BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kopi Robusta (Coffea canephora Pierre ex A. Froehner)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kopi Robusta (Coffea canephora Pierre ex A. Froehner)"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kopi Robusta (Coffea canephora Pierre ex A. Froehner) Tanaman kopi merupakan salah satu anggota dari familia Rubiaceae yang banyak dibudidayakan di negara tropis termasuk Indonesia. Kopi arabika (Coffea arabica L.) merupakan spesies kopi yang pertama kali dibudidayakan di Indonesia pada sekitar abad ke-17 (Prastowo et al., 2006). Dua abad kemudian kopi arabika mengalami kemunduran karena serangan penyakit karat daun (Hemileia vastatrix) sehingga perkebunan kopi mulai membudidayakan kopi liberika (C. liberica Bull ex. Hiern). Akan tetapi, kopi liberika juga tidak tahan terhadap serangan penyakit karat daun, sehingga pada awal abad 20 mulai dibudayakan kopi robusta (C. canephora var. Robusta) yang tahan terhadap penyakit karat daun. Sampai saat ini, perkebunan kopi di Indonesia didominasi oleh kopi jenis robusta dan telah diproduksi massal terutama di Jawa dan Sumatra (van Steenis et al., 2008) Morfologi Kopi Kopi merupakan tanaman perdu yang memiliki batang kokoh dan kuat dengan tinggi tanaman bisa mencapai 8-12 meter. Tanaman kopi memiliki sistem perakaran tunggang yang tidak mudah rebah dengan kedalaman akar utama kurang dari 1 meter. Akar lateral tumbuh dan berkembang dipermukaan tanah dengan panjang yang dapat mencapai 3-4 meter (Gambar 2.1.A; van der Vossen et al., 2000). 9

2 10 A B C D E F Gambar 2.1 (A) Akar tunggang pada kopi ; (B) batang kopi; (C) daun kopi; (D) bunga kopi ; (E) buah kopi (plantvillage.org); (F) biji kopi (Prawirodirgo et al., 2005) Tanaman kopi memiliki batang berkayu dengan sistem percabangan dua arah, yaitu cabang yang pertumbuhannya mengarah ke atas, biasa disebut cabang orthotrop dan cabang yang pertumbuhannya mengarah ke samping atau horizontal dan biasa disebut cabang plagiotrop. Cabang plagiotrop berfungsi sebagai tempat tumbuh bunga dan buah (Gambar 2.1.B; Kuit et al., 2004). Tanaman kopi memiliki daun tunggal berbentuk memanjang (oblongus) dengan ukuran panjang berkisar antara cm dan lebar antara cm (Gambar 2.1.C). Pangkal daun membulat atau berbentuk baji dengan ujung daun

3 11 meruncing dan tepi daun rata. Permukaan helaian daun sangat mengkilat dengan permukaan daun bagian atas berwarna hijau gelap dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau lebih terang (van der Vossen et al., 2000). Daun kopi memiliki tangkai daun yang pendek dengan panjang sekitar 1 cm (van Steenis et al., 2008). Tanaman kopi memiliki bunga majemuk dengan anak payung terdiri dari 3-5 kuntum bunga sehingga membentuk gubahan semu yang berbunga banyak. Setiap anak payung pada pangkalnya terdapat 2 daun penumpu berbentuk segitiga dengan panjang sekitar 5 mm (van Steenis et al., 2008). Kopi memiliki bunga berwarna putih dan berbau harum berbentuk tabung dengan panjang tabung mahkota antara mm dengan daun mahkota antara 5-7 buah (Gambar 2.1.D). Benang sari muncul di antara daun mahkota dengan panjang kepala sari sekitar 5 mm dan tangkai sari 3 4 mm (van Steenis et al., 2008). Posisi tangkai putik menjulang jauh di luar tabung mahkota dengan dua cabang yang panjangnya sekitar 5 mm (Backer & Bakuizen van den Brink, 1965). Kedudukan tangkai putik yang menjulang tinggi dari posisi benang sari akan menyebabkan kemungkinan sulitnya benang sari jatuh di kepala putik, sehingga pada umumnya kopi robusta melakukan penyerbukan silang (Sudarka et al, 2009). Selain itu, kopi robusta memiliki sifat self-incompatibility yaitu apabila terjadi penyerbukan sendiri, maka buluh sari tidak terbentuk sehingga tidak terjadi pembuahan (van der Vossen et al., 2000). Setelah terjadi penyerbukan dan pembuahan akan terbentuk buah yang membutuhkan waktu sekitar 6 sampai 11 bulan untuk masak (Pohlan & Janssens,

4 ). Buah kopi tergolong buah batu dengan bentuk bulat telur bola (ovoidglobose) dengan panjang 8-16 mm dan diameter kurang lebih mm (van der Vossen et al., 2000). Ketika belum masak (masih muda), buah kopi berwarna hijau, sedangkan jika masak buah kopi berwarna merah (Gambar 2.1.E). Buah kopi terdiri atas dinding buah (perikarp) dan biji. Dinding buah terdiri atas 3 bagian yaitu lapisan kulit luar (eksokarp), lapisan daging buah (mesokarp) dan lapisan kulit tanduk (endokarp) yang biasanya mengandung dua buah biji (Gambar 2.1.F). Biji kopi berbentuk elips dengan panjang antara 8-12 mm dan pada umumnya dalam satu buah kopi mengandung dua butir biji (van der Vossen et al., 2000) Spesies Kopi Pada saat ini telah ditemukan sekitar 80 spesies kopi, namun hanya dua spesies yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan diperdagangkan secara komersil yaitu kopi arabika (Coffea arabica L.) dan kopi robusta (C. canephora Pierre var robusta; van Steenis et al., 2008). Sekitar 70% produksi kopi dunia dikuasai oleh kopi arabika yang sebagian besar berasal dari Amerika Latin, Afrika bagian tengah dan timur, India, Indonesia serta Papua Nugini, sedangkan 30% pasar kopi dunia merupakan kopi robusta yang berasal Afrika dan Asia (van der Vossen et al., 2000). Kopi arabika (Gambar 2.2.A) pertama kali ditemukan di Ethiopia pada abad ke-12 dan mulai dibudidayakan di Indonesia pada awal abad 17. Kopi arabika merupakan salah satu jenis kopi yang dapat tumbuh baik pada temperatur antara o C dengan temperatur maksimal tidak melebihi 30 o C. Di daerah

5 13 khatulistiwa (0 o LU - 7 o LS) seperti Indonesia dan Malaysia, kopi arabika tumbuh dengan baik pada daerah dengan ketinggian antara meter di atas permukaan laut (dpl), sedangkan di daerah sub tropis (9 o LU - 23 o LU & 9 o LS - 23 o LS ) seperti di India, Vietnam, Thailand dan Amerika Selatan, kopi arabika dapat tumbuh dengan baik di dataran yang lebih rendah dengan ketinggian m dpl (van der Vossen et al., 2000). Secara morfologi, buah kopi arabika tergolong buah batu dengan bentuk lonjong (ovoid-ellipsoidal) dengan panjang mm dan diameter 8-15 mm (van der Vossen et al., 2000). Di dalam satu buah kopi biasanya mengandung dua biji kopi dengan berat sekitar 0,45-0,5 gram per biji (van der Vossen et al., 2000). Kopi arabika memiliki aroma dan rasa yang enak sehingga memiliki nilai jual yang tinggi dibanding kopi jenis lainnya (50-100% lebih tinggi dibanding kopi robusta; van der Vossen et al., 2000). Kopi Robusta (Gambar 2.2.B) pertama kali ditemukan di Kongo pada akhir abad 18 dan mulai dibudidayakan di Indonesia abad 19 (van der Vossen et al., 2000). Jenis kopi ini mampu beradaptasi dengan baik pada iklim yang hangat serta dapat tumbuh subur pada ketinggian meter di atas permukaan laut (van der Vossen et al., 2000). Kopi robusta sudah banyak dibudidayakan di Indonesia seperti di Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung dan Aceh (van der Vossen et al., 2000). Secara morfologi, kopi robusta tergolong buah batu yang berbentuk bulat telur bola (ovoid-globose) memiliki biji yang berukuran lebih pendek dibandingkan dengan kopi arabika (8-16 mm) namun memiliki diameter yang

6 14 lebih besar (15 18 mm; van der Vossen et al., 2000). Pada umumnya kopi robusta memiliki ukuran lebih ringan dibandingkan dengan kopi arabika (0,4 g per biji kopi; van der Vossen et al., 2000). Kopi robusta memiliki rasa yang lebih pahit dengan memiliki kandungan kafein hampir dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan kopi arabika, yaitu sekitar 1,5% - 3,3 % dibandingkan dengan hanya 0,6% - 1,7 % (van der Vossen et al., 2000). A B (Ciptaningsih, 2012). C Gambar 2.2 (A) kopi arabika (kew.org), (B) kopi robusta (ecofriendlycoffee.org) dan (C) perbedaan biji kopi arabika dan robusta (Ciptaningsih, 2012) Manfaat Kopi Kopi merupakan tanaman perkebunan yang dibudidayakan untuk dimanfaatkan bijinya. Namun demikian, bagian tanaman lain juga dapat bermanfaat bagi manusia seperti batang yang banyak dimanfaatkan untuk kayu bakar maupun arang (Gambar 2.3.A), daun dapat dimanfaatkan untuk minuman seduh (Siringoringo, 2012), maupun kulit buah kopi yang dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak (Gambar 2.3.B) serta kompos organik (Widyotomo, 2012).

7 15 Biji kopi merupakan bagian tanaman kopi yang memiliki manfaat paling tinggi dibandingkan dengan bagian tanaman yang lain. Biji kopi yang telah dikeringkan dapat dibuat bubuk dan digunakan sebagai bahan dasar pembuatan berbagai olahan makanan seperti dalam industri makanan ringan dan permen serta berbagai olahan minuman (Gambar 2.3.C; Murtafiah, 2012). Bubuk kopi juga dapat digunakan untuk menghaluskan dan melembabkan kulit (Gambar 2.3.D; Hertina & Dwiyanti, 2013). Dalam bidang farmasi, biji kopi dapat digunakan untuk menurunkan resiko diabetes mellitus (Salazar-Martinez et al., 2004) serta menurunkan resiko kanker (Ganmaa et al., 2008). Kemampuan biji kopi dalam bidang kesehatan tersebut karena biji kopi mengandung senyawa kafein dan asam klorogenat. Senyawasenyawa tersebut dikenal sebagai antioksidan yang dapat melawan molekulmolekul radikal bebas penyebab berbagai penyakit (Yusmarini, 2011).

8 16 A B C D Gambar 2.3 (A) Arang batang kopi, (B) kulit biji kopi sebagai pakan ternak, (C) olahan makanan dan minuman terbuat dari kopi (dekuliner.com), (D) bubuk kopi dapat digunakan sebagai masker wajah (Hertina & Dwiyanti, 2013) 2.2 Budidaya Kopi dan Permasalahannya Produksi Kopi Dunia dan Indonesia Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan utama di dunia. Hal tersebut dapat terlihat dari total produksi kopi di dunia pada tahun 2013 sebesar 8,7 juta ton yang dihasilkan dari lahan seluas 10 juta hektar dan tersebar di 78 negara (FAO, 2015). Di Indonesia, kopi merupakan salah satu komoditas ekspor utama dari sub sektor perkebunan. Pada tahun 2013, total ekspor komoditas perkebunan Indonesia mencapai 27,6 milyard USD (BPS, 2014). Dari angka tersebut, kopi

9 17 memiliki kontribusi sebesar 3,9 % (1,1 milyard USD). Jika dibandingkan dengan tanaman perkebunan lainnya, ekspor kopi tersebut menempati urutan ketiga terbesar setelah kelapa sawit dan karet. Pada tahun 2013, kelapa sawit mampu menghasilkan devisa mencapai 17,6 milyard USD, sedangkan karet mampu menghasilkan devisa sebesar 6,9 milyard USD (BPS, 2014). Peran kopi dalam perekonomian di Indonesia juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal tersebut dapat terlihat dari total ekspor kopi Indonesia meningkat hampir dua kali lipat dalam kurun waktu 6 tahun. Pada tahun 2007, total ekspor kopi Indonesia mencapai hampir 600 juta USD dan meningkat menjadi hampir 1,2 milyard USD pada tahun 2013 (BPS, 2014). Nilai ekspor kopi yang tinggi tersebut didukung oleh produksi kopi di Indonesia yang tinggi juga. Total produksi kopi di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 700 ribu ton per tahun (FAO,2015). Hal tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara produsen kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dengan total produksi mencapai 2,9 juta ton dan Vietnam dengan total produksi mencapai 1,4 juta ton (Gambar 2.4; FAO, 2015).

10 Produksi (ton) Brazil Vietnam Indonesia Colombia India Negara Gambar 2.4 Produksi kopi 5 negara penghasil kopi terbesar di dunia pada tahun 2013 (FAO, 2015) Tingginya produksi kopi Indonesia tersebut berkaitan erat dengan lahan perkebunan kopi yang luas. Sejak tahun 2009 sampai sekarang, luas perkebunan kopi di Indonesia mencapai hampir 1,3 juta Ha. Hal tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara dengan perkebunan kopi terluas kedua di dunia setelah Brazil dengan luas areal perkebunan 2 juta Ha (FAO, 2015) Permasalahan Budidaya Kopi di Indonesia Indonesia dikenal sebagai negara penghasil kopi utama di dunia, namun dalam hal besarnya produksi biji untuk setiap hektar lahan per tahunnya tergolong rendah. Pada tahun 2013, produktivitas kopi di Indonesia hanya mencapai sekitar 500 kg biji kopi per hektar lahan setiap tahunnya. Jika dibandingkan dengan negara lain, angka tersebut hanya seperempat produktivitas lahan kopi di negara Malaysia, Vietnam, Sierra Leone, ataupun China dengan produktivitas mencapai

11 19 sekitar 2,4 ton biji kopi untuk setiap hektar lahan per tahunnya (Gambar 2.5). Hal tersebut menempatkan Indonesia di urutan ke- 38 dari 78 negara penghasil kopi di dunia dalam hal produktivitas lahan kopi (FAO, 2015). Produktivitas kopi (Kg biji/ Ha lahan ) Tahun Sierra Leone China Vietnam Indonesia Malaysia Gambar 2.5 Produktivitas perkebunan kopi Indonesia dibandingkan dengan empat negara dengan produktivitas kopi tertinggi di dunia (FAO, 2015). Beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab rendahnya produktivitas lahan kopi di Indonesia adalah teknik budidaya yang masih sederhana seperti penanaman, pemupukan, pemangkasan, penaungan dan pengendalian hama penyakit (Narulita et al., 2014), kondisi iklim maupun lingkungan yang kurang cocok di beberapa daerah (Simanungkalit, 2001), minimnya sarana dan prasarana pendukung seperti mesin pengolahan dan pengemasan (Narulita et al., 2014), maupun sebagian perkebunan memiliki pohon kopi dengan umur yang sudah relatif tua yaitu lebih dari 10 tahun (Simanungkalit, 2001). Faktor lain yang diduga menyebabkan rendahnya produktivitas kopi di Indonesia adalah terbatasnya penggunaan bibit kopi yang unggul (Priyono, 2010).

12 Pembibitan Kopi di Indonesia Petani di Indonesia pada umumnya membudidayakan tanaman kopi dengan menggunakan bibit yang berasal dari biji (Priyono, 2010). Biji dikecambahkan selama 6-8 minggu, kemudian dipelihara selama 7-15 bulan untuk menghasilkan benih kopi siap tanam (Gambar 2.6; van der Vossen et al., 2000). Kebanyakan petani kopi menggunakan teknik pembibitan melalui biji karena beberapa alasan, seperti biaya yang murah, tidak membutuhkan keahlian khusus, dapat dihasilkan bibit dalam jumlah masal, maupun bibit yang dihasilkan memiliki akar tunggang sehingga tahan terhadap kekeringan (Prastowo et al., 2010) serta bibit yang dihasilkan tidak memiliki sifat genetik yang seragam. Hal ini dikarenakan biji kopi robusta dihasilkan dari penyerbukan silang (Santoso & Raharjo, 2011). Salah satu dampak penyerbukan silang adalah memunculkan alelalel resesif yang memungkinkan adanya sifat-sifat yang kurang baik dari salah satu pohon muncul pada keturunannya sehingga pada biji-biji yang dihasilkan dari pohon indukan yang unggul belum tentu menghasilkan keturunan yang unggul pula apabila digunakan sebagai benih (Sunarti et al., 2012). Cara lain yang dapat digunakan untuk menghasilkan bibit kopi unggul yang memiliki sifat yang seragam secara genetik adalah dengan melakukan pembibitan secara vegetatif melalui stek, okulasi, maupun sambung pucuk (Prastowo et al., 2010). Stek dari pohon kopi unggul ditanam pada media kemudian disungkup dengan plastik. Setelah 3 bulan, sungkup dibuka secara bertahap dan dilanjutkan pemeliharaan selama kurang lebih 7 bulan sebelum bibit siap tanam di lahan (Gambar 2.7.A; Prastowo et al., 2010). Teknik perbanyakan ini mudah untuk

13 21 dilakukan, murah serta akan menghasilkan bibit yang mempunyai sifat genetik yang sama dengan induknya sehingga dapat digunakan untuk menghasilkan bibit unggul yang seragam (Prastowo et al., 2010). Namun demikian, teknik stek tidak dapat menghasilkan bibit dalam jumlah banyak serta merusak tanaman induknya. Selain itu, teknik ini akan menghasilkan tanaman yang memiliki akar serabut sehingga pohon kopi menjadi kurang kokoh, mudah roboh serta tidak tahan terhadap kekeringan (Prastowo et al., 2010). Gambar 2.6 Pembibitan tanaman kopi secara generatif (kopimalabar.com, 2013) Alternatif lain yang dapat digunakan untuk menghasilkan bibit unggul yang seragam secara genetik serta memiliki akar tunggang adalah dengan menggunakan teknik okulasi (Gambar 2.7.B). Okulasi dilakukan dengan cara menyiapkan batang bawah yang berasal dari biji serta mata tunas yang berasal dari pohon induk unggul. Mata tunas tersebut ditempel pada batang bawah, kemudian ditutup atau diselubungi plastik dilanjutkan dengan pemeliharaan sekitar 20 hari. Bibit akan siap dipindahkan ke lahan setelah 15 bulan (Prastowo et al., 2006). Teknik pembibitan ini tidak membutuhkan ketrampilan yang tinggi serta murah untuk

14 22 dilakukan. Namun demikian, teknik ini memiliki kelemahan diantaranya dapat merusak tanaman induknya, jumlah mata tunas yang terbatas dan waktu yang lama untuk menjadi menghasilkan bibit siap tanam sehingga tidak dapat menghasilkan bibit dalam jumlah masal (Santoso & Raharjo, 2011). Teknik lain yang dapat digunakan untuk memperbaiki kekurangan teknik okulasi adalah teknik sambung pucuk (Gambar 2.7.C). Teknik ini dilakukan dengan menyambungkan cabang yang masih muda yang diambil dari pohon induk unggul dengan batang bawah yang berasal dari biji (Prastowo et al., 2010). Sambungan diberi sungkup dengan kantung plastik transparan selama 15 hari dan bibit siap tanam ke lahan setelah berumur 6-8 bulan atau dua kali lebih cepat dibandingkan dengan teknik okulasi (Prastowo et al., 2010). Kendala yang dihadap dalam pembibitan kopi yang dihasilkan sebagai akibat terbatasnya jumlah pucuk bagian atas, tanaman induk yang digunakan sebagai sumber eksplan juga rusak serta memiliki tingkat keberhasilan yang rendah (Oktavia et al., 2003). A B C Gambar 2.7 Perbanyakan kopi secara vegetatif, (A) stek (kopimalabar.com, 2013); (B) okulasi, dan; (C) sambung pucuk (andyregos.wordpress.com, 2012)

15 Embriogenesis Somatik kopi dan Permasalahannya Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk menghasilkan bibit unggul yang seragam secara genetik dalam jumlah yang banyak tanpa merusak tanaman induknya serta bibit yang dihasilkan memiliki akar tunggang adalah melalui teknik embriogenesis somatik. Teknik embriogenesis somatik adalah teknik perbanyakan suatu tanaman dengan cara menginduksi embrio yang berasal dari sel somatik tanpa melalui fusi sel gamet dan dilakukan pada lingkungan yang steril (Srilestari, 2005). Pada umumnya, teknik embriogenesis somatik dilakukan dengan menggunakan empat tahap yaitu tahap induksi kalus, tahap induksi embrio somatik, tahap perkecambahan, dan tahap aklimatisasi (Purnamaningsih, 2002). Pada umumnya, induksi kalus dilakukan dengan cara eksplan diisolasi dan ditanam pada medium tanam yang mengandung zat pengatur tumbuh (ZPT) yaitu auksin yang mempunyai daya aktivitas yang kuat dengan konsentrasi yang tinggi (Purnamaningsih, 2002). Tahap induksi kalus umumnya dilakukan selama 4-8 minggu untuk memperoleh kalus yang bersifat embriogenik. Pada tanaman kopi, tingkat keberhasilan induksi kalus sudah relatif tinggi, yaitu sekitar 80 % (Lubis, 2013). Tahapan kedua dari somatik embriogenesis adalah tahap induksi embrio somatik, yaitu tahap induksi embrio somatik dari kalus embriogenik yang diperoleh dari tahapan pertama. Kalus ditanam pada medium tanam dengan penambahan auksin dengan konsentrasi rendah dan dikombinasikan dengan sitokinin dengan konsentrasi tinggi sehingga terinduksi pembentukan embrio

16 24 somatik (Purnamaningsih, 2002). Secara spesifik tahap perkembangan embrio somatik meliputi empat fase, yaitu embrio globular (Gambar 2.8.C), embrio tahap hati (Gambar 2.8.D), embrio tahap torpedo (Gambar 2.8.E), embrio kotiledon (Gambar 2.8.F; Purnamaningsih, 2002). Pada tanaman kopi, tahap induksi embrio somatik dilakukan selama 5 minggu kultur dengan tingkat keberhasilan yang sangat tinggi (hampir 100%; Riyadi & Tirtoboma, 2004). Tahap yang selanjutnya adalah tahap perkecambahan, yaitu berupa tahapan pengecambahan embrio somatik yang diperoleh dari tahap sebelumnya pada medium tanam yang mengandung zat pengatur tumbuh (ZPT) dengan konsentrasi yang sangat rendah (Gambar 2.8.H; Purnamaningsih, 2002). Pada tanaman kopi, tahap perkecambahan dilakukan dengan cara menanam embrio kepada medium dasar MS dengan penambahan giberelin acid (GA 3 ) dengan konsentrasi yang rendah. Pemeliharaan dilakukan selama 4 minggu. Tingkat keberhasilan pada tahap perkecambahan mencapai lebih dari 80% (Lubis, 2013). Tahap paling akhir dari teknik embriogenesis somatik yaitu aklimatisasi. Tahap aklimatisasi adalah tahap penyesuaian bibit dari kondisi in vitro ke ex vitro (Purnamaningsih, 2002). Tahap aklimatisasi dilakukan dengan cara memindahkan bibit ke media aklimatisasi dengan menurunkan kelembaban dan meningkatkan intensitas cahayanya (Purnamaningsih, 2002). Pada tanaman kopi, tahap aklimatisasi dilakukan dengan menggunakan medium steril campuran tanah, pupuk kandang dan pasir dengan perbandingan 1:1:1 (v/v) selama 3 bulan. Tingkat keberhasilan teknik aklimatisasi pada tanaman kopi dapat mencapai sekitar 60 % (Oktavia et al., 2003).

17 25 Gambar 2.8 Tahapan embriogenesis somatik; induksi kalus embriogenik (A-B), induksi embrio globular (C), embrio tahap hati (D), embrio tahap torpedo (E), embrio tahap kotiledon (F), pertumbuhan membentuk tunas dan akar (G; Afreent et al., 2002; Lubis, 2013) Namun demikian, aplikasi teknik embriogenesis somatik untuk memproduksi bibit kopi menghadapi kendala utama di antaranya adalah waktu yang dibutuhkan untuk memelihara kultur dalam kondisi in vitro cukup lama, yaitu sekitar 12 bulan (Priyono & Zaenudin, 2002). Waktu kultur in vitro tersebut terdiri atas tahap induksi kalus memerlukan waktu sekitar 1 bulan (Sumaryono, 2014), tahap induksi embrio somatik memerlukan waktu sekitar 8 bulan (Ibrahim, 2013), dan tahap perkecambahan embrio memerlukan waktu sekitar 3 bulan (Murni, 2010). Kelemahan yang muncul sebagai akibat lamanya waktu kultur yang relatif lama adalah tingginya tingkat kontaminasi dengan semakin lamanya waktu kultur, medium kultur yang digunakan untuk memelihara embrio lebih banyak, tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melakukan subkultur lebih banyak maupun penggunaan listrik yang tinggi untuk menjaga kondisi lingkungan

18 26 (Ahloowalia & Savangikar, 2002). Hal tersebut menyebabkan tingginya biaya produksi pada tahap kultur in vitro (Priyono & Zaenudin, 2002). Oleh karena itu diperlukan inovasi teknik embriogenesis yang baru guna mempersingkat waktu yang dibutuhkan oleh embrio kopi dalam kondisi in vitro sehingga mampu menurunkan biaya produksi bibit kopi. 2.4 Aklimatisasi Embrio Somatik Secara Langsung (Direct Sowing) Salah satu alternatif yang mulai dikembangkan untuk mengurangi biaya produksi bibit kopi adalah dengan cara mengaklimatisasi embrio somatik secara langsung ke dalam kondisi ex vitro (direct sowing) tanpa melalui tahap perkecambahan. Teknik tersebut memiliki keunggulan yaitu mampu mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk memelihara kultur dalam kondisi in vitro. Dengan menggunakan teknik direct sowing, tahapan kultur embrio somatik menjadi lebih singkat yaitu terdiri atas tiga tahap, yaitu tahap induksi kalus, tahap induksi embrio somatik dan tahap perkecambahan embrio yang digabungkan menjadi satu dengan tahap aklimatisasi. Teknik direct sowing sudah banyak diaplikasikan untuk produksi bibit pada beberapa tanaman, namun demikian, tingkat keberhasilannya masih bervariasi. Pada tanaman alfalfa, teknik direct sowing mampu mempersingkat waktu kultur menjadi 6 minggu lebih cepat dibandingkan dengan teknik embriogenesis somatik konvensional. Namun demikian tingkat keberhasilannya masih sangat rendah yaitu 6 % (Fujii et al., 1989). Tingkat keberhasilan yang rendah (10%) juga dilaporkan pada aplikasi direct sowing untuk produksi bibit Theobroma cacao L.

19 27 meskipun teknik tersebut mampu mempersingkat waktu kultur menjadi 12 minggu lebih cepat (Niemenak et al., 2008). Tingkat keberhasilan yang lebih tinggi dilaporkan pada aplikasi teknik direct sowing pada tanaman anggur. Disamping teknik tersebut mampu mempercepat waktu kultur menjadi dua kali subkultur lebih cepat dari teknik konvensional, tingkat keberhasilannya juga cukup tinggi, yaitu 80 % dari embrio yang ditanam berhasil berkecambah, meskipun hanya sekitar 30 % kecambah yang mampu berkembang lebih lanjut menjadi tanaman baru (Jayasankar et al., 2001). Pada kopi arabika, tingkat keberhasilan teknik direct sowing dapat mencapai sekitar 80 % (Etienne-Barry et al., 1999). Teknik tersebut juga mampu mempersingkat waktu kultur 8 minggu lebih cepat dibandingkan dengan teknik embriogenesis somatik konvensional. Pada tanaman kopi robusta, teknik direct sowing memiliki tingkat keberhasilan yang relatif lebih rendah, yaitu sekitar 50 %, meskipun teknik tersebut mampu mempersingkat waktu kultur menjadi 12 minggu lebih cepat (Yenitasari, 2015). Salah satu faktor yang diduga menjadi penyebab tingginya tingkat kegagalan teknik direct sowing adalah munculnya kontaminasi algae pada substrat tanam sehingga menyebabkan terjadinya kompetisi antara embrio yang ditanam dengan algae yang tumbuh dalam mendapatkan nutrisi tanaman (Yenitasari, 2015). Salah satu cara yang diduga dapat digunakan untuk meningkatkan keberhasilan teknik direct sowing untuk perkecambahan embrio somatik kopi robusta adalah dengan menggunakan substrat tanam yang tepat. Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa substrat tanam merupakan salah satu penentu

20 28 keberhasilan perkecambahan embrio somatik secara langsung. Jayasankar et al., (2001) melaporkan bahwa medium pasir yang dikombinasikan dengan commercial potting mixture (CPM) merupakan medium yang tepat untuk mengecambahkan embrio somatik anggur secara langsung dibandingkan dengan substrat tanam pasir ataupun CPM yang diaplikasikan secara sendiri-sendiri. Pada tanaman kakao, embrio somatik yang ditanam pada substrat tanam pasir secara langsung mampu tumbuh menjadi plantlet dengan tingkat keberhasilan mencapai 10 % serta embrio somatik mampu bertahan hidup sampai 2 bulan dibandingkan dengan embrio somatik yang di tanam pada campuran antara pasir dan vermiculite yang hanya mampu bertahan hidup selama 1 bulan (Niemenak et al., 2008). Pada tanaman kopi robusta, upaya peningkatan keberhasilan perkecambahan embrio somatik secara langsung melalui penggunaan substrat tanam yang tepat belum pernah dilaporkan. Pada penelitian ini, tiga macam substrat tanam digunakan, yaitu cocopeat, serbuk kopi dan arang sekam. 2.5 Substrat Tanam Cocopeat Cocopeat merupakan salah satu substrat tanam yang berasal dari sabut kelapa dan memiliki kandungan kimia berupa lignin (50 %), selulosa (24 %), pentosan (27 %), dan furfural (17 %; Tejano, 1985). Cocopeat banyak dilaporkan berhasil digunakan untuk meningkatkan keberhasilan aklimatisasi seperti plantlet Aloe percrassa berhasil diaklimatisasikan dengan tingkat keberhasilan tinggi (hampir 100%) dibandingkan dengan dengan substrat yang lain seperti tanah

21 29 kompos (94%) maupun manured soil (94%; Abraha et al., 2014). Substrat tanam cocopeat juga berhasil digunakan untuk aklimatisasi plantlet Garcinia indica dengan tingkat keberhasilan tinggi (96%) dibandingkan dengan substrat tanam yang lain seperti campuran antara cocopeat, pasir, dan tanah (81%, 1:2:1 /v/v) serta campuran cocopeat dan pasir (82%, 1:1 v/v; Chabukswar & Deodhar, 2005). Uzaribara et al., (2015) juga melaporkan bahwa penggunaan substrat tanam cocopeat pada aklimatisasi tanaman pisang merah (Musa acuminata) memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi (95%) dibandingkan dengan substrat tanam vermiculite (80%), pasir (65%), maupun vermicompost (25%). Substrat tanam cocopeat telah dicobakan untuk menginduksi perkecambahan dan aklimatisasi embrio somatik. Pada kopi robusta, substrat tanam cocopeat berhasil digunakan untuk menginduksi perkecambahan dan aklimatisasi embrio somatik secara langsung dengan tingkat keberhasilan mencapai 39 %, sedangkan pada substrat tanam campuran tanah dan cocopeat maupun pasir murni (1:1 v/v ) memiliki tingkat keberhasilan hanya 20 % dan 17 % (Priyono dan Zaenudin, 2002). Hal yang sama juga dilaporkan Ducos et al., (2010) bahwa aklimatisasi embrio somatik kopi robusta berhasil ditingkatkan dari 40% menjadi 70 % dengan menggunakan substrat tanam cocopeat. Kemampuan cocopeat sebagai substat tanam yang ideal untuk aklimatisasi bibit hasil kultur jaringan pada beberapa tanaman diduga berkaitan erat dengan sifat fisik cocopeat yang memiliki porositas tinggi. Jika dibandingkan dengan substrat tanam yang lain, cocopeat memiliki tingkat porositas mencapai sekitar 90%, sedangkan substrat tanam yang lain seperti arang sekam, serbuk kopi,

22 30 pasir, kompos, maupun tanah liat memiliki tingkat porositas yang jauh lebih rendah, yaitu 73 %, 64 %,, 38 %, 36 % dan 38 % (Walczak et al., 2002). Tingginya porositas cocopeat dapat menyebabkan semakin besarnya persentase ruang udara pada substrat tanam, sehingga semakin tinggi oksigen yang tersimpan pada substrat tanam. Akibatnya, sistem perakaran suatu tanaman dapat berkembang dengan baik sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pula (Mubarok et al., 2012). Cocopeat juga sudah banyak diketahui memiliki kandungan senyawa lignin yang tinggi, yaitu hampir 50% (Tejano, 1985). Senyawa tersebut banyak dikenal sebagai metabolit sekunder golongan fenol yang memiliki aktivitas antimikroba sehingga dapat menghambat tumbuhnya mikroorganisme pada substrat tanam. Mekanisme antimikroba senyawa fenol dalam membunuh mikroorganisme yaitu dengan mendenaturasi protein sel. Ikatan hidrogen yang terbentuk antara fenol dan protein mengakibatkan struktur protein menjadi rusak. Ikatan hidrogen tersebut akan mempengaruhi permeabilitas dinding sel dan membran sitoplasma sebab keduanya tersusun atas protein. Permeabilitas dinding sel dan membran sitoplasma yang terganggu dapat menyebabkan ketidakseimbangan makromolekul dan ion dalam sel, sehingga sel menjadi lisis (Rijayanti, 2014). Oleh karena itu penggunaan cocopeat sebagai substrat tanam mampu mencegah tumbuhnya jamur ataupun algae yang banyak menggangu pertumbuhan embrio somatik kopi yang diaklimatisasikan secara langsung (Yenitasari, 2015).

23 Serbuk Kopi Serbuk kopi merupakan hasil pengolahan biji kopi yang telah dikeringkan dan dihancurkan serta memiliki komposisi kimia berupa kafein sebesar 2 %, trigonelin sebesar 0,6 %, dan asam klorogenat mencapai hampir 5% (Ciptaningsih, 2012). Sampai saat ini, penggunaan serbuk kopi telah digunakan untuk aklimatisasi plantlet hasil kultur jaringan. Pada tanaman Anchote (Coccinia abyssinica), aklimatisasi dengan menggunakan substrat tanam serbuk kopi yang dicampur dengan substrat tanam pasir dan tanah (1:1, v/v) memiliki tingkat keberhasilan yang lebih cukup tinggi mencapai 82% (Bekele et al., 2013). Hal yang sama juga dilaporkan oleh Kebede & Abera (2014) pada aklimatisasi tanaman Plectranthus edulis. Pada penelitian tersebut, aklimatisasi dengan substrat tanam serbuk kopi yang dicampur dengan substrat tanam pasir dan tanah (2:1, v/v) memiliki tingkat keberhasilan yang cukup tinggi mencapai 83 %. Pada tanaman Vanilla fragrans, aklimatisasi dengan menggunakan substrat tanam serbuk kopi memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi (90 %) dibandingkan substrat tanam pasir (87 %; Namirembe-ssonkko et al., 2005). Substrat tanam serbuk kopi juga telah dicobakan untuk menginduksi perkecambahan dan aklimatisasi embrio somatik pada kopi arabika oleh Barry-Ettiene et al., (2002). Embrio somatik diaklimatisasi dengan menggunakan substrat tanam serbuk kopi yang dicampur dengan substrat tanam pasir dan tanah (1:2, v/v) memiliki tingkat keberhasilan mencapai 63%. Kemampuan serbuk kopi sebagai substat tanam yang ideal untuk aklimatisasi bibit hasil kultur jaringan pada beberapa tanaman diduga berkaitan

24 32 erat dengan kandungan senyawa antimikroba yang terdapat pada serbuk kopi. Serbuk kopi mengandung asam klorogenat yang cukup tinggi (5 %; Ciptaningsih, 2012 ). Sebagai salah satu senyawa fenol, asam klorogenat memiliki aktivitas anti mikroba yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan cara menyebabkan denaturasi protein penyusun membran sel sehingga sel mikroorganisme akan mengalami lisis (Rijayanti, 2014) Arang Sekam Arang sekam merupakan salah satu substrat tanam yang berasal dari kulit biji padi yang dibuat arang dan memiliki kandungan kimia berupa berupa selulosa (40-45 %), lignin (25-30 %), abu (15-20 %), dan moisture (8-15 %; Muntohar, 2002). Sampai saat ini, substrat tanam arang sekam telah banyak dilaporkan berhasil digunakan untuk aklimatisasi plantet tanaman hasil kultur jaringan. Pada tanaman anthurium, substrat tanam arang sekam memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi (hampir 100%) dibandingkan substrat tanam lain seperti campuran sekam mentah dan humus bambu (96%; 1:1 v/v) serta campuran arang sekam dan humus bambu (93%; 1:1 v/v; Marlina & Rusnandi, 2007). Arang sekam juga berhasil digunakan sebagai substrat tanam dengan tingkat keberhasilan yang lebih tinggi (97%) dibandingkan cocopeat (94 %) pada tanaman anggrek dendrobium (Dendrobium sp. ; Wardani, 2009). Gimenes et al., (2015) juga menggunakan arang sekam sebagai susbtrat tanam dengan keberhasilan yang tinggi (85 %) dibandingkan dengan organic pine bark base (70%) maupun pasir (70%) pada tanaman Cabralea canjerana.

25 33 Arang sekam juga telah digunakan sebagai substrat tanam pada aklimatisasi embrio somatik secara langsung dengan tingkat keberhasilan yang tinggi. Pada tanaman Prunus persica L., arang sekam berhasil digunakan untuk aklimatisasi embrio somatik dengan tingkat keberhasilan lebih tinggi (98 %) dibandingkan dengan cocopeat (20%; Promchot & Boonprakob, 2007). Pada kopi robusta, arang sekam juga telah digunakan untuk aklimatisasi embrio somatik secara langsung dengan tingkat keberhasilan yang cukup tinggi (50 %; Yenitasari, 2015). Namun, dalam penelitian tersebut belum dilaporkan tingkat keberhasilan aklimatisasi dengan menggunakan substrat tanam yang berbeda. Kemampuan arang sekam sebagai substrat tanam untuk aklimatisasi tanaman hasil kultur jaringan diduga berkaitan dengan sifat fisiknya yang memiliki banyak pori sehingga mampu meningkatkan aerasi dan draenasi. Semakin tingginya aerasi dan draenasi serta banyak ruang pori maka akan dapat memperluas sistem perakaran tanaman dan perakaran dapat lebih mudah menyerap air dan unsur hara pada substrat tanam. Hal tersebut menyebabkan tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik karena mampu menyerap air dan unsur hara yang diperlukan tanaman (Agustin et al., 2014). Pada umumnya substrat tanam yang digunakan untuk memelihara embrio somatik merupakan campuran dari beberapa substrat tanam. Penelitian yang dilakukan oleh Priyono dan Zaenudin (2002) berhasil mengecambahkan embrio somatik kopi robusta dengan tingkat keberhasilan yang tinggi mencapai 61 % pada campuran substrat tanam cocopeat dan media standar aklimatisasi (tanah olah: pasir pupuk kandang, 1:1:1 v/v). Jika dibandingkan dengan substrat tanam

26 34 tunggal, tingkat keberhasilan tersebut jauh lebih tinggi. Pada substrat tanam cocopeat tingkat keberhasilannya mencapai 39 % dan pada substrat tanam pasir murni memiliki tingkat keberhasilan mencapai 17 %. Di Universitas Muhammadiyah Purwokerto, aklimatisasi embrio somatik kopi robusta dengan menggunakan campuran substrat tanam sampai ini masih belum pernah dilaporkan. Oleh karena itu, upaya peningkatan keberhasilan teknik direct sowing untuk produksi bibit kopi melalui pemilihan susbstrat tanam yang tepat perlu dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tanaman kopi merupakan salah satu tanaman perkebunan yang penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tanaman kopi merupakan salah satu tanaman perkebunan yang penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanaman kopi merupakan salah satu tanaman perkebunan yang penting dan menjadi komoditas ekspor utama bagi Indonesia. Hal tersebut terbukti dengan total ekspor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai lebih dari 800 juta US$ dan meningkat menjadi lebih dari 1.2 milyar

BAB I PENDAHULUAN. mencapai lebih dari 800 juta US$ dan meningkat menjadi lebih dari 1.2 milyar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan penghasil devisa utama di Indonesia setelah kelapa sawit dan karet. Pada tahun 2010, total eksport kopi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi tinggi. Pada tahun 2014, total produksi biji kopi yang dihasilkan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi tinggi. Pada tahun 2014, total produksi biji kopi yang dihasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Kopi robusta (Coffea canephora piere ex A. Frohner) merupakan salah satu tanaman andalan dari komoditas perkebunan Indonesia karena memiliki nilai ekonomi tinggi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kopi merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak dibudidayakan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kopi merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak dibudidayakan di 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kopi Robusta (Coffea canephora pierre ex A. Froehner) Kopi merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak dibudidayakan di negara tropis. Di Indonesia, budidaya kopi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi biji kopi di Indonesia (Ibrahim et al., 2012). Pada tahun 2013, produksi

BAB I PENDAHULUAN. produksi biji kopi di Indonesia (Ibrahim et al., 2012). Pada tahun 2013, produksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Hal ini dapat di lihat dari nilai ekspor kopi pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kopi Robusta (Coffea canephora Pierre ex A. Froehner) Kopi merupakan salah satu tumbuhan dalam famili Rubiaceae yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kopi Robusta (Coffea canephora Pierre ex A. Froehner) Kopi merupakan salah satu tumbuhan dalam famili Rubiaceae yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kopi Robusta (Coffea canephora Pierre ex A. Froehner) Kopi merupakan salah satu tumbuhan dalam famili Rubiaceae yang banyak dibudidayakan di negara tropis. Kopi pertama kali

Lebih terperinci

PENGARUH SUBSTRAT TANAM TERHADAP KEBERHASILAN AKLIMATISASI EMBRIO SOMATIK KOPI ROBUSTA (Coffea canephora Pierre ex A. Froehner)

PENGARUH SUBSTRAT TANAM TERHADAP KEBERHASILAN AKLIMATISASI EMBRIO SOMATIK KOPI ROBUSTA (Coffea canephora Pierre ex A. Froehner) PENGARUH SUBSTRAT TANAM TERHADAP KEBERHASILAN AKLIMATISASI EMBRIO SOMATIK KOPI ROBUSTA (Coffea canephora Pierre ex A. Froehner) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat mencapai derajat sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun mencapai US$ 681 juta pada tahun 2011 (FAO, 2013). Kopi memegang

BAB I PENDAHULUAN. tahun mencapai US$ 681 juta pada tahun 2011 (FAO, 2013). Kopi memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan komoditas perkebunan terbesar ke empat di Indonesia setelah karet, kelapa sawit dan cokelat (BPS, 2013). Komoditas tersebut mampu menjadi sumber pendapatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Biologi Kopi Robusta (Coffea canephora Pierre ex A. Froehner)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Biologi Kopi Robusta (Coffea canephora Pierre ex A. Froehner) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kopi Robusta (Coffea canephora Pierre ex A. Froehner) Kopi merupakan salah satu tanaman yang termasuk dalam familia Rubiceae yang banyak dibudidayakan di negara tropis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia karena mampu menjadi sumber devisa utama. Pada tahun 2007, nilai

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia karena mampu menjadi sumber devisa utama. Pada tahun 2007, nilai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan dari sektor perkebunan di Indonesia karena mampu menjadi sumber devisa utama. Pada tahun 2007, nilai eksport

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Bagi Indonesia, kakao merupakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Bagi Indonesia, kakao merupakan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan tanaman perkebunan yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Bagi Indonesia, kakao merupakan sumber devisa non-migas

Lebih terperinci

PENGARUH FASE PERKEMBANGAN EMBRIO SOMATIK KOPI ROBUSTA (C

PENGARUH FASE PERKEMBANGAN EMBRIO SOMATIK KOPI ROBUSTA (C PENGARUH FASE PERKEMBANGAN EMBRIO SOMATIK KOPI ROBUSTA (Coffea canephora Pierre ex A. Froehner) TERHADAP KEBERHASILAN PERKECAMBAHAN DAN AKLIMATISASI SECARA LANGSUNG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. Sifat dan perilaku tanaman kopi dapat dipelajari dari sisi biologinya. Artikel ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan tentang beberapa aspek biologi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) Kopi tergolong pohon dan termasuk dalam famili Rubiaceae. Tumbuhan ini tumbuhnya tegak, bercabang dan bila dibiarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. baku pembuatan zat pewarna β-karoten (Wulan, 2001), makanan ternak (Saputra,

BAB 1 PENDAHULUAN. baku pembuatan zat pewarna β-karoten (Wulan, 2001), makanan ternak (Saputra, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pohon kakao banyak dibudidayakan oleh masyarakat di negara-negara tropis di dunia karena mempunyai banyak manfaat khususnya pada buah kakao. Kulit buah kakao

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan cara generatif dan vegetatif. Perbanyakan tanaman secara generatif biasanya dilakukan melalui biji dan mengalami penyerbukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang produknya digunakan sebagai bahan baku industri serta sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. yang produknya digunakan sebagai bahan baku industri serta sangat penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Vanilla planifolia Andrews atau panili merupakan salah satu tanaman industri yang produknya digunakan sebagai bahan baku industri serta sangat penting peranannya

Lebih terperinci

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang AgroinovasI Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale. L.) merupakan salah satu tanaman

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI GIBBERELLIC ACID (GA 3 ) TERHADAP KEBERHASILAN AKLIMATISASI EMBRIO SOMATIK KOPI ROBUSTA (Coffea canephora Pierre ex A.

PENGARUH KONSENTRASI GIBBERELLIC ACID (GA 3 ) TERHADAP KEBERHASILAN AKLIMATISASI EMBRIO SOMATIK KOPI ROBUSTA (Coffea canephora Pierre ex A. PENGARUH KONSENTRASI GIBBERELLIC ACID (GA 3 ) TERHADAP KEBERHASILAN AKLIMATISASI EMBRIO SOMATIK KOPI ROBUSTA (Coffea canephora Pierre ex A. Froehner) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan yang memiliki peran penting bagi perekonomian Indonesia. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan yang memiliki peran penting bagi perekonomian Indonesia. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang memiliki peran penting bagi perekonomian Indonesia. Dalam hal penyedia lapangan pekerjaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan di negara tropis. Di Indonesia, budidaya kopi dimulai di pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan di negara tropis. Di Indonesia, budidaya kopi dimulai di pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kopi Kopi merupakan salah satu anggota dari famili Rubiaceae yang banyak dibudidayakan di negara tropis. Di Indonesia, budidaya kopi dimulai di pada tahun 1700-an dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hipogea L.) merupakan salah satu komoditas pertanian

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hipogea L.) merupakan salah satu komoditas pertanian 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hipogea L.) merupakan salah satu komoditas pertanian yang cukup penting. Komoditas kacang tanah diusahakan 70% di lahan kering dan hanya 30% di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan nasional sebagai sumber protein dan minyak nabati, dalam setiap 100 g kacang tanah mentah mengandung

Lebih terperinci

PENGARUH INTENSITAS CAHAYA TERHADAP KEBERHASILAN AKLIMATISASI EMBRIO SOMATIK KOPI ROBUSTA (Coffea canephora Pierre ex A. Froehner) SECARA LANGSUNG

PENGARUH INTENSITAS CAHAYA TERHADAP KEBERHASILAN AKLIMATISASI EMBRIO SOMATIK KOPI ROBUSTA (Coffea canephora Pierre ex A. Froehner) SECARA LANGSUNG PENGARUH INTENSITAS CAHAYA TERHADAP KEBERHASILAN AKLIMATISASI EMBRIO SOMATIK KOPI ROBUSTA (Coffea canephora Pierre ex A. Froehner) SECARA LANGSUNG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat mencapai

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Turi adalah tanaman leguminosa yang umumnya dimanfaatkan sebagai makanan ternak (pakan ternak). Tanaman leguminosa memiliki kandungan protein yang tinggi, begitu juga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong yang berpotensi untuk dibudidayakan secara intensif. Prospek agribisnis

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas buah tropis

I. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas buah tropis I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas buah tropis yang mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Saat ini, manggis merupakan salah

Lebih terperinci

Kombinasi Embriogenesis Langsung dan Tak Langsung pada Perbanyakan Kopi Robusta. Reny Fauziah Oetami 1)

Kombinasi Embriogenesis Langsung dan Tak Langsung pada Perbanyakan Kopi Robusta. Reny Fauziah Oetami 1) Kombinasi Embriogenesis Langsung dan Tak Langsung pada Perbanyakan Kopi Robusta Reny Fauziah Oetami 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Perbanyakan tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pisang merupakan salah satu jenis tanaman asal Asia Tenggara yang kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Tanaman pisang memiliki ciri spesifik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. IX di Ethiopia, dimana biji-bijian asli ditanam oleh orang Ethiopia dataran tinggi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. IX di Ethiopia, dimana biji-bijian asli ditanam oleh orang Ethiopia dataran tinggi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Kopi Kopi merupakan salah satu tumbuhan yang termasuk dalam family Rubiaceae yang bernilai ekonomi tinggi. Kopi pertama kali ditemukan pada abad IX di Ethiopia, dimana

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Eksplan

TINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Eksplan TINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Kultur in vitro merupakan suatu budidaya dalam botol. Salah satu kegiatan dalam kultur in vitro adalah kultur jaringan yaitu budidaya in vitro yang menggunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai keanekaragaman tanaman hortikultura meliputi tanaman buah, tanaman sayuran dan tanaman hias. Menurut Wijaya (2006), Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lada (Piper nigrum L) atau yang sering disebut merica adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lada (Piper nigrum L) atau yang sering disebut merica adalah salah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lada (Piper nigrum L) atau yang sering disebut merica adalah salah satu komoditas rempah-rempah primadona. Lada banyak mengandung vitamin A, vitamin E dan vitamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan tegakan berkayu banyak tumbuh dalam ekosistem hutan.

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan tegakan berkayu banyak tumbuh dalam ekosistem hutan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan tegakan berkayu banyak tumbuh dalam ekosistem hutan. Namun akhir-akhir ini ekosistem hutan luasnya sudah sangat berkurang. Melihat hal ini pemerintah menggalakkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas. berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber

PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas. berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber PENDAHULUAN Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang sesuai untuk perkebunan rakyat, karena tanaman ini dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kakao Kakao merupakan tanaman yang menumbuhkan bunga dari batang atau cabang. Karena itu tanaman ini digolongkan kedalam kelompok tanaman Caulifloris. Adapun sistimatika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan dalam sektor perkebunan yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Tanaman ini mampu meningkatkan devisa negara melalui sumbangannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

MENGENAL VARIETAS/KLON ANJURAN KOPI. DAN Cara perbanyakannya

MENGENAL VARIETAS/KLON ANJURAN KOPI. DAN Cara perbanyakannya MENGENAL VARIETAS/KLON ANJURAN KOPI DAN Cara perbanyakannya Macam2 BENIH berdasarkan asal tetuanya : 1. Benih LEGITIM : hasil persilangan buatan 2. Benih PROPELEGITIM : biklonal / poliklonal Propelegitim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman yang dikenal sebagai sumber utama penghasil minyak nabati sesudah kelapa. Minyak sawit kaya akan pro-vitamin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis (L.) Blume) merupakan jenis. pesona, bahkan menjadi penyumbang devisa bagi negara.

I. PENDAHULUAN. Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis (L.) Blume) merupakan jenis. pesona, bahkan menjadi penyumbang devisa bagi negara. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis (L.) Blume) merupakan jenis anggrek asli Indonesia yang penyebarannya meliputi daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo: TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo: Caryophyllales, Famili: Cactaceae, Genus:

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Tanaman Sorgum Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. Tanaman ini sudah lama dikenal manusia sebagai penghasil pangan, dibudidayakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR FISIOLOGIS KECAMBAH BENIH SUMBER EKSPLAN

PENGARUH UMUR FISIOLOGIS KECAMBAH BENIH SUMBER EKSPLAN 0 PENGARUH UMUR FISIOLOGIS KECAMBAH BENIH SUMBER EKSPLAN (Leaflet) TERHADAP INDUKSI EMBRIO SOMATIK DUA VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) SECARA IN VITRO Oleh Diana Apriliana FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi, IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan terhadap proses induksi akar pada eksplan dilakukan selama 12 minggu. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dan pengaruh pada setiap perlakuan yang diberikan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman yang termasuk dalam famili Gramineae dan genus Oryza (Grist, 1959). Padi dapat tumbuh pada berbagai lokasi dan iklim yang berbeda.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. muda. Tanaman ini merupakan herba semusim dengan tinggi cm. Batang

TINJAUAN PUSTAKA. muda. Tanaman ini merupakan herba semusim dengan tinggi cm. Batang Tanaman bawang sabrang TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi bawang sabrang menurut Gerald (2006) adalah sebagai berikut: Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Spermatophyta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus. Nanas berasal dari Brasilia (Amerika Selatan) yang telah didomestikasi sebelum masa

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas pertanian perkebunan rakyat. Tanaman ini menjadi andalan bagi petani dan berperan penting bagi perekonomian

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan penting di Indonesia dan di dunia,

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan penting di Indonesia dan di dunia, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan penting di Indonesia dan di dunia, karena ubi kayu memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan pangan dunia. Di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan kacang tanah dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan kacang tanah dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Kacang Tanah Kedudukan kacang tanah dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi Sub divisi Kelas Ordo Famili Genus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan 14 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gladiol Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan pada bentuk daunnya yang sempit dan panjang seperti pedang. Genus gladiolus terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman karet (Hevea brasilensis Muell) adalah komoditas utama dalam bidang perkebunan yang merupakan produksi non migas dan menjadi sumber devisa negara yang cukup

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci

Stratifikasi III. METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Waktu dan Tempat Penelitian

Stratifikasi III. METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Waktu dan Tempat Penelitian DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN... ii KATA PENGANTAR... iii ABSTRAK... v ABSTRACT... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xi I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah tropika yang menempati urutan ke dua terbesar setelah pisang. Indonesia merupakan produsen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menyerap tenaga kerja, menghasilkan devisa negara, dan berfungsi dalam

I. PENDAHULUAN. menyerap tenaga kerja, menghasilkan devisa negara, dan berfungsi dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan menyediakan kebutuhan pangan masyarakat secara langsung, memberi kontribusi dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anggrek merupakan tanaman hias yang termasuk ke dalam famili Orchidaceae,

I. PENDAHULUAN. Anggrek merupakan tanaman hias yang termasuk ke dalam famili Orchidaceae, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Anggrek merupakan tanaman hias yang termasuk ke dalam famili Orchidaceae, yang sangat banyak menarik perhatian konsumen. Selain mempunyai nilai estetika yang

Lebih terperinci

13/10/2012 PENDAHULUAN. REVIEW KULTUR JARINGAN CENDANA (Santalum album L.)

13/10/2012 PENDAHULUAN. REVIEW KULTUR JARINGAN CENDANA (Santalum album L.) REVIEW KULTUR JARINGAN CENDANA (Santalum album L.) Oleh : Toni Herawan disampaikan pada : Seminar Nasional Bioteknologi Hutan YOGYAKARTA, OKTOBER 2012 PENDAHULUAN Cendana tumbuh dan berkembang secara alami

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 21 I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perkecambahan Biji 1. Kecepatan Kecambah Viabilitas atau daya hidup biji biasanya dicerminkan oleh dua faktor yaitu daya kecambah dan kekuatan tumbuh. Hal

Lebih terperinci

REGENERASI TANAMAN SENGON (Albizia falcataria) MELALUI MULTIPLIKASI TUNAS AKSILAR DENGAN PENGGUNAAN KOMBINASI ZPT DAN AIR KELAPA SKRIPSI.

REGENERASI TANAMAN SENGON (Albizia falcataria) MELALUI MULTIPLIKASI TUNAS AKSILAR DENGAN PENGGUNAAN KOMBINASI ZPT DAN AIR KELAPA SKRIPSI. REGENERASI TANAMAN SENGON (Albizia falcataria) MELALUI MULTIPLIKASI TUNAS AKSILAR DENGAN PENGGUNAAN KOMBINASI ZPT DAN AIR KELAPA SKRIPSI Oleh: RAHADI PURBANTORO NPM : 0825010009 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Taksonomi Tanaman Dracaena Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan beruas-ruas. Daun dracaena berbentuk tunggal, tidak bertangkai,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija yang

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija yang berguna untuk bahan pangan, pakan, dan bahan baku industri. Selain itu, kacang tanah merupakan

Lebih terperinci

PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK

PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK ( Piper ningrum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan

BAB I PENDAHULUAN. anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anggrek merupakan jenis tanaman hias yang digemari konsumen. Jenis anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan Phalaenopsis dari Negara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan pangan terus menjadi ancaman bagi keberlangsungan hidup manusia. Peningkatan jumlah populasi dunia, peningkatan suhu bumi yang disebabkan efek pemanasan global,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Mucuna bracteata adalah salah satu tanaman Leguminosae Cover Crop

PENDAHULUAN. Mucuna bracteata adalah salah satu tanaman Leguminosae Cover Crop PENDAHULUAN Latar Belakang Mucuna bracteata adalah salah satu tanaman Leguminosae Cover Crop (LCC), tanaman merambat ini ditemukan pertama di areal hutan Tri Pura, India Utara dan sudah meluas sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kacang Tanah Kacang tanah tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm dan mengeluarkan daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani tanaman karet Menurut Sianturi (2002), sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Sorgum Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae (Poaceae). Tanaman ini telah lama dibudidayakan namun masih dalam areal yang terbatas. Menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Caisin Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan tanaman asli Asia. Caisin dibudidayakan di Cina Selatan dan Tengah, di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia,

Lebih terperinci

Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas. berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber

Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas. berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang sesuai untuk perkebunan rakyat, karena tanaman ini dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber pendapatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. yang merupakan kumpulan dari pelepah yang satu dengan yang lain. Bawang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. yang merupakan kumpulan dari pelepah yang satu dengan yang lain. Bawang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang merah termasuk dalam faimili Liliaceae yang termasuk tanaman herba, tanaman semusim yang tidak berbatang, hanya mempunyai batang semu yang merupakan kumpulan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan 18 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kailan adalah salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam kelas dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan cabang-cabang akar

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DAUN LAMTORO TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK TANAH (Vanda sp.) PADA CAMPURAN MEDIA PASIR DAN TANAH LIAT

PEMANFAATAN DAUN LAMTORO TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK TANAH (Vanda sp.) PADA CAMPURAN MEDIA PASIR DAN TANAH LIAT PEMANFAATAN DAUN LAMTORO TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK TANAH (Vanda sp.) PADA CAMPURAN MEDIA PASIR DAN TANAH LIAT SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka 2. 1. Tinjauan Agronomis Secara umum terdapat dua jenis biji kopi, yaitu Arabika dan Robusta. Sejarah

Lebih terperinci

PEMBIBITAN KOPI PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA

PEMBIBITAN KOPI PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA PEMBIBITAN KOPI PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA TAHAP2 KEGIATAN PEMBIBITAN Pemilihan varietas/klon kopi Perencanaan pembibitan Pemilihan lokasi Persiapan lahan pesemaian dan pembibitan Pelaksanaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family Caricaceae dan merupakan tanaman herba (Barus dan Syukri, 2008). Sampai saat ini, Caricaceae itu diperkirakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gunung Merapi. Bunga Anggrek dengan warna bunga putih dan totol-totol merah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gunung Merapi. Bunga Anggrek dengan warna bunga putih dan totol-totol merah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggrek Vanda tricolor merupakan jenis tanaman endemik di kawasan lereng Gunung Merapi. Bunga Anggrek dengan warna bunga putih dan totol-totol merah keunguan ini banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk. atau Pimpinella alpine Molk.

BAB I PENDAHULUAN. Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk. atau Pimpinella alpine Molk. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk. atau Pimpinella alpine Molk. KDS.) merupakan tanaman obat asli Indonesia yang keberadaannya telah langka dan berdasarkan tingkat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta;

TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta; 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kedudukan tanaman bawang merah dalam tata nama atau sistematika tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta; subdivisio : angiospermae; kelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang sampai sekarang ini semakin meningkat, baik dari segi pengembangan maupun permintaan pasar.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Peningkatan ketahanan pangan merupakan tanggung jawab bersama antara masyarakat dan pemerintah.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut

Lebih terperinci