HARGA POKOK PROSES (PROCESS COSTING)
|
|
- Ari Dharmawijaya
- 9 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HARGA POKOK PROSES (PROCESS COSTING) Harga pokok proses (process costing) merupakan metode perhitungan harga pokok produk yang berdasarkan kepada pengumpulan biaya biaya produksi dalam satu periode tertentu dibagi dengan jumlah unit produksi periode yang bersangkutan. Ciri ciri perusahaan yang menggunakan metode harga pokok proses dalam kegiatan operasionalnya adalah sebagai berikut : a. Proses produksinya berlangsung sacara terus menerus. b. Produk yang dihasilkan bersifat produk standar. c. Tujuan produksi adalah untuk persediaan yang selanjutnya untuk dijual. d. Tidak tergantung kepada spesifikasi pembeli. Media yang digunakan dalam menghitung atau menentukan harga pokok produk adalah dengan membuat laporan harga pokok produksi, melalui pengolahan beberapa department. Manfaat informasi yang didapat manajeman dari metode harga pokok proses adalah : Penentuan harga jual produk yang tepat Memantau realisasi biaya produksi Menghitung laba/rugi per periodik secara transparan Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca. Perbedaan dan Harga Pokok Pesanan adalah dalam hal : 1. Pengumpulan biaya produksi 2. Perhitungan harga pokok produksi per satuan 3. Penggolongan biaya produksi 4. Unsur biaya dalam BOP 1
2 1. MEMBUAT LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI DEPT. I A. Menghitung Jumlah Produksi Jumlah masuk proses (unit started) Selesai dikirim ke dept. berikutnya Produk dalam proses (PDP) akhir (BBB xx%, BK xx%) + B. Menghitung Biaya dibebankan di Dept. I Elemen Biaya Jumlah (4) = / BBB + ( * xx% ) = BTK + ( * xx% ) = BOP + + ( * xx% ) = + Keterangan : = (produk selesai yang dikirim ke departemen berikutnya) + (PDP dikalikan prosentase tingkat penyelesaiannya) C. Menghitung Biaya Produksi Departemen I Perhitungan HP produk selesai ditransfer ke dept II HP produk selesai = Produk selesai * = Perhitungan HP produk dalam proses (PDP) dept I BBB = PDP * xx% * BBB = BTK = PDP * xx% * BTK = BOP = PDP * xx% * BOP = + Biaya Produksi Dept I + 2. MEMBUAT LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI DEPT.II A. Menghitung Jumlah Produksi Produk diterima dari Dept I Selesai dikirim ke Gudang Produk dalam proses (PDP) akhir (BK xx%) + B. Menghitung Biaya dibebankan di Dept. II Elemen Biaya Jumlah (4) = / HP dari Dept I (jumlah dr dept I) BTK + ( * xx% ) = BOP + + ( * xx% ) = B.Kumulatif Dept II 2
3 C. Menghitung Biaya Produksi Departemen II Perhitungan HP produk selesai ditransfer ke gudang HP produk selesai = Produk selesai * = Perhitungan HP produk dalam proses (PDP) dept II HP dari Dept I = PDP * Dept I = BTK = PDP * BK(%) * BTK = BOP = PDP * BK(%) * BOP = + Biaya Produksi Dept II + CONTOH KASUS PT. Andalas mengolah produknya (baut) melalui 2 departemen yaitu departemen I dan departemen II, dimana perusahaan ini menggunakan metode harga pokok proses dalam menentukan harga pokok produk yang dihasilkannya. Data produksi dan biaya kedua departemen dalam bulan Januari 2012 adalah sebagai berikut : Departemen I Departemen II Jumlah produk masuk proses Selesai & dikirim ke dept berikut unit unit Selesai & dikirim ke gudang unit PDP akhir bulan unit unit Tingkat penyelesaian PDP akhir : - BBB 100 % - BK (Biaya Konversi) 20 % 50 % Biaya Bulan Januari 2012 : - BBB Rp Rp. 0 - BTK Rp Rp BOP Rp Rp Bila pada bulan Januari 2012 terjual unit baut dengan harga jual Rp. 150, dimana dketahui biaya administrasi dan umum Rp dan biaya pemasaran Rp a. Buatlah laporan Harga Pokok Produksi untuk bulan Januari 2012 b. Buatlah laporan Rugi Laba untuk bulan Januari
4 PENYELESAIAN 1. LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI DEPT. I A. Jumlah Produksi Jumlah masuk proses (unit started) Selesai dikirim ke dept. berikutnya Produk dalam proses (PDP) akhir (BBB 100%, BK 20%) B. Biaya yang dibebankan di Dept. I Elemen Biaya Jumlah (4) = : BBB Rp (5.000*100%) = Rp. 2 BTK (5.000*20%) = BOP (5.000*20%) = Rp Rp. 15 C. Biaya Produksi Departemen I Perhitungan HP produk selesai ditransfer ke dept II HP produk selesai = x Rp. 15 = Rp Perhitungan HP produk dalam proses (PDP) dept I BBB = * 100% * Rp. 2 = Rp BTK = * 20 % * Rp. 5 = BOP = * 20 % * Rp. 8 = Biaya Produksi Dept I Rp LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI DEPT.II A. Jumlah Produksi Produk diterima dari Dept I Selesai dikirim ke Gudang Produk dalam proses (PDP) akhir (BK 50%) B. Biaya dibebankan di Dept. II Elemen Biaya Jumlah (4) = / HP dari Dept I Rp Rp. 15 BTK (6.000*50%) = BOP (6.000*50%) = Rp B.Kumulatif Dept II Rp Rp. 40 4
5 C. Biaya Produksi Departemen II Perhitungan HP produk selesai ditransfer ke gudang HP produk selesai = x Rp. 40 = Rp Perhitungan HP produk dalam proses (PDP) dept II HP dari Dept I = * Rp. 15 = Rp BTK = * 50% * Rp. 10 = BOP = * 50% * Rp. 15 = Rp Biaya Produksi Kumulatif Dept II Rp PT. ANDALAS LAPORAN LABA RUGI JANUARI 2012 Penjualan X Rp. 150 Rp Harga Pokok Penjualan x Rp. 40 Rp Laba Kotor Rp Beban Usaha : Beban Pemasaran Rp Beban Adm & Umum Rp Jumlah Beban Usaha Rp Laba sebelum pajak Rp
6 TUGAS II PT. Parahyangan memproduksi komponen mesin melalui 3 departemen yaitu departemen A, departemen B, dan departemen C, dimana perusahaan ini menggunakan metode harga pokok proses dalam menentukan harga pokok produk yang dihasilkannya. Data produksi dan biaya kedua departemen dalam bulan Februari 2012 adalah sebagai berikut : Departemen A Departemen B Departemen C Data produksi bulan Februari 2012 (unit): Jumlah produk masuk proses Selesai & dikirim ke dept berikut Selesai & dikirim ke gudang PDP akhir bulan Tingkat penyelesaian PDP akhir : - BBB 100 % - BK (Biaya Konversi) 30 % 50 % 80 % Biaya Bulan Januari 2012 (Rp.): - BBB BTK BOP Bila pada bulan Februari 2012 terjual unit dengan harga jual Rp , dimana dketahui biaya administrasi dan umum Rp dan biaya pemasaran Rp a. Buatlah laporan Harga Pokok Produksi untuk bulan Februari 2012 b. Buatlah laporan Rugi Laba untuk bulan Februari
METODE HARGA POKOK PROSES LANJUTAN
METODE HARGA POKOK PROSES LANJUTAN 1.1. Perlakuan Produk Dalam Proses Awal. Produk dalam proses awal akan masuk dalam proses produksi, permasalahan yang muncul adalah bagaimana menentukan harga pokok produksi.
Lebih terperinciAdalah bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi
Biaya bahan baku 2 BIAYA BAHAN BAKU Adalah bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi 1. Elemen Biaya yang Membentuk Harga Bahan Baku yang Dibeli 2. Perencanaan dan Pengendalian Bahan 3. Penentuan
Lebih terperinciBAB II HARGA POKOK PRODUKSI
BAB II HARGA POKOK PRODUKSI Bab ini berisi teori yang akan digunakan sebagai dasar melakukan analisis data. Mencakup pengertian dan penggolongan biaya serta teori yang berkaitan dengan penentuan harga
Lebih terperinciSISTEM PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN PESANAN (JOB ORDER COSTING ATAU JOB COSTING)
SISTEM PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN PESANAN (JOB ORDER COSTING ATAU JOB COSTING) Job costing adalah biaya produksi yang diakumulasikan untuk setiap pesanan (job) yang terpisah. Suatu pesanan adalah output
Lebih terperinciAnggaran Biaya Bahan Baku
Anggaran Biaya Bahan Baku Sub pokok bahasan: 1. Tujuan penyusunan anggaran biaya bahan baku 2. Anggaran pemakaian/kebutuhan bahan baku 3. Anggaran persediaan bahan baku 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Akuntansi secara garis besar bisa dibagi menjadi dua tipe yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi biaya merupakan tipe akuntani sendiri yang terpisah
Lebih terperinciEVALUASI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI ROTI KECIK DENGAN METODE HARGA POKOK PROSES PADA PERUSAHAAN ROTI GANEP S TRADISI SOLO
EVALUASI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI ROTI KECIK DENGAN METODE HARGA POKOK PROSES PADA PERUSAHAAN ROTI GANEP S TRADISI SOLO TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Ahli
Lebih terperinciHARGA TRANSFER KONSEP HT :
HARGA TRANSFER Istilah HT ini dijumpai pada perusahaan yang organisasinya disusun menurut pusat laba dan antar pusat laba tersebut terjadi transfer barang/jasa. Adanya transfer barang dan jasa dihubungkan
Lebih terperinciAKTIVA TETAP. Prinsip Akuntansi => Aktiva Tetap harus dicatat sesuai dengan Harga Perolehannya.
1. Pengertian Aktiva Tetap AKTIVA TETAP Aktiva tetap adalah aktiva berujud yang digunakan dalam operasi perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan. (Haryono Jusup,
Lebih terperinciBAB 5 Aktiva Tetap Berwujud (Tangible - Assets)
BAB 5 Aktiva Tetap Berwujud (Tangible - Assets) Tujuan Pengajaran: Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Menjelaskan pengertian aktiva tetap berwujud 2. Menerangkan penentuan harga
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. dengan aset tetaplah, hampir semua kegiatan operasional dapat dilakukan. Oleh karena
BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Aset Tetap pada PT Patra Jasa Aset tetap berperan sangat penting dalam kehidupan sebuah perusahaan, karena dengan aset tetaplah, hampir semua kegiatan operasional dapat
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENENTUAN JUMLAH, PEMBAYARAN, DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG TERUTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPENYUSUNAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PABRIK TAHU BU GITO PEDAN DENGAN METODE PROCESS COSTING
PENYUSUNAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PABRIK TAHU BU GITO PEDAN DENGAN METODE PROCESS COSTING TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III
Lebih terperinciAKUNTANSI ASET TETAP STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 07
LAMPIRAN II.0 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN 00 TANGGAL OKTOBER 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 AKUNTANSI ASET TETAP LAMPIRAN II. 0 PSAP 0 (i) DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN -------------------------------------------------------------------------
Lebih terperinciBAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Aset Tetap 2.1.1 Pengertian Aset Tetap
BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Aset Tetap Aset tetap merupakan Aset tidak lancar yang diperoleh untuk digunakan dalam operasi perusahaan yang memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta tidak
Lebih terperinciPernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 AKTIVA TETAP DAN AKTIVA LAIN-LAIN
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 AKTIVA TETAP DAN AKTIVA LAIN-LAIN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 tentang Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain disetujui dalam Rapat
Lebih terperinciKETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN
SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciAKUNTANSI BIAYA MODUL 3 HARGA POKOK PENJUALAN & IKHTISAR RUGI LABA
AKUNTANSI BIAYA MODUL 3 HARGA POKOK PENJUALAN & IKHTISAR RUGI LABA Oleh Ir. Betrianis, MSi Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Indonesia DEPOK 2006 TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari
Lebih terperinciBAB II BAHAN RUJUKAN. sewa menyewa yaitu pembiayaan peralatan atau barang modal untuk digunakan pada
BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Sewa Guna Usaha ( Leasing ) Leasing berasal dari kata Lease yang berarti sewa atau lebih umum diartikan sewa menyewa yaitu pembiayaan peralatan atau barang modal untuk
Lebih terperinciLAMPIRAN KHUSUS SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN
DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL 1A BULAN / HARGA NILAI SISA BUKU FISKAL METODE PENYUSUTAN / AMORTISASI KELOMPOK / JENIS HARTA TAHUN PEROLEHAN AWAL TAHUN PENYUSUTAN / AMORTISASI FISKAL TAHUN INI
Lebih terperinciKOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (KSAP)
KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (KSAP) Berdasarkan Pasal Peraturan Pemerintah Nomor Tahun 00 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang menyatakan bahwa:. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
Lebih terperinciPSAK 58. Discontinued Operation OPERASI YANG DIHENTIKAN. Presented by: Dwi Martani Anggota Tim Implementasi IFRS Ketua Departemen Akuntansi FEUI
PSAK 58 ASET TIDAK LANCAR YANG DIMILIKI UNTUK DIJUAL DAN OPERASI YANG DIHENTIKAN IFRS 5 (2009): Non-current tassets Held ldfor Sale and Discontinued Operation Presented by: Dwi Martani Anggota Tim Implementasi
Lebih terperinciCARA MENGELOLA ALAT DAN BAHAN
MODUL 16 KEWIRAUSAHAAN SMK CARA MENGELOLA ALAT DAN BAHAN Penanggung Jawab : Prof. Dr. H. Mohammad Ali, M.A Pengembang dan Penelaah Model : Dr. H. Ahman, M.Pd. Drs. Ikaputera Waspada, M.M Dra. Neti Budiwati,
Lebih terperinciLEBIH JAUH MENGENAI PSAK No. 16 (REVISI 2007) TENTANG ASET TETAP
Edisi : IX/September 2009 LEBIH JAUH MENGENAI PSAK No. 16 (REVISI 2007) TENTANG ASET TETAP Oleh: Ikhlasul Manna Muhammad Fahri Keduanya Auditor pada KAP Syarief Basir & Rekan I. PENDAHULUAN PSAK 16 (Revisi
Lebih terperinciPERBANDINGAN SISTEM BIAYA TRADISIONAL DENGAN SISTEM BIAYA ABC NURHAYATI. Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
PERBANDINGAN SISTEM BIAYA TRADISIONAL DENGAN SISTEM BIAYA ABC NURHAYATI Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Sistem Biaya Tradisional Dalam sistem
Lebih terperinciANALISIS PENERAPAN BIAYA RELEVAN DALAM MENERIMA ATAU MENOLAK PESANAN KHUSUS PADA PT. ADINATA DI MAKASSAR SKRIPSI
ANALISIS PENERAPAN BIAYA RELEVAN DALAM MENERIMA ATAU MENOLAK PESANAN KHUSUS PADA PT. ADINATA DI MAKASSAR SKRIPSI OLEH : ANDRY A311 07 679 FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH SEBAGAIMANA
Lebih terperinciKomite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP)
0 0 0 Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) Berdasarkan Pasal Peraturan Pemerintah Nomor Tahun 00 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang menyatakan bahwa:. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk dijual kembali agar diperoleh laba atas penjualan tesebut. Dengan demikian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aktiva tetap adalah aktiva tetap berwujud yang mempunyai nilai guna ekonomis jangka panjang, dimiliki perusahaan untuk menjalankan operasi guna menunjang perusahaan
Lebih terperinciBab 2 Tinjauan Pustaka
2.1 Penelitian Sebelumnya Bab 2 Tinjauan Pustaka Penelitian pertama yang berjudul Aplikasi Sistem Informasi Arus Kas pada Taman Kanak-kanak Sion Palembang merupakan penelitian yang bertujuan untuk membantu
Lebih terperinci