DI DESA TANJUNG BATU, TENGGARONG SEBERANG, KALIMANTAN TIMUR, DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL KALIMANTAN TIMUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DI DESA TANJUNG BATU, TENGGARONG SEBERANG, KALIMANTAN TIMUR, DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL KALIMANTAN TIMUR"

Transkripsi

1 STUDI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) EMBALUT 2x25 MW DI DESA TANJUNG BATU, TENGGARONG SEBERANG, KALIMANTAN TIMUR, DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL KALIMANTAN TIMUR Yesaya Timotius Sinambela Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh November Kampus ITS Gedung B dan C Sukolilo Surabaya Abstrak : Sejak Indonesia merdeka hingga tahun 2007, daya listrik di Indonesia hanya mencapai kisaran MW. Akibatnya, pembangunan di Indonesia belum berjalan secara optimal disebabkan oleh krisis energi listrik. Dalam mengantisipasi krisis ini pemerintah mendorong terciptanya kerja sama antara Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan listrik swasta dalam pengadaan listrik. Bentuknya adalah pembangunan pembangkit MW yang sedang berlangsung. Salah satu sumber energi yang memiliki potensi sangat besar untuk kelistrikan di Indonesia adalah tenaga uap dari pembakaran batubara. Indonesia memiliki sumber batubara sebanyak 104,76 miliar ton. Deposit terbanyak adalah Sumatra (50,1 %) diikuti Kalimantan (49,6 %). Kalimantan Timur adalah daerah yang memiliki potensi penghasil batubara yang cukup besar di Indonesia. Disamping itu daerah ini mengalami pertumbuhan dari segi jumlah penduduk dan dari segi perekonomian sehingga menuntut perkembangan dan pertumbuhan di sektor ketenagalistrikan agar dapat mendukung kemajuan tersebut. Oleh karena itu dibangun suatu pembangkit baru yaitu PLTU Embalut yang dapat memanfaatkan potensi batubara yang ada di daerah, sehingga kebutuhan energi listrik khususnya di Kalimantan Timur dapat terpenuhi dengan baik. Pengembang PLTU Embalut adalah Independent Power Producer IPP (listrik swasta). Kata kunci: energi listrik, batubara, listrik swasta, PLTU Embalut, tarif ristrik regional I. PENDAHULUAN Kalimantan Timur adalah daerah yang memiliki potensi penghasil batubara yang cukup besar di Indonesia. Disamping itu daerah ini mengalami pertumbuhan dari segi jumlah penduduk dan dari segi perekonomian sehingga menuntut perkembangan dan pertumbuhan di sektor ketenagalistrikan agar dapat mendukung kemajuan tersebut. Jumlah pelangan PLN di Kaltim mencapai orang dengan 11 area pelayanan. Diperkirakan, permintaan konsumsi listrik di Kaltim naik 12 % pertahun. Sebanyak atau 28 % pelanggan dilayani oleh sistem Mahakam, yaitu Samarinda, Balikpapan dan Tenggarong. Sementara beban yang harus dipenuhi 195 Mega Watt (MW) sedangkan kemampuan optimal hanya 175 MW. Jadi singkatnya, PLN defisit 25 MW sehingga pemadaman tak dapat terhindari. Disebabkan oleh banyaknya pembangkit yang sudah tua dan mengalami de-rating atau penurunan daya, maka kapasitas daya mampu pembangkit yang ada tidak maksimal. Dapat diasumsikan kekurangan energi listrik di Kalimantan Timur akan terjadi bila tidak ada pemecahan permasalahan kelistrikan ini. Selain itu komposisi pembangkit yang ada sekarang didominasi oleh PLTD (diesel). Dengan komposisi seperti ini maka PLN Wilayah Kalimantan Timur menderita kerugian yang cukup besar mengingat harga BBM yang tinggi mengakibatkan harga biaya pokok penyediaan (BPP) pun akan tinggi sedangkan harga jual listrik sangat rendah. Beberapa permasalahan yang mendapat sorotan dalam pembahasan ini adalah : 1. Latar belakang di bangunnya PLTU Embalut 2x25 MW di Desa Tanjung Batu, Tenggarong Seberang, Kalimantan Timur. 2. Pemanfaatan potensi hasil alam Kalimantan Timur dalam hal ini batubara, sehingga bisa memberikan manfaat secara langsung untuk masyarakat khususnya berupa energi listrik. 3. Bagaimana kebutuhan listrik di Kalimantan Timur dan kapasitas cadangan daya yang terpasang dari pembangkit saat ini dan tahun tahun mendatang. 4. Pengaruh operasional PLTU Embalut 2x25 MW di Desa Tanjung Batu, Tenggarong Seberang, Kalimantan Timur terhadap tarif listrik regional Kalimantan Timur. II. TEORI PENUNJANG 2.1. Bahan Bakar Batu Bara Batu bara adalah sisa tumbuhan dari jaman prasejarah yang berubah bentuk yang awalnya berakumulasi di rawa dan lahan gambut. Penimbunan lanau dan sedimen lainnya, bersama dengan pergeseran kerak bumi (dikenal sebagai pergeseran tektonik) mengubur rawa dan gambut 1

2 yang seringkali sampai ke kedalaman yang sangat dalam. Dengan penimbunan tersebut, material tumbuhan tersebut terkena suhu dan tekanan yang tinggi. Suhu dan tekanan yang tinggi tersebut menyebabkan tumbuhan tersebut mengalami proses perubahan fisika dan kimiawi dan mengubah tumbuhan tersebut menjadi gambut dan kemudian batu bara. Gambar 2.1 Batubara 2.2. Jenis Batu Bara Batu bara dibagi dalam berbagai kategori dan sub kategori berdasarkan nilai panas karbonnya, dimulai dengan lignit, yang kadar karbon padatnya terendah, melalui berbagai tingkatan batu bara muda, batu bara sub-bituminus, batu bara bituminus, hingga kepada antrasit. Gambar 2.2 Jenis-Jenis Batu Bara Berikut ini suatu klasifikasi yang dipakai oleh WEC (World Energy Conference) mengenai jenis-jenis dari bahan bakar padat. Tabel 2.1 Batas-Batas Untuk Klasifikasi Bahan Bakar Padat Menurut WEC Jenis bahan bakar padat Gambut Lignit Batu bara subbituminus Batu bara bituminus dan Antrasit Kadar air (%) berat k 10 1k 3 - Nilai panas (kcal/kg) 1k k Proses terjadinya energi listrik Pembakaran batu bara ini akan menghasilkan uap dan gas buang yang panas. Gas buang itu berfungsi juga untuk memanaskan pipa - boiler yang berada di atas lapisan mengambang. Gas buang selanjutnya dialiri ke pembersih yang di dalamnya terdapat alat pengendap abu setelah gas itu bersih lalu dibuang ke udara melalui cerobong. Sedangkan uap dialiri ke turbin yang akan menyebabkan turbin bergerak, tapi karena poros turbin digandeng/dikopel dengan poros generator akibatnya gerakan turbin itu akan menyebabkan pula gerakan generator sehingga dihasilkan energi listrik. Uap itu kemudian dialiri ke kondensor sehingga berubah menjadi air dan dengan bantuan pompa air itu dialiri ke boiler sebagai air pengisi. Generator biasanya berukuran besar dengan jumlah lebih dari satu unit dan dioperasikan secara berlainan. Sedangkan generator ukuran menengah didisain berdasarkan asumsi bahwa selama masa manfaatnya akan terjadi kali start-stop. Berarti selama setahun dilakukan 250 x star-stop maka umur pembangkit bisa mencapai 40 tahun. Bila daya generator meningkat maka kecepatannya meningkat pula dan bila kecepatan kritikan dilalui maka perlu dilakukan pengendalian poros generator supaya tidak terjadi getaran. Untuk itu konstruksi rotor dan stator serta mutu instalasi perlu ditingkatkan. Boilernya menggunakan sirkulasi alam dan menghasilkan uap dengan tekanan 196,9 kg/cm2 dan suhu C. PLTU ini dilengkapi dengan presipitator elektro static yaitu suatu alat untuk mengendalikan partikel yang akan keluar cerobong dan alat pengolahan abu batu bara. Sedang uap yang sudah dipakai kemudian didinginkan dalam kondensor sehingga dihasilkan air yang dialirkan ke dalam boiler. Pada waktu PLTU batubara beroperasi suhu pada kondensor naiknya begitu cepat, sehingga mengakibatkan kondensor menjadi panas. Sedang untuk mendinginkan kondensor bisa digunakan air, tapi harus dalam jumlah besar, hal inilah yang menyebabkan PLTU dibangun dekat dengan sumber air yang banyak seperti di tepi sungai atau tepi pantai. Bila pada PLTU batu bara tekanan kondensornya turun, maka daya gunanya meningkat. Biasanya tekanan kondensor berhubungan langsung atau berbanding lurus dengan besarnya suhu air pendingin yang berasal dari uap pada kondensor. Jadi bila suhu itu rendah, maka tahanannya juga rendah dan pada suhu terendah akan dihasilkan/terjadi tekanan jenuh. Karena air pendingin itu biasanya terdiri dari air yang berasal dari uap turbin dan air berasal dari laut dan sungai. Akibatnya suhu terendah besarnya sesuai dengan air yang digunakan sehingga tekanan jenuh sulit diperoleh. Peningkatan daya guna bisa dilakukan dengan pemanasan ulang dan pembakaran batu bara yang kurang bermutu. 2

3 rata-rata lama sekolah) dan indeks standar hidup layak. Gambar 2.3 Siklus kerja PLTU Modern 2.4. Metode Peramalan Kebutuhan Listrik Peramalan kebutuhan listrik adalah untuk mengetahui akan kebutuhan listrik di tahun yang akan dating dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan metode regresi dan metode DKL 3. Metode regresi adalah suatu metode dengan menggunakan model matematik, sedangkan metode DKL 3 merupakan metode menghitung peramalan kebutuhan listrik tiap pelanggan dengan memperhitungkan rasio elektrifikasi tiap pelanggan. Metode tersebut paling banyak digunakan oleh PLN Energi Terjual Perkiraan energi terjual PLN diperoleh dengan menjumlahkan energi Rumah Tangga, energi Komersil, energi Publik dan energi Industri dengan rumus sebagai berikut : ETS t = ERT t + EK t + EP t + EIS t di mana : ETS t = energi terjual PLN total pada tahun t ERT t = energi terjual PLN sektor Rumah Tangga pada tahun t EK t = energi terjual PLN sektor Komersil pada tahun t EP t = energi terjual PLN sektor Publik pada tahun t EIS t = energi terjual PLN sektor Industri pada tahun t 2.6. Beban Puncak Perkiraan beban puncak ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : EPt BP t = 8760 xlft Dimana : BP t = Beban puncak pada tahun t EPT t = Energi produksi pada tahun t LF t = Faktor beban pada tahun t 2.7. Index Pembangunan Manusia (IPM) IPM merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata sederhana dari indeks harapan hidup, indeks pendidikan (melek huruf dan III. KONDISI KETENAGALISTRIKAN DI KALIMANTAN TIMUR 3.1. Pembangkitan di Kalimantan Timur Kebutuhan energi listrik di Propinsi Kalimantan Timur, produksi listrik yang dibangkitkan oleh PT. (Persero) PLN di Propinsi Kalimantan Timur tahun 2008 adalah 1.731,60 Gwh sebagaimana terlihat pada Gambar 3.1. Dari jumlah tersebut permintaan energi di Kalimantan Timur adalah sebesar 1.546,51 Gwh. Dengan demikian untuk keadaan sekarang ini Kalimantan Timur memang masih mampu unuk memenuhi kebutuhan energi pelanggannya. Akan tetapi keadaannya tidak akan sama jika kebutuhan energi dihitung keseluruhan dengan daftar tunggu Kalimantan Timur yang pada tahun 2008 tercatat sebanyak pelanggan atau ,00 KVA. Karena itu, perlu dipersiapkan pembangkitpembangkit baru yang dapat membantu suplai energi listrik di Kalimantan Timur. Daya terpasang pembangkit yang ada di wilayah kerja PT. PLN (Persero) Wilayah Kalimantan Timur sampai tahun 2008 sebesar 414,63 MW dengan daya mampu 203,43 MW dan beban puncak 317,22 MW. Pembangkit pembangkit ini terbagi ke dalam 4 bagian yaitu pembangkit di Sektor Mahakam, Cabang Berau, Cabang Samarinda dan Cabang Balikpapan. Sumber: PLN Wil. Kaltim 2009 Gambar 3.1 Komposisi Produksi Tenaga Listrik Wil. Kaltim tahun 2008 Tabel 3.2 Data Pembangkit Gabungan di Kalimantan Timur No Uraian 1 Daya Terpasang (MW) 2 Daya Mampu (MW) 3 Beban Puncak (MW) 4 Capacity Factor (%) Sumber: Statistik PLN 2008 Tahun ,61 288,76 414,43 414,43 205,76 201,63 276,44 203,43 250,71 277,60 241,41 317,22 114,72 58,98 44,63 45,46 3

4 Tabel 3.3 Kapasitas Terpasang (MW) di Kalimantan Timur Tahun PLTA PLTU PLTG PLTGU PLTD Jumlah , ,00 223,21 283, , ,00 255,63 315, , ,00 194,27 254, , ,00 250,54 310, , ,00 276,34 336, , ,00 237,39 297, , ,00 228,54 288, ,00 20,00 60,00 320,43 414, ,00 20,00 60,00 320,43 414,43 Sumber : Statistik PT.PLN Pelanggan di Kalimantan Timur Secara umum dalam kurun waktu lima tahun, pelanggan listrik di Kalimantan Timur meningkat sebanyak 15,88%. Sedangkan secara nasional, pelanggan di Indonesia meningkat sebanyak 20,81% dalam lima tahun. Berikut ini adalah tabel mengenai jumlah pelanggan listrik dan daya tersambung berdasarkan kelompok pelanggan di Kalimantan Timur pada Tabel 3.4. Tabel 3.4 Jumlah Pelanggan Per Kelompok Pelanggan di Kalimantan Timur Tahun Rumah Tangga Industri Bisnis Sosial Gedung Pemerintahan P. Jalan Total Sumber: Statistik PLN 2008 Konsumsi energi listrik (energi yang terjual) di Propinsi Kalimantan Timur menunjukkan pemakaian yang terus meningkat tiap tahunnya. Hal ini disebabkan jumlah penduduk yang cenderung meningkat setiap tahunnya dan semakin meningkatnya kemajuan daerah di propinsi Kalimantan Timur. Sektor rumah tangga merupakan sektor yang paling banyak membutuhkan energi diikuti dengan sektor komersil (bisnis), industri, penerangan jalan, gedung pemerintah. Sedangkan di Indonesia secara total konsumsi energi listrik paling banyak terjadi pada sektor rumah tangga yang diikuti sektor industri dan bisnis dan sektor lainnya. Hal ini terjadi karena di Kalimantan Timur merupakan daerah perdagangan baru yang cukup ramai terutama sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan angka kebutuhan barang dan jasa. Hal ini relevan dengan semakin ramainya sektor pertambangan yang mengundang banyak pendatang dari daerah lain. Untuk data energi listrik terjual kelompok konsumen di Kalimantan Timur dapat dilihat pada Tabel 3.5. Tabel 3.5 Energi Listrik Terjual Kelompok Konsumen (GWh) di Kalimantan Timur Tahun Rumah Tangga Industri Bisnis Sosial Gedung Pemerintahan P. Jalan Total ,15 198,80 177,93 19,00 29,23 30,29 931, ,47 187,65 179,64 19,18 28,33 31,30 930, ,09 159,14 184,73 20,29 27,19 39,50 922, ,51 170,23 221,94 23,90 31,31 40, , ,04 185,79 268,05 29,11 40,04 41, , ,33 169,17 293,74 33,19 42,56 48, , ,75 138,46 326,10 37,22 40,12 51, , ,20 129,60 352,48 41,71 41,97 52, , ,22 138,54 387,60 48,45 45,08 53, ,51 Sumber: Statistik PLN Permintaan Energi Listrik di Kalimantan Timur dan di Indonesia Permintaan energi listrik di Kalimantan Timur dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Khususnya pada saat beban puncak terjadi peningkatan permintaan konsumsi listrik yang signifikan. Antara pukul permintaan energi listrik meningkat yang terkadang melebihi kapasitas pembangkit, sehingga status cadangan operasi tekadang mengalami defisit, dan memang di sektor wilayah Kalimantan Timur pada tahuntahun sebelumnya untuk rata-rata mengalami defisit, hal ini dikarenakan pembangkit yang ada telah semakin tua dan mengalami de-rating sehingga kapasitas daya kurang mampu melayani permintaan yang ada. Daya mampu dan beban puncak Propinsi Kalimantan Timur dan Indonesia disajikan pada Tabel 3.6. Sedangkan kondisi sistem pada tanggal 18 Mei 2010 terlihat pada Gambar 3.7. Tabel 3.6 Daya Mampu dan Beban Puncak Propinsi Kalimantan Timur Tahun Daya Mampu (MW) Beban Puncak (MW) ,30 199, ,00 177, ,40 177, ,1 213, ,28 213, ,76 250, ,63 277, ,44 241, ,43 317,22 Sumber : Statistik PT.PLN

5 Sumber : PLN Wil. Kaltim 2010 Gambar 3.7 Kondisi Sistem, 18 Mei 2010 sebelumnya dari 13,14 juta barrel menjadi 14,97 juta barrel. Sedangkan produksi minyak tanah juga mengalami peningkatan dari 14,51 juta barrel menjadi 16,38 juta barrel. Kegiatan pertambangan di Kabupaten Kutai Kartanegara mencakup pertambangan migas dan non migas. Dari kegiatan tersebut, minyak bumi dan gas alam merupakan hasil tambang yang sangat besar pengaruhnya dalam perekonomian Kabupaten Kutai Kartanegara khususnya, dan Propinsi Kalimantan Timur pada umumnya, karena hingga kini kedua hasil tambang tersebut merupakan komoditi ekspor utama. Perkembangan produksi batubara misalnya, pada tahun 2008 produksinya mencapai metric ton dari 90 (sembilan puluh) perusahaan tambang yang memasukkan data pada Dinas Pertambangan. IV. ANALISA OPERASIONAL PLTU EMBALUT 2x25 MW DI DESA TANJUNG BATU, TENGGARONG SEBERANG, KALIMANTAN TIMUR 4.1. Analisa Potensi Energi di Kalimantan Timur Kegiatan pertambangan di Kalimantan Timur mencakup pertambangan migas dan nonmigas. Dari kegiatan tersebut, minyak bumi dan gas alam merupakan hasil tambang yang sangat besar pengaruhnya dalam perekonomian Kalimantan Timur khususnya dan Indonesia pada umumnya, karena hingga kini kedua hasil tambang terse but merupakan komoditi ekspor utama. PLTU Embalut 2 x 25 MW Gambar 4.2 Letak Lokasi PLTU Embalut Sumber: Kaltim Dalam Angka 2009 Gambar 4.1 Produksi Batubara Kalimantan Timur Tahun 2008 Perkembangan produksi batubara di Kalimantan Timur sejak tahun 2003 terus meningkat setiap tahunnya dan pada tahun 2008 produksi batubara mencapai ton. Produksi pengilangan minyak untuk bahan bakar minyak premium pada tahun 2008 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 4.2. Peramalan dengan Analisa Regresi Berganda dan Metode DKL 3.01 Terdapat perbedaan antara hasil proyeksi dengan Analisa Regresi Berganda dan Metode DKL Namun secara umum trend kenaikan kebutuhan energi listrik hingga tahun 2020 diperkirakan relatif serupa antara kedua metode ini. Secara lengkap proyeksi total kebutuhan atau konsumsi energi listrik hingga tahun 2020 disajikan dalam bentuk Tabel 4.1 dan 4.2 berikut ini. 5

6 Tahun Tabel 4.1 Proyeksi Analisa Regresi Energi terjual (GWH) Y RT X1 Bisnis X2 Industri X3 Publik X , , , , , , , , , , , , Tabel 4.2 Proyeksi Metode DKL 3.01 Tahun RT Bisnis Publik Industri Total t ERt EKt EPt EIt ETt ,87 425,97 158,42 148, , ,87 468,14 170,61 158, , ,96 514,49 183,75 169, , ,15 565,42 197,90 181, , ,43 621,40 213,14 194, , ,80 682,92 229,55 207, , ,26 750,53 247,23 222, , ,83 824,83 266,26 237, , ,48 906,49 286,76 254, , ,24 996,23 308,84 272, , , ,86 332,63 291, , , ,25 358,24 311, ,28 Dari hasil peramalan dengan metode regresi linier berganda diperoleh bahwa laju pertumbuhan rata-rata konsumsi energi dalam kurun waktu 11 tahun sebesar 6,5 % per tahun, sedangkan dengan metode DKL 3.01 laju pertumbuhannya rata-rata sebesar 4.3 % per tahun. Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Antara Regresi Linier Berganda dengan DKL 3.01 (GWh) 4.3. Profil PLTU Embalut 2x25 MW Nama Pembangkit Kapasitas Pembangkit Daya Terpasang Kontrak Daya Penyaluran Daya Jaringan Transmisi : PLTU EMBALUT : 2 x 31,25 MVA : 2 x 25 MW : 2 x 22,5 MW : Sistem Mahakam : 150 kv Alamat Power Plant: Km 26 Desa Tanjung Batu Kecamatan Tenggarong Seberang Kab. Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur Tabel 4.3 Luas Lahan PLTU Embalut JENIS BANGUNAN LUAS (m 2 ) Boiler Turbin Generator Main Building 864 TOTAL LUAS Tahapan/ Kronologis Pembangunan Power Plant PT. CFK di Tanjung Batu Tenggarong Seberang: 1. Pembebasan lahan seluas ± 200 Ha (tahun 2003) 2. Studi kelayakan (tahun 2003) oleh konsultan PT. Prima Layanan Nasional Enjiniring (PLN Enjiniring), Survey Pekerjaan Penyelidikan Tanah, Pemetaan Topografi dan Bathymetri, Survey Hidrologi, Meteorologi, dan Permodelan Matematis oleh konsultan PT. Diksa Intertama. 3. Pengolahan lahan untuk tapak pabrik seluas ± 30 Ha, (tahun 2004 sampai dengan 2005) Land clearing Fill (penimbunan) 4. Peletakan batu pertama (tanggal 18 Agustus 2005) 5. Pekerjaan sipil : phase 1 (tahun 2005 sampai dengan 2006), diikuti phase 2 (tahun 2007 sampai dengan 2008) Pemancangan Jetty Main building dan lain-lain 6. Proses kedatangan mesin (tahun 2006) 7. Erection (tahun 2007 sampai dengan 2008) 8. Trial and Run (tahun 2008) 9. Unit #1 masuk system tanggal 31 Nopember 2008 sebesar 22,5 MW. 6

7 10. Unit #2 baru masuk system pada bulan Maret 2009 sebesar 22,5 MW Spesifikasi Komponen Utama (foto pada Lampiran) Mesin Utama, Merk, dan Negara Pembuat Mesin: Boiler : Sichuan Boiler Factory - China Turbin : Wuhan Steam Turbine Factory - China Generator : Wuhan Generator Factory - China Power House Spesifikasi Generator (foto pada Lampiran) Kapasitas Dasar : 2 x 31,25 MVA Daya Terpasang : 2 x 25 MW Faktor Daya : 0,8 lag Tegangan Dasar : 6,3 kv Frekuensi Dasar : 50 Hz Jumlah Fasa : 3 Putaran Sinkron : 3000 putaran permenit Metode Pendinginan : Udara Siklus Tertutup Kelas Isolasi : F dengan kenaikan suhu kelas B Jenis Eksitasi : Static atau Brushless Spesifikasi Trafo Utama (foto pada Lampiran) Jenis Trafo : Pasangan luar ruang, celup minyak Jumlah fasa : 3 Jumlah belitan : 2 Kapasitas dasar : 31,5 MVA Tegangan : 6,3kV ke 150 kv Hubungan : Ynd1, diketanahkan secara solid Pendinginan : ONAN/ONAF Jumlah trafo : satu buah per unit Spesifikasi Power Plant Boiler (foto pada Lampiran) Ambient Temperature : 30 0 C Relative Humidity Elevation : 85% Boiler Type & Model : Pulverized Coal Boiler Efficiency (Approx) : 92,41 % Main Fuel : Coal Evaporation Capacity : 2 x 130 T/H Turbine Type : Non reheat single cylinder Steam Flow : 117,5 ton/h Steam Temperature : C Steam Pressure : 3,82 Mpa Gross Output : 2 x 25 MW Auxilarry Power (Approx) : 1,3 MW Net Plant Heat Rate : 2738,34 kcal/kwh Spesifikasi Turbin Uap (foto pada Lampiran) Type : Single casing, non reheat, condensing, extraction type Putaran : 3000 rpm. Tekanan Uap : 3,43 Mpa Temperatur Uap Kapasitas per unit : 435 o C : 25 MW (Gross Output) Turbin uap dipasok dengan uap superheat dan beroperasi dengan 3 tahap pemanas ulang (regenerative feed water heating) yaitu 1 (satu) unit Low Preassure (LP), 1 unit Deaerator dan 1 unit High Pressure (HP) Heater dimasukan ke dalam Deaerator. Sedangkan pembuangan dari pemanasan lanjut LP Heater dimasukan kedalam kondensor. Cerobong / Chimney Cerobong dibuat setinggi 80 m, dengan cara ini partikel abu dan gas buang dapat terjadi pengenceran diudara atau dapat meminimalkan pencemaran udara. Penanggulangan gas NOx yang keluar dari cerobong dengan pemasangan Low NOx Burner (LNB). Coal burner yang digunakan adalah tipe wall, opposed atau tangential firing, yang mampu memenuhi konsentrasi emisi yang diijinkan. Pada boiler plant dipasang electric precipitator alat ini bekerja berdasarkan saling tarik antara partikel bermuatan listrik dengan elektroda yang mempunyai polaritas berlawanan. Digunakan untuk memisahkan partikel partikel dari gas buang yang berukuran antara 0, µm dengan efisiensi cukup tinggi yaitu %. Sarana transportasi, pembongkaran dan penyimpanan batubara 1. Coal Storage dan Ash Disposal Daerah penimbunan batubara terletak di area proyek sebelah Utara seluas m 2 yang mempunyai kapasitas penimbunan batubara sebesar ton sebagai dead storage (1 bulan) dan ton sebagai life storage (2 minggu). Untuk daerah penimbunan abu terletak bersebelahan dengan daerah penimbunan batubara seluas m 2. Area proyek ini digunakan untuk jangka waktu 5 tahun dengan asumsi ash content 8 %. Sedangkan ketinggian abu diperkirakan sebesar 6 meter maksimum. 2. Coal Unloading Wharf Dermaga berfungsi sebagai Equipment Unloading dan Fuel/ Coal Unloading. Mempunyai akses langsung ke coal storage maupun laydown area. 7

8 3. Coal Conveyor Proses Operasi Dari coal storage batu bara diangkut dengan belt conveyor menuju boiler house dan disimpan di dalam coal silo. Untuk menghasilkan pembakaran yang efisien, batu bara yang masuk ruang pembakaran harus digiling terlebih dahulu hingga berbentuk serbuk (pulverized coal). Penggilingan batu bara menjadi serbuk dilakukan pulverizer yang dikenal juga dengan nama bowl-mill. Pemasukan batu bara dari coal silo ke pulverizer diatur dengan coal feeder, sehingga jumlah batu bara yang masuk ke pulverizer bisa diatur dari control room. Batu bara yang sudah digiling menjadi serbuk ditiup dengan udara panas (primary air) dari pulverizer menuju combustion burner melalui pipapipa coal piping. Pada saat start up, pembakaran tidak langsung dilakukan dengan batu bara, tetapi mempergunakan bahan bakar minyak. Baru setelah beban mencapai 10%-15% batu bara pelan-pelan mulai masuk menggantikan minyak. Maka selain coal piping, burner juga terhubung dengan oil pipe, atomizing air dan scavanging air pipe yang berfungsi untuk mensuplai BBM. Pembakaran dalam combustion chamber berlangsung dengan didukung dengan sistem suplai udara dan sitem pembuangan gas sisa pembakaran yang dilakukan oleh Air and Flue Gas System. Sebelum dilepas ke udara bebas, gas buang sisa pembakaran batu bara terlebih dahulu melewati electrostatic precipitator untuk dikurangi semaksimal mungkin kandungan debunya. Bagian terakhir dari flue gas system adalah stack/ chimney/ cerobong asap yang berfungsi untuk membuang gas sisa pembakaran. Gambar 4.4 Siklus Kerja PLTU Embalut Air yang disuplai ke boiler, pertama kali masuk ke economizer inlet header, terus didistribusikan ke economizer elements, berkumpul kembali di eco outlet header lalu disalurkan ke steam drum. Akibat pemanasan secara konveksi di daerah furnace dan karena gaya gravitasi, air di dalam steam drum air mengalami sirkulasi turun ke water wall lower header melalui pipa downcomers. Dari waterwall lower header air kembali mengalami sirkulasi karena panas, naik menuju water wall upper header melalui tube-tube water wall panel. Kemudian dari waterwall upper header air dikembalikan ke steam drum melalui riser pipes. Sirkulasi ini berulang-ulang dan menyebabkan air di water wall panel dan steam drum sebagian berubah menjadi uap. Pada PLTU Embalut, sirkulasi tersebut dibantu oleh Boiler water Circulating Pump yang terpasang pada pipa downcomers bagian bawah. Di dalam steam drum terdapat separator yang berfungsi untuk memisahkan uap dari air. Uap yang sudah dipisahkan tersebut, dari steam drum disalurkan ke roof steam inlet header yang terhubung ke boiler roof panel. Boiler roof panel ini yang membawa uap ke belakang menuju backpass panel. Dari backpass panel, uap disalurkan ke Low Temperature Superheater (LTS) yang ada di dalam backpass area, di atas economizer elements. dari LTS uap disalurkan ke Intermediate Temperature Superheaters (ITS). Selanjutnya melalui pipa superheater-desuperheater, uap dibawa ke High Temperature Superheater (HTS) elements untuk menjalani proses pemanasan terakhir menjadi superheated steam. ITS dan HTS elements lokasinya berada di dalam furnace (ruang pembakaran batu bara) bagian atas. Dari High Temperature Superheater outlet header, superheated steam dengan temperature o C dan tekanan sangat tinggi disalurkan ke steam turbine melalui pipa main steam. Superheated steam ini kemudian memutar steam turbin yang dikopel dengan generator. Generator akan mengubah energi mekanik menjadi energi listrik. Tegangan yang terbangkit adalah 6,3 KV. Lewat trafo step-up, tegangan akan dinaikkan menjadi 150 KV, kemudian masuk ke saluran transmisi Analisa Perhitungan Efisiensi Thermal PLTU Embalut Efisiensi thermal adalah efisiensi berdasarkan nilai kalor bahan bakar. Efisiensi thermal PLTU dilapangan lebih kecil daripada hasil perhitungan dengan siklus kombinasi secara teoritis, karena analisa tersebut tidak memperhitungkan berbagai alat tambahan yang digunakan dalam PLTU. 8

9 Tabel 4.4 Perbandingan Nilai Kalor dan Efisiensi Batubara Nilai Kalor (kcal/kg) Efisiensi Thermal (%) , , ,23 Dari hasil perhitungan di Tabel 4.4 dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin baik batubara yang digunakan (semakin tinggi nilai kalornya), maka semakin baik pula efisiensinya. Efisiensi yang terbaik dicapai bila PLTU menggunakan batubara dengan nilai kalor 5300 kcal/kg. Akan tetapi yang terjadi pada keadaan sebenarnya adalah batubara dengan nilai kalori tinggi hampir tidak tersedia untuk pasar lokal. Batubara yang beredar di pasar lokal yaitu berkisar pada nilai kalor kcal/kg. Hal ini terjadi akibat dari ekspor batubara yang mengutamakan batubara kualitas tinggi. Hal ini menyisakan ironi karena pasar dalam negeri maupun lokal Kalimantan Timur sendiri hanya dapat memperoleh batubara kualitas rendah. Batubara kualitas rendah ini menurunkan efisiensi pembangkit, lebih banyak kandungan airnya, dan lebih banyak gas buangnya Kebutuhan Bahan Bakar Batubara Kalimantan Timur dengan kandungan batubaranya yang berlimpah, khususnya wilayah Kutai Kartanegara memiliki sumber daya alam batu bara yang melimpah, kondisi ini memudahkan untuk memenuhi pasokan bahan bakar utama untuk PLTU Embalut ini. Pembangkit ini menggunakan batubara jenis brown coal (lignite). Hanya saja, kandungan air pada batubara coklat sangatlah tinggi sehingga membuat efisiensi termal pembangkit menjadi lebih rendah dibandingkan pembangkit yang berbahan bakar antrasite (high rank coal). Hal ini disebabkan karena kandungan air didalam batubara membutuhkan energi yang tinggi untuk berubah fase menjadi uap, sehingga banyak energy yang hanya digunakan untuk menguapkan air dalam batubara dari pada energy tersebut untuk digunakan menguapkan air di Boiler dan untuk selanjutnya ditransfer untuk memutar turbin. Tabel 4.5 Konsumsi Batubara Kapasitas Konsumsi/jam (ton/jam) Konsumsi/hari (ton/hari) Konsumsi/tahun (ton/tahun) 2 25MW Energi listrik per tahun dari PLTU: Energi listrik = Kapasitas x Jam operasi x Faktor kapasitas.. (4.1) = 50 MW x 8760 jam/tahun x 0.85 = kwh/tahun Kebutuhan energi panas Kebutuhan energi panas = Batu bara per tahun x LHV. (4.2) = kg/tahun x 4000 kcal/kg = kcal/tahun Kebutuhan batubara untuk produksi 1 kwh = Konsumsi energi / Energi listrik = kg/tahun/ kwh/tahun = 0,7058 kg/kwh Jika masa operasi PLTU 30 tahun, maka: Jumlah batu bara yang dibutuhkan selama operasi = kg/tahun x 30 tahun = kg Karena batu bara yang digunakan dipasok dari daerah Kalimantan Timur sendiri, maka jika dibandingkan dengan cadangan batu bara yang dimiliki (data tahun 2008, RUKN ) maka: Pemakaian batu bara untuk PLTU = ( / ) x 100% = 0,0196 % Jadi total pemakaian untuk PLTU berkisar 0,0196 % dari total batu bara yang terdapat di Kalimantan Timur berdasarkan data tahun Jika efisiensi thermal PLTU dapat ditingkatkan, maka pemakaian batu bara untuk PLTU akan lebih sedikit lagi. Dengan potensi batubara Kalimantan Timur seperti yang telah diuraikan di atas, maka dapat dipastikan realisasi pembangunan PLTU Embalut tidak akan mengalami kesulitan dalam hal penyediaan batu bara selama operasinya. No. Tabel 4.6 Pemakaian Bahan Bakar PLTU Embalut Perhitungan PLTU Batu bara 1 Energi listrik per tahun (KWh/tahun) Kebutuhan energi kalor (Kcal/tahun) Kebutuhan bahan bakar per tahun (kg) Kebutuhan bahan bakar 25 tahun (kg) Prosentase pemakaian bahan bakar dari cadangan bahan bakar yang tersedia (%) 0,0196 Kebutuhan Batubara Daerah Pemasok : Dondang, Kalimantan Timur 9

10 Nilai Kalori : ~ Kcal/kg Kebutuhan per Bulan : Ton Kebutuhan per Tahun : Ton Spesifikasi Batubara Carbon : 56,90 % Sulfur : 0,43 % Ash : 10,58 % max Moisture : 20,32 % max Gross Calorie Value : ~ Kcal/kg Max coal particle size : 25 mm Supplier Batubara (saat ini) PT. Graha Panca Karsa PT. Penta Multi Resources Bahan bakar minyak Bahan bakar minyak dalam hal ini HSD oil digunakan pada saat start-up PLTU batubara. Sebelum menggunakan menggunakan batubara, PLTU Embalut menggunakan pembakaran bahan bakar minyak terlebih dahulu saat mulai operasi setelah shut down. Lewat perhitungan, jumlah bahan bakar minyak yang digunakan adalah sebagai berikut pada Tabel 4.7. Sedangkan karakteristik bahan bakar HSD adalah seperti pada tabel 4.8. Tabel 4.7 Kebutuhan Bahan Bakar HSD Bahan Bakar PLTU Embalut 2 x 25 MW HSD liter Tabel 4.8 Karakteristik Bahan Bakar HSD KARAKTERISTIK MIN MAKS Density 15 C Kg/m C.C.I or 45 - Cetane number 48 - Viscosity kinematic at 37,8 C CSt 1,6 5,8 Distillation, recovery at 300 C % Vol 40 - Pour point C - 18 Total sulphur % wt - 0,5 Cu. Strip corrosion (3 hrs/100 C) No. 1 Conradson carbon residu % wt - 0,1 Or (on 10 % Vol. Bottom) % wt 0,1 Water content % wt - 0,05 Sediment by extraction % wt - 0,01 Ash content % wt - 0,01 Strong acid number mg KOH/g Nil Total acid number mg KOH/g - 0,6 Flash point P.M c.c C 60 - Color ASTM - 3, Kebutuhan Air dan Pemanfaatannya Pada dasarnya ada 2 jenis air yang dibutuhkan PLTU Embalut. Yang pertama adalah demineralized water (demin water) untuk mensuplai boiler dalam memproduksi uap penggerak turbin. Disebut demineralized water karena air tersebut sudah dihilangkan kandungan mineralnya. Yang kedua adalah raw water yang diperlukan untuk pendingin (cooling water) bagi mesin-mesin PLTU dan untuk dipergunakan sebagai service water. Secara umum water treatment sistem PLTU Embalut terdiri dari desalination plant untuk memproses air payau menjadi raw water, demineralized plant untuk memproduksi demin water dan tanki-tanki atau kolam penyimpanan air. Berikut adalah spesifikasi air untuk boiler Kemampuan Daya Beli Masyarakat Masyarakat Kalimantan Timur pada tahun 2008 rata-rata mengkonsumsi listrik sebesar 5%- 10%, sedangkan rata-rata anggota keluarga adalah 4 orang, dengan pengeluaran riil perkapita penduduk Kalimantan Timur Rp , jika diasumsikan setiap penduduk propinsi Kalimantan Timur mengeluarkan dana sebesar 10% untuk membayar listrik, maka dari pengeluaran riil untuk membayar listrik dibutuhkan Rp setiap bulannya, sehingga kemampuan daya beli masyarakat Kalimantan Timur berdasarkan perhitungan adalah sebesar Rp per bulan, maka dapat diketahui rata-rata pemakaian dayanya sebesar 900 VA. Tabel 4.9 Pengeluaran Riil Perkapita dan Pengeluaran Biaya Listrik Masyarakat Kalimantan Timur No. Pengeluaran Riil per Kapita (Rp) Pengeluaran Biaya Listrik (Rp) Pengeluaran Biaya Listrik per Keluarga (Rp) Sehingga dapat menghitung daya beli masyarakat Propinsi Kalimantan Timur adalah sebagai berikut: Daya1 (P) = 900 x Cos φ = 900 x 0,8 = 0,72 kw Daya2 (P) = 450 x Cos φ = 450 x 0,8 = 0,36 kw Maka kita dapat mengetahui jumlah Kwh/bulan dengan cara: kwh/bulan 1 = kw x 1 bulan x 24 jam x faktor kapasitas = 0,72 x 30 x 24 x 0,85 = 440,64 kwh/bulan kwh/bulan 2 = kw x 1 bulan x 24 jam x faktor kapasitas = 0,36 x 30 x 24 x 0,85 10

11 = 220,32 kwh/bulan Bila tarif untuk biaya beban tarif tegangan 900 VA = Rp dan 450 VA = Rp ,00 Blok I 30 kwh, yaitu pemakaian 0-30 KWh Blok II 60 kwh, pemakaian KWh Blok III > 60 kwh, pemakaian di atas 60 KWh Tabel 4.10 Harga Jual Listrik Daerah RT Ind Bisnis Sosial Pem. Publik Total Kaltim 579,26 691,61 901,21 603,73 922,29 636,64 682,12 Jawa 587,60 629,10 862,48 579,75 800,44 660,70 650,39 Luar Jawa 584,83 643,02 837,98 585,30 913,83 611,77 664,88 Indonesia 588,01 622,04 850,56 580,89 847,15 665,11 653,00 Dengan Tarif Dasar Listrik pada sektor rumah tangga sebesar Rp.579,26 Maka: Daya beli 1 = (440,64 x Rp 579,26/kWh) = Rp ,- Daya beli 2 = (220,32 x Rp 579,26/kWh) = Rp ,- Perbandingan antara daya beli Listrik dengan pendapan perkapita yang digunakan untuk keperluan listrik = Rp. 492,54/kWh = Rp. 977,98/kWh 4.8. Analisa Perhitungan Harga Pokok Penyediaan Setelah Operasional PLTU BPP Tenaga Listrik Sebelum Operasional PLTU Embalut 2x25 MW dan masih mendapatkan subsidi Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1985 adalah sebesar Rp. 685,59. BPP Tenaga Listrik Setelah Operasional PLTU Embalut 2x25 MW tanpa subsidi dari pemerintah Berdasarkan UU No. 30 Th Untuk menentukan harga jual yang baru adalah sebesar Rp Analisa Perhitungan Harga Jual per Kelompok Konsumen Setelah PLTU Embalut Beroperasi Berdasarkan UU No. 30 Th Untuk menentukan harga jual yang baru maka di tentukan dengan BPP baru daerah Kalimantan Timur yang dianggap terisolasi dan tanpa subsidi dari pemerintah, yaitu BPP sebesar 80% dari Rp yaitu Rp.1.829,27. Penentuan harga jual daerah Kalimantan Timur dapat di tentukan dengan rumus : Persektor HJ persektor = BPPbaru Total Dari rumus di atas maka pengaruh harga jual listrik per kelompok konsumen saat beroperasinya PLTP Embalut 150 MW dengan BPP baru di Propinsi Kalimantan Timur dapat Di lihat pada Tabel Tabel 4.11 Harga Jual Listrik Baru di Kalimantan Timur setelah PLTU Embalut Beroperasi Tanpa Subsidi (Rp./kWh) Sektor UU No. 5 Th Statistik ,26 BPP Th Kemampuan Daya Beli Masyarakat UU No. 30 Th Harga Jual Tanpa Subsidi BPP Harga Jual Rumah Rp ,42 Tangga Industri 691,61 1. Rp. 492,54/ Rp ,71 Bisnis 901,21 kwh Rp. Rp ,58 2. Rp. Rp.1829,27 Sosial 603,73 685,59 Rp ,85 977,98/kWh Pemerintah 922,29 Rp ,82 P Jalan 636,44 Rp ,12 Total 682,12 Rp ,01 Sesuai dari Tabel 4.11 harga jual listrik persektor Propinsi Kalimantan Timur yang tanpa subsidi sesuai Undang-Undang No.30 tahun 2009, masih lebih tinggi dari daya beli masyarakat Kalimantan Timur. Hal ini harus segera mendapatkan penanganan. Salah satunya adalah membangun lebih banyak pembangkit berkapasitas besar dengan biaya pembangkitan rendah. Sayangnya, potensi energi baru dan terbarukan di Propinsi Kalimantan Timur masih sangat rendah. Tidak banyak pemanfaatan potensi tenaga air untuk pembangkitan tenaga listrik. Selain itu hingga saat ini belum ada potensi panas bumi yang terbukti di wilayah Kalimantan Timur. Ini jelas terlihat dari tidak adanya gunung berapi aktif dan daerah Kalimantan Timur memang tidak berada di jalur sirkum Pasifik maupun Mediterania. Untuk saat ini pembangkit yang paling sesuai dengan potensi daerah Kalimantan Timur adalah PLTU batubara. Dengan merealisasikan program pemerintah Tahap II sebesar MW dengan kapasitas total MW berdasarkan kajian pemerintah mengenai Skenario Energi Mix Nasional dalam jangka waktu tertentu ( ), yang tertuang dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN) maka diharapkan agar kebutuhan konsumsi listrik di Kalimantan Timur dapat segera terpenuhi dalam tahun-tahun mendatang. Dengan PLTU yang biaya operasinya rendah maka akan menurunkan BPP Pembangkitan Kalimantan Timur, sehingga harga jual listrik tercapai oleh daya beli masyarakat. 11

12 Solusi dalam jangka waktu pendek adalah konversi bahan bakar PLTD existing. Konversi bahan bakar ini dilakukan dengan mengubah bahan bakar dari High Speed Diesel oil (HSD) yang mencapai kisaran harga Rp ,-/ liter menjadi Marine Fuel Oil (MFO) minyak bakar yang harganya di kisaran Rp.3.890,-/ liter. BAB V KESIMPULAN 1. Latar belakang pembangunan PLTU Embalut 2x25 MW adalah sebagai antisipasi terhadap krisis energi listrik di Propinsi Kalimantan Timur khususnya pada sistem pembangkitan Mahakam. Pada tahun 2008 tercatat beban puncak 317,22 MW sedangkan daya mampu sebesar 203,43 MW. Sehingga defisit saat itu sebesar 113,79 MW. Krisis ini terjadi akibat keadaan sistem Mahakam yang sebagian besar bertumpu pada PLTD yang berumur tua dan mengalami de-rating. Persentase PLTD pada sistem Mahakam adalah 70 %. 2. Potensi hasil alam Kalimantan Timur khususnya batubara belum sepenuhnya dapat dimanfaatkan secara maksimal. Hal ini terkait kebijaksanaan pemerintah untuk mengekspor batubara kualitas tinggi ke luar negeri. Batubara dengan kualitas tinggi yaitu antrasit yang bernilai kalor mulai dari 5300kcal/kg ke atas. Sedangkan batubara untuk kebutuhan dalam negeri menggunakan kualitas rendah. Batubara kualitas rendah tersebut adalah jenis brown coal (lignit) yang bernilai kalor 4400 kcal/kg ke bawah. Dari angka produksi, besarnya nilai ekspor mencapai besaran lebih kurang 80 %; hampir semua batubara kualitas tinggi. Untuk pembangkit tenaga listrik, batubara kualitas rendah akan membawa pengaruh kepada rendahnya efisiensi PLTU batubara. 3. Pada tahun 2008, pertumbuhan energi listrik Kalimantan Timur sebesar 7,71% per tahun dan Ratio Elektrifikasi 57,84 % dan beban puncak di Propinsi Kalimantan Timur pada tahun 2005 dan sebelumnya rata-rata mengalami defisit energi. Berdasarkan peramalan untuk tahun-tahun mendatang, Propinsi Kalimantan Timur juga mengalami defisit energi dimana beban puncak pada tahun 2020 diperkirakan mencapai angka 660,16 MW. 4. Dalam perhitungan harga jual listrik baru tanpa subsidi setelah operasional PLTU Embalut 2x25 MW berjalan, didapatkan nilai yang baru. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sesuai UU No.30 Tahun 2009 tentang ketenagalistrikan, harga jual listrik tanpa subsidi adalah: untuk Rumah tangga sebesar Rp ,42, Industri sebesar Rp ,71, Bisnis sebesar Rp ,58, Sosial sebesar Rp ,85, Pemerintah sebesar Rp ,82, Penerangan Jalan sebesar Rp ,12, dan Total sebesar Rp ,01. DAFTAR PUSTAKA 1. Djiteng Marsudi Ir, 2005, Pembangkitan Energi Listrik, Erlangga, Jakarta. 2. Djoko Santoso Ir, 2006, Pembangkitan Tenaga Listrik, Diktat Kuliah, Teknik Elektro ITS, Surabaya 3. Syariffuddin, Mahmudsyah, 2010, Hand Out Kuliah Pembangkit dan Manajemen Energi Listrik, Surabaya. 4. Statistik PLN 2007, Jakarta. 5. Statistik PLN 2008, Jakarta. 6. Biro Pusat Statistik, Kalimantan Timur Dalam Angka 2009, Samarinda, Biro Pusat Statistik, Kutai Kartanegara Dalam Angka 2009, Tenggarong, Perencanaan Sektor Industri Pengolahan Sumber Daya Lokal, BAPPEDA Propinsi Kalimantan Timur, 2008, Samarinda. 9. PT. PLN (Persero) Wilayah Kalimantan Timur, Data Jumlah Pelanggan dan Energi Terjual, Desember PT. Cahaya Fajar Kaltim, Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan PLTU Kalimantan Timur, Tanjung Batu , 12., 13., Yesaya Timotius Sinambela dilahirkan di Samarinda pada tanggal 26 Maret Pada tahun 2004 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Surabaya, kemudian melanjutkan studi di D3 Elektro Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Setelah lulus studi D3 dari ITS pada tahun 2007, penulis melanjutkan kuliah di kampus yang sama pada program Lintas Jalur S1 di Jurusan Teknik Elektro bidang studi Teknik Sistem Tenaga. Alamat penulis adalah yesayasin@yahoo.co.id / yesayasin@elect-eng.its.ac.id 12

Bagian dan Cara Kerja PLTU

Bagian dan Cara Kerja PLTU Rabu, 26 Januari 2011 Bagian dan cara kerja PLTU Bagian dan Cara Kerja PLTU 1. Boiler/Ketel Uap PLTU Paiton, Jawa Timur Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) terdiri dari beberapa system utama, yaitu :

Lebih terperinci

Permasalahan. - Kapasitas terpasang 7,10 MW - Daya mampu 4,92 MW - Beban puncak 31,75 MW - Defisit daya listrik 26,83 MW - BPP sebesar Rp. 1.

Permasalahan. - Kapasitas terpasang 7,10 MW - Daya mampu 4,92 MW - Beban puncak 31,75 MW - Defisit daya listrik 26,83 MW - BPP sebesar Rp. 1. STUDI PEMBANGUNAN PLTU MAMUJU 2X7 MW DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS, EKONOMI DAN LINGKUNGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL SULAWESI BARAT Yanuar Teguh Pribadi NRP: 2208100654 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM 10.000 MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA OLEH : MUHAMMAD KHAIRIL ANWAR 2206100189 Dosen Pembimbing I Dosen

Lebih terperinci

listrik di beberapa lokasi/wilayah.

listrik di beberapa lokasi/wilayah. PEMBANGUNAN PEMBANGKIT PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 3 x 7 MW SEBAGAI PROGRAM 10.000 MW TAHAP KEDUA PT. PLN DI KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT Agus Nur Setiawan 2206 100 001 Pembimbing : Ir. Syariffuddin

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 14 MW PROGRAM PT.PLN UNTUK MENGATASI KRISIS

PEMBANGUNAN PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 14 MW PROGRAM PT.PLN UNTUK MENGATASI KRISIS PEMBANGUNAN PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 14 MW DI MELAK KALIMANTAN TIMUR SEBAGAI PROGRAM PT.PLN UNTUK MENGATASI KRISIS KELISTRIKAN DI INDONESIA TIMUR Oleh : Bayu Hermawan (2206 100 717) Dosen Pembimbing :

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU Sistem pembangkit listrik tenaga uap (Steam Power Plant) memakai siklus Rankine. PLTU Suralaya menggunakan siklus tertutup (closed cycle) dengan dasar siklus rankine dengan

Lebih terperinci

Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah

Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah oleh: Alvin Andituahta Singarimbun 2206 100 040 DosenPembimbing 1: Ir. Syarifuddin M, M.Eng

Lebih terperinci

Oleh : Pressa Perdana S.S Dosen Pembimbing Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng - Ir. Teguh Yuwonoi -

Oleh : Pressa Perdana S.S Dosen Pembimbing Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng - Ir. Teguh Yuwonoi - STUDI PEMANFAATAN BIOMASSA AMPAS TEBU (DAN PERBANDINGAN DENGAN BATU BARA) SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP 1X3 MW DI ASEMBAGUS, KABUPATEN SITUBONDO (STUDI KASUS PABRIK GULA ASEMBAGUS)

Lebih terperinci

Studi Pembangunan PLTU Sumbawa Barat 2x7 MW Untuk Memenuhi Kebutuhan Energi Listrik Di Pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat

Studi Pembangunan PLTU Sumbawa Barat 2x7 MW Untuk Memenuhi Kebutuhan Energi Listrik Di Pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat Studi Pembangunan PLTU Sumbawa Barat 2x7 MW Untuk Memenuhi Kebutuhan Energi Listrik Di Pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat Oleh : Deni Kristanto (2209 105 099) Dosen Pembimbing : Ir. Syariffudin Mahmudsyah,

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN PEMBANGUNAN PLTU BATUBARA ASAM ASAM UNIT DALAM RANGKA INTERKONEKSI KALIMANTAN - JAWA

STUDI PERENCANAAN PEMBANGUNAN PLTU BATUBARA ASAM ASAM UNIT DALAM RANGKA INTERKONEKSI KALIMANTAN - JAWA STUDI PERENCANAAN PEMBANGUNAN PLTU BATUBARA ASAM ASAM 650 10 UNIT DALAM RANGKA INTERKONEKSI KALIMANTAN - JAWA Gilang Velano Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PLTGU UBP TANJUNG PRIOK

BAB III SISTEM PLTGU UBP TANJUNG PRIOK BAB III SISTEM PLTGU UBP TANJUNG PRIOK 3.1 Konfigurasi PLTGU UBP Tanjung Priok Secara sederhana BLOK PLTGU UBP Tanjung Priok dapat digambarkan sebagai berikut: deaerator LP Header Low pressure HP header

Lebih terperinci

Studi Pembangunan PLTGU Senoro (2 x 120 MW) Dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional di Sulawesi Tengah

Studi Pembangunan PLTGU Senoro (2 x 120 MW) Dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional di Sulawesi Tengah Studi Pembangunan PLTGU Senoro (2 x 120 MW) Dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional di Sulawesi Tengah Tedy Rikusnandar NRP 2208 100 643 Dosen Pembimbing Ir. Syariffuddin Mahmudsyah, M. Eng Ir.

Lebih terperinci

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG 1. SIKLUS PLTGU 1.1. Siklus PLTG Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG Proses yang terjadi pada PLTG adalah sebagai berikut : Pertama, turbin gas berfungsi

Lebih terperinci

Efisiensi PLTU batubara

Efisiensi PLTU batubara Efisiensi PLTU batubara Ariesma Julianto 105100200111051 Vagga Satria Rizky 105100207111003 Sumber energi di Indonesia ditandai dengan keterbatasan cadangan minyak bumi, cadangan gas alam yang mencukupi

Lebih terperinci

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS Pratama Akbar 4206 100 001 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS PT. Indonesia Power sebagai salah satu pembangkit listrik di Indonesia Rencana untuk membangun PLTD Tenaga Power Plant: MAN 3 x 18.900

Lebih terperinci

Steam Power Plant. Siklus Uap Proses Pada PLTU Komponen PLTU Kelebihan dan Kekurangan PLTU

Steam Power Plant. Siklus Uap Proses Pada PLTU Komponen PLTU Kelebihan dan Kekurangan PLTU Steam Power Plant Siklus Uap Proses Pada PLTU Komponen PLTU Kelebihan dan Kekurangan PLTU Siklus dasar yang digunakan pada Steam Power Plant adalah siklus Rankine, dengan komponen utama boiler, turbin

Lebih terperinci

Studi Pembangunan PLTU Hululais 2x55MW Sebagai Pemenuhan Kebutuhan Beban Dasar Di Bengkulu Ditinjau Dari Aspek Teknis, Ekonomi, Dan Lingkungan

Studi Pembangunan PLTU Hululais 2x55MW Sebagai Pemenuhan Kebutuhan Beban Dasar Di Bengkulu Ditinjau Dari Aspek Teknis, Ekonomi, Dan Lingkungan Studi Pembangunan PLTU Hululais 2x55MW Sebagai Pemenuhan Kebutuhan Beban Dasar Di Bengkulu Ditinjau Dari Aspek Teknis, Ekonomi, Dan Lingkungan Rachmat Hadi S., Syariffuddin Mahmudsyah, Teguh Yuwono Jurusan

Lebih terperinci

KONVERSI ENERGI DI PT KERTAS LECES

KONVERSI ENERGI DI PT KERTAS LECES KONVERSI ENERGI DI PT KERTAS LECES 1. Umum Subagyo Rencana dan Evaluasi Produksi, PT. Kertas Leces Leces-Probolinggo, Jawa Timur e-mail: ptkl@idola.net.id Abstrak Biaya energi di PT. Kertas Leces (PTKL)

Lebih terperinci

Studi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa. OLEH : Gilang Velano

Studi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa. OLEH : Gilang Velano Studi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa OLEH : Gilang Velano 2204 100 050 Dosen Pembimbing 1 Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng Dosen

Lebih terperinci

STUDI PEMBANGUNAN PLTP GUCI 1 X 55 MW JAWA TENGAH BERDASARKAN ASPEK TEKNIS, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN.

STUDI PEMBANGUNAN PLTP GUCI 1 X 55 MW JAWA TENGAH BERDASARKAN ASPEK TEKNIS, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN. STUDI PEMBANGUNAN PLTP GUCI 1 X 55 MW JAWA TENGAH BERDASARKAN ASPEK TEKNIS, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN. Satrio Hanindhito, Syariffudin Mahmudsyah, Teguh Yuwono Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI

1. PENDAHULUAN PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI INTISARI Oleh: Ir. Agus Sugiyono *) PLN sebagai penyedia tenaga listrik yang terbesar mempunyai kapasitas terpasang sebesar

Lebih terperinci

Apa itu PLTU? Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) adalah pembangkit yang mengandalkan energi kinetik dari uap untuk menghasilkan energi listrik.

Apa itu PLTU? Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) adalah pembangkit yang mengandalkan energi kinetik dari uap untuk menghasilkan energi listrik. Apa itu PLTU? Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) adalah pembangkit yang mengandalkan energi kinetik dari uap untuk menghasilkan energi listrik. Bentuk utama dari pembangkit listrik jenis ini adalah Generator

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN PLTP 2X2,5 MW UNTUK KETENAGALISTRIKAN DI LEMBATA NUSA TENGGARA TIMUR

STUDI PERENCANAAN PLTP 2X2,5 MW UNTUK KETENAGALISTRIKAN DI LEMBATA NUSA TENGGARA TIMUR STUDI PERENCANAAN PLTP 2X2,5 MW UNTUK KETENAGALISTRIKAN DI LEMBATA NUSA TENGGARA TIMUR Cherian Adi Purnanta 2205 100 147 Dosen pembimbing : Ir. Syariffuddin M, M.Eng Ir. Teguh Yuwono PENDAHULUAN Salah

Lebih terperinci

STUDI PEMBANGUNAN PLTU KAMBANG 2x100 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SUMATERA BARAT

STUDI PEMBANGUNAN PLTU KAMBANG 2x100 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SUMATERA BARAT STUDI PEMBANGUNAN PLTU KAMBANG 2x100 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SUMATERA BARAT Disusun Oleh : Hamid Paminto Nugroho 2207 100 571 Dosen Pembimbing : 1. Ir. Syariffuddin Mahmudsyah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Metodologi penelitian ini menjelaskan tentang tahap-tahap yang dilakukan dalam suatu penelitian. Metode harus ditetapkan sebelum penelitian dilakukan, sehingga

Lebih terperinci

BAB II ISI. 2.1 Komponen Penting PLTU Penanganan Batubara

BAB II ISI. 2.1 Komponen Penting PLTU Penanganan Batubara BAB I PENDAHULUAN Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), merupakan salah satu andalan pembangkit tenaga listrik yang menjadi jantung untuk kegiatan industry. Salah satu bahan bakar PLTU adalah batubara.

Lebih terperinci

MODUL 5A PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU)

MODUL 5A PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) MODUL 5A PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) Definisi dan Pengantar Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah pembangkit listrik yang memanfaatkan energi panas dari uap (steam) untuk memutar turbin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Listrik merupakan salah satu energi yang sangat dibutuhkan oleh manusia pada era modern ini. Tak terkecuali di Indonesia, negara ini sedang gencargencarnya melakukan

Lebih terperinci

STUDI PEMBANGUNAN PLTU TANAH GROGOT 2X7 MW DI KABUPATEN PASER KALIMANTAN TIMUR DAN PENGARUH TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL KALIMANTAN TIMUR

STUDI PEMBANGUNAN PLTU TANAH GROGOT 2X7 MW DI KABUPATEN PASER KALIMANTAN TIMUR DAN PENGARUH TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL KALIMANTAN TIMUR Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro - FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih - Sukolilo, Surabaya - 60111 STUDI PEMBANGUNAN PLTU TANAH GROGOT 2X7 MW DI KABUPATEN PASER KALIMANTAN

Lebih terperinci

BAB 3 STUDI KASUS 3.1 DEFINISI BOILER

BAB 3 STUDI KASUS 3.1 DEFINISI BOILER BAB 3 STUDI KASUS 3.1 DEFINISI BOILER Boiler atau ketel uap adalah suatu perangkat mesin yang berfungsi untuk merubah fasa air menjadi uap. Proses perubahan air menjadi uap terjadi dengan memanaskan air

Lebih terperinci

ANALISA HEAT RATE DENGAN VARIASI BEBAN PADA PLTU PAITON BARU (UNIT 9)

ANALISA HEAT RATE DENGAN VARIASI BEBAN PADA PLTU PAITON BARU (UNIT 9) EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 10 No. 1 Januari 2014; 23-28 ANALISA HEAT RATE DENGAN VARIASI BEBAN PADA PLTU PAITON BARU (UNIT 9) Agus Hendroyono Sahid, Dwiana Hendrawati Program Studi Teknik Konversi

Lebih terperinci

STEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai

STEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai STEAM TURBINE POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai PENDAHULUAN Asal kata turbin: turbinis (bahasa Latin) : vortex, whirling Claude Burdin, 1828, dalam kompetisi teknik tentang sumber daya air

Lebih terperinci

y = a 0 + a 1 x 1 + a 2 x 2 + E ETS t = ERT t + EK t + EP t + EIS t

y = a 0 + a 1 x 1 + a 2 x 2 + E ETS t = ERT t + EK t + EP t + EIS t STUDI PEMBANGUNAN PLTU MAMUJU 2X7 MW DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS, EKONOMI DAN LINGKUNGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL SULAWESI BARAT Yanuar Teguh Pribadi Bidang Studi Teknik Sistem

Lebih terperinci

MODUL V-C PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP (PLTGU)

MODUL V-C PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP (PLTGU) MODUL V-C PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP (PLTGU) DEFINISI PLTGU PLTGU merupakan pembangkit listrik yang memanfaatkan tenaga gas dan uap. Jadi disini sudah jelas ada dua mode pembangkitan. yaitu pembangkitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan karena efisiensinya tinggi sehingga menghasilkan energi listrik yang ekonomis. PLTU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik seluruh Indonesia (Statistik Ketenagalistrikan 2014, 2015)

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik seluruh Indonesia (Statistik Ketenagalistrikan 2014, 2015) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pemerintah, pada tahun 2014, mengumumkan program pengadaan 35 ribu Mega Watt untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat Indonesia kedepannya. Dalam jangka waktu lima

Lebih terperinci

penerangan dan juga proses produksi yang melibatkan barang-barang elektronik dan alatalat/mesin

penerangan dan juga proses produksi yang melibatkan barang-barang elektronik dan alatalat/mesin Studi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Atadei 40 MW di Lembata Nusa Tenggara Timur dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional Mulianti Bidang Studi Teknik Tenaga Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus PLTU Sistem pembangkit listrik tenaga uap (Steam Power Plant) memakai siklus Rankine. PLTU Suralaya menggunakan siklus tertutup (closed cycle) dengan dasar siklus rankine

Lebih terperinci

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA STUDI PEMANFAATAN BIOMASSA LIMBAH KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP DI KALIMANTAN SELATAN (STUDI KASUS KAB TANAH LAUT) OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA 2206 100 036 Dosen Dosen

Lebih terperinci

PLTU (PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP)

PLTU (PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP) PLTU (PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP) I. PENDAHULUAN Pusat pembangkit listrik tenaga uap pada saat ini masih menjadi pilihan dalam konversi tenaga dengan skala besar dari bahan bakar konvensional menjadi

Lebih terperinci

Tabel 3.1 Jumlah Pelanggan, dan Listrik Terjual di Propinsi Jawa Tengah Tahun

Tabel 3.1 Jumlah Pelanggan, dan Listrik Terjual di Propinsi Jawa Tengah Tahun STUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PLTP BATURADEN 220 MW DI GUNUNG SLAMET TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL JAWA TENGAH (STUDY DEVELOPMENT OF GEOTHERMAL POWER PLANT BATURADEN 2 110 MW IN SLAMET MOUNTAIN BASED ON

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK PANAS BUMI (PLTP) DI JAILOLO UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI MALUKU UTARA

STUDI PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK PANAS BUMI (PLTP) DI JAILOLO UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI MALUKU UTARA STUDI PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK PANAS BUMI (PLTP) DI JAILOLO UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI MALUKU UTARA Raditya Galih Tama 2204 100 048 Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing : Ir. Teguh Yuwono Ir. Syariffuddin M, M.Eng. Oleh : ADITASA PRATAMA NRP :

Dosen Pembimbing : Ir. Teguh Yuwono Ir. Syariffuddin M, M.Eng. Oleh : ADITASA PRATAMA NRP : STUDI PENENTUAN KAPASITAS MOTOR LISTRIK UNTUK PENDINGIN DAN PENGGERAK POMPA AIR HIGH PRESSURE PENGISI BOILER UNTUK MELAYANI KEBUTUHAN AIR PADA PLTGU BLOK III (PLTG 3x112 MW & PLTU 189 MW) UNIT PEMBANGKITAN

Lebih terperinci

Satria Duta Ninggar

Satria Duta Ninggar Satria Duta Ninggar 2204 100 016 Pembimbing : Ir. Syariffuddin Mahmudsyah, M.Eng NIP. 130 520 749 Ir. Teguh Yuwono NIP. 130 604 244 Pertumbuhan pelanggan di Jawa Tengah yang pesat mengakibatkan kebutuhan

Lebih terperinci

STUDI PEMBANGUNAN PLTP GUCI 1 X55MW JAWA TENGAH BERDASARKAN ASPEK TEKNIS, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN

STUDI PEMBANGUNAN PLTP GUCI 1 X55MW JAWA TENGAH BERDASARKAN ASPEK TEKNIS, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN TUGAS AKHIR STUDI PEMBANGUNAN PLTP GUCI 1 X55MW JAWA TENGAH BERDASARKAN ASPEK TEKNIS, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN Satrio Hanindhito 2207 100 549 Dosen Pembimbing 1. Ir. Syariffuddin Mahmudsyah M.Eng 2.Ir.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KANDUNGAN KARBON TETAP PADA BATUBARA TERHADAP EFISIENSI KETEL UAP PLTU TANJUNG JATI B UNIT 2

ANALISIS PENGARUH KANDUNGAN KARBON TETAP PADA BATUBARA TERHADAP EFISIENSI KETEL UAP PLTU TANJUNG JATI B UNIT 2 EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 1 No. 1 Januari 016; 1-6 ANALISIS PENGARUH KANDUNGAN KARBON TETAP PADA BATUBARA TERHADAP EFISIENSI KETEL UAP PLTU TANJUNG JATI B UNIT Sudjito, Program Studi Teknik Konversi

Lebih terperinci

STUDI PEMBANGUNAN PLTA KOLAKA 2 X 1000 KW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA

STUDI PEMBANGUNAN PLTA KOLAKA 2 X 1000 KW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA STUDI PEMBANGUNAN PLTA KOLAKA 2 X 1000 KW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA Madestya Yusuf 2204 100 023 Pembimbing : Ir. Syariffuddin Mahmudsyah, M.Eng NIP. 194612111974121001

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Energi Alamraya Semesta adalah PLTU yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar. Batubara yang digunakan adalah batubara jenis bituminus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PLTU adalah suatu pembangkit listrik dimana energi listrik dihasilkan oleh generator yang diputar oleh turbin uap yang memanfaatkan tekanan uap hasil dari penguapan

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure

Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-137 Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure Ryan Hidayat dan Bambang

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilaksanakan di PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan, yang ada di Desa Tarahan, Kecamatan Ketibung, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

STUDI PADA PENGARUH FWH7 TERHADAP EFISIENSI DAN BIAYA KONSUMSI BAHAN BAKAR PLTU DENGAN PEMODELAN GATECYCLE

STUDI PADA PENGARUH FWH7 TERHADAP EFISIENSI DAN BIAYA KONSUMSI BAHAN BAKAR PLTU DENGAN PEMODELAN GATECYCLE SEMINAR TUGAS AKHIR STUDI PADA PENGARUH FWH7 TERHADAP EFISIENSI DAN BIAYA KONSUMSI BAHAN BAKAR PLTU DENGAN PEMODELAN GATECYCLE Disusun oleh : Sori Tua Nrp : 21.11.106.006 Dosen pembimbing : Ary Bacthiar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dengan kapasitas terpasang 2 x 315 MW, tiap unit PLTU 1 Jawa Tengah Rembang memiliki satu buah boiler dengan 5 mill pulveriser yang mensuplai bahan bakar ke burner (ruang bakar).

Lebih terperinci

Tenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara.

Tenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi listrik terus-menerus meningkat yang disebabkan karena pertumbuhan penduduk dan industri di Indonesia berkembang dengan pesat, sehingga mewajibkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Prinsip Kerja PLTU Batubara PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan, karena efisiensinya tinggi sehingga menghasilkan energi listrik yang ekonomis.

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU SURALAYA BARU 1X625 MW UNTUK MENUNJANG BEBAN SISTEM KETENAGA LISTRIKAN JAKARTA-BANTEN DALAM SISTEM INTERKONEKSI JAMALI

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU SURALAYA BARU 1X625 MW UNTUK MENUNJANG BEBAN SISTEM KETENAGA LISTRIKAN JAKARTA-BANTEN DALAM SISTEM INTERKONEKSI JAMALI ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU SURALAYA BARU 1X625 MW UNTUK MENUNJANG BEBAN SISTEM KETENAGA LISTRIKAN JAKARTA-BANTEN DALAM SISTEM INTERKONEKSI JAMALI Fadli Yusral Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Rasio Reheat Pressure dengan Main Steam Pressure terhadap Performa Pembangkit dengan Simulasi Cycle-Tempo

Analisis Pengaruh Rasio Reheat Pressure dengan Main Steam Pressure terhadap Performa Pembangkit dengan Simulasi Cycle-Tempo B117 Analisis Pengaruh Rasio Reheat Pressure dengan Main Steam Pressure terhadap Performa Pembangkit dengan Simulasi Cycle-Tempo Raditya Satrio Wibowo dan Prabowo Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN DAYA TURBIN YANG DIHASILKAN DAN EFISIENSI TURBIN UAP PADA UNIT 1 DAN UNIT 2 DI PT. INDONESIA POWER UBOH UJP BANTEN 3 LONTAR

ANALISIS PERHITUNGAN DAYA TURBIN YANG DIHASILKAN DAN EFISIENSI TURBIN UAP PADA UNIT 1 DAN UNIT 2 DI PT. INDONESIA POWER UBOH UJP BANTEN 3 LONTAR ANALISIS PERHITUNGAN DAYA TURBIN YANG DIHASILKAN DAN EFISIENSI TURBIN UAP PADA UNIT 1 DAN UNIT 2 DI PT. INDONESIA POWER UBOH UJP BANTEN 3 LONTAR Jamaludin, Iwan Kurniawan Program Studi Teknik mesin, Fakultas

Lebih terperinci

PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER

PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER 1 of 10 12/22/2013 8:36 AM PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER Efisiensi adalah suatu tingkatan kemampuan kerja dari suatu alat. Sedangkan efisiensi pada boiler adalah prestasi kerja

Lebih terperinci

KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT

KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI, 2009 POTENSI ENERGI PANAS BUMI Indonesia dilewati 20% panjang dari sabuk api "ring of fire 50.000 MW potensi panas bumi dunia, 27.000 MW

Lebih terperinci

Fira Nafiri ( )

Fira Nafiri ( ) STUDI PEMBANGUNAN PLTP BATURADEN 2 110 MW DI GUNUNG SLAMET TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL JAWA TENGAH Fira Nafiri (2207100632) Dosen Pembimbing : Ir. Syariffudin Mahmudsyah, M. Eng Ir. Teguh Yuwono Teknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menunjang pembangunan nasional. Penyediaan energi listrik secara komersial yang telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

SEMINAR ELEKTRIFIKASI MASA DEPAN DI INDONESIA. Dr. Setiyono Depok, 26 Januari 2015

SEMINAR ELEKTRIFIKASI MASA DEPAN DI INDONESIA. Dr. Setiyono Depok, 26 Januari 2015 SEMINAR ELEKTRIFIKASI MASA DEPAN DI INDONESIA Dr. Setiyono Depok, 26 Januari 2015 KETAHANAN ENERGI DAN PENGEMBANGAN PEMBANGKITAN Ketahanan Energi Usaha mengamankan energi masa depan suatu bangsa dengan

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PLTP RAWA DANO 110 MW TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL BANTEN

STUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PLTP RAWA DANO 110 MW TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL BANTEN STUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PLTP RAWA DANO 110 MW TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL BANTEN Muh.Habibi Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA TEKNOLOGI KONVERSI ENERGI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI

PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA TEKNOLOGI KONVERSI ENERGI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA TEKNOLOGI KONVERSI ENERGI Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI Kode Unit : JPI.KE01.001.01 STANDAR KOMPETENSI Judul Unit: Menerapkan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA ANALISA SISTEM KONTROL LEVEL DAN INSTRUMENTASI PADA HIGH PRESSURE HEATER PADA UNIT 1 4 DI PLTU UBP SURALAYA. Disusun Oleh : ANDREAS HAMONANGAN S (10411790) JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA

Lebih terperinci

OLEH Ir. PARLINDUNGAN MARPAUNG HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI (HAKE)

OLEH Ir. PARLINDUNGAN MARPAUNG HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI (HAKE) OLEH Ir. PARLINDUNGAN MARPAUNG HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI (HAKE) 1 1. BOILER 2. PRINSIP KONSERVASI PADA BOILER 3 KASUS Boiler telah dikenal sejak jaman revolusi industri. Boiler merupakan peralatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Boiler Longchuan Boiler Longchuan adalah boiler jenis thermal yang dihasilkan dari air, dengan sirkulasi untuk menyalurkan panasnya ke mesin-mesin produksi. Boiler Longchuan mempunyai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan di PT Energi Alamraya Semesta, Desa Kuta Makmue, kecamatan Kuala, kab Nagan Raya- NAD. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMANSI BOILER DENGAN TYPE DG693/ PADA PLTU PANGKALAN SUSU LAPORAN TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI TEKNIK KONVERSI ENERGI MEKANIK

ANALISA PERFORMANSI BOILER DENGAN TYPE DG693/ PADA PLTU PANGKALAN SUSU LAPORAN TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI TEKNIK KONVERSI ENERGI MEKANIK ANALISA PERFORMANSI BOILER DENGAN TYPE DG693/13.43-22 PADA PLTU PANGKALAN SUSU LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III PROGRAM

Lebih terperinci

Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya ANALISIS KEBUTUHAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PENYUSUNAN TARIF LISTRIK REGIONAL DI DAERAH PROVINSI BALI GUNA MEMENUHI PASOKAN ENERGI LISTRIK 10 TAHUN MENDATANG I Putu Surya Atmaja 2205 100 107 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

ANALISA HEAT RATE PADA TURBIN UAP BERDASARKAN PERFORMANCE TEST PLTU TANJUNG JATI B UNIT 3

ANALISA HEAT RATE PADA TURBIN UAP BERDASARKAN PERFORMANCE TEST PLTU TANJUNG JATI B UNIT 3 EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 10 No. 3 September 2014; 72-77 ANALISA HEAT RATE PADA TURBIN UAP BERDASARKAN PERFORMANCE TEST PLTU TANJUNG JATI B UNIT 3 Bachrudin Azis Mustofa, Sunarwo, Supriyo (1) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia, kebutuhan manusia yang harus dipenuhi secara global juga meningkat termasuk kebutuhan akan energi. Kemajuan dibidang

Lebih terperinci

ANALISIS KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP ( PLTU ) UNIT 3 DAN 4 GRESIK

ANALISIS KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP ( PLTU ) UNIT 3 DAN 4 GRESIK Wahana Teknik Vol 02, Nomor 02, Desember 2013 Jurnal Keilmuan dan Terapan teknik Hal 70-80 ANALISIS KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP ( PLTU ) UNIT 3 DAN 4 GRESIK Wardjito, Sugiyanto

Lebih terperinci

Oleh : Tinton Harjono. Dosen Pembimbing Ir. Syariffuddin Mahmudsyah, M. Eng Ir. Teguh Yuwono

Oleh : Tinton Harjono. Dosen Pembimbing Ir. Syariffuddin Mahmudsyah, M. Eng Ir. Teguh Yuwono STUDI PEMBANGUNAN PLTU BATUBARA KARIANGAU 2X100 MW PADA SISTEM MAHAKAM, BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF DASAR LISTRIK REGIONAL Oleh : Tinton Harjono Dosen Pembimbing Ir. Syariffuddin

Lebih terperinci

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG JASA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA LISTRIK

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG JASA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA LISTRIK GLOSSARY GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG JASA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA LISTRIK Ash Handling Adalah penanganan bahan sisa pembakaran dan terutama abu dasar yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS Gambar 4.1 Lokasi PT. Indonesia Power PLTP Kamojang Sumber: Google Map Pada gambar 4.1 merupakan lokasi PT Indonesia Power Unit Pembangkitan dan Jasa Pembangkitan Kamojang terletak

Lebih terperinci

Dengan dibangunnya PLTU Batubara Minahasa 2 x 55

Dengan dibangunnya PLTU Batubara Minahasa 2 x 55 STUDI PEMBANGUNAN PLTU BATUBARA MINAHASA 2 X 55 MW DI KEMA, MINAHASA UTARA, SULAWESI UTARA KAITANNYA DENGAN TARIF DASAR LISTRIK REGIONAL MENURUT UU NO 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN Aseptian Muharom

Lebih terperinci

BAB IV DESAIN DASAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH DI KOTA BANDUNG

BAB IV DESAIN DASAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH DI KOTA BANDUNG BAB IV DESAIN DASAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH DI KOTA BANDUNG Konstruksi umum PLTSa pada dasarnya adalah merupakan PLTU dengan kekhususan pada pemrosesan bahan bakar sebelum masuk tungku pembakaran

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN SERTA PENYUSUNAN RENCANA ENERGI DAN KELISTRIKAN DAERAH DENGAN MEMANFAATKAN POTENSI ENERGI DAERAH DI KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR

STUDI PENGEMBANGAN SERTA PENYUSUNAN RENCANA ENERGI DAN KELISTRIKAN DAERAH DENGAN MEMANFAATKAN POTENSI ENERGI DAERAH DI KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR STUDI PENGEMBANGAN SERTA PENYUSUNAN RENCANA ENERGI DAN KELISTRIKAN DAERAH DENGAN MEMANFAATKAN POTENSI ENERGI DAERAH DI KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR Vian Vebrianto 2205 100 004 Bidang Studi Teknik Sistem

Lebih terperinci

Analisa Teknis Evaluasi Kinerja Boiler Type IHI FW SR Single Drum Akibat Kehilangan Panas di PLTU PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik

Analisa Teknis Evaluasi Kinerja Boiler Type IHI FW SR Single Drum Akibat Kehilangan Panas di PLTU PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik SKRIPSI LOGO Januari 2011 Analisa Teknis Evaluasi Kinerja Boiler Type IHI FW SR Single Drum Akibat Kehilangan Panas di PLTU PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik PUTRA IS DEWATA 4206.100.061 Contents BAB I

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) PLTU merupakan sistem pembangkit tenaga listrik dengan memanfaatkan energi panas bahan bakar untuk diubah menjadi energi listrik dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Indonesia Power UP. Suralaya merupakan perusahaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang menggunakan batubara sejak tahun 1984 sebagai bahan bakar utama pembangkitan

Lebih terperinci

STUDI PEMBANGUNAN PLTU TAKALAR 300 MW DI SULAWESI SELATAN DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS, EKONOMI DAN LINGKUNGAN.

STUDI PEMBANGUNAN PLTU TAKALAR 300 MW DI SULAWESI SELATAN DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS, EKONOMI DAN LINGKUNGAN. TUGAS AKHIR RE1599 STUDI PEMBANGUNAN PLTU TAKALAR 300 MW DI SULAWESI SELATAN DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS, EKONOMI DAN LINGKUNGAN. Pamungkas R. NRP 2206100618 Dosen Pembimbing Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,

Lebih terperinci

BAB II PROFIL UNIT PEMBANGKITAN MUARA KARANG

BAB II PROFIL UNIT PEMBANGKITAN MUARA KARANG BAB II PROFIL UNIT PEMBANGKITAN MUARA KARANG 2.1 Gambaran Umum Unit pembangkit Muara Karang dioperasikan pertama kali pada tahun 1979. Pada awalya dikelola oleh PT Pembangkit dan Penyaluran Jawa Bagian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori PLTGU atau combine cycle power plant (CCPP) adalah suatu unit pembangkit yang memanfaatkan siklus gabungan antara turbin uap dan turbin gas. Gagasan awal untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses PLTU dibutuhkan fresh water yang di dapat dari proses

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses PLTU dibutuhkan fresh water yang di dapat dari proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap, untuk menghasilkan uap dibutuhkan air yang dipanaskan secara bertahap melalui beberapa heater sebelum masuk ke boiler untuk dipanaskan

Lebih terperinci

Analisis Potensi Pembangkit Listrik Tenaga GAS Batubara di Kabupaten Sintang

Analisis Potensi Pembangkit Listrik Tenaga GAS Batubara di Kabupaten Sintang 38 Analisis Potensi Pembangkit Listrik Tenaga GAS Batubara di Kabupaten Sintang Dedy Sulistyono Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak e-mail:

Lebih terperinci

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG)

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) A. Pengertian PLTG (Pembangkit listrik tenaga gas) merupakan pembangkit listrik yang memanfaatkan gas untuk memutar turbin dan generator. Turbin dan generator adalah

Lebih terperinci

Pengoperasian pltu. Simple, Inspiring, Performing,

Pengoperasian pltu. Simple, Inspiring, Performing, Pengoperasian pltu PERSIAPAN COLD START PLTU 1. SISTEM AUXILIARY STEAM (UAP BANTU) FUNGSI : a. Menyuplai uap ke sistem bahan bakar minyak pada igniter untuk mengabutkan bahan bakar minyak (Atomizing sistem).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Negara Republik Indonesia dalam usaha mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila, yang dalam hal ini dapat diartikan bahwa hasil-hasil material

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. generator. Steam yang dibangkitkan ini berasal dari perubahan fase air

BAB 1 PENDAHULUAN. generator. Steam yang dibangkitkan ini berasal dari perubahan fase air BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah pembangkit listrik yang memanfaatkan energi panas dari uap kering (steam) untuk memutar turbin sehingga dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DATA. Pusat Listrik Tenaga Uap ( PLTU ) Muara Karang terletak ditepi pantai

BAB III PENGUMPULAN DATA. Pusat Listrik Tenaga Uap ( PLTU ) Muara Karang terletak ditepi pantai BAB III PENGUMPULAN DATA 3.1. PLTU Muara Karang. Pusat Listrik Tenaga Uap ( PLTU ) Muara Karang terletak ditepi pantai Teluk Jakarta, di Muara Karang. Kapasitas terpasang total PLTU Muara Karang sebesar

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMANSI KETEL UAP DENGAN KAPASITAS 260 TON/JAM DAN TEKANAN 86 BAR DI UNIT 3 PADA PLTU SEKTOR PEMBANGKIT BELAWAN

ANALISA PERFORMANSI KETEL UAP DENGAN KAPASITAS 260 TON/JAM DAN TEKANAN 86 BAR DI UNIT 3 PADA PLTU SEKTOR PEMBANGKIT BELAWAN ANALISA PERFORMANSI KETEL UAP DENGAN KAPASITAS 260 TON/JAM DAN TEKANAN 86 BAR DI UNIT 3 PADA PLTU SEKTOR PEMBANGKIT BELAWAN LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Menyelesaikan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PLTU DI INDONESIA

IV. GAMBARAN UMUM PLTU DI INDONESIA 27 IV. GAMBARAN UMUM PLTU DI INDONESIA 4.1. Proses Produksi Listrik PLTU Suralaya PLTU Suralaya merupakan PLTU pertama yang dibangun di Indonesia, berbahan bakar utama batubara dan merupakan PLTU terbesar

Lebih terperinci

ANALISA EFISIENSI PERFORMA HRSG ( Heat Recovery Steam Generation ) PADA PLTGU. Bambang Setyoko * ) Abstracts

ANALISA EFISIENSI PERFORMA HRSG ( Heat Recovery Steam Generation ) PADA PLTGU. Bambang Setyoko * ) Abstracts ANALISA EFISIENSI PERFORMA HRSG ( Heat Recovery Steam Generation ) PADA PLTGU Bambang Setyoko * ) Abstracts Heat Recovery Steam Generator ( HRSG ) is a construction in combine cycle with gas turbine and

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN DATA

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN DATA BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN DATA 3.1 Analisis dan Pembahasan Kehilangan panas atau juga bisa disebut kehilangan energi merupakan salah satu faktor penting yang sangat berpengaruh dalam mengidentifikasi

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1 EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol No. 2 Mei 214; 65-71 ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1 Anggun Sukarno 1) Bono 2), Budhi Prasetyo 2) 1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Turbin uap berfungsi untuk mengubah energi panas yang terkandung. menghasilkan putaran (energi mekanik).

BAB I PENDAHULUAN. Turbin uap berfungsi untuk mengubah energi panas yang terkandung. menghasilkan putaran (energi mekanik). BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Turbin uap adalah suatu penggerak mula yang mengubah energi potensial menjadi energi kinetik dan energi kinetik ini selanjutnya diubah menjadi energi mekanik dalam

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PLTP PATUHA 3X60 MW KEC.RANCABALI KAB

STUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PLTP PATUHA 3X60 MW KEC.RANCABALI KAB STUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PLTP PATUHA 3X60 MW KEC.RANCABALI KAB.BANDUNG JAWA BARAT DAN PENGARUH TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL JAWA BARAT SESUAI UU KETENAGALISTRIKAN 2009 (Study Of Pltp Patuha 3x 60

Lebih terperinci