BAB I PENDAHULUAN. plastik tetapi menggunakan tas yang ramah lingkungan, dan terlebih lagi masyarakat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. plastik tetapi menggunakan tas yang ramah lingkungan, dan terlebih lagi masyarakat"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini krisis lingkungan telah meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memiliki gaya hidup sehat dan hemat. Desakan dari kerusakan lingkungan tersebut membuat suatu perubahan pola hidup masyarakat yang kini lebih memperhatikan lingkungan, seperti misalnya saat berbelanja di supermarket tidak lagi menggunakan tas plastik tetapi menggunakan tas yang ramah lingkungan, dan terlebih lagi masyarakat melakukan pola makan sehat yang dimulai dari mengonsumsi makanan organik. Banyak dari masyarakat kini mulai mempercayai bahwa produk yang komposisinya berasal dari bahan alami merupakan produk yang baik dan bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Kualitas mutu kesehatan dan trend hidup sehat telah memotivasi masyarakat untuk lebih memperhatikan manfaat dari mengkonsumsi suatu produk dan menjadikan masyakat untuk memulai gerakan gaya hidup sehat dengan mengkonsumsi produk-produk organik yang baik bagi kesehatan tubuhnya (Thio, 2008). Menyadari permasalahan pangan yang telah menjadi keprihatian dunia khususnya di Indonesia, maka tuntutan oleh beberapa konsumen untuk mendapatkan hak keamanan pangan menjadi meningkat. BPOM sepanjang tahun 2014 menyatakan menerima sedikitnya pengaduan dari masyarakat terkait adanya makanan yang menganding zat berbahaya dari masyarakat terkait adanya makanan yang mengandung zat berbahaya hasil olahan industri rumah tangga. Kemananan pangan yang diharapkan 1

2 2 konsumen ialah adanya jaminan bahwa makanan tersebut tidak akan memiliki dampak buruk bagi konsumen apabila dikonsumsi (Alamsyah, 2015). Data penelitian Departemen Kesehatan RI menyatakan bahwa penyakit yang menonjol terkait dengan penyediaan makanan yang tidak higienis adalah diare, gastro enteritis dan keracunan makanan (Suwondo, 2004). Penyebab terjadinya penyakit akibat makanan berdasarkan data nasional yang ada pada tahun 2004 menyebutkan 16% berasal dari mikroba pathogen dan 2% oleh senyawa kimia (BPOM, 2004). Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), 40-44% jajanan mengandung bahan berbahaya atau bahan pangan tambahan yang kadarnya melebihi batas. BPOM mendata bahwa sepanjang 2014 terjadi 540 kasus keracunan makanan dan 515 keracunan minuman (Verbeek, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh Budiono dan kawan-kawan (2008) pada penjamaah makanan di keluruhan Tembalang, Semarang Jawa Tengah menunjukan bahwa tingkat pengetahuan responden mengenai higienis dan sanitasi makanan banyak yang masih berada dalam kategori kurang yaitu sebesar 63,9%. Masyarakat kurang menyadari pentingnya memilih makanan yang baik dan sehat untuk dirinya. resiko terkena pernyakit menjadi lebih besar. Menurut Judhiastuty dan Iswarawanti dalam Rahma Savitri (2009) diare merupakan gejala umum dari penyakit bawaan makanan yang mudah dikenali. Data survei yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI menunjukan bahwa selama tahun 2013 terjadi 8 KLB yang tersebar di 6 Propinsi, 8 kabupaten dengan jumlah penderita 646 orang dengan kematian 7 orang. Sedangkan pada tahun 2014 terjadi 6 KLB Diare yang tersebar di 5 propinsi, 6 kabupaten/kota,

3 3 dengan jumlah penderita orang dengan kematian 29 orang. (Profil Kesehatan Indonesia 2014, 2015) Kesadaran terhadap kesehatan dan lingkungan mengantarkan kerjasama antar negara-negara sebagai bentuk keprihatinan dan kepeduliaan pada kondisi saat ini. Semakin banyaknya virus dan bakteri yang berkembang, makanan yang kita konsumsilah dinyatakan salah satu penyebab utamanya resiko terkena dampak penyakit. Sebagian masyarakat dinilai masih memiliki kesadaran kesehatan yang kurang dan gaya hidup yang tidak sehat terbukti dari hasil penelitian yang menunjukan tingkat penyebaran penyakit meningkat akibat dari makanan yang dikonsumsi mengandung bakteri berbahaya. Sebagai bentuk dari tuntutan konsumen yang menginginkan kesehatan dan bentuk keprihatian akibat meningkatnya penyebaran penyakit yang disebabakan makanan, maka produsen makanan memuculkan produk dengan jenis makanan organik sebagai makanan yang sehat, tanpa bahan kimia tambahan dan aman untuk dikonsumsi. Istilah back to nature dan go green menjadi misi yang digiatkan di dunia dan menjadi budaya yang kembali dimunculkan di masyarakat. Jenis makanan organik menjadi salah satu isu yang kembali dipublikasikan karena berhubungan dengan kesehatan manusia dan kepedulian lingkungan (Sukma, 2012). Jenis makanan organik menjadi salah satu isu yang kembali dipublikasikan karena berhubungan dengan kesehatan manusia dan kepedulian lingkungan. Dalam buku data statistik pertanian organik Indonesia (SPOI) 2010 menuliskan adanya peningkatan luas area lahan pertanian organik ditahun 2010 sebesar 10 % dari tahun

4 4 sebelumnya (2009) dengan luas 238, Ha. Tentu hal ini menjadi perkembangan yang menggembirakan bagi masyarakat konsumen yang mengharapkan masa depan produk makanan akan semakin lebih sehat dan kelestarian lingkungan tetap terjaga. Media Organik di Inggris memberitakan bahwa pedagang yang menjual makanan organik di Asia meningkat 20 % setiap tahunnya salah satunya Indonesia dan Hero adalah pusat perbelanjaan yang mendapatkan keuntungan dari peningkatan permintaan produk organik. Makanan organik ialah semua jenis bahan pangan yang berasal dari organisme hidup (hewan dan tanaman) yang tidak mempunyai kandungan kimia tambahan, (pestisida, insektisida, dan hormon). Setelah sekian tahun makanan cepat saji menjadi menu favorit bagi kebanyakan orang, saatnya makanan organik menjadi pilihan bagi seseorang yang menginginkan hidup sehat. Menurut pakar naturopati dr. Amarullah Siregar ( Sejak dahulu, manfaat makanan organik sudah diteliti mampu meningkatkan kemampuan tubuh dalam melawan proses degeneratif, mencegah terjadinya paparan radikal bebas, regenerasi sel dan optimalisasi antibodi. "Bahkan beberapa penelitian menunjukkan, susu organik mempunyai lebih dari persen kandungan nutrisi dibandingkan susu konvensional. Sedangkan, seperti tomat, kentang, bawang, kubis mempunyai persen lebih kandungan antioksidan dibandingkan buah dan sayuran konvensional,". Sehingga, menjadi harapan bagi masyarakat lebih mengutamakan organik untuk menjaga kondisi tubuh karena kandungan gizi yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan makanan bukan organik. Konsumen yang menyadari kesehatannya tentu akan merasa terfasilitasi dengan kemunculan makanan organik pada saat ini. Fenomena tersebut menimbulkan situasi yang sangat kondusif bagi terbentuknya kelompok konsumen corak baru yang menamakan dirinya konsumen hijau (green

5 5 consumer) (Wibowo 2011). Dampak positif gerakan konsumen hijau ini bukan hanya dalam pola konsumsi sehari-hari dan membangun masyarakat yang sehat semata, karena pendapat dan opini konsumen hijau juga mempengaruhi keputusan akhir dari sosok produk manufaktur, perilaku berbisnis, dan kebijakan ekonomi pemerintah. Hal inilah yang kemudian memunculkan istilah-istilah seperti green marketing dan green product Produk organik merupakan suatu produk yang lebih memperhatikan lingkungan, produk yang diolah dan dibuat dengan lebih mengurangi efek-efek yang dapat mencemari atau merusak lingkungan, baik dari produksi, penempatan ataupun mengkonsumsinya (Putri dan Suparna, 2014). Tingkat konsumsi masyarakat pada produk organik di berbagai negara memiliki perkembangan yang cukup baik beberapa tahun terakhir. Perkembangan tersebut juga terjadi di Indonesia khususnya di Bali, tercatat tahun 2008 sampai tahun 2009 kenaikan sebesar 2,38%, tahun 2009 sampai tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar 4,65%, tahun 2010 sampai tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 20%, dan tahun 2011 sampai tahun 2012 juga mengalami kenaikan terbesar yaitu mencapai 22,22% (Suardika dkk, 2014). Budaya hidup sehat dan kembali ke alam (back to nature) saat ini menjadi trend baru di masyarakat. Menyadari akan arti pentingnya kesehatan, lambat laun pikiran masyarakat menjadi terbuka untuk menghindari bahan makanan yang mengandung pestisida. Bahaya residu yang disebabkan oleh kandungan pestisida tersebut akan terasa dampaknya dalam jangka panjang seperti berbagai macam penyakit yang akan timbul, misalnya kanker. Tingginya tingkat kesadaran masyarakat membuat mereka sedikit demi sedikit beralih pada konsumsi produk-produk pangan yang sifatnya organik.

6 6 Walaupun terpaut harga yang jauh lebih tinggi, bahan pangan organik menjanjikan manfaat yang lebih baik daripada bahan pangan non organik yaitu keunggulan nutrisi. Produk pangan organik, terutama sayuran organik dipercaya dapat lebih menghasilkan makanan yang bermutu tinggi dan bergizi serta berkualitas daripada sayuran non organik. Kandungan nutrisi beberapa sayuran organik dan konvensional dapat dilihat pada Tabel 1.1 Tabel 1.1. Kandungan Nutrisi Beberapa Sayuran Organik dan Konvensional (Setiap 100 gram, berat kering) Jenis Kalsium (mg) Magnesium (mg) Potassium (mg) Sodium (mg) Thiamin (mg) Zat Besi (mg) Buncis Organik Buncis 40,5 15, ,8 99,7 29,1 8,6 < Kol Organik Kol 60 17,5 43, ,3 53,7 20,4 < Tomat Organik 23 59, , ,8 Tomat 4,5 4,5 28,6 < 1 Bayam Organik , ,5 Bayam 47,5 46,9 84 < 1 Sumber: Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian, ,4 19 Dapat diketahui dari Tabel 1.1 bahwa semua sayuran organik memiliki kandungan nutrisi yang jauh lebih tinggi dibandingkan sayuran non organik. Hal ini membuat sebagian besar masyarakat mengalihkan konsumsi mereka pada sayuran organik meskipun secara perlahan. Menurut Sutanto (2002), konsumsi dunia dari hasil pertanian organik mencapai US$ 27 juta, tetapi belum termasuk Indonesia. Saat ini sayuran organik telah populer dan mempunyai prospek yang cukup baik di masa mendatang, terutama untuk masyarakat yang memiliki kesadaran tinggi akan kesehatan, walaupun masih dalam jumlah terbatas karena harganya yang sangat mahal. Dalam jangka panjang, seiring kesadaran masyarakat tersebut, permintaan terhadap

7 7 bahan pangan terutama sayuran organik akan terus meningkat, walaupun produsennya masih sangat terbatas. Dengan semakin banyaknya konsumen hijau yang menguasai pasar produk pertanian organik, baik di tingkat internasional maupun nasional, serta dengan semakin berkembangnya gerakan zero emisions, maka pertanian organik memperoleh momentum penting dan dukungan besar dari pasar global yang mendambakan produk-produk pertanian akrab lingkungan (Sutanto, 2002). Pasar produk pertanian berkembang pesat seiring dengan peningkatan pendapatan masyarakat. Semula petani umumnya menjual kepada pedagang pengumpul yang kemudian dijual ke pasar tradisional dimana konsumen membeli produk pertanian. Pada saat ini produk pertanian mengalami perkembangan, yaitu menuju pasar modern antara lain dengan hadirnya supermarket di berbagai daerah. Berikut ini tabel konsumsi per kapita dalam rumah tangga untuk sayuran, diambil dari pertanian.go.id. dimana menunjukkan adanya peningkatan konsumsi sayuran setiap tahunnya. Tabel 1.2 Konsumsi per Kapita dalam Rumah Tangga Setahun TAHUN URAIAN Bayam 3,754 3,963 3,806 3,65 3,494 3,546 Kangkung 4,432 4,589 4,328 4,224 3,963 4,067 Kol/kubis 1,564 1,616 1,825 1,46 1,251 1,356 Sawi Putih(Petsai) 0,678 0,574 0,886 0,73 0,782 0,886 Sawi Hijau 1,408 1,147 1,251 1,251 1,304 1,408 Buncis 0,834 0,834 0,886 0,782 0,782 0,834 Tomat sayur 19,71 19,345 20,909 18,771 17,155 18,824 Mentimun 1,825 1,721 1,773 1,564 1,564 1,616 Sumber: penelitian.go.id

8 8 Mengacu pada tabel diatas menunjukkan minat konsumen pada sayuran tergolong stabil dari tiap tahunnya fluktuasi konsumsi per kapita tidak begitu memperlihatkan pergerakan yang signifikan, akan tetapi minat masyarakat mengenai produk organik semakin tinggi sehingga sasaran produksi dari sayuran organik mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari tabel berikut ini Tabel 1.3 Sasaran Produksi Pertanian Organik Sumber:Kementan diolah GIH Tripod Green Consultant Tabel di atas menunjukkan bahwa adanya peningkatan produksi sayuran setiap tahunnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa minat masyarakat atas sayuran organik sangat tinggi. Salah satunya adalah pasar modern, makanan segar (fresh foods) memiliki peluang cukup besar karena penjualannya belum maksimal. Selama ini, konsumen Indonesia masih menjadikan pasar tradisional menjadi pilihan utama untuk membeli barang-barang segar seperti buah-buahan, sayur-sayuran, daging ayam, sapi, dan ikan. Persaingan ini menimbulkan banyak perdebatan seputar kepentingan mempertahankan pasar tradisional sebagai pasar rakyat bermodal kecil dengan pasar modern yang bermodal besar. Keputusan untuk membeli suatu produk juga dipengaruhi oleh perceived quality. Perceived quality merupakan penilaian konsumen terhadap kualitas produk secara

9 9 keseluruhan berkenaan dengan karakteristik produk yang diharapkan (Ambrawati, 2006). Semakin tinggi nilai yang diperoleh oleh konsumen maka minat beli produk tersebut juga semakin tinggi. Perceiveid quality dipengaruhi oleh dua dimensi, yaitu dalam bentuk kualitas produk dan kualitas jasa (Lindawati, 2005). Persepsi seseorang dapat berbeda-beda dalam waktu yang sama, hal ini disebabkan karena adanya proses seleksi dari rangsangan yang ada. Dengan adanya merek dan persepsi kualitas yang baik menjadi dasar untuk mempengaruhi minat beli konsumen. Konsumen seringkali membentuk preferensi terhadap salah satu merek atau perusahaan karena image-nya. Dari preferensi itulah konsumen akan menentukan minatnya untuk membeli suatu produk atau tidak. Proses pemikiran dan pembelajaran yang dilakukan oleh konsumen dapat membentuk perilaku minat beli. Minat beli merupakan suatu tahap penting yang harus diperhatikan oleh para pemasar. Hal ini dikarenakan suatu kondisi yang mendahului sebelum individu mempertimbangkan atau membuat keputusan dalam memilih sebuah produk atau jasa. Secara umum, minat beli diartikan sebagai kecenderungan tindakan pribadi yang berkaitan dengan produk (Sihombing, 2004). Menurut Assael (2002), minat beli (purchase intent) juga merupakan minat pembelian yang menunjukkan keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian ulang. Secara khusus, minat beli dalam penelitian ini diartikan sebagai minat beli berulang terhadap produk sayuran organik. Seringkali konsumen yang berbelanja merasa kurang puas dengan produk yang ditawarkan. Peneliti-peneliti perilaku konsumen mengkaji risiko ketidakpastian dalam benak konsumen sehingga berakibat merugikan konsumen dalam bertransaksi

10 10 pembelian suatu produk yang saat ini dikenal dengan istilah risiko yang dipersepsikan (perceived risk). Adapun konsekuensi negatif yang diterima konsumen bersifat psikologis, hukum, dan ekonomis. Permasalahan psikologis yang dimaksud adalah konsumen takut tertipu, produk yang dibeli tidak sesuai dengan ekspektasi konsumen. Konsumen berpikiran akan mengalami kerugian dengan permasalahan tersebut. Permasalahan ini disebabkan karena adanya keraguan atas kebenaran data dan informasi karena pihak konsumen masih banyak yang tidak mengerti ciri-ciri dari produk organik. Padahal masalah kepercayaan (trust) penting dalam menjaga kelangsungan pembelian produk tersebut. Pada saat ini pertumbuhan supermarket akan mengikuti perkembangan klaster dengan penduduk dengan golongan pendapatan tinggi yang membutuhkan kenyamanan dan pelayanan yang lebih baik serta mampu membayar dengan tingkat harga yang lebih tinggi. Disamping itu pasar fresh foods yang selama ini terdapat di pasar-pasar tradisional, terbatas jam pelayanannya, karena biasanya pasar tradisional hanya buka pada pagi hingga siang hari. Konsumen yang biasa bekerja sampai sore hari biasanya memilih ritel yang dipercaya dan lebih nyaman untuk memenuhi kebutuhannya dengan membeli di saat sore atau malam hari, dimana ritel-ritel tersebut masih buka dan melayani penjualan hingga malam hari. HERO Supermarket Bintaro merupakan salah satu supermarket yang menjual sayuran organik di wilayah Jakarta. Dimana pertumbuhan memperlihatkan permintaan akan sayuran organik meningkat setiap tahunnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Manajer Operasional Sariyo yang mengatakan pasar di Indonesia semakin berkembang

11 11 dan Tasmania sebagai tetangga yang terdekat, memiliki banyak hal yang bisa ditawarkan. "Permintaan dari konsumen kami semakin terus bertambah," ujar Sariyo. "Mereka semakin membutuhkan makanan yang bergizi tinggi dan sekarang mereka pun ingin tahu dari mana produk yang mereka beli ini didapat." Untuk itu guna meningkatkan keuntungan serta membantu pemenuhan kebutuhan konsumen akan sayuran organik diperlukan serangkaian analisis terkait dengan karakteristik dan perilaku konsumen sayuran organik di HERO Supermarket Bintaro Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Luviana, 2014) memperlihatkan bahwa persepsi terhadap produk organik yang terbentuk dari kepedulian lingkungan, kesadaran kesehatan, dan etika diri pengaruh identitas konsumen niat pembelian. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Waskito dan kawan-kawan, 2014 yang menunjukkan hasil bahwa konsumen di Yogyakarta memiliki persepsi yang tinggi mengenai makanan organik dimana makanan tersebut baik untuk kesehatan karena memiliki nutrisi yang lebih tinggi, serta dapat menjaga dan meningkatkan kekebalan tubuh. Selanjutnya adalah Menurut Tedjakusuma, Hartini, dan Muryani (2001), untuk produk yang merupakan kebutuhan pokok seperti makanan dan minuman, konsumen sangat mempertimbangkan kualitasnya. Karena merupakan kebutuhan pokok dan sangat berhubungan dengan kesehatan manusia, maka kualitas produk sangat mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan pembelian produk Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mengangkat judul Pengaruh Kesadaran Kesehatan, Pengetahuan Konsume, Risiko yang dipersepsikan, dan Persepsi

12 12 Harga terhadap Persepsi Kualitas dan Minat Beli atas produk sayuran organik di Jakarta B. Rumusan Masalah Penjabaran sebelumnya yang menguraikan tentang munculnya kesadaran kesehatan dan mulai muncul kesadaran mengkonsumsi produk organik, maka penelitian ini mengangkat permasalahan berikut: 1. Apakah kesadaran kesehatan memiliki pengaruh positif dan signifkan terhadap minat beli dari Sayuran Organik di Jakarta? 2. Apakah kesadaran kesehatan memiliki pengaruh positif dan signifkan terhadap persepsi resiko dari Sayuran Organik di Jakarta? 3. Apakah risiko yang dipersepsikan memiliki pengaruh positif dan signifkan terhadap persepsi kualitas dari Sayuran Organik di Jakarta? 4. Apakah pengetahuan konsumen memiliki pengaruh positif dan signifkan terhadap persepsi kualitas dari Sayuran Organik di Jakarta? 5. Apakah persepsi harga memiliki pengaruh positif dan signifkan terhadap minat beli dari Sayuran Organik di Jakarta? 6. Apakah persepsi harga memiliki pengaruh positif dan signifkan terhadap minat beli dari Sayuran Organik di Jakarta? 7. Apakah persepsi kualitas memiliki pengaruh positif dan signifkan terhadap minat beli dari Sayuran Organik di Jakarta?

13 13 C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berikut ini: a. Kesadaran kesehatan memiliki pengaruh positif dan signifkan terhadap minat beli dari Sayuran Organik di Jakarta b. Kesadaran kesehatan memiliki pengaruh positif dan signifkan terhadap persepsi kualitas dari Sayuran Organik di Jakarta c. Pengetahuan kosnumen memiliki pengaruh positif dan signifkan terhadap persepsi kualitas dari Sayuran Organik di Jakarta d. Risiko yang dipersepsikan memiliki pengaruh positif dan signifkan terhadap persepsi kualitas dari Sayuran Organik di Jakarta e. Persepsi harga memiliki pengaruh positif dan signifkan terhadap persepsi kualitas dari Sayuran Organik di Jakarta f. Persepsi harga memiliki pengaruh positif dan signifkan terhadap minat beli dari Sayuran Organik di Jakarta g. Persepsi kualitas memiliki pengaruh positif dan signifkan terhadap minat beli dari Sayuran Organik di Jakarta

14 14 2. Kontribusi Penelitian a. Kontribusi Praktis Kontribusi penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam menentukan kualitas dan product knowledge atas produk organik khususnya sayuran organik dengan didasari atas kesadaran kesehatan masyarakat itu sendiri serta juga bisa menjadi pengembangan segmentasi pasar khususnya wilayah Jakarta, dimana konsumsi sayuran organik mengalami peningkatan permintaan b. Kontribusi Akademis Kontribusi Penelitian ini sebagai penambah literatur atas konsep pemasaran hijau khusunya tentang produk sayuran organik yang dewasa ini semakin dicari, serta menjadi syarat kelulusan perkuliahan Sarjana Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. baik itu berdampak positif ataupun berdampak negatif. Dampak positif yang

BAB I PENDAHULUAN. baik itu berdampak positif ataupun berdampak negatif. Dampak positif yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang kian pesatnya dalam beberapa dekade terakhir membawa beberapa dampak perubahan dalam kehidupan manusia seharihari, baik itu berdampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia No: 02/M/Kp/ II/2000 tercantum bahwa pembangunan nasional akan berhasil jika didukung oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin tinggi, hal tersebut diwujudkan dengan mengkonsumsi asupan-asupan makanan yang rendah zat kimiawi sebagai

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian organik merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian yang mendapat perhatian besar masyarakat di negara maju maupun negara berkembang seiring dengan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan. Eksploitasi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. akibat eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan. Eksploitasi ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan muncul akibat kerusakan lingkungan yang semakin parah akibat eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan. Eksploitasi ditandai dengan pengaruh kandungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik itu berdampak positif ataupun berdampak negatif. Menurut Fallah dan

BAB I PENDAHULUAN. baik itu berdampak positif ataupun berdampak negatif. Menurut Fallah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang kian pesat dalam beberapa dekade terakhir membawa beberapa dampak perubahan dalam kehidupan manusia sehari-hari, baik itu berdampak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gaya hidup sehat atau kembali ke alam (Back to nature) telah menjadi trend baru masyarakat. Hal ini dikarenakan masyarakat semakin menyadari bahwa penggunaan bahan-bahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan sebagai salah satu elemen yang penting dalam diri kita, karena banyak penyakit yang muncul pada saat ini. Penyakit ini muncul disebabkan oleh konsumsi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar paling utama bagi manusia adalah kebutuhan pangan. Pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi yaitu dengan adanya produk-produk hasil pertanian. Pada umumnya, produk-produk hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelestarian lingkungan. Hal ini menunjukkan isu lingkungan saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kelestarian lingkungan. Hal ini menunjukkan isu lingkungan saat ini menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Isu lingkungan global warming menjadi sorotan di berbagai belahan dunia. Berbagai isu lingkungan disinyalir sebagai akibat dari perilaku konsumen yang tidak

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Proyeksi konsumsi kedelai nasional

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Proyeksi konsumsi kedelai nasional 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumber pangan yang diharapkan masyarakat yaitu memiliki nilai gizi tinggi serta menyehatkan. Salah satu sumber gizi yang tinggi terdapat pada bahan pangan kedelai, yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini, dunia telah membawa perubahan di berbagai bidang kehidupan, termasuk perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang memegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan organik. Permintaan terhadap produk-produk organik di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. makanan organik. Permintaan terhadap produk-produk organik di seluruh dunia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Belakangan ini, masyarakat semakin banyak yang mengkonsumsi makanan organik. Permintaan terhadap produk-produk organik di seluruh dunia mencapai 45,8 miliar pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi besar untuk dikembangkan. Potensi tersebut meliputi nilai ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. potensi besar untuk dikembangkan. Potensi tersebut meliputi nilai ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu komoditi hortikultura yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Potensi tersebut meliputi nilai ekonomi, kandungan nutrisi yang relatif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan tubuh yang memiliki dua bentuk yaitu padat dan cair. Pangan merupakan istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan merupakan tantangan serius pada saat ini. Produk-produk berbasis

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan merupakan tantangan serius pada saat ini. Produk-produk berbasis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan iklim sebagai akibat dari pemanasan global dan kerusakan lingkungan merupakan tantangan serius pada saat ini. Produk-produk berbasis lingkungan harus

Lebih terperinci

Perkembangan Anak? Perkembangan Anak?

Perkembangan Anak? Perkembangan Anak? BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan gaya hidup metropolis telah mendorong perubahan konstruksi alam dan kondisi lahan pertanian yang bebas dari residu pestisida setiap hari jumlahnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. global (Giffort & Bernard 2006; Padel & Foster, 2005; Lockie et al., 2004

BAB l PENDAHULUAN. global (Giffort & Bernard 2006; Padel & Foster, 2005; Lockie et al., 2004 BAB l PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini makanan organik mendapatkan perhatian dari seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Kenyataan ini semakin kuat dengan adanya pertumbuhan makanan

Lebih terperinci

VI. PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PRODUK PERTANIAN SEGAR DI RITEL MODERN

VI. PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PRODUK PERTANIAN SEGAR DI RITEL MODERN 55 VI. PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PRODUK PERTANIAN SEGAR DI RITEL MODERN Proses pengambilan keputusan seseorang untuk membeli atau mengkonsumsi suatu produk ataupun jasa dipengaruhi oleh karakteristik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin maju dan sering dengan kemudahan masyarakat dalam mencari informasi, masyarakat luas semakin menyadari pentingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Dewasa ini, masyarakat sebagai konsumen utama produk hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Dewasa ini, masyarakat sebagai konsumen utama produk hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masyarakat sebagai konsumen utama produk hasil pertanian di Indonesia semakin mengerti dan peduli dengan kesehatan. Keamanan pangan menjadi salah satu pertimbangan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Masyarakat mulai menyadari bahaya memakan makanan yang. mengandung bahan-bahan kimia sintetis terutama sayur-sayuran yang dapat

I PENDAHULUAN. Masyarakat mulai menyadari bahaya memakan makanan yang. mengandung bahan-bahan kimia sintetis terutama sayur-sayuran yang dapat 15 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat mulai menyadari bahaya memakan makanan yang mengandung bahan-bahan kimia sintetis terutama sayur-sayuran yang dapat dikonsumsi secara langsung atau lalapan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sayuran organik dapat diartikan sebagai semua sayuran yang ditanam

BAB I PENDAHULUAN. Sayuran organik dapat diartikan sebagai semua sayuran yang ditanam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sayuran organik dapat diartikan sebagai semua sayuran yang ditanam secara organik. Menurut Ahmad (2008), sayuran organik diperoleh dari hasil budidaya secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buah-buahan dan sayur-sayuran adalah cara yang baik dalam mewujudkan gaya

BAB I PENDAHULUAN. buah-buahan dan sayur-sayuran adalah cara yang baik dalam mewujudkan gaya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup sehat sudah menjadi trend di masyarakat dunia termasuk juga Indonesia. Tidak hanya menjaga kesehatan dengan berolah raga tetapi juga mengkonsumsi makanan-makanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sampai saat ini masih memegang peranan penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisa melaksanakan rutinitasnya setiap hari(depkesri,2004).

BAB I PENDAHULUAN. bisa melaksanakan rutinitasnya setiap hari(depkesri,2004). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan adalah produk pangan yang siap hidang atau yang langsung dapat dimakan, biasanya dihasilkan dari bahan pangan setelah terlebih dahulu diolah atau di masak.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan bisnis ritel di Indonesia dewasa ini sedang berkembang amat pesat. Munculnya ritel ritel di Indonesia makin menyemarakkan bisnis ini. Kebutuhan dan keinginan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv vi ix xi xii I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Perilaku Konsumen dan Proses Keputusan Pembelian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Perilaku Konsumen dan Proses Keputusan Pembelian 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemasaran Menurut Kotler (1999:4), pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dengan mana seseorang atau kelompok memperoleh apa yang dibutuhkan dan inginkan melalui penciptaan

Lebih terperinci

Sumber : Pusdatin dan BPS diolah, *) angka sementara.

Sumber : Pusdatin dan BPS diolah, *) angka sementara. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat diperlukan bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat Indonesia. Potensi pertanian di Indonesia tersebar secara merata di seluruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kacang panjang, daun kecipir, buncis, seledri, dan lain-lain. Kacang panjang

I. PENDAHULUAN. kacang panjang, daun kecipir, buncis, seledri, dan lain-lain. Kacang panjang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral terutama vitamin B dan C. Jenis sayuran yang banyak mengandung mineral dan serat diantaranya bayam, kacang panjang, daun kecipir,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Uraian Jumlah penduduk (juta jiwa) Konsumsi beras (juta ton) (Sumber: BPS, 2012)

I. PENDAHULUAN. Uraian Jumlah penduduk (juta jiwa) Konsumsi beras (juta ton) (Sumber: BPS, 2012) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas beras memiliki peran penting dalam pembangunan pertanian dan menjadi makanan pokok oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk pertanian yang dibutuhkan masyarakat untuk mencukupi

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk pertanian yang dibutuhkan masyarakat untuk mencukupi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan sumber daya alam melimpah dan wilayahnya yang luas berpotensi untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi bagi penduduknya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keamanan pangan memegang peranan yang sangat strategis. Terjaminnya kondisi keamanan pangan di Indonesia berarti telah memenuhi hak-hak masyarakat Indonesia untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alam Indonesia mempunyai kekayaan pertanian yang berlimpah, baik jenis maupun macamnya. Salah satu hasil pertaniannya adalah buah-buahan. Komoditi hortikultura khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlimpah, salah satunya adalah perikanan laut. Tetapi soal mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. berlimpah, salah satunya adalah perikanan laut. Tetapi soal mengkonsumsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki segudang kuliner andalan yang bisa dibanggakan. Indonesia patut berbesar hati akan potensi yang luar biasa sebagai negara kepulauan yang memiliki

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumen dan Keputusan Pembelian Hendri, 2005 dalam Purwanti (2011) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai proses yang terjadi pada konsumen ketika ia memutuskan membeli,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan lahan subur bagi pemasaran berbagi macam produk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan lahan subur bagi pemasaran berbagi macam produk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan lahan subur bagi pemasaran berbagi macam produk karena populasinya yang sangat besar dan beragam. Mulai dari pemasaran produk elektronik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan makanan jajanan. Makanan jajanan (street food) merupakan makanan

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan makanan jajanan. Makanan jajanan (street food) merupakan makanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Makanan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia. Makanan merupakan produk yang berasal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena adanya isu-isu negatif tentang lingkungan yang marak dibicarakan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena adanya isu-isu negatif tentang lingkungan yang marak dibicarakan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tingkat kesadaran manusia terhadap lingkungan saat ini mulai tumbuh di masyarakat karena adanya isu-isu negatif tentang lingkungan yang marak dibicarakan oleh masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan bisnis ritel, terutama bisnis ritel modern, saat ini semakin berkembang dengan pesat di Indonesia. Bisnis ritel memainkan peranan penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

SCHOOL GARDEN AJARKAN ANAK CINTA MAKAN SAYUR

SCHOOL GARDEN AJARKAN ANAK CINTA MAKAN SAYUR AgroinovasI SCHOOL GARDEN AJARKAN ANAK CINTA MAKAN SAYUR Sayuran dan buah merupakan satu dari empat pilar pangan berimbang selain biji-bijian, protein dan sedikit susu yang dianjurkan dalam pemenuhan gizi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang memiliki tujuan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani

I. PENDAHULUAN. nasional yang memiliki tujuan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang memiliki tujuan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani pada khususnya dan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. produksi pertanian baik secara kuantitas maupun kualitas. Pada tahun 1984

I. PENDAHULUAN. produksi pertanian baik secara kuantitas maupun kualitas. Pada tahun 1984 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang memiliki tujuan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani pada khususnya dan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian modern (revolusi hijau) telah membawa kemajuan pesat bagi pembangunan pertanian khususnya dan kemajuan masyarakat pada umumnya. Hal ini tidak terlepas dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biologi tanah untuk mengoptimalkan produksi tanaman (Budiasa, 2014). Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. biologi tanah untuk mengoptimalkan produksi tanaman (Budiasa, 2014). Pertanian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian organik merupakan jawaban atas revolusi hijau yang digalakkan pada tahun 1960-an yang menyebabkan berkurangnya kesuburan tanah dan kerusakan lingkungan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada abad 21 ini masyarakat mulai menyadari adanya bahaya penggunaan bahan kimia sintetis dalam bidang pertanian. Penggunaan bahan kimia sintesis tersebut telah menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan kimia

BAB I PENDAHULUAN. harus aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan kimia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan dan minuman merupakan satu faktor yang cukup besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan masyarakat. Makanan dan minuman harus aman dalam arti tidak mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil dan menengah (UKM) pada umumnya membuka usahanya di

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil dan menengah (UKM) pada umumnya membuka usahanya di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha kecil dan menengah (UKM) pada umumnya membuka usahanya di bidang makanan dan minuman seperti usaha membuka tempat makan (restoran/rumah makan), camilan dan kuliner

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak asasi setiap orang untuk keberlangsungan hidupnya. Makanan adalah unsur terpenting dalam menentukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

sebelumnya. Hal tersebut membuat manusia mampu menemukan hal-hal baru

sebelumnya. Hal tersebut membuat manusia mampu menemukan hal-hal baru BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Zaman yang semakin maju membuat pemikiran manusia juga turut berkembang ke arah yang lebih baik dan jauh lebih maju di bandingkan sebelumnya. Hal tersebut membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar biologi tidak hanya berasal dari buku saja, melainkan seperti proses

BAB I PENDAHULUAN. belajar biologi tidak hanya berasal dari buku saja, melainkan seperti proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari segala hal yang berhubungan dengan makhluk hidup. Seperti struktur yang membentuk makhluk hidup, komponen yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan jumlah sel darah merah dibawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan jumlah sel darah merah dibawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan. BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit, dan jumlah sel darah merah dibawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan. Sedangkan anemia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Pembangunan pertanian masih mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurun waktu 30 tahun terakhir, negara-negara industri mulai berpendapat b ahwa pelaksanaan dari pertanian modern yang memberikan hasil panen yang tinggi ternyata menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agribisnis merupakan serangkaian kegiatan yang terkait dengan upaya peningkatan nilai tambah kekayaan sumber daya alam hayati, yang dulu lebih berorientasi kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang secara signifikan berlangsung dengan cepat khususnya teknologi internet.

BAB I PENDAHULUAN. yang secara signifikan berlangsung dengan cepat khususnya teknologi internet. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi telah menyebabkan perubahan sosial yang secara signifikan berlangsung dengan cepat khususnya teknologi internet. Ditengah perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agribisnis merupakan suatu mega sektor karena mencakup banyak sektor, baik secara vertikal (sektor pertanian, perdagangan, industri, jasa, keuangan, dan sebagainya), maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kepedulian serta kesadaran akan lingkungan saat ini telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kepedulian serta kesadaran akan lingkungan saat ini telah menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kepedulian serta kesadaran akan lingkungan saat ini telah menjadi perbincangan di semua kalangan dan telah merubah cara pandang serta pola hidup masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2012). Sapi berasal dari famili Bovida, seperti halnya bison, banteng, kerbau

BAB I PENDAHULUAN. 2012). Sapi berasal dari famili Bovida, seperti halnya bison, banteng, kerbau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sapi merupakan hewan ternak yang menghasilkan daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani. Hal ini perlu mendapat perhatian berbagai pihak, karena sektor pertanian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Konsumsi Telur dan Daging Broiler pada Beberapa Negara ASEAN Tahun 2009

PENDAHULUAN. Tabel 1. Konsumsi Telur dan Daging Broiler pada Beberapa Negara ASEAN Tahun 2009 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki banyak perusahaan yang bergerak di bidang perunggasan, baik dari segi pakan unggas, komoditi unggas, dan pengolahan produk unggas dalam skala besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Carrefour, Hero, Superindo, Hypermart, dan lainnya. Dengan adanya berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Carrefour, Hero, Superindo, Hypermart, dan lainnya. Dengan adanya berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis saat ini, membuat persaingan bisnis ritel menjadi semakin ketat. Menurut Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO), bisnis ritel atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan hidup yang semakin kompleks pula. Hal ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan hidup yang semakin kompleks pula. Hal ini menuntut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi dan perekonomian masyarakat dewasa ini telah membuat masyarakat mempunyai gaya hidup yang lebih baik dan modern sesuai

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB 2 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB 2 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Pemasaran (Marketing) Pemasaran adalah proses penyusunan komunikasi terpadu yang bertujuan untuk memberikan informasimengenai barang atau jasa dalam kaitannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era jaman ini banyak sekali kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap individu konsumen, tidak hanya itu banyaknya produk yang dapat dikonsumsi memiliki banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. datang adalah hortikultura. Hortikultura merupakan komoditas pertanian yang

I. PENDAHULUAN. datang adalah hortikultura. Hortikultura merupakan komoditas pertanian yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Salah satu komoditas pertanian khas tropis yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesadaran manusia akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesadaran manusia akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesadaran manusia akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup semakin meningkat dengan banyaknya berbagai isu-isu global mengenai lingkungan hidup.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan merupakan sesuatu yang berada disekitar manusia secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan merupakan sesuatu yang berada disekitar manusia secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan merupakan sesuatu yang berada disekitar manusia secara langsung ataupun tidak langsung dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Lingkungan dapat memberikan dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia sangat penting untuk mengonsumsi protein yang berasal dari hewani maupun nabati. Protein dapat diperoleh dari susu, kedelai, ikan, kacang polong

Lebih terperinci

, 2015 PENGARUH SUHU DAN WAKTU PEMANASAN TERHADAP KADAR VITAMIN C DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN PADA EKSTRAK DAN SIRUP MELON JINGGA

, 2015 PENGARUH SUHU DAN WAKTU PEMANASAN TERHADAP KADAR VITAMIN C DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN PADA EKSTRAK DAN SIRUP MELON JINGGA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki pemikiran yang berbeda mengenai pola hidup, dan pola hidup tersebut akan mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Pola hidup masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Air minum merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling pokok.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Air minum merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling pokok. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air minum merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling pokok. Pendeknya, setiap manusia yang masih hidup membutuhkan air untuk minum. Bahkan para ahli

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktifitas dengan baik dibutuhkan badan yang sehat. Pola hidup sehat,

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktifitas dengan baik dibutuhkan badan yang sehat. Pola hidup sehat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal Bisnis Bisnis kesehatan adalah bisnis yang sangat penting karena kesehatan merupakan salah satu syarat manusia bisa merasakan kebahagiaan.untuk bisa melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mendapatkan energi, membantu pertumbuhan badan dan otak.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mendapatkan energi, membantu pertumbuhan badan dan otak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap makhluk hidup membutuhkan makanan, tanpa makanan, makhluk hidup akan sulit mengerjakan aktivitas sehari-harinya. Makanan dapat membantu manusia dalam mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk manusia melakukan aktivitas sehari-hari. Untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk manusia melakukan aktivitas sehari-hari. Untuk menunjang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Setiap manusia hidup membutuhkan pangan untuk pertumbuhan dan mempertahankan hidup. Selain itu pangan juga berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris, dengan jumlah penduduk sebagian besar bermata pencaharian di bidang pertanian, sedangkan kegiatan pertanian itu sendiri meliputi pertanian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang dikenal

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang dikenal PENDAHULUAN Latar Belakang Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang dikenal dengan sebutan ayam buras (ayam bukan ras) atau ayam sayur. Ayam kampung memiliki kelebihan pada daya adaptasi tinggi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini persaingan bisnis antar industri ritel sangat ketat, baik di pasar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini persaingan bisnis antar industri ritel sangat ketat, baik di pasar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini persaingan bisnis antar industri ritel sangat ketat, baik di pasar domestik maupun di pasar internasional. Industri ritel yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi Indonesia. Asosiasi Perusahaan Ritel Indonesia (Aprindo)

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi Indonesia. Asosiasi Perusahaan Ritel Indonesia (Aprindo) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri ritel Indonesia merupakan industri yang strategis bagi perkembangan ekonomi Indonesia. Asosiasi Perusahaan Ritel Indonesia (Aprindo) yang selama ini banyak

Lebih terperinci

SUKOHARJO. Oleh : Kesehatan Bidang J NIM FAKULTAS

SUKOHARJO. Oleh : Kesehatan Bidang J NIM FAKULTAS 1 GAMBARAN KONSUMSI MAKANAN JAJANAN DAN MORBIDITAS DIARE DI SD N BANMATI 03 KECAMATAN SUKOHAR RJO KABUPATEN SUKOHARJO Karya Tulis Ilmiah Diajukan sebagai salah satu syarat untuk Menyelesaikann Pendidikann

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perikanan penting bagi pembangunan nasional. Peranan sub sektor perikanan dalam pembangunan nasional terutama adalah menghasilkan bahan pangan protein hewani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Industri perunggasan di Indonesia terutama ayam pedaging (broiler) sangat

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Industri perunggasan di Indonesia terutama ayam pedaging (broiler) sangat BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Industri perunggasan di Indonesia terutama ayam pedaging (broiler) sangat dominan dalam penyediaan protein hewani. Saat ini produksi daging broiler menempati urutan pertama

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh green perceived

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh green perceived BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh green perceived quality dan green satisfaction terhadap green trust serta implikasinya terhadap green purchase

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat masyarakat menjadi lebih peduli terhadap produk-produk yang mereka

BAB I PENDAHULUAN. membuat masyarakat menjadi lebih peduli terhadap produk-produk yang mereka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesadaran masyarakat di berbagai belahan dunia tentang pentingnya menjaga kelesterarian lingkungan semakin meningkat. Terjadinya pemanasan global membuat masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat dunia mulai memperhatikan persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan melaksanakan usaha-usaha yang paling

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya Pertumbuhan UKM di indonesia ternyata cukup di dominasi oleh industri makanan dan minuman. Sejak beberapa tahun yang lalu, perkembangan bisnis di bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gayatri Anggi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gayatri Anggi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sayuran dalam kehidupan manusia sangat berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan peningkatan gizi, karena sayuran merupakan salah satu sumber mineral dan

Lebih terperinci

Daging olahan merupakan sumber bahan pangan yang bisa menggantikan. daging segar. Dengan semakin meningkatnya jumlah penghasilan serta tingkat

Daging olahan merupakan sumber bahan pangan yang bisa menggantikan. daging segar. Dengan semakin meningkatnya jumlah penghasilan serta tingkat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging olahan merupakan sumber bahan pangan yang bisa menggantikan daging segar. Dengan semakin meningkatnya jumlah penghasilan serta tingkat pendidikan masyarakat, kesadaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat ketat untuk mendapatkan konsumen. Persaingan itu membuat para

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat ketat untuk mendapatkan konsumen. Persaingan itu membuat para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat sekarang ini perkembangan dunia usaha penyajian makanan dan minuman (food service) membawa para pelaku dunia usaha tersebut ke persaingan yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini peneliti menguraikan kesimpulan berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis. Selain itu, bab ini juga dilengkapi dengan implikasi manajerial, keterbatasan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Grafik Perkembangan Produksi Susu Provinsi Jawa Barat Tahun (Ton) Sumber: Direktorat Jendral Peternakan, 2010

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Grafik Perkembangan Produksi Susu Provinsi Jawa Barat Tahun (Ton) Sumber: Direktorat Jendral Peternakan, 2010 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan telah mengalami peningkatan kinerja dari tahun ke tahun. Salah satu acuan dalam melihat kinerja suatu sektor adalah Produk Domestik Bruto (PDB). Pada

Lebih terperinci