KAJIAN HUKUM MENGENAI LETTER OF CREDIT SEBAGAI SALAH SATU CARA PEMBAYARAN DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN HUKUM MENGENAI LETTER OF CREDIT SEBAGAI SALAH SATU CARA PEMBAYARAN DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL SKRIPSI"

Transkripsi

1 KAJIAN HUKUM MENGENAI LETTER OF CREDIT SEBAGAI SALAH SATU CARA PEMBAYARAN DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL SKRIPSI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS DAN MEMENUHI SYARAT UNTUK MENCAPAI GELAR SARJANA HUKUM OLEH: OLOAN JOHANES SIRAIT DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN Disetujui oleh: KETUA DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROF.DR. TAN KAMELLO, S.H, M.S NIP KOMISI PEMBIMBING: Pembimbing I Pembimbing II AZWAR MAHYUZAR, S.H ZULKIFLI SEMBIRING, S.H NIP NIP FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

2 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1 B. Permasalahan.. 5 C. Tujuan dan Manfaat Penulisan D. Keaslian Penulisan.7 E. Kerangka Teori..8 F. Metode Penulisan G. Sistematika Penulisan...11 BAB II: PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. Pengertian perdagangan internasional.14 B. Proses terjadinya transaksi perdagangan internasional 16 C. Jenis transaksi dalam perdagangan internasional 18 D. Sistem pembayaran dalam transaksi perdagangan internasional.20 BAB III: LETTER OF CREDIT A. Sejarah, pengertian, dan dasar hukum L/C..25 B. Jenis L/C..31

3 C. Prosedur pembukaan L/C 45 D. Pencairan L/C..51 BAB IV: ASPEK HUKUM DALAM PEMBAYARAN YANG MENGGUNAKAN L/C A. Hubungan hukum para pihak dalam L/C 57 B. Dokumen dalam pelaksanaan L/C..70 C. Pilihan hukum dalam transaksi L/C D. Akibat hukum dari transaksi L/C BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran.117 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

4 ABSTRAK Prof. Dr. Budiman Ginting, SH.M.Hum * Dr. Mahmul Siregar, SH.M.Hum ** Oloan Johanes Sirait *** Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal pada dasarnya adalah kompromi antar kepentingan Indonesia sebagai negara penerima modal dan kepentingan investor. Disatu sisi, UU ini memberikan kemudahan untuk menarik minat investor menanamkan modalnya, tapi di sisi lain, UU ini menetapkan syarat-syarat dan ketentuan tentang investor, yang pada dasarnya bertujuan untuk mengantisipasi kemungkinan dampak negatif dari kegiatan penanaman modal. Salah satunya adalah menetapkan secara tegas kewajiban dan tanggung jawab penanam modal. Permasalahan dalam skripsi ini ialah mengenai hak, kewajiban dan tanggung jawab penanam modal menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Penulisan ini menggunakan penelitian hukum normatif.data sekunder dikumpulkan melalui tinjauan pustaka yaitu (library research). Selanjutnya dianalisis dengan metode analisis kualitatif. Hasil analisis diuraikan untuk mendapatkan diskripsi yang sistematis. Pasal 15, 16 Undang Undang Penanaman Modal bahwa yang menjadi kewajiban Penanam Modal yaitu menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik, melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan, membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan Kordinasi Penanam Modal, menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal, dan mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan. Dan yang menjadi tanggung jawabnya yaitu menjamin tersedianya modal yang berasal daru sumber yang tidak bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan, menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika penanam modal menghentikan atau meninggalkan atau menelantarkan kegiatan usahanya secara sepihak, menciptakan iklim usaha yang sehat, mencegah praktik monopoli dan hal lain yang merugikan negara, menjaga kelestarian lingkungan hidup, menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja, dan mematuhi segala ketentuan peraturan perundang-undangan. Tujuan penetapan kewajiban dan tanggung jawab tersebut pada dasarnya adalah untuk mengantisipasi kemunkinan terjadinya dampak negatif dari keberadaan dan kegiatan penanaman modal terhadap perekonomian Indonesia, misalnya kerusakan lingkungan hidup, stabilitas sosial, persaingan usaha yang tidak sehat, dominasi ekonomi, dan praktik curang dalam menjalankan usaha.

5 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala kebaikan dan penyertaan dan kasih karunia-nya yang dirasakan oleh penulis semenjak mengikuti proses perkuliahan sampai proses penulisan skripsi, sehingga penulis dapat merampungkan penulisan skripsi ini. Skripsi merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa pada umumnya dan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada khususnya guna melengkapi tugas-tugas dan syarat-syarat umtuk memperoleh gelar Sarjana Hukum. Tertarik atas perkembangan penanaman modal di Indonesia terutama tentang peranan penanam modal dalam perkembangan ekonomi Indonesia dan penulis memilih judul KAJIAN MENGENAI LETTER OF CREDIT SEBAGAI SALAH SATU CARA PEMBAYARAN DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL untuk dituangkan dalam suatu tulisan ( skripsi ). Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan, baik itu disebabkan kekurangan literatur maupun pengetahuan dan kemampuan penulis sendiri untuk memunculkan pemikiran serta menuangkannya dalam tulisan ini. Untuk itu penulis akan menerima bahkan mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. * Staf Pengajar Fakultas Hukum ** Staf Pengajar Fakultas Hukum *** Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6 Penulis juga mengucapkan termah kasih kepada : 1.Bapak Prof.DR. Runtung Sitepu, SH, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Prof.DR. Suhaidi, SH,MH, selaku Pembantu Dekan I, Syafruddin Hasibuan, SH,M.Hum selaku Pembantu Dekan II,Mohammad Hoesni,SH selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Prof. Dr Bismar Nasution selaku ketua jurusan Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Dr Budiman Ginting SH.M.HUM Selaku dosen pembimbing I 5. Bapak Dr Mahmul Siregar SH. M.HUM Selaku dosen pembimbing II 6. Bapak Deni Purba SH,LLM, selaku Dosen Wali. 7. Seluruh staff pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis ketika duduk di bangku kuliah. 8. Seluruh Pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda V. SIRAIT dan Ibunda G. Br Butar- Butar yang telah banyak membantu, baik materi maupun moril sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Akhir kata penulis memanjatkan doa dan puji kehadirat-nya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua. Medan, Juli 2008 Penulis Oloan Johanes Sirait

7 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman yang menuju ke era globalisasi dan modernisasi memberikan pengaruh yang berdampak banyak dalam kehidupan manusia. Hal tersebut dapat dilihat dari kompleksitas kebutuhan hidup manusia. Dalam perjalanannya dari waktu ke waktu, manusia dengan segala daya dan upaya yang dimilikinya akan selalu berusaha untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya dengan melakukan hubunganhubungan yang dianggap perlu seperti hubungan politik, pribadi, maupun dagang. Hubungan-hubungan manusia tersebut merupakan sesuatu yang bisa saja berbentuk hubungan dagang, hubungan politik, maupun juga hubungan pribadi. Khusus pada saat ini penulis akan mengkonsentrasikan cakupan bahasan kepada hubungan dagang maupun bisnis. Hal besar yang menjadi pertanyaan kemudian adalah mengapa manusia berdagang?. Kegiatan perdagangan internasional sebagai salah satu bentuk hubungan dagang tersebut didasari oleh kondisi bahwa tidak ada suatu negara yang benar-benar mandiri karena satu sama lain saling mengisi dan membutuhkan. Setiap negara memiliki karateristik yang berbeda baik dari segi sumber daya alam, iklim, geografi, demografi, struktur ekonomi, dan struktur sosial. Perbedaan tersebut

8 menyebabkan perbedaan komoditas yang dihasilkan, komposisi biaya yang diperlukan, kualitas, dan kuantitas. 1 Dengan demikian sebagai akibat adanya perbedaan ini, maka masing-masing negara memiliki keunggulan dan di sisi lain memiliki kekurangan. Bisa saja dijumpai hasil produksi suatu negara berlebih sehingga dapat mengekspornya ke negara lain yang kekurangan atau membutuhkannya dan sebaliknya. Salah satu kegiatan penting yang senantiasa dilakukan dalam dunia bisnis adalah membuat beraneka ragam perjanjian (kontrak). Wahana yang lazim dipakai pada dasarnya merupakan hasil perjanjian antara 2 orang atau lebih. Oleh karena itu perlu diketahui adanya asas perjanjian yang disebut dengan kebebasan berkontrak (party autonomy). Asas kebebasan berkontrak yang dimaksud meliputi bentuk dan isi dari perjanjian. Bentuk perjanjian berupa kata sepakat (konsensus) saja sudah cukup, dan apabila dituangkan dalam suatu akta (surat) sebagai alat pembuktian semata saja. Sedangkan mengenai isinya, para pihak yang pada dasarnya bebas menentukan sendiri apa yang diinginkan. Dalam setiap transaksi perdagangan selalu menimbulkan hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak untuk melakukan pembayaran serta menyerahkan barang.apabila pembeli dan penjual sama-sama berada dalam suatu negara,maka untuk pemenuhan hak dan kewajiban masing-masing pihak dapat mudah dilaksanakan dan tidak banyak mempunyai problem atau masalah karena dapat dilakukan secara cash and carry. Tetapi 26 1 Abdulkadir Muhammad: Hukum Dagang Indonesia, Penerbit Alumni.Bandung halaman

9 tidak demikian halnya di dalam perdagangan antar negara, pembeli dan penjual terpisah satu sama lainnya baik secara geografis maupun oleh batas kenegaraan. Begitu juga perbedaan jenis mata uang yang berlaku di tiap negara serta peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah negara masing-masing dalam bidang perdagangan luar negeri harus diperhatikan karena intinya adalah tetap dalam hal pembayaran selalu terbentur masalah. Untuk menghindari segala risiko tersebut maka diperkenalkanlah metode pembayaran dengan Letter of Credit atau Surat Kredit Berdokumen 2 dimana Bank berfungsi sebagai penengah antara penjual/eksportir dan pembeli/importir. Dari sekian banyak cara pembayaran, L/C memang diakui lebih banyak dipakai karena CISG (Convention of International Sale of Goods) telah mengeluarkan pedoman penggunaan L/C di banyak negara yang dinamakan UCP. Oleh karena pelaksanaanya melibatkan kegiatan jasa perbankan yang masingmasing berada di negara berlainan, maka dirasa sangat perlu adanya kesesuaian cara pembayaran yang dilakukan oleh bank-bank itu dalam bentuk peraturan yang mengandung sifat keseragaman baik dalam cara maupun mengenai pengertiannya. Dalam skripsi ini nantinya, sengaja penulis menggunakan cara penulisan Letter of Credit dengan singkatan L/C untuk mempermudah pembahasan. Ketentuan dalam sistem pembayaran dengan L/C di banyak negara belum memiliki unifikasi walaupun sudah ada Uniform Customs and Practice for Documentary Credit (UCP). Perlu diketahui, UCP yang belum sempurna serta multitafsir sangat rawan 2 Hartono Hadisoeprapto. Kredit berdokumen (Letter Of Credit) cara pembayaran dalam jual beli perniagaan. Penerbit Liberty Yogyakarta.2 Mei Halaman 24

10 menimbulkan sengketa bagi pihak yang melakukan transaksi dan cara pembayaran dengan L/C tersebut. L/C yang merupakan primadona dalam pembayaran transaksi ekspor dan impor Indonesia ternyata terhadap pelaksanaannya adakalanya menimbulkan perbedaan pendapat diantara pihak terkait. Perbedaan pendapat timbul karena di Indonesia belum terdapat keseragaman pemahaman masalah-masalah L/C. Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1982 yang merupakan dasar hukum L/C di Indonesia tidak dapat dijadikan pedoman pelaksanaan L/C karena Peraturan Pemerintah tersebut tidak memuat aturan rinci mengenai L/C. Demikian juga peraturan Bank Indonesia yang berfungsi sebagai peraturan pelaksanaan atas Peraturan Pemerintah dimaksud belum mengatur L/C secara rinci. Peraturan Pemerintah No.1 Tahun 1982 mengatur bahwa Menteri Perdagangan dan Koperasi (sekarang Menteri Perindustrian dan Perdagangan) dan Gubernur Bank Indonesia bersama-sama atau masing-masing dalam bidangnya mengeluarkan peraturan pelaksanaan atas L/C. Jika dihubungkan dengan tugas Bank Indonesia di bidang pengaturan Bank sebagaimana dalam Undang-Undang No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, maka sejalan dengan Peraturan Pemerintah dimaksud Bank Indonesia sesuai dengan kewenangannya seharusnya telah mengeluarkan peraturan rinci mengenai L/C bagi perbankan. Namun, sampai saat ini Bank Indonesia baru mengatur L/C secara parsial dan tidak rinci yang dimuat dalam beberapa pengaturan Bank Indonesia. Perbedaan pendapat rupanya tidak hanya terjadi dalam lingkup nasional, tetapi juga dalam skala antar Negara. Perbedaan pendapat dalam skala antarnegara dapat dibuktikan melalui pernyataan, komentar atau pertanyaan atas masalah-masalah yang

11 sama dari L/C yang disampaikan oleh bank-bank komersial luar negeri termasuk bankbank umum Indonesia kepada International Chamber of Commerce (ICC), dalam hal terjadi perbedaan pendapat antar sesama bank atau antara bank dan nasabahnya. ICC diharapkan dapat meluruskan perbedaan pendapat yang dimaksud. Perbedaan pendapat secara internasional juga dapat dibuktikan dengan keberadaan kasus-kasus L/C yang diputus terutama oleh pengadilan-pengadilan Amerika dan Inggris. Hak dan kewajiban para pihak dalam L/C adalah terpisah dengan hak dan kewajiban para pihak dalam kontrak dasar yang mendasari penerbitan L/C. Keterpisahan ini merupakan suatu prinsip yang harus benar-benar dipahami dan diterapkan secara konsisten agar terhindar dari sengketa dalam merealisasi pembayaran L/C. Oleh karena itu prinsip keterpisahan atau independensi L/C terhadap kontrak dasarnya termasuk pengecualiannya perlu mendapatkan pembahasan serius. Hal-hal tersebut diatas adalah kiranya yang menjadi stimulus penulis dalam menulis skripsi ini sekaligus mengetengahkan permasalahan sebelum diuraikan lebih lanjut lagi dalam bab berikutnya. B. Permasalahan Berdasarkan apa yang diuraikan di atas maka beberapa masalah pokok yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana proses pembukaan L/C sebagai salah satu instrument dalam transaksi perdagangan internasional

12 2. Bagaimana pengaturan mengenai L/C menurut ranah hukum positif Indonesia dan Uniform Customs and Practice for Documentary Credits (UCP) 3. Bagaimana tinjauan mengenai aspek hukum serta pembayaran sehingga suatu L/C dapat dilaksanakan C. Tujuan dan Manfaat Pembahasan Dengan diuraikannya beberapa hal esensial yang menjadi tema permasalahan dalam skripsi ini, maka penulis sudah sepatutnya juga memberikan uraian cermat dan jelas mengenai tujuan pembahasan dari permasalahan yang terdapat dalam skripsi ini. Secara rinci maka tujuan pokok dari pembahasan skripsi ini kurang lebih adalah sebagai berikut: 1. Menguraikan dan menganalisis bagaimana proses pembukaan L/C sebagai salah satu instrument dalam transaksi perdagangan internasional 2. Menjelaskan bagaimana pengaturan mengenai L/C menurut ranah hukum positif Indonesia dan Uniform Customs and Practice for Documentary Credits (UCP) 3. Mengetahui tinjauan mengenai aspek hukum serta pembayaran sehingga suatu L/C dapat dilaksanakan 4. Tentu saja salah satu tujuan dari pembuatan dan pembahasan materi dalam skripsi ini merupakan salah satu prasyarat penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hal-hal yang dijelaskan pada bagian muka, maka beberapa manfaat yang penulis dapat petik dari pembahasan skripsi ini adalah sebagai berikut:

13 1. Secara teoritis merupakan pelengkap terhadap kepustakaan L/C yang relatif masih terbatas ditulis oleh putra-putri Indonesia 2. Secara praktis merupakan sesuatu yang menjadi bahan masukan kepada para pelaku L/C, abdi hukum, para ahli, para akademisi, instansi pemerintah dan lembaga swasta yang mempunyai kepentingan dalam transaksi L/C khususnya dari segi hukum D. Keaslian Penulisan Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi tentang L/C ini sebelumnya sudah pernah diulas dengan sudut pandang dan cara yang berbeda pula. Akan tetapi penulis jelaskan bahwa dalam skripsi ini penulis akan menjelaskan sudut pandang L/C dari kajian hukum (yuridis). Tentu saja yang dimaksud disini adalah pembahasan secara umum bagaimana penggunaan L/C sebagai instrumen transaksi dalam perdagangan internasional tetap memiliki celah dan menimbulkan masalah hukum. Mengingat peran serta perbankan dalam perdagangan internasional, maka selukbeluk pembayaran internasional melalui instrument L/C ini harus dibukakan kepada masyarakat luar khususnya kepada Mahasiswa/i sebagai kaum terpelajar. Hal ini menjadi pendorong bagi penulis untuk memberanikan diri mengurai seluk-beluk L/C, dari aspek teori Hukum Perdata Internasional maupun dari aspek praktek kenyataan pada perbankan dewasa ini. E. Kerangka Teori

14 Hakikat L/C adalah alat pembayaran dan oleh karena itu keseimbangan hak dan kewajiban para pihak-pihak dalam L/C yang melakukan issuing maupun beneficiary 3 harus dipertahankan secara adil dan terbuka. Keadilan dan keterbukaan dalam pelaksanaan L/C merupakan suatu keharusan karena inti L/C adalah perwujudan pembayaran uang senilai L/C. Pembukaan L/C sebagai alat atau cara pembayaran Internasional adalah suatu peristiwa perdata Internasional, karena tersangkut dua atau lebih sistem hukum yang berbeda yang berlaku sehingga mau tidak mau diperlukan Hukum Perdata Internasional. Adanya perbedaan kewarganegaraan dan domisili dari pihak-pihak yang tersangkut dalam pembukaan L/C (baik orang maupun badan hukum) menjadi alasan pertama untuk mengklasifikasikan peristiwa yang semacam ini sebagai peristiwa perdata internasional. Perbedaan domisili/kewarganegaraan tersebut dapat dilihat jelas dari perjanjian jual beli yang ada antara penjual/eksportir dan pembeli/importir sebagai dasar dibukanya L/C untuk menyelesaikan transaksi ekspor impor mereka. Jadi dengan dibukanya L/C oleh importir untuk kepentingan beneficiary berarti dengan sendirinya telah terjadi peristiwa perdata internasional, karena pihak bank semata-mata berperan sebagai pihak yang dikuasakan dalam hal ini. Hukum Perdata Internasional baru bertugas bilamana pada suatu hubungan hukum perdata yang mengandung unsur asing terdapat titik taut. Dalam Hukum Perdata Internasional ada dikenal 2 (dua) titik taut, yaitu: 1. Titik taut primer (pembeda). Dalam L/C, perbedaan kewarganegaraan atau domisili dapat menjadi titik taut primer 3 Penerima (beneficiary) L/C disebut juga sebagai penjual. Istilah ini akan digunakan secara bergantian tergantung pokok bahasan. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 29/KEP/DIR tanggal 31 Desember 1996 menggunakan istilah penerima

15 2. Titik taut sekunder (penentu). Pilihan hukum kepada UCP yang berlaku mengatur untuk pembayaran internasional merupakan titik taut sekunder dalam L/C Begitu juga dengan hubungan hukum yang tersangkut dalam pembukaan L/C secara rinci dapat dijelaskan terdiri dari: 1. Hubungan hukum antara importir (pembeli) dan bank yang merupakan perjanjian lastgeving (pemberian kuasa) dan perjanjian melakukan beberapa macam pekerjaan. 2. Hubungan hukum antara penjual dan pembeli yang terdapat dalam sales contract (perjanjian jual beli) yang menjadi dasar dibukanya L/C 3. Hubungan hukum antara bank dan penjual yang dapat ditinjau dari 2 segi yaitu kredit yang revocable dan irrevocable F. Metode Penulisan Dalam rangka menjawab permasalahan, mencapai tujuan dan menunjang kerangka teori, maka skripsi ini ditulis dengan meneliti kepustakaan hukum berkenaan dengan L/C yang berlaku di Indonesia dan secara internasional yang terutama terdiri dari: a) Pustaka hukum b) Jurnal hukum c) Peraturan perundang-undangan d) Surat-surat e) Dokumen-dokumen

16 f) L/C g) UCP 600 yang berlaku sejak tanggal 1 Juli 2007 h) Putusan pengadilan dari pengadilan Indonesia dan pengadilan luar negeri terutama pengadilan Amerika dan pengadilan Inggris Dengan demikian skripsi ini merupakan hasil penelitian normatif. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a) Penelitian ini bertitik tolak dari pendekatan kualitatif dilihat dari sudut pandang hukum bisnis normative khususnya dalam L/C b) Pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan Pada masyarakat hukum Indonesia, Amerika, dan Inggris terdapat baik kebutuhan khusus masing-masing negara maupun kebutuhan universal ketiga negara. Dalam kaitannya dengan kebutuhan universal di bidang hukum L/C di ketiga negara telah melakukan penundukan sukarela kepada UCP sesuai dengan asas kebebasan berkontrak. Sementara untuk masalah-masalah L/C yang pelaksanaannya merupakan wewenang masing-masing negara diatur sesuai kebutuhan khusus masing-masing negara. Contoh kebutuhan khusus ini ialah pelaksanaan pembayaran L/C yang dikaitkan dengan fasilitas pembiayaan perbankan yang pengaturannya dapat berbeda dari suatu negara dengan negara yang lainnya. Penelitian kepustakaan dilakukan untuk dapat mengetahui sebanyak mungkin pendapat dan atau konsep para ahli yang telah melakukan penelitian atau penulisan terlebih dahulu di bidang L/C. Sasaran utama yaitu hak dan kewajiban para pelaku L/C. Oleh karena L/C, pada dasarnya merupakan kontrak baku dan bank-bank umum berpedoman pada UCP dan peraturan Bank Indonesia ditambah kebijakan intern di

17 bidang penerimaan dan penerbitan L/C relatif sama di setiap bank umum untuk seluruh kantornya, maka dengan meneliti sejumlah L/C baik yang diterima bank-bank umum di Indonesia dari bank komersial luar negeri maupun yang diterbitkan bank-bank umum ke luar negeri, penelitian tersebut dianggap cukup. Penelitian L/C dilakukan untuk melihat klausul-klausul yang dimuat dalam masing-masing L/C dan kemudian dilakukan analisis untuk melihat dampak negatif dan positifnya G. Sistematika Penulisan Sebelum penulis menguraikan tulisan dalam skripsi ini lebih lanjut maka penulis terlebih dahulu akan membuat suatu sistematika mengenai apa yang akan penulis uraikan secara panjang lebar pada bab berikutnya. Sistematika ini dimaksudkan untuk mengetahui secara garis besar akan isi skripsi ini. Pada penyusunan skripsi ini, penulis menguraikan pembagian skripsi dalam 5 bab, yang mana setiap bab nya terdiri dari beberapa sub bab. Adapun gambaran isi dari skripsi ini adalah sebagai berikut: 1) BAB I: Bab ini merupakan pendahuluan atau awal dari isi skripsi ini. Di dalamnya dikemukakan terlebih dahulu mengenai Latar belakang, permasalahan, tujuan pembahasan, manfaat pembahasan, kerangka teori, metode penulisan serta sistematika penulisan 2) BAB II: Bab ini merupakan isi dan penjelasan dari permasalah pertama dalam skripsi ini. Diantaranya secara berturut-turut dipaparkan mengenai pengertian perdagangan internasional, jenis transaksi perdagangan internasional, serta sistem pembayaran dalam transaksi perdagangan internasional

18 3) BAB III: Pada bab ini kita dapat melihat secara jelas mengenai pengaturan dan alas hukum serta berbagai macam kualifikasi yang menyangkut L/C. Hal yang dimaksud disini adalah pengertian serta dasar hukum dan funsi L/C, Jenis L/C, prosedur pembukaan L/C, dan juga pencarian L/C 4) BAB IV: Bab IV ini mengusung tema tentang Aspek hukum dalam pembayaran yang menggunakan L/C. Bisa diuraikan hal yang dimaksud disini merupakan penjelasan atas permasalah ketiga dalam skripsi ini.hubungan hukum para pihak dalam L/C, Dokumen dalam pelaksanaan L/C, pilihan hukum dalam transaksi L/C, serta akibat hukum dari transaksi L/C merupakan isi dari bab ini 5) BAB V: Bab ini merupakan bagian pamungkas dari isi skripsi ini. Pada bab tersebut penulis mengemukakan kesimpulan dan saran yang didapat sewaktu penulis mengerjakan skripsi ini mulai dari awal hingga pada akhirnya. Demikianlah gambaran ini dari skripsi ini. Sebagai pelengkap skripsi ini, pada bagian terakhirnya akan penulis sertakan daftar kepustakaan dan lampiran yang dianggap perlu.

19 BAB II PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. Pengertian perdagangan internasional Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Perekonomian suatu negara berhubungan dengan dan dipengaruhi oleh perekonomian negara lain. Hubungan ini meliputi transaksi ekonomi berupa perdagangan barang-barang, jasa-jasa dan sumber-sumber serta transaksi investasi penanaman modal dan transaksi finansial utang-piutang. Dalam upayanya memberi batasan atau definisi perdagangan internasional, Rafiqul Islam menekankan keterkaitan erat antara perdagangan internasional dan hubungan keuangan (financial relations). Pada pokoknya, kebiasaan perdagangan internasional ini terdiri dari praktek-praktek dagang, kebiasaan atau standar yang dirumuskan oleh berbagai lembaga

20 Internasional 4. Hubungan financial terkait erat dengan perdagangan internasional. Keterkaitan erat ini tampak karena hubungan-hubungan keuangan ini mendampingi transaksi perdagangan antara para pedagang (dengan pengecualian transaksi barter atau counter trade). Dengan adanya keterkaitan erat antara perdagangan internasional dan keuangan (international trade and finance law), Rafiqul Islam mendefinisikan hukum perdagangan dan keuangan sebagai suatu kumpulan aturan, prinsip, norma dan praktik yang menciptakan suatu pengaturan (regulatory regime) untuk transaksi-transaksi perdagangan transnasional dan sistem pembayarannya, yang memiliki dampak terhadap perilaku komersial lembaga lembaga perdagangan. Kegiatan-kegiatan komersial tersebut dapat dibagi ke dalam kegiatan komersial yang berada dalam ruang lingkup hukum perdata internasional atau conflict of law 5 ; perdagangan antar pemerintah atau antar negara yang diatur oleh hukum internasional publik 6. Dalam hal ini Rafiqul Islam memberi batasan perdagangan internasional sebagai :. A wide ranging, transnational, commercial exchange of goods and services between individual business persons, trading bodies and states. Dari batasan tersebut tampak bahwa ruang lingkup hukum perdagangan internasional sangat luas. Karena ruang lingkup kajian bidang hukum ini sifatnya adalah lintas batas atau transnasional, konsekuensinya adalah terkaitnya lebih dari satu sistem hukum yang berbeda. Hubungan-hubungan dagang yang sifatnya lintas batas dapat mencakup banyak jenisnya. Dari bentuknya yang sederhana, yaitu dari barter, jual beli barang atau komoditi (produk-produk pertanian, perkebunan, dan sejenisnya), hingga hubungan atau transaksi 4 Soedjono Dirdjosisworo. Pengantar Hukum Dagang Internasional.Penerbit Refika ADITAMA.Bandung.2006 Halaman 72 5 Sudargo Gautama. Hukum Perdata Internasional Indonesia. Buku keempat penerbit alumni. Bandung Soedjono Dirdjosisworo, SH., MM, op.cit halaman 68

21 dagang yang kompleks. Kompleksnya hubungan atau transaksi dagang internasional ini sedikit banyak disebabkan oleh adanya jasa teknologi (khususnya teknologi informasi). Sehingga, transaksi-transaksi dagang semakin berlangsung dengan cepat. Batas-batas negara bukan lagi halangan dalam bertransaksi. Bahkan dengan pesatnya teknologi, dewasa ini para pelaku dagang tidak perlu mengetahui atau mengenal siapa rekanan dagangnya yang berada jauh di belahan bumi lain. Tujuan perdagangan internasional yang dimaksud disini sebenarnya tidak berbeda dengan tujuan GATT 7 (General Agreement on Tariffs and Trade), yang termuat dalam pembukaannya. Adapun tujuan dari hukum perdagangan internasional adalah : 1. Untuk meningkatkan volume perdagangan dunia dengan menciptakan perdagangan yang menarik dan menguntungkan bagi pembangunan ekonomi semua Negara; 2. Meningkatkan standar hidup umat manusia; dan 3. Meningkatkan lapangan kerja; 4. Mengembangkan sistem perdagangan multilateral; 5. Meningkatkan pemanfaatan sumber-sumber kekayaan dunia dan meningkatkan produk dan transaksi jual beli barang. B. Proses terjadinya transaksi perdagangan internasional Hubungan-hubungan perdagangan internasional antar negara sudah ada sejak lama. Hubungan-hubungan ini sudah ada sejak adanya negara-negara dalam arti negara kebangsaan, yaitu bentuk-bentuk awal negara dalam arti modern. Perjuangan negara- 7 Simanjuntak, Djisman S. et al., GATT 1994 Peluang dan Tantangan-Dokumen dan analisis. Jakarta: TP, 14 Juni 1994 halaman 36

22 negara ini untuk memperoleh kemandirian dan pengawasan (kontrol) terhadap ekonomi internasional telah memaksa negara-negara ini untuk mengadakan hubungan-hubungan perdagangan yang mapan dengan negara-negara lainnya. Mereka menyadari bahwa perdagangan adalah satu-satunya cara untuk pembangunan ekonomi mereka. Seperti telah dikemukakan di awal tulisan ini, sejak dulu dan bahkan dewasa ini semakin banyak negara sadar bahwa kebijakan menutup diri sudah jauh-jauh ditinggalkan. Pendirian ini semakin mendorong negara untuk memperluas aktivitas perdagangannya. Cara pandang ini sedikit banyak dilatarbelakangi dan dipengaruhi oleh beberapa aliran atau teori ekonomi. Pada awal perkembangannya, terutama abad ke-15 dan ke-16, teori atau aliran yang mula lahir adalah teori merkantilisme. Para merkantilis berpendirian perdagangan internasional sebagai instrument kebijakan nasional. Mereka menekankan pentingnya ekspor sebesar-besarnya dan menekan impor serendah-rendahnya. Keuntungan dari selisih ekspor - impor merupakan keuntungan bagi negara (yang waktu itu diwujudkan dalam bentuk emas). Dalam kecenderungan ini pun peran perjanjian internasional menjadi semakin penting. Semakin pentingnya peran perjanjian-perjanjian di bidang ekonomi atau perdagangan ini pun telah melahirkan aturan-aturan yang mengatur perdagangan internasional di bidang barang, jasa dan penamaman modal di antara negara-negara. Ada pula yang menyatakan bahwa aturan-aturan perdagangan internasional juga pada analisis akhirnya akan menciptakan perdamaian dan keamanan internasional. Manakala dua atau lebih negara berhubungan dan bertransaksi dagang dan mereka memperoleh keuntungan dari perdagangan tersebut, otomatis keadaan dunia menjadi sedikit banyak lebih baik. Artinya, situasi dan kondisi dunia akan semakin kondusif.

23 Dengan demikian secara terperinci maka hal hal yang menjadi faktor pendorong timbulnya perdagangan internasional 8 adalah sebagai berikut: 1. Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri 2. Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara 3. Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi 4. Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual produk tersebut. 5. Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja, budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi dan adanya keterbatasan produksi. 6. Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang. 7. Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari negara lain. 8. Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup sendiri. C. Jenis transaksi dalam perdagangan internasional Seperti telah disinggung di muka dikatakan bahwa karena adanya berbagai macam perbedaan, yang terutama disebabkan faktor letak geografis yang berbeda dengan segala konsekuensi hukumnya, maka tentunya para pelaku transaksi perdagangan 8 Pakpahan, Normin S. Pembaharuan Hukum di Bidang Kegiatan Ekonomi-Makalah pada temu karya hukum perseroan. Jakrta Januari Halaman 8

24 internasional perlu mengetahui terlebih dahulu apa saja jenis dari transaksi dalam perdagangan internasional. Jenis-jenis perdagangan dibagi menjadi tiga, yaitu: 1. Menurut pekerjaan yang dilakukan pedagang a. Perdagangan mengumpulkan (produsen tengkulak pedagang besar eksportir) b. Perdagangan menyebarkan (importir pedagang besar pedagang menengah konsumen) 2. Menurut jenis barang yang diperdagangkan a. Perdagangan barang yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan jasmani manusia. Contoh: (hasil pertanian, pertambangan, pabrik) b. Perdagangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan rohani manusia. Contoh (kesenian, musik) c. Perdagangan uang dan kertas-kertas berharga (bursa efek) 3. Menurut daerah, tempat perdagangan itu dilakukan a. Perdagangan dalam negeri b. Perdagangan internasional : perdagangan ekspor, perdagangan impor c. Perdagangan meneruskan (perdagangan transito) D. Sistem pembayaran dalam transaksi perdagangan internasional

25 Perkembangan evolusi yuridis dalam system pembayaran dari benda yang diperjualbelikan secara internasional, yaitu awalnya pembayaran barang dengan barang atau barter sampai dengan metode pembayaran dengan memakai uang, dan kemudian yang dikenalnya metoda pembayaran canggih yang terjadi saat ini, yaitu metoda pembayaran yang dapat memproteksi kepentingan kedua belah pihak, misalnya lewat pembayaran dengan system Letter of Credit (L/C) 9. Semua metode pembayaran tersebut secara yuridis sah asal sesuai kesepakatan kedua belah pihak. Namun perlu diperhatikan bahwa terhadap beberapa bentuk pembayaran, terdapat pengaturan yuridis dalam sistem hukum lokal di negara tertentu. Adapun terhadap beberapa bentuk, bahkan terdapat konvensi internasional yang perlu diperhatikan oleh kedua belah pihak. Lebih jauh, bagaimana sistem pembayaran perdagangan internasional yang digunakan di negara kita. Di Indonesia, sistem pembayaran dalam perdagangan internasional merujuk pada Peraturan Pemerintah No. 1 tahun tentang Pelaksanaan Ekspor, Impor, dan Lalu-lintas Devisa. Beberapa sistem tersebut adalah sebagai berikut: 1. Metode pembayaran terlebih dahulu (Advance) Dengan metode ini, yang dimaksudkan adalah suatu sistem pembayaran dimana pihak eksportir akan mengirim barang dagangannya setelah dia menerima pembayaran harga barang tersebut 11. Tentunya sistem pembayaran seperti ini sangat menguntungkan dan sangat aman bagi pihak eksportir (penjual) tetapi sangat tidak aman bagi pihak importir (pembeli). 9 Dr. Ramlam Ginting. Letter of Credit-Tinjauan Aspek Hukum dan Bisnis. Penerbit SALEMBA EMPAT.Jakarta.2000 halaman ibid halaman ibid halaman 38

26 Sebab setelah uang diterima oleh pihak eksportir, berbagai kemungkinan atas barang objek jual beli dapat terjadi. Bisa jadi barang tersebut tidak sesuai dengan pesanan, hilang di tengah jalan, ataupun karena sesuatu dan lain hal bahkan barang tersebut tidak dikirim sama sekali oleh pihak eksportir. Karena itu metode pembayaran secara advance ini sangat jarang diikuti dalam praktek kecuali dalam hal seperti ini: a) Jika nama besar dan kejujuran pihak eksportir sudah dikenal di kalangan pedagang secara luas b) Jika ada hubungan khusus antara eksportir dengan importir, misalnya ada hubungan saudara, hubungan teman atau hubungan antara perusahaan yang terafiliasi dalam satu grup usaha c) Jika transaksi tersebut terhadap order barang-barang yang harganya relatif rendah. Misalnya pemesanan dengan surat atas pembelian buku, atau benda lainnya. 2. Metode pembayaran secara Open Account Metode pembayaran secara Open Account ini adalah sebagai kebalikan dari metode pembayaran terlebih dahulu (advance). Terhadap metode dengan Open Account tersebut, barang yang bersangkutan dikirim terlebih dahulu kepada importir berhubung adanya kemungkinan pembayaran yang tidak sesuai dengan perjanjian, kurang atau terlambat pembayaran, atau bahkan karena sesuatu dan lain hal, harga tidak dibayar sama sekali.

27 Sistem pembayaran secara open account ini sering dilakukan antara induk perusahaan dengan anak perusahaan atau dengan perusahaan yang terafiliasi, ataupun dilakukan jika terdapat good record dari pihak importer 12. Salah satu variasi dari sistem pembayaran secara open account ini adalah jika barang dikirim secara rutin sedangkan pembayaran dilakukan secara periodik, misalnya dibayar tiap tiga bulan sekali. 3. Metode pembayaran berdasarkan konsinyasi Metode pembayaran berdasarkan konsinyasi ini merupakan suatu variasi lain dari sistem pembayaran dengan open account. Dalam sistem konsinyasi, pihak investor baru akan membayar harga setelah barang diterimanya.hanya saja dalam hal ini, pihak importir menerima barang tersebut untuk kemudian menjual lagi kepada pihak ketiga. Kemudian setelah barang tersebut laku terjual kepada pihak ketiga dan telah dibayar harganya oleh pihak ketiga tersebut, baru kemudian harganya dipotong selisihnya, dikirim kepada pihak eksportir (penjual semula). Pembayaran secara konsinyasi kepada pihak eksportir (penjual semula) tersebut biasanya dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: a) Apakah dengan langsung mengirim harga kepada pihak eksportir setelah dipotong selisih harga untuk tiap jual beli b) Atau harga baru dibayar kepada eksportir dalam waktu tertentu setelah barang laku terjual kepada pihak ketiga. 12 Ramlan Ginting.loc.cit halaman 41

28 c) Ataupun jika jual beli dilakukan secara rutin, harga dibayar setelah pihak ketiga membayar harga, tetapi kepada eksportir (penjual semula) oleh importer dibayar harganya secara periodic. Berarti sekali bayar untuk beberapa pengiriman. 4. Metode pembayaran secara Documentary Collection Banyak juga transaksi dagang internasional yang melakukan pembayaran harga barang secara documentary collection, yaitu lewat penggunaan dokumen yang disebut bill of exchange. Dalam hal ini pihak importer harus membayar harga barang setelah shipping documents tiba di bank importer. Pembayaran harga barang tersebut dipertukarkan dengan shipping documents yang bersangkutan. Karena itu, tanpa pembayaran harga barang, shipping documents tidak akan diberikan oleh pihak bank. Dan tanpa shipping documents di tangannya pihak importer tidak dapat mengambil barang impor yang bersangkutan. Dalam praktek ada dua macam bills of exchange, yaitu clean bills dan documentary bills. Adapun yang dimaksud dengan clean bills adalah bill of exchange yang tidak memerlukan dokumen kepemilikan atas barang tersebut seperti bill of lading dan sebagainya. Sementara bentuk lain adalah apa yang disebut dengan documentary bills. Bentuk ini yang lebih lazim dipraktekkan. Dalam hal ini, satu bills of exchange haruslah diperkuat oleh dokumen-dokumen supportive lainnya, seperti dokumen kepemilikan barang, dan lain-lain. 5. Metode pembayaran secara Documentary Credit

29 Untuk menjembatani kepentingan pihak eksportir agar barang dikirim setelah harga dibayar, sementara pihak importer punya kepentingan agar harga dibayar setelah barang diterima, maka dipakailah sistem pembayaran dengan Documentary Credit. Dalam hal ini suatu pembayaran dilakukan via bank sebagai perantara, tanpa terlebih dahulu menunggu tibanya barang atau tibanya dokumen. Kewajiban ini dilakukan dengan kewajiban dari pihak importer untuk membuka letter of credit (L/C) di bank di negara importir, untuk kemudian oleh bank tersebut diteruskan kepada bank di negara eksportir. Sistem pembayaran lewat L/C ini dewasa ini sudah diterima secara meluas di kalangan lalu lintas perdagangan internasional. Transaksi perdagangan internasional dengan sistem pembayaran yang meliputi beberapa metode akan memudahkan pelaksanaan dan bisnis internasional ini, karena masing-masing pihak tidak perlu lagi mengadakan pembicaraan secara tatap muka, melainkan hanya memilah metode yang mana. BAB III LETTER OF CREDIT A. Sejarah, pengertian, dan dasar hukum L/C Sejak kapan Letter of Credit sebagai sistem pembayaran dalam transaksi perdagangan mula-mula dipergunakan tidak dapat dinyatakan dengan pasti 13. Meskipun demikian sudah dapat diduga bahwa cara pembayaran ini dalam salah satu bentuknya 13 Hartono Hadisoeprapto. Kredit berdokumen (Letter of Credit)-Cara Pembayaran Dalam Jual Beli Perniagaan. Penerbit Liberty Yogyakarta halaman 23

30 telah dipergunakan orang pada masa ramainya perdagangan di Rom tatkala negara tersebut memegang peran penting dalam perdagangan dunia. Perkembangan bentuk yang sederhana sampai menjadi bentuk kredit yang modern dimulai kira-kira pada abad ke-17 dan di negara Inggris lah kredit dokumenter ini berkembang menjadi bentuknya seperti yang sekarang. Apa sebab bentuk kredit ini mengalami kemajuan pesat disana; hal ini disebabkan karena sebegitu jauh di negara tersebut tersedia kondisi-kondisi yang membantu berkembangnya kredit dokumenter itu. Sebelum tahun 1914 di London telah menguasai monopoli dalam bidang lalu lintas perdagangan luar negeri. Kota ini telah memiliki pula pasar uang dan modal yang telah maju dan sangat luas. Selain daripada itu para banker di London memiliki pengalaman-pengalaman yang luas dalam bidang pembiayaan internasional, sehingga mereka mendapatkan kepercayaan dari seluruh dunia. Posisi yang sedemikian baik ini telah mengakibatkan mata uang poundsterling dapat diterima di negara manapun dan menjadi valuta dunia. Akibat turutan lain daripadanya ialah pembiayaan dan pembayaran dari transaksi perdagangan antar negara baik antara Amerika utara dan Amerika selatan maupun antara negara di Eropa dapat diselesaikan dengan baik melalui London. Dengan pecahnya Perang Dunia I ternyata membawa akibat adanya perubahan keadaan secara radikal. Sebagai akibat dari penjualan senjata, Amerika Serikat telah mengalami jaman keemasannya dan segera dapat menarik sebagian besar dari lalu lintas keuangan dunia. Sebaliknya posisi London dalam perdagangan dunia semakin lama semakin kurang maju. Dengan diterimanya Federal Reserve Act pada tahun 1914 pasar diskonto di New York semakin berkembang dan akhirnya New York menjadi pusat keuangan dunia menggeser kedudukan London.

31 Kemudian dalam beberapa tahun berikutnya dunia pengangkutan barang-barang dalam perdagangan internasional mengalami perkembangan pesat sehubungan dengan kemajuan teknologi. Barang tidak lagi diangkut sebagai barang-barang yang terpisahpisah tetapi sudah dimasukkan ke dalam suatu container. Hal semacam itu menjadi pendorong untuk meninjau kembali Uniform Customs and Practice yang telah ada, sampai pada akhirnya pada tahun 1974 dengan Publication No. 290 yang mulai berlaku sejak tanggal 1 Oktober 1975 International Chamber of Commerce berhasil mengadakan revisi. Setiap cabang ilmu, baik ilmu eksakta maupun ilmu social, memerlukan adanya definisi dengan maksud agar memudahkan pengertian untuk menangkap apa yang menjadi objek cabang ilmu tersebut. Demikian pula halnya dengan L/C yang merupakan salah satu segi dari cabang ilmu keuangan dan perbankan, oleh para ahli telah diberikan berbagai macam pengertian. Salah satu definisi sederhana yang diberikan oleh O Halloran 14 mengatakan bahwa: L/C is an instrument issued by a bank on behalf of one of its customers authorizing an account under certain condition stipulated in the credit. Dalam definisi tersebut belum dijelaskan tentang siapa yang diberikan kuasa dan dalam bentuk tindakan apa kuasa itu diberikan. Bank Indonesia berpendapat bahwa inti dari L/C adalah janji pembayaran. Pembayaran L/C kepada penerima dapat dilakukan langsung oleh bank penerbit atau melalui bank lain sebagai kuasanya. 14 Soepriyo Andhibroto. Letter of Credit Dalam Teori dan Praktek. Penerbit Dahara Prize.Yogyakarta.1984 halaman 59

32 Seterusnya Emmy Pangaribuan Simanjuntak 15 mengatakan: Sebenarnya pengertian L/C itu sendiri adalah suatu perintah membayar kepada seseorang atau beberapa orang yang dialamati untuk melakukan pembayaran sejumlah uang tertentu yang disebut dalam surat perintah itu kepada seorang tertentu. Biasanya yang memberi perintah itu adalah suatu bank dan yang dialamati adalah suatu bank juga. Inti dari definisi Emmy Pangaribuan Simanjutak adalah bahwa L/C merupakan surat perintah membayar. Beliau melihat L/C sebagai perintah atau kuasa dari bank penerbit kepada bank pembayar. Berikutnya, Agoes Moerjono melihat hakikat L/C sebagai suatu perikatan. Berikutnya lagi, Amir M.S. penulis dan pelaku dagang mengatakan: Letter of Credit atau biasa disingkat L/C adalah suatu surat yang dikeluarkan oleh suatu bank atas permintaan importer langganan bank tersebut yang ditujukan kepada eksportir di luar negeri yang menjadi relasi importir tersebut, yang memberikan Hak kepada eksportir itu untuk menarik wesel-wesel atas importir bersangkutan untuk sejumlah uang yang disebutkan dalam surat itu. Pada umumnya L/C digunakan untuk membiayai kontrak penjualan barang jarak jauh antara pembeli dan penjual yang belum saling mengenal dengan baik. Dengan kata lain, L/C digunakan untuk membiayai transaksi perdagangan internasional. Tetapi, L/C bukan merupakan garansi atau surat berharga yang dapat dipindahtangankan. Sementara, UCP mengatakan bahwa L/C adalah janji dari bank penerbit untuk melakukan pembayaran atau memberi kuasa kepada bank lain untuk melakukan pembayaran kepada penerima atas penyerahan dokumen-dokumen. Inti dari pengertian L/C menurut UCP ialah bahwa L/C merupakan janji pembayaran. Bank penerbit melakukan pembayaran kepada penerima baik langsung ataupun melalui bank lain adalah atas instruksi pemohon yang berjanji membayar kembali kepada bank penerbit. Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1982 merupakan dasar hukum L/C di Indonesia. Ketentuan pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1982 yang secara 15 Ramlan Ginting. op.cit halaman 53

33 rinci mengatur L/C belum ada. Sesuai dengan kenyataan bahwa dalam praktik perbankan Indonesia telah digunakan UCP sebagai ketentuan L/C sejak tahun 1970 an, maka Bank Indonesia mendukung keberadaan praktik tersebut. Bank Indonesia mendukung UCP dijadikan sebagai ketentuan L/C. Bank Indonesia melihat bahwa rasa aman tercipta jika L/C tunduk pada ketentuan UCP. Namun demikian, menurut Herbet A. Getz, seorang sarjana berkebangsaan Amerika, mengatakan bahwa UCP tidak memiliki kekuatan hukum mengikat (force of law). UCP bukan produk hukum legislatif. UCP juga bukan merupakan produk hukum yudikatif. UCP merupakan kompilasi kebiasaan dan praktik internasional mengenai L/C. Tetapi UCP diberlakukan secara sukarela di lebih 160 negara. Oleh karena itu C.F.G Sunaryati Hartono berpendapat bahwa UCP dapat dikatakan merupakan hukum kebiasaan yang berlaku secara internasional. Bank Indonesia dalam Surat Edaran No. 26/34 tanggal 17 Desember mengatur bahwa L/C diterbitkan bank devisa (bank umum) boleh tunduk atau tidak pada ketentuan UCP. Bank Indonesia secara yuridis formal memberikan kebebasan kepada Bank Devisa di Indonesia untuk menentukan sikap. Isi Surat Edaran Bank Indonesia tersebut dilatarbelakangi status UCP yang bukan sebagai produk hukum yang memiliki kekuatan hukum mengikat. Jika Bank Indonesia dalam Surat Edaran tersebut secara eksplisit mengharuskan L/C yang diterbitkan bank umum tunduk pada UCP, ini berarti Bank Indonesia menjadikan UCP bagian dari hukum nasional dan mempunyai kekuatan hukum mengikat. Bank Indonesia tidak menghendaki 16 Gunawan Widjaja & Ahmad Yani. Transaksi Bisnis Internasional-Seri Hukum Bisnis.Penerbit PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.2006 halaman 80

34 hal ini. Namun demikian, secara implisit Bank Indonesia mendukung agar L/C yang diterbitkan bank umum tunduk pada UCP. Dasar hukum dari suatu L/C adalah klausula dalam kontrak jual beli yang menundukkan diri kepada Uniform Customs and Practices for Documentary Credit (disingkat UCP), hukum setempat (di Indonesia termasuk peraturan di bidang perbankan), dan kebiasaan dalam perdagangan (trade usage). International Chamber of Commerce (ICC) pada tahun 1933 telah menyeragamkan L/C dengan terbentuknya Uniform Customs and Practices for Documentary Credir (UCP). UCP pertama diterbitkan pada tahun 1933 dengan brosur Nomor 82. Selanjutnya UCP pertama itu mengalami revisi-revisi agar memenuhi kebutuhan bisnis internasional yang terus berkembang. Revisi pertama terjadi pada tahun 1951, kedua pada tahun 1962, ketiga pada tahun 1972, keempat pada tahun 1983 yang dikenal dengan nama UCP 400, dan kelima atau terakhir pada tahun 1993 dengan terbitan Nomor 500 sehingga lebih populer dengan sebutan UCP 500. Secara umum materi pokok Sales Contract berisi hal-hal berikut ini. 1. Nama Penjual (Seller) 2. Nama Pembeli (Buyer) 3. Barang yang diperjualbelikan dengan spesifikasi tertentu (berat, ukuran, kualitas, packing, dll.) 4. Harga 5. Ketentuan Penjualan (Commercial Terms)

35 a. FOB (Free on Board) b. C & F (Cost and Freight) c. CIF (Cost Insurance & Freight) 6. Pelabuhan Asal 7. Pelabuhan Tujuan 8. Transportasi Pengalihan diperbolehkan/dilarang (Transhipment: Allowed/ Prohibited) 9. Pengiriman Barang 10. Ketentuan Pembayaran a. L/C : Letter of Credit b. D/P : Document Againts Payment c. D/A : Document Againts Acceptance 11. Sertifikat-sertifikat a. COO (Certificate of Origin) b. Export License 12. Dan lain-lain yang dianggap perlu. B. Jenis L/C L/C berdasarkan fungsi, terdiri dari 2 (dua) klasifikasi yaitu L/C sebagai alat pembayaran dan L/C sebagai alat penjaminan. Sebagai alat pembayaran, L/C memberikan rasa aman kepada pihak terjamin. L/C sebagai alat pembayaran dapat dilaksanakan jika semua dokumen yang diminta L/C telah dipenuhi penerima. Sebaliknya

36 L/C sebagai alat penjaminan dapat dilaksanakan jika pelaksanaan kontrak dasar yang dijamin L/C tidak dapat dilakukan pihak terjamin. 1. L/C sebagai alat pembayaran L/C dalam UCP L/C sebagai alat pembayaran diatur oleh UCP tetapi pada umumnya pengaturannya tidak rinci. Oleh karena itu pengaturan UCP tersebut harus dipadukan dengan konsepsi yang berkembang dalam transaksi perbankan internasional baik berasal dari rumusan para pakar L/C, putusan pengadilan mengenai L/C maupun kebiasaan dan praktik L/C. a. Revocable L/C Revocable L/C, menurut UCP adalah L/C yang dapat diubah atau dibatalkan oleh bank penerbit setiap saat tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada penerima. Akan tetapi, menurut UCP bank penerbit harus melakukan pembayaran kembali kepada Bank yang ditunjuk telah melakukan pembayaran L/C kepada penerima atas dasar dokumendokumen yang diajukan sesuai dengan persyaratan L/C, dan tidak menerima pemberitahuan perubahan dan pembatalan pembayaran L/C sebelum dilakukan pembayaran yang dimaksud. Penyelesaian pembayaran L/C tersebut dapat dilakukan dengan cara pembayaran unjuk, akseptasi, negosiasi, dan pembayaran kemudian. Kasus Revocable L/C di Bali Pengusaha garmen (penjual) di Bali menerima L/C yang dapat diubah atau dibatalkan dari pembeli di Jerman untuk pembelian pakaian dengan jumlah yang relatif

37 besar yang desainnya ditentukan sendiri oleh pembeli 17. Desain pakaian yang dibuat oleh pembeli belum pernah dibuat oleh pengusaha garmen di Bali. Pengusaha garmen kemudian melakukan pengadaan sejumlah pakaian sesuai dengan permintaan pembeli dalam L/C. Akan tetapi, sebelum pengapalan barang dilakukan oleh penjual, L/C yang bersangkutan dibatalkan oleh penerbit di Jerman secara sepihak atas permintaan pembeli; sementara, penjual di Bali telah melakukan pengadaan barang sampai batas mendekati selesai. Demi mencegah risiko kerugian yang besar pada penjual, penjual dan pembeli melakukan negosiasi harga kembali dan hasilnya dengan terpaksa penjual harus menyetujui untuk memberikan potongan harga kepada pembeli. Kasus diatas 18 terjadi karena keterbatasan pengetahuan pengusaha terutama pengusaha kecil mengenai L/C. Penjual di Bali tidak mengetahui kalau revocable L/C dapat dibatalkan secara sepihak oleh pembeli melalui bank penerbit di Jerman. Penjual lebih banyak mengandalkan rasa percaya terhadap pembeli yang sebelumnya datang ke Bali sebagai turis dan telah berkenalan dengan pengusaha garmen yang dimaksud. Dampak negatif keterbatasan pengetahuan tersebut ialah bahwa penjual harus memberikan potongan harga kepada pembeli, dan sebenarnya hal inilah terutama yang dikehendaki oleh pembeli yang mengetahui dengan baik seluk-beluk L/C b. Irrevocable L/C UCP hanya menyebutkan istilah irrevocable L/C tanpa memberikan uraian lebih jauh. Namun demikian, karena irrevocable L/C merupakan lawan dari revocable L/C, 17 Rajagukguk Erman, Keputusan Pengadilan Mengenai Beberapa Masalah Arbitrase. Makalah seminar pada Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta 28 Maret 2000 halaman ibid halaman 65

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting bagi perkembangan ekonomi Indonesia. bagi masing-masing pihak yaitu pihak penjual diwajibkan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting bagi perkembangan ekonomi Indonesia. bagi masing-masing pihak yaitu pihak penjual diwajibkan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan antar negara atau pedagangan luar negeri merupakan salah satu kegiatan yang penting sebagai bagian dari perdagangan internasional. Kegiatan ini juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu perdagangan yang lazim dikenal dengan perdagangan ekspor-impor.

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu perdagangan yang lazim dikenal dengan perdagangan ekspor-impor. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transaksi perdagangan luar negeri merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam suatu perdagangan yang lazim dikenal dengan perdagangan ekspor-impor. Perdagangan ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barang antar pengusaha yang masing masing bertempat tinggal di negara negara

BAB I PENDAHULUAN. barang antar pengusaha yang masing masing bertempat tinggal di negara negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transaksi perdagangan luar negeri merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam suatu perdagangan yang lazim dikenal dengan perdagangan ekspor impor. Perdagangan ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pesatnya perkembangan dalam bidang usaha pada zaman modern

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pesatnya perkembangan dalam bidang usaha pada zaman modern BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan dalam bidang usaha pada zaman modern sekarang ini, menyebabkan orang-orang serta para pengusaha menginginkan segala sesuatunya bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka hubungan dagang tersebut tidak hanya dilakukan antara para pengusaha

BAB I PENDAHULUAN. maka hubungan dagang tersebut tidak hanya dilakukan antara para pengusaha 8 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada mulanya hubungan perdagangan hanya terbatas pada satu wilayah Negara yang tertentu, tetapi dengan semakin berkembangnya arus perdagangan maka hubungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu aspek dalam kehidupan manusia adalah perdagangan, perdagangan merupakan salah satu upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang telah berlangsung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. internasional negara-negara di dunia, khususnya yang didasarkan pada kepentingankepentingan

I. PENDAHULUAN. internasional negara-negara di dunia, khususnya yang didasarkan pada kepentingankepentingan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Interdependensi telah menjadi ciri dari pola perkembangan dunia modern dalam hubungan internasional negara-negara di dunia, khususnya yang didasarkan pada kepentingankepentingan

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBAYARAN TRANSAKSI DALAM KONTRAK

TATA CARA PEMBAYARAN TRANSAKSI DALAM KONTRAK TATA CARA PEMBAYARAN TRANSAKSI DALAM KONTRAK I. PENDAHULUAN Pada umumnya dalam kontrak-kontrak bisnis selalu terdapat klausula tentang tata cara pembayaran. Pembayaran (penyerahan sejumlah uang) merupakan

Lebih terperinci

Materi Minggu 7. Prosedur Dasar Pembayaran Internasional

Materi Minggu 7. Prosedur Dasar Pembayaran Internasional E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 49 Materi Minggu 7 Prosedur Dasar Pembayaran Internasional Cara-cara melakukan penyelesaian akhir hutang piutang antar negara, yaitu tidak lain adalah apa yang kita

Lebih terperinci

Pembayaran Transaksi Ekspor Impor. Pertemuan ke-13

Pembayaran Transaksi Ekspor Impor. Pertemuan ke-13 Pembayaran Transaksi Ekspor Impor Pertemuan ke-13 2 CARA-CARA PEMBAYARAN 1. Pembayaran dilakukan di muka, 2. Pembayaran dg sight letter of credit (Atas unjuk), 3. Pembayaran dilakukan dg wesel inkaso (Collection

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL Tujuan Instruksional Khusus: Setelah menyelesaikan perkuliahan dengan Pokok Bahasan Sistem Pembayaran Perdagangan Internasional, mahasiswa akan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatunya bersifat praktis dan aman, khususnya dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatunya bersifat praktis dan aman, khususnya dalam bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan dalam bidang usaha pada zaman modern sekarang ini, menyebabkan orang-orang serta para pengusaha menginginkan segala sesuatunya bersifat praktis

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. khususnya di bidang ekonomi internasional. Kelancaran serta kesuksesan

BAB I. Pendahuluan. khususnya di bidang ekonomi internasional. Kelancaran serta kesuksesan digilib.uns.ac.id 1 BAB I Pendahuluan A. Latar belakang masalah Perkembangan serta kemajuan teknologi dalam bidang komunikasi dan transportasi telah memberi pengaruh yang besar dalam hubungan antar negara

Lebih terperinci

Fendhi Harsinto Aji NIM : C

Fendhi Harsinto Aji NIM : C TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PENYELESAIAN KETERLAMBATAN PEMBAYARAN LETTER OF CREDIT DALAM TRANSAKSI EKSPOR FURNITURE (Studi Kasus di CV. Karunia Cipta Persada Surakarta) S K R I P S I Disusun dan Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu pakar ekonomi dari Inggris, David Ricardo, menyatakan dalam teori

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu pakar ekonomi dari Inggris, David Ricardo, menyatakan dalam teori 5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu pakar ekonomi dari Inggris, David Ricardo, menyatakan dalam teori keunggulan komparatif bahwa perdagangan luar negeri dapat terjadi apabila masing-masing

Lebih terperinci

KETERKAITAN PERBANKAN DALAM TRANSAKSI WAREHOUSE RECEIPT 1. Oleh: Dr. Ramlan Ginting, S.H., LL.M 2

KETERKAITAN PERBANKAN DALAM TRANSAKSI WAREHOUSE RECEIPT 1. Oleh: Dr. Ramlan Ginting, S.H., LL.M 2 KETERKAITAN PERBANKAN DALAM TRANSAKSI WAREHOUSE RECEIPT 1 Oleh: Dr. Ramlan Ginting, S.H., LL.M 2 Transaksi warehouse receipt telah banyak dilakukan baik di negara maju seperti Amerika dan Kanada maupun

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TENTANG BENTUK PEMBAYARAN EKSPOR-IMPOR FURNITURE PADA CV.MUGIHARJO BOYOLALI

TINJAUAN YURIDIS TENTANG BENTUK PEMBAYARAN EKSPOR-IMPOR FURNITURE PADA CV.MUGIHARJO BOYOLALI TINJAUAN YURIDIS TENTANG BENTUK PEMBAYARAN EKSPOR-IMPOR FURNITURE PADA CV.MUGIHARJO BOYOLALI Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Hukum Jurusan

Lebih terperinci

Kekhususan Jual Beli Perusahaan

Kekhususan Jual Beli Perusahaan JUAL BELI DAGANG Suatu perjanjian jual beli sebagai perbuatan perusahaan yakni perbuatan pedagang / pengusaha lainnya yang berdasarkan jabatannya melakukan perjanjian jual beli Kekhususan Jual Beli Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga barang dan jasa yang diproduksi pun berbeda. Untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. sehingga barang dan jasa yang diproduksi pun berbeda. Untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan perdagangan tidak pernah terlepas dari kehidupan masyarakat, terutama dalam pemenuhan akan barang dan jasa. Namun tidak semua barang dan jasa yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, kesinambungan dan. peningkatan pelaksanaan pembangunan nasional yang berasaskan

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, kesinambungan dan. peningkatan pelaksanaan pembangunan nasional yang berasaskan BAB I PENDAHULUAN V. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, kesinambungan dan peningkatan pelaksanaan pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2006), hal. 41.

BAB I PENDAHULUAN. Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2006), hal. 41. 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Lembaga perbankan di dalam kehidupan dunia modern merupakan suatu lembaga yang sulit untuk dihindari, karena lembaga ini memiliki fungsi yang diarahkan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RED CLAUSE L/C DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB II TINJAUAN UMUM RED CLAUSE L/C DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL 17 BAB II TINJAUAN UMUM RED CLAUSE L/C DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL 2.1. Transaksi Perdagangan Internasional Produksi suatu Negara ada kalanya belum dapat dikonsumsi seluruhnya di dalam negeri

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/11 /PBI/2003 TENTANG PEMBAYARAN TRANSAKSI IMPOR GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/11 /PBI/2003 TENTANG PEMBAYARAN TRANSAKSI IMPOR GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/11 /PBI/2003 TENTANG PEMBAYARAN TRANSAKSI IMPOR GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. b. c. Mengingat : 1. 2. bahwa salah satu faktor yang mendukung kelancaran arus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan

BAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan A. Ekspor BAB II LANDASAN TEORI 1. Pengertian Ekspor Ekspor merupakan upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan uraian pada Bab-bab sebelumnya dapat diambil

BAB V PENUTUP. Berdasarkan uraian pada Bab-bab sebelumnya dapat diambil BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada Bab-bab sebelumnya dapat diambil keseimpulan-kesimpulan sebagai berikut: 1. Perusahaan Anggun Rotan cenderung memilih Advance Payment dengan Telegraphic

Lebih terperinci

Syarat Pembayaran dlm Jual Beli Perniagaan

Syarat Pembayaran dlm Jual Beli Perniagaan Syarat Pembayaran dlm Jual Beli Perniagaan Afifah Kusumadara, SH. LL.M. SJD. Unsur esensial perjanjian jual beli adalah adanya penyerahan hak milik atas suatu barang dan pembayarannya harus dengan uang.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG CARA PEMBAYARAN BARANG DAN CARA PENYERAHAN BARANG DALAM KEGIATAN EKSPOR DAN IMPOR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG CARA PEMBAYARAN BARANG DAN CARA PENYERAHAN BARANG DALAM KEGIATAN EKSPOR DAN IMPOR PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG CARA PEMBAYARAN BARANG DAN CARA PENYERAHAN BARANG DALAM KEGIATAN EKSPOR DAN IMPOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 TINJAUAN HUKUM TERHADAP SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (SKMHT) YANG TERMUAT DALAM PASAL 15 AYAT (1) UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN S K R I P S I Disusun dan Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. exchange of goods and services between nations dan selanjutnya as

BAB I PENDAHULUAN. exchange of goods and services between nations dan selanjutnya as BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan Internasional menurut Sumantoro adalah: the exchange of goods and services between nations dan selanjutnya as used, it generally refers to the total

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan menempatkan prioritas pembangunan pada bidang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan menempatkan prioritas pembangunan pada bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dalam melaksanakan pembangunan Nasional, perlu melakukan perubahan mendasar dengan menempatkan prioritas pembangunan pada bidang ekonomi yang mengarah

Lebih terperinci

ASPEK HUKUM TENTANG SERTIFKAT DEPOSITO SEBAGAI SURAT BERHARGA

ASPEK HUKUM TENTANG SERTIFKAT DEPOSITO SEBAGAI SURAT BERHARGA ASPEK HUKUM TENTANG SERTIFKAT DEPOSITO SEBAGAI SURAT BERHARGA S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat-syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Oleh : ANDREAS RAJAGUKGUK NIM : 070200278

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek. marketing. Adapun fungsi bidang ekspor ini adalah melakukan pengurusan

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek. marketing. Adapun fungsi bidang ekspor ini adalah melakukan pengurusan BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Bidang pelaksanaan kuliah kerja praktek, penulis lakukan di PT. Alenatex Bandung. Disana penulis ditempatkan pada bidang ekspor, dibawah

Lebih terperinci

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk. Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk. Memperoleh Gelar Sarjana Hukum TINJAUAN YURIDIS PENDIRIAN YAYASAN OLEH ORANG ASING BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NO 63 TAHUN 2008 SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

ANALISIS HUKUM HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN LEASING DENGAN OBJEK ALAT BERAT (PADA

ANALISIS HUKUM HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN LEASING DENGAN OBJEK ALAT BERAT (PADA ANALISIS HUKUM HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN LEASING DENGAN OBJEK ALAT BERAT (PADA KONTRAK PT. CLIPAN FINANCE INDONESIA TBK. DAN PT. DIPO STAR FINANCE) SKRIPSI Disusun untuk melengkapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini berisi tinjauan terhadap kepustakaan yang ada, sepanjang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini berisi tinjauan terhadap kepustakaan yang ada, sepanjang yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tinjauan terhadap kepustakaan yang ada, sepanjang yang berkaitan dengan usaha untuk menjawab rumusan masalah Penelitian Hukum ini. Uraian akan menyangkut hakikat

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh. Utara. Oleh: BAMBANG HERI PRATAMA S NIM:

SKRIPSI. Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh. Utara. Oleh: BAMBANG HERI PRATAMA S NIM: ANALISIS YURIDIS PEMBAYARAN MELALUI INTERNET BANKING DENGAN MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT DIKAITKAN DENGAN KUHPERDATA DAN UNDANG - UNDANG PERBANKAN (STUDI PADA BANK X) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk

Lebih terperinci

Berbagai Dokumen Penting Ekspor. Pertemuan ke-6

Berbagai Dokumen Penting Ekspor. Pertemuan ke-6 Berbagai Dokumen Penting Ekspor Pertemuan ke-6 BERBAGAI DOKUMEN EKSPOR 1. Invoice 2. Sales Contract 3. PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang ) 4. Full Set on Board Ocean Bill of Lading / Airway bill 5. Packing

Lebih terperinci

S K R I P S I. Oleh TIESA SALEH DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA (BW)

S K R I P S I. Oleh TIESA SALEH DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA (BW) IMPLEMENTASI HUKUM TERHADAP PERJANJIAN PENYEDIA JASA PEKERJA YANG DILAKUKAN PT. PLN (Persero) DENGAN PT. SENTRA (Studi Pada PT. PLN (Persero) Wil. Area Binjai) S K R I P S I Disusun dan Diajukan Untuk

Lebih terperinci

-2- teknologi, melindungi neraca pembayaran dan/atau neraca perdagangan, meningkatkan produksi, dan memperluas kesempatan kerja. Di lain sisi, pemilih

-2- teknologi, melindungi neraca pembayaran dan/atau neraca perdagangan, meningkatkan produksi, dan memperluas kesempatan kerja. Di lain sisi, pemilih TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I EKONOMI. Barang. Pembayaran. Penyerahan. Ekspor. Impor (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 167) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 11. SISTEM PEMBAYARAN DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL LETTER of CREDIT (L/C)

BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 11. SISTEM PEMBAYARAN DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL LETTER of CREDIT (L/C) BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 11 SISTEM PEMBAYARAN DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL LETTER of CREDIT (L/C) A. Pendahuluan Perdagangan internasional terwujud karena adanya

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH YANG MENYIMPAN DANA PADA PERUSAHAAN PERDAGANGAN DERIVATIF MELALUI TRANSAKSI ONLINE S K R I P S I Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengenalan transaksi ekspor impor

BAB I PENDAHULUAN. Pengenalan transaksi ekspor impor BAB I PENDAHULUAN Pengenalan transaksi ekspor impor Transaksi perdagangan luar negeri yang lebih dikenal dengan istilah ekspor impor pada dasarnya adalah suatu transaksi yang sederhana dan tidak lebih

Lebih terperinci

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL 1. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sebagai upaya terus menerus

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR DIREKTORAT PEMBINAAN KURSUS DAN PELATIHAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL DAN INFORMAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2011 A. Latar Belakang.

Lebih terperinci

Peranan perusahaan jasa freight forwardingm dalam transaksi ekspor pada PT. Japaindo Prima Raya Jakarta BAB I PENDAHULUAN

Peranan perusahaan jasa freight forwardingm dalam transaksi ekspor pada PT. Japaindo Prima Raya Jakarta BAB I PENDAHULUAN Peranan perusahaan jasa freight forwardingm dalam transaksi ekspor pada PT. Japaindo Prima Raya Jakarta Oleh : Dian Setyorini.S F.3106025 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber alam, iklim, letak geografis, penduduk, keahlian, tenaga kerja,

BAB I PENDAHULUAN. sumber alam, iklim, letak geografis, penduduk, keahlian, tenaga kerja, digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap negara berbeda dengan negara lainnya ditinjau dari sudut sumber alam, iklim, letak geografis, penduduk, keahlian, tenaga kerja, tingkat

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015 PEMBERLAKUAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK MENURUT HUKUM PERDATA TERHADAP PELAKSANAANNYA DALAM PRAKTEK 1 Oleh : Suryono Suwikromo 2 A. Latar Belakang Didalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia akan selalu

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA PEREKONOMIAN INDONESIA PERDAGANGAN DAN PEMBAYARAN INTERNASIONAL Disusun Oleh: KELOMPOK VIII 1. Paulo M.P. Harianja (11.032.111.006) 2. Yenny (11.032.111.017) 3. Dian A. Panjaitan (11.032.111.034) 4. Linceria

Lebih terperinci

MAKALAH NEGOSIASI DAN SALES CONTRACT

MAKALAH NEGOSIASI DAN SALES CONTRACT MAKALAH NEGOSIASI DAN SALES CONTRACT Disusun Oleh : Argo Fahma 201310180311117 Diony Yoko P 201310180311283 Putri Istika Sari 201410180311126 Triliana Bella Fatmawati 201410180311127 Erika Nur Aida 201410180311169

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI MENYELESAIKAN SENGKETA BISNIS DALAM HAL ADANYA KLAUSUL ARBITRASE SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Hukum Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar guna melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar

BAB I PENDAHULUAN. besar guna melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang besar guna melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar tersebut diperlukan guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring majunya ekonomi suatu negara, maka semakin banyak. kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring majunya ekonomi suatu negara, maka semakin banyak. kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring majunya ekonomi suatu negara, maka semakin banyak kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Barang kebutuhan itu belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengusaha-pengusaha yang bertempat di negara-negara yang berbeda. dan cara yang berbeda-beda (Roselyne Hutabarat, 1996: 1).

BAB I PENDAHULUAN. pengusaha-pengusaha yang bertempat di negara-negara yang berbeda. dan cara yang berbeda-beda (Roselyne Hutabarat, 1996: 1). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Transaksi perdagangan luar negeri yang lebih dikenal dengan istilah ekspor-impor pada hakikatnya adalah suatu transaksi yang sederhana dan tidak lebih dari membeli dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TERHADAP TRANSAKSI EKSPOR IMPOR DENGAN MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT

BAB II TINJAUAN TERHADAP TRANSAKSI EKSPOR IMPOR DENGAN MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT BAB II TINJAUAN TERHADAP TRANSAKSI EKSPOR IMPOR DENGAN MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT A. EKSPOR-IMPOR 1. Pengertian Ekspor Impor Pada saat ini tidak ada negara yang dapat hidup tanpa berhubungan dengan negara

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi Tugas dalam Memenuhi Syarat untuk Mencapai Gelar Sajana Hukum. Oleh :

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi Tugas dalam Memenuhi Syarat untuk Mencapai Gelar Sajana Hukum. Oleh : ASPEK HUKUM MENGENAI MEKANISME PENYERAHAN DOKUMEN DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL DENGAN MENGGUNAKAN WESEL INKASO (Studi Pada PT Bank Internasional Indonesia (BII) Tbk Cabang Binjai) SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan-hubungan dagang yang bersifat lintas batas dapat mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan-hubungan dagang yang bersifat lintas batas dapat mencakup 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hukum perdagangan internasional adalah bidang hukum yang berkembang cepat. Ruang lingkup bidang hukum ini pun cukup luas. Hubungan-hubungan dagang yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir merupakan refleksi minat masyarakat terhadap ekonomi syariah

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir merupakan refleksi minat masyarakat terhadap ekonomi syariah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perbankan syariah yang tumbuh cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir merupakan refleksi minat masyarakat terhadap ekonomi syariah semakin besar.

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014. INCOTERMS DALAM KAJIAN HUKUM DAGANG INTERNASIONAL Oleh : Lusy K.F.R. Gerungan

Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014. INCOTERMS DALAM KAJIAN HUKUM DAGANG INTERNASIONAL Oleh : Lusy K.F.R. Gerungan INCOTERMS DALAM KAJIAN HUKUM DAGANG INTERNASIONAL Oleh : Lusy K.F.R. Gerungan PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dengan adanya perkembangan zaman yang semakin modern, dalam dunia internasional tiap-tiap Negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT A. Pengertian Hukum Jaminan Kredit Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, zekerheidsrechten atau security of law. Dalam Keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perdagangan internasional kegiatan beli disebut impor dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perdagangan internasional kegiatan beli disebut impor dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perdagangan internasional kegiatan beli disebut impor dan kegiatan jual disebut ekspor, sehingga ekspor-impor merupakan perjanjian jual-beli juga. Transaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pendapatan negara (export earnings) yang merupakan salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN. dan pendapatan negara (export earnings) yang merupakan salah satu sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan ekspor sangat penting bagi Indonesia karena menghasilkan devisa dan pendapatan negara (export earnings) yang merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan

Lebih terperinci

E UNIVERSITAS SEBELAS MARET

E UNIVERSITAS SEBELAS MARET Perlindungan hukum terhadap bank atas penerbitan letter of credit (L/C) fiktif Fifidiana E.0001140 UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan sudah lama dikenal di

Lebih terperinci

BAB XIII PROSEDUR IMPOR - 1

BAB XIII PROSEDUR IMPOR - 1 BAB XIII PROSEDUR IMPOR - 1 Tujuan Instruksional Khusus : Setelah menyelesaikan perkuliahan dengan Pokok Bahasan Prosedur Impor, Mahasiswa akan dapat menjelaskan prosedur dan tata laksana impor di Indonesia

Lebih terperinci

Perlindungan hukum..., Gista Latersia, FHUI,

Perlindungan hukum..., Gista Latersia, FHUI, 13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bank sebagai badan usaha yang menjalankan fungsi utamanya selaku penghimpun dan penyalur dana masyarakat memiliki peran yang sangat penting untuk menunjang pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ketentuan yang berlaku (Rinaldy, 2000: 77). Dalam aktivitas ekspor ada beberapa tahapan - tahapan yang

BAB II LANDASAN TEORI. ketentuan yang berlaku (Rinaldy, 2000: 77). Dalam aktivitas ekspor ada beberapa tahapan - tahapan yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ekspor Ekspor adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam keluar wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku (Rinaldy, 2000: 77). Dalam aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk menyimpan dan meminjam uang. Namun, pada masa sekarang pengertian bank telah berkembang sedemikian

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN TERHADAP BANK DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN DENGAN MENGGUNAKAN SARANA LETTER OF CREDIT / LC. Oleh : Sarah D.L.

PERLINDUNGAN TERHADAP BANK DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN DENGAN MENGGUNAKAN SARANA LETTER OF CREDIT / LC. Oleh : Sarah D.L. PERLINDUNGAN TERHADAP BANK DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN DENGAN MENGGUNAKAN SARANA LETTER OF CREDIT / LC Oleh : Sarah D.L. Roeroe 1 24 ABSTRAK Letter of Credit/LC adalah alat transaksi pembayaran antar bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman sekarang semua kegiatan manusia tidak lepas dari yang namanya uang. Mulai dari hal yang sederhana, sampai yang kompleks sekalipun kita tidak dapat lepas dari

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan. Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh. Gelar Sarjana Hukum. Oleh: EVELYN

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan. Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh. Gelar Sarjana Hukum. Oleh: EVELYN HUBUNGAN INDUK PERUSAHAAN DAN ANAK PERUSAHAAN DALAM KAITANNYA DENGAN LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DI INDONESIA MENURUT UU NO. 5 TAHUN 1999 SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN BAKU PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BANK SYARI AH

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN BAKU PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BANK SYARI AH PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN BAKU PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BANK SYARI AH (Studi Pada PT. Bank Syari ah Mandiri Pematangsiantar) IBNU FAJAR DEMIANTO 080200101 Skripsi ini diajukan

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK DAGANG INTERNASIONAL

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK DAGANG INTERNASIONAL TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK DAGANG INTERNASIONAL SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum OLEH SETIAWAN KARNOLIS LA IA NIM: 050200047

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Melalui kegiatan perdagangan internasional, perekonomian

Lebih terperinci

S K R I P S I Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum

S K R I P S I Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum PELAKSANAAN ASPEK PEMBIAYAAN PADA PERBANKAN SYARIAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG PERBANKAN SYARIAH (STUDI KASUS PADA PT BANK SUMUT SYARIAH CABANG TEBING) S K R I P S I Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Abdulkadir Muhammad (2000:225), yang dimaksud perjanjian adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Abdulkadir Muhammad (2000:225), yang dimaksud perjanjian adalah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Perdagangan Internasional Menurut Abdulkadir Muhammad (2000:225), yang dimaksud perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan

Lebih terperinci

Materi Minggu 6. Lalu Lintas Pembayaran Internasional

Materi Minggu 6. Lalu Lintas Pembayaran Internasional E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 43 Materi Minggu 6 Lalu Lintas Pembayaran Internasional 6.1. Gambaran Umum Lalu Lintas Pembayaran Internasional Transaksi-transaksi pembayaran antar daerah tidak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Ekspor 1 Pengertian Ekspor Ekspor merupakan upaya melakukan penjualan komoditi di dalam negeri kepada bangsa lain atau negara asing, dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENULISAN

BAB 3 METODE PENULISAN 49 BAB 3 METODE PENULISAN Dalam penulisan skripsi mengenai Documentary Credit ini diperlukan suatu metode penelitian untuk memberi batasan dan memperjelas penulisan. Metode penelitian akan menentukan jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan perekonomian yang sangat pesat telah. mengarah kepada terbentuknya ekonomi global. Ekonomi global mulai

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan perekonomian yang sangat pesat telah. mengarah kepada terbentuknya ekonomi global. Ekonomi global mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan perekonomian yang sangat pesat telah mengarah kepada terbentuknya ekonomi global. Ekonomi global mulai terbentuk ditandai dengan berbagai peristiwa

Lebih terperinci

PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SERTIFIKAT HAK MILIK PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA CABANG KABANJAHE S K R I P S I

PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SERTIFIKAT HAK MILIK PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA CABANG KABANJAHE S K R I P S I PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SERTIFIKAT HAK MILIK PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA CABANG KABANJAHE S K R I P S I Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2007 tentang waralaba (selanjutnya disebut PP No. 42 Tahun 2007) dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2007 tentang waralaba (selanjutnya disebut PP No. 42 Tahun 2007) dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bisnis waralaba atau franchise sedang berkembang sangat pesat di Indonesia dan sangat diminati oleh para pengusaha karena prosedur yang mudah, tidak berbelit-belit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan indonesia letaknya yang strategis, menjadikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan indonesia letaknya yang strategis, menjadikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan indonesia letaknya yang strategis, menjadikan Indonesia sebagai jalur perdagangan dan pelayaran karena memiliki sumber daya alam yang berlimpah.

Lebih terperinci

Dengan adanya pengusaha swasta saja belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini antara lain karena perusahaan swasta hanya melayani jalur-jalur

Dengan adanya pengusaha swasta saja belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini antara lain karena perusahaan swasta hanya melayani jalur-jalur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia pembangunan meningkat setiap harinya, masyarakat pun menganggap kebutuhan yang ada baik diri maupun hubungan dengan orang lain tidak dapat dihindarkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan peradaban, ilmu pengetahuan, teknologi, teknik informasi komputer, dan transportasi mendorong meningkatnya kebutuhan manusia. Semakin tinggi peradaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi (bermuamalah), yaitu suatu aktivitas yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi (bermuamalah), yaitu suatu aktivitas yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merupakan keharusan bagi manusia dalam mempertahankan hidupnya untuk saling berinteraksi (bermuamalah), yaitu suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI digilib.uns.ac.id 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Sistem Pembayaran Ekspor Sistem pembayaran adalah sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga dan mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersifat terbuka, perdagangan sangat vital bagi upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bersifat terbuka, perdagangan sangat vital bagi upaya untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perdagangan merupakan sektor jasa yang menunjang kegiatan ekonomi antar anggota masyarakat dan antar bangsa. Bagi Indonesia dengan ekonominya yang bersifat terbuka,

Lebih terperinci

TRANSAKSI JUAL BELI SAHAM DENGAN HAK MEMBELI KEMBALI (REPO) DI PASAR MODAL SKRIPSI

TRANSAKSI JUAL BELI SAHAM DENGAN HAK MEMBELI KEMBALI (REPO) DI PASAR MODAL SKRIPSI TRANSAKSI JUAL BELI SAHAM DENGAN HAK MEMBELI KEMBALI (REPO) DI PASAR MODAL SKRIPSI Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum OLEH HENDRIK TANJAYA

Lebih terperinci

Prosedur Dasar Pembayaran Internasional. By : Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI

Prosedur Dasar Pembayaran Internasional. By : Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI Prosedur Dasar Pembayaran Internasional By : Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI 1 Transaksi pembayaran dan trasaksi pembiayaan Setiap transaksi jual beli selalu mengenal adanya transksi pembayaran. Transaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia penuh dengan ketidakpastian. Ketidakpastian tersebut biasanya berhubungan dengan takdir dan nasib manusia itu sendiri yang telah ditentukan oleh Tuhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian yang pesat telah menghasilkan berbagai jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan dikonsumsi. Barang dan atau

Lebih terperinci

PERTANGGUNGJAWABAN IMPORTIR ATAS KERUGIAN EKSPORTIR AKIBAT DARI FREE ON BOARD TRAP

PERTANGGUNGJAWABAN IMPORTIR ATAS KERUGIAN EKSPORTIR AKIBAT DARI FREE ON BOARD TRAP PERTANGGUNGJAWABAN IMPORTIR ATAS KERUGIAN EKSPORTIR AKIBAT DARI FREE ON BOARD TRAP oleh Angela Paramitha Sasongko I Made Pujawan Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Dalam transaksi

Lebih terperinci

Pendanaan Ekspor dan Impor

Pendanaan Ekspor dan Impor Pendanaan Ekspor dan Impor Tehnik Pendanaan Kas dimuka L/C Draft Konsinyasi Piutang dagang Kas dimuka Eksportir : resiko pembayaran nol Importir : kecurangan dari importir, ada pembatasan aliran modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barter merupakan suatu sistem pertukaran antara barang dengan barang atau

BAB I PENDAHULUAN. barter merupakan suatu sistem pertukaran antara barang dengan barang atau BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk yang saling ketergantungan yang tidak akan dapat hidup secara individual. Hal ini dibuktikan dengan adanya kegiatan untuk mendapatkan sebuah kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membeli dan menjual (perdagangan) barang antara pengusaha yang bertempat di

BAB I PENDAHULUAN. membeli dan menjual (perdagangan) barang antara pengusaha yang bertempat di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Transaksi perdagangan luar negeri yang lebih dikenal dengan eksporimpor pada hakikatnya adalah suatu transaksi yang sederhana dan tidak lebih dari membeli

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 1 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Ekspor Impor Transaksi Ekspor - Impor adalah transaksi perdagangan internasional (International Trade) yang sederhana dan tidak lebih dari membeli dan menjual barang

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Aset. Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Aset. Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri Tim Penyusun Ramlan Ginting Dudy Iskandar Gantiah Wuryandani Zulkarnain Sitompul

Lebih terperinci

Proses dan Prosedur Impor. Pertemuan ke-9

Proses dan Prosedur Impor. Pertemuan ke-9 Proses dan Prosedur Impor Pertemuan ke-9 1. Tahapan impor 2. Bagan proses permohonan perizinan impor via on-line dan secara manual 3. Proses Importasi 4. Prosedur Impor DEFINISI IMPORTIR Badan usaha

Lebih terperinci

KAJIAN YURIDIS TERHADAP PRAKTEK PENCUCIAN UANG MELALUI PENYERTAAN MODAL DI KOPERASI SKRIPSI. Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi

KAJIAN YURIDIS TERHADAP PRAKTEK PENCUCIAN UANG MELALUI PENYERTAAN MODAL DI KOPERASI SKRIPSI. Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi KAJIAN YURIDIS TERHADAP PRAKTEK PENCUCIAN UANG MELALUI PENYERTAAN MODAL DI KOPERASI SKRIPSI Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum OLEH : KASTRO SITORUS NIM :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan. dalam hidupnya. Kebutuhan itu berfungsi untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan. dalam hidupnya. Kebutuhan itu berfungsi untuk mempertahankan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan itu berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut maka setiap manusia mengkonsumsi atau menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut maka setiap manusia mengkonsumsi atau menggunakan BAB I PENDAHULUAN Setiap manusia mempunyai kebutuhan yang beragam dalam kehidupannya sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial, namun manusia tidak mampu memenuhi setiap kebutuhannya tersebut secara

Lebih terperinci