Peran Genetik pada Penurunan Berat Badan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Peran Genetik pada Penurunan Berat Badan"

Transkripsi

1 Tinjauan Pustaka Peran Genetik pada Penurunan Berat Badan Nur Asiah Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung Abstrak: Energy expenditure (keluaran energi) dan prevalensi obesitas bervariasi di antara berbagai ras. Insidens obesitas lebih tinggi pada orang Afrika Amerika dibandingkan dengan orang kulit putih, hal ini disebabkan lebih rendahnya keluaran energi pada orang Afrika Amerika dibandingkan dengan orang kulit putih. Keluaran energi memiliki komponen: resting metabolic rate (laju metabolisme saat istirahat), energi untuk aktivitas fisik dan efek termik makanan. Variasi dari ketiga faktor tersebut mempengaruhi terjadinya obesitas. Terdapat gen spesifik yang mempengaruhi keluaran energi dan obesitas. Gen-gen tersebut adalah uncoupling protein, suatu keluarga gen transporter membran di bagian dalam mitokondria yang berperan dalam gradien proton dan pelepasan cadangan energi dalam bentuk panas. Variasi dari gen tersebut berpengaruh terhadap perbedaan keluaran energi dan obesitas pada berbagai ras. Gen ini berperan dalam metabolisme energi. Rendahnya laju metabolisme saat istirahat dan variasi dari uncoupling protein berperan pada terjadinya obesitas. Kata kunci: Uncoupling protein, energy expenditure (keluaran energi), resting metabolic rate (laju metabolisme saat istirahat), obesitas 322

2 Peran Genetik pada Penurunan Berat Badan Nur Asiah Nutrition Departement University of Padjadjaran, Bandung Abstract: Energy expenditure and obesity vary among racial groups. The incidence of obesity is higher in African Americans than in whites, whereas energy expenditure seems to be lower in African Americans than in whites. Energy expenditure has many components: resting metabolic rate, energy for physical activity thermic effect of food (eating increases body temperature). Variations in any of these components might contribute to the development of obesity.the specific genes influences energy expenditure and obesity. The specific variants of genes contribute to measurable racial diferences in energy expenditure and obesity. The genes are uncoupling proteins. the uncoupling proteins (UCPs), a family of inner mitochondrial membrane transporters that dissipate the proton gradient and release stored energy in the form of heat, has opened an exciting area in the search for genetic modulators of energy metabolism. The lower of resting metabolic rate and relationship between resting metabolic rate and variation of uncoupling proteins may contribute to obesity. Keywords: Uncoupling protein, energy expenditure, resting metabolic rate, obesity Pendahuluan Insidens obesitas bervariasi pada ras atau suku bangsa tertentu. Suku bangsa atau ras tertentu memiliki kecenderungan terjadinya obesitas dibandingkan dengan suku bangsa atau ras lainnya. Hal tersebut diduga akibat dari perbedaan energy expenditure (keluaran energi) yang bersifat spesifik pada ras tertentu dan berhubungan dengan genetik. Apakah terdapat gen spesifik yang berperan dalam pengaturan keluaran energi dan proses terjadinya obesitas dan apakah terdapat variasi genetika dalam proses tersebut? Perubahan berat badan merupakan hasil dari ketidakseimbangan energi yang masuk dengan keluaran energi. Individu dengan keluaran energi yang rendah memiliki keseimbangan energi positif sehingga mudah menderita obesitas. Berbagai penelitian telah membuktikan hubungan yang bermakna antara rendahnya keluaran energi dengan kerentanan terhadap obesitas. Setelah seorang individu berhasil menurunkan berat badannya, seringkali individu tersebut tidak dapat memelihara berat badan idaman yang telah tercapai. Individu itu mengalami peningkatan berat badan kembali yang dikenal dengan sindrom yoyo. Saat terjadi penurunan asupan makanan yang berdampak pada penurunan berat badan, tubuh berusaha melakukan adaptasi dengan membatasi penggunaan energi, metabolisme tubuh menjadi lebih lambat untuk mencegah agar tidak lebih banyak lagi berat badan yang turun, hal itu tercermin dari rendahnya resting metabolic rate (laju metabolisme saat stirahat). Peneliti-peneliti menduga terdapat hubungan antara genetika dengan terjadinya obesitas karena pada suku bangsa atau ras tertentu ditemukan prevalensi obesitas yang lebih tinggi dibandingkan suku bangsa atau ras lainnya. Asupan makanan memiliki kemampuan yang bervariasi dalam meningkatkan atau mengurangi ekspresi gen yang disebut efek nutrigenomik. Efek nutrigenomik menyebabkan respon individu tidak seragam terhadap perubahan diet. 1 Efek penghambatan atau perangsangan dalam bahan makanan mempengaruhi profil DNA seluler (efek nutrigenetik atu nutrigenomik), pembentukan dan pengaturan protein (efek proteomik) dan efektivitas metabolisme intermedier bahan makanan itu terhadap organ target yang spesifik (efek metabolomik). 2 Variasi Genetik pada Resting Metabolic Rate Pada orang sehat, keluaran energi terdiri dari 3 komponen: laju metabolisme saat istirahat, merupakan bagian terbesar dari keluaran energi pada individu dengan posisi duduk sebagai bagian terbesar aktivitas sehari-harinya, meliputi 60-75% dari keluaran energi total, efek termik makanan sebesar 5-10% dari 24 jam keluaran energi dan aktivitas fisik, sekitar 15-30% dari keluaran energi total. Semuanya bervariasi pada berbagai individu. 3 Keluaran energi tergantung dari usia, jenis kelamin, komposisi tubuh, hormon-hormon seperti insulin dan katekolamin dan status gizi. Perbedaan di antara individu setelah semua faktor tersebut dikontrol berhubungan dengan variasi genetik. 3 Bogardus et al membuktikan pentingnya faktor genetik. Penelitian tersebut mengukur RMR sebagai bagian dari keluaran energi selama 24 jam pada individu dari 323

3 berbagai keluarga yang berbeda pada suku Pima Indian di Arizona. Individu-individu yang berasal dari keluarga yang sama cenderung memiliki RMR yang sama dibandingkan dengan RMR individu-individu dari keluarga yang berbeda.variasi keluarga ada yang tergolong metabolisme lambat dan metabolisme tinggi. Sangat jelas terlihat pola genetik dalam keluarga tersebut (familial pattern). 4 Komposisi Tubuh Menentukan RMR Komposisi tubuh terdiri atas massa lemak dan massa bebas lemak. Massa bebas lemak antara lain adalah otot yang memiliki metabolisme lebih aktif dibandingkan dengan massa lemak sehingga orang yang memiliki massa otot lebih banyak akan memiliki RMR yang lebih besar dibandingkan dengan orang yang memiliki massa lemak yang lebih besar meski memiliki indeks massa tubuh yang sama. Seorang individu tergolong obes memiliki massa lemak dan massa bebas lemak lebih besar dibandingkan dengan individu yang tidak tergolong obes. Individu obes memiliki RMR yang lebih besar karena massa bebas lemaknya juga lebih besar dibandingkan yang tidak obes. Individu obes yang menurunkan berat badannya akan mengalami penurunan RMR karena tubuh beradaptasi dengan cara membatasi penggunaan energi agar tidak lebih banyak lagi berat badan yang turun. Individu yang menurunkan berat badannya dari 160% berat badan ideal hingga 100% berat badan ideal akan mengalami penurunan keluaran energi sekitar 120 kj/hari karena terjadi penurunan RMR.3 Sel Lemak sebagai Organ Endokrin Sel lemak merupakan organ endokrin yang mensekresikan beberapa peptida aktif ke dalam sirkulasi, meliputi adipsin, angiotensin II, leptin dan TNF-α. Peptida yang paling banyak diteliti saat ini adalah leptin. Leptin merupakan protein sinyal yang dihasilkan oleh jaringan adiposa, bertugas menginformasikan proses pengaturan di susunan saraf pusat tentang kadar massa lemak tubuh dan membantu pengaturan berat badan Peningkatan kadar leptin akan meningkatkan termogenesis dan menghambat asupan makanan Leptin berperan dalam pengaturan asupan makanan dan keluaran energi. Konsentrasi leptin plasma memiliki korelasi positif dengan kandungan massa lemak tubuh. Jaringan adiposa merupakan sinyal bagi hipotalamus untuk meningkatkan atau menurunkan keluaran energi sesuai dengan jumlah massa lemak dalam tubuh. Pada penderita obesitas berat terjadi penurunan aktivitas leptin atau penurunan aktivitas reseptor leptin. Penderita obesitas memiliki konsentrasi leptin yang tinggi tetapi tidak berfungsi dengan baik dalam pengaturan keluaran energi sehingga disebut sebagai resisten leptin. 3 Peran Uncoupling Protein pada Keluaran Energi Uncoupling protein (UCP) merupakan keluarga dari transporter bagian dalam membran mitokondria yang berperan pada gradien proton, melepaskan cadangan energi berupa panas dan berpotensi dalam mencegah obesitas. Dalam proses metabolisme energi, UCP memindahkan proton ke dalam matriks mitokondria, menghasilkan panas tanpa mensintesis ATP. Terdapat tiga bentuk UCP yang telah berhasil didentifikasi, yaitu UCP1, UCP2 dan UCP3. UCP1 hanya terdapat pada jaringan adiposa coklat, merupakan gen utama yang berperan dalam pengaturan berat badan manusia. UCP2 terdistribusi secara luas dalam berbagai jaringan tubuh. UCP3 terutama terdapat pada otot skeletal, merupakan tempat termogenesis utama pada manusia, sehingga sering dijadikan target dalam penelitian yang berhubungan dengan pengaturan berat badan. Ekspresi UCP3 diatur oleh hormon tiroid, agonis ß 3 -adrenergik, leptin dan asupan lemak. 5 Kebocoran proton pada mitokondria otot skeletal berperan sebagai penentu terbesar RMR. Suatu penelitian telah dilakukan untuk menentukan adanya kebocoran proton pada gen UCP2 dan UCP3 pada wanita dengan berat badan lebih yang menjalankan diet. 6 Sebanyak 1129 wanita dengan berat badan lebih di Universitas Ottawa menjalankan program penurunan berat badan selama 6 minggu dengan pemberian diet sebesar 900 Kkal. Peserta digolongkan ke dalam 2 golongan sesuai dengan banyaknya berat badan yang turun secara statistik. Peserta yang berhasil menurunkan berat badan pada tingkat tertentu digolongkan ke dalam diet responsif dan peserta yang tidak berhasil menurunkan berat badan pada tingkat tertentu digolongkan sebagai diet resisten. Setelah mengalami fase stabil selama 10 minggu dilakukan biopsi otot dan pengambilan sampel sel darah putih dengan metode polymerase chain reaction (PCR) untuk menentukan adanya kebocoran proton dari gen UCP dan ekspresi mrna dari gen UCP2 terhadap 10 orang wanita dari setiap kelompok. Wanita yang mengalami penurunan berat badan >43% (diet responsif) memiliki kebocoran proton dan ekspresi mrna dari gen UCP yang lebih besar dibandingkan dengan wanita yang mengalami penurunan berat badan yang <43% dari berat badan semula (diet resisten). Tidak dtemukan adanya polimorfisme pada gen UCP3 dan ekspresi mrna pada gen UCP3 tetapi ditemukan adanya kebocoran proton pada gen UCP3. Penelitian tersebut membuktikan respon penurunan berat badan terhadap diet bervariasi antar individu dan terdapat faktor genetik dalam respon penurunan berat badan. Mutasi genetik dan polimorfisme dari gen UCP berperan penting dalam penurunan berat badan penderita obesitas sebagai respon terhadap diet yang bersifat individual. Uncoupling Protein sebagai Dasar Molekuler Laju Metabolisme saat Istirahat pada Ras Berbagai penelitian telah membuktikan kecenderungan terjadi peningkatan berat badan pada ras tertentu. Wanita Afrika Amerika lebih rentan terhadap obesitas dan hampir separuh dari mereka yang berusia >20 tahun tergolong berat badan lebih. Beberapa laporan menyatakan bahwa wanita Afrika Amerika memiliki keluaran energi harian yang lebih 324

4 rendah dibandingkan dengan wanita kulit putih Amerika. Rendahnya keluaran energi pada wanita Afrika Amerika merupakan manifestasi predisposisi genetik terhadap terjadinya obesitas. A Sampai saat ini gen yang bertanggung jawab terhadap perbedaan metabolisme energi pada ras tertentu belum diketahui secara jelas. Penelitian saat ini membuktikan peran UCP sebagai dasar molekuler dari metabolisme energi pada ras tertentu. Kim et al melakukan penelitian untuk membuktikan bahwa terdapat hubungan antara variasi laju metabolisme saat istirahat terhadap gen UCP. 7 Hasil penelitian membuktikan bahwa laju metabolisme saat istirahat lebih rendah pada wanita Afrika Amerika dan berhubungan dengan polimorfisme dari gen UCP. Kimm et al, berusaha mengidentifikasi alel-alel spesifik dari gen-gen spesifik yang mempengaruhi perbedaan laju metabolisme saat istirahat pada berbagai ras yang berbeda. Rendahnya laju metabolisme saat istirahat pada wanita Afrika Amerika dibandingkan dengan wanita kulit putih berhubungan dengan polimorfisme genotip dari gen-gen UCP1, UCP2 dan UCP3. Polimorfisme UCP3 ekson 5 berhubungan dengan rendahnya laju metabolisme saat istirahat pada wanita Afrika Amerika dibandingkan dengan wanita kulit putih. 7 Hubungan Polimorfisme Gen UCP3 dengan Komposisi Tubuh Suatu penelitian yang dilakukan oleh HERITAGE Family menganalisis hubungan antara polimorfisme gen UCP3 terhadap komposisi tubuh subjek penelitian yang melakukan olah raga dan yang tidak melakukan olah raga. 8 Terdapat perbedaan frekuensi genotip dan alel antara subjek berkulit hitam dengan subjek berkulit putih. Penelitian ini juga menemukan hubungan antara polimorfisme gen UCP3 pada Tyr210Tyr dengan indeks massa tubuh, massa lemak dan kadar leptin terhadap subjek kulit putih dan subjek kulit hitam. Perubahan komposisi tubuh pada subjek yang melakukan olah raga memiliki hubungan dengan polimorfisme gen UCP3 dan variasinya berbeda-beda pada subjek kulit putih dibandingkan dengan subjek kulit hitam. 8 Variasi genetik gen UCP3 dan fenotip obesitas (indeks massa tubuh, massa lemak, persentase massa lemak, massa bebas lemak) memiliki hubungan pada populasi Kaukasia. 9 Peneliti melakukan analisis pada polimorfisme 5 nukleotida tunggal (single nucleotide polymorphism atau SNP), kemudian menganalisis 3 polimorfik yang frekuensinya tinggi di antara gen-gen itu, yaitu -55 C/T (promotor), Tyr99Tyr (ekson 3) dan Tyr210Tyr (ekson 5). Pada suatu lokus telah dianalisis adanya hubungan yang bermakna antara gen -55 C/T dengan indeks massa tubuh. Variasi indeks massa tubuh di antara subjek penelitian dipengaruhi oleh polimorfisme gen UCP3 sebesar 2,29%. Subjek yang membawa alel T terbukti memiliki indeks massa tubuh yang lebih rendah sebesar 3,5% dibandingkan dengan subjek yang tidak membawa alel T. 9 Setiap suku bangsa atau ras memiliki frekuensi alel polimorfisme berbeda-beda sehingga keterlibatan alel T dengan obesitas tidak sama pada berbagai suku bangsa. 9 Terdapat hubungan antara genotip -55 T/T B dengan peningkatan indeks massa tubuh pada subjek Perancis yang tergolong obes berat, tetapi pada subjek Danish Kaukasia hubungan ini tidak ditemukan. Pada wanita Afrika Amerika tidak ditemukan hubungan antara gen -55 C/T dengan laju metabolisme saat istirahat. Tetapi pada subjek wanita Afrika Amerika yang memiliki genotip CC pada gen Tyr210Tyr terdapat hubungan dengan rendahnya laju metabolisme saat istirahat meskipun dengan genotip TT hubungan ini tidak terbukti. 9 Resting Metabolik Rate (Laju Metabolisme saat Istirahat) sebagai Penentu Peningkatan Berat Badan Usaha memelihara berat badan yang telah turun setelah melakukan diet merupakan kesulitan dari banyak individu, yang berhubungan dengan rendahnya laju metabolisme saat istirahat setelah asupan makanan diturunkan. Memelihara berat badan pada tingkat 10 persen atau lebih di bawah berat badan sebelumnya berhubungan dengan penurunan keluaran energi total sebesar 6±3 Kkal per kilogram massa tubuh bebas lemak per hari pada subjek yang belum pernah menderita obesitas dan sebesar 8±5 Kkal per kilogram per hari pada subjek obes. Memelihara berat badan pada tingkat 10% di atas berat badan biasa berhubungan dengan peningkatan keluaran energi total sebesar 9±7 Kkal per kilogram massa tubuh bebas lemak per hari pada subjek yang belum pernah menderita obesitas dan sebesar 8±4 Kkal per kilogram per hari pada subjek obes. 9 Penutup Pengaturan berat badan dan respon seorang individu terhadap diet bervariasi dan ditentukan oleh faktor genetik. Suku bangsa atau ras tertentu memiliki kecenderungan terjadinya obesits dibandingkan dengan suku bangsa atau ras lainnya. Terdapat alel-alel spesifik pada gen-gen spesifik yang berperan dalam pengaturan laju metabolisme saat istirahat dan fenotip obesitas A (massa lemak, persentase massa B lemak tubuh, indeks massa tubuh, dan massa tubuh bebas lemak). Gen uncoupling protein telah berhasil diidentifikasi memiliki peran dalam hal metabolisme energi dan proses terjadinya obesitas. Penderita obesitas yang telah berhasil menurunkan berat badannya harus memperhatikan adanya penurunan laju metabolisme saat istirahat sebagai adaptasi tubuh terhadap penurunan asupan makanan agar berat badannya tidak naik kembali. Penderita obesitas pada suku bangsa tertentu menunjukkan adanya polimorfisme dari gen uncoupling protein. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku, hal ini membuka kesempatan lebih luas sebagai lahan penelitian apakah suku tertentu secara genetik memiliki kecenderungan terjadinya obesitas dibandingkan dengan suku bangsa lainnya. 325

5 Daftar Pustaka 1. Milner JA. Molecular targets for bioactive food components. Supplements: nutrien and gene interaction. J Nutr 2004;132: 2492S-8S. 2. Milner JA. Incorporating basic nutrition science into health interventions for cancer prevention. Supplement: international research conference on food, nutrition, and cancer. J Nutr 2003;133:3820S-6S. 3. Pi-Sunyer. Overnutrition and undernutrition as modifiers of metabolic processes in disease states. Am J Clin Nutr 2000; 72(2): Bogardus C, Lillioja S, Ravussin E, et al. Familial dependence of the resting metabolic rate. N Engl J Med 1986;315: Liu YJ, Liu PY, Long J, Lu Y, Elze L, Recker RR, Deng HW. Linkage and association analyses of the UCP3 gene with obesity phenotypes in caucasian families. Physiological Genomics 2005;22: Harper ME, Dent R, Monemdjou S, Bezaire V, Wyck L, Wells G, et al. Decreased Mitochondrial Proton Leak and Reduced Expression of Uncoupling Protein 3 in Skeletal Muscle of Obese Diet-Resistant Women. Diabetes 2002;51: Kimm SYS, Glynn NW, Aston CE, Damcott CM, Poehlman ET, Daniels SR et al. Racial differences in the relation between uncoupling protein genes and resting energy expenditure. Am J Clin Nutr 2002;75(4): Lanouette CM, Chagnon YC, Rice T, Perusse L, Muzzin P, Giacobino JP, et al. Uncoupling protein 3 gene is associated with body composition changes with training in HERITAGE study. J Apply Physiol 2002;92: Leibel RL, Rosenbaum M, Hirsch J. Changes in energy expenditure resulting from altered body weight. N Engl J Med 1995;332: HQ 326

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. di dunia, dengan prevalensi yang cenderung meningkat setiap tahun dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. di dunia, dengan prevalensi yang cenderung meningkat setiap tahun dan dapat BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Obesitas merupakan suatu masalah kesehatan bagi sebagian besar negara di dunia, dengan prevalensi yang cenderung meningkat setiap tahun dan dapat memicu timbulnya

Lebih terperinci

PERUBAHAN KOMPOSISI TUBUH PADA LANJUT USIA Dr. Nur Asiah, MS dan Dr. Francisca A. Tjakradidjaja, MS

PERUBAHAN KOMPOSISI TUBUH PADA LANJUT USIA Dr. Nur Asiah, MS dan Dr. Francisca A. Tjakradidjaja, MS PERUBAHAN KOMPOSISI TUBUH PADA LANJUT USIA Dr. Nur Asiah, MS dan Dr. Francisca A. Tjakradidjaja, MS Secara garis besar kompartemen tubuh terdiri atas massa bebas lemak atau fat free mass (FFM) dan massa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. World Health Organization (WHO) mendefinisikan. obesitas sebagai suatu keadaan akumulasi lemak yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. World Health Organization (WHO) mendefinisikan. obesitas sebagai suatu keadaan akumulasi lemak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) mendefinisikan obesitas sebagai suatu keadaan akumulasi lemak yang abnormal atau berlebihan yang menimbulkan risiko gangguan terhadap

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. prevalensinya yang signifikan dalam 30 tahun terakhir. Prevalensi overweight dan

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. prevalensinya yang signifikan dalam 30 tahun terakhir. Prevalensi overweight dan BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Obesitas telah menarik perhatian masyarakat dunia karena peningkatan prevalensinya yang signifikan dalam 30 tahun terakhir. Prevalensi overweight dan obesitas meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tipe 2 pada dekade-dekade terakhir ini (Abdullah et al., 2010). Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tipe 2 pada dekade-dekade terakhir ini (Abdullah et al., 2010). Indonesia sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan faktor risiko utama diabetes tipe 2. Peningkatan jumlah penduduk dengan obesitas berkontribusi terhadap meningkatnya prevalensi diabetes tipe 2 pada

Lebih terperinci

NUTRIGENOMIK. Titta Novianti

NUTRIGENOMIK. Titta Novianti NUTRIGENOMIK Titta Novianti Pendahuluan Nutrigenomik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara faktor genetik dengan nutrisi yang memiliki komposisi spesifik dan mampu menginduksi ekspresi gen dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Menurut data

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Menurut data BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Menurut data Riskesdas (2013), prevalensi obesitas dewasa (>18 tahun) di Indonesia mencapai 19,7% untuk laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Setiap perempuan akan mengalami proses fisiologis dalam hidupnya,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Setiap perempuan akan mengalami proses fisiologis dalam hidupnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perempuan akan mengalami proses fisiologis dalam hidupnya, proses-proses tersebut diantaranya adalah premenopause, menopause dan pascamenopause. Masa premenopause

Lebih terperinci

ABSTRAK Pengaruh Obesitas Terhadap Siklus Menstruasi pada Wanita Usia Dewasa Muda

ABSTRAK Pengaruh Obesitas Terhadap Siklus Menstruasi pada Wanita Usia Dewasa Muda ABSTRAK Pengaruh Obesitas Terhadap Siklus Menstruasi pada Wanita Usia Dewasa Muda Ellen Pingkan Widiasmoko, 1110069. Pembimbing : Ellya R. Delima, dr., MKes Obesitas adalah penyakit kronis yang kompleks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar terjadinya diabetes melitus tipe 2 (DMT2) adalah resistensi insulin dan

BAB I PENDAHULUAN. Dasar terjadinya diabetes melitus tipe 2 (DMT2) adalah resistensi insulin dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dasar terjadinya diabetes melitus tipe 2 (DMT2) adalah resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin, keduanya saling berkaitan. Pada fase awal dari DMT2, sekresi

Lebih terperinci

BAB V. KESIMPULAN, SARAN, DAN RINGKASAN. V. I. Kesimpulan. 1. Frekuensi genotip AC dan CC lebih tinggi pada kelompok obesitas

BAB V. KESIMPULAN, SARAN, DAN RINGKASAN. V. I. Kesimpulan. 1. Frekuensi genotip AC dan CC lebih tinggi pada kelompok obesitas BAB V. KESIMPULAN, SARAN, DAN RINGKASAN V. I. Kesimpulan 1. Frekuensi genotip AC dan CC lebih tinggi pada kelompok obesitas dibandingkan dengan kelompok normal namun secara statistik tidak berbeda signifikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami perubahan, yaitu dari deposisi lemak subkutan menjadi lemak abdominal dan viseral yang menyebabkan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. sekresi atau kerja insulin atau keduanya sehingga menyebabkan peningkatan

BAB I. PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. sekresi atau kerja insulin atau keduanya sehingga menyebabkan peningkatan BAB I. PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolik akibat gangguan sekresi atau kerja insulin atau keduanya sehingga menyebabkan peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus-menerus

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Prevalensi

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Prevalensi BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Obesitas telah menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Prevalensi obesitas mengalami peningkatan di seluruh dunia menjadi dua kali lipat berdasarkan data dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas dapat didefinisikan sebagai kelebihan lemak dalam tubuh. 1 Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas dapat didefinisikan sebagai kelebihan lemak dalam tubuh. 1 Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas dapat didefinisikan sebagai kelebihan lemak dalam tubuh. 1 Menurut WHO tahun 2005 terdapat 1,6 milyar penduduk dunia mengalami kelebihan berat badan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan satu dari sekian banyak negara berkembang yang memiliki berbagai variasi penyakit menular dan tidak menular. Penyakit jantung merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di zaman modern ini. Obesitas merupakan suatu kelainan atau penyakit dimana terjadi penimbunan lemak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegemukan dan obesitas menjadi masalah kesehatan yang serius di berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang diakibatkan oleh obesitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan, sosial. dan ekonomi pada berbagai kelompok usia di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan, sosial. dan ekonomi pada berbagai kelompok usia di seluruh BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Obesitas telah menjadi masalah kesehatan, sosial dan ekonomi pada berbagai kelompok usia di seluruh dunia. Tahun 2013, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengestimasikan lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas telah menjadi masalah di dunia, World Health Organization (WHO) memperkirakan sejak tahun 2008 sebanyak 2,8 juta penduduk meninggal setiap tahun terkait overweight

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang digunakan untuk menilai status gizi seorang individu. IMT merupakan metode yang murah dan mudah dalam mengukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan World Health Organization (WHO) tahun 1995 menyatakan bahwa batasan Berat Badan (BB) normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi. masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi. masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia telah meningkat hampir dua kali lipat antara tahun 1980 dan 2008.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. obesitas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Saat ini diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. obesitas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Saat ini diperkirakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius di dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan prevalensi obesitas di seluruh dunia, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun organ) karena suatu organisme harus menukarkan materi dan energi

BAB I PENDAHULUAN. maupun organ) karena suatu organisme harus menukarkan materi dan energi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jantung merupakan organ yang sangat vital bagi tubuh. Semua jaringan tubuh selalu bergantung pada aliran darah yang dialirkan oleh jantung. Jantung memiliki peran yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia (Park & Kim,2012). Sekitar 2,8 juta orang dewasa meninggal

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia (Park & Kim,2012). Sekitar 2,8 juta orang dewasa meninggal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya prevalensi obesitas merupakan masalah kesehatan utama diseluruh dunia (Park & Kim,2012). Sekitar 2,8 juta orang dewasa meninggal setiap tahun terkait

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. lebih atau sama dengan 90 mmhg (Chobanian et al., 2003). Hipertensi merupakan

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. lebih atau sama dengan 90 mmhg (Chobanian et al., 2003). Hipertensi merupakan BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan 140 mmhg atau tekanan darah diastolik lebih atau sama

Lebih terperinci

PENGARUH SUPLEMENTASI VITAMIN D TERHADAP INDEKS MASSA TUBUH (IMT) PADA PEREMPUAN DI DESA AMAN DAMAI KEC. SIRAPIT KAB.

PENGARUH SUPLEMENTASI VITAMIN D TERHADAP INDEKS MASSA TUBUH (IMT) PADA PEREMPUAN DI DESA AMAN DAMAI KEC. SIRAPIT KAB. HASIL PENELITIAN PENGARUH SUPLEMENTASI VITAMIN D TERHADAP INDEKS MASSA TUBUH (IMT) PADA PEREMPUAN DI DESA AMAN DAMAI KEC. SIRAPIT KAB. LANGKAT TAHUN 2016 Oleh : KAMINESHWAARY PRAMANANDAM 110100520 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada anak dan remaja serta dampaknya bagi kesehatan tengah dilakukan di

BAB I PENDAHULUAN. pada anak dan remaja serta dampaknya bagi kesehatan tengah dilakukan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa tahun belakangan ini, penelitian mengenai obesitas pada anak dan remaja serta dampaknya bagi kesehatan tengah dilakukan di Fakultas Kedokteran UGM. Prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Dahulu obesitas identik dengan

BAB I PENDAHULUAN. atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Dahulu obesitas identik dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Overweight dan obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak abnormal atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Dahulu obesitas identik dengan kemakmuran, akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Prevalensi overweight dan obesitas meningkat baik pada dewasa dan anakanak

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Prevalensi overweight dan obesitas meningkat baik pada dewasa dan anakanak BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Prevalensi overweight dan obesitas meningkat baik pada dewasa dan anakanak di negara maju maupun negara berkembang selama periode tahun 1980-2013. Indonesia termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO, Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang disebabkan karena ketidakmampuan pankreas dalam menghasilkan hormon insulin yang cukup atau ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin pesat secara tidak langsung telah menyebabkan terjadinya pergeseran pola hidup di masyarakat. Kemajuan teknologi dan industri secara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Badan Berdasarkan hasil penimbangan BB monyet ekor panjang, penambahan nikotin cair pada kedua kelompok pakan terdapat kecenderungan penurunan BB dibandingkan sebelum diberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu masalah gizi yang paling umum di Amerika merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu masalah gizi yang paling umum di Amerika merupakan faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam populasi dunia saat ini, kelebihan berat badan dan obesitas sudah mulai menggeser kedudukan kekurangan gizi dan penyakit menular sebagai penyebab kondisi kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan penurunan fungsi organ tubuh, maka resiko terjadinya penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering terjadi pada lansia antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik. (1) Obesitas

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR TRIGLISERIDA PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR TRIGLISERIDA PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR TRIGLISERIDA PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES Viola Stephanie, 2010. Pembimbing I : dr. Lisawati Sadeli, M.Kes. Pembimbing II : dr. Ellya Rosa Delima, M.Kes. Obesitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun kuman penyebab tuberkulosis (TB) sudah ditemukan. lebih dari 100 tahun dan obat-obat anti tuberkulosis sudah diketahui, TB

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun kuman penyebab tuberkulosis (TB) sudah ditemukan. lebih dari 100 tahun dan obat-obat anti tuberkulosis sudah diketahui, TB 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meskipun kuman penyebab tuberkulosis (TB) sudah ditemukan lebih dari 100 tahun dan obat-obat anti tuberkulosis sudah diketahui, TB tetap merupakan infeksi bakteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang, melakukan aktivitas fisik

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang, melakukan aktivitas fisik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara alamiah lansia itu mengalami kemunduran yaitu pada fisik, biologi, maupun mentalnya. Menurunnya fungsi berbagai organ tubuh pada lansia maka akan membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik. Secara fisiologis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan sebagai salah satu sumber protein hewani mengandung semua jenis asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh manusia (Suhartini dan Nur 2005 dalam Granada 2011),

Lebih terperinci

ABSTRAK PERAN LEPTIN DALAM OBESITAS (STUDI PUSTAKA)

ABSTRAK PERAN LEPTIN DALAM OBESITAS (STUDI PUSTAKA) ABSTRAK PERAN LEPTIN DALAM OBESITAS (STUDI PUSTAKA) Nanda Fidianti Magetsari, 2007, Pembimbing I :Aming Tohardi, dr., M.S Pembimbing II:Winny Suwindere, drg., M.S. Pengertian obesitas secara umum adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fleksibilitas 2.1.1. Definisi fleksibilitas Fleksibilitas mengacu pada kemampuan ruang gerak sendi atau persendian tubuh. Kemampuan gerak sendi ini berbeda di setiap persendian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan kesehatan terutama beban ganda masalah gizi (double burden

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan kesehatan terutama beban ganda masalah gizi (double burden BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki permasalahan kesehatan terutama beban ganda masalah gizi (double burden of malnutrition) yaitu kekurangan

Lebih terperinci

Definisi: keadaan yang terjadi apabila perbandingan kuantitas jaringan lemak

Definisi: keadaan yang terjadi apabila perbandingan kuantitas jaringan lemak Definisi: keadaan yang terjadi apabila perbandingan kuantitas jaringan lemak tubuh dengan berat badan total lebih besar daripada normal, atau terjadi peningkatan energi akibat ambilan makanan yang berlebihan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat, walaupun berbagai metode pencegahan obesitas telah dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat, walaupun berbagai metode pencegahan obesitas telah dilakukan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obesitas menjadi masalah global dan menjadi perhatian bagi dunia kesehatan. Prevalensi obesitas di negara maju serta negara berkembang terus meningkat, walaupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beban gizi ganda adalah masalah gizi berupa berat badan kurang dan berat badan lebih yang terjadi dalam satu populasi (World Bank, 2012). Beban gizi ganda ini masih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja tentunya ingin menampilkan tampilan fisik yang menarik. Banyak remaja putra berkeinginan membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa obesitas merupakan salah satu dari 10 kondisi yang berisiko di seluruh dunia dan salah satu dari 5 kondisi yang berisiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM), atau lebih dikenal dengan istilah kencing manis,

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM), atau lebih dikenal dengan istilah kencing manis, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Diabetes Mellitus (DM), atau lebih dikenal dengan istilah kencing manis, merupakan penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hemoglobinopati adalah kelainan pada sintesis hemoglobin atau variasi

BAB I PENDAHULUAN. Hemoglobinopati adalah kelainan pada sintesis hemoglobin atau variasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hemoglobinopati adalah kelainan pada sintesis hemoglobin atau variasi struktur hemoglobin yang menyebabkan fungsi eritrosit menjadi tidak normal dan berumur pendek.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan bangsa sapi yang paling banyak terdapat di Amerika Serikat, sekitar 80-90% dari seluruh sapi perah yang berada di sana.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia sekarang mengalami penderitaan akibat dampak epidemik dari berbagai penyakit penyakit akut dan kronik yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Penyakit penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obesitas merupakan kelainan metabolisme yang paling sering diderita manusia. Saat ini penderita obesitas di dunia terus meningkat. Penelitian sejak tahun 1990-an menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia, setelah menjadi masalah pada negara berpenghasilan tinggi, obesitas mulai meningkat di negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Scottish Health Survey pada anak usia 2-15 tahun didapatkan persentasi anak lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. Scottish Health Survey pada anak usia 2-15 tahun didapatkan persentasi anak lakilaki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas pada anak saat ini mulai meningkat dari tahun ke tahun. Data Scottish Health Survey pada anak usia 2-15 tahun didapatkan persentasi anak lakilaki dengan obesitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maju dan negara berkembang. Setiap tahun prevalensi obesitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maju dan negara berkembang. Setiap tahun prevalensi obesitas selalu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas saat ini masih menjadi masalah kesehatan utama di negara maju dan negara berkembang. Setiap tahun prevalensi obesitas selalu mengalami peningkatan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. selama metabolisme berkepanjangan saat latihan yang intens. 1,2 Berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. selama metabolisme berkepanjangan saat latihan yang intens. 1,2 Berdasarkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Daya tahan kardiorespirasi adalah salah satu unsur kebugaran jasmani yang menggambarkan kemampuan pembuluh paru-paru jantung dan darah untuk memberikan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan munculnya hiperglikemia karena sekresi insulin yang rusak, kerja insulin yang rusak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecemasan 2.1.1 Definisi Kecemasan adalah sinyal peringatan; memperingatkan akan adanya bahaya yang akan terjadi dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. lemak, dan protein. World health organization (WHO) memperkirakan prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. lemak, dan protein. World health organization (WHO) memperkirakan prevalensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Diabetes mellitus (DM) secara etiologi berasal dari serangkaian kelainan metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia. 1 Di Amerika Serikat stroke

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia. 1 Di Amerika Serikat stroke 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah salah satu sindrom neurologi dengan ancaman terbesar menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia. 1 Di Amerika Serikat stroke merupakan penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena overweight saat ini sedang menjadi perhatian. Overweight atau

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena overweight saat ini sedang menjadi perhatian. Overweight atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena overweight saat ini sedang menjadi perhatian. Overweight atau kelebihan berat badan terjadi akibat ketidakseimbangan energi yaitu energi yang masuk lebih besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari dataran tinggi atau pegunungan. Gangguan Akibat. jangka waktu cukup lama (Hetzel, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari dataran tinggi atau pegunungan. Gangguan Akibat. jangka waktu cukup lama (Hetzel, 2005). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gondok Endemik merupakan masalah gizi yang dijumpai hampir diseluruh negara di dunia, baik di negara berkembang termasuk di Indonesia maupun negara maju. Terlebih

Lebih terperinci

4. HASIL. Tabel 4.1 Sebaran Subjek berdasarkan Status Gizi, Usia, Tingkat Pendidikan, Penghasilan Ibu, Morbiditas ibu, dan Praktik ASI eksklusif

4. HASIL. Tabel 4.1 Sebaran Subjek berdasarkan Status Gizi, Usia, Tingkat Pendidikan, Penghasilan Ibu, Morbiditas ibu, dan Praktik ASI eksklusif 4. HASIL 4.1. Sebaran Subjek Dari 92 subjek didapatkan karakteristik subjek berdasarkan status gizi, usia, tingkat pendidikan terakhir, penghasilan ibu, morbiditas ibu dalam 2 minggu terakhir, dan praktik

Lebih terperinci

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.

Lebih terperinci

NUTRITION, EXERCISE AND HEALTHY

NUTRITION, EXERCISE AND HEALTHY NUTRITION, EXERCISE AND HEALTHY Nugroho Agung S. STKIP PGRI Sumenep Introduction Apa yang orang makan tidak hanya untuk kesehatannya saja akan tetapi juga untuk performa pada atlet olahraga. Tubuh manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sindroma metabolik merupakan kumpulan kelainan metabolik komplek

BAB I PENDAHULUAN. Sindroma metabolik merupakan kumpulan kelainan metabolik komplek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sindroma metabolik merupakan kumpulan kelainan metabolik komplek yang muncul sebagai faktor risiko penyakit kardiovaskular serta diabetes mellitus tipe 2. Komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik dan progresif dengan ciri meningkatnya konsentrasi gula dalam darah. Peningkatan tersebut

Lebih terperinci

Testosteron Deficiency Syndrome ( TDS ) & Metabolic Syndrome ( METS )

Testosteron Deficiency Syndrome ( TDS ) & Metabolic Syndrome ( METS ) Testosteron Deficiency Syndrome ( TDS ) & Metabolic Syndrome ( METS ) Asman Manaf Subbagian Endokrin Metabolik Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas / RSUP Dr M Jamil Padang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang dibutuhkan untuk kesehatan optimal sangatlah penting.

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang dibutuhkan untuk kesehatan optimal sangatlah penting. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi seseorang menunjukkan seberapa besar kebutuhan fisiologis individu tersebut telah terpenuhi. Keseimbangan antar nutrisi yang masuk dan nutrisi yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia kita mengetahui bahwa yang disebut dengan lanjut usia adalah seseorang

Lebih terperinci

4. HASIL. Universitas Indonesia

4. HASIL. Universitas Indonesia 33 4. HASIL 4.1. Data Sebaran Subyek Dari 86 ibu yang menjadi sampel pada data umum akan ditampilkan data status gizi ibu menyusui berdasarkan indeks massa tubuh, data usia, penghasilan, pendidikan terakhir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah modal utama untuk memulai berbagai aktivitas. Bukan

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah modal utama untuk memulai berbagai aktivitas. Bukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sehat adalah modal utama untuk memulai berbagai aktivitas. Bukan rahasia lagi jika setiap orang baik tua maupun muda menginginkan kondisi tubuh yang sehat

Lebih terperinci

Respirasi seluler. Bahasan

Respirasi seluler. Bahasan Respirasi seluler dr.syazili Mustofa, M. Biomed Lektor Mata Kuliah Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Bahasan 1. metabolisme oksidatif dan produksi ATP 2. Siklus asam sitrat 3. fosforilasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health

BAB I PENDAHULUAN. utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Preeklamsi merupakan penyulit utama dalam kehamilan dan penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health Organization (WHO) melaporkan angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan suatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh. Asam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kanker payudara merupakan kanker yang paling sering. terjadi di dunia dan kejadiannya bertambah terutama pada

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kanker payudara merupakan kanker yang paling sering. terjadi di dunia dan kejadiannya bertambah terutama pada BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan kanker yang paling sering terjadi di dunia dan kejadiannya bertambah terutama pada negara berkembang. Kanker payudara sendiri adalah kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami setelah manusia mencapai usia dewasa di mana seluruh komponen tubuh berhenti berkembang dan mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fruktosa merupakan gula yang umumnya terdapat dalam sayur dan buah sehingga sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa fruktosa sepenuhnya aman untuk dikonsumsi.

Lebih terperinci

Masalah Kelebihan Berat Badan pada Orang Dewasa di Indonesia. Sihadi. Badan Litbangkes, Kementerian Kesehatan RI

Masalah Kelebihan Berat Badan pada Orang Dewasa di Indonesia. Sihadi. Badan Litbangkes, Kementerian Kesehatan RI Majalah Kedokteran FK UKI 2010 Vol XXVII No.3 Juli -September Tinjauan Pustaka Masalah Kelebihan Berat Badan pada Orang Dewasa di Indonesia Sihadi Badan Litbangkes, Kementerian Kesehatan RI Abstrak Berat

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Berkorelasi dengan Status Nutrisi pada Pasien Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD)

Faktor-faktor yang Berkorelasi dengan Status Nutrisi pada Pasien Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) LAPORAN PENELITIAN Faktor-faktor yang Berkorelasi dengan Status Nutrisi pada Pasien Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) Mira Yulianti 1, Suhardjono 2, Triyani Kresnawan 3, Kuntjoro Harimurti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. OBESITAS. 2.1.1. Pengertian Obesitas. Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade, terutama 10 tahun terakhir, prevalensi obesitas

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade, terutama 10 tahun terakhir, prevalensi obesitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa dekade, terutama 10 tahun terakhir, prevalensi obesitas terus meningkat di seluruh dunia yang menjadikan obesitas sebagai suatu epidemi global. Obesitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang dapat meningkatkan dengan cepat prevalensi komplikasi kronis pada lansia. Hal ini disebabkan kondisi hiperglikemia

Lebih terperinci

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Correlation Of Energy Consumption Level, Protein and Food Consumerism With Nutritional Status

Lebih terperinci

Siti Nur Fatimah, Ambrosius Purba, Kusnandi Roesmil, Gaga Irawan Nugraha. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Siti Nur Fatimah, Ambrosius Purba, Kusnandi Roesmil, Gaga Irawan Nugraha. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Siti Nur Fatimah, Ambrosius Purba, Kusnandi Roesmil, Gaga Irawan Nugraha Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran PENDAHULUAN Status gizi remaja perempuan (prekonsepsi) berperan pada kualitas kesehatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Obesitas atau kegemukan merupakan kondisi kelebihan bobot badan akibat penimbunan lemak yang melebihi 20% pada pria dan 25% pada wanita dari bobot badan normal. Kondisi tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik dan mental serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik dan mental serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktifitas fisik merupakan suatu pergerakan tubuh, dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi (WHO, 2011). Aktifitas fisik menurut Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia pada saat ini menghadapi permasalahan ganda berupa kasus-kasus penyakit menular yang masih belum terselesaikan sekaligus peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Overweight dan obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian yang serius karena merupakan peringkat kelima penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berlebihnya asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. berlebihnya asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas adalah kondisi berlebihnya berat badan akibat banyaknya lemak pada tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), di sekitar organ tubuh,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda. Artinya, masalah gizi kurang masih belum teratasi sepenuhnya, sementara sudah muncul masalah gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tubuh dapat menimbulkan penyakit yang dikenal dengan. retina mata, ginjal, jantung, serta persendian (Shetty et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. pada tubuh dapat menimbulkan penyakit yang dikenal dengan. retina mata, ginjal, jantung, serta persendian (Shetty et al., 2011). 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Asam urat merupakan produk akhir dari katabolisme adenin dan guanin yang berasal dari pemecahan nukleotida purin. Asam urat ini dikeluarkan melalui ginjal dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kemakmuran di Indonesia diikuti oleh perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan dari masyarakat baik dalam keluarga maupun diluar rumah. Pola makan terutama

Lebih terperinci