SKRIPSI PERANCANGAN FASILITAS FISIK USAHA TERNAK PUYUH SKALA KOMERSIAL DI KECAMATAN RANCA BUNGUR, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI PERANCANGAN FASILITAS FISIK USAHA TERNAK PUYUH SKALA KOMERSIAL DI KECAMATAN RANCA BUNGUR, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT"

Transkripsi

1 SKRIPSI PERANCANGAN FASILITAS FISIK USAHA TERNAK PUYUH SKALA KOMERSIAL DI KECAMATAN RANCA BUNGUR, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT Oleh AHMAD SUHAELY F DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1

2 PERANCANGAN FASILITAS FISIK USAHA TERNAK PUYUH SKALA KOMERSIAL DI KECAMATAN RANCA BUNGUR, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh Ahmad Suhaely F DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2

3 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh Ahmad Suhaely F Dilahirkan pada tanggal 28 Juni 1985 Di Jakarta Tanggal lulus: September 2008 Bogor, September 2008 Menyetujui, Dosen Pembimbing Akademik Ir. Gardjito, M.Sc NIP Mengetahui, Kepala Departemen Teknik Pertanian Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS NIP

4 Ahmad Suhaely. F PERANCANGAN FASILITAS FISIK USAHA TERNAK PUYUH SKALA KOMERSIAL DI KECAMATAN RANCA BUNGUR, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT. Di bawah Bimbingan Ir. Gardjito, M.Sc. RINGKASAN Puyuh (telur dan dagingnya) merupakan pangan alternatif sumber protein di Indonesia. Seiring dengan jumlah penduduk yang terus meningkat maka diperlukan asupan gizi yang mencukupi bagi masyarakat. Puyuh merupakan salah satu makanan bergizi yang dapat mengurangi kejadian rawan pangan dan gizi di Indonesia. Untuk itu perlu kerjasama semua pihak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan gizi yang baik. Salah satu usaha adalah memproduksi puyuh dalam jumlah yang mencukupi. Tujuan dari perancangan ini adalah membuat rancangan fisik fasilitas usaha ternak puyuh yang efektif dan komersial. Bagian dari rancangan ini adalah perencanaan lokasi dan tata letak fasilitas, membuat rancangan kandang puyuh secara fungsional dan struktural dengan mengedepankan aspek komersialisasi, dan membuat analisa biaya yang diperlukan untuk pembuatan fasilitas fisik usaha ternak puyuh skala komersial. Perancangan ini dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama berupa observasi dan pengumpulan data dilakukan di desa Pasir Gaok, stasiun klimatologi Bogor, Dinas Peternakan Kabupaten Bogor, dan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bogor pada Akhir Oktober 2007 sampai dengan awal Maret Tahap ini bertujuan mendapatkan data untuk kebutuhan perancangan. Kemudian tahap kedua dilaksanakan pada pertengahan bulan Maret sampai pertengahan bulan Juli 2008 di laboratorium Lingkungan dan Bangunan Pertanian, Departemen Teknik Pertanian IPB. Pada tahap ini dilakukan perancangan secara lebih lengkap. Penentuan lokasi dan tata letak berdasarkan ketersediaan sumberdaya dan kemudahan dalam perawatan. Sedangkan secara struktural, komponen konstruksi yang dirancang telah diuji terhadap tegangan lentur, tegangan geser, dan defleksi. Kemudian hasil perhitungan tersebut dibandingkan dengan nilai yang diijinkan. Hasil perancangan menunjukkan bahwa hasil perhitungan konstruksi bangunan dinyatakan memenuhi syarat. Syarat ini sangat penting untuk dipenuhi karena akan mempengaruhi struktur dan kekuatan bangunan. Biaya total pembangunan satu unit kandang dengan luas 180 m 2 adalah Rp. 64,657,500 atau sekitar Rp. 359,208/m 2. Biaya ini dapat dikurangi dengan menghilangkan pekerjaan cat dan plester yang tidak mempengaruhi struktur dan fungsi bangunan. Sehingga biaya bangunan yang baru sekitar Rp. 54,847,887 atau sekitar Rp. 304,710/m 2. 4

5 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Ahmad Suhaely dilahirkan di Kotamadya Jakarta Selatan provinsi DKI Jakarta pada tanggal 28 Juni Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Dilahirkan dari rahim seorang ibu yang mulia (Juju) dan dididik dengan penuh kasih sayang oleh seorang bapak yang tegas (Idris). Penulis memulai pendidikannya di SDN Grogol Selatan 05 Pagi dan lulus pada tahun 1997, kemudian dilanjutkan di SLTPN 66 Jakarta dan lulus pada tahun 2000, setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di SMUN 29 Jakarta dan lulus pada tahun Penulis melanjutkan pendidikan Sarjana di Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi pertanian IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Penulis sempat aktif pada beberapa organisasi yang ada di intra/ekstra kampus diantaranya Keluarga Islam Teknik Pertanian (KITA), FBI Fateta IPB (2004), DPM Fateta IPB ( ), BEM Fateta IPB ( ), BEM KM IPB ( ), FIM-B (Forum Intelektual Muda Betawi), dan FORSA 29 IPB (Forum Silaturahmi Alumni SMU 29 Jakarta) (2003-sekarang). Pada tahun 2006, penulis melakukan kegiatan Praktek Lapang di Perkebunan Teh Malabar, Pangalengan, PTPN VIII Bandung. Judul yang diambil yaitu MEMPELAJARI ASPEK KETEKNIKAN PERTANIAN PADA PROSES PENGOLAHAN TEH DI PTPN VIII, PERKEBUNAN MALABAR, JAWA BARAT. Penulis melakukan penelitian dengan judul PERANCANGAN FASILITAS FISIK USAHA TERNAK PUYUH SKALA KOMERSIAL DI KECAMATAN RANCA BUNGUR, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT. Hal ini dilakukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan, di bawah bimbingan Ir. Gardjito, M.Sc. aliy_cool@yahoo.com; Mobile Phone :

6 KATA PENGANTAR Tidak ada kata yang paling indah selain puji dan syukur yang selalu tercurahkan kepada Allah SWT, Robb Yang Maha Pengasih dan Maha Pelimpah Sayang, yang senantiasa memberikan kekuatan baik jasmani maupun rohani setiap hamba-nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat dan Salam semoga selalu terlimpahkan kepada Rasulullah SAW, pemimpin para Nabi dan orang-orang yang bertaqwa baik dunia maupun akhirat. Tidak lupa kepada keluarga, sahabat-sahabat dan umat-umatnya yang senantiasa istiqomah di jalan perjuangannya. Semoga kita semua termasuk di dalamnya dan diberi syafa at oleh beliau di hari akhir nanti. Amin. Skripsi yang ada di hadapan Anda ini berjudul Perancangan Fasilitas Fisik Usaha Ternak Puyuh Skala Komersial Di Kecamatan Ranca Bungur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi ini dibuat sebagai persyaratan memperoleh gelat Sarjana Teknologi Pertanian IPB. Semoga persembahan kecil ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Pada kesempatan yang penuh dengan kebahagiaan ini, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi, terutama kepada : 1. Bapak Ir. Gardjito, MSc selaku pembimbing akademik, atas semua masukan dan bimbingannya serta perhatiannya selama pelaksanaan Praktek Lapangan dan penulisan laporan. 2. Abi dan Umi penulis atas semua perjuangan, kebaikan, doa, kasih sayang, dan ketulusan hati selama penulis hidup. 3. Ketiga adikku yang senantiasa memberikan senyum dan kegembiraan sehingga memberi semangat dan motivasi lebih bagi penulis. 4. Bapak Eman dan Bapak Ahmad atas bantuannya. 5. Kindi atas bantuan gambar autocadnya. 6. Bapak Duta Setiawan selaku pengelola peternakan puyuh SUPER PUYUH FARM, atas bantuan nasihat dan pengalaman yang berharga. 6

7 7. Keluarga terbaik yang ada pada TEP 40 IPB atas segala bantuan, do a, dan persahabatan. Semoga kita semua kembali dipertemukan dalam persaudaraan yang indah. 8. Keluarga besar Teknik Pertanian IPB angkatan 38, 39, 41, dan 42 atas bantuan selama masa indah perkuliahan. 9. Rekan-rekan satu perjuangan di DPM Fateta, BEM Fateta, BEM KM IPB, FIM-B dan FORSA 29 IPB. 10. Serta semua pihak yang tidak dapat dituliskan satu persatu. Penulis mengakui bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Namun demikian, penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat dan menjadi sumber ilmu bagi penulis dan pembaca. Amin. Bogor, September 2008 Penulis 7

8 DAFTAR ISI HALAMAN DAFTAR ISI i DAFTAR TABEL iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... v 1. PENDAHULUAN.. 1 LATAR BELAKANG 1 TUJUAN TINJAUAN PUSTAKA. 3 BURUNG PUYUH. 3 SISTEM PEMELIHARAAN... 6 Sistem Litter 6 Sistem Sangkar Baterai... 7 PERSYARATAN PERKANDANGAN.. 8 Lokasi Kandang 8 Kepadatan Kandang 9 Suhu Dan kelembaban Kandang. 10 Ventilasi KONSTRUKSI KANDANG 13 Dinding Kandang. 13 Lantai Kandang 14 Atap Kandang.. 14 Bahan Bangunan METODOLOGI PERANCANGAN 16 METODE PERANCANGAN 16 WAKTU DAN TEMPAT PERANCANGAN PERENCANAAN UMUM USAHA TERNAK PUYUH. 19 PENENTUAN LOKASI DAN TATA LETAK 19 PERENCANAAN SKALA USAHA 21 PENENTUAN SISTEM PEMELIHARAAN RANCANGAN FUNGSIONAL TIPE KANDANG.. 23 Kapasitas Dan Luas Sangkar Baterai 23 Fasilitas Kandang.. 25 LOKASI PERKANDANGAN.. 26 PERSYARATAN LINGKUNGAN.. 28 Suhu Dan Kelembaban Udara Ventilasi Kandang. 30 8

9 6. RANCANGAN STRUKTURAL.. 32 ATAP. 32 TIANG DAN LANTAI 33 PONDASI.. 33 PEMERIKSAAN PEMBEBANAN. 33 Pemeriksaan Pembebanan Gordeng. 34 Pemeriksaan Pembebanan Pondasi 35 ANALISA BIAYA KESIMPULAN DAN SARAN. 37 KESIMPULAN. 37 SARAN. 38 DAFTAR PUSTAKA 39 9

10 DAFTAR TABEL HALAMAN Tabel 1. Perbedaan susunan protein dan lemak dari berbagai unggas... 5 Tabel 2. Luas kandang berdasarkan umur puyuh Tabel 3. Interaksi yang berkaitan dengan tersedianya O 2 dan CO 2 12 Tabel 4. Pengaruh temperatur terhadap produksi unggas

11 DAFTAR GAMBAR HALAMAN Gambar 1. Burung puyuh (Coturnix coturnix japonica).. 4 Gambar 2. Diagram alir metode perancangan.. 16 Gambar 3. Sketsa sangkar baterai tampak samping.. 25 Gambar 4. Diagram gaya, gaya geser, dan momen lentur. 34 Gambar 5. Diagram resultan beban yang didukung pondasi

12 DAFTAR LAMPIRAN HALAMAN Lampiran 1. Data Klimatologi Kabupaten Bogor Tahun Lampiran 2. Standar Kualitas Air Lampiran 3. Analisa bukaan ventilasi 43 Lampiran 4. Tegangan dan modulus elastisitas untuk kayu.. 44 Lampiran 5. Uji Pembebanan 45 Lampiran 6. Rekapitulasi dan Rencana Anggaran Biaya Lampiran 7. Analisa Satuan Pekerjaan. 53 Lampiran 8. Daftar bahan bangunan per 7 Mei Lampiran 9. Daftar upah (Pemkab Bogor, 2008)

13 1. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Salah satu masalah pada negara berkembang yaitu usaha untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Hal tersebut dikarenakan pertambahan penduduknya yang relatif tinggi. Menurut FAO (1976), sekitar 60 % penduduk di negara-negara berkembang mengkonsumsi makanan dengan mutu gizi yang kurang. Kekurangan pangan dan gizi di Indonesia disebabkan oleh kurangnya persediaan pangan berprotein tinggi dan harga yang relatif mahal. Berbagai usaha telah dilakukan untuk menanggulangi hal tersebut. Pemerintah (yang bergerak di bidang peternakan) telah menyusun program aneka ternak untuk memenuhi kebutuhan protein hewani bagi keluarga. Masalah kekurangan gizi di Indonesia diharapkan dapat ditanggulangi dengan hadirnya program ini. Program ini pun masih berjalan hingga saat ini. Burung puyuh (Coturnic coturnix japonica) merupakan salah satu ternak unggas yang sedang di kembangkan dan ditingkatkan produksinya. Salah satu komoditi yang dihasilkan oleh burung puyuh adalah telurnya. Telur puyuh merupakan sumber protein hewani yang relatif murah dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya seperti telur ayam, daging sapi, daging kambing, dan lain-lain. Zat yang terkandung di dalam telur puyuh lebih baik dari pada susu sapi segar dalam jumlah kandungan kalori, protein, lemak phospor, zat besi, vitamin A, vitamin B, dan vitamin B 12. Daging dan kotoran puyuh pun dapat dijadikan penghasilan tambahan selain dari telurnya (Tetty, 2002). Berdasarkan kenyataan tersebut, maka perlu dilakukan berbagai usaha untuk memproduksi puyuh. Salah satunya adalah merencanakan perkandangan puyuh komersial. Hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan produksi dan kualitas puyuh sehingga nilai jual produk pun dapat lebih tinggi. Beternak puyuh masih sangat prospektif untuk dilakukan. Semakin hari, permintaan telur puyuh semakin meningkat. Keadaan ini menyebabkan para peternak puyuh merasa tidak mampu untuk melayani permintaan agen tetapnya. Pada suatu contoh kasus di daerah Bekasi pada tahun 2007, dalam satu hari permintaan telur puyuh sebanyak 15 peti, padahal kemampuan kelompok peternak 13

14 yang terdiri dari 25 orang hanya mencapai 12 peti, berarti masih terdapat kekurangan 3 peti. Bahkan bila ada permintaan agen dari luar daerah pun harus ditolak (Tetty, 2002). Daging puyuh pun saat ini sedang digemari karena mengandung protein yang tinggi (21.1 %) dan rendah lemak (7.7 %). Daging puyuh umumnya diambilkan dari puyuh yang sudah afkir. Puyuh dikatakan afkir bila kemampuan bertelurnya telah menurun dan puyuh jantan yang tidak terpilih sebagai pejantan. Saat ini hanya beberapa supermarket yang menyediakan daging puyuh yang dijual dalam bentuk karkas (Tetty, 2002). Kotoran dan bibit puyuh pun saat ini bisa dijual, yang merupakan salah satu bukti beternak puyuh masih memiliki prospek usaha yang baik. Lokasi usaha peternakan puyuh diambil di daerah Kabupaten Bogor. Hal ini dikarenakan Kabupaten Bogor merupakan daerah yang potensial sebagai pasar dari puyuh dan turunannya. Kurang lebih telah berdiri sepuluh pasar besar yang terdapat di Bogor. Keberadaan Kabupaten Bogor yang dekat dengan daerah Jakarta pun dapat menjadi nilai tambah tersendiri dalam hal pemasaran. Selain itu keadaan Kabupaten Bogor sesuai untuk beternak puyuh. Hal ini dikarenakan suhu dan kelembaban rata-rata Kabupaten Bogor hampir sesuai dengan suhu dan kelembaban ideal bagi puyuh yaitu antara o C dan % (Elly Listyowati, 2004) TUJUAN Tujuan umum perancangan ini adalah membuat rancangan fasilitas fisik usaha ternak puyuh yang efektif serta bersifat komersial yang meliputi aspekaspek sebagai berikut: a. Lokasi dan tata letak fasilitas fisik usaha ternak puyuh (farm) di Kecamatan Ranca Bungur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. b. Rancangan kandang puyuh secara fungsional dan struktural dengan mengedepankan aspek komersialisasi. c. Analisa biaya (RAB) yang diperlukan untuk pembuatan fasilitas fisik usaha ternak puyuh skala komersial. 14

15 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. BURUNG PUYUH Burung puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran tubuhnya relatif kecil, dan berkaki pendek. Burung puyuh merupakan burung liar yang pertama kali diternakkan di Amerika Serikat pada tahun Masyarakat Jepang, China, Amerika dan beberapa negara Eropa telah mengkonsumsi telur dan dagingnya. Burung puyuh terus dikembangkan ke seluruh penjuru dunia. Burung puyuh mulai dikenal dan diternakkan di Indonesia sejak tahun Klasifikasi zoologi burung puyuh adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class : Aves Ordo : Galliformes Famili : Phasianidae Genus : Coturnix Species : Coturnic coturnix japonica Burung puyuh merupakan kekayaan plasma nutfah Indonesia disebut juga Gemak. Jenis burung puyuh yang dipelihara di Indonesia diantaranya Coturnix coturnix japonica, Coturnix chinensis, Arborophila javanica, dan Rollus roulroul. Burung puyuh yang saat ini banyak diternakkan adalah Coturnix coturnix japonica. Coturnix coturnix japonica adalah burung puyuh yang telah lama didomestikasi sehingga kehilangan naluri untuk mengerami telurnya (Elly Listyowati, 2004). Burung puyuh mempunyai ciri-ciri badannya kecil, bulat dan ekornya sangat pendek. Kebutuhan pakannya sangat sedikit, sesuai dengan ukuran tubuhnya yang kecil yaitu antara gram/ekor/hari (Wahyuning, 2001). Burung puyuh memiliki kesuburan yang tinggi, dapat mencapai dewasa kelamin dalam waktu sekitar 6 minggu. Selain itu, telurnya dapat ditetaskan dalam waktu hari. Gambar burung puyuh dapat dilihat lebih jelas pada Gambar 1. 15

16 Gambar 1. Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica) Sebelum diternakkan, burung puyuh jenis ini termasuk burung liar yang menghuni hutan dan hidup berpindah-pindah. Kelebihan lain adalah suaranya yang cukup keras dan agak berirama sehingga puyuh ini dapat dipelihara sebagai burung yang dapat berkicau (song bird). Sifat-sifat tertentu dari puyuh jenis ini yaitu kemampuannya menghasilkan 3-4 generasi pertahun. Hal ini membuat puyuh ini menarik perhatian sebagai ternak percobaan dalam penelitian. Burung puyuh merupakan salah satu jenis unggas yang cukup produktif. Burung puyuh dapat bertelur sebanyak butir/tahun (Wahyuning, 2001). Telur puyuh mempunyai nilai kandungan gizi yang tinggi, tidak kalah dengan telur unggas lainnya. Daging dan kotoran puyuh pun dapat dijadikan sebagai penghasilan tambahan dari beternak puyuh. Produksi telur yang optimum dapat ditentukan oleh tiga faktor utama yaitu pengembangbiakan, pemberian pakan, dan pengelolaan. Pengembangbiakan puyuh merupakan awal mula dari keberhasilan peternak. Peternak harus dapat menghasilkan bibit puyuh yang berkualitas. Bibit burung puyuh petelur komersial didapatkan dari telur tetas yang fertil. Telur tetas yang fertil didapatkan dari perkawinan antara pejantan dan betina dengan rasio tertentu. Proses penetasan telur puyuh biasanya dilakukan pada suhu C dan kelembaban 55% selama 18 hari. Proses penetasan dimulai dari fumigasi telur, grading telur, penyimpanaan telur dalam setter, pemindahan ke hetcher, setelah menetas dilakukan grading DOQ dan penentuan jantan/betina (Elly Listyowati, 2004). 16

17 Burung puyuh membutuhkan pakan dengan kandungan protein yang berbeda pada tiap periode. Pada periode starter minimal kandungan protein kasar 24 % dan energi termetabolis 2,900 Kkal/kg. Pada periode grower, minimal kandungan protein kasar 20 % dan energi termetabolis 2,700 Kkal/kg. Pada periode layer minimal kandungan protein kasar 22 % dan energi termetabolis 2,900 Kkal/kg (SNI, 1995). Pada masa pertumbuhan, protein digunakan untuk menyusun jaringan tubuh yaitu membentuk otot, sel darah dan tulang. Tetapi pada masa bertelur, protein tidak lagi digunakan untuk menyusun jaringan tubuh tetapi lebih digunakan sebagai materi penyusun telur dan sperma (Tetty, 2002). Keberhasilan seorang peternak sangat tergantung dari kemampuannya dalam mengelola burung puyuh yang diternakkannya. Apalagi bila ingin mengusahakan ternak puyuh sebagai penghasil utama. Seorang peternak yang baik seharusnya dapat mencurahkan perhatiannya kepada puyuh yang dipelihara (terutama dalam hal perawatannya). Bila perawatan yang diberikan tidak tepat maka bukan keuntungan yang didapat tetapi kerugianlah yang diperoleh. Beberapa hal yang perlu diketahui oleh peternak puyuh dalam mengurus puyuh yaitu kepadatan sangkar, suhu dan kelembaban kandang, dan pencegahan penyakit dari puyuh tersebut (Elly Listyowati, 2004). Telur puyuh bila dilihat dari kandungan protein dan lemaknya, dapat dikatakan lebih baik dibandingkan telur unggas lainnya. Hal ini dikarenakan telur puyuh memiliki kandungan protein yang tinggi tetapi rendah lemak. Dengan kandungan yang demikian, telur puyuh sangat baik untuk orang-orang yang diet kolesterol. Pada Tabel 1 disajikan perbedaan susunan protein dan lemak dari berbagai telur unggas. Tabel 1. Perbedaan susunan protein dan lemak dari berbagai telur unggas. Jenis unggas Protein (%) Lemak (%) Karbohidrat (%) Abu (%) Ayam buras Itik Angsa Kalkun Puyuh Sumber: Elly Listyowati (2004) 17

18 Peternak tidak dapat sembarangan memilih puyuh untuk dikonsumsi dagingnya. Daging puyuh diambil dari puyuh jantan yang tidak lolos seleksi sebagai induk dan puyuh betina yang kemampuan bertelurnya sudah tak produktif lagi (afkir). Harga daging puyuh bervariasi antara Rp.2,000-3,000/ekor. Daging puyuh memiliki rasa yang enak dan gurih dengan nilai gizi yang tinggi. Daging puyuh mengandung sekitar % protein sedangkan lemaknya hanya 7.70 % saja. Daging puyuh biasanya dijual di supermarket dalam bentuk karkas dan dimasukkan dalam kemasan plastik tertutup (Elly Listyowati, 2004) SISTEM PEMELIHARAAN Seperti halnya kandang ayam, kandang untuk puyuh juga terdiri dari beberapa macam. Semua jenis kandang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Secara umum terdapat dua macam sistem pemeliharaan puyuh yaitu pemeliharaan dengan menggunakan kandang litter dan menggunakan sangkar baterai. Pemeliharaan puyuh tanpa pindah kandang biasanya menggunakan sistem litter. Sedangkan pemeliharaan dengan pindah kandang dilakukan dari kandang sistem litter ke sangkar baterai (Elly Listyowati, 2004) Sistem Litter Penggunaan sistem ini masih sangat jarang bagi ternak puyuh di Indonesia. Sistem litter lebih banyak dipakai di negara empat musim. Kalaupun ada di Indonesia biasanya dipakai oleh peternak puyuh pembibit, bukan peternak produsen telur konsumsi/petelur. Sistem litter dapat menggunakan 80 % sekam padi dicampur 15 % kotoran sapi yang sudah kering dan 5 % kapur. Seandainya sekam padi tidak tersedia bisa digunakan serbuk gergaji sebagai penggantinya. Bahan litter mempunyai beberapa manfaat, diantaranya menghemat tenaga dan praktis. Sistem litter tidak perlu dibersihkan setiap hari, dapat menjadi sumber vitamin B-12, memberi rasa hangat kepada puyuh terutama pada saat musim penghujan. Kesehatan kaki puyuh pun terjaga, karena tidak langsung mengenai lantai yang keras. Kerusakan lantai terkurangi, karena terserapnya kotoran dan air oleh litter. Yang paling penting, memberi kesibukan pada puyuh untuk mengaisngais sehingga mengurangi sifat kanibalisme puyuh untuk saling mematuk. 18

19 Sistem litter juga mempunyai kelemahan. Kelemahan tersebut yaitu telurtelur akan banyak yang tertutup oleh litter sehingga bisa-bisa telur terinjak oleh puyuh itu sendiri. Pakan serta air minum dari puyuh tersebut kemudian akan kotor tercemari litter. Hal yang paling merugikan adalah mudahnya puyuh terserang penyakit pernapasan, karena debu yang dihasilkan saat mereka mengais dan mandi litter. Perlu diingat untuk selalu mengaduk-aduk dan membalik-balik litter agar tidak menjadi padat dan basah. Sebab litter yang demikian dapat menyebabkan tumbuh dan berkembangnya beberapa penyebab penyakit, seperti coccidia, cacingan, kerusakan mata karena ammonia, terserang jamur, dan lain sebagainya. Oleh karena itu setiap saat kualitas litter sudah jelek (terlalu padat atau basah) harus segera diganti dengan litter yang baru setidak-tidaknya setiap dua bulan sekali. Lantai kandang harus kuat menahan litter dan tidak ada yang bocor. Bila lantai bocor, litter akan jatuh ke kandang di bawahnya dan tentu saja mengganggu aktivitas dan pernapasan puyuh yang berada di bawahnya. Jika ada penggantian penghuni kandang maka sebelum penghuni baru masuk, litter harus diganti dengan yang baru. Ada baiknya kandang disemprot dulu dengan disinfektan yang tidak mengandung racun, seperti asepto, lysol, atau yang lainnya. Biasanya disinfektant ini tersedia di poultry shop (Elly Listyowati, 2004) Sistem Sangkar Baterai Sistem ini paling banyak digunakan oleh peternak-peternak puyuh di Indonesia. Dinding dan lantai sangkar sistem ini terbuat dari kawat kasa/ram. Hal ini menyebabkan di bawah lantai setiap sangkar perlu disediakan alas guna menampung kotoran (dropping board). Dengan adanya penampung kotoran itu pemeliharaan kebersihan ruangan lebih mudah dilakukan. Selain itu kotoran tidak menimpa puyuh dalam sangkar yang terletak di bagian bawahnya. Bahan yang baik untuk membuat sangkar jenis ini adalah kayu karena lebih awet dan rapi. Sangkar dari kayu akan tahan hingga lebih dari 4 tahun. Perbaikan yang sering dilakukan adalah mengganti kawat dinding karena sudah berkarat dan rapuh. Tempat pakan dan air minum dalam sangkar baterai biasanya terbuat dari kayu, bambu, atau pipa PVC. 19

20 Sangkar sistem ini memiliki sirkulasi udara yang baik dan dapat mencegah beberapa penyakit yang disebabkan oleh parasit. Akan tetapi sebaiknya dindingdinding kandang diberi plastik. Bila siang plastik dapat digulung agar terjadi sirkulasi udara dan malam harinya dapat menjadi penutup dinding dari terpaan angin dan hujan (Elly Listyowati, 2004) PERSYARATAN PERKANDANGAN Kandang merupakan unsur penting dalam menentukan keberhasilan usaha peternakan puyuh. Kandang melindungi ternak dari kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan seperti hujan, udara panas dan dingin, serta lembab. Kandang menghindarkan ternak dari gangguan binatang lain dan memudahkan dalam pemeliharaaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi baik buruknya kandang puyuh yaitu lokasi kandang, kepadatan kandang, suhu dan kelembaban kandang serta ventilasi Lokasi Kandang Lokasi atau lahan yang digunakan dalam pembangunan kandang puyuh secara langsung mempengaruhi keberhasilan peternak puyuh. Lokasi yang baik akan memberikan dampak positif bagi produksi peternakan puyuh. Sedangkan lokasi yang buruk justru akan menuai hasil yang buruk pula. Oleh sebab itu penentuan lokasi kandang menjadi faktor yang menentukan keberhasilan peternak. Beberapa persyaratan lokasi yang harus dipenuhi untuk membuat suatu bangunan kandang yaitu : a. Lokasi kandang sebaiknya lebih tinggi dari tanah sekitarnya agar air hujan tidak menggenang di dalam kandang dan di sekeliling bangunan kandang. Sedapat mungkin dihindari pembangunan kandang di suatu cekungan, di bawah bukit, atau tanah yang berbukit. Tanah yang berbukit akan mengganggu sirkulasi udara dan aliran air, baik aliran air permukaan maupun air tanah yang menyebabkan kandang selalu lembab. b. Kandang sebaiknya dibangun di suatu tempat yang tidak selalu terbuka terhadap angin kencang. Bila terpaksa, maka sebaiknya di sekeliling kandang digunakan pagar hidup sebagai pelindung. Hal ini sekaligus 20

21 berfungsi untuk menghambat penyebaran bau atau dampak lingkungan yang disebabkan oleh kandang. c. Arah kandang sebaiknya diusahakan menghadap barat-timur sehingga unggas yang dipelihara tidak terkena panas matahari secara langsung. Baik panas matahari pada pagi hari maupun siang hari. d. Lokasi kandang perlu memiliki sumber air yang cukup. Selain itu lokasi mempunyai letak yang strategis dalam hal transportasi, terutama jalur sapronak dan jalur-jalur pemasaran. Lalu lokasi yang terpilih harus bebas dari wabah penyakit yang sedang melanda. e. Sirkulasi udara di sekitar kandang harus lancar. Di daerah tropis seperti Indonesia sirkulasi udara dalam kandang sangat penting. Sirkulasi udara yang kurang baik menyebabkan kandang terlalu lembab dan bau yang dapat menurunkan produksi serta menimbulkan beberapa penyakit. Udara segar yang masuk ke dalam kandang dengan leluasa akan membantu pengeluaran CO 2 dan amoniak dari kandang dan menambah kadar O 2 di dalam kandang. f. Lokasi jauh dari keramaian dan pemukiman penduduk. Letak kandang diusahakan jauh dari bangunan lain yang tidak langsung menunjang peternakan. Bangunan seperti pemukiman, garasi, kantor, dan bangunan sumber kebisingan lain. Kondisi ini diperlukan bagi unggas (seperti puyuh) yang umumnya mudah stress terhadap kebisingan (Tetty, 2002) Kepadatan Kandang Kandang harus dapat menjamin kesehatan serta pertumbuhan yang baik bagi puyuh. Besar atau ukuran kandang yang akan digunakan harus sesuai dengan jumlah puyuh yang akan dipelihara. Bila luas kandang tidak sesuai dengan jumlah puyuh yang hendak dipelihara maka produktivitas puyuh tersebut akan turun. Hal ini dikarenakan puyuh akan berdesak-desakkan dalam berebut pakan sehingga ransum yang dikonsumsi kurang merata. Perkelahian pun dapat terjadi sehingga kesempatan untuk kawin berkurang terutama untuk puyuh pembibit. 21

22 Luasan kandang yang dipergunakan sebaiknya tidak terlalu besar dan terlalu kecil. Bila kandang terlalu besar, puyuh-puyuh akan terlalu aktif bergerak atau bahkan menjadi malas. Luas kandang berdasarkan umur puyuh dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Luas kandang berdasarkan umur puyuh. Umur (minggu) Luas kandang (cm 2 /ekor) dst Sumber : Elly Listyowati (2004) Suhu dan Kelembaban Kandang Puyuh termasuk kelompok unggas yang merupakan hewan berdarah panas. Hewan berdarah panas harus mempertahankan suhu badan dalam batasan yang sempit bila efisiensi berlangsung. Unggas akan melakukan efisiensi dengan cara memperlambat metabolisme dan mengurangi nafsu makan (Priyatno, 1999). Suhu lingkungan yang optimal untuk pertumbuhan puyuh adalah 20-25ºC. Suhu yang terlalu tinggi akan akan menurunkan kesuburan sperma pada puyuh pejantan. Pada puyuh betina, suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan kerabang telur yang dihasilkan lebih tipis dan mudah retak. Kelembaban dalam kandang sangat penting untuk diperhatikan karena akan mempengaruhi kesehatan unggas. Kelembaban dalam kandang idealnya 30-80%. Kelembaban kandang yang terlalu tinggi akan menyebabkan puyuh mudah terserang penyakit. Hal tersebut terjadi karena kelembaban yang tinggi akan mendukung perkembangan mikroorganisme dan bakteri Ventilasi Ventilasi adalah pergerakan udara yang melalui bangunan. Ventilasi merupakan faktor penting dalam struktur bangunan perkandangan. Faktor-faktor lingkungan seperti kecepatan angin, suhu dalam dan suhu luar kandang, kelembaban, serta perubahan keseimbangan panas dapat menimbulkan naikturunnya fluktuasi laju ventilasi udara. 22

23 Pergerakan udara melalui lubang pada bangunan kandang terjadi saat perbedaan tekanan yang digerakkan melalui lubang. Ventilasi dengan tekanan tertentu dapat mempengaruhi kecepatan pergerakan udara, arah pergerakan, intensitas dan pola aliran serta rintangan setempat. Dua strategi untuk mengubah laju ventilasi yaitu melalui perbedaan tekanan yang melintasi lubang yang diubah dan melalui ukuran lubang ventilasi yang disesuaikan untuk menaikkan atau menurunkan laju ventilasi. Umumnya terdapat dua sistem ventilasi yang sering digunakan. Sistem tersebut adalah ventilasi mekanik (Mechanical ventilation) dan ventilasi alam (Natural Ventilation). Sistem ventilasi mekanik umumnya menggunakan kipas listrik, yang digerakkan oleh sistem motor listrik. Kipas listrik yang menggerakan udara dalam kandang menurunkan tekanan dalam kandang, sehingga menyebabkan udara masuk dari lubang lainnya. Ada tiga kriteria yang perlu diperhatikan secara khusus untuk mendesain sistem ventilasi mekanis yaitu, karakteristik pola aliran udara, karakteristik bangunan ventilasi, dan karakteristik kipas listrik. Ventilasi merupakan jalan keluar masuknya udara, sehingga udara segar dari luar dapat masuk menggantikan udara kotor di dalam kandang. Ventilasi yang baik mutlak untuk perkandangan di daerah tropis. Salah satu fungsi ventilasi untuk mencegah penimbunan lapisan udara panas di sekitar unggas. Ventilasi dalam perencanaan kandang yang baik sangat penting untuk mewujudkan tingkat kenyamanan dan kesehatan (Soegijanto, 1999). Pertukaran udara yang berlangsung terus menerus menjaga kesegaran udara. Selain itu dapat juga mengalirkan oksigen yang dibutuhkan ke dalam kandang dan mengeluarkan karbondioksida ke luar kandang. Ventilasi juga berfungsi mengatur kondisi suhu dan kelembaban di dalam kandang. Suhu dan kelembaban sangat berpengaruh terhadap kesehatan puyuh. Suhu yang baik bagi puyuh berkisar o C dan kelembaban sekitar 30-80%. Suhu dan kelembaban yang tinggi berpengaruh pada kepekaan puyuh terhadap penyakit pernapasan. Udara segar yang dibutuhkan puyuh akan semakin meningkat apabila suhu meningkat dan berat puyuh meningkat. Interaksi yang berkaitan dengan tersedianya O 2 dan CO 2 dapat dilihat pada Tabel 3. 23

24 Tabel 3. Interaksi yang berkaitan dengan tersedianya O 2 dan CO 2 Interaksi O 2 kandang CO 2 tersedia Keterangan tersedia kenyamanan Normal Batas normal Abnormal I Abnormal II Abnormal III 21 % 21 % 15 % 11 % 7 % 0.03 % % % % % Pernapasan normal Pernapasan abnormal belum terjadi Pernapasan meningkat Denyut nadi meningkat dan pernapasan terganggu Cekaman yang akut dan terjadinya kematian Sumber : Priyatno (1999) Ventilasi kandang berkaitan erat dengan bentuk dinding dan konstruksi atap kandang. Kandang dengan sistem tertutup dapat menggunakan kipas angin besar atau pelembab (foggers) dan penyemprotan atap. Namun, penggunaan pelembab dan penyemprotan atap hanya cocok digunakan di daerah panas yang kering. Pada sebagian besar wilayah Indonesia hal ini justru akan menambah kelembaban yang tinggi. Terdapat dua permasalahan yang patut dipelajari agar tak terjadi hal yang tidak diinginkan dari perencanaan kandang. Permasalahan tersebut yaitu kandang yang terlalu luas dan angin yang terlalu kencang. Kandang yang terlalu luas tetapi tidak didukung kecepatan angin yang cukup akan menyebabkan sirkulasi dalam kandang kurang baik. Hal ini dapat dipecahkan dengan jalan mempersempit (memperpendek) kandang atau menggunakan kipas angin (Priyatno, 1999). Pada tabel 4 dapat dilihat pengaruh temperatur terhadap produksi unggas. 24

25 Tabel 4. Pengaruh temperatur terhadap produksi unggas. Temperatur Pengaruh terhadap produksi unggas Di bawah 10 o C Menurunkan angka pertumbuhan dan produksi o C Menurunkan efisiensi penggunaan makanan o C Selang temperatur ideal o C Terjadi penurunan dalam perolehan makanan, ukuran dan kualitas telur agak menurun o C Pertumbuhan melambat, konsumsi makanan menurun, unggas mulai kepanasan, produksi, ukuran, dan kualitas telur menurun, serta konsumsi air minum meningkat o C Unggas stres dan konsumsi makan menurun o C Kemungkinan terjadi kematian Sumber : Priyatno (1999) 2.4. KONSTRUKSI KANDANG Kontruksi kandang merupakan faktor penting dalam dunia peternakan. Konstruksi yang baik akan memudahkan perawatan, pencegahan terhadap penyakit, dan memungkinkan puyuh yang dipelihara di dalamnya berproduksi sesuai harapan. Faktor konstruksi yang dituntut untuk membuat kandang puyuh yang baik antara lain meliputi ventilasi, dinding, lantai, atap, dan bahan bangunan Dinding kandang Dinding kandang berfungsi sebagai pelindung keberadaan puyuh dari gangguan luar. Dinding kandang juga berfungsi sebagai penghalang agar puyuh tetap berada dalam kandang. Dinding kandang harus dibuat dari bahan yang kuat dan rapat tetapi tetap memberikan kenyamanan bagi lingkungan dalam kandang. Dinding kandang sebaiknya dibuat dengan sistem dinding terbuka agar hembusan angin dapat masuk dengan leluasa. Hembusan angin yang cukup akan mengurangi udara panas dalam kandang. Berdasarkan fungsinya, dinding kandang dibedakan atas dinding terbuka dan dinding tertutup. Dinding terbuka menggunakan bilah bambu, kayu, atau anyaman kawat. Dinding terbuka juga berfungsi sebagai ventilasi udara. Dinding tertutup menggunakan styrofoam untuk membuat dinding kedap temperatur atau 25

26 bahan rapat lainnya. Jenis dinding ini digunakan di negara-negara yang mempunyai periode musim dingin (Priyatno, 1999) Lantai kandang Lantai kandang dapat dibedakan atas dua jenis. Jenis pertama merupakan lantai padat yang langsung rapat ke tanah. Lantai ini dapat dibuat dari adukan semen dan pasir dan juga dibuat dari tanah yang dipadatkan. Permukaan lantai ini dapat ditutup dengan serbuk yang berfungsi untuk menyerap kotoran yang jatuh. Jenis lantai yang kedua merupakan lantai bercelah berbentuk panggung yang tidak rapat ke tanah. Lantai ini dibuat dari bilah-bilah bambu atau anyaman kawat. Keunggulan lantai ini memudahkan kotoran unggas dapat jatuh ke kolong kandang sehingga mudah di bersihkan (Priyatno, 1999). Akan tetapi lantai ini memiliki kelemahan yaitu kaki puyuh yang kecil sering terperosok sehingga dapat menyebabkan cacat. Pada umumnya lantai jenis pertama yang sering di gunakan oleh para peternak puyuh Atap Kandang Atap kandang diperlukan untuk melindungi unggas dari panas matahari dan curah hujan. Bila atap kandang tidak sesuai maka dapat membebani konstruksi bahan kandang. Dengan demikian konstruksi ataupun bahan yang dipasang sebagai atap perlu dipilih yang dari jenis yang ringan, tahan panas, tidak menyerap panas, tahan terhadap curah hujan yang tinggi. Apabila diperlukan dapat dipasang kombinasi dari dua bahan sehingga dapat memenuhi kriteria tersebut (Priyatno, 1999). Bahan yang dapat digunakan antara lain genting atau rumbia yang disusun serapat mungkin. Kedua bahan tersebut tergolong tidak menyerap panas dan menghantar panas. Seng dan asbes dapat dipergunakan pula tetapi bagian bawah permukaan seng atau asbes dilapisi gabus atau tripleks untuk meredam pengaruh panas. Cara lain dapat pula dengan menutupi bagian atas seng atau asbes dengan anyaman rumbia atau jaring hitam untuk menghambat panas matahari. Berdasarkan konstruksi, atap dibedakan menjadi atap biasa (gable) dan atap monitor. Tipe atap akan berpengaruh terhadap aliran udara, suhu, dan kelembaban udara dalam kandang. Atap biasa (gable) terdiri dari dua sisi tetapi tidak terdapat lubang pada puncaknya. Umumnya digunakan untuk bangunan 26

27 kandang yang tidak terlalu luas dan memiliki jumlah peliharaan unggas tidak begitu banyak. Atap monitor terdiri dari dua sisi dan pada bagian puncaknya terdapat lubang. Umumnya jenis ini digunakan untuk bangunan kandang yang berukuran luas dan memiliki jumlah peliharaan unggas cukup banyak Bahan bangunan Memilih bahan bangunan yang akan dipakai memerlukan kecermatan. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan diantaranya iklim daerah tersebut dan kualitas bahan bangunan. Hal tersebut sangat mempengaruhi keawetan dan kenyamanan kandang. Selain itu dipertimbangkan pula faktor ekonomi sehingga sebaiknya dipilih dari bahan yang semurah mungkin tetapi tetap memenuhi persyaratan. Sebaiknya kandang dibuat dari bahan berwarna tidak gelap yang tidak begitu kuat menyerap panas (Priyatno, 1999). 27

28 3. METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. METODE PERANCANGAN Fasilitas fisik usaha ternak puyuh yang efektif serta bersifat komersil terdiri dari kandang inti, gudang, ruangan mesin tetas, kantor, tempat packing telur, tempat tinggal pekerja dan tempat pembuangan kotoran. Metode perancangan fasilitas usaha ternak puyuh dapat dilihat pada diagram alir yang ditunjukkan pada Gambar 2. Persiapan Penentuan lokasi dan tata letak bangunan Pengambilan data Penentuan kapasitas dan produksi telur puyuh Analisis rancangan Gambar rancangan Gambar 2. Diagram alir metode perancangan 28

29 Awal mula perancangan yaitu mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan perancangan seperti ide perancangan. Kemudian menentukan lokasi dan tata letak fasilitas usaha ternak puyuh ini. Untuk menentukan lokasi harus sesuai dengan peraturan yang berlaku pada daerah tersebut. Penentuan tata letak berdasarkan fungsi bangunan tersebut. Data rancangan diambil dari pengamatan langsung pada lahan yang dijadikan objek perancangan, wawancara, dan literatur yang mendukung. Kemudian data mengenai aturan peternakan diambil dari Dinas Peternakan Kabupaten Bogor. Lalu data iklim berupa suhu, kelembaban udara dan kecepatan angin diperoleh dari Stasiun Klimatologi Darmaga. Sedangkan data harga bangunan dan upah pekerja mengikuti harga pasar setempat diambil dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bogor. Kapasitas usaha ternak puyuh ditentukan berdasarkan jumlah puyuh yang dipelihara. Untuk menentukan junlah ini perlu dicari jumlah permintaan terhadap telur puyuh selain itu kapasitas juga menentukan skala usaha yang dijalankan. Kapasitas puyuh yang akan dipelihara dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 1 : B A = x 1 ekor...(1) C keterangan : A = jumlah puyuh yang akan dipelihara (ekor) B = asumsi jumlah permintaan (butir/tahun) C = kemampuan produksi puyuh (butir/tahun) Sedangkan kapasitas satu unit sangkar puyuh yang terdiri dari lima lantai dihitung dengan menggunakan persamaan 2 dilanjutkan dengan persamaan 3. NL LL = (2) LP N NL =. (3) JL Keterangan : NL = kapasitas satu unit sangkar puyuh perlantai (ekor/lantai) LL = luasan per satu lantai sangkar puyuh (cm 2 /lantai) LP = kebutuhan ruang untuk satu ekor puyuh (cm 2 /ekor) N = kapasitas satu unit sangkar puyuh (ekor) JL = jumlah lantai pada satu unit sangkar puyuh (lantai) 29

30 Pada analisis rancangan fungsional, dikaji berupa tipe kandang, lokasi perkandangan, dan persyaratan lingkungan yang dapat menciptakan suasana kandang yang aman dan nyaman. Kemudian pada analisis rancangan struktural dikaji bentuk, ukuran, dan bahan konstruksi yang digunakan. Dan pemilihan berdasarkan sifat fisik dan mekanik bahan sesuai dengan fungsi komponen tersebut. Lalu dihitung beban yang terjadi pada bagian konstruksi, agar konstruksi tersebut dapat dikatakan kokoh/kaku. Perencanaan analisis biaya ditujukan untuk dapat mengetahui jumlah biaya yang dibutuhkan untuk merealisasikan pembangunan satu unit kandang. Biaya yang diperhitungkan meliputi biaya untuk pembelian bahan bangunan dan upah tenaga kerja. Hasil dari analisis fungsional dan struktural dituangkan dalam bentuk gambar teknik untuk bangunan 3.2. WAKTU DAN TEMPAT PERANCANGAN Perancangan dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan di desa Pasir Gaok, stasiun klimatologi Bogor, Dinas Peternakan Kabupaten Bogor, dan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bogor pada Akhir Oktober 2007 sampai dengan awal Maret Pada tahap ini dilakukan pengamatan langsung pada lahan yang akan dijadikan objek perancangan serta pengambilan data yang terkait perancangan. Perancangan tahap kedua dilaksanakan pada pertengahan bulan Maret sampai pertengahan bulan Juli 2008 di laboratorium Lingkungan dan Bangunan Pertanian, Departemen Teknik Pertanian IPB. Selanjutnya tahap ini dilakukan pengolahan data untuk perencanaan rancangan dan penuangan hasil melalui gambar teknik.. 30

31 4. PERENCANAAN UMUM USAHA TERNAK PUYUH Perencanaan usaha ternak puyuh itu bisa dibilang mudah ataupun susah. Pada pelaksanaannya masih terdapat kesalahan dan kekurangan yang mengakibatkan kerugian seperti penggunaan pakan yang berlebih dan produksi telur yang terus menerus turun. Oleh karena itu diperlukan pemahaman yang mendalam mengenai usaha ternak puyuh ini. Terutama bila dikaitkan dari sisi komersial. Tiga faktor penting dalam merencanakan usaha ternak puyuh yaitu penentuan lokasi dan tata letak, perencanaan skala usaha, dan penentuan sistem pemeliharaan. Perancangan kandang puyuh ini dilakukan dengan memodifikasi kandang yang telah ada di Kabupaten Bekasi. Kandang yang ada di Bekasi memiliki atap dan dinding yang berbeda dengan yang dirancang. Atapnya merupakan atap biasa (gable) sedangkan dindingnya merupakan dinding yang tertutup. Sedangkan yang dirancang di Kecamatan Ranca Bungur menggunakan atap monitor dan berdinding terbuka PENENTUAN LOKASI DAN TATA LETAK Perencanaan lokasi peternakan puyuh skala komersial memerlukan banyak pertimbangan. Daerah yang ditetapkan sebagai lokasi peternakan harus memiliki daya dukung yang cukup memadai. Keadaan topografi dan iklim akan turut menentukan pertumbuhan dan produktivitas ternak yang dipelihara. Lokasi yang dijadikan sebagai peternakan tidak boleh menyalahi peraturan-peraturan yang telah ditetapkan pemerintah. Direktorat Jenderal Peternakan dalam Surat Keputusan No.92 Th.1994 menetapkan bahwa lokasi peternakan tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum dan ketertiban wilayah setempat. Artinya lokasi terletak cukup jauh dari pemukiman penduduk. Lokasi peternakan puyuh yang direncanakan adalah di salah satu daerah Kabupaten Bogor. Berdasarkan Perda No.5 Th.2000, lahan untuk peternakan diutamakan daerah berlahan kering dan memiliki tanaman tahunan. Pemerintah Kabupaten Bogor tidak memiliki perda yang mengatur secara khusus tentang penempatan lahan untuk pertanian (tidak spesifik pada penunjukkan tempat). 31

32 Pemilihan tempat usaha didahului dengan pertimbangan terdapatnya sarana penunjang seperti listrik, sumber air, dan jalan masuk kendaraan yang cukup memadai. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka dipilihlah desa Pasir Gaok, Kecamatan Ranca Bungur sebagai lokasi usaha ternak puyuh dikarenakan sesuai dengan sumber daya yang ada. Lokasi terletak sekitar 165 m di atas permukaan laut dengan relief yang agak berbukit-bukit. Luas wilayah Kecamatan Ranca Bungur kurang lebih km 2. Siteplan usaha ternak puyuh dapat dilihat pada Lampiran 10 (Lampiran Gambar Kerja). Data klimatologi seperti suhu, kecepatan angin, dan kelembaban udara rata-rata (tahun 2007) dapat dilihat pada Lampiran 1. Sebaiknya data iklim yang diambil minimal berada dalam rentang kurun waktu 10 tahun untuk melihat perbedaaan rata-rata data iklim tiap tahun. Akan tetapi diasumsikan tidak ada perubahan drastis pada data iklim sehingga hanya data tahun 2007 yang diambil karena hanya data pada tahun tersebut yang digunakan pada perhitungan. Letak kandang diatur sehingga hanya sinar matahari pagi yang dapat masuk secara tidak langsung ke dalam kandang. Sinar matahari pagi penting untuk sanitasi kandang, selain itu sebagai sumber vitamin D bagi puyuh. Pelaksanaan ternak puyuh skala usaha besar harus mempertimbangkan tata letak sesuai aturan, karena biasanya unit kandang berada dalam kandang yang besar. Oleh karena itu salah satu kandang inti menghadap ke timur dan unit kandang diletakkan saling berhadapan pintu. Dengan demikian sinar matahari pagi dapat sampai ke setiap kandang dan ikut meringankan kerja petugas karena petugas dapat melayani dua unit kandang sekaligus. Fasilitas fisik usaha ternak puyuh yang efektif serta bersifat komersial dapat terdiri dari beberapa jenis bangunan. Yaitu dua unit kandang inti, gudang tempat penyimpanan pakan dan peralatan, ruangan mesin tetas, kantor, ruang packing telur, tempat tinggal pekerja dan tempat pembuangan kotoran terletak di dekat kandang. Tempat pembuangan kotoran dirancang agar kotoran dapat masuk dan keluar secara bergantian (tidak bersamaan) maka dipasang sekat di tengahnya. Fasilitas fisik ini terdiri dari bangunan permanen yang dibangun pada lahan seluas 1,428 m 2. 32

33 4.2. PERENCANAAN SKALA USAHA Banyaknya jumlah puyuh yang akan dipelihara mencerminkan besarnya skala usaha yang direncanakan. Jumlah puyuh yang akan dipelihara dapat ditentukan melalui besarnya asumsi permintaan terhadap telur puyuh. Jenis puyuh yang akan dipelihara adalah Coturnix coturnix japonica. Menurut Wahyuning (2001), puyuh jenis ini memiliki kemampuan bertelur yang cukup tinggi yaitu sekitar bertelur sebanyak butir/tahun. Permintaan untuk telur puyuh berasal dari pasar-pasar di daerah Bogor (seperti Pasar Anyar, Warung Jambu, Ciampea, Parung, Leuwiliang, Caringin, Gunung Batu, dan lain-lain). Kemudian permintaan juga datang dari pedagang sayur dan pasar yang dapat dijangkau oleh distribusi. Asumsi permintaan telur puyuh berjumlah 20 kardus/hari (1 kardus terdiri dari 750 butir) dengan kemampuan produksi puyuh sebesar 275 butir/tahun maka berdasarkan persamaan (1), kapasitas usaha ternak puyuh yang akan dipelihara adalah berjumlah 20,000 ekor. Jumlah kapasitas usaha ternak puyuh ini akan dibagi sama rata ke dalam dua kandang inti. Pada satu unit kandang inti terdapat 68 sangkar baterai. Tiap satu unit sangkar baterai mampu menampung 150 ekor puyuh. Sehingga total ekor puyuh dapat ditampung pada dua unit kandang inti. Menurut Elly Listyowati (2004), skala usaha ternak puyuh di atas termasuk skala besar karena lebih dari 8,000 ekor puyuh yang dipelihara. Skala ini memerlukan perencanaan dan pertimbangan yang lebih cermat karena mengarah kepada peternakan komersial. Untuk itu, lokasi puyuh ditempatkan di lokasi yang jauh dari perumahan tetapi tetap ditunjang sarana dan prasarana yang mendukung usaha ini agar usaha ini dapat menguntungkan PENENTUAN SISTEM PEMELIHARAAN Sistem pemeliharaan yang dipilih adalah sistem baterai. DOQ (Day Old Quail) berumur 3 minggu yang baru dibeli segera dimasukkan ke sangkar baterai. Puyuh akan tetap berada dalam kandang baterai sampai puyuh tersebut diafkir. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam perawatan kandang dan pelaksanaan produksi telur puyuh. 33

34 Puyuh yang berumur lebih dari satu tahun akan diganti dengan yang baru karena produktivitasnya telah menurun. Kandang inti terdapat dua unit. Pada tiap satu unit kandang inti dikelompokkan ke dalam 4 baris, yang tiap baris terdapat 17 unit kandang. Pengelompokan ini tidak dipengaruhi oleh umur puyuh, pengelompokan ini dimaksudkan untuk mempermudah pengawasan, pendataan, serta perawatan puyuh. 34

35 5. RANCANGAN FUNGSIONAL Rancangan fungsional suatu bangunan memiliki arti penting dalam arah tujuan bangunan tersebut didirikan. Fungsi dari setiap rancangan yang akan dibuat harus benar-benar sesuai dengan keadaan. Analisa rancangan fungsional kandang puyuh mencakup hal-hal seperti pertimbangan pemilihan tipe kandang, lokasi perkandangan, dan persyaratan lingkungan TIPE KANDANG Tipe kandang untuk unggas dapat dibagi menjadi dua. Tipe pertama adalah tipe litter dan tipe kedua adalah tipe baterai. Tipe litter umumnya digunakan pada kandang ayam agar mudah dalam perawatan dan praktis. Sedangkan tipe untuk ternak puyuh umumnya tipe baterai sangkar. Pemilihan sangkar baterai untuk usaha ternak puyuh ini didasari beberapa faktor. Faktor yang menjadi pertimbangan diantaranya sangkar baterai dapat membuat pekerja mempermudah pengawasan dalam perawatan puyuh. Selain itu, pada sangkar baterai relatif lebih mudah untuk melakukan pendataan puyuh bila dibandingkan dengan kandang litter. Berikut ini akan dijelaskan kapasitas, luas, dan fasilitas sangkar baterai yang dijadikan sistem pemeliharaan untuk usaha ternak puyuh Kapasitas dan Luas Sangkar Baterai Kapasitas sangkar baterai tergantung dari jumlah skala usaha ternak yang akan dijalankan. Berdasarkan perencanaan, puyuh yang akan dipelihara berjumlah 20,000 ekor sehingga sangkar baterai yang disediakan berjumlah 136 unit yang terbagi merata pada dua kandang inti. Jumlah ini didasari perhitungan kepadatan puyuh, dengan asumsi luas satu lantai pada satu unit kandang sebesar 5,400 cm 2 (90 cm x 60 cm) dan kebutuhan ruang untuk satu ekor puyuh sebesar 180 cm 2. Maka berdasarkan persamaan (2) dan (3), kapasitas satu unit sangkar puyuh yang terdiri dari lima lantai sebesar 150 ekor. Penyusunan sangkar baterai pada kandang inti perlu dilakukan agar penggunaan luasan lantai teratur dan efisien. Luas kandang inti masing-masing sebesar 180 m 2 (24 m x 7.5m). Pada bagian dalam kandang inti terdapat 68 unit 35

36 sangkar baterai yang disusun ke dalam 4 kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 17 unit sangkar baterai yang berbaris lurus. Jarak antar sangkar dibuat selebar 1 m dari sisi masing-masing panjang sangkar. Penentuan luas jalan selebar 1 m ini mempertimbangkan apabila dua pekerja berpapasan sewaktu melakukan aktivitas kerja sehingga tidak mengalami gangguan dalam bekerja. Lalu jarak antar lebar sangkar ditentukan sebesar 0.5 m. Penentuan ini mempertimbangkan kemudahan meletakkan tempat minum bagi puyuh dan aktivitas lainnya. Ukuran sangkar baterai harus diperhatikan untuk kenyamanan puyuh dan pekerja. Panjang sangkar tidak boleh lebih dari 2 m karena sangkar terlalu luas dan puyuh terlalu aktif. Lebar sangkar tidak lebih dari 0.75 m agar pekerja leluasa bila akan membersihkan sangkar, merawat ataupun menangkap puyuh. Panjang dan lebar yang digunakan untuk unit sangkar baterai ini adalah 0.9 m dan 0.6 m (Elly Listyowati, 2004) Sangkar baterai ini menggunakan alas dari kawat ram atau kasa, alas dari litter terlalu kotor dan tidak praktis. Di Indonesia yang lebih sering dipergunakan adalah alas dari kawat ram, karena lebih praktis dan bersih, sehingga puyuh lebih terjamin hidup sehat. Hanya perlu ada tambahan papan triplek di bawah alas sangkar sebagai wadah kotoran. Tinggi satu lantai pada unit sangkar baterai diusahakan tidak lebih dari 0.30 m. Sangkar yang terlalu tinggi menyebabkan puyuh sering meloncat-loncat dan hal itu menyebabkan kepala puyuh sering terluka. Untuk mengurangi luka pada puyuh karena terbentur, maka di bawah atap dipasang net dari plastik atau jaring. Tinggi sangkar yang digunakan adalah 0.25 m dan 0.20 m. Tinggi sangkar berbeda untuk mendapatkan kemiringan pada lantai. Kemiringan lantai ini sekitar 5 o. Kemiringan lantai ini berfungsi untuk mempermudah telur menggelinding menuju tempat telur untuk diambil. Kemudian tinggi kolong sangkar dibuat setinggi 0.25 m agar sangkar pada lantai pertama tidak terlalu terpengaruh kelembaban lantai. Pada tiap lantai dipasang dropping board sebagai tempat kotoran jatuh. Pintu-pintu sangkar dibuat di bagian samping sangkar untuk mempermudah perawatan puyuh. Total tinggi 36

SKRIPSI PERANCANGAN FASILITAS FISIK USAHA TERNAK PUYUH SKALA KOMERSIAL DI KECAMATAN RANCA BUNGUR, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

SKRIPSI PERANCANGAN FASILITAS FISIK USAHA TERNAK PUYUH SKALA KOMERSIAL DI KECAMATAN RANCA BUNGUR, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT SKRIPSI PERANCANGAN FASILITAS FISIK USAHA TERNAK PUYUH SKALA KOMERSIAL DI KECAMATAN RANCA BUNGUR, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT Oleh AHMAD SUHAELY F14103065 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal.  [20 Pebruari 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Burung Puyuh Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang pertama kali diternakkan

Lebih terperinci

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau. Budidaya dan Pakan Ayam Buras Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau. PENDAHULUAN Ayam kampung atau ayam bukan ras (BURAS) sudah banyak dipelihara masyarakat khususnya masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan sangat irit, siap dipotong pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Subphylum : Vertebrata. : Galiformes

TINJAUAN PUSTAKA. Subphylum : Vertebrata. : Galiformes TINJAUAN PUSTAKA Puyuh Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang pertama kali diternakkan di Amerika Serikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi di negara berkembang dalam. meningkatkan kualitas sumber daya manusianya adalah pada pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi di negara berkembang dalam. meningkatkan kualitas sumber daya manusianya adalah pada pemenuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Salah satu masalah yang dihadapi di negara berkembang dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusianya adalah pada pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat terutama kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur dikenal oleh sebagian masyarakat dengan nama ayam negeri yang mempunyai kemampuan bertelur jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan ayam ayam

Lebih terperinci

Nama : MILA SILFIA NIM : Kelas : S1-SI 08

Nama : MILA SILFIA NIM : Kelas : S1-SI 08 Nama : MILA SILFIA NIM : 11.12.5933 Kelas : S1-SI 08 Permintaan daging ayam kampung cenderung mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan oleh kesadaran sebagian masyarakat untuk mengkonsumsi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Burung puyuh (Coturnix coturnix japonica) merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek. Burung ini merupakan burung liar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi, permintaan masyarakat akan produkproduk peternakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Pembibit Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang banyak dengan waktu yang cepat. Tipe ayam pembibit atau parent stock yang ada sekarang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Burung Puyuh Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa burung liar yang mengalami proses domestikasi. Ciri khas yang membedakan burung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan cepat, kulit putih dan bulu merapat ke tubuh (Suprijatna et al., 2005).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan cepat, kulit putih dan bulu merapat ke tubuh (Suprijatna et al., 2005). 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam ras merupakan ayam yang mempunyai sifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, kulit putih dan bulu merapat ke tubuh (Suprijatna et al., 2005).

Lebih terperinci

I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh

I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh II. ABSTRAKS Persaingan dunia bisnis semakin merajalela, mulai dari sektor peternakan, material, bahkan hingga teknologi. Indonesia adalah salah satu negara yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang berkembang pesat saat ini. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2014)

PENDAHULUAN. yang berkembang pesat saat ini. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2014) 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha peternakan ayam broiler merupakan usaha subsektor peternakan yang berkembang pesat saat ini. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2014) populasi ayam broiler

Lebih terperinci

Penyiapan Mesin Tetas

Penyiapan Mesin Tetas Dian Maharso Yuwono Pemeliharaan unggas secara intensif memerlukan bibit dalam jumlah yang relatif banyak, sehingga penetasan dengan mesin semakin diperlukan. Penetasan telur unggas (ayam, itik, puyuh,

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. pertama kali diternakkan di Amerika Serikat pada tahun 1870.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. pertama kali diternakkan di Amerika Serikat pada tahun 1870. 7 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Deskripsi Puyuh Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang pertama kali

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein hewani yang dibutuhkan bagi hidup, tumbuh dan kembang manusia. Daging, telur, dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Puyuh

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Puyuh TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Puyuh Puyuh merupakan salah satu komoditi unggas sebagai penghasil telur dan daging yang mendukung ketersediaan protein hewani yang murah serta mudah didapat (Permentan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi. Fakta ini menyebabkan kebutuhan yang tinggi akan protein hewani

I. PENDAHULUAN. tinggi. Fakta ini menyebabkan kebutuhan yang tinggi akan protein hewani 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara dengan jumlah dan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi. Fakta ini menyebabkan kebutuhan yang tinggi akan protein hewani dengan

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh pertama kali di domestikasi di Amerika Serikat pada tahun 1980 dan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh pertama kali di domestikasi di Amerika Serikat pada tahun 1980 dan II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Definisi Puyuh ( Coturnix Coturnix Japonica) Puyuh pertama kali di domestikasi di Amerika Serikat pada tahun 1980 dan terus berkembang hingga ke penjuru dunia, dikenal dengan

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Ayam Sentul Ayam lokal merupakan turunan panjang dari proses sejarah perkembangan genetik perunggasan di Indonesia. Ayam lokal merupakan hasil domestikasi ayam hutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

Tipe Kandang Itik TIPE KANDANG ITIK. Dalam budidaya itik dikenal 3 tipe kandang. 60 cm. 60 cm

Tipe Kandang Itik TIPE KANDANG ITIK. Dalam budidaya itik dikenal 3 tipe kandang. 60 cm. 60 cm 60 cm 1 TIPE KANDANG ITIK Tipe Kandang Itik Dalam budidaya itik dikenal 3 tipe kandang. Kandang baterai Di kandang baterai, setiap 1 kandang hanya dihuni seekor itik dewasa. Ukuran kandang sekitar 50 cm

Lebih terperinci

BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN

BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

SKRIPSI DISAPN STRUKTURAL KANDANG A YM RAS PEDAGENG DENGAN KONSTRUKSI KAYU

SKRIPSI DISAPN STRUKTURAL KANDANG A YM RAS PEDAGENG DENGAN KONSTRUKSI KAYU SKRIPSI DISAPN STRUKTURAL KANDANG A YM RAS PEDAGENG DENGAN KONSTRUKSI KAYU Oleh ROEIMA INDRAWAT1 F 29.1086 1997 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTAMAN BOGOR BOGOR ROHMA INDRAWATI. F 29.1086. Disain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut, masyarakat akan cenderung mengonsumsi daging unggas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan jumlah penduduk serta semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap tahunnya. Konsumsi protein

Lebih terperinci

II. ISI 2.1. Pra Produksi Penyiapan Sarana (Kandang) Persiapan peralatan dan ayam

II. ISI 2.1. Pra Produksi Penyiapan Sarana (Kandang) Persiapan peralatan dan ayam I. PENDAHULUAN Usaha peternakan ayam ras petelur saat ini berkembang sangat pesat, baik dari segi skala usaha maupun dari jumlah peternakan yang ada. Beberapa alasan peternak untuk terus menjalankan usaha

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging

II. TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Ayam tipe medium atau disebut juga ayam tipe dwiguna selain sebagai ternak penghasil telur juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging (Suprianto,2002).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Burung Puyuh Jepang (Coturnix coturnix japonica)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Burung Puyuh Jepang (Coturnix coturnix japonica) 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Burung Puyuh Jepang (Coturnix coturnix japonica) Burung puyuh pertama kali didomestikasi atau diternakkan di Amerika pada tahun sekitar 1870 untuk diambil produksi telur

Lebih terperinci

[Pemanenan Ternak Unggas]

[Pemanenan Ternak Unggas] SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Pemanenan Ternak Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani,

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani, mengakibatkan meningkatnya produk peternakan. Broiler merupakan produk peternakan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang dapat memenuhi

I. PENDAHULUAN. Broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang dapat memenuhi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang dapat memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat Indonesia. Broiler memiliki kelebihan dan kelemahan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Puyuh (Coturnix-coturnix japonica)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) TINJAUAN PUSTAKA Ciri-Ciri dan Morfologi Puyuh Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, dan berkaki pendek. Puyuh yang dipelihara di Indonesia umumnya adalah spesies

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock dan merupakan hasil pemeliharaan dengan metode perkawinan tertentu pada peternakan generasi

Lebih terperinci

SKRIPSI DESAIN RODA BESI BERSIRIP GERAK DENGAN MEKANISME SIRIP BERPEGAS UNTUK LAHAN SAWAH DI CIANJUR. Oleh: GINA AGUSTINA F

SKRIPSI DESAIN RODA BESI BERSIRIP GERAK DENGAN MEKANISME SIRIP BERPEGAS UNTUK LAHAN SAWAH DI CIANJUR. Oleh: GINA AGUSTINA F SKRIPSI DESAIN RODA BESI BERSIRIP GERAK DENGAN MEKANISME SIRIP BERPEGAS UNTUK LAHAN SAWAH DI CIANJUR Oleh: GINA AGUSTINA F14102037 2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR DESAIN RODA

Lebih terperinci

Gambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh

Gambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Lingkungan Tempat Penelitian Pemeliharaan puyuh dilakukan pada kandang battery koloni yang terdiri dari sembilan petak dengan ukuran panjang 62 cm, lebar 50 cm, dan tinggi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Merpati Karakteristik Merpati )

TINJAUAN PUSTAKA Merpati Karakteristik Merpati ) TINJAUAN PUSTAKA Merpati Menurut Yonathan (2003), penyebaran merpati hampir merata di seluruh bagian bumi kecuali di daerah kutub. Merpati lokal di Indonesia merupakan burung merpati yang asal penyebarannya

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya wabah flu burung pada unggas, tidak mustahil untuk memenuhi kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya wabah flu burung pada unggas, tidak mustahil untuk memenuhi kebutuhan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Ternak Kelinci Konsumsi daging kelinci di Indonesia dimasa mendatang diprediksikan akan meningkat. Hal tersebut disebabkan meningkatnya jumlah penduduk dan berkurangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternakan (telur, daging, dan susu) terus meningkat. Pada tahun 2035

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternakan (telur, daging, dan susu) terus meningkat. Pada tahun 2035 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ternak ayam merupakan komuditas peternakan yang paling banyak dipelihara oleh petani-peternak di pedesaan. Produk komuditas peternakan ini adalah sumber protein hewani

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Berdasarkan bobot maksimum yang dapat dicapai oleh ayam terdapat tiga tipe ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan (Babcock,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pengembangannya harus benar-benar diperhatikan dan ditingkatkan. Seiring

I PENDAHULUAN. pengembangannya harus benar-benar diperhatikan dan ditingkatkan. Seiring I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Unggas merupakan ternak yang sangat populer di Indonesia sebagai sumber protein hewani daging dan telur. Hal tersebut disebabkan karena ternak unggas harganya relatif murah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bangunan Penetasan Bangunan penetasan adalah suatu tempat yang dibangun dengan konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan penetasan harus terpisah.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pedaging komersil pada umumnya dipelihara secara intensif dengan sistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pedaging komersil pada umumnya dipelihara secara intensif dengan sistem II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kandang Ayam Ayam pedaging komersil pada umumnya dipelihara secara intensif dengan sistem pemeliharaan ayam selalu dikandangkan dari mulai ayam datang sampai ayam siapdipanen.

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Coturnix coturnix japonica yang mendapat perhatian dari para ahli. Menurut

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Coturnix coturnix japonica yang mendapat perhatian dari para ahli. Menurut II KAJIAN KEPUSTAKAAN 1.1 Puyuh Jepang dan Klasifikasinya Burung puyuh liar banyak terdapat di dunia, nampaknya hanya baru Coturnix coturnix japonica yang mendapat perhatian dari para ahli. Menurut Nugroho

Lebih terperinci

JENIS DAN KARAKTER JANGKRIK Jangkrik di Indonesia tercatat ada 123 jenis yang tersebar di pelosok daerah. Namun hanya dua jenis saja yang umum dibudid

JENIS DAN KARAKTER JANGKRIK Jangkrik di Indonesia tercatat ada 123 jenis yang tersebar di pelosok daerah. Namun hanya dua jenis saja yang umum dibudid RUANG LINGKUP BUDIDAYA PEMELIHARAAN JANGKRIK KALUNG KUNING A. UDJIANTO Balai Penelitian Ternak, Po Box 221, Ciawi Bogor RINGKASAN Komoditas jangkrik ini dapat memberikan tambahan penghasilan disamping

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat yang semakin meningkat, sejalan dengan

Lebih terperinci

Manajemen Pemeliharaan Ayam Jantan

Manajemen Pemeliharaan Ayam Jantan Manajemen Pemeliharaan Ayam Jantan Manajemen Pemeliharaan Ayam Jantan- Tidak seperti layaknya beternak ayam broiler maupun ayam petelur. Beternak ayam jantan lebih membutuhkan pengalaman dilapangan sebagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terbang tinggi, ukuran relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar

PENDAHULUAN. terbang tinggi, ukuran relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puyuh (Coturnix coturnix japonica) merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang pertama

Lebih terperinci

PROTER UNGGAS PETELUR MK PROTER UNGGAS SEMESTER V PS PROTER 16 DESEMBER 2014

PROTER UNGGAS PETELUR MK PROTER UNGGAS SEMESTER V PS PROTER 16 DESEMBER 2014 PROTER UNGGAS PETELUR MK PROTER UNGGAS SEMESTER V PS PROTER 16 DESEMBER 2014 ISTILAH-ISTILAH Grand parent stock= ayam nenek Parent stock= ayam induk Commercial stock= ayam komersial Feed supplement = pakan

Lebih terperinci

SANITASI DAN KEAMANAN

SANITASI DAN KEAMANAN SANITASI DAN KEAMANAN Sanitasi adalah.. pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan bibit induk atau bibit sebar. Ayam yang akan digunakan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan bibit induk atau bibit sebar. Ayam yang akan digunakan sebagai 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Pembibitan ayam merupakan suatu kegiatan pemeliharaan ternak untuk menghasilkan bibit induk atau bibit sebar. Ayam yang akan digunakan sebagai bibit harus memenuhi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Kondisi Lingkungan Kelinci dipelihara dalam kandang individu ini ditempatkan dalam kandang besar dengan model atap kandang monitor yang atapnya terbuat dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Petelur Fase Grower Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras dan tidak boleh disilangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama dalam suatu pembagian kerja untuk mencapai tujuan bersama (Moekijat, 1990). Fungsi struktur

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Gambaran Umum Perusahaan Perusahaan ini berdiri pada tahun 2001 dengan pengusahaan pada berbagai komoditi pertanian seperti budidaya ikan, budidaya manggis, budidaya pepaya,

Lebih terperinci

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R USAHA TELUR ASIN NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M (0610963043) R. YISKA DEVIARANI S (0610963045) SHANTY MESURINGTYAS (0610963059) WIDIA NUR D (0610963067) YOLANDA KUMALASARI (0610963071) PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Tugas Mata Kuliah Perencanaan Program PP (Menyusun Proposal Evaluasi Dampak Dengan Judul Sistem Perkandangan Ayam Buras) Oleh Junaidi Pangeran

Tugas Mata Kuliah Perencanaan Program PP (Menyusun Proposal Evaluasi Dampak Dengan Judul Sistem Perkandangan Ayam Buras) Oleh Junaidi Pangeran Perkandangan Ayam Buras) Oleh Junaidi Pangeran Saputra. 0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ayam Buras (Bukan Ras) atau ayam kampung banyak dijumpai di daerah pedesaan dan hampir setiap rumah tangga memeliharanya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk hasil peternakan yang berupa protein hewani juga semakin meningkat. Produk hasil

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. komoditas utamanya adalah telur. Jenis puyuh peteur ini mayoritas diternakan di

PENDAHULUAN. komoditas utamanya adalah telur. Jenis puyuh peteur ini mayoritas diternakan di I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Puyuh Jepang (Cortunix-cortunix japonica) merupakan unggas kecil yang komoditas utamanya adalah telur. Jenis puyuh peteur ini mayoritas diternakan di Indonesia untuk produksi

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA ITIK DI LAHAN PEKARANGAN Oleh Ermidias Penyuluh Pertanian Madya I.PENDAHULUAN

TEKNOLOGI BUDIDAYA ITIK DI LAHAN PEKARANGAN Oleh Ermidias Penyuluh Pertanian Madya I.PENDAHULUAN TEKNOLOGI BUDIDAYA ITIK DI LAHAN PEKARANGAN Oleh Ermidias Penyuluh Pertanian Madya I.PENDAHULUAN Iitik merupakan ternak unggas penghasil telur yang cukup potensial disamping ayam. Kelebihan ternak itik

Lebih terperinci

Harga tiap varietas dan ukuran Ikan Maskoki berbeda-beda. Namun yang paling menentukan

Harga tiap varietas dan ukuran Ikan Maskoki berbeda-beda. Namun yang paling menentukan Persiapan untuk mengadopsi Ikan Maskoki Ikan Maskoki adalah hewan yang hidup di dalam air. Untuk memeliharanya, Anda tentu membutuhkan sebuah wadah untuk tempat pemeliharaan; serta air sebagai medium kehidupannya.

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI TELUR BURUNG PUYUH

UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI TELUR BURUNG PUYUH UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI TELUR BURUNG PUYUH Drs. Armen, SU. Disampaikan pada Seminar Nasional Bidang MIPA dun Temu Alumni FMIPA UNP Tanggal I1 dan I2 Februari 2005 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai oleh masyarakat. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau konsumen lebih banyak memilih

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA POUCOWPANTS TEMAN SETIA PENELITI ILMU NUTRISI DALAM PENGUMPULAN FESES BIDANG KEGIATAN : PKM-KARSA CIPTA

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA POUCOWPANTS TEMAN SETIA PENELITI ILMU NUTRISI DALAM PENGUMPULAN FESES BIDANG KEGIATAN : PKM-KARSA CIPTA LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA POUCOWPANTS TEMAN SETIA PENELITI ILMU NUTRISI DALAM PENGUMPULAN FESES BIDANG KEGIATAN : PKM-KARSA CIPTA Diusulkan oleh: Lukman Maulana D24110082 2011 Chressya

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Breeding Center Burung Puyuh

IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Breeding Center Burung Puyuh 25 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Breeding Center Burung Puyuh 4.1.1. Lokasi Kandang Burung Puyuh Kandang lokasi penelitian (Breeding center) berada di sekitar area kampus Universitas Padjadjaran,

Lebih terperinci

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI 1. PENGERINGAN Pengeringan adalah suatu proses pengawetan pangan yang sudah lama dilakukan oleh manusia. Metode pengeringan ada dua,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan telur terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo Anseriformes, family Anatidae, sub family Anatinae, tribus Anatini dan genus Anas (Srigandono,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. Puyuh

TINJAUAN PUSTAKA A. Puyuh TINJAUAN PUSTAKA A. Puyuh Puyuh merupakan salahsatu komoditas unggas sebagai penghasil telur. Keberadaan puyuh mendukung ketersediaan protein hewani yang murah serta mudah didapat. Puyuh yang dikembangkan

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV

PEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV PEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV Kendala utama penelitian walet rumahan yaitu: (1) rumah walet memiliki intensitas cahaya rendah, (2) pemilik tidak memberi ijin penelitian menggunakan metode pengamatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Beberapa ratus tahun yang lalu di Jepang telah diadakan penjinakan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Beberapa ratus tahun yang lalu di Jepang telah diadakan penjinakan II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sejarah Perkembangan Puyuh Beberapa ratus tahun yang lalu di Jepang telah diadakan penjinakan terhadap burung puyuh. Mula-mula ditujukan untuk hewan kesenangan dan untuk kontes

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum BBPTU-HPT Baturraden Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang ada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemeliharaan Induk Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk terlebih dahulu di kolam pemeliharaan induk yang ada di BBII. Induk dipelihara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serta meningkatnya kesadaran akan gizi dan kesehatan masyarakat. Akan

I. PENDAHULUAN. serta meningkatnya kesadaran akan gizi dan kesehatan masyarakat. Akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kenaikan permintaan komoditas peternakan di Indonesia dari tahun ke tahun semakin berpacu dengan adanya pertambahan jumlah penduduk, pendapatan, serta meningkatnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Data Suhu Lingkungan Kandang pada Saat Pengambilan Data Tingkah Laku Suhu (ºC) Minggu

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Data Suhu Lingkungan Kandang pada Saat Pengambilan Data Tingkah Laku Suhu (ºC) Minggu HASIL DAN PEMBAHASAN Manajemen Pemeliharaan Komponen utama dalam beternak puyuh baik yang bertujuan produksi hasil maupun pembibitan terdiri atas bibit, pakan serta manajemen. Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat,

Lebih terperinci

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang mengusahakan anakan ternak sapi dengan jumlah kepemilikan sapi betina minimal 2 ekor.

Lebih terperinci

Brooding Management. Danang Priyambodo

Brooding Management. Danang Priyambodo Brooding Management Danang Priyambodo Tujuan Brooding manajemen memiliki tujuan untuk menyediakan lingkungan pemeliharaan yang nyaman dan sehat secara efisien dan ekonomis bagi anak ayam agar pertumbuhannya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012. I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Peternakan puyuh di Indonesia saat ini cukup berkembang, hal ini karena semakin banyaknya usaha peternakan puyuh baik sebagai usaha sampingan maupun usaha utama untuk memenuhi

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. japanese quail (Coturnix-coturnix Japonica) mulai masuk ke Amerika. Namun,

KAJIAN KEPUSTAKAAN. japanese quail (Coturnix-coturnix Japonica) mulai masuk ke Amerika. Namun, 7 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Burung Puyuh Puyuh adalah spesies atau subspesies dari genus Coturnix yang tersebar di seluruh daratan, kecuali Amerika. Pada tahun 1870, puyuh Jepang yang disebut japanese

Lebih terperinci

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida Rumah Sehat edited by Ratna Farida Rumah Adalah tempat untuk tinggal yang dibutuhkan oleh setiap manusia dimanapun dia berada. * Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 KATA PENGANTAR Pengembangan pembibitan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor peternakan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi. Sumber daya

I. PENDAHULUAN. Sektor peternakan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi. Sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor peternakan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi. Sumber daya manusia yang berkualitas ditentukan oleh pendidikan yang tepat guna dan pemenuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam) 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mesin Tetas Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam) dan melaui penetasan buatan (mesin tetas) (Paimin, 2000). Penetasan buatan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan protein hewani mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi bagi kesehatan. Salah satu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Ayam Ras petelur Ayam ras petelur merupakan tipe ayam yang secara khusus menghasilkan telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Konsumsi Ransum Tabel 7. Pengaruh suplementasi L-karnitin dan minyak ikan lemuru terhadap performa burung puyuh Level Minyak Ikan Variabel Lemuru P0 P1 P2 P3 P4 Pr > F *) Konsumsi

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PEMBUDIDAYAAN BELUT MATA KULIAH : LINGKUNGAN BISNIS (Dosen Pengampu : M. Suyanto, Prof. Dr, M.M.) NAMA : TRI SANTOSO NIM : 10.02.7661 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Peluang Usaha Ternak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perunggasan merupakan komoditi yang secara nyata mampu berperan dalam pembangunan nasional, sebagai penyedia protein hewani yang diperlukan dalam pembangunan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang dikembangkan pada tipe

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMELIHARAAN

MANAJEMEN PEMELIHARAAN MANAJEMEN PEMELIHARAAN PERKANDANGAN KANDANG TERNAK LEBIH NYAMAN MEMUDAHKAN TATALAKSANA PEMELIHARAAN LEBIH EFISIEN KANDANG - KONTRUKSI KANDANG SESUAI - MANAJEMEN KESEHATAN BAIK - KONTRUKSI KANDANG TIDAK

Lebih terperinci

INTENSIFIKASI TERNAK AYAM BURAS

INTENSIFIKASI TERNAK AYAM BURAS INTENSIFIKASI TERNAK AYAM BURAS 1. PENDAHULUAN Perkembangan ayam buras (bukan ras) atau lebih dikenal dengan sebutan ayam kampung di Indonesia berkembang pesat dan telah banyak dipelihara oleh peternak-peternak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Perkembangan industri peternakan yang semakin pesat menuntut teknologi yang baik dan menunjang. Salah satu industri peternakan yang paling berkembang adalah industri

Lebih terperinci