BAB I PENDAHULUAN. Paduan suara atau kor, yang berasal dari bahasa belanda, koor, merupakan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Paduan suara atau kor, yang berasal dari bahasa belanda, koor, merupakan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Paduan suara atau kor, yang berasal dari bahasa belanda, koor, merupakan sebuah grup campuran antara penyanyi perempuan dan laki-laki, yang memungkinkan memiliki anggota berjumlah mulai dari 30 hingga ratusan orang. Umumnya, satu kelompok paduan suara membawakan musik paduan suara yang terdiri dari beberapa bagian suara, dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah part (Abraham Kaplan, 1977). Musik paduan suara merupakan seni bermusik yang berasal dari benua Eropa, yang sudah masuk ke Indonesia sejak lama, dan sekarang sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat di Indonesia. Salah satu bagian dari masyarakat yang memiliki andil besar dalam mengembangkan musik paduan suara di Indonesia adalah mahasiswa. Paduan Suara Mahasiswa (PSM) merupakan unit kegiatan yang dimiliki oleh hampir seluruh universitas di Indonesia yang juga dapat sekaligus digunakan sebagai tolak ukur perkembangan musik paduan suara di Indonesia. Di antara banyaknya paduan suara mahasiswa berprestasi di Indonesia, PSM Maranatha atau yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan Maranatha Christian University Choir (MCUC) merupakan salah satu paduan suara yang telah banyak berprestasi di kancah nasional maupun internasional. Maranatha Christian University Choir yang berdiri sejak 30 Oktober 1983 ini merupakan salah satu unit kegiatan tertua yang dimiliki oleh Universitas 1

2 2 Kristen Maranatha (UKM). Organisasi ini mulai dibentuk dari keseriusan mahasiswa Fakultas Kedokteran UKM yang menginginkan untuk memiliki komunitas paduan suara, hingga akhirnya membentuk sebuah unit kegiatan yang anggotanya berasal dari semua fakultas yang ada di UKM. Dr. Daniel Purwadisastra, salah satu pendiri unit kegiatan ini, merintis organisasi yang pada awalnya hanya menjadi paduan suara pengisi kegiatan protokoler universitas menjadi paduan suara yang dikenal secara nasional bahkan pada tahun 2005 dikenal secara internasional. Hal tersebut sesuai dengan visi dari organisasi ini, yaitu Recognize as a world class choir. Dilatarbelakangi oleh semangat untuk mengembangkan hobi serta cita-cita untuk menjadi paduan suara berkualitas internasional, para anggota MCUC selalu mengadakan pengembangan-pengembangan kegiatan di dalam organisasi, seperti mengikuti pelayanan di gereja-gereja, mengadakan konser Natal serta konser tahunan, menjadi paduan suara pengisi dalam berbagai acara di perusahaan atau lembaga-lembaga pemerintahan, hingga mengikuti kompetisi berskala nasional juga internasional. Berdasarkan data dari Pengurus MCUC Periode , kemenangan pertama yang diraih oleh MCUC adalah pada tahun 2001 dimana menjadi Juara Umum pada Kompetisi Paduan Suara (KPS) UNPAR I dengan menjadi juara pertama pada kategori musica sacra, mixed choir, dan small choir. Prestasi selanjutnya yang diraih oleh MCUC adalah Juara II KPS UNPAR II pada tahun 2003 untuk kategori musica sacra dan mixed choir, menjadi Juara Umum pada Festival Paduan Suara (FPS) ITB pada tahun 2004, 2006, dan 2008, dua kali

3 3 menjuarai kompetisi paduan suara tingkat Kopertis Wilayah IV yaitu pada tahun 2012 dan 2013, serta berbagai kompetisi nasional lainnya. Prestasi berskala internasional juga diraih MCUC sejak tahun MCUC berhasil meraih Grand Prix Champion serta Gold Medal & 1 st Prize pada kategori mixed choir, female choir, dan best performance Folklore pada kompetisi 7 th Rhodes International Musik Festival di Yunani. Selanjutnya diikuti dengan kemenangan di 6 th Miltenberg Internationaler Chorwettbewerb yang mendapatkan silver medal pada tahun 2006, juara umum serta juara pertama dalam kategori folklore dan mixed choir serta mendapatkan penghargaan Best Intepretation untuk lagu wajib dalam kompetisi 47 th Internationaler Chorwettbewerb tahun 2010 di Spittal an der Drau, Austria serta meraih Gold Medal dalam kompetisi 44 th Tolosako Abesbatza Lehiaketa di Tolosa, Spanyol pada tahun Prestasi terbaru yang diraih oleh paduan suara ini adalah menjadi juara I serta mendapat penghargaan Best Intepretation untuk lagu wajib dalam kompetisi 10 th Miltenberg Internationaler Chorwettbewerb, di Landkreis Miltenberg, Jerman pada tahun Maranatha Christian University Choir membutuhkan sumber daya yang memadai dari segi kuantitas serta kualitas. Sebagai sebuah paduan suara yang lebih berfokus pada bentuk mixed choir, dibutuhkan minimal 30 orang anggota penyanyi untuk mengadakan suatu konser atau mengikuti suatu kompetisi. Tuntutan yang lebih berat adalah dimana anggota harus memiliki kesenangan serta ketertarikan pada dunia paduan suara untuk menunjang proses latihan serta pengembangan kemampuan dalam bernyanyi yang efektif. Satu hal lain yang

4 4 menjadi bagian penting yang harus dimiliki oleh anggota di dalam MCUC adalah komitmen karena dengan komitmen, individu mampu bekerja sesuai dengan peran serta tanggungjawabnya dengan baik dalam jangka waktu yang panjang mengingat banyak tuntutan yang harus dipenuhi oleh seorang anggota paduan suara. Demi tetap mempertahankan prestasi, anggota MCUC harus mampu mengatur kegiatan antara waktu kuliah, mengerjakan tugas, berorganisasi dalam berbagai kegiatan di universitas dengan latihan yang padat di MCUC. Keterampilan dalam membagi waktu antara menjaga komitmen sebagai anggota paduan suara serta kewajiban utama untuk menyelesaikan studi dengan baik sangat dibutuhkan agar kedua kegiatan tersebut dapat berjalan selaras tanpa mengganggu kegiatan satu dengan yang lain. Latihan dengan intensitas waktu sering merupakan hal penting yang harus dilakukan karena kondisi para anggota bukan merupakan penyanyi professional sehingga harus melalui proses latihan sangat panjang untuk mengejar prestasi yang sudah diraih sebelumnya. Latihan reguler yang rutin dilakukan oleh MCUC adalah setiap hari Minggu Pk serta hari Senin-Rabu Pk Latihan ini merupakan latihan untuk mempersiapkan program rutin tahunan yaitu Konser Natal dan Konser Tahunan. Intensitas jadwal latihan ini akan meningkat seiring dengan mendekatnya hari pelaksanaan konser. Di luar jadwal latihan reguler, anggota juga harus siap dengan jadwal latihan tambahan yang tentatif untuk kebutuhan mempersiapkan job-job atau pelayanan.

5 5 Selain latihan reguler, les privat menjadi kegiatan yang wajib dilakukan oleh anggota untuk mengolah skill atau teknik bernyanyi yang tidak mungkin dibahas saat latihan reguler. Anggota harus mempersiapkan sendiri dana setiap bulannya untuk mengikuti kegiatan les privat dengan jadwal pertemuan adalah empat kali pertemuan dalam satu bulan. Pengurus MCUC memfasilitasi dengan mendatangkan pelatih ke kampus sehingga anggota dapat lebih mudah menyesuaikan jadwal les dengan jadwal perkuliahan. Maranatha Christian University Choir merupakan sebuah organisasi mahasiswa, sehingga walaupun bentuknya adalah sebuah paduan suara namun seluruh anggota juga memiliki tugas untuk menjalankan kegiatan keorganisasian. Para anggota dituntut oleh universitas untuk belajar mengembangkan kemampuan berorganisasi disamping mengikuti kegiatan latihan. Menjadi pengurus organisasi serta menjadi panitia dalam berbagai kegiatan MCUC merupakan tugas seluruh anggota. Anggota juga dituntut untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan selain konser, baik sebagai panitia ataupun sebagai peserta, seperti kegiatan Ngariung yang merupakan kegiatan penerimaan anggota baru, Poelang Kampung atau perayaan HUT MCUC, konser siswa atau pementasan menyanyi secara solo sebagai tempat untuk menampilkan perkembangan anggota dari program les privat, kompetisi di dalam dan luar negeri, serta kegiatan-kegiatan pendukung lainnya seperti mengikuti job serta pelayanan ke gereja-gereja. Aturan-aturan lain yang juga harus dipatuhi oleh anggota MCUC adalah dengan menghadiri latihan reguler minimal 80% dari total jadwal latihan sebagai salah satu syarat mengikuti sebuah konser. Ketidakhadiran atau kerlambatan tanpa

6 6 alasan atau ijin khusus sebelumnya pun akan dikenakan denda sesuai dengan aturan yang telah disepakati bersama. Denda juga berlaku pada beberapa kegiatan serta situasi yang juga sudah terdapat di dalam peraturan kepengurusan MCUC yang sudah terlebih dahulu disepakati oleh seluruh anggota dalam setiap rapat pleno kepengurusan baru MCUC. Denda yang berlaku adalah dengan membayarkan sejumlah uang sesuai dengan kesepakatan antara pengurus dengan anggota pada setiap pelanggaran. Dengan tuntutan serta kewajiban menjadi anggota yang seperti demikian, membuat kebanyakan anggota menjadi enggan untuk mempertahankan keanggotaannya walaupun sebenarnya dengan berproses di dalam MCUC, anggota memiliki kesempatan yang sangat besar untuk dapat mengembangkan bakat serta hobi mereka dalam hal bernyanyi. Hal ini dikarenakan anggota merasa keberatan dengan segala tuntutan yang ada di MCUC mengingat tuntutan utama mereka yang adalah menyelesaikan studi sebagai mahasiswa juga sudah sangat menyita waktu serta tenaga. Salah satu keuntungan yang sebenarnya didapatkan oleh anggota MCUC adalah mengembangkan kemampuan bernyanyi paduan suara dengan salah satu pelatih berkualitas seperti Agustinus Bambang Jusana. Selain itu MCUC juga memberikan kesempatan kepada para anggotanya untuk mengembangkan soft skill dengan cara bergabung menjadi pengurus ataupun menjadi panitia dalam berbagai kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh MCUC. Keuntungan lainnya seperti mendapatkan pengalaman untuk kompetisi ke luar negeri juga memperluas relasi dengan berbagai perusahaan atau instansi saat berorganisasi. Dengan

7 7 banyaknya kesempatan serta keuntungan yang mungkin didapatkan oleh para anggota MCUC, diharapkan anggota mampu memenuhi tuntutan yang diberikan oleh MCUC untuk menggapai keberhasilan-keberhasilan tersebut bersama anggota lainnya di dalam organisasi ini. Menurut hasil wawancara yang dilakukan pada Januari 2014, Agustinus Bambang Jusana, pelatih yang sudah mendampingi MCUC selama hampir 14 tahun, anggota-anggota MCUC memiliki materi suara dasar yang baik, namun memang pengetahuan mengenai teknik bernyanyi yang baik masih belum dimiliki para anggota. Sebagian besar anggota memiliki kemampuan untuk bernyanyi dalam paduan suara, namun kemampuan tersebut tidak ditunjang dengan penguasaan teknik bernyanyi yang baik pula sehingga dengan banyaknya hambatan serta kesulitan yang dijumpai saat berproses di dalam MCUC, menyebabkan semangat anggota mudah hilang. Hal yang serupa juga dikemukakan oleh salah seorang senior MCUC yang juga merupakan salah satu pendiri organisasi ini. Robert Aloey atau yang biasa dipanggil Papi, saat wawancara pada Januari 2014 menjelaskan bahwa MCUC sedang mengalami kemunduran yang sangat signifikan dari segi regenerasi keanggotaannya. Sangat sedikit anggota baru yang bertahan mengikuti kegiatankegiatan MCUC, sedangkan MCUC tidak bisa selalu mengandalkan senior-senior yang sudah harus meninggalkan organisasi ini dikarenakan telah menyelesaikan studinya di UKM. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, terlihat bahwa perilaku yang ditampilkan oleh para anggota MCUC kurang menunjukkan perilaku ke arah

8 8 positif sesuai dengan harapan para pengurus serta kurang sesuai dengan kewajiban sebagaimana yang seharusnya dipenuhi oleh setiap anggota. Hal tersebut menyebabkan tidak terciptanya keterikatan serta keterlibatan yang kuat antara anggota dengan organisasi sehingga memicu permasalahan-permasalahan muncul di dalam MCUC. Berdasarkan data yang dimiliki oleh pengurus MCUC tahun akademik , 50% anggota baru menyatakan diri untuk keluar dari organisasi pada akhir semester pertama perkuliahannya, yang artinya mereka bertahan di dalam organisasi MCUC hanya selama enam bulan. Berdasarkan data tersebut, dalam satu tahun MCUC kehilangan anggota sebanyak 70%. Data yang hampir sama juga diperoleh dari kepengurusan tahun akademik sebelumnya, yaitu , dimana sebanyak 60% anggota baru mengundurkan diri dari organisasi ini pada akhir dari semester pertama perkuliahan mereka, diikuti oleh pengunduran diri anggota lama secara perlahan. Hasil yang sama, bahkan lebih signifikan didapatkan dari kepengurusan tahun , dimana 80% anggota baru mengundurkan diri setelah konser natal The Ceremony of Carol, yang juga merupakan akhir dari semester pertama perkuliahan para anggota baru. Hal tersebut di atas, dirasakan oleh pengurus MCUC tahun akademik yang juga mengalami hal yang sama, dan dirasakan sebagai masalah yang sangat berat dan meresahkan karena keberadaan anggota di dalam sebuah organisasi merupakan hal utama bahkan sumber daya manusia merupakan aset utama dari sebuah organisasi, terutama bagi sebuah organisasi nirlaba (non-profit organization). Anggota yang potensial sangat penting keberadaannya untuk

9 9 pencapaian misi, tujuan, dan pencapaian hasil organisasi. Anggota juga menjadi bagian yang penting dalam menentukan keberhasilan suatu organisasi, serta untuk meningkatkan kualitas organisasi agar dapat tetap bertahan di dalam persaingan dengan organisasi lain yang serupa. Fenomena yang ditunjukkan oleh para anggota MCUC ini mengarah pada konsep komitmen organisasi. Komitmen organisasi merupakan unsur psikologis yang menunjukkan karakteristik relasi antara karyawan dengan organisasi yang berpengaruh pada keputusan karyawan untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi (Meyer & Allen, 1997). Komitmen organisasi akan mendorong para anggota MCUC untuk mempertahankan keanggotaannya serta menjalankan tugas-tugas, seperti mengikuti latihan ataupun menjadi pengurus atau panitia kegiatan dengan semangat dan akan memberikan performa terbaik yang dimiliki oleh individu tersebut. Meyer & Allen (1997) mengklasifikasikan komitmen organisasi ke dalam tiga komponen, yaitu affective commitment (want to), continuance commitment (need to), dan normative commitment (ought to). Berdasarkan perilaku seperti yang dijelaskan di atas, yang menjadi asumsi peneliti adalah, bahwa prestasi MCUC sebagai paduan suara yang telah meraih banyak prestasi berskala nasional bahkan hingga internasional akan menurun, sejalan dengan penurunan jumlah anggota yang signifikan setiap tahunnya. Namun yang membuat peneliti tertarik dengan fenomena dalam organisasi MCUC ini adalah, meskipun permasalahan turn over di dalam organisasi ini sangat signifikan, organisasi ini masih dapat berdiri dan menunjukkan prestasi yang baik bahkan mengalami peningkatan prestasi dimana pada tahun 2014 MCUC masih

10 10 mampu mengukir prestasi yang gemilang di kancah internasional dengan menjuarai kompetisi 10 th Internationaler Chorwettbewerb, di Landkreis Miltenberg, Jerman. Selain itu, keingintahuan pengurus mengenai dominansi komponen komitmen organisasi yang dimiliki oleh para anggotanya dimana diindikasikan memiliki kaitan dengan mengapa MCUC mengalami keadaan seperti sekarang ini, yaitu banyak absenteeism, turnover serta berbagai permasalahan lainnya mendorong peneliti untuk melakukan penelitian ini. Pengurus MCUC memiliki keinginan untuk tetap mempertahankan bahkan ingin selalu meningkatkan prestasi MCUC, untuk itu dibutuhkan sumber daya manusia yang memiliki komitmen yang kuat. Hingga saat ini juga masih belum terdapat data statistik mengenai dominansi komponen komitmen organisasi pada anggota paduan suara MCUC. Berdasarkan fenomena serta alasan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Studi Deskriptif Mengenai Dominansi Komponen Komitmen Organisasi pada Anggota Maranatha Christian University Choir di Kota Bandung. 1.2 Identifikasi Masalah Bagaimana gambaran mengenai dominansi komponen komitmen organisasi yang dimiliki oleh para anggota Maranatha Christian University Choir.

11 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai komponen-komponen komitmen organisasi pada anggota Maranatha Christian University Choir Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dominansi komponen komitmen organisasi pada anggota Maranatha Christian University Choir melalui gambaran mengenai komponen-komponennya, yaitu affective commitment, continuance commitment, dan normative commitment. 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan Ilmiah 1. Memberikan informasi tambahan kepada bidang Psikologi, khususnya Psikologi Industri dan Organisasi mengenai gambaran dominansi komponen komitmen organisasi pada organisasi paduan suara mahasiswa. 2. Memberikan informasi kepada peneliti lain yang tertarik untuk meneliti topik yang serupa.

12 Kegunaan Praktis 1. Memberikan informasi kepada para anggota Maranatha Christian University Choir mengenai dominansi komponen komitmen organisasi yang dimiliki beserta faktor-faktor yang memengaruhinya. 2. Memberikan informasi kepada ketua serta pengurus Maranatha Christian University Choir mengenai dominansi komponen komitmen organisasi yang ada di dalam Maranatha Christian University Choir sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam usaha memecahkan berbagai macam permasalahan di dalam Maranatha Christian University Choir. 3. Memberikan informasi kepada PR III, selaku penanggungjawab mengenai kegiatan kemahasiswaan agar lebih mengetahui serta memahami mengenai permasalahan yang dihadapi unit kegiatan Maranatha Christian University Bandung sehingga dapat memberikan masukan sebagai bentuk intervensi lebih lanjut. 1.5 Kerangka Pikir Anggota MCUC merupakan mahasiswa aktif yang memiliki usia antara 19 tahun hingga 23 tahun. Individu yang berada pada rentang umur tersebut ditandai dengan adanya perjuangan antara membangun pribadi yang mandiri dan menjadi terlibat secara sosial (Santrock, 2013). Masa muda merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Individu muda ini, diharapkan mampu memainkan peran baru kemudian

13 13 mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan-keinginan serta nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru yang dimilikinya. Individu pada usia ini diharapkan mulai menerima tanggungjawab sebagai seorang yang sudah menjadi dewasa yang mampu menyelesaikan segala permasalahannya secara mandiri serta mengambil keputusan-keputusan yang menyangkut dengan kehidupannya secara dewasa. Fase transisi dari SMA ke universitas dikatakan juga sebagai fase emerging adulthood (Santrock, 2013). Sewaktu menjadi dewasa, orang-orang muda mengalami perubahan tanggungjawab dari seorang pelajar yang sepenuhnya tergantung kepada orangtua menjadi dewasa serta mandiri. Hal tersebut mengakibatkan mereka mampu menentukan pola hidup yang baru, memikul tanggung jawab yang baru, serta membuat komitmen-komitmen yang baru dalam hidupnya secara mandiri. Anggota MCUC juga sedang beranjak menjadi individu dewasa dini yang mampu menentukan pilihannya sendiri untuk bergabung di dalam MCUC, kemudian mengatur serta menentukan pola kegiatan serta kehidupan sehari-hari secara mandiri disamping tetap bertanggungjawab terhadap tugas utamanya yaitu menjalankan kewajibannya sebagai mahasiswa serta menyelesaikan studi di universitas. Beberapa ciri individu muda menurut Santrock (2013), diantaranya adalah kemampuan kognitif yang mengalami perkembangan sangat baik menuju ke arah pemikiran beragam, tidak lagi berpikir secara individualistik. Kemudian individu muda ini juga mulai menginjak ke fase mencapai prestasi (achieving stage), dimana segala perilaku yang dilakukan diarahkan kepada tujuan jangka panjang

14 14 maupun jangka pendek, sesuai dengan goal yang ingin diraih. Niat serta kemauan dibangun untuk mencapai tujuan tersebut. Istilah kunci yang penting yang harus dipegang pada masa dewasa awal ini adalah adjustment. Agar dapat bertahan, sebuah organisasi membutuhkan anggota yang berkualitas, berkompeten, serta memiliki komitmen terhadap organisasi tempatnya bernaung (Meyer & Allen, 1997). Demikian halnya dengan para anggota MCUC yang harus memiliki komitmen agar mampu bertahan serta mau peduli dan berjuang demi kemajuan MCUC. Keberlangsungan perkembangan dari suatu organisasi bergantung kepada anggotanya. Pemberian gagasan serta ide untuk perkembangan organisasi serta mampu menunjukkan hasil kerja yang optimal membuat organisasi yang sedang berada di dalam masa krisis dapat bangkit kembali. Meyer & Allen (1997) berpendapat bahwa komitmen terhadap organisasi merupakan suatu keadaan psikologis tertentu yang menimbulkan keterikatan anggota terhadap organisasi, dan mempunyai implikasi terhadap keputusan yang diambil untuk terus menjadi anggota organisasi meskipun mengalami berbagai kesulitan dalam tugas-tugasnya, dan ikut serta dalam pencapaian tujuan organisasi. Keadaan psikologis ini memiliki kekuatan pengikat (binding force) sehingga dapat mengikat seseorang pada organisasi. Keadaan psikologis yang merupakan karakteristik hubungan antara anggota dengan organisasinya meliputi need, want, dan ought to, dan 3 hal tersebut akan mendasari perilaku individu ketika bergabung pada suatu organisasi tertentu.

15 15 Meyer & Allen (1997) menambahkan bahwa anggota akan tetap bertahan dalam organisasi meskipun mengalami kesulitan dan masalah dalam tugastugasnya, melakukan tugas secara teratur, mau bekerja lebih banyak (di luar job desc-nya), melindungi aset atau inventaris organisasi dan ikut serta dalam usaha pencapaian tujuan organisasi apabila anggota tersebut memiliki komitmen terhadap organisasi. Setiap anggota akan menampilkan sikap dan perilaku yang mungkin sama terhadap sebuah organisasi, walaupun memiliki dasar keterikatan komitmen organisasi yang berbeda. Komitmen terhadap organisasi tersebut dibagi ke dalam tiga komponen oleh Meyer & Allen (1997), yaitu affective commitment, continuance commitment dan normative commitment. Meyer & Allen menjelaskan bahwa pada diri setiap manusia, pasti akan memiliki ketiganya, namun seseorang memiliki satu komponen yang menjadi dasar keterikatannya untuk berkomitmen dan akan menjadi alasan utama bagi dirinya dalam menentukan sikap. Komponen komitmen organisasi yang pertama ialah affective commitment, yang berkaitan dengan hubungan emosional anggota organisasinya, identifikasi dengan organisasi serta keterlibatan anggota dengan kegiatan di dalam organisasi. Anggota organisasi dengan affective commitment yang kuat akan terus menjadi anggota dalam organisasi tersebut dan juga akan menyenangi keanggotaannya di dalam organisasi karena mereka menginginkan hal tersebut (want to). Anggota akan menikmati keanggotaannya serta memutuskan untuk tetap berada di dalam organisasi berdasarkan perasaan keterlibatan dari kontribusi yang melibatkan ikatan emosional serta afeksi terhadap organisasi. Pada anggota yang memiliki affective commitment kuat, terdapat keyakinan bahwa terdapat kesamaan antara

16 16 tujuan serta nilai-nilai di dalam organisasi yang sama dengan yang dimiliki secara pribadi. Komitmen ini tidak hanya menggambarkan loyalitas pasif namun sumbangan aktif dari anggota terhadap organisasinya, sehingga melalui komitmen ini akan terbentuk sense of belonging yang kuat terhadap organisasi karena anggota merasakan berbagai pengalaman positif yang menimbulkan perasaan nyaman. Anggota MCUC yang memiliki affective commitment yang kuat akan memiliki motivasi yang besar dan keinginan (desire) untuk memberikan kontribusi maksimal kepada MCUC. Hal ini ditunjukkan dengan kecenderungan untuk mengerjakan tugas-tugas dengan sungguh-sungguh, tepat pada waktunya, dan mengerjakan semua tugas tersebut dengan perasaan senang serta tulus. Anggota merasakan adanya ikatan emosional yang positif dengan organisasi, sehingga akan berkontribusi maksimal dengan sepenuh hati pada organisasi tersebut. Tingkat affective commitment yang kuat juga dapat dilihat dari absensi atau tingkat kehadiran, dimana tercermin dalam bentuk perilaku anggota MCUC yang akan selalu hadir dalam setiap latihan dengan senang hati tanpa paksaan. Bentuk perilaku lain yang akan ditampilkan apabila anggota MCUC memiliki affective commitment yang kuat adalah anggota akan berusaha untuk mengikuti segala kegiatan yang diadakan oleh MCUC seperti olahraga bersama, job, konser dan sebagainya, juga merasa bangga dan betah bekerja serta berkegiatan bersama anggota lain di dalam MCUC. Anggota MCUC yang menunjukkan affective commitment yang lemah, memiliki kecenderungan motivasi yang kecil dan keinginan yang kurang untuk memberikan kontribusi

17 17 kepada organisasi, serta tingkat kehadiran yang lebih rendah. Anggota tersebut kurang termotivasi untuk mengerjakan tugasnya, dan apabila ia mengerjakan tugas pun, ada perasaan terpaksa dan tidak senang akan tugas yang diberikan kepadanya, sehingga hasil kerja menjadi kurang maksimal. Keterikatan emosional pada anggota yang menunjukkan affective commitment lemah, tidak kuat terhadap MCUC. Komponen komitmen organisasi yang kedua ialah continuance commitment, berkaitan dengan kesadaran serta pertimbangan anggota organisasi yang akan mengalami kerugian jika meninggalkan organisasi. Anggota organisasi yang memiliki continuance commitment yang kuat akan bertahan dalam organisasi, karena mereka membutuhkannya (need to). Pertimbangan yang mendasarinya antara lain kalkulasi anggota mengenai kontribusi yang sudah ia berikan kepada organisasi (waktu, tenaga, usaha). Pertimbangan lainnya berkaitan dengan alternatif peluang mendapatkan kesempatan berorganisasi yang lebih baik di luar organisasi yang sekarang diikutinya. Besar atau kecilnya peluang berorganisasi di luar organisasi akan mempengaruhi perkembangan continuance commitment. Di samping kedua hal tersebut, Dunham, Grube & Castaneda (1994) melihat (dalam Meyer & Allen, 1997) bahwa faktor usia dan lama kerja turut mempengaruhi continuance commitment. Tingkat usia membatasi keinginan seseorang untuk berpindah-pindah organisasi. Anggota yang telah lama bergabung dalam suatu organisasi akan merasa bahwa investasi yang telah ada tidak dapat tergantikan bila ia meninggalkan organisasi. Dengan demikian komitmen ini hanya berorientasi pada kepentingan pribadi anggota sendiri.

18 18 Anggota MCUC yang memiliki continuance commitment yang kuat akan tetap bertahan di dalam organisasi untuk menghindari kerugian, walaupun di sisi lain ia merasakan banyak waktu, tenaga, usaha, serta materi yang dikeluarkan untuk bertahan di MCUC. Keadaan lelah saat ikut aktif dalam kegiatan-kegiatan MCUC juga tidak cukup melemahkan komitmen anggota yang memiliki continuance commitment kuat karena kerugian yang akan dialami dirasakan lebih besar apabila mereka memutuskan untuk keluar dari MCUC. Anggota MCUC juga akan tetap bertahan di dalam MCUC walaupun ia tidak merasakan adanya kedekatan emosional yang terjadi dengan MCUC karena yang dipikirkan hanya kepentingan untuk pribadinya sendiri yang ingin dicapai. Anggota ini akan berpendapat bahwa keputusan untuk keluar dari MCUC, akan membawa kerugian, yaitu kehilangan kesempatan untuk dikenal sebagai mahasiswa aktif di universitas, dikenal di kalangan anggota paduan suara mahasiswa, kehilangan kesempatan untuk jalan-jalan ke luar negeri, mendapatkan beasiswa melalui jalur prestasi non-akademik, dan sebagainya. Berbeda dengan anggota MCUC yang memiliki continuance commitment yang lemah yang merasa tidak memiliki kebutuhan untuk terus berada di dalam MCUC sehingga anggota ini akan meninggalkan organisasi karena merasa tidak ada lagi keuntungan yang didapatkan apabila tetap mempertahankan keanggotaannya. Anggota juga tidak memperdulikan kerugian yang akan dialami jika harus keluar dari MCUC. Komponen yang ketiga ialah normative commitment yang menggambarkan perasaan keterikatan serta keyakinan untuk terus berada dalam organisasi sebagai

19 19 bentuk tanggung jawab dan kewajiban. Normative commitment mencerminkan seberapa besar loyalitas seorang anggota terhadap organisasi. Keputusan untuk tetap berada di dalam organisasi karena hal tersebut dipandang sebagai suatu keharusan serta bentuk tanggungjawab terhadap organisasi. Kata kunci komponen ini adalah ought to. Meyer & Allen menjelaskan bahwa hal tersebut dilakukan dengan alasan menghindari pandangan buruk dari lingkungan yang akan muncul apabila seseorang memutuskan untuk berhenti dari suatu organisasi, karena keyakinan bahwa bertahan di dalam organisasi yang dipilihnya sendiri merupakan suatu perbuataan yang dipandang benar dan perbuatan moral. Anggota MCUC yang memiliki normative commitment yang kuat adalah anggota yang merasa harus (ought to) berada dan menjadi bagian dalam organisasi (Meyer & Allen, 1997) dan yakin bahwa sudah seharusnya seorang anggota MCUC bertanggung jawab terhadap tugasnya sebagai anggota demi mencapai tujuan organisasi. Bentuk perilaku yang muncul adalah anggota merasa terikat dengan organisasi karena adanya keharusan atau janji (obligation) dan tanggung jawab akan tugas (duty). Perasaan seperti ini dapat memotivasi anggota MCUC untuk bertingkahlaku yang sesuai dan melakukan hal yang benar untuk organisasinya. Anggota akan setia serta bertanggung jawab dalam melakukan tugasnya dengan mengerjakan tugasnya secara tepat waktu, memberikan kontribusi dengan mengikuti job, hadir dalam latihan, mengikuti konser, dan melakukan hal yang menjadi tugas seorang anggota aktif MCUC. Sedangkan anggota yang memiliki normative commitment yang lemah tidak merasa bahwa

20 20 mereka memiliki keharusan atau janji, sehingga mereka mengabaikan tanggung jawab akan tugas yang diberikan oleh organisasi terhadap dirinya. Meyer & Allen (1997) mengungkapkan lebih lanjut bahwa setiap karyawan memiliki dominansi komponen komitmen yang berbeda-beda. Hal ini didasarkan pada derajat komponen yang pasti berbeda-beda pada masing-masing anggota organisasi. Perilaku yang ditampilkan oleh masing-masing anggota mungkin sama, namun alasan yang mendasari seseorang berperilaku demikianlah yang akan berbeda sesuai dengan derajat dominansi komponen komitmen organisasi masing-masing individu. Komponen komitmen yang paling menonjol dari diri anggota tersebutlah yang pada akhirnya akan memberikan corak pada dominansi komponen komitmen yang akan ditampilkan oleh anggota tersebut. Komponen yang paling menonjol itulah yang dikatakan oleh Meyer & Allen, akan menjadi dasar keterikatan komitmen seseorang terhadap organisasi dimana mereka berada. Hal tersebutlah yang akan menentukan atau menjadi alasan utama mengapa seseorang mempertahankan keanggotaannya di dalam suatu organisasi. Perbedaan derajat komitmen tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu karakteristik organisasi, karakteristik individu, dan pengalaman kerja (Meyer & Allen, 1997). Karakteristik organisasi meliputi struktur organisasi dan kebijakan organisasi. Struktur organisasi berpengaruh terhadap affective commitment, seperti misalnya desentralisasi dalam sebuah organisasi akan berpengaruh terhadap kuatnya affective commitment seseorang (Bateman & Strasser, 1984; Morris & Steers, 1980 dalam Meyer & Allen, 1997).

21 21 Kebijakan sebuah organisasi juga menciptakan korelasi yang positif antara persepsi keadilan peraturan dan affective commitment. Sejumlah kebijakan di dalam sebuah organisasi yang dirasakan adil dan bermanfaat bagi para anggotanya, akan menggambarkan penerimaan terhadap kebijakan tersebut sehingga menimbulkan efek yang positif bagi affective commitment. Mengenai cara sebuah organisasi dalam menetapkan kebijakan juga memiliki hubungan dengan affective commitment. Seperti misalnya affective commitment yang kuat diperlihatkan oleh anggota yang percaya bahwa organisasi tempat bernaungnya tersebut memberikan penjelasan yang adekuat mengenai kebijakan organisasi yang positif (Konovsky & Cropanzano, 1991 dalam Meyer & Allen, 1997). Faktor kedua yang mempengaruhi derajat komitmen organisasi seorang anggota organisasi adalah karakteristik individu, meliputi usia dan lamanya berada di dalam organisasi. Usia menunjukkan catatan biografis lamanya masa hidup seseorang yang sewaktu menjadi dewasa, orang-orang muda mengalami perubahan tanggungjawab dari seseorang yang sepenuhnya tergantung kepada orang tua menjadi orang dewasa mandiri, maka mereka menentukan pola hidup baru, memikul tanggung jawab baru dan membuat komitmen-komitmen yang baru (Santrock, 2013). Umumnya orang-orang yang berusia lebih tua, memiliki komitmen organisasi yang kuat dibandingkan dengan mereka yang berusia lebih muda. Seseorang yang lebih tua atau dewasa dalam usia, biasanya akan memiliki pandangan atau pemikiran yang lebih serius dalam menanggapi konsep tanggungjawab serta komitmen dalam kehidupannya.

22 22 Lamanya berada di dalam organisasi merupakan lamanya seseorang bergabung menjadi bagian di dalam suatu organisasi. Berdasarkan penelitian Mathieu dan Zajac (Meyer & Allen, 1997) ditemukan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara masa jabatan dengan affective commitment. Hubungan yang kuat antara lamanya berada di dalam organisasi dan affective commitment dapat dilihat dari seorang anggota yang sudah lama bergabung dalam suatu organiasi. Anggota tersebut telah mengetahui seluk beluk, baik atau buruk dari organisasi yang diikutinya tersebut, maka akan muncul rasa keterikatan secara emosional antara anggota dengan organisasi tersebut. Faktor yang terakhir yang juga memengaruhi derajat komitmen organisasi seseorang adalah pengalaman kerja, yang meliputi tantangan tugas-tugas, relasi dengan pemimpin, dan pengalaman bersosialisasi. Pengalaman kerja yang menyenangkan dan kepuasan kerja memiliki korelasi positif dengan normative commitment. Semakin tinggi kepuasan kerja seorang anggota yang didapatkan melalui pengalaman kerja yang menyenangkan akan menghasilkan semakin kuatnya normative commitment karyawan tersebut. Karakteristik tugas-tugas merupakan tantangan, yaitu sejauh mana hasil pekerjaannya menunjukkan kreatifitas dan membutuhkan tanggung jawab (Dorstein & Matalon, 1989, dalam Meyer & Allen, 1997). Individu yang lebih tertantang dan menganggap tugasnya menarik akan memiliki komitmen yang lebih kuat. Ketidakjelasan peran atau kurangnya pengertian akan hak dan kewajibannya juga dapat mengurangi komitmen seseorang (Meyer & Allen, 1997). Selain itu, adanya konflik peran perbedaan antara tuntutan tugas dengan

23 23 tuntutan fisik, harapan dan nilai-nilai pribadi juga dapat mengurangi komitmen seseorang pada organisasinya, sehingga yang termasuk dalam pengalaman kerja adalah sejauh mana individu merasa dihargai dan dibutuhkan. Semakin seseorang merasa dihargai atau dibutuhkan, maka komitmennya juga akan semakin kuat. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai imbalan ekstrinsik bagi seorang anggota organisasi, dimana imbalan ekstrinsik ini dapat menjadi rangsangan bagi individu untuk mempertahankan keanggotaannya (Meyer & Allen, 1997). Selain itu relasi anggota dengan pemimpin atau leader di dalam sebuah organisasi dapat juga membangun affective commitment anggota. Anggota yang diberikan kepercayaan serta kesempatan oleh pemimpinnya untuk turut andil dalam pengambilan keputusan-keputusan di dalam organisasi akan mengembangkan affective commitment yang kuat (e.g., Jermier & Berkers, 1979; Rhodes & Steers, 1981) dan pemimpin yang memberikan perhatian (e.g., Bycio et al., 1995; DeCotiis & Summers, 1987) serta bersikap adil (e.g., Meyer & Allen, 1990a) terhadap semua anggota akan menghasilkan anggota yang memiliki affective commitment yang kuat. Pengalaman sosialisasi yang dialami seorang anggota organisasi dikatakan dapat mempengaruhi normative commitment seseorang. Anggota yang mampu bersosialisasi dengan baik terhadap keluarga, budaya di dalam organisasi tersebut, dan dengan segala komponen yang ada di dalam organisasi akan menginternalisasi segala kebiasaan serta dinamika yang ada di dalam organisasi tersebut sehingga menjadi sebuah kepercayaan yang akan meningkatkan loyalitas anggota tersebut terhadap organisasi.

24 24 Berdasarkan hal-hal yang dikatakan dapat mempengaruhi derajat komitmen organisasi seseorang seperti yang telah dijelaskan di atas, maka setiap orang akan memiliki dominansi komponen komitmen organisasi yang berbeda-beda derajatnya yang akan mempengaruhi sikap mereka terhadap organisasi yang diikutinya, seperti unjuk kerja, turnover, serta absenteeism anggota di dalam organisasi tersebut. Faktor faktor yang mempengaruhi: Karakteristik organisasi (struktur organisasi & kebijakan organisasi) Karakteristik individu (usia & lamanya berada di dalam organisasi) Pengalaman kerja (tantangan pekerjaan, relasi dengan pemimpin, & sosialisasi) Anggota Maranatha Christian University Choir Komitmen Organisasi DOMINANSI KOMPONEN KOMITMEN ORGANISASI: Affective Commitment Continuance Commitment Normative Commitment Komponen Komitmen Organisasi: Affective commitment Continuance commitment Normative commitment 1.1 Bagan Kerangka Pikir

25 Asumsi Berdasarkan kerangka pikir yang dikemukakan di atas maka peneliti menarik beberapa asumsi bagi penelitian ini, yaitu sebagai berikut : 1. Komitmen organisasi dari anggota Maranatha Christian University Choir terdiri dari tiga komponen, yaitu affective commitment, continuance commitment, dan normative commitment. 2. Dengan derajat yang berbeda-beda dari ketiga komponen komitmen organisasi tersebut maka dihasilkan dominansi komponen komitmen organisasi yang berbeda-beda bagi setiap anggota Maranatha Christian University Choir. 3. Dominansi komponen komitmen organisasi anggota Maranatha Christian University Choir dipengaruhi oleh faktor karakteristik organisasi, karakteristik individu, dan pengalaman kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada jalur formal di Indonesia terbagi menjadi empat jenjang, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada jalur formal di Indonesia terbagi menjadi empat jenjang, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada jalur formal di Indonesia terbagi menjadi empat jenjang, yaitu pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (Ormas) maka kemerdekaan Indonesia akan sulit diwujudkan ketika itu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (Ormas) maka kemerdekaan Indonesia akan sulit diwujudkan ketika itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari peran Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) dalam mengusir penjajah di bumi pertiwi, salah satunya adalah organisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang senantiasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang senantiasa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang senantiasa memprioritaskan pembangunan diberbagai bidang. Salah satu indikatornya dapat terlihat dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Olahraga dapat dilakukan oleh semua orang, baik muda atau orang tua,

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Olahraga dapat dilakukan oleh semua orang, baik muda atau orang tua, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan suatu kegiatan yang melibatkan fisik dan mental seseorang. Olahraga dapat dilakukan oleh semua orang, baik muda atau orang tua, laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai. Salah satu tujuan utama yang ingin dicapai oleh perusahaan adalah mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Rumah Sakit sebagai tempat layanan kesehatan publik makin dituntut

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Rumah Sakit sebagai tempat layanan kesehatan publik makin dituntut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah Sakit merupakan salah satu tempat pelayanan umum di bidang kesehatan. Rumah Sakit sebagai tempat layanan kesehatan publik makin dituntut untuk menyediakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembagian karyawan menjadi karyawan tetap dan karyawan kontrak, baik perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pembagian karyawan menjadi karyawan tetap dan karyawan kontrak, baik perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, banyak perusahaan yang telah menetapkan pembagian karyawan menjadi karyawan tetap dan karyawan kontrak, baik perusahaan swasta maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia dan akan berpengaruh langsung terhadap pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia dan akan berpengaruh langsung terhadap pembentukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan penting dalam keseluruhan aspek kehidupan manusia dan akan berpengaruh langsung terhadap pembentukan kepribadian manusia. Di samping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Perkembangan jaman yang semakin maju berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Perkembangan jaman yang semakin maju berdampak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan jaman yang semakin maju berdampak pada perkembangan industri untuk semakin maju dan siap melayani kebutuhan dan perubahan yang ada dalam masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup. Manusia harus bertahan dalam. mempertahankan kehidupannya dengan beragam cara yang dimilikinya.

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup. Manusia harus bertahan dalam. mempertahankan kehidupannya dengan beragam cara yang dimilikinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya setiap manusia menginginkan agar dapat memenuhi kebutuhan hidup. Manusia harus bertahan dalam mempertahankan kehidupannya dengan beragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam sebuah organisasi memiliki peran sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam sebuah organisasi memiliki peran sentral dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sebuah organisasi memiliki peran sentral dalam menggerakkan roda perkembangan dan laju produktivitas organisasi. Mengingat peran yang cukup dominan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterima dan dikonsumsi oleh konsumen serta bermanfaat bagi mereka. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. diterima dan dikonsumsi oleh konsumen serta bermanfaat bagi mereka. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada abad ke-21 ini, semakin banyak perusahaan yang didirikan. Setiap perusahaan berusaha melakukan yang terbaik agar produk yang dihasilkan dapat diterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memproduksi barang-barang yang berkualitas demi meningkatkan daya

BAB I PENDAHULUAN. untuk memproduksi barang-barang yang berkualitas demi meningkatkan daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perusahaan atau organisasi di Indonesia semakin lama semakin pesat, terutama pada era globalisasi saat ini. Hal ini menuntut setiap perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan tersebut begitu terasa dan terus meningkat ke arah yang semakin maju. Untuk mengantisipasinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu elemen penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu elemen penting dalam kehidupan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu elemen penting dalam kehidupan manusia untuk tumbuh dan berkembang. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam keseluruhan aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pencapaian tujuan tersebut, perusahaan membutuhkan tenaga-tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pencapaian tujuan tersebut, perusahaan membutuhkan tenaga-tenaga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan memiliki tujuan atau target tertentu yang hendak dicapai. Dalam pencapaian tujuan tersebut, perusahaan membutuhkan tenaga-tenaga profesional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No. 3 tahun 1982, perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No. 3 tahun 1982, perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Berdasarkan UU No. 3 tahun 1982, perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang tetap dan terus menerus yang didirikan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala bidang, diantaranya politik, sosial, ekonomi, teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala bidang, diantaranya politik, sosial, ekonomi, teknologi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, perkembangannya meliputi segala bidang, diantaranya politik, sosial, ekonomi, teknologi dan pendidikan. Dengan

Lebih terperinci

Contoh Komitmen Karyawan terhadap Perusahaan / Organisasi di PT. Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia)

Contoh Komitmen Karyawan terhadap Perusahaan / Organisasi di PT. Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) Contoh Komitmen Karyawan terhadap Perusahaan / Organisasi di PT. Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) a. Ingin memberikan yang terbaik bagi perusahaan. b. Ingin mengembangkan pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bertujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba. Perusahaan terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. dan bertujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba. Perusahaan terdiri atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu organisasi atau badan usaha profit dimana aktivitas dari perusahaan ini mencakup aktivitas ekonomi yang bersifat komersial dan bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu perguruan tinggi terdapat proses belajar dan mengajar, proses ini

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu perguruan tinggi terdapat proses belajar dan mengajar, proses ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam suatu perguruan tinggi terdapat proses belajar dan mengajar, proses ini lebih spesifik dibanding tingkat SMA. Disiplin ilmu yang disediakan merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Universitas Islam Indonesia (UII) yang dikenal sebagai kampus yang berbasis islam dan juga memberikan fasilitas untuk pengembangan diri pada mahasiswa melalui

Lebih terperinci

REVIVE THE BATAK CULTURE*

REVIVE THE BATAK CULTURE* REVIVE THE BATAK CULTURE* Paduan Suara Mahasiswa Universitas Kristen Maranatha, Bandung dan Merdi Sihombing *Revive The Batak Culture, sesuai dengan definisinya,merupakan suatu pagelaran seni budaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam bidang ekonomi, politik, budaya, pendidikan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam bidang ekonomi, politik, budaya, pendidikan dan teknologi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kondisi dunia saat ini banyak terjadi perkembangan di segala bidang. Termasuk dalam bidang ekonomi, politik, budaya, pendidikan dan teknologi. Berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung merupakan salah satu kota pariwisata karena memiliki asset

BAB I PENDAHULUAN. Bandung merupakan salah satu kota pariwisata karena memiliki asset 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bandung merupakan salah satu kota pariwisata karena memiliki asset pemandangan yang indah dan udaranya yang sejuk. Didukung pula dengan kota Bandung sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat baik yang bergerak di bidang produksi barang maupun jasa.

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat baik yang bergerak di bidang produksi barang maupun jasa. BAB I PENDAHULUAN 1.I Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan pembangunan di Indonesia, jumlah perusahaan semakin meningkat baik yang bergerak di bidang produksi barang maupun jasa. Kondisi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan Steers, 1982;

BAB II LANDASAN TEORI. berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan Steers, 1982; BAB II LANDASAN TEORI A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen Organisasi Komitmen organisasi dapat didefenisikan dengan dua cara yang amat berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan organisasi pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, karena merupakan salah satu sarana penting untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. 1. Mowday, Porter, & Steers (1982,dalam Luthans,2006) tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi.

BAB II TINJAUAN TEORITIS. 1. Mowday, Porter, & Steers (1982,dalam Luthans,2006) tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi. BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Komitmen Organisasi 2.1.1 Pengertian Komitmen Organisasi 1. Mowday, Porter, & Steers (1982,dalam Luthans,2006) Komitmen organisasi paling sering didefinisikan sebagai 1) keinginan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang layanan jasa yang diberikan kepada masyarakat dalam mengatasi resiko

BAB I PENDAHULUAN. bidang layanan jasa yang diberikan kepada masyarakat dalam mengatasi resiko BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan asuransi merupakan lembaga keuangan non bank yang mempunyai peranan yang tidak jauh berbeda dari bank, yaitu bergerak dalam bidang layanan jasa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kekuatan untuk menghadapi persaingan (Cusway, 2002). terus menerus untuk mencapai tujuan (Robbins, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kekuatan untuk menghadapi persaingan (Cusway, 2002). terus menerus untuk mencapai tujuan (Robbins, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sumber daya manusia merupakan hal yang sangat penting dalam suatu organisasi, karena efektifitas dan keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada kualitas dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 12 BAB II LANDASAN TEORI Pemerintah merupakan organisasi pelayanan publik yang diharapkan dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. Pegawai negeri sipil yang merupakan pelaksana tugas-tugas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Mathis dan Jackson (2006:3), Manajemen Sumber Daya Manusia adalah rancangan sistem-sistem formal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia dipandang sebagai salah satu aset perusahaan yang penting,

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia dipandang sebagai salah satu aset perusahaan yang penting, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia dipandang sebagai salah satu aset perusahaan yang penting, karena manusia merupakan sumber daya manusia yang dinamis dan selalu dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peran sumber daya manusia dalam suatu organisasi merupakan penentu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peran sumber daya manusia dalam suatu organisasi merupakan penentu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran sumber daya manusia dalam suatu organisasi merupakan penentu yang sangat penting bagi keefektifan dan keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya.

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. a. Komitmen Organisasi paling sering didefinisikan yaitu:

BAB II URAIAN TEORITIS. a. Komitmen Organisasi paling sering didefinisikan yaitu: BAB II URAIAN TEORITIS A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen a. Komitmen Organisasi paling sering didefinisikan yaitu: 1. Keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu; 2. Keinginan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Komitmen Organisasi. Salim (dalam Martini dan Rostiana, 2003) bahwa komitmen organisasi di

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Komitmen Organisasi. Salim (dalam Martini dan Rostiana, 2003) bahwa komitmen organisasi di 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen Organisasi Komitmen bukanlah sesuatu yang bisa hadir begitu saja, karena itu untuk menghasilkan karyawan yang memiliki komitmen yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2. 1. Komitmen Organisasi Terdapat dua pendekatan dalam merumuskan definisi komitmen. Pertama melibatkan usaha untuk mengilustrasikan bahwa komitmen dapat muncul dalam berbagai bentuk,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Eximbank atau Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Eximbank atau Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia Eximbank atau Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) adalah lembaga keuangan khusus milik Pemerintah Republik Indonesia yang berdiri berdasarkan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Komitmen organisasi 1. Pengertian Komitmen merupakan perilaku seseorang terhadap organisasi atau perusahaan dimana individu tersebut bisa bersikap tegas dan berpegang teguh pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. namun juga dari kredibilitas dari universitas itu sendiri. yang di miliki oleh lembaga pendidikan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. namun juga dari kredibilitas dari universitas itu sendiri. yang di miliki oleh lembaga pendidikan tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan dewasa ini semakin maju baik dalam hal perkembangan pengetahuan dan promosi sehingga berdampak ketatnya persaingan. Dunia pendidikan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami banyak perkembangan dalam berbagai bidang. Hal ini terutama

BAB I PENDAHULUAN. mengalami banyak perkembangan dalam berbagai bidang. Hal ini terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman, Indonesia dapat dikatakan telah mengalami banyak perkembangan dalam berbagai bidang. Hal ini terutama disebabkan oleh meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Komitmen organisasional menjadi hal penting pada sebuah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Komitmen organisasional menjadi hal penting pada sebuah organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komitmen organisasional menjadi hal penting pada sebuah organisasi dalam menciptakan kelangsungan hidupnya, apapun bentuk organisasi itu dalam mencapai tujuannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komitmen organisasi perlu diperhatikan pada setiap anggota yang ada dalam organisasi.allen dan Meyer (1990: 2) menyatakan anggota dengan komitmen organisasi, memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang seni adalah masalah klasik, dimana setiap manusia tidak akan dapat menghindarkan diri

BAB I PENDAHULUAN. tentang seni adalah masalah klasik, dimana setiap manusia tidak akan dapat menghindarkan diri BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kehidupan manusia tidak akan lepas dari seni. Seni melekat pada diri setiap manusia, tetapi seni tidak akan keluar begitu saja dari diri manusia jika tidak digali

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. modal dasar pembangunan nasional. Dengan kata lain manusia adalah unsur kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. modal dasar pembangunan nasional. Dengan kata lain manusia adalah unsur kerja 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Potensi sumber daya manusia pada hakekatnya merupakan salah satu modal dasar pembangunan nasional. Dengan kata lain manusia adalah unsur kerja yang terpenting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. muda. Berdasarkan laporan yang dirilis NBL Indonesia, untuk tahun ini NBL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. muda. Berdasarkan laporan yang dirilis NBL Indonesia, untuk tahun ini NBL BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga bola basket akhir-akhir ini menunjukkan peningkatan yang sangat pesat, yaitu dengan banyaknya perkumpulan dan pertandingan serta banyaknya jumlah penonton

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebagai Non Goverment Organization dan seterusnya disebut sebagai NGO mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebagai Non Goverment Organization dan seterusnya disebut sebagai NGO mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awal abad ke 20 istilah organisasi non pemerintah atau disebut sebagai Non Goverment Organization dan seterusnya disebut sebagai NGO mulai digunakan untuk membedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan ini berdiri pada tahun 1973 sebagai sebuah home industry yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan ini berdiri pada tahun 1973 sebagai sebuah home industry yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PT. Multi Garmenjaya sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di industri produk jadi tekstil (garmen), merupakan salah satu dari beberapa perusahaan garmen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, oleh karena itu perusahaan membutuhkan manusia-manusia yang berkualitas tinggi, memiliki

BAB I PENDAHULUAN. ini, oleh karena itu perusahaan membutuhkan manusia-manusia yang berkualitas tinggi, memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan penggerak roda organisasi dalam mencapai dan mewujudkan tujuan dan sasaran yang ditetapkan organisasi, dengan kata lain sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN A. Pendahuluan Pada tahun 2014, lembaga survei internasional (Towers Watson) melakukan sebuah penelitian mengenai sumberdaya manusia dengan responden dari berbagai negara. Jumlah responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan, visi dan misi dari perusahaan. karyawan serta banyaknya karyawan yang mangkir dari pekerjaannya.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan, visi dan misi dari perusahaan. karyawan serta banyaknya karyawan yang mangkir dari pekerjaannya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu organisasi dalam melaksanakan persaingan bisnis dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia dan dukungan karyawan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi

BAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu gereja yang sudah berdiri sejak tahun 1950 di Indonesia adalah Gereja Kristen Indonesia atau yang biasa disebut GKI. GKI adalah sekelompok gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masuk kedalam dunia pekerjaan mahasiswa dituntut untuk selalu belajar meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. masuk kedalam dunia pekerjaan mahasiswa dituntut untuk selalu belajar meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa ini perguruan tinggi berperan penting dalam persiapan individu untuk masuk kedalam dunia pekerjaan mahasiswa dituntut untuk selalu belajar meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa mengalami perubahan membuat perusahaan-perusahaan. berusaha untuk mempertahankan eksistensinya, tak terkecuali dengan

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa mengalami perubahan membuat perusahaan-perusahaan. berusaha untuk mempertahankan eksistensinya, tak terkecuali dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian dan perkembangan teknologi yang senantiasa mengalami perubahan membuat perusahaan-perusahaan berusaha untuk mempertahankan eksistensinya, tak terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berbentuk perusahaan. Perusahaan merupakan badan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berbentuk perusahaan. Perusahaan merupakan badan usaha yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan dunia perbankan dan dunia usaha sekarang ini timbul lembaga keuangan seperti lembaga pembiayaan. Lembaga pembiayaan tersebut berbentuk perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Krisis keuangan global tak hanya berdampak pada sektor riil, tapi juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Krisis keuangan global tak hanya berdampak pada sektor riil, tapi juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis keuangan global tak hanya berdampak pada sektor riil, tapi juga sangat memukul sektor finansial. Bahkan angka kerugian di sektor finansial dilaporkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah belum optimal.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah belum optimal. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah merupakan salah satu organisasi pelayanan publik yang sering dianggap belum produktif dan efisien dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Sebagai penyelenggara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi/korporat (corporate social responsibilities ), workforce diversities,

BAB I PENDAHULUAN. organisasi/korporat (corporate social responsibilities ), workforce diversities, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumberdaya manusia merupakan salah satu aspek krusial yang menentukan keberhasilan misi dan visi suatu perusahaan, oleh karena itu keberadaannya mutlak dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan daya saing di era perdagangan bebas menjadi salah satu kunci ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan daya saing di era perdagangan bebas menjadi salah satu kunci ketahanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan daya saing di era perdagangan bebas menjadi salah satu kunci ketahanan industri nasional. Untuk mengukur daya saing industri nasional, salah satu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi

BAB II LANDASAN TEORI. dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Komitmen Organisasional Menurut Robbins (2008), komitmen karyawan terhadap organisasi yaitu sampai tingkat mana seorang pegawai memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak dahulu kala manusia telah mengenal musik, musik tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Musik sudah ditemukan sejak peradaban Yunani dan Romawi Kuno dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. KOMITMEN AFEKTIF 1. Pengertian Komitmen Afektif Sheldon (dalam Meyer & Allen, 1997) mendefinisikan komitmen afektif sebagai suatu attitude atau orientasi terhadap organisasi dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan elemen masyarakat yang memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan elemen masyarakat yang memiliki kekuatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan elemen masyarakat yang memiliki kekuatan intelektual moral religiusitas yang tinggi serta memiliki ilmu pengetahuan dari proses pembelajarannya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Anggaran Menurut Anthony dan Govindarajan (2006:73), anggaran merupakan alat penting perencanaan dan pengendalian jangka pendek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. niversitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. niversitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Industri keuangan syariah di tanah air semakin mendapat tempat di masyarakat. Sejak beroperasi di tahun 1999, sejumlah bank syariah memperlihatkan prestasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia. dikatakan makhluk sosial, karena kehidupannya selalu bergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia. dikatakan makhluk sosial, karena kehidupannya selalu bergantung kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia dikatakan makhluk sosial, karena kehidupannya selalu bergantung kepada sesama manusia dalam mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan sumber daya tersebut. Sebagai institusi pendidikan, sekolah

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan sumber daya tersebut. Sebagai institusi pendidikan, sekolah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Pendidikan juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu bidang pekerjaan banyak ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu bidang pekerjaan banyak ditentukan oleh tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan asset berharga yang perlu dipertahankan oleh perusahaan, karena sumber daya manusia menjadi penentu keefektifan suatu perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara mencerdaskan kehidupan bangsa adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara mencerdaskan kehidupan bangsa adalah dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu cara mencerdaskan kehidupan bangsa adalah dengan dilaksanakannya pendidikan formal. Dilihat berdasarkan prosesnya pendidikan formal dilakukan secara

Lebih terperinci

sikap individu maupun kelompok yang mendukung seluruh aspek kerja termasuk

sikap individu maupun kelompok yang mendukung seluruh aspek kerja termasuk A. SEMANGAT KERJA 1. Pengertian Semangat Kerja Davis (2000) mengemukakan semangat kerja merupakan suasana kerja yang positif yang terdapat dalam suatu perusahaan dan terungkap dalam sikap individu maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Triyana, (2006:2) Mangkunegara (2008 : 67), Rivai dan Basri (2005:50)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Triyana, (2006:2) Mangkunegara (2008 : 67), Rivai dan Basri (2005:50) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan pesat pada kondisi ekonomi secara keseluruhan, telah menyebabkan munculnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membutuhkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Human capital

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membutuhkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Human capital BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan global yang semakin ketat dewasa ini mengakibatkan perusahaan membutuhkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Human capital (sumber daya manusia)

Lebih terperinci

a. Latar Belakang Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan pesat pada kondisi ekonomi secara keseluruhan, telah

a. Latar Belakang Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan pesat pada kondisi ekonomi secara keseluruhan, telah a. Latar Belakang Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan pesat pada kondisi ekonomi secara keseluruhan, telah menyebabkan munculnya sejumlah tuntutan yang tidak bisa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. KOMITMEN ORGANISASI 1. Definisi Komitmen Organisasi Komitmen organisasi menurut Robbins (2003) ialah suatu keadaan dimana karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuantujuannya,

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORETIS. Penelitian yang dilakukan oleh Arafah (2007) dengan judul Pengaruh

BAB II URAIAN TEORETIS. Penelitian yang dilakukan oleh Arafah (2007) dengan judul Pengaruh BAB II URAIAN TEORETIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Arafah (2007) dengan judul Pengaruh Kepemimpinan Manajer Operasi terhadap Prestasi Karyawan PT. Bank Muammalat Medan. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang dialami Indonesia pada saat ini menyebabkan keterpurukan dunia usaha di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengujian komitmen organisasi terhadap variabel lain terkait sikap kerja karyawan

BAB I PENDAHULUAN. pengujian komitmen organisasi terhadap variabel lain terkait sikap kerja karyawan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perhatian besar dari praktisi maupun akademisi telah diberikan kepada pengujian komitmen organisasi terhadap variabel lain terkait sikap kerja karyawan dan hasil organisasi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Terdapat beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengenai pengaruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Terdapat beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengenai pengaruh BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengenai pengaruh karakteristik pekerjaan dan kepuasan kerja terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kejelasan Sasaran Anggaran Menurut Halim & Syam Kusufi (2012) mengatakan bahwa anggaran memiliki peranan penting dalam organisasi sektor publik, terutama organisasi pemerintahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini banyak terjadi perubahan didalam segala

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini banyak terjadi perubahan didalam segala BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini banyak terjadi perubahan didalam segala bidang, antara lain bidang pendidikan, ekonomi, telekomunikasi serta transportasi. Saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era globalisasi ini kompetisi antar bank menjadi sangat ketat. Perkembangan bisnis yang baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi kunci utama dari sekian banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi kunci utama dari sekian banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi kunci utama dari sekian banyak sumber potensi yang mendukung keberhasilan sebuah organisasi. Sumber Daya Manusia (SDM) yang

Lebih terperinci

KOMITMEN ORGANISASI MUSYRIF-MUSYRIFAH DI PUSAT MA HAD AL JAMI AH UIN MALIKI MALANG

KOMITMEN ORGANISASI MUSYRIF-MUSYRIFAH DI PUSAT MA HAD AL JAMI AH UIN MALIKI MALANG KOMITMEN ORGANISASI MUSYRIF-MUSYRIFAH DI PUSAT MA HAD AL JAMI AH UIN MALIKI MALANG A. PENDAHULUAN Komitmen organisasi dalam dunia perusahaan maupun lembaga, merupakan suatu komponen yang penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik dan lingkungannya. Artinya guru memiliki tugas dan tanggung

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik dan lingkungannya. Artinya guru memiliki tugas dan tanggung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai institusi pengelola pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Pengelolaan sekolah diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang pesat membawa dampak pada persaingan usaha yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang pesat membawa dampak pada persaingan usaha yang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha dalam bidang properti dirasakan semakin maju dan berkembang pesat membawa dampak pada persaingan usaha yang semakin kompetitif.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara BAB II LANDASAN TEORI A. KOMITMEN KARYAWAN TERHADAP ORGANISASI 1. Defenisi Komitmen Karyawan terhadap Organisasi Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara individu karyawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Organisasi merupakan sekumpulan orang-orang yang saling bekerja sama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Organisasi merupakan sekumpulan orang-orang yang saling bekerja sama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi merupakan sekumpulan orang-orang yang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sebagai suatu organisasi kampus yang bergerak dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. psikologis. Salah satu kebutuhan yang tidak dapat dihindari setiap manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. psikologis. Salah satu kebutuhan yang tidak dapat dihindari setiap manusia adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap manusia memiliki tingkat kebutuhan di berbagai bidang kehidupan, mulai dari kebutuhan jasmani dan rohani, biologis maupun psikologis. Salah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Quality Of Work Life

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Quality Of Work Life II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Quality Of Work Life Menurut Davis dan Newstroom (1994) QWL mengacu pada keadaan menyenangkan atau tidaknya lingkungan kerja. Tujuan pokoknya adalah mengembangkan lingkungan kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Kehidupan selalu dipenuhi dengan harapan, tantangan dan usaha untuk selalu menjadi seseorang yang lebih baik di setiap waktu. Namun untuk mampu menjalani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sistem manajemen pemerintahan dan pembangunan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sistem manajemen pemerintahan dan pembangunan antara lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Terjadinya berbagai krisis kawasan yang tidak lepas dari kegagalan mengembangkan sistem manajemen pemerintahan dan pembangunan antara lain disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran yang merupakan inti dari kegiatan sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran yang merupakan inti dari kegiatan sekolah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia adalah aset organisasi yang paling berharga (Shah, 2012), karena tanpa sumber daya manusia yang berkualitas maka organisasi tidak akan bertahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia yang kompetitif akan terlahir dari dunia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia yang kompetitif akan terlahir dari dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang kompetitif akan terlahir dari dunia pendidikan yang bermutu. Rendahnya mutu pendidikan akan menjadi masalah besar bagi suatu bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas pengelolaan sumber daya manusia. Organisasi yang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas pengelolaan sumber daya manusia. Organisasi yang berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi saat ini mengalami kelangkaan sumber daya berkualitas dan persaingan yang terus meningkat. Efektifitas organisasi tidak terlepas dari efektifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gigi. Setiap roda gigi mempenyuai tugas masing masing, tetapi harus saling

BAB I PENDAHULUAN. gigi. Setiap roda gigi mempenyuai tugas masing masing, tetapi harus saling BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perusahaan sama halnya dengan sebuah jam yang memiliki banyak roda gigi. Setiap roda gigi mempenyuai tugas masing masing, tetapi harus saling berhubungan dan memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sumber daya manusia berhubungan dengan upaya peningkatan disemua lembaga pendidikan. Untuk itu diperlukan upaya pengkajian semua unsur pada dunia pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia pada dasarnya merupakan makhluk sosial. Manusia memerlukan individu lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, maka manusia perlu membentuk organisasi.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Saya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

KATA PENGANTAR. Saya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha KATA PENGANTAR Saya mahasiswa Fakultas Psikologi Bandung, saat ini saya sedang melakukan penelitian dengan tujuan untuk menyusun sebuah skripsi yang berjudul Studi deskriptif mengenai derajat komitmen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi sekarang ini, tantangan terhadap perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi sekarang ini, tantangan terhadap perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi sekarang ini, tantangan terhadap perubahan lingkungan yang cepat dan kemajuan teknologi informasi menuntut kepekaan organisasi dalam merespon

Lebih terperinci