PENOLAKAN RUSIA TERHADAP PEMBANGUNAN TRANS CASPIAN GAS PIPELINES

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENOLAKAN RUSIA TERHADAP PEMBANGUNAN TRANS CASPIAN GAS PIPELINES"

Transkripsi

1 PENOLAKAN RUSIA TERHADAP PEMBANGUNAN TRANS CASPIAN GAS PIPELINES Ni Nyoman Diah Putri Jayantari 1), Sukma Sushanti2), Putu Titah Kawitri Resen3) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana 1 ; sukmasushanti@gmail.com 2, kawitriresen@gmail.com 3 ABSTRACT The construction of Trans-Caspian gas pipeline, a new promising pipeline in Caspian region triggered Russia s opposition. The opposition came up as geopolitic importance of the region and the economic interest of Russia will be significantly harmed due to the construction. Based on that idea, this research analyzes the policies that Russia took as an effort to declare it opposition and stop the contruction of the pipeline. Data in this research were collected from various sources including official website, journals, books, news and reports. To analyze, the research used foreign policy concept and rational actor model. The research shows that the policy decided by Russia is the most rational policy that successfully postponed and possibly stopping the contruction of Trans- Caspian Gas Pipeline. Keywords : Energy, Russia, Trans-Caspian Gas Pipeline 1. PENDAHULUAN Jalur pipa atau pipelines telah menjadi komponen dari politik energi yang krusial utamanya bagi negara yang menggantungkan perekonomian dan juga pembangunannya ke dalam aktivitas energi baik minyak maupun gas. Krusialitas dari pembangunan jalur pipa ini membuatnya menjadi penentu arah kebijakan luar negeri negara, tak terkecuali Rusia (Hill, 2004).Sebesar 70% pendapatan ekspor Rusia didapat dariekspor energi dan melalui perdagangan gas alam sendiri Rusia menghasilkan kuranglebih sebesar 35,9 miliar dolar AS per tahunnya (Observatory of Economic Compexity, 2016). Salah satu pembangunan jalur pipa yang akan memberikan perubahan signifikan pada kondisi ekonomi dan politik Rusia adalah adalah pembangunan Trans-Caspian Gas Pipelines atau disingkat sebagai TCGP. Jalur pipa ini diinisiasi sejak tahun 1998 dan direncanakan akan dibangun membentang melalui perairan Kaspia menghubungkan Turkeministan disebelah barat dan Azerbaijan disebelah Timur (Center for Energy Economics, 2010). Saat ini, aktivitas distribusi gas alam di regional Kaspia didominasi oleh jalurpipa milik Rusia.Hingga 70% produksi gas alam Turkeministan dan Kazakhstan didistribusikan melalui jalur pipa Central Asia Center (CAC) milik Rusia sebelumkemudian disalurkan ke Uni Eropa (Center for Energy Economics, 2010).Hal inimembuat jalur pipa berkontribusi secara signifikan baik dalam

2 perekonomian Rusiamaupun politik dalam menjalin hubungan kerjasama dengan negara-negara diregional. Monopoli Rusia akan jalur pipa membuat negara regional Kaspia berupayauntuk mendiversivikasi opsi distribusi. Untuk memperjelas posisinya dalam menolak pembangunan TCGP, Rusiamelakukan beberapa upaya.peneliti menilai bahwa upaya Rusia merupakankebijakan yang rasional dan telah sukses dalam menghambat pembangunan TCGPhingga saat ini. Oleh karena hal tersebut, penelitian ini akan membahas mengenaiupaya yang dilakukan Rusia dalam menolak pembangunan TCGP. 2. KAJIAN PUSTAKA Penelitian ini menggunakan dua artikel ilmiah sebagai kajian pustaka, artikel pertama merupakan tulisan Giovanni Pagotto pada tahun 2014 yang berjudul A Short Pipeline a Big Threat: Analysing the Reasons of Russia s Opposition to The Trans Caspian Pipelines dan artikel kedua merupakan tulisan Fiona Hill pada tahun 2004 yang berjudul Pipelines in The Caspian: Catalyst or Cure-all?. Penelitian Giovanni Pagotto (2014) menganalisa alasan dibalik penolakan Rusia terhadap proyek pembangunan TCGP. Dalam menganalisa isu tersebut Giovanni menggunakan tiga konsep, yaitu konsep keamanan energi, konsep power dan interdependensi asimetris dan yang terakhir adalah konsep offensif realisme. Giovanni menjelaskan bahwa hubungan interdependensi Rusia - Uni Eropa akan semakin asimetris akibat meningkatnya akses terhadap potensi gas Turkeministan melalui pembangunan TCGP. Pembangunan ini akan memungkinkan distribusi gas yang intensif dari Turkeministan kepada Uni Eropa dan akan mengurangi ketergantungan Uni Eropa terhadap Rusia, memberikan ancaman kepada kondisi keamanan energi negara ini. Dilihat secara geopolitik dalam realisme ofensif, Giovanni menyatakan bahwa keputusan kebijakan penolakan terhadap TCGP diambil akibat adanya kekhawatiran Rusia akan berkurangnya dominasinya di wilayah ini. Rusia dan Uni Eropa memiliki hubungan interdependensi (Pagotto, 2014). Sebanyak 62% dari konsumsi energi gas Uni Eropa merupakan gas Rusia, dan dengan pola konsumsi yang tetap diprediksikan bahwa tingkat permintaannya dapat naik 73% pada tahun 2020 dan 86% pada tahun Di sisi lain, 45% dari pendapatan Rusia dihasilkan dari perdagangan minyak dan gas dengan 8-10%nya berasal dari perdagangan gas (Pagotto, 2014). Angka ini menunjukkan hubungan yang asimetris dengan ketergantungan yang lebih berat pada sisi Rusia kepada Uni Eropa dan bukan sebaliknya. Pagotto (2014) menjelaskan upaya penolakan Rusia diambil berdasarkan tujuan untuk menutup kemungkinan Uni Eropa dalam mendiversifikasi sumber energinya, sehingga Uni Eropa akan tetap mengimpor gas Rusia.

3 Pembahasan mengenai apakah pembangunan sebuah jalur pipa dapat menjadi jembatan hubungan politik antar negara di regional didapat dari artikel ilmiah Fiona Hill (2004). Hill memfokuskan tulisannya pada pembangunan jalur pipa dari Baku melalui Tbilisi menuju Ceyhan (BTC). Dalam tulisannya Hill membahas secara umum mengenai permasalahan ekspor di wilayah Kaspia menghambat perkembangan produksi minyak dan gas di negara yang terdisintegrasi dari Uni Soviet yakni Azerbaijan yang juga berimplikasi kepada negara bekas Soviet lainnya. Permasalahan ekspor tersebut antara lain disebabkan oleh monopoli Rusia dalam sektor distribusi yang terjadi karena hanya Rusia di wilayah tersebut yang memiliki kapabilitas dan teknologi dalam pengadaan pelabuhan dan jalur pipa untuk ekspor. Pembangunan jalur pipa BTC dikatakan dapat melepaskan Azerbaijan, Georgia dan negara lainnya dari ketergantungannya terhadap Rusia dan memiliki posisi tawar yang tinggi dalam ekonomi namun tidak mampu sepenuhnya digunakan sebagai alat perekat hubungan politik di antara negara-negara yang terlibat. Dalam menjelaskan fenomena pembangunan jalur pipa BTC dan implikasi positifnya terhadap kekuatan politik Azerbaijan dan negara yang terdisintegrasi dari Uni Soviet lainnya, Hill mengaitkan kasus ini dengan pendekatan geopolitik. Setelah melepaskan diri dari Uni Soviet, negaranegara ini memiliki ketakutan akan kemungkinan ketergantungan terhadap Rusia, oleh sebab itu negara-negara ini mengatur strategi untuk membentuk sistem keamanan dan ekonomi baru yang mendekatkan mereka ke Eropa dan Amerika, dan Turki dilihat sebagai jendela negaranegara ini menuju ke Barat untuk itulah jalur pipa BTC dibentuk. Penjelasan Hill (2004) mengenai implikasi politik yang didapat dari pembuatan jalur pipa BTC memberikan gambaran kepada penelitian ini mengenai politisasi jalur pipa. Oleh karena pengaruh jalur pipa berpengaruh signifikan terhadap ekonomi negara memunculkan fenomena keamanan energi yang membuat keberadaan jalur pipa dipandang tidak lagi sebagai instrument ekonomi namun sebagai alat politik. Hill (2004) juga menjelaskan strategi politik negara-negara yang terdisintegrasi dari Uni Soviet yang menggunakan pembuatan jalur pipa untuk mengembangkan potensi ekonominya dalam sektor minyak dan gas dan juga untuk meningkatkan bargaining power internasional. Penelitian ini juga akan membahas mengenai implikasi politik dalam pembuatan pipa namun penelitian ini tidak berfokus pada jalur pipa BTC melainkan rencana pembangunan pipa Trans-Caspian Gas Pipelines (TCGP) yang akan menghubungkan Turkeministan dan Azerbaijan. Disamping itu penelitian ini juga akan menjelaskan fenomena dari kebijakan luar negeri dan strategi diplomasi yang dilakukan oleh Rusia dalam merespon pembuatan dari jalur pipa TCGP.

4 Tulisan Giovani berfokus kepada Rusia sedangkan Hill mengambil pendekatan dari negara-negara pecahan Uni Soviet. Keduanya sama-sama menganalisa dengan sudut pandang geopolitik, oleh sebab itu penolakan terjadi oleh negara yang merasa terancam posisinya. Keberadaan jalur pipa TCGP ini akan memberi dampak positif bagi beberapa negara dan juga dampak negatif dari negara lainnya. Penelitian Giovanni berkontribusi dalam membangun posisi penulis dalam memandang ancaman pembangunan TCGP terhadap ekonomi Rusia, dimana untuk menolak hal tersebut diperlukan beberapa upaya. Penyediaan penawaran gas selain dari Rusia akan menurunkan ketergantungan Uni Eropa terhadap Rusia yang dapat menurunkan posisi Rusia baik secara ekonomi maupun politik terhadap Uni Eropa. Fiona Hill memberikan gambaran mengenai dampak dari pembangunan pipa BTC yang dapat digunakan untuk mengkaji dan melihat dampak yang diakibatkan oleh pembangunan TCGP ini. Dari uraian kedua artikel jurnal ilmiah diatas, penulis melihat tulisan Pagotto (2014) mengenai alasan penolakan Rusia terhadap pembangunan TCGP dapat membantu penulis dalam memahami dan menganalisa upaya penolakan Rusia dalam pembangunan TCGP, dan penelitian Hill (2004) berkontribusi dalam melihat pentingnya isu ini bagi politik regional. 3. METODELOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif yang dijabarkan dengan kata-kata dan kalimat yang bersifat deskriptif dengan level analisa penelitian negara. Data dari penelitian diambil dari data sekunder yang berasal dari berbagai literature, surat kabar, website resmi, dll. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk dapat memahami upaya Rusia dalam menolak pembangunan TCGP perlu untuk melihat bagaimana kepentingan ekonomi menjadi penentu dalam keputusan kebijakan luar negeri Rusia.Pentingnya sektor energi bagi Rusia dapat dilihat dari keadaan ekonomi Rusia saat ini.secara ekonomi, Rusia merupakan negara pengekspor terbesar ke-10 dunia dan sektor energi memberikan kontribusi signifikan terhadap hal tersebut. Sebesar 70% pendapatan ekspor Rusia didapat dari ekspor energi dan melalui perdagangan gas alam sendiri Rusia menghasilkan kurang lebih sebesar 35,9 miliar dolar AS per tahunnya (Observatory of Economic Compexity, 2016). Tidak hanya itu, dalam posisinya di perdagangan gas alam dunia, Rusia berperan sebesar 25% pada pasar gas alam yang menunjukkan bahwa terdapat negaranegara yang menggantungkan konsumsi gasnya kepada Rusia (Lough, 2011). Negara tersebut utamanya adalah negara di Eropa dan juga negara-negara Commonwealth Independent States yang merupakan wilayah

5 dominasi perdagangan gas Rusia. Sebanyak 62% dari konsumsi energi gas Uni Eropa berasal dari gas Rusia, dan dengan pola konsumsi yang tetap diprediksikan bahwa tingkat permintaannya dapat naik 73% pada tahun 2020 dan 86% pada tahun 2030 (Pagotto, 2014). Fell (2014) menyatakan bahwa dengan asumsi Uni Eropa tetap mempertahankan hubungan perdagangan gas alamnya dengan Rusia akan terdapat kekhawatiran Rusia tidak mampu memenuhi permintaan Uni Eropa hingga tahun 2020 mendatang. Selain karena konflik dengan Ukraina sebagai negara transit 50% produksi gas alam Rusia ke Uni Eropa dan berakhirnya kontrak kerjasama jalur pipa kedua negara pada tahun 2019, kekhawatiran ini juga disebabkan oleh berkurangnya jumlah produksi gas alam Rusia selama satu dekade terakhir. Dua sumber gas terbesar Rusia yakni Yamburg dan Urengoi saat ini menopang sebesar 60% produksi gas Rusia (330 bcm) terus mengalami penurunan yang signifikan. Dengan tingginya kontribusi gas kepada ekonomi Rusia, penurunan jumlah produksi merupakan ancaman. Dalam perdagangan gas, wilayah Kaspia berperan secara signifikan bagi Rusia.Signifikansi tersebut terbangun dari pentingnya wilayah Kaspia sebagai kunci bagi pergadangan gas negara ini yang diakibatkan oleh terbatasnya alternatif jalur pipa gas wilayah Kaspia. Hal ini ditunjukkan dengan data pada tahun 2009 dimana sebesar 70% proporsi ekspor gas negaranegara di wilayah Kaspia didistribusikan melalui jalur pipa gas milik Rusia (Coffey, 2015). Oleh karena gas hanya dapat didistribusikan melalui jalur pipa, negaranegara wilayah Kaspia yang juga menggantungkan ekonominya melalui pergadangan gas memandang hubungan dengan Rusia sebagai hal yang perlu dijaga.pentingnya energi bagi wilayah ini dalam menopang perkembangan ekonomi negara-negara Kaspia membuat pemerintah negara-negara litoral Kaspia mengubah jalur pipa dari hanya sebuah proyek transportasi menjadi alat untuk mencapai tujuan politik dan sosial (Hill, 2004). Dengan demikian, hubungan Rusia sebagai gate keeper distribusi perdagangan gas Turkeministan dan Kazakhstan sebagai negara litoral Kaspia membuat posisi negara ini semakin kuat dan monopolistik.dengan posisinya tersebut, Rusia berperan dalam 80% ekspor gas alam Turkeministan dan Kazakhstan. Rusia akan membeli sejumlah gas dari negara-negara ini dan kemudian menjualnya kembali kepada pasar Uni Eropa (Lough, 2011). Pembangunan TCGP akan membawa pengaruh signifikan bagi perekonomian Rusia. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, sebesar 30 bcm gas akan didistribusikan dari Turkeministan menuju Uni Eropa melalui Azerbaijan yang disambungkan dengan Georgia dan Turki. Dengan 30 bcm pasokan gas Turkeminisan ditambah 20 bcm pasokan Azerbaijan yang

6 didistribusikan melalui jalur pipa BTE dan 20 bcm tambahan pasokan dari negara transit jalur pipa TANAP, Rusia akan kehilangan lebih dari setengah permintaan Uni Eropa atas gas alamnya. Setiap tahunnya Rusia mendistribusikan sebesar 150 bcm (distribusi gas alam jalur pipa CAC mencapai nyaris 50%) melalui jalur pipa Rusia ke Uni Eropa, munculnya TCGP dan potensi berkurangnya permintaan gas alam Rusia akan mengancam kondisi perekonomiannya saat ini (Coffey, 2015). Kekhawatiran akan terancamnya stabilitas perekonomian Rusia oleh karena berkurangnya permintaan Uni Eropa akan gas alam membuat isu ekonomi menjadi penentu pengambilan kebijakan Rusia dalam merespon pembangunan TCGP. Selama rentang waktu 2005 hingga 2014 dapat dilihat ada tiga upaya utama yang dilakukan Rusia untuk menyatakan penolakannya terhadap pembangunan jalur pipa TCG. Upaya penolakan pertama yang paling mendasar adalah dengan dimunculkannya kembali isu mengenai status legal delimitasi wilayah Kaspia, dengan memunculkan isu ini, Rusia menyerang justifikasi pembangunan TCGP. Upaya yang kedua adalah dengan memunculkan kembali permasalahan ekologi yang dikhawatirkan akan rusak akibat pembangunan TCGP. Dengan upaya ini Rusia mempertanyakan konsekuensi praktik dari pembangunan TCGP.Upaya yang terakhir adalah dengan menghalau aktor eksternal di wilayah ini sebagai upaya untuk meredam masuknya pengaruh yang dapat menggeser posisi Rusia secara politik di regional Kaspia. Isu legal delimitasi wilayah Kaspia. Wilayah Kaspia memiliki permasalahan dalam hal status legal dan delimitasi.isu ini diperkuat dengan pecahnya Uni Soviet yang membuat validitas perjanjian Iran dan Uni Soviet sebelumnya dipertanyakan (Janusz, 2005). Telah dilakukan beberapa bentuk mediasi dan negosiasi untuk menjawab permasalahan ini, salah satunya adalah dengan dibentuknya Special Working Group on the legal regime of Caspian Sea (SWG) pada tahun 1996 yang secara khusus dimaksudkan untuk menyusun kesepakatan pembagian wilayah Kaspia dan juga dengan melaksanakan pertemuan kepala negara litoral Kaspia yang disebut sebagai Caspian Summit (Akiner, 2004). Namun, hingga Caspian Summit ketiga pada tahun 2010 dan pertemuan SWG yang ke-36 pada tahun 2014 pembagian wilayah dan status legal Kaspia belum juga dapat mencapai kesepakatan (Lee, 2005). Pada First Caspian Summit yang diselenggarakan pada tanggal April 2002 kelima negara belum dapat menemui kesepakatan dan menandatangani deklarasi akhir konvensi. Namun, kelima negara telah mampu menyampaikan posisinya masingmasing dalam memandang pembagian wilayah di perairan Kaspia. Pembahasan dilanjutkan pada pertemuan SWG yang ke-8 pada tanggal februari 2003yang menyepakati tiga hal yakni adanya

7 kesepakatan untuk mendemiliterisasi wilayah ini, sepakat untuk membuat wilayah ini sebagai wilayah kapal komersial yang bebas bagi negara litoral, dan persetujuan mengenai perlindungan lingkungan (Akiner, 2004). Meskipun dalam tataran multilateral kelima negara belum mencapai kesepakatan, Rusia melaksanakan pendekatan secara bilateral kepada Azerbaijan dan Kazakhstan, mencapai kesepakatan untuk membagi wialayah utara Kaspia menggunakan garis median (Abirov, 2013).Salah satunya adalah dengan Modified Median Line (MML). Melalui delimitasi ini wilayah Kaspia akan dibagi berdasarkan garis median yang merupakan perpanjangan dari titik pantai dan wilayah diluar itu dapat digunakan secara bebas oleh kelima negara litoral (Diba B., 2004). Persetujuan menggunakan formula ini telah disetujui oleh Rusia dengan Kazakhstan, Rusia dengan Azerbaijan dan Kazakhstan dan Azerbaijan. Namun, belum dapat disepakati oleh Iran dan juga Turkeministan (Diba B., 2004). Pendekatan dilaksanakan dengan pertemuan-pertemuan bilateral.presiden Vladmir Putin dan Presiden Nursultan Nazarbaev menandatangani kontrak baru terkait kesepakatan mengenai pembagian wilayah perairan Kaspia diantara kedua negara dengan menggunakan garis median. Pada September tahun 2002, Rusia dan Azerbaijan menandatangani kesepakatan yang sama, bulan Februari 2003 Azerbaijan dan Kazakhstan menyepakati perjanjian serupa hingg pada bulan Mei 2003 ketiga negara ini menyetujui perjanjian delimitasi pada sektor perbatasan. Sebagai hasilnya, 64% dari perairan Kaspia bagian utara terbagi berdasarkan prinsip garis median yang membuat Kazakhstan mendapat 27%, Rusia sebesar 19% dan Azerbaijan sebesar 18% (Abirov, 2013). Meski demikian, kesepakatan diantara ketiga negara ini kemudian ditolak oleh Iran dan Turkeministan, ini sebabnya terjadi perbedaan pendapat pada Caspian Summit dan tidak dapat dicapai kesepakatan yang konsensual. Perundingan dilanjutkan dengan Caspian Summit yang kedua pada tahun 2007 di Tehran, Iran. Tidak ada perkembangan berarti dalam menentukan delimitasi wilayah ini namun kelima negara menyetujui joint declaration yang disebut Tehran Declaration yang menyatakan bahwa negara litoral akan melaksanakan segala upaya untuk menjaga perdamaian dan stabilitas regional, berkomitmen untuk bekerja sama dalam penggunaan sumber daya alam di perairan ini secara efisien dan memperdalam kerjasama ekonomi utamanya dalam bidang energi dan transportasi, membantu satu sam lain untuk menciptakan koridor transportasi internasional yang akan dapat digunakan sebagai transportasi regional, dan menyetujui hak aktivitas pelayaran, perikanan dan navigasi dibawah bendera negara litoral hingga status legal perairan ini dapat ditentukan. Melalui dokumen ini disepakati bahwa tidak ada negara lain yang memiliki hak untuk

8 melayarkan kapal ataupun angkatan militer di negara Kaspia selain kelima negara litoral dan perairan Kaspia hanya akan digunakan untuk hal yang damai, angkatan militer di perbatasan tidak boleh digunakan untuk satu sama lain (Abirov, 2013). Hingga pada Caspian Summit yang ketiga di Baku, Azerbaijan pada tahun 2010, kelima negara litoral belum juga dapat menemukan kesepakatan terkait dengan status legal wilayah Kaspia.Namun pada pertemuan ini pemimpin negara litoral Kaspia menyetujui perjanjian kerjasama keamanan yang merupkan salah satu poin utama dalam agenda pertemuan.melalui pertemuan ini diakui hak kedaulatan dari negara litoral dalam hal keamanan dengan menghormati periaran Kaspia dan sumber daya didalamnya.pemimpin Kaspia juga mengkonfirmasi intensinya untuk menyelesaikan persoalan status legal Kaspia (Abirov, 2014). Dalam mengaitkan status legalitas dan delimitasi wilayah perairan Kaspia, Rusia melakukan beberapa upaya. Salah satunya pada tahun 2012, Gazprom dan pemerintah Rusia menyatakan bahwa karena delimitasi legal dari perairan Kaspia masih belum dapat menemui kesepakatan, Azerbaijan, Turki juga Turkeministan tidak memiliki hak untuk membuat perjanjian TCGP (Kommersant Ukraine, April 5). Menteri luar negeri Rusia, Sergey Lavrov menyatakan bahwa tidak boleh ada keputusan tentang TCGP yang bisa dibuat tanpa konsensus dari semua negara litoral. Dalam memandang delimitasi wilayah perairan Kaspia, Abirov (2013) menyatakan bahwa Rusia memegang beberapa prinsip dasar yakni menolak pembagian divisi perairan Kaspia berdasarkan sektor nasional dan menekankan secara berulang kepada joint ownership, bahwa perairan ini akan dianggap sebagai property bersama yang terbagi kepemilikannnya kepada kelima negara litoral, dan melarang adanya aksi di perairan ini yang dilaksanakan secara unilateral tanpa persetujuan negara litoral lainnya. Dengan ini, Rusia menolak pembagian wilayah berdasarkan UNCLOS (United Nation Convention on the Law of The Sea) dan mengacu kembali pada perjanjian 1920 dan 1941 antara Uni Soviet dan Iran yang tentunya ditolak oleh negara litoral lainnya (Janusz, 2005). Untuk mewujudkan prinsip ini Rusia secara aktif merancang proposal pembagian divisi yang dikerjakannya bersama negara litoral lainnya di dalam forum SWG. Mulai tahun 2000 menurut Abirov (2013), Rusia mulai memainkan peran yang aktif di wilayah Kaspia dan mengajukan beberapa proposal delimitasi sebagai berikut: (1) Rusia menawarkan pendekatan tahap demi tahap untuk mengatasi permasalahan Kaspia diantaranya mengidentifikasi wilayah navigasi, ekologi, penggunaan sumber daya biologis dan menentukan definisi dari garis pantai dan koordinat di wilayah ini, (2) Menawarkan agar negara litoral memberikan fokus dan atensi kepada konflik minyak dan

9 menawarkan prinsip pembagian 50/50 selama pembangunannnya dan dalam pembangunan tahap dua, kompensasi akan dibayarkan kepada negara yang pada awalnya melakukan pembangunan dan produksi untuk hidrokarbon di wilayah Kaspia, (3) Perairan Kaspia seharusnya dibagi berdasarkan sektor nasional yang diatur bersama oleh kelima negara. Namun permukaan periaran Kaspia tetap digunakan secara bersama hanya bagian bawah saja yang terbagi berdasarkan sektor nasional, (4) Membentuk platform negara Kaspia untuk menyelesaikan permasalahan status legal, (5) Pembentukan pusat strategis untuk menyelesaikan permasalahan Kaspia, pusat ini akan menyediakan pengawasan wilayah perairan Kaspia, menganalisis informasi geografis, mengidentifikasi negara yang mempolusi wilayah ini (Abirov, 2013). Penulis berpendapat bahwa terhambatnya kesepakatan mengenai status legal dan juga delimitasi wilayah ini diakibatkan oleh kepentingan masing-masing negara yang berkonflik.rusia berupaya untuk menolak pembangunan TCGP dengan mulai mempermasalahkan status legal dan delimitasi wilayah ini.kesepakatan status legal yang terus menerus terhambat membuat justifikasi pembangunan TCGP menjadi tidak valid.kebijakan ini membuat posisi Rusia dalam menolak pembangunan TCGP menjadi kuat dan berdasar. Isu Ekologi Upaya kedua yang dilakukan oleh Rusia adalah dengan mengangkat isu ekologi.permasalahan ekologi digunakan Rusia sebagai alasan utama dalam menolak pembangunan TCGP di perairan Kaspia.Bentuk penolakan Rusia terhadap hal tersebut telah dideklarasikan di berbagai kesempatan. Presiden Vladmir Putin menyatakan penolakannya dengan cara menyatakan keberatannya akan kemungkinan kerusakan lingkungan yang akan terjadi melalui pembangunan proyek ini (Berti, 2007). Dilanjutkan pada tahun 2011 oleh Dmitri Medvevev, Presiden Rusia saat itu mengetuai pertemuan khusus Dewan Keamanan Rusia yang membahas mengenai hubungan Rusia dan Uni Eropa dalam hal energi. Pada pertemuan tersebut dibahas pula mengenai jalur pipa Nabucco dan TCGP oleh Uni Eropa dimana Menteri Energi Rusia, Sergei Shmatko dan CEO Gazprom Aleksey Miller ditugaskan untuk membuat draft proposal terkait hal ini. Pada tahun tersebut, Kementerian Luar Negeri Rusia mengeluarkan dokumen yang mendeskripsikan secara detail mengenai masalah legalitas dan keberatan ekologis pembuatan TCGP kepada Turkeministan (Socor, 2007). Pada tahun 2012, penolakan Rusia kembali dideklarasikan kepada publik, Gazprom dan pemerintah Rusia menyatakan bahwa karena delimitasi legal dari Perairan Kaspia masih belum dapat menemui kesepakatan, Azerbaijan, Turki juga

10 Turkeministan tidak memiliki hak untuk membuat perjanjian TCGP (Socor, 2007). Menteri luar negeri Rusia, Sergey Lavrov menyatakan bahwa tidak boleh ada keputusan tentang TCGP yang bisa dibuat tanpa konsensus dari semua negara litoral. Melihat karakteristik dan kondisi perairan Kaspia saat ini, pentingnya permasalahan ekologi bagi Rusia ada pada upaya pertahanan kepentingannya untuk menciptakan wilayah yang aman secara norma ekologi dalam pengembangan dan pemanfaaatan hidrokarbon dan sumber ikan di wilayah ini. Perairan Kaspia (Laut Kaspia) merupakan sistem ekologi yang unik dan kaya akan sumber daya alam, dimana termasuk didalamnya mineral, potensi biologis, dsb. Diantara potensi-potensi tersebut, potensi biologis merupakan yang paling signifikan. Perairan ini merupakan tempat hidup dari 1809 spesies dan subspecies binatang dan hal tersebut menjadikannya memiliki potensi dalam bidang perikanan yang signifikan. Peningkatan aktifitas di perairan Kaspia yang tinggi telah mengganggu ekosistem dan mengancam potensi biologis wilayah ini. Aktivitas tersebut memunculkan beberapa kerusakan yang disebabkan oleh tingginya tingkat polusi yang dihasilkan dari ekstraksi minyak, ladang minyak offshore, limbah radioaktif dari pembangkit energi tenaga nuklir, dan juga sejumlah besar limbah industri dan domestik yang tidak terolah (Penza News, 2012). Pada tahun 2012, Reza Pourgholam menyatakan bahwa level dari polusi industri dan minyak di Perairan Kaspia telah mencapai kondisi kritis. Eksploitasi dari sumber minyak dan gas, meningkatnya jaringan jalur pipa dan rute transportasi memperburuk keadaan perairan Kaspia saat ini.sehingga Rusis membawa kekhawatiran permasalahan ekologis yang diakibatkan oleh instalasi jalur pipa TCGP (Casp Info, 2016). Meski Rusia menunjukkan perhatiannya yang tinggi terhadap isu lingkungan di wilayah ini, beberapa aktor baik negara maupun individu tidak menyetujui sepenuhnya penilaian Rusia terhadap kondisi ekologis perairan Kaspia yang akan ditimbulkan oleh pembangunan jalur pipa TCGP. Pada konferensi Tingkat Tinggi Gas Turkeministan pada tahun 2014 telah disampaikan bahwa TCGP dinyatakan layak untuk dilanjutkan proses pembangunannya (Shiriyev, 2015). Selain itu, pada Konferensi Teknologi Jalur Pipa tahun 2014, dinyatakan bahwa secara teknikal pembangunan TCGP bukan lah hal yang sulit untuk diselesaikan (Akyener, 2014).Melihat kedalaman laut Kaspia dan juga perencanaan pembangunan TCGP yang tidak terlalu dalam (maksimum hanya 300 meter) dan juga struktur geografis dan juga efek iklim di wilayah ini tidak lah terlalu sulit untuk dihadapi.sebagai kesimpulan dinyatakan bahwa tidak ada permasalahan teknis dan juga permasalahan ketersediaan teknologi yang krusial pada pembangunan jalur pipa ini (Akyener, 2014). Hal yang sama juga disampaikan.oleh Gunther H. Oettinger, Komisioner Energi Eropa dalam sambutannya pada Konferensi

11 Tingkat Tinggi Gas Turkeministan bahwa secara teknis, TCGP feasible untuk dilaksanakan. Namun, penulis menilai bahwa permasalahan ekologi ini menjadi sebuah persoalan yang tiba-tiba dimunculkan oleh Rusia setelah sebelumnya negara ini belum pernah menunjukkan intensinya dalam mempertahankan ekosistem di perairan Kaspia.Michael Lelyveld (2010) dalam artikelnya menyatakan bahwa Rusia bahkan hingga saat ini belum menunjukkan upayanya dalam mengurangi kerusakan lingkungan perairan Kaspia yang diakibatkan oleh limbah industrinya (Lelyveld, 2010).Setengah populasi Rusia membuang limbahnya ke dalam sungai Volga yang mengalir menuju perairan Kaspia.Limbah yang sebagian besar berasal dari industi berat ini dibuang tanpa diolah yang menyebabkan kandungan berbahayanya masuk ke dalam ekosistem perairan Kaspia. Kenyataan ini membuat Rusia menempati posisi pertama dalam pencemaran perairan Kaspia dan 80% polusi di perairan Kaspia berasal dari Rusia (Diba, 2002). Dalam komitmennya terhadap pembangunan jalur pipa yang mempertimbangkan lingkungan, Rusia juga mendapatkan perhatian masyarakat oleh karena pembangunan jalur pipanya yang dinilai berbahaya dan merusak ekosistem.salah satu jalur pipa yang dipermasalahkan adalah jalur pipa Gryzovets-Vyborg di Rusia Utara yang melewati wilayah Azaznik sebuah wilayah yang krusial dalam pelestarian ekosistem, rumah bagi binatang yang terancam punah.hal tersebut mengakibatkan Bellona Foundation - NGO yang bergerak dalam bidang penyelematan lingkungan menyatakan tuntutannya kepada pemerintah Rusia untuk menghentikan pembangunan jalur pipa ini (Moskvitch, 2010).Permasalahan ekologis yang dibawa dalam penolakan Rusia terhadap pembuatan jalur pipa TCGP dilihat sebagai sebuah dalih untuk menutupi kepentingan politis di dalamnya (Lelyveld, 2010).Namun, meski begitu Rusia berhasil memasukkan agenda penyelamatan ekologi menjadi sebuah isu penting dan alasan utama dalam penolakannya. Selama beberapa dekade, Rusia telah berupaya mempertahankan dominasinya di wilayah Kaspia. Kuatnya dominasi Rusia secara utama ditunjang oleh monopoli jalur pipa yang memungkinkan negara ini dalam memberi pengaruh politik bagi negara litoral Kaspia (Center for Energy Economics).Dominasi ini juga terus dijaga hingga era pemerintahan Presiden Putin.Dengan adanya monopoli jalur pipa, negara seperti Turkeministan, Azerbaijan dan Kazakhstan bergantung sepenuhnya dengan jalur pipa milik Rusia. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, Uni Eropa sedang berupaya untuk mendiversifikasi sumber energinya dengan mendukung pembangunan jalur-jalur pipa di wilayah Asia Tengah seperti jalur pipa Nabucco, TANAP dan juga pembangunan TCGP. Untuk mendukung pembangunan jalur pipa TCGP, Uni Eropa telah melakukan berbagai upaya

12 memfokuskan pengembangan Southern Gas Corridor dengan dukungan Komisi Eropa dan Dewan Uni Eropa (Sikorski, 2011). Pembangunan jalur pipa pendukung ini akan semakin menguatkan posisi Uni Eropa ke Turkeministan dan Azerbaijan dalam pembangunan TCGP. Pembangunan ini juga akan mengintensifkan hubungan antar negara-negara ini dan membentuk sebuah fenomena interdependensi baru di antara Uni Eropa dan negara di wilayah Kaspia. Fenomena interdependensi yang lebih mengarah ke Uni Eropa akan mengurangi pengaruh Rusia di wilayah ini (Pagotto, 2010). Menghalau pengaruh eksternal Upaya ketiga yang dilakukan Rusia adalah dengan menghalau pengaruh eksternal di wilayah ini.pada pembangunan TCGP, Uni Eropa memberikan mandat kepada NATO sebagai pelengkap dari inisiatif energi Uni Eropa utamanya dalam kerjasama yang dibangunannya di wilayah Kaukasus dan Asia Tengah. Keterlibatannya dalam keamanan energi di wilayah Kaspia sudah dimulai sejak awal inisiasi jalur pipa ini melalui program Partnership for Peace (PIP). Tujuan utamanya adalah untuk menstimulasi dan mendukung pertahanan domestik di negara partner dan juga pembentukan angkatan bersenjata yang modern, efektif dan demokratis.lebih dalam lagi, NATO membantu negara-negara tersebut dalam mengelola konsekuensi sosial dan material dari reformasi diatas. Tujuan daripada misi NATO di wilayah ini adalah untuk mempengaruhi pendekatan keamanan, peran daripada militer dan juga meningkatkan kerjasama internasional yang akan menunjang stabilitas politik dari negara partner (Cunningham & Yetiv, 2012). Contoh daripada keberhasilan NATO ada pada negara Kazakhstan misalnya, permasalahan batas teritri dan juga instabilitas politik di negara ini membuatnya tidak menempatkan energi sebagai isu yang krusial untuk diselesaikan sehingga investasi luar negeri dalam bidang energi tidak lah ada pada jumlah yang signifikan.namun setelah stabilitas keamanan tercapai, setelah 2001, negara ini mulai memfokuskan arah kebijakannya kepada kerjasama dalam bidang energi (Cunningham & Yetiv, 2012).Dari hal-hal tersebut dapat dilihat bahwa upaya NATO memberikan pengaruh signifikan terhadap wilayah Kaspia. Pengaruh yang diberikan tidak hanya meningkatkan aktivitas energi, namun juga aktivitas ini mempengaruhi pendekatan politik, militer dan juga sosial dari negara-negara partner yang akan meningkatkan bargaining power dari negara anggota NATO, oleh karena itu Rusia berusaha untuk membendung pengaruh eksternal ke dalam wilayah ini. Selain NATO memastikan keamanan regional dengan presensinya secara militer di wilayah ini, organisasi internasional ini juga mengawasi proses pemulihan pasca konflik untuk negara seperti Kazakhstan (Cunningham & Yetiv, 2012). Khawatir dalam melihat pengaruh NATO yang sedemikian

13 signifikan, Rusia bersama dengan Iran berupaya untuk membendung keberadaan NATO di wilayah Kaspia.Deklarasi ketidaksetujuan pemerintah Rusia dalam pembangunan TCGP pada tahun 2014 menjadi salah satu upaya Rusia dalam mengembalikan pengaruhnya di wilayah Kaspia. Dengan tujuan untuk membendung pengaruh NATO di wilayah ini, Rusia dan Iran berhasil mendesak negara di wilayah Kaspia, yakni Azerbaijan, Kazakhstan dan Turkeministan untuk mempertimbangkan kembali kehadiran militer asing di wilayah ini. Deklarasi politik tersebut ditandatangani oleh Presiden dari kelima negara di wilayah Kaspia pada Konferensi Tingkat Tinggi Kaspia (Caspian Summit) yang diselenggarakan di Astrakhan, Russia pada tanggal 29 September Dalam membendung pengaruh eksternal utamanya negara barat, Rusia mendapatkan dukungan dari Iran.Hal ini dilakukan oleh Rusia dan Iran oleh karena adanya hubungan ketegangan diplomatik dengan negara barat dan kemungkinan adanya presensi militer eksternal di wilayah Kaspia (Dettoni, 2014). Meskipun NATO pada awalnya merupakan forum aliansi dengan basis militer, pengembangan isu-isu baru dalam hubungan internasional juga membuatnya menambahkan isu selain militer sebagai urgensi baru dalam organisasi ini.salah satu diantaranya adalah keamanan energi yang dinilai sebagai isu mendesak yang harus dipertahankan dan diberi fokus serius.apabila pada masa Perang Dingin keamanan energi yang diperjuangkan oleh NATO ada pada konteks hanya untuk memastikan adanya supply ketersediaan energi yang signifikan untuk negara aliansi, saat ini konteks tersebut meluas hingga kepada perlindungan infrastruktur kritikal, akses terhadap energi yang terjangkau, mempertahankan harga supply pada harga yang menguntungkan dan rute diversifikasi dari transit energi (Cunningham & Yetiv, 2012). Pendalaman konteks ini diakibatkan oleh pentingnya sumber energi, utamanya gas bagi negara anggota NATO dimana negara-negara ini hanya memiliki 7% cadangan gas dunia namun memiliki permintaan sebanyak 34% permintaan gas dunia (Cunningham & Yetiv, 2012). Ditambah lagi dengan kemungkinan bahwa Rusia akan menggunakan pengaruhnya dalam bidang energi bagi peningkatan power di internasional yang mengakibatkan energi menjadi sektor yang krusial bagi keamanan suatu negara, utamanya negara anggota NATO. Pernyataan tersebut diperkuat pada deklarasi dalam Konferensi Tingkat Tinggi Riga yang menyatakan bahwa gangguan terhadap arus distribusi sumber daya vital akan memberikan dampak kepada kepentingan keamanan aliansi (Cunningham & Yetiv, 2012). Sebelumnya, Rusia menandatangani dokumen framework Partnership in Peace pada bulan Juni 1994 namun menolak dengan tegas ekspansi NATO dan juga keterlibatannya secara mendalam terhadap wilayah ini. NATO-Rusia juga berkerjasama

14 dalam bidang penanggulangan terorisme dan juga narkoba setalah peristiwa 9/11, namun tetap menegaskan posisinya dalam menentang masuknya pengaruh NATO di wilayah Kaspia.Bersama dengan Iran, Rusia berusaha untuk membuat wilayah Kaspia bebas dari pengaruh NATO (Cunningham & Yetiv, 2012). 5. KESIMPULAN Penolakan Rusia terhadap pembangunan TCGP telah dideklarasikan sejak awal rencana inisiasi jalur pipa ini pada tahun Setelah dianalisa, adanya TCGP akan memberikan dampak kepada Rusia dari segi ekonomi. Untuk menjaga kepentingannya tersebut, Rusia menggunakan tiga upaya yakni dengan menjadikan status legal dan delimitasi sebagai dasar, menaikkan isu ekologi dan menghindari pengaruh eksternal dengan mengangkat isu keamanan. Pembangunan TCGP dan perairan Kaspia menjadi penting bagi Rusia oleh karena wilayah ini merupakan wilayah yang menopang arus perdagangan energi di Eropa.Perairan ini dikenal sebagai wilayah berpotensi sumber daya mineral tinggi dan dikelilingi oleh negara litoral dengan aktivitas perdagangan energi yang penting.sebagai negara yang menguasai jalur pipa di Eropa Tengah, aktivitas perdagangan energi wilayah ini digantungkan secara signifikan terhadap jalur pipa Rusia.Azerbaijan (sebelum pembangunan jalur pipa BTE), Kazakhstan dan Turkeministan menggantungkan distribusi gas alamnya melalui jalur pipa Rusia.Memberikan pengaruh yang signifikan terhadap dominasi Rusia di wilayah ini. Kebijakan penolakan pembangunan TCGP oleh Rusia diputuskan dengan pertimbangan rasional. Penolakan Rusia didasari dan dilaksanakan dengan (1) mempertanyakan status legal dan delimitasi perairan Kaspia yang hingga saat ini belum menemui kesepakatan; (2) menggunakan isu permasalahan ekologi yang akan merusak perairan Kaspia yang disampaikannya pada beberapa kesempatan yakni pada tahun 2011 Kementerian Luar Negeri Rusia mengeluarkan dokumen yang mendeskripsikan secara detail mengenai masalah legalitas dan keberatan ekologis pembuatan TCGP kepada Turkeministan dan tahun 2012 menteri luar negeri Rusia; dan (3) menghalau aktivitas aktor eksternal seperti NATO dan Uni Eropa di wilayah ini..upaya yang dilakukan Rusia dalam menolak pembangunan TCGP merupakan kebijakan yang diambil berdasarkan pertimbangan rasional. Hal tersebut didasari oleh beberapa hal yakni (1) mendapatkan fondasi dasar secara legal dengan mengeksploitasi unsur yang sangat fundamental yakni hukum, legalitas dan perbatasan; (2) menciptakan urgensi yang seolah-olah menyentuh kepentingan bersama yakni dengan membawa permasalahan ekologi; (3) menutup akses baik secara fisik maupun pengaruh eksternal di wilayah ini, dengan harapan proses pembuatan

15 keputusan tidak akan diambil dibawah pengaruh negara lainnya. Dengan melakukan pendekatan ini, Rusia menghindari konfrontasi langsung dengan aktor terlibat.isu-isu yang diangkat dinilai telah mampu memenuhi tujuan Rusia untuk menolak pembangunan TCGP. 6. DAFTAR PUSTAKA (2001). BP Statistical Review of World Energy Dialogue on The Future of The Caspian Sea. (2006). Istanbul: Hollings Center for International Dialgue. Akiner, S. (2004). The Caspian: Politics, Energy and Security. Routledge. Akyener, O. (2014). Doability of Trans- Caspian Pipeline and Deliverability of Turkmen Gas to Turkey and EU. Pipeline Terchnology Conference. Allison, G. T. (1971). Essence of Decision: Explaining the Cuban Missile Crisis. Boston: Little, Brown and Company. Carlsnaes, W., Sjursen, H., & White, B. (2006). Contemporary Foreign Policy. London: SAGE Publications. Casp Info. (2016). Casp Info. Retrieved September 1, 2016, from Casp Info Website: Centre of European Reform. (2008). Pipelines, Politics and Power. London: Centre of European Reform (CER). Curtis, G. E. (1996). Russia: A Country Study. Washington: GPO for the Library of Congress. Cutler, R. (2009, Januari 29). Kazakhstan Looks at the Trans-Caspian for Tengiz Gas to Europe. Retrieved Oktober 28, 2016, from Robert M. Cutler on Energy in Eurasia: zakhstan_looks_at_the_transc.html Doukas, H., Patlitzianas, K., Kagiannas, A., & Psarras, J. (2008). Energy Policy Making: An Old Concept or a Modern Challenge? Energy Sources, Part B, Fredholm, M. (2008). Natural-Gas Trade between Russia, Turkeministan and Ukraine: Agreements and Disputes. Stockholm: Departement of Oriental Languages, Stockholm University. Gelb, B. A. (2006). Caspian Oil and Gas: Production and Prospects. Caspian Sea Region Report for Congress. González, F. J. (2013, April). The Foreign Policy Concept of The Russian Federation: A Comparative Study. Madrid, Spanyol. Hasanov, H. (2016, January 17). Russia ceases purchasing Turkmen gas. Ashgabat, Turkmenistan. Hill, F. (2004). Pipelines in The Caspian: Catalyst or Cure-all? Pipe Dreams?, Center for Energy Economics. (n.d.). Trans-Caspian Gas Pipelines. Austin: University of Texas.

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR SINGKATAN... x ABSTRACT... xi ABSTRAK... xii

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010. 100 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Rusia adalah salah satu negara produksi energi paling utama di dunia, dan negara paling penting bagi tujuan-tujuan pengamanan suplai energi Eropa. Eropa juga merupakan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan

Lebih terperinci

SINGKATAN DAN ISTILAH...

SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GRAFIK... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR SINGKATAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR SINGKATAN... iii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008 BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- 166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya

BAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya BAB V KESIMPULAN Keamanan energi erat hubungannya dengan kelangkaan energi yang saat ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya industrialisasi dan kepentingan militer. Kelangsungan

Lebih terperinci

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai

Lebih terperinci

4.2 Respon Uni Eropa dan Amerika Terhadap Konflik Rusia dan Ukraina Dampak Sanksi Ekonomi Terhadap Pariwisata Rusia

4.2 Respon Uni Eropa dan Amerika Terhadap Konflik Rusia dan Ukraina Dampak Sanksi Ekonomi Terhadap Pariwisata Rusia iv DAFTAR ISI DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GRAFIK... vii DAFTAR SINGKATAN... viii ABSTRAK... ix ABSTRACT... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 7 1.3 Batasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Eropa Barat membuat suatu kebijakan dengan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Eropa Barat membuat suatu kebijakan dengan memberikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Skripsi ini akan mengupas mengenai alasan kebijakan luar negeri Uni Eropa memberikan dukungan terhadap Ukraina dalam kasus konflik gerakan separatisme pro-rusia di Ukraina.

Lebih terperinci

MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL

MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL PENDAHULUAN Kajian tentang strategi keamanan juga melandaskan diri pada perkembangan teori-teori keamanan terutama teori-teori yang berkembang pada masa perang dingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini penulis akan menjelaskan, yakni tentang alasan peneliti

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini penulis akan menjelaskan, yakni tentang alasan peneliti BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini penulis akan menjelaskan, yakni tentang alasan peneliti memilih judul kerjasama Rusia-Jerman dalam bidang gas, menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, kerangka

Lebih terperinci

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses

Lebih terperinci

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini.

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini. PAPARAN WAKIL MENTERI LUAR NEGERI NILAI STRATEGIS DAN IMPLIKASI UNCAC BAGI INDONESIA DI TINGKAT NASIONAL DAN INTERNASIONAL PADA PERINGATAN HARI ANTI KORUPSI SEDUNIA JAKARTA, 11 DESEMBER 2017 Yang terhormat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia BAB V KESIMPULAN Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia berubah dari super power state menjadi middle-power state (negara dengan kekuatan menengah). Kebijakan luar

Lebih terperinci

RESUME SKRIPSI. Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak. bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar

RESUME SKRIPSI. Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak. bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar RESUME SKRIPSI Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar negara yang melintasi batas negara. Sebagian besar negara-negara di dunia saling

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010. BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi

Lebih terperinci

Pernyataan Pers Bersama, Presiden RI dan Presiden Federasi Rusia, Rusia, 18 Mei 2016 Rabu, 18 Mei 2016

Pernyataan Pers Bersama, Presiden RI dan Presiden Federasi Rusia, Rusia, 18 Mei 2016 Rabu, 18 Mei 2016 Pernyataan Pers Bersama, Presiden RI dan Presiden Federasi Rusia, Rusia, 18 Mei 2016 Rabu, 18 Mei 2016 PERNYATAAN PERS BERSAMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DAN PRESIDEN FEDERASI RUSIA KEDIAMAN PRESIDEN

Lebih terperinci

Serikat (telah menandatangani, namun belum bersedia meratifikasi), menguatkan keraguan akan perjanjian ini.

Serikat (telah menandatangani, namun belum bersedia meratifikasi), menguatkan keraguan akan perjanjian ini. BAB V KESIMPULAN Melalui perjalanan panjang bertahun-tahun, Majelis Umum PBB berhasil mengadopsi Perjanjian Perdagangan Senjata (Arms Trade Treaty/ATT), perjanjian internasional pertama yang menetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Topik tentang energi saat ini menjadi perhatian besar bagi seluruh dunia. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu hingga sekarang

Lebih terperinci

Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia

Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia Disampaikan Pada Forum Seminar WTO Tanggal 12 Agustus 2008 di Hotel Aryaduta, Jakarta Kepada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut.

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut. BAB V KESIMPULAN Yugoslavia merupakan sebuah negara yang pernah ada di daerah Balkan, di sebelah tenggara Eropa. Yugoslavia telah menoreh sejarah panjang yang telah menjadi tempat perebutan pengaruh antara

Lebih terperinci

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global. BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Six Party Talks merupakan sebuah mekanisme multilateral yang bertujuan untuk mewujudkan upaya denuklirisasi Korea Utara melalui proses negosiasi yang melibatkan Cina,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan Indonesia terkait dengan prinsip Wawasan Nusantara telah membuahkan hasil dengan diakuinya konsep negara kepulauan atau archipelagic state secara

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut.

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut. BAB V KESIMPULAN Sampai saat ini kelima negara pemilik nuklir belum juga bersedia menandatangani Protokol SEANWFZ. Dan dilihat dari usaha ASEAN dalam berbagai jalur diplomasi tersebut masih belum cukup

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 73, 1996 WILAYAH. KEPULAUAN. PERAIRAN. Wawasan Nusantara (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan terkait dengan kelangsungan berjalannya sebuah negara.

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan terkait dengan kelangsungan berjalannya sebuah negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keamanan energi saat ini menjadi isu yang sangat penting untuk dibicarakan terkait dengan kelangsungan berjalannya sebuah negara. Pentingnya ketersediaan sumber

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan 99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan pasca- perang dingin ini juga mempunyai implikasi strategis baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan pasca- perang dingin ini juga mempunyai implikasi strategis baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan Internasional Runtuhnya Uni Soviet sebagai negara komunis utama pada tahun 1990-an memunculkan corak perkembangan Hubungan Internasional yang khas. Perkembangan pasca-

Lebih terperinci

merupakan salah satu anomali mengingat beberapa prasyarat tidak terpenuhi di Kashgar. Kashgar merupakan prefektur kecil di bagian selatan Xinjiang,

merupakan salah satu anomali mengingat beberapa prasyarat tidak terpenuhi di Kashgar. Kashgar merupakan prefektur kecil di bagian selatan Xinjiang, BAB V PENUTUP Kebijakan pintu terbuka pada akhir 1978 menjadi awal keterbukan Cina atas berbagai peraturan yang bersifat lebih liberal terhadap pasar. Kawasan ekonomi khusus (Special Economic Zones, SEZ)

Lebih terperinci

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dengan Perdana Menteri Perancis, Jakarta, 1 Juli 2011 Jumat, 01 Juli 2011

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dengan Perdana Menteri Perancis, Jakarta, 1 Juli 2011 Jumat, 01 Juli 2011 Keterangan Pers Bersama Presiden RI dengan Perdana Menteri Perancis, Jakarta, 1 Juli 2011 Jumat, 01 Juli 2011 KETERANGAN PERS BERSAMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DENGAN PERDANA MENTERI PERANCIS, Y.M. FRANÃ

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Rusia memiliki luas wilayah sebesar 17,098,242 km² dan merupakan negara

BAB I. Pendahuluan. Rusia memiliki luas wilayah sebesar 17,098,242 km² dan merupakan negara BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Rusia merupakan salah satu dari negara yang tergabung dalam rezim Uni Soviet pada masanya. Setelah runtuhnya Uni Soviet Rusia menjadi negara eks- Soviet terbesar

Lebih terperinci

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah

Lebih terperinci

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA Jakarta, 1 Juli 2011 - 1 - Untuk menandai 60 tahun hubungan diplomatik dan melanjutkan persahabatan antara kedua negara, Presiden

Lebih terperinci

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN LAPORAN PENELITIAN KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN Oleh: Drs. Simela Victor Muhamad, MSi.

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. Seperti negara-negara lain, Republik Turki juga telah menjalin kerja sama

BAB V. Kesimpulan. Seperti negara-negara lain, Republik Turki juga telah menjalin kerja sama BAB V Kesimpulan Seperti negara-negara lain, Republik Turki juga telah menjalin kerja sama ekonomi melalui perjanjian perdagangan bebas dengan beberapa negara secara bilateral, seperti perjanjian perdagangan

Lebih terperinci

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Prinsip perluasan Uni Eropa adalah semua anggota harus memenuhi ketentuan yang dimiliki oleh Uni Eropa saat ini, antara lain menyangkut isu politik (kecuali bagi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. mencari mitra kerjasama di bidang pertahanan dan militer. Karena militer dapat

BAB V KESIMPULAN. mencari mitra kerjasama di bidang pertahanan dan militer. Karena militer dapat BAB V KESIMPULAN Kerjasama Internasional memang tidak bisa terlepaskan dalam kehidupan bernegara termasuk Indonesia. Letak geografis Indonesia yang sangat strategis berada diantara dua benua dan dua samudera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber energi yang dominan dalam permintaan energi dunia. Dibandingkan dengan kondisi permintaan energi beberapa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan BAB V KESIMPULAN Penelitian ini membahas salah satu isu penting yang kerap menjadi fokus masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan berkembangnya isu isu di dunia internasional,

Lebih terperinci

sanksi terhadap intensi Kiev bergabung dengan Uni Eropa. Sehingga konflik Ukraina dijadikan sebagai instrumen balance of power di Eropa Timur.

sanksi terhadap intensi Kiev bergabung dengan Uni Eropa. Sehingga konflik Ukraina dijadikan sebagai instrumen balance of power di Eropa Timur. BAB. V KESIMPULAN Dunia yang terkungkung dalam persaingan kekuatan membuat negaranegara semakin aktif untuk meningkatkan persenjataan demi menjaga keamanan nasionalnya. Beberapa tahun silam, Ukraina mendapat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Diplomasi Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang

BAB V KESIMPULAN. Diplomasi Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang BAB V KESIMPULAN Diplomasi Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dihadapkan pada berbagai perubahan dan pergeseran kekuatan dalam lingkungan strategis global dan regional sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar 80% merupakan wilayah lautan. Hal ini menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai jalur alur

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF ACTS OF NUCLEAR TERRORISM (KONVENSI INTERNASIONAL PENANGGULANGAN TINDAKAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. V.1. Esensi Kebijakan Nasionalisasi Pemerintahan Evo Morales

BAB V KESIMPULAN. V.1. Esensi Kebijakan Nasionalisasi Pemerintahan Evo Morales BAB V KESIMPULAN V.1. Esensi Kebijakan Nasionalisasi Pemerintahan Evo Morales Dengan menelaah pada proses dan hasil kesepatan yang terjadi dalam interaksi Brazil dan Bolivia, dapat diintisarikan adanya

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Perdagangan internasional diatur dalam sebuah rejim yang bernama WTO. Di dalam institusi ini terdapat berbagai unsur dari suatu rejim, yaitu prinsip, norma, peraturan, maupun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. keanekaragaman hayati dunia. Di dalam skripsi ini salah satu negara yang. bermasalah dengan hal tesebut ialah Indonesia.

BAB V KESIMPULAN. keanekaragaman hayati dunia. Di dalam skripsi ini salah satu negara yang. bermasalah dengan hal tesebut ialah Indonesia. BAB V KESIMPULAN Skripsi ini banyak membahas tentang dampak penggunaan dan perdagangan bahan kimia dan pestisida berbahaya yang kemudian mempengaruhi keanekaragaman hayati dunia. Di dalam skripsi ini salah

Lebih terperinci

AMERIKA SERIKAT DAN NEGARA DUNIA KETIGA

AMERIKA SERIKAT DAN NEGARA DUNIA KETIGA AMERIKA SERIKAT DAN NEGARA DUNIA KETIGA Oleh: Dewi Triwahyuni, S.Ip., M.Si. Saran Bacaan: Eugene R. Wittkopf, The Future of American Foreign Policy,, Second Edition (New York: St. Matin s Press, 1992).

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. wilayah, tindakan atas hak dan kewajiban yang dilakukan di laut baik itu oleh

BAB V KESIMPULAN. wilayah, tindakan atas hak dan kewajiban yang dilakukan di laut baik itu oleh BAB V KESIMPULAN Laut memiliki peranan penting baik itu dari sudut pandang politik, keamanan maupun ekonomi bagi setiap negara. Segala ketentuan mengenai batas wilayah, tindakan atas hak dan kewajiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pecahnya Uni Soviet telah meninggalkan berbagai permasalahan dibekas wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi pasca jatuhnya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1997 TENTANG PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Australia begitu gencar dalam merespon Illegal, Unreported, Unregulated Fishing (IUU Fishing), salah satu aktivitas ilegal yang mengancam ketersediaan ikan

Lebih terperinci

Kompleksitas Sengketa Celah Timor

Kompleksitas Sengketa Celah Timor Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP

Lebih terperinci

Indonesia-Maroko; Peluang Peningkatan Hubungan Bilateral melalui Kerjasama Ekonomi (533/M)

Indonesia-Maroko; Peluang Peningkatan Hubungan Bilateral melalui Kerjasama Ekonomi (533/M) KOPI, Berbeda dengan Indonesia yang terletak di Asia tenggara, Maroko merupakan negara yang berada di wilayah afrika Utara. Maroko berbentuk monarki konstitusional dengan kepala negara yang dipimpin oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat berlangsungnya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur, Vietnam ikut terlibat dalam Perang Vietnam melawan Amerika Serikat (AS). Blok barat

Lebih terperinci

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: 1. bahwa berdasarkan kenyataan sejarah dan cara pandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rusia merupakan negara federasi yang terbentuk pasca keruntuhan Uni Soviet. Sebagai negara baru, Rusia berusaha untuk membangun kembali kejayaan seperti

Lebih terperinci

RESUME SKRIPSI PENINGKATAN PERSAINGAN CINA AS DALAM MEMPEREBUTKAN PASAR DI AFRIKA. Oleh : ELFA FARID SYAILILLAH

RESUME SKRIPSI PENINGKATAN PERSAINGAN CINA AS DALAM MEMPEREBUTKAN PASAR DI AFRIKA. Oleh : ELFA FARID SYAILILLAH RESUME SKRIPSI PENINGKATAN PERSAINGAN CINA AS DALAM MEMPEREBUTKAN PASAR DI AFRIKA Oleh : ELFA FARID SYAILILLAH 151070247 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin BAB IV KESIMPULAN Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin memiliki implikasi bagi kebijakan luar negeri India. Perubahan tersebut memiliki implikasi bagi India baik pada

Lebih terperinci

ANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PENYUSUNAN UU NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TNI : IMPLEMENTASI MODEL ANALISIS GRAHAM T.

ANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PENYUSUNAN UU NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TNI : IMPLEMENTASI MODEL ANALISIS GRAHAM T. ANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PENYUSUNAN UU NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TNI : IMPLEMENTASI MODEL ANALISIS GRAHAM T. ALLISON Oleh : Dr. Agus Subagyo, S.IP, M.Si Dosen Jurusan Hubungan Internasional

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGESAHAN ROTTERDAM CONVENTION ON THE PRIOR INFORMED CONSENT PROCEDURE FOR CERTAIN HAZARDOUS CHEMICALS AND PESTICIDES IN INTERNATIONAL TRADE

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B BAB V KESIMPULAN Jepang menjadi lumpuh akibat dari kekalahanya pada perang dunia ke dua. Namun, nampaknya karena kondisi politik internasional yang berkembang saat itu, menjadikan pemerintah pendudukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di dunia. Negara para mullah ini menduduki posisi ke-5 didunia setelah mengalahkan negara

Lebih terperinci

Indonesia dan Belanda Perkuat Kerja Sama di Bidang Perdagangan dan Pembangunan Infrastruktur Rabu, 23 November 2016

Indonesia dan Belanda Perkuat Kerja Sama di Bidang Perdagangan dan Pembangunan Infrastruktur Rabu, 23 November 2016 Indonesia dan Belanda Perkuat Kerja Sama di Bidang Perdagangan dan Pembangunan Infrastruktur Rabu, 23 November 2016 Pemerintah Indonesia dan pemerintah Belanda semakin memperkukuh kemitraan di antara keduanya.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGESAHAN ROTTERDAM CONVENTION ON THE PRIOR INFORMED CONSENT PROCEDURE FOR CERTAIN HAZARDOUS CHEMICALS AND PESTICIDES IN INTERNATIONAL TRADE

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Sebelum dipimpin oleh Erdogan, Hubungan Turki dengan NATO, dan Uni

BAB V KESIMPULAN. Sebelum dipimpin oleh Erdogan, Hubungan Turki dengan NATO, dan Uni BAB V KESIMPULAN Sebelum dipimpin oleh Erdogan, Hubungan Turki dengan NATO, dan Uni Eropa bisa dikatakan sangat dekat. Turki berusaha mendekat menjadi lebih demokratis. Turki menjadi angota NATO sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu

BAB I PENDAHULUAN. pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Iran meluncurkan program pengembangan energi nuklir pertamanya pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu Iran dan Amerika Serikat memang

Lebih terperinci

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA)

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) Copyright 2002 BPHN UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) *9571 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR

Lebih terperinci

2016, No Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nom

2016, No Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nom No. 316, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Gas Bumi. Alokasi, Pemanfaatan dan Harga. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGESAHAN MINAMATA CONVENTION ON MERCURY (KONVENSI MINAMATA MENGENAI MERKURI)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGESAHAN MINAMATA CONVENTION ON MERCURY (KONVENSI MINAMATA MENGENAI MERKURI) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGESAHAN MINAMATA CONVENTION ON MERCURY (KONVENSI MINAMATA MENGENAI MERKURI) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

"Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia"

Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia H T T P : / / U S. A N A L I S I S. V I V A N E W S. C O M / N E W S / R E A D / 2 8 4 0 2 5 - I N D O N E S I A - B I S A - J A D I - M A S A L A H - B A R U - B A G I - A S I A "Indonesia Bisa Jadi Masalah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai BAB V PENUTUP Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan yang terjadi di Suriah dengan persepsi Amerika Serikat, yang

Lebih terperinci

2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und

2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und No.1589, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Gas Bumi. Harga. Pemanfaatan. Penetapan Lokasi. Tata Cara. Ketentuan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

Sambutan Pembukaan Gubernur Agus D.W. Martowardojo Pada Joint IMF-Bank Indonesia Conference. Development. Jakarta, 2 September 2015

Sambutan Pembukaan Gubernur Agus D.W. Martowardojo Pada Joint IMF-Bank Indonesia Conference. Development. Jakarta, 2 September 2015 Sambutan Pembukaan Gubernur Agus D.W. Martowardojo Pada Joint IMF-Bank Indonesia Conference The Future of Asia s Finance: Financing for Development Jakarta, 2 September 2015 Yang terhormat Managing Director

Lebih terperinci

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN. BAB V KESIMPULAN Kebangkitan ekonomi Cina secara signifikan menguatkan kemampuan domestik yang mendorong kepercayaan diri Cina dalam kerangka kerja sama internasional. Manuver Cina dalam politik global

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Akhir-akhir ini masalah yang menjadi keprihatinan umat manusia di seluruh dunia dan

BAB V PENUTUP. Akhir-akhir ini masalah yang menjadi keprihatinan umat manusia di seluruh dunia dan BAB V PENUTUP 4.1. Kesimpulan Akhir-akhir ini masalah yang menjadi keprihatinan umat manusia di seluruh dunia dan masyarakat di Asia Tenggara meluas mencangkup persolan-persoalan yang tidak terbatas pada

Lebih terperinci

2 beracun, saat ini tumbuh pesat dalam rangka memenuhi kebutuhan perindustrian dan pertanian. Perdagangan bahan kimia dan pestisida berbahaya tertentu

2 beracun, saat ini tumbuh pesat dalam rangka memenuhi kebutuhan perindustrian dan pertanian. Perdagangan bahan kimia dan pestisida berbahaya tertentu TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PENGESAHAN. KONVENSI. Rotterdam. Bahan Kimia. Pestisida. Berbahaya. Perdagangan. Prosedur Persetujuan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 72)

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5518 PENGESAHAN. Konvensi. Penanggulangan. Terorisme Nuklir. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Repubik Indonesia Tahun 2014 Nomor 59) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan pada 2015 ini diperkirakan jumlah penduduk Indonesia sekitar 250 juta jiwa dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara

Lebih terperinci

BAB IV Kepentingan Pemerintah Rusia di Wilayah Asia Tengah era Vladimir Putin dalam keanggotaannya di The Commonwealth of Independent States

BAB IV Kepentingan Pemerintah Rusia di Wilayah Asia Tengah era Vladimir Putin dalam keanggotaannya di The Commonwealth of Independent States BAB IV Kepentingan Pemerintah Rusia di Wilayah Asia Tengah era Vladimir Putin dalam keanggotaannya di The Commonwealth of Independent States Rusia dan Asia Tengah dalam dunia internasional memiliki sejarah

Lebih terperinci

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM Sebelum PD I studi Hubungan Internasional lebih banyak berorientasi pada sejarah diplomasi dan hukum internasional Setelah PD I mulai ada

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT FOR THE IMPLEMENTATION OF THE PROVISIONS OF THE UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA OF 10 DECEMBER 1982 RELATING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok

Lebih terperinci