SNI SNI Standar Nasional Indonesia. Tata Cara Pengambilan Contoh Agrerat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SNI SNI Standar Nasional Indonesia. Tata Cara Pengambilan Contoh Agrerat"

Transkripsi

1 SNI SNI Standar Nasional Indonesia Tata Cara Pengambilan Contoh Agrerat ICS Badan Standarisasi Nasional

2 Daftar Isi Daftar Isi...i Prakata...ii Pendahuluan...iii 1. Ruang Lingkup Acuan Istilah dan Definisi Peralatan Sumber Agrerat Jumlah Contoh Ukuran Perlengkapan Perhitungan Penentuan Jumlah Contoh Cara Pengambilan Contoh Kemasan Contoh...11 Lampiran A...16 Lampiran B...22

3 Prakata Tata cara ini disusun dalam rangka memenuhi kebutuhan standar hiding prasarana transportasi. Standar ini mengacu pada AASTHO D.T (1990). Standar Method of Sampling Agregates dan disusun kembali dengan format penulisan sesu.ti Pedoman BSN no. 8 Tahun Standar ini telah disepakati oleh konsensus yang diprakarsvi oleh sub panitia Teknik Prasarana Transportasi, Panitia Teknik Konstruksi dan Bangunan. Dengan Tersusunnya tata cara pengambilan contoh agrerat diharapkan dapat bermanfaat.

4 Pendahuluan Mutu Agrerat akan sangat berpengaruh terhadap mutu konstruksi jalan. Untuk memastikan aggrerat yang digunakan saat konstruksi memenuhi standar spesitikasi yang berlaku, dilakukan pengujian terhadap contoh aggrerat yang digunakan. Pedoman ini menguraikan langkah-lanhkah penting dalam proses pengambilan contoh aggrerat yang akan diuji, termasuk langkah pf nyeliciikan, pengendalian proses, penerimaan contoh dan verifikasi terhadap contoh aggrerat. Pedoman ini disusun berdasarkan manual AASHTO T (1990) dan merupakan metoda yang telah dilaksanakan secara rutin pada laboratorium Bahan dan Perkerasan Jalan Pusat Litbang Jalan PU. Bandung.

5 Tata Cara Pengambilan Contoh Aggrerat 1. Ruang Lingkup Tata cara ini meliputi pengambilan contoh (sampling) aggrerat kasar dan halus ini digunakan untuk tujuan sebagai berikut : a. Penyelidikan pendahuluan sumber potensial; b. Pengendalian produksi pada sumber persediaan; c. Pengendalian pelaksanaan lapangan; d. Penerimaan atau penolakan bahan (material). 2. Acuan Tata cara ini mengacu pada standar tersebut di bawah ini. American Association of State Highway and Transportation officials, Standar Methods of sampling Aggregates, AASHDTO D.T (1990). 3. Istilah dan Definisi Yang dimaksud dengan : 3.1 Bilangan acak Suatu angka yang tersiri dari 0,001 sampai dengan 1,000 dan setiap bilangan acak hanya dapat digunakan satu kali; 3.2 Sampling Pengambilan contoh yang mewakili populasi. 4. Peralatan Peralatan yang akan digunakan harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku :

6 a. peralatan untuk sumber aggrerat potensial; 1) Cangkul; 2) Linggis; 3) sekop; 4) Belincong; 5) Metcran; 6) satu set s aringan ukuran 2,36 mm sampai 90 mm; b. peralatan untuk sumber bantuan kompak; 1) Palu geologi; 2) Cangkul; 3) Linggis; 4) Belincong; 5) Meteran; 6) Timbangan. c. Peralatan untuk tumpukan kcrucut; 1) Plat baja seperti gambar 1; 2) Cangkul; 3) Sekop; 4) Meteran; 5) Timbangan 6) Satu set saringan ukuran 2,36 mm sampai 90 mm; d. Peralatan untuk tumpukan trapezium; 1) Plat baja seperti Gambar 2; 2) Cangkul; 3) Sekop; 4) Belincong; 5) Meteran; 6) Timbangan; 7) Satu set saringan ukuran 2,36 mm sampai 90 mm; e. Peralatan untuk aggrerat dari ban berjalan; 1) Template; 2) Sekop Laboratorium; 3) Timbangan; 4) Satu set saringan ukuran 2,36 mm sampai 90 mm; 5) Kuas 75 mm;

7 f. peralatan untuk aggrerat dari pengangkutan; 1) Plat baja seperti Gambar 2; 2) Sekop; 3) Cangkul; 4) Timbangan; 5) Satu set saringan ukuran 2,36 mm sampai 90 mm; g. peralatan untuk aggrerat dari hamparan lapangan; 1) Cangkul; 2) Sekop; 3) Belincong; 4) Timbangan; 5) Satu set saringan ukuran 2,36 mm sampai 90 mm; 5. Sumber Aggrerat a. Sumber aggrerat potensial; Contoh aggrerat tang akan diambil dapat dari sumber alam potensial seperti sisi sungai, daratan, gunung dan lain sebagainya. b. Sumber Batuan Kompak (massive); Contoh batuan kompak yang akan diambildapat dari sumber alam potensial seperti, dataran, gunung dan sebagainya. c. Tumpukan aggrerat bentuk kerucut; Contoh aggrerat yang akan diambil dapat dari tumpukan, curahan ban berjalan. e. Tumpukan aggrerat bentuk trapezium; contoh aggrerat yang akan diambil dapat dari tumpukan, yang ditimbun, dengan menggunakan dump-truck, alat berat atau lain sebagainya. f. Aggrerat dari pengangkutan; Contoh aggrerat yang akan diambil dapat dari pengangkutan seperti. Truk, kereta api, dan kapal sebagainya. g. Aggrerat dari hamparan lapangan; Contoh aggrerat yang akan diambil dapat dari pengangkutan seperti truk, kereta api, kappa; dan lain sebagainya.

8 6. Jumlah contoh a. Untuk aggrerat potensial; Jumlah contoh yang harus diambil tergantung ukuran nominal aggrerat Tabel 1; b. Untuk batttan kompak (massive); Jumlah contoh yang harus diambil paling sedikit 25 kg dari setiap strata yang terlihat jelas; c. Untuk aggrerat kerucut; Jumlah contoh yang harus diambil tergantung ukuran nominal aggrerat Tabel 1; d. Untuk tumpukan aggrerat bentuk trapesium; Jumlah contoh yang harus diambil tergantung ukuran nominal aggrerat Tabel 1; e. Untuk aggrerat dari berjalan; Jumlah contoh yang harus diambil tergantung ukuran nominal aggrerat Tabel 1; f. Untuk aggrerat dari pengangkutan; Jumlah contoh yang harus diambil tergantung ukuran nominal aggrerat Tabel 1; g. untuk aggrerat dari hamparan lapangan; Jumlah contoh yang harus diambil tergantung ukuran nominal aggrerat Tabel 1; 7. Ukuran a. Aggrerat potensial; Ukuran nominal aggrerat potensial, sesuai dengan Tabel 1 b. Batuan kompak; Contoh batuan kompak yamg harus diambil paling sedikit berukuran (150 x 150 x 100) mm, dan harus bebas dari retak dan pecah. c. Tumpuka agregat bentuk kerucut; Ukuran nominal aggrerat kerucut, sesuai dengan Tabel 1 d. Tumpukan agregat bentuk trapesium; Ukuran nominal aggrerat trapesium, sesuai dengan Tabel 1 e. Agregat dari ban berjalan; Ukuran nominal aggrerat dari ban berjalan, sesuai dengan Tabel 1

9 f. Agrerat dari pengangkutan; Ukuran nominal aggrerat dari pengangkutan, sesuai dengan Tabel 1 8. Perlengkapan Perlengkapan yang digunakan adalah sebagai berikut : a. karung atau kantong pelastik; b. tali pelastik. c. formulir atau label d. pensil. 9, Perhitungan Rumus yang digunakan untuk menentukan jumlah contoh yang diambil adalah sebagai berikut: N = (n) (1) Dengan, n = dimana jumlah contoh N = dimana jumlah populasi. 10. penentuan jumlah contoh a. Sumber agregat potensial 1) tentukan lokasi sumbber potensial yang kira-kira seragam menjadi blok bans dan kolom dengan ukuran ± 10 m², yang diperoleh dari peta topography, peta geologi interpretasi ioto udara atau penyelidikan trrain lainnya 2) berikan nomor urut terhadap blok bans dan kolom tersebut dari satu sampai dengan N secara keseluruhan. 3) tentukan jumlah (n) blok bans dan kolom yang akan diambil contoh agregat dengan rumus(1) dan dibuat menjadi bilangan bulat. 4) tentukan bilangan acak dengan menggunakan Tabel 2 sesuai dengan jumlah titik yangn akan diambil contoh agregat.

10 5) Urutkan bilangan acak tersebut mulai dari yang kecil sampai sengan yang besar. 6) kalikan bilangan acak yang telah diurutkan tersebut dengan jumlah N, dan hasil perkalian dibuat menjadi bilangan bulat sehingga diperoleh titik-titik yang akan diambil contoh agregat. b. sumber bahan kompak (massive) 1) tentukan lokasi dumber potensial seragam menjadi blok basis dan kolom dengan ukuran ± 10 m², yang diperoleh dari peta topography, peta geologi, interpretasi foto udara atau penyelidikan trrain lainnya. 2) berikan nomor urutterhadap blok basis dan kolom tersebut dari 1 sampai dengan N secara keseluruhan. 3) tentukan jumlan (n) blok basis dan kolom yang akan diambil contoh agrerat dengan rumus (1) dan dibuat menjadi bilangan bulat. 4) tentukan bilangan acak dengan menggunakan Tabel 2 sesuai dengan jumlahtitik yang akan diambil contoh agregat. 5) urutkan bilangan acak tersebut mulai dari tang kecil sampai dengan yang besar 6) kalikan bilangan acak yang telah diurutka tersebut dengan jumlah N, dan hasil perkalian dibuat menjadi bilangan bulat sehingga diperoleh titik-titik yang akan diambil contoh abntuan kompak (massive). c. Tumpukan agrerat bentuk kerucut 1) Ukur tinggi tumpukan agregat 2) tentukan lokasi pengambilan contoh pada 1/6 tinggi dengan arah utara, selatan, timur dan barat, %2 tinggi dengan arah timur laut, barat daya, tenggara dan barat laut serta pada tinggi arah utara atau selatan, timur atau barat. d. tumpukan agrerat untuk trapesium. 1) Lakukan sketsa pemetaan tumpukan sesuai dengan kondisi lapangan. 2) Tentukan blok basis dalam kolom pada sketsa pemetaan dengan ukuran ± 10 m²

11 3) Berikan nomor urut terhadap blok basis tersebut dari 1 sampai dengan n secara keseluruhan. 4) Tentukan jumlah titik contoh (n) yang akan diambil dengan rumus (1) dan dibuat menjadi bilangan bulat. 5) Tentukan bilangan acak dengan menggunakan label2 sesuai dengan jumlah titik contoh diperlukan. 6) Urutkan bilangan acak tersebut mulai dari yang kecil sampai dengan yang besar 7) Kalikan bilangan acak tersebut dengan jumlah N, dan hasil perkalian dibuat menjadi bilangan bulat sehingga diperoleh titik-titik contoh. 8) Tentukan lapisan kedalaman yang akan diambil contoh agregat yaitu 1/3 tinggi dan 2/3 tinggi. e. Agregat dari ban berjalan. 1) lakukan krakiraan tenteng jumlah jam kerja dalam sehari 2) jumlah jam kerja tersebut dikonversikan dalam menit yang disebut dengan N. 3) Tentukan jumlah contoh (n) yang akan diambil selama ban berjalan bekerja dengan rumus (1), dan dibuat menjadi bilangan bulat. 4) Tentukan bilangan acak dengan menggunakan Tabel 2, sesuai dengan jumlah contoh (n) agregat yang akan diambil. 5) Urutkan bilangan acak tersebut mulai dari yang kecil sampai dengan yang terbesar. 6) Kalikan bilangan acak yang telah disusun tersebut dengan jumlah N, dan hasil perkalian dibuat menjadi bilangan bulat sehingga diperoleh waktu menit pengambilan contoh agregat.

12 f. agregat dari pengangkutan. 1) prakiraan jumlah total angkutan (N) yang akan dilakukan untuk memenuhi target pekerjaan. 2) Hitung jumlah angkutan (n) yang akan diambil sebagai contoh dengan minud (1) dan (n) dibuat menjadi bilangan bulat. 3) Tentukan bilangan acak menggunakan tabel 2, sesuai dengan jumlah contoh (n) angkutan yang akan diambil. 4) Urutkan bilangan acak tersebut mulai dari yang kecil sampai dengan yang terbesar. 5) Kalikan bilangan acak tersebut dengan N dan hasilnya dibuat menjadi bilangan bulat, sehingga diperoleh nomor angkutan yang diambil sebagai objek contoh. 6) Setiap alat angkut dibagi menjadi 4 kwadran 7) Tentukan bilangan acak menggunakan Tabel 2 sejumlah kali. 8) Kaikan bilangan acak tersebut dengan jumlah kwadran, hasilnya dibuat menjadi bilangan bulat hingga diperoleh bilangan yang acak. 9) Nomor yang diperoleh sebagai objek contoh dikombinasikan dengan kwadran acak yang diperoleh. g. Agregat dari Hamparan Lapangan. 1) Buat sketsa lokasi menjadi blok basisi dan kolom dengan ukuran 10 m² sesuai penghamparan 2) Berikan nomor urut terhadap blok basis dan kolom dengan tersebut dari 1 sampai dengan N secara heseluruhan. 3) Tentukan jumlah (n) blok basis dan kolom yang akan diambil contoh agrerat sesuai rumus (1). 4) Tentukan bilangan acak dengan menggunakan tabel 2, sejumlah n sesuai dengan jumlah titik yang akan diambil contoh agregat.

13 5) Urutkan bilangan acak tersebut mulai dari yang kecil sampai dengan terbesar. 6) Kalikan bilangan acak tersebut dengan jumlah N, dan hasil perkalian dibuat menjadi bilangan bulat sehingga diperoleh blok basis dan kolom tang akan diambil contoh agregat. 11 cara pengambilan contoh a. Dari sumber agrerat potensial 1) tentukan lapisan kedalaman (strata) yang akan diambil contoh agrerat, pada umurnya diketahui setelah dilakukan penggalian. 2) Lakukan pengupasan tanah permukaan hingga bersih dari kotoran dan lakukan penggalian dengan ukuran (0,80 x 0,80) m. 3) Pada kedalaman yang ditentukan, lakukan pengukuran agregat nominal dengan saringan. 4) Ambil contoh agregat sesuai dengan jumlah berat minimum yang dipersyaratkan. b. dari sumber batuan kompak (massive): 1) tentukan lapisan kedalaman (strata) yang akan diambil contoh agrerat, pada umurnya diketahui setelah dilakukan penggalian. 2) Lakukan pengupasan tanah permukaan hingga bersih dari kotoran dan buang batuan kompak (massive) yang lapuk di permukaan. 3) Pada kedalaman yang ditentukan diambil batuan kompak dengan ukuran minimum (150 x 150 x 100) m. 4) Ambil contoh batuan kompak sesuai dengan jumlah berat minimum yang disyaratkan yaitu paling sedikit 25 kg. 5) Buat tanda pada contoh batuan kompak sesuai posisi aslinya dilapangan (atas, bawah)

14 c. dari tumpukan bentuk agregat bentuk kerucut 1) Ukur agregat nominal dari tumpukan tersebut dari saringan. 2) Masukan plat baja penahan seperti gambar 1 pada lokasi pengambilan contoh agregat yang telah ditentukan hingga cukup kokoh (tidak berubah) apabila diambil contoh agregat bagian luarnya. 3) Ambil contoh agregat sesuai dengan jumlah berat yang ditentukan dalam tabel 1. d dari tumpukan agregat bentuk trapesium; 1) lakukan pengukuran agregat nominal dengan saringan. 2) Masukan plat baja seperti gambar 2 kedalam agregat dan keluarkan agregat yang berada di atas posisi titik pengambilan contoh. 3) Pada kedalaman yang ditentukan, ambil contoh agregat yang sesuai dengan berat jumlah minimum yang disyaratkan dalam tabel 1. e. dari ban berjalan; 1) ukur besarnya agregat dengan saringan, serta tentukan jumlah atau berat contoh yang diperlukan. 2) Operasikan ban berjalan, dan tepat pada menit-menit yang telah ditetapkan sebagai pengambilan contoh, ban berjalan diberhentikan. 3) Ambil contoh agregat sesuai dengan jumlah berat yang ditentukan, termasuk bahan-bahan yang halus yang melekat pada ban berjalan. f. dari pengangkutan; 1) diukur nominal agregat dengan saringan, dan tentukan berat contoh agregat yang akan diambil.

15 2) masukan plat baja seperti pada gambar 2 kedalam agregat pada nomor pengangkutan dan kwadran yang sesuai serta keluarkee agregat yang berbeda diatas elevasi contoh yang akan diambil, dan pada umumya contoh diambil pada v3 tinggi dari tepi atas agregat 3) ambil contoh agregat dari strata yang ditentukan. g. dari hamparaa lapangan; 1) lakukan penggalian dengan ukuran (0,80 x 0,80) m. 2) Pada kedalaman yang ditentukan, lakukan pengukuran agregat nominal degan saringan. 3) Ambil contoh agregat sesuai dengan jumlah berat minimum yang diisyaratkan dalam tabel Kemasan Contoh a. masukan contoh aggregat ke dalam karung atau kantong pelastik, dengan keterangan atau label yang sesuai. b. Ikat karung atau kantong pelastik yang telah berisi contoh 1 agregat, dan cantumkan label dan keterangan yang sesuai pada sisi luarnya.

16 Tabel 1. Berat Contoh Ukuran nominal Agregat maksimum Prakiraan jumlah minimum Contoh dari lapangan (kg). Agregat Halus No. 8 (2,3 6 mm) No. 4 (4, mm) Agregat Kasar / 8 Inci (9,5 mm) 10 1 / 2 inci (12,5 mm) 15 3 / 4 inci (19,0 mm) 25 1 inci (25,0 mm) / 2 inci (37,5 mm) 75 2 inci (50,0 mm) / 2 inci (63 mm) inci (75 mm) / 2 inci 90 mm) 175 Keterangan : Untuk agregat yang diolah, ukuran nominal maksimum dari partikel.dalah ukuran terbesar yang ada dalam tabel spesifikasi yang dapat di terapkan, dan pada bahan (material) tertahan. Untuk kombinasi agregat kasar dan halus (contohnya pondasi atas dan pondasi bawah) berat minimum adalah berat minimum agregat kasar, ditambah 10 kg. Tabel 2. Bilangan Acak No , \ JD

17 Tabcl 2. Bilangan Acak (lanjutan) No $ G C ! ! O.C I O.S

18 Tabel 2. Bilnngan Acak (lanjutan) No ' O.iOS

19 Tabel 2. Bilangan Acak (lanjutan) No , C

20 Lampiran A (informatif) Contoh Aplikasi Contoh Aplikasi 3.1 A. Dan 3.1 B. a. Dari hasil pemetaan diperoleh luas daerah bahan potensial m 2. b. Blok baris dan kolom diambil dengan ukuran ± 10m 2. c. Sehingga diperoleh jumlah (N) blok baris dan kolom sebanyak d. Diberi nomor baris dan kolom mulai dari I seperti gambar berikut e. Jumlah contort yang akan diambil dari sejumlah (n) btok baris dan kolom tersebut adaiah : n = 4565 ( 1 / 3 ) n = 16,588 n n = 17 f. Dari label 2 diambil bilangan acak, dan setelah bilangan acak diurutkan mulai dari yang terkecil sampai dengan terbesar diperoleh sebagai berikut: 0,020 0,074 0,171 0,203 0,277 0,315 0,370 0,436 0,477 0,540 0,557 0,639 0,697 0,756 0,803 0,875 0,912

21 g. Kalikan biiangan acak dimaksud pada 6) dengan 4565 dui diperoleh nilai y ink dibulatkan sebagai berikut; h. Maka lokasi pengambilan contoh agregat yang dilakulcan adalah di 17 empat dengan nomor biok baris dan kolom seperti ditunjukkan pada 7); i. Diambil contoh agregat dari tengah-tengah blok baris dan kolom yang ditentukan. Contoh Aplikasi 3.1 D. a. Dari basil sketsa tumpukan agregat diperoleh luas daerah bahan tumpukan 3670 rn b. Blok baris dan kolom diambil dengan ukuran ±10 m ; c. Sehingga diperoleh jumlah (N) blok baris dan kolom sebanyak 367; d. Diberi nomor baris dan kolom mulai dari seperti Gambar berikut: e. jumlah contoh yang akan diambil dari sejumlah (n) blok baris dan kolom tersebut adalah : n = 367 ( 1 / 3 ) n = 7,159 n = 7

22 f. Dari tabel 2 diambil bilangan acak, dan setelah bilangan acak diurutkan mulai dari yang kecil sampai yang terbesar diperoleh sebagai berikut : 0,173 0,310 0,449 0,553 0,714 0,836 0,987 g. Kalikan bilangan acak pada 6) dengan 367 dan diperoleh nilai yang telah dibulatkan sebagai berikut : h. Maka lokasi contoh agregat yang dilakukan adalah di 7 tempat dengan nomor blok baris dan kolom seperti ditunjukan pada 7); i. Diambil contoh agregat dari tengah-tengah blok baris dan kolom yang ditentukan; Contoh Aplikasi 3.1 E a. dari basil prakiraan diperoleh waktu bekerja dalam satu hari = 8 jam atau 480 menit; b. sehingga diperoleh jumlah (N) sebanyak 480; c. n sebanyak 480 adalah merupakan waktu dengan pertambahan satu menit (1-480); d. jumlah contoh yang akan diambil dari sejumlah waktu kerja adalah : n = 480 ( 1 / 3 ) n = 7,829 n = 8 e. dari tabel 2 diambil bilangan acak, dan setelah diurutkan mulai dari yang terkecil sampai dengan terbesar diperoleh sebagai berikut : f. Kalikan bilangan acak pada 5) dengan 480 dan diperoleh nilai yang telah dibulatkan sebagai berikut : g. Maka waktu pengambilan contoh agregat yangb dilahukan adalah di 8 waktu seperti ditunjukan pada 6);

23 Contoh Aplikasi 3.1 F. a. Dari basil prakiraan diperoleh jumlah angkutan yang diperoleh adalah 60 ; angkutan ke 1 angkutan ke 2... angkutan ke 59 angkutan ke angkutan ke 50 angkutan ke 60 b. jumlah angkutan yang diambil sebagai contoh adalah. : n = 60 ( 1 / 3 ) n = 3,914 n = 4 c. dari table 2 yang diambil bilangan acak, dan setelah bilangan acak diurutkan mulai dari yang terkecil sampai dengan terbesar diperoleh sebagai berikut : 0,062 0,442 0,621 0,893 d. kalikan bilangan acak pada 3)dengan 60 yang diperoleh nilai yang telah dibulatkan sebagai berikut : e. maka pengambilan contoh agregat yang dilahukan adalah pada angkutan seperti ditunjukan pada 4). f. Sedan angkutan dibagi dengan 4 kwadran seperti ditunjukan pada gambar berikut :

24 a. Dari table 2 diambil bilangan acak sebanyak 4 dan diperoleh sebagai berikut : 0,945 0,386 0,139 0,672 b. Kalikan bilangan acak pada 7) dengan 4 dan diperoleh nilai yang telah dibulatkan sebagai berikut: c. Sehingga pengambilan contoh agregat dari sejumlah angkutan adalah sebagi berikut: Angkutan ke Kwadran ke d. Diambil contoh agregat dari tengah-tengah kwadran yang ditentukan Contoh Aplikasi 3.1G c. sehingga diperoleh N dari d. jumlah contoh (n) yang akan diambil dari sejumlah blok basis dan kolom tersebut adalah : n = 1152 ( 1 / 3 ) n = 10,482 n = 10 e. dari Tabel 2 diambil bilangan acak, dan setelah bilangan acak diurutkan mulai dari yang terkecil sampai dengan yang terbesar diperoleh sebagai berikut : 0,089 0,194 0,282 0,417 0,495 0,577 0,652 0,739 0,836 0,942

25 f. kalikan bilangan acak pada 5) dengan 1152 dan diperoleh nilai yang telah dibulatkan sebagai berikut : g. maka lokasi pengambilan contoh agregat yang akan dilakukan adalah di 10 tempat dengan nomor blok basis dan kolom seperti ditunjukan pada 6); h. Diambil contoh agregat dari tengah-tengah blok basis dan kolom yang ditentukan.

26 LAMPIRAN B Gambar Gambar Tebal pelat baja 3 mm 1000 mm 500 mm 300mm 600 mm 300mm Gambar 1. Plat Baja Penahan Agregat

27 Tebal pelat baja 3 mm 1000 mm 800 mm 800 mm Gambar 2. Plat Baja Pemisah Agregat

Cara uji ekstraksi kadar aspal dari campuran beraspal menggunakan tabung refluks gelas

Cara uji ekstraksi kadar aspal dari campuran beraspal menggunakan tabung refluks gelas Standar Nasional Indonesia Cara uji ekstraksi kadar aspal dari campuran beraspal menggunakan tabung refluks gelas ICS Badan Standardisasi Nasional B SN Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan...

Lebih terperinci

Spesifikasi saluran air hujan pracetak berlubang untuk lingkungan permukiman

Spesifikasi saluran air hujan pracetak berlubang untuk lingkungan permukiman Standar Nasional Indonesia Spesifikasi saluran air hujan pracetak berlubang untuk lingkungan permukiman ICS 91.060.40 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan...

Lebih terperinci

Metode uji penentuan ukuran terkecil rata-rata (UKR) dan ukuran terbesar rata-rata (UBR) butir agregat

Metode uji penentuan ukuran terkecil rata-rata (UKR) dan ukuran terbesar rata-rata (UBR) butir agregat Standar Nasional Indonesia SNI 4137:2012 Metode uji penentuan ukuran terkecil rata-rata (UKR) dan ukuran terbesar rata-rata (UBR) butir agregat ICS 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta

Lebih terperinci

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles Standar Nasional Indonesia Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan Standar Nasional Indonesia Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

Tata cara pengambilan contoh uji agregat

Tata cara pengambilan contoh uji agregat Standar Nasional Indonesia Tata cara pengambilan contoh uji agregat (ASTM D75/D75M-09, IDT) ICS 91.100.01 Badan Standardisasi Nasional ASTM 2009 All rights reserved BSN 2014 untuk kepentingan adopsi standar

Lebih terperinci

Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian

Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian Standar Nasional Indonesia SNI 1975:2012 Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian ICS 13.080.20; 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta

Lebih terperinci

Tata cara pengambilan contoh uji beton segar

Tata cara pengambilan contoh uji beton segar Standar Nasional Indonesia Tata cara pengambilan contoh uji beton segar ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan

Lebih terperinci

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles Standar Nasional Indonesia Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar ICS 91.100.15; 91.010.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

Tata cara pengambilan contoh uji beton segar

Tata cara pengambilan contoh uji beton segar Standar Nasional Indonesia Tata cara pengambilan contoh uji beton segar ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan

Lebih terperinci

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton Standar Nasional Indonesia Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah Standar Nasional Indonesia Cara uji kepadatan ringan untuk tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian untuk melaksanakan riset tentang daya dukung tanah gambut yaitu dibagi pada dua tempat. Yang pertama pengujian daya dukung

Lebih terperinci

Metode uji densitas tanah di tempat (lapangan) dengan alat konus pasir

Metode uji densitas tanah di tempat (lapangan) dengan alat konus pasir Standar Nasional Indonesia Metode uji densitas tanah di tempat (lapangan) dengan alat konus pasir ICS 75.140; 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Cara koreksi kepadatan tanah yang mengandung butiran kasar

Cara koreksi kepadatan tanah yang mengandung butiran kasar Standar Nasional Indonesia Cara koreksi kepadatan tanah yang mengandung butiran kasar ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Tata cara pengambilan contoh uji campuran beraspal

Tata cara pengambilan contoh uji campuran beraspal Standar Nasional Indonesia SNI 6890:2014 Tata cara pengambilan contoh uji campuran beraspal ICS 93.080.20 (ASTM D 979-01 (2006), IDT) Badan Standardisasi Nasional ASTM 2006 All rights reserved BSN 2014

Lebih terperinci

SPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL)

SPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL) SPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL) SKh-2. 6.6.1 UMUM 1) Uraian a) Yang dimaksud dengan Lapis Penetrasi Macadam Asbuton Lawele adalah lapis perkerasan

Lebih terperinci

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar ICS 91.100.15; 91.010.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan Standar Nasional Indonesia Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC DONNY SUGIHARTO NRP : 9321069 NIRM: 41077011930297 Pembimbing: TAN LIE ING, ST.,MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Cara uji abrasi beton di laboratorium

Cara uji abrasi beton di laboratorium Standar Nasional Indonesia Cara uji abrasi beton di laboratorium ICS 93.010 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KEPADATAN LAPANGAN DENGAN ALAT KONUS PASIR

METODE PENGUJIAN KEPADATAN LAPANGAN DENGAN ALAT KONUS PASIR METODE PENGUJIAN KEPADATAN LAPANGAN DENGAN ALAT KONUS PASIR SNI 03-2828-1992 BAB I DESKRIPSI 1.1. Maksud dan Tujuan 1.1.1. Maksud Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pelaksanaan pengujian

Lebih terperinci

Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong

Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong SNI 6792:2008 Standar Nasional Indonesia Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional SNI 6792:2008 Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan...

Lebih terperinci

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT)

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT) Standar Nasional Indonesia Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C117 2004, IDT) ICS 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional ASTM 2004

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KUAT TEKAN CAMPURAN BERASPAL

METODE PENGUJIAN KUAT TEKAN CAMPURAN BERASPAL METODE PENGUJIAN KUAT TEKAN CAMPURAN BERASPAL SNI 03-6758-2002 BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang Lingkup Metode pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan kuat tekan campuran aspal panas yang digunakan untuk lapis

Lebih terperinci

Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar

Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 SNI 7619:2012 Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat

Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat Standar Nasional Indonesia Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat ICS 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar

Lebih terperinci

Tata cara penyiapan benda uji dari contoh agregat

Tata cara penyiapan benda uji dari contoh agregat SNI 13-6717-2002 Standar Nasional Indonesia Tata cara penyiapan benda uji dari contoh agregat ICS 91.100.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi Prakata.. Pendahuluan 1 Ruang lingkup.....

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6 REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS MAKADAM ASBUTON LAWELE (SKh-3.6.6.1) SPESIFIKASI KHUSUS-3 INTERIM SEKSI 6.6.1 LAPIS

Lebih terperinci

Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar (ASTM C , IDT)

Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar (ASTM C , IDT) Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar (ASTM C 136-06, IDT) Badan Standardisasi Nasional SNI ASTM C136:2012 BSN 2012 Hak cipta dilindungi

Lebih terperinci

Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan

Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan Standar Nasional Indonesia ICS 93.010 Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan

Lebih terperinci

PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil

PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil LAMPIRAN SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 20/SE/M/2015 TENTANG PEDOMAN SPESIFIKASI TEKNIS BAHAN PERKERASAN JALAN KERIKIL

Lebih terperinci

PEDOMAN. Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan

PEDOMAN. Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd T-14-2004-B Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi... i Daftar tabel... i Prakata...

Lebih terperinci

JUDUL MODUL II: PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BETON DI LABORATORIUM MODUL II.a MENGUJI KELECAKAN BETON SEGAR (SLUMP) A. STANDAR KOMPETENSI: Membuat Adukan Beton Segar untuk Pengujian Laboratorium B. KOMPETENSI

Lebih terperinci

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia Papan nama sungai ICS 93.140 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen

Lebih terperinci

Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 04/SE/M/2010. tentang

Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 04/SE/M/2010. tentang Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 04/SE/M/2010 tentang Pemberlakukan Pedoman Cara Uji California Bearing Ratio (CBR) dengan Dynamic Cone Penetrometer (DCP) KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM Jakarta, 25

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 04/SE/M/2016 TANGGAL 15 MARET 2016 TENTANG PEDOMAN PERANCANGAN PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN TELFORD KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB)

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB) BAB V LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB) 5.1. UMUM a. Lapis Pondasi Agregat Semen (Cement Treated Base / CTB) adalah Lapis Pondasi Agregat Kelas A atau Kelas B atau Kelas C yang diberi

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN

PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN NO. 0081T/Bt/1995 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA PRAKATA Sejalan dengan mekanisme perencanaan Proyek

Lebih terperinci

Kajian Peningkatan Daya Dukung Sub Base Menggunakan Pasir Sumpur Kudus

Kajian Peningkatan Daya Dukung Sub Base Menggunakan Pasir Sumpur Kudus Kajian Peningkatan Daya Dukung Sub Base Menggunakan Pasir Sumpur Kudus Enita Suardi 1) Lusyana 1) Yelvi 2) 1) Teknik Sipil, Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Padang, Padang Kampus Limau Manis Padang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan dari konstruksi perkerasan kaku adalah sifat kekakuannya yang. sementara kelemahan dalam menahan beban

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan dari konstruksi perkerasan kaku adalah sifat kekakuannya yang. sementara kelemahan dalam menahan beban BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi perkerasan kaku ( Rigid Pavement) banyak digunakan pada kondisi tanah dasar yang mempunyai daya dukung rendah, atau pada kondisi tanah yang mempunyai daya

Lebih terperinci

Cara identifikasi aspal emulsi kationik mantap cepat

Cara identifikasi aspal emulsi kationik mantap cepat Standar Nasional Indonesia Cara identifikasi aspal emulsi kationik mantap cepat ICS Badan Standardisasi Nasional B SN Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1

Lebih terperinci

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan darat

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan darat SNI 7585:2010 Standar Nasional Indonesia Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan darat ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional SNI 7585:2010 Daftar isi Daftar isi...i

Lebih terperinci

Spesifikasi bahan lapis penetrasi makadam (LAPEN)

Spesifikasi bahan lapis penetrasi makadam (LAPEN) Standar Nasional Indonesia ICS 65.060.5 Spesifikasi bahan lapis penetrasi makadam (LAPEN) Badan Standardisasi Nasional SNI 6751:2016 BSN 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan

Lebih terperinci

Cara uji slump beton SNI 1972:2008

Cara uji slump beton SNI 1972:2008 Standar Nasional Indonesia Cara uji slump beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah

Lebih terperinci

KAJIAN PENINGKATAN NILAI CBR MATERIAL LAPISAN PONDASI BAWAH AKIBAT PENAMBAHAN PASIR

KAJIAN PENINGKATAN NILAI CBR MATERIAL LAPISAN PONDASI BAWAH AKIBAT PENAMBAHAN PASIR Jurnal Rancang Sipil Volume 1 Nomor 1, Desember 2012 41 KAJIAN PENINGKATAN NILAI CBR MATERIAL LAPISAN PONDASI BAWAH AKIBAT PENAMBAHAN PASIR Azwar, Yudit Agus Prawono, Reza Maulana Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bagian pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas yang berada

Lebih terperinci

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN. tinggi dapat menghasilkan struktur yang memenuhi syarat kekuatan, ketahanan,

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN. tinggi dapat menghasilkan struktur yang memenuhi syarat kekuatan, ketahanan, BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG 4.1. Tinjauan Bahan dan Material Bahan dan material bangunan merupakan elemen terpenting dari suatu proyek pembangunan, karena dari berbagai macam bahan dan

Lebih terperinci

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) 1 LAPIISAN DAN MATERIIAL PERKERASAN JALAN (Sonya Sulistyono, ST., MT.) A. Jenis dan Fungsi Lapis Perkerasan 1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) Kontruksi perkerasan lentur (flexible Pavement)

Lebih terperinci

PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON. Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON. Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton 4.1. PENGERTIAN UMUM 4.1.1. Pendahuluan Empat elemen kompetensi

Lebih terperinci

Cape Buton Seal (CBS)

Cape Buton Seal (CBS) Cape Buton Seal (CBS) 1 Umum Cape Buton Seal (CBS) ini pertama kali dikenalkan di Kabupaten Buton Utara, sama seperti Butur Seal Asbuton, pada tahun 2013. Cape Buton Seal adalah perpaduan aplikasi teknologi

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN BAHAN SUSUN BETON

PEMERIKSAAN BAHAN SUSUN BETON PEMERIKSAAN BAHAN SUSUN BETON 2.1. Umum Beton merupakan hasil campuran Semen Portland (PC), agregar halus (pasir), agregat kasar (krikil), dan air dengan atau tanpa bahan tambah (admixtures) dengan proporsi

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN PEMELIHARAAN RUTIN JALAN DAN JEMBATAN PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN UPR. 02 UPR.02.2 PEMELIHARAAN RUTIN BAHU & TROTOAR AGUSTUS 1992 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

Lebih terperinci

Cara uji berat jenis aspal keras

Cara uji berat jenis aspal keras Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis aspal keras ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN TEBAL DAN PANJANG RATA-RATA AGREGAT

METODE PENGUJIAN TEBAL DAN PANJANG RATA-RATA AGREGAT METODE PENGUJIAN TEBAL DAN PANJANG RATA-RATA AGREGAT BAB I DESKRIPSI 1.1 Maksud dan Tujuan 1.1.1 Maksud Metode Pengujian Tebal dan Panjang Rata-rata Agregat dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam

Lebih terperinci

Cara uji berat isi beton ringan struktural

Cara uji berat isi beton ringan struktural Standar Nasional Indonesia Cara uji berat isi beton ringan struktural ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1

Lebih terperinci

Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir)

Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir) Standar Nasional Indonesia Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir) ICS 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... I Prakata... II Pendahuluan... III 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan

Lebih terperinci

PENGARUH AGREGAT KASAR BATU PECAH BERGRADASI SERAGAM TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL

PENGARUH AGREGAT KASAR BATU PECAH BERGRADASI SERAGAM TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL PENGARUH AGREGAT KASAR BATU PECAH BERGRADASI SERAGAM TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL Oleh: Mulyati 1), Sentosa Budi Alluhri 2) 1) Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut

Lebih terperinci

A. Tujuan Percobaan Menentukan pembagian butir (gradasi) agregat dan modulus. kehalusan. Data distribusi butiran pada agregat serta modulus kehalusan

A. Tujuan Percobaan Menentukan pembagian butir (gradasi) agregat dan modulus. kehalusan. Data distribusi butiran pada agregat serta modulus kehalusan 5. ANALISIS SARINGAN AGREGAT KASAR A. Tujuan Percobaan Menentukan pembagian butir (gradasi) agregat dan modulus kehalusan. Data distribusi butiran pada agregat serta modulus kehalusan diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama untuk menggerakkan roda perekonomian nasional, hal ini karena jalan memiliki peran penting dan strategis untuk mendorong

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENAMBAHAN SERAT SABUT KELAPA TERHADAP KUAT TARIK BETON NORMAL Fc 18 MPa

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENAMBAHAN SERAT SABUT KELAPA TERHADAP KUAT TARIK BETON NORMAL Fc 18 MPa STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENAMBAHAN SERAT SABUT KELAPA TERHADAP KUAT TARIK BETON NORMAL Fc 18 MPa Oleh: Arman A. Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tinjauan Umum Variabel bebas yaitu variasi perbandingan agregat kasar, antara lain : Variasi I (1/1 : 1/2 : 2/3 = 3 : 1 : 2) Variasi II (1/1 : 1/2 : 2/3 = 5 : 1 : 3) Variasi

Lebih terperinci

Cara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik pembebanan

Cara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik pembebanan Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 Cara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik pembebanan Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan

Lebih terperinci

Metode uji partikel ringan dalam agregat (ASTM C ,IDT.)

Metode uji partikel ringan dalam agregat (ASTM C ,IDT.) Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 SNI ASTM C123:2012 Metode uji partikel ringan dalam agregat (ASTM C 123-03,IDT.) Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Cara uji slump beton SNI 1972:2008. Standar Nasional Indonesia

Cara uji slump beton SNI 1972:2008. Standar Nasional Indonesia Standar Nasional Indonesia Cara uji slump beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah

Lebih terperinci

Baja lembaran lapis seng (Bj LS)

Baja lembaran lapis seng (Bj LS) Standar Nasional Indonesia Baja lembaran lapis seng (Bj LS) ICS 77.14.5 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil pengujian tentang Analisis Kelayakan Material Quarry Liquisa Sebagai Bahan Campuran Lapis Aspal Beton (Laston) Dengan Metode Marshall yang di lakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian Pengaruh Substitusi Pasir Dengan Bottom Ash Terhadap Kuat Tekan, dilakukan di Laboratorium Material dan Struktur DPTS FPTK UPI,

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan SNI 2835:2008 Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan ICS 91.010.20 Badan Standardisasi Nasional SNI 2835:2008 Daftar

Lebih terperinci

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram) Lampiran 1 Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI 03-1968-1990) 1. Berat cawan kosong = 131,76 gram 2. Berat pasir = 1000 gram 3. Berat pasir + cawan = 1131,76 gram Ukuran Berat Tertahan Berat

Lebih terperinci

TINJAUAN PELAKSANAAN PEMADATAN TANAH UNTUK PEKERJAAN JALAN DI KABUPATEN PURBALINGGA

TINJAUAN PELAKSANAAN PEMADATAN TANAH UNTUK PEKERJAAN JALAN DI KABUPATEN PURBALINGGA TINJAUAN PELAKSANAAN PEMADATAN TANAH UNTUK PEKERJAAN JALAN DI KABUPATEN PURBALINGGA Taufik Dwi Laksono, Dosen Teknik Sipil Universitas Wijayakusuma Purwokerto Dwi Sri Wiyanti, Dosen Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

ANALISA AGREGAT KASAR SEBAGAI VARIABEL BAHAN CAMPURAN BETON MENGGUNAKAN METODE SNI DAN ACI (Studi Kasus Beton Mutu K-300)

ANALISA AGREGAT KASAR SEBAGAI VARIABEL BAHAN CAMPURAN BETON MENGGUNAKAN METODE SNI DAN ACI (Studi Kasus Beton Mutu K-300) ANALISA AGREGAT KASAR SEBAGAI VARIABEL BAHAN CAMPURAN BETON MENGGUNAKAN METODE SNI DAN ACI (Studi Kasus Beton Mutu K-3) Masherni Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Metro Lampung

Lebih terperinci

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air Standar Nasional Indonesia Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air ICS 75.140; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapisan Aspal Beton Lapis Aspal Beton adalah suatu lapisan pada konstuksi jalan raya, yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus, dicampur, dihampar

Lebih terperinci

Tata cara pembuatan model fisik sungai dengan dasar tetap

Tata cara pembuatan model fisik sungai dengan dasar tetap Standar Nasional Indonesia Tata cara pembuatan model fisik sungai dengan dasar tetap ICS 93.025; 17.120.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

Cara uji daktilitas aspal

Cara uji daktilitas aspal Standar Nasional Indonesia Cara uji daktilitas aspal ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA PENGAMBILAN SAMPEL TANAH INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM FISIKA JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN. UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013

INSTRUKSI KERJA PENGAMBILAN SAMPEL TANAH INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM FISIKA JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN. UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013 INSTRUKSI KERJA PENGAMBILAN SAMPEL TANAH INSTRUKSI KERJA BERAT ISI TANAH DAN PENGOLAHAN DATA Laboratorium Fisika Jurusan Tanah FP. Universitas Brawijaya Kode Dokumen : Refisi : Tanggal : Di susun oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia teknik sipil, teknologi mengenai beton merupakan hal yang wajib untuk dipahami secara teoritis maupun praktis mengingat bahwa beton merupakan salah satu

Lebih terperinci

METODA PELAKSANAAN. CV. SABATA UTAMA Rehabilitasi Jaringan Irigasi D.I Tangan-Tangan

METODA PELAKSANAAN. CV. SABATA UTAMA Rehabilitasi Jaringan Irigasi D.I Tangan-Tangan METODA PELAKSANAAN Nama Perusahaan : Nama Paket Pekerjaan : No. Paket : CV. SABATA UTAMA Rehabilitasi Jaringan Irigasi D.I Tangan-Tangan 481625 Jangka waktu pelaksanaan : Metode pelaksanaan merupakan hal

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN BOBOT ISI DAN RONGGA UDARA DALAM AGREGAT

METODE PENGUJIAN BOBOT ISI DAN RONGGA UDARA DALAM AGREGAT METODE PENGUJIAN BOBOT ISI DAN RONGGA UDARA DALAM AGREGAT BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang Lingkup Metode Pengujian Berat Isi dan Rongga Udara dalam Agregat ini mencakup : 1) perhitungan berat isi dalam kondisi

Lebih terperinci

PENGUJIAN MATERIAL TANAH GUNUNG DESA LASOSO SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN TIMBUNAN PILIHAN PADA PERKERASAN JALAN

PENGUJIAN MATERIAL TANAH GUNUNG DESA LASOSO SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN TIMBUNAN PILIHAN PADA PERKERASAN JALAN PENGUJIAN MATERIAL TANAH GUNUNG DESA LASOSO SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN TIMBUNAN PILIHAN PADA PERKERASAN JALAN Afiryandi M. Alwi 1, Nasrul 2, LD.M.Nurrakhmad A 3 Program Studi D3 Teknik Sipil, Program Pendidikan

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET SNI 19-6413-2000 1. Ruang Lingkup 1.1 Metode ini mencakup penentuan kepadatan dan berat isi tanah hasil pemadatan di lapangan atau

Lebih terperinci

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH BETON SEBAGAI AGREGAT KASAR DAN AGREGAT HALUS TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL Oleh: Mulyati*, Arman A* *Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut

Lebih terperinci

Cara uji penetrasi aspal

Cara uji penetrasi aspal SNI 2432:2011 Standar Nasional Indonesia Cara uji penetrasi aspal ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural

Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural SNI 03-3975-1995 Standar Nasional Indonesia Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural ICS Badan Standardisasi Nasional DAFTAR ISI Daftar Isi... Halaman i BAB I DESKRIPSI... 1 1.1

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KADAR RONGGA AGREGAT HALUS YANG TIDAK DIPADATKAN

METODE PENGUJIAN KADAR RONGGA AGREGAT HALUS YANG TIDAK DIPADATKAN METODE PENGUJIAN KADAR RONGGA AGREGAT HALUS YANG TIDAK DIPADATKAN SNI 03-6877-2002 1. Ruang Lingkup 1.1 Metoda pengujian ini adalah untuk menentukan kadar rongga agregat halus dalam keadaan lepas (tidak

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH SLAG SEBAGAI ALTERNATIF AGREGAT PADA PONDASI PERKERASAN JALAN

PEMANFAATAN LIMBAH SLAG SEBAGAI ALTERNATIF AGREGAT PADA PONDASI PERKERASAN JALAN PEMANFAATAN LIMBAH SLAG SEBAGAI ALTERNATIF AGREGAT PADA PONDASI PERKERASAN JALAN Elkana M Pakpahan NRP : 0221050 Pembimbing : Prof. Ir. Bambang Ismanto S, M.Sc, Ph.D FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM DENGAN PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP TANPA STYROFOAM Lutfi Pakusadewo, Wisnumurti, Ari Wibowo Jurusan Teknik

Lebih terperinci

KORELASI KEPADATAN LAPIS PONDASI BAWAH JALAN RAYA DENGAN KADAR AIR SPEEDY TEST DAN OVEN TEST. Anwar Muda

KORELASI KEPADATAN LAPIS PONDASI BAWAH JALAN RAYA DENGAN KADAR AIR SPEEDY TEST DAN OVEN TEST. Anwar Muda KORELASI KEPADATAN LAPIS PONDASI BAWAH JALAN RAYA DENGAN KADAR AIR SPEEDY TEST DAN OVEN TEST Anwar Muda Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VII/Kementerian Pekerjaan Umum Dosen Program Studi Teknik

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN PEMELIHARAAN RUTIN JALAN DAN JEMBATAN PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN UPR. 05 UPR. 05.1 PEMELIHARAAN RUTIN PERALATAN & TENAGA AGUSTUS 1992 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

Lebih terperinci

Tata cara pembuatan benda uji di laboratorium mekanika batuan

Tata cara pembuatan benda uji di laboratorium mekanika batuan Standar Nasional Indonesia Tata cara pembuatan benda uji di laboratorium mekanika batuan ICS 93.010 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Mesin pemecah biji dan pemisah kulit kakao - Syarat mutu dan metode uji

Mesin pemecah biji dan pemisah kulit kakao - Syarat mutu dan metode uji Standar Nasional Indonesia Mesin pemecah biji dan pemisah kulit kakao - Syarat mutu dan metode uji ICS 65.060.50 Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan

Lebih terperinci

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara SNI 7586:2010 Standar Nasional Indonesia Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional SNI 7586:2010 Daftar isi Daftar isi...i

Lebih terperinci

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan Standar Nasional Indonesia Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan ICS 93.080.10 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan SNI 2835:2008 Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan ICS 91.010.20 Badan Standardisasi Nasional SNI 2835:2008 Daftar

Lebih terperinci

Kata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi

Kata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 135 STUDI PENGENDALIAN MUTU (QUALITY CONTROL) CAMPURAN ASPAL PANAS JENIS HRS-BASE (STUDI KASUS PAKET KEGIATAN PENINGKATAN JALAN HAMPALIT PETAK BAHANDANG STA. 26+500 s.d.

Lebih terperinci

Cara uji kuat tarik tidak langsung batu di laboratorium

Cara uji kuat tarik tidak langsung batu di laboratorium Standar Nasional Indonesia Cara uji kuat tarik tidak langsung batu di laboratorium ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH

TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH TEKNIK PELAKSANAAN BANGUNAN AIR Pertemuan #3 TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH ALAMSYAH PALENGA, ST., M.Eng. RUANG LINGKUP 1. PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH 2. PELAKSANAAN PEKERJAAN GEOTEKNIK (pertemuan selanjutnya).

Lebih terperinci

Metode uji CBR laboratorium

Metode uji CBR laboratorium Standar Nasional Indonesia Metode uji CBR laboratorium ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional SNI 1744:2012 BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin, menggandakan dan mengumumkan

Lebih terperinci