PERANCANGAN PETA EVAKUASI MENGGUNAKAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANCANGAN PETA EVAKUASI MENGGUNAKAN"

Transkripsi

1 PERANCANGAN PETA EVAKUASI MENGGUNAKAN ALGORITMA FLOYD-WARSHALL UNTUK PENENTUAN LINTASAN TERPENDEK (Studi Kasus: Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen) Skripsi BENY NUGROHO I JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 IV - 1

2 LEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : PERANCANGAN PETA EVAKUASI MENGGUNAKAN ALGORITMA FLOYD-WARSHALL UNTUK PENENTUAN LINTASAN TERPENDEK (Studi Kasus: Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen) Ditulis oleh: Beny Nugroho I Mengetahui, Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Irwan Iftadi, S.T., M.Eng. NIP Wakhid Ahmad Jauhari, S.T., M.T. NIP Pembantu Dekan I Fakultas Teknik UNS Ketua Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik UNS Kusno Adi Sambowo, S.T., Ph.D. NIP Dr. Cucuk Nur Rosyidi, S.T., M.T. NIP IV - 2

3 LEMBAR VALIDASI Judul Skripsi : PERANCANGAN PETA EVAKUASI MENGGUNAKAN ALGORITMA FLOYD-WARSHALL UNTUK PENENTUAN LINTASAN TERPENDEK (Studi Kasus: Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen) Ditulis Oleh: Beny Nugroho I Telah disidangkan pada hari Jumat tanggal 10 Juni 2011 Di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta, dengan Dosen Penguji 1. Rahmaniyah Dwi Astuti, S.T., M.T. NIP Taufiq Rochman, STP., MT. NIP Dosen Pembimbing 1. Irwan Iftadi, S.T., M.Eng. NIP Wakhid Ahmad Jauhari, S.T., M.T. NIP IV - 3

4 ABSTRAK Beny Nugroho, I , PERANCANGAN PETA EVAKUASI MENGGUNAKAN ALGORITMA FLOYD-WARSHALL UNTUK PENENTUAN LINTASAN TERPENDEK (STUDI KASUS: RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN KEBUMEN). Skripsi. Surakarta: Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Juni Peta evakuasi sangat penting bagi suatu rumah sakit. Hal ini dikarenakan untuk mengurangi resiko saat terjadi bencana (gempa bumi) dan sebagai syarat akreditasi untuk memperoleh akreditasi suatu rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun peta evakuasi dan penandaannya. Dengan perancangan peta evakuasi, diharapkan dapat terpenuhi salah satu syarat akreditasi rumah sakit dan memudahkan penghuni bangunan rumah sakit dalam mencari jalan tercepat saat keadaan darurat atau keadaan bahaya. Terdapat dua tahap dalam perancangan peta evakuasi. Tahap yang pertama ialah perancangan alur evakuasi dengan menggunakan Algoritma Floyd-Warshall untuk menentukan lintasan terpendek. Tahap kedua ialah penandaan peta evakuasi. Tahap pertama terdiri dari enam tahap, diantaranya pembuatan block plan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen, penentuan letak titik berkumpul (assembly point), penentuan node, pemilahan titik berkumpul (assembly point) untuk masing-masing ruang, penentuan jarak masing-masing ruang ke titik berkumpul (assembly point), dan penentuan alternatif evakuasi. Tahap kedua merupakan perancangan penandaan peta evakuasi. Dalam hal ini, warna dan bahan penandaan peta evakuasi sesuai dengan Rumah Sakit Islam Surakarta. Penandaan peta evakuasi dibuat dari bahan arcrlylic dan dipasang sepanjang jalur evakuasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 40 ruang yang dapat langsung ditentukan lintasan evakuasinya dan 35 ruang ditentukan lintasan terpendeknya dengan menggunakan Algoritma Floyd-Warshall. Dari ketiga puluh lima ruang itu, 16 ruang menuju titik berkumpul sebelah utara, 5 ruang menuju titik berkumpul sebelah barat, dan 14 ruang menuju titik berkumpul sebelah selatan. Sehingga titik berkumpul sebelah utara menampung 39 ruang, titik berkumpul sebelah barat menampung 19 ruang, dan titik berkumpul sebelah selatan 17 ruang serta peta evakuasi telah disusun dan akan dipasang di tempattempat strategis sepanjang jalur evakuasi. Kata kunci: algoritma floyd-warshall, peta evakuasi, titik berkumpul viii + 83 halaman; 31 tabel; 47 gambar; 1 lampiran; Daftar pustaka: 14 ( ) IV - 4

5 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR VALIDASI SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH KATA PENGANTAR ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI i ii iii iv v vi viii ix x DAFTAR TABEL xiii DAFTAR GAMBAR xv BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang Penelitian I Perumusan Masalah I Tujuan Penelitian I Manfaat Penelitian I Batasan Masalah I Asumsi I Sistematika Penulisan I-4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen II Visi dan Misi RSUD Kabupaten Kebumen II Sumber Daya Manusia II Fasilitas Pelayanan II Evakuasi II Alasan Melakukan Evakuasi II Perencanaan II Urutan Evakuasi II Ruang Lingkup Evakuasi II-7 IV - 5

6 2.3 Shortest path Method II Algoritma Dijkstra (Single Source Problem) II Algoritma Bellman-Ford (Negative Weighted Problem) II Algoritma Floyd-Warshall (All Pairs Source Problem) II Perbandingan Alrgoritma Dijkstra, Bellman-Ford, dan Floyd-Warshall II-12 BAB III METODOLOGI PENELITIAN III Identifikasi Masalah III Studi Lapangan III Studi Pustaka III Penentuan Tujuan III Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data III Perancangan Alur Evakuasi dengan Menggunakan Algoritma Floyd-Warshall untuk Menentukan Lintasan Terpendek III Penandaan Peta Evakuasi III Penempatan Penandaan Peta Evakuasi Tahap Analisa dan Interpretasi Hasil Tahap Kesimpulan dan Saran III-5 III-5 III-5 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA IV Identifikasi Masalah IV Perancangan Peta Evakuasi IV Perancangan Alur Evakuasi dengan Menggunakan Algoritma Floyd-Warshall untuk Menentukan Lintasan Terpendek IV Penentuan Letak Penandaan Peta Evakuasi IV Desain IV Peta Evakuasi IV Penandaan (Exit Sign) IV Penempatan Penandaan Peta Evakuasi IV-22 IV - 6

7 BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL V Pembuatan Block Plan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen V Penentuan Letak Titik Berkumpul (Assembly Point) V Pemilahan Titik Berkumpul (Assembly Point) untuk Masing- Masing Ruang V Penentuan Jarak Lintasan Masing-Masing Ruang ke Titik Berkumpul (Assembly Point) V Penempatan Penandaan Peta Evakuasi V-5 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI Kesimpulan VI Saran VI-1 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN IV - 7

8 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Perbandingan Algoritma II-12 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 5.1 Tabel L1.1 Tabel L1.2 Tabel L1.3 Tabel L1.4 Tabel L1.5 Tabel L1.6 Tabel L1.7 Tabel L1.8 Tabel L1.9 Langkah Pertama Penentuan Jarak Lintasan Ruang Anggrek Blok C Langkah Kedua Penentuan Jarak Lintasan Ruang Anggrek Blok C Langkah Ketiga Penentuan Jarak Lintasan Ruang Anggrek Blok C Langkah Keempat Penentuan Jarak Lintasan Ruang Anggrek Blok C Rangkuman Jarak Lintasan Masing-Masing Ruang Menuju Titik Berkumpul (Assembly Point) Colour Code BS Safety Colours Langkah Pertama Penentuan Jarak Lintasan Ruang Anggrek Blok B Langkah Kedua Penentuan Jarak Lintasan Ruang Anggrek Blok B Langkah Ketiga Penentuan Jarak Lintasan Ruang Anggrek Blok B Langkah Keempat Penentuan Jarak Lintasan Ruang Anggrek Blok B Langkah Pertama Penentuan Jarak Lintasan Ruang Anggrek Blok D Langkah Kedua Penentuan Jarak Lintasan Ruang Anggrek Blok D Langkah Ketiga Penentuan Jarak Lintasan Ruang Anggrek Blok D Langkah Keempat Penentuan Jarak Lintasan Ruang Anggrek Blok D Langkah Pertama Penentuan Jarak Lintasan Ruang Komite Medis (Sebelah Utara) IV - 8 IV-9 IV-10 IV-10 IV-11 IV-12 V-6 L-2 L-3 L-3 L-3 L-4 L-5 L-5 L-5 L-6

9 Tabel L1.10 Tabel L1.11 Tabel L1.12 Tabel L1.13 Tabel L1.14 Tabel L1.15 Tabel L1.16 Tabel L1.17 Tabel L1.18 Tabel L1.19 Tabel L1.20 Tabel L1.21 Tabel L1.22 Tabel L1.23 Tabel L1.24 Langkah Kedua Penentuan Jarak Lintasan Ruang Komite Medis (Sebelah Utara) Langkah Ketiga Penentuan Jarak Lintasan Ruang Komite Medis (Sebelah Utara) Langkah Keempat Penentuan Jarak Lintasan Ruang Komite Medis (Sebelah Utara) Langkah Pertama Penentuan Jarak Lintasan Ruang Komite Medis (Sebelah Selatan) Langkah Kedua Penentuan Jarak Lintasan Ruang Komite Medis (Sebelah Selatan) Langkah Ketiga Penentuan Jarak Lintasan Ruang Komite Medis (Sebelah Selatan) Langkah Keempat Penentuan Jarak Lintasan Ruang Komite Medis (Sebelah Selatan) Langkah Pertama Penentuan Jarak Lintasan Ruang Mushola (Sebelah Utara) Langkah Kedua Penentuan Jarak Lintasan Ruang Mushola (Sebelah Utara) Langkah Ketiga Penentuan Jarak Lintasan Ruang Mushola (Sebelah Utara) Langkah Keempat Penentuan Jarak Lintasan Ruang Mushola (Sebelah Utara) Langkah Pertama Penentuan Jarak Lintasan Ruang Mushola (Sebelah Selatan) Langkah Kedua Penentuan Jarak Lintasan Ruang Mushola (Sebelah Selatan) Langkah Ketiga Penentuan Jarak Lintasan Ruang Mushola (Sebelah Selatan) Langkah Keempat Penentuan Jarak Lintasan Ruang Mushola (Sebelah Selatan) L-7 L-7 L-7 L-8 L-9 L-9 L-9 L-11 L-11 L-11 L-12 L-13 L-13 L-13 L-14 IV - 9

10 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian yang dilakukan. Berikutnya diuraikan mengenai batasan masalah, asumsi yang digunakan dalam permasalahan, dan sistematika penulisan untuk menyelesaikan penelitian. 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak diantara 2 samudra dan 2 benua. Samudra yang mengapit yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik serta Benua Asia dan Benua Australia. Gempa sering terjadi di Indonesia, baik yang diakibatkan oleh aktivitas gunung merapi maupun pergeseran lempeng tektonik. Frekuensi gempa yang meningkat membuat setiap masyarakat serta instansi yang ada siaga dalam menghadapi bencana, salah satunya di rumah sakit. Adanya pedoman dan langkah antisipasi saat terjadi gempa bumi diperlukan di rumah sakit. Penyelenggaraan kesehatan di rumah sakit sangatlah perlu mendapat perhatian yang serius. Dengan adanya ketetapan serta peraturan tentang evakuasi saat terjadi keadaan darurat dari pihak terkait, maka sangat penting adanya peta evakuasi di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen. Hal ini dikarenakan untuk mengurangi resiko saat terjadi bencana (gempa bumi) dan sebagai syarat akreditasi untuk memperoleh akreditasi suatu rumah sakit. Salah satu syarat agar rumah sakit memperoleh akreditasi ialah dengan tersedianya peta evakuasi beserta penandaanya. Akreditasi sangat penting bagi rumah sakit karena dapat meningkatkan image di masyarakat akan kualitas pelayanan, tentunya disertai dengan pelayanan yang baik dan didukung sumber daya manusia yang handal. Peta evakuasi merupakan salah satu syarat untuk memenuhi standar akreditasi rumah sakit yang ditetapkan oleh pemerintah. Peta evakuasi sangat penting bagi setiap rumah sakit baik negeri maupun swasta. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen belum memiliki peta evakuasi. Hal tersebut mendorong pihak rumah sakit untuk memiliki peta IV - 10

11 evakuasi yang memenuhi standar akreditasi rumah sakit dan pedoman saat terjadi bencana (gempa bumi). Pada saat terjadi bencana, penghuni rumah sakit sebagian besar berlarian menyelamatkan diri tanpa arah atau pedoman. Baik penghuni bangunan yang ada di bagian tengah maupun belakang semuanya berlarian menuju jalan keluar tanpa memperhatikan jalur yang ditempuh dan titik berkumpul (assembly point) yang aman. Terdapat beberapa area kosong yang dapat digunakan sebagai titik berkumpul (assembly point), yaitu di bagian utara, barat, dan selatan. Akan tetapi, area ini pemanfaatannya belum maksimal karena sebagian besar penghuni rumah sakit tidak mengetahui keberadaan titik berkumpul (assembly point) tersebut. Dengan adanya peta evakuasi, diharapkan saat terjadi bencana, penghuni dapat dengan mudah mengikuti arah panah evakuasi menuju tempat yang telah ditentukan. Model simulasi juga akan dilakukan untuk mengevaluasi arah alur dalam peta evakuasi yang diterapkan. Perancangan peta evakuasi dengan cara menentukan lintasan terpendek menuju titik berkumpul (assembly point). Penentuan lintasan terpendek memperhatikan alternatif jalur-jalur yang dapat dilalui menuju titik berkumpul (assembly point). Jarak yang terpendek merupakan jalur tercepat menuju titik berkumpul (assembly point). Metode yang digunakan untuk penentuan lintasan terpendek ialah Algoritma Floyd-Warshall. Algoritma Floyd-Warshall adalah salah satu varian dari pemrograman dinamis, yaitu suatu metode yang melakukan pemecahan masalah dengan memandang solusi yang akan diperoleh sebagai suatu keputusan yang saling terkait. Solusi-solusi tersebut dibentuk dari solusi yang berasal dari tahap sebelumnya dan ada kemungkinan solusi lebih dari satu (Novandi, 2007). Hal yang membedakan pencarian solusi menggunakan pemrograman dinamis dengan algoritma greedy adalah bahwa keputusan yang diambil pada tiap tahap pada algoritma greedy hanya berdasarkan pada informasi yang terbatas sehingga nilai optimum yang diperoleh pada saat itu. Pada algoritma greedy, konsekuensi yang akan terjadi tidak perlu dipikirkan seandainya memilih suatu keputusan pada suatu tahap (Rinaldi, 2007). IV - 11

12 Algoritma Floyd-Warshall yang menerapkan pemrograman dinamis lebih menjamin keberhasilan penemuan solusi optimum untuk kasus penentuan lintasan terpendek (single pair shortest path). Solusi lintasan terpendek dari masingmasing ruang dalam bangunan rumah sakit dapat ditentukan dengan menerapkan Algoritma Floyd-Warshall. Terdapat beberapa kelebihan Algoritma Floyd- Warshall dibandingkan dengan metode lainnya (Handaka, 2010). Kelebihan tersebut diantaranya algoritma ini mempunyai jenis all pairs yang artinya penentuan lintasan terpendek dapat ditentukan dari semua pasangan simpul, kecepatan dalam penentuan lintasan terpendek sangat cepat apabila diterapkan dalam suatu sistem, performansinya stabil, dan keputusan yang nantinya diambil saling terkait. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan dari penelitian ini ialah bagaimana merancang peta evakuasi menggunakan Algoritma Floyd-Warshall untuk penentuan lintasan terpendek. 1.3 Tujuan Penelitian 1. Menggunakan Algoritma Floyd-Warshall dalam penentuan lintasan terpendek dalam proses evakuasi saat terjadi bencana di rumah sakit. 2. Menyusun peta evakuasi dan penandaannya. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Memenuhi salah satu syarat akreditasi rumah sakit. 2. Memudahkan penghuni bangunan rumah sakit dalam mencari jalan tercepat saat keadaan darurat atau keadaan bahaya. 1.5 Batasan Masalah 1. Penelitian difokuskan pada evakuasi penghuni bangunan rumah sakit tidak termasuk evakuasi barang. 2. Bahaya yang dipertimbangkan dalam kasus penelitian ini adalah gempa bumi. IV - 12

13 1.6 Asumsi Penelitian 1. Faktor perilaku penghuni bangunan tidak diperhatikan. 2. Titik awal keberadaan penghuni bangunan rumah sakit ditentukan dari titik tengah masing-masing ruangan. 1.7 Sistematika Penulisan Penulisan penelitian dalam laporan tugas akhir ini mengikuti uraian yang diberikan pada setiap bab yang berurutan untuk mempermudah pembahasannya. Dari pokok-pokok permasalahan dapat dibagi menjadi enam bab se bagai berikut. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan berbagai hal mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi-asumsi dan sistematika penulisan. Uraian bab ini dimaksudkan untuk menjelaskan latar belakang penelitian ini dilakukan sehingga dapat memberi masukan sesuai dengan tujuan penelitian dengan batasan-batasan dan asumsi yang digunakan. BAB II STUDI PUSTAKA Bab ini berisi mengenai landasan teori yang mendukung dan terkait langsung dengan penelitian yang akan dilakukan dari buku, sumber literatur lain, dan studi terhadap penelitian terdahulu. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi tentang uraian langkah-langkah penelitian yang dilakukan, selain juga merupakan gambaran kerangka berpikir penulis dalam melakukan penelitian dari awal sampai penelitian selesai. BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini menyajikan pelaksanaan pengumpulan data, pengolahan data berdasarkan teori dan data yang didapat dari penelitian. BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini membahas tentang analisis dari output yang didapatkan dan interpretasi hasil penelitian. IV - 13

14 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menguraikan target pencapaian dari tujuan penelitian dan simpulansimpulan yang diperoleh dari pembahasan bab-bab sebelumnya. Bab ini juga menguraikan saran dan masukan bagi kelanjutan penelitian yang telah dilakukan dan masukan bagi instansi dari tempat penelitian. IV - 14

15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas mengenai konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian, sebagai landasan dan dasar pemikiran untuk membahas serta menganalisis permasalahan yang ada. 2.1 Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen didirikan pada tahun 1916 dengan nama ZENDING HOSPITAL PANJURUNG yang dikelola oleh Yayasan Kristen di bawah naungan Pemerintah Hindia Belanda. Belanda menyerah kepada Jepang tahun 1942, maka Zending Hospital Panjurung menjadi milik pemerintah pendudukan Jepang sampai tahun Sejak Indonesia merdeka yaitu pada tanggal 17 Agustus 1945, Pemerintah Jepang menyerahkan Zending Hospital Panjurung pengelolaanya diserahkan kepada Republik Indonesia. Pada tahun 1950, Zending Hospital Panjurung pengelolaanya diserahkan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Kebumen. Pegawai-pegawainya yang berasal dari Zending Hospital Panjurung dialihkan statusnya, yang medis menjadi pegawai Depkes, sedangkan yang nonmedis atau tata usaha menjadi pegawai Pemerintah Daerah Kabupaten Kebumen. Dengan demikian, Zending Hospital Panjurung menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen sampai sekarang. RSUD Kebumen terletak di bagian selatan kota Kebumen terletak di bagian selatan kota Kebumen, yaitu di jalan Rumah Sakit 13 termasuk dalam wilayah RT 01 RW 01 Kelurahan Panjer Kecamatan Kebumen. RSUD Kabupaten Kebumen menempati areal seluas m 2 dengan luas bangunan 6100 m 2. Batas-batas lokasi RSUD Kabupaten Kebumen sebagai berikut: Sebelah Utara Sebelah Timur Sebelah Selatan Sebelah Barat : Jalan RSU dan jalan kereta api jurusan Bandung- Surabaya : Pemukiman penduduk : Sungai Lukulo : Pemukiman penduduk dan sungai Lukulo IV - 15

16 RSUD Kabupaten Kebumen merupakan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan masyarakat milik Pemerintah Daerah yang berada di wilayah administrasi Kabupaten Kebumen sebagai rumah sakit rujukan. Dewasa ini, RSUD Kabupaten Kebumen telah mengalami perkembangan dalam melayani masyarakat. Sejak terbitnya Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No:031/Birhup/1972 tentang rumah-rumah sakit pemerintah, maka Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen digolongkan dalam rumah sakit klasifikasi tipe D. Selanjutnya dalam hal jenis pelayanan dan tingkat pelayanan berkembang cukup baik, maka klasifikasi D untuk Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen pada tahun 1983 telah ditingkatkan menjadi klasifikasi C sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 233/Menkes/SK/1983. Berdasarkan peraturan daerah no 54 tahun 2004, Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen berubah menjadi Badan Pengelolaan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen. Pada tahun 2008, RSUD Kebumen mengalami perubahan lagi sesuai dengan peraturan daerah no 86 tahun 2008 yaitu tentang rincian tugas pokok, fungsi dan tata kerja RSUD Kabupaten Kebumen berubah menjadi RSUD Kabupaten Kebumen dengan eselon III Visi dan Misi RSUD Kabupaten Kebumen Dalam rangka menjalankan tugas dan fungsinya dalam pelayanan kesehatan yang baik dan seiring dengan perkembangan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen yang telah menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen telah menetapkan visi dan misinya. Visi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen adalah Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen sebagai rumah sakit terbaik di bidang trauma di provinsi Jawa Tengah bagian selatan. Misi organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen adalah: 1. Meningkatkan mutu dan cakupan pelayanan sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, sebagai rumah sakit rujukan provinsi Jawa Tengah bagian selatan. 2. Mengembangkan pelayanan dan sarana serta prasarana menjadi rumah sakit tipe B nonpendidikan. IV - 16

17 3. Mewujudkan pelayanan rumah sakit yang bermutu dan dapat memuaskan pasien dan efisien dalam pengelolaan. 4. Meningkatkan pembinaan sumber daya manusia dalam peningkatan kompetensi tinggi dan karakter yang berperhatian terhadap pasien. 5. Merestrukturisasi organisasi dan manajemen menjadi Badan Layanan Umum. 6. Meningkatkan kesejahteraan karyawan sesuai dengan kebutuhan kehidupan yang layak Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen berjumlah 503 orang yang terdiri dari 411 PNS dan 92 PTT. Jumlah tersebut masih terbagi menjadi delapan jenis tenaga yaitu staf medis fungsional, keperawatan, kefarmasian, gizi, kesehatan masyarakat, keterapian fisik, keteknisan medis, nonkesehatan menurut tingkat pendidikan. Lebih rinci pada daftar sumber daya manusia RSUD Kebumen Fasilitas Pelayanan Sebagai organisasi pelayanan publik milik Pemerintah Daerah Kabupaten Kebumen secara umum ada tiga fasilitas pelayanan yaitu: pelayanan medis, pelayanan penunjang medis, dan pelayanan penunjang lainnya. 1. Pelayanan Medis Pelayanan medis dari pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Rawat jalan adalah penderita yang melakukan diagnosa, pengobatan, perawatan, pencegahan akibat penyakit, peningkatan kesehatan dan penelitian dengan tanpa menginap di rumah sakit. Untuk pelaksana rawat jalan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen mempunyai beberapa bagian poliklinik yang diperuntukkan bagi penderita yang baru dalam taraf pemeriksaan awal untuk mengetahui jenis penyakit yang diderita. Oleh karena itu, masih memungkinkan bagi penderita yang berasal dari bagian rawat jalan ini kemudian diteruskan ke bagian rawat inap. Bagian-bagian pelayanan yang dimiliki adalah sebagai berikut: a. Pelayanan poliklinik umum IV - 17

18 b. Pelayanan poliklinik mata c. Pelayanan poliklinik bedah d. Pelayanan poliklinik mulut dan gigi e. Pelayanan poliklinik syaraf f. Pelayanan poliklinik kebidanan dan kandungan g. Pelayanan poliklinik telinga dan tenggorokan h. Pelayanan poliklinik penyakit dalam i. Pelayanan poliklinik penyakit anak j. Pelayanan poliklinik kulit dan kelamin k. Pelayanan poliklinik psikologi l. Pelayanan poliklinik orthopedi m. Pelayanan rehabilitasi medik n. Pelayanan unit gawat darurat o. Pelayanan laboratorium patologi klinik Dari dua belas poliklinik dibuka selama 6 hari kerja dengan jam pelayanan poliklinik pagi buka dari jam sampai jam Instalasi gawat darurat dibuka selama 24 jam untuk penanganan kasus-kasus emergency. Terdapat delapan ruangan untuk pelayanan rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen. Bagian rawat inap merupakan bagian perawatan penderita yang memerlukan perawatan relatif lama karena penyakit penderita yang dirawat di bagian ini memerlukan pengawasan atau perhatian yang khusus. Bagian rawat inap terdiri dari beberapa ruangan perawatan yang mempunyai kapasitas tempat tidur 189 buah. 2. Pelayanan Penunjang Medik Untuk mendukung pelayanan rawat jalan maupun rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen mempunyai fasilitas penunjang medis yaitu: a. Instalasi radiologi b. Instalasi laboratorium c. Instalasi farmasi d. Instalasi gizi e. Rehabilitasi medik IV - 18

19 f. Pelayanan anastesi g. Pelayanan peralatan elektromedik 3. Peralatan Penunjang Lainnya Pelayanan ini terdiri pelayanan rekam medik, pelayanan administrasi keuangan dan umum yaitu: transportasi ambulance, PAM, listrik, incenerator, IPAL, kamar jenazah, parkir, tempat ibadah (mushola). Adapun sarana transportasi ambulance ada 7 buah ambulance yaitu: ambulance untuk antar pasien ke rumah sakit rujukan 4 buah mobil, 2 mobil jenazah dan ambulance darurat 1 buah. 2.2 Evakuasi Evakuasi merupakan tahapan kritis dalam menanggapi bencana atau keadaan bahaya. Terdapat dua fase yang sangat menentukan dalam proses evakuasi bangunan yaitu fase pre-evacuation dan fase movement (Chow, 2007). Fase preevacuation merupakan tahap sebelum penghuni bangunan meninggalkan ruang kerja atau kamarnya dan fase movement merupakan tahap penghuni mulai berjalan atau berlari menuju titik teraman atau titik berkumpul (assembly point). Pada fase movement, penghuni bangunan berusaha mencari jalan keluar dari bangunan hunian dengan berjalan cepat. Fase movement merupakan fase kedua setelah fase pre-evacuation yang memilki total waktu terlama. Hal ini disebabkan pada fase movement ini para penghuni bangunan mulai berjalan dan mencari jalan teraman untuk dilalui agar sampai pada titik berkumpul (assembly point). Dalam kondisi panik dan lingkungan yang tidak normal, penghuni dapat mengalami kesulitan dalam menemukan jalur evakuasi yang aman dan cepat (Rahman dan Mahmood, 2008). Pada proses evakuasi, selain kelengkapan peralatan evakuasi, behavior seseorang akan sangat menentukan kesesuaian dan kecepatan proses evakuasi. Penghuni yang berjalan cepat dalam kondisi bahaya terkadang memiliki kebiasaan untuk mengikuti gerombolan orang didepannya tanpa memikirkan jalur yang ditempuh tersebut pendek atau tidak (Rahman dan Mahmood, 2008). Saat penghuni mengalami kepanikan, penghuni tidak akan mudah dalam mencari jalan keluar. Penghuni juga akan melalui familiarty route (Rahman dan Mahmood, 2008), yaitu jalan yang biasanya dilalui atau jalur yang dikenal saat keluar-masuk IV - 19

20 bangunan, daripada mengikuti arah exit sign karena penghuni lebih mempercayai insting mereka. Namun berdasarkan insting tersebut belum tentu jalur tersebut merupakan jalan yang teraman untuk dilewati. Fase movement memiliki waktu total terlama setelah fase pre-evacuation. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 Evacuation Time Line Sumber: Rahman dan Mahmood, Alasan Melakukan Evakuasi Evakuasi dapat dilakukan sebelum, selama atau setelah bencana alam seperti: letusan gunung berapi, siklon, banjir, badai, gempa bumi, tsunami. Evakuasi juga dapat dilakukan karena alasan lainnya yaitu: serangan militer, kecelakaan industri, kecelakaan nuklir, kecelakaan lalu lintas (termasuk kecelakaan kereta api atau penerbangan), kebakaran, pemboman, serangan teroris, pertempuran militer, kegagalan struktural, virus wabah Perencanaan Rencana evakuasi darurat dikembangkan untuk memastikan waktu evakuasi teraman dan paling efisien bagi semua penduduk yang diharapkan dari suatu struktur, kota, atau wilayah. Sebuah tolak ukur kinerja (benchmark) "waktu evakuasi" untuk bahaya yang berbeda dan kondisi dibuat. Benchmark ini dapat dilakukan melalui penggunaan praktik terbaik, peraturan atau menggunakan simulasi, seperti model aliran rakyat dalam sebuah bangunan, untuk menentukan benchmark. Perencanaan yang tepat akan menggunakan beberapa jalan keluar serta teknologi untuk memastikan evakuasi penuh dan lengkap. Pertimbangan IV - 20

21 untuk sejumlah situasi pribadi yang mungkin mempengaruhi kemampuan individu melakukan evakuasi. Situasi-situasi pribadi itu mungkin termasuk sinyal alarm yang menggunakan tanda/sinyal yang bisa didengar dan dilihat. Peraturanperaturan seperti kode bangunan dapat digunakan untuk mengurangi kemungkinan panik dengan memungkinkan individu menyiapkan kebutuhan untuk mengevakuasi diri tanpa menyebabkan alarm. Perencanaan yang tepat akan menerapkan pendekatan semua bahaya sehingga rencana itu dapat digunakan kembali untuk beberapa bahaya yang mungkin ada (Wikipedia, 2010) Urutan Evakuasi Urutan evakuasi dapat dibagi ke dalam tahap-tahap yaitu: deteksi, keputusan, alarm, reaksi, perpindahan ke area perlindungan atau stasiun perakitan, dan transportasi. Waktu empat tahap pertama biasanya disebut waktu pragerakan. Tahapan tertentu berbeda untuk objek yang berbeda, misalnya untuk kapal terdapat perbedaan antara perakitan dan embarkasi (untuk perahu atau rakit). Perakitan dan embarkasi terpisah satu sama lain. Dengan demikian, keputusan akan memasuki perahu atau rakit biasanya dilakukan setelah pemasangan selesai (Wikipedia, 2010) Ruang Lingkup Evakuasi Menurut John Abrahams, ruang lingkup evakuasi berdasarkan skalanya dibedakan menjadi dua yaitu evakuasi berskala kecil dan evakuasi berskala besar. 1. Evakuasi berskala kecil Strategi individu melakukan evakuasi di dalam bangunan oleh John Abrahams pada tahun Variabel independen adalah kompleksitas bangunan dan kemampuan pergerakan individu. Dengan meningkatnya kompleksitas dan berkurangnya kemampuan gerak, perubahan strategi dari "jalan keluar cepat", melalui jalan keluar lambat dan pindah ke tempat yang aman di dalam bangunan (seperti tangga), untuk tetap di tempat dan menunggu bantuan. Strategi terakhir adalah gagasan menggunakan tempat terlindung (safe haven) yang ditunjuk di lantai. Safe haven adalah bagian dari bangunan yang diperkuat untuk berlindung dari bahaya tertentu, seperti kebakaran, asap atau IV - 21

22 keruntuhan struktural. Beberapa bahaya mungkin memiliki safe haven di setiap lantai, sementara bahaya seperti tornado, mungkin memiliki safe haven atau ruang aman tunggal. Biasanya orang dengan mobilitas terbatas diminta untuk melapor ke safe haven untuk penyelamatan oleh responden pertama. Pada sebagian besar bangunan safe haven berada di tangga. 2. Evakuasi berskala besar Evakuasi distrik merupakan bagian dari manajemen bencana. Banyak evakuasi terbesar terjadi menjelang atau dalam serangan militer di saat perang. Evakuasi berskala besar modern biasanya merupakan hasil dari bencana alam. 2.3 Shortest path Method Terdapat beberapa macam persoalan lintasan terpendek antara lain: a. Lintasan terpendek antara dua buah simpul tertentu (a pair shortest path). b. Lintasan terpendek antara semua pasangan simpul (all pairs shortest path). c. Lintasan terpendek dari simpul tertentu ke semua simpul yang lain (singlesource shortest path). d. Lintasan terpendek antara dua buah simpul yang melalui beberapa simpul tertentu (intermediate shortest path) Algoritma Dijkstra (Single Source Problem) Algoritma Dijkstra, dinamai menurut penemunya, Edsger Dijkstra, adalah algoritma dengan prinsip greedy yang memecahkan masalah lintasan terpendek untuk sebuah graf berarah dengan bobot sisi yang tidak negatif. Misalnya, bila simpul dari sebuah graph melambangkan kota-kota dan bobot tiap simpul melambangkan jarak antara kota-kota tersebut, Algoritma Dijkstra dapat digunakan untuk menemukan jarak terpendek antara dua kota. Input algoritma ini adalah sebuah graf berarah dan berbobot, G dan sebuah source vertex s dalam G. V adalah himpunan semua simpul dalam graph G. Setiap sisi dari graph ini adalah pasangan vertices (u,v) yang melambangkan hubungan dari vertex u ke vertex v. Himpunan semua edge disebut E. Weights dari edges dihitung dengan fungsi w: E [0, ); jadi w(u,v) adalah jarak nonnegatif dari vertex u ke vertex v. Cost dari sebuah edge dapat dianggap sebagai jarak antara dua vertex, yaitu jumlah jarak IV - 22

23 semua edge dalam path tersebut. Untuk sepasang vertex s dan t dalam V, algoritma ini menghitung jarak terpendek dari s ke t. Algoritma Dijkstra melibatkan pemasangan label pada verteks. Kita misalkan L(v) menyatakan label dari verteks v. Pada setiap pembahasan, beberapa verteks mempunyai label sementara dan yang lain mempunyai label tetap. Kita misalkan T menyatakan himpunan verteks yang mempunyai label sementara. Dalam menggambarkan algoritma tersebut, kita akan melingkari verteks-verteks yang mempunyai label tetap. Selanjutnya akan kita tunjukkan bahwa jika L(v) adalah label tetap dari verteks v, maka L(v) merupakan panjang lintasan terpendek dari a ke v. Sebelumnya semua vertex mempunyai label sementara. Setiap iterasi dari algoritma tersebut mengubah status satu label dari sementara ke tetap sehingga kita dapat mengakhiri algoritma tersebut jika z menerima sebuah label tetap. Pada bagian ini L(z) merupakan panjang lintasan terpendek dari a ke z. Algoritma ini mencari panjang lintasan terpendek dari verteks a ke z dalam sebuah graf berbobot tersambung. Bobot dari rusuk (i,j) adalah w(i,j)>0 dan label verteks x adalah L(x). Hasilnya, L(z) merupakan panjang lintasan terpendek dari a ke z. Algoritma Dijkstra menggunakan waktu sebesar O(V*log V + E) dimana V dan E adalah banyaknya sisi dan titik (Cormen dkk., 2001) Algoritma Bellman-Ford (Negative Weighted Problem) Algoritma Bellman-Ford menghitung jarak terpendek (dari satu sumber) pada sebuah graph berbobot. Maksudnya dari satu sumber ialah bahwa ia menghitung semua jarak terpendek yang berawal dari satu titik node. Algoritma Dijkstra dapat lebih cepat mencari hal yang sama dengan syarat tidak ada sisi (edge) yang berbobot negatif, maka Algoritma Bellman-Ford hanya digunakan jika ada sisi berbobot negatif. Kebenaran dari Algoritma Bellman-Ford dapat ditunjukkan dengan induksi sebagai berikut: Lemma. Setelah pengulangan i dari siklus for: 1. Jika distance (u) terhingga, akan sebanding dengan panjang dari beberapa lintasan dari s menuju u. IV - 23

24 2. Jika terdapat lintasan dari s menuju u pada kebanyakan sisi i, kemudian distance (u) adalah kebanyakan panjang pada lintasan terpendek dari s menuju u dengan kebanyakan sisi i. Untuk setiap dasar induksi, perhatikan i=0 dan saat kejadian sebelum siklus for yang dieksekusi pertama kali. Kemudian, untuk setiap simpul asal, source.jarak = 0, adalah benar. Untuk setiap simpul u, lainnya u.jarak = tak terhingga, juga benar karena tidak terdapat dari simpul asal ke simpul u dengan sisi berbobot 0. Untuk kasus induktif, pertama kali kita membuktikan bagian awal. Bayangkan saat jarak setiap simpul diperbarui sebagai berikut v.jarak := u.jarak + uv.bobot. Dengan menggunakan asumsi induktif, u.jarak adalah panjang dari beberapa lintasan yang menghubungkan simpul awal dengan u. Kemudian u.jarak + uv.bobot adalah panjang lintasan yang berasal dari simpul awal menuju v yang mengikuti lintasan yang berasal dari simpul awal menuju u dan kemudian menuju ke v. Untuk bagian kedua, perhatikan bahwa lintasan terpendek dari simpul asal menuju u dengan kebanyakan terdapat pada i sisi. Jadikan v sebagai simpul terakhir sebelum mencapai u pada lintasan tersebut. Kemudian, bagian suatu lintasan dari simpul awal menuju v adalah lintasan terpendek dari simpul asal menuju v pada kebanyakan sisi-sisi i-1. Dengan asumsi induktif ini, v.jarak setelah siklus i-1 kebanyakan panjang dari lintasan ini. Dengan demikian, uv.bobot + v.jarak berada pada kebanyakan panjang lintasan dari s menuju u. Pada siklus kei, u.jarak akan dibandingkan dengan uv.weight + v.jarak, dan himpunan sebanding dengannya jika uv.bobot + v.jarak lebih kecil. Kemudian, setelah siklus i, u.jarak pada kebanyakan panjang lintasan terpendek dari simpul asal menuju u yang melewati kebanyakan sisi i. Ketika i sebanding dengan banyaknya simpul pada graf, setiap lintasan akan dijadikan sebagai shortest path overall, kecuali jika terdapat bobot siklus yang negatif. Jika ada bobot-siklus negatif dan dapat diakses dari simpul asal, kemudian diberikan langkah manapun, akan terdapat sebuah lintasan yang lebih pendek one, sehingga tidak terdapat langkah terpendek. Di lain pihak, langkah terpendek tidak akan mengikutsertakan siklus manapun (karena dengan berputar pada siklus tersebut akan membuat langkahnya menjadi semakin pendek), jadi setiap lintasan terpendek akan mengunjungi setiap simpul paling IV - 24

25 tidak 1 kali, dan banyaknya sisi lebih sedikit dari banyaknya simpul di dalam graf (Cormen dkk., 2001) Algoritma Floyd-Warshall (All Pairs Source Problem) Algoritma Floyd-Warshall adalah sebuah algoritma analisis graf untuk mencari bobot minimum dari graf berarah. Dalam satu kali eksekusi algoritma, akan didapatkan jarak sebagai jumlah bobot dari lintasan terpendek antar setiap pasang simpul tanpa memperhitungkan informasi mengenai simpul-simpul yang dilaluinya. Algoritma yang juga dikenal dengan nama Roy-Floyd ini merupakan penerapan strategi dynamic programming (Cormen dkk., 2001). Algoritma Floyd-Warshall memiliki input graf berarah dan berbobot (V,E), yang berupa daftar titik (node/vertex V) dan daftar sisi (edge E). Jumlah bobot sisi-sisi pada sebuah jalur adalah bobot jalur tersebut. Sisi pada E diperbolehkan memiliki bobot negatif, tetapi tidak diperbolehkan bagi graf ini untuk memiliki siklus dengan bobot negatif. Algoritma ini menghitung bobot terkecil dari semua jalur yang menghubungkan sebuah pasangan titik, dan melakukannya sekaligus untuk semua pasangan titik. Algoritma ini berjalan dengan waktu O(V 3 ). Dasar algoritma ini adalah sebagai berikut: 1. Asumsikan semua simpul graf berarah G adalah V = {1, 2, 3, 4,..., n}, perhatikan subset {1, 2, 3,..., k}. 2. Untuk setiap pasangan simpul i, j pada V, perhatikan semua lintasan dari i ke j dimana semua simpul pertengahan diambil dari {1, 2,..., k}, dan p adalah lintasan berbobot minimum diantara semuanya. 3. Algoritma ini mengeksploitasi relasi antara lintasan p dan lintasan terpendek dari i ke j, dengan semua simpul pertengahan berada pada himpunan {1, 2,..., k 1}. 4. Relasi tersebut bergantung pada apakah k adalah simpul pertengahan pada lintasan p. 5. Implementasi algoritma ini dalam pseudocode: (graf direpresentasikan sebagai matrix). IV - 25

26 6. Keterhubungan, yang isinya ialah bobot/jarak sisi yang menghubungkan tiap pasangan titik, dilambangkan dengan indeks baris dan kolom (Ketiadaan sisi yang menghubungkan sebuah pasangan dilambangkan dengan tak hingga). Algoritma function fw(int[1..n,1..n] graph) { // Inisialisasi var int[1..n,1..n] jarak := graph var int[1..n,1..n] sebelum for i from 1 to n for j from 1 to n if jarak[i,j] < tak hingga sebelum[i,j] := i // Perulangan utama pada algoritma for k from 1 to n for i from 1 to n for j from 1 to n if jarak[i,j] > jarak[i,k] + jarak[k,j] jarak[i,j] = jarak[i,k] + jarak[k,j] sebelum[i,j] = sebelum[k,j] return jarak } Perbandingan Algoritma Dijkstra, Bellman-Ford, dan Flyod-Warshall Dalam masalah rute terpendek, algoritma yang digunakan sangatlah beragam, yaitu Algoritma Floyd-Warshall, Algoritma Bellman-Ford, dan Algoritma A*search. Inti logika dari algoritma-algoritma tersebut adalah sama, yaitu menentukan jarak terpendek dari setiap node yang telah dibangun. Dari macam-macam algoritma masalah terpendek tersebut, terdapat perbedaan yang membuat algoritma satu sama lain bebeda, yaitu dapat dilihat pada tabel 2.1. IV - 26

27 Tabel 2.1 Perbandingan Algoritma Faktor Bellman- Floyd- Dijkstra Pembanding Ford Warshall A*Search Jenis Single source Single source All pairs Bobot sisi Nonnegatif Boleh negatif Boleh negatif Boleh negatif Kerumitan Cukup sederhana Sederhana Sangat rumit Sangat rumit Kecepatan Cepat Cukup cepat Sangat cepat Tergantung rintangan Performance Stabil Stabil Stabil Tidak Stabil Sumber: Liu, IV - 27

28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan pada gambar 3.1. IV - 28

29 Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Penelitian Diagram alir penelitian yang digambarkan pada Gambar 3.1, setiap tahapannya akan dijelaskan secara lebih lengkap dalam subbagian berikut ini. 3.1 Tahap Identifikasi Masalah Studi Lapangan Studi lapangan digunakan untuk mengetahui dan mempelajari penentuan peta evakuasi dengan maksud untuk mendapatkan informasi awal yang lengkap serta menentukan masalah yang diangkat dalam penelitian. Metode untuk mendapatkan data awal dilakukan dengan pengamatan langsung, pendokumentasian gambar dan wawancara kepada pihak K3 rumah sakit untuk mengetahui proses penentuan peta evakuasi sebelumnya Studi Pustaka Studi pustaka bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai teori dan konsep yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi serta menunjukkan tahapan pemecahannya. Studi ini dilakukan dengan mengeksplorasi buku, jurnal, penelitian, dan sumber lain yang terkait dengan Algoritma Floyd- Warshall, shortest path, dan desain ergonomis peta evakuasi dan penandaannya Penentuan Tujuan Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah menggunakan Algoritma Floyd- Warshall dalam penentuan lintasan terpendek dalam proses evakuasi saat terjadi bencana di rumah sakit dan merancang peta evakuasi serta penandaannya. 3.2 Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data Tahap-tahap pengumpulan data yang diperlukan untuk mendukung penelitian mengenai perancangan peta evakuasi evakuasi, sebagai berikut: Perancangan Alur Evakuasi dengan Menggunakan Algoritma Floyd- Warshall untuk Menentukan Lintasan Terpendek Penyusunan konsep perancangan peta evakuasi yang baru dilakukan dengan mengacu pada identifikasi masalah yang diperoleh. Data permasalahan IV - 29

30 tersebut perlu dilakukan konsep perancangan peta evakuasi yang dapat digunakan penghuni bangunan rumah sakit saat terjadi keadaan darurat atau bahaya. Konsep perancangan dalam hal ini dijelaskan sebagai berikut: Pada perancangan sistem ini, algoritma yang dipilih adalah Algoritma Floyd-Warshall. Algoritma Floyd-Warshall merupakan salah satu varian dari pemrograman dinamis atau metode yang melakukan pemecahan masalah dengan memandang solusi yang akan diperoleh sebagai suatu keputusan yang saling terkait. Pemilihan ini didasarkan pada kecepatan algoritma Floyd-Warshall, yaitu kecepatannya sangat cepat bila dibandingkan dengan algoritma lainnya. Selain itu, algoritma ini memiliki jenis algoritma yang all-pairs. Hal ini sesuai dengan kebutuhan sistem yang akan memberikan informasi jalur evakuasi saat terdapat titik bahaya baru dan obstacle. Algoritma Floyd-Warshall akan memilih satu jalur terpendek dari beberapa alternatif jalur yang telah dihasilkan dari proses kalkulasi tersebut (Sukrisno, 2010). a. Pembuatan Block Plan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen belum mempunyai block plan dalam bentuk softfile mengenai gambaran setiap ruangan yang ada. Pembuatan block plan dilakukan pertama kali sebelum melakukan perancangan peta evakuasi. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran letak masing-masing ruang secara keseluruhan. b. Penentuan Letak Titik Berkumpul (Assembly Point) Perencanaan letak titik berkumpul (assembly point) pada tiga tempat, yaitu di sebelah utara, barat, dan selatan. Sebelah timur tidak terdapat lahan kosong (berbatasan langsung dengan rumah dinas) sehingga tidak dapat dijadikan titik berkumpul (assembly point). Titik berkumpul (assembly point) yang terletak di sebelah utara, barat, dan selatan berupa lahan kosong yang dapat digunakan untuk menampung penghuni bangunan rumah sakit sementara saat terjadi bencana gempa bumi. c. Penentuan Node Penentuan node bertujuan untuk mengetahui lintasan dari masing-masing ruang yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen ke titik IV - 30

31 berkumpul (assembly point) yang telah ditentukan. Node merupakan titik pertemuan antara arah lintasan ruang yang satu dengan yang lain. d. Pemilahan Titik Berkumpul (Assembly Point) untuk Masing-Masing Ruang Masing-masing ruang di rumah sakit mempunyai alternatif titik berkumpul (assembly point) atau secara langsung dapat menuju titik berkumpul (assembly point). Ruang-ruang yang berdekatan dengan titik berkumpul (assembly point) yang terletak di utara, barat, dan selatan dapat langsung menuju titik tersebut. Ruang-ruang yang letaknya di tengah dapat memilih tiga altenatif titik berkumpul (assembly point) dengan memperhitungkan jaraknya. Dalam hal ini jarak yang terpendek merupakan yang tercepat. e. Penentuan Jarak Lintasan Masing-Masing Ruang ke Titik Berkumpul (Assembly Point) Node-node yang telah ditentukan dihubungkan satu sama lain untuk mengetahui jarak masing-masing lintasan. Jarak lintasan digunakan dalam perhitungan penentuan alternatif evakuasi. f. Penentuan Alternatif Evakuasi Terdapat tiga tempat titik berkumpul (assembly point) yang terletak di sebelah utara, barat, dan selatan. Penentuan alternatif evakuasi dapat dilakukan setelah jarak lintasan diketahui. Metode yang digunakan untuk menentukan lintasan terpendek menuju titik berkumpul (assembly point) menggunakan Algoritma Floyd-Warshall Penandaan Peta Evakuasi Penandaan peta evakuasi diperoleh setelah melakukan benchmark antara Rumah Sakit Islam Surakarta dengan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen. Bagian penandaan yang mengadopsi dari rumah Sakit Islam Surakarta ialah warna dan bahan. Untuk ukuran dan penandaan titik berkumpul (assembly point) dirancang sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Republik Indonesia nomor: 10/kpts/2000. Setelah peta evakuasi dirancang, penandaan dibuat untuk mempermudah penghuni keluar dari bangunan rumah sakit saat terjadi bencana. Bahan dasar pembuatan penandaan peta evakuasi adalah arcrylic dan mengandung fosfor. Hal IV - 31

32 ini bertujuan agar saat gelap tanda tersebut dapat dilihat dengan jelas pada saat siang maupun malam oleh penghuni bangunan rumah sakit. Panjang dan lebar penandaan disesuaikan dengan tiang penyangga dan tembok bangunan. Jarak dan ketinggian setiap penandaan disesuaikan dengan tinggi mata berdiri rata-rata orang normal. Hal ini dimaksudkan agar penandaan peta evakuasi mudah dilihat dan diikuti arahnya saat proses evakuasi berlangsung. 3.3 Penempatan Penandaan Peta Evakuasi Penempatan penandaan peta evakuasi berkoordinasi dengan pihak manajemen rumah sakit dan pihak K3 rumah sakit. Penandaan peta evakuasi dipasang pada tiang penyangga dan tembok bangunan sepanjang jalur evakuasi. Sedangkan peta evakuasi dipasang di tempat-tempat yang strategis, seperti pintu masuk, pintu keluar, kasir, dan lain-lain. 3.4 Tahap Analisa dan Interpretasi Hasil Tahap analisis dan interpretasi hasil dilakukan untuk menganalisis hasil perancangan peta evakuasi terhadap pengumpulan dan pengolahan data sebelumnya. 3.5 Tahap Kesimpulan dan Saran Bagian terakhir penelitian berisi kesimpulan yang menjawab tujuan akhir dari penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisa data yang telah dilakukan, serta saran-saran yang berisi masukan untuk penelitian-penelitian berikutnya supaya lebih baik. IV - 32

33 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab pengumpulan dan pengolahan data menguraikan bagaimana langkah pengumpulan data dan pengolahan data yang membahas tentang perancangan peta evakuasi dengan menggunakan Algoritma Floyd-Warshall serta penandaan pada jalur evakuasi di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen. 4.1 Identifikasi Masalah Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen belum mempunyai peta evakuasi yang sesuai dengan standar keselamatan bagi penghuninya. Peta evakuasi belum dibuat dengan jalur-jalur yang telah ditetapkan. Dalam hal ini, evakuasi dilakukan saat terjadi bencana yaitu gempa bumi. Penandaan yang ada saat ini belum dapat memberikan gambaran secara jelas bagi penghuni rumah sakit tentang petunjuk arah evakuasi menuju titik berkumpul (assembly point). Oleh karena itu, diperlukan perancangan peta evakuasi beserta penandaannya yang sesuai dan dapat mudah dipahami oleh penghuni rumah sakit saat terjadi bencana. Aplikasi perancangan peta evakuasi beserta penandaannya mengadopsi dari Rumah Sakit Islam Surakarta yang telah menerapkan peta evakuasi dengan baik dan sesuai dengan standar keselamatan pada bangunan yang tidak bertingkat. Dokumentasi dan wawancara dilakukan saat identifikasi di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen dan Rumah Sakit Islam Surakarta. Dokumentasi diperoleh dengan cara pengambilan gambar berupa jalur evakuasi yang sudah ada di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi secara langsung dari pihak manajemen rumah sakit, khususnya pihak K3 mengenai proses penetapan arah alur evakuasi saat terjadi bencana. Adanya peta evakuasi untuk memenuhi persyaratan akreditasi rumah sakit. Selain itu, frekuensi gempa yang dirasakan cukup sering menjadikan peta evakuasi sangat penting bagi rumah sakit. Hasil IV - 33

34 yang didapat berupa block plan rumah sakit yang nantinya akan dilakukan penentuan rute evakuasi yang tercepat. Identifikasi dilakukan untuk kondisi bangunan Rumah Sakit Islam Surakarta khususnya pada sistem evakuasi dan fasilitas evakuasi, yaitu exit sign, kemudian data yang diperoleh akan digunakan untuk proses perancangan peta evakuasi di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen dan pengembangan sistem exit sign di Rumah Sakit Islam Surakarta. Wawancara dilakukan kepada pihak Diklat dan K3 yang menangani tentang peta evakuasi. Tujuan wawancara untuk mendapatkan gambaran tentang penerapan peta evakuasi dan penandaan jalur evakuasi yang telah diterapkan oleh Rumah Sakit Islam Surakarta. Bahan, desain, penempatan, ukuran tentang penandaan jalur evakuasi setelah dilakukan wawancara dengan pihak manajemen rumah sakit dan pihak K3. Setelah melakukan wawancara, dilakukan survey lokasi untuk mengetahui keadaan nyata, jalur evakuasi, dan penandaan di lokasi. Hasil yang didapat mengenai rincian penandaan yang lengkap dan cara penempatan di sepanjang jalur yang digunakan untuk evakuasi. 4.2 Perancangan Peta Evakuasi Perancangan Alur Evakuasi dengan Menggunakan Algoritma Floyd- Warshall untuk Menentukan Lintasan Terpendek 1. Pembuatan Block Plan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen Block plan merupakan gambar 2D suatu bangunan yang terlihat dari atas. Penggambaran block plan menggunakan bantuan software Autocad. Penggambaran block plan dimaksudkan untuk mengetahui letak dan ukuran masing-masing ruang dan akses jalur yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen. Penggambaran block plan menggunkan skala 1:1 dengan satuan meter. Gambar 4.1 Block Plan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen Keterangan Gambar: 1. Pos Driver/Sopir 32. Klinik THT 2. Ruang IPRS 33. Klinik Anak IV - 34

35 3. Ruang PKRS 34. Klinik Obsgin/Kandungan 4. Ruang Fisioterapi/Rehabilitasi Medis 35. Klinik Mata 5. Ruang Anggrek Blok C 36. Klinik Gigi 6. Ruang Anggrek Blok B 37. Klinik Orthopedi 7. Ruang Anggrek Blok D 38. Klinik Bedah 8. Ruang Anggrek Blok A 39. Farmasi/Apotek 9. Ruang Direktur 40. Klinik Kulit dan Kelamin 10. Ruang Kepala Tata Usaha 41. Klinik Penyakit Dalam 11. Ruang Seksi Perencanaan 42. Ruang VCT/Tumbuh Kembang Anak/Psikologi 12. Ruang Seksi Kepegawaian 43. Ruang Melati 13. Rumah Dinas 44. Instalasi Bedah Sentral 14. Ruang Penunjang Medis/Nonmedis 45. Ruang Hemodialisa 15. Ruang Komite Medis 46. Ruang Laboratorium 16. Mushola 47. Ruang ICU/ICCU 17. Pos Satpam 48. Ruang Cempaka Baru 18. Ruang Keuangan 49. Ruang Cempaka 19. Ruang CT Scan 50. Ruang Bugenvile Baru 20. Koperasi 51. Ruang Bugenvile 21. Ruang Peristri 52. Ruang Mawar 22. Ruang Informasi 53. Instalasi Gizi 23. Ruang IGD (Instalasi Gawat Darurat) 54. Ruang Dahlia 24. Ruang Observasi IGD 55. Ruang Dahlia Baru 25. Aula 56. Ruang Terate 26. Ruang Radiologi/Rontgen 57. Ruang Terate Baru 27. Ruang Rekam Medik/C.M. 58. Instalasi Higine dan Sanitasi 28. Ruang Pendaftaran Rawat Jalan 59. Ruang Laundry 29. Ruang Askes 60. Ruang Genset 30. Klinik Syaraf 61. Ruang Kamboja 62. IPAL 63. Lapangan Voli 64. Incenerator IV - 35

Perancangan Peta Evakuasi Menggunakan Algoritma Floyd- Warshall untuk Penentuan Lintasan Terpendek: Studi Kasus

Perancangan Peta Evakuasi Menggunakan Algoritma Floyd- Warshall untuk Penentuan Lintasan Terpendek: Studi Kasus Performa (2011) Vol. 10, No. 2: 95-104 Perancangan Peta Evakuasi Menggunakan Algoritma Floyd- Warshall untuk Penentuan Lintasan Terpendek: Studi Kasus Irwan Iftadi, Wakhid Ahmad Jauhari, dan Beny Nugroho

Lebih terperinci

STUDI DAN IMPLEMENTASI ALGORITMA DIJKSTRA, BELLMAN-FORD DAN FLOYD-WARSHALL DALAM MENANGANI MASALAH LINTASAN TERPENDEK DALAM GRAF

STUDI DAN IMPLEMENTASI ALGORITMA DIJKSTRA, BELLMAN-FORD DAN FLOYD-WARSHALL DALAM MENANGANI MASALAH LINTASAN TERPENDEK DALAM GRAF STUDI DAN IMPLEMENTASI ALGORITMA DIJKSTRA, BELLMAN-FORD DAN FLOYD-WARSHALL DALAM MENANGANI MASALAH LINTASAN TERPENDEK DALAM GRAF Apri Kamayudi NIM : 13505009 Program Studi Teknik Informatika, Institut

Lebih terperinci

BAB II STUDI LITERATUR

BAB II STUDI LITERATUR BAB II STUDI LITERATUR Pada bab ini dijelaskan mengenai sistem informasi jadwal penerbangan yang ada saat ini termasuk didalamnya sumber informasi lainnya yang biasa diakses calon penumpang, gambaran umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN. seseorang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Hal ini sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan manusia dimana keadaan dari badan dan jiwa tidak mengalami gangguan sehingga memungkinkan seseorang untuk hidup produktif secara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Analisis Masalah Analisis sistem bertujuan untuk melakukan identifikasi persoalan - persoalan yang muncul dalam pembuatan sistem, selain itu hal ini juga dilakukan agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang

Lebih terperinci

ALGORITMA DJIKSTRA, BELLMAN-FORD, DAN FLOYD-WARSHALL UNTUK MENCARI RUTE TERPENDEK DARI SUATU GRAF

ALGORITMA DJIKSTRA, BELLMAN-FORD, DAN FLOYD-WARSHALL UNTUK MENCARI RUTE TERPENDEK DARI SUATU GRAF ALGORITMA DJIKSTRA, BELLMAN-FORD, DAN FLOYD-WARSHALL UNTUK MENCARI RUTE TERPENDEK DARI SUATU GRAF Dibi Khairurrazi Budiarsyah - 13509013 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA FLOYD WARSHALL UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK DALAM PENGIRIMAN BARANG

PENERAPAN ALGORITMA FLOYD WARSHALL UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK DALAM PENGIRIMAN BARANG PENERAPAN ALGORITMA FLOYD WARSHALL UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK DALAM PENGIRIMAN BARANG Ahyar Rivai Hasibuan Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Budi Darma Medan Jl. Sisingamangaraja Np. 338 Simpang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah masyarakat dengan aktivitas yang tinggi, mobilitas menjadi hal yang penting.

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah masyarakat dengan aktivitas yang tinggi, mobilitas menjadi hal yang penting. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Di tengah masyarakat dengan aktivitas yang tinggi, mobilitas menjadi hal yang penting. Namun pada kenyataannya, terdapat banyak hal yang dapat menghambat

Lebih terperinci

Aplikasi Algoritma Dijkstra dalam Pencarian Lintasan Terpendek Graf

Aplikasi Algoritma Dijkstra dalam Pencarian Lintasan Terpendek Graf Aplikasi Algoritma Dijkstra dalam Pencarian Lintasan Terpendek Graf Nur Fajriah Rachmah - 0609 Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Lintasan Terpendek Lintasan terpendek merupakan lintasan minumum yang diperlukan untuk mencapai suatu titik dari titik tertentu (Pawitri, ) disebutkan bahwa. Dalam permasalahan pencarian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Graph Graf adalah struktur data yang terdiri dari atas kumpulan vertex (V) dan edge (E), biasa ditulis sebagai G=(V,E), di mana vertex adalah node pada graf, dan edge adalah rusuk

Lebih terperinci

PENENTUAN RUTE TERPENDEK PADA OPTIMALISASI JALUR PENDISTRIBUSIAN BARANG DI PT. X DENGAN MENERAPKAN ALGORITMA FLOYD-WARSHALL

PENENTUAN RUTE TERPENDEK PADA OPTIMALISASI JALUR PENDISTRIBUSIAN BARANG DI PT. X DENGAN MENERAPKAN ALGORITMA FLOYD-WARSHALL PENENTUAN RUTE TERPENDEK PADA OPTIMALISASI JALUR PENDISTRIBUSIAN BARANG DI PT. X DENGAN MENERAPKAN ALGORITMA FLOYD-WARSHALL Vera Apriliani Nawagusti 1), Ali Nurdin 2), Aryanti aryanti 3) 1),2),3 ) Jurusan

Lebih terperinci

1V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 65 1V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek pada mulanya merupakan Rumah Sakit Onderneming Pemerintahan hindia belanda yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis atau Geografic Information Sistem (GIS) merupakan sistem komputer yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memeriksa,

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota BAB II PROFIL PERUSAHAAN A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi mulai dibangun oleh anggota Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA FLOYD-WARSHALL UNTUK PENENTUAN RUTE TERPENDEK MENUJU WAHANA BERMAIN (STUDI KASUS JAWA TIMUR PARK 1 KOTA BATU) TUGAS AKHIR

IMPLEMENTASI ALGORITMA FLOYD-WARSHALL UNTUK PENENTUAN RUTE TERPENDEK MENUJU WAHANA BERMAIN (STUDI KASUS JAWA TIMUR PARK 1 KOTA BATU) TUGAS AKHIR IMPLEMENTASI ALGORITMA FLOYD-WARSHALL UNTUK PENENTUAN RUTE TERPENDEK MENUJU WAHANA BERMAIN (STUDI KASUS JAWA TIMUR PARK 1 KOTA BATU) TUGAS AKHIR Sebagai Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Strata 1 Teknik

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ALGORITMA DIJKSTRA DAN FLOYD-WARSHALL DALAM PEMILIHAN RUTE TERPENDEK JALAN

PERBANDINGAN ALGORITMA DIJKSTRA DAN FLOYD-WARSHALL DALAM PEMILIHAN RUTE TERPENDEK JALAN PERBANDINGAN ALGORITMA DIJKSTRA DAN FLOYD-WARSHALL DALAM PEMILIHAN RUTE TERPENDEK JALAN Yusandy Aswad¹ dan Sondang Sitanggang² ¹Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No.1,

Lebih terperinci

Penentuan Rute Terpendek Tempat Wisata di Kota Tasikmalaya Dengan Algoritma Floyd-warshall

Penentuan Rute Terpendek Tempat Wisata di Kota Tasikmalaya Dengan Algoritma Floyd-warshall Penentuan Rute Terpendek Tempat Wisata di Kota Tasikmalaya Dengan Algoritma Floyd-warshall Muhamad Fikri Alhawarizmi - 13513009 Program Studi Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut

Lebih terperinci

Penentuan Jarak Terpendek dan Jarak Terpendek Alternatif Menggunakan Algoritma Dijkstra Serta Estimasi Waktu Tempuh

Penentuan Jarak Terpendek dan Jarak Terpendek Alternatif Menggunakan Algoritma Dijkstra Serta Estimasi Waktu Tempuh Penentuan Jarak Terpendek dan Jarak Terpendek Alternatif Menggunakan Algoritma Dijkstra Serta Estimasi Waktu Tempuh Asti Ratnasari 1, Farida Ardiani 2, Feny Nurvita A. 3 Magister Teknik Informatika, Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Algoritma 2.1.1 Sejarah Algoritma Para ahli berusaha menemukan asal kata algorism ini namun hasilnya kurang memuaskan. Akhirnya para ahli sejarah matematika menemukan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. bagian selatan Kecamatan Mamajang Kota Makassar tepatnya di Jalan Dr.

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. bagian selatan Kecamatan Mamajang Kota Makassar tepatnya di Jalan Dr. BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN IV.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Labuang Baji terletak di bagian selatan Kecamatan Mamajang Kota Makassar tepatnya di Jalan Dr. Ratulangi

Lebih terperinci

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN KELAS III PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG KABUPATEN BOYOLALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR DIAGRAM DAFTAR LAMPIRAN

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR DIAGRAM DAFTAR LAMPIRAN v DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN UCAPAN TERIMA KASIH... i ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR DIAGRAM... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB

Lebih terperinci

PROGRAM DINAMIS UNTUK PENENTUAN LINTASAN TERPENDEK DENGAN PENDEKATAN ALGORITMA FLOYD-WARSHALL

PROGRAM DINAMIS UNTUK PENENTUAN LINTASAN TERPENDEK DENGAN PENDEKATAN ALGORITMA FLOYD-WARSHALL 17 Dinamika Teknik Januari PROGRAM DINAMI UNTUK PENENTUAN LINTAAN TERPENDEK DENGAN PENDEKATAN ALGORITMA FLOYD-WARHALL Enty Nur Hayati, Agus etiawan Dosen Fakultas Teknik Universitas tikubank emarang DINAMIKA

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PURWOREJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURWOREJO TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PURWOREJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 103 TAHUN 2013 103 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PURWOREJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015

EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015 EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015 I. Pelayanan RSUD Patut Patuh Patju Lombok Barat RSUD Patut Patuh Patju kabupaten Lombok Barat merupakan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN. masyarakat. RSUD kota Bandung beralamat di Jl. Rumah Sakit No. 22 Ujung

BAB III TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN. masyarakat. RSUD kota Bandung beralamat di Jl. Rumah Sakit No. 22 Ujung 45 BAB III TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Sejarah Berdirinya RSUD Kota Bandung Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) kota Bandung merupakan salah satu instansi pemerintah kota Bandung yang bergerak dibidang layanan

Lebih terperinci

Elvira Firdausi Nuzula, Purwanto, dan Lucky Tri Oktoviana Universitas Negeri Malang

Elvira Firdausi Nuzula, Purwanto, dan Lucky Tri Oktoviana Universitas Negeri Malang PENERAPAN ALGORITMA AUCTION UNTUK MENGATASI MASALAH LINTASAN TERPENDEK (SHORTEST PATH) Elvira Firdausi Nuzula, Purwanto, dan Lucky Tri Oktoviana Universitas Negeri Malang E-mail : elvira_firdausi@yahoo.co.id

Lebih terperinci

ANALISIS ALGORITMA FLOYD UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH PENCARIAN LINTASAN TERPENDEK PADA SETIAP PASANGAN SIMPUL

ANALISIS ALGORITMA FLOYD UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH PENCARIAN LINTASAN TERPENDEK PADA SETIAP PASANGAN SIMPUL Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume, No. (), hal - ANALISIS ALGORITMA FLOYD UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH PENCARIAN LINTASAN TERPENDEK PADA SETIAP PASANGAN SIMPUL Syurya Pratiningsih,

Lebih terperinci

03/08/2010. Latar Belakang. Permasalahan. Manfaat. Tujuan. Continue...

03/08/2010. Latar Belakang. Permasalahan. Manfaat. Tujuan. Continue... Perancangan Prototype Dinamyc Exit Sign dengan menggembangkan metode Floyd-Wharshall Algorithm Pada Perencanaan Proses Evakuasi Gedung Bertingkat Latar Belakang Kobaran Si Jago Merah Berdasarkan Wilayah

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30. p TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Graf 2.1.1 Defenisi Graf Graf G didefenisikan sebagai pasangan himpunan (V,E), ditulis dengan notasi G = (V,E), yang dalam hal ini V adalah himpunan tidak kosong dari simpul-simpul

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diolah sebagai bahan pembuat laporan pelayanan rumah sakit. Rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. diolah sebagai bahan pembuat laporan pelayanan rumah sakit. Rumah sakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Pelayanan untuk pasien di rumah sakit umumnya meliputi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. LATAR BELAKANG... 1 1.2. TUJUAN DAN SASARAN...

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2007 NOMOR 16 SERI D PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 16 TAHUN 2007 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia menjadi negara yang rawan bencana. maupun buatan manusia bahkan terorisme pernah dialami Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia menjadi negara yang rawan bencana. maupun buatan manusia bahkan terorisme pernah dialami Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kondisi geografis Indonesia yang berada di atas sabuk vulkanis yang memanjang dari Sumatra hingga Maluku disertai pengaruh global warming menyebabkan Indonesia

Lebih terperinci

C. PERANCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)

C. PERANCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) C. PERANCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) KETUA PELAKSANA PEMBINAAN 1. Perencanaan Umum, Evaluasi dan Dokumentasi Menyusun protap-protap dan standar-standar operasional Menilai/mengevaluasi hasil-hasil

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT. Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt.

RUMAH SAKIT. Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt. RUMAH SAKIT Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt. DASAR HUKUM RUMAH SAKIT UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. PerMenKes RI Nomor 1045/menkes/per/XI/2006 Tentang Pedoman organisasi rumah sakit di lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di

BAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMILIHAN ALGORITMA LINTASAN TERPENDEK DAN PENYELESAIAN KASUS RUTE PENERBANGAN DOMESTIK

BAB IV ANALISIS PEMILIHAN ALGORITMA LINTASAN TERPENDEK DAN PENYELESAIAN KASUS RUTE PENERBANGAN DOMESTIK BAB IV ANALISIS PEMILIHAN ALGORITMA LINTASAN TERPENDEK DAN PENYELESAIAN KASUS RUTE PENERBANGAN DOMESTIK 4.. Langkah Pemilihan dan Penerapan Algoritma Seiring dengan perkembangan teknologi yang makin pesat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tidak dapat dipungkiri pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tidak dapat dipungkiri pada BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemenkes RI menyatakan mutu pelayanan kesehatan merupakan segala hal yang meliputi kinerja yang menunjukkan tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, tidak saja yang

Lebih terperinci

Penggunaan Algoritma Dijkstra dalam Penentuan Lintasan Terpendek Graf

Penggunaan Algoritma Dijkstra dalam Penentuan Lintasan Terpendek Graf Penggunaan Algoritma Dijkstra dalam Penentuan Lintasan Terpendek Graf Rahadian Dimas Prayudha - 13509009 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Latar belakang Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan peraturan tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Daerah) yaitu Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALINAU NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MALINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALINAU,

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH DI KABUPATEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH DI KABUPATEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah Sakit Khusus Bedah merupakan sebuah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 4 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kemacetan Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain kepada pasien di sarana

Lebih terperinci

Perancangan ulang tata letak gedung di RSUD dr. Soeroto Ngawi dengan menggunakan pendekatan systematic layout planning (slp) Yenni Ernawati I

Perancangan ulang tata letak gedung di RSUD dr. Soeroto Ngawi dengan menggunakan pendekatan systematic layout planning (slp) Yenni Ernawati I Perancangan ulang tata letak gedung di RSUD dr. Soeroto Ngawi dengan menggunakan pendekatan systematic layout planning (slp) Yenni Ernawati I 0302618 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Tata letak

Lebih terperinci

Implementasi Graf dalam Penentuan Rute Terpendek pada Moving Object

Implementasi Graf dalam Penentuan Rute Terpendek pada Moving Object Implementasi Graf dalam Penentuan Rute Terpendek pada Moving Object Firdaus Ibnu Romadhon/13510079 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl.

Lebih terperinci

Perbandingan Algoritma Dijkstra dan Algoritma Floyd-Warshall dalam Penentuan Lintasan Terpendek (Single Pair Shortest Path)

Perbandingan Algoritma Dijkstra dan Algoritma Floyd-Warshall dalam Penentuan Lintasan Terpendek (Single Pair Shortest Path) Perbandingan Algoritma Dijkstra dan Algoritma Floyd-Warshall dalam Penentuan Lintasan Terpendek (Single Pair Shortest Path) Raden Aprian Diaz Novandi Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB II PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI MEDAN. A. Sejarah Ringkas RSU Dr. Pirngadi Medan

BAB II PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI MEDAN. A. Sejarah Ringkas RSU Dr. Pirngadi Medan BAB II PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI MEDAN A. Sejarah Ringkas RSU Dr. Pirngadi Medan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan atau sering disingkat RSUPM beralamat di Jl. Prof. HM Yamin SH No. 47 Medan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT WALIKOTA BOGOR,

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT WALIKOTA BOGOR, BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT WALIKOTA BOGOR, Menimbang : Mengingat a. bahwa rumah sakit merupakan

Lebih terperinci

VISUALISASI PENCARIAN LINTASAN TERPENDEK ALGORITMA FLOYD- WARSHALL DAN DIJKSTRA MENGGUNAKAN TEX

VISUALISASI PENCARIAN LINTASAN TERPENDEK ALGORITMA FLOYD- WARSHALL DAN DIJKSTRA MENGGUNAKAN TEX VISUALISASI PENCARIAN LINTASAN TERPENDEK ALGORITMA FLOYD- WARSHALL DAN DIJKSTRA MENGGUNAKAN TEX Imam Husni Al Amin 1, Veronica Lusiana 2, Budi Hartono 3 1,2,3 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat merupakan komponen penting dalam pelayanan kesehatan. Pengelolaan obat yang efisien diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi rumah sakit dan pasien

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yaitu bertekad untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yaitu bertekad untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sehingga pemerintah telah mencanangkan visi dalam bidang pelayanan kesehatan yaitu bertekad

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem informasi adalah suatu sistem manusia dan mesin yang terpadu untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen, dan pengambilan keputusan. Tujuan dari sistem

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO SEMARANG Keadaan Umum Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang

BAB IV GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO SEMARANG Keadaan Umum Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang BAB IV GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO SEMARANG 4.1. Keadaan Umum Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang 4.1.1. Tinjauan Sejarah RSUD Tugurejo Semarang Awal mula pendirian rumah sakit

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan Latar Belakang Masalah 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan Kota Medan adalah salah satu kota terbesar di Indonesia. Berdasarkan kutipan dari Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan (Permendagri No. 56 tahun

Lebih terperinci

Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah Jakarta Selatan BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja

Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah Jakarta Selatan BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja BAB II: STUDI 2.1. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja yang telah diberikan sebagai pedoman awal dalam perencanaan dan perancangan Rumah Sakit Umum Jakarta Selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALGORITMA FLOYD WARSHALL DALAM MASALAH JALUR TERPENDEK PADA PENENTUAN TATA LETAK PARKIR

PENGGUNAAN ALGORITMA FLOYD WARSHALL DALAM MASALAH JALUR TERPENDEK PADA PENENTUAN TATA LETAK PARKIR PENGGUNAAN ALGORITMA FLOYD WARSHALL DALAM MASALAH JALUR TERPENDEK PADA PENENTUAN TATA LETAK PARKIR Ni Ketut Dewi Ari Jayanti, M.Kom STMIK STIKOM Bali Jl. Raya Puputan No. 86 Renon Denpasar, telp. 361 244445

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI, DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PAMBALAH BATUNG KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencarian lintasan terpendek dari satu titik ke titik lain adalah masalah yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai kalangan menemui permasalahan

Lebih terperinci

Aplikasi Graf pada Persoalan Lintasan Terpendek dengan Algoritma Dijkstra

Aplikasi Graf pada Persoalan Lintasan Terpendek dengan Algoritma Dijkstra Aplikasi Graf pada Persoalan Lintasan Terpendek dengan Algoritma Dijkstra Adriansyah Ekaputra 13503021 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung Abstraksi Makalah

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT ORTOPEDI PUPUK KALTIM KOTA BONTANG

RUMAH SAKIT ORTOPEDI PUPUK KALTIM KOTA BONTANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR RUMAH SAKIT ORTOPEDI PUPUK KALTIM KOTA BONTANG PENEKANAN DESAIN GREEN BUILDING Halaman Sampul Diajukan Oleh: Philin Sophia 21020113140123 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Terminologi graf Tereminologi termasuk istilah yang berkaitan dengan graf. Di bawah ini akan dijelaskan beberapa definisi yang sering dipakai terminologi. 2.1.1 Graf Definisi

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. H. ANDI ABDURRAHMAN NOOR KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Setiap

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Rumah Sakit Umum Artha Medica Binjai 2.1.1. Sejarah Singkat Rumah Sakit Pengalaman masa lalu menunjukkan bahwa kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan belum semuanya

Lebih terperinci

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 01 TAHUN 2006 TENTANG

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 01 TAHUN 2006 TENTANG WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 01 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BATAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATAM,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 340/MENKES/PER/III/2010, Rumah sakit adalah institusi pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 340/MENKES/PER/III/2010, Rumah sakit adalah institusi pelayanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 340/MENKES/PER/III/2010, Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembuatan Web Sistem Informasi Geografis (SIG) salah satunya didorong karena penggunaan internet yang sangat luas dimasyarakat dan pemerintah, karena internet maka

Lebih terperinci

-1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG

-1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG -1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI PEMANGKU JABATAN STRUKTURAL PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SULTAN ABDUL AZIZ SYAH

Lebih terperinci

BAB III : DATA DAN ANALISA

BAB III : DATA DAN ANALISA Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Perancangan Rumah Sakit Umum Daerah ( kelas B ) Jakarta selatan. dengan penekanan bangunan yang ICONIC melalui Green Architecture BAB III : DATA DAN ANALISA 3.1 Data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Doktrin New Public Management (NPM) atau Reinveting

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Doktrin New Public Management (NPM) atau Reinveting 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan reformasi administrasi publik makin nyata di berbagai negara termasuk Indonesia. Doktrin New Public Management (NPM) atau Reinveting Government yang didasarkan

Lebih terperinci

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, No.315, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. ORTA RS Kelas B dr. Suyoto. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2018 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT KELAS

Lebih terperinci

NAMA SKPD VISI MISI TUGAS POKOK FUNGSI. a. Penyelenggaraan pelayanan medis

NAMA SKPD VISI MISI TUGAS POKOK FUNGSI. a. Penyelenggaraan pelayanan medis NAMA SKPD VISI MISI TUGAS POKOK FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BA'A Terwujudnya Rumah Sakit Umum Daerah Berkualitas Bertumpu Pada Semangat Melayani Dengan Memanfaatkan Sumber Daya Secara Optimal 1. Mewujudkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI, DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 65 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 65 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 65 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan baru sebagai kebutuhan dasar mutu layanan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan baru sebagai kebutuhan dasar mutu layanan. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan zaman, yang semakin maju menyebabkan kebutuhan manusia pun terus berkembang. Dewasa ini masyarakat mulai memasukkan kebutuhan-kebutuhan baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam teori graf dikenal dengan masalah lintasan atau jalur terpendek (shortest

BAB I PENDAHULUAN. dalam teori graf dikenal dengan masalah lintasan atau jalur terpendek (shortest BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Graf adalah (siang, 2002) suatu kumpulan titik-titik yang terhubung, dalam teori graf dikenal dengan masalah lintasan atau jalur terpendek (shortest path problem),

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.25, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. RUMAH SAKIT dr Suyoto. Organisasi. Tata Kerja.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.25, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. RUMAH SAKIT dr Suyoto. Organisasi. Tata Kerja. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.25, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. RUMAH SAKIT dr Suyoto. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR: 12 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perencanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem perencanaan pembangunan nasional yang diatur dalam Undangundang Nomor 25

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rekam medis merupakan berkas yang berisi catatan dan dokumen mengenai identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lainnya yang diterima oleh

Lebih terperinci

BUPATI JENEPONTO. Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

BUPATI JENEPONTO. Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311 1 BUPATI JENEPONTO Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) 21022 Kode Pos 92311 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 12 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR

Lebih terperinci

Perbedaan jenis pelayanan pada:

Perbedaan jenis pelayanan pada: APLIKASI MANAJEMEN DI RUMAH SAKIT OLEH : LELI F. MAHARANI S. 081121039 MARINADIAH 081121015 MURNIATY 081121037 MELDA 081121044 MASDARIAH 081121031 SARMA JULITA 071101116 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORITIS

BAB 2 LANDASAN TEORITIS xvi BAB 2 LANDASAN TEORITIS Dalam penulisan laporan tugas akhir ini, penulis akan memberikan beberapa pengertian yang berhubungan dengan judul penelitian yang penulis ajukan, karena tanpa pengertian yang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT A. SEJARAH DAN KEDUDUKAN RUMAH SAKIT Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Rengat Kabupaten Indragiri Hulu pada awalnya berlokasi di Kota Rengat Kecamatan Rengat (sekarang

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT JIWA KALAWA ATEI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rekam medis merupakan berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lainnya yang diberikan kepada

Lebih terperinci

Perbandingan Algoritma Dijkstra Dan Algoritma Ant Colony Dalam Penentuan Jalur Terpendek

Perbandingan Algoritma Dijkstra Dan Algoritma Ant Colony Dalam Penentuan Jalur Terpendek Perbandingan Algoritma Dijkstra Dan Algoritma Ant Colony Dalam Penentuan Jalur Terpendek Finsa Ferdifiansyah NIM 0710630014 Jurusan Teknik Elektro Konsentrasi Rekayasa Komputer Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Graf adalah salah satu metode yang sering digunakan untuk mencari solusi dari permasalahan diskrit dalam dunia nyata. Dalam kehidupan sehari-hari, graf digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 18 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Algoritma Algoritma adalah urutan atau deskripsi langkah- langkah penyelesaian masalah yang tersusun secara logis, ditulis dengan notasi yang mudah dimengerti sedemikian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini, akan dibahas landasan teori mengenai teori-teori yang digunakan dan konsep yang mendukung pembahasan, serta penjelasan mengenai metode yang digunakan. 2.1. Jalur Terpendek

Lebih terperinci

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA (DISASTER PLAN) Di RUMAH SAKIT

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA (DISASTER PLAN) Di RUMAH SAKIT PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA (DISASTER PLAN) Di RUMAH SAKIT BAB I PENDAHULUAN I. UMUM Bencana dapat terjadi kepada siapa saja, dimana saja, dan kapan saja, serta datangnya tak dapat diduga/diterka dan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. Nama :Rumah Sakit Kusta Dr. Sitanala. Alamat :Jl.Dr. Sitanala No.99 Tangerang 15001

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. Nama :Rumah Sakit Kusta Dr. Sitanala. Alamat :Jl.Dr. Sitanala No.99 Tangerang 15001 BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. ObyekPenelitian Nama :Rumah Sakit Kusta Dr. Sitanala Slogan Perusahaan :Melayani dengan Ramah, Sabar, Kasih, Sayang Alamat :Jl.Dr. Sitanala No.99 Tangerang 15001 Telp :(021)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, perubahan dalam pelayanan kesehatan terjadi sangat cepat, tumbuhnya beberapa rumah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, perubahan dalam pelayanan kesehatan terjadi sangat cepat, tumbuhnya beberapa rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar bebas dengan kerangka Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada akhir tahun 2015 merupakan tantangan dan hambatan bangsa Indonesia kedepan. Khususnya bidang pelayanan

Lebih terperinci