STUDI PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK 10 KW KELOMPOK TANI MEKARSARI DESA DANDER BOJONEGORO MENUJU DESA MANDIRI ENERGI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK 10 KW KELOMPOK TANI MEKARSARI DESA DANDER BOJONEGORO MENUJU DESA MANDIRI ENERGI"

Transkripsi

1 STUDI PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK 10 KW KELOMPOK TANI MEKARSARI DESA DANDER BOJONEGORO MENUJU DESA MANDIRI ENERGI Andi Hanif Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh November Kampus ITS Gedung B dan C Sukolilo Surabaya Abstrak : Perkembangan jumlah penduduk di suatu daerah akan berbanding lurus dengan kebutuhan akan energi listrik di daerah tersebut. Namun hal itu berbanding terbalik dengan penyediaan energi listrik, semakin hari cadangan sumber energi tidak terbarukan yang selama ini menjadi bahan bakar utama pembangkit di Indonesia semakin menipis, sehingga penyediaan energi listrik juga ikut tersendat. Oleh karena itu, perlu dipikirkan suatu energi alternatif terbarukan untuk mengatasi krisis tersebut. Pada Tugas Akhir ini akan dibahas mengenai potensi biogas sebagai pembangkit di Peternakan milik Kelompok Tani Mekarsari Desa Dander Bojonegoro. Berdasarkan hasil analisis, biogas dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif terbarukan yang sesuai jika diterapkan di sana. Kelompok Tani Mekarsari Desa Dander Bojonegoro sendiri saat ini memiliki tidak kurang dari 411 ekor sapi di peternakan mereka, sehingga potensi kotoran yang dihasilkan adalah kg per hari. Jumlah tersebut dapat dikonversikan menjadi energi listrik sebesar 206,08 kwh per hari melalui sebuah instalasi biogas yang dilengkapi dengan sebuah generator biogas. Dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh sistem pengolahan ini juga tergolong sangat ramah terhadap lingkungan. Kata kunci: Biogas, Kotoran Sapi, Desa Mandiri, Dander-Bojonegoro I. PENDAHULUAN Seperti kita ketahui bahwa persediaan bahan bakar fosil di Indonesia pada umumnya semakin menipis. Fakta menunjukkan bahwa sejak tahun 2004 Indonesia mengimpor minyak bumi karena cadangan minyak dalam negeri tidak mencukupi lagi. Solusi bagi krisis energi listrik dan bahan baku fosil seperti tersebut di atas adalah adanya sumber energi alternatif. Sumber energi alternatif tersebut harus bisa menjadi bahan bakar substitusi yang ramah lingkungan, efektif, efisien, dan dapat diakses oleh masyarakat luas. Selain itu, sumber energi alternatif tersebut idealnya berasal dari sumber energi yang bisa diperbarui. Disisi lain, Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian dan peternakan menjadi komoditi utama. Di Jawa Timur terdapat lebih dari 10 lokasi yang memiliki peternakan dengan kepemilikan hewan ternak yang relatif banyak, diantaranya Sumenep, Malang, Kota Batu, Blitar, Kediri, Tulungagung, Probolinggo, Lumajang, Bondowoso, Bojonegoro dan Mojokerto. Disinilah terjadi korelasi yang sangat erat, dimana posisi Indonesia sebagai negara agraris ternyata mampu menjadi jalan keluar yang tepat bagi krisis energi yang sedang terjadi. Limbah organik yang dihasilkan dari pertanian dan peternakan ternyata dapat menghasilkan sebuah bioenergi baru yang dapat manggantikan posisi bahan bakar fosil yang selama ini nyaris tidak tergantikan sebagai bahan bakar utama di pembangkit-pembangkit listrik di Indonesia. Salah satu sumber energi alternatif adalah biogas. Gas ini berasal dari berbagai macam limbah organik seperti sampah biomassa, kotoran manusia, kotoran hewan dapat dimanfaatkan menjadi energi melalui proses anaerobik digestion. Kotoran sapi merupakan kotoran yang paling efisien digunakan sebagai penghasil biogas karena setiap kg kotoran perhari dapat menghasilkan 2 m 3 biogas. Dimana energi yang terkandung dalam 1 m 3 biogas sebesar kkal atau dapat memenuhi kebutuhan memasak bagi satu keluarga (4-5 orang) selama 3 jam [1]. Adapun Permasalahan yang akan dibahas adalah : 1. Bagaimana potensi energi terbarukan di Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro. 2. Bagaimana kondisi eksisiting ketenagalistrikan di Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur. 3. Bagaimana analisis teknis, ekonomi, lingkungan dan sosial pembangunan PLT Biogas Mekarsasri Dander Bojonegoro. 4. Apakah teknologi biogas dapat diterapkan sebagai sumber energi baru dan terbarukan di Desa Dander Bojonegoro dengan menggunakan analisis keputusan. 5. Bagimana kondisi sebelum dan sesudah pembangunan PLT Biogas Mekarsari Dander Bojonegoro. II. TEORI DASAR Biogas Sebagai Sumber Energi Alternatif Biogas merupakan sebuah proses produksi gas bio dari material organik dengan bantuan bakteri. Proses degradasi material organik ini tanpa - 1 -

2 melibatkan oksigen disebut anaerobik digestion gas yang dihasilkan sebagian besar (lebih 50 % ) berupa metana. material organik yang terkumpul pada digester (reaktor) akan diuraiakan menjadi dua tahap dengan bantuan dua jenis bakteri. Tahap pertama material orgranik akan didegradasi menjadi asam asam lemah dengan bantuan bakteri pembentuk asam. Bakteri ini akan menguraikan sampah pada tingkat hidrolisis dan asidifikasi. Hidrolisis yaitu penguraian senyawa kompleks atau senyawa rantai panjang seperti lemak, protein, karbohidrat menjadi senyawa yang sederhana. Sedangkan asifdifikasi yaitu pembentukan asam dari senyawa sederhana. Setelah material organik berubah menjadi asam asam, maka tahap kedua dari proses anaerobik digestion adalah pembentukan gas metana dengan bantuan bakteri pembentuk metana seperti methanococus, methanosarcina, methano bacterium. Biogas sebagian besar mengandung gas metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2), dan beberapa kandungan yang jumlahnya kecil diantaranya hydrogen sulfida (H2S) dan ammonia (NH3) serta hydrogen dan (H2), nitrogen yang kandungannya sangat kecil. Energi yang terkandung dalam biogas tergantung dari konsentrasi metana (CH4). Semakin tinggi kandungan metana maka semakin besar kandungan energi (nilai kalor) pada biogas, dan sebaliknya semakin kecil kandungan metana semakin kecil nilai kalor. Kualitas biogas dapat ditingkatkan dengan memperlakukan beberapa parameter yaitu : Menghilangkan hidrogen sulphur, kandungan air dan karbon dioksida (CO2). Sistem Kerja Sebuah Instalasi Biogas (Aspek Teknis) Pada sebuah instalasi biogas, selalu terdapat reaktor atau digester. Reaktor adalah sebuah ruang tertutup yang digunakan sebagai media penyimpanan kotoran selama beberapa hari untuk menghasilkan gas yang tersimpan bersama kotoran yang kemudian disebut biogas. Dari beberapa jenis digester biogas yang sering digunakan adalah jenis kubah tetap (Fixed-dome) dan jenis Drum mengambang (Floating drum). Sistem produksi biogas dibedakan menurut cara pengisian bahan bakunya, yaitu pengisian curah dan pengisian kontinyu. Yang dimaksud dengan sistem pengisian curah (SPC) adalah cara pengantian bahan yang dilakukan dengan mengeluarkan sisa bahan yang sudah dicerna dari tangki pencerna setelah produksi biogas berhenti, dan selanjutnya dilakukan pengisian bahan baku yang baru. Sedangkan Yang dimaksud dengan pengisian kontinyu (SPK) adalah pengisian bahan baku kedalam tangki pencerna dilakukan secara kontinyu (setiap hari) tiga hingga empat minggu sejak pengisian awal, tanpa harus mengelurkan bahan yang sudah dicerna. Gambar 2.1 Skema Pemanfaatan Biogas dari Kotoran Sapi Pada Gambar di atas dapat dilihat Skema Pemanfaatan Biogas dari Kotoran Sapi. Baik penggunaan untuk keperluan rumah tangga, pertanian maupun sebagai sumber energi listrik. Aspek Ekonomi Pembangkit Aspek ekonomi dari pembangkit yang akan dibahas terdiri dari: 1. Biaya modal (capital cost) 2. Biaya bahan bakar 3. Biaya operasi dan perawatan (O&M cost) 4. Biaya pembangkitan total 5. Harga jual 6. Pendapatan per tahun 7. Nilai awal proyek (Net present value) 8. Laba investasi (ROI) 9. Benefit cost ratio 10.Payback periode Desa Mandiri Energi Desa Mandiri Energi merupakan alternatif pemecahan masalah penyediaan energi. Disamping itu pengembangan Program Desa Mandiri Energi diharapkan dapat mengurangi tingkat kemiskinan (Pro-Poor), memperkuat ekonomi nasional (Pro- Growth) dan memperbaiki lingkungan (Pro- Planet). Adapun kriteria sebuah desa bisa digolongkan sebagai DME yaitu: a. Pemanfaatan potensi energi setempat. b. Terciptanya kegiatan produktif yang merupakan dampak dari kegiatan pemanfaatan energi setempat. c. Penyerapan tenaga kerja baru. III. KONDISI BOJONEGORO KECAMATAN DANDER 3.1 Potensi Energi Terbarukan Biogas Peternakan Bojonegoro Kecamatan Dander Peternakan merupakan komponen utama dalam analisis pemanfaatan biogas sebagai - 2 -

3 pembangkit listrik. Karena biogas yang akan digunakan sebagai bahan bakar berasal dari olahan limbah perternakan. Tabel 3.1 Laju Perkembangan Peternakan di Bojonegoro tahun No Jenis * Ternak 1 Sapi Kerbau Kambing Domba * sampai triwulan ke 1 tahun 2010 (Dinas Peternakan Kabupaten Bojonegoro, 2010) Tabel 3.2 Laju Populasi Hewan Ternak di Kecamatan Dander Dua Tahun terakhir Jenis * Sapi Kambing Domba * sampai triwulan ke 1 tahun 2010 (Dinas Peternakan Kabupaten Bojonegoro, 2010) Kelompok tani Mekarsari dari waktu ke waktu mengalami perkembangan yang signifikan. Disampaikan oleh Bupati, saat awal berdiri ternak yang dimiliki hanya 8 ekor, dan dalam perkembangannya mampu memiliki anggota 25 orang dengan jumlah sapi saat ini 411 ekor. Maka apabila diasumsikan tiap ekor sapi menghasilkan 25 kg kotoran per hari, maka sapi-sapi yang dikelola oleh Kelompok Tani-Ternak Mekarsari ini dapat menghasilkan kg kotoran per hari. Angka ini belum ditambahkan dengan jumlah populasi sapi lain di Desa Dander yang tidak dikelola oleh Kelompok Tani-Ternak Mekarsari [14,15,16]. 3.2 Kondisi Ketenagalistrikan Bojonegoro Kecamatan Dander Dapat dilihat kondisi kelistrikan APJ Bojonegoro, dengan data-data sebagai berikut [9,12] : Tabel 3.3 Data Setiap Tahun Kondisi Listrik di APJ Bojonegoro Tahun Produksi Energi (MWh) Beban Puncak (MW) Faktor Beban (%) ,7 65, ,0 67, ,6 67, , ,36 (Sumber : PT PLN Dist Jawa Timur, Data Statistik 2009) Kondisi kelistrikan Kecamatan Dander dari tahun ke tahun juga semakin meningkat, hal ini dikarenakan laju perkembangan penduduk dan ekonomi di wilayah tersebut juga meningkat. Dapat dilihat pada tabel berikut [12] : Tabel 3.4 Jumlah Pelanggan listrik pertahun Kecamatan Dander Uraian Rumah Tangga Bisnis Industri Publik (Sumber : PT PLN Dist Jawa Timur, Data Statistik 2009) Tabel 3.5 Energi Terjual per Sektor pertahun Kecamatan Dander (MWh) Uraian Rumah Tangga 8.570, , , , ,88 Bisnis 1.992, , , , ,25 Industri , , , , ,98 Publik 933, , , , ,65 Total , , , , ,76 (Sumber : PT PLN Dist Jawa Timur, Data Statistik 2009) IV. ANALISIS PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BIOGAS KOTORAN SAPI 4.1 Kondisi Terakhir Potensi Biogas dan Ketenagalistrikan Desa Dander Bojonegoro Bojonegoro khususnya Kecamatan Dander merupakan salah satu sentra peternakan sapi di Jawa Timur. Besarnya populasi di suatu daerah akan berbanding lurus dengan potensi biogas yang bisa dimanfaatkan di daerah tersebut. Di Desa Dander sendiri terdapat sebuah kelompok tani-ternak dengan jumlah sapi yang relatif banyak dan pengelolaan yang sudah profesional. Kelompok tersebut adalah Kelompok Tani-Ternak Mekarsari Dander Bojonegoro. Pada awal berdirinya, kelompok ini hanya memiliki sekitar 12 ekor sapi saja, namun sekarang (2010) kelompok ini telah meiliki tidak kurang dari 411 ekor sapi, dengan laju rata-rata 8-10 ekor sapi per tahun. Diketahui bahwa seekor sapi dengan bobot 450 kg dapat menghasilkan limbah berupa feses dan urine lebih kurang 25 kg per hari. Dan apabila tidak dilakukan penanganan secara baik maka akan menimbulkan masalah pencemaran lingkungan udara, tanah dan air serta penyebaran penyakit menular. Dan salah satu penyelesaiannya adalah dengan mengolah limbah tersebut menjadi biogas yang dapat digunakan sebagai bahan bakar generator biogas untuk menghasilkan energi listrik. Rasio elektrifikasi di Desa Dander tergolong diatas rasio elektrifikasi Kabupaten Bojonegoro, hampir seluruh rumah tangga sudah teraliri listrik, namun tidak semua rumah tangga sudah menikmati listrik. Dan juga terdapat masalah lain yang dihadapi yaitu pemadaman bergilir di - 3 -

4 Desa Dander yang cukup sering. Seringnya pemadaman di Desa Dander membuat perlu adanya energi alternatif sebagai penghasil energi listrik terutama saat terjadi pemadaman. Dengan potensi peternakan yang relatif besar ditambah adanya sebuah peternakan besar di Desa Dander yaitu peternakan Mekar Sari yang bisa memudahkan proses pengolahan kotoran, maka Desa Dander berpotensi menjadi Desa Mandiri Energi dengan mengembangkan energi alternatif berupa biogas. 4.2 Peramalan Kebutuhan Energi Listrik Kebutuhan Energi Listrik Dander diramalkan dengan menggunakan dua metode yaitu, Metode Regresi dan DKL 3.01 Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Proyeksi Konsumsi Energi Listrik Kecamatan Dander (MWh) Tahun Regresi DKL , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Analisis Aspek Teknis Pembangkit Listrik Biogas di Peternakan Kelompok Tani Mekarsari Desa Dander Berikut ini akan dijelaskan proses pembangkitan energi listrik dari sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Biogas mulai dari proses pengolahan kotoran sapi menjadi biogas yang disebut dengan Anaerobic Digestion, hingga proses perubahan biogas menjadi energi listrik yang siap digunakan oleh para penduduk. Berikut diagram alir (flowchart) proses-proses tersebut. Dari digaram alir di atas, dapat dijelaskan bahwa bahan-bahan organik dalam dalam hal ini kotoran sapi yang ditambahkan dengan air akan menjadi bahan baku utama proses Aaerobik. Proses tersebut akan menghasilkan Gas Methan (CH4) dan zat sisa. Zat sisa proses Aaerobik dapat digunakan sebagai pupuk urea, sedangkan Gas Methan itulah yang disebut sebagai biogas. Biogas tersebut kemudian digunakan sebagai bahan bakar sebuah Generator Set (Genset) biogas yang terdiri dari sebuah Mesin Gas sebagai motor penggerak sebuah Generator. Mesin Gas tersebut menggunakan Oksigen (dari udara bebas) dan biogas sebagai bahan bakar proses pembakaran, dan menghasilkan Karbondioksida dan uap air sebagai zat hasil pembakaran. Energi listrik yang dihasilkan oleh generator dapat segera digunakan oleh penduduk. Selain itu, biogas juga dapat digunakan untuk memasak dan lampu petromaks Kapasitas Biogas Sebagai Bahan Bakar Generator Listrik di Peternakan Kelompok Tani-Ternak Mekarsari Dander Di Peternakan Mekarsari pada tahun 2010 terdapat tidak kurang dari 411 ekor sapi. Sehingga penanganan limbahnya baik itu limbah padat maupun cair dalam bentuk feses dan urine yang dibuang berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan. Diketahui bahwa seekor sapi dengan bobot 450 kg dapat menghasilkan limbah berupa feses dan urine lebih kurang 25 kg per hari Dan untuk mengetahui proses konversi kotoran sapi menjadi biogas dapat dilihat dari tabel berikut yang didapatkan dari Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian [1,6]. Tabel 4.2 Kandungan Bahan Kering dan Volume Gas yang Dihasilkan Tiap Jenis Kotoran Jenis Banyak Tinja (Kg/hari) Kandungan Bahan Kering -BK (%) Biogas yang Dihasilkan (m 3 / kg.bk) Gajah ,018-0,025 Sapi/Kerbau ,023-0,040 Kambing/Domba 1, ,040-0,059 Ayam 0, ,065-0,116 Itik 0, ,065-0,116 Babi 7 9 0,040-0,059 Manusia 0,25-0,4 23 0,020-0,028 (Sumber : Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian,2008) Dari tabel di atas dapat diketahui jumlah potensi biogas yang dapat dihasilkan oleh limbah kotoran sapi yang berada di Peternakan Mekarsari melalui perhitungan sebagai berikut : Gambar 4.1 Biogas Power Generation FlowChart - 4 -

5 Jumlah sapi di peternakan Mekarsari berjumlah 411 ekor. Yang mempu menghasilkan 25 kg kotoran per hari. Maka, produksi kotoran sapi perhari di Peternakan Mekarsari adalah sebesar : 411 X 25 = kg / hari Kandungan bahan kering untuk kotoran sapi adalah 20 %, maka kandungan bahan kering total adalah : X 0,20 = kg.bk Sehingga, Potensi biogas dari kotoran sapi di Peternakan Mekarsari adalah sebesar : X 0,04 = 82,2 m 3 / hari Berdasarkan sumber Departemen Pertanian, untuk mengetahui konversi biogas menjadi energi lain, dapat dilihat pada tabel berikut [1] : Tabel 4.3 Konversi Biogas dan Penggunaannya Penggunaan Energi 1m 3 biogas Penerangan Lampu Watt selama 6 jam Memasak Memasak 3 jenis makanan untuk 5-6 orang Tenaga Menjalankan motor 1 hp selama 2 jam Listrik 4,7 kwh energi listrik * (Sumber : Suriawiria, Menuai Biogas dari Limbah, 2005) * Sumber : Suriawiria, Menuai Biogas dari Limbah, Departemen Pertanian, 2005 Feber Suhendra, The Usage Of biogas Technology To Reduce Livestock Pollutant in Bali on Clean Development Mechanism, Mulya Tiara Nusa, 2008 Dengan demikian potensi energi listrik yang dihasilkan dari limbah kotoran sapi yang ada di Peternakan Mekarsari adalah : 82,2 m 3 X 4,7 kwh = 386,6 kwh / hari dengan daya keluaran = 386,6 / 24 = 16,1 kw Dengan kapasitas 386,6 kwh/hari maka biogas dari kotoran sapi dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan di sekitar Peternakan Mekarsari Desa Dander Bojonegoro untuk pembangkit listrik isolated Perancangan Instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Biogas Peternakan Kelompok Tani Mekarsari Desa Dander Pada gambar di bawah ini, dapat dilihat layout rancangan sederhana dari instalasi pembangkit listrik biogas yang akan digunakan di Petrnakan Kelompok Tani Mekarsari Dander. Gambar 4.2 Rencana Instalasi Pembangkit Biogas Penjelasan singkat dari rancangan instalasi di atas adalah : 1. Kotoran ternak dialirkan menuju Reaktor (Digester) melalui saluran masuk (inlet). 2. Sebelum masuk digester, kotoran ternak dicampur dengan air dengan perbandingan 1:1 dengan menggunakan pengaduk mekanis. 3. Kemudian gas yang dihasilkan dari campuran kotoran dan air dialirkan menuju penampung gas, dengan diatur oleh valve pengatur tekanan. 4. Penampung gas dibuat lebih dari satu agar biogas yang dihasilkan bisa digunakan untuk lebih dari satu fungsi. 5. Biogas dari penampung gas bisa digunakan untuk menyalakan lampu petromaks, kompor gas, dan generator biogas untuk kemudian menyalakan peralatan listrik. 6. Zat sisa proses Digesterisasi dapat digunakan langsung sebagai pupuk kandang atau diolah menjadi pupuk urea kemasan yang siap dijual. Dan komponen-komponen pembangkit listrik biogas yang akan digunakan di Peternakan Mekarsari antara lain : - Saluran Masuk Slurry (Kotoran Segar dan Air) Saluran ini digunakan untuk memasukkan slurry sebagai bahan utama ke dalam reaktor (digester). - Sistem Pengaduk Di Peternakan Mekarsari sistem pengadukan yang paling mungkin dilakukan agar kotoran segar dan air tercampur secara sempurna adalah dengan pengadukan mekanis. - Reaktor (Digester) Reaktor yang digunakan untuk pembangkitan biogas di Peternakan Mekarsari menggunakan Tipe Kubah dikarenakan tekanan yang dihasilkan - 5 -

6 oleh tipe ini relatif stabil, dan mempunyai harga yang relatif lebih murah. Volume total digester = (lama proses x aliran bahan) [7] 80 % 411 ekor 25 kg/hari = kg Perbandingan air dan kotoran 1:1 ( ρ air = 1kg / liter ) Maka aliran perhari adalah kg kotoran liter air = liter slurry Lama proses hari Sehingga : Volume basah = liter 10 = liter Volume total = ( ) / 80% = liter = 256,875 m 3 Dengan proses pengisian yang digunakan adalah proses pengisian Kontinyu - Saluran Keluaran Residu Saluran ini digunakan untuk mengeluarkan kotoran yang telah difermentasi oleh bakteri. Saluran ini bekerja berdasarkan prinsip kesetimbangan tekanan hidrostatik. Residu yang keluar pertama kali merupakan slurry masukan yang pertama setelah waktu retensi. Sesuai penjelasan sebelumnya, sisa pengolahan kotoran ini masih bisa digunakan sebagai pupuk kompos yang baik bagi tanaman karena terjadi penurunan COD sehingga kotoran mengandung lebih sedikit bakteri patogen sehingga aman untuk pemupukan sayuran atau buah, terutama untuk konsumsi segar. - Katup Pengaman Tekanan (Control Valve) Katup pengaman ini digunakan sebagai pengatur tekanan gas dalam biodigester. Katup pengaman ini menggunakan prinsip pipa T, bila tekanan gas dalam saluran gas lebih tinggi dari kolom air, maka gas akan keluar melalui pipa T, sehingga tekanan dalam biodigester akan turun. - Saluran Gas Saluran gas ini disarankan terbuat dari polimer untuk menghindari korosi. - Penampung Gas Penampung gas adalah sebuah ruang kedap udara yang digunakan sebagai tempat penyimpanan biogas yang telah dihasilkan dari proses biodigester sebelum disalurkan ke kompor atau genset biogas. Besar volume total dari penampung-penampung gas, kurang lebih sama dengan perhitungan potensi biogas di Peternakan Mekarsari per-harinya yaitu 82,2 m 3. Penampung gas yang akan digunakan di PLT Biogas mekarsari dibuat lebih dari satu agar biogas yang dihasilkan bisa digunakan untuk lebih dari satu fungsi. - Generator (Genset) Biogas Generator biogas yang akan digunakan di Peternakan Mekarsari adalah generator dengan daya keluaran 20 kw sesuai dengan potensi biogas di sana yang bisa mencapai 386,6 kwh/hari atau 16,11 kilowatt perjamnya. Adapun spesifikasi dari Generator tersebut adalah [18]: Series 20GFT Model Biogas, Natural Gas, Fuel LPG Rated Power min (kw) 10 Rated Power max (kw) 20 Rated Current (A) 36 Rated Voltage (V) 240/400 Alternator Rated Frequency (Hz) 50 Rated Power Factor 0,8 lag Rated Speed (rpm) 1500 Model 4100Q Type in line, 4-stroke, electric control igntion Nos of Silinder 4 Bore*Stroke (mm) 100*115 Total Displacement cc) 3,61 Compression Ratio 11 Gas Engine Rated Power (kw/ps) 27/36,7 Rated Speed (rpm) 1500 Speed Regulation electrical Starting Mode electrical NG consumption (m 3 /hour) 6,8 Packing L*W*H (m) 1.5*0.8*1.2 Data N.W (kg) 650 (Sumber : Shanghai Chenchang Power Technology Co., Ltd.) Harga dari sebuah Generator Set 20 kw seperti di atas adalah rata-rata US$ [18] - Jaringan Distribusi Pada proses penyaluran daya pada PLT Biogas Mekarsari ini, jarak pelanggan terdekat adalah 20 meter, sedangkan jarak pelanggan terjauh adalah 500 meter diasumsikan dari rumah pembangkit. 4.4 Analisis Aspek Ekonomi Tabel 4.4 Biaya Investasi Instalasi PLT Biogas di Peternakan Kelompok Tani Mekarsari Jenis Data Nilai Kapasitas Terinstal 16,1 kw Waktu Operasi 15 tahun Bahan Bakar Kotoran SAPI US$/ Biaya Investasi Pembangunan (1.000 US$/kW) [19] (Sumber : Center for Research on Material and Energy-ITB, data diolah kembali) Maka biaya investasi total adalah : Biaya investasi total = biaya investasi instalasi + harga generator set = = US$ Capital Investment Cost USD Biaya Pembanguna n = = Installed Capacity 16,1 kw = 1300 US$ / kw Dan berikut ini hasil perhitungan ekonomi investasi dari PLT Mekarsari Dander Bojonegoro - 6 -

7 Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Biaya PLT Biogas Mekarsari Perhitungan Suku Bunga 6 % 9 % 12 % Biaya Pembangkitan (US$ / kw) Umur Operasi (Tahun) Kapasitas (kw) 16,1 16,1 16,1 Biaya Bahan Bakar (US$ / kwh) 0,001 0,001 0,001 Biaya O & M (US$ / kwh) 0,0041 0,0041 0,0041 Biaya Modal (US$ / kwh) 0, ,0345 0,0409 Total Cost (US$ / kwh) 0, ,0396 0,0460 Harga Jual (US$ / kwh) 0, , ,0529 Investasi total (US$) Pendapatan pertahun Jumlah pendapatan per tahun/ Cash in Flow (CIF) dapat dihitung dari kwhoutput dan selisih Biaya Pokok Penyediaan (BPP) dengan Biaya Pembangkitan atau dengan kata lain keuntungan penjualan (KP). Untuk daerah Jawa Timur, biaya pokok penyediaan listrik tegangan menengah sebesar Rp. 855,00/kWh. a. Dengan menggunakan suku bunga 6% CIF = KP kwhoutput = (BPP HJ) kwhoutput = (Rp 855/kWh Rp 388,24/kWh) x 75219,2 kwh/tahun = Rp 35,11 juta/tahun b. Dengan menggunakan suku bunga 9% CIF = KP kwhoutput = (BPP HJ) kwhoutput = (Rp 855/kWh Rp 455,4/kWh) x 75219,2 kwh/tahun = Rp 30,06 juta/tahun c. Dengan menggunakan suku bunga 12% CIF = KP kwhoutput = (BPP HJ) kwhoutput = (Rp 855/kWh Rp 529/kWh) x 75219,2 kwh/tahun = Rp 24,52 juta/tahun Net Present Value Net Present Value (NPV) ini menghitung jumlah nilai sekarang dengan menggunakan Discount Rate tertentu dan kemudian membandingkannya dengan investasi awal (Initial Invesment). Selisihnya disebut NPV. Apabila NPV tersebut positif, maka usulan investasi tersebut diterima, dan apabila negatif ditolak. Dari hasil perhitungan, tampak bahwa pada suku bunga 6% nilai NPV mulai positif pada tahun ke-8, pada suku bunga 9% nilai NPV-nya mulai positif pada tahun ke-12, sedangkan suku bunga 12 % nilai NPV-nya selalu negatif. Hal ini berarti bahwa investasi untuk PLT Bogas pada suku bunga 6% dan 9% layak untuk dilaksanakan Return Of Investment Return of Investment adalah kemampuan pembangkit untuk mengembalikan dana investasi dalam menghasilkan tingkat keuntungan yang digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa dengan suku bunga 6%, dana investasi dapat dikembalikan paling cepat pada tahun ke-6 dan dengan benefit tertinggi sejak PLT Biogas Mekarsari beroperasi. Pada suku bunga 9 %, dana investasi dapat dikembalikan paling cepat pada tahun ke-7. Sedangkan pada suku bunga 12 % dana investasi dapat dikembalikan paling cepat pada tahun ke-9. Data tersebut dapat digunakan sebagai pembanding untuk perhitungan Payback periode. Dimana Payback periode adalah lama waktu yang dibutuhkan agar nilai investasi yang diinvestasikan dapat kembali dengan utuh. 4.5 Analisis Aspek Sosial IPM di Kabupaten Bojonegoro terus mengalami peningkatan yang relatif signifikan dari tahun ke tahun, hal ini mengindikasikan adanya peningkatan kesejahteraan penduduk di Kabupaten Bojonegoro dari tahun ke tahun. Tabel 4.6 Laju IPM Kabupaten Bojonegoro dan Jawa Timur Bojonegoro Jawa Timur * * angka sementara (Sumber : BPS Jawa Timur, 2010) Tingkat kesejahteraan masyarakat Jawa Timur apabila diukur dengan indikator IPM terus mengalami peningkatan. Dimana IPM Jawa Timur pada tahun 2008 sebesar 70,38 dan meningkat pada tahun 2009 mencapai 70,98, yang berada pada urutan 18 secara nasional. -Aspek Sosial Penerimaan Masyarakat Setempat Kelompok Tani-Ternak Mekarsari Dander Bojonegoro sampai saat ini memiliki 30 anggota, dan diperkirakan jumlah anggota akan terus meningkat hingga menjadi 50-an anggota dalam 5 tahun ke depan. Secara umum pemanfaatan limbah kotoran sapi untuk generator listrik di Kelompok Tani-Ternak Mekarsari tidak mendapatkan reaksi resisitif dari penduduk dan tokoh masyarakat setempat. Namun permasalahan terjadi pada proses pembagian energi listrik hasil dari pengolahan limbah kotoran sapi. Para anggota kelompok Kelompok Tani-Ternak Mekarsari menghendaki listrik yang dihasilkan diprioritaskan untuk didistribusikan pada rumah tangga yang menjadi anggota Kelompok Tani-Ternak Mekarsari, dan beberapa fasilitas umum seperti Puskeswan (Pusat Kesehatan Hewan), Musholla, Puskesmas, fasilitas peternakan, dan penerangan jalan yang menjadi akses menuju peternakan

8 4.6 Analisis Aspek Lingkungan - Clean Development Mechanism (CDM) Sebuah PLT Biogas dapat berpartisipasi di dalam mekanisme CDM. Dengan nilai carbon tax sebesar 0,045 USD / kwh, maka untuk PLT Biogas kotoran sapi di Mekarsari dengan produksi ,2 kwh/tahun, maka nilai carbon credit yang didapat adalah sebesar 3.384,86 USD atau sekitar Rp Analisis Beban dan Konsumen Tenaga Listrik Kemampuan Daya Beli Masyarakat Data kelistrikan dan kependudukan yang menjadi acuan adalah daya terpasang dan pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Bojonegoro untuk mengetahui seberapa besar daya beli energi listrik masyarakat Kabupaten Bojonegoro. Dengan input data sebagai berikut : Pendapatan perkapita penduduk setiap bulan = Rp [20] Dengan mengasumsikan dalam satu rumah tangga terdapat 4 anggota keluarga, sehingga didapat : Pendapatan Rumah Tangga = Rp x 4 = Rp Dengan diasumsikan pengeluaran rumah tangga untuk energi listrik rata-rata adalah 8%, maka pengeluarannya sebesar Rp Dari hasil perhitungan didapatkan nilai daya beli masyarakat adalah : Dayabeli 477,94 562,541Rp 2009 = = KWh dimana adalah rata-rata biaya total pemakaian listrik, dan 477,94 adalah harga ratarata energi listrik per-kwh. Dengan daya beli listrik rumah tangga sebesar Rp.562,541/kWh maka harga jual energi listrik dari energi terbarukan biogas mampu dibayar oleh masyarakat karena rata-rata harga jual energi listrik dari energi terbarukan biogas di berbagai tingkat suku bunga masih dibawah daya beli untuk listrik rumah tangga Manajemen Kebutuhan Energi Listrik Pada bagian ini dibahas pengaturan di sisi beban atau konsumen yang akan memanfaatakan PLT Biogas Mekarsari. Pengaturan ini diperlukan agar energi listrik yang dihasilkan dapat disalurkan secara merata dan proporsional kepada penduduk yang menjadi sasaran pemanfaatan PLT Biogas Mekarsari ini. Dengan asumsi Generator biogas akan dioperasikan selama 16 jam sehari, maka energi keluaran dari PLT Biogas Mekarsari ini adalah : = Daya Terpasang x Faktor Kapasitas x 16 = 16,1 kw x 0,8 x 16 = 206,08 kwh/hari = Wh/hari Dan dengan kapasitas daya keluaran adalah : = Output Generator (kw) / faktor daya = 16,1 / 0,8 = 20,125 kva Dimana rancangan pengaturan beban di sisi konsumen adalah : 10 Rumah dengan daya terpasang 220 VA 30 Rumah dengan daya terpasang 450 VA 1 buah musholla dengan daya terpasang PLN 450 VA 1 buah Puskeswan dengan daya terpasang PLN 900 VA 1 buah Puskesmas dengan daya terpasang PLN 900 VA Penerangan Peternakan dan Lampu Penerangan Jalan Dari hasil perhitungan di masing-masing beban didapat total energi terpakai berdasarkan Rancangan Manajemen Beban di atas adalah : = 107,68 kwh/hari Dan total daya terpasang adalah : = (220 x 10) + (450 x 30) + (450 x 1) + (900 x 2) = 18,410 kva V. KESIMPULAN Berdasarkan hasil perhitungan dan analisa yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain : 1. Biogas memiliki prospek yang baik sebagai energi alternatif pengganti energi tidak terbarukan di Indonesia yang sedang mengalami krisis energi yang ditandai dengan semakin langka dan tingginya harga bahan bakar yang berdampak pada semakin tingginya biaya produksi pembangkit tenaga listrik. Di Peternakan Kelompok Tani-Ternak Mekarsari, pemanfaatan biogas dengan menggunakan kotoran sapi sangat potensial, dari 411 ekor sapi berpotensi menghasilkan energi listrik sebesar 386,6 kwh/hari. 2. Sebagian besar pembangkit tenaga listrik yang menyuplai wilayah Bojonegoro masih menggunakan sumber energi berbahan bahan energi non-renewable. Dengan beban puncak yang mencapai 279 MW pada tahun 2009, dan semakin menipisnya bahan bakar untuk pembangkit-pembangkit non renewable tersebut, - 8 -

9 maka pembangkit listrik dengan bahan bakar renewable mutlak diperlukan. 3. Dari analisa aspek teknis, diperoleh kesimpulan: Komponen sipil PLT Biogas ini terdiri dari saluran masuk, sistem pengaduk, reaktor (digester), saluran keluaran residu, katup pengaman tekanan, saluran gas dan penampung gas. Komponen elektro-mekanik PLT Biogas ini terdiri dari Generator set (GenSet) Biogas 20 kw, Sistem kontrol ELC (Electronic Load Control) dan jaringan distribusi dengan kabel tembaga NYM 4x16 mm2. PLT Biogas direncanakan dapat memenuhi kebutuhan 40 rumah tangga, sebuah musholla, sebuah Puskesmas dan Puskeswan, serta penerangan jalan. Analisa aspek ekonomi yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan: Biaya pembangunan PLT Biogas Mekarsari sebesar USD atau setara dengan Rp.209 juta. Biaya pembangkitan total yang terdiri dari biaya modal dan operasional antara lain, untuk suku bunga i=6% adalah Rp.337,6/kWh; untuk suku bunga i=9% adalah Rp.396/kWh; untuk suku bunga i=12% adalah Rp.460/kWh; Harga jual listrik rata-rata PLT Biogas (dari tiga suku bunga) Rp.457,55/kWh. 4. Dengan daya beli listrik rumah tangga sebesar Rp.562,541/kWh dibandingkan dengan harga jual rata-rata energi listrik biogas (dari tiga suku bunga) yang masih dibawah daya beli untuk listrik rumah tangga yaitu sebesar Rp.457,55/kWh. Maka masyarakat di sekitar Petrnakan Kelompok Tani Mekarsari mampu untuk membeli energi listrik dengan bahan bakar Biogas tersebut. Selain itu, jika dilihat dari parameter-parameter dalam analisa keputusan yaitu dari segi teknis, ekonomi, lingkungan, dan sosial dengan beberapa aspek seperti cadangan bahan baku, penguasaan teknologi, penanggulangan limbah dan aspek ekonomi didapatkan total perhitungan aspek-aspek tersebut sebesar + 50, maka Pembangkit Listrik Tenaga Biogas dengan menggunakan kotoran sapi layak untuk dikembangkan di Peternakan Kelompok Tani Mekarsari. 5. Diperkirakan akan terjadi perubahan yang signifikan terhadap keadaan penduduk di sekitar Petrnakan Kelompok Tani Mekarsari setelah dibangunnya sebuah Pembangkit Listrik Biogas Kotoran Sapi. Baik dari segi lingkungan yang sebelumnya kotor karena banyak limbah kotoran sapi yang tidak diolah, menjadi bersih karena terolahnya limbah tersebut. Kondisi ketenagalistrikan dan ekonomi yang awalnya sering terganggu karena seringnya terjadi pemadaman, menjadi tidak terganggu. Hingga dampak yang bagus untuk peningkatan kualitas komoditi peternakan di daerah tersebut. Sehingga tujuan utama Menuju Desa Mandiri Energi dapat segera tercapai. DAFTAR PUSTAKA 1. Suriawiria, Menuai Biogas dari Limbah, Mahmudsyah Syarifuddin, LPPM-ITS, Masukan / tanggapan UU Energi no.30 tahun Undang-undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Energi. 4. PLN Statistik 2009, PT PLN (Persero) Jakarta, Jawa Timur dalam angka 2010, BPS Jawa Timur, Teguh Wikan Widodo, Ana N, A.Asari dan Elita R, Pemanfaatan Limbah Industri Pertanian Untuk Energi Biogas, 2009, Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian 7. Teguh Wikan Widodo, A.Asari, Teori dan Konstruksi Instalasi Biogas, 2009, Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian. 8. Bibit Supardi, MEMBANGUN DESA MANDIRI ENERGI, 2008, Uninersitas Gajah Mada 9. Bojonegoro dalam angka 2009, BPS Jawa Timur, Dinas Peternakan Kabupaten Bojonegoro, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, PLN Statistik 2009, PT PLN (Persero) Jawa Timur, Kecamatan Dander dalam angka 2009, BPS Jawa Timur, Peternakan Mekarsari Dander Bojonegoro Jawa Timur 17. Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kab Bojonegoro, Shanghai Chenchang Power Technology Co., Ltd. 19. Harsono Soepardjo, Energi Baru dan Terbarukan, 2007, Kompas website resmi pemerintah Kabupaten Bojonegoro, 2010 Andi Hanif, dilahirkan di Surabaya pada tanggal 13 Juli Pada tahun 2005 penulis lulus dari SMUN 6 Surabaya, dan melanjutkan studi di D3 Teknik Elektro Industri PENS- ITS, dan lulus pada tahun 2008, dan melanjutkan studi S1 di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) jurusan Teknik Elektro bidang studi Sistem Tenaga

10 - 10 -

STUDI PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK 10 KW KELOMPOK TANI MEKARSARI DESA

STUDI PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK 10 KW KELOMPOK TANI MEKARSARI DESA STUDI PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK 10 KW KELOMPOK TANI MEKARSARI DESA DANDER BOJONEGORO MENUJU DESA MANDIRI ENERGI Oleh : Andi Hanif -2208 100 628- Pembimbing : Ir. Syariffuddin Mahmudsyah,

Lebih terperinci

Pemanfaatan Kotoran Sapi untuk Bahan Bakar PLT Biogas 80 KW di Desa Babadan Kecamatan Ngajum Malang

Pemanfaatan Kotoran Sapi untuk Bahan Bakar PLT Biogas 80 KW di Desa Babadan Kecamatan Ngajum Malang Pemanfaatan Kotoran Sapi untuk Bahan Bakar PLT Biogas 80 KW di Desa Babadan Kecamatan Ngajum Malang Yasinta Fajar Saputri 2212 105 070 Dosen Pembimbing I Ir. Teguh Yuwono Dosen Pembimbing II Ir. H. Syariffuddin

Lebih terperinci

Pemanfaatan Kotoran Sapi untuk Bahan Bakar PLT Biogas 80 KW di Desa Babadan Kecamatan Ngajum Malang

Pemanfaatan Kotoran Sapi untuk Bahan Bakar PLT Biogas 80 KW di Desa Babadan Kecamatan Ngajum Malang Pemanfaatan Kotoran Sapi untuk Bahan Bakar PLT Biogas 80 KW di Desa Babadan Kecamatan Ngajum Malang Yasinta Fajar Saputri, Teguh Yuwono, Syariffuddin Mahmudsyah Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

STUDI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI UNTUK GENSET LISTRIK BIOGAS, PENERANGAN DAN MEMASAK MENUJU DESA NONGKOJAJAR (KECAMATAN TUTUR) MANDIRI ENERGI.

STUDI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI UNTUK GENSET LISTRIK BIOGAS, PENERANGAN DAN MEMASAK MENUJU DESA NONGKOJAJAR (KECAMATAN TUTUR) MANDIRI ENERGI. STUDI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI UNTUK GENSET LISTRIK BIOGAS, PENERANGAN DAN MEMASAK MENUJU DESA NONGKOJAJAR (KECAMATAN TUTUR) MANDIRI ENERGI. OLEH : Dhika Fitradiansyah Riliandi 2205 100 003 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013 Sejarah Biogas BIOGAS (1770) Ilmuwan di eropa menemukan gas di rawa-rawa. (1875) Avogadro biogas merupakan produk proses anaerobik atau proses fermentasi. (1884) Pasteur penelitian biogas menggunakan kotoran

Lebih terperinci

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI ENERGI ALTERNATIF TERBARUKAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI Bambang Susilo Retno Damayanti PENDAHULUAN PERMASALAHAN Energi Lingkungan Hidup Pembangunan Pertanian Berkelanjutan PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BIOGAS Dapat

Lebih terperinci

Studi Pembangunan PLTGU Senoro (2 x 120 MW) Dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional di Sulawesi Tengah

Studi Pembangunan PLTGU Senoro (2 x 120 MW) Dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional di Sulawesi Tengah Studi Pembangunan PLTGU Senoro (2 x 120 MW) Dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional di Sulawesi Tengah Tedy Rikusnandar NRP 2208 100 643 Dosen Pembimbing Ir. Syariffuddin Mahmudsyah, M. Eng Ir.

Lebih terperinci

4 m 3 atau 4000 liter Masukan bahan kering perhari. 6Kg Volume digester yang terisi kotoran. 1,4 m 3 Volume Kebutuhan digester total

4 m 3 atau 4000 liter Masukan bahan kering perhari. 6Kg Volume digester yang terisi kotoran. 1,4 m 3 Volume Kebutuhan digester total BAB IV HASIL DAN PENGUJIAN 4.1 Data Lapangan Biogas memiliki nilai kalor 4800-6700 kkal/m 3 dan mendekatai gas metan murni yaitu 8900 kkal/m 3 atau 1 m 3 biogas setara sekitar 4,7 kwh/m 3 dan 20 40 kg

Lebih terperinci

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas Biogas adalah gas mudah terbakar yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara). Pada umumnya semua jenis bahan organik

Lebih terperinci

Analisis Kelayakan Ekonomi Alat Pengolah Sampah Organik Rumah Tangga Menjadi Biogas

Analisis Kelayakan Ekonomi Alat Pengolah Sampah Organik Rumah Tangga Menjadi Biogas Analisis Kelayakan Ekonomi Alat Pengolah Sampah Organik Rumah Tangga Menjadi Biogas Tofik Hidayat*, Mustaqim*, Laely Dewi P** *PS Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal ** Dinas Lingkungan

Lebih terperinci

Studi Potensi Pemanfaatan Biogas Sebagai Pembangkit Energi Listrik di Dusun Kaliurang Timur, Kelurahan Hargobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta

Studi Potensi Pemanfaatan Biogas Sebagai Pembangkit Energi Listrik di Dusun Kaliurang Timur, Kelurahan Hargobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Juni 2010, Halaman 83 89 ISSN: 2085 1227 Studi Potensi Pemanfaatan Biogas Sebagai Pembangkit Energi Listrik di Dusun Kaliurang Timur, Kelurahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi yang terjadi secara global sekarang disebabkan oleh ketimpangan antara konsumsi dan sumber energi yang tersedia. Sumber energi fosil yang semakin langka

Lebih terperinci

Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah

Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah oleh: Alvin Andituahta Singarimbun 2206 100 040 DosenPembimbing 1: Ir. Syarifuddin M, M.Eng

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM 10.000 MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA OLEH : MUHAMMAD KHAIRIL ANWAR 2206100189 Dosen Pembimbing I Dosen

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KOTORAN HEWAN (TERNAK SAPI) SEBAGAI PENGHASIL BIOGAS

PEMANFAATAN KOTORAN HEWAN (TERNAK SAPI) SEBAGAI PENGHASIL BIOGAS PEMANFAATAN KOTORAN HEWAN (TERNAK SAPI) SEBAGAI PENGHASIL BIOGAS M. Hariansyah Dosen Tetap FT UIKA, ABSTRAK Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan menipisnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peradaban manusia terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Perubahan ini didorong oleh perkembangan pengetahuan manusia, karena dari waktu ke waktu manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkurangnya cadangan sumber energi dan kelangkaan bahan bakar minyak yang terjadi di Indonesia dewasa ini membutuhkan solusi yang tepat, terbukti dengan dikeluarkannya

Lebih terperinci

Tahap II Proyeksi Peningkatan Rasio Elektrifikasi 80%

Tahap II Proyeksi Peningkatan Rasio Elektrifikasi 80% Tahap II Proyeksi Peningkatan Rasio Elektrifikasi 80% Jika dilihat kembali proyeksi konsumsi energi pelanggan rumah tangga, pada tahun 2014 dengan : Jumlah pelanggan = 255.552 pelanggan Konsumsi energi

Lebih terperinci

listrik di beberapa lokasi/wilayah.

listrik di beberapa lokasi/wilayah. PEMBANGUNAN PEMBANGKIT PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 3 x 7 MW SEBAGAI PROGRAM 10.000 MW TAHAP KEDUA PT. PLN DI KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT Agus Nur Setiawan 2206 100 001 Pembimbing : Ir. Syariffuddin

Lebih terperinci

STUDI PEMBANGUNAN PLTU KAMBANG 2x100 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SUMATERA BARAT

STUDI PEMBANGUNAN PLTU KAMBANG 2x100 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SUMATERA BARAT STUDI PEMBANGUNAN PLTU KAMBANG 2x100 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SUMATERA BARAT Disusun Oleh : Hamid Paminto Nugroho 2207 100 571 Dosen Pembimbing : 1. Ir. Syariffuddin Mahmudsyah

Lebih terperinci

STUDI PEMBANGUNAN PLTU TANAH GROGOT 2X7 MW DI KABUPATEN PASER KALIMANTAN TIMUR DAN PENGARUH TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL KALIMANTAN TIMUR

STUDI PEMBANGUNAN PLTU TANAH GROGOT 2X7 MW DI KABUPATEN PASER KALIMANTAN TIMUR DAN PENGARUH TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL KALIMANTAN TIMUR Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro - FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih - Sukolilo, Surabaya - 60111 STUDI PEMBANGUNAN PLTU TANAH GROGOT 2X7 MW DI KABUPATEN PASER KALIMANTAN

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN PLTP 2X2,5 MW UNTUK KETENAGALISTRIKAN DI LEMBATA NUSA TENGGARA TIMUR

STUDI PERENCANAAN PLTP 2X2,5 MW UNTUK KETENAGALISTRIKAN DI LEMBATA NUSA TENGGARA TIMUR STUDI PERENCANAAN PLTP 2X2,5 MW UNTUK KETENAGALISTRIKAN DI LEMBATA NUSA TENGGARA TIMUR Cherian Adi Purnanta 2205 100 147 Dosen pembimbing : Ir. Syariffuddin M, M.Eng Ir. Teguh Yuwono PENDAHULUAN Salah

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Penelitian TNI

LAMPIRAN. Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Penelitian TNI A. IDENTITAS PERSEPSIDEN LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Penelitian Nama : Umur : Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan Pekerjaan : PNS Wiraswasta/Pengusaha TNI Pensiunan Jumlah Ternak dimiliki Lainnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kelapa sawit merupakan salah satu agroindustri yang sangat potensial dan berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia telah menyumbang

Lebih terperinci

Ketua Tim : Ir. Salundik, M.Si

Ketua Tim : Ir. Salundik, M.Si BIODIGESTER PORTABLE SKALA KELUARGA UNTUK MENGHASILKAN GAS BIO SEBAGAI SUMBER ENERGI Ketua Tim : Ir. Salundik, M.Si DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan bakar utama berbasis energi fosil menjadi semakin mahal dan langka. Mengacu pada kebijaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Biogas merupakan salah satu energi berupa gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biogas merupakan salah satu energi terbarukan. Bahanbahan yang dapat

Lebih terperinci

Chrisnanda Anggradiar NRP

Chrisnanda Anggradiar NRP RANCANG BANGUN ALAT PRODUKSI BIOGAS DENGAN SUMBER ECENG GONDOK DAN KOTORAN HEWAN Oleh : Chrisnanda Anggradiar NRP. 2106 030 038 Program Studi D3 Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA STUDI PEMANFAATAN BIOMASSA LIMBAH KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP DI KALIMANTAN SELATAN (STUDI KASUS KAB TANAH LAUT) OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA 2206 100 036 Dosen Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan energi gas memang sudah dilakukan sejak dahulu. Pemanfaatan energi. berjuta-juta tahun untuk proses pembentukannya.

BAB I PENDAHULUAN. dan energi gas memang sudah dilakukan sejak dahulu. Pemanfaatan energi. berjuta-juta tahun untuk proses pembentukannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Energi mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Hampir semua aktivitas manusia sangat tergantung pada energi. Berbagai alat pendukung, seperti alat penerangan,

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN EKONOMIS BIOGAS SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA HOME INDUSTRY KRIPIK SINGKONG.

ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN EKONOMIS BIOGAS SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA HOME INDUSTRY KRIPIK SINGKONG. ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN EKONOMIS BIOGAS SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA HOME INDUSTRY KRIPIK SINGKONG. Wignyanto 1) ; Susinggih Wijana 2) ; Saiful Rijal 3) ABSTRAK Penelitian itu bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding lurus dengan sampah yang dihasilkan oleh penduduk kota. Pada data terakhir bulan November

Lebih terperinci

STUDI PEMBANGUNAN PLTA KOLAKA 2 X 1000 KW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA

STUDI PEMBANGUNAN PLTA KOLAKA 2 X 1000 KW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA STUDI PEMBANGUNAN PLTA KOLAKA 2 X 1000 KW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA Madestya Yusuf 2204 100 023 Pembimbing : Ir. Syariffuddin Mahmudsyah, M.Eng NIP. 194612111974121001

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Kerangka Teori Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan Limbah Cair Industri Tahu Bahan Organik C/N COD BOD Digester Anaerobik

Lebih terperinci

PROFIL PENGEMBANGAN BIO-ENERGI PERDESAAN (BIOGAS)

PROFIL PENGEMBANGAN BIO-ENERGI PERDESAAN (BIOGAS) PROFIL PENGEMBANGAN BIO-ENERGI PERDESAAN (BIOGAS) Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian Ditjen Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Pertanian Departemen Pertanian 2009 PROFILE PENGEMBANGAN BIOENERGI PERDESAAN

Lebih terperinci

Agustin Sukarsono *) Eddy Ernanto **)

Agustin Sukarsono *) Eddy Ernanto **) SISTEM PRODUKSI BIOGAS YANG TERINTEGRASI (Sebuah Aplikasi Teknologi Tepat Guna melalui Pemanfaatan limbah ) Agustin Sukarsono *) Eddy Ernanto **) PENDAHULUAN Krisis bahan bakar di indonesia dewasa ini

Lebih terperinci

BAB III METODE, PENELITIAN

BAB III METODE, PENELITIAN BAB III METODE, PENELITIAN 3.1 Alat dan bahan Komponen pada biodigester sangat bervariasi, tergantung pada jenis biogester yang digunakan, tetapi secara umum bio digaster terdiri dari komponen utama sebagai

Lebih terperinci

ENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL. Hasbullah, S.Pd, M.T.

ENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL. Hasbullah, S.Pd, M.T. ENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL Hasbullah, S.Pd, M.T. Biomassa Biomassa : Suatu bentuk energi yang diperoleh secara langsung dari makhluk hidup (tumbuhan). Contoh : kayu, limbah pertanian, alkohol,sampah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam negeri sehingga untuk menutupinya pemerintah mengimpor BBM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam negeri sehingga untuk menutupinya pemerintah mengimpor BBM BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Masyarakat di Indonesia Konsumsi bahan bakar fosil di Indonesia sangat problematik, hal ini di karenakan konsumsi bahan bakar minyak ( BBM ) melebihi produksi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada data terakhir bulan november tahun 2015 volume sampah di TPA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada data terakhir bulan november tahun 2015 volume sampah di TPA 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada data terakhir bulan november tahun 2015 volume sampah di TPA Putri Cempo, Solo mencapai 260 ton per hari, apabila Sampah di tempat tersebut masih tercampur antara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai potensi biomassa yang sangat besar. Estimasi potensi biomassa Indonesia sekitar 46,7 juta ton per tahun (Kamaruddin,

Lebih terperinci

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M. Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : 35410453 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.T TUGAS AKHIR USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

Oleh : Pressa Perdana S.S Dosen Pembimbing Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng - Ir. Teguh Yuwonoi -

Oleh : Pressa Perdana S.S Dosen Pembimbing Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng - Ir. Teguh Yuwonoi - STUDI PEMANFAATAN BIOMASSA AMPAS TEBU (DAN PERBANDINGAN DENGAN BATU BARA) SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP 1X3 MW DI ASEMBAGUS, KABUPATEN SITUBONDO (STUDI KASUS PABRIK GULA ASEMBAGUS)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun terakhir, energi menjadi persoalan yang krusial di dunia, dimana peningkatan permintaan akan energi yang berbanding lurus dengan pertumbuhan populasi

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN SERTA PENYUSUNAN RENCANA ENERGI DAN KELISTRIKAN DAERAH DENGAN MEMANFAATKAN POTENSI ENERGI DAERAH DI KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR

STUDI PENGEMBANGAN SERTA PENYUSUNAN RENCANA ENERGI DAN KELISTRIKAN DAERAH DENGAN MEMANFAATKAN POTENSI ENERGI DAERAH DI KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR STUDI PENGEMBANGAN SERTA PENYUSUNAN RENCANA ENERGI DAN KELISTRIKAN DAERAH DENGAN MEMANFAATKAN POTENSI ENERGI DAERAH DI KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR Vian Vebrianto 2205 100 004 Bidang Studi Teknik Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial di dunia. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF

PEMANFAATAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF PEMANFAATAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF Bulkaini *, Chairussyuhur Arman, Muhzi, dan Mastur Fakultas Peternakan Universitas Mataram. * Korespondensi: bulkaini@yahoo.com Diterima

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia yang terjadi

I. PENDAHULUAN. Rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia yang terjadi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia yang terjadi pada awal April 2012 membuat masyarakat menjadi resah, karena energi sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

PANDUAN TEKNOLOGI APLIKATIF SEDERHANA BIOGAS : KONSEP DASAR DAN IMPLEMENTASINYA DI MASYARAKAT

PANDUAN TEKNOLOGI APLIKATIF SEDERHANA BIOGAS : KONSEP DASAR DAN IMPLEMENTASINYA DI MASYARAKAT PANDUAN TEKNOLOGI APLIKATIF SEDERHANA BIOGAS : KONSEP DASAR DAN IMPLEMENTASINYA DI MASYARAKAT Biogas merupakan salah satu jenis biofuel, bahan bakar yang bersumber dari makhluk hidup dan bersifat terbarukan.

Lebih terperinci

SNTMUT ISBN:

SNTMUT ISBN: PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK (BUAH - BUAHAN) PASAR TUGU MENJADI BIOGAS DENGAN MENGGUNAKAN STARTER KOTORAN SAPI DAN PENGARUH PENAMBAHAN UREA SECARA ANAEROBIK PADA REAKTOR BATCH Cici Yuliani 1), Panca Nugrahini

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS

SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS Oleh : Selly Meidiansari 3308.100.076 Dosen Pembimbing : Ir.

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 14 MW PROGRAM PT.PLN UNTUK MENGATASI KRISIS

PEMBANGUNAN PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 14 MW PROGRAM PT.PLN UNTUK MENGATASI KRISIS PEMBANGUNAN PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 14 MW DI MELAK KALIMANTAN TIMUR SEBAGAI PROGRAM PT.PLN UNTUK MENGATASI KRISIS KELISTRIKAN DI INDONESIA TIMUR Oleh : Bayu Hermawan (2206 100 717) Dosen Pembimbing :

Lebih terperinci

STUDI AWAL TERHADAP IMPLEMENTASI TEKNOLOGI BIOGAS DI PETERNAKAN KEBAGUSAN, JAKARTA SELATAN. Oleh : NUR ARIFIYA AR F

STUDI AWAL TERHADAP IMPLEMENTASI TEKNOLOGI BIOGAS DI PETERNAKAN KEBAGUSAN, JAKARTA SELATAN. Oleh : NUR ARIFIYA AR F STUDI AWAL TERHADAP IMPLEMENTASI TEKNOLOGI BIOGAS DI PETERNAKAN KEBAGUSAN, JAKARTA SELATAN Oleh : NUR ARIFIYA AR F14050764 2009 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Pengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah

Pengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah Pengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah Oleh : Nur Laili 3307100085 Dosen Pembimbing : Susi A. Wilujeng, ST., MT 1 Latar Belakang 2 Salah satu faktor penting

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS RENEWABLE ENERGY

PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS RENEWABLE ENERGY PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS RENEWABLE ENERGY Sri Wahyono Pusat Teknologi Lingkungan, Kedeputian TPSA Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Jl. M.H. Thamrin No. 8, Lantai 12, Jakarta 10340 e-mail: swahyono@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISIS MESIN PENGGERAK PEMBANGKIT LISTRIK DENGAN BAHAN BAKAR BIOGAS. Tulus Subagyo 1

ANALISIS MESIN PENGGERAK PEMBANGKIT LISTRIK DENGAN BAHAN BAKAR BIOGAS. Tulus Subagyo 1 ANALISIS MESIN PENGGERAK PEMBANGKIT LISTRIK DENGAN BAHAN BAKAR BIOGAS Tulus Subagyo 1 Abstrak: Pembangkit listrik tenaga biogas Bahan bakar utama dari motor penggerak untuk menggerakkan generator adalah

Lebih terperinci

TINJAUAN LITERATUR. Biogas adalah dekomposisi bahan organik secara anaerob (tertutup dari

TINJAUAN LITERATUR. Biogas adalah dekomposisi bahan organik secara anaerob (tertutup dari TINJAUAN LITERATUR Biogas Biogas adalah dekomposisi bahan organik secara anaerob (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan suatu gas yang sebahagian besar berupa metan (yang memiliki sifat mudah terbakar)

Lebih terperinci

JURNAL PENGEMBANGAN BIODIGESTER BERKAPASITAS 200 LITER UNTUK PEMBUATAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

JURNAL PENGEMBANGAN BIODIGESTER BERKAPASITAS 200 LITER UNTUK PEMBUATAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI JURNAL PENGEMBANGAN BIODIGESTER BERKAPASITAS 200 LITER UNTUK PEMBUATAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI THE DEVELOPMENT OF BIODIGESTER WITH A CAPACITY OF 200 LITRES FOR THE MANUFACTURE OF BIOGAS FROM MANURE Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. energi yang salah satunya bersumber dari biomassa. Salah satu contoh dari. energi terbarukan adalah biogas dari kotoran ternak.

BAB I PENDAHULUAN. energi yang salah satunya bersumber dari biomassa. Salah satu contoh dari. energi terbarukan adalah biogas dari kotoran ternak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi dewasa ini semakin meningkat. Segala aspek kehidupan dengan berkembangnya teknologi membutuhkan energi yang terus-menerus. Energi yang saat ini sering

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI DI DESA KOTA KARANG KECAMATAN KUMPEH ULU

TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI DI DESA KOTA KARANG KECAMATAN KUMPEH ULU TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI DI DESA KOTA KARANG KECAMATAN KUMPEH ULU Wiwaha Anas Sumadja, Zubaidah, Heru Handoko Staf Pengajar Fakultas Peternakan, Universitas Jambi Abstrak Kotoran ternak sapi

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. Peternakan. Limbah : Feses Urine Sisa pakan Ternak Mati

II TINJAUAN PUSTAKA. Peternakan. Limbah : Feses Urine Sisa pakan Ternak Mati II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah Usaha peternakan sapi perah merupakan sebuah usaha dimana input utama yang digunakan adalah sapi perah untuk menghasilkan susu sebagai output utamanya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia dengan jumlah produksi pada tahun 2013 yaitu sebesar 27.746.125 ton dengan luas lahan

Lebih terperinci

Permasalahan. - Kapasitas terpasang 7,10 MW - Daya mampu 4,92 MW - Beban puncak 31,75 MW - Defisit daya listrik 26,83 MW - BPP sebesar Rp. 1.

Permasalahan. - Kapasitas terpasang 7,10 MW - Daya mampu 4,92 MW - Beban puncak 31,75 MW - Defisit daya listrik 26,83 MW - BPP sebesar Rp. 1. STUDI PEMBANGUNAN PLTU MAMUJU 2X7 MW DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS, EKONOMI DAN LINGKUNGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL SULAWESI BARAT Yanuar Teguh Pribadi NRP: 2208100654 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK/CAIR MENJADI BIOGAS, PUPUK PADAT DAN CAIR

PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK/CAIR MENJADI BIOGAS, PUPUK PADAT DAN CAIR MODUL: PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK/CAIR MENJADI BIOGAS, PUPUK PADAT DAN CAIR I. DESKRIPSI SINGKAT S aat ini isu lingkungan sudah menjadi isu nasional bahkan internasional, dan hal-hal terkait lingkungan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS. energi (PLTBm) dengan pengolahan proses pemisahan. Selanjutnya subsistem

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS. energi (PLTBm) dengan pengolahan proses pemisahan. Selanjutnya subsistem BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Berpikir Terdapat susbsitem lingkungan dan subsistem industri energi, ditinjau dari subsistem lingkungan berupa limbah perkotaan (pertanian,

Lebih terperinci

STUDI PEMANFAATAN TINJA GAJAH UNTUK GENERATOR LISTRIK BIOGAS DI BALI SAFARI & MARINE PARK KABUPATEN GIANYAR - BALI

STUDI PEMANFAATAN TINJA GAJAH UNTUK GENERATOR LISTRIK BIOGAS DI BALI SAFARI & MARINE PARK KABUPATEN GIANYAR - BALI TUGAS AKHIR RE 1599 STUDI PEMANFAATAN TINJA GAJAH UNTUK GENERATOR LISTRIK BIOGAS DI BALI SAFARI & MARINE PARK KABUPATEN GIANYAR - BALI I Made Agus Adi Mertha NRP 2205 100 012 Dosen Pembimbing Ir. Syariffuddin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi manusia dan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi manusia dan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Interaksi manusia dan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang alami dan akan berlangsung mulai dari saat manusia dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi memiliki peran penting dan tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan manusia. Terlebih, saat ini hampir semua aktivitas manusia sangat tergantung pada energi.

Lebih terperinci

Program Bio Energi Perdesaan (B E P)

Program Bio Energi Perdesaan (B E P) Program Bio Energi Perdesaan (B E P) Salah satu permasalahan nasional yang kita hadapi dan harus dipecahkan serta dicarikan jalan keluarnya pada saat ini adalah masalah energi, baik untuk keperluan rumah

Lebih terperinci

STUDI PEMBANGUNAN PLTP GUCI 1 X55MW JAWA TENGAH BERDASARKAN ASPEK TEKNIS, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN

STUDI PEMBANGUNAN PLTP GUCI 1 X55MW JAWA TENGAH BERDASARKAN ASPEK TEKNIS, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN TUGAS AKHIR STUDI PEMBANGUNAN PLTP GUCI 1 X55MW JAWA TENGAH BERDASARKAN ASPEK TEKNIS, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN Satrio Hanindhito 2207 100 549 Dosen Pembimbing 1. Ir. Syariffuddin Mahmudsyah M.Eng 2.Ir.

Lebih terperinci

Analisa Hasil Penyimpanan Energi Biogas Ke Dalam Tabung Bekas

Analisa Hasil Penyimpanan Energi Biogas Ke Dalam Tabung Bekas Analisa Hasil Penyimpanan Energi Biogas Ke Dalam Tabung Bekas Wawan Trisnadi Putra 1, *, Fadelan 2, Munaji 3 1 Konversi Energi Teknik Mesin, Jl. Budi Utomo 10 Ponorogo 2 Rekayasa Material Teknik Mesin,

Lebih terperinci

Studi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa. OLEH : Gilang Velano

Studi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa. OLEH : Gilang Velano Studi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa OLEH : Gilang Velano 2204 100 050 Dosen Pembimbing 1 Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng Dosen

Lebih terperinci

STUDI PEMBANGUNAN PLTA MUARA JULOI 284 MW KABUPATEN MURUNG RAYA UNTUK MENGATASI KRISIS LISTRIK DI KALIMANTAN TENGAH

STUDI PEMBANGUNAN PLTA MUARA JULOI 284 MW KABUPATEN MURUNG RAYA UNTUK MENGATASI KRISIS LISTRIK DI KALIMANTAN TENGAH STUDI PEMBANGUNAN PLTA MUARA JULOI 284 MW KABUPATEN MURUNG RAYA UNTUK MENGATASI KRISIS LISTRIK DI KALIMANTAN TENGAH Robi Fajerin Darmawan Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN LIMBAH SAYURAN DAN LIMBAH CAIR TAHU PADA PRODUKSI BIOGAS BERBASIS KOTORAN SAPI

ANALISIS PERAN LIMBAH SAYURAN DAN LIMBAH CAIR TAHU PADA PRODUKSI BIOGAS BERBASIS KOTORAN SAPI ANALISIS PERAN LIMBAH SAYURAN DAN LIMBAH CAIR TAHU PADA PRODUKSI BIOGAS BERBASIS KOTORAN SAPI Inechia Ghevanda (1110100044) Dosen Pembimbing: Dr.rer.nat Triwikantoro, M.Si Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Timbulnya kelangkaan bahan bakar minyak yang disebabkan oleh ketidakstabilan harga minyak dunia, maka pemerintah mengajak masyarakat untuk mengatasi masalah energi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebenarnya kebijakan pemanfaatan sumber energi terbarukan pada tataran lebih

I. PENDAHULUAN. Sebenarnya kebijakan pemanfaatan sumber energi terbarukan pada tataran lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia pada dasarnya merupakan negara yang kaya akan sumber sumber energi terbarukan yang potensial, namun pengembangannya belum cukup optimal. Sebenarnya kebijakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda

I. PENDAHULUAN. Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda masyarakat. Kelangkaan tersebut menimbulkan tingginya harga-harga bahan bakar, sehingga masyarakat

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN (JERAMI) DAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN (JERAMI) DAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN (JERAMI) DAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS Disusun Oleh: ALDINO OVAN YUDHO K. INDRA KUSDWIATMAJA I8311001 I8311024 PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya ANALISIS KEBUTUHAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PENYUSUNAN TARIF LISTRIK REGIONAL DI DAERAH PROVINSI BALI GUNA MEMENUHI PASOKAN ENERGI LISTRIK 10 TAHUN MENDATANG I Putu Surya Atmaja 2205 100 107 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Satria Duta Ninggar

Satria Duta Ninggar Satria Duta Ninggar 2204 100 016 Pembimbing : Ir. Syariffuddin Mahmudsyah, M.Eng NIP. 130 520 749 Ir. Teguh Yuwono NIP. 130 604 244 Pertumbuhan pelanggan di Jawa Tengah yang pesat mengakibatkan kebutuhan

Lebih terperinci

PRODUKSI BIOGAS SEBAGAI SUMBER ENERGI GENERATOR LISTRIK DENGAN POLA PEMURNIAN MULTI-STAGE

PRODUKSI BIOGAS SEBAGAI SUMBER ENERGI GENERATOR LISTRIK DENGAN POLA PEMURNIAN MULTI-STAGE PRODUKSI BIOGAS SEBAGAI SUMBER ENERGI GENERATOR LISTRIK DENGAN POLA PEMURNIAN MULTI-STAGE Mu tasim Billah dan Edi Mulyadi Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN Veteran Jawa Timur Alamat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan bahan organik oleh mikroorganisme (bakteri) dalam kondisi tanpa udara (anaerobik). Bakteri ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Bel akang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Bel akang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang ini bukan hanya pertumbuhan penduduk saja yang berkembang secara cepat tetapi pertumbuhan di bidang industri pemakai energi pun mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN DAYA YANG DIHASILKAN DARI KOTORAN SAPI YANG DIOLAH MENJADI BIOGAS DI DAERAH PINGGIRAN KOTA BATAM

ANALISIS PERHITUNGAN DAYA YANG DIHASILKAN DARI KOTORAN SAPI YANG DIOLAH MENJADI BIOGAS DI DAERAH PINGGIRAN KOTA BATAM Abstrak Saat ini energi menjadi permasalahan yang krusial di dunia, termasuk di Indonesia. Meningkatnya permintaan energi di saat populasi penduduk juga bertambah besar dan menipisnya sumber cadangan minyak

Lebih terperinci

SNTMUT ISBN:

SNTMUT ISBN: PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK (SAYUR SAYURAN) PASAR TUGU MENJADI BIOGAS DENGAN MENGGUNAKAN STARTER KOTORAN SAPI DAN PENGARUH PENAMBAHAN UREA SECARA ANAEROBIK PADA REAKTOR BATCH Maya Natalia 1), Panca Nugrahini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -1- Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -1- Universitas Diponegoro BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Terkait dengan kebijakan pemerintah tentang kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) per 1 Juli 2010 dan Bahan Bakar Minyak (BBM) per Januari 2011, maka tidak ada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura berjenis umbi lapis yang memiliki banyak manfaat dan bernilai ekonomis tinggi serta

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK DI PASAR INDUK KRAMAT JATI SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BIOGAS TESIS

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK DI PASAR INDUK KRAMAT JATI SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BIOGAS TESIS UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK DI PASAR INDUK KRAMAT JATI SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BIOGAS TESIS AGUNG SULISTYO 08 06 42 41 31 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM MAGISTER TEKNIK

Lebih terperinci

PROPOSAL. PEMUSNAHAN SAMPAH - PEMBANGKIT LISTRIK KAPASITAS 20 mw. Waste to Energy Commercial Aplications

PROPOSAL. PEMUSNAHAN SAMPAH - PEMBANGKIT LISTRIK KAPASITAS 20 mw. Waste to Energy Commercial Aplications PROPOSAL PEMUSNAHAN SAMPAH - PEMBANGKIT LISTRIK KAPASITAS 20 mw Waste to Energy Commercial Aplications PT. ARTECH Jalan Raya Narogong KM 9.3 Bekasi HP.0811815750 FAX.8250028 www.artech.co.id Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjamah oleh fasilitas pelayanan energi listrik, dikarenakan terbatasnya pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. terjamah oleh fasilitas pelayanan energi listrik, dikarenakan terbatasnya pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini banyak masyarakat di pedesaan terpencil yang belum terjamah oleh fasilitas pelayanan energi listrik, dikarenakan terbatasnya pelayanan pemerintah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan energi merupakan persoalan yang terus berkembang di

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan energi merupakan persoalan yang terus berkembang di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan energi merupakan persoalan yang terus berkembang di dunia. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan semakin

Lebih terperinci

Rimba Arif Rusmana 1) 1) Jurusan Teknik Elektro ITS, Surabaya 60111,

Rimba Arif Rusmana 1) 1) Jurusan Teknik Elektro ITS, Surabaya 60111, Studi Penyusunan Rencana Energi dan Kelistrikan Daerah Di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Propinsi Sulawesi Utara. Study of arrangement of energy and district s electricity planning in North Bolaang

Lebih terperinci

MODUL PENERAPAN TEKNOLOGI BIOGAS MELALUI DAUR ULANG LIMBAH TERNAK

MODUL PENERAPAN TEKNOLOGI BIOGAS MELALUI DAUR ULANG LIMBAH TERNAK MODUL PENERAPAN TEKNOLOGI BIOGAS MELALUI DAUR ULANG LIMBAH TERNAK Oleh : Drs. Budihardjo AH, M.Pd. Dosen Teknik Mesin FT Unesa LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia cukup tinggi, berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Populasi Ternak di Indonesia (000 ekor) * Angka sementara Sumber: BPS (2009) (Diolah)

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Populasi Ternak di Indonesia (000 ekor) * Angka sementara Sumber: BPS (2009) (Diolah) I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi yang cukup tinggi pada sektor peternakan. Peternakan yang banyak terdapat di Indonesia antara lain adalah peternakan sapi baik itu sapi perah

Lebih terperinci

Adelia Zelika ( ) Lulu Mahmuda ( )

Adelia Zelika ( ) Lulu Mahmuda ( ) Adelia Zelika (1500020141) Lulu Mahmuda (1500020106) Biogas adalah gas yang terbentuk sebagai hasil samping dari penguraian atau digestion anaerobik dari biomasa atau limbah organik oleh bakteribakteri

Lebih terperinci

BIOGAS. KP4 UGM Th. 2012

BIOGAS. KP4 UGM Th. 2012 BIOGAS KP4 UGM Th. 2012 Latar Belakang Potensi dan permasalahan: Masyarakat banyak yang memelihara ternak : sapi, kambing dll, dipekarangan rumah. Sampah rumah tangga hanya dibuang, belum dimanfaatkan.

Lebih terperinci

Pengembangan Desa Mandiri Energi di Provinsi Gorontalo

Pengembangan Desa Mandiri Energi di Provinsi Gorontalo LAporAn Akhir Pengembangan Desa Mandiri Energi di Provinsi Gorontalo BADAN LINGKUNGAN HIDUP, RISET DAN TEKNOLOGI INFORMASI (BALIHRISTI) PROVINSI GORONTALO 2011 1. Latar Belakang Sistem energi saat ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan usaha tani yang intensif telah mendorong pemakaian pupuk anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk anorganik yang berlebihan adalah

Lebih terperinci