PROGRAM PERCEPATAN DAN PENINGKATAN EKONOMI NASIONAL
|
|
- Agus Hartono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PROGRAM PERCEPATAN DAN PENINGKATAN EKONOMI NASIONAL Tampaksiring, 19 April 2010 Disampaikan pada Raker Presiden RI dengan para Menteri dan Gubernur se- Indonesia oleh TIM PERUMUS POKJA 1 T a m p a k s i r i n g, 2 1 A p r i l
2 1. EKONOMI HARUS TUMBUH LEBIH TINGGI 2. PENGANGGURAN HARUS MENURUN DGN MENCIPTAKAN LAPANGAN KERJA YG LEBIH BANYAK 3. KEMISKINAN HARUS MAKIN MENURUN 4. PENDAPATAN PER KAPITA HARUS MENINGKAT 5. STABILITAS EKONOMI TERJAGA 6. PEMBIAYAAN (FINANCING) DALAM NEGERI MAKIN KUAT & MENINGKAT 7. KETAHANAN PANGAN & AIR MENINGKAT 8. KETAHANAN ENERGI MENINGKAT 9. DAYA SAING EKONOMI NASIONAL MENGUAT DAN MENINGKAT 10. KITA PERKUAT GREEN ECONOMY (EKONOMI RAMAH LINGKUNGAN)
3 1.EKONOMI HARUS TUMBUH LEBIH TINGGI
4 PERTUMBUHAN EKONOMI YANG TINGGI 9.0% 8.0% 7.0% 6.0% 5.0% 4.0% 3.0% 2.0% 1.0% 0.0% 5.6% 6.3% 6.9% 7.4% 7.7% Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan yang merata (termasuk pertumbuhan di provinsi-provinsi) Kebijakan yang sinergi pusat-daerah: Membangun produk/sektor unggulan dan kluster untuk meningkatkan nilai tambah. Memastikan debottlenecking infrastructure Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru Merencanakan pengembangan KEK, termasuk Pemberian insentif yang mendukung Rencana Aksi Identifikasi kendala konektivitas, PNPM untuk pembangunan infrastruktur/penciptaan kesempatan ekonomi intervensi khusus pemerintah/pemda untuk wilayah yang termarjinalisasi. 4
5 ... PERTUMBUHAN INVESTASI 14.0% 13.0% 12.0% 11.0% 10.0% 9.0% 8.0% 7.0% 6.0% 5.0% 11.5% 12.0%12.1% 10.9% 7.3% Tingkat Pertumbuhan Investasi Kebijakan: Koordinasi yang baik: menghilangkan ego sektoral Pendanaan: Pembiayaan jangka panjang (longterm finance) Tingkat suku bunga riil harus turun Sumber pendanaan alternatif (seperti Jamsostek, Asuransi, Dana Pensiun) Champion Regions Kualitas investasi: Diarahkan ke inovasi dan mengurangi dampak lingkungan 5
6 ... PERTUMBUHAN INVESTASI Rencana Aksi: Investasi sebesar Rp Trilyun dalam 5 tahun, 50% dari swasta baik Nasional maupun dari PMA investasi infrastruktur sebesar Rp Trilyun untuk a.l: Pembangunan MW listrik, Pembangunan/perbaikan Km jalan, Sarana dan prasarana transportasi dalam rangka peningkatan connectivity Perluasan pelabuhan-pelabuhan utama dan pembangunan pelabuhan baru yang terintegrasi dengan kawasan ekonomi khusus Penyelesaian dry port pada tahun 2010 Meningkatkan kapasitas angkut kereta api (trans Sumatera, Jawa, dan Kalimantan) Pembangunan double track angkutan batu bara dan komoditas lainnya untuk Sumatra dan Kalimantan dimulai tahun
7 ... PERTUMBUHAN INVESTASI Indonesia Inc sebagai pemicu: Proyek Besar infrastruktur/industri berbasis SDA, memiliki nilai tambah, dan menjadi prime mover di daerah Investasi Indonesia Inc (Swasta/BUMN) dan penggunaan barang modal, bahan baku/bahan penolong dan penyerapan tenaga kerja dari dalam negeri. 7
8 PERTUMBUHAN EKSPOR: Menembus US$ 200 Milyar di % 16.0% 14.0% 12.0% 10.0% 8.0% 6.0% 4.0% 2.0% 0.0% % 13.4% 12.0% 10.6% 6.5% Ekspor Dengan meningkatnya daya saing perusahaan Indonesia karena iklim investasi yang baik (infrastruktur, regulasi, dan pembiayaan), daya penetrasi produk Indonesia di pasar global meningkat, terutama pasar Asia Timur (pertumbuhan, FTA) Meningkatnya peran ekspor produk manufaktur ditandai dengan peran ekspor energi yang menurun seiring dengan permintaan dalam negeri yang meningkat
9 Sumber Daya Manusia (SDM) dan Inovasi Teknologi harus terus meningkat 9 Kebijakan: Pengembangan Sistem Inovasi Nasional (SINAS) Rencana Aksi: Kelembagaan: Perlu dibentuk Komisi Inovasi Nasional (KIN) untuk membangun sinergi antara pemerintah, dunia usaha dan dunia akademik. KIN menyusun cetak biru Kebijakan Inovasi Nasional. Perlu program strategis yang bersifat terapan dan riset jangka panjang untuk meningkatkan daya saing Indonesia. Fokus kepada benua maritim (maritime continent), sumber daya alam lain (pertanian dlm arti luas), sumber daya insani, biotechnology dan renewable energy sebagai bagian dari Green Economy. menetapkan 3-4 inovasi terbaik dan mempunyai dampak luas dan akan mendapat keberpihakan pemerintah (perlindungan, research funds dll) Revitalisasi balai-balai latihan di seluruh provinsi
10 Sumber Daya Manusia (SDM) dan Inovasi Teknologi harus terus meningkat Rencana Aksi: Mendorong inovasi: sistem insentif yang memungkinkan pelaku dunia usaha/bumn dan lembaga-lembaga untuk lebih bersinergi. dana-dana yang diperoleh dari hasil kerjasama digunakan kembali untuk riset dunia usaha/bumn yang mengeluarkan biaya untuk melakukan penelitian dan pengembangan dapat dihitung sebagai biaya yang dapat dikurangi dari pembayaran pajak. Pembiayaan: non perbankan seperti venture capital, angel investor dll 10
11 2. PENGANGGURAN HARUS MENURUN DENGAN MENCIPTAKAN LAPANGAN KERJA YANG LEBIH BANYAK
12 SASARAN TINGKAT PENGANGGURAN 5% - 6% di % 7.0% 6.0% 5.0% 4.0% 3.0% TINGKAT PENGANGGURAN MENURUN 7.6% % 7.3% 7.4% 6.7% 7.0% 6.0% 6.6% 6.0% 5.0% Skenario Optimis Skenario Pesimis Revitalisasi industri manufaktur Kebijakan Memprioritaskan sektor yang meningkatkan nilai tambah, hilirisasi, mempekerjakan tenaga kerja yang trampil dan kreatif, dan berbasis daya saing seperti sektor pertanian, maritim dan sumber daya alam lainnya. Industri padat karya (eg TPT, Sepatu) yang tetap dapat bersaing dan berkembang Industri kreatif (berdasarkan INPRES No.6/2009) perlu diperkuat Rencana Aksi Insentif pajak dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK): diperlukan debottlenecking, infrastuktur dan pendanaan yang kompetitif dalam jangka menengah dan panjang Perlu inovasi dan peningkatan penguasaan teknologi Memperioritaskan produk dalam negeri untuk proyek besar Pemerintah dan BUMN Penerapan SNI Membangun hubungan industrial yang lebih kokoh (UU No 13 disempurnakan)
13 ... TINGKAT PENGANGGURAN 5% - 6% di 2014 Pengembangan Infrastruktur (termasuk PNPM) untuk mengurangi kesenjangan di provinsi: Penyempurnaan data BPS agar lebih tepat sasaran (better targeting) melalui SUSENAS (pengunaan energi, perumahan, air bersih, kebutuhan dasar) dan SAKERNAS (pengangguran) per tahun sampai ke level kabupaten/kota. Pengembangan UKM Meningkatkan KUR dan dana bergulir dengan bunga murah dan mudah diakses oleh UKM Peningkatan Tenaga Kerja Trampil di Luar Negeri (dan Dalam Negeri) Standarisasi keterampilan/profesi dan pelatihan tenaga kerja Indonesia (sesuai permintaan industri: Indonesia Inc) 13
14 3. KEMISKINAN HARUS MAKIN MENURUN
15 Pengurangan Kemiskinan 15.0% 13.0% 11.0% 13.5% 12.5% 12.0% 11.5% 11.5% 10.5% 10.0% Sasaran : 8 10 % (pada akhir TH 2014) Bantuan pemerintah dan pemberdayaan (Program-Program Pro Rakyat) 9.0% 7.0% 10.5% 9.5% 8.0% Bantuan Pendidikan dan Kesehatan Untuk Kelompok Tidak Mampu Pengembangan UMKM (Peningkatan Pendapatan), Termasuk Pemberian KUR 5.0% Program CSR Swasta Untuk Pemberdayaan Masyarakat Skenario Optimis Skenario Pesimis 15
16 4. PENDAPATAN PER KAPITA HARUS MENINGKAT
17 SASARAN 2014 SEBAGAI HASIL PEMBANGUNAN INKLUSIF, BERKELANJUTAN DAN BERKEADILAN Pendapatan per kapita , , , , , , , Riil Harga Konstan Tahun 2000 (Rp Ribu) USD 4, , , , , , , ,000.0, Sasaran : Lebih dar $ 4500 TH 2014 Tingkat Kesenjangan yang Acceptable Provinsi membuat peta kesenjangan dan melakukan intervensi stimulus pertumbuhan untuk daerah-daerah yang berpendapatan sangat rendah. Perhatian kepada kaum marjinal (nelayan, buruh kecil, daerah tertinggal): 1.Program pro-rakyat klaster 1, 2 dan 3. 2.Program-program DAK untuk kelompok sasaran. 3.Mengembangkan klaster usaha yang berkelanjutan 4.Meningkatkan peran CSR, terutama di daerah yang kaya SDA. PDB Per Kapita (USD, kurs Rp 9.000) 17
18 5. STABILITAS EKONOMI TERJAGA
19 INFLASI DAN SUKU BUNGA RENDAH Inflasi dan Suku Bunga Rendah ,5 5, ,5 3, Inflasi Pesimis Inflasi Optimis2 Harga Bahan Pokok Stabil dan Terjangkau Merealisasi swasembada daging Inflasi Tidak Tinggi Menurunkan inflasi dengan memperbaiki logistik bahan pokok Membentuk Tim Pengendali Inflasi Daerah di 28 kota (dari target 66 kota, sudah terbentuk di 38 kota) dan supaya berkoordinasi dengan produsen dan pedagang Koordinasi Tim Pengendali Inflasi Pusat dan Daerah 19
20 INFLASI DAN SUKU BUNGA RENDAH Sisi Hulu: Keseimbangan Supply-Demand Nilai Tukar Tidak Sangat Berfluktuasi Pasar domestik valas masih dangkal, merubah kecenderungan dana-dana yang diluar dapat masuk Pengelolaan untuk arus modal jangka pendek Merubah persepsi resiko Tidak terjadi Capital Flight yang tidak normal Meningkatkan upaya menarik investor strategis, PMA 20
21 6. PEMBIAYAAN (FINANCING) DALAM NEGERI MAKIN KUAT & MENINGKAT
22 PEMBIAYAAN Sasaran tahun 2014: Rasio utang per PDB menurun menjadi 24% Tax Ratio meningkat menjadi 14,2% dari PDB Optimalisasi anggaran: Meningkatkan efisiensi pengumpulan pajak Mempertajam alokasi anggaran untuk subsidi maupun untuk kementrian (well-targeted spending) Memperbanyak pemanfaatan sumber pembiayaan dalam negeri Pengembangan Sumber Pendanaan Jangka Panjang Difersifikasi sumber pembiayaan: dana pensiun dan asuransi Memperluas instrumen pembiayaan: surat utang untuk tujuan tertentu (misalnya infrastruktur) Mendorong tumbuhnya lembaga pembiayaan non-perbankan yang terakreditasi (a.l. modal ventura) Mengembangkan lembaga pendukung sampai ke daerah: asuransi kredit dan informasi biro kredit 22
23 Peningkatan efektivitas dan efisiensi Pembiayaan Pemberdayaan pembiayaan perbankan sektor pertanian dan perikanan Pemberdayaan pembiayaan perbankan untuk UMKM dan proses pengolahan Mendorong terjadinya peningkatan efisiensi sistem perbankan agar dapat lebih responsif terhadap signal kebijakan moneter dari BI (spread suku bunga turun ke tingkat yang kompetitif dibandingkan dengan negara tetangga). Meningkatkan sovereign rating menuju investment grade dalam waktu yang tidak terlalu lama (akan membantu menurunkan suku bunga), antara lain dengan menjaga stablilitas makro, mempercepat pembangunan infrastuktur, dan menjaga krediblitas anggaran. Menyelesaikan RUU Jaring Pengaman Sistem Keuangan 23
24 7. KETAHANAN PANGAN DAN AIR
25 KETAHANAN PANGAN DAN AIR Pangan Pertumbuhan rata-rata produksi pangan periode a) Produksi Padi Tumbuh 3,22 persen per tahun b) Produksi Jagung Tumbuh 10,02 persen per tahun c) Produksi Kedelai Tumbuh 20,05 persen per tahun d) Produksi Gula Tumbuh 12,55 persen per tahun e) Produksi Daging Sapi Tumbuh 7,30 persen per tahun Revitalisasi Pangan Gelombang 2 selesai 2014 Memantapkan swasembada beras Swasembada jagung, gula, dan daging sapi Hilirisasi Industri Pangan Memantapkan Indonesia sebagai pemasok pangan dunia (Feed the World) Komoditas Pangan Strategis Makin Cukup 25
26 ... KETAHANAN PANGAN DAN AIR Perbaikan Daerah Aliran Sungai (DAS), baik dari sisi hulu dengan penanaman kembali, penataan penggunaan air sepanjang sungai Penyediaan dan Distribusi Air Minum Makin Baik Reboisasi, a.l. penanaman 2 juta Ha di pulau Jawa (P.T. Perhutani) Peningkatan penyediaan air minum oleh PDAM Daerah Rawan Pangan Teratasi Membangun embung dari APBD 26
27 8. KETAHANAN ENERGI
28 KETAHANAN ENERGI Peningkatan Rasio Elektrifikasi 2010 :62% Energi a) Peningkatan kapasitas pembangkit MW pertahun listrik b) Meningkatnya rasio elektrifikasi Pada tahun 2014 mencapai 80 persen c) Meningkatnya produksi minyak bumi Pada tahun 2014 mencapai 1,01 juta barrel d) Peningkatan pemanfaatan energi panas bumi 2014: 80% perhari Pada tahun 2014 mencapai MW Kebijakan: Prioritas keperluan dalam negeri, dengan memperhatikan perkembangan internasional dan nilai strategis Tidah hanya berorientasi peningkatan pendapatan negara tetapi peningkatan ekonomi nasional dengan tetap memperhatikan harga keekonomiannya dan pertumbuhan antar wilayah 28
29 KETAHANAN ENERGI Rencana Aksi Mencapai sasaran energy mix 2015 Pemetaan renewable energi Mengembangkan skema subsidi: Dimulai dengan non-subsidi wajib 5% biofuel mix (yang bersubsidi bertahap) Dimulai di 5 kota: DKI, Botabek, Bandung, Surabaya, dan Medan 5% dari subsidi BBM dialihkan ke subsidi harga biofuel Insentif fiskal untuk investasi di renewable energi Listrik (PLN): Jangka pendek tidak akan ada pemadaman listrik bergilir paling lambat 30 Juni 2010 di seluruh Indonesia Jangka menengaha: Menanggulangi krisis listrik
30 ...KETAHANAN ENERGI BBM cukup distribusi baik Meningkatkan cadangan nasional Melakukan program Enhanced Oil Recovery Melakukan koreksi penetapan kuota BBM Melakukan koordinasi dengan daerah dalam penetapan kuota per wilayah Membangun sistem monitoring Membangun bunker di Indonesia bagian timur dan provinsi kepulauan Pengembangan panas bumi Tender dilakukan di daerah Audit biaya ekslorasi produksi dilakukan penyesuaian harga 30
31 9. DAYA SAING EKONOMI NASIONAL MENGUAT DAN MENINGKAT
32 ... DAYA SAING EKONOMI Peningkatan Infrastruktur Ekonomi di Seluruh Tanah Air Pembangunan Connectivity (Fisik dan ICT) Kebijakan: Pembangunan infrastruktur yang berpedoman pada SISLOGNAS Membangun pusat-pusat pertumbuhan baru dengan membangun koridor ekonomi yang berbasis keunggulan lokal dan berbasis arus komoditas strategis Pemerintah membangun infrastruktur yang tidak layak komersial 32
33 ... DAYA SAING EKONOMI Rencana Aksi: Mempercepat penyelesaian UU Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum Melakukan revisi rencana tata ruang di semua daerah dengan berpegang pada UU Tata Ruang yang baru Sosialisasi dan Koordinasi pusat-daerah, sektor terkait, dan dunia usaha untuk implementasi SISLOGNAS 33
34 Marauke
35 ... DAYA SAING EKONOMI Melakukan inovasi teknologi besar-besaran Pembentukan klaster daerah untuk sektor UKM dan industri kreatif Pembentukan klaster nasional untuk revitalisasi industri strategis Pelaksanaan 7 program utama riset unggulan stratejik Pengembangan pusat bisnis sains dan teknologi (science and technology park) Penyediaan anggaran untuk kegiatan pengembangan inovasi Tagline Visi SINAS: Maritime Continent based Economy Mamberi insentif perpajakan untuk kegiatan Riset dan Pengembangan Menciptakan Iklim Investasi yang makin baik Mendorong peran yang lebih besar dari PPP/swasta murni/bumn dalam program infrastruktur dengan memberikan insentif Penyederhanaan perijinan Menurunkan high cost economy Menerapkan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di setiap daerah Melibatkan UKP4 dalam pemantauan pelaksanaan kebijakan investasi Sosialisasi ke lembaga internasional 35
36 ... DAYA SAING EKONOMI Produktivitas Nasional Penyederhanaan perijinan Menurunkan high cost economy Menerapkan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di setiap daerah Melibatkan UKP4 dalam pemantauan pelaksanaan kebijakan investasi Sosialisasi ke lembaga internasional Mengembangkan konektivitas di berbagai bidang Konektivitas angkutan laut dengan mengembangkan pusat pelabuhan internasional Konektivitas infrastruktur dan ICT Memobilisasi SDM 36
37 ... DAYA SAING EKONOMI Mengembangkan model klaster antara industri hulu dan hilir dengan mempertimbangkan: Mengembangkan kebutuhan infrastruktur yang diperlukan Menetapkan bagian dari hulu dan hilir yang akan diunggulkan Menetapkan inovasi sebagai sumber daya saing Membentuk lembaga dan kebijakan pendukung 37
38 10. KITA PERKUAT GREEN ECONOMY (EKONOMI RAMAH LINGKUNGAN)
39 PEMBANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN (GREEN ECONOMY) Sasaran: Penurunan emisi carbon 26% pada tahun 2020 Pembangunan Berkelanjutan Kebijakan: Green Economy Low Carbon Development Climate Change Mitigation Pro Growth Pro Poor Pro Job + Pro Environment Rencana Aksi: 1. Pengelolaan hutan yang baik 2. Kerjasama, kemitraan & bantuan internasional 3. Energy Efficiency low carbon emition 4. Kampanye gaya hidup hemat dan ramah lingkungan 5. Kampanye nasional tanam dan pelihara pohon 6. Pengawasan pada usaha pertambangan, kehutanan dan pertanian 7. Mempersiapkan rencana aksi nasional menuju pengurangan 26% emisi karbon 8. MRV monitoring sampai tingkat Kabupaten/Kota 39
40 40 SEKIAN & TERIMA KASIH
DIREKTIF PRESIDEN PERCEPATAN DAN PENINGKATAN EKONOMI NASIONAL
DIREKTIF PRESIDEN PERCEPATAN DAN PENINGKATAN EKONOMI NASIONAL TAMPAKSIRING, 19 APRIL 2010 2 AGENDA 1. SIKAP DAN RESPONS TERHADAP CAPAIAN EKONOMI 5 TH TERAKHIR 2. PELUANG KEBANGKITAN DAN PE- NINGKATAN EKONOMI
Lebih terperinciAKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian
AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.
Lebih terperinciNARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas
NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas Sektor industri merupakan salah satu sektor yang mampu mendorong percepatan
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012
[Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU I: Prioritas Pembangunan, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan
Lebih terperinciVI. SIMPULAN DAN SARAN
VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan
Lebih terperinciRANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 Oleh : Menteri PPN/Kepala Bappenas Disampaikan dalam acara Musyawarah
Lebih terperinciBAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)
BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan
Lebih terperinciMendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia
E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan
Lebih terperinciPembangunan Ekonomi Indonesia Yang Berkualitas: Langkah dan Tantangan
Artikel Pembangunan Ekonomi Indonesia Yang Berkualitas: Langkah dan Tantangan Enam puluh tujuh tahun Indonesia telah merdeka. Usia untuk sebuah bangsa yang semakin matang tersebut, tidak seharusnya menyurutkan
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang
IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00
Lebih terperinciBADAN KEBIJAKAN FISKAL KEMENTERIAN KEUANGAN RI
BADAN KEBIJAKAN FISKAL KEMENTERIAN KEUANGAN RI Jakarta, 22 Oktober 2012 Peran Kementerian Keuangan Instrumen Kebijakan Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Kebijakan pendanaan/investasi Pemerintah (PIP)
Lebih terperinciINDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER
PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah
Lebih terperinciSTAN KEBIJAKAN FISKAL PENGANTAR PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA. oleh: Rachmat Efendi
PENGANTAR PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA KEBIJAKAN FISKAL oleh: Rachmat Efendi Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Prodip III Kepabeanan Dan Cukai Tahun 2015 TUJUAN PEMBELAJARAN Memahami Kebijakan Fiskal yang
Lebih terperinciDISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI
DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI I. KINERJA AGRO TAHUN 2012 II. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN AGRO III. ISU-ISU STRATEGIS
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009
KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 Â Krisis keuangan global yang melanda dunia sejak 2008 lalu telah memberikan dampak yang signifikan di berbagai sektor perekonomian, misalnya
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota
Lebih terperinciRENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2011
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2011 Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala RAKORBANGPUS Jakarta, 7 April 2010
Lebih terperinciREPOSISI KAPET 2014 BAHAN INFORMASI MENTERI PEKERJAAN UMUM
REPOSISI KAPET 2014 KELEMBAGAAN DIPERKUAT, PROGRAM IMPLEMENTATIF, KONSISTEN DALAM PENATAAN RUANG MEMPERKUAT MP3EI KORIDOR IV SULAWESI LEGALITAS, KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR PU DALAM MEMPERCEPAT PENGEMBANGAN
Lebih terperinciANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007
ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun
Lebih terperinciJakarta, 10 Maret 2011
SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,
Lebih terperinciSambutan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Sambutan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) 1. Prioritas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun
Lebih terperinciDEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN NOMOR 74/DPD RI/IV/2012 2013 PERTIMBANGAN TERHADAP KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN POKOK-POKOK KEBIJAKAN FISKAL SERTA DANA TRANSFER DAERAH DALAM RANCANGAN UNDANG-UNDANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL
VISI: Terwujudnya pengelolaan energi yang berdasarkan prinsip berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan guna terciptanya kemandirian energi dan ketahanan energi nasional untuk mendukung pembangunan
Lebih terperinciBAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM
BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai
Lebih terperinciMenteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala BAPPENAS
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala BAPPENAS Seminar Nasional Sosialisasi Produk Perencanaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Bandung, 11 November 2010 1 Infrastruktur
Lebih terperinciMenyoal Efektifitas APBN-P 2014 Mengatasi Perlambatan Ekonomi
Diskusi Dwi Bulanan INDEF Menyoal Efektifitas APBN-P 2014 Mengatasi Perlambatan Ekonomi Selasa, 20 Mei 2014 INDEF 1 Diskusi Dwi Bulanan INDEF Menyoal Efektifitas APBN-P 2014 Mengatasi Perlambatan Ekonomi
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran strategis dalam menunjang perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia bahan pangan, pakan ternak, sumber bahan baku
Lebih terperinciPolitik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012
Politik Pangan - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012 Politik Pangan merupakan komitmen pemerintah yang ditujukan untuk mewujudkan ketahanan Pangan nasional yang
Lebih terperinciCUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010
CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010 I. LATAR BELAKANG Peraturan Presiden No.83 tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan menetapkan bahwa Dewan Ketahanan Pangan (DKP) mengadakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan fiskal pemerintah. Pada dasarnya, kebijakan fiskal mempunyai keterkaitan yang erat dengan
Lebih terperinciBAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR
BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR A. KONDISI UMUM Sebagai motor penggerak (prime mover) pertumbuhan ekonomi, sektor industri khususnya industri pengolahan nonmigas (manufaktur) menempati
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas
I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Berbagai studi menunjukkan bahwa sub-sektor perkebunan memang memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia sebagai sumber pertumbuhan ekonomi dan
Lebih terperinciLaporan Perekonomian Indonesia
1 Key Messages Ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat Ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat dalam menghadapi spillover dan gejolak pasar keuangan global. Stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan relatif
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia
Lebih terperinciPEREKONOMIAN INDONESIA
PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi kerakyatan, sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 33 UUD 1945, adalah sebuah sistem perekonomian yang ditujukan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam bidang ekonomi. Sistem
Lebih terperinciPELAKSANAAN RPJMN BIDANG SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DAN DUKUNGAN RISET
PELAKSANAAN RPJMN BIDANG SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DAN DUKUNGAN RISET Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup BPPT, 4 Maret 03 KERANGKA PAPARAN I. CAPAIAN PEMBANGUNAN NASIONAL II.
Lebih terperinciDisampaikan: Edy Putra Irawady Deputi Menko Perekonomian Bidang Industri dan Perdagangan
Disampaikan: Edy Putra Irawady Deputi Menko Perekonomian Bidang Industri dan Perdagangan 1 PENGAMANAN UMUM Penempatan likuiditas dana di Bank2 BUMN Menerbitkan 2 Perpu (Penjaminan, kolateral Pinjaman)
Lebih terperinciInsentif fiskal dan Instrument Pembiayaan untuk Pengembangan Energi Terbarukan dan Pengembangan Listrik Perdesaan
Focus Group Discussion Pendanaan Energi Berkelanjutan Di Indonesia Jakarta, 20 Juni 2013 Insentif fiskal dan Instrument Pembiayaan untuk Pengembangan Energi Terbarukan dan Pengembangan Listrik Perdesaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor keuangan memegang peranan yang sangat signifikan dalam memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sektor keuangan menjadi lokomotif pertumbuhan sektor riil melalui
Lebih terperinciRENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN BIRO ADMINISTRASI PEREKONOMIAN DAN SDA SETDA DIY 2018
RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN BIRO ADMINISTRASI PEREKONOMIAN DAN SDA SETDA DIY 2018 Disampaikan pada acara Forum Perangkat Kerja Perekonomian, MUSRENBANG 2017 Konsep Pertumbuhan Ekonomi DIY Ke Depan INDIKATOR
Lebih terperinciBAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR
BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR A. KONDISI UMUM Sebagai motor penggerak (prime mover) pertumbuhan ekonomi, sektor industri khususnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak bisa
Lebih terperinciAnalisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI
Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan
Lebih terperinciPolicy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016
Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Overview Beberapa waktu lalu Bank Indonesia (BI) dalam RDG 13-14 Januari 2016 telah memutuskan untuk memangkas suku bunga
Lebih terperinciTerwujudnya Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani
VISI KEMENTERIAN PERTANIAN 2015-2019 Terwujudnya Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani Mengukur KESEJAHTERAAN PETANI EKONOMI Pendapatan, NTP, NTUP NON EKONOMI Terhormat Diperhatikan Dilindungi dibutuhkan
Lebih terperinciAPBNP 2015 belum ProRakyat. Fadel Muhammad Ketua Komisi XI DPR RI
APBNP 2015 belum ProRakyat Fadel Muhammad Ketua Komisi XI DPR RI Orientasi APBN P 2015 Semangat APBNP 2015 adalah melakukan koreksi total atas model belanja pemerintah di tahun-tahun sebelumnya. Fokus
Lebih terperinciPERAN GEOLOGI DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL
1 PERAN GEOLOGI DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Kementerian Negara PPN/Bappenas Workshop Sinkronisasi Program Pembangunan Bidang Geologi: Optimalisasi Peran
Lebih terperinciBAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA
BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan
Lebih terperinciRUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH TAH
Jakarta, 2 Maret 2012 Rapat Kerja dengan tema Akselerasi Industrialisasi Dalam Rangka Mendukung Percepatan Pembangunan Ekonomi yang dihadiri oleh seluruh Pejabat Eselon I, seluruh Pejabat Eselon II, Pejabat
Lebih terperinciBAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi
Lebih terperinciCATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan,
CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP 2013 A. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan September 2011 sebesar 29,89 juta orang (12,36 persen).
Lebih terperinciARAH KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI Direktur Pengembangan UKM dan Koperasi Disampaikan
Lebih terperinciARAH KEBIJAKAN PENGANGGARAN BELANJA 2012 dan 2013
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Anggaran ARAH KEBIJAKAN PENGANGGARAN BELANJA 2012 dan 2013 Disampaikan dalam Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Grand Sahid Jakarta
Lebih terperinciPROYEKSI MAKROEKONOMI INDONESIA
PROYEKSI MAKROEKONOMI INDONESIA 2009-2013 Biro Riset LMFEUI Gejolak makroekonomi mulai terjadi sejalan dengan fluktuasi harga energi dan komoditas sejak semester kedua 2007. Fluktuasi tersebut disusul
Lebih terperinciBAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL
BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan
Lebih terperinciPerkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014 Jakarta, 10 Juni 2014 Kunjungan FEB UNILA Outline 1. Peran dan Fungsi APBN 2. Proses Penyusunan APBN 3. APBN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai
Lebih terperinciDUKUNGAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN PADA KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH TERTENTU DI INDONESIA
DUKUNGAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN PADA KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH TERTENTU DI INDONESIA Oleh Pusat Kebijakan Pendapatan Negara Indonesia memiliki cakupan wilayah yang sangat luas, terdiri dari pulau-pulau
Lebih terperinciMembedah Kinerja Setahun Pemerintahan Jokowi
SEMINAR EKONOMI INDONESIA MENUJU KRISIS? Membedah Kinerja Setahun Pemerintahan Jokowi ENNY SRI HARTATI Auditorium Kampus Kwik Kian Gie School of Business 21 Oktober 2015 INSTITUTE FOR DEVELOPMENT OF ECONOMICS
Lebih terperinciMENINGKATKAN DAYA SAING DAN PRODUKTIVITAS MELALUI PEKERJAAN YANG LAYAK. Oleh : 9 Juli 2015 DPN APINDO
MENINGKATKAN DAYA SAING DAN PRODUKTIVITAS MELALUI PEKERJAAN YANG LAYAK 9 Juli 2015 Oleh : DPN APINDO Intervensi khusus diperlukan untuk mengatasi masalah tingginya insiden pekerjaan berupah rendah, termasuk
Lebih terperinciPERSIAPAN RPJMN TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN
PERSIAPAN RPJMN 2015-2019 TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN Direktorat Penanggulangan Kemiskinan 29 Januari 2014 TINGKAT KEMISKINAN 2004-2014 45 40 35 30 36.15 35.10 39.30 37.17
Lebih terperinciSambutan Pembukaan Gubernur Agus D.W. Martowardojo Pada Joint IMF-Bank Indonesia Conference. Development. Jakarta, 2 September 2015
Sambutan Pembukaan Gubernur Agus D.W. Martowardojo Pada Joint IMF-Bank Indonesia Conference The Future of Asia s Finance: Financing for Development Jakarta, 2 September 2015 Yang terhormat Managing Director
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini
Lebih terperinciTantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015
Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015 Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 segera dimulai. Tinggal setahun lagi bagi MEA mempersiapkan hal ini. I Wayan Dipta, Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK,
Lebih terperinciPOKOK-POKOK METERI FORUM (MIF) 2016 GUBERNUR JAWA TENGAH PADA ACARA :
POKOK-POKOK METERI GUBERNUR JAWA TENGAH PADA ACARA : MANDIRI INVESTMENT FORUM (MIF) 2016 2 3 3 4 4 5 5 6 105.54 110 100.67 100 100.45 90 80 70 60 2013 2014 2015 77 15.801 15.776 10.744 5.329 2013 5.633
Lebih terperinciKebijakan Pemerataan Ekonomi Dalam Rangka Menurunkan Kemiskinan. Lukita Dinarsyah Tuwo
Kebijakan Pemerataan Ekonomi Dalam Rangka Menurunkan Kemiskinan Lukita Dinarsyah Tuwo Solo, 26 Agustus 2017 DAFTAR ISI 1. LATAR BELAKANG 2. KEBIJAKAN PEMERATAAN EKONOMI 3. PRIORITAS QUICK WIN Arah Kebijakan
Lebih terperinciKEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak
KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA Abstrak Upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia telah menjadi prioritas di setiap era pemerintahan dengan berbagai program yang digulirkan. Pengalokasian anggaran
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB
Lebih terperinciPEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN
PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN Pembangunan nasional tahun 2015-2017 menekankan kepada penguatan sektor domestik yang menjadi keunggulan komparatif Indonesia, yaitu ketahanan pangan
Lebih terperinciKebijakan Fiskal untuk Mendukung Akselerasi Sektor Industri yang Berdaya Saing
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Kebijakan Fiskal untuk Mendukung Akselerasi Sektor Industri yang Berdaya Saing Andin Hadiyanto Kementerian Keuangan RI Tantangan Utama Sektor Industri Indonesia
Lebih terperinciVII. SIMPULAN DAN SARAN
VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum dalam perekonomian Indonesia terdapat ketidakseimbangan internal berupa gap yang negatif (defisit) di sektor swasta dan
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia selalu mengalami perjalanan yang berfluktuasi, minyak dan gas alam yang selama ini menjadi mesin pertumbuhan, harganya dipasar internasional
Lebih terperinciWritten by Danang Prihastomo Thursday, 05 February :00 - Last Updated Monday, 09 February :13
RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2014 Jakarta, 5-7 Februari 2014 Rapat Kerja dengan tema Undang-Undang Perindustrian Sebagai Landasan Pembangunan Industri Untuk Menjadi Negara
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016
Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 JAKARTA, 16 FEBRUARI 2016 Kepada Yang Terhormat: 1. Pimpinan Komisi
Lebih terperinciDR.IR. BAMBANG SETIADI, IPU KETUA DEWAN RISET NASIONAL ANGGOTA DEWAN PERGURUAN TINGGI
DR.IR. BAMBANG SETIADI, IPU KETUA DEWAN RISET NASIONAL ANGGOTA DEWAN PERGURUAN TINGGI VISI KEMENRISTEKDIKTI Terwujudnya Pendidikan Tinggi Yang Bermutu Serta Kemampuan Iptek Dan Inovasi Untuk Mendukung
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia
Menteri Perindustrian Republik Indonesia KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA 3rd SUSTAINABLE BUSINESS DIALOGUE IN COOPERATION WITH THE GLOBAL PRACTITIONERS DIALOGUE ON CLIMATE
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda indonesia pada tahun 1998 menunjukkan nilai yang positif, akan tetapi pertumbuhannya rata-rata per
Lebih terperinciREVITALISASI KEHUTANAN
REVITALISASI KEHUTANAN I. PENDAHULUAN 1. Berdasarkan Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2004-2009 ditegaskan bahwa RPJM merupakan
Lebih terperinciBAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga
Lebih terperinciBAB 22 PENINGKATAN KEMAMPUAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
BAB 22 PENINGKATAN KEMAMPUAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI Pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) pada hakekatnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam rangka membangun
Lebih terperinciOleh : Iman Sugema. Membangun Ekonomi Mandiri & Merata
Oleh : Iman Sugema Membangun Ekonomi Mandiri & Merata Pertumbuhan melambat, ketimpangan melebar, & kalah dagang GDP Growth 7.00 6.81 6.50 6.00 5.99 6.29 5.81 6.44 6.58 6.49 6.44 6.33 6.34 6.21 6.18 6.03
Lebih terperinciUMKM & Prospek Ekonomi 2006
UMKM & Prospek Ekonomi 2006 Oleh : B.S. Kusmuljono Ketua Komite Nasional Pemberdayaan Keuangan Mikro Indonesia (Komnas PKMI) Komisaris BRI Disampaikan pada : Dialog Ekonomi 2005 & Prospek Ekonomi Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun
Lebih terperinciPEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH
PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH Pembangunan Koridor Ekonomi (PKE) merupakan salah satu pilar utama, disamping pendekatan konektivitas dan pendekatan pengembangan sumber daya manusia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk
Lebih terperinciBAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik
BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring
Lebih terperinciPidato Presiden - Penyampaian Keterangan Pemerintah atas RUU APBN serta..., Jakarta, 16 Agustus 2016 Selasa, 16 Agustus 2016
Pidato Presiden - Penyampaian Keterangan Pemerintah atas RUU APBN serta..., Jakarta, 16 Agustus 2016 Selasa, 16 Agustus 2016 PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENYAMPAIAN KETERANGAN PEMERINTAH ATAS RANCANGAN
Lebih terperinciJURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Makro Ekonomi Disusun oleh: Nama : Nida Usanah Prodi : Pendidikan Akuntansi B NIM : 7101413170 JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI
Lebih terperinciINSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI
MENUJU KEDAULATAN ENERGI DR. A. SONNY KERAF KOMISI VII DPR RI SEMINAR RENEWABLE ENERGY & SUSTAINABLE DEVELOPMENT IN INDONESIA : PAST EXPERIENCE FUTURE CHALLENGES JAKARTA, 19-20 JANUARI 2009 OUTLINE PRESENTASI
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka percepatan pembangunan industri perikanan nasional
Lebih terperinciARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES
ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN Potensi dan Tantangan DI INDONESIA Oleh: Dr. Sunoto, MES Potensi kelautan dan perikanan Indonesia begitu besar, apalagi saat ini potensi tersebut telah ditopang
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014
INDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014 INTEGRASI MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI, DAN BLUE ECONOMY
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016
Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016 Yth. : 1. Menteri Perdagangan; 2. Menteri Pertanian; 3. Kepala BKPM;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini adalah sangat lambat. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Salah satunya adalah terjadinya krisis di Amerika.
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan Disampaikan dalam Rapat Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera
Lebih terperinci