itulah Mail al- Tsani Bulan. 4) Hissah al-bu di (HB) 60 HB = AB + M 2 B, Bila antara AB dan M 2 B searah positif negatifnya: Arah HB mengikuti arah AB atau M 2 B. HB = AB - M 2 B, Bila antara AB dan M 2 B berlainan arah: Arah HB mengikuti arah data yang besar. HB = AB + M 2 B 59 ibid, hal ibid.

88 73 5) Sudut Bantu (SB) 61 Benang diletakkan pada Sittin. Muri diposisikan pada dihitung dari Markaz. Benang dipindah pada data HB dihitung dari awal al-qaus. Pada Muri, tarik benang ke Qaus sejajar dengan garis-garis mabsut. Jarak busur antara awal al-qaus sampai benang itulah Sudut Bantu. Arah SB mengikuti arah HB 6) Bu du Bulan (BB) 62 Benang diletakkan pada Sittin. Muri diposisikan pada jaib Complement M 2 B atau 90 abs(m 2 B) dihitung dari Markaz. Benang digeser hingga Muri tepat pada jaib mabsut sudut bantu di atas (SB), dihitung dari jaib al-tamam. Jarak busur antara awal al-qaus sampai benang itulah Bu du Bulan. Arah BB mengikuti arah HB. 7) Bu du al-quthr Bulan (BQB) 63 Benang diletakkan pada Sittin. Muri diposisikan pada Jaib Lintang Tempat dihitung dari Markaz. Benang dipindah ke Bu du Bulan (BB) dihitung dari awal Qaus sepanjang busur. Pada Muri, tarik benang ke Qaus sejajar dengan garis-garis mabsut. Jarak busur antara awal Qaus sampai benang itulah Bu du al-quthr Bulan. 61 ibid. 62 ibid. 63 ibid.

89 74 Bila LT dan BB sama-sama positif atau negative, maka BQB positif. Bila LT dan BB berbeda positif negatifnya, maka BQB negatif. 8) Ash al-mutlaq Bulan (AMB) 64 Benang diletakkan pada Sittin. Muri diposisikan pada jaib complement Lintang Tempat atau 90 - abs(lt). Benang dipindah ke complement Bu du Bulan yaitu 90 abs(bb) dihitung dari awal al-qaus. Pada Muri, tarik benang ke Qaus sejajar dengan garis-garis mabsut. Jarak busur antara awal al-qaus sampai benang itulah Ash al- Mutlaq Bulan. Catatan: Bila LT = 0 Bila MM = 0 maka AMB = 90 abs(bb) maka AMB = 90 abs(lt) Bila LT dan BB = 0 maka AMB = 90 9) Nisf al-fudlah Bulan (NFB) 65 Benang diletakkan pada Sittin. Muri diposisikan pada jaib Ash al-mutlaq Bulan. Benang digeser hingga Muri tepat pada jaib Bu du al-quthr Bulan. Jarak busur antara awal al-qaus sampai benang itulah Nisf al- Fudlah Bulan. Arah NFB mengikuti arah BQB. 64 ibid, hal ibid.

90 75 10) Nisf al-qaus al-nahar Bulan (NQNB) 66 Bila NFB positif, maka Bila NFB negatif, maka NQNB = 90 + NFB NQNB = 90 NFB 11) Ta dil Mathali Bulan (TMB) 67 Benang diletakkan pada Sittin. Muri diposisikan pada jaib complement M 1 B dihitung dari Markaz. Benang digeser hingga Muri tepat pada jaib al-mankus Thul Bulan dihitung dari Markaz pada Jaib al-tamam. Jarak busur antara akhir al-qaus sampai benang itulah Ta dil Mathali Bulan 12) Matali al-falakiyah Bulan (MFB) 68 Jika TB pada buruj 09, 10, dan 11 (270 s/d 360 ), maka MFB = 00 + TMB. Jika TB pada buruj 00, 01, dan 02 ( 00 s/d 90 ), maka MFB = TMB Jika TB pada buruj 03, 04, dan 05 ( 90 s/d 180 ), maka MFB = TMB Jika TB pada buruj 06, 07, dan 08 (180 s/d 270 ), maka MFB = TMB 13) Mathali al-gurub Bulan (MGB) 69 MGB = MFB + NQNB 66 ibid, hal ibid. 68 ibid. 69 ibid, hal

91 76 14) Qaus al-muksi (QM) 70 QM = MGB MGM 15) Fadl al-da ir Bulan (FDB) 71 FDB = NQNB QM 16) Ash al-mu addal (AMd) 72 Benang diletakkan pada Sittin. Muri diposisikan pada jaib Ash al-mutlaq Bulan dihitung dari Markaz. Benang dipindah pada Complement Fadl al-da ir Bulan (90 abs(fdb)) dihitung dari awal al-qaus. Pada Muri, tarik benang ke Qaus sejajar dengan garis-garis mabsut. Jarak busur antara awal al-qaus dengan benang itulah Ash al-mu addal. Bila FDB < 90 maka AMd positif Bila FDB > 90 maka AMd negatif 17) Irtifa al-hilal (IRT) 73 Bila AMd dan BQB searah maka IRT positif maka al-hilal di atas ufuk. Bila AMd dan BQB berbeda arah maka IRT negative maka al-hilal di bawah ufuk. 70 ibid, hal ibid. 72 ibid. 73 ibid.

92 77 5. Arah Terbenam Matahari (ATM) Benang diletakkan pada busur sebesar complement Lintang Tempat atau 90 abs(lt) dihitung dari awal al-qaus. Muri diposisikan pada Jaib Mail Matahari dihitung dari Jaib al- Tamam. Benang dipindah ke Sittin. Pada Muri, tarik benang ke Qaus sejajar dengan garis-garis mabsut. Jarak busur antara awal Qaus sampai benang itulah Arah Terbenam Matahari. 74 Arah ATM mengikuti arah MM. Bila: ATM positif, maka Matahari terbenam di utara titik Barat. ATB negatif, maka Matahari terbenam di selatan titik Barat. 6. Arah Terbenam Bulan (ATB) Benang diletakkan pada busur sebesar complement Lintang Tempat atau 90 abs(lt) dihitung dari awal Qaus. Muri diposisikan pada Jaib Bu du Bulan dihitung dari Jaib al-tamam. Benang dipindah ke Sittin. Pada Muri, tarik benang ke Qaus sejajar dengan garis-garis mabsut. Jarak busur antara awal Qaus sampai benang itulah Arah Terbenam Bulan. 75 Arah ATB mengikuti arah BB. Kemudian bila: ATB positif, maka Bulan terbenam di utara titik Barat. ATB negative, maka Bulan terbenam di selatan titik Barat. 74 ibid, hal ibid.

93 78 7. Hissah al-simt Bulan (HSB) Benang diletakkan pada Sittin. Muri diposisikan pada Jaib Lintang Tempat. Benang digeser pada Qaus sebesar data Irtifa yang dihitung dari awal Qaus. Pada Muri, tarik benang ke Qaus sejajar dengan garis-garis mabsut. Jarak busur antara awal Qaus dengan Benang itulah Hishah al-simt Bulan. 76 Bila LT dan IRT searah, maka HSB positif Bila LT dan IRT berbeda arah maka, HSB negatif 8. Ta dil al-simt Bulan (TSB) 77 Bila ATB dan HSB searah, maka jaib TSB = jaib ATB jaib HSB. Bila ATB dan HSB berbeda arah, maka jaib TSB = jaib ATB + jaib HSB. 9. Arah Bulan (ArB) 76 ibid, hal ibid, hal ibid. Benang diletakkan pada Sittin. Muri diposisikan pada jaib Complement Irtifa dihitung dari Markaz. Benang digeser hingga Muri tepat pada jaib al-mabsut Ta dil al-simt Bulan dihitung dari Jaib al-tamam. Pada Muri, tarik benang ke Qaus sejajar dengan garis-garis mabsut. Jarak busur antara awal Qaus sampai benang itulah Arah Bulan ketika Matahari terbenam. 78 Arah ArB mengikuti arah TSB. Kemudian bila: Bila ArB positif, maka Bulan di utara titik Barat

94 79 Bila ArB negative, maka Bulan di selatan titik Barat 10. Posisi Bulan (PB) 79 PB = abs(atm ArB) Bila ATM < Arb, Hilal di utara Matahari miring ke utara. Bila ATM > Arb, Hilal di selatan Matahari miring ke selatan. Bila PB < 0.5, Hilal terlentang di atas Matahari. 11. Nurul Hilal (NH) 80 NH = ( (PB 2 + IRT 2 )) / Lama Hilal (LH) LH = QM / 15 2) Batasan Hilal Terlihat 81 Dalam menyikapi batasan hilal dapat di rukyah atau dilihat, KH. Ma shum dalam kitabnya memaparkan beberapa kriteria dari pendapatpendapat ulama. Hal tersebut diperinci sebagai berikut : a) Sebagian ulama menetapkan batasan rukyah jika cahaya bulan mencapai 5 jari 12' (daqiqoh), dan Qous al-muksti 3 (derajat). b) Sebagian yang lain menetapkan bahwa hilal yang dapat dilihat minimal mempunyai kriteria cahaya hilal ( الهلال (نور mencapai 2/3 jari dengan ketinggian ibid. 80 ibid, hal ibid, hal. 30.

95 80 Jika kedua kriteria ini kurang sedikit saja, maka hilal akan sulit dirukyah. Akan tetapi jika salah satunya yang kurang masih ada kemungkinan dapat dirukyah. c) Para ulama yang lainnya menetapkan batasan rukyah al-hilal apabila cahaya bulan ( القمر (نور mencapai 2/3 jari dengan Qous al-muksi 11.

96 BAB IV ANALISIS METODE PEMIKIRAN HISAB KH. MA SHUM BIN ALI AL-MASKUMAMBANGI DALAM KITAB BADI AH AL-MITSAL FI HISAB AL-SININ WA AL-HILAL Sebagaimana yang telah penulis jelaskan pada pembahasan sebelumnya, bahwa ilmu hisab merupakan ilmu sains yang terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Hal ini dipengaruhi oleh makin mutakhirnya peralatan dan teknologi. Ilmu ini juga akan terus mengalami adanya perubahan data dikarenakan sifat alam yang dinamis. Statemen ini bisa dianalisis dengan berbagai data yang makin diperbaharui dan berubah seperti kemiringan ekliptika yang telah dilakukan penelitian oleh al-biruni 1. Adanya fenomena perbedaan penetapan awal bulan yang terjadi di Indonesia, dengan banyaknya sistem penentuannya, merupakan tolak ukur adanya perkembangan keilmuan hisab dan rukyah (ilmu falak) yang sangat pesat. Perkembangan yang pesat itu ditandai dengan diklasifikasinya hisab ke dalam lima metode. Kelima metode itu sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya ialah; hisab urfi, Istilahi, Hakiki bi al-taqrib, Hakiki bi al-tahqiq, dan Hakiki Kontemprer atau Tadqiqi. 2. Jika kelima metode tersebut diteliti dengan kacamata ilmu falak dan astronomi modern, metode pertama dan kedua yaitu hisab urfi dan hisab istilahi, sudah tentu tidak bisa dijadikan patokan utama dan pegangan dalam 1 Lihat: Kh. U. Sadykov, Abu Raihan al-biruni, Terj. Mursid Djokolelono, Jakarta : Suara Bebas, lihat : bab II tentang macam-macam hisab 81

97 82 penentuan awal bulan hijriyah. Hal ini dikarenakan hasil kedua hisab tersebut masih merupakan perkiraan yang menetapkan jumlah hari untuk bulan-bulan ganjil umurnya 30 hari. Sedangkan bulan-bulan genap berumur 29 hari, kecuali untuk bulan ke-12 (Dzulhijjah) pada tahun Kabisah umurnya 30 hari. Dengan memakai sistem hisab urfi maupun hisab istilahi, maka umur bulan Sya'ban ada pada urutan genap yakni ke-8. Sedangkan umur bulan Ramadhan adalah tetap pula yaitu 30 hari, karena pada bulan Ramadhan ada pada urutan ganjil yakni ke-9. Realitasnya belum tentu demikian. Hal ini sangat bertentangan dengan ilmu astronomi modern, juga bertentangan dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim: ال له ر ض ي ع م ر اب ن ع ن ن اف ع ع ن ا ي وب ع ن ا س م ع ي ل ح د ثن ا ح ر ب ب ن ز ه ي ر ح د ثن ي ت ص وم وا ف لا و ع ش ر و ن ت س ع الش ه ر ا ن م ا و س ل م ع لي ه ال له ص لى الل ه ر س و ل قا ل قا ل ع ن ه م ا 3 (المسلم رواه). له فا قد ر وا ع لي كم غم فا ن ت ر و ه ح ت ى ت فط ر وا و لا ت ر و ه ح ت ى Artinya : Zuhair bin Harb menceritakan kepada saya, Ismail telah bercerita dari Ayub dari Nafi dari Abdillah bin Umar bahwasanya Rasulullah SAW. Sesungguhnya (bilangan) Bulan itu duapuluh sembilan hari, maka janganlah kalian berpuasa sampai kalian melihatnya (hilal) dan (kelak) janganlah kalian berbuka sebelum melihatnya lagi. Apabila tertutup awan maka perkirakanlah (HR Muslim). Atas dasar ini pula, kedua sistem hisab tersebut (hisab urfi dan hisab istilahi) belum dapat digunakan sebagai pedoman untuk menentukan awal bulan Ramadhan maupun Syawal kaitannya dengan ibadah puasa, maupun awal bulan Dzulhijjah kaitannya dengan ibadah haji. 3 Muslim bin Hajjaj Abu Hasan al-qusyairi al-naisaburi, Shahih Muslim, Jilid I,Beirut: Dar al Fikr, tt. Hadits No

98 83 Adapun metode yang paling akurat dalam menunjang pelaksanaan rukyah adalah metode yang ke empat (Hisab Hakiki Tahqiqi) dan ke lima (yaitu Hisab Hakiki Kontemporer). Metode tersebut sudah menggunakan rumus segitiga bola, dengan berbagai koreksi gerak Bulan maupun Matahari yang sangat teliti dan akurat. Dengan kedua metode tersebut, kita juga dapat menentukan dimana letak terbenamnya Matahari maupun posisi Hilal yang akan dijadikan pedoman dalam penentuan awal bulan hijriyah 4. Dalam pelaksanaan rukyah al-hilal, hisab hakiki bi al-tahqiq dan hisab hakiki bi al-tadqiq (hisab kontemporer) ini sangat representatif dijadikan sebagai alat bantu dan penopang dalam mensukseskan pelaksanaan observasi dilapangan. Dengan sistem hisab ini, para perukyah telah dapat memvisualisasikan munculnya hilal lengkap dengan kondisi maupun posisinya. Menurut penulis, kedua metode tersebut dapat dikatakan sebagai metode yang tepat dalam penentuan awal bulan hijriyah. Yaitu metode yang berbasis pada penggunaan pemikiran yang matematis dan teori probabilitas yang terdukung oleh data, serta sesuai dengan konsep kaidah syar i.. Bagaimana jika konsep-konsep astronomi dan ilmu falak yang dianggap oleh para ahli sebagai yang akurat diterapkan untuk menganalisis pemikiran hisab KH. Ma shum bin Ali pada kitabnya Bad iah al-misal fi Hisab al-sinin wa al- Hilal? Salah satu kitab ilmu falak tua yang berkembang di tanah air ini. Hal ini yang akan penulis bahas pada bab ini sebagai greget untuk membumikan Ilm al- Amaliyah Ilmiyah al-syar iyah pada khazanah keilmuan falak di Indonesia. 4 Bisa dilihat pada setiap hasil perhitungan setiap kitab atau system perhitungan awal bulan yang termasuk dalam kedua metode tersebut. Lihat : Bab I, pada gambar 1.

99 84 Secara umum, jika dilihat dari bab sebelumnya, cara yang dipergunakan oleh KH. Ma shum bin Ali dalam kitab Badi ah al-misal ketika menghitung ketinggian hilal lebih cermat dan akurat dibandingkan kitab-kitab sebelumnya. Semisal perhitungan pada kitab, Sullam al-nayyiroin dan kitab-kitab yang menggunakkan sistem hakiki bit taqrib pada umumnya yang masih sederhana. Kitab ini tidak hanya memperhatikan saat terjadinya ijtima saja. Lebih dari itu, kitab ini telah memperhitungkan pula kecepatan gerak Matahari dan Bulan pada bola langit, sudut waktu, dan lainnya. Sedangkan kitab-kitab sebelumnya hanya dengan membagi dua, selisih terjadinya ijtima dengan terbenamnya matahari 5. Lebih lanjut penulis akan memaparkan faktor-faktor perbedaan antara kitab Badi ah al-misal fi Hisab al-sinin wa al-hilal dengan bermacam kitab lainnya. Yaitu berbagai kitab yang juga tergolong ke dalam hisab Hakiki bi al- Tahqiqi, atau dengan metode kekinian (kontemporer). Beberapa perbedaan yang mendasar tersebut adalah: A. Analisis Konsep Perhitungan Perhitungan hisab pada kitab Badi ah al-misal ini menggunakan alat bantu hitung Rubu Mujayyab. Penggunaan alat ini mengindikasikan bahwa perhitungan awal bulannya telah memakai konsep perhitungan Trigonometri (ilmu ukur segitiga). Sebagaimana telah dijelaskan pada bab II bahwa pemakaian ilmu ini pada hisab tertentu, menjadikan perhitungan yang 5 Lihat pada perhitungan kitab-kitab yang beraliran Haqiqi bi al-taqrib seperti Sams al- Hilal. Bandingkan dengan: Ahmad SS., Noor, Risalah Syams al-hilâl, jilid I, Kudus: Madrasah Tasywiqât-Tullâb Salâfiyah, T.Th. hal. 34.

100 85 digunakan masuk dalam kategori hisab Hakiki bi al-thaqiq (mempunyai koreksi dan ketepatan yang tinggi). Pada bab sebelumnya telah disinggung pula, bahwa pemakaian hisab dengan konsep perhitungan memakai alat yang berbentuk ¼ (seperempat) lingkaran ini kurang halus dalam hasil yang disuguhkan. Hal ini Kyai Ma shum akui pula dalam kitabnya, ia mengatakan bahwa: 6 صغيرا آان اذا خصوصا المجيب بالربع العمل انتاي ج آذا و تقريبى الا نتصاب ان Statemen tersebut menjelaskan bahwa perhitungan memakai rubu masih merupakan perkiraan (dalam keakurasiannya), apalagi jika rubu nya kecil. Apabila ingin lebih teliti (ke arah al-tadqiq), ia menganjurkan pemakaian daftar logaritma ketika melakukan perhitungan 7. Berbeda dengan kitab-kitab lain sejenisnya seperti Khulasoh al-wafiyah telah memakai daftar Logaritma. Bahkan kitab Nur al-anwar telah memakai kalkulator. Berbeda pula dengan hisab-hisab kontemporer atau Tadqiqi seperti Ephimeris Hisab Rukyat Depag RI, Mawaqit Ing. Khafid, dan lainnya, telah memakai komputer dengan bentuk Software. Adapun komponen-komponen yang ada pada Rubu al-mujayyab adalah sebagai berikut 8 : 6 Muhammad Ma ksum bin Ali al-maskumambangi, Badiah al-mitsal fi Hisab al-sinin wa al-hilal, Surabaya : Maktabah Sa ad bin Nashir Nabhan, tt. hal Ibid. 8 Hendro Setyanto, Petunjuk Penggunaan Rubu Al-Mujayyab, Bandung : Pudak Scientific, hal. 2-5

101 86 Gambar.9 : Komponen Rubu Mujayyab a) Markaz: Titik pusat Rubu yang terdapat pada sudut siku-suku alat dan terdapat lubang kecil untuk tali (khaith) b) Qaus al-irtifa: Busur utama pada rubu yang dibagi kedalam 90 skala. Ketelitian pembacaan skala tersebut adalah sebesar 0,125 c) Jaib al-tamam: Garis lurus yang ditarik dari markaz ke awal al-qous. Jaib al-tamam dibagi menjadi 60 skala (jaib) sama besar. Setiap skala mempunyai garis yang terhubung atau ditarik garis lurus kearah Qous al- Irtifa Juyub al-mankusah.( sudut kemiringan cahaya pada bidang datar yang berdiri tegak dilihat dari ujung bayang-bayang benda yang tegak lurus). d) Awwal Al-Qaus: Busur yang berimpit dengan sisi jaib al-tamam (permulaan busur) e) Akhir Al-Qaus: Busur yang berimpit dengan sisi jaib. Dari awal al-qaus hingga akhir qaus dibagi dengan skala 0 s/d 90. f) Al-Sittini: Garis lurus yang ditarik dari Markaz ke awal al-qous. al- Sittini dibagi menjadi 60 skala pula yang sama besar. Setiap skala

BAB I PENDAHULUAN. Kunci dari ilmu falak adalah kitab Badi ah al-misal, jika seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Kunci dari ilmu falak adalah kitab Badi ah al-misal, jika seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kunci dari ilmu falak adalah kitab Badi ah al-misal, jika seseorang dapat menguasai kitab ini, maka setidaknya semua cakupan ilmu falak bisa ia kuasai. Statemen

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT SISTEM ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB

STUDI PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT SISTEM ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB STUDI PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT SISTEM ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S.1) Dalam Ilmu

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS METODE PENENTUAN WAKTU SALAT DALAM KITAB AD-DURUS AL-FALAKIYYAH KARYA MA SUM BIN ALI

STUDI ANALISIS METODE PENENTUAN WAKTU SALAT DALAM KITAB AD-DURUS AL-FALAKIYYAH KARYA MA SUM BIN ALI STUDI ANALISIS METODE PENENTUAN WAKTU SALAT DALAM KITAB AD-DURUS AL-FALAKIYYAH KARYA MA SUM BIN ALI S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaannya dengan penentuan awal bulan kamariah 1. Bahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaannya dengan penentuan awal bulan kamariah 1. Bahkan karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penentuann awal bulan kamariah merupakan hal yang sangat penting bagi segenap kaum muslimin, sebab banyak ibadah dalam Islam yang pelaksanaannya dengan penentuan awal

Lebih terperinci

Oleh Muhamad Mannan Ma nawi ( NIM: )

Oleh Muhamad Mannan Ma nawi ( NIM: ) STUDI ANALISIS METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT MAQBARAH BHRD KABUPATEN REMBANG Skripsi Diajukan Juga Memenuni Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S. 1) Dalam Ilmu Syari ah

Lebih terperinci

http://astro.unl.edu/naap/lps/animations/lps.swf - Bulan bercahaya dan Matahari bersinar -> QS. Nūḥ (71): 16 dan QS. al-furqān (25): 61; - Akan tiba suatu masa di mana Bulan tidak lagi bercahaya dan Matahari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam 82 BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam Program Mawaaqit Mawaaqit merupakan salah satu contoh

Lebih terperinci

ANALISIS KONSEP MAT}LA DALAM KITAB BUGHYAH AL-MUSTARSYIDIN SKRIPSI

ANALISIS KONSEP MAT}LA DALAM KITAB BUGHYAH AL-MUSTARSYIDIN SKRIPSI ANALISIS KONSEP MAT}LA DALAM KITAB BUGHYAH AL-MUSTARSYIDIN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Syari ah Jurusan Ilmu Falak Oleh: M. MUFARRIJIL

Lebih terperinci

PENDAPAT IMAM ASY-SYÂFI'I TENTANG PEMBERLAKUAN HUKUM RAJAM BAGI PEZINA KAFIR DZIMMY

PENDAPAT IMAM ASY-SYÂFI'I TENTANG PEMBERLAKUAN HUKUM RAJAM BAGI PEZINA KAFIR DZIMMY PENDAPAT IMAM ASY-SYÂFI'I TENTANG PEMBERLAKUAN HUKUM RAJAM BAGI PEZINA KAFIR DZIMMY SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu Syari ah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HISAB KH. NOOR AHMAD TENTANG WAKTU KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW. A. Analisis terhadap Hisab KH. Noor Ahmad terkait Waktu Kelahiran

BAB IV ANALISIS HISAB KH. NOOR AHMAD TENTANG WAKTU KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW. A. Analisis terhadap Hisab KH. Noor Ahmad terkait Waktu Kelahiran 56 BAB IV ANALISIS HISAB KH. NOOR AHMAD TENTANG WAKTU KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW. A. Analisis terhadap Hisab KH. Noor Ahmad terkait Waktu Kelahiran Nabi Muhammad saw. 10 R. Awal -53 H (20 April 571 M)

Lebih terperinci

PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI WAKAF (Study Analisis Pendapat Imam Syafi'i)

PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI WAKAF (Study Analisis Pendapat Imam Syafi'i) PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI WAKAF (Study Analisis Pendapat Imam Syafi'i) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segenap kaum muslimin, sebab banyak macam ibadah dalam Islam yang

BAB I PENDAHULUAN. segenap kaum muslimin, sebab banyak macam ibadah dalam Islam yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penentuan awal bulan Kamariah sangat penting artinya bagi segenap kaum muslimin, sebab banyak macam ibadah dalam Islam yang pelaksanaannya dikaitkan dengan perhitungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penanggalan Islam atau yang lebih dikenal bulan qamariyah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penanggalan Islam atau yang lebih dikenal bulan qamariyah merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penanggalan Islam atau yang lebih dikenal bulan qamariyah merupakan penanggalan yang digunakan oleh umat Islam pada khususnya untuk menentukan pergantian bulan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENILAIAN ASPEK PSIKOMOTORIK PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD ISLAM AL AZHAR 25 SEMARANG SKRIPSI

IMPLEMENTASI PENILAIAN ASPEK PSIKOMOTORIK PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD ISLAM AL AZHAR 25 SEMARANG SKRIPSI IMPLEMENTASI PENILAIAN ASPEK PSIKOMOTORIK PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD ISLAM AL AZHAR 25 SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENENTUAN AWAL BULAN QAMARIYAH DALAM KONSEP MATLA FI WILAYATIL HUKMI

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENENTUAN AWAL BULAN QAMARIYAH DALAM KONSEP MATLA FI WILAYATIL HUKMI BAB IV ANALISIS TERHADAP PENENTUAN AWAL BULAN QAMARIYAH DALAM KONSEP MATLA FI WILAYATIL HUKMI A. Analisis Metode Hisab Muhammadiyah dalam Penentuan Awal Bulan Qamariyah Dalam Konsep Matla fi Wilayatil

Lebih terperinci

BAB III PENYESUAIAN KALENDER SAKA DENGAN KALENDER HIJRIYAH DAN APLIKASINYA DALAM PENENTUAN AWAL BULAN QOMARIYAH

BAB III PENYESUAIAN KALENDER SAKA DENGAN KALENDER HIJRIYAH DAN APLIKASINYA DALAM PENENTUAN AWAL BULAN QOMARIYAH BAB III PENYESUAIAN KALENDER SAKA DENGAN KALENDER HIJRIYAH DAN APLIKASINYA DALAM PENENTUAN AWAL BULAN QOMARIYAH A. Penyesuaian Antara Kalender Saka Dengan Kalender Hijriyah Penyesuaian antara kalender

Lebih terperinci

BAB II METODE PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH. disamakan dengan astronomi). Dalam literatur-literatur klasik ilmu ini sering

BAB II METODE PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH. disamakan dengan astronomi). Dalam literatur-literatur klasik ilmu ini sering BAB II METODE PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH A. Pengertian Hisab Ilmu hisab 1 merupakan bagian dari ilmu falak (ilmu ini sering disamakan dengan astronomi). Dalam literatur-literatur klasik ilmu ini sering

Lebih terperinci

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM SHALAT (Sebuah Telaah QS. Al- Ankabut Ayat 45 )

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM SHALAT (Sebuah Telaah QS. Al- Ankabut Ayat 45 ) NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM SHALAT (Sebuah Telaah QS. Al- Ankabut Ayat 45 ) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam Oleh:

Lebih terperinci

ANALISIS KRITIS KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA MENURUT PROF. DR. ZAKIAH DARADJAT DALAM BUKU PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA DAN SEKOLAH SKRIPSI

ANALISIS KRITIS KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA MENURUT PROF. DR. ZAKIAH DARADJAT DALAM BUKU PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA DAN SEKOLAH SKRIPSI ANALISIS KRITIS KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA MENURUT PROF. DR. ZAKIAH DARADJAT DALAM BUKU PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA DAN SEKOLAH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muslimin, sebab banyak ibadah dalam Islam yang pelaksanaannya dikaitkan

BAB I PENDAHULUAN. muslimin, sebab banyak ibadah dalam Islam yang pelaksanaannya dikaitkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penentuan awal bulan Qamariah sangat penting artinya bagi segenap kaum muslimin, sebab banyak ibadah dalam Islam yang pelaksanaannya dikaitkan dengan perhitungan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KECERDASAN SPIRITUAL DALAM AL-QUR AN SURAT AL-MUZZAMMIL AYAT 1-8 (Kajian Tafsir Tahlili)

PENDIDIKAN KECERDASAN SPIRITUAL DALAM AL-QUR AN SURAT AL-MUZZAMMIL AYAT 1-8 (Kajian Tafsir Tahlili) PENDIDIKAN KECERDASAN SPIRITUAL DALAM AL-QUR AN SURAT AL-MUZZAMMIL AYAT 1-8 (Kajian Tafsir Tahlili) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak manfaatnya dalam kehidupan praktis. Berbagai aspek kehidupan dan

BAB I PENDAHULUAN. banyak manfaatnya dalam kehidupan praktis. Berbagai aspek kehidupan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat dewasa ini, memungkinkan siapapun dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat, dan mudah dari

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ahmad SS, Noor, Risalah Falakiyah Nurul Anwar, Kudus: TBS, t.t.

DAFTAR PUSTAKA. Ahmad SS, Noor, Risalah Falakiyah Nurul Anwar, Kudus: TBS, t.t. DAFTAR PUSTAKA Ahmad SS, Noor, Risalah Falakiyah Nurul Anwar, Kudus: TBS, t.t. Al-Asqalani, Ibnu Hajar, Fathu al-bari Syarah Sahih Bukhari, Juz. IV, Beirut: Dar al-kutub, 1989. Al-Banjary, Nur Hidayatullah,

Lebih terperinci

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI)

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI) 24 Penggunaan Dana Zakat Untuk Istitsmar (Inventasi) FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI) Majelis Ulama Indonesia, setelah MENIMBANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matahari dan Bulan maupun kondisi cuaca yang terjadi ketika rukyat.

BAB I PENDAHULUAN. Matahari dan Bulan maupun kondisi cuaca yang terjadi ketika rukyat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penentuan awal bulan Kamariah sebenarnya bersumber dari peristiwa hijrah Nabi (permulaan penanggalan Hijriah) dan dengan memperhatikan kapan hilal teramati (penanda

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB 1. Analisis Metode Hisab Irtifa Hilal Menurut Sistem Almanak Nautika Dalam hisab awal bulan Qamariyah, hasil ketinggian

Lebih terperinci

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP FATWA MAJLIS TARJIH DAN TAJDID MUHAMMADIYAH NOMOR : 08 TAHUN 2006 TENTANG BUNGA

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP FATWA MAJLIS TARJIH DAN TAJDID MUHAMMADIYAH NOMOR : 08 TAHUN 2006 TENTANG BUNGA ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP FATWA MAJLIS TARJIH DAN TAJDID MUHAMMADIYAH NOMOR : 08 TAHUN 2006 TENTANG BUNGA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata

Lebih terperinci

ETOS KERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF AL QUR AN SURAT AT- TAUBAH AYAT 105

ETOS KERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF AL QUR AN SURAT AT- TAUBAH AYAT 105 ETOS KERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF AL QUR AN SURAT AT- TAUBAH AYAT 105 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI SHALAT KEPADA SISWA SMAN DI KOTA BANJARMASIN

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI SHALAT KEPADA SISWA SMAN DI KOTA BANJARMASIN PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI SHALAT KEPADA SISWA SMAN DI KOTA BANJARMASIN TESIS Oleh: FADLIYANUR NIM. 1202520950 INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ANTASARI PASCASARJANA

Lebih terperinci

PROGRAM ILMU SYARIAH KONSENTRASI HUKUM KELUARGA ISLAM

PROGRAM ILMU SYARIAH KONSENTRASI HUKUM KELUARGA ISLAM HUKUM KEWARISAN MENURUT IMAM SYAFI'I DAN HAZAIRIN (Studi Perbandingan Dalam Kasus Ahli Waris Pengganti Dan Relevansinya Dengan KHI) TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjana Universitas Negeri Islam Negeri

Lebih terperinci

PENDIDIKAN ANAK LAKI-LAKI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

PENDIDIKAN ANAK LAKI-LAKI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM PENDIDIKAN ANAK LAKI-LAKI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana S-1 Oleh : ARIF HIDAYANTO 0806010018 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR AUDITORIAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X DI MA SILAHUL ULUM ASEMPAPAN PATI TAHUN PELAJARAN

PENGARUH GAYA BELAJAR AUDITORIAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X DI MA SILAHUL ULUM ASEMPAPAN PATI TAHUN PELAJARAN PENGARUH GAYA BELAJAR AUDITORIAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X DI MA SILAHUL ULUM ASEMPAPAN PATI TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas

Lebih terperinci

SENGKETA TANAH WAKAF MASJID DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS DESA PAKEM KEC. SUKOLILO KAB. PATI) TESIS

SENGKETA TANAH WAKAF MASJID DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS DESA PAKEM KEC. SUKOLILO KAB. PATI) TESIS SENGKETA TANAH WAKAF MASJID DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI KASUS DESA PAKEM KEC. SUKOLILO KAB. PATI) TESIS Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Islam Oleh : MOHAMMAD

Lebih terperinci

KONSEP MENUTUP AURAT DALAM AL-QUR AN SURAT AL-NŪR AYAT DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM

KONSEP MENUTUP AURAT DALAM AL-QUR AN SURAT AL-NŪR AYAT DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM KONSEP MENUTUP AURAT DALAM AL-QUR AN SURAT AL-NŪR AYAT 30-31 DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

(Studi Komparatif Antara Al-Maraghi dan Al-Ghazali)

(Studi Komparatif Antara Al-Maraghi dan Al-Ghazali) NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM AMTSAL NUR KAJIAN ATAS QS. AN-NUR AYAT 35 (Studi Komparatif Antara Al-Maraghi dan Al-Ghazali) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PROBLEMATIKA ZIARAH KUBUR BAGI WANITA. (Studi kasus pada Makam Sultan Hadlirin Mantingan Tahunan Jepara)

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PROBLEMATIKA ZIARAH KUBUR BAGI WANITA. (Studi kasus pada Makam Sultan Hadlirin Mantingan Tahunan Jepara) TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PROBLEMATIKA ZIARAH KUBUR BAGI WANITA (Studi kasus pada Makam Sultan Hadlirin Mantingan Tahunan Jepara) SKRIPSI Dibuat guna memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh

Lebih terperinci

AHMAD GAZALI NIM

AHMAD GAZALI NIM ANALISIS KRITIS TERHADAP GAGASAN PADA PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2009 DAN DOKUMEN KURIKULUM MUATAN LOKAL PENDIDIKAN AL- QUR AN TESIS Oleh AHMAD GAZALI NIM.1102110799 INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tata surya terdiri atas berbagai macam benda langit, di antaranya

BAB I PENDAHULUAN. Tata surya terdiri atas berbagai macam benda langit, di antaranya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tata surya terdiri atas berbagai macam benda langit, di antaranya Matahari, sembilan planet 1 dan berbagai benda lain dalam tata surya seperti Asteroida, 2 Komet,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keislaman yang terlupakan, padahal ilmu ini telah dikembangkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. keislaman yang terlupakan, padahal ilmu ini telah dikembangkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu falak atau biasa disebut ilmu hisab merupakan salah satu ilmu keislaman yang terlupakan, padahal ilmu ini telah dikembangkan oleh ilmuwan-ilmuwan muslim

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1) Dalam Ilmu Syari ah

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1) Dalam Ilmu Syari ah PENGARUH ATMOSFER TERHADAP VISIBILITAS HILAL (Analisis Klimatologi Observatorium Bosscha dan CASA As- Salam dalam Pengaruhnya Terhadap Visibilitas Hilal) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK PADA MATERI MEMBIASAKAN AKHLAK TERPUJI MELALUI METODE SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS V DI MI AN NUR DEYANGAN KECAMATAN MERTOYUDAN KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN FISIKA MATERI POKOK HUKUM NEWTON MELALUI MODEL INQUIRY LEARNING

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN FISIKA MATERI POKOK HUKUM NEWTON MELALUI MODEL INQUIRY LEARNING UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN FISIKA MATERI POKOK HUKUM NEWTON MELALUI MODEL INQUIRY LEARNING KELAS X DI MAN DEMAK TAHUN AJARAN 2009/ 2010 SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Syarat Untuk

Lebih terperinci

PERAN IBU DALAM MENUMBUHKEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL ANAK USIA DINI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

PERAN IBU DALAM MENUMBUHKEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL ANAK USIA DINI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM PERAN IBU DALAM MENUMBUHKEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL ANAK USIA DINI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana S-1 Oleh : Rizki Setiyanawati

Lebih terperinci

BAB IV PERBEDAAN DAN PERSAMAAN DALAM PENENTUAN AWAL BULAN SYAWAL 1992, 1993, 1994 M DAN AWAL ZULHIJAH 2000 M ANTARA NAHDLATUL ULAMA DAN PEMERINTAH

BAB IV PERBEDAAN DAN PERSAMAAN DALAM PENENTUAN AWAL BULAN SYAWAL 1992, 1993, 1994 M DAN AWAL ZULHIJAH 2000 M ANTARA NAHDLATUL ULAMA DAN PEMERINTAH BAB IV PERBEDAAN DAN PERSAMAAN DALAM PENENTUAN AWAL BULAN SYAWAL 1992, 1993, 1994 M DAN AWAL ZULHIJAH 2000 M ANTARA NAHDLATUL ULAMA DAN PEMERINTAH 1. Analisis Komparasi Metode Penentuan Awal Ramadan, Syawal

Lebih terperinci

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r:

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r: Penetapan Awal Bulan dan Jumlah Saksi Yang Dibutuhkan hilal? Bagaimana penetapan masuknya bulan Ramadhan dan bagaimana mengetahui Dengan nama Allah I Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji

Lebih terperinci

ANALISIS PEMIKIRAN K.R. MUHAMAD WARDAN TENTANG HISAB PENENTUAN ARAH KIBLAT DALAM KITAB ILMU FALAK DAN HISAB

ANALISIS PEMIKIRAN K.R. MUHAMAD WARDAN TENTANG HISAB PENENTUAN ARAH KIBLAT DALAM KITAB ILMU FALAK DAN HISAB ANALISIS PEMIKIRAN K.R. MUHAMAD WARDAN TENTANG HISAB PENENTUAN ARAH KIBLAT DALAM KITAB ILMU FALAK DAN HISAB SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata

Lebih terperinci

KONSEP GURU MENURUT AL GHAZALI DALAM KITAB IHYA ULUMIDDIN SKRIPSI

KONSEP GURU MENURUT AL GHAZALI DALAM KITAB IHYA ULUMIDDIN SKRIPSI KONSEP GURU MENURUT AL GHAZALI DALAM KITAB IHYA ULUMIDDIN SKRIPSI diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA MENGENAI VARIASI GAYA MENGAJAR GURU DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X DI MAN KENDAL

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA MENGENAI VARIASI GAYA MENGAJAR GURU DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X DI MAN KENDAL HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA MENGENAI VARIASI GAYA MENGAJAR GURU DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X DI MAN KENDAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam EVALUASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN PROBLEMATIKANYA PADA LEMBAGA PENDIDIKAN NON FORMAL (Studi Pelaksanaan Program PAI Pada Paket C PKBM Indonesia Pusaka Ngaliyan Semarang) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MAPEL PAI DI SD N JADI SUMBER REMBANG

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MAPEL PAI DI SD N JADI SUMBER REMBANG PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MAPEL PAI DI SD N JADI SUMBER REMBANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAGI SISWA KELAS IV MI AL-MUJAHIDIN GUMALAR ADIWERNA TEGAL.

BAGI SISWA KELAS IV MI AL-MUJAHIDIN GUMALAR ADIWERNA TEGAL. UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR AL QURAN HADIS MATERI POKOK MENERAPKAN KAIDAH-KAIDAH ILMU TAJWID HUKUM BACAAN IDGHAM BIGHUNAH, IDGHAM BILAGHUNAH, DAN IQLAB MELALUI METODE CARD SORT BAGI SISWA KELAS IV

Lebih terperinci

HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK DAN HISAB KARYA K.R. MUHAMMAD WARDAN SKRIPSI

HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK DAN HISAB KARYA K.R. MUHAMMAD WARDAN SKRIPSI HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK DAN HISAB KARYA K.R. MUHAMMAD WARDAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S.1) Dalam Ilmu Syari

Lebih terperinci

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UIN WALISONGO SEMARANG 2017

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UIN WALISONGO SEMARANG 2017 PERAN BANK SAMPAH DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (STUDI KASUS BANK SAMPAH JATI ASRI DI JATI KULON KECAMATAN JATI-KUDUS) SKRIPSI Disusun Guna Melengkapi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan hari raya Islam (Idul fitri dan Idul adha) memang selalu diperbincangkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dan hari raya Islam (Idul fitri dan Idul adha) memang selalu diperbincangkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Polemik yang terjadi di Indonesia seputar masalah penetuan awal puasa dan hari raya Islam (Idul fitri dan Idul adha) memang selalu diperbincangkan oleh kalangan masyarakat.

Lebih terperinci

PERNIKAHAN DENGAN NIAT TALAK. (Studi Pernikahan di Desa Gajah Kecamatan Gajah Kabupaten Demak) SKRIPSI

PERNIKAHAN DENGAN NIAT TALAK. (Studi Pernikahan di Desa Gajah Kecamatan Gajah Kabupaten Demak) SKRIPSI PERNIKAHAN DENGAN NIAT TALAK (Studi Pernikahan di Desa Gajah Kecamatan Gajah Kabupaten Demak) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata S1 Dalam Ilmu

Lebih terperinci

PENDIDIKAN AQIDAH TERHADAP ANAK DALAM PERSPEKTIF AL-QUR AN SURAT AL-BAQARAH 133

PENDIDIKAN AQIDAH TERHADAP ANAK DALAM PERSPEKTIF AL-QUR AN SURAT AL-BAQARAH 133 PENDIDIKAN AQIDAH TERHADAP ANAK DALAM PERSPEKTIF AL-QUR AN SURAT AL-BAQARAH 133 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu dalam Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN INTERNET SEBAGAI SUMBER BELAJAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 PURWOKERTO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PEMANFAATAN INTERNET SEBAGAI SUMBER BELAJAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 PURWOKERTO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PEMANFAATAN INTERNET SEBAGAI SUMBER BELAJAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 PURWOKERTO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

ZAKAT PENGHASILAN. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN

ZAKAT PENGHASILAN. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN 23 ZAKAT PENGHASILAN Majelis Ulama Indonesia, setelah FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN MENIMBANG : a. bahwa kedudukan hukum zakat penghasilan, baik penghasilan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KARAKTER BAGI ANAK USIA DINI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

PENDIDIKAN KARAKTER BAGI ANAK USIA DINI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM PENDIDIKAN KARAKTER BAGI ANAK USIA DINI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana S-1 Oleh : Fajar Muzaki 0906010012 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

ANALISIS KAWIN HAMIL (STUDI PASAL 53 KHI DALAM PERSPEKTIF SADD AL-DZARI AH) SKRIPSI

ANALISIS KAWIN HAMIL (STUDI PASAL 53 KHI DALAM PERSPEKTIF SADD AL-DZARI AH) SKRIPSI ANALISIS KAWIN HAMIL (STUDI PASAL 53 KHI DALAM PERSPEKTIF SADD AL-DZARI AH) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Hukum Islam Jurusan Al-Ahwal al-syakhsiyyah ABTADIUSSHOLIKHIN

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG KEWAJIBAN ISTERI MENAFKAHI SUAMI DI DESA SARI GALUH KEC. TAPUNG KAB. KAMPAR PEKANBARU SKRIPSI

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG KEWAJIBAN ISTERI MENAFKAHI SUAMI DI DESA SARI GALUH KEC. TAPUNG KAB. KAMPAR PEKANBARU SKRIPSI TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG KEWAJIBAN ISTERI MENAFKAHI SUAMI DI DESA SARI GALUH KEC. TAPUNG KAB. KAMPAR PEKANBARU SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI'I TENTANG HAKAM TIDAK MEMILIKI KEWENANGAN DALAM MENCERAIKAN SUAMI ISTRI YANG SEDANG BERSELISIH SKRIPSI

ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI'I TENTANG HAKAM TIDAK MEMILIKI KEWENANGAN DALAM MENCERAIKAN SUAMI ISTRI YANG SEDANG BERSELISIH SKRIPSI ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI'I TENTANG HAKAM TIDAK MEMILIKI KEWENANGAN DALAM MENCERAIKAN SUAMI ISTRI YANG SEDANG BERSELISIH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat. Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam. Oleh : ROFIQOH N I M:

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat. Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam. Oleh : ROFIQOH N I M: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR AN DENGAN BAIK DAN BENAR SISWA MELALUI MODEL READING ALOUD PADA MATA PELAJARAN AL-QUR AN HADIS KELAS IV MI NURUL ISLAM 02 WONOKERTO KECAMATAN BANCAK KABUPATEN

Lebih terperinci

KRITERIA MASLAHAT. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 6/MUNAS VII/MUI/10/2005 Tentang KRITERIA MASLAHAT

KRITERIA MASLAHAT. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 6/MUNAS VII/MUI/10/2005 Tentang KRITERIA MASLAHAT 40 KRITERIA MASLAHAT FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 6/MUNAS VII/MUI/10/2005 Tentang KRITERIA MASLAHAT Majelis Ulama Indonesia (MUI), dalam Musyawarah Nasional MUI VII, pada 19-22 Jumadil Akhir 1426

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI UANG RUSAK (STUDY KASUS DI PASAR KAYEN PATI) SKRIPSI

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI UANG RUSAK (STUDY KASUS DI PASAR KAYEN PATI) SKRIPSI TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI UANG RUSAK (STUDY KASUS DI PASAR KAYEN PATI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Matematika

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Matematika UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION MATERI KELILING DAN LUAS LINGKARAN KELAS VIII SEMESTER GENAP MTs USWATUN HASANAH MANGKANG TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA PADA PEMBELAJARAN FIQIH MATERI POKOK KETENTUAN QURBAN DENGAN MENGGUNAKAN CARD SORT

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA PADA PEMBELAJARAN FIQIH MATERI POKOK KETENTUAN QURBAN DENGAN MENGGUNAKAN CARD SORT UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA PADA PEMBELAJARAN FIQIH MATERI POKOK KETENTUAN QURBAN DENGAN MENGGUNAKAN CARD SORT (STUDI TINDAKAN DI KELAS V MI NURUL HUDA PEGUNDAN PETARUKAN PEMALANG

Lebih terperinci

PERSEPSI SANTRI TERHADAP HADITS SILATURRAHIM DAN IMPLEMENTASINYA (Studi Kasus Santri Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Tugurejo Tugu Semarang)

PERSEPSI SANTRI TERHADAP HADITS SILATURRAHIM DAN IMPLEMENTASINYA (Studi Kasus Santri Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Tugurejo Tugu Semarang) PERSEPSI SANTRI TERHADAP HADITS SILATURRAHIM DAN IMPLEMENTASINYA (Studi Kasus Santri Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Tugurejo Tugu Semarang) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU AL-QUR AN HADITS TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI MAN SEMARANG 1 TAHUN PELAJARAN

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU AL-QUR AN HADITS TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI MAN SEMARANG 1 TAHUN PELAJARAN PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU AL-QUR AN HADITS TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI MAN SEMARANG 1 TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu saja, melainkan seluruh individu yang mengaku dirinya muslim. 1

BAB I PENDAHULUAN. tertentu saja, melainkan seluruh individu yang mengaku dirinya muslim. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dakwah merupakan bagian penting dalam mempertahankan keberlangsungan hidup agama Islam, tidak mungkin Islam dapat bertahan di tengah masyarakat bila tidak

Lebih terperinci

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG STRATEGI DAKWAH YAYASAN ARWANIYYAH DALAM MENANAMKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN SANTRI PONDOK PESANTREN YANBU UL QUR AN KUDUS SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Strata Satu (S.Sos.I)

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG INTENSITAS BIMBINGAN MEMBACA AL-QUR AN OLEH GURU DENGAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR AN PESERTA DIDIK KELAS IV MI GONDANG KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam al-qur an dan al-sunah ke dalam diri manusia. Proses tersebut tidak

BAB I PENDAHULUAN. dalam al-qur an dan al-sunah ke dalam diri manusia. Proses tersebut tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Islam adalah proses penanaman nilai Islami yang terdapat dalam al-qur an dan al-sunah ke dalam diri manusia. Proses tersebut tidak pernah menafika

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam STUDI KOMPARASI TENTANG HASIL BELAJAR PAI ANTARA SISWA YANG ORANG TUA BEKERJA DI LUAR NEGERI DENGAN TIDAK BEKERJA DI LUAR NEGERI DI SDN 01 CLERING DONOROJO JEPARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK MELALUI METODE INFORMATION SEARCH PADA SISWA KELAS IX MTs MA ARIF NU 1 KARANGLEWAS KABUPATEN BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI

Lebih terperinci

APLIKASI KITAB SULLAM AL-NAYYIRAIN DALAM PENETAPAN AWAL BULAN KAMARIAH LAJNAH FALAKIYAH PONDOK PESANTREN MIFTAHUL HUDA GADING KOTA MALANG

APLIKASI KITAB SULLAM AL-NAYYIRAIN DALAM PENETAPAN AWAL BULAN KAMARIAH LAJNAH FALAKIYAH PONDOK PESANTREN MIFTAHUL HUDA GADING KOTA MALANG APLIKASI KITAB SULLAM AL-NAYYIRAIN DALAM PENETAPAN AWAL BULAN KAMARIAH LAJNAH FALAKIYAH PONDOK PESANTREN MIFTAHUL HUDA GADING KOTA MALANG S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Lebih terperinci

KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH MANAHIJUL HUDA PENGGUNG DESA NGAGEL KEC. DUKUHSETI KAB. PATI TAHUN

KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH MANAHIJUL HUDA PENGGUNG DESA NGAGEL KEC. DUKUHSETI KAB. PATI TAHUN UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SKI POKOK BAHASAN MENGENAL PERISTIWA HIJRAH NABI MUHAMMAD SAW KE YATSRIB DENGAN METODE INDEX CARD MATCH KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH MANAHIJUL HUDA

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI POKOK MEMAHAMI KEPERWIRAAN NABI MUHAMMAD SAW. DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI POKOK MEMAHAMI KEPERWIRAAN NABI MUHAMMAD SAW. DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI POKOK MEMAHAMI KEPERWIRAAN NABI MUHAMMAD SAW. DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING DAN TEAM QUIZ PADA KELAS V DI MI RIYADLOTUTH THOLIBIN PANUNGGALAN

Lebih terperinci

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 284

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 284 Tafsir Depag RI : QS 002 - Al Baqarah 284 ل ل ه م ا ف ي الس م او ات و م ا ف ي ال ا ر ض و ا ن ت ب د وا م ا ف ي ا ن ف س ك م ا و ت خ ف وه ي ح اس ب ك م ب ه الل ه ف ي غ ف ر ل م ن ي ش اء و ي ع ذ ب م ن ي ش اء

Lebih terperinci

PENGGUNAAN STRATEGI GROUP INVESTIGATION PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV DI MIS NURUL ISLAM JALAN A. YANI KM 5 BANJARMASIN

PENGGUNAAN STRATEGI GROUP INVESTIGATION PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV DI MIS NURUL ISLAM JALAN A. YANI KM 5 BANJARMASIN PENGGUNAAN STRATEGI GROUP INVESTIGATION PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV DI MIS NURUL ISLAM JALAN A. YANI KM 5 BANJARMASIN OLEH SITI NADIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2017 M/1438 H i

Lebih terperinci

HADITS TENTANG RASUL ALLAH

HADITS TENTANG RASUL ALLAH HADITS TENTANG RASUL ALLAH 1. KEWAJIBAN BERIMAN KEPADA RASULALLAH ح دث ني ي ون س ب ن ع ب د الا ع ل ى أ خ ب ر اب ن و ه ب ق ال : و أ خ ب ر ني ع م ر و أ ن أ اب ي ون س ح دث ه ع ن أ بي ه ر ي ر ة ع ن ر س ول

Lebih terperinci

MODEL KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN IBADAH UMRAH PADA PT AN-NAMIRA ALMA MULIA KOTA SEMARANG

MODEL KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN IBADAH UMRAH PADA PT AN-NAMIRA ALMA MULIA KOTA SEMARANG MODEL KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN IBADAH UMRAH PADA PT AN-NAMIRA ALMA MULIA KOTA SEMARANG Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Sosial Islam

Lebih terperinci

UPAYA GURU AQIDAH AKHLAK DALAM MENDISIPLINKAN SISWA DI MAN 2 MODEL BANJARMASIN OLEH ANNISA DAMAYANTI

UPAYA GURU AQIDAH AKHLAK DALAM MENDISIPLINKAN SISWA DI MAN 2 MODEL BANJARMASIN OLEH ANNISA DAMAYANTI UPAYA GURU AQIDAH AKHLAK DALAM MENDISIPLINKAN SISWA DI MAN 2 MODEL BANJARMASIN OLEH ANNISA DAMAYANTI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2016 M/1437 H UPAYA GURU AQIDAH AKHLAK DALAM MENDISIPLINKAN

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS MULTIMEDIA INTERAKTIF TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 1 TEGALOMBO

PENERAPAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS MULTIMEDIA INTERAKTIF TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 1 TEGALOMBO PENERAPAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS MULTIMEDIA INTERAKTIF TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 1 TEGALOMBO SKRIPSI Diajukan Kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai agama pembawa rahmat bagi seluruh alam, Islam hadir dengan ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan manusia. Islam tidak

Lebih terperinci

HISAB PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT MUHAMMADIYAH (STUDI PENETAPAN HUKUMNYA) SKRIPSI

HISAB PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT MUHAMMADIYAH (STUDI PENETAPAN HUKUMNYA) SKRIPSI HISAB PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT MUHAMMADIYAH (STUDI PENETAPAN HUKUMNYA) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Syari ah (S. Sy)

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI TENTANG PENARIKAN HIBAH DALAM PASAL 212 KHI DAN PASAL 1688 KUH PERDATA

STUDI KOMPARASI TENTANG PENARIKAN HIBAH DALAM PASAL 212 KHI DAN PASAL 1688 KUH PERDATA STUDI KOMPARASI TENTANG PENARIKAN HIBAH DALAM PASAL 212 KHI DAN PASAL 1688 KUH PERDATA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu Syari

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN HUKUMAN (TA ZIR) TERHADAP AKHLAK SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-RIZQI BABAKAN LEBAKSIU TEGAL

PENGARUH PEMBERIAN HUKUMAN (TA ZIR) TERHADAP AKHLAK SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-RIZQI BABAKAN LEBAKSIU TEGAL PENGARUH PEMBERIAN HUKUMAN (TA ZIR) TERHADAP AKHLAK SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-RIZQI BABAKAN LEBAKSIU TEGAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam

Lebih terperinci

Oleh : Ahmad Abdillah NPM:

Oleh : Ahmad Abdillah NPM: PETUNJUK-PETUNJUK RASULULLAH SAW TERHADAP PENDIDIKAN PEMUDA DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MASA KINI (Kajian terhadap Kitab al-hady an-nabawiy fi Tarbiyah al-aula d fi Ḍaui al-kita b wa as-sunnah)

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) STUDI KORELASI TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA KELAS VIII SMP N 4 CEPIRING KENDAL TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Dalam Ilmu Pendidikan Matematika.

SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Dalam Ilmu Pendidikan Matematika. PENGARUH KESIAPAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN LIMIT PADA PESERTA DIDIK KELAS XI SEMESTER 2 DI MADRASAH ALIYAH MATHOLI UL HUDA BUGEL JEPARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI

Lebih terperinci

PENGARUH KEDISIPLINAN BELAJAR SANTRI TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN MENGHAFAL AL-QUR AN SANTRI PONDOK PESANTREN AL-AZIZ LASEM REMBANG

PENGARUH KEDISIPLINAN BELAJAR SANTRI TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN MENGHAFAL AL-QUR AN SANTRI PONDOK PESANTREN AL-AZIZ LASEM REMBANG PENGARUH KEDISIPLINAN BELAJAR SANTRI TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN MENGHAFAL AL-QUR AN SANTRI PONDOK PESANTREN AL-AZIZ LASEM REMBANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

PENDIDIKAN ANAK USIA 0-10 TAHUN (TELAAH BUKU ISLAMIC PARENTING KARYA SYAIKH JAMAL ABDURRAHMAN)

PENDIDIKAN ANAK USIA 0-10 TAHUN (TELAAH BUKU ISLAMIC PARENTING KARYA SYAIKH JAMAL ABDURRAHMAN) PENDIDIKAN ANAK USIA 0-10 TAHUN (TELAAH BUKU ISLAMIC PARENTING KARYA SYAIKH JAMAL ABDURRAHMAN) SKRIPSI Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

ب س م االله الر ح من الر ح ي م FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL Nomor: 55/DSN-MUI/V/2007 Tentang PEMBIAYAAN REKENING KORAN SYARI AH MUSYARAKAH ب س م االله الر ح من الر ح ي م Dewan Syari ah Nasional, setelah: Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI PERILAKU KEBERAGAMAAN ANTARA SISWA MA NEGERI KENDAL DENGAN SISWA SMA NEGERI 1 KALIWUNGU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

STUDI KOMPARASI PERILAKU KEBERAGAMAAN ANTARA SISWA MA NEGERI KENDAL DENGAN SISWA SMA NEGERI 1 KALIWUNGU TAHUN PELAJARAN 2012/2013 STUDI KOMPARASI PERILAKU KEBERAGAMAAN ANTARA SISWA MA NEGERI KENDAL DENGAN SISWA SMA NEGERI 1 KALIWUNGU TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

PENANAMAN NILAI-NILAI AQIDAH PADA ANAK USIA DINI DI RAUDHATUL ATHFAL BANJARMASIN TIMUR

PENANAMAN NILAI-NILAI AQIDAH PADA ANAK USIA DINI DI RAUDHATUL ATHFAL BANJARMASIN TIMUR PENANAMAN NILAI-NILAI AQIDAH PADA ANAK USIA DINI DI RAUDHATUL ATHFAL BANJARMASIN TIMUR TESIS OLEH : KHAIRUNNISA NIM : 12.0252.0935 INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ANTASARI PASCASARJANA BANJARMASIN 2016

Lebih terperinci

HALAMAN PERSEMBAHAN. karya tulis ini untuk: Bapak Ibuku yang telah menumbuhkembangkanku. Para Guruku yang telah ikhlas mendidikku

HALAMAN PERSEMBAHAN. karya tulis ini untuk: Bapak Ibuku yang telah menumbuhkembangkanku. Para Guruku yang telah ikhlas mendidikku MOTTO مي ين ر س وال م ن ھ م ي ت ل و ع ل ي ھ م ء اي ات ه و ي ز كيھ م ھ و ال ذ ي ب ع ث ف ي األ و ي ع ل م ھ م ال ك ت اب و ال ح ك م ة و إ ن ك ان وا م ن ق ب ل ل ف ي ض ال ل م ب ين Dia-lah yang mengutus kepada

Lebih terperinci

APLIKASI DATA EPHEMERIS MATAHARI DAN BULAN BERDASARKAN PERHITUNGAN JEAN MEEUS PADA SMARTPHONE ANDROID S K R I P S I

APLIKASI DATA EPHEMERIS MATAHARI DAN BULAN BERDASARKAN PERHITUNGAN JEAN MEEUS PADA SMARTPHONE ANDROID S K R I P S I APLIKASI DATA EPHEMERIS MATAHARI DAN BULAN BERDASARKAN PERHITUNGAN JEAN MEEUS PADA SMARTPHONE ANDROID S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segenap kaum muslimin, sebab banyak ibadah dalam Islam yang. sebagainya. Demikian pula hari-hari besar dalam Islam, semuanya

BAB I PENDAHULUAN. segenap kaum muslimin, sebab banyak ibadah dalam Islam yang. sebagainya. Demikian pula hari-hari besar dalam Islam, semuanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penentuan awal bulan Qamariah sangat penting artinya bagi segenap kaum muslimin, sebab banyak ibadah dalam Islam yang pelaksanaannya dikaitkan dengan perhitungan

Lebih terperinci